kreativitas guru bimbingan dan konseling ...digilib.uin-suka.ac.id/40614/1/17200011003_bab-1-bab...
TRANSCRIPT
-
KREATIVITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
PENGEMBANGAN GERAKAN LITERASI SEKOLAH
DI SMP NEGERI 1 KALASAN
Oleh :
Yudha Fitriani
NIM: 17200011003
TESIS
Diajukan Kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Master of Arts (MA)
Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies
Konsentrasi Bimbingan dan Konseling Islam
YOGYAKARTA
2019
-
vi
ABSTRAK
Latar belakang penelitian ini adalah program gerakan literasi sekolah
untuk meningkatkan minat baca. Dalam penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan kreativitas guru bimbingan dan konsleing dalam pengembangan
gerakan literasi sekolah dan hasil kreativitas guru bimbingan dan konseling
terhadap siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan subyek penelitian
adalah guru bimbingan dan konseling, guru pembina minat baca, dan siswa.
Sedangkan yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah kreativitas guru
bimbingan dan konsleing dalam pengembangan gerakan literasi sekolah dan hasil
kreativitas guru bimbingan dan konseling terhadap siswa. Pengumpulan data
menggunakan metode wawancara, observasi, serta dokumentasi. Adapun analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu data
yang telah terkumpul disusun dan diklasifikasikan sehingga dapat menjawab dari
rumusan masalah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas guru bimbingan dan
konseling dalam pengembangan gerakan literasi sekolah yaitu dengan kreativitas
berfikir divergen dan kreativitas berfikir konvergen. Berfikir secara divergen yaitu
berupa pemberian motivasi yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling
dengan berbagai macam tahapan dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Pemberian
motivasi dilakukan secara klasikal, yaitu pada saat kegiatan literasi dan pemberian
layanan klasikal oleh kedua guru bimbingan dan konseling. Berfikir secara
konvergen yaitu berupa teknik biblioterapi yang dilakukan oleh kedua guru
bimbingan dan konseling saat proses konseling individu dan pada saat layanan
klasikal. Sedangkan hasil kreativitas guru bimbingan dan konseling terhadap
siswa yaitu peningkatan minat baca siswa. Hasil kreativitas siswa mengenai
peningkatan minat baca, antara lain karya buku dan resensi buku, peningkatan
laporan pengunjung dan peminjaman buku di perpustakaan, siswa mengikuti
perlombaan minat baca, dan usulan pengadaan buku di perpustakaan.
Kata Kunci : Kreativitas, Guru Bimbingan dan Konseling, Gerakan Literasi
Sekolah
-
vii
MOTTO
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah. (QS. AL-„Alaq: 1-3)
-
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan
kepada orangtua tercinta
Rakhmat dan Nining Yuningsih
sebagai salah satu bentuk cinta dan kasih penulis
atas segala do‟a, perjuangan dan pengorbanan.
-
ix
KATA PENGANTAR
بسماهللالرحمنالرحيم
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT., Tuhan
semesta alam yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Kreativitas Guru Bimbingan
dan Konseling dalam Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah”. Shalawat serta
salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat
dan pengikutnya yang selalu istiqamah di jalanNya.
Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Of
Art (MA) pada Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi
Bimbingan Konseling Islam Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain
itu, dengan penulisan tesis ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran
dalam dunia pendidikan.
Penulisan tesis ini dapat terwujud berkat, pengarahan, bimbingan,
dorongan, dan bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, atas segala partisipasinya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D., selaku Rektor UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Prof. Noorhaidi Hasan, M.A, M Phil, Ph.D., selaku Direktur Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Ro‟fah, MSW., M.A., Ph.D., selaku koordinator Program Magister
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
-
x
4. Dr. Hj. Sri Sumarni, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang tiada henti-
hentinya sabar dalam membimbing dan memotivasi penulis menyelesaikan
tesis ini.
5. Segenap Dosen Prodi Interdisciplinary Islamic Studies konsentrasi
Bimbingan dan Konseling Islam, yang memberikan dan mengajarkan ilmu
yang bermanfaat dalam perkuliahan, serta kepada seluruh karyawan dan
petugas perpustakaan pusat dan perpustakaan Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta yang memberikan pelayanan secara ramah dan
profesional.
6. Bapak Praptonugroho, M.Pd., selaku Kepala Sekolah MTsN Babadan Baru
Ngaglik Sleman Yogyakarta yang secara terbuka memberikan izin penelitian
kepada penulis.
7. Bapak Dwi Budi Santoso, S.Pd., dan Ibu Yekti Lestariningsih, S.Pd., selaku
Guru Bimbingan dan Konseling yang telah banyak memberikan informasi
dan pengetahuan untuk melengkapi tesis ini.
8. Ibu R.E Ami Wardani, M.Pd., selaku Guru Bahasa Indonesia (Pembina Minat
Baca) yang turut memberikan banyak informasi untuk melengkapi tesis ini.
9. Orangtuaku tercinta, Ibu Nining Yuningsih dan Bapak Rakhmat atas ridha,
do‟a dan kasih sayang, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
10. Sahabat sejak zaman SD Vina, Qonita, Leni, Eneng, Ade, Ara, Ghina
terimakasih banyak atas segala kasih sayang, perhatian dan kesetiaan selama
ini.
-
xi
11. Sahabat sejak zaman SMA Doni Damara dan Rida Nurhasanah terimakasih
atas perhatian dan sudah bersedia menghabiskan waktu bersama-sama baik
suka maupun duka.
12. Sahabat otoanku Nisagala dan Fahda yang menemani suka dan duka dan
saling memberikan semangat.
13. Sahabat kost Lia, Novi, Tanti yang selalu memberikan semangat dan do‟anya
dalam menyelesaikan penelitian tugas akhir tesis.
14. Teman-teman kelas BKI Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
khususnya Nihayah yang selalu memberikan semangat untuk penulis
mengerjakan tesis. Terimakasih untuk dua tahun kebersamaan yang penuh
dengan cerita manis dan semoga tetap saling terjalin silaturahmi.
Semoga semua kebaikan, jasa dan bantuan yang diberikan mendapat
balasan terbaik dari Allah SWT. Aamiin.
Penulis menyadari jika tesis ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun
segenap tenaga dan pikiran telah tercurahkan. Segala kekurangan yang ada
dikarenakan keterbatasan yang penulis miliki. Oleh karena itu saran, masukan,
dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Yogyakarta, 24 April 2019
Penulis
Yudha Fitriani
NIM. 17200011003
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .......................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………...................................... iv
NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
MOTTO ......................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ……......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR GRAFIK ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................ 6
D. Kajiann Pustaka ...................................................................... 7
E. Kerangka Teori ……………………………………………... 13
F. Metode Penelitian ................................................................... 30
G. Sistematika Pembahasan ......................................................... 36
-
xiii
BAB III GERAKAN LITERASI SEKOLAH DI SMP NEGERI 1
KALASAN ..................................................................................
38
A. Letak Geografis SMP Negeri 1 Kalasan ................................
B. Visi dan Misi SMP Negeri 1 Kalasan……………………….
38
38
C. Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Kalasan ………………... 39
D. Program Kegiatan SMP Negeri 1 Kalasan …………………. 40
E. Predikat SMP Negeri 1 Kalasan ……………………………. 44
F. Perpustakaan SMP Negeri 1 Kalasan …................................. 45
G. Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 1 Kalasan ………… 51
BAB IV KREATIVITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM PENGEMBANGAN GERAKAN LITERASI
SEKOLAH .................................................................................
59
A. Kreativitas Guru Bimbingan dan Konseling dalam
Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah …………………..
64
1. Kreativitas Berfikir Divergen …………………………... 64
2. Kreativitas Berfikir Konvergen ……………………........ 70
B. Hasil Kreativitas Guru Bimbingan dan Konseling Bagi
Siswa dalam Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah …….
75
1. Peningkatan Hasil Laporan Pengunjung dan Peminjaman
Buku di Perpustakaan …………………………………...
77
2. Kreativitas Siswa ……………………………………….. 82
3. Perlombaan minat baca …………………………………. 84
4. Usulan pengadaan buku pada perpustakaan ……………. 86
-
xiv
BAB V PENUTUP ……………………………………………………... 90
A. Kesimpulan ............................................................................ 90
B. Saran ....................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Metode Pembelajaran Teacher Centered Learning dengan
Student Centered Learning
Tabel 2. Data Statistik Pengunjung Perpustakaan SMP N 1 Kalasan Tahun
2016/2017
Tabel 3. Laporan Peminjaman Tahunan Perpustakaan SMP N 1 Kalasan Tahun
Pelajaran 2016/2017
Tabel 4. Data Statistik Pengunjung Perpustakaan SMP N 1 KalasanTahun
2017/2018
Tabel 5. Laporan Peminjaman Tahunan Perpustakaan SMP N 1 Kalasan Tahun
Pelajaran 2017/2018
-
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Pengunjung Perpustakaan SMP Negeri 1 Kalasan
Grafik 2. Peminjaman Buku Perpustakaan SMP Negeri Kalasan
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Tesis
Lampiran 2 : Berita Acar Seminar
Lampiran 3 : Daftar Hadir Perserta Seminar
Lampiran 4 : Surat izin Melakukan Penelitian Dari KESBANGPOL Sleman
Lampiran 5 : Surat Keterangan telah melakukan penelitian dari Sekolah
Lampiran 6 : Pembagian Tugas Proses Bimbingan dan Konseling
Lampiran 7 : Pembagian Waktu Kegiatan Literasi
Lampiran 8 : Deskripsi Tugas Pembinaan Minat Baca
Lampiran 9 : Daftar Hadir Siswa Pembinaan Minat baca
Lampiran 10 : Daftar Hasil Seleksi Peserta Pembinaan Minat Baca dan Bakat
Lampiran 11 : Hasil Seleksi Lomba Minat Baca
Lampiran 12 : Data Statistik Pengunjung Perpustakaan SMP N 1 Kalasan Tahun
2016/2017
Lampiran 13 : Laporan Peminjaman Tahunan Perpustakaan SMP N 1 Kalasan
Tahun Pelajaran 2016/2017
Lampiran 15 : Data Statistik Pengunjung Perpustakaan SMP N 1 KalasanTahun
2017/2018
Lampiran 16 : Laporan Peminjaman Tahunan Perpustakaan SMP N 1 Kalasan
Tahun Pelajaran 2017/2018
Lampiran 17 : Usulan Pengadaan Buku Perpustakaan
Lampiran 18 : Daftar Siswa Pengunjung Warung Baca
-
xix
Lampiran 19 : Daftar Bukti Prestasi (Perlombaan)
Lampiran 20 : Laporan Hasil Literasi Siswa
Lampiran 21 : Hasil Karya Buku dan Resensi Buku
Lampiran 22 : Foto-foto Saat Penelitian
Lampiran 23 : Kartu Tanda Mahasiswa
Lampiran 24 : Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 25 : Surat Penunjukkan Dosen Penguji Tesis
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Literasi merupakan kegiatan yang memiliki peran penting dalam dunia
pendidikan. Literasi menjadi sarana bagi siswa dalam mengenal, memahami,
dan menerapkan ilmu yang di peroleh dari sekolah. Literasi juga dapat
berkaitan dengan kehidupan siswa, baik dirumah maupun di lingkungan
sekitarnya. Terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Budi Pekerti berkaitan dengan konteks global. Literasi sebagai subjek
pengukuran oleh berbagai macam riset atau survey internasional.
Di Indonesia, salah satu survey internasioanl dilakukan oleh
Programme for International StudentAssessment (PISA). Data statistik
menyatakan sebaliknya bahwa terdapat hasil menurunnya peringkat dalam
kemampuan siswa dalam mencakup membaca, matematika, dan sains.
Dibuktikan dari hasil tes yang dilakukan oleh Programme for International
StudentAssessment (PISA) mengenai kemampuan siswa yang berusia 15 tahun
dilihat dari kemampuan membaca, matematika, dan sains ikut berpatisipasi
dalam PISA 2009 dan 2012 yang keduanya diikuti oleh 65 negara peserta.
Dalam kategori kemampuan membaca, dengan hasil awal Indonesia pada
PISA 2009 di peringkat ke-57, sedangkan pada PISA 2012 peringkat menurun
-
2
menjadi ke-64 dengan skor 396.1 Hasil data temuan tersebut terlihat jelas
menunjukkan kurangnya kemampuan dan keterampilan membaca siswa.
Dengan kata lain, dalam proses pembelajaran sekolah di Indonesia belum
menunjukkan fungsi sekolah sebagai sebuah pendidikan yang berupaya
menjadikan warganya terampil membaca dan menjadi pembelajar sepanjang
hayat.
Survey lain dilakukan oleh United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2012 yang menunjukkan indeks
membaca masyarakat Indonesia adalah 0,001. Hasil tersebut menjelaskan
bahwa dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang membaca. Forum
Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) pada tahun 2015
menjelaskan laporan tentang kecakapan yang harus dikuasai dalam bentuk
keterampilan. Keterampilan dapat mencakup literasi, kompetensi, dan
karakter.2 Sehingga dari berbagai survey, literasi menjadi pokok pembahasan
yang penting dan menjadi isu nasional.
Perubahan fokus kebijakan pendidikan yang mengarah pada kecakapan
(literasi, kompetensi, dan karakter) yang dilakukan pemerintah adalah dengan
menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)
Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Permendikbud
kemudian menginisiasi munculnya Gerakan Indonesia Membaca dan Gerakan
Literasi Sekolah.3 Gerakan Indonesia Membaca mencakup gerakan literasi
1 Billy Antoro, Gerakan Literasi Sekolah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), hlm. 9. 2 Ibid., hlm. 5.
3 Ibid., hlm. 6.
-
3
dalam ranah masyarakat dan keluarga, sementara Gerakan Literasi Sekolah
mencakup gerakan literasi di lingkungan sekolah.
Kebijakan pemerintah dalam gerakan literasi sekolah yaitu wajib
membaca bagi siswa SD, SMP, atau SMA. Dengan demikian sebagai upaya
untuk meningkatkan minat baca siswa, perlunya sekolah menyisihkan waktu
secara sistematis dan pembiasaan membaca sebagai bagian dari penumbuhan
budi pekerti.4 Sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu untuk membentuk siswa
berbudi pekerti luhur dan berakhlak mulia. Maka dalam kegiatan membaca
mengarahkan siswa untuk gemar membaca dan merupakan sarana untuk
mencapai tujuan tersebut.
Adapun buku yang mengulas pentingnya membaca bagi siswa untuk
menumbuhkembangkan kehidupan bangsa agar lebih maju dan pentingnya
membudidayakan membaca bagi siswa dimanapun mereka berada, baik di
rumah, lingkungan mereka bermain, dan sekolah yang dibantu oleh pihak-
pihak tertentu seperti guru, orang tua, dan jam belajar masyarakat.5 Selain itu,
terdapat buku lainnya yang membahas gerakan literasi mencerdaskan negeri
yang juga bertujuan untuk membumikan budaya baca. Namun terdapat
perbedaan bahwa di buku ini menjelaskan tentang pentingnya literasi yang
berada di luar sekolah atau non formal. Buku ini membahas mengenai literasi
untuk mengubah kualitas hidup dan taman bacaan masyarakat merupakan
4 Anies Baswedan, “Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti.” 5 Moh. Mursyid, Membumikan Gerakan Literasi Di SeKolah. (Yogyakarta: Lemabaga
Ladang Kata, 2016), hlm. 3-28.
-
4
wadah untuk menumbuhkembangkannya.6 Ulasan dari buku-buku tersebut
menunjukkan bahwa pentingnya kegiatan membaca bagi semua kalangan usia
dengan berbagai tempat, baik lingkungan sekolah maupun lingkungan
masyarakat.
Membaca merupakan salah satu kegiatan berliterasi, yang berarti
memiliki peran penting bagi kemajuan pendidikan. SMP Negeri 1 Kalasan
adalah salah satu sekolah di Kabupaten Sleman yang telah melaksanakan
Gerakan Literasi Sekolah. SMP Negeri 1 Kalasan dalam penerapan gerakan
literasi sekolah telah berlangsung dan berkembang dengan baik.
Pengembangan gerakan literasi sekolah dapat berupa warung baca dan sudut
baca. Kebijakan pemerintah yang bernama Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
sebagai pendorong siswa untuk memiliki kebiasaan membaca karena gerakan
ini merupakan upaya pembudayaan membaca di satuan pendidikan.7 Adapun
salah satu komponen satuan pendidikan yaitu guru bimbingan dan konseling
yang berperan penting sebagai fasilitator bagi pertumbuhan dan
perkembangan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.
Bimbingan dan konseling sebagai komponen penting dalam proses
pendidikan dikarenakan untuk membantu siswa yang berada dalam proses
berkembang agar dapat memahami dirinya seperti potensi dan kelemahan-
kelemahan diri. Dengan kata lain maka bimbingan dan konseling tidak hanya
menyentuh aspek permukaan saja, akan tetapi lebih utuh dan menyeluruh
dengan tujuan terselesainya masalah-masalah siswa. Adapun layanan
6 Muhsin Kalida dan Moh. Mursyid, Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri.
(Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015) 7 Observasi, SMP Negeri 1 Kalasan, 19 Januari 2019.
-
5
bimbingan dan konseling dilakukan secara komprehensif yang melibatkan
segenap personel sekolah dan pihak terkait lainnya yang mencakup bidang
layanan (pribadi, sosial, belajar, dan karir) dan jenis layanan (di dalam kelas
dan di luar kelas).
Keberadaan guru bimbingan dan konseling di sekolah dengan berbagai
kompetensi yang dimiliki tertuang dalam PP 19/2005 menyatakan bahwa
terdapat empat kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru
bimbingan dan konseling yaitu, kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesi.8 Pada salah satu kompetensi guru bimbingan dan konseling,
terdapat kompetensi kepribadian dengan sub kompetensi didalamnya tertulis
bahwa seorang guru bimbingan dan konseling mampu menunjukkan kinerja
berkualitas tinggi dengan beberapa cara seperti menampilkan tindakan yang
cerdas, kreatif, inovatif dan produktif. Mengacu pada PP 19/2005 di atas,
maka guru bimbingan dan konseling diharuskan memiliki skill dan kreativitas
dalam mengajar. Model pembelajaran yang baik merupakan tugas bagi guru
bimbingan dan konseling dalam mendukung program gerakan literasi sekolah,
khususnya untuk minat baca para siswa.
Berdasarkan pernyataan dan pengamatan sesuai fakta yang ada
menunjukkan pentingnya peran pendidikan khususnya kreativitas guru
bimbingan dan konseling yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas siswa
dalam berbagai aspek dan pentingnya untuk kembali menumbuhkan kebiasaan
membaca siswa. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengkaji lebih
8 Bambang Sudibyo, “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Konselor.”
-
6
dalam mengenai kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam
pengembangan gerakan literasi sekolah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam
pengembangan gerakan literasi sekolah?
2. Bagaimana hasil kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam
pengembangan gerakan literasi sekolah bagi siswa?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan
kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam pengembangan
gerakan literasi sekolah.
b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dan dampak kreativitas
guru bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan literasi
sekolah bagi siswa.
2. Kegunaan penelitian
a. Secara teoritis, penelitian ini untuk memberikan landasan bagi para
peneliti lain dalam melakukan penelitian lain yang sejenis dalam
rangka meningkatkan kemampuan membaca atau minat baca siswa.
-
7
b. Secara praktis, peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi
bahan rujukan bagi guru bimbingan dan konseling, konselor, psikolog
dan terapis mengenai kreativitas terhadap pengembangan gerakan
literasi sekolah.
D. Kajian Pustaka
Telaah pustaka penting dilakukan untuk mengetahui serta
menunjukkan persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang sudah ada
sebelumnya. Peneliti akan memaparkan beberapa jurnal yang berkaitan
dengan tema yang akan peneliti kemukakan. Adapun beberapa jurnal yang
dapat dijadikan rujukan diantaranya sebagai berikut:
Artikel jurnal pertama yang berjudul “Pengembangan Program Literasi
Sekolah untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Dasar Tingkat Sekolah
Menengah Pertama Negeri di Kota Medan” bahwa dari hasil penelitian
menunjukkan adanya kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di SMP Negeri Kota
Medan diturunkan dengan berbagai program diantaranya: 1) Reading Group,
2) Morning Motivation, 3) Mini Library atau Pojok Baca, 4) Pengadaan
Perpustakaan sebagai Sumber Literasi. Selain itu hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa sesuai dengan standar pendidikan, implementasi
kebijakan gerakan literasi sekolah telah mengacu kepada delapan standar
nasional pendidikan dan mengikuti tahapan gerakan literasi sekolah yang
mencakup tahap pembiasaan, tahap pengembangan dan tahap pembelajaran.
Beberapa faktor pendukung dan penghambat gerakan literasi sekolah antara
lain: Faktor pendukung: 1) Sarana dan Prasarana, 2) Bahan bacaan, 3)
-
8
Dukungan orang tua, 4) Adanya aloakasikan waktu dan dana untuk
menunjang kecakapan literasi siswa dan 5) Guru-guru mempunyai semangat
belajar yang baik. Sedangkan faktor pennghambat: 1) Kerjasama guru, tenaga
kependidikan, dan Tim GLS, 2) Kurangnya bahan bacaan dan 3) Minimnya
minat baca siswa.9 Persamaan antara artikel jurnal dengan penelitian
penulisterletak pada pembahasan pengembangan gerakan literasi sekolah.
Adapun perbedaan artikel jurnal dengan penelitian penulis yaitu dilihat dari
tujuan dan lokasi penelitian.
Artikel jurnal kedua yang berjudul “Implementasi Kebijakan Gerakan
Literasi Sekolah di Sekolah Dasar Islam Terpadu Lukman Al Hakim
Internasional” dengan hasil penelitian yaitu: 1) Program yang menunjang
kebijakan gerakan literasi di SDIT LHI: Reading Group, Morning Motivation,
Mini library, Pengadaan perpustakaan dan kegiatan yang menunjang. 2)
Implementasi didukung komunikasi agen pelaksana melalui rapat elemen
sekolah. Sumber daya didukung adanya potensi guru, dana dari orangtua,
sekolah, dan pemerintah serta sponsor. komitmen para agen pelaksana, serta
struktur birokrasi dari pihak sekolah. 3) Faktor pendukung tersedianya sarana
untuk mensosialisasikan kebijakan, hibah buku dari orangtua, waktu dan dana,
guru mempunyai semangat belajar, terdapat mahasiswa PPL yang membantu,
semua warga sekolah terlibat aktif. 4) Faktor penghambat yaitu buku yang
mempunyai nilai dan gambar-gambar menarik sulit didapatkan di Indonesia,
perlu adanya pengembangan program agar tidak monoton, dan belum adanya
9 Harahap and Faisal, “Pengembangan Program Literasi Sekolah Untuk Meningkatkan
Kualitas Pendidikan Dasar Tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Medan.” Jurnal
Pembangunan Perkotaan, Vol. 5, No. 2, (2017), hlm. 115-122.
-
9
evaluasi dari berbagai program.10
Sama halnya dengan artikel jurnal yang
kedua bahwa persamaan penelitian ini terletak pada pembahasan kebijakan
gerakan literasi sekolah. Adapun perbedaan antara keduanya yaitu terletak
pada subjek dan lokasi penelitian.
Artikel jurnal ketiga yang berjudul “Membangun Budaya Membaca
Pada Anak Melalui Program Gerakan Literasi Sekolah” dengan hasil
penelitian yaitu: 1) Setiap anak mempunyai kemampuan berbahasa dan
membaca, 2) Kemampuan berbahasa dan membaca pada diri mereka
mempunyai tahapan perkembangan yang berbeda-beda antara satu anak
dengan anak yang lain, 3) Untuk memaksimalkan potensi bahasa dan baca
tersebut dibutuhkan peran aktif dari berbagai pihak, mulai keluarga, sekolah
hingga masyarakat, 4) Kendala utama dalam memaksimalkan kemampuan
bahasa dan menumbuhkan minat baca pada diri anak adalah kurangnya
sumber-sumber bacaan yang sesuai dengan dunia anak sehingga anak lebih
memilih hiburan lainnya.11
Artikel jurnal yang ketiga membahas mengenai
program gerakan literasi sekolah dalam membangun kebiasaan membaca pada
anak, sama halnya dengan penelitian penulis yaitu untuk meningkatkan minat
baca siswa dengan pembiasaan membaca. Perbedaan dari kedua penelitian
tersebut berada di subjek dan lokasi penelitian.
10
Ranti Wulandari, “Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar
Islam Terpadu Lukman Al Hakim Internasional.” Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 3, Vol. 6,
(2017), hlm. 319-330. 11
Syaifur Rohman, “Membangun Budaya Membaca Pada Anak Melalui Program
Gerakan Literasi Sekolah.” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 4, No. 1, (Juni
2017), hlm. 151-174.
-
10
Artikel jurnal keempat yang berjudul “Hubungan Kualitas Penerapan
Gerakan Literasi Sekolah Dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMK
Negeri 1 Sidoarjo” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan kualitas penerapan Gerakan Literasi
Sekolah dengan kemandirian belajar siswa kelas X SMK Negeri 1 Sidoarjo.
Kualitas penerapan Gerakan Literasi Sekolah dilihat dari proses
pelaksanaannya dimulai dari pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran.
Siswa yang melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah dengan kualitas yang
tinggi maka akan memiliki kemandirian belajar yang tinggi, begitu sebaliknya
siswa yang melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah dengan kualitas rendah
maka memiliki kemandirian belajar yang rendah.12
Penelitian dari artikel
jurnal membahas mengenai penerapan gerakan literasi sekolah, sama halnya
dengan penelitian penulis. Perbedaannya terletak dari jenis penelitiaan dan
lokasi penelitian.
Artikel jurnal kelima yang berjudul “Peran Guru Bimbingan dan
Konseling Dalam Mengatasi Kecenderungan Perilaku Agresif Siswa di
SMKN 2 Palangka Raya Tahun Pelajaran 2014/2015” dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa, 1) penyebab siswa berperilaku agresif adalah mayoritas
karena karakter siswa yang keras dan menganggap bahwa perilaku yang
mereka lakukan adalah sebuah kewajaran dan karena kurangnya pengawasan,
perhatian dan kasih sayang dari orang tua sehingga anak cenderung
berperilaku sesuai yang dinginkan, dan 2) peran guru Bimbingan dan
12
Dewi Ratna Sari and Suharningsih, “Hubungan Kualitas Penerapan Gerakan Literasi
Sekolah Dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Sidoarjo.” Kajian Moral dan
Kewarganegaraan, Vol. 05, No. 03, (2017), hlm. 990-1004.
-
11
Konseling dalam menurunkan perilaku agresif siswa SMKN 2 Palangkaraya
cukup baik yaitu dengan memberikan konseling individual.13
Persamaan
antara artikel jurnal tersebut dengan penelitian penulis yaitu membahas
mengenai guru bimbingan dan konseling. Adanya perbedaan dari kedua
penelitian yaitu terletak pada tujuan dan lokasi penelitian.
Artikel jurnal keenam yang berjudul “Kreativitas Siswa dan Upaya
Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor Dalam Pengembangannya” dan
hasil penelitian menunjukkan bahwa kreativitas siswa SMP Negeri 2 Padang
berada pada kategori baik, dan upaya guru bimbingan dan konseling dalam
mengembangkan kreativitas siswa antara lain: 1) menciptakan rasa aman bagi
siswa, 2) mengakui kelebihan siswa, 3) memberikan strategi agar siswa
menjadi lebih kreatif, 4) memberikan pujian dan penghargaan terhadap hasil
kreativitas siswa, 5) memotivasi siswa tentang kepercayaan diri mengutarakan
gagasan dan pemikirannya, 6) memberikan panduan dan layanan konseling
dalam mengembangkan kreativitas siswa. Artikel jurnal tersebut dengan
penelitian penulis memiliki persamaan yaitu membahas tentang kreativitas
guru bimbingan dan konseling. Perbedaannya dari kedua penelitian tersebut
dapat dilihat dari lokasi dan subjek penelitian .
Artikel jurnal ketujuh yang berjudul “Peran Guru Bimbingan dan
Konseling Dalam Implementasi Gerakan Literasi Nasional” dengan hasil
penelitian menunjukkan adanya peranan guru bimbingan dan konseling dalam
implementasi gerakan literasi nasional sebagai berikut : 1) Layanan dasar,
13
Andi Riswandi Buana Putra, “Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi
Kecenderungan Perilaku Agresif Siswa Di SMKN 2 Palangka Raya Tahun Pelajaran 2014/2015.”
Jurnal Konseling GUSJIGANG, Vol. 1, No. 2, (November 2015).
-
12
seperti bimbingan kelompok dengan penggunaan buku saku motivasi,
pengembangan media tentang “gemar membaca” 2) layanan responsif, seperti
penerapan konseling dengan teknik biblioterapy, 3) layanan perencanaan
individual,seperti layanan peminatan perencaaan karir : literasi jenis-jenis
pilihan studi lanjut, 4) dukungan sistem: kebijakan sekolah berupa
pengembangan taman bacaan, lomba literasi perpustakaandan cerdas cermat.14
Persamaan dengan penelitian penulis yaitu mengakaji guru bimbingan dan
konseling dalam gerakan literasi sekolah. Perbedaannya yaitu pada artikel
jurnal tersebut disebutkan peran bimbingan dan konseling sedangkan
penelitian penulis membahas mengenai kreativitas guru bimbingan dan
konseling serta lokasi penelitian yang berbeda.
Setelah melakukan kajian terhadap beberapa jurnal berkaitan dengan
penelitian yang akan peneliti bahas, terdapat persamaan dan perbedaan dari
beberapa jurnal penelitian dengan penelitian penulis. Persamaan dari beberapa
penelitian dengan penelitian penulis yaitu membahas mengenai gerakan
literasi sekolah dan guru bimbingan dan konseling, sedangkan perbedaan
terletak pada tujuan, lokasi dan metode penelitian. oleh karena itu belum ada
yang membahas tinjauan tentang Kreativitas Guru Bimbingan dan Konseling
dalam Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah.
14
Irvan Budhi Handaka and Cecep Maulana, “Peran Guru Bimbingan Dan Konseling
Dalam Implementasi Gerakan Literasi Nasional.” Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling,
Vol. 1, No. 1, (2017), hlm. 227-237.
-
13
E. Kerangka Teori
1. Literasi
Literasi secara harfiah bermakna melek huruf, adapun literasi
menurut istilah yaitu seluruh kemampuan yang dibutuhkan seseorang atau
sekelompok komunitas yang mengikuti dan berperan untuk ambil bagian
dalam aktivitas atau kegiatan tertentu yang berkaitan dengan teks dan
wacana.15
Konsep literasi bukan hanya diartikan sebagai kegiatan
membaca dan menulis, akan tetapi dapat diartikan dalam berbagai aspek
lain seperti ekonomi, politik, hukum, dan pendidikan.16
Pernyataan
tersebut mengarahkan bahwa makna literasi yang global, selain sebagai
aktivitas membaca dan menulis namun dapat bermakna hubungan sosial
dan cara berkomunikasi dalam masyarakat.
Banyaknya program literasi berawal dari penerbitan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun
2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Munculnya literasi dalam
permendikbud ini disebutkan dalam lampiran Permendikbud butir F,
pembiasaan kegiatan yang terdapat pada butir VI tentang mengembangkan
potensi diri perserta didik secara utuh yaitu menggunakan 15 menit
sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata
pelajaran (setiap hari).17
Salah satu kegiatan yang tertera dalam
permendikbud ini adalah membaca selama 15 menit buku nonpelajaran
15
Gol Gong and Agus M. Irkham, Gempa Literasi Dari Kampung Untuk Nusantara.
(Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2012), hlm. 51. 16
Ibid., hlm. 48. 17
Billy Antoro, Gerakan Literasi Sekolah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), hlm. 8.
-
14
setiap hari yang dapat dimaknai sebagai visi pemerintah untuk peningkatan
kemampuan literasi siswa.
Permendikbud tersebut juga mendukung adanya Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) di Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Gerakan Indonesia Membaca (GIM) di Direktorat Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, dan Gerakan Literasi Bangsa
(GLB) di Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Seluruh program
dan gerakan tersebut diwadahi dalam Gerakan Literasi Nasional (GLN).18
Pada tahun 2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan
Gerakan Literasi Nasioanl sebagai bagian dari penerapan Permendikbud
Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Gerakan
Literasi Nasional lahir dari sinkronisasi seluruh program literasi yang ada
di dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, seperti program
Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Indonesia Masyarakat, dan Gerakan
Literasi Keluarga, serta kegiatan turunan dari ketiga program tersebut.19
Pernyataan ini menunjukkan bahwa GLN sebagai wadah untuk
memberikan sinergi dan mengkoordinasi semua gerakan literasi dalam
ranah sekolah, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, diantara
gerakan literasi ranah sekolah, keluarga dan masyarakat, bahwa lingkup
sekolah yang dapat diintervensi oleh pemerintah yaitu Gerakan Literasi
Sekolah.
18
Ibid., hlm. 15. 19
Atmazaki, dkk., Panduan Gerakan Literasi Nasional, (Jakarta: Kemendikbud, 2017),
hlm. 5.
-
15
a. Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan literasi sekolah merupakan suatu kegiatan sekolah
yang bersifat partisipatif oleh warga sekolah seperti kepala sekolah,
guru, siswa, pengawas sekolah tenaga kependidikan, komite sekolah,
orang tua/wali siswa, media massa, penerbit, akademisi, masyarakat,
dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.20
Gerakan literasi sekolah (GLS) merupakan suatu program
pemerintah sebagai upaya pembelajaran di sekolah yang warganya
literat sepanjang hayat. Dilihat berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2015 yaitu tentang
penumbuhan budi pekerti dapat dilakukan dengan pembiasaan siswa
membaca buku non pelajaran sebelum proses kegiatan belajar
mengajar dimulai. Hal tersebut bertujuan untuk menumbuhkan minat
baca siswa, dan sebagai pembiasaan siswa dengan buku serta
memperbaiki kemampuan membaca dengan begitu menjadikan siswa
yang berbudi pekerti luhur.
Pengertian diatas menunjukkan bahwa gerakan literasi sekolah
merupakan suatu program pemerintah yang ditujukan untuk sekolah
terkhusus untuk siswa guna meningkatkan kemampuan membaca dan
mengembangkan apa yang telah diperoleh dari kegiatan tersebut
20
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. (Jakarta: Kemendikbud, 2016), hlm. 7.
-
16
menjadi lebih produktif, kreatif berkarakter dan menumbuhkan budi
pekerti yang baik pada siswa.
b. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah
1) Tujuan umum
Siswa dapat menumbuhkan dan mengembangkan budi
pekerti melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah berupa
gerakan literasi sekolah agar siswa menjadi pembelajar
sepanjang hayat.
2) Tujuan khusus
a) Menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi di
sekolah.
b) Meningkatkan kemampuan warga dan lingkungan sekolah.
agar literat
c) Membentuk sekolah menjadi taman belajar yang
menyenangkan dan ramah anak sehingga warga sekolah
merasa aman dan nyaman dalam mengelola pengetahuan.
d) Menjaga pembelajaran yang terus berlanjut dengan adanya
beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi
membaca.21
Gerakan literasi sekolah memiliki beberapa tujuan, baik umum
maupun khusus. Tujuan-tujuan tersebut sebagai tolak ukur
keberhasilan program gerakan literasi sekolah. Adanya tujuan gerakan
21
Ibid., hlm. 5.
-
17
literasis sekolah tersebut menjadikan siswa mendapatkan
pembelajaran yang baik.
c. Komponen Gerakan Literasi Sekolah
Komponen literasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi
perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual.
Komponen literasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Literasi dini, yaitu suatu kemampuan untuk menyimak, memahami
bahasa lisan, dan dapat berkomunikasi melalui gambar dan lisan
berdasarkan pengalamannya berinteraksi dengan sosialnya di
rumah. Fondasi perkembangan literasi dasar dapat dicontohkan dari
pengalaman siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu.
2) Literasi dasar, yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara,
membaca, menulis, dan menghitung yang berkaitan dengan
kemampuan analisis seperti memperhitungkan, mempersepsikan
informasi, mengomunikasikan, dan menggambarkan informasi
sesuai dengan pemahaman dan penarikan kesimpulan pribadi.
3) Literasi perpustakaan, yaitu memberkian pemahaman dengan cara
membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi
referensi dan periodical, memahami Dewey Decimal System
sebagai berbagai macam pengetahuan yang memudahkan dalam
menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan
pengindeksan, dan memiliki pengetahuan dalam memahami
-
18
informasi ketika dalam penyelesaian sebuah tulisan, penelitian,
pekerjaan, atau mengatasi masalah.
4) Literasi media, yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai
macam perbedaan bentuk media, seperti media cetak, media
elektronik, media digital, dan memahami tujuan penggunaannya.
5) Literasi teknologi, yaitu kemampuan untuk memahami
kelengkapan teknologi, seperti perangkat keras, perangkat lunak,
dan etika yang baik dalam memanfaatkan teknologi.
6) Literasi visual, yaitu kemampuan untuk memahami tingkat lanjut
antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan
kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi
visual dan audio-visual secara baik dan kritis.22
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa literasi tidak hanya
membahas mengenai menulis, membaca atau menghitung, namun ada
beberapa komponen literasi yang lainnya. Berbagai komponen literasi
ini sebagai sarana dari program gerakan literasi sekolah sehingga siswa
dapat mempelajari dan memahami berbagai komponen literasi.
d. Tahap-tahap Gerakan Literasi Sekolah
1) Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem
sekolah, bertujuan untuk menumbuhkan minat warga sekolah
terhadap bacaan dan kegiatan membaca. Penumbuhan minat
22
Ibid., hlm. 8-9.
-
19
tersebut menjadi hal fundamental bagi pengembangan kemampuan
literasi siswa.
2) Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan
literasi, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memahami
bacaan untuk menghubungkannya dengan pengalaman pribadi,
berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi untuk lebih
kreatif melalui penanggapan bacaan pengayaan.
3) Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi, bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan memahami teks dan
menghubungkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis,
dan mengolah kemampuan komunikasi untuk lebih kreatif melalui
kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku
pelajaran. Kegiatan pada tahap ini sebagai pendukung Kurikulum
2013 yang mensyaratkan siswa membaca buku nonteks pelajaran,
seperti buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat
khusus, dan dapat juga yang berkaitan dengan mata pelajaran
tertentu sebanyak 6 buku bagi siswa SD, 12 buku bagi siswa SMP,
dan 18 buku bagi siswa SMA/SMK. Buku laporan kegiatan
membaca pada tahap ini disediakan oleh wali kelas.23
23
Ibid., hlm. 28.
-
20
2. Kreativitas Guru Bimbingan dan Konseling
a. Pengertian Kreativitas
Kreativitas sering dianggap sebagai suatu keterampilan yang
didasarkan pada bakat tertentu, bahwa seseorang yang memiliki bakat
tersebut dapat menjadi kreatif. Kreativitas seseorang dapat dilihat dari
tingkah laku atau dari kegiatannya yang kreatif. Kreativitas bukanlah
sesuatu yang belum diketahui orang-orang sebelumnya, namun
kreativitas merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak
mengharuskan sebagai sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia
pada umumnya.24
Kreativitas merupakan proses mental yang dilakukan individu
dalam bentuk gagasan atau produk baru, atau juga menggabungkan
antara keduanya yang melekat pada dirinya.25
Kreativitas adalah suatu
proses yang mencerminkan kelancaran, kelenturan (flesksibilitas), dan
originalitas dalam berfikir, serta suatu proses dengan mengkolaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci) sesuatu gagasan.26
Definisi lain mengatakan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan
dalam menciptakan produk baru atau memberikan gagasan-gagasan
baru untuk menerapkan di dalam pemecahan masalah.27
24
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hlm. 146. 25
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak. (Jakarta: Depdikbud, 2005), hlm. 15. 26
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah Panduan Bagi
Guru Dan Orang Tua. (Jakarta: Grasindo,1999), hlm. 50. 27
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Formal Bimbingan Konseling Di
Indonesia. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 246.
-
21
Pengertian-pengertian diatas menunjukkan bahwa kreativitas
merupakan suatu proses dengan kemampuan dalam berfikir dan
kemampuan menciptakan sesuatu atau ide-ide baru yang dapat
dijadikan sebagai pengentasan masalah.
b. Fungsi Kreativitas
Keativitas memiliki beberapa fungsi yang sangat penting, antara
lain:
1) Mewujudkan diri sebagai kebutuhan pokok dalam hidup manusia
2) Mencari solusi-solusi untuk memecahkan suatu masalah
3) Memberikan kepuasan individu
4) Meningkatkan kualitas hidup28
Pendapat di atas bahwa fungsi-fungsi dari kreativitas merupakan
kebutuhan yang sangat penting, karena dalam kehidupan manusia
seringkali dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan. oleh karena
itu kreativitas sangatlah penting sebagai pemecahan masalah atau
memberi solusi dari persoalan-persoalan tersebut.
Sehingga hasil dari kreativitas berdasarkan fungsinya adalah
sebagai berikut:
1) Individu mengenal cara mengekspresikan diri melalui hasil karya
yang sesuai dengan kemampuannya
2) Individu dapat menemukan dalam menemukan solusi pemecahan
masalah
28
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas. Hlm. 26.
-
22
3) Individu dapat menikmati kehidupan secara baik dan bahagia.
c. Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir dibagi menjadi dua, antara lain:
1) Berpikir konvergen (convergent thinking), yaitu kemampuan
berpikir dengan memfokuskan pada pemikiran yang menghasilkan
satu jawaban paling tepat terhadap suatu masalah atau persoalan.
2) Berpikir divergen (divergent thinking), yaitu kemampuan berpikir
yang merujuk pada pemikiran terbuka atau pada pemikiran yang
menghasilkan banyak jawaban terhadap suatu persoalan yang sama
atau lebih.29
Dua macam cara berpikir kreatif di atas, masing-masing terdapat
proses untuk mencapai kreativitas. Maka seseorang yang memiliki
kemampuan berpikir konvergen akan terlihat dari proses kerja kognisi
yang bersifat detail terstruktur, sedangkan seseorang yang memiliki
kemampuan berpikir divergen akan terlihat dari proses kognisinya yang
lebih global.
d. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling adalah seorang guru yang
memiliki tugas untuk memberikan bantuan psikologis dan kemanusiaan
yang dilakukan secara ilmiah dan professional, oleh karena itu seorang
guru bimbingan dan konseling harus berusaha memiliki komunikasi
yang baik dengan siswa yang mengalami masalah dan tantangan
29
Desmita, Psikologi Perkembangan. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 25.
-
23
hidup.30
Menurut W.S Winkel, guru pembimbing (konselor) adalah
orang yang sepenuhnya mempimpin suatu layanan kelompok konseling
dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah terjadi dalam kelompok
tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa guru pembimbing (konselor)
dalam institusi pendidikan harus memenuhi syarat yang berkaitan
dengan pendidikan akademik, kepribadian, keterampilan berkomunikasi
dengan orang lain dan penggunaan teknik-teknik konseling.31
Pengertian di atas menjelaskan bahwa guru bimbingan dan
konseling adalah seorang guru yang memiliki tugas sebagai pemberi
bimbingan kepada siswa agar mencapai pemecahan masalah,
pemahaman, perkembangan dan pengarahan diri yang dibutuhkan
secara maksimal. Dengan kalimat lain, guru bimbingan dan konseling
sebagai pelaku utama dalam suatu proses yang terus menerus untuk
membantu perkembangan siswa.
e. Peran Guru Bimbingan dan Konseling
Menurut Baruth dan Robinson dalam buku Namora Lumongga,
peran guru bimbingan dan konseling dan persepsi dari orang lain
terhadap posisi guru bimbingan dan konseling tersebut ialah:
1) Sebagai konselor
a) Agar tercapainya sasaran interpersonal dan intrapersonal
b) Mengatasi kesulitan perkembangan dan divisit pribadi
30
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), hlm. 6. 31
W.S Winkel, Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. (Jakarta: Grasindo,
1991), hlm 495.
-
24
c) Sebagai pembuat keputusan dan memikirkan rencana tindakan
untuk perubahan dan pertumbuhan
d) Dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
2) Sebagai konsultan, mampu berkolaborasi dengan orang lain yang
mempengaruhi kesehatan mental siswa, seperti supervisor, orangtua,
atau orang-orang yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan dari
siswa.
3) Sebagai agen pengubah, dapat memberikan dampak/pengaruh atas
lingkungan untuk meningkatkan berfungsinya siswa.
4) Sebagai agen prevensi, dapat mencegah kesulitan dalam
perkembangan siswa. Penekanannya pada strategi pendidikan atau
pelatihan sebagai sarana untuk memperoleh keterampilan yang
meningkatkan fungsi interpersonal.
5) Sebagai manager, dapat mengelola program pelayanan untuk siswa
hingga ke fungsi administratif.32
Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peran guru bimbingan
dan konseling adalah sebagai pembimbing siswa yang berada di masa
peralihan ke arah yang lebih baik, dan membantu siswa untuk dapat
mencapai penyesuaian diri dan pengendalian diri agar siswa dapat
menyelesaikan masalah sampai dengan terhindar dari berbagai
permasalahan yang akan menghampirinya.
32
Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktik.
(Jakarta: Prenada Media Group, 2011), hlm. 31.
-
25
f. Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling
Seorang guru bimbingan dan konseling diharuskan memiliki
sifat-sifat kepribadian tertentu, antara lain:
1) Memiliki pengertian dan pemahaman terhadap orang lain secara
objektif dan simpatik
2) Memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dengan orang lain secara
baik dan lancer
3) Memahami kekurangan dalam kemampuan yang ada pada dirinya
sendiri
4) Memiliki jiwa dan kemauan yang mendalam terhadap siswa dan
bersungguh-sungguh dalam memberikan bantuan kepada mereka
5) Memiliki kedewasaan pribadi, spiritual, mental dan kestabilan
emosi.
Adapun menurut Saleh, kepribadian yang dimiliki setiap guru
bimbingan dan konseling khususnya konselor muslim adalah ikhlas,
taqwa, memiliki ilmu pengetahuan, sopan santun, dan memiliki
tanggung jawab.33
Sedangkan menurut Gede Sedanayasa, guru
bimbingan dan konseling diharuskan memiliki pribadi yang
berintegritas agar dapat membentuk siswa yang berpribadi. Ciri-ciri
pribadi terintegrasi akan terlihat dari tampilan guru bimbingan dan
konseling dalam memberikan layanan konseling, yaitu menunjukkan
pribadi yang jujur, sportif di depan siswa, berempati, dapat dipercaya,
33
Lahmuddin, Landasan Formal Bimbingan Konseling Di Indonesia. (Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2011), hlm 114-115.
-
26
konsisten dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling,
bertanggung jawab terhadap layanan yang diberikan sampai masalah
tuntas, beretika terhadap siswa, dan dapat mengambil keputusan secara
otonomi dan mandiri.34
g. Layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai
berikut:
1) Layanan orientasi, yaitu layanan yang membantu siswa menerima
dan memahami lingkungan baru terutama lingkungan sekolah dan
obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta
mempermudah dan memperlancar peran siswa di lingkungan yang
baru.
2) Layanan informasi, yaitu layanan yang membantu siswa menerima
dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir, dan
pendidikan lanjutan.
3) Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu
siswa memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat, seperti
penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, program
studi, program pilihan, magang, kegiatan kurikuler/ekstrakurikuler,
dan dilihat sesuai dengan potensi, bakat, dan minat serta kondisi
pribadinya.
34
Gede Sedanayasa, Pengembangan Pribadi Konselor. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014),
hlm. 19.
-
27
4) Layanan bimbingan belajar, yaitu layanan yang membantu siswa
untuk pengembangan diri yang berkaitan dengan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang sesuai dengan
kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta aspek-aspek dan tujuan
kegiatan belajar lainnya yang sesuai dengan perkembangan ilmu,
teknologi, dan kesenian.
5) Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang membantu siswa
dalam mengentaskan masalah. Layanan ini dilaksanakan oleh guru
bimbingan dan konseling ketika siswa membutuhkan bantuan dan
siswa yang melakukan pelanggaran.
6) Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yang membantu siswa
dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial,
kegiatan belajar, perencanaan karir, dan pengambilan keputusan
serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
7) Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu siswa
dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi dalam melalui
dinamika kelompok. Layanan konseling kelompok dilakukan untuk
menyelesaikan permasalahan yang sama dalam suatu kelompok
siswa.35
h. Guru Bimbingan dan Konseling yang Kreatif
Karakteristik kepribadian yang kreatif adalah memiliki daya
imajinasi yang kuat, adanya inisiatif, minat yang luas, bebas dalam
35
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004), hlm. 60-72
-
28
berpikir, bersifat ingin tahu, selalu ingin mendapat pengalaman baru,
percaya diri, semangat yang kuat, berani mengambil resiko dan berani
menyatakan pendapat. 36
Ciri-ciri guru kreatif adalah fleksibel, optimis, respek, cekatan,
humoris, inspiratif, lembut, disiplin, responsive, empati, dan
ngefriend.37
Berdasarkan dari pernyataan tesebut dapat dijadikan
ukuran untuk mengukur kreatif seorang guru, khususnya guru
bimbingan dan konseling.
3. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan sebuah cara yang digunakan untuk
menerapkan suatu rencana yang telah disusun dalam bentuk kegiatan
praktis dan nyata untuk mencapai tujuan pendidikan.38
Model pembelajaran
dapat diartikan sebagai metode pembelajaran intuk mengimplikasikan di
dalam proses belajar mengajar. Pendekatan model pembelajaran terbagi
menjadi 2 macam, yaitu pembelajaran berpusat pada guru (Teacher
Centered Learning) dan pembelajaran berpusat pada siswa (Student
Centered Learning). Adapun perbedaan antara metode pembelajaran
berpusat pada guru dengan metode pembelajaran berpusat ada siswa
dirumuskan dalam sajian tabel sebagai berikut:
36
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Formal Bimbingan. hlm. 247. 37
Anas Salaludin, Bimbingan Dan Konseling. (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 12-
13. 38
Noer Khosim, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Sang Surya Media, 2017), hlm. 5.
-
29
Tabel 1 Perbedaan Metode Pembelajaran Teacher Centered
Learning dengan Student Centered Learning39
No. Teacher Centered Learning Student Centered Learning
1 Pembelajaran berupa
pemberian pengetahuan
disalurkan dari guru ke siswa
Siswa dapat aktif dan kreatif
dalam mengembangkan
pengetahuan yang dipelajari
2 Siswa cenderung pasif dalam
proses penyampaian
pengetahuan dari guru
Siswa dapat aktif terlibat dalam
mengolah berbagai informasi
ilmu pengetahuan
3 Guru dapat menuntaskan
pembelajaran dan menguasai
materi
Menekankan pada pembentukan
karakter dan kompetensi siswa
4 Menggunakan media yang
terbatas (limited media)
Media belajar tanpa batas (multi
media)
5 Guru merupakan sumber satu-
satunya untuk belajar
Guru dijadikan sebagai
fasilitator belajar siswa
6 Guru sebagai satu-satunya
evaluator pembelajaran
Siswa dapat terlibat dalam
evaluasi kegiatan pembelajaran
7 Penilaian dan pembelajaran
merupakan dua hal yang
terpisah
Integrasi antara penilaian dan
pembelajaran
8 Memfokuskan pada satu
jawaban yang benar
Beragamnya alternatif jawaban
9 Mengembangkan satu disiplin
ilmu
Multidisipliner dan
interdisipliner
10 Proses pembelajaran lebih ke
individual dan kompetitif
Pembelajaran dengan adanya
kolaborasi dan kooperatif
11 Terlihat bahwa siswa satu-
satunya yang dianggap
melakukan proses
pembelajaran
Guru dan siswa melakukan
pembelajaran dalam
pembentukan sikap,
keterampilan dan pengetahuan
12 Guru terlihat sebagai satu-
satunya subjek belajar dan
siswa sebagai objek
pembelajaran
Kedudukan yang sama antara
guru dan siswa yaitu sebagai
subjek belajar yang masing-
masing mempunyai peran
sebagai sumber informasi ilmu
pengetahuan
13 Memfokuskan pada cara guru Penekanan pada cara siswa
39
Marwiyah, dkk., Perencanaan Pembelajaran Kontemporer Berbasis Penerapan
Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm. 38.
-
30
melakukan pembelajara belajar dari berbagai sumber
belajar dengan kreativitasnya
14 Memfokuskan pada siswa
sebagai satu-satunya yang
perlu dinilai dan dievaluasi saat
proses pembelajaran
Selain siswa yang dinilai dan
dievalusi, guru juga melukan
kegiatan yang sama untuk
dirinya
Perbedaan antara model pembelajaran di atas menjelaskan bahwa
berdasarkan kedudukan dalam proses pembelajaran, baik bersifat
pembelajaran yang berpusat pada guru maupun berpusat pada siswa yang
hakikatnya tetap dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Misalnya dalam
bentuk pembelajaran Teacher Centered Learning yang dilakukan oleh guru,
penerapannya dengan metode ceramah secara klasikal pada saat proses
pembelajaran di kelas. Sehingga guru sebagai fasilitator dan motivator
dalam proses pembelajaran. Sementara itu, dalam bentuk pembelajaran
Student Centered Learning, siswa belajar aktif pada proses belajar dan
terlibat dalam kegiatan berpikir seperti analisa hingga evaluasi baik secara
individu maupun kelompok.
F. Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.40
Beberapa hal yang
akan dijelaskan pada metode penelitian ini, yaitu meliputi jenis penelitian,
penentuan subyek dan obyek penelitian, metode pengumpulan data serta
analisis data.
40
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 3.
-
31
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat
kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi.41
Maka penelitian ini akan
menjelaskan keadaan atau gambaran-gambaran fakta-fakta yang terjadi,
terutama yang berhubungan dengan kreativitas guru bimbingan dan
konseling dalam pengembangan gerakan literasi sekolah.
2. Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian dapat ditemukan dengan cara memilih informasi
untuk dijadikan “Key Informan” di dalam pengambilan data di lapangan.42
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Guru
Bimbingan dan Konseling, Guru Bahasa Indonesia selaku pembina minat
baca sekolah dan siswa.
Guru bimbingan dan konseling dalam penelitian ini peneliti
mengambil 2 orang guru bimbingan dan konseling yaitu Bapak Budi dan
Ibu Yekti, dan Guru Bahasa Indonesia selaku pembina minat baca yaitu Ibu
Ami, serta perwakilan siswa kelas VII, VIII, dan IX. Guru bimbingan dan
konseling dan Guru bahasa indonesia dijadikan sebagai informan utama
karena merupakan salah satu pendamping dari kegiatan gerakan literasi
41
Ibid., hlm. 15. 42
Sukardi, Penelitian Subyek Penelitian, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP
Yogyakarta, 1995), hlm. 7.
-
32
sekolah. Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah kreativitas guru
bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan literasi sekolah
SMP Negeri 1 Kalasan.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan sebagai bahan
pembahasan dan analisis, dalam penelitian ini digunakan metode-metode
sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi tak
berstruktur yaitu peneliti tidak terlibat secara langsung dengan
kegiatan subyek, peneliti hanya sebagai pengamat independen.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan
dengan:
1) Gambaran kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam
pengembangan gerakan literasi sekolah.
2) Proses implementasi hingga pengembangan gerakan literasi
sekolah
Peneliti melakukan pengumpulan data dari lapangan dengan
mengamati diantaranya adalah lingkungan sekolah, suasana kegiatan
pengembangan gerakan literasi sekolah, guru serta staf, khusus staf
bimbingan dan konseling, lingkungan fisik bimbingan dan konseling,
serta layanan bimbingan dan konseling yang diberikan.
-
33
b. Metode Wawancara
Wawancara ini, peneliti melalui tatap muka karena dengan
demikian peneliti dapat mengembangkan kreativitasnya dalam
bertanya sehingga informan mengungkapkan secara lebih detail dan
memberikan data.
Dalam metode wawancara, peneliti menyusun pedoman
wawancara, yaitu sesuai dengan obyek penelitian kreativitas guru
bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan literasi
sekolah. Dengan dilakukan wawancara, maka akan menemukan data
yang akurat dari subyek penelitian.
Metode wawancara yang dilakukan dengan guru bimbingan
dan konseling untuk memperoleh data-data yaitu meliputi proses
program pengembangan gerakan literasi sekolah, tujuan dan
pengembangan gerakan literasi sekolah, dan kreativitas guru
bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan literasi
sekolah. Sedangkan metode wawancara dengan guru bahasa
indonesia selaku pengurus perpustakaan yaitu meliputi sejarah
penerapan program pengembangan gerakan literasi sekolah, waktu
pelaksanaan program gerakan literasi sekolah, faktor pendukung dan
penghambat dari program pengembangan gerakan literasi sekolah.
Kemudian dari perwakilan siswa kelas VII, VIII, dan IX peneliti
dapat mengetahui kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam
-
34
program gerakan literasi sekolah dan manfaat dari pengembangan
program gerakan literasi sekolah terhadap siswa.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data
dengan cara menghimpun data dan menganalisis dokumen-dokumen,
baik yang bersifat tulisan atau gambar. Metode dokumentasi ini
peneliti gunakan untuk memperoleh data tertulis mengenai gambaran
umum sekolah, letak geografis, sejarah berdirinya sekolah di SMPN
1 Kalasan.
Adapun dokumen-dokumen sekolah yang diperlukan untuk
penelitian ini antara lain: buku profil sekolah, struktur organisasi,
arsip data pegawai, arsip daftar siswa, arsip program bimbingan dan
konseling dan denah lokasi sekolah sehingga dapat diperoleh
gambaran sekolah secara utuh. Dokumen-dokumen yang terkait
obyek penelitian ini antara lain: menelaah buku panduan pelaksanaan
GLS, dokumen-dokumen hasil kerja siswa, transkip nilai, dan arsip
dari hasil pelaksanaan program pengembangan gerakan literasi
sekolah.
4. Analisis Data
Adapun analisis data dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu setelah ada data
berkaitan dengan penelitian, maka disusun dan diklasifikasikan
dengan menggunakan data-data yang diperoleh untuk
-
35
menggambarkan jawaban dari permasalahan yang telah
dirumuskan.43
Adapun langkah-langkahnya adalah :
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, di tahap ini peneliti
memilih hal-hal yang paling penting yang berkaitan dengan fokus
penelitian. Peneliti memilah-milah data pokok yang telah didapat
dari lapangan dan membuang data yang tidak perlu dimasukkan
dalam penelitian. Reduksi data dalam penelitian ini adalah
memilah-milah data pokok yang didapatkan dari hasil observasi,
wawancara dan dokumentasi berkaitan dengan data kreativitas
guru bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan
literasi sekolah.
b. Penyajian Data
Setelah mereduksi data, maka tahap selanjutnya adalah
penyajian data. Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan hasil
data yang telah diperoleh dari penelitian di lapangan dengan
menggunakan kalimat-kalimat sesuai dengan pendekatan
kualitatif berupa teks yang bersifat naratif. Adapun data-data
yang akan peneliti sajikan adalah proses dan kreativitas guru
bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan literasi
sekolah.
43
Sugiyono, Metote Penulisan Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 334.
-
36
c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi
mungkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian di lapangan.44
Penelitian ini
diharapkan dapat menjawab rumusan masalah yaitu kreativitas
guru bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan
literasi sekolah dan didukung dengan bukti-bukti yang kuat.
Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang valid maka yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
G. Sistematika Pembahasan
Secara garis besar, penelitian ini dikelompokan menjadi 4 (empat)
bagian. Berikut sistematika dalam penelitian ini:
Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi tentang penegasan judul,
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab II adalah gerakan literasi sekolah di SMP Negeri 1 Kalasan.
Bab III merupakan hasil penelitian, karena berisikan tentang
kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan
44
Ibid., hlm. 252.
-
37
literasi sekolah dan hasil kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam
pengembangan gerakan literasi sekolah bagi siswa.
Bab IV berisikan penutup. Dalam bab ini peneliti mengklasifikasikan
ke dalam 2 (dua) sub bab. Yaitu: 1) kesimpulan, dan 2) saran, 3) kata
penutup.
-
90
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dalam bab terdahulu, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam pengembangan gerakan
literasi sekolah adalah kreativitas dalam berfikir konvergen dan berfikir
divergen.
a. Kreativitas secara konvergen merupakan kemampuan berfikir guru
bimbingan dan konseling dengan memusatkan pada satu persoalan atau
masalah yang dihadapi siswa, contohnya pemberian teknik
biblioterapi. Teknik biblioterapi dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling dengan menggunakan beberapa referensi buku yang
bertujuan untuk menyadarkan dan mengatasi masalah siswa.
Pemberian teknik ini dilakukan oleh kedua guru bimbingan dan
konseling saat proses konseling individu dan pada saat layanan
klasikal.
b. Kreativitas secara divergen merupakan kemampuan berfikir guru
bimbingan dan konseling dengan pemikiran yang terbuka yang
menghasilkan alternatif-alternatif terhadap suatu persoalan yang sama
atau lebih, contohnya pemberian motivasi. Pemberian motivasi yang
dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dengan berbagai macam
-
91
tahapan dan sesuai dengan kebutuhan serta masalah siswa. pemberian
motivasi dilakukan secara klasikal, yaitu pada saat kegiatan literasi dan
pemberian layanan klasikal oleh kedua guru bimbingan dan konseling.
Pemberian motivasi diberikan kepada seluruh siswa, khususnya untuk
siswa bermasalah.
2. Hasil kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam pengembangan
gerakan literasi sekolah terhadap siswa adalah peningkatan minat baca
siswa. peningkatan minat baca dapat dilihat berdasarkan sebagai berikut:
a. Peningkatan hasil laporan pengunjung dan peminjaman buku di
perpustakaan, hasil laporan tersebut berdasarkan dokumentasi buku
akreditasi perpustakaan bahwa hasil laporan pengunjung dan
peminjaman buku di perpustakaan meningkat dari tahun ke tahun.
Hasil tabel laporan tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengunjung
dan peminjaman perpustakaan tahun 2016/2017 yaitu berjumlah 24442
dan 5639 sedangkan jumlah pengunjung dan peminjaman
perpustakaan tahun 2017/2018 yaitu berjumlah 26053 dan 8531. Data
yang tertulis menandakan adanya peningkatan minat baca yang
dilakukan siswa.
b. Kreativitas siswa, siswa menghasilkan beberapa hasil kreativitas
berupa karya buku dan resensi buku. Karya buku merupakan hasil
menulis siswa yang didalamnya berupa gagasan, pikiran, dan perasaan
siswa. Resensi buku merupakan hasil penilaian siswa berupa tulisan
-
92
yang membahas kelebihan, kekurangan dan informasi yang diperoleh
dari buku yang telah dibaca.
c. Perlombaan minat baca, dilakukan setelah di terapkannya program
gerakan literasi sekolah. Hal ini menandakan bahwa setelah adanya
pembinaaan minat baca oleh guru terkait dan kreativitas yang
diberikan oleh guru bimbingan dan konseling mengenai literasi,
mempengaruhi minat baca siswa. Siswa mengikuti perlombaan minat
baca sesuai keinginan dan bersedia mengikuti penyeleksian
perlombaan minat baca. Adanya berbagai macam perlombaan minat
baca yang telah terlaksana menunjukkan peningkatan minat baca
siswa.
d. Pengusulan buku perpustakaan, dilakukan oleh siswa yang ingin
membaca buku namun tidak tersedia di perpustakaan sekolah.
Pengusulan buku yang dilakukan setelah diterapkannya program
gerakan literasi sekolah. Usulan buku yang dilakukan oleh siswa terdiri
dari 4 sampai dengan 6 buku yang diinginkan dan akan di proses
terlebih dahulu oleh pihak perpustakaan, dilihat dari isi cerita buku
yang yang sewajarnya untuk usia dan perkembangan siswa. Hal ini
menunjukkan adanya program gerakan literasi sekolah dengan
pembinaan minat baca yang dilakukan oleh guru pembina dan
kreativitas guru bimbingan dan konseling mengenai literasi
menghasilkan peningkatan minat baca pada siswa.
-
93
B. Saran
Kreativitas yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam
pengembangan gerakan literasi sekolah terlihat cukup baik dalam
perkembangan potensi siswa. Meskipun tidak seluruhnya siswa mengalami
peningkatan minat baca namun hal itu menjadi lumrah adanya bagi setiap
upaya yang dilakukan dalam menghadapi bahkan menyelesaikan suatu
permasalahan.
Bersadarkan kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang diharapkan
dapat memaksimalkan kreativitas guru bimbingan dan konseling dalam
pengembangan gerakan literasi sekolah, maka dapat diajukan saran-saran
sebagai berikut:
1. Pihak Sekolah
a. Diadakan segera buku laporan gerakan literasi sekolah untuk kelas
VIII dan IX.
b. Inovasi yang berkaitan dengan literasi tetap berkembang menjadi
kegiatan-kegiatan yang beredukasi.
2. Guru Bimbingan dan Konseling
c. Memperbanyak inovasi-inovasi baru agar merata minat baca siswa
meningkat seluruhnya.
d. Diadakan teknik biblioterapi yang lebih sistematis dan terarah
khususnya untuk siswa yang bermasalah.
-
DAFTAR PUSTAKA
Andi Riswandi Buana Putra. “Peran Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam
Mengatasi Kecenderungan Perilaku Agresif Peserta Didik Di SMKN 2
Palangka Raya Tahun Pelajaran 2014/2015.” Jurnal Konseling
GUSJIGANG Vol. 1 No. 2 (n.d.): November 2015.
Antoro, Billy. Gerakan Literasi Sekolah, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Atmazaki, dkk., Panduan Gerakan Literasi Nasional, Jakarta: Kemendikbud,
2017.
Bambang Sudibyo. “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan
Kompetensi Konselor,” n.d.
Baswedan, Anies. “Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti.,”
n.d.
Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Dewi Ratna Sari, and Suharningsih. “Hubungan Kualitas Penerapan Gerakan
Literasi Sekolah Dengan Kemandirian Belajar Peserta Didik Kelas X
SMK Negeri 1 Sidoarjo.” Kajian Moral Dan Kewarganegaraan Volume
05 Nomor 03 (2017): 990–1004.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta:
Kemendikbud, 2016.
-
Gong, Gol. A, and Agus M. Irkham. Gempa Literasi Dari Kampung Untuk
Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2012.
Harahap, Mukti Hamjah, and Faisal. “Pengembangan Program Literasi Sekolah
Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Dasar Tingkat Sekolah
Menengah Pertama Negeri Di Kota Medan.” Jurnal Pembangunan
Perkotaan Volume 5, Nomor 2 (2017): 155–122.
Irvan Budhi Handaka, and Cecep Maulana. “Peran Guru Bimbingan Dan
Konseling Dalam Implementasi Gerakan Literasi Nasional.” Prosiding
Seminar Bimbingan Dan Konseling Vol. 1, No. 1, (2017): 227–37.
Kalida, Muhsin. Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo, 2015.
Khosim, Noer. Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Sang Surya Media, 2017.
Lahmuddin. Landasan Formal Bimbingan Konseling Di Indonesia. Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2011.
Lumongga, Namora. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan
Praktik. Jakarta: Prenada Media Group, 2011.
Marwiyah, dkk., Perencanaan Pembelajaran Kontemporer Berbasis Penerapan
Kurikulum 2013, Yogyakarta: Deepublish, 2018.
Munandar, Utami. Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah
Panduan Bagi Guru Dan Orang Tua. Jakarta: Grasindo, 1999.
Mursyid, Moh. Membumikan Gerakan Literasi Di SeKolah. Yogyakarta:
Lembaga Ladang Kata, 2016.
-
Nurihsan, Juntika dan Syamsu Yusuf. Landasan Formal Bimbingan Konseling Di
Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Prayitno, and Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta, 2004.
Salaludin, Anas. Bimbingan Dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Sedanayasa, Gede. Pengembangan Pribadi Konselor. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2014.
Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta,
2010.
Sukardi, Dewa Ketut. Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta, 2008.
Syaifur Rohman. “Membangun Budaya Membaca Pada Anak Melalui Program
Gerakan Literasi Sekolah.” Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar
Volume 4 Nomor 1 (June 2017): 151–74.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta, 2007.
Winkel, W.S. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta:
Grasindo, 1991.
Wulandari, Ranti. “Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah
Dasar Islam Terpadu Lukman Al Hakim Internasional.” Jurnal
Kebijakan Pendidikan Edisi 3 Volume 6 (2017): 319–30.
-
Yeni Rachmawati, dan Euis Kurniati. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdikbud, 2005.
-
FOTO-FOTO SAAT PENELITIAN
1. Wawancara dengan Guru Bimbingan dan Konseling
-
2. Wawancara dengan Guru Pembina Minat Baca
3. Wawancara dengan Siswa
-
4. Kegiatan Gerakan Literasi Sekolah
5. Perlombaan Minat baca
-
6. Pembacaan Hasil Literasi Siswa
-
7. Sudut Baca
8. Penerimaan Reward Hasil Pembacaan Literasi
-
9. Laporan Literasi Siswa
10. Warung Baca
11. Pemberian Kenang-Kenangan Kepada Pihak Sekolah
-
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Yudha Fitriani, S. Sos.
Tempat/Tgl. Lahir : Indramayu, 17 Maret 1995
Alamat : Jalan Raya Barat Blok Haji Rais RT 17 RW 04
Karangampel Indramayu
Nama Ayah : Rakhmat
Nama Ibu : Nining Yuningsih
Agama : Islam
Golongan Darah : O
Motto : Ridha orangtua dan bersyukur
Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
Hp : 0895421579656
E-Mail : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
1. 2001-2007 : SD Negeri Karangampel Kidul 1, Indramayu
2. 2007-2010 : SMP Negeri 1 Karangampel, Indramayu
3. 2010-2013 : SMA Negeri 1 Banjarsari, Ciamis
4. 2013-2017 : S1 Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta
5. 2017-2019 : Program Pascasarjana (S.2) Program Studi
Iinterdisciplinary Islamic Studies, Konsentrasi
Bimbingan dan Konseling Islam,Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
C. Prestasi/Penghargaan
Piagam Penghargaan sebagai Wisudawati dengan Predikat Pujian Wisuda Periode
III Tahun Aademik 2016/2017 dengan IPK 3,64 Fakultas Dakwah Program Studi
Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
D. Pengalaman Organisasi
1. Anggota dari ISW (International Student Week), Yogyakarta (2015-2017)
2. Anggota dari Biro Konseling Mitra Ummah, Yogyakarta (2015-2017)
3. Fasilitator pada Pelatihan Motivator dan Out Bound Mahasiswa Program
Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Yogyakarta (2015)
-
E. Minat Kelimuan
1. Bimbingan dan Konseling Islam
2. Bimbingan Penyuluhan Masyarakat
F. Karya Ilmiah
1. Buku
“Menghidupkan Nilai dan Spiritual dengan model DFC (Desgin For
Change)”. Mahasiswa Magister Bimbingan dan Konseling Islam UIN Sunan
Kalijaga 2017. K-Media, Yogyakarta (Februari (2019). ISBN:978-602-451-
354-2.
2. Artikel
Yudha Fitriani, “Kolaborasi Guru BK dengan Wali Kelas dalam Mengatasi
Kesulitan Belajar Siswa Kelas VII di MTSN Babadan Baru. Jurnal
Transformatif, p-ISSN 2580-7056, Vol 2, Nomor 2, (Oktober 2018), 134-145.
Yogyakarta, 24 April 2019
(Yudha Fitriani, S. Sos)
HALAMAN JUDUL PERNYATAAN KEASLIAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI PENGESAHAN NOTA DINAS ABSTRAKMOTTOHALAMAN PERSEMBAHANKATA PENGANTARDAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GRAFIKDAFTAR LAMPIRANBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahB. Rumusan MasalahC. Tujuan dan Kegunaan PenelitianD. Kajian PustakaE. Kerangka TeoriF. Metode PenelitianG. Sistematika Pembahasan
BAB IV PENUTUPA. KesimpulanB. Saran
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN - LAMPIRAN