kritisi jurnal farida&awaliya kel.5 k3ln2010

12
1. Topik Jurnal Pada jurnal ini lebih menekankan penelitian melalui interview tentang hambatan pasien dalam aktivitas fisik dan hal apa yang menyebabkan ketidakpatuhan pasien terhadap latihan yang disarankan. Dimana besar tingkat aktifitas fisik mempengaruhi kadar gula darah pada penderita diabetes yang datang ke Klinik Rumah Sakit. 2. Latar Belakang Masalah Aktifitas fisik merupakan faktor yang sangat penting untuk mengurangi angka morbiditas dari penyakit diabetes dan dapat mempertahankan kualitas hidup untuk penyandang diabetes. Aktifitas fisik juga akan meningkatkan pengendalian untuk risiko penyakit kardiovaskular yang sering mengakibatkan kematian bagi penyandang diabetes dan untuk mengurangi kematian akibat coronary heart disease. Aktifitas fisik juga dapat meningkatkan kontrol gula darah yang dilakukan melalui mekanisme yang bervariasi yang dapat menunda dan mengurangi kejadian penyakit diabetes, nephropathy, retinopathy, neuropathy, cardiovascular and peripheral vascular disease. Aktifitas fisik yang di tunjukkan dengan meta-analysis dapat meningkatkan kontrol gula darah yang di ukur dengan glycated haemoglobin (HbA1c). Kepatuhan untuk melakukan program physical activty secara jangka panjang menjadi masalah utama dan banyak dari pasien yang gagal untuk mempertahankan self motivate ketika mereka berada dirumah dibandingkan jika mereka

Upload: farida-agustiningrum

Post on 09-Aug-2015

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kritisi Jurnal Farida&Awaliya Kel.5 k3ln2010

1. Topik Jurnal

Pada jurnal ini lebih menekankan penelitian melalui interview tentang

hambatan pasien dalam aktivitas fisik dan hal apa yang menyebabkan

ketidakpatuhan pasien terhadap latihan yang disarankan. Dimana besar

tingkat aktifitas fisik mempengaruhi kadar gula darah pada penderita diabetes

yang datang ke Klinik Rumah Sakit.

2. Latar Belakang Masalah

Aktifitas fisik merupakan faktor yang sangat penting untuk mengurangi

angka morbiditas dari penyakit diabetes dan dapat mempertahankan kualitas

hidup untuk penyandang diabetes. Aktifitas fisik juga akan meningkatkan

pengendalian untuk risiko penyakit kardiovaskular yang sering mengakibatkan

kematian bagi penyandang diabetes dan untuk mengurangi kematian akibat

coronary heart disease. Aktifitas fisik juga dapat meningkatkan kontrol gula

darah yang dilakukan melalui mekanisme yang bervariasi yang dapat

menunda dan mengurangi kejadian penyakit diabetes, nephropathy,

retinopathy, neuropathy, cardiovascular and peripheral vascular disease.

Aktifitas fisik yang di tunjukkan dengan meta-analysis dapat meningkatkan

kontrol gula darah yang di ukur dengan glycated haemoglobin (HbA1c).

Kepatuhan untuk melakukan program physical activty secara jangka

panjang menjadi masalah utama dan banyak dari pasien yang gagal untuk

mempertahankan self motivate ketika mereka berada dirumah dibandingkan

jika mereka berada di exercise class, faktor dari diri sendiri dan lingkungan

juga dapat mempengaruhi kegagalan untuk berpartisipasi dalam physical

activity.

Intervensi meliputi gaya hidup yang melibatkan aktifitas fisik regular

moderate secara signifikan dapat menurunkan insiden penyakit diabetes tipe

2 dan dengan aktifitas fisik regular dapat meningkatkan psychological

wellbeing dan self esteem.

3. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui penyebab/hambatan yang membuat pasien tidak

patuh melakukan aktifitas fisik dan faktor penyebab pasien menolak untuk

melakukan aktifitas fisik.

Page 2: Kritisi Jurnal Farida&Awaliya Kel.5 k3ln2010

4. Metode yang digunakan

Metode yang digunakan dalam jurnal ini adalah interview dengan

menggunakan kuesioner yang dilakukan pada pasien di Diabetes Centre

(Ninewells Hospital,Dundee). Bagian pertama dari kuesioner menanyakan

tentang exercise apa saja yang dilakukan oleh pasien selama 2 minggu

terakhir ini. Dan untuk bagian kedua dari kuesioner lebih mengeksplorasi dari

segi psikologi pasien itu sendiri. Namun kriteria pasien yang dapat di interview

hanya pasien dengan usia diatas 20 tahun dan bisa berbahasa inggris.

Tugas perawat dalam jurnal ini menjelaskan tentang tujuan dari

penelitian ini kepada pasien dan meminta kesediaan kepada pasien untuk

digunakan sebagai sample population dalam jurnal ini. Namun, ada beberapa

point yang perlu di kaji dari pasien meliputi lama menderita diabetes (durasi

diabetes), terapi apa yang sedang di jalani, nilai

Kuesioner diberikan kepada 428 peserta, 2 menolak, 20 memiliki

penglihatan yang buruk, dan 406 memenuhi kriteria.

Sampel populasi

Sampel populasi terdiri dari 224 pria dan wanita 182 dengan rentang

usia 20-84 dengan Mean 56,5 tahun.

Lama pasien menderita diabetes rata-rata 10 tahun.

Terapi yang digunakan pasien secara keseluruhan yaitu menggunakan

insulin sebanyak 44%, dengan obat 39% dan dengan diet sebanyak

18%.

Perbedaan pasien dengan DM tipe 1 dan DM tipe 2 terletak dari usia

mereka didiagnosis dan lamanya terapi insulin. Populasi terbanyak

yaitu pasien dengan DM tipe 2 sebanyak 81% dari wilayah tersebut.

5. Hasil Penelitian dalam Jurnal

Aktivitas

Page 3: Kritisi Jurnal Farida&Awaliya Kel.5 k3ln2010

Dari semua pasien dari 3 kategori (all patient, DM tipe 2, DM tipe 1)

telah mengikuti sebagian latihan, olahraga, atau hobi yang melibatkan

aktifitas fisik di dua minggu terakhir. Dari berbagai macam tipe ataupun jenis

latihan fisik, yang paling di minati oleh pasien adalah walking (96%),

Gardening (52%), Swimming (13%) dan general exercise (21%). Dalam

panduan intensitas exercise, besarnya perubahan dalam HR ataupun RR

mengindikasikan exercise tersebut tercapai atau sukses.

Faktor yang mempengaruhi aktivitas

Adapun beberapa faktor yang menjadi penyebab ketidakpatuhan

pasien dalam melakukan exercise, antara lain penyakit kronis (20%), pindah

kerja (9%), memiliki anak (4%), kadar gula darah meningkat (3%), pindah

rumah (3%,), punya pekerjaan baru (2%), menikah (2%), cerai (2%), dan

meninggalkan rumah.

Selain itu, penghambat lain mempengaruhi patuhnya exercise.

Hambatan itu termasuk kurangnya fasilitas lokal dan pasien tidak mempunyai

waktu luang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang paling signifikan

mempengaruhi aktivitas fisik adalah take a part in exercise, kelelahan, acara

menarik di TV, kurangnya fasilitas lokal dan kurangnya waktu luang. Hal ini

menunjukkan bahwa faktor sosial lebih memberi pengaruh besar terhadap

kepatuhan exercise daripada masalah kesehatan sendiri.

Akan tetapi, kepatuhan pasien terhadap exercise akan lebih meningkat

apabila ada paket perawatan exercise. Modifikasi hambatan-hambatan

tersebut akan lebih menarik pasien untuk berpartisipasi dalam exercise

Page 4: Kritisi Jurnal Farida&Awaliya Kel.5 k3ln2010

termasuk adanya ketersediaan sarana-prasarana yang murah dan edukasi

tentang manfaat dari exercise dan bagaimana mekanisme dari menghindari

hipoglikemia.

6. Aplikasi hasil penelitian pada setting pelayanan di Indonesia

Penelitian ini dapat di aplikasikan di Indonesia, dan pada

kenyataannya sebagian besar sudah meneliti tentang physical exercise

dengan point-point yang terkandung di jurnal ini misalnya mengukur BB, level

of glycaemic control (HbA1c), monitoring heart rate, breathing sebelum dan

setelah exercise dan edukasi.

Di dalam jurnal ini masih terbatas untuk coping stress pada penderita

diabetes, jadi untuk di Indonesia bisa lebih meneliti juga tentang bagaimana

coping stress terhadap physical exercise, karena stress juga akan

mempengaruhi penderita diabetes untuk berpartisipasi dalam exercise.

Coping stress bisa di ukur dengan stress scale.

Di Indonesia dapat di berikan exercise yang dapat dilakukan dengan

menonton acara TV. Seperti thread mill di rumah bisa dilakukan oleh klien

diabetes. Namun, dapat juga exercise untuk diabetes dimasukan ke program

acara TV, dengan begitu pasienlebih merasa nyaman dan tidak ada

hambatan latihan. Selain itu, di indonesia bisa menerapkan bagaimana

Page 5: Kritisi Jurnal Farida&Awaliya Kel.5 k3ln2010

pemberian edukasi untuk penderita diabetes Lansia dan kepada penderita

yang tidak memiliki kemampuan untuk membaca dan memahami kuisioner.

Dari tabel di atas, semua aktifitas popular yang di lakukan oleh

penderita diabetes, hanya 9,1 % pasien yang telah di catat memiliki

perubahan yang besar pada heart rate dan juga pernapasannya ( respiration

rate ), dan sisanya 51,3 % tidak ada perubahan pada HR dan RR.

Edukasi yang terpenting adalah dosis exercise untuk penderita

Diabetes yang meliputi :

dosis latihan yang cukup yang dikenal dengan konsep FIT (Frekuensi,

Intensitas dan Time).

I. Frekuensi menunjukan banyaknya latihan persatuan waktu dan untuk

meningkatkan kebugaran fisik diperlukan latihan 3 – 5 kali per minggu

yang dilakukan berselang-seling. Pada penelitian ini frekuensi untuk

melakukan exercise yaitu 2 minggu.

II. Intensity yaitu kualitas yang menunjukan berat ringannya latihan.

Intensitas latihan untuk daya tahan paru jantung sebesar 60 – 70%

detak jantung maksimal. Kualitas yang digunakan selama perlakuan

yaitu penderita diabetes harus mencapai THRnya dengan

menggunakan rumus 60% x (220 – umur). Misalnya responden berusia

45 tahun maka denyut jantungnya harus bisa mencapai 105 kali per

menit.

III. Time yaitu waktu atau durasi yang diperlukan setiap kali latihan

sedangkan untuk meningkatkan kebugaran fisik diperlukan waktu

Page 6: Kritisi Jurnal Farida&Awaliya Kel.5 k3ln2010

berlatih 20 – 60 menit yang didahului 3 – 5 menit pemanasan dan

diakhiri dengan 3- 5 menit pendinginan. ( Puji Indriyani, 2007 ).

Untuk pasien lansia perlu di edukasi yang berkaitan dengan lack efficacy,

dan edukasi ketika pasien mempersepsikan jika exercise bisa menimbulkan

kecapkean dengan cara memberi motivasi diri dan positive believe betapa

pentingnya exercise untuk mereka, serta jika merasa terganggu dengan

program TV, dari program TV tersebut bisa disisipi dengan program edukasi

atau program exercise yg bisa dilakukan dengan nonton TV.

Kegiatan fisik sehari–hari dan latihan fisik secara teratur (3–4 kali

seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam

perawatan diabetes tipe II. Latihan fisik dapat menurunkan berat badan dan

memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali

glukosa darah. Latihan fisik yang dimaksud jalan kaki, bersepeda santai,

jogging, berenang.

Latihan fisik sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran

fisik. Kegiatan sehari – hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan

tangga, berkebun tetap dilakukan tetap dilakukan. Batasi atau jangan terlalu

lama melakukan kegiatan yang kurang gerak seperti menonton televisi.

Prinsip latihan fisik yang dilakukan adalah CRIPE :

1) Continuous

Latihan fisik harus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa

berhenti. Contoh: Jogging 30 menit , maka pasien harus melakukannya

selama 30 menit tanpa henti.

2) Rhytmical

Latihan olah raga dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan

relaksasi secara teratur, contoh berlari, berenang, jalan kaki.

3) Interval

Latihan dilakukan selang-seling antar gerak cepat dan lambat. Contoh:

jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselangi jalan

4) Progresive

Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan, dari intensitas

ringan sampi sedang selama mencapai 30 – 60 menit

Sasaran HR = 75 – 85 % dari maksimal HR

Maksimal HR = 220 – ( umur )

Page 7: Kritisi Jurnal Farida&Awaliya Kel.5 k3ln2010

5) Endurance

Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi,

seperti jalan jogging. Latihan dengan prinsip seperti di atas minimal

dilakukan 3 hari dalam seminggu, sedang 2 hari yang lain dapat

digunakan untuk melakukan olah raga kesenangannya.

Modifikasi senam sederhana dapat diberikan kepada penderita DM,

misalnya:

Menepuk kedua tangan di atas kepala kemudia di paha.

Secara bergantian menempatkan tangan di dada dan dibelakang

kepala.

Latihan meregangkan bagian atas dan bagian bawah tubuh, leher,

dan paha.

Membuat gerakan lingkaran dengan 2 lengan secara paralel di

depan badan.

Guideline program olahraga untuk penderita diabetes yang bergantung

insulin :

Monitor kadar glukosa darah sebelum dan sesudah melakukan

olahraga.

Hindari gula darah rendah dengan memakan karbohidrat ekstra

sebelum olah raga.

Hindari olah raga berat selama reaksi puncak insulin.

Lakukan suntikan insulin di tempat – tempat yang tidak akan

digunakan untuk berolahraga aktif.

Ikuti saran dokter untuk mengurangi dosis insulin sebelum

melakukan olah raga yang melelahkan atau lama.

Glukosa darah bisa turun bahkan beberapa jam setelah melakukan

olahraga jadi penting untuk memeriksa gula darah secara periodic.

Guideline olahraga untuk penderita diabetes yang tidak bergantung

insulin:

Gula darah rendah jarang terjadi selama berola raga dan karena

itu tidak perlu untuk memakan karbohidrat ekstra.

Page 8: Kritisi Jurnal Farida&Awaliya Kel.5 k3ln2010

Olahraga untuk menurunkan berat badan perlu didukung

dengan pengurangan asupan kalori.

Olah raga sedang perlu dilakukan setiap hari. Olah raga berat

mungkin bisa dilakukan tiga kali seminggu.

Sangat penting untuk melakukan latihan ringan guna

pemanasan dan pendinginan sebelum dan sesudah berolah

raga.

Pilihlah olah raga yang paling sesuai dengan kesehatan dan

gaya hidup anda secara umum.

Manfaat olah raga akan hilang jika tidak berolah raga selama

tiga hari berturut-turut.

Olah raga bisa meningkatkan nafsu makan dan berarti juga

asupan kalori bertambah. Hindari makan makanan ekstra

setelah berolah raga.

Dosis obat telan untuk diabetes mungkin perlu dikurangi selama

olah raga teratur.

Dalam hal ini, perawat komunitas dapat membuat schedule kepada

pasien DM untuk melakukan exercise bersama-sama secara rutin.

Atau jika pasien menghendaki untuk menyesuaikan waktu luang

mereka, perawat dapat memberikan exercise private. Selain itu,

perawat tingkat puskesmas juga dapat membuat schedule dari desa ke

desa mengadakan exercise bersama tiap hari minggu akan lebih baik

untuk pasien DM. Selain itu, perawat sebelum melakukan exercise

ataupu sesudah harus mengkaji HR,RR dan kadar gula pasien dan hal

yang tak kalah penting juga memberikan edukasi baik itu secara lisan

ataupun di buatkan note apa saja yang di makan ataupun exercise

yang dilakukan klien selama di rumah.