kuliah-titrasi-pengendapan
DESCRIPTION
llllllTRANSCRIPT
ANALISIS KUANTITATIF : MENENTUKAN VOLUME LARUTAN YANG SUDAH DIKETAHUI KONSENTRASINYA, YANG BEREAKSI SECARA KUANTITATIF DAN STOKHIOMETRI DENGAN LARUTAN SAMPEL
PENENTUAN VOLUME TITRAN
LAR. STANDAR
KUANTITATIF/ STOKHIOMETRI
PENENTUAN KADAR SAMPEL
MMOL. SAMPEL
LARUTAN STANDAR
LAR. SAMPEL
REAKSI SEMPURNA
+MGREK LAR. STANDAR
=
MGREK LAR. SAMPEL
MGRAM SAMPEL
1
32
4X BM
BERDASARKAN KOMBINASI ION:
• ASAM-BASA
• PENGENDAPAN DAN PEMBENTUKAN KOMPLEK ARGENTOMETRI
• KOMPLEKSOMETRI
BERDASARKAN PERTUKARAN ELEKTRON:
REAKSI OKSIDASI-REDUKSI
4
5
PENDAHULUAN
Jumlah metode tidak sebanyak titrasi asam – basa atau titrasi redoks
Kesulitan mencari indikator yang sesuai Komposisi endapan sering tidak diketahui secara
pasti, terutama jika ada efek kopresipitasi. Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang
melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
6
PENDAHULUAN Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah
lama dikenal adalah melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standard perak nitrat AgNO3.
Argentometri paling banyak dipakai dalam titrasi pengendapan karena hasil kali kelarutan garam perak halida (pseudo halida) sangat kecil.
Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halida akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat PO4
3- dan ion arsenat AsO43-.
7
Hasil Kali Kelarutan
Ksp AgCl = 1,82 x 10.-10
Ksp AgCNS = 1,1 x 10-12
Ksp AgBr = 5,0 x 10.-13
Ksp AgCN = 2,2 x 10-16
Ksp AgI = 8,3 x 10-17
PENENTUAN TITIK AKHIR Cara Mohr indikator CrO4
Cara Volhard indikator Fe3+
Cara Fajans, fluorescein (indikator adsorpsi).
8
ARGENTOMETRI
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl - dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) -> AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Indikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorpsi. Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain menggunakan jenis indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik ekuivalen.
9
Argentometri
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat dengan basa kuat dan antara asam lemah dengan basa kuat.
Argentometri
10
Pendahuluan
Dasar Argentometri reaksi pengendapan, melibatkan garam perak
Karena yang terjadi adalah reaksi pengendapan, argentometri disebut juga titrasi pengendapan
Argentometri biasanya digunakan untuk menetapkan kadar halogen
Reaksi zat yang dititrasi dengan pentiter : cepat
Reaksi sempurna secara kuantitatif
Tidak ada reaksi tambahan yang mempengaruhi stokhiometri antara zat yang dititrasi dengan larutan baku primer
Titik akhir titrasi jatuh berdekatan dengan titik ekivalen
PEREAKSI: LARUTAN AgNO3
BERDASARKAN TERBENTUKNYA ENDAPAN
Cl- + Ag+ AgCl
PUTIHBr-, PO4
3-, Oksalat dsb.
LAR. DIKET. KONS.
AgNO3 (N)
LAR. SAMPEL/ ANALIT KONS.
AKAN DITETAPKAN
KUANTITATIF/ STOKHIOMETRI
TITIK AKHIR TITRASI
PENTITER
VOLUMENYA
DIUKUR(mL) INDIKATOR
+
TITIK EKIVALEN
MGREK ANALIT
14
Metode-metode Argentometri
1. Metode Mohr
- Terutama untuk menetapkan kadar klorida * Kadar Iodida tidak dapat ditetapkan dengan metode ini perubahan warna terjadi tidak menentu
Indikator
1-2 ml larutan K2CrO4 5% per 100 ml larutan uji, atau larutan K2CrO4 10%
* Jika terlalu besar titik akhir terjadi sebelum titik ekivalen Jika terlalu kecil titik akhir lambat tercapai
15
Prinsip
Jika larutan Ag+ ditambahkan kedalam larutan Cl- yang mengandung sedikit CrO4, maka AgCl akan mengendap terlebih dahulu, sementara itu Ag2CrO4 belum terbentuk, dan penambahan (Ag+) sampai melewati Ksp Ag2CrO4 (2,0x10-12) akan membentuk endapan merah Ag2CrO4.
Ag+ + Cl- AgCl(s)
Ag+ + CrO42- AgCrO4 (endapan merah)
Kelarutan Ag2CrO4 (8,4x10-5 M) > AgCl (1,35x10-5 M)
16
Batasan
Konsentrasi CrO4 yang digunakan sebaiknya pada kisaran 0,005 M sampai 0,01 M, supaya kesalahan titrasi diperkecil. Bila konsentrasi terlalu besar maka warna kuning CrO4
2- akan mengganggu pengamatan terbentuknya endapan Ag2CrO4. Sementara bila konsentrasi lebih kecil dari 0,005 M akan memerlukan penambahan (Ag+) yang berlebih agar terbentuk endapan Ag2CrO4 sehingga memperbesar kesalahan titrasi.
Titrasi Mohr terbatas pada pH 6-10 atau 7-9. Dalam larutan basa akan terjadi reaksi:
Ag+ + OH- 2AgOH Ag2O + H2O
17
Dalam larutan asam (CrO42-) akan turun
sehingga hanya sedikit HCrO4- yang terionisasi
karena reaksi akan berlanjut sbb:
2H+ + CrO42- 2HCrO4
- Cr2O72- + H2O
Titrasi Mohr dapat digunakan untuk titrasi Br- dan CN- dalam larutan basa lemah, sedangkan untuk I- dan CNS- tidak feasible karena akan terjadi adsorpsi oleh endapan.
18
Reaksi
- saat titrasi berlangsung
Ag+ + Cl- AgCl (AgNO3)
- saat titik akhir tercapai
2 Ag+ + CrO42- Ag2CrO4
pH titrasi
Disarankan pada pH netral atau mendekati netral ( sekitar 8 )
19
pH titrasi
* Jika keasaman meningkat,
kelarutan endapan Ag2CrO4 meningkat sehingga ion indikator kromat dikonversi menjadi bikromat sehingga dibutuhkan indikator yang lebih banyak untuk membentuk endapan Ag2CrO4. Akibatnya, titik akhir titrasi menjadi lambat tercapai.
2 CrO42- + 2 H+ 2 HCrO4
-
Cr2O72- + H2O
20
pH titrasi
* Sebaliknya,
Pembentukan endapan perak hidroksida atau perak karbonat pada pH sangat basa dihindari
Ag+ + OH- AgOH
Ag2O + H2O
Jika larutan uji, - terlalu basa dinetralkan dengan HNO3 encer (1:20)
- terlalu asam dinetralkan dengan boraks bebas klorida, CaCO3 bebas klorida, Na- atau KHCO3, atau MgO; atau menggunakan bufer asetat Dianjurkan : boraks atau bikarbonat
21
2. Metode Volhard
- Paling sering PK klorida atau bromida
- Untuk bromida dan iodida
dapat ditentukan tanpa harus menyaring endapan perak halida yang terbentuk
- Untuk klorida, perak klorida yang terbentuk disaring atau digojog
kuat-kuat dengan nitrobenzen agar mengalami koagulasi dan partikel endapan perak klorida terlapisi, sehingga tidak bereaksi dengan amonium tiosianat (titran)
22
PENDAHULUAN
Titrasi Volhard merupakan teknik titrasi balik, digunakan bila reaksi berjalan lambat atau jika tidak ada indikator yang tepat untuk menentukan titik ekivalen.
Prinsip titrasi:
Larutan perak ditambahkan berlebih kedalam larutan halida,
Br- + Ag+(berlebih) AgBr (endapan)
Setelah reaksi sempurna endapan disaring, kemudian larutan dititrasi dengan larutan baku tiosianat,
Ag+ + SCN- AgSCN (larutan)
23
Indikator Fe(III) akan membentuk senyawa larut berwarna merah hasil reaksi Fe3+ dengan ion tiosianat :
Fe3+ + SCN- (Fe(SCN))2+
Reaksi harus dalam suasana asam karena kalau dalam suasana basa akan mudah sekali terbentuk endapan Fe(OH)3
Ksp Fe(OH)3 = 2.10-39 mol3L-3
Dalam titrasi biasa digunakan (Fe3+) = 10-2 M
24
Metoda Volhard banyak digunakan untuk reaksi Ag+ dan Cl- karena selain kelarutan endapannya kecil, suasana asam akan mencegah hidrolisis dari indikator Fe3+. Jika metode ini dilakukan dalam suasana netral akan terganggu oleh endapan dari kation-kation lain.
Metode Volhard digunakan pada titrasi langsung Ag+ dengan larutan CNS-, atau tidak langsung pada penentuan Cl-, Br- dan I-.
Pada titrasi tidak langsung Br- dan I- tidak terganggu oleh CNS- karena kelarutan AgBr = AgCNS, sedangkan kelarutan AgI<AgCNS.
Kesalahan titrasi Cl- terjadi jika endapan AgCl bereaksi lanjut dengan CNS.
AgCl(p) + CNS- AgCNS + Cl-
25
Karena kelarutan AgCNS < AgCl maka reaksi diatas akan bergeser ke arah kiri, sehingga hasil analisis Cl- akan lebih kecil. Hal ini dapat dicegah dengan penyaringan endapan AgCl atau penambahan nitrobenzen sebelum titrasi dengan CNS-. Nitrobenzen menjadi lapisan minyak yang memisahkan endapan dari CNS-.
26
- Titrasi dilakukan secara tidak langsung Larutan standar AgNO3 berlebih ditambahkan ke dalam larutan uji dalam medium asam (biasanya HNO3). Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan amonium tiosianat
Indikator
Biasanya 1-2 ml larutan jenuh besi(III)amonium sulfat
(kira-kira 40%) per 100 ml titrat
27
Reaksi
- saat titrasi berlangsung
Ag+ + X- AgX + Ag+ (AgNO3)
Ag+ + SCN- AgSCN (kelebihan) (putih)
- saat titik akhir tercapai
FeNH4(SO4)2
FeNH4(SO4)2 (titran)
Fe3+[Fe(SCN)6]3- + 4(NH4)2SO4
FeNH4(SO4)2 (titran)
Fe(SCN)3
28
3. Metode Fajans
- dapat untuk PK klorida dan bromida
Indikator
Indikator adsorbsi
* eosin untuk bromida (pH 2 - 3), * diklorofluoresein untuk klorida (pH 4 - 4,5)
29
ARGENTOMETRI FAJANS
Titrasi Fajans menggunakan indikator adsorpsi, yakni senyawa organik yang teradsorpsi ke permukaan padat dari endapan (koloidal) selama proses titrasi berlangsung.
Contoh: Floureseins sebagai anion floureseinat (hijau kuning) bereaksi dengan Ag+ membentuk endapan merah intensif yang teradsorpsi ke permukaan endapan koloidal karena adanya pasangan muatan ion.
Adsorpsi senyawa organik berwarna pada permukaan endapan dapat menginduksi pergeseran elektronik intramolekuler yang mengubah warna. Gejala tersebut digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi pengendapan garam-garam perak.
30
Suatu endapan cenderung lebih mudah mengadsorpsi ion-ion yang membentuk senyawa tidak larut dengan satu dari ion-ion dalam kisi endapan. Jadi, Ag+ atau Cl- akan lebih mudah diadsorpsi oleh endapan AgCl daripada ion Na+ ataupun NO3
-. Anion yang ada dalam larutan akan tertarik membentuk lapisan sekunder.
Fluoresein adalah senyawa asam organik lemah, membentuk anion fluoreseinat yang tidak dapat diadsorpsi oleh endapan koloidal AgCl selama Cl- berlebih. Akan tetapi saat Ag+ berlebih akan terjadi adsorpsi anion fluoreseinat ke lapisan Ag+ yang melapisi endapan, diikuti perubahan warna menjadi pink.
31
Faktor-faktor yang yang dipertimbangkan dalam pemilihan indikator adsorpsi
1. Pada TE jangan dibiarkan AgCl menggumpal menjadi partikel besar, karena akan menurunkan dengan tajam daya adsorpsi permukaan endapan terhadap ndikator. Jika itu terjadi, diatasi dengan penambahan dextrin, sebagai koloid pelindung agar endapan terdispersi lebih banyak. Dengan adanya dextrin perubahan warna menjadi reversibel, dan setelah lewat TE dapat dapat dititrasi balik dengan larutan baku Cl-.
2. Adsorpsi indikator harus terjadi sesaat sebelum TE dan makin cepat pada TE
32
Faktor-faktor yang yang dipertimbangkan dalam pemilihan indikator adsorpsi
3. pH larutan harus terkontrol agar dapat mempertahankan konsentrasi ion dari indikator asam lemah maupun basa. Misalnya flouresein dalam larutan lebih asam dari pH 7 akan melepas floureseinat lebih sedikit sehingga perubahan warna sulit diamati. Flouresein hanya dapat digunakan pada pH 7 – 10.
4. Sebaiknya dipilih ion indikator yang muatannya berlawanan dengan ion penitrasi. Adsorpsi indikator tidak terjadi sebelum terjadi kelebihan titran.
33
Indikator
Indikator Analit Titran Kondisi reaksi
Dikloroflouresein Cl- Ag+ pH = 4
Flouresein Cl- Ag+ pH 7 – 8
Eosin Br-, I-, SCN- Ag+ pH 2
Thorin SO42- Ba2+ pH 1, - 3,5
Hijau Bromkresol SCN- Ag+ pH 4-5
Ungu metil Ag+ Cl- Lar. Asam
Rhodamin 6G Ag+ Br- HNO3 s/d 0,3 M
Ortokrom T Pb2+ CrO42- Lar netral 0,02
M
Biru bromfenol Hg22+ Cl- Lar 0,1 M
34
Prinsip indikator adsorbsi
sebelum titik akhir pada saat titik akhir
AgCl:Cl-:Na+ AgCl:Ag+:Indikator-
(merah)
35
4. Metode Liebig-Deniges
- Terutama untuk menetapkan kadar sianida - Titrasi dilakukan dalam larutan amoniakal
Indikator
KI
Reaksi
Ag+ + 2CN- Ag(CN)2- (keruh larut)
Ag+ + Ag(CN)2- AgAg(CN)2
AgAg(CN)2 + NH3 2Ag(NH3)2+ + 2CN-
Ag(NH3)2+ + I- AgI + 2NH3
keruh intensif ← titik akhir (kuning kenari)
36
Beberapa Titran
a. Larutan AgNO3 0,1N (BM 169,87)
Pembuatan
± 17,5 g AgNO3 dilarutkan dalam 1000 ml akuades
Pembakuan
- Dengan NaCl - Menggunakan indikator eosin - Dititrasi dengan larutan AgNO3 0,1N
b. Larutan NH4SCN 0,1N (BM 76,12)
Pembuatan
± 8 g NH4SCN dilarutkan dalam 1000 ml akuades
Pembakuan
- Dengan sejumlah volume tertentu larutan standar AgNO3 0,1N - Ditambah HNO3 (bebas NO2
-)
- Menggunakan indikator FeNH4(SO4)2
- [suhu < 25 oC; jika > 25 oC Fe(SCN)3 (pucat)] - Dititrasi dengan larutan standar NH4SCN
• METODE ELEKTROMETRI
(titik akhir titrasi ditentukan dengan potensiometri/konduktometri)
• METODE MOHR (indikator K2CrO4)
• METODE FAJANS (indikator fluoroscein dan turunannya)
• METODE VOLHARD (indikator Fe3+)
• LEIBIG-DENIGES (terbentuk kekeruhan)
Mohr Volhard Fajans Elektro- kimia
pH 7-10,5 0,2-0,9 N HNO3 7-10 -Cara titrasi
langsung Tidak langsung langsung langsung
Indikator K2CrO4 Fe3+ Fluorscein -
Perubahan pada saat end-point
End. Putih
End. Merah bata
End. Putih
Larutan. Merah Intensif
End. Putih
Suspensi Merah
Loncatan potensial
MOHR Pembentukan endapan II yg berbeda warna dengan endapan I) VOLHARD Pembentukan warna senyawa II yang larut LIEBIG-DENIGES Pembentukan kekeruhan FAJANS Adsorbsi senyawa-senyawa organik tertentu oleh endapan yang berada dalam bentuk koloid POTENSIOMETRI Terjadi loncatan potensial
• PEMBAKUAN LARUTAN AgNO3
METODA MOHR
• PENENTUAN KADAR SAMPEL (Cl-, Br-, CNS-, oksalat, fosfat dsb.)
METODA FAJANS, MOHR, VOLHARD, ELECTROMETRI)
Pembakuan AgNO3 (METODA FAJANS)Na Cl + AgNO3 AgCl + NaNO3
Endapan putih Larut
AgCl Ag+ + NO3- + Fluoroscein -
AgCl +Fluoroscein +
AgNO3 (Suspensi putih) (Suspensi hijau) (Suspensi merah)
Penentuan kadar sampel (METODA MOHR)
Cl- + AgNO3 AgCl + NO3-
Endapan putih Larut
2 AgNO3 + K2 CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO3
Endapan Larut coklat merah
Pembakuan AgNO3 (METODA MOHR)
Na Cl + AgNO3 AgCl + NaNO3
Endapan putih Larut
2 AgNO3 + K2 CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO3
Endapan Larut coklat merah
Penentuan kadar sampel (METODA FAJANS)
Cl- + AgNO3 AgCl + NO3-
Endapan putih Larut
AgCl Ag+ + NO3- + Fluoroscein -
AgCl
+Fluoroscein + AgNO3 (Suspensi putih) (Suspensi hijau) (Suspensi merah)
Penentuan kadar sampel (METODA VOLHARD)
Cl- + AgNO3 AgCl +
NO3-
berlebih Endapan putih Larut
disaring
AgNO3 + CNS- AgCNS + NO3
-
kelebihan (N) Endapan Larut (filtrat) putih
CNS- + Fe3+ FeCNS2-
(larutan merah intensif)
(V X N) = (V X N)
9,64 mL x N = 10,0 mL x 0,0998
N = 0,998/9,64 = 0,998/9,64
N = 0,1050 M = 0,1050 mol/L
PEMBAKUAN AgNO3 (FAJANS)
AgNO3
NaCl
AgNO
3N ?
NaCl
10,0 mL
AgNO3
AgNO3
+ FLUOROSCEIN
AgNO3
AMILUM
(V X N) = (V X N)
10,50 mL x 0,1050 = 10,0 mL x NCl
NCl = 1,050 x 0,1050
MCl = 0,1103 mol/L
= 0,1103 x 35,5 g/L
= 0,01103 x 35,5 g/100 mL
= 0,39 %
AgNO3
Cl
PENENTUAN KADAR SAMPEL (MOHR)
AgNO3
Cl 10,0 mL
K2CrO4
10,0 mL
Sampel infus Ringer Laktat ditentukan kadar kloridanya secara argentometri menggunakan metoda Volhard. Pada pembaku-an larutan AgNO3 ditimbang seksama NaCl + 290 mg, dilarutkan air suling sampai 50,0 mL, dipipet 10,0 mL dan dititrasi dengan larutan AgNO3
menggunakan indikator K2CrO4. Volume titran yang diperlukan adalah 10,20 mL.
Pada penentuan kadar sampel, dipipet 10,0 mL larutan infus, dimasukkan ke erlenmeyer 250 mL, ditambah 20,0 mL larutan AgNO3, dikocok hingga reaksi sempurna. Suspensi disaring dengan cara dekantasi, endapan dicuci dengan air suling sampai bebas NO3
- ,
filtrat dititrasi dengan larutan NH4CNS 0,1000 N menggunakan indikator larutan FeCl3 sampai warna merah intensif. Apabila titran yang diperlukan adalah 11,50 mL, berapa persen (b/v) kadar klorida dalam sampel infus? (BM NaCl 58,55, BA Cl 35,5)
PENENTUAN KADAR Cl DENGAN METODA VOLHARD
(V X N) = 20 x {0,0991X10}/10,20 mgrek
(V X N) = 0,1000 x 11,50 mgrek
(V X N) = 10,0 mL x NCl
1,9424 – (1,150) = 10 x NCl
NCl = {1,9424 - 1,150}/10
= 0,7924/10 = 0,07924
MCl = 0,07924 mol/L
% Cl = 100/1000 X {0,07924 X 35,5}
= 0,28% (g/100 mL)
AgNO3tot
al
PENENTUAN KADAR SAMPEL (VOLHARD)
CNS-
(0,1000N)
AgNO3
Keleb.
Fe3+
AgNO3kelebihan
11,50 mL
AgNO3bereaksi
Efedrin HCl dalam tablet ditentukan kadarnya secara argento-metri. Papa pembakuan AgNO3 ditimbang seksama NaCl + 580 mg, dilarutkan dalam air 100,0 mL. Larutan baku primer NaCl dipipet 10,0 mL dan dititrasi dengan larutan AgNO3 , indikator fluoroscein. Volume titran yang diperlukan 10,20 mL.
Pada penentuan kadar sampel, sebanyak 20 tablet sebelum diserbuk ditimbang satu per satu untuk dihitung berat rerata tablet. Ditimbang seksama + 0,3 g serbuk, ditambah 10 mL air, asam asetat dan indikator bromofenol biru (bromphenol blue), dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL, dititrasi dengan AgNO3 sampai warna ungu. Titran yang diperlukan 11,00 mL. Apabila berat rerata tablet efedrin HCL 250 mg, kadar efedrin dalam setiap tablet sesuai Farmakope adalah 25 mg, dengan syarat tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105%, apakah kadar efedrin dalam sampel tablet tersebut memenuhi syarat? (BM NaCl 58,55; BM efedrin 165,23; BM HCl 36,5; 1 mL 0,1 N AgNO3 setara dengan 0,0027 gram efedrin HCl).
PENENTUAN KADAR EFEDRIN HCl
(V X N) = (V X N)
10,20 mL x N = 10,0 mL x 0,0991
N = 0,991/10,2 = 0,0972
M = 0,0972 mol/L
PEMBAKUAN AgNO3 (FAJANS)
AgNO3
NaCl
AgNO
3N ?
NaCl
10,0 mL
AgNO3
AgNO3
+ FLUOROSCEIN
AgNO3
AMILUM
Mgrek AgNO3 = V x N
11,00 mL = 11,00 x 0,0972
= 1,0692
PENENTUAN KADAR SAMPEL
AgNO3
Cl 10,0 mL
K2CrO4
10,0 mL
KESETARAAN: 0,1N X 1ml 0,0027 gram efedrin HCl
1,0692 0,0289 gram efedrin HCl BM efedrin/BMefedrinHCl x 0,0289
gram p
Kadar efedrin = 250/300 x p
% efedrin= {250/300 x p}/25 x 100
bandingkan Farmakope
Prinsip Kerja Fajans Elektro- kimia
Titran AgNO3 AgNO3
Yang dititrasi Sampel (garam halida)
Sampel (garam halida)
pH 7-10 Tergantung sampel
Cara titrasi langsung langsung
Indikator Fluorscein + dekstrin
Loncatan potensial, diamati dengan potensiometer
Perubahan warna
Kuning hijau suspensi merah
-
DISEBABKAN OLEH: PEMBUATAN LARUTAN BAKU DAN PEMBACAAN SKALA BURETKESALAHAN PENIMBANGAN, MELARUTKAN PADA SAAT
KESALAHAN PENGAMATAN END-POINT, KARENA:
PENGOCOKAN YANG KURANG KUAT JUMLAH INDIKATOR TIDAK TEPAT, TITRASI TERLALU CEPAT, ADANYA PENGARUH CAHAYA ATAU KONTAMINAN REDUKTOR LAIN
DIATASI DENGAN:•PENGOCOKAN HARUS KUAT
•MENGELIMINASI KESALAHAN SISTEMATIK
•PENGGUNAAN INDIKATOR HARUS TEPAT, PADA SAAT END POINT TITRASI HARUS DILAKUKAN CERMAT SAMBIL MENGAMATI PERUBAHAN WARNA, MENGHINDARI PENGARUH CAHAYA, MENGHINDARI KONTAMINAN TERUTAMA YANG BERASAL DARI PELARUT (INI DAPAT DIATASI DENGAN TITRASI BLANKO)
Metode Mohr:-Koreksi titran
-Konsentrasi indikator K2CrO4 5.10-3 M (tersedia 0,0989 M V?)
-Titrasi dilakukan dalam suasana netral atau sedikit alkali, bila
terlalu asam kepekaan indikator menurun, bila terlalu basa akan
terbentuk AgOH atau Ag2O sebelum terbentuk endapan AgCrO4
Metode Fajans:• Penambahan amilum atau dekstrin untuk mencegah terjadinya
penggumpalan
• Titrasi dilakukan dalam suasana netral atau sedikit alkali
(pH 7-10), diatur dengan panambahan NaHCO3 atau borax bebas
klorida atau amonium asetat berlebih
• Fluoroscein adalah indikator adsorbsi, oleh karena itu faktor
pengocokan harus diperhatikan
Tujuan:
mengetahui kelebihan titran krn konsentrasi indikator diper-kecil dan menentukan warna endapan standar merah bata
Cara : - Ukur volume titran dari hasil titrasi, misalnya 10,50 mL- Jumlahkan dengan volume sampel yang dipipet (10,0 mL)- Volume indikator diabaikan- Pipet air suling sebanyak 20,5 mL
- Tambahkan indikator K2CrO4
- Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai end point
- Volume titran (untuk koreksi) diperhitungkan terhadap
volume titran untuk titrasi sampel dan warna endapan
dijadikan acuan untuk penentuan end-point.
Sampel infus ditentukan kadar kloridanya secara argentometri menggunakan metoda Mohr. Pada pembakuan, ditimbang NaCl 600,0 mg, dilarutkan dalam air suling sampai 100,0 mL, dipipet sebanyak 10,0 mL dan dititrasi dengan larutan AgNO3, indikator K2CrO4. Titran yang diperlukan adalah 11,50 mL.
Pada penentuan kadar sampel, dipipet 10,0 mL larutan infus, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL ditambah indikator K2CrO4, dititrasi dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk endapan berwarna merah bata. Apabila titran yang diperlukan adalah 10,80 mL, berapa persen (b/v) kadar klorida dalam sampel infus? (BM NaCl 58,55, BA Cl 35,5). Apabila menurut persyaratan Farmakope kadar NaCl dalam larutan infus adalah 0,9%, tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105%, apakah kadar NaCl dalam larutan infus tsb. memenuhi persyaratan Farmakope?.
PENENTUAN KADAR Cl DENGAN METODA MOHR
Jawab:
N NaCl= 0,6000/58,55x1000/100 = 0,1025 grek/L
Baku AgNO3 = (10,0X0,1025)/11,50=0,0891 N
NaCl dalam infus 10,0 ml masukkan EM + Aqua dest 250 ml ;
setara dg= 10,80X0,0891 mgrek=0,9623 mmol
Dalam 10,0 ml infus ada NaCl 0,9623 mmol= 0,9623 x 58,55 mg= 56,34 mg=0,0563 g=0,563 %
Kadar NaCl 0,563 % < dari 0,9 % syarat Farmakope; berarti Tidak memenuhi syarat Farmakope !
TERIMA KASIH