koru - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/republika-20120326...modal...

4
REPUBLlKA o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat 0 Sabtu o Minggu 23 19 14 15 16 29 30 31 4 5 20 6 7 21 22 8 23 9 10 11 12 13 24 25 @ 27 28 OPeb ONov ODes Koru • Mar OApr OMel OJun OJul OAgs OSep OOkt SI olitik dan korupsi, dua hal yang hari-hari ini mungkin paling dicaci di seluruh ne- geri. Tapi faktanya, politik dan korupsi tetap menjadi berita sehari-hari. Pelaku dan peminat seolah pun tak pernah surut. Hari-hari ini pemberitaan tentang korupsi yang melibatkan partai politik dan pejabat politik publik, menjadi san- tapan keseharian. Menguat dugaan, sistem politik berbiaya tinggi merupakan pang- kal dari persoalan. Berburu uang untuk modal mendapatkan jabatan politik, di legislatif maupun eksekutif. Terlepas dari hasrat para. pekerja politik yang kerap menjadikan ranah ini sebagai mata pencaharian, sistem politik dengan kecenderungan pasar bebas di tengah masih minimnya pendidikan poli- tik publik, membuat siapa yang punya modal bisa mendapatkan segalanya. Termasuk jabatan politik. Belum lagi faktor kesejahteraan ma- syarakat yang relatif belum merata, dan juga sejarah kultur feodal yang kental mewarnai perjalanan bangsa. Semuanya menyatu dalam jalinan sistem, yang membuat korupsi politik menjamur bak cendawan di musim hujan. Ketika partai politik hanya ibarat kendaraan menjelang suatu jenjang pemilihan, menjadi sebuah pertanyaan apakah partai politik memang masih diperlukan. Bila kita sepakat untuk men- jawabnya 'iya' atas nama demokrasi dan segala pilar penyangganya, maka per- tanyaan berikutnya adalah apa yang harus dilakukan untuk tak menjadikan partai politik sebagai 'kendaraan' bagi korupsi politik. Persaingan politik kini tak lagi meng- hadapkan partai dengan partai, tapi juga sesama anggota dari satu partai. Tak peduli pengabdian apalagi karya, siapa bisa menaklukkan kompetitor dengan apapun caranya, sudah menjadi cita-cita. Keprihatinan atas kondisi ini, menjadi dasar pemikiran Republika menggelar sebuah diskusi politik. Mencari akar dan solusi korupsi politik, dengan sebuah per- tanyaan sebagai pembuka. 'Partai Politik Masih Perlu GaSih ?' . Empat narasumber dihadirkan. Yaitu Wakil Ketua DPR sekaligus Sekjen PKS, Anis Matta; Ketua Pansus RUU Pemilu yang juga membidangi masalah hukum dan perundang-undangan di DPP PDIP, Arif Wibowo; Pakar Hukum Tata Negara Universitas Padjadjaran, Indra Perwira; dan Wakil Sekjen Tranparancy International Indonesia (TU) Luky Djani. Lagi-lagi bila kita masih sepakat men- jawab pertanyaan itu dengan 'masih perlu', maka saatnya semua pihak membuka diri dan legawa mendudukkan persoalan untuk mencari solusi. Bila memang bangsa ini belum siap dengan penerapan sistem proporsional terbuka, mengapa menutup diri terhadap sistem pemilu proporsional tertutup. Bila persoalannya ada pada pola rek- rutmen partai politik yang memungkin- kan kandidat bermodal uang semata, saatnya pula menantang partai politik untuk membenahi internalnya. Karena partai politik pun masih menjadi satu- satunya jalur untuk mernunculkan kepe- mimpinan politik dalam seluruh level kepemimpinan di negeri ini. Kalau pangkalnya adalah metoda kampanye yang membuka jalan bagi cara- cara yang mengandalkan modal dana semata, barangkali pula perlu dikaji sistem kampanye dan pengaturan pen- danaannya. Bila batasan sumbangan Kllplng Hu mas Unpild 2012 kampanye tak efektif menangkal pem- bengkakan biaya kampanye tak tercatat, bisa saja dikaji peluang pembatasan belanja kampanye. Atau, jangan-jangan yang diperlukan adalah sekadar mengajak bangsa ini kembali merenungkan hakikat kehadiran kita semua sebagai sebuah bangs a dalam kerangka Negara Kesatuan Republik In- donesia. Me:renungkanulang apa yang ada di benak para pendiri bangsa, untuk me- munculkan sebuah konsensus sistem po- litik apa yang hendak kita gunakan untuk menjadikan negeri ini berjaya. Adalah tidak mungkin sebuah negara bisa berwibawa, ketika warganya justru apatis dengan sistem politik yang meng- hasilkan kepemimpinan negara. Korupsi, politik maupun bukan, tak akan bisa melenggang leluasa bila setiap insan bersepakat tak memberi tenggang rasa atas keberadaannya. Pendidikan dan pembenahan sistem, harus menjadi pangkal penyelesaian. Termasuk soal politik. Butuh keterlibatan setiap warga negara untuk saling men- dorong dan menyokong, menangkal segala celah penyelewengan yang ujungnya adalah berebut kuasa atas negara. Tak akan lahir kepemimpinan ideal, saat masyarakatnya tak lagi berpikiran dan berperilaku ideal. Partai politik sebagai pelaku utama politik, tak akan berbenah, bila elite dan konstituennya ma- sih tak juga berbenah. Apapun sistem politik yang diterapkan, akan percuma dan selalu punya celah, bila kesempatan ada. Ada aksi, ada reaksi. Ada reaksi, keti- ka ada aksi. Untuk menghentikan korupsi politik, keduanya harus ditangkal bersamaan. Dimulai dari setiap jiwa yang mengaku muak dengan korupsi dan prag- matisme politik. Bersama-sama. _

Upload: vandat

Post on 31-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

REPUBLlKAo Selasa o Rabu o Kamis o Jumat 0 Sabtu o Minggu

2 319

14 15 1629 30 31

4 520

6 721 22

823

9 10 11 12 1324 25 @ 27 28

OPeb ONov ODes

Koru

• Mar OApr OMel OJun OJul OAgs OSep OOkt

SIolitik dan korupsi, dua hal

yang hari-hari ini mungkinpaling dicaci di seluruh ne-geri. Tapi faktanya, politikdan korupsi tetap menjadiberita sehari-hari. Pelaku

dan peminat seolah pun tak pernah surut.Hari-hari ini pemberitaan tentang

korupsi yang melibatkan partai politikdan pejabat politik publik, menjadi san-tapan keseharian. Menguat dugaan, sistempolitik berbiaya tinggi merupakan pang-kal dari persoalan. Berburu uang untukmodal mendapatkan jabatan politik, dilegislatif maupun eksekutif.

Terlepas dari hasrat para. pekerjapolitik yang kerap menjadikan ranah inisebagai mata pencaharian, sistem politikdengan kecenderungan pasar bebas ditengah masih minimnya pendidikan poli-tik publik, membuat siapa yang punyamodal bisa mendapatkan segalanya.Termasuk jabatan politik.

Belum lagi faktor kesejahteraan ma-syarakat yang relatif belum merata, danjuga sejarah kultur feodal yang kentalmewarnai perjalanan bangsa. Semuanyamenyatu dalam jalinan sistem, yangmembuat korupsi politik menjamur bakcendawan di musim hujan.

Ketika partai politik hanya ibaratkendaraan menjelang suatu jenjangpemilihan, menjadi sebuah pertanyaanapakah partai politik memang masihdiperlukan. Bila kita sepakat untuk men-jawabnya 'iya' atas nama demokrasi dansegala pilar penyangganya, maka per-tanyaan berikutnya adalah apa yangharus dilakukan untuk tak menjadikanpartai politik sebagai 'kendaraan' bagikorupsi politik.

Persaingan politik kini tak lagi meng-hadapkan partai dengan partai, tapi juga

sesama anggota dari satu partai. Takpeduli pengabdian apalagi karya, siapabisa menaklukkan kompetitor denganapapun caranya, sudah menjadi cita-cita.

Keprihatinan atas kondisi ini, menjadidasar pemikiran Republika menggelarsebuah diskusi politik. Mencari akar dansolusi korupsi politik, dengan sebuah per-tanyaan sebagai pembuka. 'Partai PolitikMasih Perlu Ga Sih ?' .

Empat narasumber dihadirkan. YaituWakil Ketua DPR sekaligus Sekjen PKS,Anis Matta; Ketua Pansus RUU Pemiluyang juga membidangi masalah hukumdan perundang-undangan di DPP PDIP,Arif Wibowo; Pakar Hukum Tata NegaraUniversitas Padjadjaran, Indra Perwira;dan Wakil Sekjen TranparancyInternational Indonesia (TU) Luky Djani.

Lagi-lagi bila kita masih sepakat men-jawab pertanyaan itu dengan 'masihperlu', maka saatnya semua pihakmembuka diri dan legawa mendudukkanpersoalan untuk mencari solusi. Bilamemang bangsa ini belum siap denganpenerapan sistem proporsional terbuka,mengapa menutup diri terhadap sistempemilu proporsional tertutup.

Bila persoalannya ada pada pola rek-rutmen partai politik yang memungkin-kan kandidat bermodal uang semata,saatnya pula menantang partai politikuntuk membenahi internalnya. Karenapartai politik pun masih menjadi satu-satunya jalur untuk mernunculkan kepe-mimpinan politik dalam seluruh levelkepemimpinan di negeri ini.

Kalau pangkalnya adalah metodakampanye yang membuka jalan bagi cara-cara yang mengandalkan modal danasemata, barangkali pula perlu dikajisistem kampanye dan pengaturan pen-danaannya. Bila batasan sumbangan

Kllplng Hu m a s Unpild 2012

kampanye tak efektif menangkal pem-bengkakan biaya kampanye tak tercatat,bisa saja dikaji peluang pembatasanbelanja kampanye.

Atau, jangan-jangan yang diperlukanadalah sekadar mengajak bangsa inikembali merenungkan hakikat kehadirankita semua sebagai sebuah bangs a dalamkerangka Negara Kesatuan Republik In-donesia. Me:renungkanulang apa yang adadi benak para pendiri bangsa, untuk me-munculkan sebuah konsensus sistem po-litik apa yang hendak kita gunakan untukmenjadikan negeri ini berjaya.

Adalah tidak mungkin sebuah negarabisa berwibawa, ketika warganya justruapatis dengan sistem politik yang meng-hasilkan kepemimpinan negara. Korupsi,politik maupun bukan, tak akan bisamelenggang leluasa bila setiap insanbersepakat tak memberi tenggang rasaatas keberadaannya.

Pendidikan dan pembenahan sistem,harus menjadi pangkal penyelesaian.Termasuk soal politik. Butuh keterlibatansetiap warga negara untuk saling men-dorong dan menyokong, menangkal segalacelah penyelewengan yang ujungnyaadalah berebut kuasa atas negara.

Tak akan lahir kepemimpinan ideal,saat masyarakatnya tak lagi berpikirandan berperilaku ideal. Partai politiksebagai pelaku utama politik, tak akanberbenah, bila elite dan konstituennya ma-sih tak juga berbenah. Apapun sistempolitik yang diterapkan, akan percuma danselalu punya celah, bila kesempatan ada.

Ada aksi, ada reaksi. Ada reaksi, keti-ka ada aksi. Untuk menghentikan korupsipolitik, keduanya harus ditangkalbersamaan. Dimulai dari setiap jiwa yangmengaku muak dengan korupsi dan prag-matisme politik. Bersama-sama. _

9Htik

"PartaiPolitikMaslh Pertu GaSiI1?"-'Mencari Aktlt dan Solusi Konipsi Po.Utik-

AWIs.-MArtA ARiFWIBI)lWO(~

NORA PERWIRA •i..UKY O,JAN~

GALERI PENDAPAT

O iskusi Politik "Partai Politik Masih Perlu Ga sua:<. yang dilangsungkan RepubLika di Kampus Uni-

versitas Padjajaran, Bandung, pekan kemarin di-padati mahasiswa-mahasiswi yang antusias. Ada

harapan, generasi muda Indonesia tak seluruhnya apatisterhadap arah perjalanan bangsa. Berikut komentar-ko-mentar pilihan terkait isuyang diangkat dalam diskusi.

Mahasiswa Jurusan Teknik TelekornunikasiInstitut Teknoloqi Telkom Bandung ,

L iberalisasi politik dianggap seba-gai jalan keluar terbaik hari ini.Hal terse but berdampak ter-

hadap perilaku politik di Indonesia.Salah satunya adalah diterapkannya

sistem multipartai. Sistem multipartai yang kita terapkanmasih prematur, terutama ditilik dari sisi regulasinya. Syarat-syarat pendirian parpol terlalu mudah. _

PSKNFH-UNPAD

KEMENDAGRI' DPW PKSJAWA BARAI

LlNGKARAN SURVEIINDONESIA

YPM SALMAN ITB