kuliah-titrasi-pengendapan

57
ANALISIS KUANTITATIF : MENENTUKAN VOLUME LARUTAN YANG SUDAH DIKETAHUI KONSENTRASINYA, YANG BEREAKSI SECARA KUANTITATIF DAN STOKHIOMETRI DENGAN LARUTAN SAMPEL

Upload: wahyu-rahmadhan

Post on 19-Dec-2015

95 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

llllll

TRANSCRIPT

Page 1: kuliah-titrasi-pengendapan

ANALISIS KUANTITATIF : MENENTUKAN VOLUME LARUTAN YANG SUDAH DIKETAHUI KONSENTRASINYA, YANG BEREAKSI SECARA KUANTITATIF DAN STOKHIOMETRI DENGAN LARUTAN SAMPEL

Page 2: kuliah-titrasi-pengendapan

PENENTUAN VOLUME TITRAN

LAR. STANDAR

KUANTITATIF/ STOKHIOMETRI

PENENTUAN KADAR SAMPEL

MMOL. SAMPEL

LARUTAN STANDAR

LAR. SAMPEL

REAKSI SEMPURNA

+MGREK LAR. STANDAR

=

MGREK LAR. SAMPEL

MGRAM SAMPEL

1

32

4X BM

Page 3: kuliah-titrasi-pengendapan

BERDASARKAN KOMBINASI ION:

• ASAM-BASA

• PENGENDAPAN DAN PEMBENTUKAN KOMPLEK ARGENTOMETRI

• KOMPLEKSOMETRI

BERDASARKAN PERTUKARAN ELEKTRON:

REAKSI OKSIDASI-REDUKSI

Page 4: kuliah-titrasi-pengendapan

4

Page 5: kuliah-titrasi-pengendapan

5

PENDAHULUAN

Jumlah metode tidak sebanyak titrasi asam – basa atau titrasi redoks

Kesulitan mencari indikator yang sesuai Komposisi endapan sering tidak diketahui secara

pasti, terutama jika ada efek kopresipitasi. Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang

melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.

Page 6: kuliah-titrasi-pengendapan

6

PENDAHULUAN Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah

lama dikenal adalah melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standard perak nitrat AgNO3.

Argentometri paling banyak dipakai dalam titrasi pengendapan karena hasil kali kelarutan garam perak halida (pseudo halida) sangat kecil.

Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halida akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat PO4

3- dan ion arsenat AsO43-.

Page 7: kuliah-titrasi-pengendapan

7

Hasil Kali Kelarutan

Ksp AgCl = 1,82 x 10.-10

Ksp AgCNS = 1,1 x 10-12

Ksp AgBr = 5,0 x 10.-13

Ksp AgCN = 2,2 x 10-16

Ksp AgI = 8,3 x 10-17

PENENTUAN TITIK AKHIR Cara Mohr indikator CrO4

Cara Volhard indikator Fe3+

Cara Fajans, fluorescein (indikator adsorpsi).

Page 8: kuliah-titrasi-pengendapan

8

ARGENTOMETRI

Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl - dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.

Ag(NO3)(aq)  +  NaCl(aq) -> AgCl(s)  + NaNO3(aq)

Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Indikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorpsi. Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain menggunakan jenis indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik ekuivalen.

Page 9: kuliah-titrasi-pengendapan

9

Argentometri

Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat dengan basa kuat dan antara asam lemah dengan basa kuat.

Page 10: kuliah-titrasi-pengendapan

Argentometri

10

Pendahuluan

Dasar Argentometri reaksi pengendapan, melibatkan garam perak

Karena yang terjadi adalah reaksi pengendapan, argentometri disebut juga titrasi pengendapan

Argentometri biasanya digunakan untuk menetapkan kadar halogen

Page 11: kuliah-titrasi-pengendapan

Reaksi zat yang dititrasi dengan pentiter : cepat

Reaksi sempurna secara kuantitatif

Tidak ada reaksi tambahan yang mempengaruhi stokhiometri antara zat yang dititrasi dengan larutan baku primer

Titik akhir titrasi jatuh berdekatan dengan titik ekivalen

Page 12: kuliah-titrasi-pengendapan

PEREAKSI: LARUTAN AgNO3

BERDASARKAN TERBENTUKNYA ENDAPAN

Cl- + Ag+ AgCl

PUTIHBr-, PO4

3-, Oksalat dsb.

Page 13: kuliah-titrasi-pengendapan

LAR. DIKET. KONS.

AgNO3 (N)

LAR. SAMPEL/ ANALIT KONS.

AKAN DITETAPKAN

KUANTITATIF/ STOKHIOMETRI

TITIK AKHIR TITRASI

PENTITER

VOLUMENYA

DIUKUR(mL) INDIKATOR

+

TITIK EKIVALEN

MGREK ANALIT

Page 14: kuliah-titrasi-pengendapan

14

Metode-metode Argentometri

1. Metode Mohr

- Terutama untuk menetapkan kadar klorida * Kadar Iodida tidak dapat ditetapkan dengan metode ini perubahan warna terjadi tidak menentu

Indikator

1-2 ml larutan K2CrO4 5% per 100 ml larutan uji, atau larutan K2CrO4 10%

* Jika terlalu besar titik akhir terjadi sebelum titik ekivalen Jika terlalu kecil titik akhir lambat tercapai

Page 15: kuliah-titrasi-pengendapan

15

Prinsip

Jika larutan Ag+ ditambahkan kedalam larutan Cl- yang mengandung sedikit CrO4, maka AgCl akan mengendap terlebih dahulu, sementara itu Ag2CrO4 belum terbentuk, dan penambahan (Ag+) sampai melewati Ksp Ag2CrO4 (2,0x10-12) akan membentuk endapan merah Ag2CrO4.

Ag+ + Cl- AgCl(s)

Ag+ + CrO42- AgCrO4 (endapan merah)

Kelarutan Ag2CrO4 (8,4x10-5 M) > AgCl (1,35x10-5 M)

Page 16: kuliah-titrasi-pengendapan

16

Batasan

Konsentrasi CrO4 yang digunakan sebaiknya pada kisaran 0,005 M sampai 0,01 M, supaya kesalahan titrasi diperkecil. Bila konsentrasi terlalu besar maka warna kuning CrO4

2- akan mengganggu pengamatan terbentuknya endapan Ag2CrO4. Sementara bila konsentrasi lebih kecil dari 0,005 M akan memerlukan penambahan (Ag+) yang berlebih agar terbentuk endapan Ag2CrO4 sehingga memperbesar kesalahan titrasi.

Titrasi Mohr terbatas pada pH 6-10 atau 7-9. Dalam larutan basa akan terjadi reaksi:

Ag+ + OH- 2AgOH Ag2O + H2O

Page 17: kuliah-titrasi-pengendapan

17

Dalam larutan asam (CrO42-) akan turun

sehingga hanya sedikit HCrO4- yang terionisasi

karena reaksi akan berlanjut sbb:

2H+ + CrO42- 2HCrO4

- Cr2O72- + H2O

Titrasi Mohr dapat digunakan untuk titrasi Br- dan CN- dalam larutan basa lemah, sedangkan untuk I- dan CNS- tidak feasible karena akan terjadi adsorpsi oleh endapan.

Page 18: kuliah-titrasi-pengendapan

18

Reaksi

- saat titrasi berlangsung

Ag+ + Cl- AgCl (AgNO3)

- saat titik akhir tercapai

2 Ag+ + CrO42- Ag2CrO4

pH titrasi

Disarankan pada pH netral atau mendekati netral ( sekitar 8 )

Page 19: kuliah-titrasi-pengendapan

19

pH titrasi

* Jika keasaman meningkat,

kelarutan endapan Ag2CrO4 meningkat sehingga ion indikator kromat dikonversi menjadi bikromat sehingga dibutuhkan indikator yang lebih banyak untuk membentuk endapan Ag2CrO4. Akibatnya, titik akhir titrasi menjadi lambat tercapai.

2 CrO42- + 2 H+ 2 HCrO4

-

Cr2O72- + H2O

Page 20: kuliah-titrasi-pengendapan

20

pH titrasi

* Sebaliknya,

Pembentukan endapan perak hidroksida atau perak karbonat pada pH sangat basa dihindari

Ag+ + OH- AgOH

Ag2O + H2O

Jika larutan uji, - terlalu basa dinetralkan dengan HNO3 encer (1:20)

- terlalu asam dinetralkan dengan boraks bebas klorida, CaCO3 bebas klorida, Na- atau KHCO3, atau MgO; atau menggunakan bufer asetat Dianjurkan : boraks atau bikarbonat

Page 21: kuliah-titrasi-pengendapan

21

2. Metode Volhard

- Paling sering PK klorida atau bromida

- Untuk bromida dan iodida

dapat ditentukan tanpa harus menyaring endapan perak halida yang terbentuk

- Untuk klorida, perak klorida yang terbentuk disaring atau digojog

kuat-kuat dengan nitrobenzen agar mengalami koagulasi dan partikel endapan perak klorida terlapisi, sehingga tidak bereaksi dengan amonium tiosianat (titran)

Page 22: kuliah-titrasi-pengendapan

22

PENDAHULUAN

Titrasi Volhard merupakan teknik titrasi balik, digunakan bila reaksi berjalan lambat atau jika tidak ada indikator yang tepat untuk menentukan titik ekivalen.

Prinsip titrasi:

Larutan perak ditambahkan berlebih kedalam larutan halida,

Br- + Ag+(berlebih) AgBr (endapan)

Setelah reaksi sempurna endapan disaring, kemudian larutan dititrasi dengan larutan baku tiosianat,

Ag+ + SCN- AgSCN (larutan)

Page 23: kuliah-titrasi-pengendapan

23

Indikator Fe(III) akan membentuk senyawa larut berwarna merah hasil reaksi Fe3+ dengan ion tiosianat :

Fe3+ + SCN- (Fe(SCN))2+

Reaksi harus dalam suasana asam karena kalau dalam suasana basa akan mudah sekali terbentuk endapan Fe(OH)3

Ksp Fe(OH)3 = 2.10-39 mol3L-3

Dalam titrasi biasa digunakan (Fe3+) = 10-2 M

Page 24: kuliah-titrasi-pengendapan

24

Metoda Volhard banyak digunakan untuk reaksi Ag+ dan Cl- karena selain kelarutan endapannya kecil, suasana asam akan mencegah hidrolisis dari indikator Fe3+. Jika metode ini dilakukan dalam suasana netral akan terganggu oleh endapan dari kation-kation lain.

Metode Volhard digunakan pada titrasi langsung Ag+ dengan larutan CNS-, atau tidak langsung pada penentuan Cl-, Br- dan I-.

Pada titrasi tidak langsung Br- dan I- tidak terganggu oleh CNS- karena kelarutan AgBr = AgCNS, sedangkan kelarutan AgI<AgCNS.

Kesalahan titrasi Cl- terjadi jika endapan AgCl bereaksi lanjut dengan CNS.

AgCl(p) + CNS- AgCNS + Cl-

Page 25: kuliah-titrasi-pengendapan

25

Karena kelarutan AgCNS < AgCl maka reaksi diatas akan bergeser ke arah kiri, sehingga hasil analisis Cl- akan lebih kecil. Hal ini dapat dicegah dengan penyaringan endapan AgCl atau penambahan nitrobenzen sebelum titrasi dengan CNS-. Nitrobenzen menjadi lapisan minyak yang memisahkan endapan dari CNS-.

Page 26: kuliah-titrasi-pengendapan

26

- Titrasi dilakukan secara tidak langsung Larutan standar AgNO3 berlebih ditambahkan ke dalam larutan uji dalam medium asam (biasanya HNO3). Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan amonium tiosianat

Indikator

Biasanya 1-2 ml larutan jenuh besi(III)amonium sulfat

(kira-kira 40%) per 100 ml titrat

Page 27: kuliah-titrasi-pengendapan

27

Reaksi

- saat titrasi berlangsung

Ag+ + X- AgX + Ag+ (AgNO3)

Ag+ + SCN- AgSCN (kelebihan) (putih)

- saat titik akhir tercapai

FeNH4(SO4)2

FeNH4(SO4)2 (titran)

Fe3+[Fe(SCN)6]3- + 4(NH4)2SO4

FeNH4(SO4)2 (titran)

Fe(SCN)3

Page 28: kuliah-titrasi-pengendapan

28

3. Metode Fajans

- dapat untuk PK klorida dan bromida

Indikator

Indikator adsorbsi

* eosin untuk bromida (pH 2 - 3), * diklorofluoresein untuk klorida (pH 4 - 4,5)

Page 29: kuliah-titrasi-pengendapan

29

ARGENTOMETRI FAJANS

Titrasi Fajans menggunakan indikator adsorpsi, yakni senyawa organik yang teradsorpsi ke permukaan padat dari endapan (koloidal) selama proses titrasi berlangsung.

Contoh: Floureseins sebagai anion floureseinat (hijau kuning) bereaksi dengan Ag+ membentuk endapan merah intensif yang teradsorpsi ke permukaan endapan koloidal karena adanya pasangan muatan ion.

Adsorpsi senyawa organik berwarna pada permukaan endapan dapat menginduksi pergeseran elektronik intramolekuler yang mengubah warna. Gejala tersebut digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi pengendapan garam-garam perak.

Page 30: kuliah-titrasi-pengendapan

30

Suatu endapan cenderung lebih mudah mengadsorpsi ion-ion yang membentuk senyawa tidak larut dengan satu dari ion-ion dalam kisi endapan. Jadi, Ag+ atau Cl- akan lebih mudah diadsorpsi oleh endapan AgCl daripada ion Na+ ataupun NO3

-. Anion yang ada dalam larutan akan tertarik membentuk lapisan sekunder.

Fluoresein adalah senyawa asam organik lemah, membentuk anion fluoreseinat yang tidak dapat diadsorpsi oleh endapan koloidal AgCl selama Cl- berlebih. Akan tetapi saat Ag+ berlebih akan terjadi adsorpsi anion fluoreseinat ke lapisan Ag+ yang melapisi endapan, diikuti perubahan warna menjadi pink.

Page 31: kuliah-titrasi-pengendapan

31

Faktor-faktor yang yang dipertimbangkan dalam pemilihan indikator adsorpsi

1. Pada TE jangan dibiarkan AgCl menggumpal menjadi partikel besar, karena akan menurunkan dengan tajam daya adsorpsi permukaan endapan terhadap ndikator. Jika itu terjadi, diatasi dengan penambahan dextrin, sebagai koloid pelindung agar endapan terdispersi lebih banyak. Dengan adanya dextrin perubahan warna menjadi reversibel, dan setelah lewat TE dapat dapat dititrasi balik dengan larutan baku Cl-.

2. Adsorpsi indikator harus terjadi sesaat sebelum TE dan makin cepat pada TE

Page 32: kuliah-titrasi-pengendapan

32

Faktor-faktor yang yang dipertimbangkan dalam pemilihan indikator adsorpsi

3. pH larutan harus terkontrol agar dapat mempertahankan konsentrasi ion dari indikator asam lemah maupun basa. Misalnya flouresein dalam larutan lebih asam dari pH 7 akan melepas floureseinat lebih sedikit sehingga perubahan warna sulit diamati. Flouresein hanya dapat digunakan pada pH 7 – 10.

4. Sebaiknya dipilih ion indikator yang muatannya berlawanan dengan ion penitrasi. Adsorpsi indikator tidak terjadi sebelum terjadi kelebihan titran.

Page 33: kuliah-titrasi-pengendapan

33

Indikator

Indikator Analit Titran Kondisi reaksi

Dikloroflouresein Cl- Ag+ pH = 4

Flouresein Cl- Ag+ pH 7 – 8

Eosin Br-, I-, SCN- Ag+ pH 2

Thorin SO42- Ba2+ pH 1, - 3,5

Hijau Bromkresol SCN- Ag+ pH 4-5

Ungu metil Ag+ Cl- Lar. Asam

Rhodamin 6G Ag+ Br- HNO3 s/d 0,3 M

Ortokrom T Pb2+ CrO42- Lar netral 0,02

M

Biru bromfenol Hg22+ Cl- Lar 0,1 M

Page 34: kuliah-titrasi-pengendapan

34

Prinsip indikator adsorbsi

sebelum titik akhir pada saat titik akhir

AgCl:Cl-:Na+ AgCl:Ag+:Indikator-

(merah)

Page 35: kuliah-titrasi-pengendapan

35

4. Metode Liebig-Deniges

- Terutama untuk menetapkan kadar sianida - Titrasi dilakukan dalam larutan amoniakal

Indikator

KI

Reaksi

Ag+ + 2CN- Ag(CN)2- (keruh larut)

Ag+ + Ag(CN)2- AgAg(CN)2

AgAg(CN)2 + NH3 2Ag(NH3)2+ + 2CN-

Ag(NH3)2+ + I- AgI + 2NH3

keruh intensif ← titik akhir (kuning kenari)

Page 36: kuliah-titrasi-pengendapan

36

Beberapa Titran

a. Larutan AgNO3 0,1N (BM 169,87)

Pembuatan

± 17,5 g AgNO3 dilarutkan dalam 1000 ml akuades

Pembakuan

- Dengan NaCl - Menggunakan indikator eosin - Dititrasi dengan larutan AgNO3 0,1N

b. Larutan NH4SCN 0,1N (BM 76,12)

Pembuatan

± 8 g NH4SCN dilarutkan dalam 1000 ml akuades

Pembakuan

- Dengan sejumlah volume tertentu larutan standar AgNO3 0,1N - Ditambah HNO3 (bebas NO2

-)

- Menggunakan indikator FeNH4(SO4)2

- [suhu < 25 oC; jika > 25 oC Fe(SCN)3 (pucat)] - Dititrasi dengan larutan standar NH4SCN

Page 37: kuliah-titrasi-pengendapan

• METODE ELEKTROMETRI

(titik akhir titrasi ditentukan dengan potensiometri/konduktometri)

• METODE MOHR (indikator K2CrO4)

• METODE FAJANS (indikator fluoroscein dan turunannya)

• METODE VOLHARD (indikator Fe3+)

• LEIBIG-DENIGES (terbentuk kekeruhan)

Page 38: kuliah-titrasi-pengendapan

Mohr Volhard Fajans Elektro- kimia

pH 7-10,5 0,2-0,9 N HNO3 7-10 -Cara titrasi

langsung Tidak langsung langsung langsung

Indikator K2CrO4 Fe3+ Fluorscein -

Perubahan pada saat end-point

End. Putih

End. Merah bata

End. Putih

Larutan. Merah Intensif

End. Putih

Suspensi Merah

Loncatan potensial

Page 39: kuliah-titrasi-pengendapan

MOHR Pembentukan endapan II yg berbeda warna dengan endapan I) VOLHARD Pembentukan warna senyawa II yang larut LIEBIG-DENIGES Pembentukan kekeruhan FAJANS Adsorbsi senyawa-senyawa organik tertentu oleh endapan yang berada dalam bentuk koloid POTENSIOMETRI Terjadi loncatan potensial

Page 40: kuliah-titrasi-pengendapan

• PEMBAKUAN LARUTAN AgNO3

METODA MOHR

• PENENTUAN KADAR SAMPEL (Cl-, Br-, CNS-, oksalat, fosfat dsb.)

METODA FAJANS, MOHR, VOLHARD, ELECTROMETRI)

Page 41: kuliah-titrasi-pengendapan

Pembakuan AgNO3 (METODA FAJANS)Na Cl + AgNO3 AgCl + NaNO3

Endapan putih Larut

AgCl Ag+ + NO3- + Fluoroscein -

AgCl +Fluoroscein +

AgNO3 (Suspensi putih) (Suspensi hijau) (Suspensi merah)

Penentuan kadar sampel (METODA MOHR)

Cl- + AgNO3 AgCl + NO3-

Endapan putih Larut

2 AgNO3 + K2 CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO3

Endapan Larut coklat merah

Page 42: kuliah-titrasi-pengendapan

Pembakuan AgNO3 (METODA MOHR)

Na Cl + AgNO3 AgCl + NaNO3

Endapan putih Larut

2 AgNO3 + K2 CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO3

Endapan Larut coklat merah

Penentuan kadar sampel (METODA FAJANS)

Cl- + AgNO3 AgCl + NO3-

Endapan putih Larut

AgCl Ag+ + NO3- + Fluoroscein -

AgCl

+Fluoroscein + AgNO3 (Suspensi putih) (Suspensi hijau) (Suspensi merah)

Page 43: kuliah-titrasi-pengendapan

Penentuan kadar sampel (METODA VOLHARD)

Cl- + AgNO3 AgCl +

NO3-

berlebih Endapan putih Larut

disaring

AgNO3 + CNS- AgCNS + NO3

-

kelebihan (N) Endapan Larut (filtrat) putih

CNS- + Fe3+ FeCNS2-

(larutan merah intensif)

Page 44: kuliah-titrasi-pengendapan

(V X N) = (V X N)

9,64 mL x N = 10,0 mL x 0,0998

N = 0,998/9,64 = 0,998/9,64

N = 0,1050 M = 0,1050 mol/L

PEMBAKUAN AgNO3 (FAJANS)

AgNO3

NaCl

AgNO

3N ?

NaCl

10,0 mL

AgNO3

AgNO3

+ FLUOROSCEIN

AgNO3

AMILUM

Page 45: kuliah-titrasi-pengendapan

(V X N) = (V X N)

10,50 mL x 0,1050 = 10,0 mL x NCl

NCl = 1,050 x 0,1050

MCl = 0,1103 mol/L

= 0,1103 x 35,5 g/L

= 0,01103 x 35,5 g/100 mL

= 0,39 %

AgNO3

Cl

PENENTUAN KADAR SAMPEL (MOHR)

AgNO3

Cl 10,0 mL

K2CrO4

10,0 mL

Page 46: kuliah-titrasi-pengendapan

Sampel infus Ringer Laktat ditentukan kadar kloridanya secara argentometri menggunakan metoda Volhard. Pada pembaku-an larutan AgNO3 ditimbang seksama NaCl + 290 mg, dilarutkan air suling sampai 50,0 mL, dipipet 10,0 mL dan dititrasi dengan larutan AgNO3

menggunakan indikator K2CrO4. Volume titran yang diperlukan adalah 10,20 mL.

Pada penentuan kadar sampel, dipipet 10,0 mL larutan infus, dimasukkan ke erlenmeyer 250 mL, ditambah 20,0 mL larutan AgNO3, dikocok hingga reaksi sempurna. Suspensi disaring dengan cara dekantasi, endapan dicuci dengan air suling sampai bebas NO3

- ,

filtrat dititrasi dengan larutan NH4CNS 0,1000 N menggunakan indikator larutan FeCl3 sampai warna merah intensif. Apabila titran yang diperlukan adalah 11,50 mL, berapa persen (b/v) kadar klorida dalam sampel infus? (BM NaCl 58,55, BA Cl 35,5)

PENENTUAN KADAR Cl DENGAN METODA VOLHARD

Page 47: kuliah-titrasi-pengendapan

(V X N) = 20 x {0,0991X10}/10,20 mgrek

(V X N) = 0,1000 x 11,50 mgrek

(V X N) = 10,0 mL x NCl

1,9424 – (1,150) = 10 x NCl

NCl = {1,9424 - 1,150}/10

= 0,7924/10 = 0,07924

MCl = 0,07924 mol/L

% Cl = 100/1000 X {0,07924 X 35,5}

= 0,28% (g/100 mL)

AgNO3tot

al

PENENTUAN KADAR SAMPEL (VOLHARD)

CNS-

(0,1000N)

AgNO3

Keleb.

Fe3+

AgNO3kelebihan

11,50 mL

AgNO3bereaksi

Page 48: kuliah-titrasi-pengendapan

Efedrin HCl dalam tablet ditentukan kadarnya secara argento-metri. Papa pembakuan AgNO3 ditimbang seksama NaCl + 580 mg, dilarutkan dalam air 100,0 mL. Larutan baku primer NaCl dipipet 10,0 mL dan dititrasi dengan larutan AgNO3 , indikator fluoroscein. Volume titran yang diperlukan 10,20 mL.

Pada penentuan kadar sampel, sebanyak 20 tablet sebelum diserbuk ditimbang satu per satu untuk dihitung berat rerata tablet. Ditimbang seksama + 0,3 g serbuk, ditambah 10 mL air, asam asetat dan indikator bromofenol biru (bromphenol blue), dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL, dititrasi dengan AgNO3 sampai warna ungu. Titran yang diperlukan 11,00 mL. Apabila berat rerata tablet efedrin HCL 250 mg, kadar efedrin dalam setiap tablet sesuai Farmakope adalah 25 mg, dengan syarat tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105%, apakah kadar efedrin dalam sampel tablet tersebut memenuhi syarat? (BM NaCl 58,55; BM efedrin 165,23; BM HCl 36,5; 1 mL 0,1 N AgNO3 setara dengan 0,0027 gram efedrin HCl).

PENENTUAN KADAR EFEDRIN HCl

Page 49: kuliah-titrasi-pengendapan

(V X N) = (V X N)

10,20 mL x N = 10,0 mL x 0,0991

N = 0,991/10,2 = 0,0972

M = 0,0972 mol/L

PEMBAKUAN AgNO3 (FAJANS)

AgNO3

NaCl

AgNO

3N ?

NaCl

10,0 mL

AgNO3

AgNO3

+ FLUOROSCEIN

AgNO3

AMILUM

Page 50: kuliah-titrasi-pengendapan

Mgrek AgNO3 = V x N

11,00 mL = 11,00 x 0,0972

= 1,0692

PENENTUAN KADAR SAMPEL

AgNO3

Cl 10,0 mL

K2CrO4

10,0 mL

KESETARAAN: 0,1N X 1ml 0,0027 gram efedrin HCl

1,0692 0,0289 gram efedrin HCl BM efedrin/BMefedrinHCl x 0,0289

gram p

Kadar efedrin = 250/300 x p

% efedrin= {250/300 x p}/25 x 100

bandingkan Farmakope

Page 51: kuliah-titrasi-pengendapan

Prinsip Kerja Fajans Elektro- kimia

Titran AgNO3 AgNO3

Yang dititrasi Sampel (garam halida)

Sampel (garam halida)

pH 7-10 Tergantung sampel

Cara titrasi langsung langsung

Indikator Fluorscein + dekstrin

Loncatan potensial, diamati dengan potensiometer

Perubahan warna

Kuning hijau suspensi merah

-

Page 52: kuliah-titrasi-pengendapan

DISEBABKAN OLEH: PEMBUATAN LARUTAN BAKU DAN PEMBACAAN SKALA BURETKESALAHAN PENIMBANGAN, MELARUTKAN PADA SAAT

KESALAHAN PENGAMATAN END-POINT, KARENA:

PENGOCOKAN YANG KURANG KUAT JUMLAH INDIKATOR TIDAK TEPAT, TITRASI TERLALU CEPAT, ADANYA PENGARUH CAHAYA ATAU KONTAMINAN REDUKTOR LAIN

DIATASI DENGAN:•PENGOCOKAN HARUS KUAT

•MENGELIMINASI KESALAHAN SISTEMATIK

•PENGGUNAAN INDIKATOR HARUS TEPAT, PADA SAAT END POINT TITRASI HARUS DILAKUKAN CERMAT SAMBIL MENGAMATI PERUBAHAN WARNA, MENGHINDARI PENGARUH CAHAYA, MENGHINDARI KONTAMINAN TERUTAMA YANG BERASAL DARI PELARUT (INI DAPAT DIATASI DENGAN TITRASI BLANKO)

Page 53: kuliah-titrasi-pengendapan

Metode Mohr:-Koreksi titran

-Konsentrasi indikator K2CrO4 5.10-3 M (tersedia 0,0989 M V?)

-Titrasi dilakukan dalam suasana netral atau sedikit alkali, bila

terlalu asam kepekaan indikator menurun, bila terlalu basa akan

terbentuk AgOH atau Ag2O sebelum terbentuk endapan AgCrO4

Metode Fajans:• Penambahan amilum atau dekstrin untuk mencegah terjadinya

penggumpalan

• Titrasi dilakukan dalam suasana netral atau sedikit alkali

(pH 7-10), diatur dengan panambahan NaHCO3 atau borax bebas

klorida atau amonium asetat berlebih

• Fluoroscein adalah indikator adsorbsi, oleh karena itu faktor

pengocokan harus diperhatikan

Page 54: kuliah-titrasi-pengendapan

Tujuan:

mengetahui kelebihan titran krn konsentrasi indikator diper-kecil dan menentukan warna endapan standar merah bata

Cara : - Ukur volume titran dari hasil titrasi, misalnya 10,50 mL- Jumlahkan dengan volume sampel yang dipipet (10,0 mL)- Volume indikator diabaikan- Pipet air suling sebanyak 20,5 mL

- Tambahkan indikator K2CrO4

- Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai end point

- Volume titran (untuk koreksi) diperhitungkan terhadap

volume titran untuk titrasi sampel dan warna endapan

dijadikan acuan untuk penentuan end-point.

Page 55: kuliah-titrasi-pengendapan

Sampel infus ditentukan kadar kloridanya secara argentometri menggunakan metoda Mohr. Pada pembakuan, ditimbang NaCl 600,0 mg, dilarutkan dalam air suling sampai 100,0 mL, dipipet sebanyak 10,0 mL dan dititrasi dengan larutan AgNO3, indikator K2CrO4. Titran yang diperlukan adalah 11,50 mL.

Pada penentuan kadar sampel, dipipet 10,0 mL larutan infus, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL ditambah indikator K2CrO4, dititrasi dengan larutan AgNO3 sampai terbentuk endapan berwarna merah bata. Apabila titran yang diperlukan adalah 10,80 mL, berapa persen (b/v) kadar klorida dalam sampel infus? (BM NaCl 58,55, BA Cl 35,5). Apabila menurut persyaratan Farmakope kadar NaCl dalam larutan infus adalah 0,9%, tidak kurang dari 95% dan tidak lebih dari 105%, apakah kadar NaCl dalam larutan infus tsb. memenuhi persyaratan Farmakope?.

PENENTUAN KADAR Cl DENGAN METODA MOHR

Page 56: kuliah-titrasi-pengendapan

Jawab:

N NaCl= 0,6000/58,55x1000/100 = 0,1025 grek/L

Baku AgNO3 = (10,0X0,1025)/11,50=0,0891 N

NaCl dalam infus 10,0 ml masukkan EM + Aqua dest 250 ml ;

setara dg= 10,80X0,0891 mgrek=0,9623 mmol

Dalam 10,0 ml infus ada NaCl 0,9623 mmol= 0,9623 x 58,55 mg= 56,34 mg=0,0563 g=0,563 %

Kadar NaCl 0,563 % < dari 0,9 % syarat Farmakope; berarti Tidak memenuhi syarat Farmakope !

Page 57: kuliah-titrasi-pengendapan

TERIMA KASIH