kontribusi tingkat rasa ingin tahu terhadap kualitas ...lib.unnes.ac.id/32302/1/4401411103.pdf ·...
TRANSCRIPT
KONTRIBUSI TINGKAT RASA INGIN TAHU
TERHADAP KUALITAS AKTIVITAS SISWA
DALAM PEMBELAJARAN RESPIRASI BERBASIS
PENDEKATAN SAINTIFIK
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
oleh
Ahmad Alfian Risydan Yasin
4401411103
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
v
MOTTO
Orang yang bijak perlu tahu akan perkembangan zamannya, memelihara lidahnya,
dan fokus pada tanggung jawab dirinya.
(al-Allamah as-Syeikh Ali Jum’ah)
Rasa ingin tahu ialah kunci jendela dunia.
(Ahmad Alfian Risydan Yasin)
PERSEMBAHAN
Untuk Ibu, Ayah, dan Almamater Jurusan
Biologi FMIPA UNNES
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih dan
karunia-Nya, sehingga skripsi yang yang berjudul “Kontribusi Tingkat Rasa
Ingin Tahu Siswa terhadap Kualitas Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik” dapat diselesaikan. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Penulis dengan rasa hormat mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan kepada
penulis dalam Studi SI hingga memperoleh kelulusan.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan
kemudahan administrasi dalam melaksanakan penelitian.
3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi.
4. Dr. Aditya Marianti, M.Si. dosen pembimbing I yang banyak memberikan
pengarahan dan bimbingan dengan penuh ketulusan dan kesabaran.
5. Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. dosen pembimbing II yang banyak memberikan
pengarahan dan bimbingan dengan penuh ketulusan dan kesabaran.
6. Dr. Sigit Saptono, M.Pd. dosen penguji yang dengan kerendahan hati
memberikan saran.
7. Ibu tercinta Ana Kartika Sari, bapak tercinta Muhsi, dan nenek tercinta
Sukarmini yang senantiasa memanjatkan doa dan memberi dukungan.
8. Drs. Supriyanto, M.Si. dosen wali yang selama ini telah memberi pengarahan.
9. Bapak dan Ibu dosen jurusan Biologi yang telah memberikan bekal ilmu
dalam penulisan.
vii
10. Kepala sekolah SMA Negeri 1 Kudus dan 1 Pati yang telah memberikan ijin
penelitian.
11. Bapak/Ibu guru dan karyawan SMA Negeri 1 Kudus dan 1 Pati atas segala
bantuan yang diberikan.
12. Seluruh siswa SMA Negeri 1 Kudus dan 1 Pati atas kerjasama yang telah
diberikan.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi.
Semarang, 16 Desember 2016
Penulis
viii
ABSTRAK Yasin, A.A.R. 2016. Kontribusi Tingkat Rasa Ingin Tahu terhadap Kualitas Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik. Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr. Aditya Marianti, M.Si. dan Pembimbing Pendamping Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. Kata kunci: aktivitas siswa, kontribusi, pembelajaran respirasi, pendekatan
saintifik, rasa ingin tahu.
Permendikbud no. 59 tahun 2014 mengatur pemanfaatan rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kontribusi tingkat rasa ingin tahu terhadap kualitas aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik; (2) kontribusi dimensi rasa ingin tahu terhadap dimensi aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.
Penelitian ini menggunakan metode kombinasi explanatory sequential design. Pengambilan sampel pada metode kuantitatif dengan random sampling dan metode kualitatif dengan purposive sampling. Rasa ingin tahu siswa sebagai variabel bebas dan aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik sebagai variabel terikat. Data rasa ingin tahu siswa diperoleh dengan metode angket, sedangkan aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik diperoleh dengan metode angket dan wawancara. Data dianalisis kuantitatif menggunakan teknik deskriptif persentase dan analisis regresi, serta dianalisis kualitatif menggunakan model Miles & Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan kontribusi rasa ingin tahu terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik sebesar 67% & semua kontribusi dimensi rasa ingin tahu terhadap dimensi aktivitas siswa ≥ 9%. Hasil wawancara memperkuat bahwa tingkat rasa ingin tahu yang berbeda berpengaruh terhadap aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasi yang berbeda pula. Dimensi rasa ingin tahu meliputi upaya menemukan jawaban berpengaruh terhadap aktivitas mengamati, upaya mencari tahu berpengaruh terhadap aktivitas menanya, upaya mencari sumber kurang berpengaruh terhadap aktivitas menanya. Simpulan penelitian ini yaitu: (1) tingkat rasa ingin tahu berkontribusi positif terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik; (2) dimensi rasa ingin tahu berkontribusi semua terhadap dimensi aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v
PRAKATA ............................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL .................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3
1.3 Penegasan Istilah ................................................................................ 3
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6
2.1 Rasa Ingin Tahu sebagai Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran ............. 6
2.2 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik .............................................................................................. 10
2.3 Kerangka Berpikir .............................................................................. 18
2.4 Hipotesis ............................................................................................ 18
x
Halaman
BAB 3 METODE PENELITIAN .............................................................. 19
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 19
3.2 Subjek Penelitian ............................................................................... 19
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................. 19
3.4 Desain Penelitian ............................................................................... 20
3.5 Prosedur Penelitian ............................................................................ 20
3.6 Data dan Metode Pengumpulan Data Kuantitatif .............................. 22
3.7 Data dan Metode Pengumpulan Data Kualitatif ................................ 22
3.8 Metode Analisis Data Kuantitatif ...................................................... 23
3.9 Metode Analisis Data Kualitatif ........................................................ 26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 27
4.1 Hasil Penelitian Kuantitatif ................................................................ 27
4.2 Hasil Penelitian Kualitatif .................................................................. 32
4.3 Pembahasan ........................................................................................ 38
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 54
5.1 Simpulan ............................................................................................ 54
5.2 Saran .................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 56
LAMPIRAN .............................................................................................. 60
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Data dan metode pengumpulan data kuantitatif ............................ 22
3.2 Data dan metode pengumpulan data kualitatif ............................ 23
4.1 Keterlaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran biologi 27
4.2 Tingkat rasa ingin tahu siswa ........................................................ 27
4.3 Aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik .......................................................................................... 28
4.4 Hubungan linear antara rasa ingin tahu dengan aktivitas siswa
dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik ......... 29 4.5 Koefisien arah regresi rasa ingin tahu terhadap aktivitas siswa
dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik ......... 29 4.6 Kontribusi rasa ingin tahu terhadap aktivitas siswa dalam
pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik .................... 30 4.7 Kontribusi dimensi rasa ingin tahu terhadap dimensi aktivitas siswa
dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik ......... 31 4.8 Pengaruh rasa ingin tahu kategori sangat tinggi terhadap aktivitas
siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik 32 4.9 Pengaruh rasa ingin tahu kategori tinggi terhadap aktivitas siswa
dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik ......... 33 4.10 Pengaruh rasa ingin tahu kategori sedang terhadap aktivitas siswa
dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik ......... 34 4.11 Pengaruh upaya menemukan jawaban terhadap aktivitas
mengamati ...................................................................................... 35
4.12 Pengaruh upaya mencari tahu terhadap aktivitas menanya ........... 36 4.13 Pengaruh upaya mencari sumber terhadap aktivitas menanya ...... 36
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman
2.1 Rasa ingin tahu sebagai fondasi dari 3 kualitas pelajar ................... 9
2.2 Kerangka berpikir kontribusi tingkat tingkat rasa ingin tahu terhadap kualitas aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik ......................................................... 18
3.1 Rancangan penelitian sequential explanatory design .................... 20
4.1 Rerata Persentase Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik di setiap Kategori Rasa Ingin Tahu 28
4.2 Regresi variabel plot rasa ingin tahu terhadap aktivitas siswa dalam
pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik .................... 29
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman
1. Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Biologi ............................................................ 61
2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Biologi ....................................................................... 62
3. Kisi-kisi Angket Rasa Ingin Tahu Siswa ......................................... 67
4. Angket Rasa Ingin Tahu Siswa ........................................................ 68
5. Kisi-kisi Angket Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Biologi
berbasis Pendekatan Saintifik .......................................................... 72
6. Angket Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Biologi berbasis Pendekatan Saintifik ........................................................................ 73
7. Validitas Item Rasa Ingin Tahu Siswa ............................................. 77
8. Validitas Item Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Biologi berbasis Pendekatan Saintifik .......................................................... 78
9. Reliabilitas Instrumen Penelitian ..................................................... 80
10. Analisis Keterlaksanaan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Biologi .............................................................................................. 81
11. Rekapitulasi Skor Angket Rasa Ingin Tahu Siswa .......................... 82
12. Rekapitulasi Rasa Ingin Tahu Siswa ................................................ 87
13. Rekapitulasi Skor Angket Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik .......................................... 90
14. Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis
Pendekatan Saintifik ........................................................................ 94
xiv
15. Rekapitulasi Aktivitas Siswa per-Proses Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik ........................................................ 97
16. Uji Normalitas .............................................................................. 100
17. Uji Homogenitas ............................................................................ 102 18. Tabel Korelasi Antara Dimensi Rasa Ingin Tahu dengan dimensi
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik .......................................................................................... 103
19. Tabel Koefisien korelasi (r) dan Koefisien Determinasi (r2) Rasa Ingin Tahu dengan terhadap Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik ............................................ 104
20. Tabel Jawaban Wawancara dan Member Checking ....................... 105
21. Surat Ijin Penelitian ........................................................................ 109
22. Surat Rekomendasi Penelitian ...................................................... 111
23. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ............................... 112
24. Dokumentasi Penelitian ................................................................. 114
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Permendikbud no. 59 tahun 2014 mengatur pemanfaatan rasa ingin tahu
siswa dalam pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik. Menurut Flegg &
Hukins sebagaimana dikutip oleh Dinwoodie (2011) menyebut rasa ingin tahu
sebagai sikap ilmiah dasar. Rasa ingin tahu merupakan sikap ilmiah yang
mendorong siswa untuk belajar dan mengeksplorasi dalam mendapatkan
pengetahuan yang lebih luas dan mendalam dari objek yang diamati (AAAS,
2009; Kemediknas, 2010; Goldberg et al., 2015).
Guru dapat memanfaatkan rasa ingin tahu siswa untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran (Pluck & Johnson, 2011). Rasa ingin tahu menjadi salah
satu kekuatan pendorong utama siswa dalam belajar dan mengeksplorasi sehingga
membuat siswa menguasai hal-hal baru (Goldberg et al., 2015; Arnone et al.,
2011). Siswa dengan orientasi rasa ingin tahu menikmati kebebasan belajar
mereka dalam mencari penjelasan fenomena yang diamati, melakukan diskusi,
dan menyelesaikan tugas dari guru (Zoldosova & Prokop, 2006). Selain itu, siswa
juga termotivasi melakukan kerja ilmiah dalam pembelajaran, seperti
mengobservasi, berhipotesis, bereksperimen, mengumpulkan dan menganalisis
data, serta mempresentasikan laporan (Machin, 2014). Hasil tinjauan Binson
(2009) menunjukkan rasa ingin tahu menjadi fondasi siswa dalam memasukkan
informasi, berfikir, dan mengkomunikasikan pengetahuan mereka dengan lebih
baik dalam pembelajaran.
2
Pembelajaran berbasis pendekatan saintifik (scienific approach) menuntut
aktivitas belajar mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasi
(Megawati et al., 2015). Pendekatan saintifik mengedepankan siswa untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan melalui proses inkuiri. Proses inkuiri memiliki
relevansi dengan hakikat sains yang mengarahkan siswa untuk mengetahui
metode yang tepat dalam memperoleh fakta, konsep, dan prinsip biologi secara
ilmiah (Marjan et al., 2014). Siswa tidak lagi bergantung seutuhnya pada
informasi guru sehingga pembelajaran biologi menjadi lebih bermakna. Hal ini
menjadikan pendekatan saintifik sesuai diterapkan dalam pembelajaran biologi
(Machin, 2014; Hosnan 2014). Kesesuaian ini diperkuat dengan hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik
meningkatkan ketrampilan berpikir kreatif (Nurlatifah, 2015), ketrampilan proses
sains (Marjan et al., 2014), dan hasil belajar siswa (Jayanti, 2015).
Materi respirasi sebagaiamana diatur dalam Permendikbud no. 59 tahun
2014, merupakan salah satu materi yang dipelajari dalam pembelajaran biologi
berbasis pendekatan saintifik di kelas XI. Pembelajaran materi ini dilakukan
dengan pengamatan dan percobaan yang lebih banyak menuntut keaktifan siswa
dalam melakukan ketrampilan proses sains. Siswa dituntut mempelajari materi ini
melalui studi literatur dan simulasi. Siswa juga diminta untuk menyajikan temuan
mereka menggunakan berbagai bentuk media presentasi.
Penelitian tentang pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil belajar
siswa sudah banyak dilakukan, namun penelitian tentang kontribusi rasa ingin
tahu terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan
saintifik belum pernah dilakukan. Penelitian tentang kontribusi dimensi rasa ingin
3
tahu terhadap dimensi aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis
pendekatan saintifik juga belum pernah dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut,
diperlukan penelitian mengenai “Kontribusi Tingkat Rasa Ingin Tahu terhadap
Kualitas Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan
Saintifik”. Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Kudus karena sudah menerapkan
kurikulum 2013 selama 2,5 tahun, mempunyai instruktur nasional kurikulum 2013
mata pelajaran biologi, dan memperoleh nilai UN biologi 2015 terbaik ketiga di
tingkat nasional.
1. 2 Rumusan Masalah
Dua rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
(1) Bagaimana kontribusi tingkat rasa ingin tahu terhadap kualitas aktivitas siswa
dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik?
(2) Apakah dimensi rasa ingin tahu berkontribusi semua terhadap dimensi
aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik?
1. 3 Penegasan Istilah
Tiga istilah yang perlu ditegaskan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1.3.1 Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rasa ingin tahu
sebagaimana yang dijelaskan oleh Dinwoodie (2011), Kemendiknas (2010),
Machin (2014), dan Goldberg (2015), yaitu sikap ilmiah yang mendorong
kegiatan belajar siswa dengan berupaya mencari tahu (menanya), mencari sumber
(membaca), bekerjasama menjawab (berdiskusi dan melakukan percobaan) dan
4
menemukan jawaban dari materi respirasi yang dipelajari. Data ini diperoleh
menggunakan metode angket dan wawancara.
1.3.2 Kualitas Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik
Kualitas aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan
saintifik dalam penelitian ini adalah sebagaimana yang dimaksud dalam Hia
(2013) dan Permendikbud no. 103 tahun 2014, yaitu kualitas aktivitas mengamati,
menanya, menalar, mengumpulkan informasi, dan mengomunikasikan siswa
dalam pembelajaran respirasi. Data ini diperoleh menggunakan metode angket
dan wawancara.
1.3.3 Kontribusi Rasa Ingin Tahu Siswa terhadap Kualitas Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik Pada penelitian ini, rasa ingin tahu dinyatakan berkontribusi besar terhadap
kualitas aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik
apabila mempunyai nilai r2 (koefisien determinasi) ≥ 0,64. Dimensi rasa ingin tahu
dinyatakan berkontribusi semua terhadap dimensi aktivitas siswa dalam
pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik apabila semua nilai r2 ≥ 0,01,
dinyatakan paling berkontribusi apabila mempunyai nilai r2 ≥ 0,40, dan
dinyatakan paling kurang berkontribusi apabila mempunyai nilai r2 ≤ 0,10.
1. 4 Tujuan Penelitian
Dua tujuan penelitian ini sebagai berikut.
(1) Mengetahui kontribusi tingkat rasa ingin tahu terhadap kualitas aktivitas
siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.
(2) Mengetahui kontribusi dimensi rasa ingin tahu terhadap dimensi aktivitas
siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.
5
1. 5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan
mengenai aspek yang berhubungan dengan kualitas aktivitas siswa dalam
pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.
1.5.2 Manfaat Praktis
1.5.2.1 Bagi Siswa
(1) Memberikan pemahaman kepada siswa untuk terlibat aktif dalam
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik
(2) Memberikan pemahaman kepada siswa untuk memanfaatkan rasa ingin tahu
di dalam proses pembelajaran.
1.5.2.2 Bagi Guru
(1) Memberikan bahan evaluasi untuk meningkatkan pengelolaan pembelajaran
berbasis pendekatan saintifik
(2) Memberikan masukan untuk memanfaatkan rasa ingin tahu siswa di dalam
proses pembelajaran.
1.5.2.3 Bagi Sekolah
Memberikan masukan kepada sekolah untuk memanfaatan rasa ingin tahu
siswa dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA N 1 Kudus.
1.5.2.4 Bagi Peneliti
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman untuk melakukan studi dan
menganalisis kontribusi tingkat rasa ingin tahu terhadap kualitas aktivitas siswa
dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rasa Ingin Tahu Siswa sebagai Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Pengembangan sikap ilmiah merupakan salah satu tujuan dari pendidikan
sains (Choukade & Uplane, 2013). Sikap ilmiah merupakan kecenderungan
seseorang untuk memberikan respon berdasarkan ilmu yang telah diakui
kebenarannya dalam memecahkan suatu masalah (Damanik & Bukit, 2013). Sikap
ilmiah mengajarkan berpikir secara logis dan kritis serta bekerja secara sistematis
sehingga menjadi salah satu hasil terpenting dari pendidikan sains (Choukade &
Uplane, 2013; Candrasekaran, 2013; Barot, 2013). Menurut American
Association for the Advancement of Science (2009) ada beberapa sikap ilmiah
yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran yaitu jujur, rasa ingin tahu,
berpikiran terbuka, dan rasa tidak mudah percaya.
Menurut Flegg & Hukins sebagaimana dikutip oleh Dinwoodie (2011)
menyebut rasa ingin tahu sebagai sikap ilmiah yang dasar. Goldberg et al., (2015)
mendefiniskan rasa ingin tahu sebagai keinginan untuk meringankan kecemasan
rasa penasaran yang mendorong siswa untuk belajar dan mengeksplorasi dalam
mencari dan menemukan jawaban. Menurut Kemendiknas (2010) rasa ingin tahu
merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan luas dari sesuatu yang dipelajari. Rasa ingin tahu mendorong siswa
untuk bertanya, membaca, dan berdiskusi. Machin (2014) menjelaskan bahwa rasa
ingin tahu mendorong siswa dalam melakukan percobaan. Berdasarkan pendapat
para ahli, dapat dinyatakan bahwa rasa ingin tahu merupakan sikap ilmiah yang
7
mendorong kegiatan belajar siswa dengan berupaya mencari tahu (menanya),
mencari sumber (membaca), bekerjasama menjawab (berdiskusi dan melakukan
percobaan) dan menemukan jawaban dari materi yang dipelajari.
Rasa ingin tahu sebagai sebagai sikap ilmiah memiliki tiga komponen,
yaitu keyakinan, perasaan, dan tindakan (AAAS, 2009; Mukhopadhyay, 2014).
Komponen sikap ilmiah yang pertama adalah keyakinan. Keyakinan merupakan
dasar kognitif dari sikap ilmiah. Keyakinan terhadap apa yang berlaku membentuk
kognitif siswa. Komponen yang kedua adalah perasaan, yang dikaitkan dengan
emosi siswa terhadap keyakinan ilmiahnya. Komponen ketiga dari sikap ilmiah
adalah tindakan. Siswa cenderung bertindak terhadap keyakinan ilmiahnya sesuai
dengan perasaan atau pendapat mereka (Mukhopadhyay, 2014).
Rasa ingin tahu memiliki beberapa peran penting dalam sistem
pembelajaran, di antaranya rasa ingin tahu menjadi dasar pembelajaran kurikulum
2013, rasa ingin tahu dapat meningkatkan pembelajaran, dan rasa ingin tahu
menjadi fondasi dari tiga kualitas pelajar.
2.1.1 Rasa Ingin Tahu menjadi Dasar Pembelajaran Kurikulum 2013
Permendikbud no. 59 tahun 2014 menghendaki rasa ingin tahu siswa
sebagai dasar pembelajaran kurikulum 2013. Pembelajaran kurikulum 2013
memanfaatkan rasa ingin tahu sebagai dasar siswa dalam memahami,
menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif.
Pembelajaran kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik
sebagai pendekatan pembelajaran, terdapat kegiatan pembelajaran mengamati dan
menanya yang digunakan untuk memunculkan dan memfasilitasi rasa ingin tahu
8
siswa. Berlyne sebagaimana dikutip oleh Reio (1997) menyatakan rasa ingin tahu
termanifestasi dengan cara melakukan pengamatan. Siswa dapat mengekspresikan
rasa ingin tahu dengan melakukan pengamatan dalam kegiatan pembelajaran
(Luce & His, 2015). Rasa ingin tahu juga dapat termanifestasi dengan mengajukan
pertanyaan, sehingga ada hubungan erat antara rasa ingin tahu dengan pertanyaan
siswa (Richards et al., 2013; Capraro & Capraro, 2010).
Menurut permendikbud no. 59 tahun 2014 rasa ingin tahu merupakan
sikap yang dibentuk dalam pembelajaran biologi kurikulum 2013. Hal ini karena
adanya perubahan paradigma pembelajaran dari siswa yang diberi tahu menjadi
aktif mencari tahu (Chamisijatin et al., 2015). Siswa yang memiliki rasa ingin
tahu terdorong untuk mencari informasi dan mengeksplorasi (Pluck & Johnson,
2011; Goldberg et al., 2015).
2.1.2 Rasa Ingin Tahu Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Guru dapat memanfaatkan rasa ingin tahu siswa dalam meningkatkan
pembelajaran (Pluck & Johnson, 2011). Rasa ingin tahu menjadi salah satu
kekuatan pendorong utama dalam belajar yang dapat membuat siswa untuk
mempelajari dan menguasai hal-hal baru (Goldberg et al., 2015; Arnone et al.,
2011). Rasa juga memotivasi siswa melakukan kerja ilmiah dalam pembelajaran
seperti melakukan observasi, membuat hipotesis, melakukan eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisis data dan mempresentasikan laporan (Machin,
2014).
Siswa berorientasi rasa ingin tahu bisa menjadi yang terbaik dari berbagai
mata pelajaran sekolah, karena mereka lebih mudah meningkatkan motivasi
intrinsik daripada siswa dengan orientasi motivasi yang lain. Siswa dengan
9
orientasi rasa ingin tahu menikmati kebebasan belajar mereka dalam mencari
penjelasan fenomena yang diamati, melakukan diskusi, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh guru. Mereka memiliki semangat yang tinggi terhadap
pelajaran yang dibahas dan mereka memiliki kemampuan untuk memotivasi siswa
yang lain agar tertarik, sehingga siswa berorientasi rasa ingin tahu bisa menjadi
pemimpin dalam diskusi kelompok mereka (Zoldosova & Prokop, 2006). Reio
(1997) dalam hasil penelitiannya menunjukkan rasa ingin tahu dapat
meningkatkan pembelajaran yang terkait dengan proses sosialisasi.
2.1.3 Rasa Ingin Tahu sebagai Fondasi Tiga Kualitas Pelajar
Rasa ingin tahu mendahului pengetahuan yang bermakna sehingga
membuat siswa fokus terhadap kebutuhan belajar mereka (Loewy, 1998;
Zoldosova & Prokop, 2006). Binson (2009) menyatakan siswa yang memiliki rasa
ingin tahu belajar lebih banyak tentang apa yang mereka pelajari sehingga mereka
memiliki pemahaman yang lebih luas dan mampu mengkomunikasikan
pengetahuan mereka dengan lebih baik, oleh karena itu dia menyebut rasa ingin
tahu sebagai fondasi dari 3 kualitas pelajar sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 2.1. Hasil tinjauan Binson (2009) tersebut didukung oleh hasil penelitian
Stumm et al., (2011) yang membuktikan rasa ingin tahu menjadi faktor penentu
prestasi akademik siswa.
Gambar 2.1 Rasa ingin tahu sebagai fondasi dari 3 kualitas pelajar (Binson,
2009)
10
Menurut Binson (2009) rasa ingin tahu mendorong siswa untuk
memasukkan informasi sebanyak-banyaknya melalui kegiatan input read dan
listen well. Mays (1969) dalam hasil penelitiannya menunjukkan rasa ingin tahu
berhubungan positif terhadap pemahaman bacaan. Binson (2009), lebih lanjut
menyatakan bahwa kegiatan input read dan listen well yang dilakukan oleh siswa
menjadi dasar siswa untuk berpikir. Semakin baik informasi yang dimasukkan,
maka semakin baik pula proses berpikir siswa/ process think well. Process think
well yang dapat menghasilkan produk pemikiran dengan baik akan mendukung
siswa untuk mengkomunikasikannya dengan baik/ output communicate well.
Kegiatan input read dan listen well, process think well, dan output
communicate well yang didasari rasa ingin tahu secara umum sama dengan
langkah pembelajaran berbasis pendekatan santifik yang menuntut adanya
kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan
(Megawati et al., 2015).
2.2 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik
Pembelajaran biologi kurikulum 2013 harus sesuai dengan standar
nasional pendidikan (Sudirgayasa et.al., 2014). Pada permendikbud no. 59 tahun
2014, Kemendikbud mengehendaki pembelajaran biologi kurikulum 2013
menggunakan pendekatan saintifik yang menuntut aktivitas belajar siswa.
Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan siswa yang menghasilkan perubahan
pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan sebagai latihan yang disengaja
(Hia, 2013). Menurut Permendikbud no. 103 tahun 2014 pembelajaran merupakan
proses interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, sedangkan pendekatan saintifik
11
merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi
proses pembelajaran mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba,
menalar, dan mengomunikasi. Aktivitas siswa dalam pembelajaran biologi
berbasis pendekatan saintifik dapat diartikan sebagai aktivitas mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, menalar, dan mengomunikasikan
siswa dalam pembelajaran biologi yang menimbulkan interaksi antar siswa, siswa
dengan guru, dan siswa dengan sumber belajar.
Pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik mengedepankan siswa
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan melalui proses inkuiri yang didasarkan
pada bukti-bukti empiris yang dapat diukur dan diobservasi (Machin, 2014;
Atsnan & Gazali, 2013). Proses inkuiri memiliki relevansi dengan hakikat sains
yang mengarahkan siswa untuk mengetahui bagaimana metode yang tepat dalam
memperoleh pengetahuan secara ilmiah (Marjan et al., 2014). Metode ilmiah
tersebut digunakan para ilmuwan untuk mendapatkan fakta, konsep, dan prinsip
biologi secara ilmiah. Adanya pendekatan secara ilmiah ini membuat siswa tidak
lagi bergantung seutuhnya pada informasi yang diberikan guru sehingga
pembelajaran biologi menjadi lebih bermakna. Hal ini menjadikan pendekatan
saintifik sangat sesuai diterapkan dalam pembelajaran biologi (Marjan et al.,
2014; Machin, 2014; Hosnan 2014). Kesesuaian ini diperkuat dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran biologi berbasis pendekatan
saintifik meningkatkan berpikir kreatif (Nurlatifah, 2015), ketrampilan proses
sains (Marjan et al., 2014), dan hasil belajar siswa (Jayanti, 2015).
Para ilmuwan dalam menggunakan metode ilmiah lebih mengedepankan
penalaran induktif daripada penalaran deduktif. Penalaran deduktif mengarahkan
12
para ilmuan untuk menarik kesimpulan khusus setelah mengamati fenomena
umum, sedangkan penalaran induktif mengarahkan ilmuan untuk menarik
kesimpulan umum setelah mengamati fenomena khusus (Kemendikbud 2013).
Penggunaan penalaran induktif ini juga dapat diimplementasikan dalam
pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik. Sebagaiamana permendikbud
no. 103 tahun 2014, pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik terdiri dari
aktivitas belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba,
menalar, dan mengkomunikasi.
2.2.1 Mengamati
Mengamati merupakan ketrampilan proses sains paling dasar yang
menggunakan indera untuk mengumpulkan informasi tentang suatu objek atau
peristiwa (Padilla, 1990; Ergül, et al,. 2011; Sheeba et al., 2013). Pengamatan
hanyalah sebuah catatan pengalaman sensorik (Sheeba et al., 2013). Kegiatan
mengamati mengedepankan pengamatan langsung terhadap objek yang akan
dipelajari. Peserta didik melalui pengamatan akan menemukan adanya hubungan
antara objek yang diamati dengan materi pembelajaran yang akan dibahas dalam
pembelajaran (Hosnan, 2014). Mengamati sangat bermanfaat untuk pemenuhan
rasa ingin tahu siswa, sehingga membuat proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi (Kemendikbud, 2013).
Kualitas mengamati siswa mengacu pada permendikbud no. 103 tahun
2014. Menurut Permendikbud no. 103 tahun 2014 kegiatan mengamati dapat
dilakukan dengan membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan
sebagainya baik dengan atau tanpa alat. Bentuk dan hasil belajar pada kegiatan
mengamati berupa perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu
13
tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati,
kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati.
2.2.2 Menanya
Mengajukan pertanyaan dapat menguatkan pikiran, kegiatan, dan hasil
pembelajaran (Adams, 2010). Pertanyaan menjadi dasar siswa untuk mencari
informasi lebih lanjut dari satu atau berbagai sumber (Machin, 2014). Kualitas
menanya siswa mengacu pada permendikbud no. 103 tahun 2014. Menurut
Permendikbud no. 103 tahun 2014 kegiatan menanya dapat dilakukan dengan
membuat dan mengajukan pertanyaan, melakukan tanya jawab, melakukan
diskusi tentang informasi yang belum dipahami atau informasi tambahan yang
ingin diketahui. Bentuk dan hasil belajar pada kegiatan ini berupa jenis, kualitas,
dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual,
konseptual, prosedural, dan hipotetik). Kegiatan bertanya dapat membangkitkan
rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik
pembelajaran sehingga mendorong peserta didik untuk aktif belajar
(Kemendikbud, 2013).
Menurut Graesser & Person (1994) kuantitas dan kualitas pertanyaan
siswa dapat dipengaruhi oleh tiga tingkat hambatan yang berbeda. Hambatan
pertama, siswa mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi kekurangan
pengetahuan mereka sendiri. Siswa dalam hal ini mengalami kesulitan dalam
mendeteksi informasi yang kontradiktif, mengidentifikasi data hilang yang
diperlukan untuk menyelesaiakan permasalahan, dan membedakan secara
berlebihan dari informasi yang diperlukan. Hambatan kedua adalah hambatan
yang berkaitan dengan social editing, misalnya siswa merasa kehilangan status
14
saat pertanyaan buruk ditanyakan. Hambatan ketiga berkaitan dengan defisit
memperoleh ketrampilan dalam mengajukan pertanyaan yang baik. Misalnya,
guru tidak semuanya dapat menjadi panutan yang baik dalam mengajukan
pertanyaan.
2.2.3 Mengumpulkan Informasi/Mencoba
Kualitas mengumpulkan informasi/ mencoba siswa mengacu pada
permendikbud no. 103 tahun 2014. Menurut permendikbud no. 103 tahun 2014,
dalam kegiatan ini siswa dapat melakukan eksplorasi, mencoba, berdiskusi,
mendemonstrasikan, meniru bentuk/ gerak, melakukan eksperimen, membaca
sumber selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket,
wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/ mengembangkan. Bentuk dan hasil
belajar pada kegiatan ini berupa jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/
digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan
instrumen/ alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan yang berkaitan
dengan materi pembelajaran sains agar mereka dapat memperoleh hasil
pembelajaran yang nyata (Kemendikbud, 2013). Melakukan percobaan termasuk
ketrampilan proses sains yang terintegrasi (Padilla, 1990; Ergül, et al,. 2011;
Sheeba et al., 2013). Mencoba menuntut ketrampilan proses sains yang lain,
termasuk menanyakan pertanyaan yang tepat, menentukan hipotesis,
mengidentifikasi dan mengontrol variabel, mendefinisikan variabel operasional,
merancang sebuah eksperimen yang tepat, melakukan percobaan, dan menafsirkan
hasil percobaan (Padilla, 1990; Sheeba et al., 2013). Siswa yang tidak memiliki
keterampilan dasar tidak bisa meningkatkan keterampilan melakukan percobaan
15
dengan mudah (Ergül et al., 2011). Kegiatan mencoba dapat mengembangkan
kemampuan siswa dalam mengumpulkan informasi serta dalam bersikap jujur dan
teliti (Hosnan, 2014).
2.2.4 Menalar
Menalar (associating) bisa diartikan sebagai proses berpikir logis dan
sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh
simpulan berupa pengetahuan (Hosnan, 2014). Menurut Barrows sebagaimana
dikutip oleh Paidi (2008) ketrampilan berpikir dan menalar mencakup
kemampuan memecahkan masalah, metakognitif, dan berpikir kritis.
Kualitas menalar siswa mengacu pada permendikbud no. 103 tahun 2014.
Menurut permendikbud no. 103 tahun 2014 kegiatan ini dapat dilakukan dengan
mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk
membuat kategori, menalar atau menghubungkan fenomena/ informasi yang
terkait dalam rangka menemukan suatu pola hingga didapatkan suatu kesimpulan.
Bentuk dan hasil belajar ini berupa pengembangan interpretasi, argumentasi dan
kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/ konsep, interpretasi
argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/ konsep/
teori, sintesis, dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis
fakta/ konsep/ teori/ pendapat; pengembangan interpretasi, struktur baru,
argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/ konsep/ teori
dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; pengembangan interpretasi,
struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/ teori/ pendapat yang
berbeda dari berbagai jenis sumber.
16
2.2.5 Mengkomunikasikan
Mengkomunikasi merupakan ketrampilan proses sains dasar dengan
menggunakan kata-kata atau symbol grafik untuk menggambarkan suatu tindakan,
objek, atau kejadian (Padilla, 1990; Ongowo & Indoshi, 2015). Proses ini
sebenarnya juga mengacu pada sekelompok keterampilan, yang semuanya
mewakili beberapa bentuk pelaporan data yang sistematis, seperti tabel, diagram
dan grafik (Sheeba, 2013).
Kualitas mengkomunikasi siswa mengacu pada permendikbud no. 103
tahun 2014. Menurut permendikbud no. 103 tahun 2014 kegiatan ini dapat
dilakukan dengan menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik;
menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan
kesimpulan secara lisan. Bentuk dan hasil belajar pada kegiatan ini bisa berupa
penyajian hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan,
grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain.
Siswa tidak semuannya mampu mengkomunikasikan pengetahuan mereka
secara efektif, hal ini karena komunikasi efektif dipengaruhi oleh beberapa
hambatan seperti hambatan proses, hambatan fisik, hambatan semantik, dan
hambatan psikososial (Lunenburg, 2010). Guru dapat memberikan klarifikasi
terhadap pengetahuan yang telah dikomunikasikan oleh peserta didik sehingga
dengan demikian peserta didik mengetahui tentang kebenaran jawaban mereka
(Hosnan, 2014).
Materi respirasi sebagaiamana diatur dalam Permendikbud no. 59 tahun
2014, merupakan salah satu materi yang dipelajari dalam pembelajaran biologi
berbasis pendekatan saintifik di kelas XI. Pembelajaran materi ini dilakukan
17
dengan pengamatan dan percobaan yang lebih banyak menuntut keaktifan siswa
dalam melakukan ketrampilan proses sains. Siswa juga dituntut mempelajari
materi ini melalui studi literatur dan simulasi. Hal ini berdasarkan kompetensi
dasar 3.8, yang menuntut siswa untuk menganalisis hubungan antara struktur
jaringan penyusun organ pada sistem respirasi dan mengaitkannya dengan
bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan proses pernapasan serta gangguan
fungsi yang mungkin terjadi pada sistem respirasi manusia melalui studi literatur,
pengamatan, percobaan, dan simulasi. Berdasarkan kompetensi dasar 4.8, siswa
juga dituntut untuk menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan
fungsi jaringan organ respirasi yang menyebabkan gangguan sistem respirasi
manusia melalui berbagi bentuk media presentasi.
18
2.3 Kerangka Berpikir
Gambar 2.2 Kerangka berpikir kontribusi tingkat tingkat rasa ingin tahu terhadap kualitas aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik
2.4 Hipotesis
Dua hipotesis dalam penelitian yaitu
(1) Tingkat rasa ingin tahu berkontribusi positif terhadap kualitas aktivitas siswa
dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.
(2) Dimensi rasa ingin tahu berkontribusi semua terhadap dimensi aktivitas siswa
dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.
� Bagaiamana kontribusi tingkat rasa ingin tahu terhadap kualitas aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik?
� Apakah dimensi rasa ingin tahu berkontribusi semua terhadap dimensi aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik?
Permendikbud no. 59 tahun 2014 mengatur pemanfaatan rasa ingin tahu dalam pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik
Rasa Ingin Tahu � Dasar pembelajaran K-13 � Meningkatkan pembelajaran � Memotivasi kerja ilmiah � Fondasi dalam mengumpulkan
informasi, befikir, dan mengkomunikasi dengan baik
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik � Aktivitas belajar 5 M � Mengedepankan proses inkuiri � Menuntut ketrampilan proses sains � Memanfaatkan rasa ingin tahu siswa
Pendekatan saintifik sesuai diterapkan dalam pembelajaran biologi � Menciptakan pembelajaran yang bermakna
� Meningkatkan ketrampilan berpikir kritis, ketrampilan proses sains, dan hasil belajar siswa
� Tingkat rasa ingin tahu berkontribusi positif terhadap kualitas aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.
� Dimensi rasa ingin tahu berkontribusi semua terhadap dimensi aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.
54
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat rasa ingin tahu siswa berkontribusi positif terhadap kualitas
aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.
Rasa ingin tahu mendorong siswa untuk mengamati, menanya, dan
mengumpulkan infomasi/mencoba, sehingga membuat siswa dapat
menalar dan mengkomunikasikan pengetahuan mereka dengan lebih baik.
2. Dimensi rasa rasa ingin tahu berkontribusi semua terhadap dimensi
aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.
Dimensi yang paling berkontribusi yaitu (1) upaya menemukan jawaban
rasa ingin tahu terhadap aktivitas mengamati; (2) upaya mencari tahu
terhadap aktivitas menanya. Dimensi yang paling kurang berkontribusi
yaitu upaya mencari sumber terhadap aktivitas menanya.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka saran yang diajukan sebagai berikut.
1. Pada penelitian selanjutnya lebih baik dilakukan di banyak sekolah yang
dapat mengadakan pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik,
sehingga diperoleh sampel dengan taraf kepercayaan 95% dari SMA/ MA
se-Kabupaten Kudus. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran
aktivitas belajar siswa yang lebih beragam.
55
2. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk mengukur hasil belajar
kognitif siswa sebagai perolehan rasa ingin tahu siswa.
3. Guru direkomendasikan untuk memanfaatkan rasa ingin tahu siswa untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran respirasi
berbasis pendekatan saintifik. Guru dapat menampilkan video/ media
visual lainnya yang menarik, memberi penjelasan yang kurang lengkap,
dan atau memberi pertanyaan di awal kegiatan pembelajaran untuk
memunculkan rasa ingin tahu siswa.
56
DAFTAR PUSTAKA
AAAS. 2009. Benchmarks On-line. Tersedia di http://www.project2061.org/. [diakses 08-11-2015]
Adams, M. 2010. The Practical Primacy of Questions in Action Learning. Action Learning and Its Applications, Present and Future.
Arnone, M.P., R.V. Small, S.A. Chauncey, & H.P. McKenna. 2011. Curiosity, Interest and Engagement in Technology-Pervasive Learning Environments a New Research Agenda. Education Tech Research Development, 59(2): 181–198.
Atsnan, M. F. & R. Y. Gazali. 2013. Penerapan Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran Matematika Smp Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan). Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogjakarta: Universitas Negeri Yogjakarta.
Barot Y. K. 2013. A Study of Scientific Attitudes of Students of Secondary Level in Context of Certain Variables. IJRE: 2(1): 60-67
Binson, B. 2009. Curiosity-Based Learning (CBL) Program. US-China Education Review, 6(12): 13-22.
Candrasekaran, S. 2013. Developing Scientific Attitude, Critical Thinking and Creative Intelligence of Higher Secondary School Biology Students by Applying Synectics Techniques. ijhssi, 3(6)1-8
Capraro, M. M. & R. M. Capraro. 2010. Understanding, Questioning, and Representing Mathematics: What Makes a Difference in Middle School Classrooms?, RMLE Online, 34(4):1-19
Chamisijatin, L., S. Zaenab, & Sukarsono. 2015. Implementasi Lesson Study untuk Meningkatkan Pelaksananaan Pendekatan Scientific Guru IPA SMP Muhammadiyah 6 Kabupaten Malang. Jurnal Inovasi Pembelajaran, 1(1):47-60
Choukade, G. G., & M. M. Uplane,. 2013. Improving Scientific Attitude Through Game Based Learning. Srjis.
Creswell, J. W. 2012. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Boston: Pearson
Damanik, D.P. & N. Bukit. 2013. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah pada Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training (IT) dan Direct Instruction (DI). Jurnal Online Pendidikan Fisika, 2 (1):16-25.
Dinwoodie, R. L. 2011. Curiosity in the Lives of Non-Science and Science Professors and and Students. Theses and Dissertations: The University of Toledo
57
Dowdy, S., S. Weardon, D. Chilko. 2004. Statistics for Research. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Ergül, Remziye, Y. Simsekli, S Çalis, Z. Özdilek, S. Göçmençelebi, M. Sanli 2011. The Effects Of Inquiry-Based Science Teaching on Elementary School Students’ Science Process Skills and Science Attitudes. Bulgarian Journal of .Science and Education Policy, 5(1): 48-68
Field, A. 2013. Discovering Statistics Using IBM SPSS Statistics. New Delhi: Sage Publication
Goldberg, S., A. Gibbs, B. M. C. Aguado & M. Munoz. 2015. Enhancement of Memory Through Curiosity-Driven Learning. Eukaryon, 11.
Graesser A. C. & N. K. Person. 1994. Question Asking During Tutoring. American Educational Research Journal, 31(1):104-137.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ismail. 2016. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah. Jurnal Edukasi, 2(1):30-43.
Hia, Y. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII. Jurnal Generasi Kampus, 6(2): 51-62.
Jayanti. 2015. Implementasi Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan di Kelas VIII SMP Negeri 11 Gorontalo. Skripsi. Gorontalo: FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kemendikbud.
Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.
Lunenburg, F. C. 2010. Communication: The Process, Barriers, and Improving Effectiveness. Schooling, 1(1): 1-11
Loewy, E.H. 1998. Curiosity, Imagination, Compassion, Science and Ethics Do Curiosity and Imagination Serve a Central Function. Health Care Anal, :286-294.
Luce, M. R. & S. His. 2015. Science-Relevant Curiosity Expression and Interest in Science: An Exploratory Study. Science Education, 99(1):70-97
Machin A. 2014. Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter dan Konservasi pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan. JPII, 3(1): 28-35 Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/nju/ (diakses 20 Agustus 2015).
58
Marjan, J., I.B.P. Arnyana, & I.G.A.N. Setiawan. 2014. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong- Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, 4.
Mays, S. C. 1969. Curiosity in The Reading Encounter, an Experimental Study of the Effect of Selected Questioning Procedures on Curiosity and on Reading Comprehension. Disertasi. North Texas: North Texas State University
Megawati, D. A. T., I.W. Wiarta, & I. B. S. Manuaba. 2015. Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Penilaian Proyek untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Hasil Belajar Pengetahuan Matematika Siswa Kelas IVB SD. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 3(1).
Mukhopadhyay, R. 2014. Scientific Attitude-Some Psychometric Consideration. IOSR-JHSS, 19(1): 98-100
Nurlatifah, D. 2015. Pengaruh Implementasi Scientific Approach Bermuatan Nilai dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Ongowo, R.O. & F. C. Indoshi. 2013. Science Process Skills in the Kenya Certificate of Secondary Education Biology Practical Examinations. SciRes, 4(11):713-717
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan [Permendikbud] RI Nomor 59 Tahun 2014. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan [Permendikbud] RI Nomor 103 Tahun 2014. Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Padilla, M. J. 1990. The Science Process Skill. Research Matters-to Science Teacher, 9004.
Pluck, G. & H. Johnson. 2011. Stimulating Curiosity To Enhance Learning. GESJ: Education Science and Psychology, 19(2): 24-31.
Richards, J.B., J. Litman & D.H. Roberts. 2013. Performance Characteristics of Measurement Instruments of Epistemic Curiosity in Third-Year Medical Students. Medical Science Educator, 23(3): 355-363
Reio, T. G., Jr., 1997. Effects Of Curiosity On Socialization-Related Learning and Job Performance in Adults. Disertasi. Virginia: Virginia Polytechnic Institute and State University
59
Sheeba, M. N. 2013. An Anatomy Of Science Process Skills in The Light Of The Challenges to Realize Science Instruction Leading to Global Excellence in Education. Educationa Confab, 2(4):108-123
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methodes). Bandung: Penerbit Alfabeta
Sudirgayasa, I.G., I.W. Suastra, & N.P. Ristiati. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Nature of Science (NOS) Terhadap Kemampuan Aplikasi Konsep Biologi Dan Pemahaman Nos Siswa Dalam Pembelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Marga. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan IPA, 4.
Stumm, S.V., B. Hell, & T. Chamorro-Premuzic. 2011. The Hungry Mind Intellectual Curiosity Is the Third Pillar of Academic Performance. Perspectives on Psychological Science 6(6): 574 –588
Zoldosova, K. & P. Prokop. 2006. Analysis Of Motivational Orientations In Science Education. International Journal of Science and Mathematics Education, 2006(4): 669-688