ku antar engkau,karyatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2017/02/ku-antar... · web viewmeninggalkan...
TRANSCRIPT
Ku Antar Engkau, Semoga Menjadi Haji &
UmrohYang Mabrur
Oleh : Drs. Muamal, M.Pd.I
Daftar Isi
Kata Pengantar____________________________________________
Daftar Isi________________________________________________
Pengenalan Beberapa Istilah_________________________________
Definisi Umroh___________________________________________
Definisi Haji______________________________________________
Pembagian Haji___________________________________________
Jadwal Pelaksanaan Haji Tamattu’____________________________
Jadwal Pelaksanaan Haji Ifrad________________________________
Jadwal Pelaksanaan Haji Qiron_______________________________
Sunnah-Sunnah Haji_______________________________________
Pelanggaran Atas Larangan dan Denda_________________________
Jenis, Waktu, Tempat, dan Pentasorrufan Dam___________________
Tadzkiroh/ Beberapa Masalah________________________________
Do’a-Do’a dan Dzikir Haji__________________________________
Bagaimana Cara Rosulullah BerHaji___________________________
2
Pengenalan Beberapa Istilah dan Tempat Serta Penjelasannya
1. Niat Ihrom : Niat melakukan ibadah Umroh atau Haji. Niat ini dilakukan di
dalam hati dan diucapkan dengan lisan memakai lafadz ”Labbaika Umrotan”
bagi yang berumroh, ”Labbaika Hajjan” bagi yang berhaji, ”Labbaika
Hajjan wa Umrotan”, bagi yang melakukan kedua-duanya secara bersamaan.
بالنيات األعمال : إنما الرسول قال (البخارى) مانوى امرئ لكل وإنما
Artinya : Rasullulah bersabda : Sesungguhnya amal-amal harus disertai niat.
(HR. Al-Bukhori).
2. Miqot : Batas tempat atau waktu di mana seorang Haji harus memulai niat
Ihromnya di tempat tertentu dan waktu yang tertentu pula. Karena itu, miqot
ini dibagi 2, yaitu Miqot Zamani (waktu) dan Miqot Makani (tempat).
وألهل ذالخليفة المدينة ألهل : وقت ص النبي أن ألهل و المنازل قرن نجد وألهل الجحفة الشم
من عليهن أتى آت لكل و ألهلهن هن يلملم اليمان دون كان فمن العمرة و الحج أراد ممن غيرهم
مكة من مكة أهل حتى أنشأ حيث فمن ذلك )البخارى(
Artinya : Sesungguhnya Nabi menetapkan miqot bagi ahli Madinah di Dzil
Khulaifah (Bir Ali), penduduk Syam di Juhfah, penduduk Najd di Qornul
Manazil, dan penduduk Yaman di Yalamlam. Semua itu bagi penduduk
masing-masing dan bagi orang yang datang (memasuki Makkah) lewat
tempat-tempat itu yakni orang-orang yang berniat Haji dan Umroh. Barang
siapa yang tinggalnya berada di tempat sesudah Miqot, maka di situlah ia
harus memulai Ihrom, sehingga penduduk Makkah cukup berihrom di
Makkah. (HR. Al-Bukhori)
عمر أتوا المصران هذان فتح : لما عمر إبن قال حد الله رسول إن المؤمنين أمير : يا فقالوا أردنا إن وإنا طريقنا عن جور وهو قرنا نجد ألهل
3
خذوهامن فانظروا علين. قال شق قرنا )البخارى( عرق ذات فحدلهم طريقكم
Artinya : Ibnu Umar berkata : Ketika kedua negeri ini dikuasai, mereka
(penduduk Irak) berkata kepada Umar : Wahai Amirul Mukminin,
sesungguhnya Rasul memberi miqot kepada penduduk Najd di bukit Qornul
Manazil, tapi ia jauh dari jalan kami dan sulit bagi kami untuk menempuhnya.
Umar menjawab : lihatlah setentangnya Qornul Manazil dari jalanmu. Maka
Umar memberi mereka dengan Dhatu Irqin. (HR. Al-Bukhori)
Miqot Makani ada 6 (Enam) :
a. Kota Mekkah, bagi penduduk kota Mekkah.
b. Bir Ali, bagi yang datang dari arah Madinah.
c. Juhfah, bagi yang datang dari arah Syam.
d. Dhatu Irqin, bagi yang datang dari arah Iraq.
e. Yalamlam, bagi yang datang dari arah Tihamah.
f. Qornul Manazil, bagi yang datang dari arah Yaman dan Hijaz.
Sedangkan jama’ah Haji Indonesia bermiqot di Bir Ali bagi
gelombang pertama dan di atas bukit Qornul Manazil (di atas pesawat)
bagi gelombang kedua.
Miqot Zamani : Haji tersebut dimulai sejak tanggal 1 Syawal hingga
tanggal 10Dzulhijjah. Artinya seseorang yang melakukan Haji harus
memulai Hajinya pada salah satu di antara tanggal-tanggal tersebut.
Karena itulah bulan-bulan Syawal, Dzulqo’idah, dan Dzulhijjah disebut
dengan “Asyhurul Hajj”.
Umroh tidak terkait dengan Miqot Zamani, kecuali Umroh yang terkait
dengan Haji Tamattu’ atau Haji Qiron.
)البقرة( معلومات أشهر : الحج تعال قالArtinya : Haji itu mempunyai bulan-bulan yang telah diketahui.
3. Talbiyah : adalah bacaan “Labbaika Allahumma Labbaik Labbaika
Lasyarikalaka Labbaik. Innal Hamda Wani’mata Laka wal Mulka
Lasyarikalaka Labbaik”. Dibaca sejak dari miqot sampai melempar Jumroh
Aqobah bagi seorang Haji.
ال لبيك لبيك أللهم : لبيك الله رسول تلبية كانت ال الملك و لك النعمة و الحمد إن لبيك لك شريك )الترمذى( شريك
4
Artinya : Adalah talbiyah Rasulullah : Ya Allah aku datang untuk memenuhi
panggilanmu, 2x. Tidak ada yang menyamai-Mu. Ya Allah aku datang.
Sesungguhnya puji dan nikmatku dan kerajaan hanya bagi-Mu. Tidak ada yang
menyamai-Mu. (HR. Turmudzi)
زلت فما النبى رديف : كنت عباس بن الفضل قال رماها فلما العقبة جمرة رمى حتى يلبى أسمعه
التلبية. )الترمذى( قطعArtinya : Fadhl bin Abbas berkata : Aku membonceng Rasulullah SAW, selalu
aku dengan beliau bertalbiyah sampai melempar Jamroh Aqobah. Waktu beliau
melemparnya, talbiyah berhenti. (HR. Turmudzi)
الحجر. يستلم حتى المعتمر : يلبى الرسول قال )الترمذى(
Artinya : Nabi bersabda : Seorang mu’tamir bertalbiyah hingga mengusap hajar
aswad. (HR. Turmudzi)
4. Pakaian Ihrom : Sebuah selendang dan sebuah sarung bagi laki-laki (tanpa
dijahit) dan menutup aurat penuh bagi perempuan yang harus dipakai sejak
dari miqat sampai batas waktu yang telah ditentukan (masa tahallul).
ال و ئم العما ال و القميص يلبس : ال النبي قال يجد ال إالان الخفاف ال و البرانس ال و السراويالت
من أسفل ليقطعهم و الخفين فليلبس نعلين الكعبين. )الترمذى(
Artinya : Rasulullah bersabda : tidak boleh memakai (seorang yang sedang
Ihrom) akan baju, serban, celana, burnus dan muzah kecuali bila tak menemukan
dua sandal maka pakailah dua muzah dan potonglah di bawah kaki. (HR.
Turmudzi)
5. Tahallul : Seorang Mu’tamir (orang yang umroh) atau Haji telah
diperbolehkan melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang semasa ihrom.
لكم حل فقد الجمرة رميتم : إذا عباس إبن قال ؟ الطيب و عباس إبن يا له النساء. فقال إال شيي
5
رأسه يضمح الله رسول رأيت فقد أنا : أما فقال )الترمذى( ؟ ال أم ذلك أفطيب بالمسك
Artinya : Ibnu Abbas berkata : Bila kalian telah melempar Jamroh, maka telah
bertahallul kalian dari segala larangan melainkan perempuan. Seorang laki-laki
bertanya : Bagaimana dengan wewangian ? Ibnu Abbas menjawab : Aku
mengetahui Rasul membasahi kepada beliau dengan misik. Bukankah itu
berwewangian ? (HR. Turmudzi)
فطاف مفردة بعمرة أهل من عائشة... و قالت عليه حرم ما حل المروة و الصف بين و بالبيت
حجا. )الترمذى( يستقبل حتىArtinya : Aisyah ra. Berkata : Barang siapa berihrom dengan umroh saja
kemudian telah thawaf di Baitullah dan (bersa’i) antara shofa dan marwa, maka
telah bertahallul dari apa yang diharamkan baginya sehingga menghadapi Haji.
(HR. Turmudzi)
Bagi pria yang berihrom dilarang :
a. Memakai pakaian yang bertangkup.
b. Memakai sepatu yang menutupi mata kaki.
c. Menutup kepala yang melekat.
Bagi wanita dilarang :
a. Berkaos tangan
b. Menutup muka atau cadar
Bagi pria dan wanita dilarang :
a. Memakai wangi-wangian
b. Memotong rambut
c. Memburu atau mengganggu binatang buruan
d. Kawin, mengawinkan, atau meminang
e. Bercumbu atau bersetubuh
f. Mencaci atau bertengkar
g. Memotong pepohonan tanah haram
Tahallul bagi Mu’tamir hanya satu yaitu sewaktu dia mencukur rambut setelah
Thawaf dan Sa’i.
Sedangkan tahallul bagi Haji ada 2 yaitu :
6
a. Tahallul Awal, ialah apabila sudah melakukan dua di antara tiga, yang
melempar Jamroh Aqobah dan mencukur, atau melempar Jamroh Aqobah dan
Thawaf Haji, atau Thawaf Haji dan melempar jumroh Aqobah atau Thawaf
Haji dan mencukur atau memotong rambut.
b. Tahallul Tsani, ialah apabila seorang Haji telah melaksanakan ketiga
perbuatan secara sempurna yaitu melempar Jamroh Aqobah, mencukur, dan
Thawaf Haji. Pada tahallul tsani ini seorang Haji sudah diperbolehkan
menggauli istri.
6. Dam : ialah mengalirkan darah. Artinya menyembelih hewan berupa
kambing, sapi atau unta sebagai akibat seseorang melakukan Haji tamattu’,
atau Qiron, atau berbuat kesalahan-kesalahan besar dalam berihrom sebagai
denda. Apabila seseorang tidak mampu dalam membayar dam ini, maka bisa
mengganti dengan puasa tiga hari di Makkah dan tujuh hari sesampai di
rumah.
7. Istitho’ah : kemampuan seseorang muslim atau muslimah untuk melakukan
umroh/ Haji yang meliputi kesehatan, keuangan, amannya perjalanan dan
pengetahuan tentang manasik.
Apabila seseorang muslim memiliki istitho’ah ini wajib baginya segera
melaksanakan ibadah Haji ini sesegera mungkin tanpa harus menunda waktu
dan keadaan lain.
من البيت حج الناس على الله : و تعالى قال عن غني الله فإن كفر من و سبيال إليه استطاع
عمران( العالمين. )ألArtinya : Allah berfirman : dan bagi Allah diwajibkan kepada manusia untuk
berhaji ke Baitullah, bagi mereka yang mampu menuju kepadanya, barang
siapa yang kufur sesungguhnya Allah Maha Kaya dari seluruh alam. (Ali
Imron)
8. Tertib : Satu sama lain harus dikerjakan secara berurutan, tidak boleh
mendahulukan yang harus diakhirkan dan sebaliknya.
9. Thawaf : Mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran yang dimulai dari
Hajar Aswad dan diakhiri di Hajar Aswad pula.
Ketentuan lain ialah seorang Tho’if harus suci dari hadast besar dan kecil,
bersih dari najis, antara satu putaran dengan putaran yang lain tidak bisa
dipisahkan dengan perbuatan yang tidak ada sangkut pautnya dengan ibadah,
harus dilakukan di dalam masjid, badan harus sepenuhnya berada di luar,
Ka’bah harus berada di sebelah kiri.
7
Artinya : Dan )ingatlah(, ketika kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah )dengan mengatakan(: "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu Ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang sholat dan orang-orang yang ruku' dan sujud. )al-Hajj : 26(
10. Multazam : Sebuah tempat yang terletak antara Hajar Aswad dan
Ka’bah. Di sini salah satu tempat antara tempat-tempat Mustajabah.
دبر جئنا فلما الله عبد مع طفت شعيب قال النار من نعوذبالله قال ؟ : االتتعوذ قلت الكعبة
و الركن بين وقام الحجر إستلم حتى مضى ثم هكذا كفيه و وذراعيه ووجهه صدره فوضع الباب
رسول رأيت : هكذا قال ثم بسطا وبسطهما داود( )ابو م. يفعل ص الله
Artinya : Syu’aib berkata : Aku thawaf bersama Abdullah. Ketika kami
sampai di bagian akhir Ka'bah aku berkata : Mengapa engkau tidak memakai
perlindungan ? Abdullah menjawab : Aku berlindung kepada Allah dari
neraka. Kemudian dia berlalu hingga mengusap hajar aswad. Dia berdiri di
antara hajar aswad dan pintu Ka’bah, dia letakkan dada dan wajahnya, kedua
dhira’ dan kedua telapak tangannya begini. Dan dia membentangkan tangan
dan dhira’nya lebar-lebar kemudian berkata : Begitulah Rasulullah berbuat,
sebagai yang aku lihat. (HR. Abu Dawud)
11. Hijr Ismail : Sebuah tempat di sebelah utara Ka’bah yang ditandai dengan
tembok melingkar setinggi dada yang menghubungkan antara sudut Iroqi dan
sudut Syami (dua sudut Ka’bah). Di sini salah satu tempat di antara tempat-
tempat yang mustajabah.
أدحل أن أحب : كنت قالت أنها عائشة عن بيدى م ص الله رسول فأخذ فيه فأصلى البيت
إذا الحجر فى صلى ؛ فقال الحجر فى فأدخلنى
8
)ابو البيت من قتعة .... هى البيت دخول أردت داود(
Artinya : Dari Aisyah : Aku senang memasuki Baitullah kemudian shalat di
dalamnya tetapi Rasulullah memegang tangan saya dan memasukkan aku ke
dalam Hijir Ismail seraya berkata : Sholatlah engkau di Hijir Ismail, jika kamu
ingin masuk ke Baitullah, sesungguhnya Hijir Ismail adalah bagian dari
Baitullah itu. (HR. Abu Dawud)
12. . Maqom Ibrahim : Sebuah batu yang dahulu dijadikan tempat pijakan Nabi
Ibrahim AS sewaktu membangun Ka’bah. Letaknya beberapa meter dari
Ka’bah dengan dikurung kaca.
Dibelakang tempat ini merupakan salah satu di antara tempat-tempat
mustajabah. Lakukanlah sholat sunnah Thawaf dua rokaat di sini.
مصلى إبراهيم مقام من : واتخذوا تعالى قالArtinya : Allah berfirman : Dan ambillah Maqom Ibrahim sebagai tempat
sholat.
13. .Sa’i : Sebuah perjalanan tujuh kali jalan antara bukit Shofa dan Marwa yang
dilakukan sesudah thawaf Haji atau umroh. Disunnahkan lari-lari kecil bila
telah sampai di Pal Hijau ke Pal Hijau yang lain. Berdo’a panjang-panjang di
atas bukit Shofa maupun Marwa sambil menghadap Ka’bah amat
disunnahkan. Di sinipun merupakan tempat yang mustajabah. Salah satu
syarat Sa’i ialah kaki seseorang harus menginjak minimal di kaki bukit, baik
Shofa maupun Marwa dalam setiap perjalanannya.
الله سعائر من المروة و الصف : إن تعالى قال يطوف أن عليه جناح فال أواعتمر البيت حج فمن عليم شاكر الله فإن خيرا تطوع ومن بهما
Artinya : Allah berfirman : Sesungguhnya Shofa dan Marwa adalah sebagian
dari syi’ir-syi’ir Allah. Barangsiapa berhaji ke Baitullah atau berumroh tidak
mengapa untuk berthawaf padanya. Dan barangsiapa menambah kebaikan
sesungguhnya Allah Maha Syukur lagi Maha Mengetahui.
14. Halq dan Taqshir (mencukur habis dan menggunting) : Mencukur rambut
sebagai pertanda bahwa seseorang telah bertahallul. Pelaksanaannya adalah
menggunting beberapa helai bagi wanita atau mencukur habis bagi pria.
9
من قصرت أنى أعلمت معاوية قال عباس إبن قال له فقلت ؟ بمشقص المروة عند الله رسول رأس
)المسلم( عليك حجة إال هذا أعلم ال ؛Artinya : Ibnu Abbas berkata : Mu’awiyah berkata kepada ku : Adakah
engkau tahu bahwa aku telah memotong rambut Rasulullah SAW di Marwah
dengan alat cukur ? Aku menjawab : Tidak tahu kecuali ini adalah hujjah
terhadapmu. (HR. Muslim)
و قالوا المحلقين ارحم أللهم ׃ الرسول قال ارحم اللهم قال الله، رسول يا المقصرين قال الله، رسول يا المقصرين و قالوا المحلقين
)المسلم( المقصرين وArtinya : Rasulullah bersabda : Ya Allah sayangilah orang-orang yang
mencukur habis rambutnya. Para sahabat berkata, dan orang-orang yang
memotong pendek rambutnya ya Rasulullah ? Beliau tetap berdoa : Ya Allah
sayangilah orang-orang yang mencukur rambutnya. Para sahabat berkata, dan
orang-orang yang memotong pendek rambutnya ya Rasulullah ? Beliau
berkata : Dan orang-orang yang memotong pendek. (HR. Muslim)
15. Arofah : Sebuah padang luas di mana seseorang Haji harus melakukan ibadah
wukuf, yang berarti berhenti. Berhenti di sini amat disunnahkan untuk
berdzikir dan membaca al-Qur’an beserta do’a-do’a. Ini merupakan tempat
yang mustajabah.
Waktu wukuf, dari setelah tergelincirnya matahari tanggal 9 Dzulhijjah dan
berakhir sampai menjelang subuh tanggal 10 Dzulhijjah.
عرفة ليلة أدرك فمن عرفة الحج ׃ الرسول قال الحج. أدرك فقد جمع ليلة من الفجر طلوع قبل
)النسائى(Artinya : Rasulullah bersabda : Haji adalah Arofah. Barang siapa menemui
Arafah sebelum terbit matahari dari malam tanggal 10, maka telah
sempurnalah Hajinya. (HR. An-Nasa’i)
16. Muzdalifah : Sebuah padang juga di mana seorang Haji harus beribadah
Mabit (bermalam) pada tanggal 10 Dzulhijjah dengan ketentuan waktu sejak
jam 01.00 waktu setempat dan berakhir menjelang matahari terbit pada
10
tanggal yang sama. Inilah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Bagi
jamaah Haji yang berkeinginan mabit di sini hanya sesaat, juga diperbolehkan
asal berada pada ruang lingkup waktu yang telah ditentukan di atas.
Muzdalifah juga disebut dengan Masy’aril Haram.
المشعر عند الله فاذكروا عرفات من أقذتم فإذا )البقرة( الحرام
Artinya : Apabila kalian telah menyelesaikan (wukuf) di Arafah, maka
sebutlah nama Allah di Masy’aril Haram. (QS. Al-Baqarah) 17. Mina : Sebuah kota kecil di Saudi di mana seorang Haji berkewajiban
melempar jamarat dan mabit (bermalam) selama dua atau tiga malam. Di sini
merupakan tempat dzikir dan doa bagi seorang Haji sepanjang hari dan
sepanjang malam.
فى تعجل فمن معدودات أيام فى الله واذكروا لمن عليه إثم فال تأخر من و عليه إثم فال يومين
)البقرة( اتقىArtinya : Sebutlah nama Allah di hari-hari yang telah terhitung (hari Mina)
Barang siapa yang tergesa-gesa hanya dua tidak ada dosa baginya dan barang
siapa yang mengakhirkan (sampai tiga hari) juga tidak mengapa bagi orang-
orang yang bertaqwa. (QS. Al-Baqarah) 18. Jamarat : Tiga buah sumur di kota Mina yang dahulu kala merupakan tempat
para syetan menggoda Nabi Ibrahim AS dalam penyembelihan Ismail.
Masing-masing sumur tersebut adalah : Jamrah Ula, Jamrah Wustho, Jamrah
Aqobah.
Tata pelaksanaan pelemparan : Aqobah saja dilempar pada tanggal 10
Dzulhijjah dengan batu kerikil tujuh kali lemparan. Tanggal 11, dilempar
ketiga-tiganya, masing-masing tujuh kali lemparan. Tanggal 12 dan 13
dilempar ketiga-tiganya masing-masing tujuh kali lemparan. Dan apabila
masih menginginkan, tanggal 13 dilempar juga ketiga-tiganya masing-masing
tujuh kali lemparan.
Setiap kali lemparan disunnahkan membaca takbir.
Ketentuan lain masalah pelemparan ini adalah waktu. Waktu melempar
tanggal 10 harus dimulai sejak matahari terbit dengan habis masa lemparan
menjelang subuh tanggal 11. waktu melempar tanggal 11, 12, 13 harus dengan
habis masa lemparan menjelang subuh di masing-masing tanggal tersebut.
11
النحر يوم الجمرة الله رسول : رمى جابر قال الشمس. زالت إذا النحر يوم بعد ورمى ضحى
)النسائى(Artinya : Jabir berkata : Rasul melempar jumroh di hari Nahar (tanggal 10)
pada waktu dhuha dan melempar sesudah hari nahar (hari tasyriq) apabila
matahari tergelincir. (HR. An-Nasa’i)
19. Rukun Yamani : Salah satu sudut di antara sudut Ka’bah yang empat.
Pertama, sudut Hajar Aswad. Kedua, sudut Iraqi, di mana terdapat pintu
masuk ke Hijr Ismail dan di atasnya terpasang talang emas. Ketiga, sudut
Syam, di mana terdapat pintu keluar dari Hijr Ismail. Keempat, rukun
Yamani, yaitu seorang Thaif bila telah sampai di sudut ini disunnahkan untuk
mengusapnya (kalau tidak bisa mengusap, tidak perlu isyarat dan perlu takbir,
kemudian merubah bacaan doanya dengan ”Robbana atina fiddunya hasanah
wa fil akhirati hasanah waqina adhabannar”, hingga hajar Aswad.
فى الحجر و اليمانى الركن يستلم كان النبي أن طواف. )النسائى( كل
Artinya : Sesungguhnya Nabi mengusap rukun Yamani dan hajar Aswad pada
setiap thawaf. (HR. An-Nasa’i)
20. Rukun dan wajib : Di dalam amalan-amalan ibadah selain umroh dan Haji,
istilah rukun dan wajib adalah satu makna. Yaitu menunjukkan atas suatu
perbuatan yang tidak bisa ditinggalkan. Bila ditinggalkan, maka kerangka
ibadah itu tidak sah atau batal, seperti takbirotul Ihrom atau bacaan al-Fatihah
di dalam shalat.
Tetapi para ulama, membedakan dari istilah ini dalam manasik Haji, yaitu
apabila rukun yang ditinggalkan, maka Haji seseorang tidak sah. Tetapi bila
wajib yang ditinggalkan, dianggap sah Haji seseorang tetapi yang
bersangkutan harus membayar denda.
21. Bi’ir Zamzam : Sebuah sumur tua yang terletak beberapa meter dari Maqom
Ibrahim di mana meminum airnya adalah mempunyai nilai ibadah.
زمزم من الله رسول سقيت عباس إبن قال قائم. )النسائى( هو و فشرب
Artinya : Ibnu Abbas berkata : Aku memberi minum Rasulullah dari air
zamzam dan beliau meminumnya dengan berdiri. (HR. An-Nasa’i)
12
22. Thawaf Wada’ : Wada’ berarti pamit. Thawaf Wada’ berarti thawaf pamit.
Artinya, orang yang akan meninggalkan kota Makkah (khususnya para
jamaah Haji) wajib melakukan thawaf wada’ sebagai pamit ke Baitullah. Dan
sesudah thawaf ini, jamaah sudah tidak diperkenankan memasuki masjidil
haram, meskipun dengan tujuan sholat ataupun yang lain.
عهده أخر يكون حتى أحد ينفرن ال ׃ النبى قال داود( )ابو لبيت با الطواف
Artinya : Janganlah pergi seseorang sehingga akhir masanya adalah thawaf di
Baitullah. (HR. Abu Dawud)
23. Thawaf Qudum : Berarti thawaf selamat datang yang artinya bagi orang yang
baru datang di kota Makkah disunnahkan melakukan thawaf ini (khususnya
bagi orang yang melakukan Haji Ifrad atau Haji Qiron). Cara Thawaf Qudum
ini, pada tiga kali putaran pertama dengan lari-lari kecil, sedangkan pada
putaran seterusnya berjalan seperti biasa.
فا المسجد دخل مكة صلعم الله رسول قدم لم يمينه على مضى ثم الحجر ستلم و ثالث فرمل
. )النسائى(أربعا مشىArtinya : Sewaktu (pertama) datang Rasulullah di Makkah, beliau memasuki
masjid dan mengusap hajar Aswad, kemudian beliau berlalu di kanannya
maka berlari-lari kecil 3 kali putaran dan berjalan biasa 4 kali putaran. (HR.
An-Nasa’i)
24. Tan’im, Ji’ronah, Udhoh, dan Wadi Nahlah : Masing-masing adalah tanah
halal berjarak beberapa kilometer dari kota Makkah. Apabila penduduk
Makkah atau orang-orang yang melakukan Haji Ifrod menghendaki Umroh,
maka yang bersangkutan harus keluar dulu dari tanah haram Makkah dan
bermiqot di salah satu di antara tempat-tempat tersebut di atas. Dari sanalah
mereka harus memulai niat dan berpakaian Ihrom.
يعمر أن بكر أبى بن الرحمن عبد أمر النبي أن )الترمذى( التنعيم من عائشة
Artinya : Sesungguhnya Nabi memerintahkan Abdur Rahman bin Abu Bakar
untuk mengantar Umroh Aisyah dari Tan’im. (HR. Turmudzi)
13
فدخل معتمرا ليال العرنة من خرج الله رسول أن )الترمذى( عمرته فقضى ليال مكة
Artinya : Sesungguhnya Rasulullah keluar dari Ji’ronah malam hari dalam
keadaan umroh kemudian memasuki Makkah di malam hari pula dan
menyelesaikan umrohnya. (HR. Turmudzi)
25. Roudhoh : Sebuah tempat terletak di dalam Masjid Nabawi Madinah yaitu
antara kubur dan mimbar beliau yang ditandai dengan tiang-tiang putih.
Menurut Nabi, tempat ini adalah taman surga sedang telaga beliau berada di
bawah mimbar itu.
و الجنة رياض من روضة منبرى و يتى بين ما )المسلم( حوضى على منبرى
Artinya : Sesungguhnya Rasulullah berkata : antara rumahku dan mimbarku
adalah taman surga dan mimbarku ada di atas telagaku. (HR. Muslim)
26. Nafar : Penyelesaian mabit Mina dan pelemparan Jamarat. Atau di Mina ini,
jama’ah Haji boleh menyelesaikan hanya sampai tanggal 12 Dzulhijjah saja.
Inilah yang disebut dengan Nafar Awwal. Dan boleh juga menyelesaikan
sampai pada tanggal 13 Dzulhijjah. Dan inilah yang disebut dengan Nafar
Tsani. Namun bila jamaah hanya menyelesaikan pada tanggal 12 Dzulhijjah,
mereka harus segera meninggalkan kota Mina sebelum matahari terbenam.
Jika ada udhur sehingga belum bisa meninggalkan Mina pada waktu itu, maka
mereka berkewajiban meneruskan penyelesaian amaliyah Mina sampai
tanggal 13 Dzulhijjah.
Perhatikan : Perbedaan antara Nafar Awwal, Nafar Tsani, Tahallul Awal dan
Tahallul Tsani.
Tata Cara Thawaf
Pelajarilah tata cara thawaf dengan memperhatikan gambar. Perhatikan
dengan cermat bagian Ka’bah dan benda-benda yang ada disekelilingnya.
Sudut-sudutnya :
a. Hajar Aswad
b. Rukun Iroqi
14
c. Rukun Syam
d. Rukun Yamani
Bagian dan benda-benda disekelilingnya :
a. Multazam
b. Pintu Ka’bah
c. Maqom Ibrahim
d. Hijir Ismail
e. Garis yang menunjukkan arah perputaran
f. Garis yang menunjukkan ke arah sumur zam-zam dan ke bukit Shofa.
Definisi Umroh
Umroh adalah ziarah ke Baitullah dengan aturan-aturan (syarat, wajib, rukun
dan sunnah) khusus mengenai umroh.
Syarat-Syarat Umroh :
Syarat Umroh ada 6 (enam) yaitu :
a. Muslim
b. Baligh
c. Merdeka
d. Istitho’ah
e. Berakal
f. Berilmu
Rukun Umroh :
Rukun Umroh ada 5 (lima)yaitu :
a. Niat Ihrom
b. Thawaf
c. Sa’i
d. Mencukur/ memotong rambut
e. Tertib
Wajib Umroh :
Wajib Umroh ada 2 (dua) yaitu :
1. Tempat niat Umroh di Miqot
2. Meninggalkan larangan selama Ihrom.
Definisi Haji
Haji adalah ziarah ke Baitullah dengan aturan-aturan (syarat, wajib, rukun dan
sunnah).
Syarat-Syarat Haji :
Syarat-syarat Haji sama dengan syarat-syarat umroh.
15
Rukun Haji :
Rukun Haji ada 6 (enam) yaitu :
a. Niat Ihrom
b. Wuquf di padang Arafah
c. Thawaf di Ifadhoh (Thawaf Haji atau thawaf ziarah)
d. Sa’i
e. Mencukur/ memotong rambut.
f. Tertib
Wajib Haji :
Wajib Haji ada 6 (enam) yaitu :
a. Tempat niat Ihrom di Miqot
b. Mabit di Muzdalifah
c. Melempar Jamroh
d. Mabit di Mina
e. Menjauhi larangan Ihrom
f. Thawaf Wada’
Pembagian Haji
Cara melakukan Haji dibagi atas tiga cara :
ذى هالل موافين الله رسول مع خرجن ׃ عائشة قالت بحج يهل أن شاء من ׃ قال الحجة بذى فلما الحجة داود( )ابو بعمرة فليهل
Artinya : Aisyah berkata : Kami keluar bersama Rasulullah SAW bertepatan dengan
bulan Dzuhijjah (di Bir Ali). Beliau berkata : Barang siapa yang berihrom Haji,
berihromlah. Dan barang siapa yang mau berihrom Umroh, berihromlah dengan
umroh. (HR. Abu Dawud)
و بحج يلبى الله رسول سمعت ׃ مالك إبن أنس قال )ابو حجا و عمرة لبيك حجا و عمرة لبيك يقول عمرة داود(
Artinya : Anas bin Malik ra. Berkata : aku mendengar Rasulullah berihrom dengan
Haji dan umroh sekaligus (Qiron) beliau berkata : Ya Allah aku datang dalam
keadaan umroh dan Haji. (HR. Abu Dawud)
16
الحدي من استيسر فما الحج إلى بالعمرة تمتع فمن إذا سبعة و الحج فى أيام ثالثة فصيام يجد لم فمن
أهله يكن لم لمن ذلك كاملة عشرة تلك رجعتم )البقرة( الحرام المسجد حاضرى
Artinya : Allah berfirman : Barang siapa bertamattu’ umroh dulu kemudian Haji,
maka wajib baginya menyembelih apa yang termudah dari hadyu. Barang siapa yang
tidak menemukannya, wajib baginya puasa tiga hari di musim Haji dan tujuh hari bila
kalian pulang. Itulah sepuluh yang sempurna. Demikian tadi jika mereka bukan
penduduk Masjidil Haram. (QS. Al-Baqarah)
Pertama, Haji Tamattu’. Ialah seorang melakukan Umroh lebih dahulu pada
bulan-bulan Haji, kemudian melakukan Haji pada tahun itu juga di mana dia
berumroh.
Cara pertama ini antara Umroh dan Haji mempunyai hubungan yang terkait
dalam satu paket ibadah.
Kedua, Haji Ifrod. Ialah seseorang melakukan ibadah Haji saja, kemudian
berumroh, kalau mau tanpa harus terikat waktu.
Cara kedua ini antara Haji dan umroh benar-benar tidak ada hubungan.
Dengan cara ini si pelaku bebas dari Dam.
Ketiga, Haji Qiron. Ialah seorang melakukan umroh dan Haji secara
bersamaan. Artinya perbuatan satu tetapi niat bercabang dua. Yaitu antara umroh dan
Haji.
Cara ketiga inipun menunjukkan bahwa antara umroh dan Haji merupakan
satu paket. Dengan melakukan cara ini si pelaku wajib membayar dam.
Cara pertama (tamattu’) yang kedua (Ifrad) yang ketiga (Qiron) adalah cara-
cara yang boleh dipilih salah satunya sebagai alternatif bagi jamaa’h Haji yang
tinggalnya di daerah-daerah sebelum miqot yang enam; dengan nilai pahala yang
sama.
Adapun penduduk Makkah dan mereka yang tinggal di tempat sesudah miqot
yang enam, hanya boleh memilih salah satu di antara dua cara yaitu Ifrod atau Qiron.
Urutan pelaksanaan Haji tamattu’ :
1. Menuju asrama Haji setelah mendapatkan SPMA.
2. Menuju Bandara setempat untuk diterbangkan di Jeddah.
17
3. Sesampai di Miqot, (Bir Ali bagi gelombang pertama dan
Qornul Manazil bagi gelombang kedua) berniat melakukan Ihrom umroh
dengan mematuhi segala larangannya.
4. Bila telah sampai di Makkah, melakukan thawaf umroh
diikuti dengan Sa’i, kemudian mencukur/ memotong rambut.
Dengan demikian seorang mu’tamir telah bertahallul penuh. Kemudian
berdiam di Makkah sambil menunggu hari Tarwiyah pada tanggal 8
Dzulhijjah.
5. Pada tanggal 8 Dzulhijjah, melakukan Ihrom Haji dan dan melakukan
perjalanan menuju Mina.
6. Tanggal 9 Dzulhijjah pagi berangkat ke Arafah pada jam 13.00 waktu
setempat melakukan ibadah wukuf, dan berakhir minimal sesudah
matahari terbenam.
7. Malam tanggal 10 Dzulhijjah menuju Muzdalifah untuk kepentingan
mabit sampai waktu shubuh, menjelang terbit matahari. Inilah yang
dilakukan Nabi SAW. Mabit boleh sesaat asal sesudah jam 01.00 tengah
malam.
8. Meneruskan perjalanan ke Mina. Sampai di Mina tanggal 10 Dzulhijjah,
melempar Jamroh Aqobah dan mencukur rambut seta bertahallul awal.
9. Menuju Makkah untuk melakukan Thawaf Haji dan Sa’i. Sudah
memasuki Tahallul Tsani.
10. Kembali ke Mina sebelum matahari terbenam tanggal 10 ini, untuk
melakukan Mabit Mina pada malam tanggal 11.
11. Pada tanggal 11 siang setelah tengah hari, melempar jamroh secara
berurutan, Ula, Wustho, dan Aqobah masing-maisng tujuh kali lemparan.
Kembali ke kemah untuk melaksanakan Mabit di Mina yang kedua
(malam tanggal 12).
Pada tanggal 12 melakukan pelemparan lagi seperti pada hari sebelumnya.
Amaliyah haji telah selesai bagi yang mengikuti nafar awal.
Sedangkan yang mengikuti nafar tsani masih melanjutkan Mabit Mina
yang ketiga (pada malam tanggal 13 Dzulhijjah dan melempar jumroh
pada siang harinya dengan cara dan waktu seperti pelemparan pada
tanggal 11 dan 12)
12. Berdiam di Makkah sambil menunggu kepulangan ke tanah air bagi
gelombang pertama atau menuju Madinah bagi gelombang kedua.
13. Sesaat sebelum meninggalkan Makkah, melakukan thawaf wada’. Bagi
perempuan yang haidh, gugur kewajibannya melakukan thawaf ini tanpa
dikenakan sanksi apapun.
Urutan Pelaksanaan Haji Ifrod
18
1. Memasuki Asrama haji setelah mendapatkan SPMA.
2. Menuju bandara untuk diterbangkan menuju Jeddah.
3. Sesampai di Miqot (Bir Ali bagi gelombang pertama dan Qornul Manazil
bagi gelombang kedua) berniat ihrom haji dengan mematuhi segala
larangannya.
4. Bila telah sampai di Makkah lakukanlah Thawaf Qudum sebagai
Tahiyatul Bait. Apabila diteruskan dengan Sa’I, maka pada saat tahwaf
haji nanti tidak perlu melakukan sa’i. Tapi apabila tidak diteruskan dengan
sa’I, maka pada saat thawaf haji nanti harus melakukannya. Pertahankan
pakaian ihrom (jangan dilepas) sebelum melempar jamroh aqobah dan
mencukur pada tanggal 10 Dzulhijjah nanti.
5. Pada tanggal 8 Dzulhijjah, melakukan perjalanan menuju Mina.
6. Tanggal 9 Dzulhijjah pagi berangkat ke Arafah dan pada pukul 13.00
waktu setempat melakukan ibadah wukuf dan berakhir minimal sesudah
matahari terbenam.
7. Malam tanggal 10 Dzulhijjah menuju Muzdalifah untuk kepentingan
Mabit sampai menjelang shubuh. Mabit boleh sesaat asalkan sesudah jam
01.00 tengah malam.
8. Meneruskan perjalanan menuju Mina. Sesampai di Mina tanggal 10
Dzulhijjah melempar jamroh aqobah, mencukur rambut dan bertahallul
awal.
9. Menuju Makkah untuk melakukan thawaf haji dan Sa’I bagi yang belum
sa’I pada saat thawaf qudum. Sudah memasuki tahallul tsani.
10. Kembali ke Mina sebelum matahari terbenam tanggal 10 Dzulhijjah. Hal
ini, untuk melakukan mabit Mina pertama pada malam tanggal 11.
11. Pada tanggal 11 siang tengah hari, melempar jumroh secara berururan,
Ula, Wustho, dan Aqobah, masing-masing tujuh kali lemparan. Kembali
ke kemah untuk melaksanakan Mabit Mina kedua (malam tanggal 12)
Pada tanggal 12 melakukan pelemparan lagi seperti pada hari sebelumnya.
Haji telah selesai bagi yang mengikuti nafar awal. Dan masih
berkewajiban melanjutkan Mabit Mina yang ketiga pada malam tanggal
13 bagi yang mengikuti nafar tsani.
Bagi yang terakhir ini masih wajib melempar lagi jamrah pada tanggal 13
dengan cara seperti yang dilakukan sebelumnya.
Ibadah haji telah selesai dan kembali ke pondokan Makkah.
12. Apabila mau, keluarlah dari Makkah menuju tanah halal (boleh memilih,
Tan’im, Ji’ronah, Hudaibiyah atau Wadi Nahlah) untuk melakukan ibadah
umroh.
19
13. melakukan thawaf wada’, sesaat akan meninggalkan Makkah menuju
tanah air bagi gelombang pertama atau menuju Madinah bagi gelombang
kedua.
Urutan Pelaksanaan Haji Qiron
Jadwal pelaksanaan Haji Qiron, sama dengan haji ifrod, hanya saja :
1. Niat harus terbagi dua, yaitu haji dan umroh.
2. Yang bersangkutan sudah tidak berkewajiban umroh lagi sebab sudah
dilakukan bersamaan dengan hajinya.
Sunnah-Sunnah Haji
Sebagaimana diterangkan di muka, bahwa haji memiliki syarat, rukun, wajib
dan sunnah.
Secara harfiyah Rasulullah SAW tidak pernah merinci secara tegas terhadap
syarat, rukun, wajib dan sunnah untuk ibadah haji. Begitu juga untuk ibadah yang
lain.
Tetapi Rasulullah SAW mengisyaratkan saja dengan cara-cara penekanan,
semi penekanan, dan anjuran yang tanpa penekanan. Dari sinilah akhirnya dapat
timbul ijtihad para ulama, Salaf yang saleh Rahimahumullah dengan berusaha
sungguh-sungguh dan mencari kebenaran berdasarkan sunnah rasul. Sehingga apa
yang ditekankan Nabi, mereka katakan Rukun, yang semi ditekan mereka katakan
Wajib, yang anjuran tanpa paksaan mereka katakan sunnah, dan lain sebagainya.
Pembagian hukum semacam itu amat penting artinya bagi kaum muslimin,
terutama jama’ah haji. Sebab dengan demikian akan kita ketahui secara Fiqhi, syah
atau tidaknya ibadah itu dan lain sebagainya. Adapun diterima atau tidaknya kita
serahkan semata-mata kepada Allah SWT.
Meskipun pengambilan ijtihad dari satu sumber, yaitu al-Qur’an dan hadist
akan tetapi hasil ijtihad itu bisa berbeda-beda. Seperti, ulama yang satu mengatakan
sunnah, sedang yang lain mengatakan wajib. Hal itu semata-mata hanya disebabkan
para ulama itu berbeda metode dan pemikiran dalam penggalian hukum.
Untuk masalah ini, penulis mohon hendaknya para jama’ah saling bertoleransi
demi terciptanya ukhuwah islamiyah. Karena menurut Nabi, apabila berijtihad
mereka salah, mereka mendapat satu pahala. Namun, bila benar mendapat dua pahala.
Karena itulah, perbedaan pendapat para ulama adalah rahmad bagi umatnya.
Sunnah-Sunnah Haji banyak sekali, diantaranya :
1. Mandi ihrom di Miqot.
2. Mandi sewaktu akan memasuki Makkah.
3. Bermalam di Dhi Thuwa sebelum memasuki Makkah.
4. Berwangi-wangian sebelum ihrom.
20
5. Bertalbiyah sejak dari Ihrom sampai melempar jamroh aqobah.
6. Berpakaian Ihrom serba putih.
7. Pada hari tarwiyah sejak matahari sepenggalah sudah keluar dari kota
Makkah menuju Arofah melalui Mina dan singgah di sini semalam.
Shalat-shalat fardhu dilakukan di sini dengan qosor tanpa jama’. Sebagian
ulama berpendapat bahwa singgah di Mina ini wajib hukumnya. Keesokan
harinya setelah matahari terbit, meneruskan perjalanan ke Arafah.
Menunggu di perbatasan Arafah sampai matahari tergelincir. Setelha
matahari tergelincir, memasuki padang Arafah, mendengarkan khutbah
Imam di masjid Namirah. Kemudian shalat dhuhur/ ashar dengan jama’
taqdim, baru mengambil tempat untuk wukuf.
8. meninggalkan Muzdalifah saat matahari menjelang terbit. Sholat Maghrib/
Isya, pada malam ini dilakukan di sini dengan jama’ ta’khir. Shubuh
masih di sini.
9. Ifadhohnya dilakukan tanggal 10 Dzulhijjah setelah melempar jamroh
aqobah dan mencukur/ memotong rambut.
10. sewaktu melempar jamarot, menghadap lurus ke arahnya dengan Makkah
di sebelah kiri pelempar.
11. Pada hari nafar, sewaktu telah meninggalkan Mina singgah terlebih dahulu
di Muhashob baru kemudian memasuki kota Makkah.
Dan masih banyak lagi sunnah-sunnah yang lain yang tak sempat terurai
dalam buku saku kecil ini.
Pelanggaran atas Larangan dan Denda yang harus Dibayar
Orang yang sedang ihrom tidak boleh membunuh binatang. Yang dimaksud
dengan “binatang yang tidak boleh dibunuh” ialah binatang buruan darat yang halal
dagingnya. Tidak termasuk larangan membunuh binatang piaraan dan tidak pula yang
haram dagingnya. Begitupula tidak termasuk larangan membunuh burung gagak,
kalajengking, burung elang, tikus, anjing gila, nyamuk, lalat, kutu busuk, cicak, dan
binatang pengganggu yang lain.
Apabila seorang ihrom melanggar larangan tersebut di atas, maka dendanya
ialah , menyembelih binatang yang sepadan yang keafsahannya harus diputuskan oleh
dua orang yang adil dan ahli ma’rifat dari kalangan kaum muslimin. Atau memberi
makanan kepada orang miskin atau puasa tiga hari apabila yang dibunuh binatang
berukuran kecil. Atau memberi makan dua puluh orang miskin, atau puasa dua puluh
hari, apabila yang dibunuh binatang berukuran sedang. Atau memberi makan tiga
puluh orang atau berpuasa tiga puluh hari bila yang dibunuh binatang berukuran
besar.
21
Apabila suami istri melanggar larangan ihrom dengan bersetubuh sebelum
tahallul awal, maka batal hajinya dan wajib membayar kifarat masing-masing
menyembelih seekor unta atau sapi. Tetapi bila pelanggarannya dilakukan sesudah
tahallul awal maka hajinya tidak batal tetapi wajib membayar dam masing-masing
seekor unta atau sapi.
Apabila mengadakan akad nikah, nikahnya batal tetapi tanpa harus membayar
dam.
Apabila melanggar larangan ihrom berupa mencukur rambut atau memakai
betangkup atau berjahit bagi laki-laki dan menutup muka atau memakai sarung
tangan bagi wanita dan wangi-wangian atau memotong pepohonan bagi laki-laki atau
perempuan, wajib membayar dam atau fidyah dengan memilih diantara seekor
kambing, bersedekah satu setengah kilogram beras, atau makanan yang
mengenyangkan atau berpuasa tiga hari. Dengan catatan, semakin banyak kesalahan
yang diperbuat, semakin banyak pula dam yang harus dibayar.
Jenis, Waktu, Tempat, dan Pentasorufan Penyembelihan Dam
Jenis : Jenis hewan yang harus disembelih hanyalah kambing, sapi atau unta.
Dengan urutan onta lebih baik dari pada sapi, dan sapi lebih baik dari pada kambing.
Ketentuan jenis tersebut harus meliputi umur, kesehatan dan bebas cacat.
Adapun jenis kelamin tidak termasuk persyaratan di sini.
Waktu : Waktu penyembelihan adalah di mulai sejak matahari lebih
sepenggalah di hari nahar (10 Dzulhijjah) dan berakhir sampai akhir Dzulhijjah.
Apabila dilaksanakan sebelum waktu tersebut, maka tidak sah damnya dan
harus mengganti. Namun sebagian ulama memperbolehkannya.
Tempat Pelaksanaan : pelaksanaan penyembelihan harus di tanah haram.
Disunnahkan di Mina untuk pelaksanaan Dam Haji, dan di sunnahkan di Makkah
untuk pelaksanaan dam Umroh.
Pentasorufan : Seluruh daging harus terbagi habis kepada fakir miskin
termasuk kulitnya kecuali kurban sunnah, maka si pemilik boleh mengambil
sepertiganya untuk dimakan dan tidak untuk dijual belikan, di sini menghindari fitnah
dan hal-hal lain yang tidak diinginkan, di sini perlu dipertegas bahwa sunnah
hukumnya bagi si pemilik itu untuk menyembelihnya sendiri. Tetapi jika tidak
mungkin, maka yang lebih baik adalah diserahkan kepada bank Islam yang telah
ditunjuk Pemerintah Kerajaan Saudi.
Karena itu, penulis amat mendukung atas himbauan Pemerintah RI kepada
THKI, TPIH, Kepala-kepala rombongan atau regu, para muqimin dan pihak kedua
yang lain; selain bank Islam yang telah ditunjuk, agar tidak mencampuri secara
langsung terhadap pelaksanaan dam ini. Lebih-lebih di dalam syariat dilarang keras
22
bagi pelaksana atau panitia haji untuk memungut upah dari daging binatang itu atau
mengurangi nilai harganya.
Badan-badan atau orang-orang tersebut hanyalah sebagai pengarah dan
pembimbing jamaah tanpa harus mengambil kepentingan apapun dari dam itu. Sebab
semakin banyak diambil kepentingannya (baik untuk perorangan atau umum), maka
semakin surut pula persyaratan-persyaratan dan kesunahan-kesunahan dam itu
sendiri. Dengan demikian yang menjadi kurban adalah para jamaah.
Perlu ditambahkan di sini, bahwa sebagian ulama membolehkan bagi orang
yang melakukan haji tamattu’ atau qiron memakan sebagian damnya.
Tadhkiroh/ Beberapa Masalah yang Perlu diperhatikan.
1. Haji dan Umroh : adalah ibadah yang terfokus kepada fi’liyah (perbuatan).
Sah dan tidaknya amat tergantung pada fi’liyah ini. Berbeda dengan shalat, di
mana fokusnya pada fi’liyah dan qauliyah (perbuatan dan ucapannya). Dalam
haji dan umroh ini, qauliyahnya (ucapan-ucapan doa) hanyalah sebagai
penunjang, yakni hukumnya sunnah.
Karena itu, jamaah harus memahami fi’liyahnya sepenuh hati, baru kemudian
qauliyahnya.
2. Seluruh amalan haji bisa dikerjakan oleh orang-orang yan berhadast kecil atau
besar, laki-laki atau perempuan kecuali thawaf. Maka apabila perempuan
haidh dan telah meniatkan ihram dan akan thawaf, maka thawafnya harus
terhenti menunggu sampai suci. Tapi jika sampai waktu pemberangkatan ke
Arafah belum juga suci, sedangkan dia berihrom tamattu’, maka dia harus
merubah niatnya menjadi ifrod atau qiron.
Apabila sampai pada batas waktu meninggalkan Makkah si wanita masih
menyandang haidh, sedang dia berihrom haji dan belum melakukan thawaf
ifadhoh, maka ada dua cara untuk mengatasi hal tersebut, yaitu : menunggu
sampai suci dengan melapor kepada ketua Kloter atau meninggalkan Makkah
jika memungkinkan untuk kembali, dengan catatan selama belum melakukan
thawaf hajinya, ia tidak boleh bersetubuh dengan suaminya.
أن صلعم الله رسول فأمرنى حضة عائشة قالت بالبيت الطواف إال كلها المناسك أقضي
)الترمذى(Artinya : Aku sedang haidh, maka Rasulullah memerintahkan aku untuk
mengerjakan manasik seluruhnya kecuali thawaf di Baitullah. (HR. Turmudzi)
3. Apabila jamaah telah menyelesaikan tahallul pada tanggal 10 Dzulhijjah
dengan melempar dan mencukur, untuk selanjutnya ia boleh memilh satu
23
diantara dua, yaitu apakah ia akan menyelesaikan thawaf haji pada waktu itu
atau menundanya sampai dua atau tiga hari bahkan selebihnya asalkan masih
dalam bulan Dzulhijjah. Akan tetapi jika sampai tanggal 10 dia masih juga
belum menyelesaikan thawaf hajinya, maka pada saat itu harus ia harus
mengenakan kembali pakaian ihromnya dan dia berada kembali dalam
larangan-larangan ihrom sampai bisa melakukan thawaf hajinya.
رسول فيها إلى يصير ليلتى كانت ׃ سلمة أم قالت على ودخل إلى فصار النحر يوم مساء الله وهب
فقال متقمصين أمية ال من رجول معه و زمعة بن ׃ قال الرحمن عبد أبا أفذت هل ׃ لوهب الله رسول
قال القميص عنك إنزع ׃ قال الله يارسول الله وا ال الرأسه من قميصه صاحبه نزع و رأسه من فترعه ׃
رخص يوم هذا إن ׃ قال ؟ الله يارسول ولم قال ثم كل من )يعنى تحلوا أن الجمرة رميتم أنتم إذا لكم
هذا تطوفو أن قبل أمسيتم النساء( فإذا إال حرمتم الجمرة ترمو أن قبل كهيئتكم حرما صرتم لبيت داود( )ابو تطوفوا حتى
Artinya : Ummu Salamah berkata : Pada suatu malam di sore hari nahar datang
pula Wahab bin Zam’ah yan bertemankan seorang laki-laki dari keluarga
Umayyah kedua-duanya memakai qamis. Rasulullah bertanya kepada Wahab :
Apakah engkau telah Ifadhah wahai Abu Abdillah ? Dia menjawab : Belum ya
Rasulullah. Rasul berkata : Lepaskan Qamismu kedua-duanya melepas qamisnya
seraya bertanya : Ada apa wahai Rasulullah ? Rasul menjawab : Hari ini Allah
memberi kemurahan kepada kalian yaitu kalian boleh tahallul manakala telah
melempar jumroh. Akan tetapi jika sampai sore hari kalian belum melakukan
thawaf di Baitullah maka kalian kembali berihrom sebagaimana keadaan kalian
sebelum melempar jamroh, hingga kalian bisa thawaf. (HR. Abu Dawud)
4. Apabila seseorang sedang berihrom umroh atau haji kemudian terhalang di
perjalanan (karena perang, sakit keras, dan sebagainya), sehingga tidak bisa
meneruskan umroh atau hajinya, maka janganlah bertahallul sebelum
mengirim binatang hadyu ke Makkah dan sudah ada berita bahwa hadyu
24
tersebut sudah tersembelih di sana. Atau dia sembelih sendiri hadyu itu di
tempat dia terhalang.
Dan dia harus mengqodho’ haji/ umrohnya tahun depan.
تحلقوا ال و الهدي من ستيسر فما أحصرتم فإن الخ رؤسكم ..
Artinya : Jika kamu terhalang, maka wajib mengorbankan apa yang mudah
dari hadyu. Dan janganlah mencukur rambutmu sampai hadyu tersebut sampai
di tempatnya.
5. Bila seseorang yang sedang berihrom meninggal dunia, sebagaimana biasa
juga dimandikan. Namun kafannya cukup dari kedua pakaiannya saat ihrom
dan kepalanya tidak boleh ditutup.
لقطه أنه و صلعم الله رسول مع حاجا كا رجال أن يكفن يغسلو صلعم الله رسول فقال فمات بعيره
يوم يقوم فإنه ووجهه رأسه يغطى ال و ثوبين فى ملبيا. )النسائى( القيامة
Artinya : Seseorang berhaji bersama Rasulullah SAW. Dia terjatuh dari
untanya lalu meninggal. Rasulullah bersabda : Dimandikan dan dikafani
dengan kedua pakaian ihromnya tidak ditutup kepala dan wajahnya.
Sesungguhnya dia (kelak) bangkit di hari kiamat dalam keadaan bertahallul.
(HR. An-Nasa’i)
6. Orang yang sedang haji tidak disunnahkan puasa Arafah. Tidak pula di
wajibkan shalat jum’at manakala hari Arafah bertepatan dengan hari jum’at,
juga tidak disunnahkan shalat Idul Adha.
فى صرح كما صلعم الله رسول فعل و أمر ذا هكا الصحيح األحديث
Artinya : Demikianlah perintah-perintah dan perbuatan Rasul seperti yang
terungkap dalam hadist-hadist shahih.
7. Jika seseorang melihat barang hilang di tanah haram, janganlah diambil.
Lebih baik biarkan saja atau serahkan kepada pengurus masjidil haram.
8. Mencium hajar aswad hukumnya sunnah, sedangkan menyakiti orang lain
hukumnya haram. Maka apabila hajar aswad tidak terjangkau untuk dicium
dan bila dipaksakan bisa membuat orang lain sakit, maka janganlah
menciumnya tetapi cukup melambaikan tangan.
25
9. Tahiyatul Masjid : setiap kita berkesempatan memasuki masjid manapun
sebelum duduk disunnahkan sholat dua rakaat tahiyatul masjid. Tetapi untuk
masjid haram di Makkah ada pengecualian sebagai berikut : Apabila kita
memasukinya dengan tujuan thawaf baik thawaf wajib maupun thawaf
sunnah, kita langsung saja melakukan thawaf sebagai tahiyatul bait. Sesudah
itu baru kita melakukan sholat sunnah dua raka’at ba’da thawaf. Dan gugurlah
sudah keharusan kita bertahiyatul masjid. Tetapi, bila kita memasukinya tanpa
tujuan thawaf, maka kita masih berkeharusan sholat sunnah dua rakaat
tahiyatul masjid.
10. Tidak ada halangan bagi para jamaah untuk mengadakan transaksi jual beli
(perdagangan)di musim haji. Hal tersebut akan lebih baik bila hidup di sana
dengan meminta-minta. Akan tetapi jika kita sudah dirasa mempunyai harta
yang cukup, baik untuk dirinya dan keluarganya yang ditinggalkan, maka
sebaiknya ia tinggalkan segala kegiatan duniawi dalam perjalanan sucinya itu
agar lebih menonjolka keikhlasannya di sisi Allah SWT.
11. Apabila seseoang ragu dalam pelemparan jamarat ia harus
menyempurnakannya sampai keraguannya hilang dan dia boleh mengambil
kerikil di sekitar jamarat, asal jangan mengambil yang ada di dalamnya.
12. Apabila seseorang mengakhirkan Thowaf Ifadhohnya sampai pada saat-saat
terakhir meninggalkan Makkah (asal masih dalam akhir Dzulhijjah) boleh-
boleh saja. Dan baginya gugur kewajiban berthawaf wada’, sebab thawaf
wada’ telah masuk ke dalam thawaf ifadhohnya, baik diniati maupun tidak.
13. Barang siapa yang berhaji namun meninggalkan shalat (baik mengingkari
hukumnya atau mempermainkannya), orang tersebut adalah kafir dan tidak
sah hajinya.
14. Seseorang yang sedang melakukan thawaf, pada saat melewati hijir Ismail
tangannya berpegang pada dinding itu, maka thawafnya tidak sah. Sebab salah
satu syarat, ialah anggota badan sepenuhnya berada di luar Ka’bah. Sedang
hijr Ismail adalah bagian dari Ka’bah.
15. Memperbanyak umroh dari Tan’im atau Ji’ronah setelah menunaikan ibadah
haji sebagaimana banyak dilakukan jamaah kita, adalah tidak ada dasarnya.
16. Puasa tiga hari di Makkah (sebagai ganti dam), lebih utama dilakukan
sebelum Hari Arafah. Jika puasa itu belum dilakukan hendaknya dilakukan
pada hari tasyriq.
17. Mengutamakan berdo’a di kuburan Rasul sambil menghadap ke arahnya
dengan mengangkat tangan adalah Bid’ah. Berdoalah da menghadap ke kiblat
meski harus membelakangi kuburan Rasul.
18. Berlari-lari kecil (romal pada tahwaf qudum) adalah sangat utama bila dilihat
dari jiwa ibadahnya. Sedangkan thawaf dalam keadaan mendekat ke Ka’bah
26
adalah juga sangat utama bila dilihat dari sisi tempat ibadahnya. Akan tetapi
dua perbuatan mulia itu jelas tidak mungkin bisa dilaksanakan secara
bersamaan pada saat jamaah membludak seperti itu.
Bila demikian yang terjadi maka seorang tha’if lebih baik memilih eomal
meskipun harus menjauh dari Ka’bah. Mengingat qaidah Ushul Fiqh : ”Al
Fadhilatul Mutaaliqoh Binafsil Ibadah, Aula Minal Fadhilatil Mutaaliqoh
Bimaka Niha”
19. Sholat sunnah ihrom : terjad perselisihan di antara beberapa ulama. Sebagian
mengatakan sunnah dan sebagian mengatakan bid’ah. Sudah barang tentu
dengan alasan-alasan masing-masing. Tetapi memang tidak ada nash yang
shoreh tentang itu. Untuk berhati-hati, lebih baik kita tidak mengerjakannya.
20. Salah satu di antara hal-hal yang memperihatinkan bagi jamaah haji Indonesia
beresiko tinggi adalah apabila mereka meninggal di Madinah Munawaroh atau
Makkah Mukarromah.
Jauh-jauh mereka datang ke tanah suci dengan segala resiko. Sanak keluarga,
sawah ladang dan tanah air mereka tinggalkan, wafat di Madinah atau
Makkah menjadi idaman apabila bis disholatkan di Masjidil Haram yang
penuh janji dan harapan. Belum lagi dihitung dengan jumlah yangmengsholati
yang terdiri dari jutaan hamba yang telah dimuliakan Allah SWT.
Tetapi niatan mulia mereka itu tidak terlaksana hanya disebabkan karena
biaya pembawaan jenazah dari maktab ke masjidil haram yang dilakukan
orang-orang luar Saudi itu relatif mahal, sampai mencapai 600 riyal ( Kurs
tahun 2000 = Rp. 1.200.000,00)
Biaya ini sangat memberatkan keluarga hingga mereka lebih memilih tidak
usah disholatkan di masjidil haram. Tetapi cukup di Baqi’ atau Mala’ di mana
seluruh pembiayaan gratis ditanggung oleh maktab.
Sebenarnya hal yang demikian tidak perlu terjadi seandainya jamaah kita
mempunyai tingkat kecerdasan dan sikap kegotong-royongan.
Masalah pembawaan jenazah dari maktab ke masjid dan lain-lain, bisa saja
dengan mudah dilakukan oleh rombongan jamaah sendiri yang umumnya
terdapat 60 orang laki-laki atau perempuan, dan tinggal dalam satu maktab.
Untuk hal ini, anggota rombongan lainpun bisa membantu. Bila jarak maktab
dengan masjid terlalu jauh, bisa diatur. Misalnya, saling bergiliran membawa
jenazah tersebut perjarak 20 Meter.
Dengan demikian, biaya tinggi bisa diatasi, harapan jenazah semasa hidupnya
juga tercapai dan kita tak perlu menyalahkan siapa-siapa.
Do’a dan Dzikir
1. Do’a Berpegian :
27
a. Ketika akan naik ke atas kendaraan
Artinya : Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.
b. Ketika sudah di atas kendaraan
ما و ذاه لنا رسخ ىذال الله. سبحان الحمدل لمنقلبون نارب إلى اإن مقرنين. و له اكن .
Artinya : Segala Puji bagi Allah. Maha suci Tuhan yang telah
menundukkan ini untuk kami, padahal (sebelumnya) kami tidak bisa
menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.
(HR. Abu Dawud, Turmudzi, an-Nasa’i)
2. Do’a dan dzikir dalam Umroh dan Haji
a. Niat Ihrom
Untuk Umroh : عمرة يكلب(Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah untuk Umroh)
Untuk Haji : احج يكلب (Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah untuk Haji)
b. Talbiyah
إن يكلب لك شركل ال يكلب يك،لب اللهم يكلب عمة و الحمد لك شريك ال الملك و لك الن .
Artinya : Aku datang untuk memenuhi panggilan-Mu ya Allah, 2x. Tidak
ada yang menyamai-Mu. Ya Allah aku datang. Sesungguhnya puji,
nikmat dan kerajaan hanya bagi-Mu. Tidak ada yang menyamai-Mu. (HR.
Turmudzi)
c. Ketika masuk masjid
م و صل أللهم لى افتح أللهم محمد، على سل رحمتك أبواب
Artinya : Ya Allah, anugrahkanlah rahmad dan kesejahteraan kepada Nabi
Muhammad SAW. Ya Allah, bukalah untukku pintu-pintu rahmad-Mu.
d. Ketika melihat Ka’bah
نا منك و السالم انت أللهم نا السالم. فحي با رب الم .لس
28
Artinya : Ya Allah, Engkaulah yang mempunyai keselamatan. Daripada-
Mu datangnya keselamatan. Maka hidupilah kami dengan selamat. (Umar
ra.)
e. Ketika Thawaf
أكبر الله و الله بسمArtinya : Dengan nama Allah. Allah Maha Besar.
و بعهدك ووفاء بكتابك تصديقا و بك إيمنا أللهم ة إتباعا ك لسن ص محمد نبي .
Artinya : Ya Allah, (aku lakukan ini) karena iman kepada-Mu, karena
percaya kepada kitab-Mu, karena memenuhi janji kepada-Mu dan karena
mengikuti sunnah Nabi-Mu Muhammad SAW. (as-Syafi’i dll)
- Antara Rukun yamani dan Hajar Aswad.
نا و حسنة األخرة فى و حسنة الدنيا فى أتنا رب ار عذاب قنا الن .
Artinya : Ya Tuhan kami, berikan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat, dan jagalah kami dari siksa neraka.
- Ketika akan shalat di Maqam Ibrahim
خذو و من ات مصلى إبراهيم مقامArtinya : Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat shalat.
f. Ketika meminum air zam-zam
ى اللهم الله بسم رزقا و نافعا علما أسألك إن داء كل من شفاء و واسعا .
Artinya : Ya Allah, sungguh aku mohon kepada Mu ilmu yang
bermanfaat, rizqi yang banyak dan obat dari segala penyakit. (Ibnu Abbas)
g. Ketika Sa’i
- Ketika akan naik Shafa
ئر شعا من المروة و الصفا إن بما الله. أبدا به الله بدا
Artinya : Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari
syi’ar-syiar Allah. Aku memulai dengan apa yang Allah memulai
dengannya. (HR. Muslim)
- Ketika di atas shafa dan marwah
29
إله ال. أكبر للها أكبر للها أكبر للها الله إال و الحمد له و الملك له. له شريك ال وحده
إله قدير. ال شيئ كل على هو وحده الله إال و ألحزاب وهزم عبده ونصر عده و انجز .حده
Artinya : Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.
Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu baginya. Baginya segala
kerajaan dan baginya segala puji. Dan Ia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Tiada Tuhan kecuali Allah. Ia melaksanakan janji-janji-Nya,
menolong hamba-Nya, dan Ia hancurkan sendiri tentara-tentara
(musuh). (HR. Bukhori Muslim)
Doa tersebut dibaca 3 kali dengan diselingi doa yang dikehendaki
sesuai dengan keperluan.
- Di antara shafa dan marwah (antara dua pal hijau)
ك وارحم اغفر رب األكرم األعز انت إن .Artinya : Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kasihanilah aku.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mulia lagi Maha Pemurah.
(Ibnu Abi Syaibah)
- Lain-lain yang diinginkan
h. Ketika Wukuf
- Memperbanyak zikir :
إله ال و الملك له. له شريك ال وحده الله إال قدير شيئ كل على هو و الحمد له .
Artinya : Tiada Tuhan selain Allah, tiada sekutu baginya. Baginya
segala kerajaan dan baginya segala puji. Dan Ia Maha Kuasa atas
segala sesuatu. (HR. Ahmad dan Turmudzi)
- Membaca Al-Qur’an dan do’a-do’a selain yang tersebut di atas.
i. Ketika Melempar jamroh
Artinya : Allah Maha Besar. الله أكبر
ا اجعله أللهم مغفورا ذنبا و مبرورا حج30
Artinya : Ya Allah, jadikanlah (hajiku) haji yang mabrur dan
(jadikanlah dosaku) dosa yang diampuni. (HR. Ahmad)
31