kualitas pelayanan kesehatan pada pasien rawat inap …

148
KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA CILEGON SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Konsentrasi Manajemen Publik Oleh : RISKA KARINA NIM 6661102724 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, 2016

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN

RAWAT INAP KELAS III DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH (RSUD) KOTA CILEGON

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Konsentrasi Manajemen Publik

Oleh :

RISKA KARINA

NIM 6661102724

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

POLITIKUNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, 2016

Page 2: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …
Page 3: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …
Page 4: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …
Page 5: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Q.S. Al-Insyirah : 6-8).

Sukses artinya mengalami kegagalan berulang-ulang tanpa kehilangan antusiasme (Abraham Lincoln).

Skripsi ini ku persembahkan untuk Bapak dan Ibu tersayang yang senantiasa selalu memberikan doa, perhatian dan limpahan kasih sayang yang tak terukur nilainya, serta kakak dan Saudara-saudaraku yang telah memberikan motivasi selama ini…

Page 6: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

ABSTRAK

Riska Karina. NIM. 102724. Skripsi. Kualitas Pelayanan Kesehatan pada

Pasien Rawat Inap Kelas III di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota

Cilegon. Pembimbing I : Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si dan Pembimbing II :

Arenawati, M.Si

Sebagai lembaga pelayanan publik milik pemerintah, RSUD Kota Cilegon

berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang berkualitas pada masyarakat.

Fokus penelitian pada pelayanan pasien rawat inap di kelas III, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan pada pasien rawat inap

kelas III di RSUD Kota Cilegon. Penelitian menggunakan teori 5 dimensi kualitas

pelayanan (SERVQUAL) menurut Parasuraman yang terdiri dari bukti fisik,

keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati. Dengan menggunakan metode

penelitian kuantitatif, kuisioner penelitian dibagikan pada 95 responden dari

pasien rawat inap kelas III dengan metode random sampling. Hasil penelitian

menunjukkan kualitas pelayanan kesehatan di RSUD Kota Cilegon saat ini sudah

sangat baik yaitu sebesar 75,9%. Jaminan dan keandalan yang diberikan pihak

RSUD Kota Cilegon menjadi dimensi dengan nilai tertinggi pada kualitas

pelayanan kesehatan di RSUD Kota Cilegon. Sementara empati, daya tanggap dan

bukti fisik menjadi dimensi dengan nilai lebih rendah karena kondisi lingkungan

rumah sakit yang kurang terawatt. Bukti fisik seperti kondisi lingkungan,

kelengkapan fasilitas pelayanan, dan tampak fisik bangunan rumah sakit

disarankan agar lebih dievaluasi dan diperhatikan kelayakannya agar tetap bisa

memberikan pelayanan maksimal pada pasien khususnya di ruang rawat inap

kelas III. Untuk meningkatkan daya tanggap tenaga medis disarankan untuk

mengadakan pelatihan di bidang sumber daya manusia.

Kata kunci : Kualitas Pelayanan, Teori SERVQUAL

Page 7: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

ABSTRACT

Riska Karina. NIM. 102724. Essay. Quality of Health Services on Inpatient

Class III at General Hospital Cilegon Government. Preceptor I: Ipah Ema

Jumiati, S.IP., M.Si and Preceptor II: Arenawati, M.Si

As a government-owned public service, RSUD Cilegon is committed to providing

a quality service to the community. The focus of research at the service of

hospitalized patients in class III, this study aims to determine the quality of health

care in hospitalized patients class III in General Hospital Cilegon Government.

Research using the theory of five dimensions of service quality (SERVQUAL) by

Parasuraman consisting of tangibles, reliability, responsiveness, assurance and

empathy. By using the quantitative research methods, the research questionnaire

distributed to 95 respondents of hospitalized patients class III with random

sampling method. The results showed the quality of health services in General

Hospital Cilegon Government is now very good, that amounted to 75.9%.

Guarantee and reliability provided by the General Hospital Cilegon Government

into a dimension with the highest value on the quality of health services in

General Hospital Cilegon Government. While empathy, responsiveness and

tangibles become dimension with a lower value due to environmental conditions

that are less managed. Tangibles such as environmental conditions, completeness

of service facilities, and seemed physically hospital buildings is suggested that

further evaluated and considered their feasibility in order to remain able to

provide maximum services to patients, especially in the inpatient unit class III. To

increase the responsiveness of medical personnel are advised to conduct training

in the field of human resources

Keywords : Quality Service, SERVQUAL Theory

Page 8: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirobbil’alamin peneliti panjatkan puji syukur kehadirat

ALLAH SWT karena ridho, rahmat, dan karunia-Nya yang melimpah sehingga

akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KUALITAS

PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA CILEGON”.

Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya

bimbingan, bantuan, nasehat, saran, dan perhatian dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini merupakan suatu kebanggaan bagi peneliti untuk

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya

kepada :

1. Yth. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

2. Yth. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Yth. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Yth. Iman Mukhroman, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Yth. Kandung Sapto Nugroho, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Page 9: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

ii

6. Yth. Listyaningsih, S.Sos, M.Si., Ketua Jurusan Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Yth. Riswanda, M.AP., Ph.D., Sekretaris Jurusan Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Yth. Ipah Ema Jumiati, S.IP, M.Si., Pembimbing I atas kebaikan dan

waktu yang telah diberikan kepada penulis dalam memberikan arahan

dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Yth. Arenawati, M.Si., Pembimbing II atas kebaikan dan waktu yang

telah diberikan kepada penulis dalam memberikan arahan dan

bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Ayahanda, Ibunda, dan keluarga atas cinta kasih yang tulus tak

terhingga dan sekaligus merupakan motivator terbesar dalam

menyelesaikan skripsi kepada penulis.

11. Seluruh pegawai dan tenaga medis di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Kota Cilegon. Terima kasih atas waktu dan bantuannya

selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

12. Muhamad Firzan Akbar, terimakasih karena telah menemani dan

memberikan semangat kepada penulis hingga saat ini.

13. Teman-teman seangkatan yang telah banyak memberikan motivasi

kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 10: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

iii

14. Serta semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan doanya kepada

peneliti selama ini.

Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terjadi

kekurangan dan masih jauh dari sempurna baik secara teknik penulisan

maupun isi dari materi yang disajikan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan

juga kemampuan yang peneliti miliki. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan

masukan, kritik dan saran yang membangun untuk lebih baik lagi di masa

depan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Serang, September 2016

Penulis,

Riska Karina

Page 11: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

MOTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR.......................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................... iv

DAFTAR TABEL................................................................................. vii

DAFTAR GRAFIK............................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR............................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………. x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah................................................................ 12

1.3 Pembatasan Masalah............................................................... 13

1.4 Rumusan Masalah.................................................................. 13

1.5 Tujuan Penelitian.................................................................... 13

1.6 Manfaat Penelitian................................................................. 13

1.6.1 Manfaat Teoritis............................................................ 14

1.6.2 Manfaat Praktis............................................................. 14

1.7 Sistematika Penulisan............................................................. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori........................................................................ 18

Page 12: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

v

Halaman

2.1.1 Pelayanan Publik…......................................................... 18

2.1.2 Kualitas………………………………............................ 22

2.1.3 Kualitas Pelayanan Publik............................................... 25

2.3.1.1 Prinsip dan Standar Pelayanan Publik…………… 28

2.1.4 Dimensi-dimensi Kualitas Pelayanan…………………. 30

2.2 Penelitian Terdahulu............................................................... 31

2.3 Kerangka Berfikir................................................................... 32

2.4 Hipotesis Penelitian................................................................ 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian................................................................... 37

3.1.1 Lingkup dan Fokus Penelitian………………………... 37

3.2 Instrumen penelitian............................................................... 38

3.2.1 Sumber Data.................................................................. 40

3.3 Populasi dan Sampel.............................................................. 41

3.3.1 Populasi………………………………………………. 41

3.3.2 Sampel……………………………………………….. 42

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data................................... 43

3.4.1 Uji Validitas.................................................................. 45

3.4.2 Uji Reliabilitas…………….......................................... 46

3.4.3 Uji Normalitas Data...................................................... 46

3.4.4 Uji Hipotesis.................................................................. 47

1. Uji T............................................................................... 47

2. Deskriptif Data………................................................... 48

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon.... 50

4.1.1 Visi dan Misi RSUD Kota Cilegon................................ 52

4.1.1.1 Visi RSUD Kota Cilegon....................................... 52

Page 13: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

vi

Halaman

4.1.1.2 Misi RSUD Kota Cilegon............................................ 52

4.2 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas…………………… 56

4.3 Hasil Penelitian…………..………………………………..... 58

4.3.1 Identitas Responden…………………………………… 59

4.3.2 Variabel Kualitas Pelayanan………………………….. 61

4.3.2.1 Bukti Fisik (tangibles)……………………….... 62

4.3.2.2 Keandalan (Reliability)……………………….. 68

4.3.2.3 Daya Tanggap (Responsivenes)………………. 77

4.3.2.4 Jaminan (assurance)………………………….. 84

4.3.2.5 Empati (emphaty)……………………………... 92

4.4 Pengujian Analisis Data……………………………………... 98

4.4.1 Hasil Pengujian Normalitas Data……………………… 98

4.4.2 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian………………….. 99

1. Hasil Uji t…………………………………………… 99

2. Analisis Deskriptif……………...………………….. 100

4.5 Pembahasan ………………………………….……………… 105

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan…………………………………………………… 114

5.2 Saran………………………………………………………...... 115

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 14: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Jenis pelayanan di RSUD Kota Cilegon…………..……………… 5

1.2 Data pasien ruang kelas III RSUD Kota Cilegon periode

Januari-Mei 2016............................................................................ 6

1.3 Data tenaga medis pada RSUD Kota Cilegon tahun 2016………. 8

3.1 Skoring item instrument…………………………………………. 39

3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian..…………………………… 40

3.3 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha…………............... 46

3.4 Kriteria Deskriptif Berdasarkan Posisi Kuartil………………….. 49

3.5 Jadwal Penelitian………………………………………………… 49

4.1 Poliklinik di RSUD Kota Cilegon..……………………………… 54

4.2 Fasilitas kelas perawatan di RSUD Kota Cilegon………………. 55

4.3 Pengujian Reliabilitas Penelitian…….………………………….. 56

4.4 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan nilai Alpha…………………… 57

4.5 Pengujian Validitas Penelitian..……………………………......... 57

4.6 Uji Normalitas Data……………………………………............... 98

4.7 Hasil uji t………………………………………………………… 99

4.8 Nilai Skor Kuisioner Penelitian…………………………………. 100

Page 15: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

viii

DAFTAR GRAFIK

Halaman

4.1 Usia Responden…………………….……………………… …….. 59

4.2 Jenis Kelamin Responden………………………………………… 60

4.3 Pendidikan Terakhir Responden…………………………………./ 61

4.4 Tanggapan tentang kenyamanan ruang perawatan kelas III………..62

4.5 Tanggapan tentang kelengkapan alat medis………………………..65

4.6 Tanggapan tentang fasilitas di ruang perawatan……………………66

4.7 Tanggapan tentang kebersihan toilet di kamar perawatan………….67

4.8 Tanggapan tentang kompetensi perawat…………………………… 68

4.9 Tanggapan tentang kompetensi dokter mendiagnosa penyakit…… 71

4.10 Tanggapan tentang kompetensi apoteker menyiapkan obat……… 73

4.11 Tanggapan tentang kompetensi petugas pendaftaran menginput… 75

4.12 Tanggapan tentang ketepatan waktu perawat memberikan obat…. 77

4.13 Tanggapan tentang ketepatan waktu dokter memeriksan pasien…. 79

4.14 Tanggapan tentang kecepatan apoteker menyiapkan obat………… 80

4.15 Tanggapan tentang kecepatan waktu pendaftaran mencarikan kamar82

4.16 Tanggapan tentang jaminan kenyamanan…………………………. 84

4.17 Tanggapan tentang jaminan ketepatan diagnose………………….. 87

4.18 Tanggapan tentang jaminan kompetensi perawat………………… 89

4.19 Tanggapan tentang jaminan keaslian obat-obatan………………… 90

4.20 Tanggapan tentang ketulusan perawat……………………………..92

4.21 Tanggapan tentang perhatian dokter dalam mengobati pasien…… 95

4.22 Tanggapan tentang ketelitian apoteker meracik obat……………… 96

4.23 Tanggapan tentang ketulusan satpam melayani pasien……………. 97

4.24 Indikator kualitas pelayanan………………………………………..113

Page 16: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Kerangka Berpikir Penelitian....................................................... 35

4.1 Alur pelayanan pasien di IGD RSUD Kota Cilegon…………… 53

4.2 Maklumat pelayanan terbaik RSUD Kota Cilegon…………….. 88

4.3 Posisi Skor Penelitian…………………………………………... 104

Page 17: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

x

DAFTAR LAMPIRAN

1 Surat keterangan penelitian dari RSUD Kota Cilegon

2 Kuisioner Penelitian

3 Output SPSS

4 Daftar nama dokter di RSUD Kota Cilegon

5 Daftar nama tenaga medis di RSUD Kota Cilegon

6 Instalasi Gawat Darurat

7 Instalasi Rawat Inap

8 Instalasi Rawat Jalan

9 Penunjang Medis

10 Brosur RSUD Banten

11 Dokumentasi penelitian

12 Koding uji reliabilitas dan validitas data penelitian

13 Koding hasil angket penelitian

14 Distribusi r-tabel

15 Distribusi t-tabel

16 lembar bimbingan skripsi

Page 18: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mahalnya biaya kesehatan, pelayanan yang buruk, terjadinya

malpraktek, hingga masalah-masalah lain di bidang kesehatan sedang menjadi

sorotan di negeri ini. Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

sebagai perwujudan kesejahteraan umum dengan berdasarkan Sistem

Kesehatan Nasional (SKN). Permasalahan kesehatan yang tidak pernah ada

habisnya bahkan selalu meningkat pada setiap waktunya membuat para

penyedia layanan kesehatan seperti posyandu, klinik, dan rumah sakit terus

meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat. Peningkatan kualitas

pelayanan baik dalam segi pengadaan obat-obatan, perawatan maupun

keahlian dokter dilakukan untuk memberikan rasa nyaman dan kepuasan

kepada pasien selaku penerima layanan sesuai haknya.

Pelayanan kesehatan memiliki tujuan untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat. Kesehatan yang baik dapat menjadikan masyarakat mandiri dan

mampu menciptakan kesejahteraan bagi dirinya. Kesehatan erat kaitannya

dengan pembangunan, karena terwujudnya sebuah pembangunan diawali dari

kesehatan jasmani maupun rohani masyarakatnya. Karena dengan kesehatan

Page 19: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

2

2

yang baik masyarakat dapat bekerja secara maksimal yang secara otomatis

dapat menaikkan taraf kehidupannya.

Dewasa ini masyarakat sedang mengalami krisis kepercayaan terhadap

kualitas pelayanan kesehatan. Kasus vaksin palsu yang ramai diberitakan oleh

media dengan menyeret beberapa nama rumah sakit besar di Ibu Kota pada

pertengahan bulan Juli 2016 lalu menunjukkan rumitnya permasalahan

kesehatan di Indonesia terutama di rumah sakit. Sebelumnya, kasus Prita

yang menyebut adanya malpraktek di Rumah Sakit Omni Internasional juga

menjadi sederatan kasus besar yang membuktikan masih minimnya kualitas

pelayanan kesehatan di Indonesia.

. Kualitas manajemen pelayanan kesehatan pada sebuah rumah sakit

dapat diketahui dari profesionalitas tenaga medis maupun pegawai lainnya di

rumah sakit, efisiensi dan efektivitas pelayanan serta kepuasan pasien sebagai

pengguna jasa rumah sakit. Kepuasan pasien ditentukan oleh keseluruhan

manajemen pelayanan dari mulai administrasi, dokter, perawat, makanan,

obat-obatan, sarana, peralatan, fasilitas dan lingkungan fisik rumah sakit.

Kualitas pelayanan merupakan faktor penting yang dapat membentuk

kepercayaan pasien kepada rumah sakit sehingga tercipta loyalitas mereka.

Kelengkapan peralatan kedokteran, kompetensi dan kecepat-tanggapan tenaga

medis maupun non medis, kontinuitas pelayanan, sistem pelayanan yang

bagus, dan jaminan mutu diberikan merupakan alasan kuat mengapa

masyarakat kita lebih percaya kredibilitas rumah sakit diluar negeri dan

menjadikannya pilihan dibandingkan rumah sakit di dalam negeri.

Page 20: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

3

3

Kurangnya komunikasi yang dibangun pihak rumah sakit kepada

masyarakat untuk memberikan informasi mengenai keunggulan rumah sakit

yang ada di dalam negeri juga ikut mendorong pasien sebagai pengguna jasa

lebih memilih berobat ke luar negeri. Lebih dari itu, faktor penyebab yang

lebih signifikan adalah masih banyak rumah sakit yang belum consumer

oriented, yaitu rumah sakit yang belum memberikan kemudahan akses

pelayanan bagi para pasiennya, pelayanan yang masih buruk seperti dokter

yang sering datang terlambat, pasien harus menunggu lama untuk

mendapatkan pelayanan dan perawatan, kurang responsifnya para staf medis

dan non medis terhadap kebutuhan pasien, dan lain sebagainya.

Pemerintah seharusnya dapat bertanggungjawab dan memiliki

kewajiban untuk melaksanakan perbaikan-perbaikan dalam hal pemberian

pelayanan kesehatan bagi masyarakat sebagaimana telah diamanatkan dalam

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 34 ayat 3 yang menyatakan bahwa

“Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan

dan fasilitas umum yang layak”. Untuk dapat melaksanakan undang-undang

ini secara menyeluruh pada masyarakat di pelosok negeri ini, merujuk pada

undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 22

point f dijelaskan bahwa dalam menyelenggarakan otonomi, daerah

mempunyai kewajiban menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu

bentuk pelaksanaan dari undang-undang ini adalah dibangunnya Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) pada setiap daerah otonom di Indonesia.

Page 21: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

4

4

Pelayanan yang harus dilakukan pemerintah daerah di bidang kesehatan

dilaksanakan melalui peningkatan mutu pelayanan rumah sakit daerah.

Otonomi diberikan kepada manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

dalam rangka memperlancar dan meningkatkan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Dengan berlakunya otonomi daerah seharusnya perbaikan ke

arah yang lebih baik pada pelayanan kesehatan dapat terealisasikan.

Bagi pemerintahan daerah, pelayanan kesehatan sangat penting artinya

bahkan lebih besar peranannya terhadap kepentingan umum. Karena proses

pelayanan itu sendiri tidak terlepas dari tugas dan fungsi setiap pegawai yang

terdapat di dinas-dinas dan instansi terkait terutama pada Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) yang memiliki tugas dan fungsi melaksanakan pelayanan

medis, serta pelayanan penunjang medis dan berkewajiban mengupayakan,

menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan yang bermutu dalam

memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Sebagai salah satu pemerintah daerah, Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon

mendirikan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon yang semula

adalah Puskesmas DTP Cilegon I berdasarkan UU No.15 tahun 1999 tentang

perubahan Pemerintah kota administratif Cilegon menjadi Pemerintah Kota

Cilegon. Adanya perubahan pada sistem Pemerintah Kota Cilegon dan

motivasi dari masyarakat, maka Puskesmas DTP Cilegon I diresmikan

menjadi RSUD Kota Cilegon dengan Ketetapan Perda No.14 tahun 2001.

Keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon sebagai

rumah sakit umum daerah yang tidak berorientasi pada profit, sejalan dengan

Page 22: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

5

5

perkembangannya agar rumah sakit memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan

keuangan maka RSUD Kota Cilegon ditetapkan sebagai Badan Layanan

Umum dengan SK Walikota No. 445/Kep.214-Org/2007. Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon yang sudah memiliki 12 jenis

pelayanan telah memenuhi syarat untuk merubah status kelas dari rumah sakit

kelas type C menjadi rumah sakit kelas type B melalui Surat Rekomendasi

Walikota Cilegon Nomor: 445/1757-Org/2007 tentang Dukungan untuk

Memperoleh Status sebagai Rumah Sakit Kelas B Non Pendidikan yang

dipertegas melalui surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 173/Menkes/SK/II/2008 tanggal 13 Februari 2008 tentang Penetapan

Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon Milik Pemerintah Kota

Cilegon Provinsi Banten. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon

juga telah dinyatakan Terakreditasi dengan 12 Pelayanan oleh Komisi

Akreditasi Rumah Sakit (KARS) pada tanggal 13 Januari 2012.

Tabel 1.1

Jenis Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon

No. Jenis Pelayanan

1. Pelayanan Medik Umum

2. Pelayanan Gawat Darurat

3. Pelayanan Medik Spesialis Dasar

4. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik

5. Pelayanan Medik Spesialis Lain

6. Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut

7. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan

8. Pelayanan Medik Subspesialis

9. Pelayanan Penunjang Klinik

10. Pelayanan Penunjang Non Klinik

11. Pelayanan Rekam Medik

12. Pelayanan Bedah

Sumber : Data primer penelitian, RSUD Kota Cilegon, tahun 2016

Page 23: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

6

6

Dari tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Kota Cilegon hingga saat ini telah memiliki berbagai jenis

pelayanan dari mulai pelayanan medik umum, gawat darurat, spesialis dasar,

spesialis penunjang medik, medik spesialis lain, medik spesialis gigi mulut,

keperawatan dan kebidanan, medik subspesialis, penunjang klinik, penunjang

non klinik, rekam medik, dan bedah. Ke 12 jenis pelayanan ini terbagi dalam

instalasi rawat jalan dan rawat inap. Pada instalasi rawat inap, Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon menyediakan 4 (empat) jenis ruang

perawatan yaitu kelas I, kelas II, kelas III, VIP dan kelas utama. Pada

penelitian ini, peneliti memfokuskan pada ruang perawatan kelas III yang dari

hasil observasi banyak peneliti temukan keluhan dari pasien.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Kota Cilegon menyediakan 4 (empat) ruangan khusus yang

diperutukkan untuk pasien kelas III yaitu Ruang Alamanda, Ruang

Edelweise, Ruang Mawar dan Ruang Melati. Selama bulan januari s/d mei

2016 jumlah pasien kelas III di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota

Cilegon adalah 1.926 pasien.

Tabel 1.2

Data Pasien Kelas III RSUD Kota Cilegon Periode bulan Januari-Mei 2016

Ruang Januari Februari Maret April Mei

Alamanda

Edelwise

Mawar

Melati

64

139

36

126

59

146

42

130

70

121

44

138

71

130

56

133

83

127

70

141

Total 1926

Sumber: Data primer penelitian, RSUD Kota Cilegon, 2016

Page 24: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

7

7

Berdasarkan tabel 1.2 di atas, diketahui bahwa jumlah pasien rawat inap

pada ruang perawatan kelas III terus mengalami fluktuasi setiap bulannya.

Kenaikan pasien rata terlihat pada ruang Melati dimana pada bulan Januari

pasien berjumlah 126 orang, bulan Februari 130 orang, bulan Maret 138

orang, bulan April 133 orang dan bulan Mei 141 orang. Kenaikan jumlah

pasien yang terjadi menunjukkan banyaknya masyarakat yang memanfaatkan

ruang perawatan kelas III karena memiliki biaya yang terjangkau. Ruang

Edelwise dan Melati yang mampu menampung pasien lebih dari 100 orang

setiap bulannya juga menunjukkan kapasitas tempat tidur di kedua ruangan

tersebut yang lebih besar dibandingkan ruang Alamanda dan ruang Mawar.

Tenaga medis merupakan faktor krusial dalam pelayanan sebuah rumah

sakit. Ketersediaan tenaga medis yang memadai akan bergantung pada

efisiensi dan efektivitas pelayanan pada rumah sakit itu sendiri. Untuk dapat

melayani pasiennya yang melakukan perawatan inap di rumah sakit,

manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon menugaskan

tenaga medis baik perawat maupun dokter untuk berjaga di ruang perawatan

inap. Berdasarkan data yang diperoleh, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Kota Cilegon memiliki 206 tenaga medis keperawatan dan 42 dokter umum

yang terbagi di beberapa ruang perawatan inap yang ada di RSUD Kota

Cilegon.

Page 25: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

8

8

Tabel 1.3

Data Tenaga Medis Pada RSUD Kota Cilegon Tahun 2016

Ruang Perawat Dokter Umum

Alamanda

Anggrek

Aster

Bougenville

Edelweise

Gardana

ICU

Mawar

Melati

Nusa Indah

Perinatologi

Edelweise bayi

15

14

18

18

17

15

19

20

22

15

14

19

3

4

4

4

2

3

3

3

4

5

4

3

Total 206 42

Sumber: Data primer penelitian, RSUD Kota Cilegon, 2016

Berdasarkan data pada tabel 1.3 di atas diketahui bahwa rata-rata jumlah

perawat jaga di setiap ruang perawatan inap adalah sebanyak 17 orang,

sementara rata-rata jumlah dokter jaga pada setiap ruangannya adalah 3

orang. Masing-masing perawat dan dokter yang berjaga pada setiap

ruangannya diatur berdasarkan waktu kerja. Dimana waktu kerja tenaga

medis yang berjaga di ruang perawatan inap terbagi dalam 3 (tiga) shift yaitu

shift 1 pada jam 08.00 wib s/d 16.00 wib; shift 2 pada jam 14.00 wib s/d

22.00 wib; shift 3 pada jam 21.00 wib s/d 08.00 wib. Waktu kerja shift 3

lebih lama dibandingkan shift 1 dan shift 2 karena intensitas pekerjaan yang

tidak terlalu banyak pada malam hari karena pasien sedang tidur. Komposisi

perawat dan dokter jaga pada masing-masing shift di setiap ruangan adalah 5-

6 perawat dan 1-2 dokter jaga.

Page 26: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

9

9

Menurut Azwar (1996), agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan

dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka pelayanan harus memenuhi

berbagai syarat diantaranya: tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima

dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu. Memenuhi

kebutuhan dan keinginan pasien supaya tercapai kepuasan pada akhirnya akan

meningkatkan kepercayaan pada rumah sakit tersebut karena dianggap

melakukan pelayanan prima. Pelayanan yang kurang memuaskan akan

menyebabkan berkurangnya pelanggan atau bahkan hilang karena pelanggan

berpindah ke jasa layanan lain, sehingga tidak ada sedikitpun keraguan

mengenai arti penting dari pelayanan yang berkualitas sebagai tujuan akhir

dari penyedia layanan di seluruh dunia (menurut Sucherandar dalam Yunus

Nek, et.al, 2009:67).

Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota

Cilegon selalu mendapatkan sorotan dari masyarakat. Pelayanan yang kurang

memuaskan, ketidakramahan petugas medis maupun non medis, serta kurang

bersihnya di lingkungan rumah sakit merupakan hal yang banyak menjadi

sorotan masyarakat. Pada observasi awal peneliti menemukan beberapa

permasalahan antara lain pasien yang mengeluhkan tentang ketidakramahan

perawat di ruang rawat inap kelas III. Hal ini seperti diakui oleh Bapak

Hidayat yang mengatakan “perawat yang menangani saya disini seperti tidak

ikhlas senyumnya. Mentang-mentang saya pasien kelas III. Kalau mau juga

saya bisa kok jadi pasien kelas I, VIP juga saya mampu” (wawancara dengan

Bapak Hidayat pada 29 Maret 2015 Pukul 10.15 WIB). Dari pengakuan

Page 27: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

10

10

bapak Hidayat ini dapat diketahui bahwa dirinya sebagai pasien kelas III

merasa bahwa kurang ada keramahan dari perawat yang melayaninya, yang

terlihat dari senyum perawat yang terkesan dipaksakan.

Selain permasalahan tentang keramahan, pasien lainnya pun mengeluh

tentang keterlambatan perawat dalam menangani pasien di kelas III. Hal ini

seperti dikatakan oleh Ibu Rohayati, “perawatnya suka telat kalau dipanggil

sama kita pasien di kelas III. Nggak kaya pasien kelas I, perawat dengan

cepat langsung nemuin pasien kalau dipanggil. Kayak waktu saya pernah

memanggil perawat untuk ganti selang infusan, setengah jam perawatnya

baru datang ke tempat saya. Sampai darah sudah naik ke selang infusan saya”

(wawancara dengan Ibu Rohayati pada 29 Maret 2015 Pukul 10.30 WIB).

Keterlambatan perawat dalam merespon kebutuhan pasien kelas III membuat

pasien di kelas III merasa adanya diskriminasi dengan kelas lainnya.

Permasalahan di RSUD Kota Cilegon yang peneliti temukan saat

observasi awal ternyata tidak hanya dari sisi pelayanan perawat kepada

pasien, namun permasalahan pun terlihat pada kondisi di sekitar lingkungan

rumah sakit yang kurang terawat. Hal ini diakui oleh bapak Firdaus yang

mengatakan bahwa “kebersihan lingkungan di sekitar rumah sakit ini jorok.

Pasti ada sampah di setiap sudut ruangan. Kondisi bangunan dan sarana juga

terlihat tidak terawat dengan baik”, (wawancara dengan Bapak Firdaus pada

29 Maret 2015 Pukul 10.40 WIB). Kondisi lingkungan rumah sakit yang

kurang terawat dapat mengganggu kenyamanan pasien maupun pengunjung.

Page 28: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

11

11

Selain itu, kurangnya fasilitas ruang tunggu di kelas III juga dikeluhkan

oleh keluarga pasien seperti diakui oleh Ibu Muslimah yang sudah 8 hari

harus tidur diluar ruangan karena tidak ada fasilitas khusus seperti kursi untuk

menunggu anaknya yang sedang sakit di ruang rawat inap kelas III. “Sudah 8

hari saya nungguin anak saya yang sakit demam berdarah. Tidur diluar seperti

ini digigit nyamuk setiap malam, belum lagi dingin, sudah biasa buat saya

sama bapaknya. Ya wong nggak dikasih kursi atau apalah gitu didalem, mau

nggak mau kita nungguinnya disini”, (wawancara dengan Ibu Muslimah pada

29 Maret 2015 Pukul 19.55 WIB).

Menurut Parasuraman, Zeithamal & Bery (dalam Lupiyoadi, 2006:182),

pelayanan terhadap kebutuhan pasien merupakan salah satu dari 5 (lima)

dimensi kualitas pelayanan yaitu 1) bukti fisik dari rumah sakit (tangible), 2)

kehandalan dan keakuratan dalam memberikan pelayanan kepada pasiennya

(reliability), 3) kualitas pelayanan yang cepat tanggap dan segera

(responsiveness), 4) pelayanan dalam menanamkan rasa percaya dan

keyakinan kepada pasien (assurance), dan 5) pelayanan dengan komunikasi

yang baik dan perhatian pribadi serta pemahaman kebutuhan pasien

(emphaty) yang dapat diukur dengan instrumen SERVQUAL. Kesembuhan

dari pasien disamping melalui obat yang diberikan akan sangat dipengaruhi

oleh pelayanan berupa keramahan dan rasa empati dari tenaga medis kepada

pasien. Karena umumnya pasien menginginkan mendapat pelayanan yang

sama tanpa membeda-bedakan status sosial, golongan, suku dan agama

(Efendy, 2010:52).

Page 29: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

12

12

Dari berbagai ulasan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih

dalam mengenai manajemen pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon pada pasien rawat inap

kelas III, dengan mengambil judul penelitian “KUALITAS PELAYANAN

KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP KELAS III DI RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA CILEGON”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi di RSUD Kota Cilegon, maka

permasalahan pada penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Pasien di ruang rawat inap kelas III merasa kurang ada keramahan dari

perawat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon

2. Kurang responsifnya perawat pada kebutuhan pasien di ruang rawat inap

kelas III

3. Kondisi lingkungan rumah sakit yang terlihat kotor dan kurang terawat

4. Tidak ada fasilitas ruang tunggu khusus untuk keluarga asien rawat inap

di kelas III

Page 30: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

13

13

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi pada Kualitas Pelayanan Kesehatan pada

Pasien Rawat Inap Kelas III di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota

Cilegon.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang peneliti paparkan di atas, maka

hal yang menjadi rumusan masalah adalah “Seberapa besar Kualitas

Pelayanan Kesehatan pada Pasien Rawat Inap Kelas III di Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Kualitas

Pelayanan Kesehatan pada Pasien Rawat Inap Kelas III di Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon.

1.6 Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pengembangan keilmuan dan pengetahuan dalam dunia akademis pada

jurusan Ilmu Administrasi Negara, terutama yang berkaitan dengan

manajemen publik pada lembaga pelayanan publik milik pemerintah di

bidang kesehatan.

Page 31: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

14

14

b. Secara Praktis

Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat mengembangkan

kemampuan dan penguasaan ilmu-ilmu yang pernah diperoleh peneliti selama

mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa hingga saat ini. Selain itu, karya peneliti

dapat dijadikan bahan informasi dan referensi bagi pembaca dan peneliti

selanjutnya.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan penelitian ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah merupakan gambaran tentang ruang lingkup

masalah yang akan diteliti dan merupakan dasar penelitian yang dilakukan.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah hubungan antara tema dan fenomena yang

dikaitkan yang selanjutnya akan diteliti dan di pelajari dalam penelitian atau

dengan masalah atau variable yang akan diteliti.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah lebih difokuskan pada masalah yang akan

diajukan dalam rumusan masalah yang akan diteliti.

Page 32: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

15

15

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah mendefinisikan permasalahan yang telah diterapkan

dalam bentuk definisi konsep dan definisi operasional.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang apa yang ingin dicapai oleh

peneliti dalam melakukan penelitian.

1.6 Manfaat Penelitian

Menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari tujuan dilakukannya

penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menjelaskan susunan penulisan penelitian.

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Deskripsi teori yang memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang

relevan dengan permasalahan dan variabel penelitian untuk memperoleh

konsep yang jelas.

2.2 Penelitian Terdahulu

Bagian ini memaparkan tentang penelitian-penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan masalah penelitian.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka pemikiran yaitu menggambarkan alur pemikiran penelitian

sebagai tahapan dari proses penelitian.

Page 33: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

16

16

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara peneliti terhadap

permasalahan yang akan diteliti sebelum teruji kebenarannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan penelitian, yaitu

survei atau teknik yang digunakan dalam penelitian ini.

3.2 Instrumen Penelitian

Proses penyusunan dan alat pengumpulan data yang digunakan untuk

melakukan penelitian.

3.3 Populasi dan Sampel

Menjelaskan jumlah populasi dan sampel serta metode sampel yang

akan digunakan dalam penelitian.

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menjelaskan teknik pengolahan data yang digunakan serta

menjelaskan cara menganalisis data.

3.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Menjelaskan lokasi penelitian dan jadwal penelitian secara rinci

beserta tahapan penelitian selama penelitian dilakukan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Menjelaskan tentang objek penelitian, struktur organisasi dari

populasi/sampel yang telah ditentukan.

Page 34: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

17

17

4.2 Pengujian Persyaratan Statistik

Melakukan pengujian terhadap persyaratan statistik dengan

menggunakan uji statistik tertentu.

4.3 Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah

dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan.

4.4 Pengujian Hipotesis

Melakukan pengujian terhadap hipotesis dengan menggunakan teknik

analisis statistik yang sudah ditentukan sebelumnya.

4.5 Interpretasi Hasil Penelitian

Melakukan penafsiran terhadap hasil akhir pengujian hipotesis.

4.6 Pembahasan

Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas

dan mudah dipahami.

5.2 Saran

Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang

diteliti baik secara teoritis maupun praktis.

Page 35: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

18

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Deskripsi Teori

Deskripsi teori dalam penelitian ini merupakan acuan uraian yang

sistematis tentang teori-teori yang di terapkan dalam penelitian menurut

pendapat pakar atau penulis dan buku, hasil-hasil penelitian yang relevan

dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori ini berisi tentang beberapa

penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan

uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang

lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan

diteliti menjadi lebih jelas dan terarah (Sugiyono, 2005: 63).

Oleh karena itu peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang yang

digunakan sebagai acuan dalam mengkaji penelitian. Pada deskripsi teori ini

dikemukan teori-teori tentang pelayanan publik.

2.1.1 Pelayanan Publik

Dalam Undang-undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik, pelayanan publik didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau

rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara

dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang

disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Page 36: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

19

19

Masyarakat setiap waktu selalu menuntut pelayanan publik yang

berkualitas dari birokrat, meskipun tuntuan tersebut sering tidak sesuai

dengan harapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi

selama ini masih bercirikan: berbelit-belit, lambat, mahal, dan

melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih

diposisikan sebagai pihak yang “melayani” bukan yang di layanai. Oleh

karna itu, pada dasarnya dibutuhkan reformasi pelayanan publik dengan

mengembalikan dan mendudukan “pelayan” dan yang “dilayani” ke

pengertian yang sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya ditujukan

pada masyarakat umum kadang dibalik menjadi pelayanan masyarakat

terhadap Negara, meskipun negara berdiri sesungguhnya adalah untuk

kepentingan masyarakat yang mendirikannya. Artinya, birokrat

sesungguhnya haruslah memberikan pelayanan terbaiknya kepada

masyarakat.

Moenir dalam Pasolong (2010:128), mengatakan bahwa

pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang

lain secara langsung. Pelayanan publik menurut Sinambela dalam

Pasolong (2010:128), adalah sebagai setiap kegiatan yang dilakukan

oleh pemerintah terhadap sejumlah Manusia yang memiliki setiap

kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan,

dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu

produk secara fisik.

Page 37: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

20

20

Pelayanan publik menurut Roth (1926:1) dalam Pasolong

(2010:129), adalah sebagai berikut: Pelayanan publik didefinisikan

sebagai layanan yang tersedia untuk masyarakat, baik secara umum

(seperti di museum) atau secara khusus (seperti di restoran makanan).

Pelayanan publik yang adil dan dapat dipertanggung-jawabkan

menghasilkan kepercayaan publik. Dibutuhkan etika pelayanan publik

sebagai pilar dan kepercayaan publik sebagai dasar untuk mewujudkan

pemerintah yang baik.

Dalam Wikipedia, Pelayanan publik adalah istilah untuk layanan

yang disediakan oleh pemerintah kepada warga negaranya, baik secara

langsung (melalui sektor publik) atau dengan membiayai pemberian

layanan swasta. Istilah ini dikaitkan dengan konsensus sosial (biasanya

diwujudkan melalui pemilihan demokratis), yaitu bahwa layanan

tertentu harus tersedia untuk semua kalangan tanpa mamandang

pendapatan mereka. Bahkan apabila layanan-layanan umum tersebut

tersedia secara umum atau dibiayai oleh umum, layanan-layanan

tersebut, karena alasan politis atau sosial, berada di bawah

peraturan/regulasi yang lebih tinggi daripada peraturan yang berlaku

untuk sektor ekonomi. Istilah layanan publik juga merupakan istilah

lain untuk layanan sipil.

Pelayanan menurut Kotler dalam Sinambela (2006:4), adalah

“setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau

kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat

Page 38: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

21

21

pada suatu produk secara fisik”. Sedangkan Lukman dalam Sinambela

(2006:5), berpendapat bahwa pelayanan adalah “suatu kegiatan atau

urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang

dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan

pelanggan”.

Pendapat lain mengenai pelayanan dikemukakan oleh Granross

dalam Ratminto & Winarsih (2006:3):

“Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian

aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat

diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara

konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang

disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang

dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen

/pelanggan”.

Pelayanan publik menurut Sinambela (2006:5), adalah “pemenuhan

keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara”.

Pelayanan berkaitan erat dengan masyarakat, sehingga pelayanan lebih

dikenal dengan istilah pelayanan publik. Publik berasal dari bahasa

Inggris Public yang berarti masyarakat, umum dan negara. Kata publik

dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai umum, orang banyak dan

ramai.

Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah

memuaskan masyarakat. Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Pemerintahan No. 63/KEP/M.PAN/2003 tanggal 10 Juli 2003,

disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah

segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara

Page 39: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

22

22

pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima

pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Sesuai dengan Kep.MENPAN No. 63/2003 penyelenggaraan

pelayanan harus memenuhi azas-azas sebagai berikut (Sinambela

2006:6):

1. Transparansi; bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh

semua pihak yang memerlukan dan disediakan secara memadai

serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas; dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional; sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan

penerima pelayanan dengan tetap berprinsip pada efesiensi dan

efektifitas.

4. Partisipatif; mendorong peran serta masyarakat dalam

menyelenggarakan pelayanan publik dengan memperhatikan

aspirasi , kebutuhan dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan hak ; tidak deskriminatif, dalam arti tidak membedakan

suku, ras, agama, golongan, gender dan status ekonomi.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban; pemberi dan penerima

pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-

masing.

2.1.2 Kualitas

Kualitas pada dasarnya merupakan kata yang menyandang arti

relatif karna bersifat abstrak, kualitas dapat di gunakan untuk menilai

atau menentukan tingkat penyesuaian suatu hal terhadap persyaratan

atau spesifikasinya, bila persyaratan atau spesifikasinya itu terpenuhi

berarti kualitas sesuatu hal yang dimaksud dapat di katakan baik, untuk

Page 40: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

23

23

menentukan kualitas memerlukan indikator karena spesifikasi yang

merupakan indikator harus dirancang, kualitas secara tidak langsung

merupakan hasil rancangan yang tidak tertutup kemungkinan untuk di

perbaiki atau ditingkatkan.

Menurut Pasolong (2010:132), mutu sebenarnya tidak dapat di

ukur karena merupakan hal yang maya (imaginer) jadi bukan suatu

besaran yang terukur.Oleh sebab itu, perlu di buat indikator yang

merupakan besaran yang terukur demi untuk menentukan kualitas baik

produk maupun jasa. Berbagai upaya dilakukan untuk membuat

indicator yang terukur dan cocok bagi masalah penentuan kualitas

sedemikian rupa sehingga pembuat produk atau pelayanan jasadan

pengontrolan kualitasnyaterjamin keterlaksanaannya.

Sedangkan kualitas menurut Tjiptono dalam Pasolong

(2010:132), adalah : 1) kesesuaian dengan persyaratan atau tuntutan; 2)

kecocokan pemakaian; 3) perbaikan atau penyempurnaan keberlanjutan;

4) bebas dari kerusakan; 5) pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak

awal dan setiap saat; 6) melakukan segala sesuatu secara benar

semenjak awal, 7) sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan.

Kemudian Kotler dalam Arief (2007:117), mendefinisikan

kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau pelayanan

yang berpengaruh pada kemampuanya untuk memuaskan kebutuhan

yang dinyatakan atau yang tersirat. Melalui pengertian ini terlihat

bahwa suatu barang atau jasa akan dinilai bermutu apabila dapat

Page 41: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

24

24

memenuhi ekspektasi konsumen akan nilai produk tersebut. Artinya,

mutu merupakan salah satu faktor yang menentukan penilaian kepuasan

konsumen.

Pelanggan mendefinisikan kualitas dengan berbagai cara. Kualitas

didefinisikan sebagai memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

Heizer dan Render dalam Wibowo (2007:271), mendefinisikan kualitas

sebagai kemampuan produk atau jasa memenuhi kebutuhan pelanggan.

Russell dan Taylor dalam Wibowo (2007:272), dikatakan pula sebagai

totalitas tampilan dan karakteristik produk atau jasa yang berusaha

keras dengan segenap kemampuannya memuaskan kebutuhan tertentu.

Sedangkan Krajewski dan Ritzman dalam Wibowo (2007:272),

mengatakan bahwa pelanggan melihat kualitas dari dimensi, dimensi

yang dimaksud sebagai berikut :

1. Conformance to Specifications

Kualitas ditentukan oleh kesesuaiannya dengan spesifikasi yang

ditawarkan.Dalam sistem jasa, kesesuaian dengan spesifikasi juga

perlu, walaupun tidak menghasilkan sesuatu yang tidak dapat

disentuh.Spesifikasi untuk operasi jasa berkaitan dengan

pengiriman barang pada waktunya atau kecepatan dalam

memberikan tanggapan terhadap keluhan pelanggan.

2. Value

Value atau nilai menunjukan seberapa baik produk atau jasa

mencapai tujuan yang dimaksudkan pada harga yang pelanggan

Page 42: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

25

25

bersedia membayar.Kualitas diukur dari harga yang dibayar untuk

produk atau jasa.

3. Fitness for Use

Kecocokan untuk digunakan menunjukkan seberapa baik produk

atau jasa mewujudkan tujuan yang dimaksudkan. Pelanggan

mempertimbangkan fitur mekanis produk atau kenyamanan

pelayanan.

4. Support

Dukungan yang diberikan oleh perusahaan terhadap produk atau

jasa sangat penting bagi pelanggan, seperti halnya kualitas produk

dan jasa itu sendiri.

5. Psychological Impressions

Pelanggan mengevaluasi kualitas produk atau jasa atas dasar kesan

psikologism : iklim, citr, atau estetika. Dalam pelayanan, dimana

terdapat kontak langsung dengan penyelenggara, penampilan dan

tindakan penyelenggara sangat penting.

2.1.3 Kualitas Pelayanan Publik

Pelayanan mengandung pengertian setiap kegiatan atau manfaat

yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya

tidak berwujud dan tidak pula berakibat kepemilikan sesuatu (Kotler

1999: 83). Dari definisi di atas dapat disimpulkan kualitas pelayanan

adalah ciri, karakteristik atau sifat suatu produk atau pelayanan yang

berpengaruh pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan konsumen.

Page 43: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

26

26

Menurut Wyckof, Lovelock (1988) dalam Tjiptono (2004 : 59), kualitas

pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan

pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi

keinginan konsumen.

Lain halnya Master dalam Sinambela (2011:7), mengemukakan

berbagai hambatan dalam pengembangan sistem manajemen kualitas:

1. Ketiadaan komitmen dari manajemen.

2. Ketiadaan pengetahuan dan kekurangpahaman tentang manajemen

kualitas bagi aparatur yang bertugas melayani.

3. Ketidakmampuan aparatur mengubah kultur yang mempengaruhi

kualitas manajemen pelayanan pelanggan.

4. Ketidaktepatan perencanaan manajemen kualitas yang dijadikan

pedoman dalam pelayanan pelanggan.

5. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan belum dioptimalkan.

6. Ketidakmampuan membangun learning organization, learning by

the individualsdalam organisasi.

7. Ketidaksesuaian antara struktur organisasi dengan kebutuhan.

8. Ketidakcukupan sumber daya dan dana.

9. Ketidaktepatan sistem penghargaan dan balas jasa bagi karyawan.

10. Ketidaktepatan mengadopsi prisnsip manajemen kualitas ke dalam

organisasi.

11. Ketidaktepatan dalam memberikan perhatian pada pelanggan, baik

internal maupun eksternal.

12. Ketidaktepatan dalam pemberdayaan dan kerjasama.

Menurut Kotler (2007:18), pelayanan atau service adalah sebuah

tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada

pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan

kepemilikan apapun.

Disisi lain Ratminto dan winarsih (2010:2), mengemukakan

definisi pelayanan sebagai suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas

Page 44: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

27

27

yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai

akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal–hal

lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang

dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan Konsumen atau

Pelanggan.

Dari hal diatas yang sudah didefinisikan dapat diketahui bahwa

ciri pokok pelayanan menurut Moenir (2006:48), adalah tidak dapat

dilihat dengan kasat mata serta tidak bisa diraba dan melibatkan upaya

manusia (masyarakat) atau sarana dan prasarana lain yang disediakan

oleh penyelenggara pelayanan.

Agar pelayanan dapat memuaskan seseorang atau kelompok

orang yang dilayani oleh penyelenggara pelayanan, maka tenaga medis

yang bertugas melayani harus memenuhi empat kriteria pokok Moenir

(2006:197):

1. Tingkah laku yang baik.

2. Cara penyampaian sesuatu yang berkaitan dengan apa yang

seharusya diterima oleh orang yang bersangkutan.

3. Waktu menyampaikan yang tepat.

4. Keramahtamahan.

Standar pelayanan menurut Moenir (2006:124), yaitu kesadaran

pegawai pada segala tingkatan terhadap tugas/pekerjaan yang menjadi

tanggung jawabnya, membawa dampak sangat positif terhadap

organisasi dan tugas/pekerjaan itu sendiri, maka akan menjadi sumber

kesungguhan dan disiplin dalam melaksanakan tugas/pekerjaan,

Page 45: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

28

28

sehingga hasilnya dapat diharapkan memenuhi standar pelayanan yang

telah ditetapkan baik dalam perwujudan standar pelaksanaan pelayanan

maupun standar operasional pelayanan.

2.1.3.1 Prinsip dan Standar Pelayanan Publik

Sesuai Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

(Kepmen PAN) No. 63/2003 prinsip penyelenggaran pelayanan

adalah sebagai berikut (Ratminto & Winarsih 2006: 22):

a. Kesederhanaan; prosedur pelayanan publik tidak berbelit-

belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

b. Kejelasan; mencakup kejelasan dalam hal: (1) persyaratan

teknis dan administratif pelayanan publik; (2) unit

kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian

keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan

publik; (3) rincian biaya pelayanan publik dan tatacara

pembayaran.

c. Kepastian waktu; pelaksanaan pelayanan publik dapat

diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

d. Akurasi; produk pelayanan publik diterima dengan benar,

tepat, dan sah.

e. Keamanan; proses dan produk pelayanan publik memberikan

rasa aman dan kepastian hukum.

f. Tanggung jawab; pimpinan penyelenggara pelayanan publik /

pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas

penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

Page 46: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

29

29

g. Kelengkapan sarana dan prasarana; tersedianya sarana

prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang

memadai termasuk sarana telematika.

h. Kemudahan akses; tempat dan lokasi serta sarana pelayanan

yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat dan

memanfaatkan teknologi telematika.

i. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan; pemberi pelayanan

harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah serta ikhlas

dalam memberi pelayanan.

j. Kenyamanan; lingkungan pelayanan harus tertib, teratur,

ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, serta disediakan

fasilitas pendukung seperti tempat parkir, toilet, tempat

ibadah, dll.

Standar pelayanan publik merupakan ukuran yang dibakukan

dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh

pemberi dan atau penerima pelayanan; sekurang-kurangnya

meliputi:

1. Prosedur pelayanan; yang dibakukan bagi pemberi dan

penerima pelayanan termasuk pengaduan.

2. Waktu penyelesaian; yang ditetapkan sejak saat pengajuan

permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan,

termasuk pengaduan.

3. Biaya pelayanan; termasuk rincian tarif yang ditetapkan dalam

proses pemberian pelayanan.

4. Produk pelayanan; hasil pelayanan yang akan diterima sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5. Sarana dan prasarana; penyediaan sarana dan prasarana

pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan

publik.

Page 47: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

30

30

6. Kompetensi petugas pemberi pelayanan; harus ditetapkan

dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian,

keterampilan, sikap dan perilaku yang diperlukan.

2.1.4 Dimensi-dimensi Kualitas Pelayanan

Menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi (2006:182),

mengindentifikasikan lima kelompok karakteristik yang digunakan

konsumen dalam mengevalusi kualitas pelayanan jasa, antara lain adalah :

1) Bukti fisik (tangible) adalah kemampuan suatu perusahaan dalam

menunjukan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan

kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat

diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari

pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilias

fisik, (misal: gedung, gudang dan lain lain), perlengkapan dan

peralatan yang digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.

2) Keandalan (Reliability) yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk

memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat

dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan konsumen yang

berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua konsumen

tanpa kesalahan, dan sikap yang simpatik.

3) Daya tanggap (Responsiveness) suatu kebijakan untuk membantu dan

memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada konsumen,

dengan menyampaikan informasi yang jelas.

Page 48: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

31

31

4) Jaminan dan kepastian (Assurance) adalah pengetahuan,

kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk

menumbuhkan rasa percaya para konsumen kepada perusahaan. Hal

ini meliputi beberapa komponen antara lain komunikasi, keamanan,

kredibilitas, kompetensi dan sopan santun.

5) Empati (Emphaty) dengan memerikan perhatian yang tulus dan

bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para konsumen

dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu

perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang

konsumen untuk memahami kebutuhan secara spesifik, serta memiliki

waktu pengoperasian yang nyaman bagi konsumen.

2.2 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan di cantumkan

beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah

penulis baca diantaranya:

1. Skripsi Dicky Zulkhifly (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa) Tahun

2010 yang berjudul “Efektivitas Pelayanan Pegawai Medis Ruang

Rawat Inap Kelas III Periode Juni Sampai Dengan Desember 2009 di

RSUD Serang”. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah

metode kuantitatif. Persamaan dengan skripsi yang saya buat adalah

skripsi ini meneliti tentang pelayanan petugas medis pada rumah sakit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektifitas pelayanan tersebut

Page 49: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

32

32

sudah cukup baik dan bisa dikatakan efektif meski harus dilakukan

perbaikan perbaikan dalam hal pelayanan.

2. Skripsi Semiaji Santoso (Universitas Diponegoro) tahun 2012 yang

berjudul “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan

Pasien Rawat Inap Kelas III pada RS. Roemani Muhammadiyah

Semarang”. Metode dalam skripsi ini adalah metode kuantitatif.

Persamaan dengan skripsi yang saya buat adalah skripsi ini meneliti

tentang kualitas pelayanan medis pada rumah sakit. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap

kepuasan pasien.

3. Skripsi Widya Rachmawati (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa) tahun

2011 yang berjudul “Kualitas Pelayanan Administrasi Pembuatan

Sertifikat Tanah Pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota

Tangerang”. Metode dalam skripsi ini adalah metode kuantitatif.

Persamaan dengan skripsi yang saya buat adalah skripsi ini meneliti

tentang kualitas pelayanan publik. Perbedaannya adalah lokus

penelitian yang dilakukan di Kantor BPN Kota Tangerang. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan administrasi

pembuatan sertifikat tanah pada Kantor BPN Kota Tangerang sudah

berjalan optimal.

2.3 Kerangka Berfikir

Page 50: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

33

33

Permasalahan kesehatan yang selalu menjadi sorotan adalah pelayanan

kesehatan di rumah sakit. Kualitas pelayanan rumah sakit dapat diketahui dari

profesionalitas personil rumah sakit, efisiensi dan efektivitas pelayanan serta

kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh keseluruhan pelayanan-

pelayanan administrasi, dokter, perawat, makanan, obat-obatan, sarana dan

peralatan fasilitas dan lingkungan fisik rumah sakit.

Pelayanan yang dilakukan pemerintah daerah dibidang kesehatan

dilaksanakan melalui upaya peningkatan mutu layanan rumah sakit daerah.

Otonomi diberikan kepada manajemen rumah sakit umum daerah dalam

rangka memperlancar dan meningkatkan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Berlakunya otonomi daerah seharusnya perbaikan ke arah yang

lebih baik pada pelayanan kesehatan masyarakat. Persyaratan suatu pelayanan

kesehatan dinyatakan sebagai pelayanan yang berkualitas dan dapat

memberikan kepuasan pada penerima jasa apabila pelaksanaan pelayanan

yang diajukan atau ditetapkan yang didalamnya mencakup penilaian terhadap

kepuasan pasien. Untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang

memenuhi standar persyaratan pelayanan tidak semudah yang diperkirakan,

sehingga untuk mengatasi hal ini diterapkan prinsip kepuasan yang

terkombinasi secara selektif dan efektif yaitu yang sesuai dengan kebutuhan

serta kemampuan.

Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu tolak ukur

kepuasan yang berefek pada keinginan pasien untuk kembali ke tempat yang

memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan efektif. Memenuhi

Page 51: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

34

34

kebutuhan dan keinginan pasien supaya tercapai kepuasan pada akhirnya akan

meningkatkan kepercayaan pada rumah sakit tersebut karena dianggap

melakukan pelayanan prima. Melalui pelayanan prima, rumah sakit

diharapkan akan menghasilkan keunggulan dengan pelayanan yang bermutu,

efisien, inovatif dan menghasilkan sesuai dengan Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Pasien.

Pengukuran kualitas manajemen pelayanan kesehatan pada pasien

rawat inap kelas III RSUD Kota Cilegon, didasarkan pada dimensi-dimensi

kualitas pelayanan menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi (2006:182), yang

mengindentifikasikan lima kelompok karakteristik yang digunakan konsumen

dalam mengevalusi kualitas pelayanan jasa, antara lain :

1. Bukti fisik (tangible) adalah kemampuan suatu perusahaan dalam

menunjukan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan

kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat

diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari

pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilias

fisik, (misal: gedung, gudang dan lain lain), perlengkapan dan peralatan

yang digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.

2. Keandalan (Reliability) yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk

memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan

terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan konsumen yang berarti

ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua konsumen tanpa

kesalahan, dan sikap yang simpatik.

3. Daya tanggap (Responsiveness) suatu kebijakan untuk membantu dan

memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada konsumen, dengan

menyampaikan informasi yang jelas.

Page 52: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

35

35

4. Jaminan dan kepastian (Assurance) adalah pengetahuan,

kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk

menumbuhkan rasa percaya para konsumen kepada perusahaan. Hal ini

meliputi beberapa komponen antara lain komunikasi, keamanan,

kredibilitas, kompetensi dan sopan santun.

5. Empati (Emphaty) dengan memerikan perhatian yang tulus dan bersifat

individual atau pribadi yang diberikan kepada para konsumen dengan

berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan

diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang konsumen

untuk memahami kebutuhan secara spesifik, serta memiliki waktu

pengoperasian yang nyaman bagi konsumen.

Gambar 2.1

Kerangka Berfikir Penelitian

Sumber : Olahan Peneliti, 2016.

Pelayanan Kesehatan pada Pasien Rawat Inap Kelas III

di RSUD Kota Cilegon

Dimensi Kualitas pelayanan (menurut Parasuraman dalam

Lupiyoadi, 2006:182) :

1. Bukti Fisik

2. Keandalan

3. Daya Tanggap

4. Jaminan dan Kepastian

5. Empati

Terwujudnya Pelayanan

Kesehatan yang Berkualitas

Masalah :

1. Pasien kelas III merasa kurang ada keramahan dari

perawat RSUD Kota Cilegon

2. Kurang responsifnya perawat pada kebutuhan pasien di

ruang rawat inap kelas III

3. Kondisi lingkungan rumah sakit yang terlihat kotor dan

kurang terawatt

4. Tidak ada fasilitas ruang tunggu khusus untuk keluarga

asien rawat inap di kelas III

Page 53: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

36

36

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, maka peneliti

menjabarkan sebuah hipotesis sebagai berikut :

H0 : µ < 65%

Hipotesis Nol : Kualitas Pelayanan Kesehatan pada pasien rawat

inap Kelas III di RSUD Kota Cilegon kurang dari

65%.

Ha : µ > 65%

Hipotesis Alternatif : Kualitas Pelayanan Kesehatan pada pasien rawat

inap Kelas III di RSUD Kota Cilegon lebih dari atau

sama dengan 65%.

Page 54: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

37

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, hal ini dikarenakan untuk menjaga

nilai keobjektifan hasil. Dengan pendekatan deskriptif sebagai metode primer

dan kuantitatif sebagai metode penunjang. Penelitian deksriptif adalah

penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal

seperti apa adanya (Irawan, 2006:4.9).

Menurut Sugiyono (2004:11), penelitian deskriptif adalah penelitian

yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel

atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan

antara variabel satu dengan variabel yang lain. Metode penelitian kuantitatif

dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan. (Sugiyono 2009:8).

3.1.1 Lingkup dan Fokus Penelitian

Lingkup penelitian ini adalah di Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) Kota Cilegon. Sementara fokus penelitian ini adalah fakta-

fakta yang berhubungan dengan manajemen pelayanan kesehatan di

Page 55: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

38

38

RSUD Kota Cilegon terutama pelayanan kepada pasien rawat inap

kelas III.

3.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk

mengukur nilai variabel yang diteliti dari fenomena alam maupun sosial, yang

keseluruhannya disebut sebagai variabel penelitian (Sugiyono, 2009:102).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi pada penelitian ini dilakukan sebelum merancang

penelitian (pra penelitian). Observasi pra penelitian digunakan untuk

menghimpun data awal sebelum penelitian dilakukan, tujuannya yaitu

untuk mengamati fakta-fakta dan merumuskan permasalahan apa saja

yang ada di RSUD Kota Cilegon. Menurut Narbuko dan Achmadi

(2005:70), observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala

yang diselidiki.

2. Kuisioner (Angket)

Kuisione (angket) dalam penelitian ini merupakan instrumen utama

yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dan akan diberikan

kepada pasien rawat inap di RSUD Kota Cilegon. Menurut Sugiyono

(2008:143) kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang

Page 56: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

39

39

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada

responden untuk direspon. Kuisioner yang digunakan oleh peneliti adalah

tertutup, dimana responden hanya diperkenankan memilih dari sejumlah

alternatif jawaban yang sudah peneliti sediakan.

Sementara itu, skala pengukuran instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

orang tentang fenomena sosial. Indikator variabel yang disusun melalui

item-item instrumen dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan diberikan

jawaban setiap item instrumennya. Item instrumen yang menggunakan

skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif

(Sugiyono, 2009:94). Jawaban setiap item instrument diberi skor sebagai

berikut :

Tabel 3.1

Skoring Item Instrumen

Pilihan Jawaban Skor

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1 Sumber : Sugiyono (2009:94).

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam

penelitian ini variabel tersebut adalah Kualitas Pelayanan yang terdiri

Page 57: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

40

40

dari 5 (lima) dimensi yaitu : 1) bukti fisik (tangible), 2) keandalan

(Reliability), 3) daya tanggap (Responsiveness), 4) Jaminan dan kepastian

(Assurance) dan 5) Empati (Emphaty). Adapun operasionalisasi variabel

pada penelitian ini :

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Item

Kualitas

Pelayanan (X)

Bukti Fisik (X1) a. Kondisi ruang perawatan

b. Kelengkapan alat medis

c. Kondisi fasilitas di ruang perawatan

d. Kebersihan toilet di ruang perawatan

1

2

3

4

Keandalan (X2) a. Kompetensi perawat

b. Kompetensi dokter

c. Kompetensi apoteker

d. Kompetensi staf pendaftaran

5

6

7

8

Daya Tanggap (X3) a. Ketepatan waktu pemberian obat

b. Ketepatan waktu pemeriksaan

c. Kecepatan menyiapkan obat

d. Kecepatan menyiapkan ruang perawatan

9

10

11

12

Jaminan (X4) a. Kenyamanan pasien

b. Ketepatan diagnose

c. Kompetensi perawat

d. Keaslian obat-obatan

13

14

15

16

Empati (X5) a. Ketulusan perawat merawat pasien

b. Ketulusan dokter memeriksa pasien

c. Kesungguhan apoteker meracik obat

d. Ketulusan satpam melayani pasien

17

18

19

20

3.3.1 Sumber Data

Peneliti memerlukan sumber untuk memperoleh semua data yang

diperlukan untuk mendukung berjalannya penelitian. Data hasil

penelitian bisa didapatkan melalui dua sumber, yaitu :

Page 58: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

41

41

1. Data Primer

Adalah data yang dapat diperoleh secara langsung dari lapangan

tempat penelitian. Data primer merupakan data yang diperoleh

langsung dari hasil angket yang disebar di lapangan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang perolehannya dari penelitian

kepustakaan atau bahan yang bersifat teoritis yang relevan dengan

penelitian. Misalnya diperoleh dari buku- buku, majalah, internet

dan media lainnya. Data ini sebagai data pendukung dan pelengkap

serta yang relevan dengan masalah yang tengah diteliti. Data

sekunder diperoleh penulis dari dokumen-dokumen perusahaan dan

buku-buku literatur yang memberikan informasi tentang kualitas

pelayanan di Rumah Sakit.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian datarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2009:80). Dalam penelitian ini yang menjadi

populasi adalah pasien ruang rawat inap kelas III RSUD Kota Cilegon.

Tercatat dalam data yang peneliti dapatkan, pasien rawat inap kelas III

Page 59: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

42

42

pada RSUD Kota Cilegon periode Januari s/d Mei 2016 yaitu sebanyak

1.926 pasien.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel

itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu

sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif

(Sugiyono, 2009:81).

Teknik sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang

refresentatif dari populasi. Secara teknis ada dua cara yang dapat

digunakan dalam teknik sampling, yaitu teknik sampling acak dan

teknik sampling tak acak. Untuk menentukan ukuran sampel dalam

penelitian ini maka digunakan rumus “Slovin” dalam Sugiyono (2006-

57). Dengan jumlah populasi sebanyak 1.926 pasien dan dengan taraf

kesalahan 10%.

Berikut ini rumus menentukan ukuran sampel menurut Slovin:

Keterangan:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran Populasi

e = Taraf Kesalahan

𝑛 = N

1 + Ne2

Page 60: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

43

43

Diketahui : N = 1926 e = 10% (0,1)

Ditanya : n ?

Jawaban:

𝑛 = 1926

1+1926(0.1)2 𝑛 = 95 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

simple random sampling. Teknik simple random sampling adalah

teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara memberi

peluang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi

sampel (Sekaran, 2006). Teknik ini dilakukan karena pertimbangan

bahwa populasinya bervariasi, berbeda-beda karakternya dan bersifat

heterogen sehingga peneliti merasa perlu memberikan peluang yang

sama kepada semua anggota populasi yaitu pasien rawat inap kelas III

di RSUD Kota Cilegon. Penunjukkan sampel dengan teknik simple

random sampling peneliti lakukan dengan cara mengundi secara acak

anggota populasi penelitian.

3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data

dilaksanakan. Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum

dilaksanakan dengan melalui tahap memeriksa (editing), proses pemberian

identitas (coding), dan proses pembeberan (tabulating). (dalam Bungin

2009:164-168),

Page 61: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

44

44

1. Editing adalah tahap memeriksa data. Data yang dikumpulkan melalui

angket sebelum diolah perlu diperiksa terlebih dahulu kebenarannya (Adi,

2004:118). Tujuan editing dalam penelitian ini yaitu mengurangi

kesalahan atau kekurangan yang mungkin terjadi dalam daftar pertanyaan

agar tidak menyulitkan pada tahap selanjutnya. Menurut Irawan

(2006:180) editing data mengacu pada kegiatan persiapan data sebelum

dianalisis.

2. Coding adalah tahap pemberian identitas. Dalam penelitian ini data diberi

kode misalnya Q1 untuk menunjukan pertanyaan No.1 dalam angket agar

memudahkan penginputan data dalam SPSS. Bungin (2005:166)

mengatakan coding adalah tahap dimana data yang telah diedit

selanjutnya diklasifikasikan dan diberi identitas sehingga memiliki arti

tertentu pada saat dianalisis.

3. Tabulating adalah tahap pembuatan tabel. Jawaban yang telah diberi

kode, kategori jawaban kemudian dimasukan ke dalam tabel (Narbuko

dan Achmadi 2005:155). Pada penelitian ini, tabulating dilakukan untuk

memudahkan dalam membaca hasil perhitungan SPSS.

Dalam penelitian kuantitatif, kegiatan analisis data adalah

megelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi

data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap

variabel yang diteliti serta melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis

yang telah diajukan.

Page 62: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

45

45

3.5.1 Uji Validitas

Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data

yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek

yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan

untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur

(dalam Sugiyono, 2009:121). Untuk menguji validitas instrumen,

peneliti menggunakan rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut:

Keterangan:

r = Koefisien Korelasi Product Moment

n = Jumlah sampel

∑xy = Jumlah hasil kali skor X dan Y yang berpasangan

∑x = Jumlah skor dalam sebaran X

∑y = Jumlah skor dalam sebaran Y

∑x² = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

∑y² = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

Ketentuan pengujian uji validitas adalah rhitung dibandingkan

dengan rtabel (dengan melihat taraf signifikansi penelitian, yakni sebesar

5% atau 0,05, dan jumlah N atau responden, barulah kita akan

mendapatkan nilai rtabel) sebagai berikut :

1) Jika rhitung ≤ rtabel maka instrumen dikatakan tidak valid

2) Jika rhitung> rtabel maka instrumen penelitian dikatakan valid

r =n ∑xy − ( ∑x)( ∑y)

√{n∑x2 − (∑x)2} {n∑y2 − (∑y)2}

Page 63: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

46

46

3.5.2 Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah isntrumen yang bila digunakan

beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan

data yang sama. Sugiyono (2009:121). Adapun, pengujian reliabilitas

instrumen dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach.

Dengan dilakukan uji reliabilitas, maka akan menghasilkan suatu

instrumen yang benar-benar tepat atau akurat dan mantap. Apabila

koefisien reliabilitas instrumen yang dihasilkan lebih besar, berarti

instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang cukup baik (> 0,6).

Tabel 3.3

Tingkat Reliabilitas Berdasarkan nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s/d 0,20 Kurang Reliabel

>0,20 s/d 0,40 Agak Reliabel

>0,40 s/d 0,60 Cukup Reliabel

>0,60 s/d 0,80 Reliabel

>0,80 s/d 1,00 Sangat Reliabel

3.5.3 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah data yang

diperoleh dari hasil pengisian kuisioner terdistribusi normal dan tidak.

Adapun uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan

penghitungan One Sample Kolmogorov Smirnov Test, dengan dasar

pengambilan keputusan sebagai berikut:

Page 64: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

47

47

1) Jika Sign pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) ≤ 0,05 maka data

sampel berdistribusi tidak normal

2) Jika Sign pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka data

sampel berdistribusi normal

3.5.4 Pengujian Hipotesis

1. Uji t

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji T

karena variabel penelitian dalam penelitian ini bersifat tunggal. Untuk

melakukan pengujian hipotesis deskriptif menggunakan t-test satu

sampel dan menggunakan uji pihak kanan. Menurut Sugiyono

(2009:164-165), uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho)

berbunyai “lebih kecil atau sama dengan (≤)” dan hipotesis

alternatifnya (Ha) berbunyi “lebih besar (>)”. Pengujian hipotesis

deskriptif ini menggunakan rumus t-test sebagai berikut:

Keterangan:

t = Nilai t yang dihitung

X = Nilai rata-rata

µ˳ = Nilai yang dihipotesiskan

s = Simpangan baku

n = Jumlah anggota sampel

Sementara untuk mencari ttabel maka terlebih dahulu tentukan taraf

signifikansi, misalnya (α = 0,05), kemudian dicari ttabel dengan derajat

t =X − μ˳

s

√n

Page 65: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

48

48

kebebasan (df) = n – 1. Kemudian mengacu pada ketentuan sebagai

berikut :

1. Jika thitung > ttabel atau probabilitas (α uji t)<α = 0,05; maka H0

ditolak Ha diterima artinya signifikan.

2. Jika thitung ≤ ttabel atau probabilitas (α uji t) ≥α = 0,05; maka H0

diterima Ha ditolak artinya tidak signifikan.

2. Deskriptif Data

Deskriptif data dalam penelitian ini menggunakan metode LSR,

yaitu untuk menentukan nilai batas bawah (B) dan batas atas (A) hasil

jawaban responden. Adapun rumusnya :

B = jumlah responden x skor terendah x jumlah pertanyaan

A = jumlah responden x skor tertinggi x jumlah pertanyaan

Setelah penentuan batas bawah dan batas atas, maka selanjutnya

ditentukan nilai kuartril diantara B dan A dengan perhitungan sebagai

berikut :

Q1 = (B +n) /4

Q2 = (B +n) /2

Q3 = B+ (n ¼)

Keterangan :

n = range antara B dan A, dimana nilai n ditentukan dengan rumus :

n = nilai A – nilai B

Page 66: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

49

49

Tabel 3.4

Kriteria Deskriptif Berdasarkan Posisi Kuartil

Posisi Jumlah Kriteria Deskriptif

-B s/d Q1 Sangat tidak baik

>Q1 s/d Q2 Tidak baik

>Q2 s/d Q3 Baik

>Q3 Sangat Baik

3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini ialah di RSUD Kota Cilegon. Adapun waktu

pelaksanaan penelitian yaitu dari bulan Februari sampai dengan Agustus

2016.

Tabel 3.5

Jadwal Penelitian No Kegiatan Feb’16

Minggu

ke-

Mar’16

Minggu

ke-

Apr’16

Minggu

ke-

Mei’16

Minggu

ke-

Juni’16

Minggu

ke-

Juli’16

Minggu

ke-

Agust’16

Minggu

ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Observasi pra penelitian

2 Penyusunan proposal penelitian

3 ACC proposal penelitian dan

seminar proposal

4 Penelitian lapangan

6 Penyusunan laporan hasil

penelitian, kesimpulan dan saran

7 Penyusunan lampiran dan

kelengkapan skripsi

8 ACC sidang skripsi

9 Sidang skripsi

Page 67: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

50

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon berdiri tanggal 27

April 2001 bersamaan dengan tanggal berdirinya Pemerintah Daerah Kota

Cilegon. Sebelum resmi berdiri, Pemerintah kota administratif Cilegon

Kabupaten Serang telah memiliki sebuah puskesmas yaitu Puskesmas DTP

Cilegon yang berlokasi di jalan Raya Merak – Jombang Kali Cilegon. Seiring

perkembangannya dari waktu ke waktu akhirnya pada tanggal 17 Juli 1997

Pemerintah kota administratif Cilegon mendirikan Rumah sakit Persiapan

Cilegon yang berlokasi di jalan Bojonegara Panggung Rawi Cilegon yang

saat ini dikembalikan fungsinya sebagai Puskesmas DTP Cilegon I.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon dibentuk

berdasarkan UU No.15 tahun 1999 tentang perubahan Pemerintah kota

administratif Cilegon menjadi Pemerintah Kota Cilegon. Adanya perubahan

pada sistem Pemerintah Kota Cilegon dan motivasi dari masyarakat, maka

Puskesmas DTP Cilegon I diresmikan menjadi RSUD Kota Cilegon dengan

Ketetapan Perda No.14 tahun 2001. RSUD Kota Cilegon diresmikan oleh

Walikota Cilegon Tb. Aat Syafa’at, S.Sos., M.Si dengan Direktur pertama

RSUD Kota cilegon dijabat oleh Dr. Zainoel Arifin, M.Kes.

Keberadaan RSUD Kota Cilegon sebagai rumah sakit umum daerah

yang tidak berorientasi pada profit, sejalan dengan perkembangannya agar

Page 68: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

51

51

rumah sakit memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan maka RSUD

Kota Cilegon ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum dengan SK Walikota

No. 445/Kep.214-Org/2007. RSUD Kota Cilegon yang semula berstatus kelas

C berubah menjadi rumah sakit kelas B karena syarat 12 jenis pelayanan telah

dipenuhi oleh RSUD Kota Cilegon melalui surat Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 173/Menkes/SK/II/2008 tanggal 13

Februari 2008 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Cilegon Milik Pemerintah Kota Cilegon Provinsi Banten.

Pada tanggal 21 Juni 2011, RSUD Kota Cilegon ditingkatkan statusnya

menjadi Badan Layanan Umum (BLUD) Penuh Berdasarkan nomor

445/kep.373-org/2011 tentang Peningkatan Status Pola Pengelolaan

Keuangan BLUD RSUD Kota Cilegon. Kemudian, tanggal 13 Januari 2012

RSUD Kota Cilegon dinyatakan Terakreditasi dengan 12 Pelayanan oleh

Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) RSUD Kota Cilegon.

Saat ini RSUD Kota Cilegon memiliki jumlah SDM sebanyak 660

person, dengan rincian tenaga medis sebanyak 77 Orang, ahli gizi sebanyak

11 Orang, tenaga keperawatan sebanyak 257 Orang, tenaga kefarmasian

sebanyak 9 Orang, Keteknisian Medis sebanyak 9 Orang, Keterapian Fisik

sebanyak 6 Orang, Kesehatan Masyarakat sebanyak 8 Orang, Non Kesehatan

sebanyak 244 Orang, dan Bidan sebanyak 39 Orang (sumber : Profil RSUD

Kota Cilegon 2015, diakses dari www.rsud.cilegon.go.id pada Senin, 27 Juni

2016 jam 12.30 wib).

Page 69: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

52

52

4.1.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Cilegon

4.1.1.1 VISI RSUD Kota Cilegon

Menjadi Rumah Sakit Umum Pemerintah dengan Pelayanan dan

Pendidikan Kesehatan yang Terunggul di Propinsi Banten.

4.1.1.2 MISI RSUD Kota Cilegon

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna dan

bermutu

2. Meningkatkan sarana dan prasaranan sesuai dengan standar

pelayanan rumah sakit kelas B

3. Meningkatkan professional SDM Rumah sakit melalui

pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan di

bidang kesehatan

4. Menyelenggarakan program pendidikan profesi medis dan

paramedis

Pada pertengahan tahun 2008 pemerintah Kota Cilegon memiliki

program penggratisan bagi masyarakat kota cilegon yang di rawat di kelas III.

Hal ini dapat terlihat sebagai kepedulian pemerintah Kota Cilegon terhadap

masyarakatnya dan program ini juga sangat di respon oleh masyarakat kota

cilegon yang dirawat di kelas III. Program ini merupakan suatu prestasi yang

cukup baik RSUD Kota Cilegon khususnya dan pemerintah Kota Cilegon

pada umumnya. Layanan yang tersedia di RSUD Kota Cilegon diantaranya

adalah Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap,

Sarana Penunjang, dan Dokter Spesialis.

Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Kota Cilegon memberikan

Pelayanan Kegawatdaruratan bagi semua pasien. Pelayanan ini didukung oleh

Page 70: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

53

53

Sumber Daya Manusia yang handal dan memiliki kompetensi penanganan

pasien Gawat Darurat dan tersertifikasi dengan pelatihan GELS, ATLS,

ACLS, BCLS, BTLS, PPGD, ECG, IGD yang juga dilengkapi dengan alat-

alat penunjang antara lain : Bed Site Monitor, EKG, Difibrilator, Infus Pump,

Syringe Pump, Suction Pump, Emergency Kit, Infant Warmer, Incubator dan

ambulance 24 jam.

IGD RSUD Kota Cilegon memiliki 5 ruangan tindakan yang

disesuaikan dari kegawatdaruratan kondisi pasien, yaitu ruangan resusitas;

ruangan observasi; ruangan tindakan bedah; ruangan maternal; ruangan

neonatal. Adapun alur pelayanan pasien di IGD RSUD Kota Cilegon dapat

dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 4.1

Alur Pelayanan Pasien di IGD 24 jam RSUD Kota Cilegon

Sumber : www.rsud.cilegon.go.id diakses pada Senin, 27 Juni 2016.

Page 71: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

54

54

Dari gambar 4.2 di atas dapat dilihat bahwa IGD di RSUD Kota

Cilegon merupakan layanan pertama bagi pasien dalam kondisi

kegawatdaruratan. Dari IGD, pasien gawat darurat yang berobat ke RSUD

Kota Cilegon baik itu pasien pengguna Umum, SJP maupun Askes dll,

selanjutnya akan ditindak berdasarkan kondisi pasien. Pasien yang berada

dalam kondisi perlu dilakukan perawatan intensif akan disarankan untuk

melakukan rawat inap, sedangkan pasien yang masih berada dalam kondisi

stabil (tidak perlu perawatan intensif), maka akan diperbolehkan pulang

setelah mendapatkan penanganan dari tim medis di IGD RSUD Kota Cilegon.

Namun dalam keadaan tertentu, pasien akan dirujuk ke rumah sakit lainnya

baik itu karena kondisi ruangan yang penuh, status penyakit pasien yang akut

atau permintaan pasien yang bersangkutan.

Selanjutnya, untuk dapat melayani pasien yang berobat dalam keadaan

stabil (tidak membutuhkan perawatan intensif), RSUD Kota Cilegon

menyediakan Instalasi Rawat Jalan (IRJ) yang saat ini telah memiliki 18

poliklinik.

Tabel 4.1

Poliklinik di RSUD Kota Cilegon

Poliklinik

1. Poli Dalam

2. Poli Bedah Umum

3. Poli Syaraf

4. Poli Kebidanan dan Kandungan

5. Poli Orthopedi

6. Poli Jantung

7. Poli Rehab Medik

8. Poli Paru

9. Poli Gizi

10. Poli Kulit dan kelamin

11. Poli Umum

12. Poli Mata

13. Poli Gigi

14. Poli Anak

15. Poli THT

16. Poli Psikiatri

17. Poli MCU

18. Klinik Flamboyan

Sumber : www.rsud.cilegon.go.id diakses pada Senin, 27 Juni 2016.

Page 72: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

55

55

Adapun pelayanan yang disediakan oleh RSUD Kota Cilegon untuk

melayani pasien secara intensif adalah Instalasi Rawat Inap (IRI). Instalasi

Rawat Inap di RSUD Kota Cilegon terdiri atas Kelas I, Kelas II, Kelas III,

Kelas VIP dan Kelas Utama. Masing-masing kelas perawatan tersebut

memiliki fasilitas yang berbeda-beda. Adapun rincian fasilitas yang

disediakan pada masing-masing kelas perawatan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2

Fasilitas Kelas Perawatan di RSUD Kota Cilegon

Rincian Fasilitas

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas Utama Kelas VVIP

1. Bed Side

Cabinet

2. Kasur

3. Bantal

4. Selimut

5. Alat makan

6. AC

7. Meja

8. Kursi

9. Kamar mandi

(untuk 2 pasien)

1. Bed Side

Cabinet

2. Kasur

3. Bantal

4. Selimut

5. Alat makan

6. Kipas Angin

7. Meja

8. Kursi

9. Kamar mandi

(untuk 4 pasien)

1. Bed side

Cabinet

2. Kasur

3. Bantal

4. Selimut

5. Alat makan

6. Kipas angin

7. Kamar mandi

(untuk 6 pasien)

1. Bed Side

Cabinet

2. Kasur

3. Bantal

4. Bed Cover

5. Kulkas

6. Sofa

7. TV

8. AC

9. Meja

10. Kursi

11. Kamar mandi

(untuk 2 pasien)

1. Bed Side

Cabinet

2. Kasur

3. Bantal

4. Bed Cover

5. Kulkas

6. Sofa

7. TV

8. AC

9. Kursi

10. Lemari

11. Wasftafel

12. Kamar mandi

(untuk 1 pasien)

Sumber : www.rsud.cilegon.go.id diakses pada Senin, 27 Juni 2016.

Page 73: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

56

56

Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa RSUD

Kota Cilegon memberikan fasilitas yang berbeda-beda pada setiap kelas

perawatannya. Perbedaan paling mendasar terlihat dari jumlah pasien dalam

satu ruangan pada masing-masing kelasnya. Seperti pada kelas I, jumlah

pasien dalam satu ruangan adalah 2 pasien, kelas II adalah 4 pasien,

sementara pada kelas III adalah 6 pasien. Adapun fasilitas yang berbeda pada

setiap kelasnya terlihat pada jenis pendingin ruangan dimana pada kelas I,

utama dan VIP pendingin ruangan menggunakan AC, sementara pada kelas II

dan III menggunakan kipas angin. Dari tabel 4.2 di atas juga dapat diketahui

bahwa hanya kelas III yang tidak memiliki fasilitas kursi dan meja.

4.2 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data

4.2.1 Hasil Pengujian Reliabilitas Data

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus alpha

cronbach. Adapun hasilnya dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.3

Pengujian Reliabilitas Penelitian

Cronbach's

Alpha N of Items

0.789 20

Sumber : Output SPSS, data penelitian diolah, 2016

Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa nilai cronbach’s alpha

pada penelitian ini adalah 0,652 yang menunjukkan bahwa kuisinoner pada

penelitian ini dapat dikatakan reliabel karena berada pada rentang nilai 0,60-

0,80. Adapun secara jelas kategori tingkat reliabilitas pada penelitian ini :

Page 74: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

57

57

Tabel 4.4

Tingkat Reliabilitas Berdasarkan nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s/d 0,20 Kurang Reliabel

0,20 s/d 0,40 Agak Reliabel

0,40 s/d 0,60 Cukup Reliabel

0,60 s/d 0,80 Reliabel

0,80 s/d 1,00 Sangat Reliabel

4.2.1 Hasil Pengujian Validitas Data

Pengujian validitas pada penelitian ini menggunakan rumus product

moment dengan membandingkan nilai rhitung dan nilai rtabel dengan ketentuan :

3) Jika rhitung ≤ rtabel maka instrumen dikatakan tidak valid

4) Jika rhitung> rtabel maka instrumen penelitian dikatakan valid

Nilai rtabel dalam penelitian ini adalah 0,361 yang diperoleh dari df = n –

k = 30 – 2 = 28, α = 0,05. Adapun nilai rhitung penelitian adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.5

Pengujian Validitas Penelitian

Indicator Qoding rhitung

(Corrected Item-Total

Correlation)

rtabel

(df = n-k = 30-2 = 28,

α = 0,05)

Keterangan

Tangibles (Bukti Fisik) Q1 0.688 0.361 Valid

Q2 0.577 0.361 Valid

Q3 0.635 0.361 Valid

Q4 0.612 0.361 Valid

Reliability (Keandalan) Q5 0.684 0.361 Valid

Q6 0.694 0.361 Valid

Q7 0.890 0.361 Valid

Q8 0.476 0.361 Valid

Cronbach Alpha =

0,652

Page 75: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

58

58

Indicator Qoding rhitung

(Corrected Item-Total

Correlation)

rtabel

(df = n-k = 30-2 = 28, α

= 0,05)

Keterangan

Responsivenes (Daya Tanggap) Q9 .622 0.361 Valid

Q10 .651 0.361 Valid

Q11 .560 0.361 Valid

Q12 .696 0.361 Valid

Assurance (Jaminan) Q13 .403 0.361 Valid

Q14 .414 0.361 Valid

Q15 .551 0.361 Valid

Q16 .679 0.361 Valid

Emphaty (Empati) Q17 .640 0.361 Valid

Q18 .608 0.361 Valid

Q19 .560 0.361 Valid

Q20 .696 0.361 Valid

Sumber : Output SPSS, data penelitian diolah 2016.

Dari data pada tabel 4.5 di atas diketahui bahwa kualitas pelayanan

pada penelitian ini memiliki nilai rhitung (corrected item total correlations)

tertinggi sebesar 0,890 dan terendah sebesar 0,403. Nilai rhitung tertinggi

diperoleh pada pengujian validitas butir pernyataan nomor 7 yang

menyatakan tentang apoteker kompeten menyiapkan obat. Sementara nilai

rhitung terendah diperoleh dari hasil jawaban responden pada butir pernyataan

nomor 13 yang berisi tentang jaminan kenyamanan pasien rawat inap kelas

III. Hasil ini menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan pada penelitian ini

dikatakan valid karena rhitung terendah > rtabel (0,403 > 0,361).

4.3 Hasil Penelitian

Kuisioner penelitian dibagikan pada 98 pasien rawat inap di kelas III

RSUD Kota Cilegon. Penentuan sampel peneliian menggunakan teknik

random sampling.

Page 76: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

59

59

4.3.1 Identitas Responden

Grafik 4.1

Usia Responden Penelitian

Sumber :Output SPSS identitas responden, data penelitian diolah, 2016.

Identitas responden dalam penelitian ini terdiri dari usia (U), jenis

kelamin (JK) dan pendidikan terakhir (PT). Berdasarkan data pada grafik 4.1

di atas diketahui bahwa usia responden adalah dari 16 orang berusia 0-15

tahun, 31 orang berusia 16-30 tahun, 28 orang berusia 31-45 tahun dan 20

orang berusia ≥46 tahun. Dari pengamatan selama penelitian, hasil ini juga

menunjukkan rentang usia pasien yang melakukan rawat inap di kelas III

RSUD Kota Cilegon yaitu terbanyak 16-30 tahun. Pada penelitian ini rentang

usia hanya digunakan untuk menggambarkan usia pasien kelas III yang

menjadi responden, bukan keseluruhan.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0-15 tahun 16-30 tahun 31-45 tahun ≥ 46 tahun

0-15 tahun

0-15 tahun

0-15 tahun

0-15

tahun 16-30

tahun 31-45

tahun ≥ 46 tahun 18%

33% 29%

20%

Page 77: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

60

60

Grafik 4.2

Jenis Kelamin Responden Penelitian

Sumber :Output SPSS identitas responden, data penelitian diolah, 2016.

Berdasarkan data pada grafik 4.2 di atas, diketahui bahwa responden

pada penelitian ini terdiri 51 orang laki-laki dan 44 orang perempuan. Hasil

ini juga menunjukkan bahwa pasien kelas III rawat inap di RSUD Kota

Cilegon sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (53%) dan (47%) sisanya

berjenis kelamin perempuan. Hasil pengamatan peneliti bahwa sebagian besar

pasien yang melakukan perawatan inap di kelas III RSUD kota Cilegon

selama penelitian berlangsung adalah berjenis kelamin laki-laki.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Laki-laki Perempuan

Column4

Column4

Column4

Perempua

n

Laki-

laki

53% 47%

Page 78: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

61

61

Grafik 4.3

Pendidikan Terakhir Responden

Sumber :Output SPSS identitas responden, data penelitian diolah, 2016.

Berdasarkan data pada grafik 4.3 di atas diketahui bahwa pendidikan

terakhir responden penelitian terdiri dari 37% Tingkat dasar (SD-SMP), 41%

Tingkat menengah (SMA/SMK) dan 22% sisanya tamat perguruan tinggi.

Dari hasil ini menunjukkan sebagian besar pasien kelas III yang melakukan

rawat inap di RSUD Kota Cilegon adalah yang memiliki tingkat pendidikan

menengah (SMA-SMK). Pemilihan kelas pada ruang perawatan selain

dipengaruhi oleh biaya, stigma dari pendidikan terakhir yang ditamatkan juga

memberikan pengaruh tersendiri pada pilihan mereka.

4.3.2 Analisis Dimensi Kualitas Pelayanan pada Pasien Rawat Inap

Kelas III di RSUD Kota Cilegon

Kualitas pelayanan merupakan titik sentral bagi perusahaan jasa

karena akan mempengaruhi kepuasan pelanggan. Bagi rumah sakit,

tingkat kualitas pelayanan akan sangat menentukan tingkat kepuasan

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Tingkat Dasar(SD-SMP)

TingkatMenengah(SMA/SMK)

PerguruanTinggi

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP

SD -

SMP SMA

D3 / S1

>S1

37% 41%

22%

Page 79: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

62

62

pasien dan penilaiannya terhadap rumah sakit yang akan berdampak

pada citra rumah sakit di masyarakat luas.

4.3.2.1 Tangibles (bukti fisik)

Tangibles (bukti fisik) adalah kemampuan suatu perusahaan

dalam menunjukan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan

dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat

diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari

pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilias

fisik, (misal: gedung, gudang dan lain lain), perlengkapan dan

peralatan yang digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.

Grafik 4.4

Tanggapan tentang kenyamanan kamar perawatan

Sumber : Output SPSS kuisioner nomor 1, data penelitian diolah, 2016.

Berdasarkan data pada grafik 4.4 diketahui bahwa tanggapan

tentang mengenai kamar perawatan inap kelas III nyaman adalah

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP24%

42%

34%

Page 80: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

63

63

24% menjawab sangat setuju dan 42% lainnya menjawab setuju.

Tanggapan terbesar pada pertanyaan ini adalah setuju yaitu (62%)

yang menunjukkan bahwa sebagian besar pasien kelas III rawat

inap di RSUD Kota Cilegon sudah menyetujui kamar perawatan

kelas III nyaman. Adapun jawaban tidak setuju juga diberikan oleh

34% responden dimana hal ini menunjukkan bahwa masih ada

sebanyak 33 responden yang menanggapi bahwa kamar perawatan

untuk pasien inap kelas III kurang nyaman.

Hasil pengamatan peneliti gedung RSUD Kota Cilegon saat

ini masih terlihat kokoh meskipun dengan kondisi bangunan lama

(masih kuno). Setiap ruang baik untuk poli, pendaftaran, ugd,

maupun kamar perawatan berada pada bangunan yang terpisah,

dimana setiap bangunannya dihubungkan oleh lorong (jalanan)

dengan kanopi. Suasana sunyi sangat terasa ketika berkunjung di

RSUD Kota Cilegon pada malam hari.

Begitu juga halnya dengan kamar perawatan kelas III yang

terdiri dari ruang Alamanda, Edelweis, Mawar dan Melati yang

masing-masing berada dalam bangunan yang berbeda. Kondisi

bangunan (gedung) yang masih kokoh memberikan kenyamanan

pada pasien maupun pengunjung pasien. Namun bagi sebagian

responden yang menjawab tidak setuju, peneliti menganalisis

bahwa hal ini mungkin terjadi karena faktor lampu penerangan

yang masih sangat kurang di sekitar area RSUD Kota Cilegon.

Page 81: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

64

64

Hal ini tidak jauh berbeda dengan keadaan di RSUD Kota

Cilegon pada tahun 2015 lalu ketika peneliti melakukan observasi

pra penelitian. Dimana pada saat itu peneliti juga melihat kondisi

lampu penerangan ketika malam hari masih sangat minim. Tidak

adanya ruang tunggu khusus bagi pengunjung pasien rawat inap di

kelas III membuat pengunjung banyak berkumpul di luar bangunan

ruang perawatan. Ditambah lagi kebersihan lingkungan di RSUD

Kota Cilegon kurang terjaga dengan baik, sampah-sampah masih

terlihat berserakan dimana-mana dan jumlah tempat sampah yang

disediakan pun masih belum banyak dan menyebar di berbagai

sudut rumah sakit yang juga disebabkan karena kurangnya

penerapan tata tertib bagi pengunjung.

Page 82: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

65

65

Grafik 4.5

Tanggapan tentang kelengkapan alat medis

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 2, data penelitian diolah, 2016.

Sama halnya seperti pertanyaan sebelumnya, pertanyaan ini

juga masih menggambarkan mengenai bukti fisik di RSUD Kota

Cilegon. Sebagaimana data pada grafik 4.5 di atas, dapat diketahui

bahwa adalah 34% sangat setuju menanggapi kelengkapan alat

medis, dan 66% dengan jawaban setuju menanggapi mengenai

tempat kuota ruang perawatan kelas III untuk 6 pasien.

Hasil pengamatan peneliti, alat medis yang tersedia di ruang

perawatan kelas III RSUD Kota Cilegon sudah lengkap

sebagaimana telah dijelaskan pada tabel 4.2 sebelumnya mengenai

fasilitas kelas perawatan di RSUD Kota Cilegon. Dari pengamatan

terlihat di ruang perawatan kelas III dilengkapi dengan tempat

sambungan oxygen, alat bantu panggil perawat, tiang infuse dan

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP

34%

66%

Page 83: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

66

66

alat pengukur tekanan darah yang berada dalam keadaan baik dan

layak pakai.

Peneliti menganalisa dengan membandingkan kondisi alat

medis di ruang perawatan kelas lainnya, peneliti tidak melihat

adanya perbedaan signifikan di tiap ruang kelas perawatannya.

Jawaban tertinggi setuju sebesar 66% menunjukkan bahwa pasien

telah menyetujui kuota dalam satu ruang perawatan kelas III yang

terpenting adalah kondisi tempat tidur ruang perawatan berada

dalam keadaan layak pakai.

Grafik 4.6

Tanggapan tentang fasilitas di kamar perawatan kelas III

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 3, data penelitian diolah, 2016.

Berdasarkan data pada grafik 4.6 di atas, diketahui bahwa

tanggapan responden mengenai kondisi toilet di kamar rawat inap

yang bersih adalah sebesar 7,5% menjawab sangat setuju, 79,6%

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP

Sangat

Setuju Setuj

u Tidak

Setuju Sangat

Tidak

Setuju

7,5

%

79,6

%

12,9

%

Page 84: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

67

67

menjawab setuju dan 12,9% lainnya menjawab tidak setuju. Dari

hasil wawancara diketahui bahwa jawaban tidak setuju disebabkan

oleh kondisi beberapa fasilitas seperti meja pasien dan tiang

infusan yang berada dalam kondisi sedikit rusak.

Grafik 4.7

Tanggapan tentang kebersihan toilet di kamar perawatan kelas III

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 4, data penelitian diolah, 2016.

Berdasarkan data pada grafik 4.7 di atas diketahui bahwa

tanggapan responden tentang toilet di kamar perawatan kelas III

bersih. Sebanyak 18% responden sangat setuju kondisi toilet di

kamar perawatan kelas III bersih, 42% responden setuju kondisi

toilet di kamar perawatan kelas III bersih, sementara 40% lainnya

tidak setuju kondisi toilet di kamar perawatan kelas III bersih.

Hasil pengamatan peneliti dimana peneliti mendapati bahwa

kondisi toilet di kamar perawatan kelas III berada dalam kondisi

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP18%

42% 40%

Page 85: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

68

68

kurang bersih. Sebagian responden berpendapat bahwa hal itu

disebabkan banyaknya pengguna toilet di kamar tersebut yang

kurang bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan toilet.

4.3.2.2 Reliability (Keandalan)

Keandalan merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk

memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat

dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan konsumen

yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua

konsumen tanpa kesalahan, dan sikap yang simpatik. Indikator

keandalan pada penelitian ini dilihat dari kesesuaian dan ketepatan

waktu pelayanan, diskriminasi pelayanan dan keandalan petugas

dalam merawat pasien.

Page 86: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

69

69

Grafik 4.8

Tanggapan tentang kompetensi perawat

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 5, data penelitian diolah, 2016.

Sebagai pasien yang memerlukan perawatan intensif, kondisi

emosional pasien harus diperhatikan akan akan berdampak pada

waktu penyembuhan. Berdasarkan data pada grafik 4.10 di atas,

diketahui bahwa sebesar 27% responden memberikan jawaban

sangat setuju dan 73% lainnya memberikan jawaban setuju pada

kuisioner tentang perawat kompeten merawat pasien.

Hasil analisis dengan pengamatan di lapangan, hasil tersebut

benar adanya karena peneliti melihat sendiri perawat saat

melakukan perawatan kepada pasien khususnya di kelas III sudah

dapat dikatakan baik dan kompeten. Peneliti melihat bahwa

perawat memberikan perilaku yang berbeda-beda kepada pasien

sesuai dengan usianya. Kompetensi perawat dalam merawat pasien

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP27%

73%

Page 87: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

70

70

sangatlah penting karena akan memberikan pengaruh positif bagi

emosional pasien yang akhirnya akan membantu mempercepat

kesembuhan pasien.

Hal ini sudah jauh berubah dibandingkan keadaan pada saat

observasi pra penelitian berlangsung. Dimana pada saat itu peneliti

mendapatkan keluhan dari pasien kelas III yang mengaku dirinya

merasa ada keterpaksaan dari sikap perawat ketika melakukan

pelayanan kepadanya. Menurut pasien tersebut, perawat terlihat

tidak kompeten ketika menangani infusannya yang tidak berfungsi

dengan baik. Bahkan pasien merasa kesakitan pada tanggannya

ketika perawat membantu membenarkan posisi infusan sehingga

akhirnya membuat pasien menjadi bengkak tangannya. Selain itu,

sikap perawat yang terlihat sangat terpaksa karena melakukannya

dengan wajah yang ‘cemberut’ membuat pasien menjadi tidak

nyaman (wawancara dengan Ibu Nanda, pada 17 Maret 2016 jam

15.16 wib).

Dari hasil pengamatan peneliti, pasien rawat inap di kelas III

RSUD Kota Cilegon sangat heterogen baik dalam sisi status sosial,

ekonomi, budaya dan pendidikan. Heterogenitas pasien di kelas III

ini memberikan pengaruh tersendiri bagi cara pandang pasien

kepada petugas medis yang merawat atau menanganinya. Hal ini

pun yang akhirnya memberikan perbedaan penilaian mengenai

keandalan petugas medis dalam melakukan perawatan pada pasien.

Page 88: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

71

71

Grafik 4.9

Tanggapan Responden tentang komptensi dokter mendiagnosa

penyakit pasien

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 6, data penelitian diolah, 2016.

Berdasarkan data pada grafik di atas diketahui bahwa

sebesar 11,8% responden menjawab sangat setuju dan 78,5%

lainnya menjawab setuju. Sementara itu jawaban negative

diberikan oleh 7,5% tidak setuju dan 2,2% sangat tidak setuju.

Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat ketidakpercayaan

pasien terhadap keandalan dokter dalam mendiagnosa penyakit.

Sebagaimana diperoleh dari hasil wawancara kepada

keluarga pasien di kelas III ruang perawatan bedah, diketahui

bahwa anaknya yang didiagnosa menderita penyakit demam

berdarah (DBD) merasakan ketidakpuasan terhadap penjelasan

dokter. Hal ini diakuinya karena dokter kurang menjelaskan

secara detail mengenai penyakit anaknya, yang akhirnya

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP11.8

%

78.5

%

7.5% 2.2%

Page 89: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

72

72

membuat mereka merasakan belum ada perubahan signifikan

pada kondisi anaknya yang sudah dirawat hampir 10 hari. “Saya

nggak tau anak saya sakit apa, kata dokter sakit DBD. Tapi ya

namanya orang nggak sekolah, pas saya tanya terus gimana

dok? Dokternya cuma diem aja lalu pergi bareng perawat yang

mencatat apa nggak tau tuh”, Ibu Sayuti keluarga pasien Ilmi

(15 tahun), pada Rabu, 19 Juni 2016 jam 10.30 wib.

Jika dikaitkan dengan hasil data responden sebelumnya

yaitu tingkat pendidikan responden terbanyak adalah SMP-

SMA, hasil butir angket ini dan wawancara di atas dapat

dianalisis bahwa ketidakpuasan yang dirasakan oleh sebagian

rawat inap kelas III terhadap keandalan dokter dalam

mendiagnosa salah satunya mungkin dipengaruhi oleh faktor

pendidikan yang akhirnya menimbulkan pendapat negatif di

benak responden. Sikap dokter yang kurang perhatian pun bisa

menjadi faktor terjadinya ketidakpuasan ini.

Page 90: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

73

73

Grafik 4.10

Tanggapan tentang komptensi apoteker menyiapkan obat

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 7, data penelitian diolah, 2016.

Data di atas menunjukkan tanggapan responden mengenai

keandalan staf apoteker RSUD Kota Cilegon yaitu sebesar

19,3% sangat setuju; 70,9% setuju dan 9,8% lainnya tidak

setuju. Hasil ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian pasien

rawat inap kelas III yang merasa bahwa kualitas keandalan staf

apoteker dalam menyiapkan kebutuhan obat pasien rawat inap

masih kurang memadai.

Staf apoteker sering secara langsung melakukan kontak

tatap muka dengan pasien rawat inap maupun keluarganya

dalam hal kebutuhan obat-obatan. Hubungan antara keduanya

pasti terjadi ketika kontak langsung dalam hal kebutuhan obat.

Adanya responden yang merasa kualitas keandalan staf apoteker

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP19.3

%

70.9

%

9.8%

Page 91: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

74

74

dalam menyiapkan kebutuhan obat pasien kurang memadai

salah satunya mungkin dikarenakan dari jenis obat-obatannya

sendiri yang diberikan sesuai dengan biaya yang dibebankan

pada pasien kelas III yaitu obat generik.

Sebagaimana diketahui dari pihak apoteker RSUD Kota

Cilegon, obat-obatan untuk pasien kelas III terutama pasien

BPJS Kesehatan sebagian besar adalah jenisnya generik yang

identik dengan harganya yang terjangkau atau murah. Bagi

pasien dengan pengetahuan yang luas, tidak sedikit yang

menganggap bahwa obat generik yang harganya terjangkau

tersebut adalah obat murahan yang kekuatannya juga murahan,

“Obat-obatan generik harganya murah, Jadi kualitasnya juga

terjangkau alias murah, lambat jika dibandingkan obat lain non

generik”, (wawancara dengan Bapak Tri, pasien kelas III pada

21 Juni 2016 jam 17.28 wib).

Page 92: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

75

75

Grafik 4.11

Tanggapan tentang komptensi petugas pendaftaran menginput data

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 8, data penelitian diolah, 2016.

Berdasarkan data pada grafik 4.11 di atas diketahui bahwa

sebesar 12,9% responden menjawab sangat setuju dan 75,3%

lainnya menjawab setuju dengan pernyataan angket staf

pendaftaran kompeten menginput data pasien. Sementara itu

jawaban tidak setuju diberikan oleh 11 orang responden atau

sebesar 11,8%. Analisa peneliti yang dikaitkan dengan hasil

wawancara selama penelitian berlangsung adalah masih terdapat

pasien yang merasa kurang diprioritaskan ketika melakukan

pendaftaran rawat inap di RSUD Kota Cilegon. Hal ini

dirasakan khususnya oleh pasien pengguna BPJS Kesehatan

yang kurang mengetahui dengan baik alur pendaftaran rawat

inap dan tidak melengkapi berkas pendaftarannya dengan benar.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP12.9

%

75.3

%

11.8

%

Page 93: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

76

76

Diketahui dari hasil wawancara dengan pihak pendaftaran

rawat inap, Bapak Tb. Eka, bahwa “ketika melakukan

pendaftaran rawat inap ataupun rawat jalan, pasien pengguna

BPJS Kesehatan harus membawa photocopy KTP, photocopy

Kartu BPJS Kesehatan dan rujukan dari fasilitas kesehatan

(faskes). Apabila dalam keadaan darurat, pasien BPJS

Kesehatan akan tetap dilayani asal memiliki photocopy KTP dan

asli kartu BPJS Kesehatan. Kebanyakan pasien tidak mengikuti

prosedur dengan benar sehingga menghambat proses

pendaftaran” (wawancara pada 21 Juni 2016 jam 10.11 wib).

Page 94: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

77

77

4.3.2.3 Responsiveness (Daya tanggap)

Adalah suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan

pelayanan yang cepat dan tepat kepada konsumen, dengan

menyampaikan informasi yang jelas. Daya tanggap pada penelitian

ini dinilai dari kecepatan, daya tanggap dan ketepatan dalam

pelayanan.

Grafik 4.12

Tanggapan tentang ketepatan waktu perawat memberikan obat

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 9, data penelitian diolah, 2016.

Berdasarkan data pada grafik 4.12 di atas menunjukkan

bahwa 19% menjawab sangat setuju dan 67% lainnya menjawab

setuju dengan ketepatan waktu yang diberikan oleh perawat RSUD

Kota Cilegon dalam melayani pasien rawat inap di kelas III.

Sementara 14% responden lainnya memberikan jawaban tidak

setuju.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP19%

67%

14%

Page 95: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

78

78

Sebagian responden berpendapat bahwa perawat RSUD Kota

Cilegon telah melayani pasien dengan waktu yang sesuai prosedur

yang ada. Hal ini bisa dilihat pada sisi pelayanan perawat dalam

memberikkan obat kepada pasien rawat inap kelas III sesuai

dengan jam yang telah ditentukan pada rekam medis pasien.

Setidaknya waktu yang diberikan adalah pagi di jam 07.00 s/d

08.30; siang di jam 12.30 s/d 14.00 dan malam di jam 18.00 s/d

19.30 wib. Sementara 14% responden yang menjawab tidak setuju

menunjukkan bahwa masih ada pasien yang merasa bahwa perawat

RSUD Kota Cilegon belum melayani pasien tepat waktu sesuai

dengan prosedur yang ditetapkan.

Hal ini diakui oleh salah satu responden, bapak Komar, yang

merasa bahwa dirinya dicuekin oleh perawat ketika meminta

dibantu untuk pergi ke toilet. Beliau mengaku sampai harus

meminta 3 kali kepada perawat dalam jeda waktu hampir 45 menit

setelah permintaan pertama dilakukan (hasil wawancara dengan

bapak Komar, pasien rawat inap kelas III pada 13 Mei 2016 jam

10.32 wib di RSUD Kota Cilegon). Hasil analisis peneliti di

lapangan, hal ini mungkin disebabkan adanya miss communication

antara pasien dan petugas medis misalnya perawat tidak mendengar

permintaan pasien ataupun pasien kurang jelas memintanya kepada

perawat.

Page 96: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

79

79

Grafik 4.13

Tanggapan tentang ketepatan waktu dokter memeriksa pasien

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 10, data penelitian diolah, 2016.

Berdasarkan data pada grafik 4.13 di atas, diketahui bahwa

tanggapan responden mengenai dokter memeriksa pasien tepat

waktu yaitu sebanyak 18% sangat setuju, 75% setuju. Sementara

itu, 7% responden memberikan jawaban tidak setuju mengenai

dokter memeriksa pasien tepat waktu.

Dari hasil di atas dan pengamatan di lapangan, peneliti

menganalisa bahwa memang benar dokter di RSUD Kota Cilegon

sudah memberikan pelayanan yang baik yaitu dengan melakukan

pemeriksaan tepat waktu kepada pasien di kelas III. Sebagai pasien

dengan biaya perawatan yang tergolong terjangkau (murah), hal

tersebut tidak menjadi alasan tim dokter RSUD Kota Cilegon untuk

tidak memeriksa pasiennya sesuai rekam medis kondisi penyakit

pasien. Hal ini sebagaimana diketahui, bahwa orang yang

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP18%

75%

7

%

Page 97: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

80

80

berprofesi sebagai dokter memiliki kewajiban untuk dapat

melakukan pertolongan segera kepada siapapun yang

membutuhkan tanpa melihat status orang yang meminta

pertolongan. Begitu juga di RSUD Kota Cilegon dimana tim dokter

berkomitmen untuk melakukan pelayanan yang terbaik kepada

semua pasien baik yang berada di kelas I, kelas II, kelas III, VIP

maupun utama sesuai dengan prosedur dan apa yang dibutuhkan

oleh pasien salah satunya yaitu dengan memeriksa pasien tepat

waktu.

Grafik 4.14

Tanggapan tentang kecepatan waktu apoteker menyiapkan obat

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 11, data penelitian diolah, 2016.

Berdasarkan data pada grafik 4.14 di atas, diketahui bahwa

tanggapan responden tentang apoteker cepat menyiapkan obat yaitu

sebanyak 19% sangat setuju apoteker RSUD Kota Cilegon cepat

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP19%

62%

19%

Page 98: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

81

81

menyiapkan obat pasien rawat inap kelas III, 77% setuju apoteker

RSUD Kota Cilegon cepat menyiapkan obat pasien rawat inap

kelas III. Sementara itu tanggapan kurang baik diberikan oleh 19%

responden yang menyatakan tidak setuju dengan apoteker RSUD

Kota Cilegon cepat menyiapkan obat pasien rawat inap kelas III.

Sebagian besar pasien memberikan tanggapan positif dengan

jawaban sangat setuju dan setuju berjumlah 81% yang

menunjukkan bahwa pasien rawat inap kelas III di RSUD Kota

Cilegon telah merasa puas dengan kecepatan apoteker dalam

menyiapkan obat pasien. Hal ini pun berarti bahwa apoteker sudah

melakukan pelayanan yang tanggap kepada pasien kelas III

khususnya dan pasien lain pada umumnya di RSUD Kota Cilegon.

Sementara jawaban yang diberikan oleh 19% responden yang

menjawab tidak setuju menunjukkan bahwa masih ada pasien yang

merasa kurang puas dengan daya tanggap apoteker dalam

menyiapkan obat pasien rawat inap di kelas III RSUD Kota

Cilegon. Dari hasil analisis pada keadaan di lapangan, hal ini

kemungkinan disebabkan oleh faktor persepsi dan situasional

ketika pasien mengantri penebusan obat yang secara kuantitas

banyak dan juga merupakan obat racikan. Estimasi waktu yang

diperlukan dalam melayani kebutuhan obat pasien berkisar 5-15

menit bergantung pada jenis obat yang disiapkan.

Page 99: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

82

82

Grafik 4.15

Tanggapan tentang kecepatan waktu petugas pendaftaran mencarikan

kamar pasien

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 6, data penelitian diolah, 2016.

Berdasarkan data pada grafik 4.15 di atas, diketahui bahwa

tanggapan responden mengenai kepuasan pasien atas kecepatan

waktu pelayanan yang dilakukan oleh petugas pendaftaran di

RSUD Kota Cilegon dalam mencarikan kamar pasien rawat inap

yaitu sebanyak 15% sangat setuju dan 58% setuju. Sebagian

responden memberikan jawaban setuju yang menunjukkan bahwa

lebih dari 50% pasien rawat inap kelas III di RSUD Kota Cilegon

sudah merasa puas atas kecepatan waktu pelayanan yang dilakukan

oleh petugas pendaftaran di RSUD Kota Cilegon dalam mencarikan

kamar pasien rawat inap.

Sementara itu, sebesar 18% memberikan jawaban tidak setuju

dan 7% lainnya sangat tidak setuju dengan kecepatan waktu

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP15%

58%

18%

7%

Page 100: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

83

83

pelayanan yang dilakukan oleh petugas pendaftaran di RSUD Kota

Cilegon dalam mencarikan kamar pasien rawat inap. Hal ini

menunjukkan bahwa masih ada sebagian kecil pasien yang

melakukan perawatan inap kelas III di RSUD Kota Cilegon yang

merasa belum puas dengan ketepatan waktu yang diberikan oleh

petugas pendaftaran RSUD Kota Cilegon dalam hal penanganan

kamar pasien.

Sebagaimana diketahui, pasien darurat yang melakukan

pengobatan melalui UGD (Unit Gawat Darurat) RSUD Kota

Cilegon akan diperiksa oleh tim dokter dan perawat yang berjaga

disana. Setelah diketahui hasil diagnose, pasien akan diberitahukan

mengenai tindakan selanjutnya apakah harus rawat inap atau bisa

pulang. Khusus bagi pasien yang harus dilakukan rawat inap,

keluarga pasien atau yang mengantar diharuskan untuk melakukan

pendaftaran ke bagian rawat inap dengan membawa surat

keterangan dari UGD. Selanjutnya, barulah petugas pendaftaran

mencarikan kamar yang kosong untuk pasien sesuai dengan

permintaan atau hak kelas perawatan bagi pasien pengguna JKN

maupun asuransi.

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa estimasi waktu yang

umumnya petugas pendaftaran mencarikan kamar perawatan yang

kosong adalah 5 s/d 10 menit. Setelah ditemukan kamarnya, pasien

yang sudah berada di UGD bisa langsung dibawa ke kamar

Page 101: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

84

84

perawatan dengan estimasi waktu pemindahan 30 s/d 60 menit.

Waktu ini dibutuhkan petugas di ruang perawatan untuk

menyiapkan ruangan yang akan digunakan oleh pasien rawat inap

baru. Analisis peneliti, jawaban tidak setuju dan sangat tidak setuju

yang diberikan oleh 25% responden menunjukkan bahwa masih

ada pergeseran waktu petugas pendaftaran saat mencarikan kamar

ataupun petugas di ruangan ketika menyiapkan kamar bagi pasien

sehingga pasien merasa terlalu lama berada di UGD.

4.3.2.4 Assurance (Jaminan)

Jaminan dan kepastian (Assurance) adalah pengetahuan,

kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk

menumbuhkan rasa percaya para konsumen kepada perusahaan.

. Grafik 4.16

Tanggapan tentang jaminan kenyamanan pasien

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 13, data penelitian diolah, 2016.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP19%

81%

Page 102: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

85

85

Sebagaimana data pada grafik di atas, diketahui bahwa

tanggapan responden mengenai jaminan kenyamanan pasien yaitu

sebanyak 19% menjawab sangat setuju, 81% lainnya menjawab

setuju. Hal ini menunjukkan bahwa pasien kelas III rawat inap di

RSUD Kota Cilegon telah menerima pelayanan yang nyaman.

Salah satu ukuran yang dapat dilihat dari jaminan kenyamanan ini

adalah dari kesopanan dan keramahan yang diberikan oleh perawat.

Kesopanan dan keramahan merupakan salah satu hal yang

penting dimiliki oleh setiap pelaku pelayanan disamping

kompetensi dalam melakukan tindakan. Hal ini dikarenakan,

kesopanan dan keramahan merupakan cerminan kepribadian

seorang petugas pelayanan yang akan bersinergi dengan

pekerjaannya sebagai pemberi pelayanan. Kesopanan dan

keramahan perawat akan memberikan pengaruh tersendiri bagi

penyembuhan pasien karena akan memberikan ketenangan dan

kenyamanan pada kondisi psikologis pasien.

Selain dari sisi sikap perawat, kejelasan biaya juga menjadi

hal yang dapat mengukur kenyamanan seseorang dalam menerima

pelayanan jasa. Dari hasil wawancara dengan beberapa keluarga

pasien diperoleh informasi bahwa setiap kali melakukan rawat inap

di RSUD Kota Cilegon dirinya selalu mendapatkan kejelasan

mengenai rincian biaya pelayanan baik yang akan diberikan

maupun yang belum diberikan. Misalnya menurut pengakuan Ibu

Page 103: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

86

86

Wida, beliau sudah sering melakukan rawat inap di RSUD Kota

Cilegon khususnya kelas III sejak tahun 2014 lalu. Menurutnya,

pelayanan di RSUD Kota Cilegon sejak pertama kali dirinya

melakukan rawat inap disana sudah berangsur-angsur mengalami

perubahan kearah yang lebih baik hingga saat ini. “Dari pertama

kali berobat kesini, pelayanan disini terus mengalami peningkatan

hingga saat ini. Setiap kali berobat, saya dan keluarga selalu

diberitahukan terlebih dahulu mengenai diagnosa penyakitnya dan

biaya yang harus disiapkan jika akan dilakukan tindakan dengan

status pasien mandiri (umum)” (wawancara dengan ibu Wida,

pasien umum di ruang Mawar pada 11 Juni 2016 jam 11.20 wib).

Biaya menjadi hal penting ketika seseorang akan

menggunakan fasilitas pelayanan publik khususnya di bidang

kesehatan. Biaya disini tidak hanya berarti pada harga kamar, harga

tindakan, namun juga termasuk waktu yang dikeluarkan dan

kegiatan lain yang harus ditinggalkan karena harus melakukan

perawatan inap.

Page 104: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

87

87

Grafik 4.17

Tanggapan tentang jaminan ketepatan diagnose pasien

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 14, data penelitian diolah, 2016.

Berdasarkan data pada grafik 4.17 di atas, diketahui bahwa

tanggapan responden mengenai jaminan ketepatan diagnose pasien

yaitu sebanyak 23% menjawab sangat setuju, 77% menjawab

setuju. Keseluruhan responden memberikan jawaban positif pada

kuisioner nomor 18, yang menunjukkan bahwa pasien rawat inap

kelas III di RSUD Kota Cilegon telah merasa puas atas diagnose

penyakit yang diberikan oleh dokter.

Pihak RSUD Kota Cilegon dalam hal ini direktur rumah sakit

telah memberikan amanah dan perintah kepada segenap pegawai

rumah sakit khususnya perawat, dokter dan petugas pelayanan

selaku garda depan instansi, untuk dapat memberikan pelayanan

yang maksimal terhadap semua pasien tanpa membedakan status

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP23%

77%

Page 105: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

88

88

sosial dan ekonomi salah satunya dengan cara memberikan

diagnose sebenar-benarnya pada pasien kelas III. Seperti yang kita

ketahui akhir-akhir ini banyak sekali kasus malpraktek dokter yang

terjadi di Indonesia. Hal ini dikarenakan kurangnya pengawasan

dari rumah sakit kepada tim dokternya dalam pengambilan

diagnose penyakit dan tindakan kepada pasien.

Manajemen RSUD Kota Cilegon sendiri sangat menjunjung

tinggi pelayanan yang berkualitas bagi semua pasien termasuk

kebenaran diagnose penyakit, seperti dituangkan dalam maklumat

segenap karyawan dan manajemen RSUD Kota Cilegon yang dapat

dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.2

Maklumat pelayanan terbaik RSUD Kota Cilegon

Page 106: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

89

89

Grafik 4.18

Tanggapan tentang jaminan kompetensi perawat

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 15, data penelitian diolah, 2016.

Jaminan dan kepastian dalam penelitian ini juga dinilai dari

kompetensi perawat dimana akan melahirkan kepercayaan pasien.

Kepercayaan adalah yang penting untuk dibangun dalam sebuah

kegiatan pelayanan. Kepercayaan akan membantu perawat dalam

melakukan tindakan dan sebaliknya membantu pasien dalam

menerima tindakan tersebut dengan perasaan senang dan nyaman

yang akan mempercepat kesembuhan.

Dari data pada grafik 4.18 di atas diketahui bahwa sebagian

responden penelitian menjawab sangat setuju 34% dan setuju 67%.

Hasil ini membuktikan bahwa sebagian besar pasien kelas III rawat

inap di RSUD Kota Cilegon telah mempercayai kompetensi

perawat yang merawat dan melayaninya.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP

33%

67%

Page 107: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

90

90

Hasil analisa peneliti menunjukkan bahwa sebagian besar

pasien kelas III rawat inap di RSUD Kota Cilegon telah memiliki

kepercayaan yang baik terhadap perawat. Hal ini salah satunya

dipengaruhi oleh kualitas pelayanan dan kesopanan yang diberikan

oleh perawat itu sendiri. Seperti hasil wawancara dengan salah satu

pasien di kelas III, Ibu Ulfah, “saya percaya dengan perawat di

RSUD Kota Cilegon karena mereka sopan-sopan dan baik dalam

merawat pasiennya, murah senyum lagi”, pada 15 Juni 2016 jam

19.20 wib.

Grafik 4.19

Tanggapan tentang jaminan keaslian obat-obatan

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 16, data penelitian diolah, 2016.

Selanjutnya, jaminan akan keaslian obat juga menjadi

penilaian kualitas pelayanan di RSUD Kota Cilegon.

Sebagaimana diketahui dari data pada grafik di atas, sebanyak

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP19%

81%

Page 108: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

91

91

19% menjawab sangat setuju, 81% setuju mengenai jaminan

keaslian obat yang diberikan oleh staf apoteker kepada pasien

rawat inap kelas III. Pandangan di benak pasien terutama

mereka yang telah terbiasa menggunakan obat non generik

maupun generic akan mempengaruhi kepercayaan mereka

terhadap keaslian obat yang diberikan kepada pasien rawat inap

kelas III di RSUD Kota Cilegon.

Page 109: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

92

92

4.3.2.5 Emphaty (Empati)

Empati adalah dengan memerikan perhatian yang tulus dan

bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para

konsumen dengan berupaya memahami keinginan konsumen.

Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan

pengetahuan tentang konsumen untuk memahami kebutuhan secara

spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi

konsumen.

Grafik 4.20

Tanggapan tentang ketulusan perawat

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 17, data penelitian diolah, 2016.

Data pada grafik 4.20 di atas menunjukkan tanggapan

responden mengenai pelayanan tulus yang diberikan oleh perawat

di RSUD Kota Cilegon yaitu 15% sangat setuju, 75% setuju dan

10% lainnya tidak setuju. Hasil ini membuktikan bahwa masih ada

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP15%

75%

10%

Page 110: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

93

93

perbedaan penilaian atau persepsi di masing-masing pasien rawat

inap kelas III RSUD Kota Cilegon.

Analisis peneliti pada kondisi di lapangan, jawaban terbanyak

yang diberikan oleh 75% responden setuju menunjukkan bahwa

petugas medis maupun pelayanan di RSUD Kota Cilegon

khususnya yang bertugas di kelas III telah memberikan pelayanan

dengan tulus kepada para pasien. Sementara itu, 10% responden

lainnya yang tidak setuju menunjukkan bahwa masih ada sebagian

kecil pasien yang merasa bahwa perawat belum tulus dalam

merawat dan melayani pasien rawat inap di kelas III RSUD Kota

Cilegon.

Hasil ini menunjukkan bahwa pasien rawat inap kelas III di

RSUD Kota Cilegon sudah menerima pelayanan yang dilakukan

oleh perawat sebagai bagian yang berorientasi pada kepuasan

pasien. Dari hasil ini juga dapat dikatakan bahwa sebagian besar

pasien sudah merasa puas atas pelayanan yang diberikan oleh

perawat di ruang perawatan kelas III RSUD Kota Cilegon.

Sementara itu, masih ada sebanyak 13 orang responden yang

tidak menyetujui pelayanan petugas medis di RSUD Kota Cilegon

berorientasi pada kepuasan pasien. Hasil ini juga menunjukkan

bahwa sebagian pasien di ruang perawatan inap kelas III masih

kurang merasa puas dengan kinerja pelayanan dari petugas medis.

Page 111: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

94

94

Analisis peneliti di lapangan menunjukkan bahwa hal ini

kemungkinan disebabkan oleh persepsi dan pengalaman yang

kurang baik dari pasien atas pelayanan yang diberikan oleh petugas

medis, seperti yang dialami oleh Bapak Iswad yang mengatakan

“selama saya berobat disini sampai saat ini saya masih belum

merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh petugasnya

terutama perawat di ruang inap kelas III. Pasalnya menurut saya

mereka terlihat seperti tebang pilih dalam memberikan pelayanan,

bukan berorientasi pada kepuasan pasien”, pada 12 Juni 2016 jam

12.11 wib.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak bagian umum

dan kepegawaian RSUD Kota Cilegon, Ibu Aminarti, “direktur

RSUD Kota Cilegon sudah memandatkan kepada seluruh pegawai

RSUD Kota Cilegon baik fungsional maupun structural untuk tidak

membeda-bedakan pasien berdasarkan status sosial maupun

ekonomi pasien. Perbedaan pelayanan hanya boleh dilakukan

berdasarkan jenis penyakit dan keluhan pasien yang bersangkutan”,

pada 11 Mei 2016 jam 14.14 wib.

Page 112: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

95

95

Grafik 4.21

Tanggapan mengenai perhatian dokter dalam mengobati pasien

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 18, data penelitian diolah, 2016.

Dari data tabel dan grafik di atas diketahui bahwa

sebanyak 9,6% sangat setuju dan 82,7% setuju dengan perhatian

dokter dalam menangani penyakit pasien. Sementara itu 7,7%

sisanya memberikan jawaban tidak setuju pada pernyataan yang

sama. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien rawat

inap kelas III di RSUD Kota Cilegon sudah merasa diperhatikan

oleh dokter dalam hal diagnose penyakit. Hasil tanggapan

responden mengenai keandalan dokter dan daya tanggap dokter

yang telah diuraikan pada tabel sebelumnya ternyata juga

mempengaruhi tanggapan responden terhadap empati dokter

dalam permasalahan yang sama yaitu mengenai diagnose

penyakit pasien.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP

9.6%

82.7

%

7.7%

Page 113: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

96

96

Grafik 4.22

Tanggapan tentang ketelitian apoteker meracik obat pasien

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 19, data penelitian diolah, 2016.

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa sebanyak 12,9%

sangat setuju, 77,4% setuju dan 9,7% lainnya tidak setuju

dengan pernyataan mengenai apoteker teliti melayani kebutuhan

obat pasien rawat inap kelas III. Hal ini menunjukkan bahwa ada

sebagian kecil pasien yang merasa bahwa staf apoteker RSUD

Kota Cilegon belum teliti dalam menangani kebutuhan obat.

Seementara sebagian lainnya telah merasa puas dengan

ketelitian apoteker dalam menyiapkan obat pasien. Ketelitian

juga dipengaruhi dari waktu yang dibutuhkan apoteker untuk

meracik obat dalam satu resep yang dibutuhkan pasien.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP12.9

%

77.4

%

9.7%

Page 114: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

97

97

Grafik 4.23

Tanggapan tentang ketulusan satpam melayani pasien

Sumber :Output SPSS kuisioner nomor 20, data penelitian diolah, 2016.

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa tanggapan

responden mengenai satpam tulus melayani pasien 7,2% sangat

setuju, 92,8% setuju. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa

satpam RSUD Kota Cilegon sudah memberikan pelayanan yang

baik dalam hal menjelaskan melayani kebutuhan pasien rawat

inap. Misalnya saja satpam menjaga keamanan lingkungan dan

kendaraan pasien.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat TidakSetuju

SD - SMP

SD - SMP

SD - SMP7.2%

92.8

%

Page 115: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

98

98

4.4 Pengujian Analisis Data

4.4.1 Hasil Pengujian Normalitas Data

Pengujian normalitas data digunakan untuk melihat normalitas

distribusi dari variabel penelitian. Pada penelitian ini, pengujian

normalitas data menggunakan SPSS dengan melihat hasil Kolmogorov

Smirnovuji satu sisi seperti diuraikan dibawah ini :

Tabel 4.6

Hasil Uji Normalitas Data One sample Kolmogrov Smirnov Test

Unstandarized Residual

N

Normal Parameters a.b

Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp.Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Absolute

Positive

Negative

95

267.2

179.9

.341

.128

-.341

.590

.263

a. Test Distribution is Normal Sumber : Output SPSS b. Calculated from data

Kriteria sebagai berikut :

3) Jika Sign pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka data

sampel berdistribusi tidak normal

4) Jika Sign pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka data

sampel berdistribusi normal

Dari data pada tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa nilai Sign

(2-tailed) menunjukkan angka sebesar 0.263 dimana nilai tersebut >

0,05. Merujuk pada kriteria ke-2 yang menyebutkan “Jika Sign pada

kolom Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka data sampel berdistribusi

Page 116: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

99

99

normal, hasil pengujian normalitas data pada tabel 4.6 di atas dapat

disimpulkan terdistribusi normal (0,263> 0,05).

4.4.2 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

1. Hasil Uji t

Uji t dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian. Adapun hasil

pengujian hipotesis penelitian adalah :

Hipotesis Penelitian

Ho : Kualitas Pelayanan pada pasien Rawat Inap Kelas III RSUD Kota

Cilegon kurang dari 65%.

Ha : Kualitas Pelayanan pada pasien Rawat Inap Kelas III RSUD Kota

Cilegon lebih dari atau sama dengan 65%.

Tabel 4.7

Coefficientsa

Model T Sig.

(Constant) 1.271 .000

1 KUALITAS

PELAYANAN

2.312 .000

Sumber : Output SPSS

Ketentuan :

3. Jika thitung > ttabel atau probabilitas (α uji t) < α = 0,05; maka H0

ditolak Ha diterima artinya signifikan.

4. Jika thitung ≤ ttabel atau probabilitas (α uji t) ≥ α = 0,05; maka H0

diterima Ha ditolak artinya tidak signifikan.

Page 117: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

100

100

Berdasarkan data pada tabel 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa

nilai thitung untuk variabel kualitas pelayanan adalah sebesar 2,312

dengan probabilitas α uji t sebesar 0,000. Nilai ttabel pada penelitian ini

adalah sebesar 1,664 yang diperoleh dari df = 95-2 = 93 dan α = 0,05.

Merujuk pada ketentuan nomor (1) yang menyebutkan jika thitung > ttabel

atau probabilitas (α uji t) < α = 0,05; maka H0 ditolak Ha diterima

artinya signifikan, thitung (2,312) > ttabel (1,664) dan probabilitas α uji t

(0,000) < α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan

pada pasien Rawat Inap Kelas III RSUD Kota Cilegon lebih dari atau

sama dengan 65%. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima.

2. Analisis Skor Kualitas Pelayanan pada Pasien rawat inap Kelas

III di RSUD Kota Cilegon

Analisis skor pada penelitian ini digunakan untuk

mendeskripsikan hasil perolehan skor masing-masing butir pertanyaan

kuisioner penelitian. Adapun hasil analisis skor sebagai berikut :

Tabel 4.8

Nilai skor kuisioner penelitian

Dimensi No. Jawaban Skor Jumlah

Jawaban

Nilai

Skor

Total

Skor

Skor

Dimensi (%)

Bukti

Fisik

1 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

22

41

32

0

88

123

64

0

275

Page 118: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

101

101

Dimensi No. Jawaban Skor Jumlah

Jawaban

Nilai

Skor

Total

Skor

Skor

Dimensi (%)

Bukti

Fisik

2 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

31

64

0

0

124

192

0

0

316 19,6%

3 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

6

79

10

0

24

237

20

0

281

4 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

17

40

38

0

68

120

76

0

264

Keandalan 5 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

25

70

0

0

100

210

0

0

310 20,3%

6 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

11

75

6

3

44

225

12

3

284

7 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

18

69

0

0

72

207

0

0

279

8 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

10

74

11

0

40

222

22

0

284

Page 119: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

102

102

Dimensi No. Jawaban Skor Jumlah

Jawaban

Nilai

Skor

Total

Skor

Skor

Dimensi (%)

Daya

Tanggap

9 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

10

66

13

0

40

198

26

0

264 19,7%

10 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

16

73

6

0

64

219

12

0

295

11 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

17

61

17

0

68

183

34

0

285

12 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

14

56

17

6

56

168

34

6

264

Jaminan 13 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

17

78

0

0

68

234

0

0

302 20,6%

14 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

20

75

0

0

80

225

0

0

305

15 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

30

65

0

0

120

195

0

0

315

Page 120: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

103

103

Dimensi No. Jawaban Skor Jumlah

Jawaban

Nilai

Skor

Total

Skor

Skor

Dimensi (%)

Jaminan 16 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

16

79

0

0

64

237

0

0

301

Empati 17 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

13

73

9

0

52

219

0

0

271 19,8%

18 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

8

80

7

0

32

240

14

0

286

19 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

11

76

8

0

44

228

16

0

288

20 Sangat setuju

Setuju

Tidak Setuju

Sangat tidak setuju

4

3

2

1

5

90

6

0

20

270

12

0

302

Total Skor 5.771 100%

Tabel di atas menginformasikan jumlah nilai skor jawaban

kuisioner penelitian. Berdasarkan tabel di atas, deskriptif data

berdasarkan metode LSR dihitung sebagai berikut :

A = jumlah responden x skor tertinggi x jumlah pertanyaan

= 95 x 4 x 20

= 7600

Page 121: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

104

104

B = jumlah responden x skor terendah x jumlah pertanyaan

= 95 x 1 x 20

= 1900

n = A – B

= 5700

Perhitungan penentuan batas interval masing-masing kelas:

Q1 = (B +n) /4

= (1900+5700) /4

= 1900

Q2 = (B +n) /2

= (1900+5700) /2

= 3800

Q3 = (B+n) ¾

= (1900+5700) ¾

= 5700

Posisi perolehan total skor kuisioner peneliitian dapat

digambarkan sebagai berikut :

B dan Q1 Q2 Q3 A

1900 3800 5700 7600

Gambar 4.3

Posisi Skor Penelitian

5771

Page 122: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

105

105

Dari gambar 4.3 di atas diketahui bahwa posisi total skor pada

penelitian ini adalah diatas Q3 yang dapat dikatakan sangat baik (> Q3

artinya sangat baik). Dengan demikian, kualitas pelayanan kesehatan di

RSUD Kota Cilegon berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara

keseluruhan dapat dikatakan sangat baik. Sementara jika

dipersentasekan, kualitas pelayanan menurut Sugiyono (2009,111) pada

penelitian ini dapat dihitung :

Kualitas Pelayanan (%) = Total Skor x 100%

Nilai Tertinggi

= 5.771 x 100% = 75,9%

7.600

Dari hasil perhitungan maka dapat diketahui bahwa kualitas

pelayanan kesehatan pada pasien rawat inap kelas III di RSUD Kota

Cilegon adalah sebesara 75,9% yang berarti sangat baik.

4.5 Pembahasan

Setelah menguraikan hasil penelitian, langkah selanjutnya adalah

melakukan pembahasan dari data hasil penelitian yang diperoleh. RSUD Kota

Cilegon dalam unit perawatan inapnya, menyediakan 5 (lima) kelas yaitu

kelas I, II, III, VIP dan Utama. Sebagaimana yang telah diuraikan pada sub

bab sebelumnya, masing-masing kelas perawatan ini memiliki fasilitas yang

berbeda-beda sesuai biaya yang dikeluarkan. Pihak RSUD Kota Cilegon

sendiri menyediakan kelas perawatan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan

Page 123: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

106

106

dan keinginan pasien yang bersangkutan. Namun dalam pelaksanaanya, pihak

RSUD Kota Cilegon baik kepada pasien kelas I, II, III, VIP maupun utama

tidak pernah membedakan dan memberikan pelayanan yang beda. Semua

pelayanan dilakukan sama sesuai prosedur dan kebutuhan pasien yang

bersangkutan, meski secara fisik fasilitas pada masing-masing kelas

perawatan terlihat berbeda.

Hal ini diakui oleh beberapa responden dari hasil wawancara, dimana

mereka merasa telah mendapatkan perlakuan yang sama dari petugas baik

medis maupun bagian pelayanan dalam hal mendapatkan pelayanan sesuai

kebutuhan mereka. Sebagian besar dari mereka menyatakan bahwa petugas di

RSUD Kota Cilegon telah melayani pasien atau keluarga pasien sesuai

prosedur yang ditentukan sebelumnya, dan hal tersebut pun dilakukan sama

kepada semua pasien.

Adapun dibawah ini peneliti akan menguraikan pengaruh dari variabel

kualitas pelayanan terhadap kepuasan yang dilihat masing-masing

dimensinya, yaitu :

1) Bukti Fisik (tangible)

Dalam angket penelitian yang diajukan kepada responden, bukti fisik

(tangible) memiliki pernyataan berjumlah 4 buah yaitu pernyataan nomor

1, 2, 3, dan 4. Skor masing-masing pernyataan untuk dimensi bukti fisik

adalah 275, 316, 281, 264. Total skor tertinggi pada dimensi ini diperoleh

dari nilai jawaban tertinggi dikali jumlah responden yaitu 4 x 95 = 380.

Page 124: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

107

107

Persentasi masing-masing pernyataan dari dimensi bukti fisik

diperoleh dari hasil hitung skor item pernyataan : total skor tertinggi x

100% yaitu 275 : 380 x 100% = 72,3% (pernyataan nomor 1); 316 : 380 x

100% = 83,1% (pernyataan nomor 2); 281 : 380 x 100% = 73,9%

(pernyataan nomor 3); 264 : 380 x 100% = 69,4% (pernyataan nomor 4).

Adapun persentase skor berturut dari item pernyataan nomor 1 s/d 4

adalah 69,4%; 72,3%; 73,9%; dan 83,1%.

Bukti fisik menjadi penilaian pertama dalam hal kualitas pelayanan

di RSUD Kota Cilegon. Dalam penelitian ini bukti fisik dilihat dari

indikator tampilan gedung, kondisi bangunan, kondisi peralatan dan

fasilitas yang disediakan untuk pasien rawat inap kelas III. Bukti fisik

memperoleh persentase sebesar 19,7% yang diperoleh dari total skor

dimensi bukti fisik dibagi total skor variabel kualitas pelayanan.

Hasil pengamatan peneliti secara fisik gedung RSUD Kota Cilegon

saat ini masih terlihat kokoh meskipun dengan kondisi bangunan lama

(masih kuno). Setiap ruang baik untuk poli, pendaftaran, ugd, maupun

kamar perawatan berada pada bangunan yang terpisah, dimana setiap

bangunannya dihubungkan oleh lorong (jalanan) dengan kanopi. Suasana

sunyi sangat terasa ketika berkunjung di RSUD Kota Cilegon pada malam

hari. RSUD Kota Cilegon kini juga tengah melakukan renovasi gedung

baru tepatnya di area antara tempat parkir kendaraan dan gedung UGD.

Kamar perawatan kelas III terdiri dari ruang Alamanda, Edelweis,

Mawar dan Melati yang masing-masing berada dalam bangunan yang

Page 125: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

108

108

berbeda. Kondisi bangunan (gedung) yang masih kokoh memberikan

kenyamanan pada pasien maupun pengunjung pasien. Namun lampu

penerangan yang masing sangat minim membuat kurangnya kenyamanan

pengunjung kesana. Hal ini tidak jauh berbeda dengan keadaan di RSUD

Kota Cilegon pada tahun 2015 lalu ketika peneliti melakukan observasi

pra penelitian. Dimana pada saat itu peneliti juga melihat kondisi lampu

penerangan ketika malam hari masih sangat minim. Tidak adanya ruang

tunggu khusus bagi pengunjung pasien rawat inap di kelas III membuat

pengunjung banyak berkumpul di luar bangunan ruang perawatan.

Ditambah lagi kebersihan lingkungan di RSUD Kota Cilegon kurang

terjaga dengan baik, sampah-sampah masih terlihat berserakan dimana-

mana dan jumlah tempat sampah yang disediakan pun masih belum

banyak dan menyebar di berbagai sudut rumah sakit yang juga disebabkan

karena kurangnya penerapan tata tertib bagi pengunjung.

2) Keandalan (reliability)

Jumlah pernyataan untuk dimensi keandalan (reliability) adalah buah

pernyataan yaitu nomor 5, 6, 7, 8. Skor masing-masing pernyataan untuk

dimensi keandalan adalah 310, 284, 279, dan 284. Total skor tertinggi

pada dimensi ini diperoleh dari nilai jawaban tertinggi dikali jumlah

pernyataan dikali jumlah responden yaitu 4 x 95 = 380.

Persentasi masing-masing pernyataan dari dimensi keandalan

diperoleh dari hasil hitung skor item pernyataan : total skor tertinggi x

100% yaitu 310 : 380 x 100% = 81,5% (pernyataan nomor 5); 284 : 380 x

Page 126: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

109

109

100% = 74,7% (pernyataan nomor 6); 279 : 380 x 100% = 73,4%

(pernyataan nomor 7); 284 : 380 x 100% = 74,7% (pernyataan nomor 8).

Adapun persentase skor berturut dari item pernyataan nomor 5 s/d 8

adalah 73,4; 74,7%; 74,7%; dan 81,5%.

Keandalan (reliability) adalah pelayanan yang disajikan dengan

segera dan memuaskan dan merupakan aspek-aspek keandalan system

pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi kesesuaian

pelaksanaan pelayanan dengan rencana, kepedulian perusahaan kepada

permasalahan yang dialami pasien, keandalan penyampaian jasa sejak

awal, dll (menurut Parasuraman dalam Rangkuti, 2002:29). Keandalan

pada penelitian ini dilihat dari keandalan tenaga medis baik perawat

maupun dokter. Keandalan memperoleh persentase sebesar 20,04% yang

diperoleh dari total skor dimensi keandalan dibagi total skor tertinggi

variabel kualitas pelayanan. Hal ini membuktikan bahwa pada penelitian

ini keandalan menunjukkan kualitas pelayanan yang besar.

Hasil analisis pada pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa

pelayanan yang diberikan petugas medis pada umumnya disesuaikan

terlebih dahulu dengan jenis kebutuhan pasien. Misalnya ketika pasien

membutuhkan untuk mengganti cairan infusan karena sudah habis, maka

petugas medis yang berjaga pada saat itu akan melayani pasien dengan

membantu mengganti cairan infusan dengan yang baru. Atau singkatnya,

dari hasil wawancara dengan beberapa petugas medis di ruang rawat inap

kelas III, mereka mengaku sudah memiliki catatan tersendiri mengenai

Page 127: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

110

110

kebutuhan pasien mulai dari estimasi waktu penggantian cairan infus,

pengawasan perkembangan pada pasien kondisi kritis, waktu mandi

pasien, atau perawatan pada pasien pasca operasi atau melahirkan. Hal ini

dilakukan guna mengamati perkembangan kesehatan masing-masing

pasien dan mengantisipasi hal-hal buruk yang akan timbul karena

ketidakpekaan pasien pada kondisinya saat dirawat inap.

3) Daya tanggap (responsiveness)

Daya tanggap (responsiveness) merupakan rasa tanggung jawab terhadap

mutu pelayanan yang disediakan. Dari hasil pengamatan selama penelitian

berlangsung, perawat yang berjaga di ruang rawat inap khususnya di

ruang perawatan kelas III telah memiliki catatan tersendiri mengenai

kondisi pasien dan perkiraan kebutuhan pasien serta jenis pelayanan yang

harus diberikan kepada pasien. Namun dalam keadaan tertentu, petugas

medis pun akan melayani pasien sesuai permintaan yang dibutuhkan oleh

pasien, misalnya seperti pasien meminta dibantu untuk ke toilet karena

ingin buang air besar, maka petugas medis di RSUD Kota Cilegon akan

melakukan permintaan pasien tersebut dengan mengantar pasien yang

bersangkutan ke toilet untuk buang air besar. Dalam kondisi pasien tidak

mampu melakukannya sendiri, petugas medis (perawat) pun akan

membantu pasien sehingga selesai melakukan buang air besar. Hal ini

dilakukan petugas medis kepada pasien yang meminta pelayanan dan

sesuai dengan pelayanan yang dimintanya.

Page 128: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

111

111

Jumlah pernyataan untuk dimensi daya tanggap (responsiveness)

adalah 4 buah pernyataan yaitu nomor 9, 10, 11, 12. Skor masing-masing

pernyataan untuk dimensi daya tanggap adalah 264, 295, 285, 302. Total

skor tertinggi pada dimensi ini yaitu 4 x 95 = 380. Persentasi masing-

masing pernyataan dari dimensi daya tanggap diperoleh dari hasil hitung

skor item pernyataan : total skor tertinggi x 100% yaitu 264 : 380 x 100%

= 69,5% (pernyataan nomor 9); 295 : 380 x 100% = 77,6% (pernyataan

nomor 10); 285 : 380 x 100% = 75% (pernyataan nomor 11); 302 : 380 x

100% = 79,4% (pernyataan nomor 12). Adapun persentase skor berturut

dari item pernyataan nomor 11 s/d 14 adalah 69,5%; 75%; 77,6%; 79,4%.

Daya tanggap (responsiveness) adalah keinginan untuk membantu

dan menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen yang meliputi

kejelasan informasi waktu penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan

dalam pelayanan administrasi, kesediaan pegawai dalam membantu

konsumen, keluangan waktu pegawai dalam menanggapi permintaan

pasien dengan cepat. Daya tanggap dalam penelitian ini memiliki

persentase sebesar 19,85% yang diperoleh dari total skor dimensi daya

tanggap dibagi total skor tertinggi variabel kualitas pelayanan.

4) Jaminan (assurance)

Jaminan merupakan pengetahuan, perilaku dan kemampuan pegawai

dalam melakukan pelayanan. Salah satu ukuran yang dapat dilihat dari

jaminan kenyamanan ini adalah dari kesopanan dan keramahan yang

diberikan oleh perawat. Kesopanan dan keramahan merupakan salah satu

Page 129: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

112

112

hal yang penting dimiliki oleh setiap pelaku pelayanan disamping

kompetensi dalam melakukan tindakan. Hal ini dikarenakan, kesopanan

dan keramahan merupakan cerminan kepribadian seorang petugas

pelayanan yang akan bersinergi dengan pekerjaannya sebagai pemberi

pelayanan. Kesopanan dan keramahan perawat akan memberikan pengaruh

tersendiri bagi penyembuhan pasien karena akan memberikan ketenangan

dan kenyamanan pada kondisi psikologis pasien.

Jaminan pada penelitian ini berjumlah 4 item pernyataan yaitu

nomor 13, 14, 15, dan 16 dengan skor 305, 315, 301 dan 271. Persentasi

masing-masing pernyataan dari dimensi jaminan berturut-turut adalah

80,2%; 82,9%; 79,2% dan 71,3%. Jaminan pada penelitian ini memiliki

persentase sebesar 20,65%. Dimensi jaminan (assurance) yang hanya

tertuang pada 4 item pernyataan membuat dimensi ini memiliki total skor

dan persentase yang relative tinggi daripada dimensi lainnya.

Selain dari sisi sikap perawat, kejelasan biaya juga menjadi hal yang

dapat mengukur kenyamanan seseorang dalam menerima pelayanan jasa.

Dari hasil wawancara dengan beberapa keluarga pasien diperoleh

informasi bahwa setiap kali melakukan rawat inap di RSUD Kota Cilegon

dirinya selalu mendapatkan kejelasan mengenai rincian biaya pelayanan

baik yang akan diberikan maupun yang belum diberikan. Biaya menjadi

hal penting ketika seseorang akan menggunakan fasilitas pelayanan publik

khususnya di bidang kesehatan. Biaya disini tidak hanya berarti pada harga

kamar, harga tindakan, namun juga termasuk waktu yang dikeluarkan dan

Page 130: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

113

113

kegiatan lain yang harus ditinggalkan karena harus melakukan perawatan

inap. Pihak RSUD Kota Cilegon memberikan maklumat kepada segenap

pegawai khususnya perawat, dokter dan petugas pelayanan selaku untuk

dapat memberikan pelayanan yang maksimal terhadap semua pasien tanpa

membedakan status sosial dan ekonomi pasien.

5) Empati (emphaty)

Empati dalam penelitian ini dituangkan pada pernyataan nomor 16, 17,

18, 19 dan, 20. Adapun skor masing-masing item pernyataan pada

dimensi ini adalah 271, 286, 288, 302 dengan persentase berturut-turut

71,3%; 75,2%, 75,7% dan 79,5%. Dimensi empati memiliki persentase

sebesar 19,87%. Empati pada penelitian ini dilihat dari sikap tenaga medis

atau pegawai RSUD Kota Cilegon dalam menangani perawatan pasien

kela III rawat inap. Menurut responden, empati dapat dibilang sebuah

ketulusan pegawai rumah sakit dalam merawat pasien yang secara tidak

langsung akan membantu dalam percepatan penyembuhan kondisi pasien.

Page 131: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

114

114

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kualitas pelayanan

kesehatan pada pasien rawat inap kelas III RSUD Kota Cilegon. Berdasarkan

data penelitian yang telah diperoleh, maka hasil penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan pada pasien rawat inap

kelas III di RSUD Kota Cilegon adalah sebesar 75,9%. Angka ini

menunjukkan bahwa RSUD Kota Cilegon memiliki manajemen pelayanan

kesehatan dengan kualitas yang sangat baik. Masing-masing dimensi kualitas

pelayanan kesehatan yang telah diukur pada penelitian ini :

1. Bukti fisik Pelayanan di RSUD Kota Cilegon yang meliputi kondisi

sarana prasarana, kelengkapan fasilitas dan tampak fisik bangunan

menjadi dimensi paling rendah dalam kualitas pelayanan di RSUD Kota

Cilegon.

2. Keandalan yang dilihat dari sisi kompetensi sumber daya manusia atau

tenaga medis yang bertugas di RSUD Kota Cilegon menjadi dimensi

dengan penilaian tertinggi kedua karena sumber daya manusia yang

berkualitas dan kompeten di bidangnya akan mencerminkan kualitas dari

sebuah lembaga pelayanan.

3. Daya tanggap yang juga dilihat dari kualitas sumber daya manusia atau

tenaga medis yang bertugas menjadi dimensi dengan penilaian ketiga

Page 132: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

115

115

yang dapat memcerminkan kualitas RSUD Kota Cilegon sebagai lembaga

pelayanan kesehatan.

4. Jaminan menjadi dimensi dengan penilaian tertinggi pertama dalam

kualitas pelayanan kesehatan di RSUD Kota Cilegon karena telah

diimplementasikan dengan baik sesuai visi misi RSUD Kota Cilegon.

5. Empati menjadi dimensi dengan penilaian keempat pada kualitas

pelayanan di RSUD Kota Cilegon yang dapat dilihat pada sisi

kemampuan petugas medis mengolah emosional pasien untuk membantu

penyembuhan.

5.2 Saran

Adapun saran yang diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bukti fisik pelayanan kesehatan di RSUD Kota Cilegon diperhatikan dan

dievaluasi kembali mengenai kondisi dan kelayakannya yang saat ini sudah

mulai mengalami penyusutan atau kerusakan agar tetap bisa memberikan

pelayanan yang maksimal kepada pasien atau pengunjung RSUD Kota

Cilegon. Misalnya seperti lampu penerangan yang lebih dimaksimalkan

lagi, ketersediaan ruang tunggu khusus bagi pengunjung pasien dan

ruangan UGD yang lebih tertata dengan baik lagi dan ketersediaan jumlah

ruang perawatan yang bisa lebih diperbanyak lagi untuk menampung

pasien rawat inap khususnya.

2. Sumber daya manusia atau tenaga medis yang bertugas di RSUD Kota

Cilegon disarankan untuk bisa lebih meningkatkan kompetensinya

Page 133: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

116

116

misalnya dengan kualifikasi sertifikasi tenaga dokter, dan pelatihan

keterampilan bagi petugas pendaftaran, informasi, satpam dan apoteker

yang berkaitan dengan pelayanan kepada pasien.

3. Daya tanggap petugas medis RSUD Kota Cilegon disarankan agar lebih

ditingkatkan misalnya dengan membuat jadwal periksa terorganisir bagi

dokter dan jadwal kunjungan perawat ke ruang kelas III.

4. Jaminan yang diberikan oleh pihak RSUD Kota Cilegon disarankan untuk

dapat dipertahankan dengan cara membuat komitmen yang tegas kepada

semua armada pegawai baik secara structural maupun fungsional.

5. Empati yang diberikan oleh petugas medis maupun sumber daya manusia

lainnya yang bertugas di RSUD Kota Cilegon agar lebih dipupuk kembali

dengan cara mengadakan program pendekatan dan menjalin komunikasi

yang baik kepada pasien.

Page 134: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

117

117

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rianto. 2004. Metedologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta : Granit.

Arief, 2007. Pemasaran Jasa dan Kualitas Pelayanan. Bayumedia Publishing :

Jakarta

Atmawati, R dan M , Wahyudin. 2007. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan

Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Matahari Departement Store Di

Solo Grand Mall. Surakarta: Jurnal Daya Saing, Program MM-UMS.

Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta:

Binarupa Aksara.

Bachtiar Lumenta. 2002. Pelayanan Medis, Citra Konflik dan Harapan. Kanisius

: Tinjauan Fenomena Sosial.

Budiastuti. 2002. Faktor-faktor dalam meningkatkan kepuasan pasien di rumah

sakit, http// www//klinis.wordpress//kepuasan-pasien-terhadap-pelayanan

-keperawatan diunduh pada tanggal 20 Desember 2015.

Bungin, Burhan. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.

Chandra, Tjiptono Fandi Gregorius. 2004. Service, Quality & Satisfaction.

Yogyakarta : Andi.

Gerson, Richard. F. 2004.Mengukur Kepuasan Pelanggan. Jakarta : PPM.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gibson JL, Ivancevich JM, Donnely JH. 2000. Organisasi dan Manajemen-

Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta : Erlangga.

Haffizurrachman. 2004. Mengukur Kepuasan Suatu Institusi Kesehatan. Majalah

Kedokteran Indonesia. Volume 54. Nomor 7.283 –288

Husein Umar. 2010. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja

Grafindo Persada. Jakarta.

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-ilmu

Sosial. Jakarta : Departemen Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Page 135: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

118

118

Lupiyoadi, Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi Kedua. Jakarta:

Penerbit Salemba Empat.

Lusa, J. 2007. Mengukur Kepuasan Pasien Rumah Sakit. diakses dari

http://jsofian.wordpress.com/mengukur-kepuasan-pasien-rumah-sakit.

diunduh pada tanggal 25 Desember 2015.

Moenir, Drs HAA. 2006. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. PT Jakarta

: Bumi Aksara

Parasuraman, A. Zeithalin, VA & Berry, L.L. 1999. A Conceptual Model Service

Quality And It’s Implication For Future Reseach. Journal Of Marketing,

42,Fall, 41-50

Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Alfabeta : Bandung

Rangkuti, F. 2002. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Ratminto dan Winarsih, S.A. 2006. Manajemen Pelayanan. Edisi kedua.

Yogyakarta : PT. Pustaka Pelajar Roth, Gabriel Joseph. 1926. The Privat

Provision of Public Service in Developing Country, Oxford University

Press, Washington DC

Saladin, Djaslim. 2004. Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan,

Pelaksanaan, Dan Pengendalian). Bandung : CV Linda Karya

Sekaran, Uma.2006. Metodologi PenelitianUntuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat

Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi

Aksara

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. Alfabeta.

________ 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Walgito, Prof Dr Bimo. 2002. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Andi Offset :

Yogyakarta

Wibowo SE M Phil, Prof Dr, 2007, Manajemen Kinerja, PT RAJAGRAFINDO

PERSADA: Jakarta

Page 136: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

119

119

Sumber lainnya :

Depkes RI, 2012 tentang pelayanan Kesehatan.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Pemerintahan

No.63/KEP/M.PAN/2003

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

228/MENKES/SK/III/2002 Tentang Pedoman Penyusunan Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit Yang Wajib Dilaksanakan Daerah

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang pelayanan

Publik

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 (Pasal 3) Tentang

pengaturan Penyelenggaraan Rumah Sakit

Page 137: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

120

120

LAMPIRAN

Page 138: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

121

121

SURAT PENGANTAR

Yth. Bapak/Ibu/Sdr

Di Tempat

Dengan Hormat.

Dalam rangka penelitian yang berjudul “Kualitas Pelayanan Medis Pada

Pasien Rawat Inap Kelas III di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota

Cilegon” untuk penyusunan tugas akhir (Skripsi), bersama ini saya mohon

bantuan Bapak/Ibu/Sdr bersedia menjadi responden dalam penelitian yang saya

lakukan.

Kuisioner ini ditujukan untuk di isi oleh Bapak/Ibu/Sdr dengan menjawab

seluruh pertanyaan yang telah disediakan. Kuisioner ini bersifat tertutup dan

dijamin kerahasiaanya hanya untuk penyusunan tugas akhir skripsi. Untuk itu

saya mengharapkan jawaban yang Bapak/Ibu/Sdr berikan nantinya jawaban yang

obyektif agar diperoleh hasil yang maksimal.

Demikian Surat Pengantar ini disampaikan, atas perhatian dan partisipasi

yang diberikan saya ucapkan terima kasih.

Serang,

Hormat saya,

Riska Karina

Page 139: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

122

122

I. Identitas Responden

Mohon Bapak/Ibu/Sdr bersedia mengisi daftar isian berikut dengan cara

menjawab dan menyilang salah satu pilihan yang tersedia sesuai dengan keadaan

yang sebenarnya.

No. Responden : (………………) di isi oleh peneliti.

1. Usia : 0-15 tahun

16-30 tahun

31-45 tahun

≥46 tahun

2. Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

3. Pendidikan Terakhir : Pendidikan Dasar (SD dan SMP)

: Pendidikan Menengah (SMA/SMK)

: Perguruan Tinggi

II. Petunjuk Menjawab

1. Mohon dengan hormat untuk menjawab semua pertanyaan sesuai dengan

pendapat Bapak/Ibu/Sdr, dengan cara memberi tanda (√) pada kotak

jawaban yang dianggap sesuai.

2. Berikut ini disajikan pertanyaan dengan lima kategori pilihan :

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

Bacalah setiap pertanyaan yang dimaksud dengan seksama, kemudian

tentukan pilihan jawaban yang dianggap paling sesuai menurut

Bapak/Ibu/Sdr.

Page 140: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

123

123

III. Pertanyaan Kuisioner

No. Pernyataan JAWABAN

SS S TS STS

Tangible (Bukti Fisik)

1 Kamar perawatan inap kelas III nyaman

2 Alat medis di kamar perawatan kelas III lengkap

3 Fasilitas di kamar perawatan inap kelas III berfungsi baik

4 Toilet di kamar perawatan inap kelas III bersih

Reliability (Keandalan)

5 Perawat kompeten melayani pasien inap kelas III

6 Dokter akurat memberi diagnose penyakit pasien inap kelas III

7 Apoteker kompeten menyiapkan obat pasien inap kelas III

8 Petugas pendaftaran kompeten menginput data pasien inap

kelas III

Responsiveness (Daya Tanggap)

9 Perawat tepat waktu memberi obat pasien inap kelas III

10 Dokter tepat waktu memeriksa pasien inap kelas III

11 Apoteker cepat dalam menyiapkan obat-obatan

12 Petugas pendaftaran cepat dalam mencarikan kamar bagi

pasien inap kelas III

Assurance (Jaminan dan Kepastian)

13 Pihak RSUD Kota Cilegon menjamin kenyamanan pasien

14 Pihak RSUD Kota Cilegon menjamin ketepatan diagnose

pasien

15 Pihak RSUD Kota Cilegon menjamin kompetensi perawat dan

dokter

16 Pihak RSUD Kota Cilegon menjamin keaslian obat

Emphaty (Empati)

17 Perawat tulus merawat pasien inap kelas III

18 Dokter tulus memeriksa penyakit pasien inap kelas III

19 Apoteker sungguh-sungguh meracik obat pasien inap kelas III

20 Satpam tulus melayani kebutuhan pasien inap kelas III

Page 141: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

124

124

DOKUMENTASI PENELITIAN

PLANG NAMA RSUD KOTA CILEGON

GEDUNG UGD 24 JAM RSUD KOTA CILEGON

Page 142: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

125

125

PARKIRAN MOTOR RSUD KOTA CILEGON

PINTU MASUK PARKIRAN RSUD KOTA CILEGON

Page 143: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

126

126

RUANG PENDAFTARAN RSUD KOTA CILEGON

APOTIK UGD RSUD KOTA CILEGON

Page 144: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

127

127

RUANG PERAWATAN MAWAR

POLIKLINIK RSUD KOTA CILEGON

Page 145: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

128

128

KONDISI TOILET DI RUANG PERAWATAN

KONDISI RUANG PERAWATAN KELAS III

Page 146: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

129

129

KONDISI FASILITAS DI RUANG PERAWATAN KELAS III

MENU MAKANAN PASIEN KELAS III

Page 147: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

130

130

KOTAK PENILAIAN RSUD KOTA CILEGON

KONDISI LORONG RSUD KOTA CILEGON

Page 148: KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN PADA PASIEN RAWAT INAP …

131

131

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : RISKA KARINA

Tempat & Tanggal Lahir : Balikpapan, 08 April 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Alamat : Jl. KH. Arifudin No.38 Rt.02/Rw.01 Citangkil-

Cilegon

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD Negeri Kerenceng 2 Citangkil

SMP Negeri 2 Cilegon

SMA Negeri 3 Cilegon

Ilmu Administrasi Negara, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa