kopi indonesia sebagai identitas bangsa indonesia

19
KOPI LUWAK SEBAGAI IDENTITAS BANGSA INDONESIA Disusun oleh : Kusuma Betha Cahaya Imani 2103011213086 Kelompok 1

Upload: kusuma-betha

Post on 24-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

KOPI LUWAK SEBAGAI IDENTITAS BANGSA INDONESIA

Disusun oleh :Kusuma Betha Cahaya Imani2103011213086Kelompok 1Tema : Identitas Bangsa Indonesia di Bidang Teknik Kimia

BAB IPENDAHULUANI.1. Latar BelakangKopi Indonesia saat ini menempati peringkat keempat terbesar di dunia dari segi hasil produksi. Kopi di Indonesia memiliki sejarah panjang dan memiliki peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat di Indonesia. Indonesia diberkati dengan letak geografisnya yang sangat cocok difungsikan sebagai lahan perkebunan kopi. Letak Indonesia sangat ideal bagi iklim mikro untuk pertumbuhan dan produksi kopi.Akan tetapi, meskipun Indonesia memilliki potensi produksi kopi yang tinggi, ternyata suplai kopi dunia 30% berasal dari Brazil dengan jumlah pekerja 5 juta orang. Hal ini dimungkinkan karena kondisi geografis Indonesia yang lebih cocok untuk produksi kopi robusta yang harganya cenderung lebih murah dari kopi Arabica. Kopi Luwak dapat dijadikan solusi untuk meningkatkan daya jual kopi Indonesia, karena kopi luwak adalah kopi termahal didunia, dan merupakan produk asli Indonesia.I.2. Rumusan Masalaha. Bagaimana cara meningkatkan daya jual kopi Indonesia?b. Bagaimana cara memproduksi kopi luwak?c. Apakah kopi luwak bisa diproduksi oleh pengusaha kecil?I.2. Tujuan PenulisanMenginformasikan bahwa kopi luwak dapat menjadi identitas banga Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan petani kopi.BAB IIPERMASALAHANSumber dari Departemen Perindustrian menyebutkan bahwa permasalahan perkopian di Indonesia masih seputar pengadaan kualitas bahan baku dan penerapan teknologi pengolahan kopi itu sendiri. Berhubung perkebunan kopi di Indonesia masih didominasi oleh perkebunan rakyat, dimana berdasarkan data 2006 mencapai 96% ( 1,21 juta ha dari total 1,26 juta ha), maka masalah pengetahuan penanganan pasca panen masih merupakan kendala yang serius. Petani masih relatif menangani pasca panen secara tradisional. Akibatnya mutu kopi sebagai bahan baku pada industri pengolahan kopi relatif rendah, atau paling tidak sulit diharapkan kekonsistenan kualitas. Memang, pada sentra-sentra produksi kopi tertentu, dimana telah hadir produsen kopi olahan besar seperti PT Nestle Indonesia di Lampung, penangan kopi pasca panen relatif lebih baik dan terkendali.

KOPI DAN NILAI EKONOMINYA Kopi Arabika Kopi arabika yang telah menguasai 70 persen pasar kopi dunia ini berasal dari Ethiopia dan Brasil. Sebagian besar kopi yang ada di dunia berasal biji kopi jenis ini. Kopi arabika memiliki banyak sebutan, tergantung negara, iklim, dan tanah tempat kopi ditanam. Kita dapat menemukan kopi arabika dengan sebutan kopi Toraja, kopi Mandailing, kopi Kolumbia, kopi Brasilia, dan lain sebagainya. Antara kopi arabika yang satu dengan yang lain punya rasa maupun aroma yang beda. Saat ini, kopi arabika telah dibudidayakan di berbagai belahan dunia, mulai dari Amerika Latin, Afrika Tengah, Afrika Timur, India dan Indonesia. Secara umum, kopi ini tumbuh pada ketinggian 800-1.900 meter di atas permukaan laut. Tinggi tanaman dapat mencapi 3-6 meter bila kondisi lingkungannya baik. Suhu optimal untuk pertumbuhannya adalah 18-26 0C. Daun kopi arabika lebih tipis dan kecil dari pada kopi lainnya. Produksi kopi arabika ini cukup rendah, dan biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap (Buldani, 2011).Kopi arabika memiliki aroma wangi sedap mirip percampuran bunga dan buah. Juga memiliki rasa asam yang tidak dimiliki oleh kopi jenis robusta. Kopi jenis ini juga memiliki bodi atau rasa kental saat dicicipi di mulut. Rasa kopi arabika lebih mild atau halus dibandingkan kopi lainnya. Selain itu, kopi arabika terkenal sedikit pahit. Harga kopi arabika (non luwak) berkisar antara Rp 32.000, s/d Rp40.000,- per kg (Buldani, 2011). Kopi Robusta Kopi robusta menguasai 30 persen pasar kopi di dunia. Kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898. Kopi ini tersebar di Indonesia, Filipina, Afrika Barat, Afrika Tengah dan Amerika Selatan. Sama seperti kopi arabika, kondisi tanah, iklim dan proses pengemasan kopi ini akan berbeda untuk setiap negara dan menghasilkan rasa yang sedikit banyak juga berbeda. Kopi robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas dua setelah kopi arabika, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam, dan mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih tinggi daripada arabika. Selain itu, cakupan daerah tumbuh kopi robusta lebih luas dari pada kopi arabika yang harus ditumbuhkan pada ketinggian tertentu. Kopi robusta dapat tumbuh pada ketinggian maksimum 800 m di atas permukaan laut. Di samping itu, kopi jenis ini lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini menjadikan kopi robusta lebih murah, yakni berkisar antara Rp 18.000,s/d 23.000,- per kg (Buldani, 2011).

Komposisi jenis tanaman kopi di Indonesia masih didominasi oleh kopi robusta (93 persen) dari pada arabika (7%), padahal permintaan kopi arabika dunia jauh lebih besar dibandingkan kopi robusta. Demikian pula dari segi harga, harga kopi arabika jauh lebih mahal dari pada kopi robusta. Usaha-usaha ke arah diversifikasi tanaman tidaklah mudah, karena terhadang oleh kesesuaian lahan terhadap tanaman kopi arabika yang hanya sesuai untuk dataran tinggi (di atas 600 meter dari permukaan laut/dpl). Pemaksaan penanaman di dataran rendah hanya mengakibatkan resiko kegagalan yang tinggi akibat serangan penyakit layu yang merupakan musuh alami kopi arabika di Indonesia. Sedangkan, sejauh ini belum terlihat hasil pengembangan dan penelitian yang signifikan dalam menghasilkan jenis kopi arabika yang sesuai tumbuh untuk daerah dataran rendah.. Isu lainnya di lapangan adalah tingginya biaya transportasi di Indonesia, yang berdampak kepada tingginya harga jual produk kopi Indonesia, khususnya untuk pemasaran ke luar negeri. Kita misalnya sudah kalah bersaing dengan harga kopi dari Vietnam pada tingkat kualitas kopi yang sama.

BAB IIIPEMBAHASAN

Dari pengolahan kopi arabika dan robusta, ada jenis kopi yang sudah melegenda, yakni kopi luwak. Kopi luwak asli khas Indonesia telah masyhur ke seantero dunia sebagai kopi terbaik dan termahal di dunia dan masuk dalam Guiness Book of Records sebagai kopi legendaris yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi (Buldani, 2011).Asal mula Kopi Luwak (Civet Coffee) berkaitan erat dengan sejarah pembudidayaan tanaman kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-18, Belanda membuka perkebunan Tanaman Komersial di koloninya di Hindia Belanda terutama di Pulau Jawa dan Sumatera. Salah satunya adalah kopi Arabika dan Robusta yang didatangkan dari Yaman.Pada era "Tanam Paksa" 18301870, Belanda melarang pekerja perkebunan pribumi memetik buah kopi untuk konsumsi pribadi, padahal penduduk lokal ingin sekali mencoba minuman kopi yang terkenal itu. Akhirnya pekerja perkebunan menemukan bahwa ada biji-biji kopi diatas tanah yang ternyata adalah kotoran musang (luwak) yang gemar memakan buah kopi, tetapi hanya kelenjar (manis) daging buahnya saja yang tercerna, kulit tanduk (email) dan biji kopinya masih utuh dan tidak tercerna. Biji kopi yang adalah kotoran luwak ini kemudian dipungut, dicuci, disangrai, ditumbuk, dan diseduh dengan air Panas, dan ternyata aroma dan rasa kopinya nikmat, inilah yang disebut Kopi Luwak.Kabar kenikmatan kopi aromatik ini akhirnya tercium oleh warga Belanda pemilik perkebunan, sehingga kemudian kopi ini menjadi kegemaran orang kaya Belanda. Karena kelangkaan serta proses pembuatannya yang tidak lazim, Kopi Luwak pun menjadi kopi yang mahal sejak zaman kolonial.Secara sederhana, kopi luwak adalah kopi yang dihasilkan oleh hewan/binatang luwak (musang). Kopi luwak berasal dari biji kopi arabika atau kopi robusta yang sudah melewati proses fermentasi secara alami dalam perut atau pencernaan hewan luwak. Kopi luwak adalah buah kopi yang matang di pohonnya yang dimakan oleh binatang luwak dan mengalami proses fermentasi secara alami dalam pencernaan luwak selama 8-12 jam. Kemudian kopi tersebut dikeluarkan kembali (feces) dalam keadaan utuh. Jadi, didalam pencernaan luwak biji kopi tersebut tetap utuh dan tidak tercerna akibat kulit tanduk kopi yang keras. Luwak hanya melumat zat pemanis (lendir) yang melapisi biji kopi, sedangkan kulit luarnya tidak dimakan namun di keluarkan lewat bagian samping mulutnya, sehingga kopi yang ditelan oleh luwak adalah hanya biji kopinya sajaFeces yang keluar masih berupa kopi utuh dengan bentuk biji kopi. Biji kopi inilah yang disebut dengan kopi luwak.Kopi Luwak dipilih oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai oleh-oleh istimewah untuk Pendana Menteri Australia, Kevin Rudd, pada kunjungannya ke negeri Kanguru di awal bulan Maret 2010. Kopi luwak juga menjadi sorotan masyarakat dunia pada World Expo 2010 Shanghai, China (WESC 2010). Sebelum itu, kopi luwak muncul di film The Bucket List yang dibintangi aktor Hollywood Jack Nicholson. Kopi luwak juga muncul di bahas dan di ulas tuntas pada acara Oprah Winfrey yang sangat terkenal (sebuah acara talkshow sangat terkenal di Amerika). Dengan sangat meyakinkan Oprah Winfrey menunjukan kemasan kopi luwak ke seluruh jutaan pemirsa di seluruh dunia dalam salah satu episode talkshow-nya akhir tahun 2009 lalu (Buldani,2011).PRODUKSI KOPI LUWAKLuwak adalah hewan menyusui (Mamalia) yang termasuk suku musang dan garangan (Viverridae). Luwak termasuk binatang Nokturnal yang hidup aktif mencari makan di malam hari. Adapun taksonomi luwak atau musang adalah :Kingdom : AnimaliaFilum : ChordataKelas : MamaliaOrdo : CarnivoraFamily : ViverridaeGenus : ParadoxurusSpesies : Paradoxurus hermaphroditus.Secara umum, jenis luwak atau musang ini dapat dibedakan menjadi tiga spesies sebagai berikut :1. Musang atau Civet Palm Asia (Paradoxurus hermaphrodites)2. Musang Cokelat Jerdoni (Paradoxurus jerdoni)3. Musang Emas (Paradoxurus zeylonensis)Selain tiga jenis tersebut, masih ada sekitar 65 subspesies di seluruh dunia, termasuk subspecies rindjanicus dan sumbanus di Indonesia. Namun luwak atau musang yang baik untuk menghasilkan kopi luwak adalah jenis musang pandan dan musang bulan (Panggabean, 2011).Ciri-ciri fisik binatang luwak adalah bertubuh sedang, panjang luwak dewasa sekitar 70-110 cm (termasuk ekor dengan rincian panjang tubuh sekitar 53 cm dan panjang ekor sekitar 40 cm). Berat tubuhnya 2 s/d 4 kg bahkan ada juga yang lebih. Warna ekor hitam mulus. Sisi atas tubuh berwarna abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna tengguli (coklat merah tua) sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis gelap yang tidak begitu jelas dan terputus-putus atau membentuk deretan bintik-bintik besar. Sisi samping dan bagian perut lebih pucat. Terdapat beberapa bintik samar di sebelah menyebelah tubuhnya (Buldani, 2011).Luwak sebagai binatang karnivora atau pemakan daging, juga memakan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan makanan lainnya. Salah satu diantaranya adalah kopi gelondongan. Luwak tidak sembarangan dalam memakan dan menelan biji kopi. Ia sangat selektif dalam memilih biji kopi dan hanya memakan biji kopi yang berkualitas, yang sudah tua atau matang di pohon dengan tingkat kematangan yang sempurna, warna merah ranum dan berbau harum. Dalam sekali makan seekor luwak dalam kondisi sehat mampu memakan sekitar 1 sampai 1,5 Kg biji kopi gelondongan. Kopi tersebut kemudian mengalami fermentasi secara alami di dalam perut luwak. Proses fermentasi di dalam sistem pencernaan luwak ini membuat rasa kopi luwak ini begitu sangat berbeda dengan jenis kopi yang lain (kopi biasa). Proses fermentasi secara alami ini menjadikan kopi luwak rendah cafein, berkhasiat untuk meningkatkan vitalitas dan stamina pria, dengan aroma yang khas, lebih harum, wangi, rasa nya lebih enak dan nikmat (Buldani,2011).

Secara sederhana rangkaian produksi kopi luwak (dalam penangkaran) adalah sebagai berikut :1. Menangkap Luwak dari Kebun2. Penangkaran Luwak3. Produksi Kopi Luwak raw beans4. Pencucian 5. Penjemuran6. Mengupas Kulit Tanduk (Hulling)7. Penggongsengan (Roasting)8. Penggilingan (Grounding)9. PengemasanKopi yang dimakan oleh luwak mengalami proses fermentasi dalam perut luwak. Biji kopi tersebut dikeluarkan kembali bersama faces-nya (kopi luwak raw beans). Kemudian dicuci bersih, dijemur hingga kering (kadar air + 20%) (green beans). Selanjutnya kopi disangrai (roasting=roasted beans) dan kemudian digiling menjadi kopi luwak bubuk (grounded beans) siap seduh. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti makanan, Massimo Marcone di Universitas Guelph Ontario Kanada bahwa buah kopi yang dimakan luwak didalam perutnya terjadi proses fermentasi dimana buah kopi di uraikan oleh enzim proteolitik, hal ini menunjukan bahwa sekresi endogen pecernaan hewan luwak itu meresap kedalam biji kopi. Sekresi enzim proteolitik memecah kandungan protein yang terdapat pada biji kopi. Hasil penelitian membuktikan bahwa buah kopi yang telah melewati proses fermentasi pencernaan perut luwak menjadikan buah kopi tersebut sangat rendah cafein, low acid,sangat aman bagi lambung,tinggi kandungan oksigen sangat baik untuk melancarkan peredaran darah dan meningkatkan kinerja otak, memilki banyak peptide dan asam amino bebas menjadi berkurang. Hipotesis mengatakan bahwa perubahan jumlah protein dan asam amino bebas tersebut menghasilkan rasa yang unik dan rasa nikmat yang tiada tanding. Menjadikan kopi luwak sebagai kopi yang aman dikonsumsi dan baik untuk kesehatan. Kenikmatan cita rasa kopi luwak tiada tandingnya, sehingga Kopi Luwak ini memiliki level dan kelas tersendiri (Buldani, 2011).Mengingat harganya yang cukup mahal, sampai saat ini kopi luwak hanya dikonsumsi oleh kalangan terbatas atau tertentu seperti artis, pengusaha, pejabat, ekspatriat dan lain-lain. Kini kopi luwak sudah bisa ditemui di cafe-cafe high class, hotel berbintang, butique cafe yang dijual dengan harga Rp 200.000,00 per cangkir. Predikat kopi luwak di juluki sebagai Kopi termahal di dunia. Harga di pasaran Eropa mencapai 300 euro/kg. Di Amerika Serikat, harga untuk mencicipi kopi luwak adalah US$50. Itu hanya untuk secangkir kopi luwak. Di Hongkong, secangkir kopi luwak bisa dibeli dengan harga Rp 300.000,00 s/d Rp 400.000,00. Di kaki pegunungan Zugpitse, Jerman, harga secangkir kopi luwak sekitar Rp 240.000,- Sementara, di Denpasar Bali, secangkir kopi luwak harganya mencapai Rp 250.000,00 di Jakarta, sebesar Rp200.000,00. Bahkan, seperti yang dilaporkan Daily Mail dalam situs internetnya (10/4/2008), di Inggris kopi luwak dijual dengan harga sebesar 50 poundsterling atau hampir sama dengan Rp 1.000.000,-. Padahal, masyarakat Inggris terkenal sebagai bangsa peminum teh, bukan peminum kopi (Buldani, 2011).Di pasar internasional, harga kopi luwak mencapai jutaan rupiah per kg-nya. Kompas (19/1/2011) memberitakan, harga kopi luwak dalam bentuk bubuk di luar negeri mencapai Rp8.000.000,- / kg. Luar biasa mahal, bila dibandingkan dengan harga kopi (biasa) hanya puluhan ribu saja per kg. Untuk kopi terbaik di Indonesia sekelas kopi lampung asli, harga nya paling tinggi Rp 100,000,-/kg, sedangkan kopi luwak harga terendah Rp1.200,000,-/kg (Buldani, 2011).

BAB IVPENUTUPBerdasarkan data-data yang didapat, produksi kopi luwak sebenarnya cukup sederhana dan dapat dilakukan dalam skala rumah. Pemerintah dapat memberi penyuluhan kepada petani kopi tentang cara produksi yang benar, sehingga didapat kopi berkualitas tinggi. Kemudian, kopi berkualitas tinggi tersebut diproses lebih lanjut menjadi kopi luak, sehingga daya jualnya dapat meningkat dengan sangat jauh. Apabila semua pihak serius mengenai peningkatan daya jual kopi Indonesia, maka bukan mustahil Indonesia menjadi penyuplai kopi nomor satu didunia. Selain bisa mengekspor banyak, harganya juga sanga tinggi. Hal ini tentu akan menaikkan kesejahteraan para petani kopi Indonesia secara drastic. Selain itu, kekuatan ekonomi Indonesia didunia juga ikut meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Buldani, D., 2011. EBook_Mengungkap Rahasia Bisnis Kopi Luwak. Cicalengka, Bandung.Panggabean, E., 2011. Mengeruk Keuntungan dari Bisnis Kopi Luwak. AgroMedia Pustaka, Jakarta.http://binaukm.com/2011/09/isu-dan-permasalahan-dalam-industri-kopi, Diaksestanggal 27 Juni 2013

http://en.wikipedia.org/wiki/Kopi_Luwak, Diakses tanggal 27 Juni 2013

http://id.wikipedia.org/wiki/Kopi_Sumatera, Diakses tanggal 27 Juni 2013

http://id.wikipedia.org/wiki/Produksi_kopi_di_Indonesia, Diakses tanggal 27 Juni 2013http://sumut.bps.go.id, Diakses tanggal 28 Juni 2013