bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.ums.ac.id/63582/3/bab-i.pdf · mempersyaratkan nasabah...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi, dengan mengembangkan sistem ekonomi yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan. Guna mewujudkan tujuan tersebut, pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional diarahkan pada perekonomian yang berpihak pada ekonomi kerakyatan, merata, mandiri, handal, berkeadilan, dan mampu bersaing di kancah perekonomian internasional. Salah satu bentuk penggalian potensi dan wujud kontribusi masyarakat dalam perekonomian nasional tersebut adalah pengembangan sistem ekonomi berdasarkan nilai Islam (Syari’ah) dengan mengangkat prinsip-prinsipnya ke dalam sistem hukum nasional. Prinsip syari’ah berdasarkan pada nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan (rahmatan lil ’alamin). Prinsip syari’ah merupakan bagian dari ajaran Islam yang berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi Islam adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya. Kegiatan usaha yang berdasarkan pada prinsip syari’ah antara lain adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur: Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (bathil) antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas dan waktu

Upload: others

Post on 08-Mar-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tujuan pembangunan nasional adalah

terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi, dengan

mengembangkan sistem ekonomi yang bertumpu pada mekanisme pasar yang

berkeadilan. Guna mewujudkan tujuan tersebut, pelaksanaan pembangunan

ekonomi nasional diarahkan pada perekonomian yang berpihak pada ekonomi

kerakyatan, merata, mandiri, handal, berkeadilan, dan mampu bersaing di kancah

perekonomian internasional. Salah satu bentuk penggalian potensi dan wujud

kontribusi masyarakat dalam perekonomian nasional tersebut adalah

pengembangan sistem ekonomi berdasarkan nilai Islam (Syari’ah) dengan

mengangkat prinsip-prinsipnya ke dalam sistem hukum nasional. Prinsip syari’ah

berdasarkan pada nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan, dan

keuniversalan (rahmatan lil ’alamin). Prinsip syari’ah merupakan bagian dari

ajaran Islam yang berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi

Islam adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya. Kegiatan usaha yang

berdasarkan pada prinsip syari’ah antara lain adalah kegiatan usaha yang tidak

mengandung unsur:

Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (bathil) antara lain dalam

transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas dan waktu

2

penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang

mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima

melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah). Maysir, yaitu

transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat

untung-untungan. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak

dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat

transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syari’ah. Haram, yaitu transaksi

yang objeknya dilarang dalam syari’ah. Zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan

ketidakadilan bagi pihak lainnya. (Effendi, 2016)

Terlihat jelas kedudukan dan peran ekonomi Islam yang diwujudkan

dalam lembaga keuangan syari’ah merupakan suatu keharusan untuk

dikembangkan, terlebih lembaga keuangan tersebut memiliki landasan hukum,

sehingga dapat memberi peran yang maksimal dan membeli daya tawar yang

positif untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Perkembangan

lembaga keuangan syari’ah perlu diiringi dengan proses sosialisasi yang

maksimal. Namun saat ini proses sosialisasi dan pelayanan yang diberikan

lembaga keuangan yang berbasis syari’ah kepada masyarakat belum efektif.

Sehingga pemahaman dan dan kesadaran masyarakat masih belum banyak

mengetahui manfaat atau benefit yang diperoleh dengan menggunakan lembaga

keuangan yang berbasis syari’ah. Salah satu produk lembaga keuangan yang

mempunyai potensi besar dan memberikan manfaat yang tinggi seperti dijelaskan

di atas adalah asuransi syari’ah. Sebagaimana diketahui asuransi syari’ah

merupakan pokok dari lembaga keuangan yang notabene adalah lembaga

3

keuangan bukan bank. Sehingga hal ini tidak bersentuhan langsung dengan

perputaran perekonomian negara seperti halnya lembaga keuangan yang menjadi

salah satu instrument kebijakan moneter. Sehingga peran asuransi syari’ah

tersebut lebih mampu dalam merangkul masyarakat sehingga memberikan

kontribusi terhadap masyarakat. (Burhanuddin , 2010:98)

Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin modern ini dengan

perkembangan jumlah pelaku ekonomi, perkembangan jumlah kebutuhan barang

dan jasa, serta memunculkan kekhawatiran manusia akan adanya risiko yang

terjadi pada mereka, seperti risiko yang dapat membahayakan diri seseorang, harta

benda, dan lain-lain. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang

perasuransian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan

asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh

perusahaan asuransi sebagai imbalannya. (Sastri, Sujana, Sinarwati, 2017).

Apabila mengamati perusahaan asuransi maka ditemukan dua macam bentuk:

a) asuransi umum, yaitu jenis perlindungan yang dikaitkan dengan kerugian atau

kerusakan harta benda yang dimiliki oleh seseorang;

b) asuransi jiwa, yaitu jenis perlindungan yang dikaitkan dengan hidup matinya

seseorang.

Definisi asuransi syari’ah di Indonesia secara baku dijelaskan dalam Fatwa

DSN No: 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syari’ah bahwa

asuransi syari’ah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara

sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau Tabarru’

yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui

4

akad (perikatan) yang sesuai dengan syari’ah. Definisi asuransi dalam bahasa

Arab disebut at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin, sedangkan tertanggung

disebut mu’amman lahu atau musta’min. At-ta’min diambil dari kata amana yang

artinya memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut

(Sula, 2004). Asuransi jiwa syari’ah dan asuransi jiwa konvensional mempunyai

tujuan yang sama, yaitu pengelolaan atau penanggulangan risiko. Perbedaan

mendasar antara keduanya adalah cara pengelolannya dalam hal pengelolaan

risiko asuransi konvensional berupa transfer risiko dari para peserta kepada

perusahaan asuransi (risk transfer). Sedangkan asuransi jiwa syari’ah menganut

asas tolong-menolong dengan membagi risiko di antara peserta asuransi jiwa (risk

sharing). (Zainuddin Ali, 2008:59)

Di Indonesia, asuransi syari’ah baru ada pada akhir tahun 1994 yaitu

dengan berdirinya Asuransi Takaful Indonesia yang diprakarsai oleh Tim

Pembentuk Asuransi Takaful Indonesia (TEPATI) dan dipelopori oleh ICMI

melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, Asuransi Jiwa Tugu

Mandiri, Pejabat dari Departemen Keuangan, dan Pengusaha Muslim Indonesia

(Redhika, Mahalli, 2014). Dari tahun ke tahun bisnis asuransi syari’ah semakin

diminati.

Berikut adalah data perusahaan asuransi syari’ah yang ada di Indonesia,

baik yang bersifat full asuransi syari’ah atau unit usaha syari’ah:

Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Asuransi Jiwa Unit Usaha Syari’ah Tahun 2016

No. Nama

Perusahaan

Izin Unit Usaha Syari’ah

No. Nama

Perusahaan

Izin Unit Usaha Syari’ah

Nomor Tanggal Nomor Tanggal

1 Asuransi Jiwa KEP- 7 Nopember 10 PT Axa KEP- 27 Juli 2009

5

Bersama Bumiputera 1912

268/KM.6/2002

2002 Financial Indonesia

237/KM.10/2009

2 PT AIA Financial KEP-268/KM.10/2

009

14 Agustus

2009

11

PT Axa

Mandiri

Financial Services

KEP-076/KM.10

/2009

20 April 2009

3

PT Asuransi

Allianz Life Indonesia

KEP-

440/KM.5/2005

20 Desember

2005

12 PT BNI Life

Insurance

KEP-

186/KM.6/2004

19 Mei 2004

4

PT Asuransi Jiwa

Bringin Jiwa Sejahtera

KEP-

007/KM.6/2003

21 Januari

2003

13

PT Great

Eastern Life Indonesia

KEP-

076/KM.5/2005

2 Maret 2005

5 PT Asuransi Jiwa

Central Asia Raya

KEP-

070/KM.10/2

007

05 April 2007

14

PT Panin

Daichi Life

(d/h PT Panin

Life)

KEP-

247/KM.10

/2009

30 Agustus

2009

6 PT Asuransi Jiwa Manulife

Indonesia

KEP-107/KM.10/2

009

13 Mei 2009

15 PT Prudential Life

Assurance

KEP-585/SKM.1

0/2010

8 Oktober

2010

7 PT Asuransi Jiwa

Mega Life

KEP-038/KM.10/2

007

15 Maret

2007

16

PT Sun Life Financial

Indonesia

KEP-585/SKM.1

0/2010

8 Oktober

2010

8 PT Asuransi Jiwa

Sinar Mas MSIG

KEP-

041/KM.5/2005

17 Januari

2005

17

PT Tokio Marine Life

Insurance

Indonesia (d/h PT MAA

Life

Assurance)

KEP-

058/KM.10/2008

9 April 2008

9 PT Avrist

Assurance

KEP-

326/KM.5/20

05

28 September

2005

18 PT ACE Life

Assurance

KEP-

19/NB.223/

2014

16 September 2014

(Izin UUS

2014)

19 PT Financial Wiramitra

Danadyaksa

KEP-254/NB.22

3/2015

14 Juli 2015

Sumber : Publikasi Otoritas Jasa Keuangan, 2016

Tabel 1.2 Daftar Perusahaan Asuransi Jiwa Full Syari’ah Tahun 2016

No. Nama

Perusahaan

Izin Unit Usaha Syari’ah

No. Nama

Perusahaan

Izin Unit Usaha Syari’ah

Nomor Tanggal Nomor Tanggal

1 PT Asuransi

Takaful Keluarga

KEP-260/KM.10/2

012

14 Juni 2012

4

PT Asuransi

Jiwa Syari’ah

Jasa Mitra Abadi

KEP- 96

/D.05/2015

28 Agustus

2015

2 PT Asuransi Jiwa

Syari’ah Al-Amin

KEP-220/KM.10/2

010

30 April 2010

5

PT Asuransi

Syari’ah

Keluarga Indonesia

KEP- 124

/D.05/2015

30 Nopember

2015

3

PT Asuransi Jiwa

Syari’ah Amanahjiwa Giri

Artha

KEP-

539/KM.10/2

012

24 September 2012

Sumber : Publikasi Otoritas Jasa Keuangan, 2016

6

Sejak adanya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

426/KMK.06/2003 tentang perjanjian usaha dan kelembagaan perusahaan

asuransi dan perusahaan reasuransi. Peraturan ini dapat dijadikan dasar oleh

perusahaan asuransi konvensional untuk mendirikan perusahaan asuransi syari’ah.

Sebagaimana ketentuan dalam pasal 3 yang menyebutkan bahwa "setiap pihak

dapat melakukan usaha asuransi atau usaha reasuransi berdasarkan prinsip

syari’ah". Melihat prospek yang sangat cerah ini, tak heran jika terutama sejak

tahun 2003 banyak perusahaan asuransi konvensional yang membuka cabang

syari’ah. Namun dalam perkembangannya pertumbuhan perusahaan perasuransian

Syari’ah di Indonesia tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. 2 2013 2014

Tabel 1.3 Pertumbuhan Usaha Asuransi Jiwa Dengan Prinsip Syari’ah

2011 - 2015

Keterangan /

Description 2011 2012 2013 2014 2015

Jumlah

Tertanggung

(Polis /

Tertanggung) /

Number of

Insureds (Policy

/Insured)

4.766.193 4.488.198 4.306.098 4.721.863 4.762.542

Premi Bruto

(Triliun Rp) /

GrossPremium

(Triliun Rp)

4,08 5,2 7,19 8,39 8,27

Klaim (Triliun

Rp) / Claim

(TrillionRp)

1,04 1,24 1,69 2,2 2,58

Investasi (Triliun

Rp) /Investments

(TrillionRp)

6,43 9,09 11,54 16,4 19,6

Aktiva (Triliun

Rp) / Assets

(TrillionRp)

7,25 10,02 12,8 18,08 21,73

Sumber : Data Statistik Perasuransian diolah, 2015

7

Dari data statistik perasuransian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diatas,

aset, investasi dan premi bruto perusahaan asuransi syari’ah mengalami

pertumbuhan dan penurunan. Perkembangan premi bruto ini merupakan yang

terendah dibandingkan dengan aset dan investasi. Selain ditemukannya data

pertumbuhan premi bruto yang melambat pada perusahaan asuransi syari’ah di

Indonesia, tingkat efisiensi pengelolaan Dana Tabarru’ pun menjadi sorotan.

Menurut Karim Consulting Indonesia dalam Islamic Finance Outlook 2015

menyebutkan bahwa kinerja perusahaan asuransi syari’ah dalam mengelola dana

tabarru’ di tahun 2013 masih kurang optimal. Hal ini dapat ditunjukkan dengan

hanya 6 asuransi jiwa yang meraih surplus di tahun tersebut, sementara pada

asuransi umum masih terdapat 7 perusahaan yang mengalami defisit di tahun

tersebut (Islamic Finance Outlook 2015, 2015).

Oleh karena itu, penilaian tingkat efisiensi perusahaan asuransi menjadi

suatu hal yang penting untuk dibahas. Karena tingkat efisiensi berguna untuk

mengetahui bagaimana kemampuan manajerial perusahaan asuransi syari’ah

tersebut dalam mengelola perusahaannya. Efisiensi dalam situasi ideal disebut

dengan efisiensi ideal (absolut) yang nilainya selalu 100% berarti jumlah output

yang dihasilkan sama dengan jumlah input yang digunakan. Namun, pada

kenyataannya kondisi ideal tersebut sangat sulit untuk dicapai karena banyak

faktor yang mempengaruhi, maka dilakukan pendekatan dengan efisiensi yang

bersifat relatif. Dalam hal ini nilai efisiensi suatu objek tidak dibandingkan

dengan kondisi ideal (100%) namun dibandingkan dengan nilai efisiensi objek-

objek lain. Dalam penelitian ini objek-objek yang dibandingkan adalah Total

8

Aset, Beban Komisi (Biaya Komisi) dan Beban Administrasi yang termasuk

dalam variabel input dengan Kontribusi Bruto dan Dana Tabarru’ di variabel

output.

Total Aset adalah Keseluruhan dari aset lancar dan aset non lancar

(Miniaoui & Chaibi, 2014). Biaya Komisi atau Beban Komisi adalah Biaya yang

harus dikeluarkan oleh perusahaan asuransi yang diberikan kepada agen atau

broker karena adanya jasa yang diterima (Rahman, 2013), sedangkan Beban

Administrasi adalah semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi

dan umum (Supriono, 2011).

Kontribusi Bruto adalah jumlah bruto yang menjadi kewajiban peserta

untuk porsi risiko dan ujrah (Al Amri, 2015). Dana Tabarru’ terdiri dari kata

dana dan Tabarru’. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata dana berarti uang yang

disediakan atau sengaja dikumpulkan untuk suatu maksud, derma, sedekah,

pemberian, atau hadiah. Dari segi istilah, memiliki berbagai jenis makna Tabarru’

diantaranya al-wasiat, al-waqaf dan al-hibah (Hasan, 2005:69). Kata lain yang

berkaitan erat dengan Tabarru’ adalah tathawwu’ yang berarti nama bagi apa-apa

yang disyariatkan sebagai bentuk tambahan atas hal yang wajib. Sehingga makna

Tabarru’ secara implisit dapat menjadi suatu hal yang wajib dan hal yang tidak

wajib, bisa juga menjadi hal yang sunnah atau tambahan atas hal-hal yang wajib.

Faktor lain dari pentingnya penilaian tingkat efisiensi perusahan asuransi

syari’ah yaitu karena adanya tuntutan persaingan dengan asuransi konvensional.

Yang mana asuransi konvensional pada tahun 2013 memiliki pertumbuhan premi

bruto sebesar 9,8% berada di atas pertumbuhan premi bruto asuransi Syari’ah

9

(Otoritas Jasa Keuangan, 2014). Selain itu, para pemegang polis atau para calon

nasabah potensial berkepentingan untuk mengetahui kinerja efisiensi perusahaan

asuransi syari’ah. Agar dapat mempercayai perusahaan asuransi tersebut dalam

perjanjian dengan jangka waktu yang cukup panjang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini antara lain:

1. Apakah variabel input dan variabel output berpengaruh terhadap efisiensi

Perusahaan Asuransi Jiwa Syari’ah di Indonesia pada kurun waktu tahun

2015-2016?

2. Apakah terdapat pengaruh variabel yang paling dominan dari variabel

input maupun variabel output terhadap efisiensi Perusahaan Asuransi Jiwa

Syari’ah di Indonesia pada kurun waktu tahun 2015-2016?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan pengaruh variabel input dan variabel output terhadap

efisiensi Perusahaan Asuransi Jiwa Syari’ah di Indonesia pada kurun

waktu tahun 2015-2016.

2. Mendeskripsikan pengaruh yang paling dominan dari variabel input dan

variabel output terhadap efisiensi Perusahaan Asuransi Jiwa Syari’ah di

Indonesia pada kurun waktu tahun 2015-2016.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai:

10

1. Bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan

kebijakan.

2. Informasi yang dapat memberikan gambaran bagi peneliti lain yang

berkaitan dengan masalah ini.

E. Metode Penelitian

1. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber–sumber hasil penelitian yang

telah ada serta laporan–laporan dari instansi tertentu yang relevan dengan masalah

yang diteliti. Data sekunder bersifat historis dan telah disusun sehingga peneliti

tidak memerlukan akses kepada responden. Penggunaan data sekunder umum di

lakukan karena sangat membantu dalam penelitian dan dapat di desain untuk

keperluan penelitian.

Penelitian ini memakai data dari 4 (empat) Perusahaan Asuransi Jiwa

Syari’ah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun

2015-2016. Variabel yang akan diamati adalah Total Aset, Beban Komisi dan

Beban Administrasi (Variabel Input ) serta Kontribusi Bruto dan Dana Tabarru’

(Variabel Output ). Data sendiri diperoleh dari terbitan-terbitan yang dikeluarkan

oleh Otoritas Jasa Keuangan dan Laporan Keuangan tahunan yang dikeluarkan

oleh Perusahaan Asuransi Jiwa Syari’ah.

2. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif.

Kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui

11

pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan

prosedur statistik.

Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis Data Envelopment

Analysis (DEA). Data Envelopment Analysis (DEA) adalah sebuah metode

frontier non parametrik yang menggunakan model program linier untuk

menghitung perbandingan rasio output dan input untuk semua unit yang

dibandingkan dalam sebuah populasi.

Menurut Said (2012), DEA adalah metode linier yang dibuat untuk

menunjukkan tingkat efisiensi dari suatu Decision Making Unit (DMU) dapat

dianalisis dengan meggunakan dua pendekatan yaitu orientasi input dan orientasi

output. Orientasi input memberikan informasi tentangs eberapa banyak jumlah

input yang bisa dikurangi secara proporsional tanpa mengubah jumlah output

yang dihasilkan.

Sedangkan orientasi output memberikan informasi tentang seberapa

banyak jumlah output yang bisa ditingkatkan secara proporsional tanpa

mengurangi jumlah input yang ada (Hendrawan & Sumantri, 2013).

Berikut adalah persamaan umum pada metode Data Envelopment Analysis

(Sutawijaya dan Etty, 2009) :

ℎ𝑠 = ∑ = 1 𝑚

𝑖 𝑢𝑖𝑠, 𝑦𝑖𝑠

∑ = 1 𝑛𝑖 𝑢𝑗𝑠, 𝑦𝑗𝑠

Dimana:

ℎ𝑠 = efisiensi teknik perusahaan asuransi jiwa syari’ah

12

𝑢𝑠 = bobot output i yang dihasilkan per perusahaan

𝑢𝑗𝑠 = bobot input j yang digunakan per perusahaan

𝑦𝑖𝑠 = jumlah output i yang dihasilkan masing-masing perusahaan

𝑦𝑗𝑠 = jumlah input j yang digunakan masing-masing perusahaan

m = adalah jumlah output yang diamati

n = adalah jumlah input yang diamati

Dalam model DEA menurut Nizar (2015) terdapat dua pendekatan

optimasi yang biasa digunakan , yaitu :

a. Constant Return to Scale (CRS)

Model CCR yang merupakan model dasar DEA menggunakan asumsi

constant return to scale yang membawa implikasi pada bentuk efficient set yang

linier. Model constant return to scale dikembangkan oleh Climes, Cooper dan

Rhodes (model CCR), model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan

input dan output adalah sama (constant return to scale). Artinya jika ada

tambahan input sebesar x kali, maka output akan meningkat sebesar x kali juga.

Asumsi lain yang digunakan pada model ini adalah bahwa setiap perusahaan atau

unit pembuat keputusan (UPK) beroperasi pada skala yang optimal.

b. Variable Return to Scale

Model ini dikembangkan oleh Banker, Charnes Cooper pada tahun 1984

dan merupakan pengembangan model CCR. Model ini beranggapan bahwa

perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal, asumsi dari

model ini adalah rasio antara penambahan input dan output tidak sama (variable

13

return to scale). Artinya, penambahan input x kali tidak akan menyebabkan

output naik sebesar x kali, bisa lebih kecil atau lebih besar dari x kali.

F. Sistematika Penelitian

Penulisan dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab sesuai

permasalahannya, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini memuat tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika

peneltian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini memuat teori yang diambil dari beberapa kutipan

buku, yang berupa pengertian dan definisi, penelitian terdahulu,

dan kerangka penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini memuat tentang analisa data menggunakan metode

Data Envelopment Analysis (DEA)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini memuat tentang analisis hasil dari penelitian dan

pembahasan

14

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini memuat tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan

saran atau rekomendasi yang berkaitan dengan hasil penelitian.