koreksi fiskal

Upload: gumulya-sonny-marcel-kusuma

Post on 11-Oct-2015

48 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENDAHULUAN

    Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

    dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontrapreatasi) yang langsung dapat

    ditunjukkan, digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

    Ada dua fungsi pajak, yaitu Fungsi Penerimaan (Budgeter) dan Fungsi Mengatur (Reguler).

    1. Fungsi Penerimaan (Budgeter), berarti pajak sebagai sumber dana yang diperuntukkan

    bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

    2. Fungsi Mengatur (Reguler), berarti pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau

    melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

    Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, pemungutan

    pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

    1. Pemungutan pajak harus adil

    2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang

    3. Tidak mengganggu perekonomian

    4. Pemungutan pajak harus efisien

    5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

    Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu Stelsel Nyata, Stelsel

    Anggapan, dan Stelsel Campuran. Sehubungan dengan adanya perbedaan antara laba (rugi)

    menurut perhitungan akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal ( berdasarkan Undang-Undang

    Nomor 10 Tahun 1994 jo Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 ), maka sebelum menghitung

    Pajak Penghasilan yang terutang, terlebih dahulu laba/rugi komersial tersebut harus dilakukan

    koreksi-koreksi fiskal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.

    Permasalahan

    Apakah dampak adanya koreksi fiscal terhadap laporan keuangan?

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Laporan Keuangan

    Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari

    perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan operasi normal perusahaan

    akan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu

    sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan. Laporan keuangan merupakan bagian dari

    proses pelaporan keuangan. Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan

    laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya

    laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang

    merupakan bagian integral dari laporan keuangan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu

    laporan keuangan berfungsi untuk:

    1. Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan

    historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai aktiva, hutang

    serta modal yang dikenal dengan nama Neraca (Balance Sheet).

    2. Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan

    historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai penghasilan,

    biaya serta laba atau rugi yang diperoleh yang dikenal dengan nama Laporan Laba Rugi

    (Income Statement).

    3. Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui laporan

    historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai aktivitas

    investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan, yang dikenal dengan nama

    Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Owners Equity atau Statement of Stockholders

    Equity).

    4. Setiap laporan tersebut menyediakan informasi yang berbeda antara yang satu dengan yang

    lainnya namun saling berkaitan karena mencerminkan aspek yang berbeda dari transaksi-

    transaksi atau peristiwa-peristiwa lain yang sama.

    Tujuan Laporan Keuangan

    Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah berfungsi sebagai alat

    pengujian dari pekerjaan fungsi bagian pembukuan, akan tetapi untuk selanjutnya seiring

  • dengan perkembangan jaman, fungsi laporan keuangan sebagai dasar untuk dapat menentukan

    atau melakukan penilaian atas posisi keuangan perusahaan tersebut. Dengan menggunakan hasil

    analisis tersebut, maka pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan.

    Melalui laporan keuangan juga akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi

    seluruh kewajiban- kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang, struktur modal

    perusahaan, pendistribusian pada aktivanya, efektivitas dari penggunaan aktiva, pendapatan atau

    hasil usaha yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayarkan oleh perusahaan serta

    nilai-nilai buku dari setiap lembar saham perusahaan yang bersangkutan.

    Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tujuan dari laporan keuangan adalah:

    1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi

    keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam

    pengambilan keputusan ekonomi.

    2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini adalah memenuhi kebutuhan bersama dari

    sebagian besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua

    informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pengguna dalam pengambilan keputusan ekonom,

    karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari berbagai kejadian di masa

    yang lalu (historis), dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan

    3. Laporan keuangan juga telah menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen

    (stewardship) atau merupakan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang

    dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melakukan penilaian terhadap apa yang telah

    dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen, melakukan hal ini agar mereka dapat

    membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin saja mencakup keputusan untuk

    memanamkan atau menjual investasi mereka dalam suatu perusahaan atau keputusan untuk

    mengangkat kembali atau melakukan penggantian manajemen.

    Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk

    mengetahui kondisi keuangan dari suatu perusahaan dan kaitannya dengan:

    1. Kemampuan perusahaan untuk melaksanakan segala kewajiban-kewajibannya pada saat sini

    dengan situasi yang kurang mendukung dan tidak dapat diprediksikan di masa yang akan

    datang.

  • 2. Kemampuan perusahaan dalam menarik manfaat untuk melaksanakan transaksi bisnis

    ataupun perluasan bisnis. Hal ini sangat dimungkinkan karena perusahaan memiliki sarana

    yang dibutuhkan atau kemampuan memperoleh dana melalui pinjaman (financing) atau

    penerbitan saham (stock issue).

    3. Kemampuan perusahaan untuk secara berkesinambungan untuk dapat membayar bunga

    pinjaman dan dividen.

    Koreksi fiscal

    Menurut Wibowo (2012), menyatakan bahwa penyebab dari perbedaan akuntansi pajak

    dengan akuntansi komersial adalah koreksi fiskal. Laporan keuangan fiskal dapat disusun dengan

    proses penyesuaian atau rekonsiliasi ketentuan-ketentuan perpajakan terhadap laporan keuangan

    komersial, bahwa untuk menyusun rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial menjadi

    laporan keuangan fiskal, penyusunannya dapat dilakukan sebagai berikut:

    1. Wajib Pajak tetap menyelenggarakan proses akuntansi komersial.

    2. Menyelenggarakan pencatatan tambahan untuk menghitung laba usaha kena pajak.

    3. Melakukan rekonsiliasi fiskal. Rekonsiliasi fiskal adalah penyesuaian atas laba usaha

    karena menurut akuntansi komersial dalam rangka menghitung besarnya laba usaha kena

    pajak.

    Jenis-Jenis Koreksi Fiskal :

    1. Beda Tetap

    a. Beda tetap penghasilan

    Penerimaan menurut STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) merupakan

    penghasilan tetapi menurut UU PPh bukan merupakan penghasilan. Menurut

    SAK, penghasilan yang dikenakan pemungutan pajak bersifat final

    diperhitungkan dalam laporan penghasilan sedangkan menurut UU PPh tidak

    masuk dalam laporan penghasilan.

    b. Beda tetap biaya

  • i. Pengeluaran yang menurut SAK merupakan beban tetapi menurut PPh

    tidak boleh dikurangi dari penghasilan bruto

    ii. Beda Tetap Murni

    iii. Beda Tetap yang disebabkan tidak dipenuhi syarat-syarat khusus

    iv. Beda Tetap yang disebabkan praktek-praktek akuntansiyang tidak sehat

    2. Beda waktu

    Beda Waktu merupakan perbedaan biaya tiap tahun atau tahun buku karena perbedaan

    metode yang digunakan atau perbedaan penilaian persediaan yang digunakan, tetapi

    secara keseluruhan jumlah yang dibebankan sebagai biaya adalah sama

    Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan Fiskal

    Laporan keuangan komersial disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

    Sedangkan laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan

    perpajakan dan digunakan untuk keperluan perhitungan pajak. Undang-undang pajak tidak

    mengatur secara khusus tentang bentuk dari laporan keuangan, hanya memberikan pembatasan

    untuk hal-hal tertentu, baik dalam pengakuan penghasilan maupun biaya. Akibat dari perbedaan

    pengakuan ini menyebabkan laba akuntansi/komersial dan laba fiskal dapat berbeda.

    Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan akuntansi (komersial) dan laporan

    keuangan fiskal secara terpisah atau melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan

    komersial. Laporan keuangan yang komersial yang direkonsiliasi dengan koreksi fiskal akan

    menghasilkan laporan keuangan fiskal. Standar Akuntansi Keuangan khusus PSAK Nomor 46

    mengatur tentang Akuntansi Pajak Penghasilan. Perbedaan utama antara laporan keuangan

    komersial dengan laporan keuangann fiskal disebabkan karena perbedaan tujuan serta dasar

    hukumnya, walaupun dalam beberapa hal terdapat kesamaan antara akuntansi pajak yang

    mengacu kepada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan akuntansi keuangan

    yang mengacu kepada standar akuntansi keuangan.

  • Perbedaan Laporan keuangan komersial dan Fiskal

    Perbedaan Komersial Fiskal

    Tujuan utama

    laporan

    Pemberian informasi kepada

    manajer,pemegang saham,pemberi

    kredit,dan pihk-pihak berkepentingan,

    merupakan tanggung jawab para akuntann

    untuk melindungi pihak-pihak tersebut dari

    informasi yang menyesatkan.

    Pemungutan pajak yang adil dan

    merupakan tanggung jawab

    Direktorat Jenderal Pajak untuk

    melindungi para pembayar

    pajak.

    Prinsip Konservatif, sehingga kemungkinan

    kesalahannya lebih cenderung kepada

    understatement pelaporan penghasilan atas

    asetnya dibandingkan dengan pelaporan

    overstatement

    Tidak dapat menggunakan sudut

    pandang laporan keuangan yang

    understatement

    Kepastian dalam

    rangka

    membandingkan

    antara

    penghasilan

    dengan biaya

    Memungkinkan untuk melakukan taksiran-

    taksiran seperti perhitungan cadangan

    piutang ragu-ragu.

    Tidak memungkinkan adanya

    taksiran-taksiran semacam itu.

    Piutang tak tertagih yang bisa

    dibiayakan apabila telah dibuat

    daftar piutang tidak tertagih dan

    sudah diajukann untuk diproses

    secara hukum. Jumlahnya adalah

    jumlah yang benar-benar tak

    tertagih,bukan angka taksiran.

    Pembukuan/

    pencatatan

    Diaudit oleh para Akuntan Publik dengan

    memberikan opini, misalnya opini wajar

    tanpa pengecualian

    SPT diserahkan ke Dirjen Pajak

    dengan kriteria haruslah

    benar-benar jelas.

    Dampak Sosial

    dan ekonomi

    Biaya-biaya seperyi biaya

    reklamasi,bantuan makan, zakat boleh

    diakui sebagai beban

    Ada pengecualian-pengecualian

    dalam keadaan tertentu yang

    dapat dikurangkan sebagai biaya

    fiskal.

  • PEMBAHASAN

    Koreksi fiscal bertujuan untuk laporan keuangan komersial sebelum datanya dimasukkan

    dalam SPT Tahunan PPh terlebih dahulu disesuaikan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku

    Pada Jurnal Analisis Ketentuan Fiskal terhadap Laporan Keuangan Komersial untuk

    Menentukan Besarnya PPh Terutang, mendapat hasil Yayasan pendidikan yang diteliti tidak

    melakukan dan mengakui adanya koreksi fiscal, sehingga yayasan ini menganggap laba yang

    dihasilkan dari laporan keuangan komersilnya sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan. Hal ini

    sebenarnya dapat membahayakan keuangan Yayasan terkait karena dapat dikategorikan

    pelanggaran perpajakan.

    Dalam tax planning pun, diharuskan menghindari pelanggaran terhadap peraturan

    perpajakan dapat dilakukan dengan cara menguasai peraturan perpajakan yang berlaku karena

    dengan adanya pelanggaran akan menyebabkan beban yang membesar (denda) sehingga dapat

    lebih merugikan perusahaan (dalam hal ini yayasan). Jika perusahaan ingin mengurangi beban

    pajaknya, perusahaan dapat menggunakan cara-cara tax planning dan melakukan koreksi fiscal

    dengan benar tanpa melakukan pelanggaran.

    Dengan adanya koreksi fiscal, Laporan keuangan harus disesuaikan sesuai peraturan

    sehingga pihak perusahaan diharuskan mentaati peraturan perpajakan yang berlaku. Hal ini dapat

    memberikan pajak yang rendah maupun tinggi dikarenakan akun-akun akan dikoreksi dan

    menyebabkan perubahan laba yang diakui dapat berbeda. Untuk keperluan perpajakan wajib

    pajak tidak perlu membuat pembukuan ganda, melainkan cukup membuat satu pembukuan

    berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dan pada waktu mengisi SPT Tahunan PPh

    terlebih dahulu harus dilakukan koreksi-koreksi fiscal. Koreksi fiskal tersebut dilakukan baik

    terhadap penghasilan maupun terhadap biaya-biaya (pengurang penghasilan bruto).

    Kesimpulan

    Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

    dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontrapreatasi) yang langsung dapat

    ditunjukkan, digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Laporan keuangan fiskal dapat

    disusun dengan proses penyesuaian atau rekonsiliasi ketentuan-ketentuan perpajakan terhadap

    laporan keuangan komersial, bahwa untuk menyusun rekonsiliasi antara laporan keuangan

  • komersial menjadi laporan keuangan fiscal Koreksi fiscal bertujuan untuk laporan keuangan

    komersial sebelum datanya dimasukkan dalam SPT Tahunan PPh terlebih dahulu disesuaikan

    dengan ketentuan perpajakan yang berlaku

    DAFTAR PUSTAKA

    http://www.pajakonline.com/engine/learning/view.php?id=15, diakses tanggal 12

    November 2013

    IAI. 2012. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

    Suandy, Erly. 2002. Perencanaan Pajak. Edisi 5. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

    Pamungkas, Bambang, Daniel B. De Poere dan Amalia Ridwan. 2009. Analisis Ketentuan Fiskal

    Terhadap Laporan Keuangan Komersial untuk Menentukan Besarnya PPh Terutang.

    Jurnal Ilmiah Ranggagading, vol.9, no.1, April 2009

  • LAMPIRAN