kontribusi tingkat rasa ingin tahu terhadap kualitas ...lib.unnes.ac.id/32302/1/4401411103.pdf ·...

38
KONTRIBUSI TINGKAT RASA INGIN TAHU TERHADAP KUALITAS AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN RESPIRASI BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi oleh Ahmad Alfian Risydan Yasin 4401411103 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: others

Post on 15-Mar-2020

33 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KONTRIBUSI TINGKAT RASA INGIN TAHU

TERHADAP KUALITAS AKTIVITAS SISWA

DALAM PEMBELAJARAN RESPIRASI BERBASIS

PENDEKATAN SAINTIFIK

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

oleh

Ahmad Alfian Risydan Yasin

4401411103

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

ii

iii

iv

v

MOTTO

Orang yang bijak perlu tahu akan perkembangan zamannya, memelihara lidahnya,

dan fokus pada tanggung jawab dirinya.

(al-Allamah as-Syeikh Ali Jum’ah)

Rasa ingin tahu ialah kunci jendela dunia.

(Ahmad Alfian Risydan Yasin)

PERSEMBAHAN

Untuk Ibu, Ayah, dan Almamater Jurusan

Biologi FMIPA UNNES

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih dan

karunia-Nya, sehingga skripsi yang yang berjudul “Kontribusi Tingkat Rasa

Ingin Tahu Siswa terhadap Kualitas Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik” dapat diselesaikan. Penulis menyadari

bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Penulis dengan rasa hormat mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan kepada

penulis dalam Studi SI hingga memperoleh kelulusan.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan

kemudahan administrasi dalam melaksanakan penelitian.

3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi.

4. Dr. Aditya Marianti, M.Si. dosen pembimbing I yang banyak memberikan

pengarahan dan bimbingan dengan penuh ketulusan dan kesabaran.

5. Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. dosen pembimbing II yang banyak memberikan

pengarahan dan bimbingan dengan penuh ketulusan dan kesabaran.

6. Dr. Sigit Saptono, M.Pd. dosen penguji yang dengan kerendahan hati

memberikan saran.

7. Ibu tercinta Ana Kartika Sari, bapak tercinta Muhsi, dan nenek tercinta

Sukarmini yang senantiasa memanjatkan doa dan memberi dukungan.

8. Drs. Supriyanto, M.Si. dosen wali yang selama ini telah memberi pengarahan.

9. Bapak dan Ibu dosen jurusan Biologi yang telah memberikan bekal ilmu

dalam penulisan.

vii

10. Kepala sekolah SMA Negeri 1 Kudus dan 1 Pati yang telah memberikan ijin

penelitian.

11. Bapak/Ibu guru dan karyawan SMA Negeri 1 Kudus dan 1 Pati atas segala

bantuan yang diberikan.

12. Seluruh siswa SMA Negeri 1 Kudus dan 1 Pati atas kerjasama yang telah

diberikan.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi.

Semarang, 16 Desember 2016

Penulis

viii

ABSTRAK Yasin, A.A.R. 2016. Kontribusi Tingkat Rasa Ingin Tahu terhadap Kualitas Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik. Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr. Aditya Marianti, M.Si. dan Pembimbing Pendamping Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. Kata kunci: aktivitas siswa, kontribusi, pembelajaran respirasi, pendekatan

saintifik, rasa ingin tahu.

Permendikbud no. 59 tahun 2014 mengatur pemanfaatan rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kontribusi tingkat rasa ingin tahu terhadap kualitas aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik; (2) kontribusi dimensi rasa ingin tahu terhadap dimensi aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.

Penelitian ini menggunakan metode kombinasi explanatory sequential design. Pengambilan sampel pada metode kuantitatif dengan random sampling dan metode kualitatif dengan purposive sampling. Rasa ingin tahu siswa sebagai variabel bebas dan aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik sebagai variabel terikat. Data rasa ingin tahu siswa diperoleh dengan metode angket, sedangkan aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik diperoleh dengan metode angket dan wawancara. Data dianalisis kuantitatif menggunakan teknik deskriptif persentase dan analisis regresi, serta dianalisis kualitatif menggunakan model Miles & Huberman.

Hasil penelitian menunjukkan kontribusi rasa ingin tahu terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik sebesar 67% & semua kontribusi dimensi rasa ingin tahu terhadap dimensi aktivitas siswa ≥ 9%. Hasil wawancara memperkuat bahwa tingkat rasa ingin tahu yang berbeda berpengaruh terhadap aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasi yang berbeda pula. Dimensi rasa ingin tahu meliputi upaya menemukan jawaban berpengaruh terhadap aktivitas mengamati, upaya mencari tahu berpengaruh terhadap aktivitas menanya, upaya mencari sumber kurang berpengaruh terhadap aktivitas menanya. Simpulan penelitian ini yaitu: (1) tingkat rasa ingin tahu berkontribusi positif terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik; (2) dimensi rasa ingin tahu berkontribusi semua terhadap dimensi aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v

PRAKATA ............................................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ ix

DAFTAR TABEL .................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3

1.3 Penegasan Istilah ................................................................................ 3

1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6

2.1 Rasa Ingin Tahu sebagai Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran ............. 6

2.2 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik .............................................................................................. 10

2.3 Kerangka Berpikir .............................................................................. 18

2.4 Hipotesis ............................................................................................ 18

x

Halaman

BAB 3 METODE PENELITIAN .............................................................. 19

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 19

3.2 Subjek Penelitian ............................................................................... 19

3.3 Variabel Penelitian ............................................................................. 19

3.4 Desain Penelitian ............................................................................... 20

3.5 Prosedur Penelitian ............................................................................ 20

3.6 Data dan Metode Pengumpulan Data Kuantitatif .............................. 22

3.7 Data dan Metode Pengumpulan Data Kualitatif ................................ 22

3.8 Metode Analisis Data Kuantitatif ...................................................... 23

3.9 Metode Analisis Data Kualitatif ........................................................ 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 27

4.1 Hasil Penelitian Kuantitatif ................................................................ 27

4.2 Hasil Penelitian Kualitatif .................................................................. 32

4.3 Pembahasan ........................................................................................ 38

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 54

5.1 Simpulan ............................................................................................ 54

5.2 Saran .................................................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 56

LAMPIRAN .............................................................................................. 60

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Data dan metode pengumpulan data kuantitatif ............................ 22

3.2 Data dan metode pengumpulan data kualitatif ............................ 23

4.1 Keterlaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran biologi 27

4.2 Tingkat rasa ingin tahu siswa ........................................................ 27

4.3 Aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik .......................................................................................... 28

4.4 Hubungan linear antara rasa ingin tahu dengan aktivitas siswa

dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik ......... 29 4.5 Koefisien arah regresi rasa ingin tahu terhadap aktivitas siswa

dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik ......... 29 4.6 Kontribusi rasa ingin tahu terhadap aktivitas siswa dalam

pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik .................... 30 4.7 Kontribusi dimensi rasa ingin tahu terhadap dimensi aktivitas siswa

dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik ......... 31 4.8 Pengaruh rasa ingin tahu kategori sangat tinggi terhadap aktivitas

siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik 32 4.9 Pengaruh rasa ingin tahu kategori tinggi terhadap aktivitas siswa

dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik ......... 33 4.10 Pengaruh rasa ingin tahu kategori sedang terhadap aktivitas siswa

dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik ......... 34 4.11 Pengaruh upaya menemukan jawaban terhadap aktivitas

mengamati ...................................................................................... 35

4.12 Pengaruh upaya mencari tahu terhadap aktivitas menanya ........... 36 4.13 Pengaruh upaya mencari sumber terhadap aktivitas menanya ...... 36

xii

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman

2.1 Rasa ingin tahu sebagai fondasi dari 3 kualitas pelajar ................... 9

2.2 Kerangka berpikir kontribusi tingkat tingkat rasa ingin tahu terhadap kualitas aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik ......................................................... 18

3.1 Rancangan penelitian sequential explanatory design .................... 20

4.1 Rerata Persentase Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik di setiap Kategori Rasa Ingin Tahu 28

4.2 Regresi variabel plot rasa ingin tahu terhadap aktivitas siswa dalam

pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik .................... 29

xiii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Biologi ............................................................ 61

2. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Biologi ....................................................................... 62

3. Kisi-kisi Angket Rasa Ingin Tahu Siswa ......................................... 67

4. Angket Rasa Ingin Tahu Siswa ........................................................ 68

5. Kisi-kisi Angket Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Biologi

berbasis Pendekatan Saintifik .......................................................... 72

6. Angket Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Biologi berbasis Pendekatan Saintifik ........................................................................ 73

7. Validitas Item Rasa Ingin Tahu Siswa ............................................. 77

8. Validitas Item Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Biologi berbasis Pendekatan Saintifik .......................................................... 78

9. Reliabilitas Instrumen Penelitian ..................................................... 80

10. Analisis Keterlaksanaan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Biologi .............................................................................................. 81

11. Rekapitulasi Skor Angket Rasa Ingin Tahu Siswa .......................... 82

12. Rekapitulasi Rasa Ingin Tahu Siswa ................................................ 87

13. Rekapitulasi Skor Angket Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik .......................................... 90

14. Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis

Pendekatan Saintifik ........................................................................ 94

xiv

15. Rekapitulasi Aktivitas Siswa per-Proses Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik ........................................................ 97

16. Uji Normalitas .............................................................................. 100

17. Uji Homogenitas ............................................................................ 102 18. Tabel Korelasi Antara Dimensi Rasa Ingin Tahu dengan dimensi

Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik .......................................................................................... 103

19. Tabel Koefisien korelasi (r) dan Koefisien Determinasi (r2) Rasa Ingin Tahu dengan terhadap Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik ............................................ 104

20. Tabel Jawaban Wawancara dan Member Checking ....................... 105

21. Surat Ijin Penelitian ........................................................................ 109

22. Surat Rekomendasi Penelitian ...................................................... 111

23. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ............................... 112

24. Dokumentasi Penelitian ................................................................. 114

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Permendikbud no. 59 tahun 2014 mengatur pemanfaatan rasa ingin tahu

siswa dalam pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik. Menurut Flegg &

Hukins sebagaimana dikutip oleh Dinwoodie (2011) menyebut rasa ingin tahu

sebagai sikap ilmiah dasar. Rasa ingin tahu merupakan sikap ilmiah yang

mendorong siswa untuk belajar dan mengeksplorasi dalam mendapatkan

pengetahuan yang lebih luas dan mendalam dari objek yang diamati (AAAS,

2009; Kemediknas, 2010; Goldberg et al., 2015).

Guru dapat memanfaatkan rasa ingin tahu siswa untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran (Pluck & Johnson, 2011). Rasa ingin tahu menjadi salah

satu kekuatan pendorong utama siswa dalam belajar dan mengeksplorasi sehingga

membuat siswa menguasai hal-hal baru (Goldberg et al., 2015; Arnone et al.,

2011). Siswa dengan orientasi rasa ingin tahu menikmati kebebasan belajar

mereka dalam mencari penjelasan fenomena yang diamati, melakukan diskusi,

dan menyelesaikan tugas dari guru (Zoldosova & Prokop, 2006). Selain itu, siswa

juga termotivasi melakukan kerja ilmiah dalam pembelajaran, seperti

mengobservasi, berhipotesis, bereksperimen, mengumpulkan dan menganalisis

data, serta mempresentasikan laporan (Machin, 2014). Hasil tinjauan Binson

(2009) menunjukkan rasa ingin tahu menjadi fondasi siswa dalam memasukkan

informasi, berfikir, dan mengkomunikasikan pengetahuan mereka dengan lebih

baik dalam pembelajaran.

2

Pembelajaran berbasis pendekatan saintifik (scienific approach) menuntut

aktivitas belajar mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasi

(Megawati et al., 2015). Pendekatan saintifik mengedepankan siswa untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan melalui proses inkuiri. Proses inkuiri memiliki

relevansi dengan hakikat sains yang mengarahkan siswa untuk mengetahui

metode yang tepat dalam memperoleh fakta, konsep, dan prinsip biologi secara

ilmiah (Marjan et al., 2014). Siswa tidak lagi bergantung seutuhnya pada

informasi guru sehingga pembelajaran biologi menjadi lebih bermakna. Hal ini

menjadikan pendekatan saintifik sesuai diterapkan dalam pembelajaran biologi

(Machin, 2014; Hosnan 2014). Kesesuaian ini diperkuat dengan hasil penelitian

yang menunjukkan bahwa pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik

meningkatkan ketrampilan berpikir kreatif (Nurlatifah, 2015), ketrampilan proses

sains (Marjan et al., 2014), dan hasil belajar siswa (Jayanti, 2015).

Materi respirasi sebagaiamana diatur dalam Permendikbud no. 59 tahun

2014, merupakan salah satu materi yang dipelajari dalam pembelajaran biologi

berbasis pendekatan saintifik di kelas XI. Pembelajaran materi ini dilakukan

dengan pengamatan dan percobaan yang lebih banyak menuntut keaktifan siswa

dalam melakukan ketrampilan proses sains. Siswa dituntut mempelajari materi ini

melalui studi literatur dan simulasi. Siswa juga diminta untuk menyajikan temuan

mereka menggunakan berbagai bentuk media presentasi.

Penelitian tentang pengaruh pendekatan saintifik terhadap hasil belajar

siswa sudah banyak dilakukan, namun penelitian tentang kontribusi rasa ingin

tahu terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan

saintifik belum pernah dilakukan. Penelitian tentang kontribusi dimensi rasa ingin

3

tahu terhadap dimensi aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis

pendekatan saintifik juga belum pernah dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut,

diperlukan penelitian mengenai “Kontribusi Tingkat Rasa Ingin Tahu terhadap

Kualitas Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan

Saintifik”. Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Kudus karena sudah menerapkan

kurikulum 2013 selama 2,5 tahun, mempunyai instruktur nasional kurikulum 2013

mata pelajaran biologi, dan memperoleh nilai UN biologi 2015 terbaik ketiga di

tingkat nasional.

1. 2 Rumusan Masalah

Dua rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

(1) Bagaimana kontribusi tingkat rasa ingin tahu terhadap kualitas aktivitas siswa

dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik?

(2) Apakah dimensi rasa ingin tahu berkontribusi semua terhadap dimensi

aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik?

1. 3 Penegasan Istilah

Tiga istilah yang perlu ditegaskan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1.3.1 Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rasa ingin tahu

sebagaimana yang dijelaskan oleh Dinwoodie (2011), Kemendiknas (2010),

Machin (2014), dan Goldberg (2015), yaitu sikap ilmiah yang mendorong

kegiatan belajar siswa dengan berupaya mencari tahu (menanya), mencari sumber

(membaca), bekerjasama menjawab (berdiskusi dan melakukan percobaan) dan

4

menemukan jawaban dari materi respirasi yang dipelajari. Data ini diperoleh

menggunakan metode angket dan wawancara.

1.3.2 Kualitas Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik

Kualitas aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan

saintifik dalam penelitian ini adalah sebagaimana yang dimaksud dalam Hia

(2013) dan Permendikbud no. 103 tahun 2014, yaitu kualitas aktivitas mengamati,

menanya, menalar, mengumpulkan informasi, dan mengomunikasikan siswa

dalam pembelajaran respirasi. Data ini diperoleh menggunakan metode angket

dan wawancara.

1.3.3 Kontribusi Rasa Ingin Tahu Siswa terhadap Kualitas Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik Pada penelitian ini, rasa ingin tahu dinyatakan berkontribusi besar terhadap

kualitas aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik

apabila mempunyai nilai r2 (koefisien determinasi) ≥ 0,64. Dimensi rasa ingin tahu

dinyatakan berkontribusi semua terhadap dimensi aktivitas siswa dalam

pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik apabila semua nilai r2 ≥ 0,01,

dinyatakan paling berkontribusi apabila mempunyai nilai r2 ≥ 0,40, dan

dinyatakan paling kurang berkontribusi apabila mempunyai nilai r2 ≤ 0,10.

1. 4 Tujuan Penelitian

Dua tujuan penelitian ini sebagai berikut.

(1) Mengetahui kontribusi tingkat rasa ingin tahu terhadap kualitas aktivitas

siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.

(2) Mengetahui kontribusi dimensi rasa ingin tahu terhadap dimensi aktivitas

siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.

5

1. 5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan

mengenai aspek yang berhubungan dengan kualitas aktivitas siswa dalam

pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.

1.5.2 Manfaat Praktis

1.5.2.1 Bagi Siswa

(1) Memberikan pemahaman kepada siswa untuk terlibat aktif dalam

pembelajaran berbasis pendekatan saintifik

(2) Memberikan pemahaman kepada siswa untuk memanfaatkan rasa ingin tahu

di dalam proses pembelajaran.

1.5.2.2 Bagi Guru

(1) Memberikan bahan evaluasi untuk meningkatkan pengelolaan pembelajaran

berbasis pendekatan saintifik

(2) Memberikan masukan untuk memanfaatkan rasa ingin tahu siswa di dalam

proses pembelajaran.

1.5.2.3 Bagi Sekolah

Memberikan masukan kepada sekolah untuk memanfaatan rasa ingin tahu

siswa dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA N 1 Kudus.

1.5.2.4 Bagi Peneliti

Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman untuk melakukan studi dan

menganalisis kontribusi tingkat rasa ingin tahu terhadap kualitas aktivitas siswa

dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rasa Ingin Tahu Siswa sebagai Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Pengembangan sikap ilmiah merupakan salah satu tujuan dari pendidikan

sains (Choukade & Uplane, 2013). Sikap ilmiah merupakan kecenderungan

seseorang untuk memberikan respon berdasarkan ilmu yang telah diakui

kebenarannya dalam memecahkan suatu masalah (Damanik & Bukit, 2013). Sikap

ilmiah mengajarkan berpikir secara logis dan kritis serta bekerja secara sistematis

sehingga menjadi salah satu hasil terpenting dari pendidikan sains (Choukade &

Uplane, 2013; Candrasekaran, 2013; Barot, 2013). Menurut American

Association for the Advancement of Science (2009) ada beberapa sikap ilmiah

yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran yaitu jujur, rasa ingin tahu,

berpikiran terbuka, dan rasa tidak mudah percaya.

Menurut Flegg & Hukins sebagaimana dikutip oleh Dinwoodie (2011)

menyebut rasa ingin tahu sebagai sikap ilmiah yang dasar. Goldberg et al., (2015)

mendefiniskan rasa ingin tahu sebagai keinginan untuk meringankan kecemasan

rasa penasaran yang mendorong siswa untuk belajar dan mengeksplorasi dalam

mencari dan menemukan jawaban. Menurut Kemendiknas (2010) rasa ingin tahu

merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan luas dari sesuatu yang dipelajari. Rasa ingin tahu mendorong siswa

untuk bertanya, membaca, dan berdiskusi. Machin (2014) menjelaskan bahwa rasa

ingin tahu mendorong siswa dalam melakukan percobaan. Berdasarkan pendapat

para ahli, dapat dinyatakan bahwa rasa ingin tahu merupakan sikap ilmiah yang

7

mendorong kegiatan belajar siswa dengan berupaya mencari tahu (menanya),

mencari sumber (membaca), bekerjasama menjawab (berdiskusi dan melakukan

percobaan) dan menemukan jawaban dari materi yang dipelajari.

Rasa ingin tahu sebagai sebagai sikap ilmiah memiliki tiga komponen,

yaitu keyakinan, perasaan, dan tindakan (AAAS, 2009; Mukhopadhyay, 2014).

Komponen sikap ilmiah yang pertama adalah keyakinan. Keyakinan merupakan

dasar kognitif dari sikap ilmiah. Keyakinan terhadap apa yang berlaku membentuk

kognitif siswa. Komponen yang kedua adalah perasaan, yang dikaitkan dengan

emosi siswa terhadap keyakinan ilmiahnya. Komponen ketiga dari sikap ilmiah

adalah tindakan. Siswa cenderung bertindak terhadap keyakinan ilmiahnya sesuai

dengan perasaan atau pendapat mereka (Mukhopadhyay, 2014).

Rasa ingin tahu memiliki beberapa peran penting dalam sistem

pembelajaran, di antaranya rasa ingin tahu menjadi dasar pembelajaran kurikulum

2013, rasa ingin tahu dapat meningkatkan pembelajaran, dan rasa ingin tahu

menjadi fondasi dari tiga kualitas pelajar.

2.1.1 Rasa Ingin Tahu menjadi Dasar Pembelajaran Kurikulum 2013

Permendikbud no. 59 tahun 2014 menghendaki rasa ingin tahu siswa

sebagai dasar pembelajaran kurikulum 2013. Pembelajaran kurikulum 2013

memanfaatkan rasa ingin tahu sebagai dasar siswa dalam memahami,

menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan

metakognitif.

Pembelajaran kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik

sebagai pendekatan pembelajaran, terdapat kegiatan pembelajaran mengamati dan

menanya yang digunakan untuk memunculkan dan memfasilitasi rasa ingin tahu

8

siswa. Berlyne sebagaimana dikutip oleh Reio (1997) menyatakan rasa ingin tahu

termanifestasi dengan cara melakukan pengamatan. Siswa dapat mengekspresikan

rasa ingin tahu dengan melakukan pengamatan dalam kegiatan pembelajaran

(Luce & His, 2015). Rasa ingin tahu juga dapat termanifestasi dengan mengajukan

pertanyaan, sehingga ada hubungan erat antara rasa ingin tahu dengan pertanyaan

siswa (Richards et al., 2013; Capraro & Capraro, 2010).

Menurut permendikbud no. 59 tahun 2014 rasa ingin tahu merupakan

sikap yang dibentuk dalam pembelajaran biologi kurikulum 2013. Hal ini karena

adanya perubahan paradigma pembelajaran dari siswa yang diberi tahu menjadi

aktif mencari tahu (Chamisijatin et al., 2015). Siswa yang memiliki rasa ingin

tahu terdorong untuk mencari informasi dan mengeksplorasi (Pluck & Johnson,

2011; Goldberg et al., 2015).

2.1.2 Rasa Ingin Tahu Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

Guru dapat memanfaatkan rasa ingin tahu siswa dalam meningkatkan

pembelajaran (Pluck & Johnson, 2011). Rasa ingin tahu menjadi salah satu

kekuatan pendorong utama dalam belajar yang dapat membuat siswa untuk

mempelajari dan menguasai hal-hal baru (Goldberg et al., 2015; Arnone et al.,

2011). Rasa juga memotivasi siswa melakukan kerja ilmiah dalam pembelajaran

seperti melakukan observasi, membuat hipotesis, melakukan eksperimen,

mengumpulkan dan menganalisis data dan mempresentasikan laporan (Machin,

2014).

Siswa berorientasi rasa ingin tahu bisa menjadi yang terbaik dari berbagai

mata pelajaran sekolah, karena mereka lebih mudah meningkatkan motivasi

intrinsik daripada siswa dengan orientasi motivasi yang lain. Siswa dengan

9

orientasi rasa ingin tahu menikmati kebebasan belajar mereka dalam mencari

penjelasan fenomena yang diamati, melakukan diskusi, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan oleh guru. Mereka memiliki semangat yang tinggi terhadap

pelajaran yang dibahas dan mereka memiliki kemampuan untuk memotivasi siswa

yang lain agar tertarik, sehingga siswa berorientasi rasa ingin tahu bisa menjadi

pemimpin dalam diskusi kelompok mereka (Zoldosova & Prokop, 2006). Reio

(1997) dalam hasil penelitiannya menunjukkan rasa ingin tahu dapat

meningkatkan pembelajaran yang terkait dengan proses sosialisasi.

2.1.3 Rasa Ingin Tahu sebagai Fondasi Tiga Kualitas Pelajar

Rasa ingin tahu mendahului pengetahuan yang bermakna sehingga

membuat siswa fokus terhadap kebutuhan belajar mereka (Loewy, 1998;

Zoldosova & Prokop, 2006). Binson (2009) menyatakan siswa yang memiliki rasa

ingin tahu belajar lebih banyak tentang apa yang mereka pelajari sehingga mereka

memiliki pemahaman yang lebih luas dan mampu mengkomunikasikan

pengetahuan mereka dengan lebih baik, oleh karena itu dia menyebut rasa ingin

tahu sebagai fondasi dari 3 kualitas pelajar sebagaimana ditunjukkan pada

Gambar 2.1. Hasil tinjauan Binson (2009) tersebut didukung oleh hasil penelitian

Stumm et al., (2011) yang membuktikan rasa ingin tahu menjadi faktor penentu

prestasi akademik siswa.

Gambar 2.1 Rasa ingin tahu sebagai fondasi dari 3 kualitas pelajar (Binson,

2009)

10

Menurut Binson (2009) rasa ingin tahu mendorong siswa untuk

memasukkan informasi sebanyak-banyaknya melalui kegiatan input read dan

listen well. Mays (1969) dalam hasil penelitiannya menunjukkan rasa ingin tahu

berhubungan positif terhadap pemahaman bacaan. Binson (2009), lebih lanjut

menyatakan bahwa kegiatan input read dan listen well yang dilakukan oleh siswa

menjadi dasar siswa untuk berpikir. Semakin baik informasi yang dimasukkan,

maka semakin baik pula proses berpikir siswa/ process think well. Process think

well yang dapat menghasilkan produk pemikiran dengan baik akan mendukung

siswa untuk mengkomunikasikannya dengan baik/ output communicate well.

Kegiatan input read dan listen well, process think well, dan output

communicate well yang didasari rasa ingin tahu secara umum sama dengan

langkah pembelajaran berbasis pendekatan santifik yang menuntut adanya

kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan

(Megawati et al., 2015).

2.2 Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik

Pembelajaran biologi kurikulum 2013 harus sesuai dengan standar

nasional pendidikan (Sudirgayasa et.al., 2014). Pada permendikbud no. 59 tahun

2014, Kemendikbud mengehendaki pembelajaran biologi kurikulum 2013

menggunakan pendekatan saintifik yang menuntut aktivitas belajar siswa.

Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan siswa yang menghasilkan perubahan

pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan sebagai latihan yang disengaja

(Hia, 2013). Menurut Permendikbud no. 103 tahun 2014 pembelajaran merupakan

proses interaksi antar peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, sedangkan pendekatan saintifik

11

merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi

proses pembelajaran mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba,

menalar, dan mengomunikasi. Aktivitas siswa dalam pembelajaran biologi

berbasis pendekatan saintifik dapat diartikan sebagai aktivitas mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba, menalar, dan mengomunikasikan

siswa dalam pembelajaran biologi yang menimbulkan interaksi antar siswa, siswa

dengan guru, dan siswa dengan sumber belajar.

Pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik mengedepankan siswa

untuk mendapatkan ilmu pengetahuan melalui proses inkuiri yang didasarkan

pada bukti-bukti empiris yang dapat diukur dan diobservasi (Machin, 2014;

Atsnan & Gazali, 2013). Proses inkuiri memiliki relevansi dengan hakikat sains

yang mengarahkan siswa untuk mengetahui bagaimana metode yang tepat dalam

memperoleh pengetahuan secara ilmiah (Marjan et al., 2014). Metode ilmiah

tersebut digunakan para ilmuwan untuk mendapatkan fakta, konsep, dan prinsip

biologi secara ilmiah. Adanya pendekatan secara ilmiah ini membuat siswa tidak

lagi bergantung seutuhnya pada informasi yang diberikan guru sehingga

pembelajaran biologi menjadi lebih bermakna. Hal ini menjadikan pendekatan

saintifik sangat sesuai diterapkan dalam pembelajaran biologi (Marjan et al.,

2014; Machin, 2014; Hosnan 2014). Kesesuaian ini diperkuat dengan hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran biologi berbasis pendekatan

saintifik meningkatkan berpikir kreatif (Nurlatifah, 2015), ketrampilan proses

sains (Marjan et al., 2014), dan hasil belajar siswa (Jayanti, 2015).

Para ilmuwan dalam menggunakan metode ilmiah lebih mengedepankan

penalaran induktif daripada penalaran deduktif. Penalaran deduktif mengarahkan

12

para ilmuan untuk menarik kesimpulan khusus setelah mengamati fenomena

umum, sedangkan penalaran induktif mengarahkan ilmuan untuk menarik

kesimpulan umum setelah mengamati fenomena khusus (Kemendikbud 2013).

Penggunaan penalaran induktif ini juga dapat diimplementasikan dalam

pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik. Sebagaiamana permendikbud

no. 103 tahun 2014, pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik terdiri dari

aktivitas belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/ mencoba,

menalar, dan mengkomunikasi.

2.2.1 Mengamati

Mengamati merupakan ketrampilan proses sains paling dasar yang

menggunakan indera untuk mengumpulkan informasi tentang suatu objek atau

peristiwa (Padilla, 1990; Ergül, et al,. 2011; Sheeba et al., 2013). Pengamatan

hanyalah sebuah catatan pengalaman sensorik (Sheeba et al., 2013). Kegiatan

mengamati mengedepankan pengamatan langsung terhadap objek yang akan

dipelajari. Peserta didik melalui pengamatan akan menemukan adanya hubungan

antara objek yang diamati dengan materi pembelajaran yang akan dibahas dalam

pembelajaran (Hosnan, 2014). Mengamati sangat bermanfaat untuk pemenuhan

rasa ingin tahu siswa, sehingga membuat proses pembelajaran memiliki

kebermaknaan yang tinggi (Kemendikbud, 2013).

Kualitas mengamati siswa mengacu pada permendikbud no. 103 tahun

2014. Menurut Permendikbud no. 103 tahun 2014 kegiatan mengamati dapat

dilakukan dengan membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan

sebagainya baik dengan atau tanpa alat. Bentuk dan hasil belajar pada kegiatan

mengamati berupa perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu

13

tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati,

kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati.

2.2.2 Menanya

Mengajukan pertanyaan dapat menguatkan pikiran, kegiatan, dan hasil

pembelajaran (Adams, 2010). Pertanyaan menjadi dasar siswa untuk mencari

informasi lebih lanjut dari satu atau berbagai sumber (Machin, 2014). Kualitas

menanya siswa mengacu pada permendikbud no. 103 tahun 2014. Menurut

Permendikbud no. 103 tahun 2014 kegiatan menanya dapat dilakukan dengan

membuat dan mengajukan pertanyaan, melakukan tanya jawab, melakukan

diskusi tentang informasi yang belum dipahami atau informasi tambahan yang

ingin diketahui. Bentuk dan hasil belajar pada kegiatan ini berupa jenis, kualitas,

dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual,

konseptual, prosedural, dan hipotetik). Kegiatan bertanya dapat membangkitkan

rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik

pembelajaran sehingga mendorong peserta didik untuk aktif belajar

(Kemendikbud, 2013).

Menurut Graesser & Person (1994) kuantitas dan kualitas pertanyaan

siswa dapat dipengaruhi oleh tiga tingkat hambatan yang berbeda. Hambatan

pertama, siswa mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi kekurangan

pengetahuan mereka sendiri. Siswa dalam hal ini mengalami kesulitan dalam

mendeteksi informasi yang kontradiktif, mengidentifikasi data hilang yang

diperlukan untuk menyelesaiakan permasalahan, dan membedakan secara

berlebihan dari informasi yang diperlukan. Hambatan kedua adalah hambatan

yang berkaitan dengan social editing, misalnya siswa merasa kehilangan status

14

saat pertanyaan buruk ditanyakan. Hambatan ketiga berkaitan dengan defisit

memperoleh ketrampilan dalam mengajukan pertanyaan yang baik. Misalnya,

guru tidak semuanya dapat menjadi panutan yang baik dalam mengajukan

pertanyaan.

2.2.3 Mengumpulkan Informasi/Mencoba

Kualitas mengumpulkan informasi/ mencoba siswa mengacu pada

permendikbud no. 103 tahun 2014. Menurut permendikbud no. 103 tahun 2014,

dalam kegiatan ini siswa dapat melakukan eksplorasi, mencoba, berdiskusi,

mendemonstrasikan, meniru bentuk/ gerak, melakukan eksperimen, membaca

sumber selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket,

wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/ mengembangkan. Bentuk dan hasil

belajar pada kegiatan ini berupa jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/

digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan

instrumen/ alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.

Peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan yang berkaitan

dengan materi pembelajaran sains agar mereka dapat memperoleh hasil

pembelajaran yang nyata (Kemendikbud, 2013). Melakukan percobaan termasuk

ketrampilan proses sains yang terintegrasi (Padilla, 1990; Ergül, et al,. 2011;

Sheeba et al., 2013). Mencoba menuntut ketrampilan proses sains yang lain,

termasuk menanyakan pertanyaan yang tepat, menentukan hipotesis,

mengidentifikasi dan mengontrol variabel, mendefinisikan variabel operasional,

merancang sebuah eksperimen yang tepat, melakukan percobaan, dan menafsirkan

hasil percobaan (Padilla, 1990; Sheeba et al., 2013). Siswa yang tidak memiliki

keterampilan dasar tidak bisa meningkatkan keterampilan melakukan percobaan

15

dengan mudah (Ergül et al., 2011). Kegiatan mencoba dapat mengembangkan

kemampuan siswa dalam mengumpulkan informasi serta dalam bersikap jujur dan

teliti (Hosnan, 2014).

2.2.4 Menalar

Menalar (associating) bisa diartikan sebagai proses berpikir logis dan

sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

simpulan berupa pengetahuan (Hosnan, 2014). Menurut Barrows sebagaimana

dikutip oleh Paidi (2008) ketrampilan berpikir dan menalar mencakup

kemampuan memecahkan masalah, metakognitif, dan berpikir kritis.

Kualitas menalar siswa mengacu pada permendikbud no. 103 tahun 2014.

Menurut permendikbud no. 103 tahun 2014 kegiatan ini dapat dilakukan dengan

mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk

membuat kategori, menalar atau menghubungkan fenomena/ informasi yang

terkait dalam rangka menemukan suatu pola hingga didapatkan suatu kesimpulan.

Bentuk dan hasil belajar ini berupa pengembangan interpretasi, argumentasi dan

kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/ konsep, interpretasi

argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/ konsep/

teori, sintesis, dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis

fakta/ konsep/ teori/ pendapat; pengembangan interpretasi, struktur baru,

argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/ konsep/ teori

dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; pengembangan interpretasi,

struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/ teori/ pendapat yang

berbeda dari berbagai jenis sumber.

16

2.2.5 Mengkomunikasikan

Mengkomunikasi merupakan ketrampilan proses sains dasar dengan

menggunakan kata-kata atau symbol grafik untuk menggambarkan suatu tindakan,

objek, atau kejadian (Padilla, 1990; Ongowo & Indoshi, 2015). Proses ini

sebenarnya juga mengacu pada sekelompok keterampilan, yang semuanya

mewakili beberapa bentuk pelaporan data yang sistematis, seperti tabel, diagram

dan grafik (Sheeba, 2013).

Kualitas mengkomunikasi siswa mengacu pada permendikbud no. 103

tahun 2014. Menurut permendikbud no. 103 tahun 2014 kegiatan ini dapat

dilakukan dengan menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik;

menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan

kesimpulan secara lisan. Bentuk dan hasil belajar pada kegiatan ini bisa berupa

penyajian hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan,

grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain.

Siswa tidak semuannya mampu mengkomunikasikan pengetahuan mereka

secara efektif, hal ini karena komunikasi efektif dipengaruhi oleh beberapa

hambatan seperti hambatan proses, hambatan fisik, hambatan semantik, dan

hambatan psikososial (Lunenburg, 2010). Guru dapat memberikan klarifikasi

terhadap pengetahuan yang telah dikomunikasikan oleh peserta didik sehingga

dengan demikian peserta didik mengetahui tentang kebenaran jawaban mereka

(Hosnan, 2014).

Materi respirasi sebagaiamana diatur dalam Permendikbud no. 59 tahun

2014, merupakan salah satu materi yang dipelajari dalam pembelajaran biologi

berbasis pendekatan saintifik di kelas XI. Pembelajaran materi ini dilakukan

17

dengan pengamatan dan percobaan yang lebih banyak menuntut keaktifan siswa

dalam melakukan ketrampilan proses sains. Siswa juga dituntut mempelajari

materi ini melalui studi literatur dan simulasi. Hal ini berdasarkan kompetensi

dasar 3.8, yang menuntut siswa untuk menganalisis hubungan antara struktur

jaringan penyusun organ pada sistem respirasi dan mengaitkannya dengan

bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan proses pernapasan serta gangguan

fungsi yang mungkin terjadi pada sistem respirasi manusia melalui studi literatur,

pengamatan, percobaan, dan simulasi. Berdasarkan kompetensi dasar 4.8, siswa

juga dituntut untuk menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan

fungsi jaringan organ respirasi yang menyebabkan gangguan sistem respirasi

manusia melalui berbagi bentuk media presentasi.

18

2.3 Kerangka Berpikir

Gambar 2.2 Kerangka berpikir kontribusi tingkat tingkat rasa ingin tahu terhadap kualitas aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik

2.4 Hipotesis

Dua hipotesis dalam penelitian yaitu

(1) Tingkat rasa ingin tahu berkontribusi positif terhadap kualitas aktivitas siswa

dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.

(2) Dimensi rasa ingin tahu berkontribusi semua terhadap dimensi aktivitas siswa

dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.

� Bagaiamana kontribusi tingkat rasa ingin tahu terhadap kualitas aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik?

� Apakah dimensi rasa ingin tahu berkontribusi semua terhadap dimensi aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik?

Permendikbud no. 59 tahun 2014 mengatur pemanfaatan rasa ingin tahu dalam pembelajaran biologi berbasis pendekatan saintifik

Rasa Ingin Tahu � Dasar pembelajaran K-13 � Meningkatkan pembelajaran � Memotivasi kerja ilmiah � Fondasi dalam mengumpulkan

informasi, befikir, dan mengkomunikasi dengan baik

Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Respirasi berbasis Pendekatan Saintifik � Aktivitas belajar 5 M � Mengedepankan proses inkuiri � Menuntut ketrampilan proses sains � Memanfaatkan rasa ingin tahu siswa

Pendekatan saintifik sesuai diterapkan dalam pembelajaran biologi � Menciptakan pembelajaran yang bermakna

� Meningkatkan ketrampilan berpikir kritis, ketrampilan proses sains, dan hasil belajar siswa

� Tingkat rasa ingin tahu berkontribusi positif terhadap kualitas aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.

� Dimensi rasa ingin tahu berkontribusi semua terhadap dimensi aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.

54

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat rasa ingin tahu siswa berkontribusi positif terhadap kualitas

aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.

Rasa ingin tahu mendorong siswa untuk mengamati, menanya, dan

mengumpulkan infomasi/mencoba, sehingga membuat siswa dapat

menalar dan mengkomunikasikan pengetahuan mereka dengan lebih baik.

2. Dimensi rasa rasa ingin tahu berkontribusi semua terhadap dimensi

aktivitas siswa dalam pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik.

Dimensi yang paling berkontribusi yaitu (1) upaya menemukan jawaban

rasa ingin tahu terhadap aktivitas mengamati; (2) upaya mencari tahu

terhadap aktivitas menanya. Dimensi yang paling kurang berkontribusi

yaitu upaya mencari sumber terhadap aktivitas menanya.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan diatas, maka saran yang diajukan sebagai berikut.

1. Pada penelitian selanjutnya lebih baik dilakukan di banyak sekolah yang

dapat mengadakan pembelajaran respirasi berbasis pendekatan saintifik,

sehingga diperoleh sampel dengan taraf kepercayaan 95% dari SMA/ MA

se-Kabupaten Kudus. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran

aktivitas belajar siswa yang lebih beragam.

55

2. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk mengukur hasil belajar

kognitif siswa sebagai perolehan rasa ingin tahu siswa.

3. Guru direkomendasikan untuk memanfaatkan rasa ingin tahu siswa untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran respirasi

berbasis pendekatan saintifik. Guru dapat menampilkan video/ media

visual lainnya yang menarik, memberi penjelasan yang kurang lengkap,

dan atau memberi pertanyaan di awal kegiatan pembelajaran untuk

memunculkan rasa ingin tahu siswa.

56

DAFTAR PUSTAKA

AAAS. 2009. Benchmarks On-line. Tersedia di http://www.project2061.org/. [diakses 08-11-2015]

Adams, M. 2010. The Practical Primacy of Questions in Action Learning. Action Learning and Its Applications, Present and Future.

Arnone, M.P., R.V. Small, S.A. Chauncey, & H.P. McKenna. 2011. Curiosity, Interest and Engagement in Technology-Pervasive Learning Environments a New Research Agenda. Education Tech Research Development, 59(2): 181–198.

Atsnan, M. F. & R. Y. Gazali. 2013. Penerapan Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran Matematika Smp Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan). Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Yogjakarta: Universitas Negeri Yogjakarta.

Barot Y. K. 2013. A Study of Scientific Attitudes of Students of Secondary Level in Context of Certain Variables. IJRE: 2(1): 60-67

Binson, B. 2009. Curiosity-Based Learning (CBL) Program. US-China Education Review, 6(12): 13-22.

Candrasekaran, S. 2013. Developing Scientific Attitude, Critical Thinking and Creative Intelligence of Higher Secondary School Biology Students by Applying Synectics Techniques. ijhssi, 3(6)1-8

Capraro, M. M. & R. M. Capraro. 2010. Understanding, Questioning, and Representing Mathematics: What Makes a Difference in Middle School Classrooms?, RMLE Online, 34(4):1-19

Chamisijatin, L., S. Zaenab, & Sukarsono. 2015. Implementasi Lesson Study untuk Meningkatkan Pelaksananaan Pendekatan Scientific Guru IPA SMP Muhammadiyah 6 Kabupaten Malang. Jurnal Inovasi Pembelajaran, 1(1):47-60

Choukade, G. G., & M. M. Uplane,. 2013. Improving Scientific Attitude Through Game Based Learning. Srjis.

Creswell, J. W. 2012. Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Boston: Pearson

Damanik, D.P. & N. Bukit. 2013. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah pada Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training (IT) dan Direct Instruction (DI). Jurnal Online Pendidikan Fisika, 2 (1):16-25.

Dinwoodie, R. L. 2011. Curiosity in the Lives of Non-Science and Science Professors and and Students. Theses and Dissertations: The University of Toledo

57

Dowdy, S., S. Weardon, D. Chilko. 2004. Statistics for Research. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Ergül, Remziye, Y. Simsekli, S Çalis, Z. Özdilek, S. Göçmençelebi, M. Sanli 2011. The Effects Of Inquiry-Based Science Teaching on Elementary School Students’ Science Process Skills and Science Attitudes. Bulgarian Journal of .Science and Education Policy, 5(1): 48-68

Field, A. 2013. Discovering Statistics Using IBM SPSS Statistics. New Delhi: Sage Publication

Goldberg, S., A. Gibbs, B. M. C. Aguado & M. Munoz. 2015. Enhancement of Memory Through Curiosity-Driven Learning. Eukaryon, 11.

Graesser A. C. & N. K. Person. 1994. Question Asking During Tutoring. American Educational Research Journal, 31(1):104-137.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ismail. 2016. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah. Jurnal Edukasi, 2(1):30-43.

Hia, Y. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII. Jurnal Generasi Kampus, 6(2): 51-62.

Jayanti. 2015. Implementasi Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan di Kelas VIII SMP Negeri 11 Gorontalo. Skripsi. Gorontalo: FMIPA Universitas Negeri Gorontalo

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kemendikbud.

Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.

Lunenburg, F. C. 2010. Communication: The Process, Barriers, and Improving Effectiveness. Schooling, 1(1): 1-11

Loewy, E.H. 1998. Curiosity, Imagination, Compassion, Science and Ethics Do Curiosity and Imagination Serve a Central Function. Health Care Anal, :286-294.

Luce, M. R. & S. His. 2015. Science-Relevant Curiosity Expression and Interest in Science: An Exploratory Study. Science Education, 99(1):70-97

Machin A. 2014. Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter dan Konservasi pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan. JPII, 3(1): 28-35 Tersedia di http://journal.unnes.ac.id/nju/ (diakses 20 Agustus 2015).

58

Marjan, J., I.B.P. Arnyana, & I.G.A.N. Setiawan. 2014. Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Saintifik Terhadap Hasil Belajar Biologi dan Keterampilan Proses Sains Siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong- Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, 4.

Mays, S. C. 1969. Curiosity in The Reading Encounter, an Experimental Study of the Effect of Selected Questioning Procedures on Curiosity and on Reading Comprehension. Disertasi. North Texas: North Texas State University

Megawati, D. A. T., I.W. Wiarta, & I. B. S. Manuaba. 2015. Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Penilaian Proyek untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Hasil Belajar Pengetahuan Matematika Siswa Kelas IVB SD. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 3(1).

Mukhopadhyay, R. 2014. Scientific Attitude-Some Psychometric Consideration. IOSR-JHSS, 19(1): 98-100

Nurlatifah, D. 2015. Pengaruh Implementasi Scientific Approach Bermuatan Nilai dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa. Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Ongowo, R.O. & F. C. Indoshi. 2013. Science Process Skills in the Kenya Certificate of Secondary Education Biology Practical Examinations. SciRes, 4(11):713-717

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan [Permendikbud] RI Nomor 59 Tahun 2014. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan [Permendikbud] RI Nomor 103 Tahun 2014. Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Padilla, M. J. 1990. The Science Process Skill. Research Matters-to Science Teacher, 9004.

Pluck, G. & H. Johnson. 2011. Stimulating Curiosity To Enhance Learning. GESJ: Education Science and Psychology, 19(2): 24-31.

Richards, J.B., J. Litman & D.H. Roberts. 2013. Performance Characteristics of Measurement Instruments of Epistemic Curiosity in Third-Year Medical Students. Medical Science Educator, 23(3): 355-363

Reio, T. G., Jr., 1997. Effects Of Curiosity On Socialization-Related Learning and Job Performance in Adults. Disertasi. Virginia: Virginia Polytechnic Institute and State University

59

Sheeba, M. N. 2013. An Anatomy Of Science Process Skills in The Light Of The Challenges to Realize Science Instruction Leading to Global Excellence in Education. Educationa Confab, 2(4):108-123

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methodes). Bandung: Penerbit Alfabeta

Sudirgayasa, I.G., I.W. Suastra, & N.P. Ristiati. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Nature of Science (NOS) Terhadap Kemampuan Aplikasi Konsep Biologi Dan Pemahaman Nos Siswa Dalam Pembelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Marga. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan IPA, 4.

Stumm, S.V., B. Hell, & T. Chamorro-Premuzic. 2011. The Hungry Mind Intellectual Curiosity Is the Third Pillar of Academic Performance. Perspectives on Psychological Science 6(6): 574 –588

Zoldosova, K. & P. Prokop. 2006. Analysis Of Motivational Orientations In Science Education. International Journal of Science and Mathematics Education, 2006(4): 669-688