kreativitas guru bimbingan dan konseling ...digilib.uin-suka.ac.id/40614/1/17200011003_bab-1-bab...

81
KREATIVITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SMP NEGERI 1 KALASAN Oleh : Yudha Fitriani NIM: 17200011003 TESIS Diajukan Kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Master of Arts (MA) Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Bimbingan dan Konseling Islam YOGYAKARTA 2019

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • KREATIVITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM

    PENGEMBANGAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH

    DI SMP NEGERI 1 KALASAN

    Oleh :

    Yudha Fitriani

    NIM: 17200011003

    TESIS

    Diajukan Kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

    Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

    Gelar Master of Arts (MA)

    Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies

    Konsentrasi Bimbingan dan Konseling Islam

    YOGYAKARTA

    2019

  • vi

    ABSTRAK

    Latar belakang penelitian ini adalah program gerakan literasi sekolah

    untuk meningkatkan minat baca. Dalam penelitian ini bertujuan untuk

    mendeskripsikan kreativitas guru bimbingan dan konsleing dalam pengembangan

    gerakan literasi sekolah dan hasil kreativitas guru bimbingan dan konseling

    terhadap siswa.

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan subyek penelitian

    adalah guru bimbingan dan konseling, guru pembina minat baca, dan siswa.

    Sedangkan yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah kreativitas guru

    bimbingan dan konsleing dalam pengembangan gerakan literasi sekolah dan hasil

    kreativitas guru bimbingan dan konseling terhadap siswa. Pengumpulan data

    menggunakan metode wawancara, observasi, serta dokumentasi. Adapun analisis

    data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu data

    yang telah terkumpul disusun dan diklasifikasikan sehingga dapat menjawab dari

    rumusan masalah.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas guru bimbingan dan

    konseling dalam pengembangan gerakan literasi sekolah yaitu dengan kreativitas

    berfikir divergen dan kreativitas berfikir konvergen. Berfikir secara divergen yaitu

    berupa pemberian motivasi yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling

    dengan berbagai macam tahapan dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Pemberian

    motivasi dilakukan secara klasikal, yaitu pada saat kegiatan literasi dan pemberian

    layanan klasikal oleh kedua guru bimbingan dan konseling. Berfikir secara

    konvergen yaitu berupa teknik biblioterapi yang dilakukan oleh kedua guru

    bimbingan dan konseling saat proses konseling individu dan pada saat layanan

    klasikal. Sedangkan hasil kreativitas guru bimbingan dan konseling terhadap

    siswa yaitu peningkatan minat baca siswa. Hasil kreativitas siswa mengenai

    peningkatan minat baca, antara lain karya buku dan resensi buku, peningkatan

    laporan pengunjung dan peminjaman buku di perpustakaan, siswa mengikuti

    perlombaan minat baca, dan usulan pengadaan buku di perpustakaan.

    Kata Kunci : Kreativitas, Guru Bimbingan dan Konseling, Gerakan Literasi

    Sekolah

  • vii

    MOTTO

    Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia

    telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang

    Maha pemurah. (QS. AL-„Alaq: 1-3)

  • viii

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Tesis ini penulis persembahkan

    kepada orangtua tercinta

    Rakhmat dan Nining Yuningsih

    sebagai salah satu bentuk cinta dan kasih penulis

    atas segala do‟a, perjuangan dan pengorbanan.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    بسماهللالرحمنالرحيم

    Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT., Tuhan

    semesta alam yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayahNya sehingga

    penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Kreativitas Guru Bimbingan

    dan Konseling dalam Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah”. Shalawat serta

    salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat

    dan pengikutnya yang selalu istiqamah di jalanNya.

    Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Of

    Art (MA) pada Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi

    Bimbingan Konseling Islam Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain

    itu, dengan penulisan tesis ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran

    dalam dunia pendidikan.

    Penulisan tesis ini dapat terwujud berkat, pengarahan, bimbingan,

    dorongan, dan bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh

    karena itu, atas segala partisipasinya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Bapak Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D., selaku Rektor UIN

    Sunan Kalijaga Yogyakarta.

    2. Prof. Noorhaidi Hasan, M.A, M Phil, Ph.D., selaku Direktur Program

    Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

    3. Ro‟fah, MSW., M.A., Ph.D., selaku koordinator Program Magister

    Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

  • x

    4. Dr. Hj. Sri Sumarni, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang tiada henti-

    hentinya sabar dalam membimbing dan memotivasi penulis menyelesaikan

    tesis ini.

    5. Segenap Dosen Prodi Interdisciplinary Islamic Studies konsentrasi

    Bimbingan dan Konseling Islam, yang memberikan dan mengajarkan ilmu

    yang bermanfaat dalam perkuliahan, serta kepada seluruh karyawan dan

    petugas perpustakaan pusat dan perpustakaan Pascasarjana UIN Sunan

    Kalijaga Yogyakarta yang memberikan pelayanan secara ramah dan

    profesional.

    6. Bapak Praptonugroho, M.Pd., selaku Kepala Sekolah MTsN Babadan Baru

    Ngaglik Sleman Yogyakarta yang secara terbuka memberikan izin penelitian

    kepada penulis.

    7. Bapak Dwi Budi Santoso, S.Pd., dan Ibu Yekti Lestariningsih, S.Pd., selaku

    Guru Bimbingan dan Konseling yang telah banyak memberikan informasi

    dan pengetahuan untuk melengkapi tesis ini.

    8. Ibu R.E Ami Wardani, M.Pd., selaku Guru Bahasa Indonesia (Pembina Minat

    Baca) yang turut memberikan banyak informasi untuk melengkapi tesis ini.

    9. Orangtuaku tercinta, Ibu Nining Yuningsih dan Bapak Rakhmat atas ridha,

    do‟a dan kasih sayang, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

    10. Sahabat sejak zaman SD Vina, Qonita, Leni, Eneng, Ade, Ara, Ghina

    terimakasih banyak atas segala kasih sayang, perhatian dan kesetiaan selama

    ini.

  • xi

    11. Sahabat sejak zaman SMA Doni Damara dan Rida Nurhasanah terimakasih

    atas perhatian dan sudah bersedia menghabiskan waktu bersama-sama baik

    suka maupun duka.

    12. Sahabat otoanku Nisagala dan Fahda yang menemani suka dan duka dan

    saling memberikan semangat.

    13. Sahabat kost Lia, Novi, Tanti yang selalu memberikan semangat dan do‟anya

    dalam menyelesaikan penelitian tugas akhir tesis.

    14. Teman-teman kelas BKI Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

    khususnya Nihayah yang selalu memberikan semangat untuk penulis

    mengerjakan tesis. Terimakasih untuk dua tahun kebersamaan yang penuh

    dengan cerita manis dan semoga tetap saling terjalin silaturahmi.

    Semoga semua kebaikan, jasa dan bantuan yang diberikan mendapat

    balasan terbaik dari Allah SWT. Aamiin.

    Penulis menyadari jika tesis ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun

    segenap tenaga dan pikiran telah tercurahkan. Segala kekurangan yang ada

    dikarenakan keterbatasan yang penulis miliki. Oleh karena itu saran, masukan,

    dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

    Yogyakarta, 24 April 2019

    Penulis

    Yudha Fitriani

    NIM. 17200011003

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

    PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... ii

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .......................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN ……………………...................................... iv

    NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................................... v

    ABSTRAK ..................................................................................................... vi

    MOTTO ......................................................................................................... vii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii

    KATA PENGANTAR .................................................................................. ix

    DAFTAR ISI ……......................................................................................... xii

    DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi

    DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... xvii

    DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xviii

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................... 6

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ 6

    D. Kajiann Pustaka ...................................................................... 7

    E. Kerangka Teori ……………………………………………... 13

    F. Metode Penelitian ................................................................... 30

    G. Sistematika Pembahasan ......................................................... 36

  • xiii

    BAB III GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SMP NEGERI 1

    KALASAN ..................................................................................

    38

    A. Letak Geografis SMP Negeri 1 Kalasan ................................

    B. Visi dan Misi SMP Negeri 1 Kalasan……………………….

    38

    38

    C. Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Kalasan ………………... 39

    D. Program Kegiatan SMP Negeri 1 Kalasan …………………. 40

    E. Predikat SMP Negeri 1 Kalasan ……………………………. 44

    F. Perpustakaan SMP Negeri 1 Kalasan …................................. 45

    G. Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 1 Kalasan ………… 51

    BAB IV KREATIVITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

    DALAM PENGEMBANGAN GERAKAN LITERASI

    SEKOLAH .................................................................................

    59

    A. Kreativitas Guru Bimbingan dan Konseling dalam

    Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah …………………..

    64

    1. Kreativitas Berfikir Divergen …………………………... 64

    2. Kreativitas Berfikir Konvergen ……………………........ 70

    B. Hasil Kreativitas Guru Bimbingan dan Konseling Bagi

    Siswa dalam Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah …….

    75

    1. Peningkatan Hasil Laporan Pengunjung dan Peminjaman

    Buku di Perpustakaan …………………………………...

    77

    2. Kreativitas Siswa ……………………………………….. 82

    3. Perlombaan minat baca …………………………………. 84

    4. Usulan pengadaan buku pada perpustakaan ……………. 86

  • xiv

    BAB V PENUTUP ……………………………………………………... 90

    A. Kesimpulan ............................................................................ 90

    B. Saran ....................................................................................... 92

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Perbedaan Metode Pembelajaran Teacher Centered Learning dengan

    Student Centered Learning

    Tabel 2. Data Statistik Pengunjung Perpustakaan SMP N 1 Kalasan Tahun

    2016/2017

    Tabel 3. Laporan Peminjaman Tahunan Perpustakaan SMP N 1 Kalasan Tahun

    Pelajaran 2016/2017

    Tabel 4. Data Statistik Pengunjung Perpustakaan SMP N 1 KalasanTahun

    2017/2018

    Tabel 5. Laporan Peminjaman Tahunan Perpustakaan SMP N 1 Kalasan Tahun

    Pelajaran 2017/2018

  • xvii

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 1. Pengunjung Perpustakaan SMP Negeri 1 Kalasan

    Grafik 2. Peminjaman Buku Perpustakaan SMP Negeri Kalasan

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Tesis

    Lampiran 2 : Berita Acar Seminar

    Lampiran 3 : Daftar Hadir Perserta Seminar

    Lampiran 4 : Surat izin Melakukan Penelitian Dari KESBANGPOL Sleman

    Lampiran 5 : Surat Keterangan telah melakukan penelitian dari Sekolah

    Lampiran 6 : Pembagian Tugas Proses Bimbingan dan Konseling

    Lampiran 7 : Pembagian Waktu Kegiatan Literasi

    Lampiran 8 : Deskripsi Tugas Pembinaan Minat Baca

    Lampiran 9 : Daftar Hadir Siswa Pembinaan Minat baca

    Lampiran 10 : Daftar Hasil Seleksi Peserta Pembinaan Minat Baca dan Bakat

    Lampiran 11 : Hasil Seleksi Lomba Minat Baca

    Lampiran 12 : Data Statistik Pengunjung Perpustakaan SMP N 1 Kalasan Tahun

    2016/2017

    Lampiran 13 : Laporan Peminjaman Tahunan Perpustakaan SMP N 1 Kalasan

    Tahun Pelajaran 2016/2017

    Lampiran 15 : Data Statistik Pengunjung Perpustakaan SMP N 1 KalasanTahun

    2017/2018

    Lampiran 16 : Laporan Peminjaman Tahunan Perpustakaan SMP N 1 Kalasan

    Tahun Pelajaran 2017/2018

    Lampiran 17 : Usulan Pengadaan Buku Perpustakaan

    Lampiran 18 : Daftar Siswa Pengunjung Warung Baca

  • xix

    Lampiran 19 : Daftar Bukti Prestasi (Perlombaan)

    Lampiran 20 : Laporan Hasil Literasi Siswa

    Lampiran 21 : Hasil Karya Buku dan Resensi Buku

    Lampiran 22 : Foto-foto Saat Penelitian

    Lampiran 23 : Kartu Tanda Mahasiswa

    Lampiran 24 : Daftar Riwayat Hidup

    Lampiran 25 : Surat Penunjukkan Dosen Penguji Tesis

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Literasi merupakan kegiatan yang memiliki peran penting dalam dunia

    pendidikan. Literasi menjadi sarana bagi siswa dalam mengenal, memahami,

    dan menerapkan ilmu yang di peroleh dari sekolah. Literasi juga dapat

    berkaitan dengan kehidupan siswa, baik dirumah maupun di lingkungan

    sekitarnya. Terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang

    Budi Pekerti berkaitan dengan konteks global. Literasi sebagai subjek

    pengukuran oleh berbagai macam riset atau survey internasional.

    Di Indonesia, salah satu survey internasioanl dilakukan oleh

    Programme for International StudentAssessment (PISA). Data statistik

    menyatakan sebaliknya bahwa terdapat hasil menurunnya peringkat dalam

    kemampuan siswa dalam mencakup membaca, matematika, dan sains.

    Dibuktikan dari hasil tes yang dilakukan oleh Programme for International

    StudentAssessment (PISA) mengenai kemampuan siswa yang berusia 15 tahun

    dilihat dari kemampuan membaca, matematika, dan sains ikut berpatisipasi

    dalam PISA 2009 dan 2012 yang keduanya diikuti oleh 65 negara peserta.

    Dalam kategori kemampuan membaca, dengan hasil awal Indonesia pada

    PISA 2009 di peringkat ke-57, sedangkan pada PISA 2012 peringkat menurun

  • 2

    menjadi ke-64 dengan skor 396.1 Hasil data temuan tersebut terlihat jelas

    menunjukkan kurangnya kemampuan dan keterampilan membaca siswa.

    Dengan kata lain, dalam proses pembelajaran sekolah di Indonesia belum

    menunjukkan fungsi sekolah sebagai sebuah pendidikan yang berupaya

    menjadikan warganya terampil membaca dan menjadi pembelajar sepanjang

    hayat.

    Survey lain dilakukan oleh United Nations Educational, Scientific and

    Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2012 yang menunjukkan indeks

    membaca masyarakat Indonesia adalah 0,001. Hasil tersebut menjelaskan

    bahwa dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang membaca. Forum

    Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) pada tahun 2015

    menjelaskan laporan tentang kecakapan yang harus dikuasai dalam bentuk

    keterampilan. Keterampilan dapat mencakup literasi, kompetensi, dan

    karakter.2 Sehingga dari berbagai survey, literasi menjadi pokok pembahasan

    yang penting dan menjadi isu nasional.

    Perubahan fokus kebijakan pendidikan yang mengarah pada kecakapan

    (literasi, kompetensi, dan karakter) yang dilakukan pemerintah adalah dengan

    menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)

    Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Permendikbud

    kemudian menginisiasi munculnya Gerakan Indonesia Membaca dan Gerakan

    Literasi Sekolah.3 Gerakan Indonesia Membaca mencakup gerakan literasi

    1 Billy Antoro, Gerakan Literasi Sekolah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

    dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), hlm. 9. 2 Ibid., hlm. 5.

    3 Ibid., hlm. 6.

  • 3

    dalam ranah masyarakat dan keluarga, sementara Gerakan Literasi Sekolah

    mencakup gerakan literasi di lingkungan sekolah.

    Kebijakan pemerintah dalam gerakan literasi sekolah yaitu wajib

    membaca bagi siswa SD, SMP, atau SMA. Dengan demikian sebagai upaya

    untuk meningkatkan minat baca siswa, perlunya sekolah menyisihkan waktu

    secara sistematis dan pembiasaan membaca sebagai bagian dari penumbuhan

    budi pekerti.4 Sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu untuk membentuk siswa

    berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia. Maka dalam kegiatan membaca

    mengarahkan siswa untuk gemar membaca dan merupakan sarana untuk

    mencapai tujuan tersebut.

    Adapun buku yang mengulas pentingnya membaca bagi siswa untuk

    menumbuhkembangkan kehidupan bangsa agar lebih maju dan pentingnya

    membudidayakan membaca bagi siswa dimanapun mereka berada, baik di

    rumah, lingkungan mereka bermain, dan sekolah yang dibantu oleh pihak-

    pihak tertentu seperti guru, orang tua, dan jam belajar masyarakat.5 Selain itu,

    terdapat buku lainnya yang membahas gerakan literasi mencerdaskan negeri

    yang juga bertujuan untuk membumikan budaya baca. Namun terdapat

    perbedaan bahwa di buku ini menjelaskan tentang pentingnya literasi yang

    berada di luar sekolah atau non formal. Buku ini membahas mengenai literasi

    untuk mengubah kualitas hidup dan taman bacaan masyarakat merupakan

    4 Anies Baswedan, “Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia

    Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti.” 5 Moh. Mursyid, Membumikan Gerakan Literasi Di SeKolah. (Yogyakarta: Lemabaga

    Ladang Kata, 2016), hlm. 3-28.

  • 4

    wadah untuk menumbuhkembangkannya.6 Ulasan dari buku-buku tersebut

    menunjukkan bahwa pentingnya kegiatan membaca bagi semua kalangan usia

    dengan berbagai tempat, baik lingkungan sekolah maupun lingkungan

    masyarakat.

    Membaca merupakan salah satu kegiatan berliterasi, yang berarti

    memiliki peran penting bagi kemajuan pendidikan. SMP Negeri 1 Kalasan

    adalah salah satu sekolah di Kabupaten Sleman yang telah melaksanakan

    Gerakan Literasi Sekolah. SMP Negeri 1 Kalasan dalam penerapan gerakan

    literasi sekolah telah berlangsung dan berkembang dengan baik.

    Pengembangan gerakan literasi sekolah dapat berupa warung baca dan sudut

    baca. Kebijakan pemerintah yang bernama Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

    sebagai pendorong siswa untuk memiliki kebiasaan membaca karena gerakan

    ini merupakan upaya pembudayaan membaca di satuan pendidikan.7 Adapun

    salah satu komponen satuan pendidikan yaitu guru bimbingan dan konseling

    yang berperan penting sebagai fasilitator bagi pertumbuhan dan

    perkembangan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.

    Bimbingan dan konseling sebagai komponen penting dalam proses

    pendidikan dikarenakan untuk membantu siswa yang berada dalam proses

    berkembang agar dapat memahami dirinya seperti potensi dan kelemahan-

    kelemahan diri. Dengan kata lain maka bimbingan dan konseling tidak hanya

    menyentuh aspek permukaan saja, akan tetapi lebih utuh dan menyeluruh

    dengan tujuan terselesainya masalah-masalah siswa. Adapun layanan

    6 Muhsin Kalida dan Moh. Mursyid, Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri.

    (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015) 7 Observasi, SMP Negeri 1 Kalasan, 19 Januari 2019.

  • 5

    bimbingan dan konseling dilakukan secara komprehensif yang melibatkan

    segenap personel sekolah dan pihak terkait lainnya yang mencakup bidang

    layanan (pribadi, sosial, belajar, dan karir) dan jenis layanan (di dalam kelas

    dan di luar kelas).

    Keberadaan guru bimbingan dan konseling di sekolah dengan berbagai

    kompetensi yang dimiliki tertuang dalam PP 19/2005 menyatakan bahwa

    terdapat empat kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru

    bimbingan dan konseling yaitu, kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,

    dan profesi.8 Pada salah satu kompetensi guru bimbingan dan konseling,

    terdapat kompetensi kepribadian dengan sub kompetensi didalamnya tertulis

    bahwa seorang guru bimbingan dan konseling mampu menunjukkan kinerja

    berkualitas tinggi dengan beberapa cara seperti menampilkan tindakan yang

    cerdas, kreatif, inovatif dan produktif. Mengacu pada PP 19/2005 di atas,

    maka guru bimbingan dan konseling diharuskan memiliki skill dan kreativitas

    dalam mengajar. Model pembelajaran yang baik merupakan tugas bagi guru

    bimbingan dan konseling dalam mendukung program gerakan literasi sekolah,

    khususnya untuk minat baca para siswa.

    Berdasarkan pernyataan dan pengamatan sesuai fakta yang ada

    menunjukkan pentingnya peran pendidikan khususnya kreativitas guru

    bimbingan dan konseling yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas siswa

    dalam berbagai aspek dan pentingnya untuk kembali menumbuhkan kebiasaan

    membaca siswa. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih

    8 Bambang Sudibyo, “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

    27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Konselor.”

  • 6

    dalam mengenai kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam

    pengembangan gerakan literasi sekolah.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimana kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam

    pengembangan gerakan literasi sekolah?

    2. Bagaimana hasil kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam

    pengembangan gerakan literasi sekolah bagi siswa?

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan

    kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam pengembangan

    gerakan literasi sekolah.

    b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dan dampak kreativitas

    guru bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan literasi

    sekolah bagi siswa.

    2. Kegunaan penelitian

    a. Secara teoritis, penelitian ini untuk memberikan landasan bagi para

    peneliti lain dalam melakukan penelitian lain yang sejenis dalam

    rangka meningkatkan kemampuan membaca atau minat baca siswa.

  • 7

    b. Secara praktis, peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi

    bahan rujukan bagi guru bimbingan dan konseling, konselor, psikolog

    dan terapis mengenai kreativitas terhadap pengembangan gerakan

    literasi sekolah.

    D. Kajian Pustaka

    Telaah pustaka penting dilakukan untuk mengetahui serta

    menunjukkan persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang sudah ada

    sebelumnya. Peneliti akan memaparkan beberapa jurnal yang berkaitan

    dengan tema yang akan peneliti kemukakan. Adapun beberapa jurnal yang

    dapat dijadikan rujukan diantaranya sebagai berikut:

    Artikel jurnal pertama yang berjudul “Pengembangan Program Literasi

    Sekolah untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Dasar Tingkat Sekolah

    Menengah Pertama Negeri di Kota Medan” bahwa dari hasil penelitian

    menunjukkan adanya kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di SMP Negeri Kota

    Medan diturunkan dengan berbagai program diantaranya: 1) Reading Group,

    2) Morning Motivation, 3) Mini Library atau Pojok Baca, 4) Pengadaan

    Perpustakaan sebagai Sumber Literasi. Selain itu hasil penelitian juga

    menunjukkan bahwa sesuai dengan standar pendidikan, implementasi

    kebijakan gerakan literasi sekolah telah mengacu kepada delapan standar

    nasional pendidikan dan mengikuti tahapan gerakan literasi sekolah yang

    mencakup tahap pembiasaan, tahap pengembangan dan tahap pembelajaran.

    Beberapa faktor pendukung dan penghambat gerakan literasi sekolah antara

    lain: Faktor pendukung: 1) Sarana dan Prasarana, 2) Bahan bacaan, 3)

  • 8

    Dukungan orang tua, 4) Adanya aloakasikan waktu dan dana untuk

    menunjang kecakapan literasi siswa dan 5) Guru-guru mempunyai semangat

    belajar yang baik. Sedangkan faktor pennghambat: 1) Kerjasama guru, tenaga

    kependidikan, dan Tim GLS, 2) Kurangnya bahan bacaan dan 3) Minimnya

    minat baca siswa.9 Persamaan antara artikel jurnal dengan penelitian

    penulisterletak pada pembahasan pengembangan gerakan literasi sekolah.

    Adapun perbedaan artikel jurnal dengan penelitian penulis yaitu dilihat dari

    tujuan dan lokasi penelitian.

    Artikel jurnal kedua yang berjudul “Implementasi Kebijakan Gerakan

    Literasi Sekolah di Sekolah Dasar Islam Terpadu Lukman Al Hakim

    Internasional” dengan hasil penelitian yaitu: 1) Program yang menunjang

    kebijakan gerakan literasi di SDIT LHI: Reading Group, Morning Motivation,

    Mini library, Pengadaan perpustakaan dan kegiatan yang menunjang. 2)

    Implementasi didukung komunikasi agen pelaksana melalui rapat elemen

    sekolah. Sumber daya didukung adanya potensi guru, dana dari orangtua,

    sekolah, dan pemerintah serta sponsor. komitmen para agen pelaksana, serta

    struktur birokrasi dari pihak sekolah. 3) Faktor pendukung tersedianya sarana

    untuk mensosialisasikan kebijakan, hibah buku dari orangtua, waktu dan dana,

    guru mempunyai semangat belajar, terdapat mahasiswa PPL yang membantu,

    semua warga sekolah terlibat aktif. 4) Faktor penghambat yaitu buku yang

    mempunyai nilai dan gambar-gambar menarik sulit didapatkan di Indonesia,

    perlu adanya pengembangan program agar tidak monoton, dan belum adanya

    9 Harahap and Faisal, “Pengembangan Program Literasi Sekolah Untuk Meningkatkan

    Kualitas Pendidikan Dasar Tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Medan.” Jurnal

    Pembangunan Perkotaan, Vol. 5, No. 2, (2017), hlm. 115-122.

  • 9

    evaluasi dari berbagai program.10

    Sama halnya dengan artikel jurnal yang

    kedua bahwa persamaan penelitian ini terletak pada pembahasan kebijakan

    gerakan literasi sekolah. Adapun perbedaan antara keduanya yaitu terletak

    pada subjek dan lokasi penelitian.

    Artikel jurnal ketiga yang berjudul “Membangun Budaya Membaca

    Pada Anak Melalui Program Gerakan Literasi Sekolah” dengan hasil

    penelitian yaitu: 1) Setiap anak mempunyai kemampuan berbahasa dan

    membaca, 2) Kemampuan berbahasa dan membaca pada diri mereka

    mempunyai tahapan perkembangan yang berbeda-beda antara satu anak

    dengan anak yang lain, 3) Untuk memaksimalkan potensi bahasa dan baca

    tersebut dibutuhkan peran aktif dari berbagai pihak, mulai keluarga, sekolah

    hingga masyarakat, 4) Kendala utama dalam memaksimalkan kemampuan

    bahasa dan menumbuhkan minat baca pada diri anak adalah kurangnya

    sumber-sumber bacaan yang sesuai dengan dunia anak sehingga anak lebih

    memilih hiburan lainnya.11

    Artikel jurnal yang ketiga membahas mengenai

    program gerakan literasi sekolah dalam membangun kebiasaan membaca pada

    anak, sama halnya dengan penelitian penulis yaitu untuk meningkatkan minat

    baca siswa dengan pembiasaan membaca. Perbedaan dari kedua penelitian

    tersebut berada di subjek dan lokasi penelitian.

    10

    Ranti Wulandari, “Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar

    Islam Terpadu Lukman Al Hakim Internasional.” Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 3, Vol. 6,

    (2017), hlm. 319-330. 11

    Syaifur Rohman, “Membangun Budaya Membaca Pada Anak Melalui Program

    Gerakan Literasi Sekolah.” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 4, No. 1, (Juni

    2017), hlm. 151-174.

  • 10

    Artikel jurnal keempat yang berjudul “Hubungan Kualitas Penerapan

    Gerakan Literasi Sekolah Dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMK

    Negeri 1 Sidoarjo” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

    hubungan yang positif dan signifikan kualitas penerapan Gerakan Literasi

    Sekolah dengan kemandirian belajar siswa kelas X SMK Negeri 1 Sidoarjo.

    Kualitas penerapan Gerakan Literasi Sekolah dilihat dari proses

    pelaksanaannya dimulai dari pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran.

    Siswa yang melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah dengan kualitas yang

    tinggi maka akan memiliki kemandirian belajar yang tinggi, begitu sebaliknya

    siswa yang melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah dengan kualitas rendah

    maka memiliki kemandirian belajar yang rendah.12

    Penelitian dari artikel

    jurnal membahas mengenai penerapan gerakan literasi sekolah, sama halnya

    dengan penelitian penulis. Perbedaannya terletak dari jenis penelitiaan dan

    lokasi penelitian.

    Artikel jurnal kelima yang berjudul “Peran Guru Bimbingan dan

    Konseling Dalam Mengatasi Kecenderungan Perilaku Agresif Siswa di

    SMKN 2 Palangka Raya Tahun Pelajaran 2014/2015” dan hasil penelitian

    menunjukkan bahwa, 1) penyebab siswa berperilaku agresif adalah mayoritas

    karena karakter siswa yang keras dan menganggap bahwa perilaku yang

    mereka lakukan adalah sebuah kewajaran dan karena kurangnya pengawasan,

    perhatian dan kasih sayang dari orang tua sehingga anak cenderung

    berperilaku sesuai yang dinginkan, dan 2) peran guru Bimbingan dan

    12

    Dewi Ratna Sari and Suharningsih, “Hubungan Kualitas Penerapan Gerakan Literasi

    Sekolah Dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Sidoarjo.” Kajian Moral dan

    Kewarganegaraan, Vol. 05, No. 03, (2017), hlm. 990-1004.

  • 11

    Konseling dalam menurunkan perilaku agresif siswa SMKN 2 Palangkaraya

    cukup baik yaitu dengan memberikan konseling individual.13

    Persamaan

    antara artikel jurnal tersebut dengan penelitian penulis yaitu membahas

    mengenai guru bimbingan dan konseling. Adanya perbedaan dari kedua

    penelitian yaitu terletak pada tujuan dan lokasi penelitian.

    Artikel jurnal keenam yang berjudul “Kreativitas Siswa dan Upaya

    Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor Dalam Pengembangannya” dan

    hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas siswa SMP Negeri 2 Padang

    berada pada kategori baik, dan upaya guru bimbingan dan konseling dalam

    mengembangkan kreativitas siswa antara lain: 1) menciptakan rasa aman bagi

    siswa, 2) mengakui kelebihan siswa, 3) memberikan strategi agar siswa

    menjadi lebih kreatif, 4) memberikan pujian dan penghargaan terhadap hasil

    kreativitas siswa, 5) memotivasi siswa tentang kepercayaan diri mengutarakan

    gagasan dan pemikirannya, 6) memberikan panduan dan layanan konseling

    dalam mengembangkan kreativitas siswa. Artikel jurnal tersebut dengan

    penelitian penulis memiliki persamaan yaitu membahas tentang kreativitas

    guru bimbingan dan konseling. Perbedaannya dari kedua penelitian tersebut

    dapat dilihat dari lokasi dan subjek penelitian .

    Artikel jurnal ketujuh yang berjudul “Peran Guru Bimbingan dan

    Konseling Dalam Implementasi Gerakan Literasi Nasional” dengan hasil

    penelitian menunjukkan adanya peranan guru bimbingan dan konseling dalam

    implementasi gerakan literasi nasional sebagai berikut : 1) Layanan dasar,

    13

    Andi Riswandi Buana Putra, “Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi

    Kecenderungan Perilaku Agresif Siswa Di SMKN 2 Palangka Raya Tahun Pelajaran 2014/2015.”

    Jurnal Konseling GUSJIGANG, Vol. 1, No. 2, (November 2015).

  • 12

    seperti bimbingan kelompok dengan penggunaan buku saku motivasi,

    pengembangan media tentang “gemar membaca” 2) layanan responsif, seperti

    penerapan konseling dengan teknik biblioterapy, 3) layanan perencanaan

    individual,seperti layanan peminatan perencaaan karir : literasi jenis-jenis

    pilihan studi lanjut, 4) dukungan sistem: kebijakan sekolah berupa

    pengembangan taman bacaan, lomba literasi perpustakaandan cerdas cermat.14

    Persamaan dengan penelitian penulis yaitu mengakaji guru bimbingan dan

    konseling dalam gerakan literasi sekolah. Perbedaannya yaitu pada artikel

    jurnal tersebut disebutkan peran bimbingan dan konseling sedangkan

    penelitian penulis membahas mengenai kreativitas guru bimbingan dan

    konseling serta lokasi penelitian yang berbeda.

    Setelah melakukan kajian terhadap beberapa jurnal berkaitan dengan

    penelitian yang akan peneliti bahas, terdapat persamaan dan perbedaan dari

    beberapa jurnal penelitian dengan penelitian penulis. Persamaan dari beberapa

    penelitian dengan penelitian penulis yaitu membahas mengenai gerakan

    literasi sekolah dan guru bimbingan dan konseling, sedangkan perbedaan

    terletak pada tujuan, lokasi dan metode penelitian. oleh karena itu belum ada

    yang membahas tinjauan tentang Kreativitas Guru Bimbingan dan Konseling

    dalam Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah.

    14

    Irvan Budhi Handaka and Cecep Maulana, “Peran Guru Bimbingan Dan Konseling

    Dalam Implementasi Gerakan Literasi Nasional.” Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling,

    Vol. 1, No. 1, (2017), hlm. 227-237.

  • 13

    E. Kerangka Teori

    1. Literasi

    Literasi secara harfiah bermakna melek huruf, adapun literasi

    menurut istilah yaitu seluruh kemampuan yang dibutuhkan seseorang atau

    sekelompok komunitas yang mengikuti dan berperan untuk ambil bagian

    dalam aktivitas atau kegiatan tertentu yang berkaitan dengan teks dan

    wacana.15

    Konsep literasi bukan hanya diartikan sebagai kegiatan

    membaca dan menulis, akan tetapi dapat diartikan dalam berbagai aspek

    lain seperti ekonomi, politik, hukum, dan pendidikan.16

    Pernyataan

    tersebut mengarahkan bahwa makna literasi yang global, selain sebagai

    aktivitas membaca dan menulis namun dapat bermakna hubungan sosial

    dan cara berkomunikasi dalam masyarakat.

    Banyaknya program literasi berawal dari penerbitan Peraturan

    Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun

    2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Munculnya literasi dalam

    permendikbud ini disebutkan dalam lampiran Permendikbud butir F,

    pembiasaan kegiatan yang terdapat pada butir VI tentang mengembangkan

    potensi diri perserta didik secara utuh yaitu menggunakan 15 menit

    sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata

    pelajaran (setiap hari).17

    Salah satu kegiatan yang tertera dalam

    permendikbud ini adalah membaca selama 15 menit buku nonpelajaran

    15

    Gol Gong and Agus M. Irkham, Gempa Literasi Dari Kampung Untuk Nusantara.

    (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2012), hlm. 51. 16

    Ibid., hlm. 48. 17

    Billy Antoro, Gerakan Literasi Sekolah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

    dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), hlm. 8.

  • 14

    setiap hari yang dapat dimaknai sebagai visi pemerintah untuk peningkatan

    kemampuan literasi siswa.

    Permendikbud tersebut juga mendukung adanya Gerakan Literasi

    Sekolah (GLS) di Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,

    Gerakan Indonesia Membaca (GIM) di Direktorat Jenderal Pendidikan

    Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, dan Gerakan Literasi Bangsa

    (GLB) di Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Seluruh program

    dan gerakan tersebut diwadahi dalam Gerakan Literasi Nasional (GLN).18

    Pada tahun 2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan

    Gerakan Literasi Nasioanl sebagai bagian dari penerapan Permendikbud

    Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Gerakan

    Literasi Nasional lahir dari sinkronisasi seluruh program literasi yang ada

    di dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, seperti program

    Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Indonesia Masyarakat, dan Gerakan

    Literasi Keluarga, serta kegiatan turunan dari ketiga program tersebut.19

    Pernyataan ini menunjukkan bahwa GLN sebagai wadah untuk

    memberikan sinergi dan mengkoordinasi semua gerakan literasi dalam

    ranah sekolah, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, diantara

    gerakan literasi ranah sekolah, keluarga dan masyarakat, bahwa lingkup

    sekolah yang dapat diintervensi oleh pemerintah yaitu Gerakan Literasi

    Sekolah.

    18

    Ibid., hlm. 15. 19

    Atmazaki, dkk., Panduan Gerakan Literasi Nasional, (Jakarta: Kemendikbud, 2017),

    hlm. 5.

  • 15

    a. Gerakan Literasi Sekolah

    Gerakan literasi sekolah merupakan suatu kegiatan sekolah

    yang bersifat partisipatif oleh warga sekolah seperti kepala sekolah,

    guru, siswa, pengawas sekolah tenaga kependidikan, komite sekolah,

    orang tua/wali siswa, media massa, penerbit, akademisi, masyarakat,

    dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal

    Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan.20

    Gerakan literasi sekolah (GLS) merupakan suatu program

    pemerintah sebagai upaya pembelajaran di sekolah yang warganya

    literat sepanjang hayat. Dilihat berdasarkan Peraturan Menteri

    Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2015 yaitu tentang

    penumbuhan budi pekerti dapat dilakukan dengan pembiasaan siswa

    membaca buku non pelajaran sebelum proses kegiatan belajar

    mengajar dimulai. Hal tersebut bertujuan untuk menumbuhkan minat

    baca siswa, dan sebagai pembiasaan siswa dengan buku serta

    memperbaiki kemampuan membaca dengan begitu menjadikan siswa

    yang berbudi pekerti luhur.

    Pengertian diatas menunjukkan bahwa gerakan literasi sekolah

    merupakan suatu program pemerintah yang ditujukan untuk sekolah

    terkhusus untuk siswa guna meningkatkan kemampuan membaca dan

    mengembangkan apa yang telah diperoleh dari kegiatan tersebut

    20

    Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. (Jakarta: Kemendikbud, 2016), hlm. 7.

  • 16

    menjadi lebih produktif, kreatif berkarakter dan menumbuhkan budi

    pekerti yang baik pada siswa.

    b. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

    1) Tujuan umum

    Siswa dapat menumbuhkan dan mengembangkan budi

    pekerti melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah berupa

    gerakan literasi sekolah agar siswa menjadi pembelajar

    sepanjang hayat.

    2) Tujuan khusus

    a) Menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi di

    sekolah.

    b) Meningkatkan kemampuan warga dan lingkungan sekolah.

    agar literat

    c) Membentuk sekolah menjadi taman belajar yang

    menyenangkan dan ramah anak sehingga warga sekolah

    merasa aman dan nyaman dalam mengelola pengetahuan.

    d) Menjaga pembelajaran yang terus berlanjut dengan adanya

    beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi

    membaca.21

    Gerakan literasi sekolah memiliki beberapa tujuan, baik umum

    maupun khusus. Tujuan-tujuan tersebut sebagai tolak ukur

    keberhasilan program gerakan literasi sekolah. Adanya tujuan gerakan

    21

    Ibid., hlm. 5.

  • 17

    literasis sekolah tersebut menjadikan siswa mendapatkan

    pembelajaran yang baik.

    c. Komponen Gerakan Literasi Sekolah

    Komponen literasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi

    perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual.

    Komponen literasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

    1) Literasi dini, yaitu suatu kemampuan untuk menyimak, memahami

    bahasa lisan, dan dapat berkomunikasi melalui gambar dan lisan

    berdasarkan pengalamannya berinteraksi dengan sosialnya di

    rumah. Fondasi perkembangan literasi dasar dapat dicontohkan dari

    pengalaman siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu.

    2) Literasi dasar, yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara,

    membaca, menulis, dan menghitung yang berkaitan dengan

    kemampuan analisis seperti memperhitungkan, mempersepsikan

    informasi, mengomunikasikan, dan menggambarkan informasi

    sesuai dengan pemahaman dan penarikan kesimpulan pribadi.

    3) Literasi perpustakaan, yaitu memberkian pemahaman dengan cara

    membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi

    referensi dan periodical, memahami Dewey Decimal System

    sebagai berbagai macam pengetahuan yang memudahkan dalam

    menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan

    pengindeksan, dan memiliki pengetahuan dalam memahami

  • 18

    informasi ketika dalam penyelesaian sebuah tulisan, penelitian,

    pekerjaan, atau mengatasi masalah.

    4) Literasi media, yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai

    macam perbedaan bentuk media, seperti media cetak, media

    elektronik, media digital, dan memahami tujuan penggunaannya.

    5) Literasi teknologi, yaitu kemampuan untuk memahami

    kelengkapan teknologi, seperti perangkat keras, perangkat lunak,

    dan etika yang baik dalam memanfaatkan teknologi.

    6) Literasi visual, yaitu kemampuan untuk memahami tingkat lanjut

    antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan

    kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi

    visual dan audio-visual secara baik dan kritis.22

    Pernyataan diatas menjelaskan bahwa literasi tidak hanya

    membahas mengenai menulis, membaca atau menghitung, namun ada

    beberapa komponen literasi yang lainnya. Berbagai komponen literasi

    ini sebagai sarana dari program gerakan literasi sekolah sehingga siswa

    dapat mempelajari dan memahami berbagai komponen literasi.

    d. Tahap-tahap Gerakan Literasi Sekolah

    1) Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem

    sekolah, bertujuan untuk menumbuhkan minat warga sekolah

    terhadap bacaan dan kegiatan membaca. Penumbuhan minat

    22

    Ibid., hlm. 8-9.

  • 19

    tersebut menjadi hal fundamental bagi pengembangan kemampuan

    literasi siswa.

    2) Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan

    literasi, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memahami

    bacaan untuk menghubungkannya dengan pengalaman pribadi,

    berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi untuk lebih

    kreatif melalui penanggapan bacaan pengayaan.

    3) Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi, bertujuan untuk

    mengembangkan kemampuan memahami teks dan

    menghubungkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis,

    dan mengolah kemampuan komunikasi untuk lebih kreatif melalui

    kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku

    pelajaran. Kegiatan pada tahap ini sebagai pendukung Kurikulum

    2013 yang mensyaratkan siswa membaca buku nonteks pelajaran,

    seperti buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat

    khusus, dan dapat juga yang berkaitan dengan mata pelajaran

    tertentu sebanyak 6 buku bagi siswa SD, 12 buku bagi siswa SMP,

    dan 18 buku bagi siswa SMA/SMK. Buku laporan kegiatan

    membaca pada tahap ini disediakan oleh wali kelas.23

    23

    Ibid., hlm. 28.

  • 20

    2. Kreativitas Guru Bimbingan dan Konseling

    a. Pengertian Kreativitas

    Kreativitas sering dianggap sebagai suatu keterampilan yang

    didasarkan pada bakat tertentu, bahwa seseorang yang memiliki bakat

    tersebut dapat menjadi kreatif. Kreativitas seseorang dapat dilihat dari

    tingkah laku atau dari kegiatannya yang kreatif. Kreativitas bukanlah

    sesuatu yang belum diketahui orang-orang sebelumnya, namun

    kreativitas merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak

    mengharuskan sebagai sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia

    pada umumnya.24

    Kreativitas merupakan proses mental yang dilakukan individu

    dalam bentuk gagasan atau produk baru, atau juga menggabungkan

    antara keduanya yang melekat pada dirinya.25

    Kreativitas adalah suatu

    proses yang mencerminkan kelancaran, kelenturan (flesksibilitas), dan

    originalitas dalam berfikir, serta suatu proses dengan mengkolaborasi

    (mengembangkan, memperkaya, memperinci) sesuatu gagasan.26

    Definisi lain mengatakan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan

    dalam menciptakan produk baru atau memberikan gagasan-gagasan

    baru untuk menerapkan di dalam pemecahan masalah.27

    24

    Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. (Jakarta: Rineka Cipta,

    2010), hlm. 146. 25

    Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak

    Usia Taman Kanak-Kanak. (Jakarta: Depdikbud, 2005), hlm. 15. 26

    Utami Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah Panduan Bagi

    Guru Dan Orang Tua. (Jakarta: Grasindo,1999), hlm. 50. 27

    Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Formal Bimbingan Konseling Di

    Indonesia. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 246.

  • 21

    Pengertian-pengertian diatas menunjukkan bahwa kreativitas

    merupakan suatu proses dengan kemampuan dalam berfikir dan

    kemampuan menciptakan sesuatu atau ide-ide baru yang dapat

    dijadikan sebagai pengentasan masalah.

    b. Fungsi Kreativitas

    Keativitas memiliki beberapa fungsi yang sangat penting, antara

    lain:

    1) Mewujudkan diri sebagai kebutuhan pokok dalam hidup manusia

    2) Mencari solusi-solusi untuk memecahkan suatu masalah

    3) Memberikan kepuasan individu

    4) Meningkatkan kualitas hidup28

    Pendapat di atas bahwa fungsi-fungsi dari kreativitas merupakan

    kebutuhan yang sangat penting, karena dalam kehidupan manusia

    seringkali dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan. oleh karena

    itu kreativitas sangatlah penting sebagai pemecahan masalah atau

    memberi solusi dari persoalan-persoalan tersebut.

    Sehingga hasil dari kreativitas berdasarkan fungsinya adalah

    sebagai berikut:

    1) Individu mengenal cara mengekspresikan diri melalui hasil karya

    yang sesuai dengan kemampuannya

    2) Individu dapat menemukan dalam menemukan solusi pemecahan

    masalah

    28

    Utami Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas. Hlm. 26.

  • 22

    3) Individu dapat menikmati kehidupan secara baik dan bahagia.

    c. Kemampuan Berpikir Kreatif

    Kemampuan berpikir dibagi menjadi dua, antara lain:

    1) Berpikir konvergen (convergent thinking), yaitu kemampuan

    berpikir dengan memfokuskan pada pemikiran yang menghasilkan

    satu jawaban paling tepat terhadap suatu masalah atau persoalan.

    2) Berpikir divergen (divergent thinking), yaitu kemampuan berpikir

    yang merujuk pada pemikiran terbuka atau pada pemikiran yang

    menghasilkan banyak jawaban terhadap suatu persoalan yang sama

    atau lebih.29

    Dua macam cara berpikir kreatif di atas, masing-masing terdapat

    proses untuk mencapai kreativitas. Maka seseorang yang memiliki

    kemampuan berpikir konvergen akan terlihat dari proses kerja kognisi

    yang bersifat detail terstruktur, sedangkan seseorang yang memiliki

    kemampuan berpikir divergen akan terlihat dari proses kognisinya yang

    lebih global.

    d. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling

    Guru bimbingan dan konseling adalah seorang guru yang

    memiliki tugas untuk memberikan bantuan psikologis dan kemanusiaan

    yang dilakukan secara ilmiah dan professional, oleh karena itu seorang

    guru bimbingan dan konseling harus berusaha memiliki komunikasi

    yang baik dengan siswa yang mengalami masalah dan tantangan

    29

    Desmita, Psikologi Perkembangan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 25.

  • 23

    hidup.30

    Menurut W.S Winkel, guru pembimbing (konselor) adalah

    orang yang sepenuhnya mempimpin suatu layanan kelompok konseling

    dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah terjadi dalam kelompok

    tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa guru pembimbing (konselor)

    dalam institusi pendidikan harus memenuhi syarat yang berkaitan

    dengan pendidikan akademik, kepribadian, keterampilan berkomunikasi

    dengan orang lain dan penggunaan teknik-teknik konseling.31

    Pengertian di atas menjelaskan bahwa guru bimbingan dan

    konseling adalah seorang guru yang memiliki tugas sebagai pemberi

    bimbingan kepada siswa agar mencapai pemecahan masalah,

    pemahaman, perkembangan dan pengarahan diri yang dibutuhkan

    secara maksimal. Dengan kalimat lain, guru bimbingan dan konseling

    sebagai pelaku utama dalam suatu proses yang terus menerus untuk

    membantu perkembangan siswa.

    e. Peran Guru Bimbingan dan Konseling

    Menurut Baruth dan Robinson dalam buku Namora Lumongga,

    peran guru bimbingan dan konseling dan persepsi dari orang lain

    terhadap posisi guru bimbingan dan konseling tersebut ialah:

    1) Sebagai konselor

    a) Agar tercapainya sasaran interpersonal dan intrapersonal

    b) Mengatasi kesulitan perkembangan dan divisit pribadi

    30

    Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2008), hlm. 6. 31

    W.S Winkel, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. (Jakarta: Grasindo,

    1991), hlm 495.

  • 24

    c) Sebagai pembuat keputusan dan memikirkan rencana tindakan

    untuk perubahan dan pertumbuhan

    d) Dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan

    2) Sebagai konsultan, mampu berkolaborasi dengan orang lain yang

    mempengaruhi kesehatan mental siswa, seperti supervisor, orangtua,

    atau orang-orang yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan dari

    siswa.

    3) Sebagai agen pengubah, dapat memberikan dampak/pengaruh atas

    lingkungan untuk meningkatkan berfungsinya siswa.

    4) Sebagai agen prevensi, dapat mencegah kesulitan dalam

    perkembangan siswa. Penekanannya pada strategi pendidikan atau

    pelatihan sebagai sarana untuk memperoleh keterampilan yang

    meningkatkan fungsi interpersonal.

    5) Sebagai manager, dapat mengelola program pelayanan untuk siswa

    hingga ke fungsi administratif.32

    Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peran guru bimbingan

    dan konseling adalah sebagai pembimbing siswa yang berada di masa

    peralihan ke arah yang lebih baik, dan membantu siswa untuk dapat

    mencapai penyesuaian diri dan pengendalian diri agar siswa dapat

    menyelesaikan masalah sampai dengan terhindar dari berbagai

    permasalahan yang akan menghampirinya.

    32

    Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktik.

    (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hlm. 31.

  • 25

    f. Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling

    Seorang guru bimbingan dan konseling diharuskan memiliki

    sifat-sifat kepribadian tertentu, antara lain:

    1) Memiliki pengertian dan pemahaman terhadap orang lain secara

    objektif dan simpatik

    2) Memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dengan orang lain secara

    baik dan lancer

    3) Memahami kekurangan dalam kemampuan yang ada pada dirinya

    sendiri

    4) Memiliki jiwa dan kemauan yang mendalam terhadap siswa dan

    bersungguh-sungguh dalam memberikan bantuan kepada mereka

    5) Memiliki kedewasaan pribadi, spiritual, mental dan kestabilan

    emosi.

    Adapun menurut Saleh, kepribadian yang dimiliki setiap guru

    bimbingan dan konseling khususnya konselor muslim adalah ikhlas,

    taqwa, memiliki ilmu pengetahuan, sopan santun, dan memiliki

    tanggung jawab.33

    Sedangkan menurut Gede Sedanayasa, guru

    bimbingan dan konseling diharuskan memiliki pribadi yang

    berintegritas agar dapat membentuk siswa yang berpribadi. Ciri-ciri

    pribadi terintegrasi akan terlihat dari tampilan guru bimbingan dan

    konseling dalam memberikan layanan konseling, yaitu menunjukkan

    pribadi yang jujur, sportif di depan siswa, berempati, dapat dipercaya,

    33

    Lahmuddin, Landasan Formal Bimbingan Konseling Di Indonesia. (Bandung:

    Citapustaka Media Perintis, 2011), hlm 114-115.

  • 26

    konsisten dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling,

    bertanggung jawab terhadap layanan yang diberikan sampai masalah

    tuntas, beretika terhadap siswa, dan dapat mengambil keputusan secara

    otonomi dan mandiri.34

    g. Layanan Bimbingan dan Konseling

    Layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai

    berikut:

    1) Layanan orientasi, yaitu layanan yang membantu siswa menerima

    dan memahami lingkungan baru terutama lingkungan sekolah dan

    obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta

    mempermudah dan memperlancar peran siswa di lingkungan yang

    baru.

    2) Layanan informasi, yaitu layanan yang membantu siswa menerima

    dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir, dan

    pendidikan lanjutan.

    3) Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu

    siswa memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat, seperti

    penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, program

    studi, program pilihan, magang, kegiatan kurikuler/ekstrakurikuler,

    dan dilihat sesuai dengan potensi, bakat, dan minat serta kondisi

    pribadinya.

    34

    Gede Sedanayasa, Pengembangan Pribadi Konselor. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014),

    hlm. 19.

  • 27

    4) Layanan bimbingan belajar, yaitu layanan yang membantu siswa

    untuk pengembangan diri yang berkaitan dengan sikap dan

    kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang sesuai dengan

    kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta aspek-aspek dan tujuan

    kegiatan belajar lainnya yang sesuai dengan perkembangan ilmu,

    teknologi, dan kesenian.

    5) Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang membantu siswa

    dalam mengentaskan masalah. Layanan ini dilaksanakan oleh guru

    bimbingan dan konseling ketika siswa membutuhkan bantuan dan

    siswa yang melakukan pelanggaran.

    6) Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yang membantu siswa

    dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial,

    kegiatan belajar, perencanaan karir, dan pengambilan keputusan

    serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

    7) Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu siswa

    dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi dalam melalui

    dinamika kelompok. Layanan konseling kelompok dilakukan untuk

    menyelesaikan permasalahan yang sama dalam suatu kelompok

    siswa.35

    h. Guru Bimbingan dan Konseling yang Kreatif

    Karakteristik kepribadian yang kreatif adalah memiliki daya

    imajinasi yang kuat, adanya inisiatif, minat yang luas, bebas dalam

    35

    Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2004), hlm. 60-72

  • 28

    berpikir, bersifat ingin tahu, selalu ingin mendapat pengalaman baru,

    percaya diri, semangat yang kuat, berani mengambil resiko dan berani

    menyatakan pendapat. 36

    Ciri-ciri guru kreatif adalah fleksibel, optimis, respek, cekatan,

    humoris, inspiratif, lembut, disiplin, responsive, empati, dan

    ngefriend.37

    Berdasarkan dari pernyataan tesebut dapat dijadikan

    ukuran untuk mengukur kreatif seorang guru, khususnya guru

    bimbingan dan konseling.

    3. Model Pembelajaran

    Model pembelajaran merupakan sebuah cara yang digunakan untuk

    menerapkan suatu rencana yang telah disusun dalam bentuk kegiatan

    praktis dan nyata untuk mencapai tujuan pendidikan.38

    Model pembelajaran

    dapat diartikan sebagai metode pembelajaran intuk mengimplikasikan di

    dalam proses belajar mengajar. Pendekatan model pembelajaran terbagi

    menjadi 2 macam, yaitu pembelajaran berpusat pada guru (Teacher

    Centered Learning) dan pembelajaran berpusat pada siswa (Student

    Centered Learning). Adapun perbedaan antara metode pembelajaran

    berpusat pada guru dengan metode pembelajaran berpusat ada siswa

    dirumuskan dalam sajian tabel sebagai berikut:

    36

    Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Formal Bimbingan. hlm. 247. 37

    Anas Salaludin, Bimbingan Dan Konseling. (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 12-

    13. 38

    Noer Khosim, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Sang Surya Media, 2017), hlm. 5.

  • 29

    Tabel 1 Perbedaan Metode Pembelajaran Teacher Centered

    Learning dengan Student Centered Learning39

    No. Teacher Centered Learning Student Centered Learning

    1 Pembelajaran berupa

    pemberian pengetahuan

    disalurkan dari guru ke siswa

    Siswa dapat aktif dan kreatif

    dalam mengembangkan

    pengetahuan yang dipelajari

    2 Siswa cenderung pasif dalam

    proses penyampaian

    pengetahuan dari guru

    Siswa dapat aktif terlibat dalam

    mengolah berbagai informasi

    ilmu pengetahuan

    3 Guru dapat menuntaskan

    pembelajaran dan menguasai

    materi

    Menekankan pada pembentukan

    karakter dan kompetensi siswa

    4 Menggunakan media yang

    terbatas (limited media)

    Media belajar tanpa batas (multi

    media)

    5 Guru merupakan sumber satu-

    satunya untuk belajar

    Guru dijadikan sebagai

    fasilitator belajar siswa

    6 Guru sebagai satu-satunya

    evaluator pembelajaran

    Siswa dapat terlibat dalam

    evaluasi kegiatan pembelajaran

    7 Penilaian dan pembelajaran

    merupakan dua hal yang

    terpisah

    Integrasi antara penilaian dan

    pembelajaran

    8 Memfokuskan pada satu

    jawaban yang benar

    Beragamnya alternatif jawaban

    9 Mengembangkan satu disiplin

    ilmu

    Multidisipliner dan

    interdisipliner

    10 Proses pembelajaran lebih ke

    individual dan kompetitif

    Pembelajaran dengan adanya

    kolaborasi dan kooperatif

    11 Terlihat bahwa siswa satu-

    satunya yang dianggap

    melakukan proses

    pembelajaran

    Guru dan siswa melakukan

    pembelajaran dalam

    pembentukan sikap,

    keterampilan dan pengetahuan

    12 Guru terlihat sebagai satu-

    satunya subjek belajar dan

    siswa sebagai objek

    pembelajaran

    Kedudukan yang sama antara

    guru dan siswa yaitu sebagai

    subjek belajar yang masing-

    masing mempunyai peran

    sebagai sumber informasi ilmu

    pengetahuan

    13 Memfokuskan pada cara guru Penekanan pada cara siswa

    39

    Marwiyah, dkk., Perencanaan Pembelajaran Kontemporer Berbasis Penerapan

    Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 38.

  • 30

    melakukan pembelajara belajar dari berbagai sumber

    belajar dengan kreativitasnya

    14 Memfokuskan pada siswa

    sebagai satu-satunya yang

    perlu dinilai dan dievaluasi saat

    proses pembelajaran

    Selain siswa yang dinilai dan

    dievalusi, guru juga melukan

    kegiatan yang sama untuk

    dirinya

    Perbedaan antara model pembelajaran di atas menjelaskan bahwa

    berdasarkan kedudukan dalam proses pembelajaran, baik bersifat

    pembelajaran yang berpusat pada guru maupun berpusat pada siswa yang

    hakikatnya tetap dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Misalnya dalam

    bentuk pembelajaran Teacher Centered Learning yang dilakukan oleh guru,

    penerapannya dengan metode ceramah secara klasikal pada saat proses

    pembelajaran di kelas. Sehingga guru sebagai fasilitator dan motivator

    dalam proses pembelajaran. Sementara itu, dalam bentuk pembelajaran

    Student Centered Learning, siswa belajar aktif pada proses belajar dan

    terlibat dalam kegiatan berpikir seperti analisa hingga evaluasi baik secara

    individu maupun kelompok.

    F. Metode Penelitian

    Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

    mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.40

    Beberapa hal yang

    akan dijelaskan pada metode penelitian ini, yaitu meliputi jenis penelitian,

    penentuan subyek dan obyek penelitian, metode pengumpulan data serta

    analisis data.

    40

    Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

    (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 3.

  • 31

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat

    kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

    berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

    kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)

    peneliti adalah sebagai instrumen kunci, dan hasil penelitian kualitatif lebih

    menekankan makna daripada generalisasi.41

    Maka penelitian ini akan

    menjelaskan keadaan atau gambaran-gambaran fakta-fakta yang terjadi,

    terutama yang berhubungan dengan kreativitas guru bimbingan dan

    konseling dalam pengembangan gerakan literasi sekolah.

    2. Subyek dan Obyek Penelitian

    Subyek penelitian dapat ditemukan dengan cara memilih informasi

    untuk dijadikan “Key Informan” di dalam pengambilan data di lapangan.42

    Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Guru

    Bimbingan dan Konseling, Guru Bahasa Indonesia selaku pembina minat

    baca sekolah dan siswa.

    Guru bimbingan dan konseling dalam penelitian ini peneliti

    mengambil 2 orang guru bimbingan dan konseling yaitu Bapak Budi dan

    Ibu Yekti, dan Guru Bahasa Indonesia selaku pembina minat baca yaitu Ibu

    Ami, serta perwakilan siswa kelas VII, VIII, dan IX. Guru bimbingan dan

    konseling dan Guru bahasa indonesia dijadikan sebagai informan utama

    karena merupakan salah satu pendamping dari kegiatan gerakan literasi

    41

    Ibid., hlm. 15. 42

    Sukardi, Penelitian Subyek Penelitian, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP

    Yogyakarta, 1995), hlm. 7.

  • 32

    sekolah. Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah kreativitas guru

    bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan literasi sekolah

    SMP Negeri 1 Kalasan.

    3. Metode Pengumpulan Data

    Untuk mengumpulkan data yang diperlukan sebagai bahan

    pembahasan dan analisis, dalam penelitian ini digunakan metode-metode

    sebagai berikut:

    a. Metode Observasi

    Penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi tak

    berstruktur yaitu peneliti tidak terlibat secara langsung dengan

    kegiatan subyek, peneliti hanya sebagai pengamat independen.

    Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan

    dengan:

    1) Gambaran kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam

    pengembangan gerakan literasi sekolah.

    2) Proses implementasi hingga pengembangan gerakan literasi

    sekolah

    Peneliti melakukan pengumpulan data dari lapangan dengan

    mengamati diantaranya adalah lingkungan sekolah, suasana kegiatan

    pengembangan gerakan literasi sekolah, guru serta staf, khusus staf

    bimbingan dan konseling, lingkungan fisik bimbingan dan konseling,

    serta layanan bimbingan dan konseling yang diberikan.

  • 33

    b. Metode Wawancara

    Wawancara ini, peneliti melalui tatap muka karena dengan

    demikian peneliti dapat mengembangkan kreativitasnya dalam

    bertanya sehingga informan mengungkapkan secara lebih detail dan

    memberikan data.

    Dalam metode wawancara, peneliti menyusun pedoman

    wawancara, yaitu sesuai dengan obyek penelitian kreativitas guru

    bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan literasi

    sekolah. Dengan dilakukan wawancara, maka akan menemukan data

    yang akurat dari subyek penelitian.

    Metode wawancara yang dilakukan dengan guru bimbingan

    dan konseling untuk memperoleh data-data yaitu meliputi proses

    program pengembangan gerakan literasi sekolah, tujuan dan

    pengembangan gerakan literasi sekolah, dan kreativitas guru

    bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan literasi

    sekolah. Sedangkan metode wawancara dengan guru bahasa

    indonesia selaku pengurus perpustakaan yaitu meliputi sejarah

    penerapan program pengembangan gerakan literasi sekolah, waktu

    pelaksanaan program gerakan literasi sekolah, faktor pendukung dan

    penghambat dari program pengembangan gerakan literasi sekolah.

    Kemudian dari perwakilan siswa kelas VII, VIII, dan IX peneliti

    dapat mengetahui kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam

  • 34

    program gerakan literasi sekolah dan manfaat dari pengembangan

    program gerakan literasi sekolah terhadap siswa.

    c. Metode Dokumentasi

    Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data

    dengan cara menghimpun data dan menganalisis dokumen-dokumen,

    baik yang bersifat tulisan atau gambar. Metode dokumentasi ini

    peneliti gunakan untuk memperoleh data tertulis mengenai gambaran

    umum sekolah, letak geografis, sejarah berdirinya sekolah di SMPN

    1 Kalasan.

    Adapun dokumen-dokumen sekolah yang diperlukan untuk

    penelitian ini antara lain: buku profil sekolah, struktur organisasi,

    arsip data pegawai, arsip daftar siswa, arsip program bimbingan dan

    konseling dan denah lokasi sekolah sehingga dapat diperoleh

    gambaran sekolah secara utuh. Dokumen-dokumen yang terkait

    obyek penelitian ini antara lain: menelaah buku panduan pelaksanaan

    GLS, dokumen-dokumen hasil kerja siswa, transkip nilai, dan arsip

    dari hasil pelaksanaan program pengembangan gerakan literasi

    sekolah.

    4. Analisis Data

    Adapun analisis data dalam penelitian ini adalah

    menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu setelah ada data

    berkaitan dengan penelitian, maka disusun dan diklasifikasikan

    dengan menggunakan data-data yang diperoleh untuk

  • 35

    menggambarkan jawaban dari permasalahan yang telah

    dirumuskan.43

    Adapun langkah-langkahnya adalah :

    a. Reduksi Data

    Mereduksi data berarti merangkum, di tahap ini peneliti

    memilih hal-hal yang paling penting yang berkaitan dengan fokus

    penelitian. Peneliti memilah-milah data pokok yang telah didapat

    dari lapangan dan membuang data yang tidak perlu dimasukkan

    dalam penelitian. Reduksi data dalam penelitian ini adalah

    memilah-milah data pokok yang didapatkan dari hasil observasi,

    wawancara dan dokumentasi berkaitan dengan data kreativitas

    guru bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan

    literasi sekolah.

    b. Penyajian Data

    Setelah mereduksi data, maka tahap selanjutnya adalah

    penyajian data. Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan hasil

    data yang telah diperoleh dari penelitian di lapangan dengan

    menggunakan kalimat-kalimat sesuai dengan pendekatan

    kualitatif berupa teks yang bersifat naratif. Adapun data-data

    yang akan peneliti sajikan adalah proses dan kreativitas guru

    bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan literasi

    sekolah.

    43

    Sugiyono, Metote Penulisan Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D,

    (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 334.

  • 36

    c. Penarikan Kesimpulan

    Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

    menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi

    mungkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah dalam

    penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan

    berkembang setelah penelitian di lapangan.44

    Penelitian ini

    diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yaitu kreativitas

    guru bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan

    literasi sekolah dan didukung dengan bukti-bukti yang kuat.

    Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal

    didukung oleh bukti-bukti yang valid maka yang dikemukakan

    merupakan kesimpulan yang kredibel.

    G. Sistematika Pembahasan

    Secara garis besar, penelitian ini dikelompokan menjadi 4 (empat)

    bagian. Berikut sistematika dalam penelitian ini:

    Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi tentang penegasan judul,

    latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

    penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika

    pembahasan.

    Bab II adalah gerakan literasi sekolah di SMP Negeri 1 Kalasan.

    Bab III merupakan hasil penelitian, karena berisikan tentang

    kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan

    44

    Ibid., hlm. 252.

  • 37

    literasi sekolah dan hasil kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam

    pengembangan gerakan literasi sekolah bagi siswa.

    Bab IV berisikan penutup. Dalam bab ini peneliti mengklasifikasikan

    ke dalam 2 (dua) sub bab. Yaitu: 1) kesimpulan, dan 2) saran, 3) kata

    penutup.

  • 90

    BAB IV

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisis data dalam bab terdahulu, maka dapat

    disimpulkan sebagai berikut:

    1. Kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan

    literasi sekolah adalah kreativitas dalam berfikir konvergen dan berfikir

    divergen.

    a. Kreativitas secara konvergen merupakan kemampuan berfikir guru

    bimbingan dan konseling dengan memusatkan pada satu persoalan atau

    masalah yang dihadapi siswa, contohnya pemberian teknik

    biblioterapi. Teknik biblioterapi dilakukan oleh guru bimbingan dan

    konseling dengan menggunakan beberapa referensi buku yang

    bertujuan untuk menyadarkan dan mengatasi masalah siswa.

    Pemberian teknik ini dilakukan oleh kedua guru bimbingan dan

    konseling saat proses konseling individu dan pada saat layanan

    klasikal.

    b. Kreativitas secara divergen merupakan kemampuan berfikir guru

    bimbingan dan konseling dengan pemikiran yang terbuka yang

    menghasilkan alternatif-alternatif terhadap suatu persoalan yang sama

    atau lebih, contohnya pemberian motivasi. Pemberian motivasi yang

    dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dengan berbagai macam

  • 91

    tahapan dan sesuai dengan kebutuhan serta masalah siswa. pemberian

    motivasi dilakukan secara klasikal, yaitu pada saat kegiatan literasi dan

    pemberian layanan klasikal oleh kedua guru bimbingan dan konseling.

    Pemberian motivasi diberikan kepada seluruh siswa, khususnya untuk

    siswa bermasalah.

    2. Hasil kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam pengembangan

    gerakan literasi sekolah terhadap siswa adalah peningkatan minat baca

    siswa. peningkatan minat baca dapat dilihat berdasarkan sebagai berikut:

    a. Peningkatan hasil laporan pengunjung dan peminjaman buku di

    perpustakaan, hasil laporan tersebut berdasarkan dokumentasi buku

    akreditasi perpustakaan bahwa hasil laporan pengunjung dan

    peminjaman buku di perpustakaan meningkat dari tahun ke tahun.

    Hasil tabel laporan tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengunjung

    dan peminjaman perpustakaan tahun 2016/2017 yaitu berjumlah 24442

    dan 5639 sedangkan jumlah pengunjung dan peminjaman

    perpustakaan tahun 2017/2018 yaitu berjumlah 26053 dan 8531. Data

    yang tertulis menandakan adanya peningkatan minat baca yang

    dilakukan siswa.

    b. Kreativitas siswa, siswa menghasilkan beberapa hasil kreativitas

    berupa karya buku dan resensi buku. Karya buku merupakan hasil

    menulis siswa yang didalamnya berupa gagasan, pikiran, dan perasaan

    siswa. Resensi buku merupakan hasil penilaian siswa berupa tulisan

  • 92

    yang membahas kelebihan, kekurangan dan informasi yang diperoleh

    dari buku yang telah dibaca.

    c. Perlombaan minat baca, dilakukan setelah di terapkannya program

    gerakan literasi sekolah. Hal ini menandakan bahwa setelah adanya

    pembinaaan minat baca oleh guru terkait dan kreativitas yang

    diberikan oleh guru bimbingan dan konseling mengenai literasi,

    mempengaruhi minat baca siswa. Siswa mengikuti perlombaan minat

    baca sesuai keinginan dan bersedia mengikuti penyeleksian

    perlombaan minat baca. Adanya berbagai macam perlombaan minat

    baca yang telah terlaksana menunjukkan peningkatan minat baca

    siswa.

    d. Pengusulan buku perpustakaan, dilakukan oleh siswa yang ingin

    membaca buku namun tidak tersedia di perpustakaan sekolah.

    Pengusulan buku yang dilakukan setelah diterapkannya program

    gerakan literasi sekolah. Usulan buku yang dilakukan oleh siswa terdiri

    dari 4 sampai dengan 6 buku yang diinginkan dan akan di proses

    terlebih dahulu oleh pihak perpustakaan, dilihat dari isi cerita buku

    yang yang sewajarnya untuk usia dan perkembangan siswa. Hal ini

    menunjukkan adanya program gerakan literasi sekolah dengan

    pembinaan minat baca yang dilakukan oleh guru pembina dan

    kreativitas guru bimbingan dan konseling mengenai literasi

    menghasilkan peningkatan minat baca pada siswa.

  • 93

    B. Saran

    Kreativitas yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam

    pengembangan gerakan literasi sekolah terlihat cukup baik dalam

    perkembangan potensi siswa. Meskipun tidak seluruhnya siswa mengalami

    peningkatan minat baca namun hal itu menjadi lumrah adanya bagi setiap

    upaya yang dilakukan dalam menghadapi bahkan menyelesaikan suatu

    permasalahan.

    Bersadarkan kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang diharapkan

    dapat memaksimalkan kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam

    pengembangan gerakan literasi sekolah, maka dapat diajukan saran-saran

    sebagai berikut:

    1. Pihak Sekolah

    a. Diadakan segera buku laporan gerakan literasi sekolah untuk kelas

    VIII dan IX.

    b. Inovasi yang berkaitan dengan literasi tetap berkembang menjadi

    kegiatan-kegiatan yang beredukasi.

    2. Guru Bimbingan dan Konseling

    c. Memperbanyak inovasi-inovasi baru agar merata minat baca siswa

    meningkat seluruhnya.

    d. Diadakan teknik biblioterapi yang lebih sistematis dan terarah

    khususnya untuk siswa yang bermasalah.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Andi Riswandi Buana Putra. “Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam

    Mengatasi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik Di SMKN 2

    Palangka Raya Tahun Pelajaran 2014/2015.” Jurnal Konseling

    GUSJIGANG Vol. 1 No. 2 (n.d.): November 2015.

    Antoro, Billy. Gerakan Literasi Sekolah, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

    Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.

    Atmazaki, dkk., Panduan Gerakan Literasi Nasional, Jakarta: Kemendikbud,

    2017.

    Bambang Sudibyo. “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

    Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan

    Kompetensi Konselor,” n.d.

    Baswedan, Anies. “Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik

    Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti.,”

    n.d.

    Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

    Dewi Ratna Sari, and Suharningsih. “Hubungan Kualitas Penerapan Gerakan

    Literasi Sekolah Dengan Kemandirian Belajar Peserta Didik Kelas X

    SMK Negeri 1 Sidoarjo.” Kajian Moral Dan Kewarganegaraan Volume

    05 Nomor 03 (2017): 990–1004.

    Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta:

    Kemendikbud, 2016.

  • Gong, Gol. A, and Agus M. Irkham. Gempa Literasi Dari Kampung Untuk

    Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2012.

    Harahap, Mukti Hamjah, and Faisal. “Pengembangan Program Literasi Sekolah

    Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Dasar Tingkat Sekolah

    Menengah Pertama Negeri Di Kota Medan.” Jurnal Pembangunan

    Perkotaan Volume 5, Nomor 2 (2017): 155–122.

    Irvan Budhi Handaka, and Cecep Maulana. “Peran Guru Bimbingan Dan

    Konseling Dalam Implementasi Gerakan Literasi Nasional.” Prosiding

    Seminar Bimbingan Dan Konseling Vol. 1, No. 1, (2017): 227–37.

    Kalida, Muhsin. Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri. Yogyakarta: Aswaja

    Pressindo, 2015.

    Khosim, Noer. Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Sang Surya Media, 2017.

    Lahmuddin. Landasan Formal Bimbingan Konseling Di Indonesia. Bandung:

    Citapustaka Media Perintis, 2011.

    Lumongga, Namora. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan

    Praktik. Jakarta: Prenada Media Group, 2011.

    Marwiyah, dkk., Perencanaan Pembelajaran Kontemporer Berbasis Penerapan

    Kurikulum 2013, Yogyakarta: Deepublish, 2018.

    Munandar, Utami. Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah

    Panduan Bagi Guru Dan Orang Tua. Jakarta: Grasindo, 1999.

    Mursyid, Moh. Membumikan Gerakan Literasi Di SeKolah. Yogyakarta:

    Lembaga Ladang Kata, 2016.

  • Nurihsan, Juntika dan Syamsu Yusuf. Landasan Formal Bimbingan Konseling Di

    Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

    Prayitno, and Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:

    Rineka Cipta, 2004.

    Salaludin, Anas. Bimbingan Dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia, 2012.

    Sedanayasa, Gede. Pengembangan Pribadi Konselor. Yogyakarta: Graha Ilmu,

    2014.

    Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta,

    2010.

    Sukardi, Dewa Ketut. Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta:

    Rineka Cipta, 2008.

    Syaifur Rohman. “Membangun Budaya Membaca Pada Anak Melalui Program

    Gerakan Literasi Sekolah.” Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar

    Volume 4 Nomor 1 (June 2017): 151–74.

    Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

    R&D, Bandung: Alfabeta, 2007.

    Winkel, W.S. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta:

    Grasindo, 1991.

    Wulandari, Ranti. “Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah

    Dasar Islam Terpadu Lukman Al Hakim Internasional.” Jurnal

    Kebijakan Pendidikan Edisi 3 Volume 6 (2017): 319–30.

  • Yeni Rachmawati, dan Euis Kurniati. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada

    Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdikbud, 2005.

  • FOTO-FOTO SAAT PENELITIAN

    1. Wawancara dengan Guru Bimbingan dan Konseling

  • 2. Wawancara dengan Guru Pembina Minat Baca

    3. Wawancara dengan Siswa

  • 4. Kegiatan Gerakan Literasi Sekolah

    5. Perlombaan Minat baca

  • 6. Pembacaan Hasil Literasi Siswa

  • 7. Sudut Baca

    8. Penerimaan Reward Hasil Pembacaan Literasi

  • 9. Laporan Literasi Siswa

    10. Warung Baca

    11. Pemberian Kenang-Kenangan Kepada Pihak Sekolah

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    A. Identitas Diri

    Nama : Yudha Fitriani, S. Sos.

    Tempat/Tgl. Lahir : Indramayu, 17 Maret 1995

    Alamat : Jalan Raya Barat Blok Haji Rais RT 17 RW 04

    Karangampel Indramayu

    Nama Ayah : Rakhmat

    Nama Ibu : Nining Yuningsih

    Agama : Islam

    Golongan Darah : O

    Motto : Ridha orangtua dan bersyukur

    Anak ke : 2 dari 2 bersaudara

    Hp : 0895421579656

    E-Mail : [email protected]

    B. Riwayat Pendidikan

    1. 2001-2007 : SD Negeri Karangampel Kidul 1, Indramayu

    2. 2007-2010 : SMP Negeri 1 Karangampel, Indramayu

    3. 2010-2013 : SMA Negeri 1 Banjarsari, Ciamis

    4. 2013-2017 : S1 Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan

    Kalijaga Yogyakarta

    5. 2017-2019 : Program Pascasarjana (S.2) Program Studi

    Iinterdisciplinary Islamic Studies, Konsentrasi

    Bimbingan dan Konseling Islam,Universitas Islam

    Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

    C. Prestasi/Penghargaan

    Piagam Penghargaan sebagai Wisudawati dengan Predikat Pujian Wisuda Periode

    III Tahun Aademik 2016/2017 dengan IPK 3,64 Fakultas Dakwah Program Studi

    Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

    D. Pengalaman Organisasi

    1. Anggota dari ISW (International Student Week), Yogyakarta (2015-2017)

    2. Anggota dari Biro Konseling Mitra Ummah, Yogyakarta (2015-2017)

    3. Fasilitator pada Pelatihan Motivator dan Out Bound Mahasiswa Program

    Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Yogyakarta (2015)

  • E. Minat Kelimuan

    1. Bimbingan dan Konseling Islam

    2. Bimbingan Penyuluhan Masyarakat

    F. Karya Ilmiah

    1. Buku

    “Menghidupkan Nilai dan Spiritual dengan model DFC (Desgin For

    Change)”. Mahasiswa Magister Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan

    Kalijaga 2017. K-Media, Yogyakarta (Februari (2019). ISBN:978-602-451-

    354-2.

    2. Artikel

    Yudha Fitriani, “Kolaborasi Guru BK dengan Wali Kelas dalam Mengatasi

    Kesulitan Belajar Siswa Kelas VII di MTSN Babadan Baru. Jurnal

    Transformatif, p-ISSN 2580-7056, Vol 2, Nomor 2, (Oktober 2018), 134-145.

    Yogyakarta, 24 April 2019

    (Yudha Fitriani, S. Sos)

    HALAMAN JUDUL PERNYATAAN KEASLIAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI PENGESAHAN NOTA DINAS ABSTRAKMOTTOHALAMAN PERSEMBAHANKATA PENGANTARDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GRAFIKDAFTAR LAMPIRANBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahB. Rumusan MasalahC. Tujuan dan Kegunaan PenelitianD. Kajian PustakaE. Kerangka TeoriF. Metode PenelitianG. Sistematika Pembahasan

    BAB IV PENUTUPA. KesimpulanB. Saran

    DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN - LAMPIRAN