kritisi kebakaran hutan fmipa011015
TRANSCRIPT
Pelurusan Fakta • Tidak benar UU No 32 Tahun 2009 ttg Perlindungan dan Pengelolaan LH
melegalkan pembakaran hutan maksimal 2 hektar;• Pasal 32 dan pasal 69 (yg disitir media) justru malah berisi larangan untuk
pembukaan lahan dengan cara dibakar;• Memang ada PermenLH No. 10 Tahun 2010 ttg Mekanisme Pencegahan
Pencemaran/Kerusakan LH yg Berkaitan dengan Kebakaran Hutan yang sayangnya tidak di-drafting dengan baik;• Ada kewajiban PLTB (Pembukaan Lahan Tanpa Bakar) dlm PermenLH ini;• Pasal 4 Masyarakat Hukum Adat (MHA) dapat membuka lahan untuk ditanami
jenis varietas lokal seluas maksimal 2 hektar per KK;• Syaratnya dgn pemberitahuan ke Kepala Desa dan KepDes wajib menyampaikan
ke instansi LH;• Pembolehan ini tdk berlaku pd kondisi kemarau panjang dan iklim kering.
Kronik Legal• Alur masalah yg penuh konflik kepentingan;• Kerangka regulasi yg belum pernah integral;• Political will yang sangat lemah utk isu lingkungan;• Antara tambang, hutan, dan kebun = 1 rumah 3 KK;• Ego-sektoralisme yang masih tinggi;• KLHK dari Menteri Negara menjadi Menteri Portofolio;• Sinergi antara Pemerintah – Pemda yg masih kurang;• Ada aturan, tapi minim pengawasan;• Ditambah lagi dengan lemahnya penegakan hukum;• Mafia tanah, kebun, dan hutan yg garang.
Apa yang bisa dilakukan?• Berani tidak Pemerintah ambil tindakan tegas?
Sanksi administratif berupa paksaan pemerintah (hingga pencabutan izin). tuntutan pidana (jelas memenuhi delik pasal 108 UUPPLH) ancaman 3-10 tahun,
denda 3-10 miliar), bisa dakwaan berlapis dgn UU Kehutanan. ada pidana korporasi yg juga dikenakan pd perusahaan.
• Moratorium dan evaluasi sistem perizinan;• Judicial review PermenLH No. 10/2010;• WALHI atau organisasi lingkungan bisa menggunakan hak legal standing;• Masyarakat korban/yg mengalami kerugian bisa menggugat melalui
mekanisme class action maupun citizen lawsuit;• Atur secara tegas tentang masyarakat hukum adat partisipasi yg b’tgjwb;• Firm, reliable, and reasonable Good Policy Will dari Pemerintah.