kromatografi_kolom

48
Kromatografi kolom Kromatografi kolom merupakan suatu metode pemisahan preparatif. Metode ini memungkinkan untuk melakukan pemisahan suatu sampel yang berupa campuran dengan berat beberapa g. Pada prinsipnya kromatografi kolom adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada peristiwa adsorpsi. Sampel yang biasanya berupa larutan pekat diletakkan pada ujung atas kolom. Eluen atau pelarut dialirkan secara kontinyu ke dalam kolom. Dengan adanya gravitasi atau karena bantuan tekanan, maka eluen/pelarut akan melewati kolom dan proses pemisahan akan terjadi. Pelarut (fase gerak) yang paling cocok untuk pemisahan harus ditentukan melalui cara kromatografi lapis tipis terlebih dahulu. Kecepatan pergerakan suatu komponen tergantung pada kemampuannya untuk tertahan atau terhambat oleh penyerap di dalam kolom. Jadi suatu senyawa yang diserap lemah akan bergerak lebih cepat daripada yang diserap kuat (Sastrohamidjojo, 1991).. Kecepatan elusi sebaiknya dibuat konstan. Jika kecepatan elusi terlalu kecil maka senyawa-senyawa akan terdifusi ke dalam eluen dan akan menyebabkan pita makin melebar yang akibatnya pemisahan tidak dapat berlangsung dengan baik. Pada kromatografi kolom, tahap pengisian kolom dengan adsorben biasanya merupakan tahapan yang paling sulit. Pengisian ini harus sehomogen mungkin dan harus benar-benar bebas dari gelembung udara. Permukaan adsorben harus benar- benar horizontal, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya cacat yang dapat terjadi selama proses elusi berjalan (Sastrohamidjojo, 1991). Pelarut pengelusi dibiarkan mengalir melalui kolom hingga terbentuk jalur-jalur serapan atau pita dari senyawa-senyawa yang merupakan komponen suatu campuran. Setiap pita yang terlihat dikumpulkan dalam wadah yang terpisah-pisah. Jika pita tidak kelihatan maka semua fraksinya harus ditampung pada selang waktu yang teratur. Setiap fraksi dianalisis secara kromatografi kertas atau kromatografi lapis tipis untuk menentukan fraksi mana yang dapat digabung (Sastrohamidjojo, 1991). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kromatografi merupakan metode analisis campuran atau larutan senyawa kimia dengan absorpsi memilih pada zat penyerap, zat cair dibiarkan mengalir melalui kolom zat penyerap, misalnya kapur, alumina dan semacamnya sehingga penyusunnya terpisah menurut bobot molekulnya, mula-mula memang fraksi-fraksi dicirikan oleh warna-warnanya (Puspasari, 2010, hal: 159). Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Alat tersebut berupa pipa

Upload: lowis-yanmaniar

Post on 07-Nov-2015

126 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

jjj

TRANSCRIPT

Kromatografi kolomKromatografi kolom merupakan suatu metode pemisahan preparatif. Metode ini memungkinkan untuk melakukan pemisahan suatu sampel yang berupa campuran dengan berat beberapa g. Pada prinsipnya kromatografi kolom adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada peristiwa adsorpsi. Sampel yang biasanya berupa larutan pekat diletakkan pada ujung atas kolom. Eluen atau pelarut dialirkan secara kontinyu ke dalam kolom. Dengan adanya gravitasi atau karena bantuan tekanan, maka eluen/pelarut akan melewati kolom dan proses pemisahan akan terjadi. Pelarut (fase gerak) yang paling cocok untuk pemisahan harus ditentukan melalui cara kromatografi lapis tipis terlebih dahulu. Kecepatan pergerakan suatu komponen tergantung pada kemampuannya untuk tertahan atau terhambat oleh penyerap di dalam kolom. Jadi suatu senyawa yang diserap lemah akan bergerak lebih cepat daripada yang diserap kuat (Sastrohamidjojo, 1991).. Kecepatan elusi sebaiknya dibuat konstan. Jika kecepatan elusi terlalu kecil maka senyawa-senyawa akan terdifusi ke dalam eluen dan akan menyebabkan pita makin melebar yang akibatnya pemisahan tidak dapat berlangsung dengan baik. Pada kromatografi kolom, tahap pengisian kolom dengan adsorben biasanya merupakan tahapan yang paling sulit. Pengisian ini harus sehomogen mungkin dan harus benar-benar bebas dari gelembung udara. Permukaan adsorben harus benar-benar horizontal, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya cacat yang dapat terjadi selama proses elusi berjalan (Sastrohamidjojo, 1991).Pelarut pengelusi dibiarkan mengalir melalui kolom hingga terbentuk jalur-jalur serapan atau pita dari senyawa-senyawa yang merupakan komponen suatu campuran. Setiap pita yang terlihat dikumpulkan dalam wadah yang terpisah-pisah. Jika pita tidak kelihatan maka semua fraksinya harus ditampung pada selang waktu yang teratur. Setiap fraksi dianalisis secara kromatografi kertas atau kromatografi lapis tipis untuk menentukan fraksi mana yang dapat digabung (Sastrohamidjojo, 1991).

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kromatografi merupakan metode analisis campuran atau larutan senyawa kimia dengan absorpsi memilih pada zat penyerap, zat cair dibiarkan mengalir melalui kolom zat penyerap, misalnya kapur, alumina dan semacamnya sehingga penyusunnya terpisah menurut bobot molekulnya, mula-mula memang fraksi-fraksi dicirikan oleh warna-warnanya (Puspasari, 2010, hal: 159).

Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Alat tersebut berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu kran di bagian bawah kolom untuk mengendalikan aliran zat cair (Yazid, 2005, hal: 198).

Resin penukar ion adalah suatu senyawa polimer tinggi organik dimana terdapat gugusan fungsional yang mengandung ion-ion yang dapat ditukar. Bila ion-ion yang dapat ditukar adalah anion maka disebut resin penukar anion. Resin penukar ion tersebut biasanya dibuat berupa butir-butir bulat berupa ukuran (mesh) (Tim Dosen, 2012).

Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan berikut akan membahas tentang cara pemisahan dengan metode kromatografi kolom.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada percobaan ini adalah:

1.Bagaimana cara pemisahan dengan metode kromatografi kolom?

2.Bagaimana menentukan nilai kapasitas resin penukar anion dalam sampel dengan metode kromatografi kolom?

C.Tujuan Percobaan

Tujuan pada percobaan ini adalah:

1.Mengetahui cara pemisahan dengan metode kromatografi kolom

2.Menentukan nilai kapasitas resin penukar anion dalam sampel dengan metode kromatografi kolom.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Istilah kromatografi berasal dari kata latinchromaberarti warna dan graphien berarti menulis. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tsweet (1903) seorang ahli botani dari Rusia. Michael Tsweet dalam percobaannya ia berhasil memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat yang diisikan ke dalam kolom kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses pemisahan itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan pada permukaan atas kalsium karbonat, kemudian dialirkan pelarut petroleum eter. Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan (Alimin, 2007, hal: 73).

Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang disebut kromatogram (Khopkar, 2008, hal: 137).

Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom adsorpsi termasuk pada cara pemisahan cair-padat. Substrat padat (adsorben) bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut dalam fase cair. Fase bergeraknya adalah cairan (pelarut) yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom. Pemisahan tergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antarmuka di antara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan relatif komponen pada fase bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen dan pelarut terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada permukaan adsorben sehingga menimbulkan proses dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan beberapa saat di permukaan adsorben dan masuk kembali pada fase bergerak. Pada saat teradsorpsi komponen dipaksa untuk berpindah oleh aliran fase bergerak yang ditambahkan secara kontinyu. Akibatnya hanya komponen yang mempunyai afinitas lebih besar terhadap adsorben akan secara selektif tertahan. Komponen dengan afinitas paling kecil akan bergerak lebih cepat mengikuti aliran pelarut (Yazid, 2005, hal: 199).

Teknik pemisahan kromatografi kolom dalam memisahkan campuran, kolom yang telah dipilih sesuai ukuran diisi dengan bahan penyerap (adsorben) seperti alumina dalam keadaan kering atau dibuat seperti bubur dengan pelarut. Pengisian dilakukan dengan bantuan batang pemanpat (pengaduk) untuk memanpatkan adsorben dengan gelas wool pada dasar kolom. Pengisian harus dilakukan secara hati-hati dan sepadat mungkin agar rata sehingga terhindar dari gelembung-gelembung udara. Untuk membantu homogenitas pengepakan biasanya kolom setelah diisi divibrasi, diketok-ketok atau dijatuhkan lemah pada pelat kayu. Sejumlah cuplikan dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui sebelah atas kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam adsorben. Komponen-komponen dalam campuran diadsorpsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom, dengan penambahan pelarut (eluen) secara terus-menerus, masing-masing komponen akan bergerak turun melalui kolom dan pada bagian atas kolom akan terjadi kesetimbangan baru antara bahan penyerap, komponen campuran dan eluen. Kesetimbangan dikatakan tetap bila suatu komponen yang satu dengan lainnya bergerak ke bagian bawah kolom dengan waktu atau kecepatan berbeda-beda sehingga terjadi pemisahan. Jika kolom cukup panjang dan semua parameter pemisahan betul-betul terpilih seperti diameter kolom, adsorben, pelarut dan kecepatan alirannya, maka akan terbentuk pita-pita (zona-zona) yang setiap zona berisi satu macam komponen. Setiap zona yang keluar dari kolom dapat ditampung dengan sempurna sebelum zona yang lain keluar dari kolom. Komponen (eluat) yang diperoleh dapat diteruskan untuk ditetapkan kadarnya, misalnya dengan cara titrasi atau spektofotometri (Yazid, 2005, hal: 200 201).

Teknik pemisahan kromatografi kolom partisi sangat mirip dengan kromatografi kolom adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari penyerap yang digunakan. Pada kromatografi kolom partisi penyerapnya berupa materi padat berpori seperti kieselguhr, selulosa atau silika gel yang permukaannya dilapisi zat cair (biasanya air). Dalam hal ini zat padat hanya berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair sebagai fase diamnya. Fase diam zat cair umumnya diadsorpsikanpada penyangga padat yang sejauh mungkin inert terhadap senyawa-senyawa yang akan dipisahkan. Zat padat yang penyokong harus penyerap dan menahan fase diam serta harus membuat permukaannya seluas mungkin untuk mengalirnya fase bergerak. Penyangga pada umumnya bersifat polar dan fase diam lebih polar dari pada fase bergerak. Dalam kromatografi partisi fase bergeraknya dapat berupa zat cair dan gas yang mengalir membawa komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika fase bergeraknya dari zat cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair. Teknik ini banyak digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa organik maupun anorganik (Yazid, 2005, hal: 203 204).

Resin penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion positif atau negatif) tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari luar.

Berdasarkan jenis ion/muatan yang dipertukarkan, resin dapat dibagi menjadi 2 yaitu resin penukar kation adalahion positif yang dipertukarkan dan resin penukar anion adalahion negatif yang dipertukarkan. Ion Exchange adalah proses penyerapan ion ion oleh resin dengan cara Ion-ion dalam fasa cair (biasanya dengan pelarut air) diserap lewat ikatan kimiawi karena bereaksi dengan padatan resin. Resin sendiri melepaskan ion lain sebagai ganti ion yang diserap. Selama operasi berlangsung setiap ion akan dipertukarkan dengan ion penggantinya hingga seluruh resin jenuhdengan ion yang diserap (Clark, 2007).

Besarnya nilai kapasitas penukar dari resin penukar ion tergantung pada jumlah gugus ion yang dapat ditukarkan yang terkandung dalam setiap gram bahan resin tersebut. Semakin besar jumlah gugus-gugus tersebut, maka semakin besar pula nilai kapasitas resinnya. Besarnya nilai kapasitas resin diketahui agar dapat memperkirakan berapa banyaknya resin yang diperlukan dalam analisa kimia dengan menggunakan metode kromatografi kolom. Apabila resin telah mengikat jumlah ion yang sama dengan kapasitas maksimumnya maka resin tersebut dikatakan telah exchausted. Dalam keadaan demikian resin dapat dikembalikan ke keadaan semula dengan jalan menuangkan larutan asam yang agak pekat ke dalamnya sehingga terjadi reaksi kebalikan dari reaksi penukaran ion. Resin penukar anion dapat berupa ko-polimer stiren dan divinil benzen tetapi tidak mengandung gugusan-gugusan amin yang bersifat basa dengan resin penukar anion terjadi pengubahan yang jumlahnya ekuivalen (Tim Dosen, 2012).

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A.Waktu dan Tempat

Hari/ Tanggal: Kamis/ 24 Mei 2012

Pukul: 13.30 16.00 WITA

Tempat: Laboratorium Kimia Analitik, Lantai I, UniversitasIslamNegeri Alauddin Makassar

B.Alat dan Bahan

1.Alat

a.Neraca analitik1 buah

b.Resin kolom1 buah

c.Buret basa 50 mL1 buah

d.Pipet volume 25 mL, 10 mL, 5 mL1 buah

e.Pipet skala 25 mL1 buah

f.Erlenmeyer 250 mL4 buah

g.Gelas kimia 250 mL2 buah

h.Petridisk1 buah

i.Bulp1 buah

j.Pipet tetes1 buah

k.Botol semprot1 buah

2.Bahan

a.Aquades (H2O) 300 mL

b.Indikator kalium kromat (K2CrO4)

c.Kalium nitrat (KNO3) 0,25 M

d.Perak nitrat (AgNO3) 0,1 M

e.Resin penukar anion

f.Tissue

C.Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada percobaan ini adalah:

1.Menimbang resin anion sebanyak 5,0049 gram ke dalam petridisk,lalu menambahkan aquades hingga semua resin tertutupi aquades

2.Mendiamkan selama 2-3 hari untuk mengaktifkan ion-ion yang ada pada resin.

3.Menyiapkan kolom,lalu menuangkan resin ke dalam kolom danmenambahkan aquades hingga semua resin tertutupi aquades

4.Menambahkan 125 mL larutan kalium nitrat (KNO3) sedikit demi sedikit

5.Menampung efluen,lalu menambahkan indikator kalium kromat (K2CrO4)

6.Menitrasi dengan perak nitrat (AgNO3) 0,1 M sampai terjadi perubahan warna.

7.Mencatat volume titrasi.

8.Melakukan percobaan 4 7 secara duplo.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Pengamatan

Bobot kosong petridisk= 43,3485 gram(a)

Bobot petridisk + resin kering= 48,3534 gram(b)

Bobot resin= b-a

= 48,3534 gram 43,3485 gram

= 5,0049 gram

Volume titrasi AgNO30,1M (simplo)= 12 mL

Volume titrasi AgNO30,1M (duplo)= 6,5 mL

Warna sebelum + indikator= tak berwarna

Warna setelah + indikator= kuning

Warna setelah dititrasi (simplo)= larutan kuning endapan putih

Warna setelah dititrasi (duplo)= merah bata

B.Reaksi

INCLUDEPICTURE "C:\\\\Users\\user\\AppData\\Local\\Temp\\msohtmlclip1\\01\\clip_image003.gif" \* MERGEFORMATINET AgNO3+ KClAgCl + KNO3

E.Pembahasan

Pada percobaan ini yaitu untuk mengetahui cara pemisahan dengan metode kromatografi kolom dan menentukan kapasitas resin penukar ion. Resin anion ditimbang sebanyak 5,0049 gr dengan menggunakan neraca analitik yang berfungsi untuk mengetahui bobot berat pada resin anion, selanjutnya merendam resin tersebut pada petridisk dengan menggunakan aquades yang berfungsi untuk mengaktifkan ion-ion yang ada pada resin tersebut, tahap perendaman dilakukan selama 2 3 hari. Selanjutnya resin anion dimasukkan ke dalam alat kolom dan memasukkan larutan kalium nitrat (KNO3) sebanyak 125 mL secara perlahan-lahan yang berfungsi sebagai sampel cair yang ion-ionnya akan bertukar dengan anion yang ada pada resin. Dalam hal ini ion nitrat (NO3-) yang akan mengalami penukaran dengan anion klorida (Cl-) pada resin. Hasil dari sampel yang ionnya telah bertukar dinamakan dengan efluen. Efluen tersebut ditambahkan dengan indikator kalium kromat (K2CrO4) yang berfungsi sebagai penanda dalam batas volume tertentu akan mengalami titik akhir titrasi yang menunjukkan terjadinya perubahan warna. Penggunaan kalium kromat (K2CrO4) sebagai indikator sebab kalium kromat (K2CrO4) merupakan indikator khusus pada titrasi argentometri. Pada penitaran pertama, warna yang diperoleh pada saat terjadinya titik akhir titrasi yaitu dari kuning menjadi larutan kuning endapan putih. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pertukaran anion antara sampel kalium nitrat (KNO3) dan anion klor (Cl-) pada resin sebab adanya endapan putih menunjukkan ciri-ciri dari sifat perak klorida (AgCl), sedangkan pada penitaran yang kedua, warna yang diperoleh pada saat terjadinya titik akhir titrasi yaitu dari kuning menjadi merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa resin tidak lagi bekerja dalam hal ini tidak terjadi pertukaran anion antara sampel kalium nitrat (KNO3) dengan anion klorida (Cl-) yang ada pada resin.

Berdasarkan data di atas, volume titran yang diperoleh secara simplo yaitu 0,012 L dan kapasitas resinnya sebanyak 2,397 x 10-4mol/gr sedangkan volume titran yang diperoleh secara duplo yaitu 0,0065 L dan kapasitas resinnya 1,298 x 10-4mol/gr. Nilai kapasitas resin yang diperoleh menunjukkan bahwa ion-ion yang bertukar hanya sedikit antara anion klorida (Cl-) yang ada pada resin dan kalium nitrat (KNO3). Dalam hal ini nilai kapasitas resin dari resin penukar anion tergantung pada jumlah gugus ion yang dapat ditukarkan yang terkandung dalam setiap gram bahan resin tersebut. Semakin besar jumlah gugus-gugus tersebut, maka semakin besar pula nilai kapasitas resinnya. Besarnya nilai kapasitas resin diketahui agar dapat memperkirakan berapa banyaknya resin yang diperlukan dalam analisa kimia dengan menggunakan metode kromatografi kolom.

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini adalah kapasitas resin yang diperoleh pada sampel dengan menggunakan metode kromatografi kolom yaitu, 2,397 x 10-4mol/gr dan 1,298 x 10-4mol/gr.

B.Saran

Saran pada percobaan ini adalah sebaiknya pada saat melakukan titrasi, tidak boleh melewati titik akhir titrasi, sebab akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. DAFTAR PUSTAKA

Alimin, dkk.Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007.

Clark, Jim.Ion Exchange. http://chem-is-try.org/diaksespada tanggal 24 Mei 2012.

Khopkar, SM.Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press, 2008.

Puspasari, Dian. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Dwi Media Press, 2010.

Kromatografi Kolom

KROMATOGRAFI KOLOM

I. TUJUAN

Mempelajari cara pemisahan suatu campuran dengan kromotografi kolom.

II.TEORI

Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben terhadap suatu senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya. Sebelumnya dilakukan percobaan tarhadapkromatografi lapis tipissebagai pencari kondisi eluen. Misalnya apsolsi yang cocok dengan pelarut yang baik sehingga antara pengotor dan hasil isolasinya terpisah secara sempurna.

Alat yang diinginkan adalah kolom gelas yang diisi dengan zat padat aktif sepertialumino dan selikagel sebagaifasediam. Zat yang dimasukan lewat puncak kolom akan mengalir kedalam zat penyerap. Zat diserap dari larutan secara sempurna oleh zat penyerapan berupa pita sempit pada ujung kolom dengan kecepatan yang berbeda, sehingga terjadi pemisahan dalam kolom. Hasil pemisahan ini disebut kromatogram.

Umumnya padakromatografikolomdigunakan campuran homogen seperti campuran gasdilakukan pada suatu penyerap (absorbent). Komponen penyusun campur akan diserap oleh adsoben adalah1 : 50.

Metode ini dapat memisahkan zat dari 100 mg sampai 5 mg bahkan lebih. Pemisahancampuran baik bila harga Rf = 0.6.Teknik kromatografi kolompaling sesuai untuk pemisahan hasil isolasi dari pengotornya.

Pemisahan dengan kromatografikolombiasanya digunakan absorben yang paling umum : alumunium oksida (Al2O3) yang mempunyai daya absorsi atau kereaktifan yang diatur secara cepat sehingga penggunaan memberikan hasil yang baik. Seberapa jauh komponen itu dapat diserap absorben tergantun pada sifat fisika komponen tersebut.

Bila campuran cairan dilakukan dengan kolom yang berisikan absorben, komponen cairan lainya akan mengalir kebawah .Jadi semakin lemah kemungkinan cairan itu teradsopsi semakin cepat komponen itu mengalir ke bawah. Bila kecepatan gerak cairanitu lebih besar dari pada kecepatran absorbsi oleh absorben.

Prinsip kerja kromatografikolomadalah dengan adanyaperbedaan daya serap dari masing-masing komponen, campuran yang akan diuji, dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu di masukan lewat puncak kolom dan dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap.Senyawa yang lebih polar akan terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat dari senyawa non polar terserap lebih lemah dan turun lebih cepat.Zat yang di serap dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom. Pelarut lebih lanjut/ dengan tanpa tekanan udara masin-masing zat akan bergerak turun dengan kecepatan khusus sehingga terjadi pemisahan dalam kolom.

Kromatografi kolom dilihat dari jenis fasa diam dan fasa geraknya dapat dibedakan :

Kromatografi Fase Normal

Kromatografi dengan kolom konvensional dimana fase diamnya normal bersifat polar, misalnyasilica gel,sedangkan fase geraknya bersifat non polar.

Kromatografi FaseTerbalik

Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat non polar, sedangkan fase geraknya bersifat polar; kebalikan dari fase normal.

Cara pengisian kolom terbagi dua , yaitu :

1.Cara basah

-Isi dasar kolom dengan kapas

-Masukkan eluen

-Campurkan dengan rata sebagai adsorben dan eluen menjadi homogen

-Jangan tersentuh atau diguncangkan 6 jam

-Setelah stabil, masukkan eluen dan zat, lalu keluarkan eluen

2.Cara kering

-Isi tabung dengan kapas

-Masukkan eluen

-Masukkan adsorben kering sedikit demi sedikit

-Lalu di aduk

Faktor yang mempengaruhi kecepatan gerak zat:

-Daya serap adsorben.

-Sifat pelarut.

-Suhu sistem kromotografi.

Kecepatan turunan sampel dipengaruhi oleh :

Tekanan didalam kolom semakin besar semakin cepat.

Panjang absorben, makin panjan makin cepat turunnya senyawa.

Ukuran artikel absorben.

Rongga udara dalam absorben.

Jika ada rongga udara dalam adsorben maka jalannya senyawa akan terganggu.

Faktor yang mempengaruhi proses pemisahan:

-Daya serap adsoben.

-Jenis / sifat eluen.

-Suhu kromatografi.

-Pelarut yang digunakan.

III.PROSEDUR KERJA

3.1 Alatdan Bahan

Adapun bahan-bahan dan peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

a.Alat

Kolom kromatografi, alat gelas berupa kolom sebagai tempat fase diam dan media proses kromatografi.

Botol vial, botol kecil dengan volume 10 mL sebagai wadah penampung hasil pemisahan.

Standar dan klem, sebagai alat bantu untuk rangkaian alat kromatografi.

Gelas piala, sebagai wadah pelarut.

Batang pengaduk dan corong, sebagai alat bantu untuk mengalirkan pelarut ketika memasukkannya ke dalam kolom.

b.Bahan

Hasil ekstrakbuah naga(pada objek sokletasi) sebagai sampel uji.

Silika sebagai bahan untuk fase diam.

Eluent / fase gerak, berupa campuran heksan dengan etil asetat dengan perbandingan tertentu.

Kapas, sebagai bahan pembatas dan penahan pada serbuk silika

IV.HASILDANPEMBAHASAN

4.1Hasil dan Data

Dari praktikum Kromatografi Kolom yang dilakukan didapatkan data-data sebagai berikut :

Sampel : ekstrak buah naga (hasil dari objek sokletasi).

Jenis Eluen : campuran heksan dengan etil asetat, dengan sistem SGP

(step gradien polarity)

Tabel Pengamatan.

No.Perbandinga Heksan : Etil AsetatWarna Zat

110:0bening

28:2bening

36:4Orangemuda

44:6orangemuda

52:8orange

60:10orange

4.2Pembahasan

Pemisahan ekstrakbuah nagaini dilakukan dengan metode kromatografi kolom, dengan sistem pelarut SGP (Step Gradieny Polarity). Langkah ini diambil karena belum diketahui jenis eluen yang cocok dengan pemisahan ini.

Sistem pelarut SGP dilakukan dengan cara menggantikan / mengubah kepolaran dari eluen yang digunakan secara bertahap. Eluen tersebut merupakan campuran dua jenis pelarut dengan kepolaran berbeda. Dengan mengubah perbandingan campurannya kita dapat menggeser tingkat kepolaran dari eluen ini. Pada pengerjaannya di awali dengan satu jenis pelarut yaitu berupa heksan saja, kemudian digeser tingkat kepolarannya dengan mencampurkannya dengan pelarut etil asetat. Pencampuran dilakukan dengan perbandingan yang divariasikan secara bertahap, hingga diakhiri dengan hanya menggunakan etil asetat saja sebagai eluen. Dengan ini diharapkan dapat memberikan pemisahan yang lebih baik.

Eluen dialirkan untuk pemisahan komponen dengan kecepatan alir sekitar 100 tetesan per menitnya. Aliran eluen diatur agar tidak terlalu cepat agar komponen dapat terpisah dengan. Alirannya pun diusahakan tidak terlalu lambat agar proses tidak terlalu lama. Eluen mengalir mengelusi sampel menyusuri fase diam di sepanjang kolom dengan memanfaatkan gaya gravitasi.

Dengan adanya perubahan tingkat kepolaran secara bertahap, keterikatan komponen terhadap pelarut dan keterikatan masing-masing komponen terhadap fase diam akan berubah-ubah, sesuai dengan sifat-sifat masing-masing komponen.. Komponen ini dibawa oleh pelarut dan tertampung pada vial penampung. Hasil pemisahan dapat diakumulasikan dan masih dalam keadaan terlarut dalam pelarut. Kita bisa saja mendapatkan komponen murninya dengan pemekatan, meskipun hasilnya tidak terlalu banyak.

Untuk lebih memastikan tingkat kemurnian dari hasil pemisahan dapat kita uji dengan metode Kromatografi Lapisan Tipis. Hasil yang ada pada masing-masing vial tersebut kita uji dengan KLT sehingga bisa kita lihat apakah pada masing-masing benar-benar hanya mengandung satu komponen.

Kelebihan dari metode ini jika dibandingkan dengan KLT adalah bahwa kita dapat melakukan pemisahan untuk sampel dengan jumlah yang lebih banyak. Di samping itu, kita juga bisa memperoleh hasil pemisahan tersebut dan menampungnya.

Proses pemisahan pada kromatografi kolom ini bisa dikatakan sebagai bentuk sederhana dari teknik kromatografi yang dilakukan dengan instrument kinerja tinggi. Kita juga bisa melakukan pemisahan dengan jenis eluen lain, atau dengan jenis absorben lainnya. Kolom di sini hanya sebatas berfungsi sebagai wadah. Bahan yang digunakan sebagai fase diam dapat berupa macam, baik itu dengan memanfaatkan prinsip partisi ataupun absorbsi. V.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa dengan kromatografi kolom kita dapat memisahkan komponen penyusun dari suatu sampel bahan alam.Hasil pemisahannya disimpan dalam6botol vial secara terpisah untuk masing-masing jenis eluen.

5.2Saran

Belum dapat dipastikan apakah pada masing-masing vial benar-benar hanya terdapat satu jenis komponen. Untuk lebih memastikan kita dapat menguji masing-masing vial dengan menggunakan metode Kromatografi Lapisan Tipis.Tugas Sebelum Pratikum

1.Bagaimana cara memilih eluen untuk kromatografi kolom?

Jawab :

Dengan meneteskan pada plat lapis tapis, jika KLT hasilnya bagus dari totolan suatu zat dan berbentuk bulatan maka eluen tersebut baik untuk kromatografi kolom.

2.Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pemisahan?

Jawab :

-Pemilihan adsorben sebagai fase diam

-Kepolaran pelarut yang akan dipisahkan

-Laju elusi atau aliran fase gerak

3.Jelaska metoda pengelusian yang digunakan pada kromatografi kolom!

Jawab :

a.Step graden polarity, dimana noda yang tampak sehingga hasil kromatografi kolom pada plat KLT sangat berdekatan.

b.Kokratik, dimana noda yang tampak sehingga hasil kromatografi kolom pada plat KLT berimpit dengan kepolaran.

DAFTAR PUSTAKA

http://asyharstf08.wordpress.com/2010/02/25/kromatografi-kolom-dan-lapis-tipishttp://wiro-pharmacy-blogspot.com/2009/10/kuliah-kromatografi-kolom-bagian1.html

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian_material/ kromatografi

http://www.chem-is-try.org/wp-content/migrated_images/analisis/ column1.giflaporan fitokimia kromatografi kolom

LAPORANPRAKTIKUMFITOKIMIAII

Isolasi dan Idendtifikasi Fraksi Aktif dari Ekstrak DaunBunga Terompet(Mandevillae sanderi)menggunakan Kromatografi Kolom Konvensional,Kromatografi Cair Vakum dan

Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

BAB I

PENDAHULUAN

I.1Latar Belakang

Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett (1908), seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani (chromato= penulisan dangrafe= warna). Kromatografi berarti penulisan dengan warna. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fasa bergerak (mobile). Fasa diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas. Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif pada campuran bahan adalah prinsip dasar kromatografi.

Pemilihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan dipisahkan.Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida yang terdapat pada tahu, tempe, bubuk isoflavon memiliki banyak manfaat.

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil.

Beberapa kelabihan senyawa isoflavon yang potensial bagi kesehatan manusia, diantaranya adalah sebagai antioksidan, antitumor / antikanker, antikolestrol, antivirus, antialergi, dan dapat mencegah osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja berdasarkan metode kromatografi.

I.2 Maksud dan Tujuan

I.2.1Maksud

Adapun maksud dari praktikum ini adalah

1.Untuk mengetahui dan memahami carapemisahan senyawa padaekstrak daunbunga terompet(Mandivella sanderi)menggunakankromatografi kolom konvensional.

2.Untuk mengetahui dan memahami caramemisahkan sampelekstrak daunbunga terompet(Mandivella sanderi)denganmenggunakankromatografikolom cair vakum.

3.Untuk mengetahui dan memahami metode penentuan komponen kimia secara kromatografi lapis tipis preparatif yang terdapat dalam fraksi kasar n-heksan daun bunga terompet (Mandivella sanderi)

1.2.2Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya percobaan kali ini adalah

1.Untuk menentukan nilai Rf masing-masing noda kromatogramdari sampel ekstrak daunbunga terompet(Mandivella sanderi)dengan menggunakan meode kromatografi kolom konvensional

2.Untuk menentukan nilai Rf masing-masing noda kromatogramdari sampel ekstrakdaunbunga terompet(Mandivella sanderi)dengan menggunakan meode kromatografi kolom cair vakum

3.untuk memisahkan campuran senyawa dalam fraksi kasar n-heksan daun bunga terompet (Mandivella sanderi)dengan metode kromatografi lapis tipis praparatif dan untuk mengetahui nilai Rf.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Ilmiah(http://www.plantamor.com/index.php?plant=1940)

Kingdom:Plantae(Tumbuhan)

Subkingdom:Tracheobionta(Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi:Spermatophyta(Menghasilkan biji)

Divisi:Magnoliophyta(Tumbuhan berbunga)

Kelas:Magnoliopsida(Berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas:Asteridae

Ordo:Gentianales

Famili:Apocynaceae

Genus:Mandevilla

Spesies:Mandevilla sanderi

Ciri - ciri Umum Bunga Terompet

Bunga terompet merupakan tumbuhan berkeping dua/ dikotil.Berikut ini ciri-ciri dari bunga terompet, yaitu(http://deztriya.blogspot.com/2012/04/tumbuhan-biji-terbuka-dan tertutup.html):

Ciri UmumPenjelasan

BijiBiji mempunyai lembaga dengan 2 lembaga

Lembaga/ kecambahAkar lembaga tumbuh terus menjadi akar tungggang yang bercabang-cabang dan akhirnya membentuk sistem akar tunggang

Ujung akar lembaga dan ujung pucuk lembaga tidak mempunyai pelindung khusus

BatangBatang dari pangkal ke ujung seperti kerucut panjang, bercabang-cabang, buku-buku dan ruas tidak jelas

DaunDaun tunggal atau majemuk, seringkali disertai daun penumpu, jarang mempunyai upih

Daun duduknya tersebar atau berkarang

Tulang daun menjari atau menyirip

BungaBagian-bagian bunga berjumlah 2, 4 atau 5

AnatomiBaik akar maupun batang mempunyai kambium, sehingga dapat tumbuh membesar (pertumbuhan sekunder)

Letak berkas pembuluh melingkar

Mandevilla Sandersi tanaman rambat berbunga dengan banyak pilihan warna.Tanaman rambat memang banyak digunakan untuk menciptakan suasana rumah yang asri. Disitu memang tanaman rambat akan lebih mendukung konsep tersebut karena mampu tumbuh rimbun dan mempunyai bunga yang berwarna cerah. Kesan yang muncul selain teduh juga mampu memberikan kombinsai warna yang menawan. Mandevilla sendiri disebut juga sebagai bunga terompet karena bunga yang muncul mirip seperti terompet. Tanaman ini diyakini berasal dari wilayah Florida, Amerika Serikat dengan kombinasi warna yang beragam mulai dari merah, putih, dan pink. Bentuk kelopak juga cukup beragam salah satunya mampu tumbuh menumpuk seperti halnya adenium dokson atau bunga mawar. Tanaman yang cukup melegenda di dunia landscape dan eksterior ini mempunyai karakter membutuhkan sinar matahari penuh untuk tumbuh. Kondisi ini tentu sangat cocok dengan fungsi tanaman sebagai naungan. Apalagi bila lokasi rumah berada di daerah perkotaan yang punya suhu udara sangat panas.

Menurut Badrun Sutiyuko dari Aghissa Florist Banjarmasin yang menjual mandevilla, tanaman ini meski berasal dari wilayah yang dingin namun bisa tumbuh baik dengan lingkungan yang panas. Bahkan semakin banyak terkena sinar matahari warna yang muncul akan makin cerah. Secara fisiologis tanaman ini hampir tidak berbeda dengan tanaman merambat lainnya yaitu punya batang yang menjulur dan akar yang menempel pada tempat naungan. Kelebihan yang paling menonjol pada tanaman ini adalah bentuk bunga yang cukup besar. Meski disebut juga sebagai bunga terompet namun bentuk kelopak bunga juga hampir mirip dengan kembang sepatu (hibiscus rosa-sinensis L.)

Tanaman yang di luar negeri juga disebut sebagai brazilian jasmine ini punya bentuk yang cukup menarik dimana untuk kelopak bunga akan memutar dan menutup satu dengan lainnya. Bunga akan muncul diujung tangkai sehingga semakin rimbun tanaman maka bunga akan muncul makin banyak dan serempak (bunga kompak).

Pada bagian daun mandevilla punya karakter yang meruncing dengan serat daun yang menonjol. Disini daun yang tumbuh tidak terlalu mendominasi dibandingkan mekarnya bunga. Tidak seperti tanaman rambat lainnya yang lebih mendominasi adalah daun sementara bunga hanya muncul di beberapa bagian saja.

Tanaman yang masuk dalam keluarga apocynaceae ini memang membutuhkan sinar matahari secara penuh untuk tumbuh. Sehingga saat menanam mandevilla diusahakan menghadap ke arah timur atau barat untuk mendapatkan sinar matahari yang bagus. Keunikan lain tanaman ini adalah mampu berbunga terus tanpa henti dalam satu tahunnya.

Untuk kelangsungan hidup tanaman ini juga mampu tumbuh dengan baik meski sudah berusia antara 3-4 tahun. Jelas kelebihan ini jauh dari jenis tanaman lainnya yang mati setelah berbunga. Bahkan selain merambat mendevilla juga bisa tumbuh secara menjuntai karena mempunyai batang yang lemas.

Manfaat bunga terompat, biasanya digunakan akar,daun danbunga terompetuntuk obat-obatan.Bunga terompetmemiliki getah berwarna putih, getah bunga terompet memilkimanfaatuntuk pencegah kuman/bakteri dan juga obat penyakit kanker.

Bunga terompet mengandung Hyoscyamine, atropine, scopolamine, sebagai zat anticholinergics (zat penghilang kesadaran).Selain memilki warna kuning juga ada bunga terompet berwarna putih, merah muda, ungu, orange melalui stek ataupun penyilangan.

Ciri-ciri Bunga Terompet,Bunga terompetmemiliki bentuk bunga yang dapat mencapai ukuran diameter 5-7,5 cm,Bunga terompetmampu tumbuh sampai lebih dari 2 meter,Bunga terompetmemilki tangkaibungaberwarna hijau muda dan mempunyai daun agak kasar, Bunga terompet mekar setiap tahun.

Istilah kromatografi mula-mula ditemukan oleh Michael Tswett (1908), seorang ahli botani Rusia. Nama kromatografi diambil dari bahasa Yunani (chromato= penulisan dangrafe= warna). Kromatografi berarti penulisan dengan warna. Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fasa bergerak (mobile). Fasa diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas (Yazid, 2005).

Kromatografi adalah proses melewatkan sampel melalui suatu kolom, perbedaan kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang sangat mirip mempengaruhi resolusi zat terlarut dan menghasilkan apa yang disebut kromatogram (Khopkar, 2008)

1.Kromatografi Kolom Konvensional

Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben terhadap suatu senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya. Sebelumnya dilakukan percobaan tarhadap kromatografi lapis tipis sebagai pencari kondisi eluen. Misalnya apsolsi yang cocok dengan pelarut yang baik sehingga antara pengotor dan hasil isolasinya terpisah secara sempurna (Kasiman, 2006).

Pada kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada bagian atas kolom, penjerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan tabung plastik. Pelarut (fase gerak0, dibiarkan mengalir melalui kolom karena aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau di dorong dengan tekanan. Pita senyawa linarut bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah dan dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari atas kolom (Sudjadi, 1986).

Kromatografi kolom dikemas kering dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan penjerap lalu divakumkan lagi dan siap di pakai. Cuplikan dilarutkan dalam pelarut yang cocok, dimasukkan langsung pada bagian atas kolom atau pada lapisan prapenjerap dan dihisap perlahan-lahan kedalam kemasan dengan memvakumkannya. Kolom dielusi dengan campuran pelarut yang cocok, kolom dihisap sampai kering pada setiap pengumpulam fraksi (Sudjadi, 1986).

Kolom keromatografi atau tabung untuk pengaliran karena gaya tarik bumi (gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi dengan kran. Ukuran keseluruhan kolom beragam, tetapi biasanya panjangnya sekurang-kurangnya 10 kali garis tengah dalamnya dan mungkin juga sampai 100 kalinya. Nisbah panjang terhadap lebar sebagian besar ditentukan oleh mudah sukarnya pemisahan, nisbah lebih besar untuk pemisahan yang lebih sukar. Ukuran kolom dan banyaknya penjerap ditentukan oleh bobot campuran linarut yang akan dipisahkan. Sifat, derajat, atau tingkat keaktifan penjerap, dan ukuran partikelnya betul-betul penting dalam pengembangan sistem kromatografi. Ukuran penjerap biasanya lebih besar daripada untuk KLT. Kemasan kolom biasanya 63-250 mikro meter untuk kolom yang dijalankan oleh gaya gravitasi(Raymond, 2006).

Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion. Cara pembuatannya ada dua macam (Hargono, 1986):

1.Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi kapaskemudian ditambahkan cairan pengelusi.

2.Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan pengelusi yangakan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom secarakontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mapat, setelah silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka dan diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi.

Kolom dapat dibuat dari berbagai jenis material, seperti stainless steel, aluminium, tembaga, gelas dan paduan silika. Sebagian besar sistem kolom modern terbuat dari gelas atau paduan silika. Kolom konvensional dibuat dari material pendukung yang dilapisi fase diam dari berbagai pembebanan yang dikemas di dalam kolom. Kolom kapiler terdiri dari tabung kapiler panjang yang didalamnya dilapisi dengan fase diam (fase diam dapat juga direkatkan langsung pada permukaan silika). Sebagian besar kolom kapiler terbuat dari paduan silika yang dilapisi polimer di bagian luarnya. Paduan silika sangat mudah pecah sedangkan lapisan polimer tersebut bertindak sebagai pelindungnya (Seno, 1997).

Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan daya serap dari masing-masing komponen, campuran yang akan diuji, dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu di masukan lewat puncak kolom dan dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa yang lebih polar akan terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat dari senyawa non polar terserap lebih lemah dan turun lebih cepat. Zat yang di serap dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom. Pelarut lebih lanjut / dengan tanpa tekanan udara masin-masing zat akan bergerak turun dengan kecepatan khusus sehingga terjadi pemisahan dalam kolom (Seno, 1997).

2.Kromatografi Cair Vakum

KromatografiSuctionColumn and Vacuum liquid chromatography(VLC)atau kromatografi cair vakum(KCV)adalah bentuk kromatografi kolom yang khususnya berguna untuk fraksinasi kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak.Kondisi vakuma adalah alternatif untuk mempercepat aliran fase gerak dari atas ke bawah. Metode ini sering digunakan untuk fraksinasi awal dari suatu ekstrak non-polar atau ekstrak semipolar(Raymond, 2006).

Suction coloumn merupakan alat kromatografi yang merupakan modifikasi kromatografi kolom serapan. Prinsip pemisahannya sama dengan kromatografi kolom serapan. Bedanya terletak pada adanya isapan pompa vakum di bagian bawah kolom ini. Alat ini dirancang mengingat pada kromatografi kolom serapan yang pengerjaannya memakan waktu yang cukup lama. Prinsip pemisahan komponen kimia berdasarkan adsorpsi dan partisi serta dipercepat dengan isapan pompa vakum. Seperti halnya kromatografi kolom serapan, senyawa yang akan dipisahkan dilarutkan dengan pelarut yang cocok kemudian dimasukkan dalam kolom isap, selanjutnya ditambahkan eluen, eluen yang mengalir turun yang disebabkan oleh isapan pompa vakum. Hasil pemisahan ditampung dalam setiap fraksi. Volume penampungan 25 ml/fraksi dan untuk berat sampel q 10 - 30 gram volume penampungan 50 ml/fraksi. Adsorben yang digunakan sedikit lebih berbeda yaitu 35 gram silica gel 7733 dan 10 gram silika gel 7731 (Gritter, 1991).

Manfaat dari kromatografi ini yaitu menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem biologi. Dalam hal ini kita harus memantau cara ekstraksi dan pemisahan pada setiap tahap, yaitu untuk melacak senyawa aktif tersebut sewaktu dimurnihkan. Kadang-kadang keaktifan hilang selama proses fraksinasi akibat ketidakmantapan senyawa itu, dan akhirnya mungkin saja diperoleh senyawa berupa kristal tetapi keaktifan seperti yang ditunjukkan oleh ekstrak asal(Harborne, 1987).

Fasa diam yang digunakan dikemas dalam kolom yang digunakan dalam KCV. Proses penyiapan fasa diam dalam kolom terbagi menjadi dua macam, yaitu(Sarker,2006):

a)Cara Basah

Preparasi fasa diam dengan cara basah dilakukan dengan melarutkan fasa diam dalam fase gerak yang akan digunakan. Campuran kemudian dimasukkan ke dalam kolom dan dibuat merata. Fase gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk lapisan fase diam yang tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan.

b)Cara kering

Preparasi fasa diam dengan cara kering dilakukan dengan cara memasukkan fase diam yang digunakan ke dalam kolom kromatografi. Fase diam tersebut selanjutnya dibasahi dengan pelarut yang akan digunakan.

Preparasi sampel cara basah dilakukan dengan melarutkan sampel dalam pelarut yang akan digunakan sebagai fasa gerak dalam KCV. Larutan dimasukkan dalam kolom kromatografi yang telah terisi fasa diam. Bagian atas dari sampel ditutupi kembali dengan fasa diam yang sama. Sedangkan cara kering dilakukan dengan mencampurkan sampel dengan sebagian kecil fase diam yang akan digunakan hingga terbentuk serbuk. Campuran tersebut diletakkan dalam kolom yang telah terisi dengan fasa diam dan ditutup kembali dengan fase diam yang sama (Sarker,2006).

Kromatografi Vakum Cair mempunyai keuntungan yang utama dibandingkan dengan kolom konvensional yaitu (Kasiman, 2006):

1.Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100l/menit).

2.Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika digabung dengan spectrometer massa.

3.Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel klinis.

3.Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

Kromatografi dalam bidang kimia merupakan sebuah tehnik analisis yang digunakan untuk memisahkan sebuah campuran ataupun persenyawaan kimia. Tehnik ini ditemukan pada tahum 1906 oleh Mikhail Tswett seorang ahli botani dari Italia yang lahir di Rusia. Tehnik pemisahan ini dilakukan terhadap pigmen tumbuhan (klorofil), dengan cara menuangkan ekstrak petroleum eter dari daun tumbuhan diatas sebuah kolom kaca yang berisi serbuk kalsium karbonat dalam arah yang tegak lurus (Najib, 2013).

Dalam perkembangan selanjutnya metode ini tidak hanya digunakan untuk mengidentifikasi noda, akan tetapi juga untuk mengisolasi ekstrak. Metode ini kemudian dikenal sebagai KLT preparatif. Metode ini paling sederhana dan murah untuk mengisolasi komponen kimia dari suatu bahan alam, dengan menggunakan lempeng yang besar terbuat dari kaca dengan ukuran 20 x 20 cm (Najib, 2013).

Metode kerjanya meliputi penotolen ekstrak bahan alam dalam bentuk pita pada lempeng. Hal ini memungkinkang sampel dalam jumlah besar dapat muat pada lempeng KLT, lempeng dikembangkan dalam pelarut yang telah diketahui mampu memisahkan komponen, yang paling penting adalah harus digunakan metode deteksi yang tidak merusak sampel (Najib, 2013).

Pada KLT preparatif, cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan berupa garis pada salah satu sisi plat lapisan besar dan dikembangkan secara tegak lurus pada garis cuplikan sehingga campuran akan terpisah menjadi beberapa pita.Pita ditampakkan dengan cara yang tidak merusak jika senyawa itu tahan warna, dan penjerap yang mengandung pita dikerok dari plat kaca. Kemudian cuplikan dielusi dari penjerap dengan pelarut polar. Cara ini berguna untuk memisahkan campuran reaksi sehingga diperoleh senyawa murni untuk telaah pendahuluan, untuk menyiapkan cuplikan analisis, untuk meneliti bahan alam yang lazimnya berjumlah kecil dan campurannya rumit, dan untuk memperoleh cuplikan yang murni untuk mengkalibrasi KLT kuantitatif (Gritter, 1991).

Keuntungan KLTP adalah salah satu metode pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling murahdan memakai peralatan paling dasar.Kerugian KLTP adalah pengambilan senyawa dari plat yang dilanjutkan dengan pengekstraksian penjerap memerlukan waktu lama dan jika senyawa beracun harus dikerok dari plat akan menimbulkan banyak masalah serius.Serta adanya zat pencemar dan sisa dari plat sendiri setelah pengsekstraksian pita yang mengandung senyawa yang dipisahkan dengan pelarut(Hostettmann, 1995).

Metode kromatografi, karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara luas untuk pemisahan analitik dan preparative. Hampir setiap campuran kimia, mulai dari bobot molekul rendah sampai tinggi, dapat dipisahkan menjadi komponen-komponennya dengan beberapa metode kromatografi. Jenis pemisahan, apakah analitik atau preparatif, tidak ditentukan oleh ukuran cuplikan, melainkan lebih oleh keperluan khusus. Biasanya, kromatografi analitik dipakai pada tahap permulaan untuk semua cuplikan, dan kromatografi hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran (Gritter, 1991).

Kadang-kadang kita berhasil memisahkan campuran tertentu dengan beberapa kali pengembangan memakai sistem pelarut yang sama yang nisbi nonpolar, padahal campuran itu tidak dapat dipisahkan dengan sekali pengembangan yang memakai sistem pelarut yang lebih polar. Jumlah cuplikan lebih banyak dapat dipisahkan dengan cara pengembangan berganda sehingga hal ini sangat penting pada KLT preparatif (Gritter, 1991).

Kromatografi pada lapisan berbentuk khusus. Kadang-kadang lapisan KLT perlu diraut menjadi berbagai bentuk. Pada lapisan belandas kaca, bentuk itu dapat dibuat dengan spatula atau alat yang diruncing. Lapisan berlandas plastik dapat dipotong-potong memakai gunting (Gritter, 1991).

Ketika pelarut muncul dari bagian lapisan yang sempit (tempat menotolkan cuplikan), pelarut dipaksa bergerak menyamping dan sekaligus menegak. Ini berarti cuplikan akan berbentuk pita, bukan bercak bundar. Pita ini lebih tajam dan lebih mudah dilihat, dan kita dapat menunjukkan komponen yang lebih banyak (Gritter, 1991).

Kristalisasi

Kristalisasi digunakan untuk mendapatkan bahan dalam bentuk Kristal murni.Oleh karena itu pembentukan Kristal menyebabkan zat terlarut memisah dari lelehan atau larutan dimana yang tidak murni tetap tertinggal dalam larutan,maka kristalisasi juga merupakan proses pemisahan (Harborne,1987).

Bila terdapat senyawa tunggal, beberapa senyawa dapat mengkristal. Kristal dapat dimurnikan dengan pengkristalan kembali (rekristalisasi). Teknik ini dilakukan pada produk yang kotor, mula-mula dilarutkan dalam sejumlah pelarut ppanas (umumnya digunakan solven dimana produk tersebut kurang larut dibandingkan kotorannya). Jika larutan panas tersebut dibiarkan mendingin produk yang murni memisah dari campuran, sehingga tersisa kotoran dalam larutannya. Kristal-kristal yang terbentuk dari produkm disaring dan dikeringkan (Najib, 2013).

Jika sebuah fraksi dipekatkan dan didinginkan serta pelarutnya dibiarkan menguap lambat,Kristal dapat membentuk senyawa yang murni Kristalisasi dapat dilakukan dengan sedikit penggosokan pada bagian dalam dinding kaca selanjutnya membiarkannya di tempat dingin,bahkan dalam lemari pendingin.Beberapa deposit mungkin merupakan kristalin dan harus di cek dengan bantuan lensa tangan untuk meyakinkan bahwa deposit tersebut bukan bahan yang amorf yang berasal dari larutan saat pendinginan terjadi (Harborne,1987).

Manfaat dari kromatografi ini yaitu menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang bermanfaat, yang ditunjukkan oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan sistem biologi. Dalam hal ini kita harus memantau cara ekstraksi dan pemisahan pada setiap tahap, yaitu untuk melacak senyawa aktif tersebut sewaktu dimurnihkan. Kadang-kadang keaktifan hilang selama proses fraksinasi akibat ketidakmantapan senyawa itu, dan akhirnya mungkin saja diperoleh senyawa berupa kristal tetapi keaktifan seperti yang ditunjukkan oleh ekstrak asal(Harborne, 1987).

Uji Kemurnian

a.KLT 2 Dimensi

Merupakan salah satu metode untuk mengetahui kemurniansuatu senyawa dari hasil isolat, yang di mana bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel ketika komponen-komponen solute mempunyai karakterisktik kimia yang hampir sama. Karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana dalam asam-asam amino, selain itu 2 sistem fase gerak yang sangat berbeda dapat digunakan secara berurutan, sehingga memungkinkan untuk melakukan pemisahan analilt yang mempunyai tingkat polaritas yang berbeda (Sastrohamidjojo, 1985).

KLT dua arah adalah cara yang memungkinkan pemakaian lapisan fase diam yang lebih luas untuk memisahkan campuran yang mengandung banyak komponen. Selain itu, dua sistem pelarut yang sangat berbeda dapat digunakan secara berurutan pada campuran tertentu, jadi memungkinkan pemisahan campuran yang mengandung komponen yang kepolarannya sangat berbeda. Ekstrak ditotolkan dan dielusi seperti pada KLT normal kemudian diputar 900untuk pengembangan kedua (Gibbons, 2006).

Penyerap umum yang digunakan adalah silica gel, aluminium oksida, keiselgur, selullosa dan turunannya. Poliamida dll.Silica gel adalh penyerap umum yang banyak digunakan karena mempunyai daya pemisahan yang baik, hal ini telah diseleksi oleh Stahl untuk pertama kali 1958 (Stahl, 1985).

Salah satu aplikasi untuk mengetahui kemurnian senyawa hasil isolat dengan metode ini yaitu dengan mengelusinoda pada 2 arah yang berbeda dan menggunakan eluen yang berbeda, isolate dikatakan murni apabila noda yang dinampakkan adalah tunggal (Stahl, 1985).

b.Multi Eluen

Multi eluen merupakan penggunaan eluen atau fase gerak yang berbeda yang memungkinkan pemisahan analit dengan berdasarkan tingkat polaritas yang berbeda (Sastrohamidjojo, 1985).

Prinsipnya,like dissolve like yang dapat digunakan untuk pemilihan pelarut dalam menentukan jenis senyawa kimia yang mungkin terekstraksi dari organisme. Dimana pelarut non polar akan mengestraksi senyawa-senyawa non polar akan terekstraksi oleh pelarut polar, sertadapat juga digunakan untuk menganalisis kemurnian suatu isolat/senyawa kimia yang diperoleh dari hasil isolasi dari bahan alam(Sastrohamidjojo, 1985).

KLT Multi eluen adalah penggunaan eluen atau fase gerak yang berbeda yang memungkinkan pemisahan analit dengan berdasarkan tingkat polaritas yang berbeda. Dalam multi eluen, setelah pengembang tunggal menaik,kromatogram diangkat dari chamber dan dikeringkan, biasanya selama 5-10 menit. Kromatogram tersebut kemudian dielusi lagi dalam eluen segar dari pelarut yang sama dalam arah yang sama untuk jarak yang sama.Proses ini, yang dapat diulang berkali-kali, meningkatkan resolusi komponen dengan nilai RF bawah 0,5. Beberapa pengembang dilakukan dengan pelarut yang berbeda dalam arah yang sama, masing-masing yang menjalankan jarak yang sama atau berbeda, disebut elusi bertahap.Sebuah fase kurang polar dapat digunakan pertama, diikuti oleh fase yang lebih polar, atau sebaliknya. Pemindahan material nonpolar kebagian atas lapisan,meninggalkan zat terlarut polar terganggu darimana dia berasal. Setelahkering, zat terlarut polar dipisahkan olehpengembang dengan eluen(Cazes,2004).

Multieluen adalah untuk mendapatkan resolusi yang baik dari hasil KLT.Memfokuskan zona pemisahan multi eluen, cocok digunakan untuk sampel yang memiliki noda dengannilai Rf di bawah 0.5.Sampel disentrifuge terlebih dahulu dengan menggunakan methanol p.a, sebabuntuk menjamin kemurnian senyawa. Sebab, methanol p.a merupakanpelarut yang khusus digunakan untuk analisis dan bebas dari pengotor.Berbeda dengan methanol teknis yang bisa saja mengandung pengotor seperti plasticizer dari wadah yang digunakan untuk menampung pelarut. agar seluruh area lempeng dapat digunakan sehingga senyawa yang masih menumpuk dalam satu noda, dapat ter-elusi kembali melalui sisi lempeng yang lain(Mary,1996).

BAB III

PROSEDUR KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat yang dipakai

Adapun alat yang digunakan yaitubatang pengaduk,chamber, gunting,gelas ukur,kolom kaca, lampu UV 254 nm dan 366 nm, lempeng KLT,mistar, pensil 2B, pinset, pipa kapiler, sendok tandukbesi,statif,timbangan analitik, dan vial.

III.1.2 Bahan yang digunakan

Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, DPPH,ekstrak n-heksan daunbunga terompet(Mandivella sanderi),eluen,n-heksan : EtoAC dengan perbandingan 7:3 , 6:4 , 5:5 , 4:6 , 3:7 , 2:8 , 1:9 dan 0:10 ,label,silica gel, tissue

III.2 Cara Kerja

Cara kerja kromatografikolom konvensional :

1)Pengemasan Alat isolasi

Kolom dipasang tegak lurus pada statif,kemudian dibebas lemakkan menggunakan metanol. Bagian bawah kolom dilapisi kapas kemudian silika gel dimasukkan sampai terisi dari kolom.lalu diketuk ketuk sampai tidak terbentuk gelembung gas.

2)Pemisahan/isolasi :

Silika gel ditimbang berdasarkan perbandingan 1 gram ekstrak : 100 gram silika gel (tergantung ketersediaan ektrak dan kapasitas kolom) . Dalam praktikum ini digunakan metode basah dimana silika gel disuspensikan menggunakan eluen n-hexan : EtoAC dengan perbandingan 10 : 0. Kemudian suspensi dari silika gel dimasukkan ke dalam kolom lalu dimampatkan.

Ekstraksi ditimbang berdasarkan perbandingan 1 g ektrak : 100 g silika gel dan dikemas menggunakan metode basah yaitu sampel disuspensikan dengan eluen dengan perbandingan 9 : 1 selapis diatas permukaan kertas saring, selanjutnya dielusi sampai menghasilkan fraksi fraksi dan ditampung ke dalam vial. Eluen yang sebelumnya yangtelah habis diganti dengan eluen 8 : 2 , kemudian secara berturut turutdilanjutkan dengan eluen perbandingan 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9, dan 0:10. Hasil kromatografi kolom berupa fraksi. Fraksi fraksi digabung dan dianggap satu fraksi berdasarkan warna atau profil KLT.

3)Pengujian fraksi aktif antioksidan dengan metode KLT (Gibbons, 2006)

Senyawa antioksidan adalah komponen penting dalam makanan dan berkontribusi dalam kesehatan manusia. Sifat antioksidan dari suatu senyawa bahan alam dapat diketahui dengan menggunakan metode uji KLT (TLC Assay). Senyawa yang mempunyai kemampuan antioksidan akan mampuh menstabilkan radikal 2,2-diphenyl-picrylhydrazyl (DPPH). Indikasi ini terdeteksi beberapa menit setelah penyemprotan DPPH menyebabkan terbentuknya warna kuning dengan latarbelakang ungu.

b. Kromatograsi Cair Vakum

c. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

Fraksi aktif (dari KKK dan KCV) dilarutkan dengan n-heksan. Dibuat perbandingan eluen (9:1 atau 8:2). Didisiapkan lempeng KLTP, lempeng yang digunakan biasanya berukuran 20 x 20 cm. Setelah itu fraksi ditotolkan pada lempeng berbentuk pita pada garis penotolan yang telah dibuat sebelumnya. Setelah raksi ditotolkan pada lempeng, kemudian dikembangkan dengan eluen yang sesuai dan dapat memisahkan komonen kimia

Setelah pengembangan/elusi, pita-pita tersebut dideteksi dan diberi tanda kemudian dikeruk yang selanjutnya disebut sebagai isolat. Kemudian isolate tersebut dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge lalu disentrifuge. Selanjutnya dilakukan pengujian antioksidan pada lempeng KLT dengan metode DPPH.

1.Pengerjaan Kromatografi

1.Penyiapan lempeng silika gel

Dibuat lempeng dari silika gel dengan ukuran 7 cm x1cm menggunakan mistardan lempeng silika gel dipotong dengan cutter yang sebelumnya telah diukurdan dilakukan penjenuhan chamberkemudian disiapkan chamber yang bersih lengkap dengan penutupnya, chamber diisi eluen n-heksan : etildengan perbandingan 8 : 2 dengan kepolaran yang berbedakemudian dimasukkan potongan kertas saring yang panjangnya lebih dari tinggi chamber dan kemudian ditutupdan dibiarkan hingga eluen naik pada kertas saring hingga melewati penutup kaca (chamber telah jenuh)

2.Penotolan sampel pada lempeng

Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkandan fraksi-fraksi hasil kromatografi kolom cair vakum dularutkan dengan n-heksan kemudian masing-masing fraksidiambil dengan menggunakan pipa kapiler, kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah disiapkandan lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkanseelah itu Dilakukan pengelusian terhadap lempeng yang telah ditotol dengan fraksi-fraksi n-heksan menggunakan eluen n-heksan:etil (8:2) dan bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng silica gel, maka lempeng tersebut dapat dikeluarkanmenggunakan pinset dan diamati secara langsung dan dengan menggunakan penampak bercak UV 254, UV 366, dan menyemprot lempeng dengan menggunakanDPPH.

BAB IV

Hasil Pengamatan

IV. 1 Gambar Hasil Pengamatan

A.Kromatografi Kolom Konvensional

a.Fraksi 1

Keterangan gambar :

Fraksi 1: Vial 1 - 17

Fraksi 2: Vial 18

Fraksi 3: Vial 19 - 21

Fraksi 4: Vial 22-29

Fraksi 5: Vial 30 - 35

Fraksi 6: Vial 36

Fraksi 7: Vial 37 40

Fraksi 8: Vial 41 - 50

Fraksi 9: Vial 51- 60

Gambar Fraksi di Sinar UV

a.Sinar Tampak

Perhitungan Nilai Rf

Rf =

a.Sinar Tampak

Tidak ada noda yang tampak

b.Sinar UV 254

Tidak ada noda yang tampak

c.Sinar UV 366

Tidak ada noda yang tampak

Keterangan gambar :

Fraksi 1: Eluen n-Heksan : etil asetat (15 : 1)

Fraksi 2:Eluen n-Heksan : etil asetat (10 : 1)

Fraksi 3:Eluen n-Heksan : etil asetat (5 : 1)

Fraksi 4:Eluen n-Heksan : etil asetat (1 : 1)

Fraksi 5: Eluen n-Heksan : etil asetat (0 : 5)

Fraksi 6:Eluen n-Heksan : etil asetat (0 : 50)

Fraksi 7: Pelarut Metanol 1

Fraksi 8: Etil asetat : Metanol (1 : 1)

Fraksi 9: Pelarut Metanol 2

Gambar di sinar UV

a.Sinar tampak

BAB V

PEMBAHASAN

Kromatografi merupakan suatu pemisahan zat berkhasiat dan zat lain yang ada dalam bahan atau sediaan dengan jalan penyarian berfraksi, penyerapan, atau penukaran ion pada zat berpori, menggunakan cairan atau gas mengalir.

Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan dengan menggunakan salah satu dari empat teknik kromatografi atau gabungan teknik tersebut. Keempat teknik kromatografi itu adalah : Kromatografi Kertas (KKt), Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Kromatografi Gas Cair (KGC) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa ini membentuk lapisan stasioner dengan luas permukaan yang besar dan fasa lainnya merembes melewati dan melalui lapisan stasioner tersebut. Pemisahan secara kromatografi memanfaatkan sifat fisika umum dari molekul. Sifat utama yang terlibat adalah kecenderungan molekul untuk larut dalam cairan (kelarutan), kecenderungan molekul untuk melekat dalam cairan (adsorpsi), dan kecenderungan molekul untuk menguap (keatsirian)

Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalahdaun bunga terompet (Mandivella sanderi). Dalam fitokimia dilakukan suatu proses ekstraksi, isolasi dan identifikasi dari suatu komponen kimia dari tumbuhan dan biota laut yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional yang berkembang menjadi obat modern. Menggunakan cara yang bervariasi tergantung dari sifat fisika dan kimia komponen tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan proses pemurnian dengan kristalisasi dengan tujuan mendapatkan senyawa kimia yang penampakannya bagus dan kelihatan lebih banyak. Metode fitokimia sangat penting artinya dalam bidang farmasi sebagai salah satu cara meneliti senyawa aktif yang terdapat dalam tumbuhan.

Dalamkromatografi,eluentadalahfasagerakyangberperanpentingpadaproses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam(adsorbent). Interaksi antara adsorbent eluent sangat menentukan terjadinyapemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahankomponen secarakromatografidipengaruhiolehlajualir eluentdanjumlahumpan.

Sebagian besar dasar teori kromatografi kolom juga dapat diterapkan pada KLT. Konsep lempeng teori lebih sukar digambarkan, tetapi pemisahan ini dilakukan oleh keseimbangan berturutan cuplikan dalam dua fasa, satu diantaranya bergerak terhadap yang lainnya. Terjadi proses penyebaran molekul cuplikan karena proses nonideal.

Sifat kromofor dari struktur senyawa ini mudah dikenali di bawah lampu UV sehingga memudahkan identifikasi dalam kromatografi lapis tipis.Pada metode isolasi senyawa-karotendengan cara refluks yaitu tejadipenarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan zat pelarut(kloroform)lalu dipanaskandan diberikan batu didih agar pemanasan berlangsung secara merata.Uap-uap pelarut terkondensasi pada kondensor menjadi molekul-molekul pelarut yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, dan akan akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat. Demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, setelah itufiltrat yang diperoleh dipekatkandengan cara evaporasi. Evaporasiyaitu proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat.

a.Kromatografi Kolom Konvensional (KKK)

Pada metode ini, kolom diisikan dengan adsorben yang berupa padatandalam hal ini adalah silika gel yang dicampurkan dengan pelarut n heksan hingga membentuk bubur silika (slurry).Slurry dimasukkan dengan hati-hati kedalam kolom kromatografi yang telahdiisikan n-heksan yangsebelumnya telah disumbat dengan kapas dan kertas saring yang berfungsi sebagai penahan adsorben agar tidak keluar bersama eluen. Pengisian kolom harus dikerjakan secara seragam dan sepadat mungkin untuk menghindari terjadinya gelembung-gelembung udara. Jika terdapat gelembung-gelembung udara dalam kolom maka akan berpotensi menyebabkan pecahnya kolom.

Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecenderungan komponen kimia untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak dengan proses elusi berdasarkan gaya gravitasi. Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaloran karena gaya tarik bumi (gravitasi) atau system bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi dengan kran.

Hal lain yang dapat dilakukan agar tidak terjadi pemecahan kolom adalah dengan menambahkan eluen secara kontinu agar udara tidak masuk kedalam kolom. Kolom yang padat diindikasikan dengan warna slurry yang semakin memutih dan kecepatan alir eluen yang semakin lambat. Jika kolom sudah memadat,larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom. Mekanisme yang terjadi pada kromatografi kolom ialah sample akan terelusioleh eluen (n-heksan) melalui fase diam silika gel. Senyawa organik terelusi oleh eluen proses elusi terjadi karena keseimbangan distribusi zat analit pada fase gerak n-heksan dan fase diam selika gel. Elusi terus berlangsung hingga tidak ada lagi yang tinggal dalam kolom. Proses elusi ini menghasilkan eluat yang diharapkan mengandung banyak betakaroten.

Kelebihan kromatografi kolom :

1. Dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi preparative2.Digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran3. Digunakan untuk memisahkan dan purifikasi substansiKekurangan kromatografi kolom :1.Untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik dan manual2.Metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama (time consuming)

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa daun bunga terompet (Mandevillae folium) didapatlan hasil kromatografi kolom dengan jumlah fraksi 9 dan menggunakan 7 eluen berdasarkan tingkat kepolaran yang lebih tinggi yang selanjutnya akan diisolasi kembali dengan metode yang cocok. Pada sinar UV tidak menampakkan noda, hal tersebut dapat disebabkan adanya faktor kesalahan

b.Kromatografi Cair Vakum

Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode fraksinasi yaitu dengan memisahkancrude extractmenjadi fraksi-fraksinya yang lebih sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan kolom yang berisi fasa diam dan aliran fasa geraknya dibantu dengan pompa vakum. Fasa diam yang digunakan dapat berupa silika gel atau alumunium oksida

Setelah ekstrak dievaporasi kemudian dilanjutkan proses pemisahan dengan menggunakan metode kromatografi kolom.Adapun cara kerja kromatografi cair vakum yaitu kolom kromatografi dikemas kering dengan penjerap silika gel KL 254 dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang kepolarannya rendah (n-heksana) dituangkan ke permukaan penjerap lalu divakumkan lagi. Kolom dipisah sampai kering dan sekarang siap dipakai. Sampel dilarutkan dalam pelarut yang cocok, dimasukkan langsung pada bagian atas kolom dan dihisap perlahan-lahan ke dalam kemasan dengan mengvakumkannya. Kolom, dielusi dengan campuran pelarut yang cocok, mulai dengan pelarut yang kepolarannya rendah (n-heksana) lalu kepolaran ditingkatkan perlahan-lahan dengan cara elusi gradien antara n-heksana:etil asetat:metanol, kolom dihisap sampai kering pada setiap pengumpulan fraksi.

Pengaruh lebarnya kolom pada KVC mengakibatkan fraksi sampel turun satu persatu, dan bila pelarutnya telah habis maka harus dibuat pelarut dengan kosentrasi sama, dan diturunkan kembali fraksinya. Sedangkan panjang kolom, mengakibatkan semakin panjang kolom maka waktu atau cepat lambatnya turun fraksi senyawa.

Adapun keuntungan dan kerugian dari kromatografi kolom adalahsebagai berikut :

a.Keuntungan

1.Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil disbandingdengan kolom konvensional karena pada kolom mikroborkecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100l/menit)

2.Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikroborlebih ideal jika digabung dengan spectrometer massa.

3.Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekatkarenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampelterbatas missal sampel klinis

b.Kerugian KCV (Kromatografi Vakum Cair) :

1.Membutuhkan waktu yang cukup lama

2.Sampel yang dapat digunakan terbatas

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa daun bunga terompet (Mandevillae folium) didapatkan hasil kromatografi kolom dengan jumlah fraksi 9 dan menggunakan 7 eluen. Berdasarkan hasil noda yang tampak ada 2 fraksi yang menampakkan noda pada fraksi 4, noda 1 : 4,1 cm memiliki nilai Rf = 0,745, noda 2 : 4,6 cm memiliki nilai Rf = 0,836, noda 3 : 5,1 cm memiliki nilai Rf = 0,927. Sedangkan pada fraksi 5, noda 1 : 4,8 cm memiliki nilai Rf = 0,872, dan pada noda 2 : 5,1 cm memiliki nilai Rf = 0,927. Senyawa tersebut selanjutnya akan diisolasi kembali dengan menggunakan metode pemisahan yang cocok, sepertiKromatografi Preparatif.

C.Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP)

Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) adalah salah satu metode yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling dasar. Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam jumlah gram, sebagian besar pemakainya hanya dalam jumlah miligram.KLTP bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka, masih dijumpai dalam sebagian besar publikasi mengenai isolasi bahan alam.

Cuplikan pada KLTP dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum ditotolkan pada pelat KLTP. Pelarut yang baik adalah pelarut atsiri ( heksana, diklorometana, etil asetat), karena jika pelarut kurang atsiri akan terjadi pelebaran pita. Konsentrasi cuplikan harus sekitar 5% - 10%. Cuplikan ditotolkan berupa pita yang harus sesempit mungkin karena pemisahan tergantung pada lebar pita.

KLTP klasik mempunyai beberapa kekurangan, kekurangan yang utama adalah pengambilan senyawa dari pelat yang dilanjutkan dengan pengekstrasian dari penjerap. Jika senyawa beracun harus dikerok dari pelat, dapat menimbulkan masalah yang serius (misalnya Adolf dkk. 1982). Kekurangan yang lainya ialah jangka waktu yang diperlukn untuk pemisahan dan adanya pencemar dan sisa dari pelat sendiri setelah pengekstrasian pita yang mengandung senyawa yang dipisahkan dengan pelarut (Szekely 1983).

Untuk mengatasi beberapa masalah tersebut, beberapa pendekatan yang melibatkan kromatografi sentrifugal telah dicoba. Pada prinsipnya kromatografi sentrifugal adalah kromatografi klasik dengan aliran fase gerak yang dipercepat oleh gaya sentrifugal.

Adapun keuntungan dan kerugiaan KLTP yaitu :

keuntungan :

Salah satu pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling murah danmemakai peralatan paling dasar adalah kromatografi lapis tipis preparatif.

Kerugian:

Ketebalan dari lempeng menyebabkan waktu yang dibutuhkan menjadilebih lama dibadingkan dengan KLTpada umumnya.

Setelah fraksi senyawa didapatkan, selanjutnya dengan menggunakan KLT kita menghitung Rf(retention fraksion), dimana bila didapat senyawa yang Rfnya sama atau pola nodanya sama, maka kemungkinan senyawa itu adalah sama. Dan terakhir, kita uji fitokimia dari senyawa tersebut (ekstraks n- heksana kulit batang nangka). Namun langkah ini tidak dapat dilakukan karena waktu yang tidak mengizinkan lagi.

Adapun mekanisme dan prinsip penampakan noda pada pegujian Kromatigrafi yaitu:

a. Pada UV 254 nm

Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.

b. Pada UV 366 nm

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.

c.Penyemprotan denganDPPH

Salah satu metode yang digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan adalah metode DPPH. Metode DPPH didasarkan pada kemampuan antioksidan untuk menghambat radikal bebas dengan mendonorkanatom hidrogen. Perubahan warna ungu DPPH menjadi ungu kemerahan dimanfaatkan untuk mengetahui aktivitas senyawa antioksidan.Metode ini menggunakankontrol positifsebagai pembanding untuk mengetahui aktivitas antioksidan sampel.

Noda-noda yang diperoleh biasanya berekor disebabkan karena :

1.Penotolan yang berulang-ulang dan letaknya tidak tepat

2.Kandungan senyawa yang terlalu asam atau basa

3.Lempeng yang tidak rata

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

A. Kromatografi Kolom Konvensional

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa daun bunga terompet (Mandevillae folium) didapatlan hasil kromatografi kolom dengan jumlah fraksi 9 dan menggunakan 7 eluen berdasarkan tingkat kepolaran yang lebih tinggi yang selanjutnya akan diisolasi kembali dengan metode yang cocok. Pada sinar UV tidak menampakkan noda, hal tersebut dapat disebabkan adanya faktor kesalahan.

B.Kromatografi Cair Vakum (KCV)

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa daun bunga terompet (Mandevillae folium) didapatkan hasil kromatografi kolom dengan jumlah fraksi 9 dan menggunakan 7 eluen. Berdasarkan hasil noda yang tampak terdapat 2 fraksi yang menampakkan noda yaitu pada fraksi 4 dan fraksi 5 .Pada Fraksi 4, noda 1 memiliki nilai Rf = 0,745, noda 2 memiliki nilai Rf = 0,836, dannoda 3 memiliki nilai Rf = 0,927. Sedangkan pada fraksi 5, noda 1 memiliki nilai Rf = 0,872, dan pada noda 2 memiliki nilai Rf = 0,927. Senyawa tersebut selanjutnya akan diisolasi kembali dengan menggunakan metode pemisahan yang cocok, sepertiKromatografi Preparatif.

V.2 Saran

Diharapkankebersihan dan bahan lebih dilengkapi dilaboratorium agar praktikum lebih lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Hayani, E., 2007. Pemisahan Komponen Rimpang Temu Kunci Secara Kromatografi Kolom.Buletin Teknik PertanianVol. 12 No. 1.

Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta.

Sastrohamidjojo, Hardjono.1985.Kromatografi Edisi kedua, Liberty.Yogyakarta

Soebagio, dkk. 2000.Kimia Analitik II. JICA. Malang

Sumar Hendayana.2010.Kimia Pemisahan.PT Remaja Rosdakarya,.Bandung.

Yazid, Estien.2005.Kimia Fisika untuk Paramedis.Andi.Yogyakarta

LAPORAN KROMATOGRAFI KOLOM

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kromatografiadalah suatu teknik pemisahanmolekulberdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen berupa molekul yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerakakan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah.Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom.Setelah komponen terelusi dari kolom, komponen tersebut dapat dianalisis dengan menggunakandetektoratau dapat dikumpulkan untuk analisis lebih lanjut(Anonim, 2012).

Kromatografi pertukaran ionbiasa digunakan untuk pemurnian materi biologis sepertiasam amino,peptida,protein. Metode ini dapat dilakukan dalam dua tipe, yaitu dalam kolom maupun ruang datar (planar). Terdapat dua tipe pertukaran ion, yaitu pertukarankationdan pertukarananion. Pada pertukaran kation, fase stasioner bermuatannegatifsedangkan pada pertukaran anion, fase stasioner bermuatanpositif. Molekul bermuatan yang berada pada fase cair akan melewati kolom. Jika muatan pada molekul sama dengan kolom, maka molekul tersebut akan terelusi. Namun jika muatan pada molekul tidak sama dengan kolom, maka molekul tersebut akan membentukikatan ionikdengan kolom. Untuk mengelusi molekul yang menempel pada kolom diperlukan penambahan larutan denganpHdan kekuatan ionik tertentu. Pemisahan dengan metode ini sangat selektifkarena biaya untuk menjalankan metode ini murah serta kapasitasnya tinggi, maka metode ini biasa digunakan pada awal proses keseluruhan(Anonim, 2012)

Berdasarkan penjabaran di atas maka untuk memperdalam pengetahuan tentangresin pertukaran ion maka dilakukanlah percobaan tentang teknik pemisahan kromatografi kolom.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari percobaan ini adalah:

1.Bagaimana cara mengetahui teknik pemisahan kromatografi kolom ?

2.Berapa kapasitas resin (C) pada percobaan ini ?

C.Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1.Mengetahui teknik pemisahan kimia dengan cara kromatografi kolom.

2.Menghitung kapasitas resin dari sampel yang digunakan pada percobaan ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam kromatografi partisi cair-cair, suatu pemisahan dipengaruhi oleh distribusi sampel antara fase cair diam dan fase cair bergerak dengan membatasi kemampuan pencampuran. Jika suatu zat terlarut dikocok dalam sistem dua pelarut yang tidak bercampur atau saling melarutkan maka zat terlarut akan terdistribusi di antara kedua fase (Khopkar, 2008, hal: 155).

Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Alattersebut berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu kran dibagian bawah kolom untuk mengendalikan aliran zat cair, ukuran kolom tergantung dari banyaknya zat yang akan dipindahkan. Secara umum perbandingan panjang dan diameter kolom sekitar 8:1 sedangkan daya penyerapnya adlah 25-30 kali berat bahan yang akan dipisahkan. Teknik banyak digunakan dalam pemisahan senyawa-senyawa organic dan konstituen-konstituen yang sukar menguap sedangkan untuk pemisahan jenis logan-logam atau senyawa anorganik jarang dipakai (Yazid, 2005, hal: 98).

Dalam proses kromatografi selalu terdapat salah satu kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melarut dalam cairan, melekat pada permukaan padatan halus, bereaksi secara kimia dan terekslusi pada pori-pori fasa diam. Komponen yang dipisahkan harus larut dalam fasa gerak dan harus mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan fasa diam dengan cara melarut di dalamnya, teradsorpsi atau bereaksi secara kimia. Pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun suatu sampel. Hasil pemisahan dapat digunakan untuk keperluananalisis kualitatif, analisis kuantitatif dan pemurnian suatu senyawa. Dalam beberapa hal metode pemisahan kromatografi mempunyai kemiripan dengan metode pemisahan ekstraksi. Kedua metode ini sama-sama menggunakan dua fasa, dimana fasa satu bergerak terhadap fasa lainnya, kesetimbangan solut selalu terjadi di antara kedua fasa ( Alimin dkk, 2007, hal: 74-75).

Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom terabsorpsi termasuk pada cara pemisahan cair padat, substrat padat bertindak sebagai fasa diam yang sifafnya tidak larut dalam fasa cair, fasa bergeraknya adalah cairan atau pelarut yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom. Pemisahan bergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antar muka diantara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan relatif komponen pada fasa bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen dan pelarut terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada permukaan adsorben sehingga menimbulkan proses dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan beberapa saat di permukaan adsorben dan masuk kembali pada fasa bergerak (Yazid, 2005, hal: 100).

Pada saat teradsorpsi komponen dipaksa untuk berpindah oleh aliran fasa bergerak yang ditambahkan secara kontinu, akibatnya hanya komponen yang mempunyai afinitas lebih besar terhadap adsorben akan secara selektif tertahan. Komponen afinitas paling kecil akan bergerak lebih cepat mengikuti aliran pelarut. Pada kromatografi adsorpsi, besarnya koefisien distribusi sama dengan konsentrasi zat terlarut pada fasa teradsorpsi dibagi konsentrasinya pada fasa larutan. Ketergantungan jumlah zat terlarut yang teradsorpsi terhadap konsentrasi zat terlarut dalam larutan dinyatakan dengan isoterm adsorpsi Langmuir (Yazid, 2005, hal: 100).

Metode pemisahan kromatografi kolom ini memerlukan bahan kimia yang cukup banyak sebagai fasa diam dan fasa bergerak bergantung pada ukuran kolom gelas. Untuk melakukan pemisahan campuran dengan metode kromatografi kolom diperlukan waktu yangcukup lama, bias berjam-jam hanya untuk memisahkan satu campuran. Selain itu, hasil pemisahan kurang jelas artinya kadang-kadang sukar mendapatkan pemisahan secara sempurna karena pita komponen yang satu bertumpang tindih dengan komponen lainnya. Masalah waktu yang lama disebabkan laju alir fasa gerak hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, ukuran diameter partikel yang cukup besar membuat luas permukaan fasa diam relative kecil sehingga tempat untuk berinteraksi antara komponen-komponen dengan fasa diam menjadi terbatas. Apabila ukuran diameter partikel diperkecil supaya luas permukaan fasa diam bertambah menyebabkan semakin lambatnya aliran fasa gerak atau fasa gerak tidak mengalir sama sekali. Selain itu fasa diam yang sudah terpakai tidak dapat digunakan lagi untuk pemisahan campuran yang lain karena sukar meregenerasi fasa diam (Hendayana, 2006, hal: 2-3).

Untuk memisahkan campuran, kolom yang telah dipilih sesuai campuran diisi dengan bahan penyerap seperti alumina dalam keadaan kering atau dibuat seperti bubur dengan pelarut. Pengisian dilakukan dengan bantuan batang pengaduk untuk memanfaatkan adsorben dan gelas wool pada dasar kolom. Pengisian harus dilakukan secara hat-hati dan sepadat mungkin agar rata sehingga terhindar dari gelembung-gelembung udara, untuk membantu homogenitas biasanya kolom setelah diisi divibrasi diketok-ketok. Sejumlah cuplikan yang dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui sebelah atas kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam adsorben. Komponen-komponen dalam campuran diadsorpsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom. Dengan penambahan pelarut secara terus-menerus, masing-masing komponen akan bergerak turun melalui kolom dan pada bagian atas kolom akan terjadi kesetimbangan baru antara bahan penyerap, komponen campuran dan eluen. Kesetimbangan dikatakan tetap apabila suatu komponen yang satu dengan yang lainnya bergerak ke bagian bawah kolom dengan waktu atau kecepatan berbeda-beda sehingga terjadi pemisahan (Yazid, 2005, hal: 200-2001).

Menurut Alimin (2007, hal: 75) keuntungan pemisahan dengan metode kromatografi adalah

a.Dapat digunakan untuk sampel atau konstituen yang sangat kecil.

b.Cukup selektif terutama untuk senyawa-senyawa organik multi komponen.

c.Proses pemisahan dalam dilakukan dalam waktu yang relatif singkat.

d.Seringkali murah dan sederhana karena umumnya tidak memerlukan alat yang mahal dan rumit.

BAB III

METODE PERCOBAAN

A.Waktu dan Tempat

Hari/tanggal : Senin/22 Mei 2012

Pukul: 13.30 16. 30 WITA

Tempat: Laboratorium Kimia Analitik Universitas Islam Negeri(UIN) Alauddin Makassar

B.Alat dan Bahan

1.Alat

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :

a.Botol fial1 buah

b.Botol semprot1 buah

c.Bulp1 buah

d.Chamber2 buah

e.Gelas kimia 400 mL1 buah

f.Penggaris1 buah

g.Penotol sampel1 buah

h.Pensil1 buah

i.Pinset1 buah

j.Pipet skala 5 mL2 buah

2.

Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :

a.Aquadest (H2O)

b.Etanol : kloroform (1:4, 1:1 dan 4:1)

c.Lempeng KLT

d.Sampel ekstraksi daun bayam

e.Tissue

C.Prosedur Kerja

Prosedur kerja dari percobaan ini adalah:

1.Menyediakan alat dan bahan yang akan digunakan.

2.Membuat pelarut dengan campuran etanol-kloroform dengan perbandingan 1:4, 1:1 dan 4:1.

3.Memasukkan pelarut ke dalam chamber (misalnya pelarut dengan perbandingan 1:4) kemudian di kocok hingga pelarut homogen.

4.Menyiapkan lempeng KLT, kemudian memberi tanda berupa garis sepanjang plat dengan menggunakan pensil.

5.Menotol sampel bayam hasil ekstraksi pada garis yang telah dibuat pada lempeng KLT tersebut.

6.Meletakkan plat KLT ke dalam chamber yang berisi larutan dengan posisi plat yang telah ditetesi dengan sampel berada di bawah.

7.Mendiamkan beberapa saat dan mengamati perubahan warna dan noda yang terjadi pada plat tersebut.

8.Menghitung Rf dari masing-masing plat dengan perbandingan pelarut yang berbeda.

B.PembahasanBAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

1.Kromatografi kolom merupakan teknik pemisahan kimia berdasarkan pertukaran ion anion dan ion kation.

2.Kapasitas resin pada percobaan ini sebesar 6 x 10-5gram.mol.

B.Saran

Saran dari percobaan ini sebaiknya untuk percobaan selanjutnya digunakan sampel sampel air laut atau air sungai agar dapat diketahui perbandingan kapasitas resin dari sampel tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, dkk.Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press, 2007

Anonim.kromatografi. http//id. Wikipedia. Org/ 8 Mei 2012

Anonim.Kromatografi Kolom. http//id. Wikipedia. Org/ 8 Mei 2012

Anonim.Pemisahan Kromatografi. http//www. Chem.-is-try. Org/ 8 Mei 2012

Hendayana, Sumar.Kimia Pemisahan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006

Khopkar, S.M.Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta: Erlangga, 2008

Yazid, Estien.Kimia Fisika Paramedis. Yogyakarta: Andi, 2005KROMATOGRAFI KOLOMI.Tujuan PercobaanAdapun tujuan percobaan pada perlakuan ini yaitusebagai berikut :1.)Memisahkan pigmen atau komponen-komponen dari ekstrak daun pandan suji (Pleomele angustifiolia N.E Brown).2.)Memisahkan Cr(III) dan Cr(IV) dari campurannya.II.Dasar TeoriKromatografi pertama kali diberikan oleh Michel Tswett, seorang ahli dari Botani Rusia, yang menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dari pigmen-pigmen lain pada ekstrak tanaman. Tswett sendiri mengantisipasi penearapan pada beraneka ragam sistem kimia. Seandainya karyanya segera ditanggapi dan diperluas, beberap bidang sains mungkin akan lebih cepat maju. Demikianlah kromatografi tetap tersembunyi sampai sekitar tahun 1931, ketika pemisahan karotenatumbuhan dilaporkan oleh ahli sains organik terkemuka yaitu Kuhn. Penelitian ini menarik lebih banyak perhatian dan kromatografi adsorsi menjadi meluas pemakaiannya dalam bidang kimia hasil alam(Speight, 2006).Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan komponen campuran, sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat(Speight, 2006).Komponen-komponen utama kromatografi adalah fasa stasioner dan fasa mobil dan kromatogarfi dibagi menjadi beberapa jenis bergantung pada jenis fasa mobil dan mekanisme pemisahannya,seperti ditunjukkan pada table dibawah ini :KriteriaNama

Fase mobilKromatografi cair, kromatografi gas kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi

MekanismeKromatografi pertukaran ion, kromatografi gel

Fase stasionerKromatografi kolom, kromatografi lapis tipis, kromatografi kertas

(Anonim A,2013).Kromatografi kolom merupakan salah satu dari kromatografi partisiyang digunakan luas karena merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organic. Kromatografi kolom sering kali digunakan untuk memurnikan senyawa di laboratorium. Kromatografi kolom bekerja berdasarkan skala yang lebih besar menggunakan material terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertikal. Kromatografi kolom merupakan teknik pemisahan berdasarkan pada perbedaan daya adsorpsi suatu adsorben tertentu terhadap suatu senyawa baik pengotor maupun senyawa hasil isolasi. Prinsip dari kromatografi kolom ini adalah adsorpsi(Anonim A, 2013).Dalam semua teknik kromatografi, zat-zat terlarut yang dipisahkan bermigrasi sepanjang kolom (atau, seperti dalam kromatografi kertas atau lapis tipis, ekivalen fisik kolom), dan tentu saja dasar pemisaha terletak dalam laju perpindahan yang berbeda untuk larutan yang berbeda. Kita boleh menganggap laju perpindahan sebuah zat terlarut sebagia hasil dari dua faktor, yang satu cendrung menggerakkan zat terlarut itu dan yang lain menahannya. Dalam proses asli tswett, kecendrungan zat-zat terlarut untuk menyerap pada fasa padat menahan pergerakan mereka, sementara kelarutannya dalam fasa cair bergerak cendrung menggerakkan mereka. Perbedaan yang kecil antara dua zat terlarut dalam kekuatan adsorpsi dan dalam inetraksinya dengan pelarut yang bergerak menajdi dasar pemisahan bila molekul-mol