kultum zakat

3
RAMADHAN SEBAGAI WAKTU UNTUK BELAJAR Bismillahirrahmanirrahimm Alhamdulillahi rabbil 'alamin. Allahumma solli wasallim 'ala saiyidina Muhammadiw. wala alihi wasahbihi ajma'in. Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala pujian hanya bagi Allah, Tuhan sekalian alam. Shalawat dan salam kita sampaikan untuk Rasul junjungan kita, Nabi Muhammad s.a.w. Cucurilah rahmat dan rahimMu ke atas majlis yang diadakan pada hari ini. Berkatilah ia dari awal hingga akhirnya. Topik yang ingin saya sampaikan kali ini adalah tentang “zakat”. Pas juga ini saatnya untuk mengingatkan kita untuk membayar zakat, kurang dari seminggu menjelang Lebaran. Saya rasa sebagian besar dari kita sudah paham tentang apa itu zakat dan tata caranya. Saya tidak ingin mengupas hal yang teknis itu karena sudah banyak yang mengupasnya dan saya bukan ahlinya. Saya ingin membahas dari sudut pandang yang lain, yaitu mengapa banyak orang yang tidak semangat soal zakat. Yang pertama, kita paham bahwa para ulama telah bersepakat bahwa mengeluarkan zakat itu wajib atas setiap muslim yang sudah baligh – dan berakal dan tidak wajib atas non muslim. Karena wajib maka kita seharusnya berusaha keras untuk tidak melewatkannya. Sama

Upload: budi-rahardjo

Post on 27-May-2015

8.598 views

Category:

Spiritual


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kultum zakat

RAMADHAN SEBAGAI WAKTU UNTUK BELAJAR

Bismillahirrahmanirrahimm

Alhamdulillahi rabbil 'alamin. Allahumma solli wasallim 'ala saiyidina

Muhammadiw. wala alihi wasahbihi ajma'in.

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Segala pujian hanya bagi Allah, Tuhan sekalian alam. Shalawat dan

salam kita sampaikan untuk Rasul junjungan kita, Nabi Muhammad

s.a.w.

Cucurilah rahmat dan rahimMu ke atas majlis yang diadakan pada

hari ini. Berkatilah ia dari awal hingga akhirnya.

Topik yang ingin saya sampaikan kali ini adalah tentang “zakat”. Pas juga ini saatnya untuk mengingatkan kita untuk membayar zakat, kurang dari seminggu menjelang Lebaran.

Saya rasa sebagian besar dari kita sudah paham tentang apa itu zakat dan tata caranya. Saya tidak ingin mengupas hal yang teknis itu karena sudah banyak yang mengupasnya dan saya bukan ahlinya. Saya ingin membahas dari sudut pandang yang lain, yaitu mengapa banyak orang yang tidak semangat soal zakat.

Yang pertama, kita paham bahwa para ulama telah bersepakat bahwa mengeluarkan zakat itu wajib atas setiap muslim yang sudah baligh – dan berakal dan tidak wajib atas non muslim. Karena wajib maka kita seharusnya berusaha keras untuk tidak melewatkannya. Sama halnya dengan shalat, karena dia wajib maka kita tidak berani untuk lalai.

Untuk ibadah-ibadah yang lain tersebut, mereka tidak memiliki implikasi finansial. Jika kita kerjakan tidak ada biaya yang harus kita keluarkan. Lain dengan zakat.

Ada banyak orang yang merasa tidak rela untuk mengeluarkan zakat, terlebih lagi zakat yang terkait dengan harta. Ada rasa sayang – dan bahkan ketakutan – bahwa jumlah uang yang sekian itu akan dikurangi dari tabungan ini. Kita tidak sadar bahwa harta yang kita miliki itu sekedar numpang lewat. Segala upaya bisa kita coba untuk menahan uang

Page 2: Kultum zakat

tersebut di rekening kita, akan tetapi jika itu memang bukan hak kita maka pada akhirnya dia akan keluar juga dengan cara yang berbeda-beda dan kadang malah tidak menyenangkan.

Untuk itu, relakan zakat. Jika kita lakukan dengan suka rela, senang hati, maka yang ada bukan kesedihan tetapi rasa lega karena telah menunaikan sebuah ibadah. Dan untuk ini, insyaAllah, Allah akan lebih melancarkan usaha kita dalam memperoleh rezeki. Jangan khawatir untuk hal ini karena begitulah memang hukum Allah. Apa yang memang menjadi hak kita tidak akan lari ke mana-man.

Kita bisa analogikan kita sebagai pipa penyalur air dan air sebagai rezeki yang datang. Jika pipa kita lancar, maka air akan lancar mengalir; dia akan datang (dan kemudian pergi juga sih). Tetapi apabila ada kotoran yang menempel, dan bahkan kotorannya makin menumpuk, maka air tidak lancar mengalir. Kita dapat bayangkan kotoran tersebut adalah sebagai uang yang bukan hak kita, uang yang bukan hak kita itu malah membuat aliran rezeki menjadi tidak lancar atau bahkan terhenti.

Ada juga orang yang tidak merasa ingin untuk membayar zakat, bahkan sekedar zakat fitrah sekalipun. Mereka selalu merasa tidak punya. Katanya yang seperti ini adalah mental dhuafa. Jangan salah, bisa jadi orang ini memiliki harta yang di atas nisab untuk zakat maal sekalipun tetapi untuk zakat fitrah pun merasa sangat berat. Ogah-ogahan. Ya itu tadi, mental dhuafa.

Apakah kita tidak ingin lepas dari kungkungan mental dhuafa? Mengapa kita tidak ingin ikut menjadi bagian yang memberikan kontribusi kepada masyarakat (melalui zakat)? Setidaknya mulai dari zakat fitrah dan kemudian insyaAllah maju menjadi zakat maal. Mosok kita dari dulu sampai sekarang tidak maju-maju, hanya bayar zakat fitrah saja.

Katakanlah kalau kita ingin ikut kontribusi melalui pajak, kita masih belum yakin karena adanya kasus-kasus korupsi oleh oknum (namun ini bukan alasan untuk tidak bayar pajak lho), tetapi melalui zakat ini semestinya kita lebih yakin akan sampai. Umumnya orang tidak berani main-main atau korupsi terhadap zakat. Lagi pula, zakat ini didistribusikan di masyarakat sekitar kita juga. Efeknya langsung terasa.

Akhirnya saya ingin menghimbau agar kita semua dapat membayar zakat fitrah dan zakat maal dengan rela, dan bahkan suka cita. InsyaAllah, semuanya akan menjadi manfaat bagi yang menerima dan juga bagi kita. Dan jangan khawatir, amal kita ini insyaAllah akan dibalas oleh Allah dengan yang lebih banyak dan lebih baik lagi.

billahi taufik wal hidayah. wassalamu ‘alaikum warahmatullahi

wabarakatuh.