kontrol ketinggian air di atas mercu bendung kali boyong sebagai

15
1 Jornal PenelitianKelompok KONTROL KETINGGIAN AIR DI ATAS MERCU BENDUNG KALI BOYONG SEBAGAI PERINGATAN DINI KETINGGIAN LIMPASAN BANJIR DIKALI CODE YOGYAKARTA OLEH: LUTJITO, M.T. DIDIK PURWANTORO, M.Eng SUDIYONO AD., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2014 Dibiayaioleh Dana DIPA PNPB Universitas Negeri YogyakartaTahun Anggaran 2014 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan program Penelitian Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Nomor : 1435.c.22/UN34.15/PL/2014

Upload: doananh

Post on 28-Jan-2017

223 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

1

Jornal PenelitianKelompok

KONTROL KETINGGIAN AIR DI ATAS MERCU

BENDUNG KALI BOYONG SEBAGAI PERINGATAN DINI

KETINGGIAN LIMPASAN BANJIR DIKALI CODE

YOGYAKARTA

OLEH:

LUTJITO, M.T.

DIDIK PURWANTORO, M.Eng

SUDIYONO AD., M.Sc.

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TAHUN 2014

Dibiayaioleh Dana DIPA PNPB Universitas Negeri YogyakartaTahun Anggaran 2014 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan program Penelitian Fakultas Teknik

Universitas Negeri Yogyakarta Nomor : 1435.c.22/UN34.15/PL/2014

2

Kontrol Ketinggian Air di Atas Mercu Bendung Kali Boyong Sebagai Peringatan Dini

Ketinggian Limpasan Banjir Kali Code Yogyakarta

Oleh

Lutjito, Sudiyono AD., Didik Purwantoro

ABSTRACT

Kali Code merupakan alur transportasi lahar dan material Gunung Merapi. Endapan

material berasal dari material vulkanik Gunung Merapi yang mengendap di sekitar puncak

dan lereng gunung serta di palung sungai bagian hulu. Material vulkanik ini jika bercampur

dengan air hujan dapat berubah menjadi aliran lahar dingin menuju sungai-sungai yang

berhulu di Gunung Merapi. Hal ini jika tidak diantisipasi dengan benar dapat menimbulkan

bencana yang dapat membahayakan kehidupan manusia . Oleh karena itu untuk mengurangi

besarnya sedimen yang dibawa oleh aliran lahar dan mengurangi kecepatan aliran maka perlu

adanya pengendalian banjir pada sungai Boyong dan Code. Pada daerah hilir aliran yang

terlewati aliran banjir perlu adanya peringatan kapan banjir akan sampai sehingga masih ada

waktu untuk menyelamatkan nyawa dan harta bendanya.

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan mulai April 2014 sampai September 2014

di.Daerah Aliran Sungai Boyong dan Code dengan mengumpulkan data-data mengenai DAS

Boyong dan Code, data curah hujan yang mempengaruhi DAS diambil dari stasiun hujan di Kaliurang, Pakem, Prumpung, Gemawang dan Bedugan dengan data hujan selama 10 tahun Data curah hujan diambil dari Dinas Pengairan Kabupaten Sleman. Dan Dinas Kimpraswil

Proyek Serayu-Opak Sedangkan untuk mengetahui dimensi sungai dengan survey di

lapangan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh hasil bahwa dengan debit banjir rencana

Q100th diperoleh ketinggian banjir tiap-tiap bendung masih aman seperti : bendung Pulowatu

dengan selisih tinggi tanggul 0,33 m, untuk bendung Mlati/Gemawang dengan selisih 0,20 m,

bendung Mergangsan dengan selisih 0,65 m bendung Tungkak dengan selisih 1,25 m dan

terutama didaerah kota seperti Ledok Tukangan, Jambu masih ada selisih tinggi tanggul

sebesar 0,25 m. Waktu datangnya banjir dengan kontrol tinggi banjir di bendung Pulowatu

masih ada waktu 2 jam untuk sampai ke kota yogyakarta

Kata kunci: banjir,bendung, keamanan tinggi tanggul

Pendahuluan

Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun

yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang inia dalah Gunung

Merapi. Gunung ini terdapat di sebelah utara Yogyakarta dengan jarak kurang lebih 30 km

dan mencakup dua propinsi yaitu Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ketinggian Gunung Merapi berada pada ketinggian 2968 m di atas permukaan laut.

Kali Code merupakan alur transportasi lahar dan material Gunung Merapi. Endapan

material berasal dari material vulkanik Gunung Merapi yang mengendap di sekitar puncak

dan lereng gunung serta di palung sungai bagian hulu. Material vulkanik ini jika bercampur

3

dengan air hujan dapat berubah menjadi aliran lahar dingin menuju sungai-sungai yang

berhulu di Gunung Merapi. Aliran lahar ini terdiri dari limpasan langsung yang bercampur

dengan abu, pasir, kerikil, dan batu meluncur dengan cepat dan mempunyai daya rusak sangat

besar.

Bahaya yang ditimbulkan oleh banjir lahar akibat curah hujan yang sangat deras yang

terjadi di sekitar / di lereng bagian atas yang mengakibatkan terjadinya aliran lahar letusan

meluncur dengan deras dan dapat merusak dan membahayakan segala macam kehidupan

yangdilewatinya. Upaya penanggulangan masalah erosi dan sedimentasi telah lama dilakukan

di Indonesia dengan menitik beratkan pada upaya pencegahan dengan menggunakan

teknologi sederhana berupa penghutanan dan bendung pengendali sedimen.

Pada daerah hilir aliran yang terlewati aliran banjir perlu adanya peringatan kapan banjir akan

sampai sehingga masih ada waktu untuk menyelamatkan nyawa dan harta bendanya.

.Gambar1 : Banjir Kali Code 2010 dilihat dri atas Jembatan Jambu Yogyakarta

(https://www.google.co.id)

KAJIAN PUSTAKA

Suatu metode hidrologi umumnya menggunakan satuan DAS sebagai satu kesatuan daerah.

Dalam analisis respons, DAS merupakan satu sistem hidrologi dimana terdapat hubungan yang sangat

erat antara setiap masukan yang berupa hujan, proses hidrologi DAS, dan keluaran yang berupa debit

sungai dan sedimen yang terangkut.Setelah memperhatikan proses- proses hidrologi dalam suatu

DAS, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi curah hujan menjadi aliran langsung selain di-

pengaruhi oleh sifat fisik permukaan DAS, juga dipengaruhi oleh sifat-sifat hujannya. Mengingat

bahwa hujan yang terjadi di daerah beriklim tropika basah mempunyai variasi yang cukup besar

menurut ruang dan waktu, maka kajian tentang hubungan hujan dan limpasan serta bagaimana penga-

ruhnya terhadap respons suatu DAS sangat diperlukan, mengingat pengukuran fenomena hidrologi

4

terutama daerah-daerah yang tidak ada pencatatan data hidrologinya baik karena keterbatasan dana

maupun sumberdaya manusianya, maka diperlukan suatu metode korelasi diantara peubah, sehingga

dengan adanya suatu metode maka dapat dikurangi pengukuran fenomena hidrologi tersebut secara

langsung.

Adapun metode – metode hidrologi dan hidrolika yang digunakan dalam Kontrol Ketinggian Air di

AtasMercu Bendung Kali Boyong Sebagai Peringatan Dini Ketinggian Limpasan Banjir Kali Code

Yogyakarta adalah :

Metode untuk Analisa Curah Hujan

Distribusi Normal

Distribusi Log Normal

Distribusi Gumbel

Distribusi Log Pearson III

Metode Debit Banjir Maksimum

Metode Rasional Mononobe

Metode Weduwen

Metode Hasper

Metode Manning, untuk perhitungan ketinggian aliran

Daerah Pengaliran

Jika besar curah hujan dan intensitas hujan selalu tetap maka limpasan yang

dinyatakan dengan dalamnya air rata-rata akan sama. Berdasarkan asumsi di atas mengingat

aliran per satuan luas tetap maka hidrograf sungai akan sebanding dengan luas daerah

pengaliran tersebut.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam suatu luas daerah pengaliran adalah:

a. Tata guna lahan eksisting dan pengembangannya di masa mendatang

b. Karakteristik tanah dan bangunan di atasnya

c. Kemiringan tanah dan bentuk daerah pengaliran

Penentuan tinggi kedalaman aliran

Dalam menentukan kedalaman aliran sungai digunakan persamaan Manning

21

321

fSRn

U

dimana:U = kecepatan aliran (m/det); n = koeff. Kekasaran Manning; R = jari-jari hidrolik

(m); Sf = kemiringan garis energi

Rumus untuk menentukan kedalaman aliran diatas bendung menggunakan rumus peluapan

pada bendung dengan rumus Bundchu

gdmBdQ

5

Gambar 3: bentuk pelimpah Bendung

Dimana Q = debit aliran; m = koefisien limpasan; B = lebar pelimpah; d = kedalaman diatas

mercu bendung = 2/3 H; g = percepatan grafitasi

Lebar efektif pelimpah dihitung berdasar rumus :

B = B’ – 0.1 nH

Dimana B’ = lebar sesungguhnya pelimpah; n = jumlah kontraksi; H = tinggi energi

g

UhH

2

2

Rumus debit untuk pelimpah pada bangunan sabo dam digunakan

𝑄 =2

15𝑥𝐶𝑥 2𝑔𝑥 3𝐵1 + 2𝐵1 𝑥ℎ1

2/3

Dimana : Q = debit aliran; C = koefisien limpasan; B1 = lebar dasar pelimpah; B2 = lebar atas

muka air pelimpah; h1 = kedalaman diatas mercu bendung; g = percepatan grafitasi

METODE PENELITIAN

Kali Code secara administrative terletak pada dua Kabupaten dan satu Kota Madya

yaitu, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, dan Kota Madya Yogyakarta. DAS Kali Code

luas keseluruhannya adalah sekitar 75,23 Km2. Sistem Kali Code memiliki panjang total ±

41 km, terdiri dari Kali Code (bagian hilir panjang sungai 17 km dan Kali Boyong (bagian

hulu) panjang sungai 24 km,). memanjang dari utara keselatan. Kali Code berhulu dilereng

gunung merapi dan bermuara di Sungai Opak.

Penelitian ini dilakukan di.Daerah Aliran Sungai Boyong dan Code dengan

mengambil data curah hujan yang digunakan adalah data dari Dinas Pengairan Kabupaten

Sleman selama 10 tahun yaitu dari tahun 2003 sampai tahun 2013 sedangkan stasiun yang

digunakan adalah : Kaliurang, Pakem, Prumpung, Gemawang dan Bedugan dan data tersebut

diperoleh dari Dinas Pengairan Kabupaten Sleman. Dan Dinas Kimpraswil Proyek Serayu

Opak Sedangkan untuk mengetahui dimensi sungai dengan survey di lapangan

d

6

Gambar 4: DAS Boyong – Code

(https://www.google.co.id)

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1 Analisa Frekuensi Curah Hujan Rencana Pada DAS kali Boyong – Code

Berdasarkan curah hujan tahunan, perlu ditentukan kemungkinan terulangnya curah hujan

harian maksimum tersebut untuk menentukan debit banjir rencana. Suatu kenyataan bahwa tidak

semua variat dari suatu variabel hidrologi terletak atau sama dengan nilai rata-ratanya, akan

tetapi kemungkinan ada nilai variat yang lebih besar atau lebih kecil dari nilai rata-ratanya.

Besarnya derajat dari sebaran variat di sekitar nilai rata-ratanya disebut dengan variasi

atau dispersi. Cara mengukur besarnya dispersi adalah dengan pengukuran dispersi. Dari informasi

yang diperoleh, curah hujan maksimum tahunan di DAS Boyong - Code dan sekitarnya seperti

ditunjukkan pada tabel di bawah

Tabel 1. Data Curah maksimum

TAHUN CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM (mm) RH.MAKS

KALIURANG PAKEM PRUMPUNG GEMAWANG BEDUGAN (mm)

2003 41 22 76 53 27,64 43,928

2004 57 20 90 160 118 89,000

2005 18 34 107 99 115 74,600

2006 64 33 161 55,5 107 84,100

2007 81,5 35 82 70,5 76 69,000

2008 56 36 73,57 81,55 76 64,624

2009 41 64 50 47 53 51,000

2010 47 32 72,73 81,77 62,78 59,256

2011 36 25 74 38 53 45,200

2012 71 55 90 131,2 55,3 80,500

7

a. Pemilihan Jenis Sebaran

Dari perhitungan besarnya nilai skewness Cs dan kurtosis Ck dapat ditentukan pemilihan

metode penyelesaian untuk menentukan analisis frekuensi sebaran curah hujan.

Tabel 2 : Macam distribusi dan kriteria pemilihan

No. Jenis distribusi Syarat Hitungan Keterangan

1 Distribusi normal Cs ≈ 0 Cs = -0,08

2 Distribusi log normal Cs ≈ 3Cv + Cv3

≈ 0,09

Cs = 0,183 + 1,07

= 1,25

3 Distribusi Gumbel Cs ≤ 1,1396

Ck ≤ 5,4002

Cs = - 0,08

Ck = 2,68

Dipilih distribusi

Gumbel

4 Distribusi log Pearson tipe III Cs < 0 Cs < 0

b. Perhitungan Frekuensi Curah Hujan Rencaana Dengan Metode Gumbel

Tabel 3: Perhitungan dari Nilai Ekstrim Metode Gumbel

No tahun X1 m/(n+1) Xi – X rerata (Xi – X

rerata)2 X1

2

1 2003 43,928 0,0909 -22,1928 492,5204 1929,6692

2 2011 45,200 0,1818 -20,9208 437,6799 2043,0400

3 2009 51,000 0,2727 -15,1208 228,6386 2601,0000

4 2010 59,256 0,3636 -6,8648 47,1255 3511,2735

5 2008 64,624 0,4545 -1,4968 2,2404 4176,2614

6 2007 69,000 0,5455 2,8792 8,2898 4761,0000

7 2005 74,600 0,6364 8,4792 71,8968 5565,1600

8 2012 80,500 0,7273 14,3792 206,7614 6480,2500

9 2006 84,100 0,8182 17,9792 323,2516 7072,8100

10 2004 89,000 0,9091 22,8792 523,4578 7921,0000

jumlah 661,21 0 2341,8622 46061,4641

Gambar 5; grafik kala ulang hujan maksimum metode Gumbel

mm

tahun

8

2. Perhitungan Debit Banjir Rencana DAS Boyong - Code

a. Perhitungan Banjir Rencana Pada Lokasi Sabo Dam Boyong

Tabel 4: debit banjir rencana kali Boyong di sabo Dam Boyong

Kala ulang hasper weduwen rasional

5 40,021 21,246 29,464

10 46,066 25,554 33,914

25 53,801 31,299 39,608

50 59,540 35,704 43,833

75 62,875 38,313 46,289

100 65,236 40,180 48,027

Gambar 6: Grafik debit banjir rencana pada kali Boyong di sabo Dam Boyong

Dari grafik pada gambar 6, dapat disimpulkan bahwa tinggi banjir pada sabo dam masih

aman karena tinggi tanggul banjir pada sabo dam boyong adalah 5,00 m walaupun terjadi

aliran debris yang debitnya Qd = 1,2 x Q

Gambar 7: Sabo dam di kali Boyong

1. Perhitungan Banjir Rencana Pada Lokasi bendung Pulowatu

020406080

100120

0 20 40 60 80 100 120

Hasper Weduwen Rasional

Debit banjir bendung Boyong

tahun

0,00

0,25

0,50

0,75

1,00

1,25

1,50

0 20 40 60 80 100

Tinggi Banjir Sabo Dam Boyong

m3/dt

M3/det m

9

Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh data banjir tahunan yang terjadi dilokasi

bendung Pulowatu seperti pada tabel dibawah ini

Tabel 16: Kala ulang banjir tahunan bendung Pulowatu

Kala ulang hasper weduwen rasional

5 48,810 22,614 38,950

10 56,182 27,254 44,832

25 65,616 33,519 52,361

50 72,615 38,381 57,945

75 76,683 41,284 61,192

100 79,563 43,371 63,490

Gambar 14: Grafik debit banjir rencana pada kali Boyong di bendung Pulowatu

Bendung pulowatu di tepi jalan Turi Pakem dimana sedimentasi diatas bendung sudah rata

dengan badan bendung dan berfungsi juga sebagai pengaman abutment jembatan, tinggi tanggul

pengaman bendung setinggi 2,50m sedangkan tinggi banjir diatas bendung dengan Q100th =79,563

m3/det masih aman tidak melewati tinggi tanggul seperti ditunjukkan pada gambar 14

Gambar 15: bendung Pulowatu di kali Boyong

2. Perhitungan Banjir Rencana Pada Lokasi bendung Mlati

0

20

40

60

80

100

0 20 40 60 80 100 120Hasper Weduwen Rasional

Debit Banjir Bendung Pulowatum3/d

tahun

0,00

1,00

2,00

3,00

0 20 40 60 80 100 120 140

Tinggi Banjir Bendung Pulowatum

m3/d

10

Tabel 17: Kala ulang banjir tahunan bendung Mlati

Kala ulang hasper weduwen rasional

5 61,821 27,456 47,874

10 71,158 32,898 55,105

25 83,106 40,251 64,358

50 91,971 45,970 71,223

75 97,123 49,391 75,213

100 100,771 51,855 78,037

Gambar 16: Grafik debit banjir rencana pada kali Code di bendung Mlati

Bendung Mlati di desa Gemawang dimana sedimentasi diatas bendung sudah rata dengan badan

bendung dan berfungsi juga sebagai pengaman selokan Mataram sebab pada badan bendung tersebut

dibangun gorong-gorong untuk aliran selokan Mataram, tinggi tanggul pengaman bendung setinggi

3,00m sedangkan tinggi banjir diatas bendung dengan Q100th = 100,771 m3/det masih aman tidak

melewati tinggi tanggul seperti ditunjukkan pada gambar 16

Gambar 17: bendung Mlati di kali Code

0

20

40

60

80

100

120

0 20 40 60 80 100 120Hasper Weduwen Rasional

Debit Banjir Bendung Mlatim3/d

tahun0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

0 20 40 60 80 100 120 140

Tinggi Banjir Bendung Mlatim

m3/d

11

3. Perhitungan Banjir Rencana Pada Lokasi bendung Mergangsan

Tabel 18: Kala ulang banjir tahunan bendung Mergangsan

Kala ulang hasper weduwen rasional

5 66,852 30,509 57,559

10 76,949 36,473 66,252

25 89,870 44,517 77,377

50 99,456 50,766 85,630

75 105,027 54,503 90,427

100 108,972 57,195 93,823

Gambar 18: Grafik debit banjir rencana pada kali Code di bendung Mergangsan

Bendung Mergangsan dimana sedimentasi diatas bendung sudah hampir sama dengan badan bendung

dandisitu terdapat lahan penambangan pasir, tinggi tanggul pengaman bendung setinggi 3,00m

sedangkan tinggi banjir diatas bendung dengan Q100th = 108,972 m3/det masih aman tidak melewati

tinggi tanggul seperti ditunjukkan pada gambar 18

Gambar 19: bendung Mergangsan di kali Code

4. Perhitungan Banjir Rencana Pada Lokasi bendung Tungkak

Tabel 19: Kala ulang banjir tahunan bendung Tungkak

0

20

40

60

80

100

120

0 50 100 150Hasper Weduwen Rasional

Debit Banjir Bendung Mergangsanm3/d

tahun

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

0 50 100 150 200 250

Tinggi Banjir Bendung Mergangsan

m

m3/d

12

Kala ulang hasper weduwen rasional

5 67,822 31,262 60,369

10 78,065 37,348 69,486

25 91,174 45,552 81,154

50 100,898 51,922 89,811

75 106,551 55,731 94,842

100 110,553 58,473 98,404

Gambar 20: Grafik debit banjir rencana pada kali Code di bendung Tungkak

Bendung Tungkak dimana sedimentasi diatas bendung sudah hampir sama dengan badan

bendung dandisitu terdapat lahan penambangan pasir, tinggi tanggul pengaman bendung setinggi

3,00m sedangkan tinggi banjir diatas bendung dengan Q100th = 110,553 m3/det masih aman tidak

melewati tinggi tanggul seperti ditunjukkan pada gambar 20

Gambar 21: bendung Tungkak di kali Code

A. Pembahasan

0

20

40

60

80

100

120

0 50 100 150

Hasper Weduwen Rasional

Debit Banjir Bendung Tungkakm3/d

tahun0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

0 50 100 150 200 250 300

Tinggi Banjir Bendung Tungkakm

m3/d

13

Dari perhitungan ketinggian banjir yang terjadi di kali Boyong sampai kali Code

dengan mengambil debit banjir rencana Q100th diperoleh ketinggian banjir tiap-tiap bendung

seperti ditunjukkan tabel 20 di bawah.

Tabel 20: ketinggian air banjir di kali Boyong dan kali Code

lokasi Tinggi tanggul (m)

q100th

(m3/m/d) Tinggi air banjir (m)

Kondisi talud

pulowatu 2,5 4,42 1,9 aman

Mlati/Gemawang 3 7,465 2,8 aman

Mergangsan 2 2,658 1,35 aman

Tungkak 3 3,948 1,75 aman

kota 2,5 7,265 2,25 aman

Gambar 22: Grafik hubungan debit banjir persatuan lebar sungai dengan tingggi tanggul dan

tinggi air banjir

Gambar 23: Hubungan peningkatan debit banjir terhadap panjang sungai

0

1

2

3

4

5

6

7

8

pulowatu Mlati Mergangsan Tungkak kota

debit banjr per satuan lebar sungai tinggi tanggul tingggi air banjir

0

20

40

60

80

100

120

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Metode Hasper Metode Weduwen Metode Rasional

m3/det

km

14

Untuk menghitung waktu datangnya banjir sampai di kota yogyakarta digunakan persamaan

Q = A x U

𝑈 =1

𝑛𝑥𝑅

23 𝑥𝑆𝑜

12

Dengan mengambil lebar sungai di daerah perkotaan selebar rata-rata 15,00 m

diperoleh kedalaman air banjir 2,25 sedangkan ketinggian talud rata-rata 2,50 m seperti

ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Sedangkan untuk mengontrol waktu sampai banjir

apabila terjadi hujan di daerah hulu sungai Boyong dipakai bendung Pulowatu sebagai titik

kontrol dimana jarak bendung pulowatu sampai kota kurang lebih 18 km. Dengan mengambil

Q100th dan lebar rata-rata sungai 20,00m diperoleh waktu tempuh banjir sampai di daerah kota

kurang-lebih 2 jam, sehingga masih ada waktu untuk peringatan kepada warga yang tinggal

di bantaran kali Code.

Gambar 24: Kali Code dilihat dari atas jembatan Jambu (https://www.google.co.id)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan di depan, maka

disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh hasil bahwa dengan debit banjir rencana

Q100th diperoleh ketinggian banjir tiap-tiap bendung masih aman seperti : bendung

Pulowatu dengan selisih tinggi tanggul 0,33 m, untuk bendung Mlati/Gemawang

dengan selisih 0,20 m, bendung Mergangsan dengan selisih 0,65 m bendung Tungkak

dengan selisih 1,25 m dan terutama didaerah kota seperti Ledok Tukangan, Jambu

masih ada selisih tinggi tanggul sebesar 0,25 m, sehingga masih aman terhadap

limpasan air banjir.

15

2. Dengan mengambil Q100th dan lebar rata-rata sungai 20,00 m diperoleh waktu tempuh

banjir sampai di daerah kota kurang-lebih 2 jam, sehingga masih ada waktu untuk

peringatan kepada warga yang tinggal di bantaran kali Code.

DAFTAR pUSTAKA

Garde, R. J., and Ranga Raju, K. G., 1977, “ Mechanics of Sediment Transportation and

Alluvial Streams Problems”, Wiley Eastern Limited, New Delhi.

Suripin. (2004). Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Penerbit Andi,

Jogyakarta.

Sri Harto Br.(1993), Analisis Hidrologi., PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Soewarno, (1991), Hidrologi,Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai, Nova,

Bandung

Soemarto, CD.(1987), Hidrologi Teknik, Usaha nasional, Surabaya

Triadmodjo,B, (2010), Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta.

Wesli. (2008). “Drainase Perkotaan”. Yogyakarta : Graha Ilmu.