kromatografi

11
KROMATOGRAFI A. PENDAHULUAN Istilah kromatografi diturunkan dari fakta bahwa teknik ini mula-mula digunakan untuk memisahkan pigmen- pigmen (Greek, chroma=warna, graphein= menggambar), tetapi dengan berbagai modifikasi maka teknik ini digunakan dalam pemisahan zat-zat kimia, dan tidak lagi selalu dihubungkan dengan senyawa-senyawa berwarna. Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fasa gerak (cair atau gas). Ketepatan dalam memilih prosedur semuanya tergantung pada perbendaan distribusi berbagai komponen-komponen campuran di antara dua fasa, yakni fasa bergerak dan fasa diam. Fasa bergerak dapat berupa cairan atau gas, dan fasa diam dapat berupa padatan atau cairan. Melalui kombinasi komponen-komponen tersebut maka diperoleh beberapa macam teknik kromatografi seperti pada Tabel 7.1.

Upload: whiwiksurwindah

Post on 05-Dec-2014

34 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: KROMATOGRAFI

KROMATOGRAFI

A. PENDAHULUAN

Istilah kromatografi diturunkan dari fakta bahwa teknik ini mula-mula

digunakan untuk memisahkan pigmen-pigmen (Greek, chroma=warna, graphein=

menggambar), tetapi dengan berbagai modifikasi maka teknik ini digunakan dalam

pemisahan zat-zat kimia, dan tidak lagi selalu dihubungkan dengan senyawa-senyawa

berwarna.

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran didasarkan atas distribusi

dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam

(padat atau cair) dan fasa gerak (cair atau gas).

Ketepatan dalam memilih prosedur semuanya tergantung pada perbendaan

distribusi berbagai komponen-komponen campuran di antara dua fasa, yakni fasa

bergerak dan fasa diam. Fasa bergerak dapat berupa cairan atau gas, dan fasa diam

dapat berupa padatan atau cairan. Melalui kombinasi komponen-komponen tersebut

maka diperoleh beberapa macam teknik kromatografi seperti pada Tabel 7.1.

Fasa diamFasa

bergerakTeknik (pemisahan zat-zat)

Padat Cairan

Kromatografi serapan (meliputi molekul-molekul alifatik dan aromatik

Kromatografi fasa terbalik (molekul organik polar)

Kromatografi penyerapan gel

Kromatografi penukaran ion (molekul-molekul bermuatan, asam-asam amino)

Cair CairKromatografi partisi (molekul-molekul organik yang labil terhadap panas dan asam)

Cair GasKromatografi fasa uap atau gas-cair (molekul-molekul organik volatil)

Page 2: KROMATOGRAFI

Dalam bahasan ini akan dibicarakan jenis kromatografi yang sering digunakan

dalam percobaan kimia organik, dan dapat digolongkan ke dalam kromatografi lapis

tipis atau KLT (thin layer chromatography, TLC) dan kormatografi kolom (column

chromatography). Di dalam golongan kedua kita akan meninjau tiga teknik yang

umum digunakan dalam laboratorium, yakni kromatografi kolom perkolasi

(percolation), kromatografi kolom ‘flash’ dan kromatografi kolom ‘dry flash’.

B. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik pemisahan komponen-komponen

campuran senyawa-senyawa yang melibatkan partisi suatu senyawa di antara padatan

penyerap (adsorbent, fasa diam) yang dilapiskan pada pelat kaca atau plastik kaku

dengan suatu pelarut (fasa gerak) yang mengalir melewati adsorbent (padatan

penyerap). Pengaliran pelarut dikenal sebagai proses pengembangan oleh pelarut

(elusi). Karena kesederhaan dan kecepatan analisisnya, KLT mempunyai peranan

penting dalam pemisahan senyawa-senyawa yang volatilitasnya relatif rendah, baik

senyawa organik maupun senyawa anorganik.

Oleh aksi kapiler, pelarut mengembang naik sepanjang permukaan lapisan

pelat dan membawa komponen-komponen contoh. Komponen-komponen contoh

memanjat pelat KLT dengan kecepatan yang berbeda-beda, tergantung pada kelarutan

komponen dalam pelarut dan derajat kekutan komponen teradsorbsi pada fasa diam.

Hasilnya adalah sederetan bercak-becak (noda-noda) yang tegak lurus terhadap

permukaan pelarut dalam bejana.

Page 3: KROMATOGRAFI

Kecepatan senyawa-senyawa sebagai komponen-komponen contoh memanjat

pelat dibandingkan dengan kecepatan pelarut yang mendahuluinya. Harga

perbandingan ini dikenal sebagai harga Rf, dan didefisikan sebagai:

Rf : jarak yang ditempuh oleh senyawajarak yang ditempuh oleh pelarut

Dengan titk asal adalah titik tengah noda contoh yang terdapat pada pelat

KLT (Gambar 7.2).

Page 4: KROMATOGRAFI

Pada kondisi tertentu (adsorbent, pelarut, ketebalan lapisan, temperatur, dan

kelembaba tertentu), harga Rf merupakan sifat karakteristik dari suatu senyawa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi gerak noda dalam KLT yang juga mempengaruhi

harga Rf:

1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.

2. Tebal dan keratan dari lapisan penyerap. Meskipun dalam praktiknya tebal lapisan

tidak dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu diusahakan tebal lapisan yang rata.

Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tidak rata pula dalam daerah

yang kecil dari plat.

3. Pelarut (dan derajat kemurniannya) fase gerak. Kemurnian dari pelarut yang

digunakan sebagai fase gerak dalam KLT adalah sangat penting dan bila campuran

pelarut digunakan maka perbandingan yang dipakai harus betul-betul diperhatikan.

4. Derajat kejenuhan dari uap dalam bajana pengembang yang digunakan.

5. Jumlah cuplikan yang digunakan. Penetesan culikan dalam jumlah yang berlebihan

memberikan tendensi penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor

dan efek tak keseimbangan lainnya hingga akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan

pada harga-harga Rf.

6. Suhu : Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan pada suhu tetap, hal ini

terutama untuk mencegah perubahan-perubahan dalam komposisi pelarut yang

disebabkan oleh penguapan atau perubahan-perubahan fase.

C. ADSORBENT (PADATAN PENYERAP) DAN PELARUT PENGEMBANG

1. Adsorbent (fasa diam)

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika

atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang

keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi

Page 5: KROMATOGRAFI

lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar flour

dalam sinar ultra violet.

Adsorbent yang paling sering digunakan untuk KLT adalah alumina (Al2O3)

dan silika gel (SiO2). Alumina lebih polar daripada silika gel, dan senyawa ini sering

dinyatakan lebih aktif daripada silika gel. Alumina lebih cocok untuk analisis

senyawa-senyawa yang nonpolar atau kurang polar (seperti hidrokarbon, eter,

aldehida, keton, dan alkil halida) karena senyawa-senyawa polar sangat kuat

teradsorbsi pada adsorbent ini. Analisis KLT senyawa-senyawa polar pada alumina

umumnya menghasilkan harga Rf yang rendah dan pemisahan yang minimal.

Sebaiknya silika gel dipilih sebagai adsorbent untuk senyawa-senyawa polar (asam

karbokislat, alkohol, amina) karena senyawa-senyawa non polar teradsorbsi lemah

pada silika gel. Analisis KLT senyawa-senyawa nonpolar pada silika gel umumnya

memberikan harga Rf yang tinggi dan pemisahan yang minimal.

Bahan adsorben sebagai fasa diam digunakan silica gel, alumina, dan serbuk

selulosa. Partikel silica gel mengandung gugus hidroksil di permukaannya yang akan

membentuk ikatan hidrogen dengan molekul-molekul polar. Alumina lebih disukai

untuk memisahkan senyawa-senyawa polar lemah, sedangkan silica gel lebih disukai

untuk memisahkan molekul-molekul seperti asam-asam amino dan gula. Magnesium

silikat, kalsium silikat, dan arang aktif mungkin juga dapat digunakan sebagai

adsorben.

Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon

dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada

permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH. Jadi, pada permukaan

jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si.

Page 6: KROMATOGRAFI

2. Pelarut Pengembang (fasa gerak)

Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada

proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent).

Interaksi antara adsorbent dengan eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan

komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen dalam secara kromatografi

dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat digolongkan

menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada

adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina

atau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik

pelarut.

Berikut ini adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimalkan

fase gerak:

a. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT

merupakan teknik yang sensitif.

b. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf solut terletak

antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.

c. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas

fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan

nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam

pelarut non polar seperti metil benzen akan meningkatkan harga Rf secara signifikan.

d. Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan campuaran pelarut

sebagai fase geraknya seperti campuran air dan metanol dengan perbandingan

tertentu. Penambahan sedikit asam etanoat atau amonia masing-masing akan

meningkatkan elusi solut-solut yang bersifat basa dan asam.

Page 7: KROMATOGRAFI

C. KELEBIHAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPS

Beberapa keuntungan dari kromatografi lapis tipis ini :

a. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,

fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.

b. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.

c. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan

merupakan bercak yang tidak bergerak.