kultur antera dan evaluasi galur haploid ganda untuk ... · padi gogo lokal pulai buru yaitu fulan...
TRANSCRIPT
14
METODOLOGI
Penelitian ini terdiri atas tiga percobaan yaitu:
1. Studi regenerasi tanaman hijau pada kultur antera padi
2. Analisis genetik karakter agronomi pada padi
3. Evaluasi karakter agronomi galur-galur padi haploid ganda hasil kultur antera
Pembentukan Materi Genetik
Waktu dan Tempat Penelitian
Pembentukan materi genetik terdiri atas dua kegiatan yaitu penanaman
tetua dan persilangan di antara tetua untuk mendapatkan benih F1. Pembentukan
materi genetik untuk Percobaan 1 dan Percobaan 2 dilakukan pada bulan Januari-
Juni 2008 di Kebun Percobaan Muara, Balai Besar Penelitian Padi, Bogor.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan untuk pembentukan materi genetik adalah benih
padi Fatmawati (varietas PTB), BP360E-MR-79-2 (galur harapan PTB), dan dua
padi gogo lokal Pulai Buru yaitu Fulan Telo Gawa (FTG) dan Fulan Telo Mihat
(FTM). Fulan Telo Gawa mempunyai warna beras putih, sedangkan Fulan Telo
Mihat mempunyai warna beras merah. Fulan Telo Gawa dan Fulan Telo Mihat
dipilih sebagai tetua karena mempunyai karakter antara lain umur agak genjah,
malai panjang dan pengisian gabah yang baik, sedangkan Fatmawati dan BP360E-
MR-79-2 adalah varietas dan galur harapan padi sawah tipe baru yang mempunyai
karakter antara lain tanaman tegak, batang kekar dan malai lebat, tetapi pengisian
gabah kurang baik (Lampiran 2).
Metode Penelitian
Materi genetik yang digunakan dalam Percobaan 1 dan Percobaan 2
adalah tetua yang berasal dari padi gogo lokal dan padi sawah tipe baru serta F1
hasil persilangan resiprok antara padi gogo lokal dengan padi sawah tipe baru.
Padi gogo lokal Fulan Telo Gawa dan Fulan Telo Mihat masing-masing
disilangkan dengan Fatmawati dan BP360E-MR-79-2 secara resiprok sehingga
15
diperoleh delapan persilangan, yaitu (1) Fulan Telo Gawa/Fatmawati, (2) Fulan
Telo Gawa/BP360E-MR-79-2, (3) Fulan Telo Mihat/Fatmawati, (4) Fulan Telo
Mihat/BP360E-MR-79-2, (5) Fatmawati/Fulan Telo Gawa, (6) Fatmawati/Fulan
Telo Mihat, (7) BP360E-MR-79-2/Fulan Telo Gawa dan (8) BP360E-MR-79-
2/Fulan Telo Mihat.
Pembentukan populasi F1 diawali dengan penanaman tetua persilangan.
Benih tetua disemai dalam bak ukuran 30 cm x 50 cm, kemudian bibit
dipindahtanam ke lapangan setelah berumur 21 hari. Bibit tetua ditanam di
lapangan dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm, satu bibit per lubang tanam.
Penanaman tetua diulang tiga kali dengan interval waktu dua minggu untuk
sinkronisasi pembungaan saat persilangan. Tanaman dipupuk dengan 200 kg/ha
Urea, 100 kg/ha SP36 dan 100 kg/ha KCl. Setelah tanaman berbunga, tanaman
yang dijadikan tetua betina dipindahkan ke dalam pot dan dibawa ke rumah kaca
untuk dibuang bunga jantannya (kastrasi). Stadia bunga yang baik untuk
diemaskulasi adalah pada saat benang sari berada pada pertengahan bunga. Stadia
ini menunjukkan bahwa bunga akan mekar dalam 1-2 hari. Bunga digunting
dengan kemiringan 600, kemudian benang sari dikeluarkan dengan cara dihisap
dengan menggunakan pompa penghisap (putik tidak boleh rusak). Malai yang
sudah diemaskulasi ditutup dengan kertas minyak dan diberi label.
Persilangan dilakukan hari berikutnya pada pukul 10.00-12.00. Bunga
jantan diambil dari pertanaman di lapangan dengan cara memotong malai yang
sebagian bunganya sudah pecah. Pengambilan malai dilakukan pada pukul 08.00-
09.00. Malai dari lapangan ini kemudian diletakkan dalam bak berisi air dalam
ruang persilangan. Ruang persilangan merupakan ruang tertutup yang diberi
lampu tembak (4 x 100 watt) dengan jarak + 2.5 m dari malai sehingga suhunya
lebih tinggi dibanding suhu lapangan (35-40 0C). Hal ini bertujuan untuk
mempercepat pecahnya bunga. Penyerbukan dilakukan dengan cara menggoyang-
goyangkan malai tetua jantan di atas malai tetua betina yang sudah dikastrasi.
Bunga yang sudah diserbuki ditutup dengan kertas minyak dan diberi label. Hasil
persilangan (benih F1) dapat dipanen 3 minggu setelah persilangan dilakukan.
Setelah dijemur 2 hari dan dibuang sekamnya, benih dioven dalam kantong kertas
16
pada suhu + 45 0C selama 3 hari. Benih F1 ini dapat ditanam 15 hari setelah
panen.
Percobaan 1. Studi Regenerasi Tanaman Hijau pada Kultur Antera Padi
Waktu dan Tempat Penelitian
Percobaan 1 dilakukan pada bulan September 2008 sampai April 2009.
Penanaman bahan eksplan dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, Bogor,
sedangkan kegiatan kultur antera dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan,
Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, Bogor.
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam Percobaan 1 adalah varietas dan galur
harapan padi sawah tipe baru yaitu Fatmawati dan BP360E-MR-79-2, padi gogo
lokal Pulau Buru yaitu Fulan Telo Gawa dan Fulan Telo Mihat, dan F1 hasil
persilangan resiprok varietas/galur padi sawah tipe baru dengan padi gogo lokal,
yaitu: (1) Fulan Telo Gawa/Fatmawati, (2) Fulan Telo Gawa/BP360E-MR-79-2,
(3) Fulan Telo Mihat/Fatmawati, (4) Fulan Telo Mihat/BP360E-MR-79-2, (5)
Fatmawati/Fulan Telo Gawa, (6) Fatmawati/Fulan Telo Mihat, (7) BP360E-MR-
79-2/Fulan Telo Gawa dan (8) BP360E-MR-79-2/Fulan Telo Mihat. Media kultur
antera yaitu N6 (Chu 1978) untuk induksi kalus dan MS (Murashige dan Skoog
1962) untuk regenerasi dan perakaran.
Metode Penelitian
Percobaan kultur antera dilakukan dengan menggunakan rancangan acak
lengkap yang terdiri atas 25 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah 12
genotipe padi yang terdiri atas empat genotipe tetua dan delapan genotipe F1.
Setiap ulangan merupakan satu cawan petri yang berisi antera dari 25 buah bulir
bunga (spikelet). Sumber eksplan yaitu empat genotipe tetua dan delapan genotipe
17
F1 ditanam dalam pot masing-masing 20-30 tanaman, 2 tanaman/pot. Pelaksanaan
kultur antera mengikuti metode Dewi (2003).
a. Pembuatan media
Media dasar yang digunakan adalah N6 untuk induksi kalus dan media
MS untuk regenerasi dan perakaran. Komposisi kimia kedua media yang
digunakan dapat dilihat pada Lampiran 3.
Media induksi kalus adalah media N6 yang diberi 2.0 mg/l NAA dan 0.5
mg/l kinetin, sedangkan media regenerasi kalus adalah media MS yang diberi
0.5 mg/l NAA dan 2.0 mg/l kinetin. Putresin (salah satu jenis poliamin) 10-3
M
dan sukrosa berturut-turut sebanyak 60 g/l dan 40 g/l ditambahkan ke dalam
media induksi kalus dan media regenerasi. Media perakaran adalah media MS
ditambah 0.5 mg/l IBA dan 10 g/l sukrosa. Pemadat yang digunakan adalah
agar phytagel TM
dengan pH media 5.8. Media disterilisasi dalam autoklaf
selama 20 menit pada suhu 120 0C tekanan 18-20 psi.
b. Pemilihan dan inkubasi eksplan
Malai yang diambil anteranya adalah malai yang masih dalam keadaan
bunting dengan jarak aurikel daun bendera dengan aurikel daun di bawahnya
7-10 cm (Gambar 2). Malai yang masih terselubung dicuci bersih kemudian
dibungkus dengan kertas tissue yang telah dibasahi dan aluminium foil.
Selanjutnya malai disimpan dalam ruang dingin bersuhu 5 0C selama 7-10
hari. Perlakuan suhu dingin berguna untuk menyeragamkan stadia polen
sehingga lebih banyak polen pada stadia uninukleat yang dapat digunakan.
Gambar 2. Malai dan spikelet yang dipakai dalam kultur antera
18
c. Sterilisasi eksplan
Malai dibuka selubungnya, kemudian spikelet (bulir) yang berada di
bagian tengah-atas dan berwarna kuning kehijauan diambil. Spikelet-spikelet
yang terpilih kemudian disterilkan dengan 20% Clorox (Bayclin dengan
kandungan NaCIO 5.25 %) selama 20 menit dan selanjutnya dicuci dengan air
steril. Pencucian dilakukan sebanyak dua kali. Sterilisasi eksplan ini dilakukan
dalam laminar air flow cabinet (LAF).
d. Penanaman atau inokulasi eksplan
Spikelet-spikelet yang sudah steril dipotong sepertiga bagian dari
pangkalnya dan dikumpulkan dalam cawan petri steril, kemudian spikelet
dijepit dengan menggunakan pinset dan diketuk-ketukkan pada cawan petri
yang berisi 25 ml media induksi kalus sehingga antera akan keluar dan jatuh
ke media. Setiap cawan petri berisi antera yang berasal dari 25-30 spikelet
atau berisi ± 150 butir antera. Kegiatan ini dilakukan dalam LAF.
e. Inkubasi kultur antera
Inkubasi antera dilakukan dalam ruang gelap bersuhu 25 ± 2 0C untuk
menginduksi keluarnya kalus yang berasal dari butir tepung sari (mikrospora)
dalam antera. Kalus biasanya muncul sekitar 3-4 minggu setelah inokulasi.
f. Regenerasi tanaman dari kalus
Kalus yang berukuran 1-2 mm dipindahkan ke dalam botol yang berisi
25 ml media regenerasi untuk merangsang keluarnya tunas. Tunas/tanaman
hijau yang tumbuh pada media regenerasi dipindahkan ke tabung kultur yang
berisi 15 ml media perakaran setelah mencapai tinggi 3-5 cm. Sekelompok
(cluster) tanaman yang tumbuh dari satu kalus tidak dipisahkan. Setelah akar
tumbuh sempurna, maka tanaman siap untuk diaklimatisasi.
g. Aklimatisasi
Aklimatisasi dilakukan dengan menanam planlet hasil kultur antera
dalam tabung reaksi berisi air selama ± 1 minggu, kemudian tanaman
19
dipindahkan ke dalam bak semai berisi tanah berlumpur selama 1 minggu.
Selama proses aklimatisasi, tanaman diperlakukan pada keadaan cahaya
dengan intensitas yang berangsur-angsur meningkat sehingga tanaman mampu
beradaptasi dengan kondisi lapang. Bibit padi hasil kultur antera kemudian
dipindahkan dari bak ke pot di rumah kaca.
h. Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap lamanya inisiasi kalus, jumlah kalus
yang terbentuk, jumlah kalus yang menghasilkan tanaman, jumlah tanaman
hijau, jumlah tanaman albino, dan jumlah tanaman haploid ganda yang
dihasilkan.
i. Analisis data
Data primer yang diperoleh digunakan untuk mendapatkan persentase
antera yang membentuk kalus, persentase kalus terhadap jumlah antera,
persentase tanaman hijau terhadap jumlah tanaman total, persentase tanaman
albino terhadap jumlah tanaman total dan efisiensi setiap perlakuan dalam
menghasilkan tanaman hijau yaitu rasio tanaman hijau terhadap jumlah antera
yang diinokulasi. Data dianalisis dengan menggunakan sidik ragam, jika
terdapat perbedaan dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT).
Percobaan 2. Analisis Genetik Karakter Agronomi pada Padi
Waktu dan Tempat Penelitian
Percobaan 2 dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2008. Penanaman
bahan percobaan dilakukan di Rumah Kaca Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, Cikeumeuh,
Bogor.
Bahan Penelitian
Bahan untuk Percobaan 2 adalah varietas dan galur harapan padi sawah
tipe baru yaitu Fatmawati dan BP360E-MR-79-2, padi gogo lokal Pulau Buru
20
yaitu Fulan Telo Gawa dan Fulan Telo Mihat, dan F1 hasil persilangan resiprok
varietas/galur harapan padi sawah tipe baru dengan padi gogo lokal yaitu: (1)
Fulan Telo Gawa/Fatmawati, (2) Fulan Telo Gawa/BP360E-MR-79-2, (3) Fulan
Telo Mihat/Fatmawati, (4) Fulan Telo Mihat/BP360E-MR-79-2, (5)
Fatmawati/Fulan Telo Gawa, (6) Fatmawati/Fulan Telo Mihat, (7) BP360E-MR-
79-2/Fulan Telo Gawa dan (8) BP360E-MR-79-2/ Fulan Telo Mihat.
Metode Penelitian
Percobaan dilakukan di rumah kaca menggunakan rancangan acak
kelompok dengan empat ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah 12 genotipe
padi yang terdiri atas empat tetua dan delapan kombinasi persilangan. Benih padi
dari 12 genotipe yang digunakan disemai dalam bak yang berisi lumpur. Setelah
21 hari, bibit dipindahtanam dalam pot yang berisi tanah sawah, 1 bibit/pot.
Tanaman dipupuk dengan 200 kg/ha (5 g/pot) Urea, 100 kg/ha (2.5 g/pot) SP36
dan 100 kg/ha (2.5 g/pot) KCl. Pemeliharaan tanaman dilakukan berdasarkan
budidaya padi sawah. Penanaman dilakukan pada kondisi sawah dimaksudkan
untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman karena tidak semua genotipe
mampu tumbuh baik pada kondisi gogo. Hal ini karena salah satu tetua yang
digunakan dalam persilangan berasal dari varietas/galur harapan padi sawah.
Pengamatan yang dilakukan meliputi:
- tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai
- jumlah anakan produktif, ditentukan dengan menghitung anakan yang
menghasilkan malai
- umur berbunga, dihitung dari saat tabur atau sebar benih sampai 50%
malai (bunga) dalam satu rumpun telah keluar
- umur panen, dihitung dari saat tabur atau sebar benih sampai 80% malai
telah matang
- panjang malai, diukur dari leher malai sampai ujung malai
- jumlah gabah isi dan hampa per malai, dihitung jumlah gabah bernas atau
berisi penuh dan gabah yang hampa (tidak berisi) tiap malai
- bobot 1000 butir gabah bernas
21
- hasil gabah per rumpun, dihitung dari bobot gabah kering bernas yang
berasal dari satu rumpun
- warna gabah, diketahui dari warna sekam (gabah)
- warna beras, diketahui setelah sekam dikupas.
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, uji jarak berganda
Duncan dan analisis komponen ragam (Singh dan Chaudhary 1979). Perhitungan
sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis ragam rancangan acak kelompok
Sumber
Keragaman
Derajat Bebas Kuadrat Tengah Nilai Harapan
Ulangan (r) r-1 KTr
Genotipe (g) g-1 KTg Ve + rVg
Galat (e) (g-1)(r-1) KTe Ve
Rumus komponen ragam dan heritabilitas yang digunakan adalah sebagai berikut
(Singh dan Chaudhary 1979):
dimana:
Vg = ragam genotipe
Vp = ragam fenotipe
r = ulangan
X = rataan umum genotipe
KTe = kuadrat tengah galat
22
KTg = kuadrat tengah genotipe
H2
bs = heritabilitas arti luas
KVG = koefisien keragaman genetik
KVP = koefisien keragaman fenotip
Pengelompokan nilai heritabilitas arti luas menurut Stanfield (1983):
0.50 < h2<1.00 : tinggi
0.20 < h2<0.50 : sedang
h2 < 0.20 : rendah
Percobaan 3. Evaluasi Karakter Agronomi Galur-galur Haploid Ganda Hasil
Kultur Antera
Waktu dan Tempat Penelitian
Percobaan 3 dilakukan pada bulan Maret-Juni 2009. Penanaman bahan
percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan Penelitian
Bahan untuk Percobaan 3 adalah benih dari 35 genoipe haploid ganda hasil
kultur antera padi (DH0) hasil persilangan resiprok Fulan Telo Gawa/Fatmawati
dan tiga genotipe kontrol (pembanding) yaitu Fatmawati, Fulan Telo Gawa dan
Limboto. Ketiga genotipe pembanding berturut-turut merupakan varietas padi
sawah tipe baru, padi gogo lokal Pulau Buru dan varietas padi gogo komersial.
Metode Penelitian
Percobaan dilakukan di lapangan dengan menggunakan rancangan
augmented (IRRI 1997; Baihaki 1999; Sharma 2006). Benih DH0 dari 35 galur
hasil kultur antera dan tiga varietas pembanding ditanam dalam baris pada kondisi
gogo, 2 baris/genotipe, 25 tanaman/baris, 1 benih/lubang dengan jarak tanam 20
cm x 20 cm. Pertanaman dibagi menjadi 7 blok, setiap blok terdiri atas 5 galur
DH0 dan 3 varietas kontrol. Tanaman dipupuk dengan 200 kg/ha Urea, 100 kg/ha
SP36 dan 100 kg/ha KCl. Pemeliharaan tanaman dilakukan berdasar budidaya
padi gogo.
23
Evaluasi karakter agronomi galur-galur padi haploid ganda dilaksanakan
di lapangan pada lahan gogo dengan tujuan melakukan pengujian terhadap daya
adaptasi galur-galur haploid ganda sehingga dapat dilakukan seleksi terhadap
galur-galur yang beradaptasi baik. Galur-galur yang terpilih dikelompokkan
menjadi dua yaitu galur padi gogo dan galur padi gogo tipe baru.
Pengamatan dilakukan terhadap karakter-karakter agronomi meliputi
tinggi tanaman, jumlah anakan produktif per rumpun, jumlah gabah per malai,
jumlah gabah isi malai, umur berbunga, umur panen, bobot 1000 butir biji bernas
dan hasil gabah kering per rumpun.
Data dianalisis dengan analisis ragam sesuai metode augmented (Sharma
2006). Perhitungan sidik ragam augmented dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Analisis ragam rancangan augmented
Sumber Keragaman Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah
Blok (b) r-1 JKb KTb
Perlakuan (t) t-1 JKt KTt
Kontrol (c) c-1 JKc KTc
Genotipe (g) g-1 JKg KTg
Kontrol vs genotipe 1 JKcg KTcg
Galat (e) (c-1)(b-1) JKe KTe
Komponen ragam dan heritabilitas dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
24
dimana:
FKg = faktor koreksi genotipe uji
Y. = nilai pengamatan keseluruhan genotipe uji
Yi = nilai pengamatan genotipe ke-i
g = jumlah genotipe uji
db = derajat bebas genotipe uji
JKg = jumlah kuadrat
KTg = kuadrat tengah genotipe uji
Vg = ragam genotipe
Vp = ragam fenotipe
Ve = ragam lingkungan
X = rataan genotipe uji
H2
bs = heritabilitas arti luas
KVG = koefisien keragaman genetik
KVP = koefisien keragaman fenotip
Rataan tersesuaikan (adjusted) genotipe haploid ganda yang diuji
diperoleh setelah dihitung pengaruh blok dengan rumus:
Pj = B – M
Nilai rataan tersesuaikan = Yi - Pj
dimana:
Pj = pengaruh blok ke-j
Bj = rata-rata kontrol dalam satu blok j
M = rata-rata umum kontrol
Yi = nilai pengamatan genotipe ke-i
25
Beda nyata terkecil (BNT) antara nilai rata-rata tersesuaikan masing-
masing karakter satu genotipe uji dengan rata-rata satu genotipe kontrol
ditentukan dengan rumus:
dimana:
BNT = beda nyata terkecil
KTE = kuadrat tengah galat
b = jumlah blok
c = jumlah kontrol
Data yang diperoleh juga dianalisis korelasi dan sidik lintas antara karakter
hasil gabah kering dengan karakter-karakter agronomi yang diamati (Singh dan
Chaudhary 1979; Poespodarsono 1988). Analisis sidik lintas dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 3. Hubungan antara karakter agronomi terhadap hasil (Y)
26
dimana:
Y = hasil gabah/rumpun
X1, X2, ... = karakter agronomi yang diamati
P1, P2, ... = koefisien lintas, yang menunjukkan pengaruh langsung
karakter agronomi terhadap hasil (Y)
r = korelasi antar karakter agronomi
Koefisien lintas P1Y, P2Y, ..., P6Y dihitung melalui persamaan berikut:
r1Y
r1.1 r1.2 r1.3 r1.4 r1.5 r1.6
P1Y
r2Y
r2.1 r2.2 r2.3 r2.4 r2.5 r2.6
P2Y
r3Y = r3.1 r3.2 r3.3 r3.4 r3.5 r3.6
P3Y
r4Y
r4.1 r4.2 r4.3 r4.4 r4.5 r4.6
P4Y
r5Y
r5.1 r5.2 r5.3 r5.4 r5.5 r5.6
P5Y
r6Y
r6.1 r6.2 r6.3 r6.4 r6.5 r6.6
P6Y
Seleksi dilakukan terhadap genotipe-genotipe haploid ganda yang diuji
untuk mendapatkan genotipe haploid ganda yang berpotensi sebagai galur padi
gogo maupun galur padi gogo tipe baru. Nilai diferensial seleksi karakter-karakter
agronomi yang diamati dihitung dengan rumus (Becker 1985):
S = Xs – X
dimana:
S = nilai diferensial seleksi
Xs = nilai rata-rata karakter agronomi genotipe yang terseleksi
X = nilai rata-rata karakter agronomi populasi