kredit bermasalah atas pinjaman nasabah...
TRANSCRIPT
PENYELESAIAN KREDIT MACET
(BERMASALAH) ATAS PINJAMAN NASABAH
BANK PADA PT. BANK MANDIRI
CABANG BALIGE
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas
Dan Memenuhi Syarat-syarat
Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Oleh:
MELISA N. SIHOTANG
030200143
Departemen : Hukum Ekonomi
Program studi : Hukum Ekonomi
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
PENYELESAIAN KREDIT MACET (BERMASALAH)
ATAS PINJAMAN NASABAH BANK PADA PT. BANK
MANDIRI
CABANG BALIGE
SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas
Dan Memenuhi Syarat-syarat
Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Oleh:
MELISA N. SIHOTANG
030200143
Departemen : Hukum Ekonomi
Program studi : Hukum Ekonomi
Disetujui Oleh
Ketua Departemen
(Prof. Dr. BISMAR NASUTION, SH, M.Hum)
NIP. 131570455
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(Prof.Dr.BismarNasution,SH,M.Hum) (Dr.T.KeizerinaDevi A.,SH,CN,M.H)
NIP. 131570455 NIP. 132300075
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
ridhoNyalah skripsi yang merupakan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan
baik dan lancar. Atas berkat dan rahmatNya pula sehingga penulis mampu
menjalani perkuliahan sampai pada akhirnya, sebab tanpa Dia apa yang kita
kerjakan pasti akan sia-sia.
Yang menjadi judul skripsi ini adalah:
“Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank
Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige”.
Terwujudnya skripsi ini bukan merupakan jerih payah penulis sendiri, tetapi
juga berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H,SP.A (K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof. DR. Runtung, SH, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Prof. DR. Bismar Nasution, SH, M.Hum, selaku Ketua Jurusan
Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Bapak Prof. DR. Bismar Nasution, SH, M.Hum dan Ibu DR. T. Keizerina
Devi Azwar, SH, M. Hum, selaku dosen pembimbing I dan II yang sangat
membantu dan telah sudi meluangkan waktunya untuk membaca dan meneliti
serta memberikan petunjuk dan pengarahan hingga selesainya skripsi ini.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
5. Bapak Umar Husin selaku Deputy Regional Manager di Kantor Wilayah I
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Medan, yang telah memberikan izin
penelitian ke kantor cabang PT. Bank Mandiri.
6. Bapak Pimpinan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk RCR I Medan Jl. Imam
Bonjol No. 7 Lt. IV Medan.
7. Bapak Pimpinan PT. Bank Mandiri (Persero) Cabang Balige yang telah
memberikan keterangan dan data yang diperlukan.
8. Bapak Basril selaku karyawan yang mengurusi bagian kredit macet bagi
nasabah di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk RCR I Medan Jl. Imam Bonjol
No. 7 Lt. IV Medan.
9. Seluruh staf dan pegawai PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Balige dan
PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk RCR I Medan Jl. Imam Bonjol No. 7 Lt. IV
Medan yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu.
10. Ayahanda tercinta, H. Sihotang dan Ibunda tersayang R. Tampubolon yang
senantiasa memberikan dukungan materi dan moral, doa dan kasih sayang
kepada penulis. Kiranya Tuhan membalas segala kebaikan dan memberikan
kesehatan, kelimpahan rezeki serta umur yang panjang, agar kami anak-
anakmu diberi kesempatan untuk membahagiakan ayahanda dan ibunda.
11. Seluruh staf pengajar dan staf pendidikan di Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara Medan.
12. Kepada abangku Antonio Johannes Virya Lee tersayang yang telah banyak
memberikan dukungan baik materil, moril maupun pengetahuan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
13. Buat adik-adikku Irma Meiwita Sihotang dan Boy Hendra Sihotang yang
kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, juga
adikku Yunicha Elisabeth Sihotang yang masih Sekolah Dasar, terimakasih
atas keceriaan dan semangat yang kalian berikan selama ini. Tetap semangat
dan jadilah yang terbaik dalam setiap aktivitasmu.
14. Seluruh teman-teman penulis di Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara,
antara lain: RR. Era Connysia VX., Kak Eva, Kak Novia, Kak Reny, Erlan,
Jinoko, Besti, dan seluruh teman-teman stambuk 2003. Terima kasih atas
dukungan semuanya.
Dengan kerendahan dan ketulusan hati, penulis menyadari bahwa tanpa
dukungan dan bantuan dari semua pihak, maka penulis tidak akan mungkin
mampu untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dan kekurangan selama ini. Biarlah
Tuhan yang memberkati kita semua. Amin.
Medan, Mei 2008
Penulis
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
ABSTRAKSI ......................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Perumusan Masalah ......................................................................12
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan .....................................................12
D. Keaslian Penulisan ........................................................................14
E. Tinjauan Kepustakaan ..................................................................15
F. Metode Penulisan .........................................................................17
G. Sistematika Penulisan ...................................................................18
BAB II PEMBERIAN KREDIT DAN OBJEK JAMINAN PADA
PERBANKAN ............................................................................... ....21
A. Pengertian Kredit dan Unsur Kredit .............................................21
B. Prosedur Pemberian Kredit ...........................................................25
C. Objek Jaminan Kredit ...................................................................31
D. Berakhirnya Pemberian Kredit .....................................................36
BAB III KREDIT MACET ATAU KREDIT BERMASALAH
DALAM DUNIA PERBANKAN ......................................................42
A. Pengertian Kredit Bermasalah ......................................................42
B. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kredit
Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
PT. Bank Mandiri Cabang Balige .................................................45
C. Akibat Kredit Macet .................................................................... 54
BAB IV PENYELESAIAN KREDIT MACET (BERMASALAH)
ATAS PINJAMAN NASABAH BANK ............................................55
A. Penanganan Atau Penyelesaian Kredit Macet
(Bermasalah) Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige .................55
B. Langkah-langkah Yang Ditempuh Bila Terjadi Kredit
Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank di
PT. Bank Mandiri Cabang Balige .................................................65
C. Penghapusan Kredit (Dihapusbukukan) .......................................70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................74
A. Kesimpulan ...................................................................................74
B. Saran .............................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................78
LAMPIRAN
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
ABSTRAKSI
Salah satu peranan bank yang sangat menonjol adalah sebagai penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman kredit. Mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang masih di bawah standar, dimana pendapatan masyarakat masih dibawah rata-rata, maka dalam hal ini peranan bank dalam bidang penyaluran kredit sangat penting keberadaannya. Kredit sangat dibutuhkan banyak orang atau pihak dalam menata kehidupan ekonomi yang lebih baik. Kebutuhan akan kredit tidak saja diperlukan oleh nasabah umum tetapi juga oleh nasabah yang berbentuk badan usaha (perusahaan).
Dalam penyaluran kredit, bank banyak mengalami permasalahan yang cukup rumit yang apabila tidak segera diatasi dapat menimbulkan kerugian yang fatal, oleh sebab itu sebelum memberikan kredit pihak bank harus melakukan analisis yang tajam, teliti dan cermat. Setiap bank yang pernah atau sedang beroperasi, pasti pernah mengalami permasalahan kredit. Demikian juga dengan PT. Bank Mandiri Cabang Balige. Dalam skripsi ini dibahas mengenai bagaimana prosedur dan syarat pemberian kredit bagi nasabah, apa saja yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kredit bermasalah serta bagaimana penyelesaian yang dilakukan oleh PT. Bank Mandiri Cabang Balige untuk menyelamatkan kredit macet (bermasalah).
Dalam penulisan skripsi ini, ada dua metode yang digunakan. Metode pertama dengan studi pustaka yakni penelitian yang dilakukan berdasarkan bahan-bahan bacaan, dengan cara membaca buku-buku, literatur-literatur serta Peraturan Perundang-undangan yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas dalam skripsi ini. Sedangkan metode yang kedua adalah metode penelitian lapangan, dimana penelitian dilakukan secara langsung ke lapangan dengan mendatangi objek penelitian untuk melakukan wawancara terhadap karyawan PT. Bank Mandiri Cabang Balige untuk mendapatkan data-data, informasi dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
Terhadap nasabah yang melakukan pinjaman kredit kepada PT. Bank Mandiri Cabang Balige pernah mengalami permasalahan dalam pengembaliannya meskipun tidak sampai dalam keadaan taraf macet. Permasalahannya hanya menyangkut keterlambatan dalam pengembalian angsuran/ pinjaman saja. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor antara lain karena usaha debitur mengalami kendala, adanya penyalahgunaan kredit dan debitur yang bersangkutan meninggal dunia. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, PT. Bank Mandiri telah menyiapkan strategi yang diharapkan dapat memperkecil bahkan menghindari terjadinya kerugian pada pihak bank yang bersangkutan.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Dalam perekonomian, peranan bank sangat penting selaku lembaga keuangan
dengan tugas pokok yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat, pengusaha (entrepreneur) untuk
membiayai sektor riil melalui pemberian kredit1. Kegiatan usaha bank tersebut
antara lain dalam bentuk pemberian kredit2, penanaman dalam surat-surat
berharga, kegiatan devisa, penempatan dana kepada bank-bank lain dan
penyertaan modal usaha yang dilakukan oleh badan hukum lain yang
kesemuanya tidak terlepas dari resiko yaitu tidak kembalinya sebahagian atau
bahkan seluruh dana yang disalurkan itu (kredit macet).
Bank harus dapat mempertanggungjawabkan kepercayaan yang diberikan
para nasabah (penyimpan) kepadanya. Akan tetapi keterpurukkan akibat krisis
moneter, krisis ekonomi dan krisis politik yang tidak kunjung selesai, membawa
dampak yang juga dirasakan pada dunia perbankan3. Dimana salah satu dampak
yang paling terasa adalah dengan terjadinya kredit bermasalah bahkan sampai
kredit macet dibeberapa bank, baik itu pada bank pemerintah maupun bank
swasta dalam jumlah yang sangat besar, akibatnya beberapa bank menjadi
terancam bangkrut.
1 M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta : CV. Rejeki Agung,
2003), hal. 1. 2 Ibid, hal. 2. 3 Eko B. Supriyanto, 10 Tahun Krisis Moneter, (Jakarta : InfoBank Publishing, 2007), hal. 8.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Begitu besarnya kredit bermasalah yang dihadapi oleh perbankan, sehingga
membawa pengaruh terhadap perekonomian nasional. Oleh sebab itu perlu
penanganan secara konsepsional. Pada sektor riil seperti bidang industri, properti,
perdagangan ekspor impor terjadi kelumpuhan yang berakibat terjadinya
kelumpuhan4. Oleh karena itu maka untuk menggerakkan sektor riil bukanlah
merupakan tugas yang mudah bagi pemerintah Indonesia. Berbagai usaha telah
dilakukan pemerintah untuk memperbaiki sektor riil, demikian juga dengan para
pelaku sektor riil itu sendiri. Mereka berusaha sendiri untuk bangkit
menyelamatkan pangsa pasar, baik di pasar global maupun domestik. Menyikapi
kondisi prihatin sektor riil tersebut, dunia usaha Indonesia melalui Kamar
Dagang dan Industri (KADIN) mengharapkan kebijakan yang lebih jelas untuk
meningkatkan kembali sektor riil dari keterpurukan yang semakin parah.
Dalam rangka peningkatan sektor riil tersebut, pemerintah melakukan
restrukturisasi kredit perbankan5. Program restrukturisasi kredit ini diharapkan
dapat menggerakkan kembali sektor riil dengan cara meninjau kembali berbagai
persyaratan kredit, sehingga sektor riil dapat memenuhi kembali kewajibannya
kembali kepada bank dan usahanya dapat kembali berjalan normal6. Sektor riil
sangat dipengaruhi sektor perbankan dan sebaliknya pula sektor perbankan
tergantung kepada sektor riil tersebut. Dengan kata lain, apabila sektor riil tidak
kunjung membaik maka sektor perbankan juga tidak mungkin meningkat.
Mengingat sebagian besar bank pada saat ini masih hidup dari pemberian kredit
4 Ibid, hal. 12. 5 Agus Budianto, Merger Bank Di Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004), hal. 61. 6 Eko B. Supriyanto, Sepuluh Tahun Krisis Moneter: Kesiapan Menghadapi Krisis Kedua,
(Jakarta: InfoBank Publishing, 2007), hal.19.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
kepada sektor riil maka sulit bagi perbankan untuk bangkit apabila sektor riil
tidak dapat menyerap kredit7.
Mungkin bagi sektor riil, bunga bank yang tinggi saat ini dapat saja
diperhitungkan sebagai unsur harga jual yang harus dipikul oleh konsumen.
Namun karena sekarang ini daya beli sebagian besar masyarakat konsumen masih
sangat rendah, sehingga sulit bagi sektor riil untuk mampu menjual jasa atau
barang yang dihasilkan8. Dalam keadaan demikian maka sulit bagi sektor riil
untuk menerima kredit dari bank yang menetapkan bunga sedemikian tinggi.
Apabila kredit bermasalah dalam perbankan tidak ditangani secara tuntas
maka dikhawatirkan akan menjadi salah satu penghambat pertumbuhan
perkreditan dalam perbankan yang pada akhirnya dapat mengganggu
pertumbuhan perekonomian9. Adanya kredit bermasalah dalam jumlah yang
besar juga dapat mengganggu efektifitas kebijaksanaan dalam upaya
memantapkan suku bunga kredit10.
Untuk memperlancar penanganan kredit macet atau bermasalah yang
mengakibatkan tidak bergeraknya sektor riil, maka Bank Indonesia disamping
memberikan arah dalam upaya turut berperan aktif mendorong pergerakan sektor
riil dengan cara membuat kebijakan dengan melonggarkan ketentuan
penanganan kredit bermasalah. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya kerap sekali
menghadapi berbagai permasalahan hukum yakni koordinasi kelembagaan yang
berbeda dalam kepentingan dan pendekatan dalam proses restrukturisasi kredit,
7 Ibid, hal. 20. 8 Agus Budianto, Merger Bank di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia,2004), hal. 19. 9 Eko B. Supriyanto, 10 Tahun Krisis Moneter, (Jakarta: InfoBank Publishing,2007),
hal.12. 10 Ibid, hal. 13.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
ketentuan kepailitan, penyelesaian kredit bermasalah yang bersifat multilateral,
dimana satu bank yang akan merestrukturisasi utang debitor tidak mendapat
respon dari bank lain11.
Dengan demikian dalam meneliti aspek-aspek hukum restrukturisasi kredit
penyelesaian kredit macet ( bermasalah ), perlu terlebih dahulu diketahui dengan
jelas apa yang sesungguhnya dimaksud dengan kredit macet. Kredit macet
adalah kredit yang angsuran pokok dan bunganya tidak dapat dilunasi selama
lebih dari dua masa angsuran ditambah 21 bulan atau penyelesaian kredit telah
diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN), Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara (BPULN) atau telah diajukan ganti rugi kepada
perusahaan asuransi kredit12.
Penyelesaian kredit bermasalah yang belum jelas akan mengganggu
terciptanya sistem perbankan yang sehat. Oleh karena itu, upaya penanganan
kredit bermasalah selayaknya dilakukan dari berbagai segi antara lain faktor
intern bank itu sendiri, faktor intern debitur dan faktor-faktor lainnya.
Faktor intern bank contohnya dikaji kembali apakah pemberian kreditnya
sudah seimbang dalam arti tidak under financing13 atau over financing14. Apakah
prosedur pemberian kredit dalam sudah terpenuhi dalam konteks ini adalah
ketentuan mengenai jaminan atau syarat-syarat umum sebuah perusahaan
solvabilitas dan rentabilitasnya, yang keseluruhannya menjadi bahan dalam
11 J. Soedradjad Djiwandono, 10 Tahun Krisis Moneter, (Jakarta : InfoBank Publishing,
2007), hal. 44. 12 Peraturan Bank Indonesia No.2/ 15/ PBI/ 2000 tentang Restrukturisasi Kredit, pasal 9. 13 Write Off , http://www.jawapos.co.id/indones/jawapos/news/today/analysis/op18-
1.html.,diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 14 Ibid, hal-.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
mengambil kebijakan dalam menyelesaikan masalah kredit macet. Disamping itu
terdapat pula faktor lain yang menjadi celah terjadinya kredit macet misalnya
ketentuan perundang-undangan perbankan No. 10 tahun 1998 pasal 8 yang lebih
menitik beratkan pemberian kredit berdasarkan pada keyakinan atas kemampuan
dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya dalam waktu yang ditentukan
sesuai dengan perjanjian15. Apabila hanya didasarkan pada keyakinan maka
dapat menimbulkan resiko yang cukup besar bagi pihak perbankan, karena
agunan bukan lagi syarat mutlak dalam pemberian kredit dan bahkan bank tidak
diwajibkan meminta yang dibiayai yang lazim dikenal dengan agunan
tambahan16.
Kolusi antara pejabat bank dengan sejmlah pengusaha (debitur) juga dapat
menjadi salah satu penyebab lain dari kredit bermasalah sebab dapat merugikan
keuangan negara dan masyarakat17. Walaupun telah diketahui latar belakang
permohonan dan faktor-faktor penyebabnya untuk memperoleh jaminan atas
pencegahan dan cara penyelesaian kredit bermasalah bukanlah hal yang mudah.
Oleh karena itulah masalah kolusi ini sulit untuk dicegah pelaksanaannya.
Dengan alasan resiko itulah maka dirasa perlu untuk menyusun langkah-langkah
yang bertujuan untuk menurunkan jumlah kredit macet pada bank-bank sampai
pada tingkat yang wajar18.
15 Undang- Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan, (Bandung: FokusMedia), pasal 8. 16 M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: CV. Rejeki Agung,
2003), hal. 5-6. 17 Ibid, hal. 25. 18 J. Soedradjad Djiwandono, 10 Tahun Krisis Moneter, (Jakarta: InfoBank Publishing,
2007), hal, 65.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Upaya–upaya pencegahan dan penyelesaian kredit macet dengan usaha bank
yang meliputi bank-bank, Bank Indonesia, Departemen Keuangan dan aparat
penegak hukum agar pencegahan dan penyelesaian kredit macet ini merupakan
penyelesaian yang dapat menghindarkan kejadian serupa dimasa yang akan
datang19. Dilihat dari segi penegakan hukum, terdapat dua faktor penghambat
yang saling berpengaruh dalam penyelesaian kredit macet. Pertama, pranata
hukum positif yang ada sekarang sangat terbelakang dibanding dengan kecepatan
tuntutan perkembangan sistim industri perbankan pada khususnya dan tuntutan
laju perkembangan bisnis pada umumnya20.
Hukum ekonomi yang kita miliki sekarang tidak mampu mengantisipasi dan
mengikuti kecepatan gerak perkembangan keragaman dunia bisnis. Masalah
kedua adalah membengkaknya kredit macet disamping disebabkan faktor pranata
hukum positif yang ketinggalan, kemudian diperburuk lagi dengan proses
peradilan yang formalitis, dimana kesenjangan perundang-undangan membuat
penegakan tidak mampu memberi penyelesaian yang aktual dan memakan waktu
yang lambat. Sedangkan tuntutan perbankan menghendaki waktu penyelesaian
masalah kredit yang relatif cepat21.
Pada prakteknya, jika terjadi kredit macet maka lembaga perkreditan akan
mencari upaya untuk menyelamatkan kredit dengan cara memberikan
perpajangan waktu pelunasan kepada debitur dengan maksud untuk memberikan
kesempatan kepadanya agar dapat melunasi kredit dalam jangka waktu yang
19 Kajian Restrukturisasi Kredit Industri Tekstil (Studi Kasus Bank M) // http: // www.
digilib. itb. ac. id/ contact. Html, diakses terakhir tanggal 9 Maret 2008. 20 Teknisi Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Pendekatan Hukum // http: // www.
Komisihukum. go. id/ index. html, diakses terakhir tanggal 9 Maret 2008. 21 Ibid, hal. 10- 14.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
diperlukan22. Jika setelah dilakukan tetapi upaya penyelamatan tersebut tidak
berhasil juga, maka pihak bank terpaksa mengambil kebijakan akhir dengan
menyerahkan permasalahan tersebut kepada pihak yang berwenang23. Dimana
jika menyangkut bank-bank swasta diserahkan kepada Pengadilan Negeri dan
diselesaikan menurut proses peradilan biasa, sedangkan yang berkaitan dengan
kasus kredit macet pada Bank Usaha Milik Pemerintah (BUMN) diselesaikan
oleh Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN)24.
Adapun upaya penyelamatan yang dimaksud sebelumnya antara lain :
1. Penjadwalan kembali (resceduling).
Yaitu perubahan syarat-syarat pinjaman yang hanya menyangkut jadwal
pembayaran dan jangka waktu, termasuk masa tenggang, baik yang
meliputi perubahan besarnya angsuran maupun tidak.
2. Persyaratan kambali (reconditioning).
Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat pinjaman dan tidak
terbatas pada perubahan jadwal dan / atau jangka waktu.
3. Penataan kembali (restructuring).
Yaitu perubahan syarat-syarat pinjaman yang menyangkut perubahan
dana dari bank atau konversi seluruh atau sebagian dari pinjaman yang
menjadi equality perusahaan25.
Keleluasaan bank untuk bergerak harus dilakukan dengan berpedoman pada
prinsip kehati-hatian (prudential banking principles)26, dimana suatu bank dapat
22 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008, hal. 4. 23 Ibid, hal. 5. 24 Ibid, hal. 6. 25 Agus Budianto, Merger Bank Di Indonesia. (Bogor : Ghalia Indonesia, 2004), hal. 62.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank maupun perusahaan lain di
bidang keuangan serta untuk mengatasi kegagalan kredit. Sebab dalam usahanya,
perbankan dapat memberikan kredit dan melakukan kegiatan usaha lainnya,
wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah
yang mempercayakan dananya kepada bank27.
Kita juga dapat melihat bahwa pemberian kredit oleh suatu bank dapat
mempengaruhi kesehatan bank karena bagaimanapun juga mengandung resiko
kegagalan atau kemacetan dalam pelunasannya. Mengingat bahwa kredit tersebut
bersumber dari dana masyarakat yang disimpan pada bank, maka resiko yang
dihadapi bank dapat berpengaruh kepada keamanan dana masyarakat tersebut.
Oleh karena itu, untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahannya,
bank diwajibkan menyebar resiko dengan mengatur proses penyaluran kredit,
pemberian jaminan maupun fasilitas lain sehingga tidak hanya terfokus pada
debitur atau kelompok debitur tertentu28.
Tahapan analisis pemberian kredit merupakan tahap yang preventif yang
paling penting sebelum menandatangani isi perjanjian kredit antara pihak bank
dengan nasabah. Tahap ini bertujuan untuk memperoleh keyakinan bagi pihak
bank bahwa calon nasabah debitur mempunyai kemampuan untuk melunasi
kredit yang diberikan29.
26 Ibid, hal. 37. 27 Kiat Cara Menekan Kredit Bermasalah // http: // www. dki. perbarindo. org/ artikel. html,
diakses terakhir tanggal 9 Maret 2008. 28 J. Soedradjad Djiwandono, Satu Dasawarsa Krismon: Beberapa Catatan, (Jakarta:
InfoBank Publishing, 2007), hal. 113. 29 Ibid, hal. 118.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Secara tradisional, analisis bank terhadap calon nasabah debitur dilakukan
terhadap aspek yang dikenal dalam dunia perbankan sebagai ”the five C’s of
credit” yaitu character, capacity, capital, conditions, dan collateral,
sebagaimana disyaratkan pasal 8 UU nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan30.
Berdasarkan prinsip tersebut di atas, bila dalam proses atau tahap analisis
kredit terjadi kekurangtelitian/kesalahan yang menyebabkan terjadinya
kemacetan pengembalian kredit dikemudian hari, maka yang bertanggung jawab
atas hal ini adalah bank sebagai badan hukum dan para pengurus serta pemegang
saham atau pemilik bank secara bersama-sama31.
Permasalahan utama yang dihadapi perbankan yang semuanya tidak terlepas
dari kondisi makro ekonomi yang belum menunjukkan tanda-tanda membaik dan
akan sangat berpengaruh terhadap kinerja bank dan nasabah debiturnya32.
Namun, permasalahan mendasar yang nantinya sangat berpengaruh terhadap
bank mendatang adalah masalah Non Performing Loans (NPL) yang dari waktu
ke waktu cenderung semakin meningkat33.
Penyehatan perbankan tidak sekedar melakukan pembenahan secara
administratif, tetapi jauh lebih penting bagaimana lembaga bank mampu
beroperasi secara normal dan sehat dalam arti bank dapat beroperasi secara wajar
berdasarkan hitungan-hitungan ekonomi perusahaan34.
30 M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta : CV. Rejeki Agung,
2003), hal.5. 31 Ibid, hal. 40. 32 Mar’ie Muhammad, Pelajaran dan Antisipasi ke Depan, (Jakarta: InfoBank
Publishing,2007), hal. 72. 33 Bramantyo Djohanputro, Laporan Penelitian: Non Performing Loan (NPL), (Jakarta: Bank
Indonesia, 2007), hal. i. 34 Agus Budianto, Merger Bank Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia,2004), hal. 37.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Menghadapi perkembangan NPL yang semakin memburuk dan dengan
memperhatikan kondisi ekonomi makro yang belum membaik, maka Bank
Indonesia sebagai otoritas moneter mengeluarkan surat keputusan direksi Bank
Indonesia Nomor 31 / 150 / KEP / DIR, tanggal 12 November 1998 tentang
restrukturisasi kredit. Restrukturisasi kredit ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara seperti :
1. Penurunan suku bunga kredit. 2. Pengurangan tunggakan bunga kredit. 3. Pengurangan tunggakan pokok kredit. 4. Perpanjangan jangka waktu kredit. 5. Penambahan fasilitas kredit. 6. Pengambilalihan aset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 7. Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan
debitur35.
Latar belakang kebijakan tersebut dapat dipahami karena sumber utama
operasi/ pendapatan bank (sekitar 65 – 80 %) berasal dari bunga pinjaman,
sehingga apabila tidak diambil langkah-langkah pembenahan maka akan semakin
memperburuk kinerja bank dan dapat dipastikan program restrukturisasi kredit
tidak akan berhasil serta berakibat fatal bagi eksistensi bank36. Melalui kebijakan
restrukturisasi perkreditan yang digariskan, Bank Indonesia memberikan peluang
tidak saja pada bank/kreditur, tetapi juga nasabah debitur (sektor riil) untuk
mengatur kembali usahanya37.
Adapun restrukturisasi kredit dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti
memberikan berbagai kemudahan antara lain penurunan suku bunga kredit
berupa keringanan bunga, jangka waktu kredit, angsuran pokok dan cicilan bunga
35 Ibid, hal. 63. 36 Ibid, hal. 126. 37 Peraturan Bank Indonesia No. 2/ 15/ PBI/ 2000 tentang Restrukturisasi Kredit, pasal 20.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
serta syarat-syarat kredit lainnya, maka diharapkan debitur mampu bergerak
kembali, sementara pihak bank yang bersangkutan dapat pula mengatur sumber
pendapatan utamanya yang berupa bunga dengan lebih realistis38.
Restrukturisasi kredit tidak dapat diberlakukan kepada semua debitur, tetapi
hanya kepada debitur yang memiliki prospek usaha yang lebih baik39. Untuk itu
perlu dilakukan pembicaraan dan kesepakatan bersama antara kreditur dan
debitur kemudian dilaporkan ke Bank Indonesia40.
Program restrukturisasi kredit ini tidak banyak maknanya apabila jumlah
NPL tidak tertangani secara simultan dan bank masih tetap ”digandrungi” oleh
beban-beban yang menyebabkan timbulnya kerugian. Dalam rencana kerja
memang sudah dimasukkan langkah-langkah penanganan NPL secara khusus
dengan program restrukturisasi kredit. Namun problema yang dihadapi adalah
bahwa dengan adanya kecenderungan semakin membengkaknya NPL, maka
permasalahannya menjadi semakin komplek disamping masih disangsikan
apakah program restrukturisasi kredit tersebut debitur sudah memiliki
kemampuan mengakomodasi berbagai kemudahan yang diberikan bank sesuai
kesepakatan41.
Kaitannya dengan upaya pencegahan dan penyelesaian kredit macet ini, perlu
dibahas masalah tentang asas-asas perbankan, pengertian kredit macet, tindakan
38 Peraturan Bank Indonesia No.2/ 15/ PBI/ 2000 tentang Restrukturisasi Kredit, pasal 1. 39 Hesty Irawan, Penelitian Tentang Aspek Hukum Restrukturisasi Kredit Dalam Rangka
Menggerakkan Sektor Riil, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman HAM RI, 2001.
40 Agus Budianto, SH.MH., Merger Bank di Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia,2004), hal. 63.
41 Bramantyo Djohanputro, Laporan Penelitian: Non Performing Loan (NPL), (Jakarta: Bank Indonesia, 2007), hal. 63.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
bank yang diperkenankan, tindakan bank yang dilarang, ketentuan atau peraturan
dalam pemberian kredit, sanksi, dan cara mengatasi dana yang tidak kembali
(kredit macet).
B. Perumusan Masalah.
Hal yang menjadi perumusan masalah sehubungan dengan judul skripsi ”
Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Pada PT. Bank Mandiri
Cabang Balige” adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pemberian kredit di PT. Bank Mandiri Cabang Balige?
2. Faktor- faktor apa yang dapat mempengaruhi terjadinya kredit bermasalah
atau kredit macet atas pinjaman nasabah di PT. Bank Mandiri Cabang
Balige?
3. Bagaimana proses penyelesaian kredit bermasalah atau kredit macet atas
pinjaman nasabah bank di PT. Bank Mandiri Cabang Balige?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk dapat mengetahui bagaimana prosedur pemberian kredit bagi para
nasabah PT. Bank Mandiri Cabang Balige. Apakah prosedur yang
diberikan oleh pihak bank disamakan terhadap semua nasabah atau tidak.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Disamping itu juga agar diketahui apa saja yang dapat dijadikan objek
jaminan atau pinjaman tersebut.
2. Untuk dapat mengetahui dan mengkaji apa saja faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kredit macet terhadap para nasabah di PT. Bank Sumut
Mandiri Cabang Balige.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses maupun upaya yang dilakukan oleh
pihak PT. Bank Mandiri Cabang Balige agar kredit macet itu dapat
diselesaikan dengan baik serta konsekuensi adanya asuransi jiwa kredit.
Selain tujuan yang disebutkan diatas, adapun manfaat yang diharapkan dari
penulisan skripsi ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis yaitu:
1. Manfaat Teoritis yaitu:
a. Untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan sekaligus sebagai
sumbangan ilmu khususnya dalam materi mengenai kredit macet atau
kredit bermasalah sehingga dapat membantu mempersiapkan diri
sebagai generasi penerus bangsa yang berwawasan dan bercita-cita
tinggi.
b. Untuk memperluas khazanah pengetahuan mengenai penyelesaian
kredit macet melalui hasil penelusuran teori-teori hukum perbankan
sebagai dasar hukumnya yang tentunya berkaitan dengan kebijakan
penyelesaian kredit bermasalah oleh pihak bank yang bersangkutan.
c. Sebagai bahan informatif dalam permasalahan terkait mengenai dasar-
dasar pengaturan hukum perbankan khususnya dalam hal perkreditan
di PT.Bank Mandiri serta kebijakan atau upaya yang akan dilakukan
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
pihak bank terkait dalam penyelesaian jika terjadi kredit macet
sehingga dapat dipahami resiko, prosedur dan hubungan kreditur dan
debitur dalam perkreditan di dunia perbankan, dimana selama ini
dianggap rahasia bank.
2. Manfaat Praktis yaitu:
a. Untuk mengetahui dengan jelas mengenai mengenai mekanisme
penyelesaian kredit bermasalah atau kredit macet, dan mengenai
pihak-pihak yang terlibat dengan perkreditan dalam perbankan.
b. Kiranya dapat membantu jika suatu saat dihadapkan pada
penyelesaian kasus serupa yang berkaitan dengan penyelesaian
kredit macet atau kredit bermasalah dalam perbankan yang dalam
hal ini dikhususkan pada PT. Bank Mandiri.
D. Keaslian Penulisan.
Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, maka telah terdapat beberapa judul mengenai kredit macet yaitu:
1. Dewi Sari, Nim: 010200139, Judul: Pengaturan Maksimum Pemberian
Kredit Dalam Perbankan Indonesia.
2. Siska Elisabeth Barimbing, Nim: 010200106, Judul: Tinjauan Terhadap
Ketentuan Kredit Macet Dalam Perbankan di Indonesia.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
3. Sri Yanti S.L. Panjaitan, Judul: Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam
Pemberian Kredit Perbankan (Studi Kasus di PT.Bank Mandiri Cabang
Zainul Arifin Medan).
4. Diegi Dona Sari, Nim: 030200065, Judul: Pengaturan Dana UKM
Melalui Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri Cabang Solok Sumbar.
Dengan demikian maka tidak terdapat permasalahan yang sama dengan
skripsi ini. Untuk itu skripsi ini dapat dikatakan asli.
E. Tinjauan Kepustakaan.
Skripsi ini membahas ”Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah
di PT. Bank Mandiri Cabang Balige ”.
Menurut Rahmadi Usman, untuk menentukan apakah suatu kredit dikatakan
macet didasarkan pada kolektibilitas kreditnya. Dimana kolektibilitas adalah
keadaan pembayaran pokok dan bunga kredit oleh pihak debitur serta tingkat
kemungkinan diterimanya kembali dana tersebut42.
Mandala Manurung dan Prathama Raharja menyatakan :
”Kredit yang disalurkan bermasalah jika pengembaliannya terlambat
dibanding jadwal yang direncanakan, bahkan tidak dikembalikan sama sekali.
Dalam konteks Indonesia kredit bermasalah (Non Performing Loans) dapat
dikelompokkan menjadi kredit tak lancar atau kredit macet43”.
42 Rachmadi Usman, Aspek- aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001),hal. 255. 43 Mandala Manurung dan Pratama Raharja, Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter,
(Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,2004), hal. 196.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Kredit yang masuk golongan lancar dan dalam perhatian khusus dinilai
sebagai performing loan, sedangkan kredit yang masuk golongan kurang lancar,
diragukan dan macet dinilai sebagai Non Performing Loans (kredit
bermasalah)44.
Menurut Jopie Jusuf kredit bermasalah memiliki pengertian yang lebih luas,
mulai dari masalah kecil misalnya sekedar menunggak angsuran satu hari karena
terlambat menyetor, sampai besar misalnya kredit macet yang merupakan kredit
bemasalah yang besar dan akut45.
Selanjutnya Gatot Suparmono menjelaskan bahwa nasabah yang memperoleh
kredit dari bank tidak seluruhnya dapat mengembalikannya dengan lebih tepat
pada waktu yang diperjanjikan. Pada kenyataannya selalu ada sebagian nasabah
yang karena suatu sebab tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank yang
telah menjamininya. Nasabah yang tidak dapat membayar lunas hutangnya
mengakibatkan perjalanan kredit terhenti atau macet. Jadi kredit macet adalah
suatu keadaan dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank
tepat pada waktunya. Keadaan yang demikian dalam hukum perdata disebut
dengan wanprestasi/ingkar janji46.
44 Sutarno, Aspek- aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, (Bandung : Alfabeta,2003), hal.
263. 45 Jopie Jusuf, Kiat Jitu Memperoleh Kredit Bank, (Jakarta : PT. Elex Media Computindo
Kelompok Gramedia,2003), hal. 218. 46 Gatot Suparmono, Perbankan Dan Masalah Kredit, (Jakarta : Pradnya
Paramita,1994),hal.92.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
F. Metode Penulisan.
Fakta-fakta atau dalil- dalil yang akurat dari hasil penelitian sangat
mendukung untuk menghasilkan karya tulis ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan. Penulisan skripsi ini dilakukan dengan mengumpulkan
data- data dan informasi yang diperlukan untuk dijadikan bahan dalam penulisan
skripsi ini.
Data- data ataupun informasi tersebut harus mempunyai kaitan dan hubungan
satu sama lain yang berhubungan dengan judul skripsi. Agar dapat memperoleh
data dalam penulisan skripsi ini maka dilakukan penelitian dengan menggunakan
metode pendekatan. Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif yang dilakukan dengan cara terlebih dahulu meneliti bahan-bahan
kepustakaan atau menginventarisasi hukum positif yang relevan dengan
permasalahan yang diteliti dan mengacu kepada norma-norma hukum yang
terdapat dalam peraturan perundang-undangan atau mengkaji data sekunder.
Adapun penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research).
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang berupa perundang-
undangan, karya ilmiah, majalah, buku- buku dan dokumen lainnya yang
erat kaitannya dengan masalah yang dibahas dalam sripsi ini.
2 Penelitian Lapangan (Field Reseacrh).
Selain penelitian kepustakaan, penulis juga mengadakan penelitian secara
langsung ke lapangan yaitu dengan mendatangi objek penelitian,dengan
melakukan cara questioner terhadap karyawan bagian kredit macet dari
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
PT. Bank Mandiri Cabang Balige untuk mendapatkan data-data,
informasi, dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penulisan
skripsi.
G. Sistematika Penulisan.
Sistematika penulisan dapat dibagi dalam beberapa tahapan yang disebut
dengan bab, dimana setiap bab akan diuraikan masalahnya secara tersendiri,
namun masih dalam konteks yang saling berkaitan antara satu dengan yang
lainnya. Secara sistematis menempatkan materi pembahasan keseluruhannya ke
dalam 5 (lima) bab yang rinciannya sebagai berikut :
Bab I . Pendahuluan.
Bab ini menguraikan hal-hal yang bersifat umum sebagai langkah awal
dalam penulisan skripsi ini yaitu mulai dari latar belakang, permasalahan, dan
apa saja manfaat dan tujuan dari penulisan skripsi ini untuk membantu agar
tulisan ini tidak lari dari topik yang dibahas.
Penulis juga menerangkan tentang keaslian penulisan skripsi ini, dimana
tulisan ini ditulis dan dibuat sendiri oleh penulis. Akhirnya bab ini ditutup
dengan sistematika penulisan yang menerangkan bagian-bagian dari
keseluruhan bab secara ringkas.
Bab II. Proses Pemberian Kredit Pada PT. Bank Mandiri.
Penulis akan menguraikan gambaran umum tentang perkreditan dan
jaminan dimana akan membahas mulai dari tentang pengertian dan unsur-
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
unsur kredit, jenis dan penggolongan kredit, prinsip-prinsip pemberian kredit,
objek jaminan kredit dan berakhirnya perjanjian kredit.
Bab III. Kredit Macet atau Kredit Bermasalah Dalam Dunia Perbankan.
Bab ini menguraikan gambaran umum tentang kredit bermasalah, dimana
penulis akan membahas mulai dari pengertian kredit bermasalah, faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya kredit bermasalah, akibat dari kredit
bermasalah, dan diakhiri dengan penyelesaian kredit bermasalah.
Bab IV. Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah
Bank .
Dalam bab ini akan dibahas tentang kredit macet (bermasalah) atas
pinjaman nasabah pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige yang meliputi
syarat prosedur pemberian kredit bagi nasabah. Selanjutnya menguraikan juga
tentang objek yang dapat dijadikan jaminan dalam pemberian kredit, Asuransi
kredit, faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kredit macet
(bermasalah) atas pinjaman tersebut. Kemudian pada bagian terakhir bab ini,
penulis juga akan meguraikan tentang bagaimana tindakan yang diambil oleh
pihak PT. Bank Mandiri Cabang Balige dalam penyelesaian kredit macet (
bermasalah ) atas pinjaman nasabah di bank tersebut.
Bab V. Penutup.
Bab terakhir ini merupakan inti dari pembahasan yang telah diuraikan
dalam bab-bab sebelumnya yang dikemukakan ke dalam bentuk kesimpulan.
Dengan membaca kesimpulan penulis berharap para pembaca sudah dapat
menangkap dan memahami isi yang terkandung dalam skripsi ini. Kemudian
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
diakhiri dengan beberapa saran yang diajukan dalam rangka meningkatkan
kesadaran masyarakat umum tentang pentingnya mengetahui bagaimana
proses dan prosedur pemberian kredit bagi mereka selaku nasabah bank serta
masalah-masalah yang mungkin akan dihadapi. Melalui saran ini juga
diharapkan agar PT. Bank Mandiri Cabang Balige dapat mengambil langkah
preventif agar jangan sampai terjadi lagi kredit macet (bermasalah) atas
kredit-kredit yang disalurkan kepada nasabahnya/ masyarakat.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
BAB II
PROSES PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK MANDIRI
A. Pengertian Kredit dan Unsur Kredit.
Kredit adalah istilah yang tidak asing lagi bagi masyarakat,sebab dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari banyak anggota masyarakat yang melakukan
jual beli barang dengan cara kreditan. Secara etimologi, kata kredit berasal dari
bahasa Romawi yaitu credere yang berarti percaya. Dalam bahasa Belanda
disebut dengan Vertrouwen47. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan
Believe, trust or confidence. Banyak anggota masyarakat yang menerima kredit
dari koperasi maupun bank untuk kebutuhannya.
Jika dihubungkan dengan bank maka berarti bank selaku kreditur percaya
menanamkan sejumlah uang kepada nasabah atau debitur, karena adanya rasa
percaya oleh pihak bank bahwa nasabah atau kreditur tersebut mampu melunasi
pinjamannya dalam jangka waktu yang ditentukan48.
Bila ditinjau dari ketentuan Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10
tahun 1998 tentang perbankan maka pengertian kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga49 . Dari uraian diatas terkandung pengertian bahwa pihak bank
47 Siharta P.Soerjadi,Segi-segi Hukum Perkreditan di Indonesia, Kertas Kerja Dalam
Simposium Aspek-aspek Hukum Masalah Perkreditan BPH. 48 Mariam, Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, (Bandung : Alumni, 1978),hal. 21. 49 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, (Bandung: FokusMedia).
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
selaku kreditur, percaya menanamkan sejumlah uang kepada nasabah atau
debitur, karena debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas
pinjamannya setelah jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan
demikian maka dapat juga dikatakan bahwa pemberian kredit merupakan
pemberian kepercayaan oleh pihak bank kepada nasabah50.
Pemberian bank merupakan salah satu usaha bank untuk mendapatkan
keuntungan, maka bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada
nasabahnya dalam bentuk kredit, jika dia betul-betul yakin bahwa debitur akan
mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan
syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Dalam hal ini, perlu
diperhatikan faktor kemampuan dan kemauan sehingga tersimpul kehati-hatian
dengan memperhatikan segi keamanan dan keuntungan yang diperoleh dari
pemberian kredit51.
Menurut Mariam Darus Badrulzaman dalam bukunya yang berjudul
Perjanjian Kredit Bank menyatakan bahwa istilah kredit sering dinamakan
Perjanjian Kredit Bank dimana istilah bank dilekatkan untuk membedakannya
dengan perjanjian pinjaman uang dimana bukan bank sebagai krediturnya. Jadi
hal ini menunjukkan bahwa istilah kredit tidak dapat diartikan sebagai istilah
pinjam uang saja tanpa ada kata bank yang mengikutinya52.
Dalam Undang-undang Perbankan yaitu Undang-Undang No.10 tahun 1998
tentang perbankan, kredit digunakan dalam dua istilah,namun mengandung
50 M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: CV. Rejeki Agung,
2003), hal. 4. 51 Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta : Andi,2005) hal.135. 52 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, (Bandung: Alumni, 1978), hal.21.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
makna yang sama untuk pengertian kredit53. Kedua istilah tersebut tergantung
pada kegiatan usaha yang dijalankan oleh bank, apakah bank dalam menjalankan
kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah54 .
Kredit merupakan penyediaan atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Pasal 1 angka 11 UU No.10
tahun 1998)55.
Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil (Pasal 1 angka 12 UU Nomor 10 tahun 1998
tentang perbankan)56.
Dari kedua rumusan istilah tersebut, perbedaannya terletak pada bentuk
kontra prestasi yang akan diberikan nasabah peminjam dana (debitur) kepada
bank (kreditur) atas pemberian kredit atau pembiayaannya57. Pada bank
konvensional, kontra prestasinya berupa bunga sedangkan pada bank syariah
53 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, (Bandung: FokusMedia). 54 Rahcmadi Usman,Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta : PT.Gramedia
Pustaka Utama,2001),hal.236. 55 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan,(Bandung: FokusMedia), pasal 1
angka 11. 56 Ibid, pasal 1 angka 12. 57 M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, ( Jakarta: CV. Rejeki
Agung,2003), hal. 4.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
kontra prestasinya berupa imbalan atau bagi hasil sesuai dengan persetujuan atau
kesepakatan bersama58.
Dengan demikian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah ini
merupakan perjanjian pinjam meminjam (uang) yang dilakukan antara bank dan
pihak lain (nasabah peminjam dana). Perjanjian pinjam meminjam (uang) itu
dibuat atas dasar kepercayaan bahwa si peminjam akan melunasi atau
mengembalikan pinjaman uang atau tagihan tersebut kepada bank dalam
tenggang waktu yang telah ditentukan disertai pembayaran sejumlah bunga,
imbalan atau pembagian hasil keuntungan sebagai imbalan jasanya59.
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi unsur-
unsur kredit adalah sebagai berikut :
1. Kepercayaan. Yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang diberikannya
kepada nasabah peminjam dana yang akan dilunasinya sesuai dengan yang diperjanjikan sebelumnya.
2. Waktu. Yaitu adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan
pelunasannya. Jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu disetujui atau disepakati bersama antara para pihak bank dan nasabah peminjam dana.
3. Prestasi. Yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontra prestasi pada saat
tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara bank dan nasabah peminjam dana berupa uang dan bunga atau imbalan.
4. Resiko. Yaitu adanya resiko yang mungkin akan terjadi selama jangka waktu
antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam dana, maka diadakanlah pengikatan jaminan dan agunan60.
58 Ibid, hal. 5. 59 Rachmadi, Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama,2001), hal. 238. 60 Ibid, hal. 240.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
B. Prosedur Pemberian Kredit.
Dalam Undang-undang Perbankan tidak ada sama sekali menyinggung
tentang macam-macam kredit. Meskipun demikian, dalam praktek perbankan
kredit-kredit yang pernah diberikan kepada nasabahnya dapat dilihat dari
beberapa segi yakni :
a. Jangka waktunya. Dari segi jangka waktunya terdapat tiga macam kredit yaitu kredi jangka
pendek, kredit jangka menengah, dan kredit jangka panjang. b. Kegunaannya. Bila ditinjau dari segi kegunaannya, maka kredit dapat digolongkan
menjadi tiga (3) macam yaitu kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit profesi.
Kredit investasi adalah penanaman modal yang bersifat ekspansi, modernisasi maupun rehabilitasi perusahaan. Sedangkan kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan untuk kepentingan kelancaran modal kerja nasabah. Jadi, kegunaan daripada kredit ini misalnya untuk pembelian bahan dasar, alat-alat bantu maupun membayar biaya lainnya. Kredit profesi adalah kredit yang diberikan oleh bank semata-mata untuk kepentingan profesinya. Misalnya kredit yang diberikan kepada seorang dokter gigi untuk membeli seperangkat peralatan medisnya.
c. Pemakaiannya. Menurut pemakaiannya, kredit dapat digolongkan menjadi dua yakni
kredit konsumtif yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Misalnya, kredit untuk membeli alat-alat rumah tangga. Jenis kredit kedua adalah kredit produktif yaitu pembiayaan bank yang ditujukan untuk keperluan usaha nasabah agar produktifitasnya semakin meningkat, misalnya kredit investasi dan kredit modal kerja, karena kedua kredit ini bertujuan untuk meningkatkan produktifitas nasabah.
d. Menurut sektor yang dibiayai. Macam-macam krredit yang diberikan kepada nasabah dipandang dari
sektor yang dibiayai oleh bank antara lain kredit perdagangan kreedit pemborongan, kredit perhotelan, kredit percetakan, kredit pengangkutan, kredit perindustrian dan lain-lain61.
Selain penggolongan macam-macam kredit di atas, masih ada jenis dan
penggolongan kredit yang lain seperti :
61 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, (Jakarta : Djambatan, 1995),hal 29-31.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
a) Penggolongan berdasarkan dokumentasi terdiri dari :
1. Kredit dengan perjanjian kredit tertulis.
2. Kredit tanpa surat perjanjian kredit. Hal ini dapat dibagi ke dalam dua
bentuk yakni:
1) Kredit lisan (jarang dilakukan).
2) Kredit dengan instrumen surat berharga. Misalnya, kredit yang hanya
lewat dokumen promes, obligasi, kartu kredit dan lain-lain.
b) Penggolongan kredit berdasarkan objek yang ditransfer, dapat dibagi atas :
1. Kredit uang (money credit), dimana pemberian dan pengembalian kredit
dilakukan dalam bentuk uang.
2. Kredit bukan uang (non money ceredit), dimana kredit diberikan dalam
bentuk barang dan jasa dan pengembaliannya dilakukan dalam bentuk
uang.
c) Penggolongan kredit berdasarkan waktu pencairannya. Kredit ini dapat dibagi
atas:
1. Kredit tunai (cash credit), dimana pencairan kredit dilakukan dengan tunai
atau pemindah bukuan ke dalam rekening debitur.
2. Kredit tidak tunai (non cash credit), dimana kredit tidak dibayar pada saat
pinjaman dibuat. Terdiri dari :
1) Garansi bank atau stand by L/C.
Dalam hal ini bank akan membayar apabila terjadi perbuatan tertentu,
misalnya jika pada suatu saat, pihak pemohon garansi tidak
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain, maka dalam hal
seperti ini banklah yang akan membayarnya.
2) Letter of Credit, yang merupakan jaminan kepada penjual/pengirim
barang dimana bank akan membayar sejumlah uang jika dokumen-
dokumen tertentu dipenuhi oleh penjual/ pengirim barang62.
d) Penggolongan kredit menurut cara penarikannya. Kredit ini dapat dibagi atas
:
1. Kredit sekali jadi, yaitu kredit yang pencairan dananya dilakukan
sekaligus, misalnya secara tunai ataupun secara pemindah bukuan.
2. Kredit rekening koran. Dalam hal ini, baik penyediaan dana maupun
penarikan dana tidak tidak dilakukan sekaligus, melainkan secara tidak
teratur kapan saja dan berulang kali. Dapat dilakukan melalui pemindah
bukuan penarikan cek, bilyet, giro, atau perintah pemindah bukuan
lainnya.
3. Kredit berulang-ulang (revolving loan). Kredit semacam ini biasanya
diberikan terhadap debitur yang tidak memerlukan kredit sekaligus,
melainkan secara berulang-ulang sesuai kebutuhan, asalkan masih dalam
batas maksimum dan masih dalam jangka waktu yang diperjanjikan.
4. Kredit bertahap. Kredit bertahap ini merupakan kredit yang pencairannya
dilakukan secara bertahap dalam beberapa termin.
5. Kredit tiap transaksi. Merupakan kredit yang diberikan untuk satu
transaksi tertentu, dimana pengembalian kredit diambil dari hasil transaksi
62 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
yang bersangkutan. Jadi dalam hal ini, dananya tidak ditarik secara
berulang-ulang melainkan sekaligus saja yakni untuk tiap transaksi saja63.
Bank dalam memberikan kredit kepada nasabahnya perlu memperhatikan
strategi atau pun hal-hal yang dapat dinilai positif untuk menghindari
kemungkinan terjadinya pengembalian kredit tidak lancar64.
Berdasarkan penjelasan pasal 8 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998
tentang perbankan, yang harus dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, apa yang dikenal dengan prinsip ”5
C”65.
Pada sasarannya prinsip 5 C ini akan dapat memberikan informasi mengenai
itikad baik dan kemampuan membayar nasabah untuk melunasi kembali
pinjaman beserta bunganya66. Adapun prinsip 5C yang dilakukan atau dinilai
oleh pihak bank yang bersangkutan yaitu:
1. Penilaian watak (character). Penilaian watak/kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan itikad baik calon debitur untuk melunasi atau mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak menyulitkan bank di kemudian hari.
2. Penilaian kemampuan (Capacity). Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debiturnya dalam jangka waktu tertentu dapat melunasi atau mengembalikan pinjamannya.
3. Penilaian terhadap modal (capital). Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat
63 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008. 64 M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: CV. Rejeki Agung,
2003), hal. 1. 65 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, (Bandung: FokusMedia), pasal 8. 66 M. Bahsan, Op.Cit, hal. 4.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
diketahui kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang pembiayaan proyek tata usaha calon debitur yang bersangkutan. Biasanya bank tidak akan memberikan kredit untuk mendanai seluruh biaya usaha nasabah. Oleh sebab itu nasabah wajib menyediakan modal untuk mendanai usaha yang akan dikelolanya itu, sedangkan kredit yang akan diberikan oleh bank itu fungsinya hanya sebagai tambahan modal saja yang jumlahnya lebih sedikit dari pokoknya.
4. Penilaian terhadap agunan (collateral). Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitur umumnya wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya.
5. Penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitur(condition of economy). Bank harus menganalisa keadaan pasar di dalam dan di luar negeri, baik masa lalu maupun masa yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dari hasil proyek tata usaha calon debitur yang dibiayai bank dapat diketahui67.
Selain hal-hal tersebut diatas, bank juga harus mengetahui tujuan penggunaan
kredit dan rencana pengembangan kreditnya68.
Selain prinsip 5 C, bank juga menerapkan prinsip 5 P dalam memberikan
suatu kredit kepada nasabahnya yakni :
1. Party (para pihak).
Para pihak merupakan titik sentral yang diperhatikan dalam setiap
pemberian kredit. Untuk itu pihak pemberi kredit harus memperoleh suatu
”kepercayaan” terhadap para pihak, dalam hal ini debitur tentang
bagaimana karakter, kemampuannya dan sebagainya.
2. Purpose (tujuan).
Tujuan dari pemberi kredit juga sangat penting diketahui oleh pihak
kreditur. Harus dilihat apakah kredit akan digunakan untuk hal-hal yang
positif yang benar-benar dapat menaikkan income perusahaan. Dan harus
67 Ibid, hal. 5. 68 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001), hal. 247.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
diawasi pula agar kredit tersebut benar-benar diperuntukkan untuk tujuan
seperti yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian kredit.
3. Payment (pembayaran).
Dalam hal ini, harus dilihat apakah sumber pembayaran kredit dari calon
debitur cukup tersedia dan cukup aman, sehingga dengan demikian
diharapkan bahwa kredit yang akan diluncurkan tersebut dapat dibayar
kembali oleh debitur yang bersangkutan.
4. Profitability (perolehan laba).
Dalam hal ini, kreditur harus memperhatikan dan berantisipasi apakah
laba yang akan diperoleh oleh perusahaan lebih besar dari pada bunga
pinjaman dan apakah pendapatan perusahaan dapat menutupi
pembayaran kredit itu kembali.
5. Protection (perlindungan).
Terhadap suatu kredit oleh perusahaan, debitur diperlakukan suatu
perlindungan dari kelompok perusahaan atau jaminan pribadi pemilik
perusahaan penting diperhatikan, terutama untuk berjaga-jaga sekiranya
terjadi hal-hal di luar skenario atau di luar prediksi semula69.
69 Ibid, hal 248-249.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
C. Objek Jaminan Kredit.
Di dalam perjanjian kredit bank, dilihat dari segi jaminannya, maka jenis
kredit ada dua yaitu kredit tanpa jaminan (unsecured loan70) atau kredit blanko
dan kredit dengan jaminan (secured loan71).
Pada zaman sekarang,kredit tanpa jaminan ini dilarang karena kredit yang
diberikan oleh bank mengandung resiko. Dalam pelaksanaannya bank harus
memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat, diantaranya adalah bank tidak
diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian tertulis, memberikan
kredit kepada usaha yang sejak semula telah diperhitungkan kurang sehat dan
akan membawa kerugian, memberikan kredit melampaui batas maksimum
pemberian kredit (Legal Lending Limit)72.
Faktor adanya jaminan inilah yang penting diperhatikan oleh bank. Maka
menurut pasal 8 Undang-Undang Perbankan No.7 tahun 1992 jo Undang-Undang
No.10 tahun 1998 ditentukan bahwa dalam pemberian kredit, bank umum wajib
mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi
hutangnya sesuai yang diperjanjikan73.
Jaminan menurut hukum perdata dapat dibedakan atas :
1) Jaminan perseorangan (personal quaranty), yaitu jaminan seorang pihak
ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si
debitur. Jaminan ini dapat dilakukan tanpa sepengetahuan si debitur. Menurut
70 Bank Mandiri, Consumer Banking, http://www.bankmandiri.co.id/index.aspx,html.diakses
terakhir tanggal 12 Maret 2008. 71 Bank Mandiri, Consumer Banking, http://www.bankmandiri.co.id/index.aspx,html, diakses
terakhir tanggal 12 Maret 2008. 72 Write Off, http://www.jawapos.co.id/indones/jawapos/news/today/analysis/op18-1.html.
diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 73 Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan,(Bandung: FokusMedia), pasal 8.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Soebekti, oleh karena tuntutan kreditur terhadap seorang penjamin tidak
diberikan suatu ”previlege” atau kedudukan istimewa dibandingkan atas
tuntutan-tuntutan kreditur lainnya, maka jaminan perorangan ini tidak banyak
dipraktekkan dalam dunia perbankan.
2) Jaminan kebendaan (persoonlijke en zakelijk zekerheid74), yaitu jaminan
yang dilakukan oleh kreditur dengan debiturnya ataupun antara kreditur pihak
ketiga yang menjamin tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban si debitur75.
Jaminan kredit bank lain dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi
berdasarkan sudut pandang tertentu antara lain :
1) Jaminan karena Undang-Undang dan karena perjanjian.
Jaminan karena undang-undang adalah jaminan yang dilahirkan atau
diadakan oleh seperti jaminan umum, hak previlege dan hak retensi (pasal
1132, pasal 1134 ayat 1 KUH Perdata). Sedangkan jaminan karena perjanjian
adalah jaminan yang dilahirkan atau diadakan para pihak sebelumnya seperti
gadai, hipotik, hak tanggungan dan fidusia.
2) Jaminan umum dan Jaminan Khusus.
Pada prinsipnya menurut hukum, segala harta kekayaan debitur akan menjadi
jaminan bagi perutangannya dengan semua kreditur. KUH Perdata Pasal 1131
menyatakan ”bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan
ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan
74 Personlijke en zakelijk zekerheid dalam kamus bahasa Belanda berarti jaminan kebendaan. 75 Soebakti,R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1139, tentang jenis
jaminan kredit bank.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
perseorangan”. Dari pasal ini berarti seluruh harta kekayaan milik debitur
akan menjadi jaminan pelunasan atas utang debitur kepada semua kreditur76.
Kekayaan debitur dimaksud meliputi kebendaan bergerak maupun benda
tetap, baik yang sudah ada pada saat perjanjian hutang piutang diadakan
maupun yang baru akan ada dikemudian hari yang akan menjadi milik debitur
setelah perjanjian hutang piutang diadakan. Dengan demikian, tanpa
terkecuali seluruh harta kekayaan debitur akan menjadi jaminan umum atas
pelunasan perutangannya, baik yang telah diperjanjikan maupun tidak
diperjanjikan sebelumnya, sehingga tidak perlu ada perjanjian jaminan
sebelumnya77.
Menurut Gatot Supramono jaminan umum ini di dalam praktek perkreditan
tidak memuaskan kreditur, kurang menimbulkan rasa aman dan terjamin bagi
kredit yang diberikan. Dengan jaminan umum tersebut kreditur tidak
mengetahui secara persis berapa jumlah harta kekayaan debitur yang ada
sekarang dan yang akan ada di kemudian hari, serta kepada siapa saja debitur
itu berutang, sehingga khawatir hasil penjualan harta kekayaan debitur
nantinya tidak cukup untuk melunasi hutang-hutangnya. Untuk itu kreditur
memerlukan adanya benda-benda tertentu yang ditunjuk secara khusus
sebagai jaminan piutangnya dan itu hanya berlaku bagi kreditur tersebut.
76 Soebakti,R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1131, tentang
jaminan kredit lain pada bank. 77 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001),hal. 287.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Jaminan khusus ini timbul karena adanya perjanjian yang khusus diadakan
antara kreditur dengan debitur78.
Karena jaminan umum kurang menguntungkan bagi kreditur, maka
diperlukan penyerahan harta kekayaan tertentu untuk diikat secara khusus
sebagai jaminan pelunasan utang debitur, sehingga kreditur yang
bersangkutan mempunyai kedudukan yang diutamakan atau diistimewakan
atau didahulukan daripada kreditur-kreditur lain dalam pelunasan hutangnya.
Jaminan yang seperti ini memberikan perlindungan kepada kreditur dan di
dalam perjanjian akan diterangkan mengenai hal ini79.
3) Jaminan kebendaan dan jaminan perseorangan.
Jaminan yang bersifat kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak
atas sesuatu benda, yang mempunyai ciri-ciri memiliki hubungan langsung
atas benda tertentu dari debitur, dapat dipertahankan terhadap siapapun,
selalu mengikuti bendanya dan dapat dialihkan, contohnya hipotik, gadai dan
lain-lain. Sedangkan jaminan perseorangan adalah jaminan yang
menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, terhadap
kekayaan debitur umumnya, contoh borgtocht80.
4) Jaminan pokok, jaminan utama dan jaminan tambahan.
Sesuai dengan namanya, kredit diberikan kepada debitur berdasarkan
kepercayaan dari kreditur terhadap kesanggupan pihak debitur untuk
membayar kembali hutangnya pada waktu yang ditentukan. Karena dalam
78 Ibid, hal. 288. 79 Soebakti,R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pasal 1134, tentang
Piutang dan Hak Mendahulukan. 80 Ibid, pasal tentang Jaminan Kebendaan.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
hukum diberlakukan suatu prinsip bahwa kepercayaan tersebut dipandang
sebagai jaminan pokok dari pembayaran kembali huutang-hutangnya
dikemudian hari. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat
kontraktual, seperti hak tanggungan atas tanah, gadai, hipotik, fiducia dan
sebagainya hanya dianggap sebagai jaminan tambahan atas jaminan utamanya
berupa jaminan atas barang yang dibiayai dengan kredit tersebut81.
5) Jaminan atas benda bergerak dan tidak bergerak.
Pembebanan jaminan kredit didasarkan pada objek bendanya. Kalau yang
dijadikan jaminan adalah tanah, maka pembebanannya adalah dengan
menggunakan hak tanggungan atas tanah, sedangkan kalau yang dijadikan
jaminan adalah benda bergerak, maka pembebanannya adalah dengan
menggunakan gadai, fiducia, dan cessie82.
6) Jaminan regulatif dan jaminan non regulatif.
Jaminan regulatif adalah jaminan kredit yang kelembagaannya sendiri sudah
diatur secara eksplisit dan sudah mendapat pengakuan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Yang tergolong ke dalam jaminan
regulatif ini antara lain adalah hipotik, gadai, hak tanggungan akta pengakuan
hutang. Sedangkan jaminan non regulatif adalah bentuk-bentuk jaminan yang
tidak diatur dan tidak khusus diatur dalam berbagai peraturan perundang-
undangan tetapi dikenal dan dilaksanakan dalam praktek83.
81 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008, hal. 2. 82 Ibid, hal. 3. 83 Ibid, hal.3.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
7) Saham sebagai agunan tambahan.
Dalam rangka menunjang perkembangan pasar modal yang sehat, diperlukan
peran serta perbankan untuk membiayai kegiatan pasar modal, dengan tetap
memperhatikan prinsip kehati-hatian. Sehubungan dengan itu, bank
diperkenankan meminta agunan tambahan berupa saham untuk memperoleh
keyakinan terdapatnya jaminan pemberian kredit. Hal ini dituangkan dalam
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/ I/ UKU tanggal 7
September 1993 tentang saham sebagai agunan tambahan kredit. Berdasarkan
ketentuan ini, bank juga diperbolehkan memberikan kredit dengan agunan
tambahan berupa saham, baik yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar di
bursa efek84.
Tujuan penyerahan agunan dalam suatu pemberian kredit adalah sebagai
sumber pelunasan kredit usaha nasabah yang dibiayai. Apabila usaha yang
dibiayai bank tidak dapat diharapkan, yaitu mengalami kegagalan, maka
diharapkan saham yang dijadikan agunan tambahan tersebut dapat dikonversi
menjadi uang sebagai pelunasan kredit apabila terjadi kemacetan kredit.85
D. Berakhirnya Pemberian Kredit.
Setiap perbuatan atau tindakan yang telah dimulai pada umumnya akan
diakhiri oleh suatu perbuatan tertentu pula. Demikian pula dengan perjanjian
yang dibuat antara kreditur dan debitur.
84 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 26/ I/ UKU tanggal 7 September 1993,
tentang saham sebagai agunan tambahan kredit. 85 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001),hal. 287-291.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Pada pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan pula
bahwa hapusnya atau berakhirnya suatu perjanjian disebabkan oleh peristiwa-
peristiwa sebagai berikut :
1. Pembayaran. 2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
(konsignasi). 3. Pembaharuan hutang (novasi). 4. Perjumpaan hutang (kompensasi). 5. Percampuran hutang (konfusio). 6. Penghapusan hutang. 7. Musnahnya barang yang terutang. 8. Batal atau pembatalan. 9. Berlakunya syarat batal. 10. Lewatnya waktu (verjaring) atau daluarsa86. Disamping itu masih ada beberapa hal yang membuat suatu perjanjian itu
berakhir, misalnya :
a. Berakhirnya suatu ketetapan waktu dalam suatu perjanjian.
b. Meninggalnya salah satu pihak dalam beberapa macam perjanjian, seperti
meninggalnya seorang persero dalam suatu perjanjian firma.
c. Pada umumnya dalam perjanjian-perjanjian dimana prestasi hanya dapat
dilaksanakan oleh debitur sendiri dan tidak oleh orang lain87.
Dari sejumlah cara dan jenis penghapusan perjanjian yang disebutkan dalam
Pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut pada umumnya hanya
bercirikan penghapusan perjanjian-perjanjian tertentu88. Khusus mengenai
86 Soebakti,R.Tjitrosudibio,Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT.Pradnya
Paramita,2001) hal. 349. 87 R.Soebekti, Jaminan-jaminan Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, (Bandung :
Citra Adutya Bakti, 1989), hal. 64 88 Soebakti,R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT.Pradnya
Paramita,2001), pasal 1381.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
hapusnya perjanjian kredit, adalah sama dengan perjanjian pada umumnya89.
Dalam perjanjian kredit biasanya dicantumkan tentang kapan mulai dan
berakhirnya perjanjian tersebut. Syarat-syarat ini biasanya dicantumkan secara
tegas baik mengenai waktu dan cara berakhirnya. Mengenai cara berakhirnya
perjanjian kredit pada pokoknya diterangkan sebagai berikut :
1. Karena Pembayaran.
Pembayaran adalah kewajiban debitur secara sukarela untuk memenuhi
perjanjian yang telah diadakan. Dengan adanya pembayaran oleh seorang
debitur atau pihak yang berutang berarti debitur telah melakukan prestasi
sesuai perjanjian, dan oleh sebab itu maka perjanjian kredit tersebut
menjadi hapus atau berakhir90.
Sesuai dengan maksud undang-undang, pengertian pembayaran betaling
harus dipahami secara luas, karena bukan hanya pihak pembeli saja yang
membayar uang harga pembelian, tetapi pihak penjual pun dikatakan
membayar jika ia menyerahkan atau me-lever barang yang dijualnya91.
Di dalam perjanjian kredit, pihak yang meminjam harus mengembalikan
sejumlah uang tambah dengan bunga yang telah ditetapkan dalam
perjanjian92.
89 Forum: Meningkatkan RR, http://www.p2kp.org/default.,html. diakses terakhir tanggal 12
Maret 2008. 90 Ibid, hal- 91 Ibid, hal-. 92 Ibid, hal-.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
(konsignasi).
Cara ini dapat dilakukan apabila si kreditur menolak pembayaran. Dengan
tindakan penawaran tunai yang diikuti dengan penitipan atau
penyimpanan (konsignasi93), maka debitur telah dibebaskan dari
pembayaran dan mengakibatkan hapusnya perjanjian. Syarat sahnya
penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan adalah bahwa penawaran pembayaran harus langsung kepada
kreditur yang merupakan syarat formal harus dilakukan oleh debitur94.
Penawaran pembayaran harus dilakukan oleh seseorang yang
berkewajiban untuk seluruh hutang yang telah jatuh tempo. Penawaran
tersebut juga meliputi jumlah bunga yang harus dibayar oleh debitur.
Pembayaran yang ditawarkan harus berbentuk mata uang resmi yang sah
sebagai alat pembayaran dan dilakukan pada tempat yang telah ditentukan
dalam perjanjian95.
3. Pembaharuan hutang (novasi).
Menurut Abdul Kadir Muhammad dalam buku Rachmadi Usman
Pembaharuan hutang terjadi dengan jalan mengganti hutang lama dengan
hutang baru, debitur lama dengan debitur baru, dan kreditur lama dengan
kreditur baru96. Dalam hal ini, nilai hutang lama diganti dengan hutang
baru terjadilah penggantian objek perjanjian yang disebut dengan novasi
93 Soebakti,R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT.Pradnya
Paramita,2001), pasal 1381. 94 Ibid, pasal. 1381. 95 Ibid, pasal. 1381. 96 Karimsyah, Kredit Sindikasi, (Jakarta: Law Firm), hal. 7.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
objektif97. Di sini hutang lama lenyap. Dalam hal ini terjadi penggantian
orangnya (subjeknya), maka jika diganti debiturnya, pembaharuan ini
disebut novasi subjektif pasif98. Jika yang diganti itu krediturnya,
pembaharuan ini disebut novasi subjektif aktif99. Dalam hal ini hutang
lama lenyap.
Pada umumnya pembaharuan hutang yang terjadi dalam dunia perbankan
adalah dengan mengganti atau memperbaharui perjanjian kredit bank
yang ada100. Dalam hal ini yang diganti adalah perjanjian kredit banknya
dengan perjanjian kredit bank yang baru. Dengan terjadinya penggantian
atau pembaharuan perjanjian kredit, otomatis perjanjian kredit bank yang
lama berakhir atau tidak berlaku lagi101.
Pasal 1413 KUH Perdata menyebutkan tiga cara untuk melakukan novasi,
yaitu:
a. Dengan membuat suatu perikatan hutang baru yang menggantikan
perikatan hutang lama yang dihapuskan karenanya.
b. Dengan cara expromissie, yakni mengganti debitur lama dengan
debitur baru.
c. Mengganti debitur lama dengan debitur baru sebagai akibat suatu
perjanjian baru yang diadakan102.
97 Ibid, hal. 8. 98 Ibid, hal. 9. 99 Ibid, hal. 10. 100 Soebakti,R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta : PT.Pradnya
Paramita,2001), pasal 1381. 101 Ibid, pasal 1413.. 102 Ibid, pasal 1413..
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
4. Perjumpaan hutang (kompensasi).
Kompensasi adalah perjumpaan dua hutang, yang berupa benda-benda
yang ditentukan menurut jenis yang dipunyai oleh dua orang atau pihak
secara timbal balik, dimana masing-masing pihak berkedudukan baik
sebagai kreditur maupun debitur terhadap orang lain, sampai jumlah
terkecil yang ada diantara kedua hutang tersebut103.
Dasar kompensasi ini disebutkan dalam pasal 1425 KUH Perdata.
Dikatakan jika dua orang saling berhutang satu pada yang lain, maka
terjadilah antara mereka suatu perjumpaan hutang piutang, dengan mana
hutang-hutang antara kedua orang tersebut dihapuskan.
Kondisi demikian ini dijalankan oleh bank dengan cara
mengkompensasikan barang jaminan debitur dengan hutangnya kepada
bank, sebesar jumlah jaminan tersebut yang diambil oleh bank104.
103 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001),hal. 279. 104 Ibid, hal.279-281.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
BAB III
KREDIT MACET ATAU KREDIT BERMASALAH DALAM DUNIA
PERBANKAN
A. Pengertian Kredit Bermasalah.
Kasus kredit macet dalam dunia perbankan bukanlah hal yang baru. Kredit
macet sudah menjadi resiko bagi perbankan sejak lama105. Krisis ekonomi yang
dimulai pada tahun 1998 tidak lepas dari andil kredit macet di perbankan yang
harus dibayar mahal dengan obligasi rekapitalisasi dan menjadi beban ekonomi
nasional hingga saat ini106. Sebagai usaha yang penuh resiko, sebelum
memberikan kredit sebaiknya pihak bank melakukan analisis kredit dengan teliti,
cermat, dan seksama yang tentunya dengan didasarkan pada data yang aktual dan
akurat sehingga bank tidak akan keliru dalam mengambil keputusan apakah akan
memberikan kredit atau tidak107.
Bank harus meyakini bahwa kredit yang akan diberikannya kepada pihak
nasabah debitur dapat dilunasi kembali pada waktunya dan tidak akan
berkembang menjadi kredit bermasalah atau macet108.
Jika dilihat dari asal katanya, kredit macet terdiri dari dua kata yakni kredit
dan macet. Yang dimaksud dengan kredit adalah pinjaman uang secara
105 Write Off, http://www.jawapos.co.id/indones/jawapos/news/today/analysis/op18-1.html.
diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 106 Eko B. Supriyanto, Sepuluh Tahun Krisis Moneter: Kesiapan Menghadapi Krisis Kedua,
(Jakarta: InfoBank Publishing, 2007), hal.10. 107 DPD Perbarindo DKI Jaya dan Sekitarnya, http://www.dki.perbarindo.org/artikel.html.
diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 108 Eko B. Supriyanto,Op.Cit. hal. 25.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
mengangsur109. Sedangkan macet berarti tersendat, terhenti atau tidak lancar110.
Jadi dari pengertian kedua kata tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan kredit macet adalah sejumlah pinjaman oleh nasabah kepada
bank dimana pelunasannya dilakukan secara tersendat-sendat dan bahkan sampai
keadaan terhenti (macet)111.
Suatu kredit dikatakan macet sejak tidak ditepatinya atau tidak dipenuhinya
ketentuan yang tercantum dalam perjanjian kredit yaitu apabila debitur selama
tiga kali berturut-turut tidak membayar angsuran dan bunganya112. Adapun
tanda-tandanya adalah sebagai berikut :
1) Sebelum jatuh tempo, rekening tidak menunjukkan mutasi debet dan kredit. 2) Kredit mengalami overdraft secara terus menerus. 3) Adanya tanda-tanda bahwa debitur tidak sanggup lagi membayar bunga atas
kredit yang diberikan pihak bank113.
Suatu kredit dikatakan bermasalah dengan klasifikasi antara lain tergolong
sebagai kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet114. Istilah kredit
bermasalah telah digunakan dunia perbankan Indonesia sebagai terjemahan
problem loan yang merupakan istilah yang sudah lazim digunakan di dunia
internasional115.
Agar dapat menentukan apakah suatu kredit dikatakan bermasalah atau macet
harus didasarkan pada kolektibilitas kreditnya. Kolektibilitas adalah keadaan
109 Hasil wawancara pada karyawan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk RCR I Medan, tanggal
25 Januari 2008. 110 Ibid, hal. 777. 111 Bramantyo Djohanputro, Laporan Penelitian: Non Performing Loan (NPL), (Jakarta:
Bank Indonesia, 2007), hal. 6. 112 Peraturan Bank Indonesia No.2/ 15/ PBI/ 2000 tentang Restrukturisasi Kredit, pasal 9. 113 Mahmoeddin.AS, 100 Penyebab Kredit Macet, (Jakarta : Sinar Harapan,1995). 114 Peraturan Bank Indonesia, Op.Cit. pasal 9. 115 Mahmoeddin.AS, Op. Cit.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
pembayaran pokok atau angsuran dan bunga kredit oleh debitur serta tingkat
kemungkinan diterimanya kembali dana tersebut116.
Suatu kredit dikatakan macet dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tidak memenuhi kriteria lancar, kurang lancar dan diragukan.
b. Memenuhi kriteria diragukan, tetapi dalam jangka waktu 21 bulan sejak
digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan
kredit.
c. Kredit tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada Pengadilan
Negeri atau Badan Urusan Piutang Negara atau diajukan penggantian
ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit117.
Kredit asuransi memiliki akibat buruk terhadap likuiditas bank dan
meningkatkan kemungkinan rugi. Kerugian tentunya tidak diinginkan, karena
kerugian dapat mengurangi cadangan atau modal, yang menguras kekuatan besar
pinjaman dilakukan dengan maksud baik, namun ada beberapa orang yang
meminjam dari bank dan dari tempat lain, karenanya dijuluki sebagai ”kartu
mati” yang harus didorong dan dalam beberapa hal dipaksa untuk melaksanakan
ketentuan yang terdapat dalam perjanjian pinjaman118.
116 Rachmadi Usman,, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2001), hal. 355. 117 Ibid, hal.258. 118 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008, hal. 4.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kredit Macet
(Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri
Cabang Balige
Sebagian pemberi pinjaman termasuk bank umum, mengatakan bahwa
banyak peminjam yang mempunyai sedikit sifat maling dalam hati kecilnya.
Tetapi kelihatannya alasan utama adanya kredit bermasalah dan kemungkinan
kerugian adalah ketidakmampuan peminjam untuk mewujudkan pendapatan dari
kegiatan bisnis yang normal, kesempatan kerja, atau penjualan hartanya119.
Menurut Rene Setiawan, ada buku yang menuliskan bahwa ada beberapa faktor
penyebab terjadinya kredit bermasalah, buku ini ditulis oleh W.Reed Edward dan
K.Gill Edward. Faktor penyebab tersebut terdiri dari faktor eksternal maupun
faktor internal120.
Faktor internal yang menjadi penyebab timbulnya kredit bermasalah yaitu :
a. Kebijakan perkreditan yang ekspansif.
b. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan.
c. Itikad kurang baik dari pemilik, pengurus atau pegawai bank.
d. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit serta lemahnya
sistem informasi kredit macet121.
Sedangkan faktor eksternal penyebab timbulnya kredit bermasalah adalah :
1. Kegagalan usaha debitur.
2. Musibah terhadap debitur atau terhadap kegiatan usaha debitur.
3. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur.
119 Rachmadi Usman,, Op. Cit, hal.304-305. 120 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008, hal. 2. 121 Ibid, hal 3..
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
4. Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit122.
Sejumlah pinjaman yang diberikan untuk tujuan pembiayaan bisnis dan
keperluan pertanian dapat berkembang menjadi pinjaman bermasalah dan
kerugian karena berbagai faktor. Walaupun beberapa penyebabnya mungkin
timbul di luar dunia usaha, dan beberapa analis telah berusaha untuk menjelaskan
kegagalan dunia usaha dalam bentuk penyebab intern dan ekstern, sebagian besar
kesalahan dapat ditimpakan pada manajemen. Manajemen sebuah perusahaan
mempunyai tanggung jawab yang besar, yang meliputi pemilihan sasaran dan
jenis organisasi untuk menjalankannya, pemilihan kebijaksanaan yang akan
dijalankan sehingga memberikan hasil yang wajar pada pemilik perusahaan,
pengendalian atas proses produksi barang dan jasa yang dapat dijual, serta
melakukan penyesuaian atas kebijaksanaan dan prosedur yang ada untuk
menjamin kelangsungan operasional yang berhasil123. Jika tanggung jawab ini
tidak dipenuhi, kemampuan untuk menghasilkan pendapatan akan
menurun,akibatnya kemampuan untuk membayar kembali pinjaman bank juga
akan semakin berkurang.
Banyak yang menjadi alasan terjadinya kerugian pinjaman, dan semua alasan
yang ada bisa saja tidak berlaku untuk semua perusahaan. Sebagian pejabat kredit
mengatakan bahwa penyebab yang paling utama adalah manajemen yang
buruk124. Faktor penting lainnya adalah yang dinamakan dengan kondisi ekonomi
yang buruk,selain itu digabungkan dengan ketergantungan yang terlalu besar
122 Ibid, hal.3. 123 Bank BUMN Seperti Keong, http://www.majalahtrust.com/subscribe.html. diakses
terakhir tanggal 12 Maret 2008. 124 Ibid, hal-.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
pada pinjaman125. Kecurangan juga merupakan penyebab utama kerugian
pinjaman. Walaupun faktor tersebut juga mungkin saja dihadapi jika hubungan
antara bank dan peminjam mengalami ketegangan dan adanya kemunduran kerja
sama antara peminjam dan pihak bank yang bersangkutan. Hal ini mungkin
terjadi jika likuidasi perusahaan harus dilakukan126.
Ada 100 faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah, dimana
menurut Mahmoeddin A.S, faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Bank memiliki kemampuan teknis yang kurang.
Bank sangat memerlukan tenaga ahli/ konsultan untuk melakukan
penilaian atau analisis sebelum memberikan kredit kepada perusahaan
atau proyek yang melakukan usaha high technology seperti misalnya
industri komputer, otomotif, dan industri baja. Secara teknis sudah dapat
dipastikan pengetahuan petugas bank jauh ketinggalan, oleh sebab itu
diperlukan tenaga ahli untuk melakukan penilaian terhadap prospek kerja
usaha tersebut agar pihak bank tidak dibohongi secara mentah-mentah
oleh nasabahnya127.
Semakin canggih usaha nasabah, maka semakin telitilah bank dalam
melakukan analisisnya. Jika nasabah memiliki usaha sederhana, maka
petugas bank tentu lebih mudah memahami dan mempelajari lika-liku
bisnis nasabah tersebut. Sebaliknya jika bisnis tersebut kompleks maka
125 Eko B. Supriyanto, Sepuluh Tahun Krisis Moneter: Kesiapan Menghadapi Krisis Kedua,
(Jakarta: InfoBank Publishing, 2007), hal.11. 126 Kredit UKM Tidak Dihapusbukukan Total, http://KREDIT UKM TIDAK
DIHAPUSBUKUKAN TOTAL.html. diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 127 Mahmoeddin. 100 Penyebab Kredit Macet, (Jakarta : Sinar Harapan,1995).
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
sering para petugas bank tertinggal jauh pengetahuannya dibandingkan
para nasabahnya. Hal demikian dapat menyulitkan pihak bank dalam
menganalisis dan memberikan keputusannya128.
2. Bank terlalu mengejar target.
Bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, mempunyai
prinsip prositability129. Semakin besar keuntungan yang diperoleh maka
semakin besar pula bank tersebut di mata para pemilik saham dan para
karyawannya130. Banyaknya dana yang mengendap dalam bentuk kas,
akan merupakan dana yang harus dibayar sewanya, apakah itu
menganggur atau tidak131. Dari segi keuntungan, dana yang menganggur
dapat merugikan, atau mengurangi keuntungan bank132.
Bankir yang mempunyai target mengejar keuntungan tidak akan
mengambil resiko dengan membiarkan dana yang banyak mengendap.
Untuk mencegah ini, sebaiknya para bankir jangan terlalu mengutamakan
target tersebut dan menomorduakan analisis yang tajam atas permohonan
kredit para nasabah133.
128 M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: CV. Rejeki Agung,
2003), hal. 9-11. 129 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008,
hal. 6. 130 Write Off, http://www.jawapos.co.id/indones/jawapos/news/today/analysis/op18-1.html,
diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 131 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan,tanggal 25 Januari 2008, hal. 6. 132 M.Fadhil Hasan, Sepuluh Tahun Krisis Moneter: Kesiapan Menghadapi Krisis Kedua,
(Jakarta: InfoBank Publishing, 2007), hal.119. 133 Sigit Pramono, Sepuluh Tahun Krisis Moneter: Kesiapan Menghadapi Krisis Kedua,
(Jakarta: InfoBank Publishing, 2007), hal.321.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
3. Bank terlalu melihat riwayat nasabah.
Memang benar bahwa riwayat pinjaman seorang nasabah bank
merupakan faktor penting dalam penilaian karakternya. Tetapi tidak
jarang bahwa suatu waktu seseorang tersebut karakternya tidak teruji pada
masa-masa sulit, dan tidak jarang pengusaha akan maju usahanya, jika ia
berusaha dalam skala kecil, namun begitu usahanya membesar ia menjadi
merasa bahwa ia tidak mampu mengelolanya134.
4. Bank terlalu melihat agunan atau terlampau mementingkan jaminan.
Bank adalah lembaga keuangan yang memberikan kredit kepada
nasabahnya, bukan rumah gadai yang memberikan kredit berdasarkan
cukup atau tidaknya nilai transaksi dari barang agunan yang dijaminkan
nasabahnya135. Sebenarnya, hampir tidak ada hubungan sama sekali
antara kredit dengan jaminan, kalau dimulai dari jaminan. Tetapi
sebaliknya, jika analisis telah dilakukan secara cermat, paling akhir baru
dibicarakan pemasalahan jaminan sekedar benteng pengaman dari kredit
atau dengan motif berjaga-jaga136.
Tugas para analisis kredit adalah menghitung dengan cermat, berapa
kebutuhan kredit dari nasabah. Bukan sebaliknya, dengan nilai sejumlah
agunan tertentu, berapa nasabah diperbolehkan menikmati kredit137. Jika
permasalahan ini dilakukan secara terbalik, maka pemberian kredit sama
134 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008, hal. 2. 135 Write Off, http://www.jawapos.co.id/indones/jawapos/news/today/analysis/op18-1.html,
diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 136 Penjelasan Undang-Undang Perbankan Indonesia No. 7 tahun 1992/1998,
pasal 8 ayat (1). 137 M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: CV. Rejeki
Agung, 2003), hal. 12.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
sekali mengabaikan cash buget, atau tidak memperhitungkan Repayment
capacity dari nasabah138.
5. Bank terlalu besar memberikan kredit.
Pemberian kredit yang berlebihan dapat menyebabkan nasabah
menggunakan uangnya untuk membeli barang-barang yang tidak yang
kurang bermanfaat atau tidak produktif bagi perusahaannya139. Selain itu
alternatif lain yang akan dilakukan nasabah yang kelebihan kredit yaitu
menabungnya di bank lain, yang tentu saja memperoleh bunga yang lebih
kecil dari bunga yang harus dibayarnya kepada bank pemberi kredit, atau
bisa saja nasabah tersebut menanamkan kelebihan kredit uang dengan
membeli barang tetap yang tingkat likuiditasnya rendah, sehingga tidak
mungkin mampu menutupi kewajiban jangka pendeknya kepada bank140.
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan terjadinya pemberian
kredit yang berlebihan atau yang disebut juga dengan istilah over lending/
over creditering antara lain karena adanya kelalaian petugas dalam bank
dalam menganalisis, atau adanya unsur kesengajaan atau pun dengan
adanya kerja sama antara petugas (pihak) bank dengan nasabahnya141.
138 Ibid, hal 11. 139 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008, hal. 2. 140 Write Off, http://www.jawapos.co.id/indones/jawapos/news/today/analysis/op18-1.html,
diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 141 DPB Perbarindo DKI Jaya, http://www.dki.perbarindo.org/forum.html. diakses terakhir
tanggal 12 Maret 2008.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
6. Bank terlalu sedikit memberikan kredit.
Jika perusahaan dapat dan mampu beroperasi secara optimum maka
perusahaan tersebut juga akan dapat memperoleh laba yang
maksimum142. Produksi pada operasi yang optimum diperoleh jika modal
kerja yang digunakan sudah diperhitungkan dengan cermat dan tepat143.
Berdasarkan pengamatan kita sehari-hari, kita dapat melihat bahwa setiap
perusahaan umumnya memiliki hutang piutang dengan sesama relasi atau
mitra usahanya144.
Dengan demikian jika kredit yang diberikan tidak mencukupi maka bukan
tidak mungkin kredit nasabah tersebut akan disedot atau diminta oleh
mitra usahanya tersebut, sehingga mengakibatkan ia kehabisan dana
untuk menggerakkan aktivitas usahanya, dampaknya akan terlihat saat
pada ketidakmampuannya dalam memenuhi prestasinya kepada pihak
bank yang memberikan kredit tersebut145.
7. Nasabah melarikan diri.
Hal ini merupakan kasus yang ekstrim. Dalam kasus ini, nasabah
langsung meninggalkan alamat tempat tinggal (keberadaannya) secara
formal, sesudah memperoleh kredit. Bahkan, nasabah bisa saja
menghilang dari kota atau negara tempat ia memperoleh kredit.
142 M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: CV. Rejeki Agung,
2003), hal. 34. 143 Ibid, hal. 56. 144 Sipuk: Bank Sentral Republik Indonesia, http://www.bi.go.id/web/html. diakses tanggal 12
Maret 2008. 145 Ibid, hal-
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Tujuannya agar pihak bank tidak dapat atau pun kesulitan melacak
nasabah tersebut146.
8. Nasabah memalsukan catatan dan pembukuan.
Pemalsuan catatan dan pembukuan, baik itu pada saat pengajuan kredit
maupun pada selama kredit berjalan, dapat menyebabkan terjadinya kasus
kredit yang boleh dikatakan mendekati fiktif dimana bank terjebak dalam
kasus penipuan147.
Catatan dan pembukuan nasabah merupakan sumber utama dalam
menganalisis perjalanan bisnis nasabah. Adapun isi dari catatan tersebut
adalah menerangkan mengenai prospek perusahaan dan keadaan usaha
nasabah yang bersangkutan. Jika catatan tersebut palsu maka si pembaca
yaitu pihak bank akan dibohongi oleh nasabah. Cepat atau lambat catatan
ini akan bermuara pada ketidak beresan kredit nantinya148.
9. Perusahaan nasabah sulit berkembang.
Bank memberikan kredit kepada perusahaan yang sulit berkembang149.
Ukuran suatu bank dikatakan sulit berkembang dapat dilihat pada laporan
keuangan dimana angka-angka dari tahun ke tahun menunjukkan grafik
yang datar, bahkan bisa menurun. Terutama dapat dilihat pada laba
perusahaan yang hampir sama setiap tahun150.
146 M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: CV. Rejeki Agung,
2003), hal. 34. 147 Ibid, hal. 36. 148 Ibid, hal. 38-39. 149 M.Fadhil Hasan, Sepuluh Tahun Krisis Moneter: Kesiapan Menghadapi Krisis Kedua,
(Jakarta: InfoBank Publishing, 2007), hal. 105. 150 Bank BUMN Seperti Keong. http://www.majalahtrust.com/subscribe.html. diakses
terakhir tanggal 12 Maret 2008.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Usaha untuk menangkal hal ini, bank harus mendidik nasabah berbisnis
dengan baik dan tepat. Jika perlu mendidik mereka melakukan pencacatan
berdasarkan kebiasaan yang berlaku151.
10. Nasabah dan bankir melakukan kolusi
Nasabah dan bankir harus melakukan kerjasama yang baik dalam arti
positif. Hal ini adalah demi kelancaran usaha nasabah, demi kelancaran
pengembalian kredit, demi keberhasilan usaha perbankan dan akhirnya
demi kesuksesan para bankir dalam membina nasabah dan banknya
sendiri152.
Jika kerjasama antara bankir dan nasabah dilakukan secara negatif, maka
hal ini disebut kolusi atau persekongkolan. Dimana yang paling dirugikan
adalah bank sebagai perusahaan, dan yang memperoleh keuntungan
adalah nasabah dan bankir secara pribadi153.
151 Mar’ie Muhammad, Sepuluh Tahun Krisis Moneter: Kesiapan Menghadapi Krisis Kedua,
(Jakarta: InfoBank Publishing, 2007), hal. 70. 152 Kredit UKM Tidak Dihapusbukukan Total, http://KREDIT UKM TIDAK
DIHAPUSBUKUKAN TOTAL.html. diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 153 Mahmoeddin. AS., 100 Penyebab Kredit Macet, (Jakarta : Sinar Harapan,1995).
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
C. Akibat Kredit Macet (Bermasalah).
Keadaan ekonomi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan
keuangan peminjam dan atas kerugian pinjaman bank154. Dalam masa
kemakmuran, peminjam memperoleh hasil yang baik karena pendapatan relatif
tinggi, tapi dalam masa resesi kemampuan untuk melunasi pinjaman mengalami
penurunan155.
Kredit bermasalah mempunyai akibat buruk terhadap likuiditas bank dan
meningkatkan kemungkinan rugi. Sebagaimana diketahui, apabila kredit
bermasalah atau kredit macet perbankan tidak ditangani secara tuntas, maka
dikhawatirkan dapat menjadi salah satu penghambat pertumbuhan kredit
perbankan yang pada gilirannya dapat mengganggu pencapaian pertumbuhan
ekonomi156. Kredit bermasalah atau macet yang jumlahnya relatif semakin besar
juga akan mengganggu efektifitas kebijaksanaan dalam upaya memantapkan suku
bunga kredit157. Selain itu, adanya permasalahan kredit macet yang arah
penyelesaiannya belum jelas, pada saatnya dapat mengganggu terciptanya sistem
perbankan yang sehat158.
154 Soeworo,Gunarni. Sepuluh Tahun Krisis Moneter: Kesiapan Menghadapi Krisis Kedua,
(Jakarta: InfoBank Publishing, 2007), hal.312. 155 J. Soedradjad Djiwandono, Sepuluh Tahun Krisis Moneter: Kesiapan Menghadapi Krisis
Kedua, (Jakarta: InfoBank Publishing, 2007), hal.50. 156 Ibid, hal. 51. 157 Ibid, hal. 50. 158 Write Off, http://www.jawapos.co.id/indones/jawapos/news/today/analysis/op18-1.html,
diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
BAB IV
PENYELESAIAN KREDIT MACET (BERMASALAH) ATAS PINJAMAN
NASABAH BANK
A. Penanganan Atau Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Pada PT.
Bank Mandiri Cabang Balige.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam dunia usaha perbankan
khususnya menyangkut pemberian pinjaman kredit kepada para nasabah di PT.
Bank Mandiri, untuk melengkapi administrasinya diperlukan beberapa syarat
yang harus dilengkapi atau dipenuhi agar suatu kredit dapat diberikan antara lain:
1. Jika calon debitur perorangan yaitu:
a. Warga Negara Indonesia.
b. Umur, minimum 21 tahun.
c. Memiliki pekerjaan/ penghasilan tetap.
d. Menyerahkan agunan/ jaminan kredit.
e. Untuk calon debitur yang sudah menikah, harus disetujui oleh suami/ istri
debitur.
f. Memiliki NPWP (Nomor Pengguna Wajib Pajak) untuk fasilitas kredit
diatas lima puluh juta rupiah.
g. Menyerahkan dokumen sebagai berikut:
- Foto copy Kartu Keluarga.
- Foto copy Surat Nikah/Cerai.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
- Foto copy dokumen agunan (IMB, SPPT, PBB, BPKP, dan
sebagainya).
- Asli slip gaji/ Surat Keterangan Penghasilan.
- Foto copy rekening/buku tabungan atau giro pribadi yang merupakan
rekening penampungan penghasilan, minimal 3 bulan terakhir.
- Foto copy Surat Keterangan Pengangkatan Pegawai/ Surat Keterangan
lamanya bekerja dan jabatan terakhir di perusahaan.
- Foto copy izin- izin praktek profesi sebagai calon debitur
profesional159.
2. Jika calon debitur perusahaan yaitu:
a. Menyerahkan copy dokumen sebagai berikut:
- Anggaran Dasar Perusahaan dan Akta Perubahan Anggaran Dasar
Terakhir.
- NPWP (Nomor Pengguna Wajib Pajak), TDP, SIUP HO dan surat ijin
lainnya.
- Agunan.
b. Neraca rugi laba minimal 3 periode terakhir termasuk tahun berjalan.
c. Realisasi aktifitas usaha minimal 6 bulan terakhir.
d. Tujuan penggunaan kredit.
e. Rencana biaya dan pendapatan (proyeksi laba/rugi) minimal selama
jangka waktu kredit yang diminta.
f. Cash flow projection untuk selama jangka waktu kredit yang diminta.
159 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008 ,hal. 1.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
g. Curiculum vitae dari para pengurus160.
Syarat-syarat kredit ini merupakan syarat umum, dan untuk jenis kredit
tertentu dimungkinkan ada penambahan syarat lain161.
Selain memiliki syarat, PT. Bank Mandiri juga memiliki prosedur dalam
pemberian kreditnya antara lain:
1. Calon debitur mengajukan permohonan tertulis kepada Bank Mandiri yang
ditandatangani oleh calon debitur sendiri, atau bagi calon debitur perusahaan
permohonan ditandatangani oleh perjabat yang berwenang sesuai anggaran
dasar perusahaan. Permohonan tersebut diajukan ke Business Unit sesuai
jenis kredit yang diinginkan calon debitur.
2. Bank melakukan verivikasi data/ dokumen yang disampaikan oleh calon
debitur dan jika diperlukan melakukan peninjauan ke lapangan.
3. Bank akan melakukan penolakan langsung apabila kredit yang dimohonkan
oleh calon debitur termasuk dalam kriteria:
a. Kredit akan digunakan untuk membiayai usaha yang dilarang menurut
aturan Bank Mandiri atau ketentuan yang berlaku
b. Usaha/ bisnis yang akan dibiayai menurut Bank Mandiri tidak layak untuk
dipertimbangkan
4. Apabila bank berpendapat bahwa calon debitur mempunyai reputasi baik
dan usaha yang akan dibiayai dengan fasilitas kredit mempunyai prospek
bisnis yang baik maka permohonan dilanjutkan dengan analisa kredit
yang dilaksanakan oleh analis di business unit
160 Ibid, hal. 2. 161 Ibid, hal. 3.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
5. Pemutusan kredit dilakukan berdasarkan nota analisa yang dilakukan oleh
Unit Business bersama dengan unit Risk Management sesuai dengan
tingkat kewenangannya dalam rapat komite kredit.
6. Keputusan dari Rapat Komite Kredit kemudian disampaikan kepada calon
debitur dalam bentuk Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit (SPPK)
7. Jika debitur setuju dengan syarat-syarat kredit yang dicantumkan dalam
SPPK, debitur menandatanganinya dan mengembalikan kepada bank
sebagai tanda persetujuannya beserta syarat yang dibutuhkan seperti yang
disyaratkan dalam SPPK
8. Berdasarkan SPPK yang sudah disetujui calon debitur tersebut, Credit
Operation Unit akan membuat Perjanjian Kredit (PK) atau draft PK
apabila PK harus dibuat dalam bentuk akta notarial dan dilanjutkan
dengna pengikatan agunan.
9. Setelah PK ditandatangani, dilakukan pencairan kredit162.
Semua debitur PT. Bank Mandiri harus memiliki rekening (tabungan/ giro) di
PT. Bank Mandiri yang akan digunakan untuk pendebetan atas angsuran pokok,
bunga dan biaya lainnya dari fasilitas kredit yang bersangkutan163.
Banyak faktor penyebab terjadinya kredit macet sebagai resiko dalam usaha
perbankan, tetapi faktor yang paling dominan terjadi dalam permasalahan
perbankan sehari-hari khususnya pada PT. Bank Mandiri antara lain:
162 Ibid, hal. 2. 163 Ibid, hal. 3.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
1. Usaha debitur mengalami kendala, baik yang disebabkan faktor intern
maupun ekstern. Faktor internal yang menjadi penyebab timbulnya kredit
bermasalah yaitu :
a. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan.
b. Itikad kurang baik dari pemilik, pengurus atau pegawai bank.
c. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit serta lemahnya
sistem informasi kredit macet.
d. Kebijakan perkreditan yang ekspansif.
Sedangkan faktor eksternal penyebab timbulnya kredit bermasalah antara
lain:
a. Kegagalan usaha debitur.
b. Musibah terhadap debitur atau terhadap kegiatan usaha debitur.
c. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur.
d. Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit.
2. Fasilitas kredit digunakan tidak sesuai dengan rencana kredit atau terjadi
penyalahgunaan kredit
3. Debitur meninggal dunia
4. Debitur dinyatakan pailit oleh Pengadilan164.
Usaha-usaha yang dilakukan oleh pejabat-pejabat kredit ditujukan agar masa
tertentu kredit yang diberikan dapat kembali dengan baik dan membawa
keuntungan yang diharapkan165.
164 Write Off, http://www.jawapos.co.id/indones/jawapos/news/today/analysis/op18-1.html,
diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 165 Ibid, hal-
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Untuk menentukan langkah yang perlu diambil dalam menghadapi kredit
yang bermasalah, terlebih dahulu kita meneliti sebab-sebab terjadinya kemacetan
pada perkreditan166. Bila kemacetan disebabkan oleh faktor-faktor ekstern seperti
bencana alam, bank tidak perlu lagi mengadakan analisis, tetapi yang perlu
dilakukan adalah membantu debitur untuk segera memperoleh suatu penggantian
dari pihak asuransi167.
Yang perlu diteliti adalah sebab-sebab kemacetan kredit karena faktor-faktor
intern, yaitu terjadi karena sebab-sebab manajerial. Bilamana bank telah
sepenuhnya memperhatikan kelancaran kredit dan mengikuti perkembangan
perusahaan secara seksama, maka bila terjadi kemacetan kredit yang berakibat
fatal karena faktor-faktor intern, sedikit banyak terkait pula kesalahan-kesalahan
pada pejabat/karyawan bank melakukan pembinaan dan/atau pengawasan.
Artinya, kontrol dan pembinaan belum dijalankan secara baik, kecuali bila upaya
tadi telah dijalankan dengan baik, masih juga terjadi kesulitan keuangan, perlu
diteliti kembali, sebab kemacetan kredit tersebut secara lebih mendalam lagi.
Mungkin terjadinya kemacetan yang sedemikian ini memang disengaja oleh
manajemen, yang berarti pengusaha telah melakukan hal-hal yang tidak jujur168.
Sepandai apapun analis kredit dalam manganalisis setiap permohonan kredit,
kemungkinan kredit tersebut macet pasti ada. Hal ini disebabkan oleh unsur-
unsur sebagai berikut:
166 Ibid, hal- 167 Ibid, hal- 168 Muchdarsyah Sinungun, Managemen Dana Bank, edisi ke-dua, (Jakarta: Bumi
Aksara,1993), hal. 280.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
a) Dari pihak perbankan
Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang teliti, sehingga
apa yang seharusnya terjadinya, tidak diprediksi sebelumnya. Dapat pula
terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur sehingga
dalam analisisnya dilakukan secara subjektif169.
b) Dari pihak nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat terjadi akibat dua hal yaitu:
a. Adanya unsur kesengajaan.
Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar
kewajibannya kepada bank, sehingga kredit yang diberikan macet. Atau
dengan kata lain, tidak adanya unsur kemauan untuk membayar.
b. Adanya unsur tidak sengaja.
Artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak mampu. Contohnya
kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, kena hama,
kebanjiran dan sebagainya, sehingga kemampuan untuk membayar kredit
tidak ada170.
Dalam hal kredit bermasalah atau macet, pihak bank perlu melakukan
penanganan kredit macet yang berupa penyelamatan, sehingga tidak akan
menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan
memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit
terkena musibah, atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk
169 M.Fadhil Hasan, Sepuluh Tahun Krisis Moneter: Kesiapan Menghadapi Krisis Kedua,
(Jakarta: InfoBank Publishing, 2007), hal. 109. 170 Ibid, hal. 105.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
membayar. Terhadap kredit yang mengalami kemacetan sebaiknya dilakukan
penyelamatan sehingga bank tidak mengalami kerugian171.
Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara antara lain:
1. Rescheduling yaitu dengan cara sebagai berikut:
a. Memperpanjang jangka waktu kredit
Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka
waktu kredit, misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari enam bulan
menjadi satu tahun sehingga debitur mempunyai waktu yang lebih lama
untuk mengembalikannya.
b. Memperpanjang jangka waktu angsuran
Dalam hal ini, jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang
pembayarannya. Misalnya dari tiga puluh enam (36) kali menjadi empat
puluh delapan (48) kali dan hal ini tertentu saja jumlah angsuran pun
menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran172.
2. Reconditioning
Reconditioning adalah penyelamatan kredit dengan cara mengubah berbagai
persyaratan yang ada seperti:
a. Kapitalisme bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok.
b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu.
171 Write Off, http://www.jawapos.co.id/indones/jawapos/news/today/analysis/op18-1.html,
diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 172 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008, hal. 5.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Dalam hal penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu,
maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan
pokok piutangnya tetap harus dibayar seperti biasa173.
c. Penurunan suku bunga.
Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban
nasabah. Sebagai contoh, jika pertahun sebelumnya dibebankan 20%
diturunkan menjadi 18%. Hal ini tergantung dari pertimbangan yang
bersangkutan. Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah
angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu
meringankan beban nasabah174.
d. Pembebasan bunga.
Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan
pertimbangan nasabah tidak akan mampu lagi membayar kredit tersebut.
Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok
pinjamannya sampai lunas175.
3. Restructuring.
Restructuring (Restrukturisasi kredit) yaitu perubahan syarat-syarat pinjaman
yang menyangkut perubahan dana dari bank, atau konversi seluruh atau
sebagian pinjaman menjadi equility perusahaan, yang dapat dilakukan dengan
cara menambah jumlah kredit. Restrukturisasi kredit terdiri dari:
a. Penurunan suku bunga kredit
173 Ibid, hal. 6. 174 Forum: Meningkatkan RR, http://www.p2kp.org/default.,html. diakses terakhir tanggal 12
Maret 2008. 175 Ibid, hal-
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
b. Perpanjangan jangka waktu kredit
c. Pengurangan tunggakan bunga kredit
d. Penambahan fasilitas kredit
e. Konversi kredit penyertaan modal sementara176.
4. Penyitaan jaminan.
Penyitaan jaminan merupakan jalam terakhir apabila nasabah sudah benar-
benar tidak punya itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk
membayar semua hutang-hutangnya177.
5. Penyelamatan kredit lainnya antara lain:
a Konversi valuta kredit
b Penambahan modal oleh investor oleh investor strategis178.
176 Write Off, http://www.jawapos.co.id/indones/jawapos/news/today/analysis/op18-1.html,
diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 177 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, edisi ke-enam, (Jakarta: Rajawali Press,
2002), hal. 115-117. 178 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008, hal. 3.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
B. Langkah-Langkah Yang Ditempuh Bila Terjadi Kredit Macet
(Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Di PT. Bank Mandiri
Cabang Balige.
Pada umumnya penyelesaian kredit macet atau kredit bermasalah antara
debitur dan pihak bank (dalam hal ini PT. Bank Mandiri sebagai kreditur) ada
beberapa jenis antara lain:
1. Novasi, yaitu penggantian debitur oleh pihak ketiga yang selanjutnya menjadi
debitur baru (novator) atas persetujuan Bank.
2. Subrogasi, yaitu penggantian hak-hak kreditur oleh pihak ketiga karena
adanya pembayaran hutang oleh pihak ketiga tersebut.
3. Likuidasi agunan, yaitu pencairan agunan fasilitas kredit debitur dalam
rangka menurunkan atau melunasi kewajiban kredit debitur kepada Bank
yang terdiri dari:
Penjualan agunan kredit dibawah tangan (tanpa melalui lelang) yang
dilakukan oleh debitur yang bersangkutan sebagai pemilik agunan, atau
pemilik agunan dengan persetujuan debitur terhadap barang yang sudah
dijadikan jaminan namun belum diikat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku179.
Penjualan dengan cara lelang yaitu penjualan agunan melalui suatu lelang
umum dengan harga minimal sebesar harga limit yang sudah ditetapkan
dan bertujuan untuk membayar kewajiban kredit debitur, antara lain:
179 Ibid, hal. 4.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
- Lelang sukarela, yaitu penjualan agunan melalui lelang terhadap
agunan yang belum/tidak diikat sesuai ketentuan yang berlaku untuk
menurunkan atau melunasi kewajiban kredit debitur kepada Bank
berdasarkan permintaan debitur sebagai pemilik agunan atau atas
permintaan pemilik agunan dengan persetujuan debitur.
- Lelang eksekusi yaitu penjualan agunan melalui lelang terhadap
agunan yang sudah diikat sesuai ketentuan yang berlaku untuk
menurunkan atau melunasi kewajiban kredit debitur kepada Bank
yang dilakukan oleh Bank selaku kreditur180.
Penebusan agunan kredit adalah pencairan/penarikan agunan dari Bank
oleh pemilik agunan atau ahli warisnya (bukan debitur) dalam rangka
penyelesaian kredit dengan menyetorkan sejumlah uang yang besarnya
ditetapkan oleh Bank dengan ketentuan sebagai berikut:
- Agunan yang sudah diikat penebusannya minimal sebesar nilai Hak
Tanggungan apabila nilai Hak Tanggungan lebih kecil dari nilai pasar,
dan minimal sebesar nilai pasar apabila nilai pasar lebih kecil dari
Hak Tanggungan.
- Agunan yang belum diikat, penebusannya minimal sebesar nilai
pasar181.
Adapun praktek penyelesaian kredit bermasalah/ macet biasanya dilakukan
melalui tiga jalur yaitu:
180 Ibid, hal. 4. 181 Ibid, hal. 5.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
1. Melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN).
Cara ini adalah untuk kredit macet di bank milik negara. Biasanya kredit yang
telah macet (dan telah diupayakan penagihannya/ penyelesaiannya) melalui
BUPLN untuk selanjutnya akan dilakukan pelelangan/ penjualan benda
jaminan182. Namun tidak selamanya pelelangan atau penjualan itu dilakukan
dengan bantuan BUPLN, sebab apabila bank telah memperoleh ”kuasa
menjual” maka ia dapat menjual harta jaminan tersebut di bawah tangan183.
Untuk memperoleh pengembalian kredit dari hasil pelelangan bukanlah hal
yang mudah dan cepat. Pengalaman menunjukkan bahwa untuk menjual
agunan melalui prosedur lelang sangat sulit untuk memperoleh pembeli an
harga yang memadai. Kadang-kadang bank justru memperoleh pengembalian
yang sangat rendah. Agar tidak terlalu merugikan pihak bank, maka hukum
perbankan yang baru memberikan kesempatan kepada bank untuk turut serta
dalam pelelangan (sebagai pembeli lelang), sebab jika bank dapat menguasai
agunan itu dari pelelangan maka nantinya bank dapat menjual agunan itu
secara perlahan-lahan menurut harga yang berlaku di pasaran184.
2. Proses Litigasi di Pengadilan.
Apabila suatu kredit bermasalah atau macet (dari bank swasta), maka
penyelesaiannya dapat dilakukan dengan melalui pengadilan. Proses litigasi
merupakan langkah terpaksa yang dilakukan bank apabila debitur
182 Write Off, http://www.jawapos.co.id/indones/jawapos/news/today/analysis/op18-1.html,
diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 183 Ibid, hal- 184 Kredit UKM Tidak Dihapusbukukan Total, http://KREDIT UKM TIDAK
DIHAPUSBUKUKAN TOTAL.html. diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
menunjukkan itikad tidak baik yang sengaja menyembunyikan harta
bendanya yang masih cukup banyak untuk melunasi kreditnya185.
Akan tetapi proses litigasi sering kali dinilai oleh masyarakat memakan waktu
bertahun-tahun. Sementara di lain pihak, lembaga sandera (gijzeling) yang
dulunya dapat dianggap sangat membantu sebagai alat pemaksa debitur untuk
melunasi hutangnya, telah dihapus pemberlakuannya oleh Mahkamah Agung
dengan SEMA No.2 tahun 1960 jo. No.24 tahun 1975186.
Di sisi lain, lembaga unit Voerbaar Bij Vooraad187 yang semestinya dapat
diberlakukan secara penuh untuk mempercepat/ memperpendek prosedur
litigasi kredit macet, ternyata lembaga ini pun telah diperlakukan setengah
hati188. Jadi jelaslah, mengharapkan lembaga pengadilan untuk
menyelesaikan kredit bermasalah atau macet secara cepat bukanlah pilihan
yang tepat. Dapat dikatakan pilihan ini hanyalah pilihan terpaksa.
Adapun penyelesaian kredit macet/ bermasalah melalui Pengadilan Negeri
dan Pengadilan Niaga. Penyelesaian melalui Pengadilan Negeri, dengan cara
melakukan:
a. Somasi
b. Eksekusi Hak Tanggungan, Sertifikat Hipotik, Jaminan Fidusia, Credit
Verband (parate eksekusi).
c. Gugatan
185 Write Off, http://www.jawapos.co.id/indones/jawapos/news/today/analysis/op18-1.html,
diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008. 186 Undang-Undang No. 49/Prp/1960 BUPLN. 187 Forum: Meningkatkan RR, http://www.p2kp.org/default.,html. diakses terakhir tanggal 12
Maret 2008. 188 Ibid, hal-
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
d. Eksekusi grosse akta-akta pengakuan hutang189.
Sedangkan penyelesaian kredit macet/ bermasalah melalui Pengadilan Niaga
adalah dengan mengajukan pailit190.
3. Melalui Arbitrase atau Perwasitan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penyelesaian kredit macet/
bermasalah melalui BUPLN maupun melalui pengadilan dipandang kurang
menguntungkan, karena waktu yang diperlukan relatif lama dan jumlah uang
yang bisa ditarik juga sangat kecil. Oleh karena itu, kalangan pakar hukum
perbankan mencoba menawarkan penggunaan lembaga arbitrase untuk
penyelesaian kredit macet191. Lembaga ini sebenarnya telah lama dikenal
dalam hukum kita yaitu dalam Undang-Undang No.14 tahun 1970 jo. Pasal
377 HIR192.
Lembaga arbitrase dapat berupa badan yang institusional yang telah lama
terbentuk seperti Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) yang dibentuk
oleh KADIN tahun 1977. Para pihak (bank dan nasabah) dapat menunjuk
suatu panitia Adhoc yang dibentuk secara insidental atas pilihan para pihak
khusus untuk menyelesaikan kasus mereka193.
Adapun keuntungan dari penggunaan lembaga arbitrase dalam penyelesaian
kredit macet menurut Sutan Syahdeni adalah sebagai berikut:
1. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan penyelesaian melalui pengadilan.
189 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008, hal. 5. 190 Ibid, hal. 6. 191 Ibid hal. 7. 192 Ibid, hal. 7. 193 Ibid, hal. 8.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
2. Suatu putusan arbitrase tidak bisa diperjanjikan dalam Klausula Arbitrase sebagai putusan dalam tingkat pertama dan terakhir sehingga menambah cepatnya penyelesaian melalui arbitrase.
3. Putusan arbitrase tidak bisa dimintakan Kasasi maupun Peninjauan Kembali, bahkan upaya hukum itu tidak mungkin ditempuh sekalipun para pihak telah memperjanjikan demikian (pasal 642 Rv).
4. Bila sengketa perkreditan diperjanjikan untuk diselesaikan oleh BANI, maka dimungkinkan para pihak untuk menunjuk salah seorang arbiter itu dari pihaknya, sehingga akan dapat membela kepentingan dalam majelis arbiter tersebut.
5. Dengan adanya peluang untuk menunjuk arbiter dari pihak sendiri (misalnya ahli perbankan), maka diharapkan keputusan yang diambil akan benar-benar adil karena diputuskan dengan memperhatikan seluk beluk teknis perbankan yang pada umumnya tidak dikuasai oleh Hakim pengadilan.
6. Semua pemeriksaan dalam sidang arbitrase dan putusannya dilaksanakan dengan pintu tertutup. Hal ini menguntungkan bagi para pihak ingin menghindari publikasi.
7. Putusan arbitrase di eksekusi seperti putusan hakim biasa menurut cara-cara yang biasa bagi suatu pelaksanaan putusan194.
C. Penghapusan Kredit (Dihapusbukukan).
Yang dimaksud dengan penghapusbukuan adalah menghapus dari
pembukuan sebagian atau seluruh pinjaman macet sesuai dengan criteria
pinjaman yang layak untuk dihapusbukukan yakni pinjaman yang 6 bulan setelah
jatuh tempo pelunasan tidak pernah membayar angsuran pinjamannya.
Penghapus bukuan tidak berarti hapus tagih. Pinjaman yang telah dihapus buku
masih harus ditagih sampai dengan seluruh pinjaman dapat tertagih. Maksimum
besar pinjaman yang dihapus bukukan adalah sebesar laba yang diperoleh pada
194 Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta: Andi,2005), hal. 137-140.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
bulan bersangkutan. Penghapusbukuan tidak boleh menggunakan sumber dana
dari modal, sehingga mengurangi modal awal dana bergulir195.
Secara umum, kriteria kredit yang dapat dihapusbukukan adalah sebagai
berikut:
Syarat umum (berlaku kumulatif) yaitu:
1. Kolektibilitas macet.
2. Restrukturisasi sudah tidak mungkin lagi dilakukan, dibuktikan dengan berita
acara yang ditandatangani oleh dua pejabat kredit (salah satunya pimpinan
cabang)196.
Syarat khusus (berlaku alternatif) yaitu:
1. Debitur telah meninggal dunia dan tidak ada asuransi jiwa/ klaim ditolak dan
ahli waris tidak mampu/ tidak mau membayar.
2. Debitur tidak diketahui lagi alamatnya yang dibuktikan dengan Surat
Keterangan Kelurahan/ Kepala Desa setempat sesuai KTP yang
bersangkutan.
3. Debitur terkena PHK/ rasonalisasi pegawai, dikeluarkan atau dipecat dengan
tidak hormat dari dinas, dan pesangon atau hak-hak yang diterima tidak
mencukupi untuk menutupi sisa kreditnya sesuai dengan keterangan dari
instansi yang bersangkutan.
4. Surat Keterangan (SK) palsu yang dibuktikan dengan berita acara pelaporan
kepolisian/ pihak yang berwenang.
195 Forum Meningkatkan RR.,http://www.p2kp.org/default.asp.html., diakses terakhir tanggal
12 Maret 2008. 196 Ibid, diakses terakhir tanggal 12 Maret 2008.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
5. Dokumen kredit tanpa asli Surat Keterangan (SK) Kepegawaian tidak
dikuasai oleh pihak PT. Bank Mandiri197.
6. Kredit bermasalah karena kasus (penyelewengan oleh bendaharawan/ pejabat
pihak ketiga lainnya) di instansi debitur dan pelaku telah dikenai sanksi
kedinasan. Dalam kasus ini diputus oleh pejabat setingkat lebih tinggi198.
Untuk mengantisipasi adanya resiko kemacetan kredit yang ditanggung oleh
PT. Bank Mandiri sebagai akibat meninggalnya debitur, maka setiap debitur
kredit harus diasuransikan dengan fasilitas Asuransi Jiwa Kredit kepada
perusahaan asuransi (penganggung)199.
Asuransi jiwa kredit adalah pertanggungan jiwa oleh pihak asuransi atas
resiko jiwa pihak debitur tertanggung yang dalam hal ini adalah nasabah kredit
dari Kantor Cabang PT. Bank Mandiri, apabila debitur tertanggung tersebut
meninggal dunia dalam masa jangka waktu kredit200.
Ada beberapa hal penting yang terkandung dalam asuransi jiwa kredit yaitu:
a) Objek pertanggungan.
Yang dipertanggungkan oleh Kantor Cabang PT. Bank Mandiri adalah
seluruh nasabah kredit.
b) Besar pertanggungan.
Besarnya nilai pertanggungan adalah sebesar pokok pinjaman yang tercantum
dalam perjanjian kredit.
197 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri RCR 1Medan, tanggal 25 Januari 2008, hal. 6. 198 Pradjoto, Sepuluh Tahun Krisis Moneter: Kesiapan Menghadapi Krisis Kedua, (Jakarta:
InfoBank Publishing, 2007), hal. 294. 199 Sumber: Data Dari PT. Bank Mandiri, Op.Cit, hal. 6. 200 Ibid, hal. 7.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
c) Premi asuransi.
Yaitu besarnya premi asuransi jiwa debitur kredit yang diasuransi-jiwakan.
Setiap akhir bulan seluruh titipan premi asuransi dilimpahkan ke rekening
perusahaan asuransi201.
d) Jangka waktu pertanggungan.
Jangka waktu berlakunya pertanggungan adalah sejak ditandatanganinya
kredit sampai dengan akhir bulan jatuh tempo kredit tersebut.
e) Timbulnya hak klaim.
Hak klaim timbul terhitung sejak tanggal debitur yang bersangkutan
meninggal dunia, sepanjang meninggalnya masih dalam jangka waktu masa
pertanggungan atau jangka waktu kredit.
f) Kadaluarsa klaim.
Batas waktu kadaluarsa pengajuan klaim adalah enam (6) bulan dari tanggal
kematian debitur202.
201 Ibid, hal-. 202 Ibid, hal-.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dari keseluruhan isi
skripsi ini dan juga beberapa saran.
A. Kesimpulan.
Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka
penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Adapun syarat yang harus dipenuhi nasabah agar suatu pinjaman kredit dapat
diberikan oleh pihak bank adalah:
A. Jika calon debitur perorangan maka syarat yang diperlukan yaitu:
a. Warga Negara Indonesia.
b. Umur, minimum 21 tahun.
c. Memiliki pekerjaan/ penghasilan tetap.
d. Menyerahkan agunan/ jaminan kredit.
e. Untuk calon debitur yang sudah menikah, harus disetujui oleh suami/
istri debitur.
f. Memiliki NPWP (Nomor Pengguna Wajib Pajak) untuk fasilitas
kredit diatas lima puluh juta rupiah.
g. Menyerahkan dokumen-dokumen lain yang diperlukan pihak bank.
B. Jika calon debitur perusahaan yaitu:
a. Menyerahkan copy dokumen sebagai berikut:
- Anggaran Dasar Perusahaan dan Akta Perubahan Anggaran Dasar
Terakhir.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
- NPWP (Nomor Pengguna Wajib Pajak), TDP, SIUP HO dan surat
ijin lainnya.
- Agunan.
b. Neraca rugi laba minimal 3 periode terakhir termasuk tahun berjalan.
c. Realisasi aktifitas usaha minimal 6 bulan terakhir.
d. Tujuan penggunaan kredit.
e. Rencana biaya dan pendapatan (proyeksi laba/rugi) minimal selama
jangka waktu kredit yang diminta.
f. Cash flow projection untuk selama jangka waktu kredit yang diminta.
g. Curiculum vitae dari para pengurus.
2. Tidak ada suatu pemberian pinjaman kredit tanpa adanya agunan yang dapat
menjamin kredit yang diberikan.
Pada dasarnya jenis agunan yang diperlukan untuk satu jenis kredit yang
sama adalah sama untuk semua calon nasabah, baik Pegawai Negeri Sipil
atau bukan. Dimana agunan yang paling penting adalah agunan tunai berupa
Deposito Berjangka Bank Mandiri, Tabungan Bank Mandiri dan Giro Bank
Mandiri. Sedangkan agunan yang lain berupa tanah dan bangunan diatasnya
dengan bukti kepemilikan Sertifikat Hak Milik, Sertifikat Hak Guna
Bangunan dan Sertifikat Hak Guna Usaha. Semua debitur PT. Bank Mandiri
harus memiliki rekening (Tabungan/ Giro) di PT. Bank Mandiri yang akan
digunakan untuk pendebetan atas angsuran pokok, bunga dan biaya lainnya
dari fasilitas kredit yang bersangkutan.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Dalam hal perjanjian kredit antara pihak bank dengan nasabah debitur,
dimana bila debitur yang bersangkutan meninggal dunia pada saat kredit
masih atau sedang berjalan, maka sisa pinjaman kredit yang belum dilunasi
tersebut tidak akan dibebankan kepada ahli warisnya, akan tetapi sudah
dialihkan kepada pihak perusahaan asuransi (penanggung).
3. Kredit bermasalah tidak hanya terjadi pada nasabah debitur umum, tetapi juga
pada debitur berstatus badan usaha. Dimana penyebab terjadinya kredit
bermasalah pada debitur dapat terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
a. Usaha debitur mengalami kendala baik yang disebabkan faktor intern
maupun ekstern.
b. Fasilitas kredit digunakan tidak sesuai dengan rencana kredit atau terjadi
penyalahgunaan kredit.
c. Debitur meninggal dunia.
d. Debitur dinyatakan pailit oleh Pengadilan.
B. Saran.
Setelah mempelajari permasalahan-permasalahan yang menjadi pembahasan
dalam skripsi ini, maka penulis mencoba untuk memberikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Sebaiknya ketentuan pasal 8 Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang
perbankan ditinjau kembali, karena isi pasal tersebut seolah-olah memberikan
celah bagi debitur untuk mempermainkan kredit yang diberikan pihak bank,
dimana kemungkinan debitur nakal dapat melakukan pinjaman ke bank lain
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
sementara pinjaman kredit pada bank sebelumnya belum tentu dapat dilunasi
hingga tuntas. Selain itu ada juga kemungkinan bahwa debitur akan
melarikan diri dari tempat kediamannya dan pindah ke tempat lain demi
menghindari kewajibannya terhadap bank tersebut.
2. Sebaiknya pihak bank lebih berhati-hati dan memberikan perlakuan/
pelayanan yang sama kepada semua debitur dalam hal analisis pemberian
kredit.
3. Adanya pengawasan dari pihak bank terhadap usaha yang dilakukan debitur
setiap waktu tertentu (misalnya sekali tiga bulan) juga dapat membantu
pencegahan kredit macet dan penyalahgunaan kredit.
4. Terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam KKN pemberian kredit, pemberian
kredit secara rangkap dan kepada nasabah debitur yang melarikan diri dari
pelunasan pinjaman sebaiknya ditindak dengan sanksi yang tegas, karena
perbuatan tersebut dapat merugikan pihak bank yang bersangkutan.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU.
Budianto, Agus. Merger Bank Di Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.
Bahsan, M. Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: CV. Rejeki
Agung, 2003.
Badrulzaman, Mariam Darus. Perjanjian Kredit Bank, Bandung: Alumni, 1978.
Irawan, Hesty. Penelitian Tentang Aspek Hukum Restrukturisasi Kredit Dalam
Rangka Menggerakkan Sektor Riil, Badan Pembinaan Hukum Nasional
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 2001.
Jusuf, Jopic. Kiat Jitu Memperoleh Kredit Bank, Jakarta: PT. Elex Media
Computindo Kelompok Gramedia, 2003.
Kasmir. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya (edisi ke-enam), Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2001.
Mahmoeddin, AS. 100 Penyebab Kredit Macet, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1995.
Manurung, Mandala dan Rahardja Prathama. Uang, Perbankan Dan Ekonomi
Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia), Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2004.
Supriyanto, Eko B. dan cs. 10 Tahun Krisis Moneter: Kesiapan Menghadapi
Krisis Kedua,Jakarta: InfoBank Publishing, 2007.
Sinungan, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank (edisi ke-dua), Jakarta: Bumi
Aksara, 1993.
Supramono, Gatot. Perbankan Dan Masalah Kredit, Jakarta: Djambatan, 1995.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Sutarno. Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung: Alfabeta, 2003.
Tjiptoadinugroho, R. Perbankan Masalah Perkreditan, Jakarta: Pradnya
Paramita, 1994.
Togatorop, Sumber Jaya. Skripsi ”Tinjauan Yuridis Terhadap Pemberian
Pinjaman Kredit Kepada PNS Berdasarkan Ketentuan UU No. 7 Tahun
1992”, Medan: Fakultas Hukum USU, 1998.
Untung, Budi. Kredit Perbankan Di Indonesia, Yogyakarta: Andi, 2005.
Usman, Rachmadi. Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2001.
W. Reed Edward dan K. Gill Edward. Bank Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Hasil wawancara dari karyawan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk RCR 1, Medan,
tanggal 25 Januari 2008.
B. PERUNDANG-UNDANGAN.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 1998 Tentang
Program Rekapitalisasi Bank Umum.
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/ 150/ KEP/ DIR/ Tahun 1998
Tentang Restrukturisasi Kredit.
C. BAHAN DARI INTERNET.
Write Off, http:// www.jawapos.co.id/ indones/ jawapos/ news/ today/ analysis/
op 18-1.html.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Kajian Restrukturisasi Kredit Industri Tekstil (Studi Kasus Bank M), http://
www. digilib. itb. ac. id/ contact. html.
Teknisi Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Pendekatan Hukum, http://
www. Komisihukum. go. id./ index. html.
Kiat Cara Menekan Kredit Bermasalah, http:// www. dki. perbarindo. org/ artikel.
html.
Bank Mandiri, Consumer Banking, http:// www. bankmandiri. co. id/ index. aspx.
html.
Forum: Meningkatkan RR, http:// www. p2kp. org/ default., html.
DPD Perbarindo DKI Jakarta dan Sekitarnya, http:// www. dki. perbarindo. org/
artikel. html.
Kredit UKM Tidak Dihapusbukukan Total, http:// www. KREDIT UKM TIDAK
DIHAPUSBUKUKAN TOTAL. html.
Bank BUMN Seperti Keong, http:// www. majalahtrust. com/ subscribe. html.
Sipuk: Bank Sentral Republik Indonesia, http:// www. bi. go. id/ web/ html.
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008
Melisa N. Sihotang : Penyelesaian Kredit Macet (Bermasalah) Atas Pinjaman Nasabah Bank Pada PT. Bank Mandiri Cabang Balige, 2008 USU Repository © 2008