korelasi antara penggunaan gadget dan kecerdasan …
TRANSCRIPT
KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN EMOSIONAL
DENGAN PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH MAHASISWA SEMESTER VI
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
SKRIPSI
OLEH
DIANA KHOIRIYYAH
NIM 210316195
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
KORELASI ANTARA PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN EMOSIONAL
DENGAN PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH MAHASISWA SEMESTER VI
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Pendidikan Agama Islam
OLEH
DIANA KHOIRIYYAH
NIM 210316195
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
ABSTRAK
Khoiriyyah, Diana. 2020. Korelasi antara Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional
dengan Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa Semester VI Jurusan
Pendidikan Agama Islam IAIN Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing Dr. Moh.
Mukhlas, M.Pd.
Kata Kunci: Penggunaan Gadget, Kecerdasan Emosional, Akhlakul Karimah.
Akhlakul karimah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengalaman ajaran
Islam. Bergaul dengan akhlakul karimah berarti telah melaksanakan perintah Allah Swt. dan
Rasul-Nya. Itulah yang kelak akan menjadi salah satu perantara yang dapat mengantarkan
seorang muslim menuju ketenangan dan kesuksesan hidup di dunia. Akhlakul karimah dapat
dilihat dari bagaimana mereka berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Maraknya
penggunaan gadget dapat mempengaruhi komunikasi dan interaksi sosial, sehingga
munculnya emosi mahasiswa. Oleh sebab itu, mahasiswa sangat perlu diajarkan kecerdasan
emosional, sehingga mereka bisa bijak dalam menanggapi emosi orang lain. Ternyata
kecerdasan emosional perlu lebih dihargai dan dikembangkan pada mahasiswa bahkan sejak
menjadi siswa (peserta didik), sehingga sedini mungkin mereka telah diberi pengertian
tentang kecerdasan emosional sampai ke perguruan tinggi. Karena hal inilah yang mendasari
keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak, sehingga akan membuat seluruh
potensinya dapat berkembang secara lebih optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menjelaskan hubungan antara penggunaan gadget
dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama
Islam IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020. (2) Menjelaskan hubungan antara
kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI
jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020, dan (3)
Menjelaskan korelasi penggunaan gadget dan kecerdasan emosional dengan pembentukan
akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Ponorogo
tahun akademik 2019-2020.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional di
mana di dalamnya terdapat 3 variabel, yaitu variabel penggunaan gadget dan kecerdasan
emosional sebagai variabel independen dan pembentukan akhlakul karimah sebagai variabel
dependen. Populasi penelitian berjumlah 423 dan sampelnya 85 mahasiswa dengan teknik
sampling proportional stratified sampling. Instrumen pengumpulan data menggunakan
angket, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisisnya menggunakan teknik korelasi
product moment dan korelasi berganda.
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa (1) tidak terdapat korelasi yang
signifikan antara penggunaan gadget dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa
semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020.
Hasil ini berdasarkan hasil hitung dengan nilai rtabel= 0,213 dan rhitung= 0,0098, maka rhitung <
rtabel yang artinya Ho diterima. (2) terdapat korelasi yang signifikan antara kecerdasan
emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan
Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020. Hasil ini
berdasarkan hasil hitung nilai rtabel= 0,213 dan rhitung= 0,330, maka rhitung > rtabel yang artinya
Ho ditolak. (3) terdapat korelasi yang signifikan antara penggunaan gadget dan kecerdasan
emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan
Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020. Hasil ini
berdasarkan hasil hitung nilai fhitung =5,28 dan ftabel =3,11 dimana fhitung > ftabel yang artinya Ho
ditolak.
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Skripsi atas nama saudari:
Nama : Diana Khoiriyyah
NIM : 210316195
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul :Korelasi antara Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional dengan
Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa Semester VI Jurusan Pendidikan Agama
Islam IAIN Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020.
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam ujian munaqosah.
Ponorogo,27 Agustus 2020
Mengetahui,
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
PENGESAHAN
Skripsi atas nama saudara :
Telah dipertahankan pada sidang Munaqasah di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, pada :
Tim Penguji Skripsi :
1. Ketua Sidang : Dr. MUHAMMAD THOYIB, M.Pd2. Penguji I : Dr. M. MIFTAHUL ULUM, M.Ag3. Penguji II : Dr. MOH. MUKHLAS, M.Pd
Hari : SelasaTanggal : 27 Oktober 2020
Hari : JumatTanggal : 2 Oktober 2020
dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam, pada :
Nama : DIANA KHOIRIYYAHNIM : 210316195Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu KeguruanJurusan : Pendidikan Agama IslamJudul Skripsi : KORELASI PENGGUNAAN GADGET DAN KECERDASAN
EMOSIONAL DENGAN PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH MAHASISWA SEMESTER VI JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IAIN PONOROGO TAHUN AKADEMIK 2019-2020
PERNYATAAN TELAH MELAKUKAN REVISI
Dengan ini saya menyatakan bawah:
Nama : Diana Khoiriyyah
NIM : 210316195
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Korelasi antara Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional dengan
Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa Semester VI Jurusan
Pendidikan Agama Islam IAIN Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020.
Telah melakukan revisi, dan perbaikan sesuai dengan catatan yang disarankan dalam sidang
Munaqosah Ujian Skripsi dan ACC
Demikan surat pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya
Ponorogo, 27 Oktober 2020
Penguji 1
Dr. M. Miftahul Ulum, M.Ag.
NIP. 197403062003121001
SURAT PERNYATAAN
TELAH MELAKSANAKAN REVISI NASKAH SKRIPSI
Dengan ini saya menyetakan bahwa :
Nama : DIANA KHOIRIYYAH
NIM : 210316195
Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
Judul Skripsi : Korelasi Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional
dengan Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa
Semester VI Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN
Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020
Telah melaksanakan REVISI SKRIPSI, dan perbaikan sesuai dengan catatan yang
disarankan dalam sidang ujian, dan telah saya setujui
Ponorogo, 9 Oktober 2020
Penguji II
Dr. MOH. MUKHLAS, M.Ag.
NIP. 196701152005011003
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhlakul karimah merupakan manifestasi keimanan dan keislaman paripurna
seorang muslim. Terbukti akhlakul karimah dinilai efektif dalam menuntaskan suatu
permasalahan serumit apapun. Pada dasarnya nilai-nilai akhlakul karimah yang dibawa
Islam mampu menjawab problematika yang sedang diderita umat Islam saat ini. Memang
tidak disangsikan lagi bahwa segala tindakan manusia, apapun bentuknya pada
hakikatnya dimaksudkan untuk mencapai kebahagiaan. Sementara itu, kebahagiaan
menurut sistem akhlak Islam, hanya dapat dicapai dengan mengikuti aturan Allah, yakni
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, sebagaimana disebutkan dalam
al-Qur’an dan hadits. Apabila akhlakul karimah telah tertanam dalam jiwa, maka nilai-
nilai dan budaya asing yang masuk ke dalam masyarakat kita lewat berbagai media
teknologi dapat disaring dan diseleksi. Dengan demikian, kita dapat mengambil unsur
positifnya dan meninggalkan unsur negatifnya.1
Akhlakul karimah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengalaman
ajaran Islam. Bergaul dengan akhlakul karimah berarti telah melaksanakan perintah Allah
Swt. dan Rasul-Nya. Hal itulah yang kelak akan menjadi salah satu perantara yang dapat
mengantarkan seorang muslim menuju ketenangan dan kesuksesan hidup di dunia.2
Sadar atau tidak sadar bahwa hidup kita selalu dipengaruhi oleh lingkungan dan
orang lain yang menjadi bagian dari proses pendidikan. Dalam pendidikan manusia akan
mengerti dengan berbagai wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu manusia
juga mampu mengenal dan memahami dirinya sendiri dengan baik, berkomunikasi dan
1 Henry R. Meyer, Manajemen dengan Kecerdasan Emosional. (Bandung: Nuansa Cendekia, 2008), 120-
122.
2 Muhyiddin Abdusshomad, Etika Bergaul: di Tengah Gelombang Perubahan. (Surabaya: Khalista, 2007),
5.
1
2
berinteraksi dengan sesama, mengekspresikan dirinya sendiri dengan benar dan baik,
mengembangkan dirinya sendiri sebagai manusia dengan penuh tanggung jawab dan
menjadi manusia yang dewasa, mandiri dan lain sebagainya.3
Akhlakul karimah dapat dilihat berdasarkan bagaimana mereka berinteraksi dan
berkomunikasi. Beberapa faktor yang dibahas peneliti dalam mempengaruhi akhlakul
karimah disini antara lain penggunaan gadget dan kecerdasan emosional. Yang mana
dalam penggunan gadget memiliki dampak positif dalam pembentukan akhlakul karimah
atau bahkan dampak buruk. Dampak positif seperti menggunakan youtube untuk melihat
pengajian dan google chrome untuk mencari informasi yang baik dan dapat diterapkan
dalam kehidupan. Sedangkan dampak buruknya seperti kecanduan dalam penggunakan
gadget sehingga lupa akan kehidupan nyata ataupun tidak menghiraukan keadaan sekitar
dan lain sebagainya.
Akhlakul karimah mahasiswa sekarang kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari
kegiatan di dalam kelas, yang mana mahasiswa kurang memerhatikan dosen dan
temannya ketika presentasi atau menjelaskan di depan karena sibuk bermain game atau
membalas whatsapp. Adapun di luar kelas, meskipun mahasiswa jurusan PAI tapi
mereka kurang memperlihatkan akhlak yang baik dengan berbicara kotor, tertawa
dengan kencang. Seharusnya mahasiswa jurusan PAI yang nantinya akan menjadi guru
PAI bisa menjadi panutan para murid dengan menerapkan sikap-sikap baik dalam diri
sendiri dan bisa mengontrol diri. Akhlak itu berada pada diri sendiri, gimana pribadi mau
berakhlakul karimah maka harus tau bagaimana yang harus dilakukannya. Kalau kuat
imannya maka tidak akan berpengaruh dengan lingkungannya sedangkan jika lemah
imannya, bisa jadi akan terlena atau terhasut dengan lingkungan. Karena faktor dalam
3 Al Tridhonanto dan Beranda Agency, Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosional. (Jakarta: PT Alex
Media Komputindo, 2010) 16.
3
pembentukan akhlak juga dari lingkungan seperti keluarga dan teman. Orang tua
berperan aktif dalam mendidik anak berakhlakul karimah.4
Agama Islam telah memberi pedoman dan petunjuk bagi umat manusia
bagaimana mereka harus baergaul, bermu’amalah dan berhubungan satu dengan yang
lain di dalam suatu masyarakat dan dunia, di mana tiap pribadi merasa aman, tenang dan
tentram, karena ia tahu bahwa ia dikelilingi oleh sesama manusia yang beradap, bertata
krama, tolong menolong, sayang menyayangi, cinta mencinta dan bukannya oleh
makhluk-makhluk yang liar dan buas yang hanya mencari kesempatan untuk
menerkamnya. Di antara petunjuk-petunjuk dan ajaran-ajaran yang diberikan oleh Islam
itu ialah bahwa orang harus bersikap lemah lembut, sopan santun dalam pergaulannya
dengan sesama manusia, tidak usah menggunakan kekerasan atau kekejaman dalam
kata-kata maupun dalam tindak dan geraknya.5
Penggunaan gadget membuat mahasiswa lupa akan keadaan sekitar dan itu dapat
menyebabkan kerenggangan persaudaraan, yang mana orang Indonesia terlebih
penduduk Jawa yang menggunggulkan sopan santun dan ramah tamah. Namun gadget
mengubah budaya tersebut menjadi punah. Dengan adanya gadget tersebut, anak
menjadi susah ketika diperintah orang tuanya dan menggampangkan perintah dan
pekerjaannya sebab lebih memberatkan game.6
Di era globalisasi semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja, sampai orang tua
sudah tidak asing lagi dengan alat atau teknologi super canggih dan bisa dibuat untuk
mengakses informasi dari belahan dunia manapun dengan mudah yang biasa disebut
dengan gadget.7 Gadget yang banyak digunakan mahasiswa adalah jenis handphone,
dimana alat elektronik ini sangat banyak manfaatnya, mulai dari komunikasi, game
4 Wawancara, Zahrotun Ni’mah, 17 Maret 2020 pukul 19:00
5 Sayid Sabiq, Islam: Dipandang dari Segi Rohani-Moral Sosial. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), 220.
6 Wawancara, Ghina Rizky Nazhifah, 11 Maret 2020 pukul 16:20.
7 Tri Puspita Sri et.al, “Pengaruh Penggunaan Gadget terhadap Personal Sosial Anak Usia Pra Sekolah di
TKIT Al-Mukmin”, D-III Kebidanan Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta, vol. 13 No. 2, 2016, 72.
4
online hingga kegunaannya untuk mencari ilmu pengetahuan dan informasi dari belahan
dunia. Penggunaan gadget memberikan sisi yang positif bila digunakan dengan baik.
Sekarang gadget telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Perkembangannya
sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia, kehidupan yang bermula dari
kesederhanaan kini menjadi kehidupan yang sangat modern. Hal ini dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi yang dari hari ke hari semakin canggih. Pesatnya perkembangan
teknologi gadget ini berdampak sangat besar dengan meningkatnya penggunaan gadget
yang mudah terkoneksi dengan internet.
Ketika berinteraksi atau berbicara dengan orang lain, apalagi hal itu dilakukan
dalam forum resmi, semisal rapat, diskusi dan sebagainya, penampilan dan sikap
seseorang menjadi hal yang sangat penting. Kesalahan seseorang dalam bersikap akan
menghilangkan simpati dan kepercayaan orang lain. Kalau sudah seperti ini, maka
kegagalan komunikasi yang akan dibangun tinggal menunggu waktu.8
Komunikasi merupakan wahana yang sangat penting di era globalisasi ini.
Komunikasi tidak mengenal waktu dan tempat. Setiap orang bisa berkomunikasi kapan
saja dan dimana saja tanpa mesti meninggalkan aktivitas yang sedang dilakukan. Dengan
kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi, komunikasi dapat dilakukan dengan lebih
hemat, baik dalam biaya maupun waktu.9
Banyak dampak positif yang ditimbulkan dari gadget antara lain mempermudah
informasi tanpa batas wilayah, mempermudah dalam mencari sumber informasi yang
dibutuhkan juga mempermudah dalam hal pekerjaan dan proses pembelajaran, dengan
adanya aplikasi-aplikasi yang canggih di dalam gadget seperti game, internet, jejaring
sosial dan lain-lain, selain itu menjadikan seseorang tidak gagap teknologi. Adanya
gadget juga dapat mempengaruhi akhlak mahasiswa. Gadget dapat digunakan sarana
8 Muhyiddin Abdusshomad, Etika Bergaul: di Tengah Gelombang Perubahan, 91.
9 M. Imam Pmungkas, Akhlak Muslim Modern: Membangun Karakter Generasi Mud,. (Bandung: Penerbit
Marja, 2012), 23.
5
untuk berperilaku baik dengan adanya tayangan-tayangan tentang akhlak di jejaring
sosial seperti YouTube.
Kecerdasan emosional mengajarkan dan meningkatkan citra seseorang. Setiap
orang memiliki gagasan yang berbeda, misalnya sejumlah sifat seperti kehalusan budi,
keadaban, keramahtamahan, kesopanan, empati dan etika. Tentu menjadi suatu
pengalaman yang sangat menyenangkan bersama individu semacam ini. Dia secara
otomatis memberikan hormat. Hal kecil seperti ini sangatlah berarti. Penghormatan harus
diperoleh, bukan dibeli. Selalu menyenangkan berhubungan dengan seksekutif yang
berbakat sekaligus halus budi. Apabila manusia menjalani kehidupan tanpa adanya emosi
merupakan kehidupan tanpa kesan, karena suatu peristiwa tentu disertai emosi, maka
peristiwa tersebut mempunyai kesan yang kuat dalam diri seseorang. Akan tetapi apabila
ledakan emosi berlebihan sehingga mengalahkan nalar dan rasional, maka kurang baik
bagi kehidupan dan itulah yang perlu dilatih, dicerdaskan sebagaimana teori kecerdasan
emosional.10
Yang terpenting dari seorang muslim bukan sekedar kecerdasan emosional
tetapi perhiasan yang menyatu dengan dirinya berupa akhlakul karimah.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena-fenomena di atas peneliti melakukan
penelitian tentang “Korelasi Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional dengan
pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa Semester VI Jurusan Pendidikan
Agama Islam di IAIN Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020”
B. Batasan Masalah
Banyak faktor-faktor atau variabel yang dapat ditindaklanjuti dalam penelitian
ini. Namun, karena luasnya bidang cakupan dan agar tidak terjadi kerancuan dalam
penelitian serta mengingat keterbatasan metodologi, teori, dan lain sebagainya sehingga
peneliti belum bisa meneliti lebih jauh dari variabel yang dipilih, maka perlu adanya
batasan masalah. Faktor-faktor dalam pembentukan akhlakul karimah meliputi faktor
10
Henry R. Meyer, Manajemen dengan Kecerdasan Emosional, hlm 140.
6
internal yang berasal dari keadaan peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal yairu
berasal dari lur peserta didik seperti pendidikan keluarga sekolah dan masyarakat.
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah “Variabel penggunaan gadget,
variabel kecerdasan emosional dan variabel pembentukan akhlakul karimah.”
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka peneliti merumuskan berbagai permasalahan
sebagai berikut:
1. Adakah hubungan yang signifikan antara penggunaan gadget dengan pembentukan
akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN
Ponorogo tahun akademik 2019-2020?
2. Adakah hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan pembentukan
akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN
Ponorogo tahun akademik 2019-2020?
3. Adakah korelasi yang signifikan antara penggunaan gadget dan kecerdasan emosional
dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan
Agama Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menjelaskan hubungan pembentukan
akhlakul karimah yang dipengaruhi oleh penggunaan gadget dan kecerdasan
emosional pada mahasiswa. Adapun tujuan penelitian yaitu:
1. Menjelaskan hubungan antara penggunaan gadget dengan pembentukan akhlakul
karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo
tahun akademik 2019-2020.
2. Menjelaskan hubungan antara kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul
karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo
tahun akademik 2019-2020
7
3. Menjelaskan korelasi penggunaan gadget dan kecerdasan emosional dengan
pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama
Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam menguji teori penggunaan
gadget dan kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa
pada mata pelajaran aqidah akhlak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan mahasiswa memahami pentingnya
pembentukan akhlakul karimah sehingga mampu menumbuhkan kepribadian yang
baik.
b. Bagi dunia penelitian, sebagai acuan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi akhlak.
c. Bagi peneliti yang akan datang, sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya dan
dapat meneliti lebih jauh dari variabel penelitian ini.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika penyusunan laporan hasil kuantitatif akan dibagi menjadi tiga bagian
utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Untuk memudahkan dalam
penulisan, maka pembahasan dalam laporan penelitian ini nanti akan penulis
kelompokkan menjadi V bab yang masing-masing bab terdiri dari sub bab yang
berkaitan. Sistematika pembahasan ini adalah:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan menjelaskan gambaran umum yang akan diteliti dan alasan yang
mendasari penulis dalam mengambil judul dan tema penelitian ini. Di samping itu, juga
menjelaskan tujuan serta manfaat dari penelitian yang dilakukan penulis. Bab ini terdiri
8
dari latar belakang penelitian, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas telaah hasil penelitian terdahulu, landasan teori tentang hubungan
penggunaan gadget, kecerdasan emosional, dan pembentukan akhlakul karimah serta
kerangka berpikir dan pengajuan hipotesis. Bab ini dimaksudkan sebagai kerangka acuan
teori yang dipergunakan untuk melakukan penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisi metode penelitian yang mana penelitian ini menggunakan penelitian
kuantitatif non eksperimen dikarenakan peneliti tidak terjun langsung dalam
pembentukan akhlakul karimah melainkan menggunakan instrumen angket. Pembahasan
dalam bab ini meliputi rancangan penelitian, populasi, sampel, dan responden, instrumen
pengumpulan data, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini penulis menyampaikan temuan dan hasil penelitian yang telah diteliti
meliputi gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data, pengujian hipotesis, serta
pembahasan dan interpretasi.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan atau jawaban dari rumusan masalah yang diperoleh dari hasil
penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran-saran yang perlu disampaikan dan diajukan
oleh penulis sebagai bahan pertimbangan penelitian berikutnya.
9
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, LANDASAN TEORI,
KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Telaah Hasil Penilitian Terdahulu
Hasil telaah pustaka yang dilakukan penulis sebelumnya yang ada kaitannya
dengan variabel yang diteliti antara lain:
1. Skripsi karya Nurul Hasanah pada tahun 2018 dengan judul ”Hubungan Kecerdasan
Emosional dengan Akhlak Siswa di SMA Swasta Harapan Paya Bakung Kabupaten
Deli Serdang.”
Hasil penelitian menunjukkan (1) Tingkat kecerdasan emosional siswa SMA
Swasta Harapan Paya Bakung termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase
sebesar 48% dan rata-rata nilai sebesar 65,5. (2) Tingkat akhlak siswa SMA Swasta
Harapan Paya Bakung termasuk dalam kategori tinggi dengan skor 60% dan rata-
rata nilai sebesar 51,5. (3) Terdapat hubungan positif dan signifikan antara
kecerdasan emosional dengan akhlak siswa Sma Swasta Harapan Paya Bakung.
Dengan nilai koefisien korelasi r sebesar 0.580 (korelasi tingkat sedang). Taraf
signifikan p= 0.000 (signifikan, jika p< 0.05) serta sumbangan efektif R2 sebesar
0.337 (33.7%).
Adapun persamaan skripsi yang ditulis oleh peneliti dengan peneliti tersebut
adalah sama-sama meneliti variabel Y yang mana membahas tentang akhlak dan
variabel X tentang kecerdasan emosional. Metode yang digunakan yaitu metode
kuantitatif dan menggunakan uji statistic. Fokus penelitianpun memiliki kesamaan
yaitu menggunakan korelasi, sedangkan perbedaannya adalah dalam skripsi peneliti
hanya menggunakan 3 variabel saja dan skripsi tersebut menggunakan 2 variabel.
10
10
2. Skripsi karya Denak Sintia Rahmawati pada tahun 2018 dengan judul ”Analisis
Penggunaan Gadget terhadap Akhlak Anak (Studi Kasus di SD N 01 Kebonharjo,
Klaten)”.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) dampak dari teknologi
khususnya gadget terhadap pembentukan kepribadian atau akhlak anak antara lain
anak akan menjadi lebih pemalas, kurangnya rasa percaya diri pada anak,
berkurangnya kemampuan berkomunikasi anak, anak akan lebih tertutup (introvert),
ketergantungan anak untuk terus bermain gadget, dan dampak negative yang paling
berbahaya adalah anak dengan bebas dapat mengakses situs-situs dewasa di internet
yang dapat merusak moral anak.; (2) Dalam mengatasi ketergantungan gadget anak
orang tua dapat memberikan kesibukan kegiatan kepada anaknya, mengganti gadget
dengan alat bermain tradisional, mengajak anak untuk explore alam yang paling
penting yaitu orang tua bisa meluangkan waktunya untuk bermain dan
berkomunikasi dengan anaknya; (3) Sebagai orang tua yang cerdas, orang tua harus
memberikan batasan waktu kepada anaknya untuk bermain gadget, selalu
mendampingi anak saat bermain gadget, memberi pengertian tentang dampak positif
dan negatif teknologi sehingga anak tau mana yang baik dan mana yang buruk, dan
orang tua harus memantau kegiatan anak setiap harinya.
Adapun persamaan skripsi yang ditulis oleh peneliti dengan peneliti tersebut
adalah sama-sama meneliti variabel X yaitu penggunaan gadget dan variabel Y yaitu
akhlak. Sedangkan perbedaannya yaitu dalam skripsi tersebut difokuskan pada studi
kasus dan skripsi peneliti difokuskan pada korelasi. Variabel skripsi tersebut
berjumlah 2 variabel sedang skripsi peneliti memiliki 3 variabel.
11
3. Skripsi karya Irwansyah Suwahyu pada tahun 2017 dengan judul ”Pengaruh
Penggunaan Media Sosial terhadap Akhlak dan Prestasi Belajar Peserta Didik di
SMA UII Yogyakarta”.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa: 1) Secara kuantitatif penelitian
ini memberikan kesimpulan bahwa penggunaan media sosial (X) memiliki pengaruh
terhadap akhlak (Y1) peserta didik. Namun pada kajian awal penelitian ini, pengaruh
tersebut tidak disebutkan apakah negatif atau positif karena hal inilah yang ingin
dijawab dalam kajian penelitian ini. Setelah dilakukan uji hipotesis dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media sosial terhadap akhlak
peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari nilai kontribusi media sosial yang tinggi
dengan rata-rata 80% tingkat penggunaan media sosial dengan pembentukan akhlak
mereka yang baik. 2) Dalam uji yang dilakukan menunjukkan bahwa hipotesis
terhadap adanya pengaruh penggunaan media sosial terhadap prestasi belajar memang
menunjukkan bahwa t tabel lebih besar dari pada t hitung 2.00>1.788, namun dengan
analisis terhadap jawaban ini menunjukkan bahwa media sosial memberikan pengaruh
yang negatif. 3) Pada hasil data kuantitatif menunjukkan bahwa penggunaan media
sosial yang tinggi berbanding terbalik dengan nilai peserta didik saat UTS. Hal ini
berbanding lurus dengan data kualitatif yang penulis dapatkan dimana media sosial
sangat berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar peserta didik dengan nilai UTS
PAI mereka yang turun. Hal ini dikarenakan mereka tidak mampu membatasi
penggunaannya. Penggunaan yang berlebihan bahkan saat proses pembelajaranpun
akan sangat berdampak buruk terhadap prestasi belajar mereka.
Adapun persamaan skripsi yang ditulis oleh peneliti dengan peneliti tersebut
adalah sama-sama meneliti variabel Y yaitu akhlak. Metode yang digunakan yaitu
metode kuantitatif dan menggunakan uji statistik serta memiliki jumlah variabel
yang sama yaitu tiga variabel. Sedangkan perbedaannya yaitu dalam skripsi tersebut
12
difokuskan pada pengaruh dan skripsi peneliti difokuskan pada korelasi. Variabel
skribsi tersebut ganda pada variabel Y dan skripsi peneliti ganda pada variabel X.
B. Landasan teori
1. Akhlakul Karimah
a. Pengertian Akhlakul Karimah
Menurut bahasa kata akhlak memiliki arti budi pekerti atau kelakuan.
Adapun secara estimologis akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu ََخَلَق jamaknya
Kata tersebut dengan bentuk tsulatsi mazid yang memiliki arti 1.أَخْلَاقََ
perangai,kelakuan, tabiat, kebiasaan ataupun peradaban yang baik.2
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akhlak sepadan dengan
budi pekerti. Jika ditelusuri lebih jauh, akhlak juga sepadan dengan moral.
Menurut KBBI moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, akhlak berkaitan erat dengan nilai-nilai baik dan buruk yang
diterima secara umum di tengah masyarakat.3 Secara umum, akhlak adalah
sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau
tingkah laku yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-
karakteristik tersebut membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya
berperilaku sesuai nilai-nilai yang cocok dengan dirinya dalam berbagai kondisi.4
Dalam Islam, akhlak dibagi menjadi 2 yaitu aklaqul karimah ( akhlak
terpuji) dan akhlakul mazmumah (akhlak tercela). Dalam penelitian ini saya akan
memaparkan mengenai akhlakul karimah saja, yang mana akhlakul karimah disini
adalah tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman
seseorang kepada Allah. Akhlakul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang
1 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997),
364.
2 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002),185.
3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2015), 225.
4 M. Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern: Membangun Karakter Generasi Muda, 23.
13
terpuji. Al-Ghazali menerangkan bentuk keutamaan akhlakul karimah yang
dimiliki seseorang misalnya sabar, benar dan tawakal, itu dinyatakan sebagai
gerak jiwa dan gambaran batin seseorang yang secara tidak langsung menjadi
akhlaknya. 5
b. Faktor-Faktor Pembentuk Akhlak
Akhlak terbentuk melalui proses pembiasaan sehingga terbentuk karakter
yang selaras dengan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan. Agar
karakter dapat diarahkan pada nilai-nilai yang baik dan positif maka perlu
diketahui faktor-faktor apa saja yang berperan dalam pembentukan karakter atau
akhlak tersebut.6
Setiap manusia memiliki sifat yang berbeda-beda dan sifat-sifat itu dapat
berubah-ubah setiap saat, terkadang timbul sifat yang buruk, hal itu terjadi karena
ada beberapa faktor internal dan eksternal sebagai berikut:7
1) Faktor Internal
Faktor internal meliputi keadaan peserta didik itu sendiri yang
meliputi latar belakang kognitif (pemahaman ajaran agama, kecerdasan)
afektif (motivasi, minat sikap, bakat, konsep diri dan mandiri). Pengetahuan
agama seseorang akan mempengaruhi pembentukan akhlak karena ia dalam
pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari ajaran agama. Selain
kecerdasan yang dimiliki, peserta didik juga harus mempunyai konsep diri
yang matang. Konsep diri dapat diartikan gambaran mental seseorang
terhadap dirinya sendiri, pandangan terhadap dirinya sendiri, penilaian
terhadap dirinya serta usaha untuk menyempurnakan dan mempertahankan
5 Abdullah Rasyid, Akidah Akhlak. (Bandung: Husaini, 1989), 73.
6 M. Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern: Membangun Karakter Generasi Muda. 27.
7 Luqman Rizkyanto, Pembinaan Akhlak Al-Karimah Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sukosewu
Blitar, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 9.
14
diri. Dengan adanya konsep diri yang baik, anak tidak akan mudah
terpengaruh dengan pergaulan salah.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal berasal dari luar peserta didik, yang meliputi
pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan lingkungan
masyarakat. Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam
terbentuknya corak sikap tingkah laku seseorang adalah faktor lingkungan.
Selama ini dikenal adanya tiga lingkungn yaitu lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat.
c. Pokok Keutamaan Akhlak
Konsep keutamaan berawal dari sebuah pertanyaan sentral yang
dikemukakan oleh Aristoteles dalam catatan kuliahnya yang kemudian
dikumpulkan oleh anaknya menjadi sebuah buku yang diberi nama Ethika
Nechomachea. Pertanyaan-pertanyaan itu antara lain berbunyi “apakah kebaikan
manusia itu?” dan jawabannya adalah “kebaikan manusia merupakan aktivitas
jiwa dalam kesesuaiannya dengan keutamaan.”8
Ahmad Amin mengatakan keutamaan ialah akhlak yang baik. Sedangkan
akhlak itu sendiri diartikan sebagai kehendak yang dibiasakan, sehingga bila
seseorang yang dapat membiasakan kehendaknya dengan sesuatu yang baik,
maka dia mempunyai sifat yang utama.9
Hamka mengemukakan bahwa “keutamaan terjadi ketika sesudah
menempuh perjuangan batin. Didalam kehidupan selalu terjadi perjuangan di
antara hawa nafsu dengan akal yang waras. Hawa nafsu mengajak mengerjakan
yang memberi mudharat dan akal mengajak mengerjakan yang manfaat itu
8 James Rachels, Filsafat Moral. (Yogyakarta: Kanisius, 2004), 306.
9 Abd. Haris, Etika Hamka: Konstruksi Etik Berbasis Rasional Religius. (Yogyakarta: PT. LkiS Printing
Cemerlang, 2010), 121.
15
sebelum terjadi perjuangan. Bila mana akalnya menang, dipilihnya manfaat,
jadilah dia seorang yang utama. Kalau terjadi sebaliknya, jadilah dia seoraang
yang durjana. Perangai yang baik sebelum dibiasakan, tetap melalui perjuangan.
Seorang yang utama senantiasa membiasakan mengerjakan yang disuruh akalnya.
Mula-mula dengan berjuang, lama-lama menjadi kebiasaan. Tak ubahnya dengan
pencuri yang membiasakan mencuri dan tidak merasa takut lagi memasuki
penjara, karena mencuri telah jadi kebiasaan dan masuk penjara itu memang
sudah dipikirkannya lebih dulu.”10
Berikut ini rincian pokok keutamaan akhlak manurut Ibn Miskawaih:11
1) Kebijaksanaan
Kebijaksanaan (al-hikmat) adalah kemampuan dan kemauan
seseorang menggunakan pemikirannya secara benar untuk memperoleh
pengetahuan apa saja sehingga mendapatkan pengetahuan yang rasional.
Pengetahuan rasional tersebut kemudian diaplikasikan dalam wujud
perbuatan berupa keputusan untuk wajib melaksanakan atau meninggalkan
sesuatu.12
Ada sebelas macam keutamaan yang berada dibawah kebijaksanaan,
yaitu: kefasihan lidah/berbicara, cerdas, keyakinan pendapat, keteguhan hati,
selalu benar, iman yang kokoh, suka bersahabat, murah hati, tenang, tepat
janji dan rendah hati.13
2) Keberanian
Keberanian (al-syaja’at) merupakan keutamaan jiwa al-ghadabiyyat.
Keutamaan ini muncul pada diri manusia selagi nafsunya dibimbing oleh jiwa
10
Ibid, 124.
11 Ibnu Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terj.Helmi Hidayat. (Bandung: Mizan, 1994), 46-49.
12 Suwito, Filsafah Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan
Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. (Yogyakarta: Belukar, 2004), 99.
13 Ibid, 98.
16
al-nathiqat. Artinya, ia tidak takut terhadap hal-hal yang besar jika
pelaksanaannya membawa kebaikan dan mempertahankannya merupakan hal
yang terpuji. Keberanian dalam hal ini adalah karakter tidak takut untuk
menyampaikan kebaikan dan kebenaran dan ini merupakan sifat terpuji.
Posisi al-syaja’at berada di tengah antara sifat pengecutterhadap sesuatu yang
tidak seharusnya ditakuti dan nekat yakni kondisi sifat berani tetapi tanpa
pertimbangan14
Ibnu Miskawaih menyebutkan pemberani itu setidaknya ditandai oleh
enam hal:15
a) Dalam soal kebaikan, ia memandang ringan terhadap sesuatu yang
hakikatnya berat
b) Ia sabar terhadap persoalan yang menakutkan
c) Memandang ringan terhadap sesuatu yang umumnya dianggap berat oleh
orang lain, sehingga ia rela mati dalam memilih persoalan yang paling
utama
d) Tidak bersedih terhadap sesuatu terhadap sesuatu yang tidak bisa
dicapainya
e) Tidak gundah apabila menerima berbagai cobaan
f) Kalau ia marah dan mengadakan pembalasan, maka kemarahan dan
pembalasannya dilakukan sesuai dengan ukuran, obyek, dan waktu yang
diwajibkan.
Dari uraian di atas diperoleh pemahaman bahwa gejala terbesar
keberanian adalah tetapnya pikiran ketika berbagai bahaya datang. Kondisi
14
Ibid, 99.
15 Ibid, 100.
17
seperti ini hanya akan diperoleh karena adanya faktor ketenangan dan
keteguhan jiwa dalam menghadapi segala hal.16
3) Menjaga kesucian diri
Keutamaan ini akan muncul pada diri manusia apabila nafsunya
dikendalikan oleh pikirannya. Artinya, ia mampu menyesuaikan pilihan yang
benar sehingga bebas, tidak dikuasai dan tidak diperbudak oleh nafsunya.17
Al-nafs al-bahimiyyah yang menjadi pangkal terciptanya al-‘iffah
(menjaga kesucian diri), menjadi dominan pada diri manusia dibanding al-
nafs yang lain. Diantara daya yang muncul pertama kali dari al-nafs al-
bahimiyyah ini adalah daya makan-minum. Karena makan-minum ini
menjadi faktor dominan bagi kelangsungan hidup. Menurut Ibnu Miskawaih,
pertimbangan dasar yang perlu diperhatikan bagi makan-minum adalah untuk
kesehatan tubuh, menghindari sakitnya haus dan lapar, serta mencegah
penyakit, bukan karena kelezatan atau kenikmatan semata. Oleh karenanya,
latihan terus menerus perlu dilakukan dalam menentukan kualitas, kuantitas
dan jenis makanan dan minuman, agar tidak membawa efek buruk lagi tercela
seperti cepat marah, nekad, malas dan lain-lain. Latihan secara rutin yang
harus dimulai sejak awal pertumbuhan manusia baik menyangkut makan-
minum, berpakaian, dan lainnya yang berkaitan dengan kebutuhan fisik,
diarahkan untuk mencapai posisi tengah atau sedang, bukan berkelebuhan
atau kekurangan. Pada fase awal ini fungsi syari’at harus lebih diutamakan
oleh orang tua dalam menentukan sikap pertengahan anak-anakknya, karena
semakin lama, pikiran mereka dapat mengetahui alasannya.18
16
Ibid, 101
17 Ibid, 104.
18 Ibid, 105.
18
4) Keadilan
Keadilan merupakan gabungan dari ketiga keutamaan al-nafs yang
disebuatkan sebelumnya yaitu kebijaksanaan, keberanian dan menjaga
kesucian diri. Dikatakan demikian karena seseorang tidak dapat disebut
ksatria apabila ia tidak adil. Demikian karena seseorang tidak dapat disebut
pemberani apabila ia tidak mengetahui keadilan jiwa/dirinya dan
mengarahkan semua indranya untuk tidak mencapai tingkat nekad maupun
pengecut. Al-hakim tidak akan memperoleh al-hikmat, kalau ia tidak
menegakkan keadilan dalam berbagai pengetahuannya dan tidak
mmenjauhkan diri dari sifat kelancangan (as-safah) dan kedunguan (al-
balah). Dengan demikian manusia tidak akan dikatakan adil kalau ia tidak
mengetahui cara mengharmonisasikan al-hikmat, al-syaja’at dan al-‘iffat.19
Keadilan yang diupayakan manusia diarahkan kepada keadilan
terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Terhadap kedua arah keadilan ini,
masing-masing mempunyai tingkat kesulitan. Keadilan untuk diri sendiri
berarti keseimbangan dan keharmonisan masing-masing jiwa yang ada dalam
dirinya. Adapun cara memperoleh keadilan terhadap orang lain dapat tercipta
melalui berbagai pendekatan, yang intinya harus diperoleh kesamaan.
Keadilan hanya akan diperoleh bila segala aspek yang mungkin ada pengaruh
bagi terciptanya ketidakadilan (berbuat aniaya atau teraniaya), diwaspadai.
Kalau demikian, yang disebut adil di sini berarti adil buat diri dan juga pihak
lain, termasuk terhadap alam dan Tuhan.20
Pokok keutamaan akhlak yang dimaksudkan Ibnu Miskawaih adalah
terciptanya keharmonisan pribadi dengan lingkungannya: sesama manusia,
19
Ibid, 108.
20 Ibid, 113.
19
alam dan Tuhan. Keharmonisan dalam akhlak tampaknya dapat pula
dipahami sebagai sikap menghindari konflik.21
2. Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Kecerdasan Emosional
Para ahli psikologi menyebutkan bahwa IQ memiliki peran 20% dalam
menentukan keberhasilan hidup, sedang 80% nya faktor lainnya, diantaranya
kecerdasan emosional. Dalam hidup banyak sekali masalah-masalah yang tidak
dapat dipecahkan semata dengan menggunakan kemampuan intelektual
seseorang. Kematangan emosi ternyata sangat menentukan keberhasilannya.
Dengan kata lain, kecerdasan emosi mempunyai kontribusi yang sangat besar
dalam mencapai keberhasilan hidup. Feldem mendefinisikan kecerdasan sebagai
kemampuan memahami dunia, berpikir secara rasional dan menggunakan sumber-
sumber secara efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan.22
Adapun emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana
seketika untuk mengatasi masalah yang ditanamkan secara berangsur-angsur oleh
evolusi.23
Pengertian emosi paling harfiah yaitu setiap kegiatan atau pergolakan
pikiran, perasaan atau nafsu, suatu keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.24
Emosi adalah perasaan tertentu yang bergejolak dan dialami seseorang serta
berpengaruh pada kehidupan mahasiswa. Emosi memang sering dikonotasikan
sebagai sesuatu yang negatif. Bahkan ada beberapa budaya emosi dikaitkan
dengan sifat marah seseorang. Sebenarnya terdapat banyak macam emosi, antara
lain sedih, takut, kecewa dan sebagainya yang semuanya berkonotasi negatif.
Emosi lain seperti senang, puas, gembira, dan lain-lain, semuanya berkonotasi
21
Ibid, 113.
22 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), 59.
23 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, terj. T. Hermaya. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), 7.
24 Ibid, 411.
20
positif.25
Oleh karena itu, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran
khasnya. Suatu keadaan biologis, psikologis, dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak.26
Sebagaimana dikutip Abuddin Nata, Daniel Goleman mengatakan bahwa
kecerdasan emosional mengandung beberapa pengertian. Pertama, kecerdasan
emosi tidak hanya berarti bersikap ramah. Pada saat-saat tertentu yang diperlukan
mungkin bukan sikap ramah melainkan misalnya sikap tegas yang barangkali
memang tidak menyenangkan, tetapi mengungkapkan kebenaran yang selama ini
dihindari. Kedua, kecerdasan emosi bukan berarti memberikan kebebasan kepada
perasaan untuk berkuasa memanjakan perasaan, melainkan mengelola perasaan
sedemikian rupa sehingga terekspresikan secara tepat dan efektif, yang
memungkinkan orang bekerja sama dengan lancar menuju sasaran bersama.27
Kecerdasan emosional merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan
kita sendiri dan orang lain. Seorang ahli kecerdasan emosi, mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan kecerdasan emosi di dalamnya termasuk kemampuan
mengontrol diri,memacu, tetap tekun, serta dapat memotivsi diri sendiri.
Kecakapan tersebut mencakup pengelolaan bentuk emosi baik yang positif
maupun negatif.28
25
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2013), 159.
26 Hamzah Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, 64.
27 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. (Jakarta:
Kencana,2003), 42.
28 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, Xiii.
21
b. Aspek-Aspek Kecerdasann Emosional
Lima wilayah kecerdasan emosional adalah sebagai berikut:29
1) Kesadaran Diri
Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi
merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada wilayah ini diperlukan adanya
pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan dan
pemahaman tentang diri. Ketidak mampuan untuk mencermati perasaan yang
sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan. Sehingga tidak
peka akan perasaan yang sesungguhnya yang berakibat buruk bagi
pengambilan keputusan masalah.
2) Mampu mengelola emosi
Kemampuan dalam mengelola emosi sebagai landasan dalam mengenal
diri sendiri atas emosi. Emosi dikatakan berhasil jika dikelola. Adapun langkah
yang dilakukan hendaknya mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan,
dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit
kembali dengan cepat dari semua itu.
Sebaliknya, orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi
akan terus-menerus bertarung melawan perasaan, melarikan diri pada hal-hal
negatif. Maka pada dasarnya semua perilaku membawa akibat dalam
kemampuan mengatasi emosi diri sendiri agar bisa mengungkapkan secara
tepat dalam mengatasi emosi yang dialaminya.
3) Memotivasi diri
Merupakan usaha yang dilakukan seseorang tergerak untuk melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Kemampuan
29
Al Tridhonanto dan Beranda Agency, Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosional, 10.
22
seseorang dalam memotivasi diri dapat ditelusuri melalui berbagai hal, di
antaranya:
a) Cara mengendalikan dorongan hati
b) Derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja sekarang
c) Kekuatan berpikir positif
d) Optimisme
Seseorang memiliki kemampuan memotivasi diri akan cenderung
memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi
dalam dirinya. Selain itu juga memiliki keinginan yang berbeda-beda antara
satu orang dan orang lainnya.
4) Mampu berempati
Kata empati memiliki arti kemampuan alam perasaan seseorang untuk
menempatkan diri ke dalam alam perasaan orang lain sehingga bisa memahami
pikiran, perasaan dan perilakunya. Manusia yang berempati merupakan
kemampuan seseorang dalam menghangatkan suasana untuk menempatkan
dirinya pada situasi dan perasaan orang lain, tetapi dia tetap berada di luar
perasaan orang lain dan tetap mempertahankan perasaan dirinya.
5) Mampu menjalin sosial dengan orang lain
Di dalam menjalin sosial dengan orang lain sebagai sifat yang hakiki
pada diri manusia sebagai makhluk yang sosial. Kemampuan tersebut
dibuktikan manusia dalam pergaulan dengan orang lain dan penampilan yang
selaras dengan alam perasaannya sendiri. Selain itu dia juga bisa memimpin
dan mengorganisir orang lain dan mampu mengatasi permasalahan yang
muncul dalam pergaulan antar sesama manusia.30
30
Al Tridhonanto dan Beranda Agency, Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosional, 11-12.
23
Orang yang paling sulit dipahami adalah diri sendiri. Karena itu,
menganalisis diri sendiri dalam pikiran, kata-kata dan tindakan adalah baik.
Kecerdasan emosional mengajarkan kepada seseorang bagaimana bekerja
dengan orang lain penuh makna. Motivasi dan pemberdayaan adalah faktor
kuncinya. Relasi perlu ditumbuhkembangkan. Penyakit masa depan berasal
dari kelalaian masa lalu. Kegelisahan sebagaimana anda sadari, tidak pernah
berakhir dan tidak mempunyai tujuan. Pengajaran emosional meliputi cara
berpikir, bertindak dan menyembuhkan baru. Kecerdasan emosional
menyatukan emosi dan kecerdasan. Mengubah penyakit emosi menjadi
kesenangan mensyaratkan: 31
a) Berpikir ke depan
b) Mengubah orientasi
c) Kegembiraan emosional
d) Berpikir “di luar kotak”
e) Manajemen diri32
c. Usaha-Usaha Pengembangan Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional tidak berkembang secara alamiah namun harus
dipupuk dan diperkuat melalui proses pelatihan dan pendidikan yang
berkesinambungan. Tiga langkah utama dalam mengembangkan kecerdasan
emosional, yaitu:33
1) Membuka hati
Hati adalah simbol pusat emosi yang dapat merasakan nyaman atau tidak
nyaman. Oleh karena itu, kita dappat memulai dengan membebaskan hati kita
31
Henry R. Meyer, Manajemen dengan Kecerdasan Emosional, hlm 138.
32 Ibid, hlm 138.
33 Agus Nggermanto, Intellegent Qoutient, Kecerdasan Quantum, Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ, dan SQ
secara Harmoni. (Bandung: Nuansa Cendekia, 2001), 100-102.
24
dari impuls pengaruh yang membatasi kita untuk menunjukkan kasih sayang
satu sama lain.
2) Menjelajahi daratan emosi
Setelah membuka hati, kita dapat melihat kenyataan dan menemukan peran
emosi dalam kehidupan, sehingga kitaakan menjaddi lebih bijak dalam
menanggapi perasaan orang lain disekitar kita.
3) Bertanggung jawab
Untuk memperbaiki dan mengubah kerusukan hubungan, kita harus mengambil
tanggung jawab. Setelah dapat membuka hati dan memahami perasaan emosi
orang disekitar kita. Dan ketika terjadi permasalahan antara kita dengan orang
lain, sangat sulit melakukan perbaikan tanpa ada tindak lanjut. Setiap orang
harus memahami permasalahan dan memutuskan bagaimana memperbaikinya.
3. Penggunaan Gadget
a. Pengertian gadget
Gadget adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris yang mengartikan
sebuah alat elektronik kecil dengan berbagai macam fungsi khusus. Gadget
diambil dari bahasa Inggris yang memiliki arti alat untuk merujuk suatu instrumen
yang memiliki tujuan dan fungsi praktis spesifik yang berguna yang umumnya
diberikan terhadap suatu yang baru.34
Gadget diciptakan untuk memudahkan konsumen dalam menggunakan
media komunikasi.35
Fasilitas chatting pada smartphone dapat memberikan atau
dapat meningkatkan efektivitas pesan komunikasi dengan menggunakan emoticon
untuk membantu mengekspresikan perasaan serta teks dan grafis sehingga
34
Puji Asmaul Husna, Pengaruh Penggunaan Media Gadget pada Perkembangan Karakter Anak, Jurnal
Dinamika Penelitian Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Volume 17, Nomor 2, November 2017, 318.
35 Chusnul Chotimah, Komunikasi Pendidikan. (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2015), 71.
25
efektivitasnya dapat mengimbangi komunikasi tatap muka.36
Definisi komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui
atau tanpa media yang menimbulkan akibat tertentu. Kegiatan komunikasi pada
prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan secara sederhana.37
Jadi penggunaan gadget adalah bagaimana seseorang memanfatkan dalam
penggunaan gadget sesuai kebutuhannya seperti berkomusikasi atau kebutuhan
pendidikan dan lainnya yang terkait dalam aktivitas kehidupannya.
b. Manfaat penggunaan gadget
Secara umum gadget memiliki fungsi dan manfaat yang relatif sesuai
dengan penggunaannya sebagai berikut:38
1) Komunikasi
Pengetahuan manusia semakin luas dan maju. Jika zaman dahulu manusia
berkomunikasi melalui batin kemudian berkembang melalui tulisan yang
dikirimkan melalui pos, sekarang zaman era globalisasi manusia dapat
berkomunikasi dengan mudah, cepat, praktis dan lebih efisien dengan
menggunakan handphone.
2) Sosial
Gadget memiliki banyak fitur dan aplikasi yang tepat untuk kata dapat berbagi
berita, kabar dan cerita. Sehingga dengan pemanfaatan tersebut dapat
menambah teman dan menjalin hubungan kerabat yang jauh tanpa harus
menggunakan waktu yang relatif lama untuk berbagi.
36
Batitbang, SDM Kominfo, Dinamika Perkembangan Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Serta
Implikasi di Masyarakat. (Jakarta: Media Bangsa, 2013), 455.
37 Bambang Samsul Arifin, Psikologi Sosial. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015), 208.
38 Chandra Anugrah Putra, Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran, jurnal, Volume 2 , Nomor
2, t.t
26
3) Pendidikan
Seiring berkembangan zaman, sekarang belajar tidak hanya terfokus dengan
buku, namun dengan melalui gadget kita dapat mengakses berbagai ilmu
pengetahuan yang kita perlukan tentang pendidikan, politik, ilmu pengetahuan
umum, ataupun agama tanpa harus repot pergi keperpustakaan yang mungkin
jauh untuk dijangkau39
4) Hiburan
Gadget juga bermanfaat untuk menghilangkan kepenatan melalui hiburan yang
ditawarkan seperti musik, permaianan, video dan perangkat lunak multimedia
lainnya.40
Teknologi gadget yang memiliki beragam manfaat dan kelebihan juga
dapat mengakibatkan dampak positif dan negatif bagi penggunanya. Dampak
positif dari penggunaan gadget yaitu akan lebih efisien dalam penggunaan waktu
dalam berkomunikasi. Dampak bagi siswa yaitu siswa menjadi lebih maju dalam
mengikuti perkembangan zaman.41
Dampak positif penggunaan gadget:
1) Memudahkan untuk berinteraksi dengan orang banyak lewat media sosial
2) Mempersingkat jarak dan waktu. Hubungan jarak jauh tidak lagi menjadi
masalah dan menjadi halangan.
3) Mempermudah para mahasiswa mengkonsultasikan pelajaran dan tugas-
tugas yang belum dimengerti.
39
Puji Asmaul Husna, Pengaruh Penggunaan Media Gadget pada Perkembangan Karakter Anak, 319.
40 Chandra Anugrah Putra, Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran, jurnal, Volume 2 , Nomor
2, t.t
41 Maya Ferdiana Rozalia, “Hubungan Intensitas Pemanfaatan Gadget DENGAN Prestasi Belajar Siswa
Kelas V Sekolah Dasar,” Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar(JP2SD) Vol. 5 No. 2. (September, 2017),
724-725.
27
4) Mengetahui informasi-informasi tentang kegiatan-kegiatan yang akan
diadakan di tempat pendidikan.42
5) Manusia menjadi lebih berinovasi akibat perkembangan gadget.
Dampak negatif dari gadget adalah:
1) Penggunaan gadget berlebihan (kecanduan).
2) Adanya gadget, kemudahan dalam mengakses berbagai media informasi
dan teknologi, menyebabkan anak malas bergerak dan beraktivitas.
3) Berdampak pada gangguan kesehatan.43
4) Menjadi pribadi yang tertutup.
5) Gangguan tidur.
6) Suka menyendiri
4. Keterkaitan antara Penggunaan Gadget, Kecerdasan Emosional dengan
pembentukan Akhlakul Karimah
Akhlakul karimah mahasiswa tidak semua buruk ataupun baik, jadi sebagian
mahasiswa ada yang memiliki akhlakul karimah dan ada yang kurang baik, tinggal
bagaimana latar belakang yang mereka miliki berbeda-beda, mungkin ada
mahasiswa yang sudah dididik dan diterapkan namun ada juga yang tidak
diterapkan. Contohnya dalam satu kelas ketika presentasi ada mahasiswa yang
benar-benar memperhatikan dan ada yang tidak, namun hal itu juga dipengaruhi
oleh lingkungan kelas. Dari pandangan narasumber, bahwa lingkungan kelas yang
dominan oleh mahasiswa yang rajin dan bertatakrama maka akan lebih
memperhatikan dosen dan teman yang menjelaskan serta segan untuk bermain
42
Doni Harfiyanto, “Pola Interaksi Sosial Siswa Pengguna Gadget di SMA I Semarang,” Edukasi, Vol 4
No 1 (Tahun 2016), 2.
43 Wahyu Novitasari, “Dampak Penggunaan Gadget terhadap Interaksi Sosial Anak Usia 5-6 Tahun,”
Jurnal PAUD Teratai, Vol 5 No 3 (Tahun 2016), 2.\\
28
gadget. Lingkungan kelas juga berpengaruh seperti mahasiswa yang tinggal di
pondok dan tidak. “Mahasiswa yang tidak mondok itu ta’dzim (memuliakan)nya
terhadap guru itu kurang, sedang mahasiswa yang mondok itu ta’dzim seperti
tunduk dan rendah hati. Karena dalam pondok kyai akan mengajarkan untuk
menghormati guru dengan baik, memperbaiki akhlak, seperti halnya Rasulullah
Muhammad diutus ke bumi untuk memperbaiki akhlak. Hal itu diterapkan oleh para
kyai.” Ungkap Eva. 44
Akhlakul karimah mahasiswa dapat dilihat dari bagaimana mereka
berkomunikasi dan berinteraksi terhadap orang lain. Maraknya penggunaan gadget
dapat mempengaruhi komunikasi dan interaksi dalam sosial sehingga munculnya
emosi mahasiswa, oleh sebab itu mahasiswa sangat perlu diajarkan mengenai
kecerdasan emosional sehingga mereka bisa bijak dalam menanggapi emosi orang
lain. Kecerdasan emosional itu sendiri apabila baik dalam penerapannya maka bisa
membentuk akhlakul karimah pada diri mahasiswa
Gadget saat ini sangat berperan terlebih lagi sebagai alat komunikasi dan
lebih menarik dibandingkan dengan berkomunikasi secara langsung, secara tatap
muka. Gejala ini disebut komunikasi hyperpersonal45
yaitu komunikasi dengan
perantara jaringan internet yang secara sosial lebih menarik dari pada komunikasi
secara langsung.
Adanya teknologi canggih seperti gadget bukan berarti efektivitas
komunikasi berkurang atau bahkan terhambat, tetapi lebih membantu setiap orang
untuk melakukan komunikasi secara gamblang. Hanya saja sebelum adanya gadget
dan teknologi canggih lainnya, orang akan bertegur sapa dan melakukan kontak
ketika berada dalam satu tempat ataupun bersimpangan di jalan. Hadirnya gadget
44
Wawancara, Elliya Nafilatul Afifah, 17 Maret 2020 pukul 19:30.
45 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Model_hiperpersonal diaksen 17 February 2020 pukul 07:30
29
membuat orang-orang asyik dengan dunia maya yang dimiliki masing-masing dan
lupa dengan adanya teman yang sebenernya berada disampingnya. Banyak orang
menghindar dari perjumpaan dengan orang lain dengan berbagai alasan. Manusia
hanya dianggap sebagai objek, bukan lagi manusia selayaknya saat mereka
bertemu. Dengan adanya gadget manusia juga harus pandai-pandai menyaring dari
apa yang dilihat dari gadget tersebut, apa yang baik diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari serta menjadi tolak ukur kepribadiannya, menambah wawasannya
sehingga bisa membedakan mana yang baik dan buruk yang pantas dilakukan.
Penggunaaan gadget memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan
manusia. Seringkali orang-orang yang tak bertanggunggung jawab dan
menyalahgunakannya. Gadget dijadikan tempat untuk bergosip, mencari kesalahan
orang lain, mengabaikan teman saat berbicara bahkan dengan menggunakannya
seringkali membuat lupa akan waktu, lalai pada kewajibannya untuk menjalankan
ibadah kepada Allah dan mengulur-ulur waktu sehingga pekerjaan terbengkalai.
Terlebih maraknya aplikasi baru akhir-akhir ini yaitu tiktok, membuat mahasiswa
memperlihatkan akhlak kurang baik yang mana bergaya serta berpakaian vulgar
sehingga kurang pantas sebab mereka seorang pelajar yang telah didik dari TK
hingga perguruan tinggi saat ini sebaiknya bertindak sewajarnya atau lebih baik
apabila bisa memanfaatkan aplikasi yang marak tersebut sebagai tempat
menyebarkan dakwah.
Namun di sisi lain, gadget dapat memberikan pengaruh baik terhadap
pendidikan akhlak seseorang. Jejaring sosial seperti YouTube sudah banyak
tayangan mengenai pendidikan akhlakul karimah yang disampaikan oleh para alim
agama. Dengan adanya konten-konten yang membahas tentang keagamaan,
terutama perilaku baik, seperti birrul walidain, adab ketika bertamu, adab
berpakaian bagi para muslim, adab berteman, dan sebagainya membuat orang yang
30
menonton secara tidak langsung mempelajarinya dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari mereka.
Manusia memiliki tiga kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan
emosi dan kecerdasan spiritual. Ketiga kemampuan tersebut sangat membantu
seseorang dalam meningkatkan kualitas diri, mengabaikan salah satu kemampuan
tersebut menyebabkan banyak individu dililit masalah secara pribadi maupun sosial
masyarakat.46
Dalam penelitian ini kecerdasan spiritual disangkutkan dengan akhlakul
karimah. Yang mana kecerdasan spiritual merupakan kemampuan individu
terhadap mengelola nilai-nilai, norma-norma dan kualitas kehidupan dengan
memanfaatkan kekuatan-kekuatan pikiran bawah sadar atau lebih dikenal dengan
suara hati. Kecerdasan spiritual juga memiliki makna bahwa seseorang individu
yang ridho yang memiliki rasa tanggung jawab kepada sang pencipta serta kemauan
menghayati nilai-nilai agama. Keridhoan dapat diartikan sebagai kemampuan
seseorang untuk menerima dengan hati yang rela peraturan-peraturan yang telah
digariskan oleh agama. Tanggung jawab kepada sang pencipta dapat membantu
seseorang individu untuk terus belajar dan bekerja tanpa rasa jemu. Allah
membimbing dengan siapa yang mengikut keridhoan-Nya melalui jalan-jalann
keselamatan dan membawa mereka dengan izin-Nya keluar dari kegelapan menuju
cahaya, menunjuki mereka jalan yang lapang. Komaruddin Hidayat memberi
penekanan bahwa manusia modern dalam Islam tidak boleh melupakan matahari
dalam melihat segala sesuatu. Hal ini membutuhkan kecerdasan spiritual, lanjutnya,
sehingg hati dan nalar akan dapat bekerja sama.47
46
Iskandar, Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru. (Jakarta: Referensi, 2012), 68.
47 Ibid, 65-66.
31
Pemikiran psikologi sufistik Al-Ghazali yang menyatakan bahwa
kecerdasan emosional merupakan kecerdasan qalbiyah yang memiliki potensi
dalam mengembangkan akhlak (tingkah laku) lahiriah sehingga menjadi baik sesuai
fitrah aslinya. Dimana qalb berfungsi sebagai pemandu, pengontrol, dan pengendali
semua tingkah laku manusia.48
Penelitian yang dilakukan oleh Djazimi menjelaskan bahwa faktor internal
yang memberi pengaruh terhadap kualitas akhlak seseorang antara lain adalah
kondisi emosional seseorang tersebut. Dijelaskan bahwa setiap pengalaman yang
melibatkan emosi ekstrim akan memberikan efek langsung yang lebih nyata pada
perilaku (akhlak) anak sekaligus efek jangka lebih panjang pada perkembangan
kepribadian mereka.49
Betapa pentingnya kecerdasan emosional dikembangkan pada setiap
mahasiswa. Karena betapa banyak kita jumpai mahasiswa, dimana mereka begitu
cerdas, begitu cemerlang akademiknya namun bila tidak bisa mengelola emosinya,
seperti mudah marah, mudah putus atau angkuh dan sombong. Maka prestasi
tersebut tidak akan banyak bermanfaat untuk dirinya. Ternyata kecerdasan
emosional perlu lebih dihargai dan dikembangkan pada mahasiswa bahkan sejak
menjadi siswa (peserta didik) sehingga sedini mungkin mereka telah diberi
pengertian tentang kecerdasan emosional sanpai ke Perguruan Tinggi. Karena hal
inilah yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak,
sehingga akan membuat seluruh potensinya dapat berkembang secara lebih
optimal.50
48
Masganti Sit, Psikologi Agama (Medan: Perdana Publishing, 2015) 122.
49 Djazimi, Vol.10 No.2 Tahun 2016. Studia Didaktika Jurnal Ilmiah Pendidikan, Pengaruh Kecerdasan
Emosional terhadap Akhlak Siswa Madrasah Aliyah Al-Khairiyah Provinsi Banten
50 Iskandar, Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru, 61.
32
Pengembangan potensi diri adalah suatu metode untuk melepaskan,
mengarahkan, mengendalikan kekuatan pikiran bawah sadar, sehingga menjadi
suatu langkah nyata dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus pola pengasahannya,
melalui berbagai aplikasi dan keilmuan canggih berdasar kekuatan doa dan dzikir
yang digali dari Al-Qu’an dan Hadits, menjadi modal dasar untuk pencapaian jalan
keluar terbaik, untuk mencapai kerukunan, team work, untuk mencapai harkat
kehidupan yang lebih tinggi dan sesuai sepanjang perjalanan hidup, dan lain-lain.
Bilamana setiap manusia bisa mengendalikan emosinya, maka kehidupan akan
menjadi lebih indah. Untuk itu setiap manusia perlu mendapatkan suatu pelatihan
dan pemahaman tentang kecerdasan emosi, dengan tujuan menciptakan manusia
yang memiliki karakter tangguh, luhur, bijaksana, pngertian, berdedikasi dan
beriman. Setiap manusia perlu mengetahui dan memahami bahwa kecerdasan
spiritual justru mampu meningkatkan kemampuan kecerdasan emosional sehingga
terjadi momentum peningkatan harkat kehidupan yang berjalan sepanjang hidup.
Menyeimbangkan rasionalitas duniawi dengan semangat spiritual, sehingga terjadi
suatu perbaduan yang dasyat untuk membangun karakter manusia yang sempurna,
baik didunia, dimasyarakat maupun dimata Tuhan Allah SWT.51
Akhlakul karimah dan kecerdasan emosional sangatlah berhubungan, sebab
adanya akhlakul karimah maka mahasiswa bisa mengontrol emosinya.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori dan telaah pustaka di atas, maka kerangka berpikir
dalam penelitian ini adalah:
1. Jika penggunaan gadget dilakukan dengan baik maka akhlakul karimah akan
terbentuk dengan baik.
51
Ibid, 67.
33
2. Jika kecerdasan emosional dilakukan dengan baik maka akhlakul karimah akan
terbentuk dengan baik.
3. Jika penggunaan gadget dan kecerdasan emosional dilakukan dengan baik maka
akhlakul karimah akan terbentuk baik.
D. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan pendidikan yang
secara teoritis dianggap paling tinggi dan paling memungkinkan tingkat kebenarannya.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
1. H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan gadget dengan
pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama
Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020
H1 : Ada hubungan yang signifikan antara penggunaan gadget dengan pembentukan
akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN
Ponorogo tahun akademik 2019-2020
2. H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan
pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama
Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020
H1 : Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan
pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama
Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020
3. H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan gadget dan kecerdasan
emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan
Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020
34
H1: Ada hubungan yang signifikan antara penggunaan gadget dan kecerdasan
emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan
Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan penggunaan gadget dan
kecerdasan emosional terhadap pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI
jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020. Jenis
penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif korelasional, yaitu susatu
penelitian yang menggunakan statistik agar dapat menentukan apakah ada hubungan dan
tingkat hubungan antara tiga variabel. Metode ini melibatkan pengumpulan data untuk
menentukan apakah dan sampai sejauh mana tingkat hubungan yang ada antara dua
variabel atau lebih.
Rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berpikir dan
merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada populasi dan sampel tertentu.1 Rancangan kuantitatif ini menggunakan rancangan
non eksperimen dikarenakan peneliti tidak terjun langsung dalam proses pembentukan
akhlakul karimah melainkan pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian
angket, analisis dan bersifat kuantitatif statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan.2
Adapun variabel pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel yang digunakan adalah variabel
bebas (independen) yaitu merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung:
Alfabeta, 2016), 115.
2 Ibid, 121.
34
35
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), dan variabel terikat
(dependen) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. Variabel independen (bebas) adalah penggunaan gadget dan kecerdasan
emosional. Untuk mempermudah peneliti dalam mengolah dan menganalisis data maka
dalam variabel independen menggunakan simbol X1 sebagai penggunaan gadget dan X2
sebagai kecerdasan emosional, Sedangkan variabel dependen (terikat) adalah
pembentukan akhlakul karimah yang ditulis sebagai variabel Y.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi diartikan sebagai keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau
peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di
dalam suatu penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.3 Populasi merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang telah
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.4
Dalam penelitian ini populasinya mencakup mahasiswa semester VI jurusan
Pendidikan Agama Islam tahun akademik 2019/2020 yang berada di IAIN Ponorogo
yang akan diambil secara acak dari 13 kelas yang mana jumlah mahasiswa berkisar
423 mahasiswa.
2. Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 85 responden yaitu
mahasiswa semester VI angkatan 2017 jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
3 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 118.
4 Sugiyono, Metode Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2013), 215.
36
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Ponorogo. Yang mana jumlah tersebut dijelaskan
pada bagian teknik sampling.
3. Teknik Sampling
Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah proportional stratified sampling yaitu anggota yang diambil dari skala besar,
yang memiliki strata atau tingkatan dan strata yang diambil sebagai sampel secara
proporsional berdasarkan ukuran persen. Dengan demikian, jumlah sampel yang
diambil pada tiap-tiap strata tidak sama tergantung pada jumlah populasi yang
terdapat pada strata tersebut.5
Suharsimi Arikunto berpendapat untuk sekedar perkiraan, maka apabila
subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya. Selanjutnya jika subjeknya
besar, maka dapat diambil 0-15 % atau 20-25% atau lebih. Untuk itu, ukuran sampel
penelitian ini didasarkan dengan mengambil 20% dari 423. 423x20%=85, maka
sampel yang digunakan berjumlah 85 sampel.6
C. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran. Cara ini dilakukan untuk
memperoleh data yang objektif yang diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan
penelitian yang objektif pula.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
1. Data tentang penggunaan gadget mahasiswa.
2. Data tentang kecerdasan emosional mahasiswa.
3. Data tentang pembentukan akhlakul karimah mahasiswa.
5 Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. (Bandung: Penerbit Alfabeta,
2014), 13.
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 120.
37
Tabel 3.1
Instrumen Pengumpulan Data
Judul Penelitian Variabel
Penelitian
Indikator Subjek Teknik
Korelasi Penggunaan
Gadget dan Kecerdasan
Emosional dengan
pembentukan Akhlakul
Karimah Mahasiswa
Semester VI Jurusan
Pendidikan Agama
Islam di IAIN Ponorogo
Tahun Akademik 2019-
2020
Variabel
Independen (X1 ):
Penggunaan
Gadget
1. Dampak
positif
2. Dampak
negatif
Mahasiswa
Semester VI
Jurusan PAI
IAIN
Ponorogo
tahun 2019
Angket
Variabel
Independen (X2):
Kecerdasan
Emosional
1. Kesadaran
diri
2. Memotivasi
diri
3. Kemampuan
mengelola
emosi
4. Mampu
berempati
5. Mampu
menjalin
sosial
dengan
orang lain
Mahasiswa
Semester VI
Jurusan PAI
IAIN
Ponorogo
tahun 2019
Angket
38
Variabel Dependen
(Y):
Pembentukan
Akhlakul Karimah
1. Faktor
Internal
2. Faktor
Eksternal
Mahasiswa
Semester VI
Jurusan PAI
IAIN
Ponorogo
tahun 2019
Angket
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang bersifat primer dalam penelitian ini adalah
Angket (Kuesioner). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau
terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau
internet.7
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yaitu
angket yang telah dilengkapi dengan pilihan jawaban sehingga mahasiswa hanya
memberi tanda pada jawaban yang telah dipilih. Dalam penelitian ini terdapat tiga
jenis angket, yaitu angket untuk memperoleh data tentang penggunaan gadget,
kecerdasan emosional dan pembentukan akhlak mahasiswa. Angket ini berisi butir-
butir pernyataan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian untuk diberi
tanggapan oleh subyek penelitian.
Adapun pelaksanaannya, angket diberikan kepada responden agar mereka
mengisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Skala yang digunakan adalah skala
Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial. Dalam penelitian ini, fenomena
7Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 199.
39
sosial telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai
variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata dan
untuk keperluan analisis kuantitatif, dan jawaban itu dapat diberi skor sebagai berikut:8
a. Selalu : skor 4
b. Sering : skor 3
c. Kadang-kadang : skor 2
d. Tidak pernah : skor 1
Selain itu peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data yang bersifat
sekunder berupa observasi (pengamatan) dan wawancara untuk mempertajam serta
memperbanyak referensi terkait variabel akhlakul karimah, kecerdasan emosional dan
penggunaan gadget yang dimiliki mahasiswa IAIN Ponorogo. Teknik wawancara
dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan informasi-informasi secara
langsung pada objek penelitian untuk menunjang data penelitian.
Bentuk observasi yang digunakan ini adalah adalah observasi partisipan, yaitu
observer terlibat langsung dalam atau berpartisipasi dalam aktivitas yang dilakukan
oleh observe. Untuk menyempurnakan aktivitas pengamatan partisipatif ini, peneliti
mengikuti kegiatan yang dilakukan informan dalam waktu tertentu, memerhatikan apa
yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakan, dan mempertanyakan informasi yang
menarik.9
8 Ibid, 134–135.
9 Idrus Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. (Yogyakarta:
Erlangga, 2009), 101.
40
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses pengolahan, penyajian, interpretasi dan analisis
data yang diperoleh dari lapangan dengan tujuan agar data yang disajikan mempunyai
makna, sehingga pembaca dapat mengetahui hasil penelitian kita. Dalam penelitian
kuantitatif, teknik analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul yang digunakan untuk menjawab rumusan
masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.10
Karena data penelitian adalah data kuantitatif, maka teknik analisis data
menggunakan statistik. Adapun analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Uji Coba Instrumen
1) Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan
kevalidan atau kesahihan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.11
Untuk pengujian
validitas instuksi pada penelitian ini, peneliti menggunakan rumus product moment,
dengan rumus sebagai berikut: 12
( ) ( )( )
√ ( ) ) ( ( )
Keterangan :
Rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
n : Jumlah responden
Ʃx : Jumlah seluruh nilai X
Ʃy : Jumlah seluruh nilai Y
Ʃxy : Jumlah hasil perkalian antara X dan Y
10
Nanang Martono, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 143-144.
11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 211.
12 Retno Widyaningrum, Statistika. (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2015), 107.
41
Kriteria dari validitas setiap item pertanyaan adalah apabila koefisien
korelasi (rhitung) positif dan lebih besar atau sama dengan rhitung maka item tersebut
dikatakan valid dan sebaliknya apabila rhitung negatif atau lebih kecil dari rtabel maka
item tersebut dikatakan tidak valid. Selanjutnya apabila terdapat item-item
pertanyaan yang tidak memenuhi kriteria validitas (tidak valid), maka item tersebut
akan dikeluarkan dari angket. Nilai rtabel yang digunakan untuk subyek (N)
sebanyak 30 adalah mengikuti ketentuan df= N-2, berarti 30-2= 28 dengan
menggunakan taraf signifikan 5% maka diperoleh rtabel= 0,361.
Untuk keperluan uji validitas dan reliabilitas instrumen ini peneliti
mengambil sampel sebanyak 30 mahasiswa. Dari hasil perhitungan validitas item
instrumen terhadap 15 item pernyataan variabel penggunaan gadget dan seluruh
item pernyataan dinyatakan valid. Dari hasil perhitungan validitas item instrumen
dapat disimpulkan dalam tabel rekapitulasi di bawah ini.
Tabel 3.2
Rekapitulasi Uji Validitas Item Angket Penggunaan Gadget
No. Item “r” hitung “r” table Keterangan
1 0,673 0,361 Valid
2 0,373 0,361 Valid
3 0,469 0,361 Valid
4 0,448 0,361 Valid
5 0,377 0,361 Valid
6 0,586 0,361 Valid
7 0,434 0,361 Valid
8 0,670 0,361 Valid
9 0,383 0,361 Valid
42
10 0,368 0,361 Valid
11 0,762 0,361 Valid
12 0,666 0,361 Valid
13 0,738 0,361 Valid
14 0,836 0,361 Valid
15 0,477 0,361 Valid
Untuk variabel kecerdasan emosional, dari jumlah 15 item pernyataan
dinyatakan valid. Dari hasil perhitungan validitas item instrumen dapat disimpulkan
dalam tabel rekapitulasi di bawah ini.
Tabel 3.3
Rekapitulasi Uji Validitas Item Angket Kecerdasan Emosional
No. Item “r” hitung “r” tabel Keterangan
1 0,382 0,361 Valid
2 0,452 0,361 Valid
3 0,455 0,361 Valid
4 0,475 0,361 Valid
5 0,374 0,361 Valid
6 0,518 0,361 Valid
7 0,388 0,361 Valid
8 0,536 0,361 Valid
9 0,422 0,361 Valid
10 0,549 0,361 Valid
11 0,452 0,361 Valid
12 0,463 0,361 Valid
13 0,429 0,361 Valid
43
14 0,393 0,361 Valid
15 0,388 0,361 Valid
Untuk variabel pembentukan akhlakul karimah, dari jumlah 15 item
pernyataan seluruhnya dinyatakan valid. Dari hasil perhitungan validitas item
instrumen dapat disimpulkan dalam tabel rekapitulasi di bawah ini.
Tabel 3.4
Rekapitulasi Uji Validitas Item Angket Pembentukan Akhlakul Karimah
No. Item “r” hitung “r” tabel Keterangan
1 0,517 0,361 Valid
2 0,472 0,361 Valid
3 0,387 0,361 Valid
4 0,436 0,361 Valid
5 0,443 0,361 Valid
6 0,450 0,361 Valid
7 0,423 0,361 Valid
8 0,426 0,361 Valid
9 0,449 0,361 Valid
10 0,426 0,361 Valid
11 0,490 0,361 Valid
12 0,393 0,361 Valid
13 0,505 0,361 Valid
14 0,404 0,361 Valid
15 0,391 0,361 Valid
44
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut adalah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu.
Reliable artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.13
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali
untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Untuk
menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan secara internal
consistency, dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang
diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk
memprediksi reliabilitas instrumen.14
Rumus yang digunakan untuk uji reliabilitas instrumen ini adalah rumus
alpha cronbach, yaitu:15
( ){
}
Keterangan:
ri : Reliabilitas instrument.
k : Banyaknya butir soal
: Jumlah varians butir
: Varians total
N : Jumlah Responden.
Setelah diperoleh angka kofisien reliabilitas, langkah selanjutnya adalah
mengkonsultasikan atau membandingkan dengan angka kritik atau batas minimal
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 178.
14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D , 185.
15 Ibid., 180 – 181.
45
reliabilitas. Menurut Wiratna Sujarweni (2014), kuesioner dikatakan reliabel jika nilai
Alpha Cronbach > 0,6.16
Hasil perhitungan uji reliabilitas pada masing-masing variabel dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3.5
Rekapitulasi Uji Reliabilitas Item Instrumen
Variabel r total tes Angka Kritik Keterangan
Penggunaan Gadget 0,834 0,6 Reliabel
Kecerdasan Emosional 0,713 0,6 Reliabel
Pembentukan Akhlakul Karimah 0,696 0,6 Reliabel
Dari keterangan tabel di atas, diketahui bahwa masing-masing variabel memiliki
rtotal tes> 0,6. Dengan variabel penggunaan gadged, kecerdasan emosional, dan
pembentukan akhlakul karimah dapat dikatakan reliabel.
b. Uji Hipotesis
Teknis analisis data yang digunakan disini yaitu analisis statistik deskriptif
dengan menghitung mean dan standart deviasi yang digunakan untuk menentukan
kategori dengan rumus sebagai berikut: 17
Rumus Mean:
Mx=
dan My=
Keterangan:
Mx dan My = Mean yang dicari.
∑fx atau ∑fy = Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint masing-masing.
n = Number of cases.
16
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis dan Mudah. (Yogyakarta : Pustaka Baru
Press, 2014), 118.
17 Retno Widyaningrum, Statistika, 51.
46
Rumus Standart Deviasi (Data Tunggal) sebagai berikut:18
√ ( )
(
)
√ ( )
(
)
Keterangan:
SDx dan SDy = Standart Deviasi.
∑fx' dan ∑fy' = Jumlah perkalian frekuensi dengan deviasi yang telah
dikuadratkan.
X = X-Mx, dan Mx adalah mean.
N = Jumlah data.
Setelah perhitungan mean dan standar deviasi ditemukan hasilnya, kemudian
dibuat pengelompokkan dengan menggunakan rumus: 19
MX + 1. SD dikatakan tinggi.
Mx – 1. SD dikatakan rendah.
Diantara Mx + 1 sampai Mx – 1 dikatakan sedang.
Setelah dibuat pengelompokan kemudian dicari frekuensinya dan hasilnya
diprosentasikan dengan rumus:20
P =
Keterangan:
P = Angka Prosentasi
fi = Frekuensi
N = Number of cases
18
Ibid., 94.
19 Anas Sudijono, Pengantar Statiska Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), 175 – 176.
20 Ibid, 177.
47
Sebelum menganalisis gasil penelitian, maka dilakukan uji normalitas data
terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diteliti
normal atau tidak. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus kolmogorov
smirnov.
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data
dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul yang digunakan untuk
menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis
yang telah diajukan.21
Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab pengajuan
hipotesis atau rumusan masalah 1 dan 2 yang digunakan adalah teknik korelasi
product moment. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut:
Rumus korelasi product moment: 22
( )( )
√( ( ))( ( ))
Keterangan:
rxy = Angka indeks korelasi product moment.
∑X = Jumlah seluruh nilai X
∑Y = Jumlah seluruh nilai Y
∑XY = Jumlah hasil perkalian antara nilai X dan nilai Y.
Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab pengajuan hipotesis
atau rumusan masalah 3 menggunakan metode statistik dengan teknik korelasi berganda
guna untuk menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel X secara
bersama-sama dengan variabel Y, dengan rumus sebagai berikut: 23
21
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D , 147.
22 Retno Widyaningrum, Statistik, 107.
23 Andhita Dessy Wulansari, Penelitian Pendidikan: Suatu Pendidikan Praktik dengan Menggunakan SPSS
(Ponorogo: STAIN Po Press, 2012), 106.
48
√
Keterangan:
= Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama dengan
variabel Y
= Korelasi Product Moment antara X1 dengan Y
= Korelasi Product Moment antara X2 dengan Y
= Korelasi Product Moment antara X1 dengan X2
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya IAIN Ponorogo
Sejarah berdirinya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo tidak dapat
dipisahkan dari pasang surut perjalanan IAIN Sunan Ampel. Pada awal tahun 70-an
IAIN Sunan Ampel tumbuh dengan pesat dan berhasil membuka 18 fakultas yang
tersebar di tiga provinsi: Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Salah satu fakultas yang dimaksud adalah Fakultas Syari’ah Ponorogo IAIN Sunan
Ampel, yang pada tanggal 6 Robiul Awal 1390 H bertepatan dengan 12 Mei 1970
diserah terimakan dari Panitia Persiapan kepada Menteri Agama Republik Indonesia
yang sekaligus dimulai secara resmi penyelenggaraannya dengan membuka Program
Sarjana Muda (SARMUD).
Fakultas Syari’ah Ponorogo IAIN Sunan Ampel selanjutnya tumbuh dan
berkembang, dan mulai tajun akademik 1985/1986 menyelenggarakan program
doctoral (S-1) dengan membuka jurusan Qadha’ dan Mu’amalah Jinayah. Selanjutnya
berdasarkan tuntutan perkembangan dan organisasi prguruan tinggi, maka
dikeluarkanlah Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 1997 tentang Pendidikan
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), yang penyelenggaraannya secara
resmi ditandatangani oleh Menteri Agama pada tanggal 25 Shafar 1418 H bertepatan
dengan 30 Juni 1997.1
1 Tim Penyusun, Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan STAIN Ponorogo Tahun Ajaran 2015/2016.
1-2.
49
50
Berdasarkan Keputusan Presiden sebagaimana tersebut di atas, pada tahun
akademik 1997/1998 Fakultas Syari’ah Ponorogo beralih status dari fakultas daerah
menjadi STAIN dan merupakan unit organik yang berdiri sendiri di lingkungan
Departemen Agama, dipimpin oleh ketua dan bertanggung jawab kepada Menteri.
Sedangkan pembinaan secara fungsional dilaksanakan oleh Direktorat Jendral
Kelembagaan Agama Islam. Proses alih status Fakultas Syari’ah Ponorogo IAIN
Sunan Ampel menjadi STAIN Ponorogo ditetapkan berdasarkan Surat Edaran
Direktur Jendral Kelembagaan Agama Islam Nomor E/136/1997. Sejak alih status
tersebut Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Ponorogo menyelenggarakan
pendidikan akademik dan professional dengan membuka tiga jurusan: Syari’ah,
Tarbiyah, dan Ushuluddin. Setelah melalui proses dan penilaian akhirnya pada tahun
2016, STAIN Ponorogo secara formal berganti status menjadi Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Ponorogo.2
Proses alih status dari STAIN ke IAIN ditetapkan berdasarkan Peraturan
Presiden RI No. 75 Tahun 2016. Dengan akreditasi Institusi B dari BAN-PT Nomor:
1146/SK/BAN-PT/Akred/PT/VII/2016. Sejak alih status tersebut Institusi Agama
Islam Negeri (IAIN) Ponorogo membuka beberapa fakultas yaitu: Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan, Fakultas Syari’ah, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Selain membuka program Strata 1(S1) IAIN
Ponorogo juga membuka Program Magister (S2), dengan Jurusan sebagai berikut:
Ekonomi Syari’ah, Manajemen Pendidikan Islam, Pendidikan Bahasa Arab, Hukum
Keluarga (Akhwal Syakhsiyah).3
2. Letak Geografis IAIN Ponorogo
2Ibid, 2.
3 Profil IAIN Ponorogo. (http://iainponorogo.ac.id/, diakses pada tanggal 30 April 2020)
51
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo terletak di Jalan Pramuka No.
156 Kelurahan Ronowijayan Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo Jawa Timur.
Batas-batas wilayah:
Sebelah utara : Kelurahan Mangunsuman
Sebelah selatan : Kelurahan Sekaran
Sebelah barat : Kelurahan Kertosari
Sebelah timur : Kelurahan Singosaren
3. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran IAIN Ponorogo
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo memiliki visi dan misi sebagai
berikut:
a. Visi
Sebagai Pusat Kajian dan Pengembangan Ilmu Keislaman yang Unggul dalam
Rangka Mewujudkan Masyarakat Madani
b. Misi
1) Menghasilkan sarjana-sarjana di bidang ilmu-ilmu keislaman yang unggul
dalam kajian materi dan penelitian
2) Menghasilkan sarjana yang mampu mewujudkan civil society
3) Menghasilkan sarjana yang berkarakter dan toleran.
c. Tujuan
1) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo bertujuan menjadi perguruan
tinggi yang lebih maju, berkualitas dan egaliter.
2) Tujuan Strategis I : Institusional re-engeneering melalui penguatan tata kelola
yang baik.
3) Tujuan Strategi II : Menguatkan keunggulan dan kualitas Akademik.
4) Tujuan Strategi III : Menjadikan PTAIN sebagai Excellent Islamis University.
52
5) Tujuan Strategi IV : Meningkatkan kuantitas dan kualitas pengabdian kepada
masyarakat dan dakwah islamiyah.
d. Sasaran
Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas dibidang ilmu pengetahuan
adama Islam, memiliki kemantapan aqidah dan akhlak karimah serta komitmen
dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi.4
4. Ketua STAIN Ponorogo Tahun 1997-2016
Keberadaan STAI Ponorogo berakhir pada tahun 2016 seiring dengan alih
status menjadi Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Selama berdiri kurang lebih 19
tahun, telah terjadi empat kali pergantian Ketua STAIN Ponorogo. Berikut adalah
daftar Ketiua STAIN Ponorogo sejak tahun 1997 hingga 2016.
a. Drs. H. Anshor M. Rusydi, Ketua STAIN Ponorogo Tahun 1998-2002.
b. Drs. H. Sugihanto, M.Ag., Ketua STAIN Ponorogo Tahun 2002-2006.
c. Drs. H. A. Rodli Makmun, M.Ag., Ketua STAIN Ponorogo Tahun 2006-2010.
d. Drs. Hj. S. Maryam Yusuf, M.Ag., Ketua STAIN Ponorogo Tahun 2010-2014
(Periode Pertama) dan Tahun 2014-2016 (Periode Kedua)
e. Drs. Hj. S. Maryam Yusuf, M.Ag. Rektor IAIN Ponorogo pertama, periode 2017-
2021. Dilantik tanggal 01 Februari 2017 oleh Menteri Agama RI.5
5. Organisasi IAIN Ponorogo
IAIN Ponorogo merupakan lembaga formal, maka untuk melaksanakan
program kerja, visi, dan misi secara baik menuju tujuan pendidikan IAIN Ponorogo.
Dibutuhkan struktur organisasi yang merupakan bagan tatanan pada lembaga atau
4 Tim Penyusun, Buku Kebijakan Akademik Institut Agama Islam Negeri Ponorogo Tahun Ajaran 2018/
2019, 7.
5Tim Penyusun, Buku Kebijakan Akademik Institut Agama Islam Negeri Ponorogo Tahun Ajaran 2018/
2019, 4
53
badan perkumpulan tertentu dalam menjalankan roda organisasi. Adapun struktur
organisasi fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan periode 2017-2021 dapat dilihat
dalam lampiran 1.
6. Keadaan Mahasiswa dan Dosen PAI IAIN Ponorogo
a. Keadaan Mahasiswa
Mahasiswa merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam proses
pendidikan. Jumlah mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di IAIN
Ponorogo kurang lebih sebanyak 1558 mahasiswa dan untuk mahasiswa jurusan
PAI Semester VI Tahun Akademik 2019-2020 kurang lebih berjumlah 423
mahasiswa.
b. Keadaan Dosen
Tabel 4.1
Keadaan Dosen PAI IAIN Ponorogo
Jumlah Pend.
Terakhir
Kepangkatan Sertifikasi
PNS S2 S3 Asisten
Ahli
Lektor Lektor
Kepala
Guru
Besar
Sudah Belum
109 14 51 89 35 0 100 29
DTPN 50
DLB 38 4
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar kualifikasi kepangkatan
dosen Institut Agama Islam Negeri Ponorogo berada pada jenjang lektor,
sementara dengan jumlah yang minim yaitu lektor kepala sementara itu belum ada
berkualifikasi guru besar. Hal ini memerlukan perhatian serius untuk mendorong
para dosen melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi dengan menyediakan
54
beasiswa pendidikan, dan melakukan percepatan memperoleh gelar guru besar
dengan memberikan bantuan dana penelitian dan penerbitan karya ilmiah dosen
dalam jurnal bereputasi internasional. Besaran dan jenis bantuan tersebut
tercantum dalam DIPA Institut Agama Islam Negeri Ponorogo setiap tahunnya. 6
B. Deskripsi Data tentang Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional dengan
pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa Semester VI Jurusan Pendidikan
Agama Islam di IAIN Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020
Data penelitian dikumpulkan dengan angket yang dapat dilihat dilampiran 2. Data
tersebut meliputi data penggunaan gadget, kecerdasan emosional dan pembentukan
akhlakul karimah. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
sampel dari mahasiswa semester VI Jurusam Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo
Tahun Akademik 2019-2020 dengan keseluruhan populasi sebanyak 423 mahasiswa dan
dengan jumlah responden sebanyak 85 responden.
Maksud dari deskripsi data dalam pembahasan ini, yaitu untuk memberikan
gambaran sejumlah data hasil penskoran tes yang telah diajukan pada mahasiswa
semester VI PAI sesuai dengan instrumen yang telah ditetapkan. Deskripsi data tersebut
diuraikan sebagai berikut:
1. Deskripsi Data Penggunaan Gadget
Deskripsi data dalam pembahasan kali ini adalah untuk memberikan
gambaran sejumlah data hasil penskoran angket yang telah disebarkan pada
mahasiswa Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri Ponorogo Semester VI Tahun Akademik 2019-2020. Data tentang
6Tim Penyusun, Buku Kebijakan Akademik Institut Agama Islam Negeri Ponorogo Tahun Ajaran 2018/
2019, 30.
55
penggunaan gadget diperoleh melalui angket yang terdiri dari 15 item pernyataan.
Skor jawaban angket tersebutt berupa angka-angka yang diinterprestasikan, sehingga
mudah dipahami. Adapun sistem penyekoran dalam pengambilan data angket yaitu
dengan menggunakan skala Likert.
Adapun hasil skor penggunaan gadget mahasiswa semester VI PAI IAIN
Ponorogo dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Skor Jawaban Angket Penggunaan Gadget Mahasiswa Semester VI PAI
IAIN Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020
No Nilai Angket Frekuensi (F) Prosentasi
1 53 2 2,353%
2 52 1 1,176%
3 51 1 1,176%
4 49 4 4,706%
5 48 1 1,176%
6 47 1 1,176%
7 46 4 4,706%
8 45 2 2,353%
9 44 1 1,176%
10 43 2 2,353%
11 42 4 4,706%
56
12 41 7 8,235%
13 40 4 4,706%
14 39 5 5,882%
15 38 7 8,235%
16 37 7 8,235%
17 36 3 3,529%
18 35 5 5,882%
19 34 1 1,176%
20 33 8 9,412%
21 32 5 5,882%
22 30 3 3,529%
23 29 1 1,176%
24 28 3 3,529%
25 27 3 3,529%
Jumlah 85 100%
Dari tabel di atas dapat diperoleh data tentang penggunaan gadget mahasiswa,
nilai tertinggi dari penggunaan gadget mahasiswa adalah 53 poin dengan frekuensi
2orang dan nilai terendah adalah 27 poin dengan frekuensi 3 orang. Adapun secara
terperinci penskoran jawaban angket dari responden dapat dilihat pada lampiran 3.
57
Untuk menentukan kategori penggunaan gadget mahasiswa pada kategori
tinggi, sedang dan rendah, yaitu dengan menyusun urutan kedudukan atas tiga
tingkatan. Maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memberi skor pada angket
b. Menyusun urutan kedudukan atas tiga tingkatan
Dalam penyusunan urutan kedudukan atas tiga tingkat dapat disusun menjadi
tiga kelompok yaitu tinggi, sedang dan rendah. Patokan yang digunakan untuk
menentukan rangking atas, tengah dan bawah adalah dengan cara mencari mean dan
standar deviasi dengan menggunakan tabel penolong sebagai berikut:
Tabel 4.3
Data perhitungan rata-rata dan standar deviasi penggunaan gadget
No X1 F F X1 X12
F X12
1 53 2 106 2809 5618
2 52 1 52 2704 2704
3 51 1 51 2601 2601
4 49 4 196 2401 9604
5 48 1 48 2304 2304
6 47 1 47 2209 2209
7 46 4 184 2116 8464
8 45 2 90 2025 4050
58
9 44 1 44 1936 1936
10 43 2 86 1849 3698
11 42 4 168 1764 7056
12 41 7 287 1681 11767
13 40 4 160 1600 6400
14 39 5 195 1521 7605
15 38 7 266 1444 10108
16 37 7 259 1369 9583
17 36 3 108 1296 3888
18 35 5 175 1225 6125
19 34 1 34 1156 1156
20 33 8 264 1089 8712
21 32 5 160 1024 5120
22 30 3 90 900 2700
23 29 1 29 841 841
24 28 3 84 784 2352
25 27 3 81 729 2187
Jumlah 85 3264 41377 128788
Dari data di atas kemudian dicari mean dan standar deviasinya dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Mencari mean dari variabel x1
Mx1 =∑
=
=38,4
59
b. Mencari standar deviasi dari variabel x1
SDx1 =√∑
(
∑
)
=√
(
)
=√
=√
=6,371
Dari hasil diatas dapat diketahui Mx1 = 38,4dan SDx1 = 6,371. Untuk menentukan
kategori penggunaan gadget mahasiswa tinggi, sedang dan rendah, dibuat
pengelompokan dengan menggunakan rumus:
a. Skor lebih dari Mx1 +1. SDx1 adalah penggunaan gadget mahasiswa semester VI
jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori tinggi.
b. Skor kurang dari Mx1 -1. SDx1 adalah penggunaan gadget mahasiswa semester VI
jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori rendah.
c. Dan skor antara Mx1 -1. SDx1 sampai dengan Mx1 +1. SDx1 adalah penggunaan gadget
mahasiswa semester VI jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori cukup.
Mx1 +1. SDx1 = 38,4 + 1(6,371)
=38,4 + 6,371
= 44,771
= 45 (dibulatkan)
Mx1 -1. SDx1 = 38,4 - 1(6,371)
=38,4 - 6,371
=32, 029
= 32(dibulatkan)
60
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa skor lebih dari 45 dikategorikan
penggunaan gadget pada kategori tinggi, sedangkan skor 45-32 dikategorikan
penggunaan gadget sedang dan skor kurang dari 32 dikategorikan penggunaan
gadget rendah.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang kategori penggunaan gadget mahasiswa
semester VI PAI di IAIN Ponorogo dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Kategori penggunaan gadget
No Nilai Frekuensi Persentase Kategori
1 >45 14 16,470% Tinggi
2 45-32 61 71,765% Sedang
3 <32 10 11,765% Rendah
Jumlah 85 100%
Dari tingkatan tersebut dapat diketahui bahwa yang menyatakan penggunaan
gadget mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo dalam kategori tinggi dengan
frekuensi 14 responden (16,470%), kategori sedang dengan frekuensi sebanyak 61
responden (71,765%), dan kategori rendah dengan frekuensi sebanyak 10 responden
(11,765%). Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa penggunaan
gadget mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo adalah cukup karena
dinyatakan dalam kategorisasi menunjukkan persentasenya 71,765%.
2. Deskripsi Data Kecerdasan Emosional
Data tentang kecerdasan emosional diperoleh melalui angket yang terdiri dari
15 item pernyataan. Skor jawaban angket tersebut berupa angka-angka yang
61
diinterprestasikan, sehingga mudah dipahami. Adapun sistem penyekoran dalam
pengambilan data angket yaitu dengan menggunakan skala Likert.
Adapun hasil skor kecerdasan emosional mahasiswa semester VI di IAIN
Ponorogo tahun akademik 2019-2020 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Skor jawaban angket kecerdasan emosional mahasiswa semester VI di IAIN
Ponorogo
No Nilai Angket Frekuensi (F) Presentasi
1 60 1 1,176%
2 52 2 2,353%
3 51 1 1,176%
4 50 3 3,529%
5 49 7 8,235%
6 48 4 4,706%
7 47 4 4,706%
8 46 6 7,059%
9 45 10 11,765
10 44 5 5,882%
11 43 2 2,353%
12 42 11 12,941%
13 41 5 5,882%
14 40 6 7,059%
15 39 8 9,412%
16 38 2 2,353%
62
17 37 3 3,529%
18 36 2 2,353%
19 35 1 1,176%
20 31 1 1,176%
21 29 1 1,176%
Jumlah 85 100%
Dari tabel di atas dapat diperoleh data tentang kecerdasan emosional
mahasiswa, nilai tertinggi dari kecerdasan emosional mahasiswa adalah 60 poin
dengan frekuensi 1orang dan nilai terendah adalah 29 poin dengan frekuensi 1 orang.
Adapun secara terperinci penskoran jawaban angket dari responden dapat dilihat pada
lampiran 4.
Untuk menentukan kategori kecerdasan emosional mahasiswa pada kategori
baik, cukup, dan kurang yaitu dengan menyusun urutan kedudukan atas tiga
tingkatan. Maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
c. Memberi skor pada angket
d. Menyusun urutan kedudukan atas tiga tingkatan
Dalam penyusunan urutan kedudukan atas tiga tingkat dapat disusun menjadi
tiga kelompok yaitu baik, cukup, dan kurang. Patokan yang digunakan untuk
menentukan rangking atas, tengah dan bawah adalah dengan cara mencari mean dan
standar deviasi dengan menggunakan tabel penolong sebagai berikut:
Tabel 4.6
Data perhitungan rata-rata dan standar deviasi kecerdasan emosional
63
No X2 F F X2 X22
F X22
1 60 1 60 3600 3600
2 52 2 104 2704 5408
3 51 1 51 2601 2601
4 50 3 150 2500 7500
5 49 7 343 2401 16807
6 48 4 192 2304 9216
7 47 4 188 2209 8836
8 46 6 276 2116 12696
9 45 10 450 2025 20250
10 44 5 220 1936 9680
11 43 2 86 1849 3698
12 42 11 462 1764 19404
13 41 5 205 1681 8405
14 40 6 240 1600 9600
15 39 8 312 1521 12168
16 38 2 76 1444 2888
17 37 3 111 1369 4107
64
18 36 2 72 1296 2592
19 35 1 35 1225 1225
20 31 1 31 961 961
21 29 1 29 841 841
Jumlah 85 3693 39947 162483
Dari data di atas kemudian dicari mean dan standar deviasinya dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
c. Mencari mean dari variabel x2
Mx2 =∑
=
=43,447
d. Mencari standar deviasi dari variabel x2
SDx2 =√∑
(
∑
)
=√
(
)
=√
=√
=4,891
65
Dari hasil diatas dapat diketahui Mx2= 43,447 dan SDx2 = 4,891. Untuk
menentukan kategori kecerdasan emosional mahasiswa baik, cukup, dan kurang, dibuat
pengelompokan dengan menggunakan rumus:
a. Skor lebih dari Mx2+1. SDx2adalah kecerdasan emosional mahasiswa semester VI
jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori baik.
b. Skor kurang dari Mx2-1. SDx2adalah kecerdasan emosional mahasiswa semester VI
jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori kurang.
c. Dan skor antara Mx2-1. SDx2sampai dengan Mx2+1. SDx2adalah kecerdasan emosional
mahasiswa semester VI jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori cukup.
Mx2+1. SDx2 = 43,447 + 1 (4,891)
= 43,447 + 4,891
= 48, 338
= 48 (dibulatkan)
Mx2-1. SDx2 = 43,447 - 1 (4,891)
= 43,447 - 4,891
= 38,556
= 39 (dibulatkan)
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa skor lebih dari 48 dikategorikan
kecerdasan emosional pada kategori baik, sedangkan skor 48-39 dikategorikan
kecerdasan emosional cukup dan skor kurang dari 39 dikategorikan kecerdasan
emosional kurang.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang kategori kecerdasan emosional
mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7
66
Kategori kecerdasan emosional
No Nilai Frekuensi Persentase Kategori
1 >48 14 16,470% Baik
2 48-39 61 71,765% Cukup
3 <39 10 11,765% Kurang
Jumlah 85 100%
Dari tingkatan tersebut dapat diketahui bahwa yang menyatakan kecerdasan
emosional mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo dalam kategori baik
dengan frekuensi 14 responden (16,470%), kategori cukup dengan frekuensi
sebanyak 61 responden (71,765%), dan kategori kurang dengan frekuensi sebanyak
10 responden (11,765%). Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa
kecerdasan emosional mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo adalah cukup
karena dinyatakan dalam kategorisasi menunjukkan persentasenya 71,765%.
3. Deskripsi Data Pembentukan Akhlakul Karimah
Data tentang pembentukan akhlakul karimah diperoleh melalui angket yang
terdiri dari 15 item pernyataan. Skor jawaban angket tersebut berupa angka-angka
yang diinterprestasikan, sehingga mudah dipahami. Adapun sistem penyekoran dalam
pengambilan data angket yaitu dengan menggunakan skala Likert.
Adapun hasil skor pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI di
IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8
Skor jawaban angket pembentukan akhlakul karimahmahasiswa
semester VI di IAIN Ponorogo
No Nilai Angket Frekuensi (F) Presentasi
67
1 60 4 4,709%
2 59 3 3,529%
3 58 5 5,882%
4 57 5 5,882%
5 56 4 4,709%
6 55 5 5,882%
7 54 3 3,529%
8 53 4 4,709%
9 52 6 7,059%
10 51 6 7,059%
11 50 3 3,529%
12 49 6 7,059%
13 48 7 8,235%
14 47 8 9,412%
15 46 5 5,882%
16 45 3 3,529%
17 44 5 5,882%
18 43 1 1,176%
19 42 1 1,176%
20 41 1 1,176%
Jumlah 85 100%
Dari tabel di atas dapat diperoleh data tentang pembentukan akhlakul karimah
mahasiswa, nilai tertinggi dari pembentukan akhlakul karimah mahasiswa adalah 60
poin dengan frekuensi 4 orang dan nilai terendah adalah 41 poin dengan frekuensi 1
orang. Adapun secara terperinci penskoran jawaban angket dari responden dapat
dilihat pada lampiran 5.
68
Untuk menentukan kategori pembentukan akhlakul karimah mahasiswa pada
kategori baik, cukup, dan kurang yaitu dengan menyusun urutan kedudukan atas tiga
tingkatan. Maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memberi skor pada angket
b. Menyusun urutan kedudukan atas tiga tingkatan
Dalam penyusunan urutan kedudukan atas tiga tingkat dapat disusun menjadi
tiga kelompok yaitu baik, cukup, dan kurang. Patokan yang digunakan untuk
menentukan rangking atas, tengah dan bawah adalah dengan cara mencari mean dan
standar deviasi dengan menggunakan tabel penolong sebagai berikut:
Tabel 4.9
Data perhitungan rata-rata dan standar deviasi pembentukan akhlakul karimah
No Y F F Y Y2
F Y2
1 60 4 240 3600 14400
2 59 3 177 3481 10443
3 58 5 290 3364 16820
4 57 5 285 3249 16245
5 56 4 224 3136 12544
6 55 5 275 3025 15125
7 54 3 162 2916 8748
8 53 4 212 2809 11236
9 52 6 312 2704 16224
10 51 6 306 2601 15606
11 50 3 150 2500 7500
12 49 6 294 2401 14406
69
13 48 7 336 2304 16128
14 47 8 376 2209 17672
15 46 5 230 2116 10580
16 45 3 135 2025 6075
17 44 5 220 1936 9680
18 43 1 43 1849 1849
19 42 1 42 1764 1764
20 41 1 41 1681 1681
Jumlah 85 4350 51670 224726
Dari data di atas kemudian dicari mean dan standar deviasinya dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Mencari mean dari variabel y
My =∑
=
=51,176
b. Mencari standar deviasi dari variabel y
SDy =√∑
(
∑
)
=√
(
)
=√
=√
=4,985
70
Dari hasil diatas dapat diketahui My= 51,176 dan SDy = 4,985. Untuk menentukan
kategori pembentukan akhlakul karimah mahasiswa baik, cukup, dan kurang, dibuat
pengelompokan dengan menggunakan rumus:
a. Skor lebih dari My+1. SDyadalah pembentukan akhlakul karimah mahasiswa
semester VI jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori baik.
b. Skor kurang dari My-1. SDyadalah penggunaan gadget mahasiswa semester VI
jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori kurang.
c. Dan skor antara My-1. SDysampai dengan My+1. SDyadalah pembentukan akhlakul
karimah mahasiswa semester VI jurusan PAI di IAIN Ponorogo termasuk kategori
cukup.
My+1. SDy = 51,176 + 1 (4,985)
= 51,176 + 4,985
=56, 161
= 56 (dibulatkan)
My-1. SDy =51,176 - 1 (4,985)
=51,176 - 4,985
=46,191
= 46 (dibulatkan)
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa skor lebih dari 56 dikategorikan
pembentukan akhlakul karimah pada kategori baik, sedangkan skor 56-46
dikategorikan pembentukan akhlakul karimah cukup dan skor kurang dari 46
dikategorikan pembentukan akhlakul karimah kurang.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang kategori pembentukan akhlakul
karimah mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.10
71
Kategori pembentukan akhlakul karimah
No Nilai Frekuensi Persentase Kategori
1 >56 17 20% Baik
2 56-46 57 67,059% Cukup
3 <46 11 12,941% Kurang
Jumlah 85 100%
Dari tingkatan tersebut dapat diketahui bahwa yang pembentukan akhlakul
karimahmahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo dalam kategori baik dengan
frekuensi 17 responden (20%), kategori cukup dengan frekuensi sebanyak 57
responden (67,059%), dan kategori kurang dengan frekuensi sebanyak 11 responden
(12,941%). Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa pembentukan
akhlakul karimah mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo adalah cukup
karena dinyatakan dalam kategorisasi menunjukkan persentasenya 67,059%.
C. Analisis Data (Pengujian Hipotesis)
Sebelum melakukan perhitungan untuk mengetahui hubungan dari penggunaan
gadget dan kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa
semester VI IAIN Ponorogo, maka dilakukan uji normalitas data terlebih dahulu.
1. Uji Normalitas
Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari setiap variabel yang
diteliti tersebut normal atau tidak, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus
Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas ini dihitung dengan menggunakan bantuan
SPSS versi 24. Apabila jumlah perhitungan > 0,05 maka dinyatakan distribusi
normal, sebaliknya jika jumlah perhitungan < 0,05 maka dinyatakan distribusi tidak
normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11
72
Hasil Uji Normalitas Keseluruhan
B
e
r
d
a
s
a
r
kan tabel output SPSS tersebut, diketahui bahwa nilai signifikansi Asymp. Sig (2-
tailed) sebesar 0.200 yang mana lebih besar dari 0,05. Maka sesuai dengan dasar
pengambilan keputusan dalam uji normalitas kolmogorov-smirnov di atas, dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Dengan demikian, asumsi atau
persyaratan normalitas dalam model regresi sudah terpenuhi.
Untuk lebih jelasnya, berikut akan disajikan hasil uji normalitas data masing-
masing variabel, sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas Setiap Variabel
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 85
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation
4,71807021
Most Extreme
Differences
Absolute ,066
Positive ,066
Negative -,049
Test Statistic ,066
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
73
2. A
n
a
l
i
s
is Data
a. Analisis Data Korelasi Penggunaan Gadget dengan Pembentukan Akhlakul
Karimah Mahasiswa Semester VI Jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN
Ponorogo
Analisis data dilakukan berdasarkan rumusan masalah pertama yakni
mengetahui apakah terdapat hubungan antara penggunaan gadget dengan
pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo
tahun akademik 2019-2020.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
penggunaan
gadget
kecerdasan
emosional
pembentuk
an akhlakul
karimah
N 85 85 85
Normal
Parametersa,b
Mean 38,40 43,45 51,18
Std.
Deviation
6,409 4,920 5,010
Most Extreme
Differences
Absolute ,072 ,086 ,103
Positive ,072 ,086 ,103
Negative -,047 -,071 -,083
Test Statistic ,072 ,086 ,103
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
,171c ,026
c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
74
Kemudian dilakukan pengujian kebenaran kepalsuan dari hipotesa. Oleh
karena itu, peneliti harus mengkonsultasikan hasil rhitung dengan rtabel. Namun
sebelum itu, peneliti harus mencari derajat bebas (db) atau degress of freedomnya
(df) dengan rumus db= n – nr, dimana db adalah derajat bebas, n adalah number
of cases, dan nr adalah banyaknya variabel yang dikorelasikan. Dalam penelitian
ini, n = 85 nr = 2 maka db = 85 – 2 = 83. Dengan nilai rtabel pada taraf signifikasi
sebesar 5% diperoleh rtabel 0,213.
Adapun perhitungan korelasi penggunaan gadget dengan pembentukan
akhlakul karimah mahasiswa, sebagai berikut:
Rx1y = ∑ ∑ ∑
√( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) )
= ( ) ( )( )
√( ( ) )( ( ) )
= ( ) ( )
√( )( )
=
√( )( )
=
√( )
=
=0,00098142521 (0,00098)
Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai rtabel = 0,213 dan rhitung = 0,0098
dimana rhitung < rtabel maka Ho diterima. Kesimpulan dari perhitungan tersebut
tidak terdapat korelasi yang signifikan antara penggunaan gadget dengan
pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo
tahun akademik 2019-2020.
75
b. Analisis Data Korelasi Kecerdasan Emosional dengan Pembentukan
Akhlakul Karimah Mahasiswa Semester VI PAI di IAIN Ponorogo
Analisis data dilakukan berdasarkan rumusan masalah kedua yakni
mengetahui apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan
pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo.
Adapun perhitungan korelasi kecerdasan emosional dengan pembentukan
akhlakul karimah mahasiswa, sebagai berikut:
Rx2y = ∑ ∑ ∑
√( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) )
= ( ) ( )( )
√( ( ) ( ) )( ( ( ) )
=
√( )( )
=
√( )( )
=
√( )
=
=0,33052263228 (0,33)
Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai rtabel = 0,213 dan rhitung = 0,330
dimana rhitung > rtabel maka Ho ditolak. Kesimpulan dari perhitungan tersebut
terdapat korelasi yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan
pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo
tahun akademik 2019-2020.
76
c. Analisis Data Korelasi Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional
Mahasiswa Semester VI PAI di IAIN Ponorogo
Adapun perhitungan korelasi penggunaan gadget dengan kecerdasan
emosional mahasiswa, sebagai berikut:
Rx1x2 = ∑ ∑ ∑
√( ∑ (∑ ) )( ∑
(∑ ) )
= ( ) ( )( )
√( ( ) ( ) )( ( ) ( ) )
=
√( )( )
=
√( )( )
=
√( )
=
=0,19462735229 (0,195)
Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai rtabel = 0,312 dan rhitung = 0,195
dimana rhitung < rtabel maka Ho diterima. Kesimpulan dari perhitungan tersebut
tidak terdapat korelasi yang signifikan antara penggunaan gadget dengan
kecerdasan emosional mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo tahun
akademik 2019-2020.
d. Analisis Data Korelasi Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional
dengan Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa Semester VI PAI di
IAIN Ponorogo
77
Pada lampiran 6, dipaparkan tabel penolong mengenai perhitungan data
korelasi penggunaan gadget dan kecerdasan emosional dengan pembentukan
akhlakul karimah mahasiswa. Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan Hipotesis
2. Ho: Tidak ada korelasi antara variabel X1 dan X2 dengan Y
3. Ha: Ada korelasi antara variabel X1 dan X2 dengan Y
rx1x2y = √( ) ( )
( )
= √( ) ( )
( )
= √( ) ( )
= √
= √
= 0,33777269723 (0,338)
Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa korelasi antara penggunaan
gadget dan kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul karimah
mahasiswa semester VI PAI di IAIN Ponorogo sebesar 0,338.
Langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian signifikasi terhadap hasil
di atas dengan menghitung Fhitung, sebagai berikut:
Fhitung =
( ) ( )
= ( )
( ) ( )
78
=
=
= 5,28011679 (5,28)
Dari hasil diatas, kemudian dibandingkan dengan harga Ftabel dengan db
pembilang = k dan dk sebagai penyebut = (r-k-1). Jadi dk pembilang = 2 dan db
penyebut = 82, dengan taraf kesalahan 5% maka Ftabel sebesar 3,11. Dari
perhitungan di atas ternyata Fhitung> Ftabel yakni 5,28 > 3,11 maka Ho ditolak
artinya terdapat korelasi yang signifikan antara penggunaan gadget dan
kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa
semester VI jurusan PAI di IAIN Ponorogo tahun ajaran 2019-2020.
D. Interpretasi dan Pembahasan
1. Korelasi antara Penggunaan Gadget dengan Pembentukan Akhlakul Karimah
Mahasiswa Semester VI Jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo
Tahun Akademik 2019-2020
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara
peenggunaan gadget dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI
jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020. Hal
ini didukung dari hasil perhitungan nilai rtabel= 0,213 dan rhitung= 0,0098 dimana rhitung
< rtabel maka Ho diterima.
Deskripsi data penggunaan gadget menunjukkan sebagian besar mahasiswa
dalam kategori cukup terdapat 61 mahasiswa dengan persentase 71,765%. Deskripsi
data pembentukan akhlakul karimah menunjukkan sebagian besar mahasiswa dalam
kategori cukup terdapat 57 mahasiswa dengan persentase 67,058%. Hal ini
79
menunjukkan bahwasanya penggunaan gadget memang tidak memiliki hubungan
terhadap pembentukan akhlakul karimah mahasiswa yangmana sebagian besar
penggunaan gadget mahasiswa berpengaruh negatif sehingga berperilaku kurang
sesuai dengan akhlakul karimah.
Penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan hubungan yang positif antara
penggunaan gadget terhadap akhlakul karimah mahasiswa. Hasil penelitian
menunjukan bahwa penggunaan gadget berdampak negatif bagi mahasiswa.
Penggunaan gadget yang berlebihan dapat membuat seseorang kurang bersosialisasi
dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu, seseorang menjadi tidak mendengarkan
orang tua ketika mendapat nasihat atau perintah. Sedangkan yang diharapkan dengan
adanya gadget seseorang bisa lebih memiliki kepribadian baik dengan selalu berbuat
baik kepada siapa saja dalam kehidupan sehari-hari, terutama kepada orang tua.
Sebenarnya, melihat zaman yang semakin maju ini gadget memiliki dampak positif
yang cukup besar bagi kehidupan manusia. Banyak tersebar di jejaring sosial seperti
YouTube, blog pendidikan, google scholar, dan lain-lain yang mengedukasi kita
untuk berakhlakul karimah, yang hal tersebut dapat kita akses kapan saja dan di mana
saja. Selain itu, gadget juga memberikan kita informasi tanpa batas, mempermudah
kita berkomunikasi meskipun jarak jauh, serta mendapat pengetahuan yang cepat dan
aktual.
Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara penggunaan gadget dengan
pembentukan akhlakul karimah, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Denak Sintia Rahmawati tahun 2018 yang mengatakan bahwa dampak dari
teknologi khususnya gadget terhadap pembentukan akhlak anak antara lain anak akan
menjadi lebih pemalas, kurangnya rasa percaya diri pada anak, berkurangnya
kemampuan berkomunikasi anak, anak akan lebih tertutup (introvert), ketergantungan
anak untuk terus bermain gadget, dan dampak negative yang paling berbahaya adalah
80
anak dengan bebas dapat mengakses situs-situs dewasa di internet yang dapat
merusak moral akhlak.
Sama halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irwansyah Suwahyu
tahun 2017 bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mempengaruhi
akhlak peserta didik. Hal ini terjadi karena karena para peserta didik kurang mampu
menahan dirinya terhadap hal-hal negatif yang terdapat dalam penggunaan media
sosial. Secara khusus, akhlak mereka akan menjadi buruk saat para peserta didik tidak
membatasi penggunaan penggunaan media sosialnya baik itu secara waktu
pengunaan, isi atau konten yang dibuka, serta aktivitas mereka dalam menggunakan
media sosial.
2. Korelasi antara Kecerdasan Emosional dengan Pembentukan Akhlakul
Karimah Mahasiswa Semester VI Jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN
Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara kecerdasan
emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa semester VI jurusan
Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo tahun akademik 2019-2020. Hal ini
didukung dari hasil perhitungan nilai rtabel= 0,213 dan rhitung= 0,330 dimana rhitung >
rtabel maka Ho ditolak.
Deskripsi data kecerdasan emosional menunjukkan sebagian besar mahasiswa
dalam kategori cukup terdapat 61 mahasiswa dengan persentase 71,765%. Deskripsi
data pembentukan akhlakul karimah menunjukkan sebagian besar mahasiswa dalam
kategori cukup terdapat 57 mahasiswa dengan persentase 67,058%.
. Pada penelitian ini terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan
pembentukan akhlakul karimah, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Nurul Hasanah tahun 2018 bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan
emosional dengan akhlak siswa di SMA Swasta Harapan Paya Bakung. Hasil
81
penelitian dapat diketahui bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor
yang memberi sumbangan terhadap akhlak siswa. Dapat diketahui bahwa kecerdasan
emosional bukanlah satu-satunya faktor mutlak, melainkan ada berbagai faktor lain
yang memberi sumbangsih terhadap tingkat akhlak siswa.
3. Korelasi antara Penggunaan Gadget dan Kecerdasan Emosional dengan
Pembentukan Akhlakul Karimah Mahasiswa Semester VI Jurusan Pendidikan
Agama Islam di IAIN Ponorogo Tahun Akademik 2019-2020
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai fhitung =5,28 dan ftabel =3,11 dimana
fhitung > ftabel maka Ho ditolak. Kesimpulan dari perhitungan tersebut terdapat korelasi
penggunaan gadget dan kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul
karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo
tahun akademik 2019-2020.
Penggunaan gadget memiliki hubungan dengan pembentukan akhlakul
karimah, apabila penggunaan gadget dilakukan dengan baik maka pembentukan
akhlakul karimah juga bisa terbentuk dengan mudah sedangkan penggunaan gadget
yang tidak baik maka untuk menuju akhlakul karimah seseorang juga sulit.
Dalam mengatasi penggunaan gadget, mahasiswa harus dapat mempengaruhi
diri sendiri untuk mengerti dan bijak dalam menggunakan gadget. Banyak sisi positif
yang bisa dilakukan mahasiswa dalam penggunaan gadget seperti memudahkan
dalam berkomunikasi sehingga silaturahmipun sangat mudah dilakukan, menmbah
wawasan dan pengetahuan demhan membuka web-web berpendidikan yang memiliki
berbagai informasi yang dibutuhkan dalam proses berpendidikan, memperluas
jaringan pertemanan, menjadi kreatif dengan banyaknya konten yang baik yang bisa
dilihat diberbagai media sosial.
82
Sedangkan kecerdasan emosional merupakan kecerdasan qalbiyah yang
memiliki potensi dalam mengembangkan akhlak (tingkah laku) lahiriah sehingga
menjadi baik sesuai fitrah aslinya. Dimana qalb berfungsi sebagai pemandu,
pengontrol, dan pengendali semua tingkah laku manusia. Yang mana kecerdasan
emosional memiliki hubungan yang sangat erat dengan pembentukan akhlakul
karimah itu sendiri.
Pada dasarnya memang terdapat hubungan antara penggunaan gadget dan
kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa karena
penggunaan gadget yang baik serta dapat mengontrol emosi dengan baik sehingga
muncul pembentukan akhlakul karimah. Maka penggunaan gadget yang baik dapat
mengontrol kecerdasan emosi mahasiswa sehingga terbentuklah akhlakul karimah
mahasiswa.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berangkat dari masalah yang diajukan dalam bab pendahuluan pada skripsi ini
serta didukung oleh hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisis dengan
menggunakan rumus “korelasi product moment” maka skripsi ini dapat disimpulkan
bahwa:
1. Tidak terdapat korelasi antara peenggunaan gadget dengan pembentukan akhlakul
karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo
tahun akademik 2019-2020. Hal ini didukung dari hasil perhitungan nilai rtabel= 0,213
dan rhitung= 0,0098 dimana rhitung < rtabel maka Ho diterima.
2. Terdapat korelasi antara kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul
karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo
tahun akademik 2019-2020. Hal ini didukung dari hasil perhitungan nilai rtabel= 0,213
dan rhitung= 0,330 dimana rhitung > rtabel maka Ho ditolak.
3. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai fhitung =5,28 dan ftabel =3,11 dimana fhitung >
ftabel maka Ho ditolak. Kesimpulan dari perhitungan tersebut terdapat korelasi
penggunaan gadget dan kecerdasan emosional dengan pembentukan akhlakul
karimah mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN Ponorogo
tahun akademik 2019-2020.
85
84
B. Saran
Pada akhir skripsi ini penulis memberikan saran kepada pihak-pihak sebagai
berikut:
1. Bagi Dosen dan Mahasiswa
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya
terdapat hasil pembentukan akhlakul karimah memiliki hubungan terhadap
penggunaan gadget dan kecerdasan emosional. Akhlakul karimah mahasiswa
terbentuk dengan baik jika bisa menggunakan gadget dalam sisi positif, bisa mebatasi
penggunaannya serta pandai dalam mengolah emosi sehingga apa yang muncul dalam
tingkahnya yaitu akhlakul karimah.
Untuk para dosen akan lebih baik jika menegaskan diawal perkuliahan apakah
saat perkuliahan diperbolehkan menggunakan gadget untuk kebutukan kuliah atau
tidak dan betapa pentingnya mengontrol emosi serta bagaimana berperilaku yang baik
sehingga terbentuknya akhlakul karimah mahasiswa.
2. Bagi Peneliti Selanjutmya
Peneliti hanya menggunakan dua variabel yang berhubungan dengan
pembentukan akhlakul karimah mahasiswa. Oleh karena itu, bagi peneliti selanjutnya
dapat mencari lebih banyak variabel lain yang berhubungan dengan pembentukan
akhlakul karimah mahasiswa sehingga semakin memperkaya hasil penelitian. Peneliti
selanjutnya diharapkan dapat memberikan hasil yang sesuai dalam mencari hubungan
penggunaan gadget dengan pembentukan akhlakul karimah mahasiswa, yang mana
penggunaan gadget hendaknya berkonotasi positif. Hal ini dikarenakan peneliti tidak
menemukan hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut sebab yang
peneliti dapat dari penelitian adalah gadget berkonotasi negatif.
85
DAFTAR PUSTAKA
Abdusshomad, Muhyiddin. Etika Bergaul: di Tengah Gelombang Perubahan. Surabaya:
Khalista. 2007.
Arifin, Bambang Samsul. Psikologi Sosial. Bandung: CV Pustaka Setia. 2015.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta. 2013.
As, Asmaran. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2002.
Batitbang, SDM Kominfo. Dinamika Perkembangan Pemanfaatan Teknologi Komunikasi
Serta Implikasi di Masyarakat. Jakarta: Media Bangsa. 2013.
Chotimah, Chusnul. Komunikasi Pendidikan. Tulungagung: IAIN Tulungagung Press.
2015.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
2015.
Djazimi, Vol.10 No.2 Tahun 2016. Studia Didaktika Jurnal Ilmiah Pendidikan, Pengaruh
Kecerdasan Emosional terhadap Akhlak Siswa Madrasah Aliyah Al-Khairiyah
Provinsi Banten
Goleman, Daniel.Emotional Intelligence.terj. T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 1997.
Harfiyanto, Doni “Pola Interaksi Sosial Siswa Pengguna Gadget di SMA I Semarang,”
Edukasi, Vol 4 No 1 (Tahun 2016
Haris, Abd. Etika Hamka: Konstruksi Etik Berbasis Rasional Religius. Yogyakarta: PT.
LkiS Printing Cemerlang. 2010.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Model_hiperpersonal diakses. 17 February 2020 pukul
07:30
Husna, Puji Asmaul. Pengaruh Penggunaan Media Gadget pada Perkembangan Karakter
Anak, Jurnal Dinamika Penelitian Media Komunikasi Sosial Keagamaan. Volume
17, Nomor 2, November 2017.
Iskandar. Psikologi Pendidikan: Sebuah Orientasi Baru. Jakarta: Referensi. 2012.
Juditha, Christiany. Hubungan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook terhadap
Perilaku Remaja di Kota Makasar. 2011. Jurnal Penelitian IPTEKKOM.
KBBI, http://kbbi.web.id/intensitas. Diakses pada 09 Januari 2020 pukul 22.17
86
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2003.
Martono. Nanang Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2011.
Meyer, Henry R. Manajemen dengan Kecerdasan Emosional. Bandung: Nuansa Cendekia.
2008.
Miskawaih, Ibnu. Menuju Kesempurnaan Akhlak. Terj.Helmi Hidayat. Bandung: Mizan.
1994
Muhammad, Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.
Yogyakarta: Erlangga, 2009.
Mulyatiningsih, Endang. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung:
Penerbit Alfabeta. 2014.
Munawwir, Ahmad Warson.Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka
Progressif. 1997
Nata, Abuddin.Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: Kencana. 2003.
Nggermanto, Agus. Intellegent Qoutient, Kecerdasan Quantum, Cara Cepat Melejitkan IQ,
EQ, dan SQ secara Harmoni. Bandung: Nuansa Cendekia. 2001.
Novitasari, Wahyu “Dampak Penggunaan Gadget terhadap Interaksi Sosial Anak Usia 5-6
Tahun,” Jurnal PAUD Teratai, Vol 5 No 3 (Tahun 2016),
Pamungkas, M. Imam. Akhlak Muslim Modern: Membangun Karakter Generasi Muda.
Bandung: Penerbit Marja. 2012.
Prawira, Purwa Atmaja. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. 2013.
Putra, Chandra Anugrah. Pemanfaatan Gadget sebagai Media Pembelajaran. jurnal,
Volume 2 , Nomor 2, t.t
Rachels, James. Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius. 2004.
Rasyid, Abdullah. Akidah Akhlak. Bandung: Husaini. 1989.
Rizkyanto, Luqman. Pembinaan Akhlak Al-Karimah Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Sukosewu Blitar. Skripsi. Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
Rozalia, Maya Ferdiana. “Hubungan Intensitas Pemanfaatan Gadget dengan Prestasi
Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar,” Pemikiran dan Pengembangan Sekolah
Dasar(JP2SD) Vol. 5 No. 2. (September, 2017
Sabiq, Sayid. Islam: Dipandang dari Segi Rohani-Moral Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta,
1994.
Sit, Masganti. Psikologi Agama. Medan: Perdana Publishing. 2015
87
Sri, Tri Puspita. Et.al. “Pengaruh Penggunaan Gadget terhadap Personal Sosial Anak Usia
Pra Sekolah di TKIT Al-Mukmin.D-III Kebidanan Stikes PKU Muhammadiyah
Surakarta. vol. 13 No. 2, 2016.
Sudijono, Anas. Pengantar Statiska Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo. 2008.
Sugiyono. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2013.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta. 2016.
Sujarweni, V. Wiratna. Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis dan Mudah. Yogyakarta :
Pustaka Baru Press. 2014.
Suwito. Filsafah Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih: Kajian atas Asumsi Dasar,
Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Belukar. 2004.
Tridhonanto, Al & Agency, Beranda. Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosional
Jakarta: PT Alex Media Komputindo. 2010.
Uno, Hamzah B. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
2010.
Widyaningrum, Retno. Statistika. Yogyakarta: PustakaFelicha. 2015.
Wulansari, Andhita Dessy. Penelitian Pendidikan: Suatu Pendidikan Praktik dengan
Menggunakan SPSS. Ponorogo: STAIN Po Press. 2012.