kuliah psgj

143
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PENDAHULUAN

Upload: rochmat-fauza

Post on 03-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Kuliah PSGJ oleh Rama Indera Kusuma, ST., M.Eng

TRANSCRIPT

Page 1: Kuliah PSGJ

PERENCANAANGEOMETRIK JALAN

PENDAHULUAN

Page 2: Kuliah PSGJ

KONTRAK PERKULIAHAN

Page 3: Kuliah PSGJ

Perencanaan geometrik merupakan bagian dari suatu

perencanaan konstruksi jalan, yang meliputi rancangan pola arah

dan visualisasi dimensi nyata dari suatu trase jalan beserta

bagian – bagiannya, di sesuaikan dengan persyaratan parameter

pengendara kendaraan dan lalu lintas.

Konsep Dasar dan Parameter Geometrik Jalan raya

Page 4: Kuliah PSGJ

Click On Screen To WatchingThe Movie & Next To Next

Perencanaan geometrik jalan

merupakan suatu perencanaan route

dari suatu ruas jalan secara lengkap,

menyangkut beberapa komponen jalan

yang dirancang berdasarkan

kelengkapan data dasar, yang didapat

dari hasil survey lapangan, kemudian

dianalisis berdasarkan acuan

persyaratan perencanaan geometrik

yang berlaku.

DEFENISI

Page 5: Kuliah PSGJ

Standar Perencanaan

1. Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No. 13/

1990

2. Standar Perencanaan Geometrik untuk jalan Perkotaan

1992

3. Peraturan Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar

kota 038/T/BM/1997

Page 6: Kuliah PSGJ

Faktor Internal Penentuan Rute

1. Tata ruang dimana jalan akan dibangun

2. Data perancangan sebelumnya pada lokasi atau sekitar

lokasi

3. Tingkat kecelakaan yang pernah terjadi akibat

permasalahan geometrik

4. Tingkat perkembangan lalu lintas

5. Alternatif route selanjutnya dalam rangka pengembangan

jaringan jalan

Page 7: Kuliah PSGJ

Faktor Internal Penentuan Rute

6. Faktor lingkungan yang mendukung dan mengganggu

7. Faktor ketersediaan bahan, tenaga dan peralatan

8. Faktor pengembangan ekonomi

9. Biaya pemeliharaan

Page 8: Kuliah PSGJ

Klasifikasi menurut Fungsi/Peranan

A. Sistem Jaringan Jalan Primer adalah jalan-jalan yang menghubungkan

simpul-simpul jasa distribusi dalam struktur pengembangan wilayah,

dengan ciri-ciri :

1. Melayani angkutan umum dengan perjalanan Jauh

2. Kecepatan rata-rata tinggi

3. Jumlah jalan dibatasi secara efesien

B. Sistem Jaringan Jalan Sekunder adalah jalan yang menghubungkan

kawasan-kawasan fungsi primer, fumgsi sekunder dan seterusnya

sampai ke perumahan dalam satu wilayah perkotaan ,

KLASIFIKASI JALAN

Page 9: Kuliah PSGJ

dengan ciri-ciri :

1. Jalan yang melayani angkutan pengumpul

2. Perjalanan Jarak Sedang

3. Kecepatan Rata-rata Sedang

4. Jumlah jalan masuk dibatasi

C. Sistem Jaringan jalan Lokal dengan ciri-ciri :

1. Jalan yang melayani angkutan setempat dengan perjalanan dekat

2. Kecepatan rata-rata rendah

3. Jumlah jalan masuk tidak dibatasi

KLASIFIKASI JALAN

Page 10: Kuliah PSGJ

Klasifikasi Jalan menurut Wewenang pembinaan

A. Jalan Nasional;

- Jalan Arteri Primer

- Jalan Kolektor Primer

- Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional

B. Jalan Propinsi ;

- Jalan Kolektor primer yang menghubungkan ibukota propinsi

dengan ibukota kabupaten / kotamadya

KLASIFIKASI JALAN

Page 11: Kuliah PSGJ

-Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota

Kabupaten/Kotamadya

-Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan propinsi

-Jalan dalam daerah khusus Ibukota

C. Jalan kabupaten

- Jalan Kolektor primer

- Jalan Lokal Primer

- Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan

kabupaten

KLASIFIKASI JALAN

Page 12: Kuliah PSGJ

D. Jalan Kotamadya

E. Jalan Desa

F. Jalan Khusus

KLASIFIKASI JALAN

Page 13: Kuliah PSGJ

Menurut Kelas Jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk

menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam MST (dalam ton)

KLASIFIKASI JALAN

Fungsi Kelas Muatan SumbuTerberat

Arteri IIIIII A

>10108

Kolektor III AIII B

8

Lokal IIIC 8

Page 14: Kuliah PSGJ

KLASIFIKASI JALAN

Tabel Klasifikasi Jalan PerkotaanJalan Tipe I ( Pengaturan Jalan Masuk : Penuh)

Fungsi Kelas

Primer ArteriKolektor

III

Sekunder Arteri II

Page 15: Kuliah PSGJ

KLASIFIKASI JALAN

Tabel Klasifikasi Jalan PerkotaanJalan Tipe I ( Pengaturan Jalan Masuk : Sebagian atau tanpa pengaturan)

Fungsi Volume laluLintas

Kelas

Primer ArteriKolektor > 10.000

< 10.000

IIII

Sekunder Arteri

Kolektor

Lokal

> 20.000< 20.000

>6000<6000>500<500

III

IIIIIIIIIV

Page 16: Kuliah PSGJ

KLASIFIKASI JALAN

NO Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan

1 Datar D < 3

2 Perbukitan B 3 - 25

3 Pegunungan G >25

Page 17: Kuliah PSGJ

Penampang Melintang Jalan

Page 18: Kuliah PSGJ

Jalur Lalu LintasLajur

Bahu JalanMedianTrotoar

Saluran TepiTalud

SeparatorPulau Lalu Lintas

Kanal JalanJalur SepedaJalur Parkir

Jalur Lalu Lintas LambatJalur Percepatan

PENAMPANG MELINTANG JALAN

Page 19: Kuliah PSGJ

Alinyemen Horizontal

Alinyemen Vertikal

Alinyemen pada Tikungan

Jalur Pendakian

Jalur Samping

Pengaturan Jalan Masuk

Ruang Bebas jalan

Panjang Kritis Tanjakan

Kordinasi Alinyemen

ELEMENGEOMETRIK

Page 20: Kuliah PSGJ

Jari-jari lengkungan

Derajat Kelengkungan

Kelandaian

SuperElevasi

Lengkung Peralihan

Bagian Tangen

Bagian Lengkung

Daerah Bebas Samping

Pelebaran Tikungan

KOMPONENGEOMETRIK

Page 21: Kuliah PSGJ

Kecepatan RencanaKendaraan Rencana

Volume Lalu Lintas HarianRata-rata (LHR)

Volume Jam Rencana (VJR)Volume Lalu lintas Harian

Rencana (VLHR)Satuan Mobil Penumpang

(SMP)Kapasitas

Tingkat PerlayananGaya Setrifugal

Koefesien Geser melintangJarak Pandang Henti

Jarak Pandang Menyiap

PARAMETERGEOMETRIK

Page 22: Kuliah PSGJ
Page 23: Kuliah PSGJ

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

KONSEP DASAR DAN PARAMETERGEOMETRIK JALAN RAYA

JURUSAN TEKNIK SIPILUNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2015

1

Page 24: Kuliah PSGJ

Unsur jalan raya untuk tinjauan komponen geometrik

direncanakan berdasarkan karateristik – karateristik

dari unsur – unsur kendaraan lalu lintas dan pengendara,

disamping faktor – faktor lingkungan dimana jalan

tersebut berada

Page 25: Kuliah PSGJ

A. Dimensi Kendaraan RencanaKendaraan rencana adalah kendaran yang dimensi dan radius putarnya dipakai

sebagai acuan dalam perencanaan geometrik. Pengelompokan jenis kendaraan

rencana yang relevan dengan penggunaannya, dibedakan menurut sumber &

implementasinya sebagai berikut:

a) Geometrik Jalan Antar Kota

Pengelompokan kendaraan rencana untuk perencanaan geometrik jalan antar kota

adalah sebagai berikut:

♦ Kendaraan kecil : mobil penumpang

♦ Kendaraan sedang : 2 as tandem, bus 2 as

♦ Kendaraan besar : truk semi trailler

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Page 26: Kuliah PSGJ

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Tabel 1. Dimensi Kendaraan Rencana Untuk Jalan Antar Kota

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997

Page 27: Kuliah PSGJ

b) Geometrik Jalan Perkotaan

Pengelompokan kendaraan rencana untuk perencanaan geometrik jalan

perkotaan adalah sebagai berikut:

♦ Kendaraan kecil : mobil penumpang

♦ Kendaraan sedang : unit tunggal truk/bus

♦ Kendaraan besar : truk semi trailler

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Page 28: Kuliah PSGJ

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Tabel 2. Dimensi Kendaraan Rencana Untuk Jalan Perkotaan

Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan (1992)

Page 29: Kuliah PSGJ

c) Pengelompokan Jenis Kendaraan Menurut Karakteristik Kendaraan

Berdasar jenis kendaraan yang dilayani jalan raya, Peraturan Pemerintah Nomor 43

Tahun 1993 mengelompokan jenis kendaraan dengan sistem kelas kendaraan sebagai

berikut:

Kendaraan kelas I, yaitu kendaraan berukuran lebar ≤ 2.50 meter, panjang ≤ 18 meter

dan muatan sumbu terberat (MST) > 10 ton.

Kendaraan kelas II, yaitu kendaraan berukuran lebar ≤ 2.50 meter, panjang ≤ 18

meter dan muatan sumbu terberat (MST) ≤ 10 ton.

Kendaraan kelas IIIA, yaitu kendaraan berukuran lebar ≤ 2.50 meter, panjang ≤ 18

meter dan muatan sumbu terberat (MST) ≤ 8 ton.

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Page 30: Kuliah PSGJ

Kendaraan kelas IIIB, yaitu kendaraan berukuran lebar ≤ 2.50 meter, panjang ≤ 12

meter dan muatan sumbu terberat (MST) ≤ 8 ton.

Kendaraan kelas IIIC, yaitu kendaraan berukuran lebar ≤ 2.10 meter, panjang ≤ 9

meter dan muatan sumbu terberat (MST) ≤ 8 ton.

d)Pengelompokan Jenis Kendaraan Menurut Indonesian Highway Capacity Manual

(IHCM) 1997,

Berkaitan dengan tingkat pelayanan jalan (ruas jalan, simpang dan bundaran), IHCM

1997 mengelompokan jenis kendaraan sebagai berikut:

♦ Kendaraan ringan (light vehicle : LV)

♦ Kendaraan berat (heavy vehicle : HV)

♦ Sepeda motor (motor cycle : MC)

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Page 31: Kuliah PSGJ

B. Satuan Mobil Penumpang (SMP)

Adalah unit satuan kendaraan untuk dimensi kapasitas jalan, dalam hal mana sebagai

referensi mobil penumpang dinyatakan mempunyai nilai satu SMP.

KARAKTERISTIK KENDARAAN

No Jenis Kendaraan Datar /Perbukitan

Pegunungan

1 Sedan, Jeep, Station Wagon 1,00 1,002 Pick-Up, Bus Kecil, Truk

Kecil1,20 – 2,40 1,90 – 3,50

3 Bus dan Truk Besar 1,20 – 5, 00 2,20 – 6,00

Tabel 3. Ekivalen Mobil Penumpang (emp)

Page 32: Kuliah PSGJ

C. Jarak Putaran (Manuver) Kendaraan

Setiap kendaraan mempunyai jangkauan putaran , pada saat kendaraaan

yang bersangkutan menikung atau memutar pada tikungan jalan.

Besar jangkauan putaran masing-masing kendaraan berbeda untuk

kendaraan besar, sedang dan kecil.

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Page 33: Kuliah PSGJ

Dimensi kendaraan Sedang

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Page 34: Kuliah PSGJ

Dimensi kendaraan Sedang

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Page 35: Kuliah PSGJ

Dimensi kendaraan Besar

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Page 36: Kuliah PSGJ

C. Jarak Putaran (Manuver) Kendaraan

Jari-jari Manuver Kendaraan Kecil

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Page 37: Kuliah PSGJ

Jari-jari Manuver Kendaraan Sedang

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Page 38: Kuliah PSGJ

Jari-jari Manuver Kendaraan Besar

KARAKTERISTIK KENDARAAN

Page 39: Kuliah PSGJ

Adalah prakiraan volume lalu lintas harian pada akhir tahun rencana lalu

lintas. Dinyatakan dalam SMP/hari. Volume Jam Rencana (VJR) adalah

prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun rencana lalu lintas,

dinyatakan dalam SMP/jam dan dihitung dengan menggunakan rumus :

VJR = VLHR x K/F

dimana :

K = Faktor K adalah faktor volume lalu lintas jam sibuk

F = Faktor F adalah faktor variasi tingkat lalu lintas seperempat jam,

dalam satu jam

D. Volume lalu lintas rencana

Page 40: Kuliah PSGJ

Penentuan Faktor K dan Faktor F

(berdasarkan Volume lalu lintas harian rata – rata)

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota

D. Volume lalu lintas rencana

VLHR(SMP / HARI)

Faktor K(%)

Faktor F(%)

> 50.000 4 - 6 0.90 -130.000 - 50.000 6 - 8 0.80 -110.000 - 30.000 6 - 8 0.80 -15.000 - 10.000 8 - 10 0.60 – 0.801.000 - 5.000 10 - 12 0.60 – 0.80

< 1.000 12 - 16 < 0.60

Page 41: Kuliah PSGJ

Example

588

1022

910861

768 758711

890

957

817 802

1111

832

599

523

351

283

184

639

841898

849 844 829778

867807

957

788

944883

842

476

371 388

261

0

200

400

600

800

1000

1200

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

LHR Total 2 ArahKAMIS SABTU

Page 42: Kuliah PSGJ

Example

No Tipe Kendaraan Arus Rencana

1 Motorcycle 770

2 Mobil Penumpang 206

3 Pick-Up 52

4 Bus Kecil 3

5 Bus Besar 2

6 Truk Sedang 67

7 Truk Berat 0

8 Truk Tandem 11

9 Trailer 0

10 Semi Trailer Tunggal 0

11 Semi Trailer Tandem 0

12 Truk 4 Gandar Lebih 0

Total 1111

Page 43: Kuliah PSGJ

Example

No Tipe Kendaraan Kode Arus Rencana

1 Kendaraan Ringan LV 258

2 Kendaraan Berat Menengah MHV 70

3 Truk Besar LT 11

4 Bus Besar LB 2

5 Sepeda Motor MC 770

Total 1111

Keterangan Penggolongan Kendaraan:

LV : Mobil Penumpang

MHV : Bus Kecil dan Truck Sedang

LT : Truk Berat, Truk Tandem, Trailer, Semi Trailer Tunggal

Semi Trailer Tandem dan Truk 4 Gandar Lebih

LB : Bus Besar

MC : Motorcycle

Arus Lalu Lintas Rencana berdasarkan Pembagian Tipe Kendaraan menurut MKJI

Page 44: Kuliah PSGJ

Example

Baris Tipe Kend. LV MHV LB LT MC Arus

1.1 emp arah 1 LV : 1 MHV :1,99

3LB : 1,993 LT : 3,982 MC : 0,793 Total

1.2 emp arah 2 LV : 1 MHV :1,99

3LB : 1,993 LT : 3,982 MC : 0,793 (Q)

2 Arah

kend

/jam

smp/

jam

kend

/jam

smp/

jam

kend

/jam

smp/

jam

kend

/jam

smp/

jam

kend

/jam

smp/

jam

Arah

%

kend

/jam

smp/

jam

3 Palima 130 130 3671,7

51 1,993 7 27,87 375 297,4 50 549 528,99

4 Ciomas 128 128 3467,7

61 1,993 4 15,93 395 313,2 50 562 526,92

5 Total 258 258 70139,

52 3,986 11 43,8 770 610,6 1111 1055,9

Pemisah arah, SP=Q1/(Q1+2) 49,4149

Faktor-smp Fsmp= 0,950

Page 45: Kuliah PSGJ

Adalah volume lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan pada

suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu (misalnya : rencana geometrik,

lingkungan komposisi lalu lintas dan sebagainya)

Kapasitas lalu lintas merupakan jumlah lalu lintas atau kendaraan yang

dapat melewati suatu penampang, dalam waktu, kondisi jalan dan lalu

lintas tertentu.

E. KAPASITAS

Page 46: Kuliah PSGJ

Faktor utama yang mempengaruhi kapasitas lalu lintas adalah :

1. Faktor lalu lintas yang meliputi sifat – sifat lalu lintas, antara lain :

a. Prosentase kendaraan Bus dan Truk

b. Pembagian jalur lalu lintas

c. Variasi dalam arus lalu lintas

2. Faktor fisik jalan meliputi :

a. Lebar jalan perkerasan

b. Lebar bahu jalan

c. Kebebasan samping

d. Tikungan dan Kelandaian jalan

e. Kondisi permukaan perkerasan jalan

E. KAPASITAS

Page 47: Kuliah PSGJ

E. KAPASITAS

Jenis Kapasitas

KapasitasRencana

KapasitasDasar

Kapasitasyang

mungkin

Page 48: Kuliah PSGJ

F. TINGKAT PERLAYANAN

Adalah tolok ukur digunakan untuk menyatakan kualitas pelayanan

suatu jalan. Tingkat pelayanan dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu kecepatan perjalanan dan perbandingan antara volume dengan

kapasitas (V/C)

Kecepatan perjalanan merupakan indikator dari pelayanan jalan,

makin cepat berarti pelayanan baik atau sebaliknya.

Highway Capacity Manual membagi tingkat pelayanan jalan menjadi

6 tingkat , yaitu :

Page 49: Kuliah PSGJ

F. TINGKAT PERLAYANAN

1.Tingkat Pelayanan A , dengan ciri – ciri :

- Arus lalu lintas tanpa hambatan

- Volume dan kepadatan lalu lintas rendah

-Kecepatan kendaraan merupakan pilihan pengemudi.

2.Tingkat Pelayanan B, dengan ciri – ciri :

-Arus lalu lintas stabil

-Kecepatan mulai dipengaruhi oleh kendaraan lalu lintas,

tetapi dapat dipilih sesuai kehendak pengemudi

Page 50: Kuliah PSGJ

F. TINGKAT PERLAYANAN

3.Tingkat Pelayanan C, dengan ciri – ciri :

- Arus lalu lintas masih stabil

-Kecepatan perjalanan dan kebebasan bergerak sudah dipengaruhi oleh

besarnya volume lalu lintas.

4.Tingkat Pelayanan D, dengan ciri – ciri :

- Arus lalu lintas sudah mulai tidak stabil

-Perubahan volume lalu lintas sangat mempengaruhi besarnya

kecepatan perjalanan

Page 51: Kuliah PSGJ

F. TINGKAT PERLAYANAN

5. Tingkat Pelayanan E, dengan ciri – ciri :

- Volume lalu lintas sudah tidak stabil

- Volume kira – kira sama dengan kapasitas

- Sering terjadi kemacetan

6. Tingkat Pelayanan F, dengan ciri – ciri :

- Arus lalu lintas tertahan pada kecepatan rendah

- Seringkali terjadi kemacetan

- Arus lalu lintas rendah

Page 52: Kuliah PSGJ

G. KECEPATAN RENCANA

Kecepatan rencana pada suatu ruas jalan adalah kecepatan

yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang

memungkinkan kendaraan – kendaraan bergerak dengan aman

dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang

lengang dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.

Page 53: Kuliah PSGJ

G. KECEPATAN RENCANA

Kecepatan Rencana (VR)

Sesuai dengan klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan jalan

Fungsi Kecepatan Rencana, VR, Km / Jam

Datar Bukit Pegunungan

Arteri 70 - 120 60 - 80 40 – 70

Kolektor 60 - 90 50 - 60 30 – 50

Lokal 40 - 70 30 - 50 20 – 30

Catatan :Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan,dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km / jam

Sumber : Tata cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota No.038/T/BM/1997

Page 54: Kuliah PSGJ

G. KECEPATAN RENCANA

Untuk menghemat biaya tentu saja perencanaan jalan sepantasnya disesuaikan

dengan keadaan medan.

Sebaliknya fungsi jalan seringkali menuntut peencanaan jalan tidak sesuai

dengan kondisi medan dan sekitarnya.

Hal ini menyebabkan tingginya volume pekerjaan tanah.

Page 55: Kuliah PSGJ

H. GAYA SENTRIFUGAL

Apabila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap V pada

suatu bidang datar atau miring lintasan berbentuk suatu lengkung

seperti lingkaran, maka pada kendaraan tersebut akan bekerja gaya

kecepatan katakan V dan gaya sentrifugal katakan F. Gaya sentrifugal

akan mendorong kendaraan secara radial keluar dari lajur jalannya,

kearah tegak lurus terhadap gaya kecepatan V.

Gaya ini menimbulkan gaya yang tidak nyaman pada pengemudi

Page 56: Kuliah PSGJ

H. GAYA SENTRIFUGAL

Gaya sentrifugal (F) yang terjadi :

F = m.a

Dimana :

m = massa = W/g W= berat kendaraan

g = gaya gravitasi bumi a = percepatan sentrifugal (=V2/R)

V = Kecepatan kendaraan R = Jari – jari Lengkung lintasan

Dengan demikian besarnya gaya sentrifugal :

Rg

VWF

.

. 2

Page 57: Kuliah PSGJ

H. GAYA SENTRIFUGAL

Page 58: Kuliah PSGJ

I. GAYA GESEK

Gaya gesekan melintang (Fs) adalah besarnya gesekan yang timbul

antara ban dan permukaan jalan dalam arah melintang jalan yang

berfungsi untuk mengimbangi gaya sentrifugal.

Perbandingan antara gaya gesekan melintang dan gaya normal yang

bekerja disebut koefisien gesekan melintang

Page 59: Kuliah PSGJ

I.GAYA GESEK

Page 60: Kuliah PSGJ

J. Kemiringan melintang permukaan pada lengkung horizontal(superelevasi)

Komponen berat kendaraan untuk mengimbangi gaya sentrifugal

diperoleh dengan membuat kemiringan melintang jalan.

Kemiringan melintang jalan pada lengkung horizontal yang

bertujuan untuk memperoleh komponen berat kendaraan guna

mengimbangi gaya sentrifugal biasanya disebut superelevasi.

Semakin besar superelevasi semakin besar pula komponen berat

kendaraan yang diperoleh.

Page 61: Kuliah PSGJ

J. Kemiringan melintang permukaan pada lengkung horizontal(superelevasi)

Page 62: Kuliah PSGJ

Example

Suatu ruas jalan mempunyai kecepatan rencana sebesar

100km/jam. Berapakah koefisien gesek ruas jalan tersebut?

Page 63: Kuliah PSGJ

Kebebasan SampingRuang kosong yang tidak terisi oleh benda /bangunan apapun

sehingga pandangan lalu lintas tidak terhalang. Kebebasan samping

minimum pada jalan raya ditentukan untuk masing masing sisi jalan

raya (sisi kanan dan sisi kiri)

Penentuan Kebebasan Samping dibedakan atas:

Sebelah kiri:

a. dengan bahu

b. dengan trotoar

c. dengan jalur pembantu

Page 64: Kuliah PSGJ

Kebebasan Samping

Sebelah kanan:

a. pier tengah atau tembok jembatan

b. dengan kerb penghalang

Page 65: Kuliah PSGJ

Persyaratan Dasar GeometrikPersyaratan geomtrik yang dikaitkan dengan beberapa kondisi

diluar persyaratan teknis , yang harus diperhatikan dalam

perancangan geomtrik khususnya dan perancangan jalan raya

secara umum.

Antara lain ; Tinjauan lokasi trase, topografi, tataguna lahan dan

lingkungan

Page 66: Kuliah PSGJ

Trase JalanPenentuan lokasi dan perencanaan suatu trase jalan

sampai pada batas-batas tertentu sangat dipengaruhi

oleh keadaan fisik dan topografi serta peruntukan lahan

yang dilaluinya.

Tanah dasar

Keadaan Iklim

Page 67: Kuliah PSGJ

Topografi

Keadaan Topografi dalam penetapan trase jalan akan

mempengaruhi penetapan alinyemen, kelandaian jalan, jarak

pandangan, penampang melintang, saluran tepi dsb.

Untuk lokasi datar , pengaruhnya tidak begitu nyata, karena

penetuan trase dapat ditarik kemana saja.

Page 68: Kuliah PSGJ

GeografiPersyaratan utama dari faktor geologi adalah hindari daerah zona

–zona geologis yang berbahaya. Bila dana cukup banyak tersedia,

dan tidak ada pilihan lokasi lain, dapat saja dilakukan perbaikan

tanah atau peninggian elevasi tanah.

Page 69: Kuliah PSGJ

Tata Guna lahanKelas jalan sangat tergantung pada tata ruang yang dilalui jalan,

Daerah pemukiman mempunyai kelas jalan dari jalan yang dilalui

untuk daerah industri.

Usahakan kehadiran jalan menambah keserasian ruang lahan yang

sudah ada. Bila lahan belum mempunyai tata ruang jadikanlah

jalan sebagai sarana pembentuk orientasi tataruang dengan jalan

sebagai koridor penyangga ruang lahan tersebut.

Page 70: Kuliah PSGJ

Faktor LingkunganDalam pembangunan saat ini, sudah sepatutnya dipikirkan

mengenai pembangunan jalan yang berwawasan lingkungan

dan pembangunan yang berkelanjutan.

Perencanaan dan pembangunan jalan yang akan menimbulkan

dampak terhadap lingkungan sekitarnya agar dianalisis mengenai

dampak lingkungan (AMDAL)

Page 71: Kuliah PSGJ

Penetapan stasiun (Stasioning)Titik awal yang penting dan terletak pada trase jalan yang ditetapkan atau

dihitung stasiunnya. Dalam menghitung stasiun luar titik penting

dilakukan dengan cara-cara berdasarkan kriteria berikut :

1) Untuk jalan datar, dibuat patok +/- 100 meter

2) Untuk daerah perbukitan , jarak patoknya dibuat +/- 50 meter

3) Untuk daerah pegunungan, jarak patoknya dibuat +/- 25 meter

4) Untuk daerah lengkung, jarak patoknya harus dibuat lebih pendek

menurut keperluan yang berkaitan dengan faktor ketelitian.

Page 72: Kuliah PSGJ

Penetapan stasiun (Stasioning)

Tujuan adalah untuk menetapkan titik-titik lintasan suatu

trase jalan, sekaligus untuk menetukan panjang trase jalan ,

atau jarak dari satu tempat lain ketempat lainnya pada suatu

lokasi jalan.

Titik penting atau titik yang terdapat pada suatu lokasi jalan

dinamakan dengan titik stasiun. Jadi stasiun adalah jarak langsung

yang diukur mulai titik awal sampai dengan titik yang akan dicari

stasiunnya.

Page 73: Kuliah PSGJ

PROVINSI NADKP2T JALAN/JEMBATAN

HORIZONTAL = 1 : 1000VERTIKAL = 1 : 100

STA

ANTO

DAD

ANG

13NAD2006

STA. 3+403,35 - 4+000PENAMPANG MEMANJANG JALAN (SEKSI 02)

LEMBAR NOJML LEMBARPROVINSIK P / THNPROYEK

NO

MO

R

MEM

ANJA

NG

NO

TASI

BAN

GU

NAN

DIP

ERIK

SA

PATO

K-PA

TOK

DIP

ERIK

SA

KEM

IRIN

GAN

DIP

ERIK

SA

DIG

AMBA

RBU

KU U

KUR

DIU

KUR

POTO

NG

ANTA

NG

GAL

OLE

HPE

KER

JAAN

120

PI 1

PI 2

PI 3 PI 4

PVI 1

PVI 2 PVI 3PVI 4

3+403,35

9,052 9,052W2,263 2,263

6 (-)

6 (+)TC CT

- 2 %0 %

6,7896,789

7,784

41,909 41,909W10,477 10,477

6 (-)

6 (+)TC CT

- 2 %0 %

31,43231,432

34,782

53,633 53,633W10,477 10,477

6 (-)

6 (+)TC CT

- 2 %0 %

31,43231,432

30,206

21,458 21,458W5,364 5,364

6 (-)

6 (+)TC CT

- 2 %0 %

16,09316,093

12,122

BRG

MAK

AM IS

LAM

3+40

3.35

3+50

0

3+55

0

3+60

0

3+65

0

3+700

3+750

3+80

0

3+85

0 3+90

0 3+95

0 4+00

0

3+35

0

3+40

03+

403.

353+35

0

3+40

03+

403.

35

PC =

3+5

00.6

6PT

= 3

+516

.20 PC

= 3

+564

.65

PT =

3+6

31.6

0

PC = 3+775.54

PT =

3+8

27.2

8

PC =

3+8

46.5

1

PT =

3+8

70.6

3

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

22

24

3+500 3+600 3+700 3+800 3+900 4+000

10.2

86

10.4

44

10.2

33

9.78

8

9.38

2

9.15

3

9.06

2

9.33

3

9.54

2

9.49

5

9.40

5

9.04

4

9.00

0

9.00

0

70.0000m VC

BVC

S: 3

+425

BVC

E: 1

0.35

3

EVC

S: 3

+495

EVC

E: 1

0.23

7

10.3

88

50.0000m VC

BVC

S: 3

+656

.50

BVC

E: 9

.205

EVC

S: 3

+706

.50

EVC

E: 9

.165

9.13

9

10.2

05

9.88

6

9.56

6

9.24

7

50.0000m VC

BVC

S: 3

+764

.39

BVC

E: 9

.442

EVC

S: 3

+814

.39

EVC

E: 9

.501

9.52

1

9.37

460.0000m VC

BVC

S: 3

+990

BVC

E: 9

.073

EVC

S: 4

+050

EVC

E: 8

.999

9.05

1

8.99

9

9.41

4

9.29

3

9.17

1

8.99

9

Page 74: Kuliah PSGJ

CUKUP SEKIAN DAN TERIMA KASIH ..

WASSALAMUALAIKUM WR. WB

Page 75: Kuliah PSGJ

Page 1

ALINYEMENHORIZONTAL

JURUSAN TEKNIK SIPILUNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Page 76: Kuliah PSGJ

Page 2

Page 77: Kuliah PSGJ

Page 3

ALINYEMEN HORIZONTAL

Alinyemen Horizontal disebut

sebagai trase jalan atau garis

sumbu jalan merupakan proyeksi

dari sumbu jalan tegak lurus

terhadap bidang datar

Page 78: Kuliah PSGJ

Page 4

ALINYEMEN HORIZONTAL

Serangkaian Garis Lurus yang menggambarkan bagian jalan

dengan titik patah atau belok

Lengkungan Horizontal yang menggambarkan potongan garis

lurus antara satu dengan lainnya.

Page 79: Kuliah PSGJ

Page 5

Acuan Perencanaan

PerancanganTikungan

Jari-jariLengkung

Page 80: Kuliah PSGJ

Page 6

Ketentuan Panjang bagian lurus

Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan pemakai jalan,

ditinjau dari segi kelelahan pengemudi maka panjang maksimum

bagian jalan yang lurus yang harus ditempuh tidak lebih dari 2,50

menit sesuai dengan (VR) .

Fungsi Panjang Bagian Lurus Maksimum (m)

Datar Perbukitan Pegunungan

Arteri 3000 2500 2000Kolektor 2000 1750 1500

Tabel 1. Panjang Bagian Lurus Maksimum

Page 81: Kuliah PSGJ

Page 7

Ketentuan Komponen Tikungan

Superelevasi (e)

Superelevasi adalah kemiringan melintang permukaan pada lengkung

horizontal.

Rumus pada lengkung horizontal

e+f =

Dengan:

e = superelevasi

f = 0,00125V+0,24

V = kecepatan kendaraan

R = jari jari lengkung jalan

127.R

v2

Page 82: Kuliah PSGJ

Page 8

Ketentuan Komponen Tikungan

Superelevasi (e)

Keadaan cuaca

Keadaan Medan

Keadaan Lingkungan

Komposisi kendaraan dari arus lalu lintas

Page 83: Kuliah PSGJ

Page 9

Ketentuan Komponen Tikungan

Kecepatan Rencana Rmin

Km/jam (m)

80 1250

70 900

60 700

50 450

40 300

30 200

20 100

Tabel 2. Radius Minimum Tanpa superelevasi

Superelevasi (e)

Page 84: Kuliah PSGJ

Page 10

Ketentuan Komponen Tikungan

Jari - Jari Tikungan

Jari jari lengkung minimum untuk

setiap kecepatan rencana

berdasarkan miring tikungan

maksimum dan koefisien

gesekan melintang maksimum.

2

maxmaxmax

181864

V

feD

maxmax

2

min 127 fe

VR

Dengan :

R = jari jari lengkung minimum (m)

V = kecepatan rencana (km/jam)

e = miring tikungan (%)

fm = koefisien gesekan melintang

Page 85: Kuliah PSGJ

Page 11

Superelevasi Maksimum 4.0%

Page 86: Kuliah PSGJ

Page 12

Superelevasi Maksimum 6.0%

Page 87: Kuliah PSGJ

Page 13

Superelevasi Maksimum 8.0%

Page 88: Kuliah PSGJ

Page 14

Superelevasi Maksimum 10.0%

Page 89: Kuliah PSGJ

Page 15

Superelevasi Maksimum 12.0%

Page 90: Kuliah PSGJ

Page 16

Ketentuan Komponen Tikungan

Lengkung Peralihan

Lengkung peralihan adalah lengkung transisi pada alinyemen

horisontal dan sebagai pengantar dari kondisi lurus ke lengkung

penuh secara berangsur-angsur.

Pada lengkung peralihan, perubahan kecepatan dapat terjadi secara

berangsur-angsur serta memberikan kemungkinan untuk mengatur

pencapaian kemiringan (perubahan kemiringan melintang secara

berangsur-angsur).

Page 91: Kuliah PSGJ

Page 17

Ketentuan Komponen Tikungan

Lengkung Peralihan

Keuntungan dari penggunaan lengkung peralihan pada alinyemen

horizontal adalah :1. Pengemudi dapat dengan mudah mengikuti lajur yang telah disediakan untuknya,

tanpa melintasi lajur lain berdampingan.

2. Dapat melakukan perubahan dari lereng jalan normal ke kemiringan sebesar

superelevasi secara berangsur-angsur.

3. Mengadakan peralihan pada pelebaran perkerasan yang diperlukan

4. Menambah keamanan dan kenyaman bagi pengemudi

5. Menambah keserasian bentuk dari jalan tersebut

Page 92: Kuliah PSGJ

Page 18

Ketentuan Komponen Tikungan

Lengkung Peralihan

Nilai terbesar dari tiga persamaan dibawah ini :

1) Kelandaian relatif yang diperkenankan,

2) Panjang lengkung berdasarkan modifikasi SHORTT,

3) Lama perjalanan yang dilakukan pengemudi selama tiga detik

menurut AASHTO dan tiga detik menurut Bina Marga yang

berguna untuk menghindari kesan patahnya tepi perkerasan,

4) Bentuk lengkung spiral: Panjang lengkung spiral merupakan fungsi

dalam sudut spiral (0s)

Page 93: Kuliah PSGJ

Page 19

Ketentuan Komponen Tikungan

Lengkung Peralihan

Nilai terbesar dari tiga persamaan dibawah ini :

Berdasarkan modifikasi SHORTT

Ls = 0,022 - 2,727

Berdasarkan waktu tempuh maksimum 3 detik, untuk melintasi

lengkung , maka ;

Ls = (VR/3,6) x T

Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian

Ls = (em – en ) / 3,6 re

R.c

v3

c

v.e

Page 94: Kuliah PSGJ

Page 20

Ketentuan Komponen Tikungan

Lengkung Peralihan

Keterangan ;

T = Waktu tempuh pada lengkung peralihan = 3detik

VR = Kecepatan Rencanan

e = Superelevasi

C= Perubahan percepatan diambil 0,3 – 1

R = Jari-jari busur lingkaran

em = Superelevasi maksimum

en = Superelevasi normal

re = Tingakat pencapaian perubahan kemiringan melintang

Page 95: Kuliah PSGJ

Page 21

Ketentuan Komponen Tikungan

Lengkung Peralihan

VR 120 100 80 60 50 40 30 20

Rmin 2500 1500 900 500 350 250 130 60

Tabel 3. Jari-jari Tikungan yang tidakmemerlukan Lengkung Peralihan

Page 96: Kuliah PSGJ

Page 22

Ketentuan Komponen Tikungan

Lengkung Peralihan

Perubahan jurusan yang dilakukan oleh pengemudi dari jalan lurus

(R=~) ketikungan berbentuk busur lingkaran ( R = Rc) berdampak

perubahan secara mendadak. Hal ini akan terjadi apabila :

1. Pada saat pertama kali membelok, yang dibelokkan adalah roda

depan kendaraan sehingga jejak roda akan melintasi lintasan

peralihan.

2. Gaya sentrifugal akan muncul

Page 97: Kuliah PSGJ

Page 23

Ketentuan Komponen Tikungan

VR Superelevasi, e (%)

(km/jam) 2 4 6 8 10

Ls Le Ls Le Ls Le Ls Le Ls Le203040 10 20 15 25 15 25 25 30 35 40

50 15 25 20 30 20 30 30 40 40 50

60 15 30 20 34 25 40 35 50 50 60

70 20 35 25 40 30 45 40 55 60 70

80 30 55 40 60 45 70 65 90 90 120

90 30 60 40 70 50 80 70 100 100 130

100 35 65 45 80 55 90 80 110 110 145

110 40 75 50 85 60 100 90 120 - -

120 40 80 55 90 70 110 95 135 - -

Tabel 4. Panjang Lengkung Peralihan (Ls) dan PanjangSuperelevasi (Le) untuk Jalan 1 Jalur – 2 Lajur – 2 Arah

Sumber: TCPGJAK, 1997

Page 98: Kuliah PSGJ

Page 24

Ketentuan Kemiringan Melintang Jalan Lurus

Pada jalan yang lurus kendaraan bergerak tanpa membutuhkan

kemiringan melintang jalan. Namun demikian agar air hujan yang

jatuh menimpa perkerasan jalan dapat mengalir kesamping dan

masuk saluran tepi dengan cepat, maka dibuat kemiringan melintang

yang disebut kemiringan normal.

Besarnya kemiringan normal jalan sangat tergantung kepada jenis

lapis permukaan jalan yang dipergunakan.

Page 99: Kuliah PSGJ

Page 25

Landai Relatif

Proses pencapaian kemiringan melintang sebesar superelevasi dari

kemiringan melintang normal pada jalan lurus sampai kemiringan melintang

sebesar superelevasi pada lengkung berbentuk busur lingkaran,

menyebabkan peralihan tinggi perkerasan sebelah luar dari elevasi

kemiringan normal pada jalan lurus ke elevasi sesuai kemiringan superelevasi

pada busur lingkaran.

Landai relatif (1/m) adalah besarnya kelandaian akibat perbedaan elevasi

tepi perkerasan sebelah luar sepanjang lengkung peralihan.

Page 100: Kuliah PSGJ

Page 26

Landai Relatif

Menurut Bina marga landai relatif : 1/m = h/Ls

1/m = (e + en)B/Ls

Menurut AASHTO landai relatif :1/m = h1/Ls

1/m = (e).B/Ls

Dimana :1/m = Landai relatifLs = Panjang Lengkung PeralihanB = Lebar jalur 1 arah, me = Superelevasi, m/m’en = Kemiringan Melintang normal m/m’

Besarnya landai relatif dipengaruhi oleh kecepatan dan tingkah lakupengemudi.

Page 101: Kuliah PSGJ

Page 27

Landai Relatif

KecepatanRencana (km/jam)

Kelandaian Relatif KecepatanRencana (km/jam)

Kelandaian Relatif

AASHTO’90 Bina Marga

32 1/33 20 1/50

48 1/150 30 1/75

64 1/175 40 1/100

80 1/200 50 1/115

88 1/213 60 1/125

96 1/222 60 1/150

104 1/244 80

112 1/250 100

Tabel 5. Nilai Kelandaian Relatif maksimum

Page 102: Kuliah PSGJ

Page 28

Penggunaan Jenis Lengkung Horizontal

Page 103: Kuliah PSGJ

Page 29

BENTUK LENGKUNG HORIZONTAL

FC• Lengkung Penuh• Lengkung yang hanya terdiri dari bagian

lengkung tanpa adanya peralihan

SS• Lengkung haya terdiri dari spiral-spiral• Biasanya untuk kecepatan tinggi

SCS• Lengkung yang terdiri dari bagian lengkungan

dengan bagian peralihan

Page 104: Kuliah PSGJ

Page 30

Penentuan Tikungan

Page 105: Kuliah PSGJ

Page 31

Tikungan Lingkaran Penuh (Circle)

Persyaratan utama untuk dapat diterapkan jenis lengkung lingkaran

sederhana (Full Circle) adalah:

Sudut tangen atau B (beta) kecil), sudut tangen berkisar kurang

dari 15o

Radius tikungan yang besar , R berkisar > 750m

Superelevasi yang dibutuhkan ≤ 3%

Page 106: Kuliah PSGJ

Page 32

Tikungan Lingkaran Penuh (Circle)

21tanCC RT

41tanCC TE

CC RTRE 22

121sec REC

CC RL 01745,0

Page 107: Kuliah PSGJ

Page 33

Tikungan Lingkaran Penuh (Circle)

Keterangan:

PI = titik pertolongan tangen

Rc = jari-jari lingkaran (m)

Δ = sudut tangen ()

TC = tangen circle

T = jarak antara TC dan PI atau PI dan CT (m)

LC = panjang bagian legkung circle

EC = jarak PI ke lengkung circle

Page 108: Kuliah PSGJ

Page 34

Tikungan Spiral – Lingkaran - Spiral

Jenis Lengkung Busur Lingkaran dengan Lengkung Peralihan (Spiral-

Circle-Spiral) SCS, memerlukan persyaratan umum sebagai berikut :

Tikungan tidak terlalu tajam namun juga tidak terlalu tumpul, sudut

tangen untuk jenis tikungan SCS ini berkisar 15o-30o.

Radius tikungan berkisar 200m-700m.

Page 109: Kuliah PSGJ

Page 35

Tikungan Spiral – Lingkaran - Spiral

Page 110: Kuliah PSGJ

Page 36

Tikungan Spiral – Lingkaran - Spiral

Jika p yang dihitung dengan rumus di bawah, maka ketentuan tikungan

yang digunakan bentuk S-C-S.

Untuk Ls = 1,0 m, maka p = p’ dan k = k’

Untuk Ls = Ls maka p = p’ x Ls dan k = k’ x Ls

Page 111: Kuliah PSGJ

Page 37

Tikungan Spiral – Lingkaran - Spiral

Keterangan :

PH = titik perpotongan tangen

TS = titik perubahan dari tangen ke spiral

SC = titik perubahan dari spiral ke circle

CS = titik perubahan dari circle ke spiral

Rc = jari-jari lengkung lingkaran

Lc = panjang busur lingkaran

Ls = panjang busur spiral

K = Jarak antara TS dengan P

E = panjang eksternal total dari PI ke tengah busur lingkaran

Δ = sudut pertemuan antara tangen utama

s = sudut spiral

c = sudut antara tangen utama dengan tali busur

Page 112: Kuliah PSGJ

Page 38

Tikungan Spiral

Lengkung horizontal berbentuk spiral-spiral adalah lengkung pada

tikungan tanpa busur lingkaran, dengan demikian maka:

1. Titik SC berimpit dengan titik CS,

2. Panjang busur lingkaran Lc = 0,

3. Os = 1/2B

4. Kebutuhan Rc harus memenuhi bahwa Ls yang dibutuhkan harus

lebih besar dari Ls yang menghasilkan landai relatif minimum yang

disyaratkan

Page 113: Kuliah PSGJ

DIAGRAM SUPERELEVASI

JURUSAN TEKNIK SIPILPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Page 114: Kuliah PSGJ

SUPERELEVASI

2

Page 115: Kuliah PSGJ

SUPERELEVASI

3

Page 116: Kuliah PSGJ

SUPERELEVASI

4

Page 117: Kuliah PSGJ

SUPERELEVASI

5

Page 118: Kuliah PSGJ

SUPERELEVASI

6

Page 119: Kuliah PSGJ

SUPERELEVASI

7

Page 120: Kuliah PSGJ

SUPERELEVASI

8

Page 121: Kuliah PSGJ

SUPERELEVASI

9

Page 122: Kuliah PSGJ

SUPERELEVASI

10

Page 123: Kuliah PSGJ

SUPERELEVASI

11

Page 124: Kuliah PSGJ

SUPERELEVASI

12

Page 125: Kuliah PSGJ

1313

SUPERELEVASI

Page 126: Kuliah PSGJ

1414

SUPERELEVASI

Page 127: Kuliah PSGJ

1515

SUPERELEVASI

Page 128: Kuliah PSGJ

SUPERELEVASI

16

Page 129: Kuliah PSGJ

SUPERELEVASI

17

Page 130: Kuliah PSGJ

CONTOH SOAL

Diketahui suatu jalan antar kota direncanakan sebagai jalan 4 lajur 2

arah terbagi (4/2 D) dengan fungsi jalan kolektor primer, dimana

dominasi medan berupa perbukitan, dengan sudut belok tikungan 81,6⁰.

Penetapan perencanaan yang lain dapat ditetapkan sesuai dengan

perencanaan geometrik jalan antar kota 1997.

18

Page 131: Kuliah PSGJ

CONTOH SOAL

Diketahui pada koridor suatu jalan titik A, PI1 dan B dengan koordinat

sebagai berikut :

Rencanakan Jenis Tikungan diatas, dimana dengan status Kelas Jalan III

(Kolektor)

19

Titik Koordinat Ket

Timur Utara

A 0 0 Awal

P1-1 375 535 P1-1

B 1005 -300 Akhir

Page 132: Kuliah PSGJ

JURUSAN TEKNIK SIPILPERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Page 133: Kuliah PSGJ

PELEBARANTIKUNGAN

PERENCANAAN GEOMETRIK JALANJURUSAN TEKNIK SIPIL – UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Page 134: Kuliah PSGJ

Pelebaran di Tikungan

Pelebaran pada tikungan dimaksudkan untukmempertahankan konsistensi geometrik jalan agar

kondisi operasional lalu lintas di tikungan sama dengandi bagian lurus.

Page 135: Kuliah PSGJ

Pertimbangan Pelebaran di Tikungan

•Kesulitan pengemudi untuk menempatkan kendaraan

tetap pada lajurnya.

•Penambahan lebar (ruang) lajur yang dipakai saat

kendaraan melakukan gerakan melingkar. Dalam

segala hal pelebaran di tikungan harus memenuhi

gerak perputaran kendaraan rencana sedemikian

sehingga proyeksi kendaraan tetap pada lajurnya.

Page 136: Kuliah PSGJ

Pertimbangan Pelebaran di Tikungan

Page 137: Kuliah PSGJ

Pertimbangan Pelebaran di Tikungan

Page 138: Kuliah PSGJ

Pertimbangan Pelebaran diTikunganPelebaran di tikungan ditentukan oleh radius belok

kendaraan rencana dan besarnya ditetapkan sesuai Tabel.

Pelebaran yang lebih kecil dari 0.6 meter dapat diabaikan.

Untuk jalan 1 jalur 3 lajur, nilai-nilai dalam Tabel harus

dikalikan 1,5.

Untuk jalan 1 jalur 4 lajur, nilai-nilai dalam Tabel harus

dikalikan 2.

Page 139: Kuliah PSGJ

Pertimbangan Pelebaran di Tikungan

Page 140: Kuliah PSGJ

Pertimbangan Pelebaran di Tikungan

Page 141: Kuliah PSGJ

Pertimbangan Pelebaran di Tikungan

B = Lebar total perkerasan ditikungann = Jumlah lajurb’ = Lebar lintasan kendaraan ditikunganb = Lebar kendaraanb” = Lebar tambahan perkerasan ditikungan akibat manuver kendaraanc = lebar kebebasan samping (lebar lajur pada bagian lurus – lebar kendaraan)Td = Lebar melintang akibat tonjolan depanZ = lebar tambahan akibat kesukaran dalam mengemudip = Jarak antar as roda depan dan belakangA = Tonjolan depan kendaraan sampai bemperW = Lebar perkerasan total pada bagian lurusE = Pelebaran perkerasan pada tikungan

Page 142: Kuliah PSGJ

Pertimbangan Pelebaran di Tikungan

Contoh Soal

Jalan kolektor dengan lebar perkerasan 2 x 3,5 m didesain memiliki

kecepatan rencana 40 km/jam dan jari-jari tikungan 50 m. Jika

jalan ini dapat dilalui oleh kendaraan sedang (MST 8 ton) dengan

karakteristik seperti di gambar, hitung besarnya pelebaran yang

dibutuhkan

Page 143: Kuliah PSGJ

11