tesis alfian zulkarnain (1)

159
Universitas Indonesia "" UNIVERSITAS INDONESIA STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN BELITUNG TESIS ALFIAN ZULKARNAIN NPM : 1106111760 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK KEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH JAKARTA JANUARI, 2013

Upload: qaryati-bint-tjik-oni

Post on 21-Oct-2015

240 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia!

""!

UNIVERSITAS INDONESIA

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

DI KABUPATEN BELITUNG

TESIS

ALFIAN ZULKARNAIN

NPM : 1106111760

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

KEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH

JAKARTA

JANUARI, 2013!

Page 2: tesis alfian zulkarnain (1)
Page 3: tesis alfian zulkarnain (1)
Page 4: tesis alfian zulkarnain (1)
Page 5: tesis alfian zulkarnain (1)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta memudahkan dan memberikan kekuatan

penulis dalam menyelesaikan kuliah dan tesis ini sebagai tugas akhir untuk

memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Program Magister Perencanaan dan

Kebijakan Publik (MPKP) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Selama menimba ilmu dan menyusun tesis, penulis banyak dibantu dan

dimotivasi oleh berbagai pihak. Untuk itu sudah sepantasnya penulis ucapkan terima

kasih kepada:

1. Kepala Pusbindiklatren Bappenas yang telah berkenan memberikan beasiswa

kepada penulis;

2. Gubernur Kepulauan Bangka Belitung yang telah memberikan ijin tugas belajar

kepada penulis untuk mengikuti pendidikan strata-2 beasiswa Pusbindiklatren

Bappenas;

3. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang telahh memberikan

kami peluang untuk menjalani pendidikan strata-2 beasiswa Pusbindiklatren

Bappenas;

4. Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selaku

atasan langsung yang telah memberikan dorongan untuk melanjutkan studi dan

menyelesaikan tugas belajar ini dengan sebaik-baiknya;

5. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung;

6. Bapak Arindra A. Zainal, Ph.D. selaku Ketua Program MPKP-FEUI dan Bapak

Dr. Andi Fahmi Lubis S.E., M.E. selaku Sekretaris Program MPKP FE-UI yang

juga selaku pembimbing penulis;

7. Prof. Sulastri Surono,Ph.D. dan Bapak Nurkholis, SE., M.SE. selaku penguji,

Bapak DR. Ir. Widyono Soetjipto selaku pembimbing, seluruh dosen pengajar

MPKP-FEUI yang dengan penuh kesabaran dan perhatian memberikan ilmunya,

seluruh tim akademik Program MPKP yang selalu membantu permasalahan

administrasi mahasiswa;

8. Seluruh Angkatan XXV PB Bappenas Salemba; Penunggu setia warung kopi

(Yeyen, Imau, Bastian, Pendri, Ricky, Ridwan, Kang Aceng, Uci dan Para

Empus), Penunggu 1.4. (Mas Parhan, Jeng Santi, Bang Tam-Tam, Mama Rista

Dedeh, Romi’at, Mbak Qori, Mbak Wahyu, Iskandar, Maiza, Mia dan Daus Sang

Konspirator), Rekan satu bimbingan (Mbak Anne dan Mbak Lili), Trio BRA

(Bubu dan Rey);

9. Rekan-rekan seperjuangan dari Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung yang sedang menempuh studi, Bang andi dan Pak Nu;

10. Rekan-rekan kerja dari BKD terutama Pak De Rudi, rekan-rekan di

DISKOMINFO dan rekan-rekan di Bappeda terutama Bapak Nazalius selaku

Kepala Badan;

11. Rekan-rekan Wisma Bougenvil Belitung yang selalu menerima saya dan

memberikan pinjaman motor selama di Belitung;

Page 6: tesis alfian zulkarnain (1)

12. Yang tidak akan pernah bisa penulis lupakan dukungan moril, materil dan doa

dari keluarga besar M.Zain (Mama, Bang Arief, Yuk Rini, Bang Gun, Bang Iin

dan Yuk Ita) dan calon teman hidup yang bakalan tidak pernah bosan mendengar

suara mesin kapal Trisnawati;

13. Dan kepada semua pihak yang telah membantu, namun tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu, semoga Allah Swt membalasnya.

Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam penulisan tesis ini, karena itu

segala kritik, saran dan masukan akan sangat berguna bagi penulis dan penelitian

sejenis di masa mendatang.

Jakarta, Januari 2013

Penulis,

Alfian Zulkarnain

Page 7: tesis alfian zulkarnain (1)
Page 8: tesis alfian zulkarnain (1)

vii Universitas Indonesia!

ABSTRAK

Nama

Program Studi

Judul

:

:

:

Alfian Zulkarnain

Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik

Strategi dan Kebijakan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten

Belitung

Tesis ini membahas tentang strategi kebijakan pengembangan pariwisata di

Kabupaten Belitung. Pengembangan pariwisata diharapkan dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Strategi pengembangan pariwisata diperoleh dengan

menggunakan pendekatan SWOT, sedangkan kebijakan pengembangan pariwisata

diperoleh dengan menggunakan pendekatan AHP. Data diperoleh dari wawancara

langsung kepada stakeholder terkait. Hasil Perhitungan SWOT menunjukan strategi

WO merupakan strategi utama yang harus dilakukan oleh PEMDA Kabupaten

Belitung. Sedangkan hasil perhitungan AHP menunjukan bahwa prioritas utama

strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung adalah Pengembangan

Destinasi Wisata dengan bobot 43%. Hambatan utama dalam pengembangan

pariwisata di Kabupaten Belitung adalah Lemahnya Kelembagaan. Sedangkan

altenative kebijakan yang menjadi prioritas adalah optimalisasi destinasi dan atraksi

wisata yang sudah ada dengan bobot prioritas sebesar 35,5%.

Kata kunci: Perencanaan, Pariwisata, SWOT, AHP

ABSTRACT

Name

Study Program

Title

:

:

:

Alfian Zulkarnain

Master of Planning and Public Policy

Strategy and Policy of Tourism Development in Kabupaten

Belitung

The focus of this study is Policy and Strategy of Tourism Development in Belitung

District. Tourism is supposed to increase the welfare of the local community.

Tourism development strategy is obtained by using the SWOT approach, while the

policy of tourism development is obtained by using the AHP approach. Data obtained

from the interviews to the relevant stakeholders. SWOT results indicate that

Weaknesses-Opportunity (WO) strategy is the main strategy that should be adopted

by PEMDA of District Belitung. The results of the AHP calculations show that

priority of tourism development strategy is the development of tourism destinations

with a 43% . The greatest impediment is the instutional weaknesses. While policy

priority is to optimize the destinations and attractions that already exist with priority

weight 35.5%.

Key words:

Planning, Tourism, SWOT, AHP

Page 9: tesis alfian zulkarnain (1)

viii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.......................................

HALAMAN ORISINALITAS……………………………………………….

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................

KATA PENGANTAR ….….………………………………………………...

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……………...

ABSTRAK .………………………………………………………………….

DAFTAR ISI …………………..…………………………………………….

DAFTAR GAMBAR …………..…………………………………………….

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

1. PENDAHULUAN …………..………………………………………........

1.1. Latar Belakang ………………………………………..…………………

1.2. Rumusan Masalah …...………………………….…….………................

1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………………..

1.4. Metodologi dan Batasan Penelitian………………………………………

1.6. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………..

1.7. Sistematika Penulisan……………………………………………………

2. TINJAUAN LITERATUR ………………………………………………

2.1. Pengertian wisata, pariwisata, kepariwisataan, Destinasi Pariwisata,

wisatawan………………………………………………………………...

2.2. Jenis Pariwisata …...…………………………………………………….

2.3. Pariwisata Sebagai Industri…...…………………………………………

2.4. Permintaan dan Penawaran Pariwisata………...………………………..

2.5. Pariwisata dengan Pembangunan Ekonomi…...………………………...

2.6. Strategi Pengembangan Pariwisata……...………………………………

2.7. Konsep Perencanaan Kebijakan…………………………………………

2.8. Penelitian Terdahulu……...……………………………………………..

2.9. Kerangka Konsep Penelitian…………………………………………….

3. METODOLOGI PENELITIAN …………………….……………...…...

3.1. Metode Penelitian………………………………………………………..

3.2. Sumber Data..……………………………………………………………

3.3. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………

3.3.1. Wawancara…………………………………………………………….

3.3.2. Dokumentasi.………………………………………………………….

3.3.3. Survey………………………………………………………………….

3.4. Teknik Sampling…………………………….…………………………..

3.5. Instrumen Penelitian..……………………………………………………

3.5.1. SWOT…………………………………………………………………..

3.5.2. Analytical Hierarchy Process (AHP)…………………………………..

3.5.2.1. Kelebihan Kelemahan AHP....……………………………………….

3.6. Teknik Analisis Data…………………………………………………….

3.7. Pemilihan Metode SWOT dan AHP dalam Penelitian…..………………

3.8. Acuan Hirarki……..……………………………………………………..

4. GAMBARAN UMUM …………........…………………….……………...

4.1. Gambaran Umum..…………………….…………………………………

I

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

x

xi

xii

1

1

6

7

7

8

8

9

10

14

15

18

21

22

22

24

25

28

28

28

29

29

29

29

30

30

30

34

37

38

39

40

42

42

Page 10: tesis alfian zulkarnain (1)

! ix! Universitas Indonesia

4.1.1 Keadaan Geografis……..……………………………………………….

4.1.2 Keadaan Infrastruktur …………………………………………………..

4.1.3 Keadaan Ekonomi ……………………………………………………...

4.2. Visi dan Misi……..………………………………………………………

4.2.1. Visi………………..……………………………………………………

4.2.2. Misi………………..……………………………………………………

5. ANALISA DAN PEMBAHASAN ….……………………………………

5.1 Analisa SWOT..……..……………….…………………………………...

5.5.1. Perumusan Faktor Internal dan Eksternal...……………………………

5.5.2. Penyusunan Kuesioner SWOT…………....……………………………

5.2. Hasil Perhitungan Analisis SWOT……….....……………………………

5.3. Evaluasi Strategi………………………….....……………………………

5.3.1. Analisis IFAS-EFAS……………………...……………………………

5.3.2. Perumusan Strategi……………………......……………………………

5.4. Analytical Hierarchy Process (AHP) ......………………………………..

5.4.1. Penentuan Kombinasi Strategi yang dipilih……………………………

5.4.2. Profil Responden......…………………………………………………...

5.5. Hasil dan Pembahasan AHP……………………………………………...

5.5.1. Skenario....…………………………………………………..................

5.5.2. Hambatan..…………………………………………………..................

5.5.3. Pelaku........…………………………………………………..................

5.5.4. Kebijakan..…………………………………………………..................

5.5. Uji Sensitivitas.………………………………………………..................

5.6. Keterbatasan Kajian…………..………..………………………...............

6. KESIMPULAN DAN SARAN ………......………………………...…….

6.1. Kesimpulan……………………………………………….........................

6.1.1. Weakness(Kelemahan)…………………………………........................

6.1.2. Threatness (Ancaman)…….……………………………........................

6.1.3. Strategi……………...…….……………………………........................

6.1.4. Prioritas Kebijakan…….….……………………………........................

6.2. Saran…………………..…….……………………………........................

DAFTAR PUSTAKA……..…….……………………………........................

42

43

45

46

46

46

48

48

48

52

52

53

56

59

63

63

65

66

67

69

72

74

79

80

81

81

81

82

84

85

85

88

Page 11: tesis alfian zulkarnain (1)

x Universitas Indonesia!

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar 2.3

Gambar 2.4

Gambar 3.1

Gambar 4.1

Gambar 5.1

Gambar 5.2

Gambar 5.3

Gambar 5.4

Klasifikasi Orang yang Melakukan Perjalanan……….. ………….

Sistem Kepariwisataan …………………………………………….

Penawaran dan Permintaan Pariwisata………………………….…

Kerangka Konsep Penelitian ………………………….…………..

Hirarki Strategi Pengembangan Pariwisata Kab. Belitung.……….

Peta Kabupaten Belitung dan Obyek Wisata ..................................

Hasil Prioritas Global AHP Strategi Pengembangan Pariwisata…..

Model Kelembagaan Pembangunan……………………………….

Hasil Prioritas Kebijakan…..………………………………………

Grafik Uji Sensitivitas………………………... …………………..

13

18

21

27

40

42

66

70

74

79

Page 12: tesis alfian zulkarnain (1)

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!xi Universitas Indonesia!

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1

Tabel 1.2

Tabel 1.3

Tabel 3.1

Tabel 3.2

Tabel 4.1

Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 5.1

Tabel 5.2

Tabel 5.3

Tabel 5.4

Tabel 5.5

Tabel 5.6

Tabel 5.7

Tabel 5.8

Tabel 5.9

Tabel 5.10

Kawasan Pariwisata Pantai di Kab. Belitung……….. ……………...

Data Wisatawan……………………………………….. ……………

PAD Kabupaten Belitung………....…………………………………

Indikator Faktor Internal dan Eksternal Analisa SWOT ....................

Matriks Interaksi IFAS dan EFAS………. …………………………

Kondisi Geografis ……….……….……….……….……….……….

Jumlah dan Kepadatan Penduduk ……….……….…………………

PDRB Kabupaten Belitung Atas Dasar Harga Konstan ....................

Faktor Internal ……….……….……….……….……….…………..

Faktor Eksternal ……….……….……….……….……….…………

Penilaian Bobot IFAS Strenght ……….……….……….……….….

Penilaian Bobot IFAS Weakness ……….……….……….…………

Penilaian Bobot EFAS Oportunity ……….……….……….……….

Penilaian Bobot EFAS Threats ……….……….……….……….….

Latar Belakang Responden …..…………………………………….

Tabel Penduduk Register Depati Tahun 1851 …………………….

Realisasi Anggaran Dinas Pariwisata Tahun 2011 …………………

Jumlah Hotel di Kabupaten Belitung………………………………..

4

5

5

32

34

43

43

45

49

50

56

57

58

58

65

68

71

78

Page 13: tesis alfian zulkarnain (1)

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!xii Universitas Indonesia!

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Lampiran 8

Kuesioner SWOT

Matriks Faktor Internal

Matriks Faktor Eksternal

Analisa IFAS dan EFAS

Kuesioner AHP

Hasil Olah Aplikasi Expert Choice

Perhitungan Bobot Global

Hasil Akhir Pengolahan Bobot Global

92

96

97

98

100

143

145

146

Page 14: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"!

BAB 1

PENDAHULUAN

!"! Latar Belakang

Pada tanggal 21 November 2000, berdasarkan Undang-Undang Nomor

27 Tahun 2000, Pulau Belitung bersama dengan Pulau Bangka dimekarkan

menjadi satu provinsi baru dengan nama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Provinsi ini merupakan provinsi ke-31 di Indonesia.

Selanjutnya berdasarkan aspirasi masyarakat dan setelah melalui

berbagai pertimbangan, Kabupaten Belitung dimekarkan menjadi 2 kabupaten

yaitu Kabupaten Belitung beribukota di Tanjungpandan dengan cakupan wilayah

meliputi 5 kecamatan yaitu Kecamatan Tanjungpandan, Kecamatan Membalong,

Kecamatan Sijuk, Kecamatan Badau dan Kecamatan Selat Nasik. Sedangkan

Kabupaten Belitung Timur dengan Manggar sebagai ibukotanya dengan cakupan

wilayah meliputi 4 kecamatan.

Pemkab Belitung berencana mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK) dengan penekanan pada bidang pariwisata sebagai sektor unggulan daerah

yang menjadi prioritas kekuatan ekonomi ke depan, disamping bidang perikanan

dan kelautan serta perhubungan. Tiga sektor unggulan ini diharapkan mampu

menopang perekonomian Kabupaten Belitung di masa mendatang. Hal ini

didukung pula dengan pengembangan investasi di kawasan pariwisata untuk

mendukung terwujudnya KEK pariwisata di Kabupaten Belitung.

KEK pariwisata tampaknya memang menjadi prioritas Kabupaten

Belitung. Mengingat Kabupaten Belitung memiliki modal dengan adanya

panorama alam Belitung dengan keindahan pantai-pantai berbatu granit yang

artistik, air laut jernih, dan pantai berpasir yang benar-benar putih. Kabupaten

Belitung menjadi salah satu primadona dan incaran wisatawan lokal maupun

internasional karena banyak memiliki keanekaragaman flora dan fauna serta

kekayaan tradisi dan budaya.

Sektor pariwisata berkaitan secara langsung dan tak langsung dengan

berbagai sektor perekonomian yang memproduksi barang-barang dan jasa-jasa

Page 15: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"!

yang sebagian atau seluruhnya dikonsumsi oleh wisatawan, baik itu wisatawan

mancanegara maupun wisatawan nusantara. Dengan demikian berarti

pertumbuhan sektor pariwisata dapat dianggap sebagai pendorong laju

pertumbuhan sektor-sektor lain termasuk pertanian, perdagangan dan sektor

lainnya. Dampak ekonomis pariwisata yang lintas sektor ini dapat berupa

pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan investasi.

Sektor pariwisata sebagai suatu industri jasa merupakan salah satu

bidang yang diharapkan dapat memberikan andil yang cukup besar dalam

pembangunan daerah Kabupaten Belitung. Kegiatan pariwisata ini bila dikelola

dengan baik dapat menjadi salah satu penyumbang pendapatan yang potensial

dalam pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. Pariwisata bukan hanya

sebagai sumber devisa tetapi juga dapat memperluas kesempatan kerja yang

ditimbulkan dari sejumlah keterlibatan sektor-sektor lain di dalamnya.

Menurut Dahuri (2003) salah satu tipologi pariwisata yang menjadi

alternatif kegiatan bahari saat ini adalah kegiatan ekoturisme (wisata alam) yang

mengandalkan keindahan alam. Dari dimensi ekologis, kegiatan ini jelas

mengandalkan keindahan alam sehingga kegiatan ini akan mendorong tindakan

konservasi untuk mempertahankan daya tarik agar keuntungan ekonomi dari

kegiatan wisata ini dapat dipertahankan. Sementara itu aspek sosial masyarakat

setempat dimana kegiatan ekoturisme ini berlangsung, sering mendapat manfaat

ekonomi dari pengembangan kegiatan jasa pendukung wisata, selain itu juga

gangguan terhadap kehidupan tradisional masyarakat umumnya sangat kecil

sekali.

Pulau Belitung telah ditetapkan sebagai salah satu kawasan andalan

dengan pariwisata sebagai sektor unggulan berdasarkan Rencana Induk

Pembangunan Pariwisata Nasional (RIPPNAS) tahun 2011 karena pantainya yang

indah dan berpasir putih serta gugusan terumbu karang yang terdapat di

sekitarnya dan pulau pulau kecil di sekitarnya. Terkait dengan arahan RIPPNAS

tersebut Pemda Kabupaten Belitung telah menetapkan 25 lokasi kawasan

Pariwisata yang tersebar di seluruh wilayah pantai dan pesisir dikarenakan

keindahan pantainya yang berpasir putih dengan kelestariannya yang masih

terjaga seperti dalam Tabel 1.1. Dari 25 lokasi tersebut, 9 lokasi diantaranya

Page 16: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"!

sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 1990 tentang

Penetapan Kawasan Pantai Tanjung Kelayang, Pantai Tanjung Tinggi dan Pantai

Tanjung Binga sebagai Kawasan Pariwisata dan Peraturan Daerah Nomor 7

Tahun 2001 tentang Penetapan Kawasan Pantai Tanjung Kelayang, Pantai

Tanjung Tinggi dan Pantai Tanjung Binga sebagai Kawasan Pariwisata.

Upaya mempersiapkan kawasan-kawasan tersebut oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Belitung adalah dalam rangka meningkatkan PDRB daerah.

Karena kegiatan pariwisata terkait dengan kegiatan perdagangan, hotel dan

restoran yang pada tahun 1999 telah menyumbang sebesar Rp. 82 milyar (sekitar

15 % PDRB Kabupaten) dengan pertumbuhan sekitar 8,3% per tahun antara tahun

1995-1999. Pada tahun 2010, sektor pariwisata menyumbang sebesar Rp 199,8

milyar ( sekitar 16% PDRB berdasarkan harga konstan Kabupaten) dengan

pertumbuhan sekitar 4,4% per tahun antara tahun 2005-2010. Dari kedua periode

ini secara nominal terjadi peningkatan pada sektor pariwisata akan tetapi terjadi

penurunan pada persentase laju pertumbuhan.

Dari Tabel 1.1 berikut, ada 7 lokasi yang sudah ditetapkan sebagai

kawasan wisata melalui Perda No. 18 Tahun 1990 dan Perda No. 7 Tahun 2001

dan 9 lokasi yang belum ditetapkan. Dari semua itu di 5 lokasi sudah ada fasilitas

dasar pariwisata seperti cottage, restoran, shelter dan kamar bilas; sedangkan di

15 lokasi lainnya belum ada sama sekali. Tidak adanya fasilitas dasar pariwisata

menjadi nilai negatif untuk pariwisata Kabupaten Belitung dikarenakan fasilitas

ini merupakan kebutuhan dasar bagi wisatawan yang selayaknya menjadi

kewajiban untuk disediakan.

Tabel 1.1. bersumber dari Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)

Kabupaten Belitung tahun 2000 – 2010. Sedangkan RTRW yang terbaru belum

bisa diperoleh dikarenakan pihak terkait sedang mengerjakan revisi dokumen

tersebut.

Page 17: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"!

Tabel 1.1. Kawasan Pariwisata Pantai di Kab. Belitung

Kecamatan Kawasan Pariwisata Luas

(Ha) PERDA

Fasilitas

Wisata

Tanjung Pandan 1. Pantai Tanjung Pendam 53 Ada Ada

2. Pantai Juru Seberang 60 Tidak Tidak

3. Pantai Air Saga 100 Ada Tidak

Membalong 4. Pantai Tanjung Rusa 100 Tidak Tidak

5. Pantai Teluk Gembira 150 Tidak Ada

6. Pantai Mentigi 50 Tidak Tidak

7. Pantai Seliu 25 Tidak Ada

8. Pantai Tanjung Kiras 800 Ada Tidak

9. Pantai Penyambung 10 Tidak Tidak

Sijuk 10. Pantai Secupak 50 Tidak Ada

11. Pantai Batu Itam 335 Ada Tidak

12. Pantai Terong 200 Ada Tidak

13. Pantai Sijuk 400 Ada Tidak

14. Tanjung Binga 650 Ada Tidak

15. Pulau Lengkuas 10 Tidak Ada

16. Pulau Babi 15 Tidak Tidak

Sumber : RTRW Kabupaten Belitung 2000 – 2010

Dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 terjadi peningkatan

wisatawan. Hal ini menunjukan minat wisatawan yang masih relatif tinggi untuk

datang ke Kabupaten Belitung. Wisatawan Nusantara memberikan kontribusi

terbesar dalam peningkatan ini. Kemunculan film Laskar Pelangi pada tahun 2008

turut membantu mendongkrak jumlah wisatawan Nusantara yang turut berimbas

terhadap PAD Kabupaten Belitung dari sektor pariwisata.

Pada bulan Oktober 2008, kegiatan internasional yaitu Sail Indonesia

yang berakhir di Belitung memberikan dampak positif terhadap peningkatan

wisatawan manca negara pada tahun 2008 dan 2009. Akan tetapi terjadi

penurunan kembali jumlah wisatawan manca negara pada tahun 2010.

Page 18: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"!

Tabel 1.2 Data Wisatawan

No. Tahun

Kunjungan

Wisatawan Nusantara

(orang)

Wisatawan Asing

(orang)

Jumlah (orang)

1. 2006 17.233 1.072 18.305

2. 2007 23.188 1.421 24.609

3. 2008 29.945 2.053 31.998

4. 2009 39.499 2.734 42.233

5. 2010 49.118 1.383 50.501

Sumber : www.belitungkab.go.id

Sedangkan PAD Kabupaten Belitung dari pajak dan retribusi sektor

pariwisata juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat kita lihat pada tabel di

bawah ini. Pajak restoran dan pajak hotel mengalami peningkatan tetapi pajak

hiburan cenderung tetap. Hal ini mungkin disebabkan karena sektor hiburan yang

tidak berkembang.

Tabel 1.3 PAD Kabupaten Belitung

TAHUN PAJAK

RESTORAN

PAJAK

HOTEL

PAJAK

HIBURAN

LAIN-LAIN

(Retribusi)

TOTAL

Rp Rp Rp Rp Rp

2006 124,548,654 119,012,145 144,092,450 - 387,653,249

2007 328,617,401 100,526,859 207,149,700 - 636,293,960

2008 572,319,777 192,100,151 204,850,186 - 969,270,114

2009 1,069,877,123 334,328,508 197,480,155 289,490,000 1,891,175,786

2010 1,129,380,531 593,776,941 259,274,879 419,272,000 2,401,704,351

Sumber : Dinas Pariwisata Prov. Kep. Babel

Saifullah (2000) mengatakan bahwa ada beberapa manfaat pembangunan

pariwisata:

!" Bidang Ekonomi

• Dapat meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha, baik secara langsung

maupun tidak langsung.

• Meningkatkan devisa, mempunyai peluang besar untuk mendapatkan

devisa dan dapat mendukung kelanjutan pembangunan di sektor lain.

Page 19: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"!

• Meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat, dengan belanja

wisatawan akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada

masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung.

• Meningkatkan penjualan barang-barang lokal keluar.

• Menunjang pembangunan daerah, karena kunjungan wisatawan cendrung

tidak terpusat di kota melainkan di pesisir, dengan demikian amat berperan

dalam menunjang pembangunan daerah.

!" Bidang Sosial Budaya

Dengan keaneka ragaman kekayaan seni budaya merupakan modal dasar dari

pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, kemampuan melestarikan dan

mengembangkan budaya yang ada harus menjadi perhatian pemerintah dan

segenap lapisan sosial masyarakat, sosial budaya merupakan salah satu aspek

penunjang karakteristik suatu kawasan wisata sehingga menjadi daya tarik

bagi wisatawan. Karena sosial budaya dapat memberikan ruang bagi

kelestarian sumberdaya alam sehingga hubungan antara sosial budaya

masyarakat dan konservasi sumberdaya alam memiliki keterkaitan yang erat.

#" Bidang lingkungan Hidup

Pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk pariwisata pada dasarnya adalah

lingkungan dan ekosistem yang masih tetap alami, menarik dan bahkan unik,

maka dengan demikian pengembangan wisata alam dan lingkungan

senantiasa menghindari dampak kerusakan lingkungan hidup, melalui

perencanaan dan pengelolaan yang teratur dan terarah. Atraksi-atraksi yang

dikembangkan harus sesuai dengan kaidah-kaidah alami sehingga keterkaitan

antara potensi ekosistem dengan kegiatan wisata dapat berjalan seiring saling

melengkapi menjadi satu paket ekowisata.

1.2 Rumusan Masalah

Sektor pariwisata memiliki potensi dalam peningkatan perekonomian

berkelanjutan dalam jangka panjang sehingga strategi pengembangan pariwisata

Page 20: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"!

yang baik bisa menentukan keberhasilan pengembangan sektor pariwisata.

Permasalahan penelitian secara khusus dirumuskan sebagai berikut :

• Faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman apa saja yang

mempengaruhi pariwisata di Kabupaten Belitung?

• Kebijakan apa saja yang menjadi prioritas pengembangan pariwisata di

Kabupaten Belitung?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasar latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penelitian ini

bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang,

dan ancaman strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung.

b. Merumuskan prioritas kebijakan strategi pengembangan pariwisata di

Kabupaten Belitung.

!"# Metodologi dan Batasan Penelitian

Untuk memenuhi tujuan dalam penelitian ini, maka alat analisa dibatasi

menjadi :

• Analisis SWOT

Konsep analisis SWOT memberikan suatu pandangan dasar tentang strategi

atau taktik yang diperlukan dalam mencapai tujuan tertentu. Analisis SWOT

mengkaji dengan menilai faktor-faktor terkait. Untuk perumusan strategi dan

mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi faktor eksternal dan faktor

internal, kemudian membandingkan antara faktor eksternal yang merupakan

peluang ( opportunities ) dan ancaman ( threats ) dengan faktor internal yang

berupa kekuatan ( strengths ) dan kelemahan ( weaknesses ) (Rangkuti, 2001).

Menurut Fandeli (2002:193) strategi merupakan cara bagaimana organisasi

mencapai visi dan misi yang ada secara sistematis, terarah dan rasional.

Strategi disusun berdasarkan analisis SWOT. Fungsi strategi ini sebagai titik

tolak untuk merumuskan program.

Page 21: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"!

• Analytic Hierarchy Process ( AHP )

Untuk merumuskan prioritas penetapan keputusan dalam pengembangan

pariwisata dilakukan dengan pendekatan Analytic Hierarchy Process ( AHP ).

AHP merupakan suatu alat atau model pengambilan keputusan dengan input

utamanya adalah persepsi manusia. Selain itu AHP juga merupakan suatu

metoda yang memecahkan suatu masalah kompleks kelembagaan dalam

kelompok-kelompoknya dan kemudian diatur menjadi hirarki. Pembobotan

suatu faktor atau variable dapat dilakukan sesuai dengan persepsi manusia

sehingga diharapkan mampu menggambarkan kondisi sebenarnya.

!"# Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

a. Wilayah penelitian meliputi seluruh Kabupaten Belitung.

b. Wawancara langsung dengan para stakeholder sektor pariwisata dan sektor

yang mendukung lainnya.

c. Data yang digunakan adalah data dari BPS dan Dinas Pariwisata Kabupaten

Belitung.

!"$ Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam tesis ini akan tersusun dalam 6x(enam) bab.

Bab pertama terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

hipotesis, metodologi, ruang lingkup, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, dan

sistematika penulisan. Bab kedua berisikan tinjauan literatur mengenai konsep

pertumbuhan ekonomi, perencanaan pembangunan dan pembangunan

berkelanjutan, serta uraian definisi dalam pariwisata dan studi terdahulu.

Sedangkan metodologi yang akan digunakan dalam penulisan ini akan di uraikan

dalam bab tiga.

Gambaran umum daerah di jabarkan dalam bab empat. Bab lima

merupakan analisa hasil dan pembahasan. Bab Enam penutup dari penulisan tesis

ini yang akan berisikan kesimpulan dan saran.

Page 22: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"!

BAB 2

TINJAUAN LITERATUR

Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai

multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor

pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994).

Karena itu pariwisata dapat dipakai sebagai alat untuk melaksanakan

pembangunan nasional maupun daerah. Dimana seperti dijelaskan dalam Undang-

Undang Nomor 9 tahun 1990 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa

Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan

nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,

memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja,

mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek

dan daya tarik wisata di Indonesia. Serta memupuk rasa cinta tanah air dan

mempererat persahabatan antar bangsa.

Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang besar terhadap

perekonomian Indonesia, dampak yang ditimbulkan pengeluaran wisatawan

mancanegara dan nusantara cukup signifikan yaitu sebesar USD 4,8 Milyar pada

tahun 2004, yang memberikan kontribusi 6,71% dari total ekspor menduduki

peringkat kedua dalam penerimaan devisa setelah minyak dan gas (Pusdatin Dep.

Budpar, 2006). Sehingga sektor pariwisata memegang peranan penting dalam

perekonomian Indonesia, baik sebagai salah satu sumber penerimaan devisa

maupun sebagai pencipta lapangan kerja serta kesempatan berusaha.

Selain itu kegiatan pariwisata diharapkan juga dapat memperluas dan

meratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, khususnya masyarakat

sekitar objek wisata, untuk merangsang pembangunan regional serta

memperkenalkan identitas dan kebudayaan nasional. Pengembangan pariwisata

dilakukan sejalan dengan program pengembangan dari berbagai macam industri

pariwisata, sehingga tidak hanya industri dalam skala kecil dan menengah saja

tetapi juga industri pariwisata dalam skala besar akan dapat memperoleh manfaat.

Page 23: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

2.1. Pengertian Wisata, Pariwisata, Kepariwisataan, Destinasi

Pariwisata, Wisatawan

Dalam undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan

menyebutkan bahwa:

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Jadi pengertian wisata mengandung

unsur sementara dan perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk

menikmati obyek atau daya tarik wisata. Unsur yang terpenting dalam kegiatan

wisata adalah tidak bertujuan mencari nafkah, tetapi apabila di sela-sela kegiatan

mencari nafkah itu juga secara khusus dilakukan kegiatan wisata, bagian dari

kegiatan tersebut dapat dianggap sebagai kegiatan wisata.

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung

berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Dengan demikian pariwisata meliputi: (1) semua kegiatan yang

berhubungan dengan perjalanan wisata, (2) Pengusahaan obyek dan daya tarik

wisata seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah,

museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang

bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai, (3) Pengusahaan

jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata,

agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran,

impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata), usaha sarana pariwisata

yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata.

Beberapa ahli juga mengemukakan pengertian pariwisata. Hunziker dan

Kraff (Pendit, 2006) menyatakan pariwisata adalah sejumlah hubungan-hubungan

dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan

tinggalnya mereka ini tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-

usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha mencari kerja penuh.

Spillane (1987) mengemukakan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari suatu

Page 24: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

""!

tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan secara perorangan maupun

kelompok, sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan

kebehagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya juga alam

dan ilmu.

Yang pasti pengertian pariwisata akan terus tidak tepat (inprecise),

karena begitu banyak bisnis, pemerintah dan peneliti-peneliti terlibat di dalamnya,

dan juga karena perubahan cepat yang terjadi dalam pariwisata (Lunberg,

Stavenga dan Krishnamoorthy, 1997).

Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai

wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan

masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan

pengusaha.

Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata

adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif

yang di dalamnya terdapat Daya Tarik Wisata, Fasilitas Umum, Fasilitas

Pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi

terwujudnya Kepariwisataan.

Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Jadi menurut

pengertian ini, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan

wisatawan. Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan untuk menetap

dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi.

Pacific Area Travel Association (PATA) yang didasarkan atas batasan

League of Nation tahun 1936 memberi batasan bahwa wisatawan sebagai orang-

orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan

maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri di mana biasanya ia

tinggal, mereka ini meliputi: (a) orang-orang yang sedang megadakan perjalanan

untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan, (b)

orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk pertemuan, konferensi,

musyawarah atau sebagai utusan berbagai badan/organisasi, (c) orang-orang yang

sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis, (d) pejabat pemerintahan

Page 25: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

dan militer beserta keluarganya yang di tempatkan di negara lain tidak termasuk

kategori ini, tetapi bila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka dapat

digolongkan wisatawan (Pendit, 2006).

Sesuai dengan rekomendasi World Tourism Organization (WTO) dan

International Union of Office Travel Organization definisi Wisatawan

Mancanegara adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara di luar tempat

tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud

memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi. Definisi ini mencakup 2

(dua) kategori tamu mancanegara, yaitu (Dep. Budpar, 2006):

1. Wisatawan (tourist) adalah setiap pengunjung seperti definisi di atas yang

tinggal paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 6 (enam) bulan di

tempat yang dikunjungi dengan maksud kunjungan antara lain:

a. Berlibur, rekreasi dan olah raga

b. Bisnis, mengunjubgi teman dan keluarga, misi, menghadiri pertemuan,

konferensi, kunjungan dengan alas an kesehatan, belajar, dan

keagamaan.

2. Pelancong (Excursionist) adalah setiap pengunjung seperti definisi di atas

yang tinggal kurang dari 24 jam di tempat yang dikunjungi (termasuk

cruise passenger yaitu setiap pengunjung yang tiba di suatu negara dengan

kapal atau kereta api, di mana mereka tidak menginap di akomodasi yang

tersedia di negara tersebut).

Definisi tersebut bisa dilihat dalam diagram seperti pada gambar 2.1 berikut:

Page 26: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Sumber: Statistik Kebudayaaan dan Pariwisata, 2006

Gambar 2.1. Klasifikasi Orang yang Melakukan Perjalanan

ORANG YANG

MELAKUKAN PERJALANAN

Termasuk dalam

statistic pariwisata

Tidak termasuk

dalam statistic pariwisata

PENGUNJUNG

WISATAWAN (1)

PELANCONG (3)

Maksud

Kunjungan (9)

Berlibur

Bisnis

Kesehatan

Belajar

Misi/

Pertemuan/ Kongres

Mengunjungi teman/

keluarga

Keagamaan

Olahraga

Lainnya

Bukan Penduduk

Warga negara

yang tinggal di luar negeri

Awak kapal/ pesawat yang

bukan penduduk

(2)

Penumpang

kapal pesiar (4)

Pengunjung kurang dari 24 jam

(5)

Awak kapal/

pesawat (6)

Perwakilan konsuler

(7)

Anggota Angkatan Bersenjata

(7)

Pengungsi Penumpang transit

(8)

Nomaden

Imigran

tetap

Imigran

sementara

Diplomat

(7)

Catatan:

(1) Pengunjung yang tinggal minimal 1 malam di negara yang dikunjunginya (2) Kru pesawat/kapal yang berlabuh dan yang menggunakan fasilitas akomodasi di

negara yang dikunjungi (3) Pengunjung yang tinggal kurang dari 1 malam di negara yang dikunjungi walaupun

mereka berada di wilayah negara yang dikunjungi lebih dari 1 malam dan mereka tidur di kapal atau kereta api yang mereka gunakan

(4) Biasanya dimasukkan dalam kelompok pelancong. Namun akan lebih baik apabila klasifikasi pengunjung dalam kelompok ini bisa dipisahkan

(5) Pengunjung yang datang dan pergi dalam hari yang sama (6) Kru yang bukan penduduk dari negara yang dikunjungi dan singgah 1 hari

(7) Bagi mereka yang melakukan perjalanan dari negara asal ketempat tugas mereka dan sebaliknya

(8) Mereka yang tidak keluar dari area transit. Dalam perjalanan di suatu negara mungkin mereka transit 1 hari atau lebih. Dalam kasus ini seharusnya mereka

dimasukkan dalam statistik pariwisata

$%& Maksud utama kunjungan seperti yang didefinisikan dalam konferensi Roma tahun

1963!

Page 27: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

2.2. Jenis Pariwisata

Seorang wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena didorong oleh

berbagai motif yang tercermin dalam berbagai macam jenis pariwisata. Bagi

daerah sangat perlu mempelajari motif ini karena berhubungan dengan fasilitas

yang perlu disiapkan dan program-program promosinya. Spillane (1987)

membedakan jenis pariwisata, yaitu:

1. pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism). Bentuk

pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat

tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk

memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan

sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan

alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan

ketenangan dan kedamaian di daerah luar, untuk menikmati hiburan di

kota-kota besar, atau untuk ikut serta dalam keramaian pusat-pusat

pariwisata,

2. Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism). Jenis pariwisata ini

dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari

liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani

dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya.

3. pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism), jenis ini ditandai adanya

rangkaian motivasi, seperti keinginan belajar di pusat-pusat pengajaran

dan riset, untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup

rakyat negeri lain, untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan

masa lalu atau sebaliknya. Penemuan-penemuan besar masa kini, pusat-

pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau juga untuk ikut serta dalam

festival-festival seni musik, teater rakyat,

4. pariwisata untuk olah raga (sport tourism). Jenis ini dibagi dua kategori:

(i) big sport events, yaitu peristiwa-peristiwa olah raga besar seperti

olimpic games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan sepak bola dunia, dan lain-

lain yang menarik perhatian. Tidak hanya atlitnya saja, tetapi juga ribuan

penonton dan penggemarnya, (ii) sporting tourism of the practitioners,

Page 28: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

yaitu peristiwa olah raga bagi mereka yang ingin berlatih dan

mempraktekkan sendiri, seperti pendakian gunung, berburu, memancing,

arung jeram dan lain-lain. Negara/daerah yang memiliki fasilitas atau

tempat olah raga ini tentu dapat menarik sejumlah penggemarnya,

5. pariwisata untuk usaha dagang (business tourism). Menurut beberapa ahli

teori, perjalanan usaha ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan

karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan. Dalam istilah

business tourism tersirat tidak hanya profesional trips yang dilakukan

kaum pengusaha atau industrialis. Tetapi juga mencakup semua kunjungan

ke pameran, kunjungan ke instalasi teknis yang bahkan menarik orang-

orang di luar profesi ini.

6. pariwisata untuk berkonvensi (convention tourism). Peranan jenis

pariwisata ini makin lama makin penting. Banyak negara yang menyadari

besarnya potensi ekonomi dari jenis pariwisata ini sehingga mereka saling

berlomba untuk menyiapkan dan mendirikan bangunan-bangunan yang

dilengkapi dengan fasilitas khusus.

Sedangkan Pendit (1994) membagi jenis pariwisata menjadi empat belas

macam yaitu: wisata budaya, wisata kesehatan, wisata olah raga, wisata

komersial, wisata industri, wisata politik, wisata konvensi, wisata sosial, wisata

pertanian, wisata maritim atau bahari, wisata cagar alam, wisata buru, wisata

pilgrim (agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan), wisata bulan madu.

Kabupaten Belitung memiliki potensi wisata bahari. Hal ini dimungkinkan

karena secara geografis Kabupaten Belitung terdiri dari pulau-pulau. Menurut

Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pengertian Wisata

Bahari atau Tirta adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air,

termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara

komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau, dan waduk.

2.3. Pariwisata Sebagai Industri

Dalam konteks pariwisata sebagai industri, Pendit (2006) telah

memperkenalkan beberapa istilah seperti industry of the invisible export (industri

Page 29: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

eksport tidak nyata), hospitality industry (industri ramah tamah), atau service

industry (industri jasa pelayanan). Adapun batasan tentang industri pariwisata

menurut Yoeti (1990) adalah kumpulan dari bermacam perusahaan yang secara

bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang

dibutuhkan para wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya, selama

dalam perjalanannya.

Sebagai sebuah industri, Wardiyanta (2006) menyatakan pariwisata

mempunyai sifat yang khas, tidak hanya melibatkan banyak industri, yakni

transportasi, akomodasi, jasa boga, atraksi, retail, tetapi bersifat menyerap banyak

tenaga kerja yang pada akhirnya juga memiliki implikasi politis yang besar.

Dalam pengembangan pariwisata, sangat diperlukan sebuah kebijakan untuk dapat

meminimalisasi dampak negatif yang sering timbul.

Menurut Prajogo (1976) pariwisata sebagai industri mempunyai beberapa

sifat khusus, yang membedakannya dengan industri lain. Sifat khusus tersebut

adalah: (a) produk wisata mempunyai ciri bahwa ia tidak dapat dipindahkan.

Orang tidak dapat membawa produk wisata pada langganan, tetapi langganan itu

sendiri harus mengunjunginya, mengalami dan datang untuk menikmati produk

wisata itu, (b) dalam pariwisata produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang

sama. Tanpa langganan yang sedang mempergunakan jasa-jasa itu tidak akan

terjadi produksi, (c) sebagai suatu jasa, maka pariwisata memiliki berbagai ragam

bentuk, oleh karena itu dalam pariwisata tidak ada standar ukuran yang obyektif,

(d) langganan tidak dapat mencicipi, mengetahui atau menguji produk itu

sebelumnya, yang dapat dilihat hanya brosur-brosur, gambar-gambar, (e) dari segi

usaha, produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar. Industri

pariwisata memerlukan modal yang besar, sedangkan permintaan sangat peka

terhadap perubahan situasi ekonomi, politik, sikap masyarakat, kesenangan

wisatawan dan sebagainya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi industri pariwisata menurut

Spillane (1987) adalah: (a) pertumbuhan pendapatan nyata dan wisatawan yang

bersangkutan, semakin tinggi pendapatan nyata semakin bertambah juga

pendapatan yang dapat disisihkan untuk perjalanan wisata, (b) wisatawan yang

bersangkutan termasuk golongan orang-orang memperoleh pembiayaan cuti yang

Page 30: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

diambil (pad vacation), (c) besar kecilnya kurs mata uang dari negara penghasil

wisatawan terhadap mata uang negara tujuan mereka. Semakin tinggi nilai mata

uang negara penghasil wisatawan terhadap mata uang negara tujuan mereka,

semakin besar pula daya tarik negara tujuan bagi wisatawan yang bersangkutan,

(d) perbandingan antara daya tarik suatu negara tujuan wisatawan dengan

kebutuhannya untuk berkunjung ke sana, (e) kemudahan pencapaian dan

tersedianya fasilitas transportasi. Berapapun besarnya suatu daerah tujuan wisata,

jika jika sulit untuk dicapai dan fasilitas tidak memadai, maka keinginan

wisatawan untuk ke sana pun pudar, (f) faktor-faktor penting lainnya adalah air

travel policies, landing rights dan tarif penerbangan, yaitu intensitas usaha usaha

promosi dan pemasaran yang dilakukan oleh negara tujuan wisata di negara

penghasil wisatawan, dan yang sangat penting adalah sikap dari negara-negara

tujuan wisata terhadap pariwisata itu sendiri, baik sikap pemerintah maupun sikap

masyarakatnya.

Kemajuan pariwisata sebagai industri menurut Spillane (1987)

sebenarnya ditunjang oleh bermacam-macam usaha yang perlu dikelola secara

terpadu dan baik, diantaranya adalah: (i) promosi, (ii) transportasi, (iii)

kemudahan keimigrasian atau birokrasi, (iv) akomodasi, (v) pemandu wisata yang

cakap, (vi) penawaran barang dan jasa dengan mutu terjamin dan harga yang

wajar, (vii) pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik, dan (viii)

kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup.

Lebih lanjut Spillane (1987) menambahkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan industri pariwisata adalah: (a) undang-undang sosial,

yang membatasi jumlah jam kerja dan menjamin adanya waktu istirahat mingguan

dan liburan tahunan yang dibayar bagi semua karyawan, pegawai dan buruh-

buruh yang bekerja. Negara-negara yang ekonominya kuat cenderung untuk

menambah jumlah hari libur yang dibayar penuh, (b) pendapatan yang meningkat.

Faktor penting penyebab industri ialah makin meningkatnya kehidupan

masyarakat. Kebutuhan dasar manusia di negara-negara maju seperti perumahan,

kendaraan dan sebagainya umumnys sudah terpenuhi, sehingga memungkinkan

untuk menyisihkan sebagian dari pendapatannya untuk melakukan perjalanan

wisata, (c) pendidikan dan hasrat ingin tahu, (d) urbanisasi dan kebutuhan untuk

Page 31: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

menghindari kebisingan kota. Kota-kota industri yang selalu ramai menyebabkan

kebutuhan untuk menghindarkan diri dari kebisingan yang diderita penduduk dan

para pekerja. Mereka membutuhkan istirahat demi kembalinya kesegaran jasmani

dan rohani, (e) hasrat untuk meniru, merupakan kebutuhan sosiologis seseorang

untuk meniru orang lain. Hasrat tersebut bisa berkembang sebagai keinginan, bila

selalu melihat dan mendengar kesan-kesan liburan yang indah dan memuaskan

dari orang lain yang telah melakukan perjalanan wisata.

2.4. Permintaan dan Penawaran Pariwisata

Damanik (2006) menyatakan dari sisi ekonomi, pariwisata muncul dari

empat unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam suatu

sistem, yakni (a) permintaan atau kebutuhan; (b) penawaran atau pemenuhan

kebutuhan berwisata itu sendiri; (c) pasar dan kelembagaan yang berperan untuk

memfasilitasi keduanya; dan (d) pelaku atau aktor yang menggerakkan ketiga

elemen tadi. Keterkaitan antar empat unsur tersebut di atas sebagai sistem

pariwisata seperti tergambar di bawah ini:

Sumber: Damanik (2006), Perencanaan Ekowisata

Gambar 2.2. Sistem Kepariwisataan

Kebijakan sektor pariwisata dilakukan untuk mendorong potensi wisata

yang ada menjadi produk yang siap dikonsumsi. Untuk itu perlu dilakukan

KEBIJAKAN

PARIWISATA

PEN

AW

AR

AN

PER

MIN

TAA

N

PASAR/PELAKU PARIWISATA

PRODUK

Keterangan: a) mendorong; b) mengendalikan; c) mempengaruhi;

d) mengembangkan & memasarkan; e) membeli

c c

a b

d e

Page 32: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

pengendalian supaya produk yang ada tidak saling bersaing, namun dapat

bersinergi dalam satu kemasan produk yang ditawarkan menjadi paket-paket

wisata. Sehingga kebijakan yang dibuat mampu menciptakan penawaran berbagai

atraksi wisata. Dengan demikian produk wisata harus peka dan mampu menagkap

permintaan dari wisatawan terhadap kualitas dan kuantitas produk yang

ditawarkan.

Permintaan. Menurut Yoeti (1990) permintaan dalam pariwisata terdiri

dari bermacam-macam unsur yang saling berbeda baik sifat, bentuk serta

manfaatnya bagi wisatawan. Permintaan dalam pariwisata tidak hanya terbatas

selama masa perjalanan berlangsung. Tetapi unsur permintaan dilaksanakan

sebelum adanya perjalanan wisata. Berbagai informasi, dokumen, perjalanan,

tempat penginapan dan sebagainya harus terlebih dahulu disiapkan.

Lebih lanjut Damanik (2006) menyatakan unsur-unsur penting dalam

permintaan wisata adalah wisatawan dan produk lokal yang menggunakan

sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis utamanya adalah waktu dan uang.

Dengan waktu dan sumberdaya yang dimiliki, wisatawan adalah konsumen utama

yang akan mengkonsumsi produk dan layanan wisata yang disediakan di negara

atau daerah tujuan wisata.

Berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan wisatawan, antara lain

pendapatan, harga, kualitas, hari-hari libur, dan teknologi transportasi. Pendapatan

merupakan faktor yang sangat menentukan, dapat tidaknya seseorang berwisata,

seseorang baru akan melakukan perjalanan wisata, bila mempunyai uang lebih.

Demikian juga faktor harga dapat mempengaruhi keputusan untuk berwisata.

Perubahan harga akan mempengaruhi penggunaan dana yang dimiliki seseorang.

Jika terjadi perubahan harga pada produk wisata, maka akan terjadi substitusi, dan

calon wisatawan akan mengalihkan perhatiannya pada paket wisata lain yang

lebih murah, ataupun membatalkannya.

Selain itu faktor transportasi yang semakin canggih dan dapat

mempersingkat waktu perjalanan dengan segala fasilitas yang nyaman lagi baik,

maka hal ini akan menarik bagi calon wisatawan untuk berwisata seperti di

negara-negara maju, yang pariwisatanya ditangani dengan baik dan didukung

teknologi canggih, justru lebih banyak kegiatan kunjungan wisata.

Page 33: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Penawaran. Penawaran dalam pariwisata, meliputi unsur-unsur objek

dan daya tarik wisata (ODTW) ciptaan Tuhan (alamiah) dan ODTW buatan

manusia, barang-barang dan jasa-jasa yang dapat mendorong orang-orang

berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata (Yoeti, 1990). Damanik (2006)

mengemukakan apa yang ditawarkan kepada wisatawan? Jawabnya adalah produk

(product) dan jasa (services).

Produk wisata adalah semua produk yang diperuntukkan bagi atau

dikonsumsi oleh seseorang selama melakukan kegiatan wisata. Adapun jasa

adalah layanan yang diterima wisatawan ketika mereka memanfaatkan

(mengkonsumsi) produk tersebut. Jasa ini biasanya tidak tampak (intangible),

bahkan sering kali tidak dirasakan. Mulai dari pembersihan kamar hotel yang

dilakukan oleh staf room service, aneka hidangan dan cara penyajiannya yang

dilakukan oleh staf food and beverage sampai penyediaan informasi di Tourist

Information Center, semuanya merupakan bentuk jasa wisata.

Lebih lanjut Damanik (2006) menyampaikan, banyak kalangan yang

menyamakan produk dan jasa sebagai potensi wisata. Pemahaman seperi itu jelas

keliru. Produk dan jasa harus sudah siap dikonsumsi oleh wisatawan. Sebaliknya

potensi wisata adalah semua objek (alam, budaya, buatan) yang memerlukan

banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan.

Lebih lanjut Kuswara (2006) menyatakan kegiatan pariwisata melibatkan

berbagai unsur atau komponen, yang saling kait mengkait yaitu antara konponen

produk dari sisi penawaran dengan komponen pasar dari sisi permintaan seperti

pada gambar 2.3. berikut:

Page 34: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Sumber: Kuswara (2006), Kepariwisataan dalam Perspektif pengembangan Kota

Gambar 2.3. Penawaran dan Permintaan Pariwisata

2.5. Pariwisata dengan Pembangunan Ekonomi

Dep. Budpar (2005) menyatakan pariwisata sangat dipengaruhi oleh

situasi dan kondisi perekonomian. Dengan ekonomi yang maju pariwisata akan

berkembang karena didukung oleh kesejahteraan penduduk dan fasilitas daerah

tujuan wisata yang memadai. Hal sebaliknya juga dapat terjadi yaitu pariwisata

dapat mendorong perekonomian regional dan nasional. Kegiatan pariwisata akan

menimbulkan demand akan barang dan jasa yang selanjutnya akan merangsang

pertumbuhan produksi.

Menurut Spillane (1994) ada beberapa elemen dalam menentukan

hubungan pariwisata dengan pembangunan ekonomi, yaitu: (a) jenis pariwisata,

(b) struktur ekonomi nasional, (c) hubungan antara perpindahan modal dan

migrasi tenaga kerja. Hal ini mengisyaratkan bahwa pariwisata dalam

pembangunan ekonomi nasional tergantung secara parsial pada organisasi

permodalan dan khususnya kemampuan modal dari luar negeri untuk ditanamkan

di dalam negeri. Pariwisata memainkan peranan yang sangat penting dalam

strategi ekonomi di berbagai negara.

Page 35: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

""!

2.6. Strategi Pengembangan Pariwisata

Pengertian strategi adalah Rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi

yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan

lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari

perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Glueck

dan Jauch, p.9, 1989).

Sedangkan menurut Chandler (1962), strategi merupakan alat untuk

mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,

program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya (lihat Rangkuti, 2001).

Strategi pengembangan pariwisata harus dikaji berdasarkan kondisi lingkungan

strategik yang berpengaruh. Lingkungan strategik tersebut mencakup faktor

internal dan faktor eksternal yang dapat berpengaruh terhadap pengelolaan

pariwisata.

Tahapan pembuatan strategi merupakan tahapan yang menghubungkan

organisasi dengan lingkungannya dan merupakan strategi yang paling sesuai

dengan misi organisasi (Tangkilian, 2005:24). Proses pembuatan strategi terdiri

dari 4 (empat) tahap yaitu:

1. Identifikasi masalah strategik yang dihadapi organisasi.

2. Pengembangan alternatif strategi yang ada.

3. Evaluasi dari alternatif.

4. Penentuan pemilihan strategi baik dari berbagai alternatif yang tersedia.

2.7. Konsep Perencanaan Kebijakan

Menurut Drucker (1954), Perencanaan adalah suatu proses kerja yang

terus menerus yang meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan

penting dan yang akan dilaksanakan secara sistematik, melalukan perkiraan-

perkiraan dengan menggunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan,

mengorganisir secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk

melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur

keberhasilan dari pelaksanaan keputusan tersebut dengan membandingkan hasil

Page 36: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

yang dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan

balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik.

Konsep pengembangan merupakan konsep yang terkait dengan

perencanaan dalam penyusunan kebijakan publik. Pada konsep pengembangan,

yang utama adalah perencanaan dan strategi untuk mengimplementasikan

perencanaan tersebut dalam kebijakan pemerintah.

Strategi kebijakan dalam pengembangan pariwisata perlu dirumuskan

dan diimplementasikan dalam membangun dan mengendalikan masyarkat supaya

objek dan atraksi wisata yang terbentuk makin tertata dan mampu dikelola dengan

baik sesuai dengan kapasitas pemerintah, swasta, LSM dam masyarakat stempat.

Strategi kebijakan pembangunan itu dapat diimplementasikan melalui

pelaksanaan program dan kegiatan yang spesifik untuk mengatasi masalah

infrastruktur, sumber daya manusia, ekonomi, social dan regulasi yang terkait

dengan perkembangan pariwisata.

Yoety (1997 dalam Prencanaan Pengembangan Pariwisata) menyatakan

bahwa ada Sembilan prinsip yang perlu diikuti oleh pengembang pariwisata

sebagai pedoman dasar untuk menyusun rencana pariwisata, yakni :

1. Perencanaan pengembangan pariwisata merupakan satu kesatuan dengan

pembangunan regional maupun nasional dari pembangunan perekonomian

Negara.

2. Perencanaan pengembangan pariwisata perlu menggunakan pendekatan

terpadu dengan sektor-sektor lainnya yang terkait.

3. Perencanan pengembangan pariwisata perlu dibawah koordinasi fisik

daerah/Negara secara keseluruhan.

4. Perencanaan pengembangan pariwisata perlu didasarkan pada studi yang

khusus yang dibuat secara khusus untuk pengembangan pariwisata dengan

memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup, alam dan budaya

sekitarnya.

5. Perencanaan fisik harus didasarkan pada penelitian yang sesuai dengan

lingkungan alam sekitar dengan memperhatikan faktor-faktor geografi yang

lebih luas tidak hanya dari segi administrative saja.

Page 37: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

6. Perencanaan dan penelitian yang dilakukan harus memperhatikan masalah

kelestarian ekologi supaya pariwisata dapat berlangsung secara berkelanjutan.

7. Perencanaan dan pengembangan pariwisata harus memperhatikan dampak

social yang mungkin ditimbulkan supaya pengembangan pariwisata tidak

mendapat resistensi karena terjadinya konflik social yang mungkin

ditimbulkannya.

8. Pada daerah perkotaan dan daerah industry, perlu direncanakan fasilitas

hiburan yang disebut pre-urban.

9. Perencanaan pengembangan pariwisata harus didasarkan kepentingan

peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa membedakan suku, agama, ras,

golongan maupun bangsa

2.8. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti

terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini. Pao (2004), melakukan

penelitan yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan prospek dari

industri pariwisata di Macao. Analisis yang digunakan adalah Analisis SWOT.

Menurut Pao, dalam mengembangkan industri pariwisata di Macao ada beberapa

hal yang harus dilakukan yaitu promosi dari MICE, program kerjasama promosi

dengan Hong Kong dan Guangdong, dan Macao harus mengembangkan kota

wisatanya agar menjadi tujuan wisata liburan yang menyediakan berbagai macam

kegiatan dan hiburan menyenangkan dan menarik.

Forman dan Gass (2001) melakukan penelitian tentang Pemakaian

Analytic Hierarchy Process (AHP). Tujuan penelitian ini adalah mendiskusikan

mengapa AHP menjadi sebuah metodologi yang umum untuk berbagai macam

pengambilan keputusan dan aplikasi yang lain, memaparkan secara singkat

keberhasilan dari penggunaan AHP, mengelaborasi kegiatan-kegiatan akademik

yang berkaitan dengan efektivitas dan aplikatif AHP dibandingkan dengan

metodologi lain. Validitas dan kemampuannya dalam memecahkan kembali

permasalahan yang multi objektif digunakan dalam ratusan (bahkan sekarang

ribuan) pengambilan keputusan (Saaty, 1994). Lebih dari 1000 artikel dan

Page 38: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

hampir 100 disertasi doktoral merujuk kepada alamat

http://www.ExpertChoice.com. sebagai referensi. Hasil yang diperoleh adalah

AHP tidak hanya sebatas sebuah metode pengambilan keputusan, alat untuk

menganalisis melainkan lebih dari itu bahwa ada 3 fungsi utama AHP yang

menjadi keunggulannya yaitu kompleksitas yang terstruktur, pengukuran dari

skala perbandingan dan proses sintesis (permasalahan).

Wijaya (2005) melakukan penelitian tentang Perencanaan Pengembangan

Wisata Bahari di Kepulauan Seribu yang bertujuan untuk menyusun perencanaan

yang efektif dalam pengembangan kepariwisataan melalui sektor wisata bahari di

Kepulauan Seribu. Penelitian ini mencoba menawarkan sebuah rumusan strategi

yang didasarkan pada usaha mensinergikan beberapa pandangan dan preferensi

para ahli pariwisata bahari. Hasil yang diperoleh dari pendekatan AHP

berdasarkan interaksi 3 kelompok stakeholder antara lain : (1) Masyarakat lokal

lebih memprioritaskan program pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat

dibandingkan dengan 3 program lainnya dengan bobot prioritas 0,329. (2)

Sementara PEMDA lebih menitikberatkan pada program pengadaan berbagai

informasi dan promosi obyek wisata dengan bobot 0,379. (3) Pihak

swasta/investor menginginkan program pengadaan sarana dan prasarana

penunjang pariwisata yang memadai didahulukan dari program lainnya dengan

bobot 0,432. (4) Secara keseluruhan, jika ketiga kelompok dipertautkan

berdasarkan kepentingan masing-masing dan kelompok pelaksana program maka

diperoleh hasil sintesis bahwa program pengadaan informasi dan promosi obyek

wisata harus menjadi prioritas utama dibandingkan program lainnya, dengan

bobot prioritas 0,299 dan indeks inkonsistensi keseluruhan yang dapat diterima

yakni sebesar 0,03.

Setiyadi, Amar dan Aji (2011) melakukan penelitian dengan

menggunakan etode SWOT – AHP. Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan

informasi tentang faktor kekuatan, faktor kelemahan, faktor peluang dan faktor

ancaman. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan prioritas

strategi dalam mengembangkan UKM kuliner. Hasil dari penelitian tersebut

berupa program utama yang harus direalisasikan bagi pengembangan usaha UKM

Page 39: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Kuliner dalam pengembangan bisnis untuk mencapai sustainability, yang terdiri

dari :

• Strategi membuka cabang luar daerah

• Strategi kemitraan saham keseluruhan

• Strategi membuka cabang lokal

• Strategi kemitraan saham sebagian

Utami (2011) melakukan penelitian yang bertujuan untuk

mengidentifikasi citra yang terbentuk melalui film dan pemasaran destinasi yang

dapat berpengaruh terhadap pengembangan destinasi sebagai tujuan wisata.

Temuan-temuan yang dihasilkan yaitu: (1) Film sangat berpengaruh terhadap

pembentukan citra destinasi pulau Belitung, (2) Faktor permintaan destinasi

sebagai lokasi pembuatan film sangat tinggi namun belum didukung oleh faktor

penyediaan destinasi sebagai tujuan wisata yang dipengaruhi oleh film (film-

induced tourism).

2.9. Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian ini secara garis besar bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-

faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman strategi

pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung serta merumuskan prioritas

kebijakan strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung. Dalam

melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan analisis kualitatif yang

menggunakan data primer dari hasil penelitian lapangan dan analisis deskriptif

menggunakan data sekunder. Analisis kualitatif yang digunakan adalah SWOT

dan AHP.

Berdasarkan studi literatur dan studi empiris terdahulu, penelitian ini

memfokuskan diri pada analisis sektor pariwisata dengan kerangka konsep

penelitian sebagai berikut :

Page 40: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Visi dan Misi Pariwisata

Kabupaten Belitung

Tujuan dan Strategi

Kebijakan Pengembangan

Pariwisata

Potensi

Kondisi Pariwisata

saat ini

Target

Berkembangnya pariwisata

Kabupaten Belitung yang

berkelanjutan

Hambatan

Strategi Pengembangan Pariwisata

Kabupaten Belitung!

!"#$Analisa SWOT

Analisa Faktor

Eksternal

Analisa Faktor

Internal

Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Page 41: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Penelitian ini berupa penelitian Deskriptif kualitatif dan kuantitatif

dengan analisa mengenai strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten

Belitung.

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Belitung dimana pengambilan

data dilakukan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung

sebagai pihak pembuat Program Strategi dan Pengembangan Pariwisata serta

pelaksana kebijakan pariwisata Kabupaten Belitung. Selain itu pengambilan data

pendukung juga dilakukan pada Bappeda Kabupaten Belitung, BPS Kabupaten

Belitung dan informasi tambahan lainnya dari Kabupaten Belitung.

3.2. Sumber Data

Data maupun informasi dalam penelitian ini dikumpulkan dari hasil data

primer wawancara dengan kuesioner dan data sekunder. Informasi tersebut digali

dari beragam sumber data, dan jenis sumber data yang akan dimanfaatkan dalam

penelitian ini meliputi informan sumber data, terdiri dari :

1. Pejabat pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung

meliputi Kepala Dinas, Subag. Program dan Pelaporan, Kepala Bidang

Pemasaran,Kepala Bidang Kebudayaan, Kepala Seksi Lingkungan

Kebudayaan dan Kepercayaan, Kepala Seksi Promosi, Kepala Seksi

Kerjasama serta staf yang berhubungan dengan program.

2. Pejabat terkait pada Kabupaten Belitung.

3. Pejabat yang berwenang pada BPS Kabupaten Belitung

4. Pejabat pada Dinas Terkait pada Kabupaten/Kota di Kabupaten Belitung.

5. Stakeholder lain yang terlibat seperti Anggota DPRD, Pelaku Usaha

Pariwisata di Kabupaten Belitung dan Komunitas masyarakat yang terlibat

langsung dengan Program Pariwisata di Kabupaten Belitung.

6. Arsip atau dokumen pendukung yang didapat dari sumber yang valid

untuk memperjelas data utama.

Page 42: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

3.3. Teknik Pengumpulan Data

!"!"#" Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Dimana

dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan

yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Tujuan

melakukan wawancara adalah memungkinkan kita untuk masuk dalam perspektif

orang lain. Adalah tanggung jawab pewawancara menyediakan kerangka kerja,

yang orang dapat menanggapi dengan rasa nyaman, tepat dan jujur terhadap

pertanyaan terbuka (Patton ,2009:184)

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara

mendalam dengan pertanyaan terbuka dan wawancara dengan responden terpilih

(Purposive Sampling) berdasarkan kemampuan dan keterlibatannya dengan

masalah yang diteliti baik secara internal maupun eksternal untuk mendapatkan

masukan pada indikator strategi SWOT dan AHP yang akan diteliti. Wawancara

dilakukan pada masing – masing Kantor tempat pengambilan data terkait, pada

saat jam kerja berlangsung.

!"!"$" Dokumentasi

Penggunaan dokumen resmi dalam penelitian sebagai sumber data telah

lama digunakan sebagai alat untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk

meramalkan tentang suatu keadaan. Pengumpulan data dokumentasi dimaksudkan

untuk melengkapi data yang tidak diperoleh dari kegiatan wawancara. Dokumen-

dokumen tersebut antara lain RPJMD dan RPJP Kabupaten Belitung, Rencana

Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung, Laporan

Keuangan dan Program Kerja Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Belitung, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Tahun 2008 –

2010.

!"!"!" Survey

Survey merupakan satu tahapan untuk mencari informasi dari responden.

Dalam Penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan kuesioner sebagai

Page 43: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

alat pengambilan data pokok dimana pada umumnya yang merupakan unit analisa

dalam penelitian survei adalah responden kunci. Survey dilakukan pada Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata dan Responden yang berhubungan dengan sektor

pariwisata di Kabupaten Belitung. Kuesioner di buat sedemikian rupa dengan

berbagai alternatif jawaban dan responden memberikan tanda pada satu jawaban

saja. Item skala penilaian disusun berdasarkan skala Likert. Kuesioner tertutup

adalah kuesioner yang telah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal

memilih jawabannya pada kolom yang telah disediakan dengan memberi tanda

silang (X) atau centang (!) (Arikunto,2006). Alasan penggunaan kuesioner

tertutup , yaitu :

a. Kuesioner ini memberikan kemudahan pada responden dalam memberikan

jawaban;

b. Lebih praktis sistematis dan sesuai alat analisa yang digunakan;

c. Jawaban lebih relevan dan mengarah terhadap permasalahan yang diteliti.

Penyampaian kuesioner kepada responden dilakukan secara langsung

dan sebelumnya diberi pengarahan mengenai tata cara pengisian kuesioner.

Setelah kuesioner diisi oleh responden, kemudian dikembalikan kepada peneliti.

!"#" Teknik Sampling

Tehnik pengambilan sampling dilakukan dengan menggunakan sampel

bertujuan (Purposive Sampling), dimana menurut Arikunto (2006) dilakukan

dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan strata , random atau daerah,

tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Dalam penelitian ini sampling yang

diambil adalah dari Pejabat Lingkup Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung

ditambah dengan stake holder yang terkait baik secara internal maupun eksternal

di lingkup Kabupaten Belitung.

!"$" Instrumen Penelitian

!"$"%" SWOT

Konsep analisis SWOT memberikan suatu pandangan dasar tentang

strategi atau taktik yang diperlukan dalam mencapai tujuan tertentu. Analisis

SWOT mengkaji dengan menilai faktor-faktor terkait. Untuk perumusan strategi

Page 44: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

dan mengelompokan faktor-faktor tersebut menjadi faktor eksternal dan faktor

internal, kemudian membandingkan antara faktor eksternal yang merupakan

peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal yang berupa

kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) (Rangkuti, 2001). Menurut

Fandeli (2002) strategi merupakan cara bagaimana organisasi mencapai visi dan

misi yang ada secara sistematis, terarah dan rasional. Strategi disusun berdasarkan

analisis SWOT. Fungsi strategi sebagai titik tolak untuk merumuskan program.

Menurut Pearce and Robinson (2003,134), analisis SWOT perlu dilakukan karena

analisa SWOT untuk mencocokkan “fit” antara sumber daya internal dan situasi

eksternal perusahaan. Pencocokkan yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan

peluang perusahaan dan meminimumkan kelemahan dan ancamannya. Asumsi

sederhana ini mempunyai implikasi yang kuat untuk design strategi yang sukses.

Suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang

organisasi, namun pada kondisi yang sama meminimalkan kelemahan dan

ancaman yang muncul.

Menurut Pearce dan Robinson (2003), analisis SWOT memiliki

keterbatasan. Pertama, analisis SWOT berpotensi untuk terlalu banyak

memberikan penekanan pada kekuatan internal dan kurang memberikan perhatian

pada ancaman eksternal. Kedua, analisis SWOT dapat menjadi sesuatu yang

bersifat statis dan berisiko mengabaikan perubahan situasi dan lingkungan yang

dinamis. Ketiga, analisis SWOT berpotensi terlalu memberikan penekanan hanya

pada satu kekuatan atau elemen dari strategi. Dengan keterbatasan tersebut bukan

berarti SWOT tidak bisa lagi digunakan. Justru keterbatasan ini dapat menjadi

panduan dan pelajaran bagi peneliti agar dapat memanfaatkan analisis SWOT

dengan tepat, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peneliti.

Instrumen yang dipakai sebagai alat untuk mengumpulkan data,pada

penelitian ini adalah berupa daftar pertanyaan/ kuesioner jenis tertutup yang harus

diisi oleh responden dengan cara mengisi dan memberi tanda tertentu pada

alternatif jawaban yang dipilih. Kuesioner dimaksudkan untuk menjaring data

yang berkaitan dengan program dan strategi yang telah dilaksanakan sehingga

dapat dianalisa apa saja secara internal faktor kekuatan (Strength) dan

kelemahannya (Weakness). Secara Eksternal juga dapat diketahui Peluang

Page 45: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

(Opportunity) dan ancaman (Threatnesss) yang dihadapi dalam rangka

mengevaluasi strategi yang telah dilakukan.

Pada kuesioner ini, responden mengisi 3 kolom butir pertanyaan

kuesioner faktor internal dan eksternal berupa keadaan saat ini dan harapan

dimasa yang akan datang dalam kisaran angka 1 hingga angka 6 dan kuesioner

urgensi penanganan dalam kisaran angka 1 hingga angka 4 skala yang digunakan

adalah skala Likert. Responden mengisi setiap butir pernyataan kuesioner kolom 1

dan 2 dalam kisaran sangat baik diberi skor 6 hingga sangat kurang diberi skor

1.Pada kolom 3 berupa urgensi penanganan. Responden mengisi setiap butir

pernyataan berupa Sangat Urgen diberi skor 4 hingga Tidak Urgen diberi skor 1

Secara rinci, pemberian skor sebagai berikut :

Tabel 3.1 Indikator Faktor Internal dan Eksternal Analisa SWOT

N

o

Indikator

Penelitian

Eksternal /

internal

Kondisi Sampai Saat ini Urgensi

Penanganan

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4

1 Faktor 1

2 Faktor 2

3 Faktor 3

4 Faktor 4

5 Dst ......

Penilaian Responden: Urgensi Penanganan:

Angka 1 = Sangat Kurang Angka 1 = Tidak Urgen

Angka 2 = Kurang Angka 2 = Agak Urgen

Angka 3 = Cukup Angka 3 = Urgen

Angka 4 = Agak Baik Angka 4 = Sangat Urgen

Angka 5 = Baik

Angka 6 = Sangat Baik

1. Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa faktor, merupakan bagian dari

bidang yang merupakan penjabaran spesifik dari masing-masing bidang. Dari

contoh di atas (1) Penjualan barang/jasa dimana dinilai dari anggaran vs

Page 46: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

""!

target (2) Distribusi produk melalui jasa Travels Tour dan Maskapai

merupakan ”faktor”. Faktor inilah yang kemudian terkategori sebagai

kekuatan atau kelemahan (dari analisa internal) dan peluang atau ancaman

(dari analisa eksternal).

2. Setelah kuesioner terisi dan terkumpul semua, penilaian faktor dilakukan

dengan meranking bobot penilaian pada ”penilaian responden” yang memiliki

nilai maksimal 6 dan minimal 1. Faktor-faktor yang memiliki nilai di atas

median (atau rata-rata dilihat dari persebaran distribusi probabilitasnya)

disebut dengan ”kekuatan” pada analisa internal dan ”peluang” pada analisa

eskternal. Sebaliknya faktor-faktor yang memiliki nilai penilaian di bawah

median disebut dengan ”kelemahan” pada analisa internal dan ”ancaman”

pada analisa eksternal.

Cara pengisian pembobotan IFAS dan EFAS sebagai berikut :

• Untuk faktor Strenght (kekuatan) dan Opportunity (peluang) karena

bobotnya diatas rata-rata kolom maka langsung menjadi bobot

sebenarnya baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

• Untuk faktor Weakness (kelemahan) dan Threatness (ancaman) yang

bobotnya < dari kolom rata – rata, maka bobot yang diperoleh dari selisih

rata-rata kolom dan faktor baris masih harus dijadikan sebagai angka

pengurang dari angka tertinggi (6) baik jangka pendek dan jangka

panjang.

3. Nilai penyesuaian bersifat mutlak.

4. Penentuan bobot dari masing-masing elemen SWOT untuk setiap faktornya

diambil dari masing-masing elemen SWOT untuk setiap faktornya dengan

mengambil bobot masing-masing faktor = 100% baik internal maupun

eksternal. Bobot total dari setiap elemen SWOT menggambarkan nilai total

penyesuaian rata-rata terhadap nilai total faktor masing-masing.

Pembobotan dipakai sebagai bahan penilaian prioritas adalah bobot

tertimbang yang diperoleh dari perkalian bobot X rating. Sedangkan rating

diperoleh dari nilai rata – rata faktor urgensi penanganan/skala prioritas

kepentingan program sesuai dengan abjad dalam kuesioner responden dimana

nilai a = 1, b= 2,c = 3, d = 4. Tujuan penyesuaian bobot adalah untuk

Page 47: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

menyesuaikan perbedaan bobot faktor baik secara internal dan eksternal.

Prioritas dan keterkaitan antar strategi didapat dari hasil pembobotan IFAS

dan EFAS hasil kuesioner SWOT untuk masing-masing indikator faktor

(Soesilo,2002).

5. Membentuk suatu kuadran faktor strategi pengembangan sektor pariwisata,

yang menjelaskan posisi dari kombinasi faktor internal dan eksternal, dengan

kombinasi : kekuatan-peluang (S-O), kekuatan-ancaman (S-T), kelemahan-

peluang (W-O) dan kelemahan-ancaman (W-T).

Tabel 3. 2 Matriks Interaksi Internal Factors Analysis Summary (IFAS)

dan External Factors Analysis Summary (EFAS)

IFAS

EFAS STRENGTH (S) WEAKNESS (W)

OPPORTUNITY

(O)

SO = Ciptakan strategi

untuk menggunakann

kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

WO = Ciptakan strategi yang

meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang

THREATHS (I)

ST = Ciptakan strategi

yang menggunakann

kekuatan untuk mengatasi

ancaman

WT = Ciptakan strategi

yang meminimalkan

kelemahan dan menghindari

ancaman

Sumber : Rangkuti F,(2011)

!"#"$" Analytical Hierachy Process (AHP)

Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L.

Saaty pada tahun 1970-an. Metode ini merupakan salah satu model pengambilan

keputusan multi kriteria yang dapat membantu kerangka berpikir manusia di mana

faktor logika, pengalaman, pengetahuan, emosi, dan rasa dioptimasikan ke dalam

suatu proses sistematis.

Page 48: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

AHP adalah metode pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk

menentukan prioritas dari beberapa alternatif yang ada ketika beberapa kriteria

harus dipertimbangkan, serta mengijinkan pengambil keputusan (decision makers)

untuk menyusun masalah yang kompleks ke dalam suatu bentuk hirarki atau

serangkaian level yang terintegrasi.

Pada dasarnya AHP merupakan metode yang digunakan untuk

memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok-

kelompoknya, dengan mengatur kelompok tersebut ke dalam suatu hirarki,

kemudian memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam

melakukan perbandingan relatif. Dengan suatu sintesis maka akan dapat

ditentukan elemen mana yang mempunyai prioritas tertinggi.

AHP banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam

menyelesaikan masalah-masalah dalam hal perencanaan, penentuan alternatif,

penyusunan prioritas, pemilihan kebijakan, alokasi sumber daya, penentuan

kebutuhan, peramalan hasil, perencanaan hasil, perencanaan sistem, pengukuran

performansi, optimasi, dan pemecahan konflik.

The Analytic Hierarchy Process adalah salah satu bentuk model

pengambilan keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi semua

kekurangan dari model-model sebelumnya1. Saaty menyebutkan bahwa the

analytic hierarchy process (AHP) is a theory of measurement2.

Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan

input utamanya adalah persepsi manusia. Dengan menyusun hirarki suatu masalah

yang kompleks dan tidak terstruktur kemudian dipecah ke dalam kelompok-

kelompok untuk diatur menjadi suatu bentuk hirarki.

Perbedaan AHP dengan model pengambilan keputusan yang lain adalah

terletak pada jenis inputnya. Model yang sudah ada umumnya memakai input data

kuantitatif atau data sekunder, sedang model AHP memakai persepsi manusia

yang dianggap “ekspert” sebagai input utamanya. Ekspert disini lebih mengacu

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!1 !"#$"%&'()*#"+,'-.!./'012(3/'(14567548/9":"*;"/'<==>'>'?,@"#A",:"%' (*BC.' -"";D' A"+"' @D#AB@,E#' (14567548' 9":"*;"' $EF"%'?)@)#$)*' <=G=' H?*.' 8I"%'

9"D"' 1J,@/' K"AB*"%' A)%)F,;,"%' L' A)%+):";"%' 0#EF;,M*,)*,"' +)M,@,B%' #":,%&3' L' "%"FD;,M' N,)*"*MND'

A*BM)@@/'(14567548/'<==OP<==<Q'

Page 49: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

pada orang yang mengerti benar permasalahn yang diajukan, merasakan akibat

suatu masalah atau punya kepentingan terhadap masalah tersebut. Dapat juga

dikatakan bahwa model AHP adalah suatu model pengambilan keputusan yang

komprehensif, karena dapat memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan kualitatif

sekaligus (Brodjonegoro, 1992).

Model AHP (Alphonce, 1996) merupakan metode yang dapat

mengakomodir faktor-faktor atau variable-variabel kualitatif dalam suatu masalah

pengambilan keputusan, dan sangat mengandalkan pada pengalaman dari

pengambil keputusan untuk membuat sebuah prioritas kebijakan yang lebih baik.

Untuk membuat keputusan menggunakan metode ini adalah dengan

mendekomposisi keputusan sehingga akan diperoleh prioritas keputusan melalui

tahapan-tahapan sebagai berikut (Saaty, 2008) :

1. Merumuskan permasalahan

2. Membuat Hirarki yang terdiri atas level paling atas berupa tujuan dari

pengambilan keputusan, dilanjutkan dengan level di bawahnya berupa kriteria

dari pengambilan keputusan, dan level yang paling bawah berupa alternatif-

alternatif keputusan yang akan diambil.

3. Membuat matriks perbandingan (Pairwise Comparison Matrices).

4. Menggunakan prioritas yang terkandung dalam matriks pairwise comparison

ke dalam pembobotan prioritas global.

Model AHP yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

perencanaan (backward process). Model ini terdiri atas 5 level dimana level

teratas merupakan tujuan yaitu masa depan yang diinginkan dari suatu

permasalahan. Pada level dua terdapat skenario-skenario atau target-target yang

diinginkan. Berikutnya pada level 3 terdapat masalah-masalah yang diperkirakan

akan menghambat pencapaian target yang diinginkan. Sedangkan pada level 4

terdapat aktor atau pelaku yang berperan atau berpengaruh dalam pencapaian

target. Pada level terakhir dan sekaligus hasil akhir suatu proses perencanaan

adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diperlukan untuk target yang diinginkan

tersebut. Konsistensi tidak diharuskan dalam model ini, baik dalam pengisian

Page 50: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

data primer maupun antar elemen karena adanya sifat fleksibel dari AHP sendiri

(Permadi, 1992).

3.5.2.1. Kelebihan dan Kelemahan AHP

Kelebihan dari metode AHP dalam pemecahan persoalan dan

pengambilan keputusan adalah:

a. Kesatuan

AHP memberi satu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk

aneka ragam persoalan tak terstruktur.

b. Kompleksitas

AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan sistem

dalam memecahkan persoalan kompleks.

c. Saling ketergantungan

AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu

sistem dan tidak memaksakan pemikiran linier.

d. Penyusunan hirarki

AHP mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah elemen-

elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan

unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

e. Pengukuran

AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal dan wujud suatu model

untuk menetapkan prioritas.

f. Konsistensi

AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang

digunakan dalam menentukan prioritas.

g. Sintesis

AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap

alternatif.

h. Tawar-menawar

AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem

dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan

mereka.

Page 51: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

i. Penilaian dan konsensus

AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang

representatif dari berbagai penilaian yang berbeda-beda.

j. Pengulangan proses

AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu

persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui

pengulangan.

Di samping kelebihan-kelebihan di atas, terdapat pula beberapa kesulitan

dalam menerapkan metode AHP ini. Apabila kesulitan-kesulitan tersebut tidak

dapat diatasi, maka dapat menjadi kelemahan dari metode AHP dalam

pengambilan keputusan. Kesulitan-kesulitan dalam menerapkan metode ini ialah :

a. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang sangat

tajam/ekstrim di kalangan responden.

b. Metode ini mensyaratkan ketergantungan pada sekelompok ahli sesuai

dengan jenis spesialis terkait dalam pengambilan keputusan.

c. Responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuan dan pengalaman

yang cukup tentang permasalahan serta metode AHP.

!"#" Teknik Analisis Data

Tujuan analisis deskriptif adalah untuk membiarkan pembaca

mengetahui apa yang terjadi pada program yang dilakukan dan menjelaskan

secara garis besar mengenai obyek penelitian dengan menggunakan distribusi

frekuensi persentase serta nilai rata-rata variabel. Dimana datanya, meliputi

catatan wawancara, catatan observasi yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti, data resmi yang berupa dokumen atau arsip, memorandum dalam proses

pengumpulan data dan juga semua pandangan yang diperoleh dari manapun serta

dicatat. Menurut Moleong,(2001) karakteristik metodologi penelitian kualitatif

disebutkan bahwa analisisnya bersifat induktif. Pendekatan induktif dimaksudkan

untuk membantu pemahaman dalam data yang rumit melalui pengembangan tema

– tema yang diikhtisarkan dari data kasar. Sifat analisis induktif sangat

menekankan pentingnya apa yang sebenarnya terjadi dan ditemukan di lapangan

Page 52: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

yang pada dasarnya bersifat khusus berdasarkan karakteristik konteksnya dalam

kondisi alamiahnya.

!"#" Pemilihan Metode SWOT dan AHP dalam Penelitian

Pemilihan metode SWOT dan AHP dalam penelitian ini didasarkan pada

kegunaan dan kelebihan metode itu sendiri dalam menyelesaiakan sebuah

permasalahan yang kompleks dan dalam merumuskan kebijakan yang tepat

berdasarkan skala prioritas/urgensi masalah.

Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis strategi pengembangan

dengan melihat faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi

pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung, dan Analytic Hierarchy Process

(AHP) untuk merumuskan konsep kebijakan dan peran institusi dalam

pengelolaan dan pengembangan pariwisata dengan cara memilih prioritas

alternatif dalam mendukung pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung.

Page 53: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

!"#" Acuan Hirarki

Hirarki disusun berdasarkan kombinasi strategi faktor internal dan faktor

eksternal yang telah diolah. Kombinasi strategi prioritas diturunkan ke dalam

bagan hirarki sebagai berikut :

Level 1 :

Tujuan

Level 2 :

Skenario

Level 3 :

Hambatan

Level 4 :

Pelaku

Level 5 :

Kebijakan

Gambar 3.1. Hirarki Strategi Pengembangan Pariwisata Kab. Belitung

Pertama, penentuan elemen hirarki dimulai dari merumuskan tujuan.

Kedua, merumuskan elemen skenario berdasarkan kombinasi faktor internal dan

eksternal yang dihitung berdasarkan bobot dan urgensi. Ketiga, merumuskan

elemen-elemen hambatan berdasarkan faktor ancaman dan faktor kelemahan dari

metode SWOT dan dikonsultasikan dengan narasumber terkait. Keempat,

merumuskan pelaku-pelaku yang terkait dengan pengembangan pariwista.

Kelima, merumuskan elemen kebijakan berdasarkan studi literatur serta kegiatan

yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung dan

selanjutnya dilakukan konsultasi dengan narasumber.

Kombinasi yang menjadi prioritas adalah kombinasi strategi W-T

(Weakness – Threatness) dengan nilai bobot dan urgensi sebesar 3,41. Kombinasi

tersebut adalah :

Strategi pengembangan pariwisata Kabupaten

Belitung

Pendidikan

Tinggi

Pariwisata

Standarisasi dan

pengawasan

keselamatan

wisatawan

Pendidikan dan

sosialisasi

masyarakat

Keterbatasan

Anggaran

Lemahnya

kelembagaan Lemahnya

pemberdayaan

masyarakat

PEMDA SWASTA LSM

Kerjasama

Pendidikan

Tinggi

Pariwisata

Menetapkan

standarisasi

dan

keselamatan

wisatawan

Peningkatan

kesadaran

masyarakat

tentang

pariwisata

Penambaha

n Jumlah

destinasi

wisata baru

Optimalisasi

destinasi dan

atraksi wisata

yang sudah

ada

Pengembangan

destinasi

pariwisata

Page 54: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

1. Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata sehingga adanya ketersediaan

tenaga kerja.

2. Edukasi, sosialisasi, standarisasi dan pengawasan terhadap para pelaku usaha

pariwisata dalam melaksanakan standar keselamatan wisatawan selama

melakukan perjalanan wisata.

3. Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang

kepariwisataan dan pelestarian lingkungan sehingga masyarakat dapat

diberdayakan.

4. Pengembangan destinasi dan atraksi wisata baru sehingga meningkatkan

keragaman objek wisata tanpa melupakan optimalisasi objek dan atraksi

budaya yang sudah ada.

Page 55: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

BAB 4

GAMBARAN UMUM

4.1. Gambaran umum

4.1.1. Keadaaan Geografis dan Penduduk

Sumber : DISBUDPAR Kabupaten Belitung

Gambar 4.1. Peta Kabupaten Belitung dan Obyek Wisata

Secara geografis Kabupaten Belitung terletak pada 107°35’BT –

108°18’BT dan 02°30’LS – 03°LS, dengan luas keselruhan wilayah kabupaten

adalah 2.293,69 km!. Dari Jakarta menuju Belitung dapat ditempuh menggunakan

penerbangan komersial dalam waktu kurang lebih 50 menit.

Pulau Belitung yang memiliki garis tengah Timur-Barat ±79 km dan

garis tengah Utara-Selatan ±77 km. Dengan batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Belitung Timur.

Page 56: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

• Sebelah Selatan Berbatasan dengan Laut Jawa.

• Sebelah Barat Berbatasan dengan Selat Gaspar.

Kabupaten Belitung merupakan bagian dari wilayah Propinsi Kepulauan

Bangka Belitung yang merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 98 buah

pulau besar dan kecil. Pulau yang terbesar adalah Pulau Belitung, disamping itu

masih ada pulau besar lainnya seperti : Pulau Seliu, Pulau Mendanau dan Pulau

Nadu. Penyebaran pulau di setiap kecamatan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Kondisi Geografis

No. Kecamatan Luas (km!) Persentase

Luas

Jumlah

desa

Jumlah

Pulau

1. Membalong 909,55 39,65 12 36

2. Tanjungpandan 378,45 16,50 12 5

3. Sijuk 458,2 19,98 6 23

4. Badau 413,99 18,05 8 8

5. Selat Nasik 133,5 5,82 4 26

Jumlah 2,293,69 100,00 42 98

Sumber : Belitung Dalam Angka 2011

Berdasarkan hasil Registrasi Penduduk pada akhir Tahun 2010, jumlah

penduduk Kabupaten Belitung berjumlah 155.640 jiwa. dengan jumlah kepadatan

67,856 orang/km!.

Tabel 4.2. Jumlah dan kepadatan penduduk

No. Kecamatan Jumlah

Penduduk

Kepadatan

Penduduk

(jiwa/km!)

1. Membalong 22.046 24,24

2. Tanjungpandan 90.336 238,70

3. Badau 11.898 25,97

4. Sijuk 25.336 61,20

5. Selat Nasik 6.024 45,12

Jumlah 155.640 67,86

Sumber : Kabupaten Belitung Dalam Angka 2011

4.1.2. Keadaan Infrastruktur

Berdasarkan data dari BPS Kabupten Belitung, infrastruktur terus

ditingkatkan hingga sekarang. Panjang jalan di Kabupaten Belitung menunjukkan

perkembangan dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Dapat dilihat

Page 57: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

""!

perkembangannya pada tahun 2008, panjang jalan dengan permukaan yang di

aspal meningkat menjadi 459,13 km dibandingkan dengan tahun sebelumnya

yang mencapai 435,23 km. Pada tahun 2009, secara keseluruhan pembangunan

jalan di Kabupaten Belitung semakin meningkat dengan panjang jalan secara

keseluruhan mencapai 615,38 km, meningkat disbanding tahun sebelumnya yang

hanya mencapai 477,93 km.

Pemanfaatan sarana transportasi di Kabupaten Belitung tidak sedikit juga

disumbang dari transportasi udara melalui Bandara H.AS. Hanandjoeddin, yang

tiap tahun mengalami peningkatan jumlah penumpang baik penumpang datang

maupun penumpang berangkat. Ini mengindikasikan bahwa Kabupaten Belitung

mengalami perkembangan yang baik dalam pengelolaan sarana transportasi

udaranya. Pada tahun 2009, jumlah penumpang yang berangkat dari Bandara

H.AS.Hanandjoeddin meningkat sebesar 23,14 persen dibanding tahun

sebelumnya menjadi 134.508 orang.

Angkutan laut merupakan sarana transportasi yang sangat penting dan

strategis bagi Kabupaten Belitung yang merupakan daerah kepulauan. Dapat

dilihat bahwa jumlah penumpang kapal yang naik di Pelabuhan Tanjungpandan

selalu lebih tinggi dibanding penumpang yang turun. Pada tahun 2009, terjadi

penurunan jumlah penumpang naik sebesar (2,58) persen yaitu sebesar 54.522

orang, turun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 55.968 orang.

Kondisi energi listrik di Kabupaten Belitung secara umum terlihat

mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jika dilihat dari tahun 2007 sampai

tahun 2009, jumlah produksi listrik dan daya tersedia terus meningkat. Produksi

listrik yang dihasilkan oleh PT. PLN Cabang Tanjungpandan mencapai

113.714.257 kWh pada tahun 2009, pada tahun 2008 mencapai 88.945.743 kWh

dan pada tahun 2007 sebesar 81.627.696 kWh. Begitu pula dengan jumlah

pelanggan PLN di Kabupaten Belitung dari tahun 2007 sampai tahun 2009

mengalami kenaikan. Pada tahun 2007 jumlah pelanggan adalah 39.616

pelanggan, kemudian naik pada tahun 2008 menjadi 39.719, lalu pada tahun 2009

jumlah pelanggan menjadi 39.768 pelanggan. Pada umumnya jumlah pelanggan

listrik di Kabupaten Belitung didominasi digunakan untuk keperluan rumah

tangga kecil, disusul keperluan bisnis kecil dan keperluan badan-badan sosial.

Page 58: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

4.1.3. Keadaan Ekonomi

Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Belitung Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000, Sektor Pertanian pada tahun

2010 menduduki peringkat pertama sebagai pemberi kontribusi terhadap

perekonomian Kabupaten Belitung dengan nilai Rp 329.497.000.000,-. Dan yang

menjadi penyumbang terbesar terhadap Sektor Pertanian pada tahun 2010 adalah

Perikanan dengan nilai sebesar Rp 215.501.000.000,-. Hal ini disebabkan kondisi

geografis Kabupaten Belitung yang terdiri dari kepulauan sehingga memiliki

potensi perikanan yang cukup besar.

Sedangkan di posisi kedua pada tahun 2010 adalah Sektor Industri

Pengolahan yang berkontribusi terhadap perekonomian sebesar Rp

266.718.000.000,-. Kemudian di posisi ketiga adalah Sektor Perdagangan, Hotel

dan Restoran yang memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten

Belitung pada tahun 2010 sebesar Rp 199.780.000.000,-.

Tabel 4.3. PDRB Kabupaten Belitung Atas Dasar Harga Konstan (Juta Rp)

No. LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1. Pertanian 264.961 281.303 300.916 312.416 320.585 329.497

2.

Pertambangan dan

Penggalian 107.546 105.785 102.306 83.248 86.117 87.851

3. Industri Pengolahan 205.808 214.396 222.689 241.174 248.699 266.718

4.

Listrik, Gas dan Air

Bersih 11.840 12.162 12.618 13.175 13.818 16.306

5. Bangunan 63.305 68.899 76.110 85.454 94.066 103.840

6.

Perdagangan, Hotel dan

Restoran 158.519 164.028 168.068 177.543 186.388 199.780

7.

Pengangkutan dan

Komunikasi 42.053 43.750 46.792 49.628 51.789 55.723

8.

Keuangan Persewaan dan

Jasa Perusahaan 42.366 43.348 46.924 48.512 51.904 55.447

9. Jasa – Jasa 100.022 106.590 113.930 120.605 127.056 135.642

Jumlah dengan Migas 996.420 1.040.263 1.090.349 1.131.755 1.180.423 1.250.804

Sumber : Kabupaten Belitung Dalam Angka 2011

Page 59: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

4.2. Visi dan Misi

4.2.1. Visi

Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan lingkungan

dinamis yang selalu berubah cepat , menuntut instansi Pemerintah harus terus

melakukan penyesuaian kearah perbaikan. Penyesuaian tersebut harus disusun

dalam suatu tahapan kebijakan yang konsisten dan berkelanjutan, sehingga dapat

meningkatkan akuntabilitas kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil /

manfaat yang optimal.

Visi dapat diartikan sebagai cara pandang jauh ke depan ke arah mana

instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipasif dan inovatif. Visi

adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang

diinginkan oleh instansi pemerintah. Keadaan masa depan tersebut haruslah sesuai

dengan kondisi yang diinginkan dan menantang sehingga memotivasi dan

memberi inspirasi seluruh anggota organisasi dan mempengaruhi pengambilan

keputusan. Visi masa depan organisasi harus realistis dan kredibel dan visi juga

merupakan kerangka dari proses perencanaan organisasi.

Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka Visi yang dikembangkan

oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Tahun 2010-2014

adalah “Terwujudnya Kabupaten Belitung sebagai daerah tujuan wisata dengan

memanfaatkan potensi wisata alam dan keanekaragaman budaya untuk

meningkatkan kesejahteraan rakyat”. Dengan visi ini diharapkan menjadi

motivasi dan pedoman untuk pengembangan sektor Kebudayaan dan

Kepariwisataan Belitung dengan tolak ukur pada peningkatan jumlah kunjungan

wisata, yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dalam upaya peningkatan ekonomi kerakyatan.

4.2.2. Misi

Untuk mewujudkan Visi yang telah ditetapkan, maka ditetapkan

beberapa misi sebagai arahan dalam implementasi Program dan Kegiatan. Misi

merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan Instansi Pemerintah dan sasaran

yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu melalui penerapan strategi yang

telah dipilih.

Page 60: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Dengan penetapan Visi tersebut maka sebagai implementasinya

ditentukan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Tahun

2010 - 2014 adalah sebagai berikut :

a. Optimalisasi pelaksanaan administrasi perkantoran, peningkatan sarana dan

prasarana aparatur serta upaya peningkatan disiplin aparatur.

b. Penataan, peningkatan pengetahuan dan pengembangan sumber daya manusia

di bidang kebudayaan dan pariwisata.

c. Pelestarian dan pengembangan kebudayaan.

d. Pengembangan destinasi wisata.

e. Intensifikasi promosi dan pemasaran wisata.

Page 61: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

BAB 5

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisa SWOT

Evaluasi strategi program yang dilakukan didalam suatu organisasi atau

perusahaan harus berdasarkan analisa Indikator lingkungan internal dan eksternal

berupa identifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi secara internal dan

identifikasi peluang maupun ancaman yang akan terjadi secara eksternal.

Penggunaan analisis SWOT dilakukan sebagai sebuah alat analisa yang baik dan

powerful untuk mengevaluasi strategi program yang telah dilakukan dan

perbaikan strategi program kedepannya berdasarkan kombinasi faktor internal dan

eksternal. Tahapan analisis SWOT dilakukan sebagai berikut :

5.5.1. Perumusan Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Tahapan ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor internal dan faktor

eksternal Pariwisata di Kabupaten Belitung yang bertujuan untuk mencari solusi

strategi terbaik yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas pariwisata di

Kabupaten Belitung. Dalam hal ini yang menjadi target responden internal kunci

adalah Kepala Dinas beserta jajaran Kepala Bidang dilingkungan Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung. Sedangkan target responden

eksternal kunci adalah Pelaku pariwisata dan wakil masyarakat diwakili oleh

Perusahaan Travel Tour, Pengelola Hotel dan Komunitas Budaya Kabupaten

Belitung.

Identifikasi faktor – faktor lain tambahan yang berkaitan dengan

indikator strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung dilakukan

dengan menelaah dan mempelajari literatur yang berasal dari perpustakaan,

dokumen Renstra ,RPJMN dan RIPPDA, Peraturan Perundang-undangan , Paper

Ilmiah, maupun hasil Laporan Pertemuan ilmiah yang telah dilakukan. Hasil

perumusan Indikator Internal dan Eksternal beserta definisinya diuraikan pada

tabel berikut :

Page 62: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Tabel 5.1. Faktor Internal FAKTOR INTERNAL

No. Faktor Program Definisi Kategori

1. Struktur Birokrasi Struktur Birokrasi yang efektif dan

efisien di bidang pariwisata

Struktur Birokrasi

2. Potensi Budaya, Adat

dan tradisi daerah

Budaya, adat dan tradisi daerah yang

sudah ada di masyarakat Kabupaten

Belitung

Produk dan Daya

Tarik Wisata

3. Sumber daya alam dan

panorama

Potensi alamiah yang ada di

Kabupaten Belitung

4. Pariwisata berbasiskan

lingkungan

Pengelolaan pariwisata yang

mengedepankan green ekologi

5. Potensi Peninggalan

Bersejarah ( Darat dan

Laut )

Situs bersejarah dan museum yang

ada di Kabupaten Belitung

6. Optimalisasi objek

wisata dan atraksi

budaya yang sudah ada

Meningkatkan nilai tambah dari

objek wisata dan atraksi budaya

yang sudah ada

7. Pengembangan Destinasi

Wisata Baru

Penambahan objek dan atraksi

wisata baru

8. Kualitas SDM Sektor

Pariwisata

Kemampuan tekhnis SDM tentang

Industri pariwisata

SDM

9. Kompetensi/Kualitas

Birokrat

Kemampuan tekhnis SDM aparat

pemerintah pada sektor

kepariwisataan

10. Kreatifitas birokrat

sektor pariwisata

Kreatifitas birokrat dalam

pengelolaan pariwisata di Kabupaten

Belitung

11. Tersedianya

Infrastruktur

Pariwisata/Akomodasi

Ketersediaan akomodasi mayor

infrastruktur turisme berupa kamar

hotel, penyewaan kendaraan

(mobil,motor), mesin atmdll

Fasilitas akomodasi

12. Pusat dan Layanan

Informasi

Adanya layanan informasi untuk

wisatawan baik yang sudah datang

maupun yang memiliki rencana

untuk datang

Data dan Informasi

13. Data Pariwisata Ketersediaan data pariwisata daerah

maupun luar daerah

Page 63: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Lanjutan tabel 5.1. Faktor Internal

FAKTOR INTERNAL

No. Faktor Program Definisi Kategori

14. Alokasi anggaran Besaran dana yang direncanakan

dan besarnya dana yang sudah

terealisasi

Anggaran

15. Tersedianya Produk UU

Pengembangan

Kawasan Pariwisata

UU yang berpihak kepada

pengembangan pariwisata

Birokrasi dan Regulasi

16. Incentive Fiskal dari

Pemerintah Pusat dan

daerah

Besaran/banyaknya program

incentive yang diberikan

Pemerintah Pusat maupun daerah

dalam peningkatan Program

Pariwisata

17. Partnership dan

Kolaborasi

Adanya kerjasama antar stake

holder pada program pariwisata

Kerjasama dan

Koordinasi Pariwisata

18. Kerjasama Pemerintah

daerah dan stake holder

Adanya kerjasama yang dilakukan

oleh pemda dan pemangku

kepentingan terkait pada sektor

pariwisata

19. Promosi melalui media

massa dalam negeri

Optimalisasi informasi sehingga

Kabupaten Belitung dikenal

didalam negeri

Pasar dan Promosi

20. Promosi melalui media

massa luar negeri

Optimalisasi informasi sehingga

Kabupaten Belitung dikenal diluar

negeri

21. Edukasi dan Sosialisasi Pendidikan dan sosialisasi

mengenai kepariwisataan dan

lingkungan serta pelestariannua di

masyarakat

Edukasi dan Peran

serta masyarakat

22. Pembinaan seni dan

budaya masyarakat

Adanya program pelestarian dan

pengembangan seni budaya

masyarakat

23. Pemberdayaan /

partisipasi masyarakat

Adanya partisipasi aktif anggota

masyarakat dalam sektor pariwisata

Sumber : Hasil rumusan yang telah diolah

Page 64: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Tabel 5.2. Faktor eksternal FAKTOR EKSTERNAL

No. Faktor Program Definisi Kategori

1. Pengelolaan lingkungan

dan budaya lokal

Pemeliharaan lingkungan akibat

industri pariwisata dan

Pemeliharaan budaya lokal sbg

daya tarik wisata

Dampak pariwisata

2. Akulturasi budaya asing

dan lokal

Adanya interaksi dan akulturasi

budaya pada wilayah destinasi

3. Infrastruktur ICT Jaringan Informatika dan teknologi

komunikasi (Internet broadband

networks,line telephone)

Infrastruktur

4. Keadaan Infrastruktur Ketersediaan infrastruktur

(jalan,sanitasi, air bersih dan

listrik)

5. Atraksi dan pendukung Daya tarik sumber daya alam dan

budaya yang ada di wilayah

tersebut

Produk dan Daya Tarik

Wisata

6. Keanekaragaman Produk

pariwisata

Adanya diversifikasi dan variasi

produk pariwisata yang dijual

7. Ketersediaan Souvenir/Gift

Shop

Adanya pengerajin dan toko

penjual cideramata khas Belitung

Akomodasi

8. Tersedianya Akomodasi

dan biro travel

Adanya akomodasi dan travel

agent yang kompeten

9. Mutu layanan Layanan yang memuaskan dari

pelaku industri pariwisata

10. Living Cost Biaya yang dikeluarkan oleh

wisatawan selama tinggal di

Belitung (penginapan, makan,

transportasi dll)

11. Koordinasi antar sektor

pemerintahan

Adanya koordinasi yang baik antar

sektor di lingkungan Kabupaten

Belitung

Birokrasi dan regulasi

12. Jaringan koordinasi dengan

pariwisata daerah lain

Adanya jaringan kerjasama dengan

daerah lain

13. Penelitian dan

pengembangan pariwisata

Adanya penelitian dan ide kreatif

untuk mengembangkan sektor

pariwisata

14. Tersedianya Blue Print

sistem pariwisata

Adanya rencana induk (Master

Plan) pariwisata untuk pemetaan

potensi, dan pengembangan

pariwisata

15. Keselamatan Wisatawan Adanya pengawasan dari pihak

terkait terhadap standar

keselamatan wisatawan selama

melakukan aktifitas pariwisata

16. Penerbangan dengan Low

Cost Carrier

Adanya transportasi udara dengan

biaya yang representative (Low

Cost Carrier )

Aksesbilitas

17. Aksesibilitas Objek Wisata Keterjangkauan daerah objek

wisata

Page 65: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Lanjutan Tabel 5.2. Faktor Eksternal

FAKTOR EKSTERNAL

No. Faktor Program Definisi Kategori

18. Pendidikan Tinggi

Pariwisata

Adanya perguruan tinggi yang

menghasilkan sdm pariwisata yang

kompeten

SDM

19. Kreatifitas swasta sektor

pariwisata

Kreatifitas swasta dalam

pengelolaan dan pemanfaatan

potensi pariwisata di Kabupaten

Belitung

20. Investasi sektor pariwisata Banyaknya investasi dan rencana

investasi pada sektor pariwisata

Investasi

21. Kepemilikan lahan Kemudahan dan kepastian untuk

mendapatkan lahan dalam

mengembangkan pariwisata

22. Keamanan Keadaan keamanan dan

kenyamanan suatu wilayah

Isu terkait

23. Kerusakan lingkungan Kerusakan lingkungan akibat

pertambangan dan perkebunan

24. Integritas Terbukanya akses terhadap orang

asing membuka peluang terhadap

keinginan menguasai tanah (pulau)

Sumber : Hasil rumusan yang telah diolah

5.5.2. Penyusunan Kuesioner SWOT

Berdasarkan hasil rumusan faktor internal dan eksternal yang sudah

dibuat, selanjutnya dilakukan penyusunan kuesioner SWOT beserta pembobotan

Indikator masalah yang ada . Penyusunan kuesioner dilakukan dengan wawancara

langsung terhadap responden kunci sebagai nara sumber yaitu Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Belitung. Selain itu untuk objektifitas penelitian

ditambahkan juga responden kunci dari luar yaitu Pengelola Resort, Tour

Organizer, Ketua Komunitas Budaya. Wawancara langsung dilakukan untuk

mendapatkan indikator relevan dan mempertajam indikator yang sudah ada.

Setelah dilakukan perbaikan maka dilakukan uji coba pengisian

kuesioner kepada beberapa responden untuk melihat apakah ada kendala teknis

atau pertanyaan yang tidak relevan dengan masalah dalam penelitian ini. Setelah

secara teknis kuesioner tidak ada masalah secara fundamental maka kuesioner

siap diberikan kepada responden penelitian.

5.2. Hasil Perhitungan Analisis SWOT

Penelitian ini dilakukan dengan memilih responden yang telah ditetapkan

secara Purposive Sampling, atau ditetapkan secara langsung berdasarkan tingkat

Page 66: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

kepentingan dan keterlibatan responden terhadap penelitian ini. Dimana penelitian

ini secara internal melibatkan 19 orang Pejabat di lingkungan Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Belitung berupa Eselon II, III dan IV. Sedangkan

untuk mempertinggi objektifitas penelitian dilibatkan juga pihak Eksternal yang

berhubungan dengan penelitian ini sejumlah 11 orang sebagai bahan

pembanding. Sehingga total kuesioner yang diedarkan sejumlah 30 kuesioner.

Setelah data hasil penelitiaan terkumpul jumlah kuesioner yang didapat sebanyak

20 orang, sedangkan 10 orang responden tidak mengembalikan kuesioner yang

telah diberikan yaitu 8 orang dari intern Disbudpar dan 2 orang lagi dari pihak

Eksternal.

Untuk mendapatkan prioritas maupun keterkaitan antar strategi,

dilakukan pembobotan maupun rating terhadap semua indikator faktor dalam

kuesioner yang telah disebar pada responden yang mengisi kuesioner. Hasil

akhirnya berupa empat elemen model SWOT yaitu faktor Strenght, Weakness,

Opportunity dan Threatness. Dari hasil seluruh kuesioner yang masuk tersebut

dirata-ratakan hasilnya menjadi patok duga (benchmark) baik pada kondisi

sekarang maupun kondisi yang akan datang.

5.3. Evaluasi Strategi

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah ditabulasi dari seluruh

responden yang mengembalikan kuesioner maka dapat dilihat faktor internal

maupun eksternal dari kondisi saat sekarang, apa saja faktor baik secara internal

maupun eksternal yang menjadi Kekuatan (S), Kelemahan (W), Peluang (O)

maupun Ancaman (T) dari program Visit Lombok Sumbawa ini yang telah

dijalankan. Untuk melihat secara lebih jelas Faktor ini dibagi menjadi 2 faktor

utama yaitu :

1. Faktor Internal

Faktor internal dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu faktor internal yang nilai

rata-ratanya diatas nilai rata-rata internal sebesar 3,56 menjadi kekuatan

sedangkan nilai yang berada dibawah nilai rata – rata akan menjadi

kelemahan untuk kondisi saat ini dan jangka panjang.

a. Faktor Kekuatan (Strenght)

Page 67: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Dari hasil tabulasi yang telah dilakukan terhadap penilaian responden

untuk faktor internal yang mempunyai nilai diatas rata – rata kondisi saat

sekarang dan menjadi kekuatan bagi strategi pengembangan pariwisata di

Kabupaten Belitung yaitu faktor :

No. FAKTOR RATA-RATA

BARIS

3 Sumber daya alam dan panorama 5.70

2 Potensi Budaya, Adat dan tradisi daerah 4.55

5 Potensi Peninggalan Bersejarah ( Darat dan Laut ) 4.45

4 Pariwisata berbasiskan lingkungan 3.90

18 Kerjasama Pemerintah daerah dan stake holder 3.80

9 Kompetensi/Kualitas Birokrat 3.70

11 Tersedianya Infrastruktur Pariwisata (Akomodasi) 3.70

13 Data Pariwisata 3.65

22 Pembinaan seni dan budaya masyarakat 3.60

b. Faktor Kelemahan (Weakness)

Dari hasil tabulasi yang telah dilakukan terhadap penilaian responden

untuk faktor internal yang mempunyai nilai diatas rata – rata kondisi saat

sekarang dan menjadi kelemahan bagi srategi pengembangan pariwisata di

Kabupaten Belitung yaitu faktor :

NO. FAKTOR RATA-RATA

BARIS

1 Struktur Birokrasi 3.55

14 Alokasi anggaran 3.55

19 Promosi melalui media massa dalam negeri 3.55

17 Partnership dan Kolaborasi 3.50

21 Edukasi dan Sosialisasi 3.40

7 Pengembangan Destinasi Wisata Baru 3.35

23 Pemberdayaan / partisipasi masyarakat 3.35

8 Kualitas SDM Sektor Pariwisata 3.30

10 Kreatifitas birokrat sektor pariwisata 3.30

6 Pengembangan Destinasi Wisata Baru 3.25

16 Incentive Fiskal dari Pemerintah Pusat dan daerah 2.85

12 Pusat dan Layanan Informasi 2.80

15 Tersedianya Produk UU Pengembangan Kawasan

Pariwisata 2.80

20 Promosi melalui media massa luar negeri 2.35

2. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu faktor Eksternal yang

nilai rata-ratanya diatas nilai rata-rata Eksternal sebesar 3.45 menjadi faktor

Peluang sedangkan faktor Eksternal yang mempunyai nilai rata – rata

Page 68: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

""!

dibawah nilai rata-rata akan menjadi faktor ancaman program untuk kondisi

saat ini dan jangka panjang.

a. Faktor Peluang (Opportunity)

Dari hasil tabulasi yang telah dilakukan terhadap penilaian responden

untuk faktor eksternal yang mempunyai nilai diatas rata – rata kondisi saat

sekarang dan menjadi Peluang bagi strategi pengembangan pariwisata di

Kabupaten Belitung yaitu faktor :

No. FAKTOR RATA-RATA

BARIS

22 Keamanan 5.10

4 Keadaan Infrastruktur 4.25

8 Tersedianya Akomodasi dan biro travel 4.25

11 Koordinasi antar sektor pemerintahan 3.95

17 Aksesibilitas Objek Wisata 3.95

20 Investasi sektor pariwisata 3.90

3 Infrastruktur ICT 3.80

9 Mutu layanan 3.75

19 Kreatifitas swasta sektor pariwisata 3.75

12 Jaringan koordinasi dengan pariwisata daerah lain 3.65

24 Integritas 3.65

10 Living Cost 3.60

2 Akulturasi budaya asing dan lokal 3.60

7 Ketersediaan Souvenir/Gift Shop 3.45

b. Faktor Ancaman (Threatness)

Dari hasil tabulasi yang telah dilakukan terhadap penilaian responden

untuk faktor eksternal yang mempunyai nilai diatas rata – rata kondisi saat

sekarang dan menjadi Peluang bagi strategi pengembangan pariwisata di

Kabupaten Belitung yaitu faktor :

No. FAKTOR RATA-RATA

BARIS

1 Pengelolaan lingkungan dan budaya lokal 3.30

21 Kepemilikan lahan 3.25

6 Keanekaragaman Produk pariwisata 3.20

5 Atraksi dan pendukung 3.20

15 Keselamatan Wisatawan 3.20

14 Tersedianya Blue Print sistem pariwisata 2.90

13 Penelitian dan pengembangan pariwisata 2.75

23 Kerusakan lingkungan 2.70

16 Penerbangan dengan Low Cost Carrier 1.75

18 Pendidikan Tinggi Pariwisata 1.75

Setelah didapat nilai faktor internal dan eksternal dari setiap faktor

internal dan eksternal dilanjutkan dengan membuat pembobotan untuk matriks

Page 69: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Interaksi Internal Factors Analysis Summary (IFAS) dan Interaksi External

Factors Analysis Summary (EFAS) yang berisikan penyesuaian nilai dari rata-rata

faktor, dimana bobot rata – rata baris dikurangi rata-rata kolom

(distandarisasikan) dalam harga mutlak sehingga tidak ada nilai yang negatif.

Interaksi kombinasi strategi yang meliputi kombinasi faktor internal dan

eksternal terdiri dari :

1. Strategi SO (Strenght + Opportunity)

2. Strategi ST (Strenght + Threattness)

3. Strategi WO (Weakness + Opportunity)

4. Strategi WT (Weakness + Threathness)

5.3.1. Analisis Internal Factor Analysis Summary (IFAS) – External Factor

Analysis Summary (EFAS)

Hasil dari perhitungan faktor tersebut diperoleh pembobotan IFAS dan

EFAS yang terdapat pada dua tabel berikut. Berdasarkan penentuan Internal

Factor Analysis Summary (IFAS) dapat ditentukan kekuatan dan kelemahan

masing-masing faktor yang menjadi indikator permasalahan internal pariwisata

Kabupaten Belitung.

Tabel 5.3. Penilaian bobot Internal Factors Analysis Summary (IFAS)

Strenght

No. FAKTOR

RATA-

RATA

BARIS

BOBOT URGENSI BOBOT X

URGENSI

3 Sumber daya alam dan panorama 5.70 4.91 2.950 0.14

2 Potensi Budaya, Adat dan tradisi

daerah 4.55 3.92 2.950 0.12

5 Potensi Peninggalan Bersejarah (

Darat dan Laut ) 4.45 3.83 3.200 0.12

4 Pariwisata berbasiskan lingkungan 3.90 3.36 3.100 0.10

18 Kerjasama Pemerintah daerah dan

stake holder 3.80 3.27 2.750 0.09

9 Kompetensi/Kualitas Birokrat 3.70 3.19 2.950 0.09

11 Tersedianya Infrastruktur Pariwisata

(akomodasi) 3.70 3.19 2.850 0.09

13 Data Pariwisata 3.65 3.14 2.700 0.08

22 Pembinaan seni dan budaya

masyarakat 3.60 3.10 3.150 0.10

TOTAL BOBOT S (Xs) !"#$%& !'#()& )*#*$& $#(+&

Sumber : Hasil kuesioner yang telah diolah

Page 70: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Dari tabel diatas, sumber daya alam dan panorama menduduki peringkat

pertama dengan rata-rata baris sebesar 5.70. Hal ini terutama disebabkan oleh

kondisi pantai yang dihiasi batu granit yang menjadi ciri khas tersendiri sehingga

memiliki nilai jual keluar. Selanjutnya yang mendapatkan bobot baris yang tinggi

adalah potensi budaya, adat dan tradisi daerah.

Tabel 5.4. Penilaian bobot Internal Factors Analysis Summary (IFAS) Weakness

NO. FAKTOR

RATA-

RATA

BARIS

BOBOT URGENSI BOBOT X

URGENSI

1 Struktur Birokrasi 3.55 5.16 2.550 0.13

14 Alokasi anggaran 3.55 5.16 2.750 0.14

19 Promosi melalui media massa dalam

negeri 3.55 5.16 2.950 0.15

17 Partnership dan Kolaborasi 3.50 5.12 2.550 0.13

21 Edukasi dan Sosialisasi 3.40 5.03 2.900 0.15

7 Pengembangan Destinasi Wisata

Baru 3.35 4.99 3.250 0.16

23 Pemberdayaan / partisipasi

masyarakat 3.35 4.99 3.050 0.15

8 Kualitas SDM Sektor Pariwisata 3.30 4.94 3.200 0.16

10 Kreatifitas birokrat sektor pariwisata 3.30 4.94 2.950 0.15

6 Pengembangan Destinasi Wisata

Baru 3.25 4.90 3.050 0.15

16 Insentif Fiskal dari Pemerintah Pusat

dan daerah 2.85 4.56 2.400 0.11

12 Pusat dan Layanan Informasi 2.80 4.51 3.000 0.14

15 Tersedianya Produk UU

Pengembangan Kawasan Pariwisata 2.80 4.51 2.900 0.13

20 Promosi melalui media massa luar

negeri

2.35 4.12 2.750 0.11

TOTAL BOBOT (Xw) 44.90 68.08 40.25 1.96

Sumber : Hasil kuesioner yang telah diolah

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan, promosi terutama untuk pasar

wisatawan luar negeri mendapat nilai terendah yaitu sebesar 2,35. Sesungguhnya

promosi memiliki peran sangat penting dalam pemasaran dan hal ini telah

dibuktikan melalui riset yang telah ada. Selanjutnya yang mendapat nilai terendah

kedua adalah faktor produk UU pengembangan kawasan wisata disusul oleh

ketersediaan pusat layanan data dan informasi yang diharapkan dapat membantu

wisatawan yang telah datang dan berencana akan datang.

Page 71: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Tabel 5.5. Penilaian bobot External Factors Analysis Summary (EFAS) Oportunity

No. FAKTOR

RATA-

RATA

BARIS

BOBOT URGENSI BOBOT X

URGENSI

22 Keamanan 5.10 4.71 2.40 0.11

4 Keadaan Infrastruktur 4.25 3.93 2.70 0.11

8 Tersedianya Akomodasi dan biro

travel 4.25 3.93 2.85 0.11

11 Koordinasi antar sektor

pemerintahan 3.95 3.65 2.60 0.09

17 Aksesibilitas Objek Wisata 3.95 3.65 2.85 0.10

20 Investasi sektor pariwisata 3.90 3.60 2.80 0.10

3 Infrastruktur ICT 3.80 3.51 2.80 0.10

9 Mutu layanan 3.75 3.46 2.95 0.10

19 Kreatifitas swasta sektor pariwisata 3.75 3.46 3.05 0.11

12 Jaringan koordinasi dengan

pariwisata daerah lain 3.65 3.37 2.55 0.09

24 Integritas 3.65 3.37 2.50 0.08

10 Living Cost 3.60 3.33 2.55 0.08

2 Akulturasi budaya asing dan lokal 3.60 3.33 2.25 0.07

7 Ketersediaan Souvenir/Gift Shop 3.45 3.19 2.75 0.09

TOTAL BOBOT (Yo) 54.65 50.49 37.60 1.35

Sumber : Hasil kuesioner yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas, keamanan mendapat nilai yang tinggi yaitu

sebesar 5,10. isu keamanan merupakan isu yang cukup berpengaruh terhadap

target kunjungan, karena dari beberapa referensi yang ada menunjukkan

wisatawan yang ingin berwisata lebih memilih wilayah yang aman dan minim

konflik sedangkan situasi yang kurang kondusif.

Tabel 5.6. Penilaian bobot External Factors Analysis Summary (EFAS) Threats

No. FAKTOR

RATA-

RATA

BARIS

BOBOT URGENSI BOBOT X

URGENSI

1 Pengelolaan lingkungan dan budaya

lokal 3.30 5.41 3.25 0.18

21 Kepemilikan lahan 3.25 4.85 2.60 0.13

6 Keanekaragaman Produk pariwisata 3.20 5.32 2.95 0.16

5 Atraksi dan pendukung 3.20 5.32 2.80 0.15

15 Keselamatan Wisatawan 3.20 5.32 3.15 0.17

14 Tersedianya Blue Print sistem

pariwisata 2.90 5.53 2.80 0.15

13 Penelitian dan pengembangan

pariwisata 2.75 3.65 2.70 0.10

23 Kerusakan lingkungan 2.70 4.85 3.25 0.16

16 Penerbangan dengan Low Cost

Carrier 1.75 3.98 3.75 0.15

18 Pendidikan Tinggi Pariwisata 1.75 3.98 2.90 0.12

TOTAL BOBOT (Yt) 28.00 48.20 30.15 1.45

Sumber : Hasil kuesioner yang telah diolah

Page 72: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Dari tabel 5.6 diatas, pendidikan tinggi mendapat nilai rata – rata baris

paling rendah yaitu sebesar 1,75. Hal ini terjadi karena Kabupaten Belitung belum

memiliki sekolah tinggi pariwisata. Padahal hal ini sangat penting seiring

bertumbuhnya industri pariwisata. Pertumbuhan industri pariwisata memicu

kebutuhan tenaga kerja di sektor pariwisata, hal ini harus ditanggapi dengan

penyediaan tenaga kerja yang siap pakai. Untuk mewujudkan ini, tentu saja

dibutuhkan tenaga kerja yang terampil dan terdidik melalu jalur pendidikan resmi.

Aksesbilitas dari luar Belitung sudah tersedia berupa jalur udara dan jalur

laut. Akan tetapi berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara, rute penerbangan

dari Jakarta menuju Belitung hanya dilayani oleh 2 maskapai penerbangan.

Diharapkan kedepan terjadi penambahan jumlah maskapai penerbangan sehingga

terjadi persaingan harga yang menguntungkan penumpang. Dengan panjang

runway 2.000 meter dan lebar 30 meter, bandara H.A.S. Hanandjoedin hanya bisa

didarati oleh pesawat sejenis dengan B-737 300.

Sementara itu, kerusakan lingkungan akibat pertambangan dan

deforestasi hutan menjadi faktor ancaman dengan nilai terendah selanjutnya.

Seperti yang diketahui bahwa Pulau Belitung juga memiliki potensi bahan galian

tambang yaitu timah yang sudah di ekspolrasi sejak ratusan tahun yang lalu. Akan

tetapi menurut beberapa responden pertambangan timah ini tidak terlalu

mengganggu aktfitas pariwisata selama masih beroperasi di wilayah operasi KP

(Kuasa Penambangan) darat. Pelaku usaha wisata dan masyarakat cenderung tidak

menerima keberadaan penambangan laut baik skala besar maupun skala kecil

karena dianggap dapat merusak lingkungan terutama laut dan pantai mengingat

pariwisata di Belitung masih mengandalkan pariwisata yang berbasis maritim.

5.3.2. Perumusan Strategi

Untuk mengevaluasi strategi yang telah dilakukan berupa prioritas dan

keterkaitan antar strategi yang telah dilakukan berdasarkan pembobotan SWOT,

maka dilakukan interaksi kombinasi strategi internal dan eksternal yang dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. Interaksi kombinasi Strategi SO (Strenght + Opportunity) yaitu strategi yang

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Kombinasi

Page 73: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

yang seimbang antara kesempatan dan peluang tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut:

• Potensi sumber daya alam, panorama, adat, budaya dan peninggalan

bersejarah yang ditunjang dengan nilai tawar (price competitiveness),

merupakan modal yang sangat besar bagi Kabupaten Belitung dalam

meningkatkan permintaan (demand) kunjungan wisatawan.

• Adanya kerjasama pemerintah dengan stakeholder terkait pariwisata

merupakan nilai tambah tersendiri yang bisa dijadikan sebagai modal

sosial dalam merencanakan pengembangan pariwisata.

• Ketersediaan fasilitas akomodasi dan transportasi harus ditunjang dengan

infrastruktur yang ada di destinasi pariwisata seperti sanitasi, air bersih dan

pengelolaan limbah.

• Pembinaan seni dan budaya masyarakat juga perlu digiatkan yang bisa

menjadi modal dasar pariwisata berbasis masyarakat (comunity based).

Untuk lebih detailnya fokus kombinasi strategi ini bisa dilihat pada

kolom berikut:

STRATEGI SO

1. Meningkatkan pengelolaan seluruh potensi pariwisata yang

melibatkan masyarakat dan stakeholder pariwisata terutama

pariwisata berbasis lingkungan.

2. Meningkatkan investasi sektor pariwisata sehingga mendorong

infrastruktur pariwisata.

3. Meningkatkan infrastruktur di daerah destinasi wisata terutama

sanitasi, air bersih dan pengelolaan limbah/sampah

4. Peningkatan pembinaan seni dan budaya masyarakat yang dapat

menjadi aset dalam atraksi budaya.

Page 74: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

2. Interaksi kombinasi Strategi WO (Weakness + Opportunity) yaitu strategi

yang mengurangi kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada, dimana

dapat diuraikan sebagai berikut:

• Pengembangan pariwisata harus diimbangi dengan promosi yang

berkelanjutan. Promosi bertujuan untuk memberikan informasi kepada

para wisatawan tentang potensi pariwisata yang ada. Setelah dilaksanakan

promosi ada baiknya dilakukan pengukuran terhadap hasil promosi

sehingga dapat menentukan strategi promosi selanjutnya.

• Pemerintah daerah bisa memberikan insentif fiskal terhadap pelaku

industri pariwisata guna memberikan rangsangan dalam pengembangan

pariwisata. Insentif fiskal yang dimaksud dapat berupa keringanan pajak,

kemudahan perizinan dan sebagainya.

Untuk lebih detailnya fokus kombinasi strategi ini bisa dilihat pada

kolom berikut:

STRATEGI WO

1. Meningkatkan program promosi pariwisata yang berkelanjutan

dengan memanfaatkan media massa baik yang terintegrasi secara

nasional maupun internasional.

2. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar daerah, provinsi, pusat

dan akademisi.

3. Pemberian Insentif fiskal sebagai rangsangan untuk pengembangan

pariwisata.

4. Adanya produk UU yang berpihak terhadap pengembangan

pariwisata.

3. Interaksi kombinasi Strategi ST (Strenght + Threatness) yaitu strategi yang

menggunakan kekuatan dan meminimalisir ancaman yang terjadi berupa:

• Aset penting dari pariwisata di wilayah Kabupaten Belitung adalah

panorama alam baik daratan, pesisir maupun dasar laut. Hal ini menjadi

daya jual tersendiri untuk daerah. Akan tetapi, kegiatan pariwisata itu

Page 75: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

sendiri dapat mengancam pelesatarian lingkungan di kawasan destinasi

wisata. Dari hasil dialog dan pengamatan dilapangan, kebersihan destinasi

wisata masih dianggap belum optimal. Minimnya kesadaran masyarakat

dan wisatawan lokal dalam menjaga kebersihan masih dirasa perlu untuk

menjadi perhatian stakeholder terkait.

• Atraksi pedukung yang berupa kesenian lokal menjadi daya tarik sendiri

bagi wisatawan yang menjadi nilai tambah tersendiri bagi pariwisata di

Kabupaten Belitung.

Untuk lebih detailnya fokus kombinasi strategi ini bisa dilihat pada

kolom berikut:

STRATEGI ST

1. Menjaga kelestarian lingkungan destinasi wisata dan budaya

masyarakat.

2. Berkoordinasi dengan stakeholder terkait guna mencari solusi terbaik

tentang masalah pertanahan untuk pengembangan pariwisata.

3. Mengembangkan Blue Print pariwisata sehingga perencanaan

pengembangan pariwisata dapat memanfaatkan potensi pariwisata

yang ada secara optimal dan berkelanjutan.

4. Perbaikan infrastruktur bandara sehingga layak didarati oleh pesawat

dengan jenis yang lebih besar

4. Interaksi kombinasi Strategi WT (Weakness + Threatness) yaitu strategi

yang mengurangi kelemahan dan sekaligus mengurangi ancaman secara

eksternal yang terjadi yang ada,berupa:

• $%&'('()*&! '*&! +,+(*-(+*+(! .%/0*'*1! 2*+3*/*)*.! .%&.*&4!

)%1*/(5(+*.**&! '*&! 1%-%+.*/(*&! -(&4)6&4*&! +%0(&44*! 2*+3*/*)*.!

.%/6.*2*!'(!+%)(.*/!'*%/*0!'%+.(&*+(!5(+*.*!'*1*.!'(7%/'*3*)*&8

Page 76: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

• $%&'%()*&'*&! +%,-.&*,.! /*0.1.,*-*! )*02! ,%3.&''*! (%&.&''4*-4*&!

4%0*'*(*&! 5)6%4!1.,*-*! -*&/*!(%72/*4*&! 5/-.(*7.,*,.! 5)6%4!1.,*-*!

+*&!*-0*4,.!)2+*8*!8*&'!,2+*3!*+*99

Untuk lebih detailnya fokus kombinasi strategi ini bisa dilihat pada

kolom berikut:

STRATEGI WT

1. Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata sehingga adanya

ketersediaan tenaga kerja sektor pariwisata.

2. Edukasi, sosialisasi dan pengawasan terhadap para pelaku usaha

pariwisata dalam melaksanakan standar keselamatan wisatawan

selama melakukan perjalanan wisata.

3. Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang

kepariwisataan dan pelestarian lingkungan sehingga masyarakat

dapat diberdayakan.

4. Pengembangan destinasi pariwisata baru sehingga meninggkatkan

keragaman objek wisata tanpa melupakan optimalisasi objek wisata

dan atraksi budaya yang sudah ada.

5.4. Analisa Analytical Hierarchy Process (AHP)

5.4.1. Penentuan Kombinasi Strategi yang dipilih

Dari analisa SWOT yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan hasil

strategi dengan jumlah bobot x urgensi tertingi yaitu kombinasi antara faktor

Weakness dan faktor Threatness yaitu sebesar 3,41. Dengan kombinasi strategi

sebagai berikut :

STRATEGI WT

1. Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata sehingga adanya

ketersediaan tenaga kerja sektor pariwisata.

2. Edukasi, sosialisasi dan pengawasan terhadap para pelaku usaha

Page 77: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

pariwisata dalam melaksanakan standar keselamatan wisatawan

selama melakukan perjalanan wisata.

3. Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang

kepariwisataan dan pelestarian lingkungan sehingga masyarakat

dapat diberdayakan

4. Pengembangan destinasi pariwisata baru sehingga meninggkatkan

keragaman objek wisata tanpa melupakan optimalisasi objek wisata

dan atraksi budaya yang sudah ada.

Dari kombinasi tersebut disusunlah hiraki skenario yang terdiri dari 5

level dengan susunan sebagai berikut :

a. Level 1 merupakan skenario tujuan yang ingin dicapai yaitu Strategi

Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Belitung.

b. Level 2 merupakan skenario strategi kebijakan yang terdiri dari :

! Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata

! Sosialisasi dan Pengawasan keselamatan wisatawan

! Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat

! Pengembangan destinasi pariwisata baru

c. Level 3 merupakan hambatan-hambatan jika ingin menjalankan skenario di

level 2. Terdiri dari :

! Keterbatasan Anggaran

! Lemahnya Kelembagaan

! Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat

d. Level 4 terdiri dari aktor-aktor pelaku pengembangan pariwisata, yang terdiri

dari pemda. swasta dan LSM.

e. Level 5 merupakan skenario alternatif kebijakan yang terdiri dari :

! Kerjasama Pendidikan Tinggi Pariwisata

! Menetapkan standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan.

! Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata melalui edukasi dan

sosialisasi

! Penambahan jumlah destinasi wisata baru.

Page 78: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

! Optimalisasi destinasi wisata dan aktrasi budaya yang sudah ada.

5.4.2. Profil Responden

Dalam penentuan responden AHP terdapat perbedaan terhadap

responden SWOT baik dalam jumlah maupun responden itu sendiri. Untuk jumlah

respoden AHP jumlahnya dibatasi sehingga mewakili keterlibatan responden itu

sendiri. Dari keempat responden AHP hanya ada satu orang yang tidak terlibat

dalam metode SWOT. Hal ini dikarenakan responden SWOT tidak bersedia untuk

menjadi responden AHP sehingga dicari responden pengganti. Model

perencanaan menggunakan AHP sangat tergantung oleh persepsi responden, maka

perlu diketahui latar belakang pendidikan, usia, pekerjaan yang sedang digeluti

responden, sebagai berikut :

Tabel 5.7. Latar Belakang Pendidikan, Usia dan Pekerjaan Responden

No. Pekerjaan Usia

(tahun)

Pendidikan

1. DISBUDPAR (PEMDA 43 S2

2. Tour Adviser (SWASTA) 29 D3

3. Budayawan 61 D3

4. Komunitas Budaya (LSM) 42 S2

Sumber : Biodata respoden dari kusioner

Dalam pengisian kuesioner AHP ini dilakukan secara terpisah. pengisian

kuesioner dilakukan dengan meggunakan wawancara langsung terhadap

responden mengingat jumlah responden yang hanya terdiri dari 4 orang.

Metode wawancara langsung sebenarnya cukup baik karena si pembuat

model dapat mengetahui persepsi sebenarnya sang responden dan dapat segera

mengadakan penyesuaian apabila terjadi kesalahan pengisian. Meskipun begitu,

untuk jumlah responden di atas lima orang misalnya, cara ini dianggap tidak

efektif karena menghabiskan waktu dan tenaga si pembuat model.

Setelah data dari kuesioner AHP terkumpul kemudian dilakukan

penilaian rata-rata responden sehingga dihasilkan penilaian baru. Rumus dari rata-

rata tersebut adalah :

Page 79: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

""!

a1 + a2 + … + an

= aw

n

dimana, aw = penilaian gabungan (penilaian akhir)

ai = penilaian responden ke I (dalam skala 1/9 – 9)

n = banyaknya responden

5.5. Hasil dan Pembahasan AHP

Berdasarkan pengolahan kuesioner AHP dengan menggunakan aplikasi

Expert Choice, diperoleh hasil analisis hirarki sebagai berikut :

Level 1 :

Tujuan

Level 2 :

Skenario

Level 3 :

Hambatan

Level 4 :

Pelaku

Level 5 :

Kebijakan

Gambar 5.1.

Hasil Prioritas Global AHP Strategi Pengembangan Pariwisata

di Kabupaten Belitung

Strategi pengembangan pariwisata

Kabupaten Belitung (1,000)

Pendidikan

Tinggi

Pariwisata

(0,111)!

Standarisasi dan

pengawasan

keselamatan

wisatawan

(0,134)

Pendidikan dan

sosialisasi

masyarakat

(0,325)

Keterbatasan

Anggaran

(0,129)

Lemahnya

kelembagaan

(0,538)

Lemahnya

pemberdayaan

masyarakat

(0,334)

PEMDA (0,441)

SWASTA

(0,179)

LSM (0,435)

Kerjasama

Pendidikan

Tinggi

Pariwisata

(0,105)

Menetapkan

standarisasi

dan

keselamatan

wisatawan

(0,100)

Peningkatan

kesadaran

masyarakat

tentang

pariwisata

(0,329)

Penambaha

n Jumlah

destinasi

wisata baru

(0,111)

Optimalisasi

destinasi dan

atraksi wisata

yang sudah

ada

(0,355)

Pengembangan

destinasi

pariwisata

(0,430)

Page 80: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

5.5.1. Skenario

Skenario strategi yang paling prioritas adalah Pengembangan Destinasi

Pariwisata dengan bobot global sebesar 43%. Selanjutnya yang menjadi prioritas

kedua adalah Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat dengan bobot prioritas

sebesar 32,5%. Sementara di posisi ketiga adalah Standarisasi dan Pengawasan

Keselamatan Wisatawan dengan bobot prioritas sebesar 13,4% diikuti oleh

Pendidikan Tinggi Pariwisata dengan bobot prioritas sebesar 11,1%. Prioritas

skenario Pengembangan Pariwisata Kabupaten Belitung terdiri dari :

1) Prioritas pertama : Pengembangan Destinasi Pariwisata Baru.

Pengembangan destinasi pariwisata dianggap perlu untuk mengatasi

kejenuhan wisatan selama berada di Kabupaten Belitung terutama wisatawan

yang bersifat repeater atau wisatawan yang sudah datang ke Kabupaten

Belitung lebih dari 1 kali. Destinasi pariwisata baru tidak semata dianggap

sebagai tempat wisata baru, tetapi bisa juga berupa atraksi dan budaya yang

mungkin sudah ada tetapi kurang mendapat perhatian dari stakeholder

pariwisata.

Berdasarkan dari survey (pengamatan dan SWOT) dan wawancara terlihat

bahwa Kabupaten Belitung masih mengandalkan panorama alam sebagai

daya tarik wisata. Sementara wisata budaya, wisata sejarah dan wisata minat

khusus masih belum dikelola dengan maksimal. Bangunan tua bernilai

sejarah dan budaya yang tinggi tidak mendapat perhatian dari dari stakeholder

pariwisata baik PEMDA maupun swasta.

2) Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat

Salah satu faktor penting dalam keberhasilan masyarakat adalah kesiapan

masyarakat itu sendiri dalam menerima pariwisata. Tidak mudah membentuk

masyrakat yang berbudaya pariwisata di Kabupaten Belitung. Hal ini didasari

karena berdasarkan sejarah bahwa masyarakat Belitung bukan berasal dari

budaya pariwisata.

Belitung dikenal menjadi destinasi pariwisata ketika era digital fotografi

menjadi booming di tanah air. Komunitas – komunitas fotografi sudah

mengenal Pulau Belitung sebelum munculnya film Laskar Pelangi. Tidak bisa

dipungkiri novel dan film Laskar Pelangi yang berperan besar membuka mata

para “penggila wisata” untuk berbondong-bondong datang ke Pulau Belitung.

Tabel 5.8. Tabel Penduduk Register Depati Tahun 1851

Page 81: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Naam der Districten

Orang Darat

of

Billtioneezen

Vreemde

Oosterlingen

en Malaiers

Chineezen

Orang

Laut of

Sekah’s

TOTAAL

Tandjong Pandan en

Lingan 2022 218 28 1067 3335

Siedjoek 770 72 - 123 965

Boeding 246 34 - - 280

Badau 43 - - - 43

Blantoe 450 27 - 464 941

3531 351 28 1654 5564

Sumber : Staat van de bevolking op Billiton ( Status kependudukan Belitong), 1851

Dari tabel diatas, ketika usaha pertambangan dibuka pada tahun1851, Pulau

Belitung dihuni oleh sebagian besar urang darat (63,46%), orang laut

(29,73%), melayu (6,31%) dan orang Cina (0.50%) dari total penduduk 5564

jiwa. Tetapi ketika tambang besar dibuka pada tahun 1852 oleh Belanda, hal

ini memicu migrasi.

Dari pernyataan ini menunjukan tranformasi budaya masyarakat dari bertani

dan nelayan sehingga bertranformasi menjadi budaya tambang dari tahun

1852 dan mulai bertranformasi menjadi masyarakat berbudaya pariwisata

pada tahun 2005.

3) Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan

Australian/ NZ Standard 4360 : 1999 mendefinisikan Risk sebagai “ The

chance of something happening that will have or impact upon objectives (

perubahan dari sesuatu yang terjadi yang akan mempuyai pengaruh terhadap

tujuan ). Dari pengertian diatas terlihat jelas bahwa resiko dapat

mempengaruhi tujuan.

Meningkatnya jumlah wisatawan juga tidak terlepas dari resiko baik bagi

daerah (stakeholder dan lingkungan) maupun wisatawan itu sendiri.

Mengingat salah satu destinasi wisata favorit di Belitung adalah Pulau

Lengkuas yang ditempuh ±45 menit perjalanan laut. Resiko yang mungkin

terjadi selama perjalanan laut sebaiknya ditanggulangi sedini mungkin.

Penetapan satandar keselamatan seperti penggunaan Life Jacket selama

perjalanan dirasa penting guna meminimalisir korban jiwa jika terjadi

kecelakaan.

Perpindahan wisatawan dari satu destinasi menuju destinasi lain melalui jalur

darat juga memiliki resiko. Kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama

terjadinya gangguan resiko terhadap wisatawan selama melakukan perjalanan

Page 82: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

darat. Sejak menjelang Idul Fitri dan sesudahnya terjadi 17 kasus kecelakaan

lalu lintas, terdiri dari luka ringan 6 orang, luka berat 7 orang dan meninggal

dunia 4 orang. Sedangkan kasus kecelakaan lalu lintas dari Januari sampai

dengan Juli 2012, terjadi 23 kasus kecelakaan, terdiri dari luka ringan 11

orang, luka berat 14 orang dan meninggal dunia 19 orang.

5.5.2. Hambatan

Prioritas global hambatan dalam mengembangkan pariwisata di

Kabupaten Belitung adalah Lemahnya Kelembagaan dengan bobot prioritas

sebesar 53,8%. Posisi kedua adalah Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat dengan

bobot 33,4% dan yang terakhir adalah Keterbatasan Anggaran dengan bobot

prioritas sebesar 12,9%.

1) Prioritas pertama : Lemahnya Kelembagaan

Pentingnya peranan kelembagaan dalam pengembangan pariwisata adalah

sebagai penggerak industri pariwisata itu sendiri. Kelembagaan pariwisata

dituntut untuk meningkatkan kerjasama antar lembaga baik PEMDA

Kabupaten Belitung dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi,

PEMDA Kabupaten Belitung dengan PEMDA sekitarnya, PEMDA

Kabupaten Belitung dengan SWASTA, PEMDA Kabupaten Belitung dengan

dunia pendidikan dan PEMDA dengan unsur masyarakat (LSM).

Elemen kelembagaan organisasi pariwisata diperlukan dan bertanggung

jawab sekurang-kurangnya untuk promosi, persiapan kebutuhan para

wisatawan, penelitian, dan informasi pariwisata. Organisasi pariwisata bisa

bersifat pemerintahan, semi pemerintahan, dan bukan badan pemerintahan.

Fungsi dari organisasi pariwisata adalah perencanaan pengembangan

pariwisata, koordinasi antar berbagai badan/instansi pemerintah dan swasta

yang mempunyai dampak dalam industri pariwisata, pengawasan bermacam-

macam segi jasa-jasa pariwisata, merencanakan dan menerapkan promosi,

dan kemungkinan mengawasi kebijakan-kebijakan harga. Menurut Wahab

(2003), belum ada kerangka susunan organisasi yang seragam yang dapat

dijadikan pedoman bagi organisasi pariwisata pemerintah. Organisasi itu

dapat berbentuk kementerian, komisariat, komite, dewan, lembaga, atau

mungkin badan.

Page 83: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Kelembagaan dan lembaga adalah sebuah hal yang berbeda. Kelembagaan

adalah sesuatu yang didalamnya memiliki tujuan, norma, dan aturan, serta

memiliki struktur. Sedangkan lembaga merupakan sesuatu yang berfungsi

untuk menjalankan fungsi kelembagaan. Lembaga menjalankan fungsi

kelembagaan, namun dapat satu atau lebih fungsi sekaligus. Secara ringkas,

kata “kelembagaan” akan diikuti oleh kata kerja, sedangkan kata “lembaga”

akan diikuti oleh kata benda. Oleh karena itu, Oetomo (2006) mendefinisikan

kelembagaan dan lembaga dalam gambar sebagai berikut:

Sumber : Oetomo, 2006

Gambar 5.2. Model Kelembagaan Pembangunan

2) Prioritas kedua : Lemahnya pemberdayaan masyarakat

Pemanfaatan wisata berbasis komunitas masyarakat masih sangat rendah di

Kabupaten Belitung. Pihak Swasta masih berperan dominan dalam industry

pariwisata di Kabupaten Belitung.

Pariwisata berbasis komunitas masyarakat dapat memberikan dampak

langsung terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Pariwisata berbasis

masyarakat adalah pengembangan pariwisata dengan keterlibatan masyarakat

setempat yang tinggi dan dapat dipertanggung jawabkan dari aspek sosial dan

lingkungan hidup. Pariwisata berbasis masyarakat adalah salah satu cara

memberdayakan masyarakat dalam industri pariwisata. Pemberdayaan

masyarakat sangat membutuhkan dukungan dari PEMDA, SWASTA dan

LSM.

Page 84: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Selain itu, pengelolaan dampak pariwisata seperti limbah dan kerusakan

lingkungan juga dapat memanfaatkan partisipasi aktif masyarakat.

Peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat positif pariwisata sangatlah

penting guna menunjang pemberdayaan masyarakat.

3) Prioritas ketiga : Keterbatasan Anggaran

Berdasarkan hasil survey dilapangan, menurut para responden keterbatasan

anggaran bukan merupakan hambatan mutlak. Kreatifitas lembaga pariwisata

harus berperan aktif dalam mengelola sumber daya pariwsata dengan

resources yang terbatas.

Keterbatasan dana atau budget constraint yang dialami pemerintah daerah

merupakan tantangan bagi daerah untuk membuka peluang investasi masuk

ke sektor pariwisata dengan cara mencari dan mempromosikan potensi

unggulan pariwisata yang memiliki nilai jual.

Tabel 5.9. Realisasi Anggaran Dinas Pariwisata Tahun 2011

No. Program dan Kegiatan Pagu Anggaran

(Rp)

Realisasi

Anggaran

(Rp)

Sisa Anggaran

(Rp)

1 Program Administrasi

Perkantoran 1,345,920,000 1,178,933,092 166,986,908

2 Program Peningkatan Sarana dan

Prasarana Aparatur 844,435,000 737,932,100 106,502,900

3 Program Peningkatan Disiplin

Aparatur 49,725,000 42,376,500 7,348,500

4

Program Peningkatan

Pengembangan Sistem Pelaporan

Capaian Kinerja dan Keuangan

10,000,000 - 10,000,000

5 Program Pengembangan dan

Pemasaran Pariwisata 481,570,300 410,613,800 70,956,500

6 Program Peningkatan Keamanan

dan Kenyamanan Wisatawan 194,376,300 190,361,800 4,014,500

7 Program Peningkatan SDM

Terkait Sektor Pariwisata 263,579,000 232,281,400 31,297,600

8

Program Peningkatan Kepedulian

Terhadap Pembangunan

Kepariwisataan

334,972,000 242,647,500 92,324,500

9 Program Pengelolaan Kawasan

Wisata 400,995,000 380,166,800 20,828,200

Page 85: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

(Lanjutan Tabel 5.9.)

10 Program Pengembangan Nilai

Budaya 184,244,000 171,082,000 13,162,000

11 Program Pengelolaan Kekayaan

Budaya 456,480,000 191,301,800 265,178,200

TOTAL 4,566,296,600 3,777,696,792 788,599,808

Sumber : LAKIP DISBUDPAR Kabupaten Belitung TA. 2011

Total pagu anggaran Dinas Pariwisata sebesar 0,8% dari APBD

Kabupaten Belitung Tahun Anggaran 2011 dimana jumlah APBD Kabupaten

Belitung sebesar Rp. 579.170.333.596,-. Jumlah ini relatif kecil jika dibandingkan

dengan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB atas dasar harga konstan

sebesar 16%.

5.5.3. Pelaku

Bobot global masing-masing pelaku PEMDA, LSM dan SWASTA

adalah 44,1%, 43,5% dan 17,9%. PEMDA dianggap paling berperan dalam

prioritas pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung. Akan tetapi PEMDA

tidak bisa bergerak sendiri dalam pengembangan pariwisata. Oleh karena itu

peran SWASTA dan LSM/Komunitas dibutuhkan dalam pengembangan

pariwisata. Oleh karena itu kerjasama dalam pengembangan pariwisata sangatlah

diperlukan.

Kerja sama pada hakekatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau

lebih yang berinteraksi atau menjalin hubungan-hubungan yang bersifat dinamis

untuk mencapai suatu tujuan bersama. Di sini terlihat adanya tiga unsur pokok

yang selalu melekat pada suatu kerangka kerja sama yaitu unsur dua pihak atau

lebih, unsur interaksi, dan unsur tujuan bersama. Jika salah satu dari ketiga unsur

itu tidak termuat pada suatu objek yang dikaji, maka dapat dianggap bahwa pada

objek tersebut tidak terdapat kerja sama (Pamudji, 1985).

Selanjutnya Carmen dalam Winarso (2002) memberikan wawasan

tentang kerja sama dari berbagai perspektif, antara lain:

! mitra adalah co-owners,

! pelaku kerja sama adalah kontributor sekaligus "pewaris",

! posisi egaliter antara pelaku kerja sama,

! pengedepanan prinsip hubungan horisontal, serta

! penekanan kembali bahwa mitra bukan merupakan "pihak lain",

Page 86: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

! memanfaatkan sebesar mungkin keuntungan komparatif dari mitra kerjasama,

tanpa mengabaikan sama sekali potensi mitra kerja sama,

! menekankan pada pentingnya "bottom-up cooperation" daripada "top-down

cooperation" yang umumnya difasilitasi pemerintah (atasan).

Kerja sama dapat memberikan manfaat yang besar bagi masing-masing

pihak yang terlibat. Berdasarkan penelitian, manfaat yang dapat dipetik adanya

kerja sama adalah sebagai berikut (Kusnadi, 2002; Keban, 2008):

! Kerja sama dapat mendorong adanya "perlombaan" di dalam pencapaian tujuan

dan peningkatan produktifitas.

! Kerja sama mendorong berbagai upaya pihak yang bekerja sama agar dapat

bekerja lebih produktif, efektif, dan efisien.

! Kerja sama mendorong terciptanya sinergi, sehingga biaya operasionalisasi dan

kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang ikut kerja sama akan menjadi

semakin rendah, yang menyebabkan kemampuan bersaing meningkat.

! Kerja sama mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antar pihak

terkait serta meningkatkan rasa kesetiakawanan.

! Kerja sama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat

kelompok.

! Kerja sama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang terjadi di

lingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga dan melestarikan

situasi dan kondisi yang lebih baik.

! Pihak-pihak yang bekerja sama dapat membentuk kekuatan yang lebih besar.

Dengan kerja sama antar pemerintah daerah, kekuatan dari masing-masing

daerah yang bekerja sama dapat disinergikan untuk menghadapi ancaman

lingkungan atau permasalahan yang rumit sifatnya daripada kalau ditangani

sendiri-sendiri. Mereka bisa bekerja sama untuk mengatasi hambatan

lingkungan atau mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi.

! Pihak-pihak yang bekerja sama dapat lebih berdaya. Dengan kerja sama,

masing-masing daerah yang terlibat lebih memiliki posisi tawar yang lebih

baik, atau lebih mampu memperjuangkan kepentingannya kepada struktur

pemerintahan yang lebih tinggi. Bila suatu daerah secara sendiri

memperjuangkan kepentingannya, ia mungkin kurang diperhatikan, tetapi bila

Page 87: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

ia masuk menjadi anggota suatu forum kerja sama daerah, maka suaranya akan

lebih diperhatikan.

! Masing-masing pihak lebih merasakan keadilan. Masing-masing daerah akan

merasa dirinya tidak dirugikan karena ada transparansi dalam melakukan

hubungan kerja sama. Masing-masing daerah yang terlibat kerja sama memiliki

akses yang sama terhadap informasi yang dibuat atau digunakan.

! Masing-masing pihak yang bekerja sama akan memelihara keberlanjutan

penanganan bidang-bidang yang dikerjasamakan. Dengan kerja sama tersebut

masing-masing daerah memiliki komitmen untuk tidak mengkhianati

partnernya tetapi memelihara hubungan yang saling menguntungkan secara

berkelanjutan.

5.5.4. Kebijakan

Gambar 5.3. Hasil Prioritas Kebijakan

Dari gamabar 4.2. diatas dapat terlihat Inkonsistensi keseluruhan sebesar

10%. Dari olahan hasil aplikasi expert choice diperoleh prioritas kebijakan

Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada dengan bobot nilai

sebesar 35,5%. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata ada di

prioritas kedua dengan bobot nilai sebesar 32,9%. Di prioritas ketiga adalah

Penambahan jumlah destinasi pariwisata baru dengan bobot nilai 11,1%. Pada

posisi keempat yang menjadi prioritas adalah Kerjasa pendidikan tinggi pariwisata

dan yang menjadi prioritas terakhir adalah Menetapkan standarisasi dan

keselamatan wisatawan.

Penjelasan dari kelima langkah kebijakan yang perlu dilakukan dalam

Strategi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Belitung adalah sebagai berikut :

Page 88: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

1) Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada.

Destinasi pariwisata di Kabupaten Belitung belum dikelola secara

optimal. Minimnya sanitasi dan air bersih menjadi permasalahan pokok selain

dampak dari pariwisata itu sendiri ( limbah/sampah ).

Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan pariwisata dan mencapai

tujuan pengembangan pariwisata, diperlukan pengelolaan dan pengembangan

suatu objek wisata. Pengelolaan pariwisata yaitu upaya perencanaan, pelaksanaan,

dan pemantauan potensi alam dan budaya dengan memperhatikan aspek-aspek

pelestarian. Kepariwisataan memerlukan konsep-konsep pengelolaan atau

manajemen dan pemasaran ilmiah modern. Manajemen meliputi lima unsur pokok

yaitu, pengorganisasian, perencanaan, motivasi, penempatan personal dan

penggeraknya, koordinasi dan pengawasannya (Wahab, 2003). Sedangkan

pengembangan suatu kawasan objek wisata perlu diarahkan melalui perencanaan

untuk mencapai suatu keserasian dan keseimbangan dalam pemanfaatan potensi

wisata, apabila tidak dilakukan suatu rencana yang tepat maka akan menyebabkan

kurang optimalnya pengelolaan potensi objek wisata tersebut. Pengembangan

pariwisata adalah upaya peningkatan pemanfaatan potensi alam dan budaya,

dengan memperhatikan aspek-aspek pelestarian. Maksud dari pengembangan

suatu daerah tujuan wisata adalah untuk menawarkan produk wisatanya dan

pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola, maka jelas bahwa pengembangan

fisik dan non fisik dari daerah tujuan wisata harus mendukung dan memberikan

kesempatan untuk membentuk produk-produk serta pelayanan sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan pelanggan serta pelayanan pasar wisata. Hal ini

disebabkan produk pariwisata tidak dapat dibawa ke tempat kediaman wisatawan,

tetapi harus dinikmati di tempat dimana produk itu tersedia. Wujud produk wisata

ditentukan oleh konsumen sendiri, yaitu wisatawan dan konsumen memperoleh

pengalaman dari perjalanan wisata.

Agar dapat memberikan pengelolaan dan pengembangan yang optimal

bagi suatu objek wisata, maka diperlukan perencanaan yang terintegrasi dan

komprehensif. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan

secara matang dari hal-hal yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan

yang telah ditentukan (Fandeli ed, 2001). Terintegrasi dalam arti bahwa

perencanaan tersebut diupayakan masih merupakan mata rantai dengan

perencanaan pada tatanan diatasnya, dengan kata lain perencanaan ini merupakan

Page 89: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

pendetailan atau penjabaran dari rencana makro atau umum diatasnya, sedangkan

komprehensif memiliki arti bahwa perencanan ini diharapkan dapat menyatukan

elemen-elemen yang ada di lapangan dalam satu kesatuan bahasan yang saling

melengkapi. Pariwisata merupakan kegiatan yang kompleks, karena itu koordinasi

antar berbagai sektor terkait melalui poses perencanaan yang tepat sangat penting

artinya. Perencanaan juga diharapkan dapat membantu tercapainya kesesuaian

antara pasar wisata dengan produk wisata yang dikembangkan tanpa harus

mengorbankan kepentingan masing-masing pihak.

2) Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata.

Kesiapan suatu kawasan destinasi wisata bukan hanya dari sisi

akomodasi dan infrastruktur, akan tetapi juga melibatkan komponen masyarakat

yang diharapkan menjadi tuan rumah yang baik. Sehingga diharapkan dimasa

mendatang hal ini akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan dampak

multiplier pariwisata terhadap kesejahteraan masyarakat.

Salah satu cara meningkatkan kesadaran masyrakat tentang pariwisata

adalah turut melibatkan masyarakat di dalam proses pengembangan pariwisata.

Keterlibatan dalam pengembangan pariwisata ini maksudnya adalah agar

masyarakat tidak hanya menjadi objek tapi juga berperan selaku objek sehingga

dapat menikmati keuntungan yang optimal dari pengelolaan pariwisata, sehingga

dapat menambah sumber pendapatan masyarakat, dari biasanya, sumber

pendapatan utama masyarakat tetap seperti semula, misalnya pertanian,

perkebunan atau nelayan. Dengan berkembangnya usaha pariwisata berbasis

masyarakat, penduduk akan memperoleh pendapatan tambahan sehingga

ketergantungan masyarakat terhadap sumber daya alam akan berkurang. Untuk

mendukung upaya ini hendaknya jadwal usaha pariwisata disesuaikan berdasarkan

situasi dan kondisi masyarakat, agar tidak mengganggu aktivitas rutin masyarakat.

Dengan keterlibatan peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata

dengan pola pengembangan pariwisata berbasis masyarakat ini adalah agar

keuntungan dari usaha pariwisata dapat lebih banyak diterima langsung dan

dinikmati oleh masyarakat, untuk mencapai harapan ini dapat kita terapkan sistem

rotasi dalam penyediaan jasa pariwisata, artinya sebelum pengunjung datang

masyarakat telah mendapatkan informasi tentang kunjungan tersebut, sehingga

dapat dilakukan pengaturan pembagian penyediaan jasa kepada pengunjung

(wisatawan) seperti penginapan, penyediaan makanan, pemandu dan sebagainya

Page 90: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

""!

sehingga seluruh masyarakat memperoleh tambahan, tentu pengaturan semua ini

harus dikelola dengan baik dengan melibatkan unsur masyarakat yang

berkepentingan.

3) Penambahan jumlah destinasi wisata baru

Kabupaten Belitung yang kaya akan potensi pariwisata baik berupa alam,

budaya dan sejarah sangat memungkinkan untuk melakukan penambahan

destinasi wisata baru. Penambahan destinasi wisata baru harus diikuti oleh

penambahan aksesbilitas baru dan fasilitas infrastruktur penunjang yang baru.

Kenyamanan wisatawan selama menuju dan berada di destinasi wisata baru

menjadi faktor penting selain dari adanya destinasi wisata baru itu sendiri.

Infrastruktur penunjang yang utama adalah sanitasi dan air bersih.

Pendit (1999: 21) menerangkan bahwa potensi wisata adalah berbagai

sumber daya yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang bisa dikembangkan

menjadi atraksi wisata. Dengan kata lain, potensi wisata adalah berbagai sumber

daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan dapat dikembangkan menjadi suatu

atraksi wisata (tourist attraction) yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi

dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya.

Cooper dkk (1995: 81) mengemukakan bahwa terdapat 4 (empat)

komponen yang harus dimiliki oleh sebuah daya tarik wisata, yaitu: 1) Atraksi

(attractions), seperti alam yang menarik, kebudayaan daerah yang menawan dan

seni pertunjukkan. 2) Aksesibilitas (accessibilities) seperti transportasi lokal dan

adanya terminal. 3) Amenitas atau fasilitas (amenities) seperti tersedianya

akomodasi, rumah makan, dan agen perjalanan. 4) Ancillary services yaitu

organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk pelayanan wisatawan seperti

destination marketing management organization, conventional and visitor bureau.

4) Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata

Meningkatnya jumlah investasi pariwisata di Kabupaten Belitung

memberikan dampak dari terbukanya peluang lapangan pekerjaan di sektor

pariwisata. Sangat disayangkan Kabupaten Belitung belum memiliki Perguruan

Tinggi yang berkonsentrasi di pariwisata. Investor di Kabupaten Belitung saat ini

mendatangkan tenaga kerja pariwisata dari luar daerah.

Tabel 5.10. Jumlah Hotel di Kabupaten Belitung

No Tahun Hotel Bintang Hotel Non

Page 91: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Bintang/Penginapan

Losmen

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

Hotel Kamar Hotel Kamar

1 2007 3 106 15 207

2 2008 3 106 15 207

3 2009 4 126 15 207

4 2010 5 167 15 207

Sumber : DISBUDPAR Kabupaten Belitung

Investasi yang mampu mendorong pertumbuhan tidak hanya berasal dari

tabungan domestik. Investasi dari luar negeri juga dapat mempengaruhi GDP dan

GNP dengan cara yang berbeda (Mankiw, 2003:67). Investasi asing merupakan

salah satu cara yang bisa dimanfaatkan oleh sebuah negara untuk tumbuh dan

sekaligus mempelajari teknologi terkini yang telah dikembangkan dan digunakan

di negara- negara kaya. Walaupun sejumlah keuntungan dari investasi ini kembali

kepada investor asing, namun investasi ini menaikkan persediaan modal, yang

kemudian menaikkan produktivitas dan gaji.

5) Menetapkan standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan

Keselamatan dan keamanan penting untuk memberikan kualitas

dalampariwisata. Lebih dari setiap kegiatan ekonomi lainnya, keberhasilan atau

kegagalan dari suatu tujuan wisata tergantung pada kemampuan untuk

menyediakan lingkungan yang aman dan aman bagi pengunjung. Keselamatan

pengunjung (publik) didefinisikan sebagai suatu bentuk perlindungan terhadap

masyarakat secara umum dalam hal ini adalah pengunjung dari segala bentuk

bahaya, risiko, kecelakaan dan kerugian yang timbul dari bencana alam maupun

dari bencana akibat peran manusia.

Pengunjung harus diberi perlindungan dalam setiap aktivitas yang

dilakukan selama berada di tempat wisata dari tahap kedatangan pengunjung,

kegiatan yang dilakukan di tempat pariwisata dan kepulangan dari tempat wisata

harus dijamin oleh pihak pengelola kawasan wisata untuk meningkatkan nama

baik perusahaan dan agar perusahaan tidak mengalami kerugian untuk pemberian

insentif kepada korban.

Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diinginkan yang dapat

menimbulkan cedera, kematian, kerugian dan kerusakan pada property. Pada

umumnya kecelakaan di area wisata terjadi secara acak tanpa mengenal umur,

Page 92: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

jenis kelamin, status, jabatan dan sebagainya, Kecelakaan dapat terjadi karena

kondisi simultan dari faktor manusia, faktor lingkungan, dan faktor alam sendiri.

Agar risiko kecelakaan tidak meningkat maka dilakukan pencegahan melalui

peningkatan keselamatan. Peningkatan keselamatan dapat diintervensi dengan 5

pendekatan yaitu engineering, enforcement, education, encouragement dan

emergency preparadness. (AICST, 2006)

5.5.5. Uji Sensitivitas

Hasil analisis AHP menggunakan software Expert choice 2000, selain

dapat menunjukkan sebuah prioritas pengambilan keputusan, dapat pula

memberikan informasi tentang uji sensitivitas sebuah skenario (kriteria) terhadap

prioritas kebijakan (alternatif) yang harus ditempuh. Artinya sejauh mana

perubahan skenario yang dipilih dapat mengubah prioritas kebijakan.

Dengan menggunakan grafik tersebut dapat dilakukan simulasi

perubahan prioritas tiap elemen-elemen skenario dan melihat sensitivitas berupa

ada atau tidaknya perubahan prioritas kebijakan akibat perubahan prioritas

skenario.

Gambar 5.4. Grafik Uji sensitivitas

Pada uji sensitivitas skeanrio pendidikan pariwisata disimulasikan naik

menjadi 18% terjadi perubahan alternative kerjasama pendidikan tinggi pariwisata

yang awal mulanya berada di posisi keempat naik menjadi prioritas ketiga.

Demikian halnya dengan uji sensisitivitas standarisasi dan pengawasan

keselamatan wisatawan juga jika dinaikan sebesar 23% terjadi perubahan terhadap

terhadap alternative menetapkan standarisasi dan pengawasan keselamatan

wisatawan. Ketika scenario pendidikan dan sosialisasi masyarakat dinaikan

Page 93: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

menjadi 40% maka terjadi perubahan prioritas alternative Opimalisasi destinasi

dan atraksi wisata yang sudah ada turun ke prioritas kedua. $%&'()*+!

,&'-&./('-('!0&12*'(1*!,()*3*1(2(!/()4!5*%(!0*24)4'%('!.&'5(0*!678!.(%(!

,)*+)*2(1! (92&)'(2*:&!,&'*'-%(2('!%&1(0()('!.(1;()(%(2! 2&'2('-!,()*3*1(2(!

'(*%!.&'5(0*!,)*+)*2(1!,&)2(.(<!

!

5.6. Keterbatasan Kajian

Dalam melakukan penelitian ini penulis mengalami hambatan antara lain

keterwakilan responden. Untuk analisa SWOT dari 30 kuesioner yang

didistribusikan hanya 20 kuesioner yang kembali. Sehingga respon rate diperoleh

sebesar 67%. Analisa SWOT dibutuhkan untuk mengidentifikasi faktor internal

dan faktor eksternal pariwisata di Kabupaten Belitung saat ini. Kesulitan penulis

dalam analisa SWOT adalah mencari responden yang memahami tentang

pariwisata dalam waktu yang relatif singkat dikarenakan keterbatasan biaya

penelitian.

Dalam melakukan analisa AHP, penulis mengambil hanya 4 sampel

responden dengan harapan adanya keterwakilan dari PEMDA, swasta, LSM dan

pemerhati budaya/pariwisata. Tidak ada batasan dalam menentukan jumlah

responden AHP. Tetapi disadari penulis pemikiran lebih dari 1 orang lebih baik

daripada pemikiran 1 orang. Mengingat keterbatasan waktu responden dan

penulis, maka pengisian kuesioner dilakukan dengan sistem wawancara langsung.

Page 94: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Weakness (Kelemahan)

Dari pengolahan kuesioner SWOT, faktor-faktor yang menjadi

kelemahan dalam strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung adalah

:

a. Kelembagaan :

! Lemahnya kelembagaan dikarenakan minimnya kerjasama dan koordinasi

antar stakeholder pariwisata. Kerjasama dan koordinasi dalam sebuah

pembangunan pariwisata adalah faktor penting, dikarenakan pariwisata itu

sendiri bersifat multi sektoral.

! Produk UU pengembangan pariwisata sebagai acuan (pedoman) dalam

menentukan arah pengembangan pariwisata perlu ditingkatkan baik

kuantitas dan kualitas. Produk UU pengembangan pariwisata juga menjadi

indikator keseriusan PEMDA dalam mengembangkan pariwisata.

b. Sumber Daya Manusia (SDM) sektor pariwisata

Dalam pengembangan sektor pariwisata tentunya dibutuhkan Sumberdaya

manusia yang berkualitas disamping kuantitas. Sumberdaya manusia mulai dari

pengelola sampai kepada masyarakat memiliki peran penting dalam

keberhasilan pengembangan pariwisata. Pengelola pariwisata diharapkan

mampu dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas,

menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus menerus sesuai

dengan potensi yang dimiliki sangat menentukan keberhasilan dalam

mendatangkan wisatawan.

c. Fiskal

! Untuk meningkatkan pengembangan potensi pariwisata, bisa dilakukan

dengan memberikan rangsangan berupa insentif fiscal kepada para pelaku

pariwisata baik swasta maupun komunitas masyarakat. Insentif fiskal

diharapkan mampu mendorong produktivitas para pelaku pariwisata.

! Total pagu anggaran Dinas Pariwisata sebesar 0,8% dari APBD Kabupaten

Belitung Tahun Anggaran 2011. Dimana jumlah APBD Kabupaten Belitung

Page 95: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

sebesar Rp. 579.170.333.596,-. Jumlah ini relatif kecil jika dibandingkan

dengan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB atas dasar harga

konstan sebesar 16%. Sehingga anggaran pariwisata perlu ditingkatan yang

diharapkan dapat mendorong pengembangan sektor pariwisata.

d. Informasi Pariwisata

! Dalam sebuah perencanaan, data adalah dasar dalam menentukan prioritas

pengembangan pembangunan. Minimnya data di sektor pariwisata bisa

memicu pembangunan yang tidak tepat sasaran.

! Pusat layanan informasi pariwisata diharapkan dapat membantu wisatawan

baik yang sudah datang maupun yang baru akan merencanakan perjalanan.

! Kegiatan promosi dapat mendorong permintaan akan pariwisata. Informasi

dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui

leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan atau

media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat publik (hotel,

restoran, bandara dan lainnya). Dalam kaitan ini kerjasama antara obyek

pariwisata dengan Biro Perjalanan, Perhotelan, dan Jasa Angkutan sangat

berperan.

e. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat terutama disekitar area destinasi wisata disertai

dengan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, secara signifikan dapat

menumbuhkan kemandirian dan anggapan masyarakat tentang dampak positif

pariwisata.

f. Pengembangan destinasi pariwisata

Pengembangan destinasi pariwisata baru diharapkan dapat meningkatkan

jumlah uang yang dikeluarkan oleh wisatawan sehingga meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah dari sektor pariwisata. Tetapi bukan bearti

mengabaikan destinasi pariwisata yang sudah ada.

6.1.2. Threathness (Ancaman)

Dari pengolahan kuesioner SWOT, faktor-faktor yang menjadi ancaman

dalam strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung adalah :

Page 96: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

a. Dampak pariwisata

Kegiatan pariwisata juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan

diantaranya adalah sampah dan hilangnya biota akibat eksploitasi pariwisata.

Sedangkan dampak terhadap kebudayaan adalah pmunculnya pengaruh negatif

akibat akulturasi budaya yang dapat menjadi ancaman bagi kebudayaan lokal.

b. Kepemilikan lahan

Masalah kepemilikan lahan menjadi ancaman serius terhadap pertumbuhan

investasi. Konflik yang berkepanjangan akibat masalah kepemilikan lahan

menyebabkan investor harus mengeluarkan biaya lebih terutama biaya sosial.

Jika biaya yang dikeluarkan bagi investor terlalu besar maka akan menurunkan

minat investasi sektor pariwisata di Kabupaten Belitung.

c. Ragam Produk Pariwisata

Memanfaatkan ragam aktraksi budaya yang sudah ada sebagai alternatif tujuan

wisata. Pengembangan potensi budaya dan atraksi pendukung pariwisata perlu

dilakukan secara kontinyu. Bila hal ini kurang digarap menimbulkan citra

negatif terhadap pengelolaan pariwisata daerah.

d. Keselamatan wisatawan

Menurut UU. No. 10 tahun 2009 menyatakan bahwa pemerintah dan

pengusaha wisata wajib melindungi keselamatan pengunjung. Namun

kenyataanya di lapangan, pemerintah dan pengusaha masih kurang

memperhatikan masalah keselamatan pengunjung di tempat wisata.

e. Perencanaan

Minimnya dokumen perencanaan yang dikuatkan menjadi produk hukum

menjadi ancaman dalam pengembangan pariwisata. Dokumen perencanaan

menjadi acuan dalam menentukan arah pembangunan pariwisata baik dalam

jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

f. Kerusakan Lingkungan (dampak pertambangan)

Selain potensi wisata Kabupaten Belitung juga memiliki potensi bahan galian

yang bersifat ekonomis yaitu timah. Ekploitasi timah menyebabkan kerusakan

lingkungan yang menjadi ancaman serius bagi pariwisata yang sangat

Page 97: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

tergantung terhadap kelestarian lingkungan. Untuk itu diperlukan koordinasi

dan rencana tata ruang yang baik guna mengatasi ancaman kerusakan

lingkungan.

g. Penerbangan Low Cost Carrier

Saat ini kita mengenal istilah Low Budget Traveling atau melakukan perjalanan

dengan biaya murah yang didominasi oleh kaum. Kemajuan teknologi

informasi dan komunikasi menjadi salah satu faktor pendorong kaum muda

untuk melakukan perjalanan. Potensi ini harus didukung oleh ketersediaan Low

Cost Carrier atau penerbangan dengan biaya murah.

h. Pendidikan tinggi pariwisata

Meningkatnya minat investasi di sektor pariwisata berdampak terhadap

penyerapan tenaga tenaga kerja di sektor pariwisata. Ketersediaan tenaga kerja

juga membantu para investor untu mengurangi biaya operasional mengingat

para investor di Kabupaten Belitung masih banyak mendatangkan tenaga kerja

dari luar daerah.

6.1.3. Strategi

Untuk mengatasi faktor kelemahan dan faktor ancaman disusunlah

strategi kebijakan sebagai berikut :

1. Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata sehingga adanya ketersediaan

tenaga kerja sektor pariwisata.

2. Edukasi, sosialisasi, standarisasi dan pengawasan terhadap para pelaku

usaha pariwisata dalam melaksanakan standar keselamatan wisatawan

selama melakukan perjalanan wisata.

3. Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang

kepariwisataan dan pelestarian lingkungan sehingga masyarakat dapat

diberdayakan.

4. Pengembangan destinasi dan atraksi wisata baru sehingga meningkatkan

keragaman objek wisata tanpa melupakan optimalisasi objek dan atraksi

budaya yang sudah ada.

Page 98: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

6.1.4. Prioritas Kebijakan

Prioritas utama strategi pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung

adalah Pengembangan Destinasi Wisata dengan bobot 43%. Hambatan utama

dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Belitung adalah Lemahnya

Kelembagaan dengan bobot prioritas 53,8%. Sedangkan alternatif kebijakan yang

menjadi prioritas adalah optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada

dengan bobot prioritas sebesar 35,5%.

6.2. Saran

Rekomendasi yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini kepada

Pemerintahan Daerah Kabupaten Belitung, khususnya Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata adalah sebagai berikut :

1. Mengatasi Kelemahan (Weakness)

a. Kelembagaan, melalui peningkatan kerjasama dan koordinasi antar stake

holder pariwisata serta pengadaan Produk UU Pengembangan Kawasan

Pariwisata.

b. SDM sektor pariwisata, melalui peningkatan kualitas SDM stakeholder

pariwisata melalui pendidikan dan pelatihan kepariwisataan yang

berkelanjutan.

c. Fiskal, melalui pemberian Insentif Fiskal kepada pelaku usaha pariwisata

terutama kepada pelaku usaha pariwisata berbasiskan masyarakat dan

penambahan alokasi anggaran pariwisata guna merangsang pertumbuhan

pariwisata.

d. Informasi Pariwisata, melalui peningkatan kuantitas dan kualitas data

pariwisata, penyediaan pusat layanan informasi pariwisata serta

peningkatan program promosi pariwisata.

e. Pemberdayaan masyarakat, melalui peningkatan program edukasi dan

sosialisasi pariwisata kepada masyarakat serta peningkatan peran

masyarakat dalam pariwisata.

f. Pengembangan destinasi pariwisata, melalui optimalisasi destinasi dan

atraksi pariwisata yang sudah ada serta pengembangan destinasi pariwisata

baru.

Page 99: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

2. Mengatasi Ancaman (Threatness)

a. Dampak pariwisata, melalui peningkatan program pengelolaan lingkungan

dan budaya lokal.

b. Kepemilikan lahan, melakukan koordinasi dan kerjasama dengan pihak

terkait guna meningkatkan validitas kepemilikan lahan.

c. Ragam Produk Pariwisata, melalui peningkatan pemberdayaan budaya

dan kesenian lokal sebagai atraksi pendukung pariwisata yang diharapkan

dapat menjadi alternatif tujuan wisata.

d. Keselamatan wisatawan, dengan menetapkan standarisasi, sosialisasi dan

pengawasan keselamatan wisatawan selama melakukan perjalanan wisata.

e. Perencanaan, melalui peningkatan penelitian pariwisata yang diharapkan

dapat menjadi acuan membuat blue print kepariwisataan.

f. Kerusakan Lingkungan (dampak pertambangan), melalui peningkatan

koordinasi dengan instansi terkait untuk meminimalisir kerusakan

lingkungan akibat pertambangan.

g. Penerbangan Low Cost Carrier, melalui peningkatan jumlah maskapai

penerbangan dengan melakukan perbaikan infrastruktur bandara sehingga

mampu didarati oleh pesawat dengan kapasitan penumpang yang lebih

besar.

h. Pendidikan tinggi pariwisata, menyediakan pendidikan tinggi pariwisata

sehingga tersedianya tenaga kerja di sektor pariwisata.

3. Prioritas Kebijakan

a. Melakukan optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang ada. Hal ini

disebabkan destinasi yang ada sudah dikenal oleh kalangan wisatawan.

Stakeholder pariwisata harus menyediakan fasilitas infrastruktur pariwisata

guna menambah kenyamanan wisatawan. Pengelolaan kebersihan tempat

destinasi pariwisata juga tidak boleh terabaikan.

b. Peningkatan kesadaran pariwisata terhadap masyarakat perlu ditinggkatkan

sehingga bisa menjadi tuan rumah yang baik.

c. Penambahan jumlah destinasi wisata baru dilakukan bersamaan dengan

optimalisasi destinasi dan atraksi yang sudah ada.

Page 100: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

d. Penyediaan pendidikan tinggi pariwisata sehingga adanya ketersediaan

tenaga kerja di sektor pariwisata.

e. Menetapkan standarisasi, sosialisasi dan pengawasan keselamatan

wisatawan selama melakukan perjalanan wisata.

Page 101: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

""!

DAFTAR PUSTAKA

Alphonce, Christian B. (1996). Application of AHP in Agriculture in Developing

Countries. Elsevier Science Ltd.

Arikunto,Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi

Keempat. Jakarta. Rineka Cipta

Bappenas RI, (2009). RPJMN 2010 – 2014, Jakarta: Author.

Blanke J, & Chiesa T. (2011). The Travel & Tourism Competitiveness Report 2011

World Economic Forum. Geneve.

Brojonegoro, B. Permadi. (1992) Analytical Hierarchy Process (AHP). Jakarta: Pusat

Studi Antar Universitas Ekonomi, UI.

Chandler, A.D. Jr. (1962). Strategy and Structure: Chapters in the History of the

American Industrial Enterprise. Cambridge, MA: MIT Press.

Cooper, Chris, dkk. (1995). Tourism, Principles and Practice. Prentice Hall, Harlow.

Damanik, Janianton., & Weber Helmut L. (2006). Perencanaan Ekowisata (Dari teori ke

aplikasi). Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pusat Studi Pariwisata (Puspar)

UGM & Andi.

Daryanto & Usman. (2007). Preferensi wisatawan asing yang transit ke Jakarta terhadap

kunjungan wisata lain di Indonesia. Jurnal Pengembangan wiraswasta Vol.

9 No. 3 Hal.180 - 191. (Desember 2007)Drucker, Peter F. (2008). The Five

Most Important Questions You Will Ever Ask About Your Organization.

Third Edition. New York: Mc Graw-Hill.

Dahuri, R, (2003). Paradigma baru pembangunan Indonesia bebasis kelautan, Orasi

Ilmiah: Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan

Lautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Bogor.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.(2005). Pedoman Peyusunan Neraca Satelit

Pariwisata Daerah.

----------------------------------------------------(2006). Statistik Kebudayaan dan Pariwisata,

Pusdatin Dep.Budpar, Jakarta.

Dewi Utami, Ruth. (2011). Film Sebagai Strategi Pemasaran Terhadap Citra Destinasi

Pariwisata, Studi Kasus: Film Laskar Pelangi di Pulau Belitung.

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Drucker, Peter F. (1954). The Practice of Management. New York: Harper & Brothers.

Fandeli, Chafid. (2001). Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. (Editorial)

Yogyakarta: Liberty.

Page 102: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

--------------------------(2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan

Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta.

Forman, E.H.; Gass, S.I. (2001). The Analytic Hierarchy Process: An Exposition.

Source: Operations Research, Vol. 49, No. 4 (Jul. - Aug., 2001), pp. 469-

486 Published by: INFORMS Stable URL:

http://www.jstor.org/stable/3088581.

Glueck, William F., & Jauch, Lawrence R. (1989). Manajemen Strategis dan Kebijakan

Perusahaan, Jakarta : Erlangga.

Jurnal Manajemen, Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia. (2009). Pengantar Industri

Pariwisata (Definisi Kepariwisataan dan Pariwisata, dan Pengembangan

Pariwisata). (2010). http://jurnal- sdm.blogspot.com /2009/08 /pengantar-

industri-pariwisata-definisi.html.

Kabupaten Belitung. (2000). Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten

Belitung. Tanjungpandan : Author.

---------------------------(2007). Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah

(Renstra SKPD) 2010 – 2014. Tanjungpandan: Author.

---------------------------(2008). Revisi Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah

(RIPPDA). Tanjungpandan: Author.

---------------------------(2011). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Satuan

Kerja Perangkat Daerah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten

Belitung (LAKIP SKPD) 2011. Tanjungpandan: Author.

---------------------------(2012). Belitung Dalam Angka 2011. Tanjungpandan: Author.

Keban, Yeremias T. (2008). Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik Konsep, Teori

dan Isu. Yogyakarta : edisi kedua Gava Media.

Kementerian Budaya dan Pariwisata. (2010). Nesparnas 2009. http://www.budpar.go.id

/filedata/5889_2067-nesparnas.pdf.

Kuswara, Ukus, (2006). Kepariwisataan dalam Perspektif Pengembangan Kota,

www.budpar.go.id.

Lembaran Negara RI.(2009). Undang – undang No. 10 Tahun 2009. Tentang

Kepariwisataan. Jakarta: Author..................................., (1990). Undang –

undang No. 9 Tahun 1990. Tentang Pariwisata. Jakarta: Author.

Lundberg, E. Donald, Mink H. Stavenga, dan M Krishnamoorthy, (1997). Ekonomi

Pariwisata, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Mankiw, N Gregory. (2007). Makro Ekonomi (Fitria Liza dan Imam Nurmawan,

Penerjemah). Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Page 103: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Oetomo, Andi. (2006). Hukum dan Kelembagaan dalam Metropolitan di Indonesia:

Kenyataan dan Tantangan dalam Penataan Ruang, Jakarta: Direktorat

Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum.

Pamudji, 1985, Kerjasama Antar Daerah Dalam Rangka Pembinaan Wilayah

Suatu Tinjauan dari Segi Administrasi Negara. Jakarta, PT. Bina Aksara.

Pao, Jay W. (2004). Recent Developments and Prospects of Macao’s Tourism Industry.

Monetary Authority of Macao.

Patton, Michael Quinn. (2009). Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pearce, John A. dan Robinson, Richard B. Jr. (2003). Strategic Management

Formulation, Implementation and Control. Boston: Mc Graw Hill.

--------------------------------------------------------------------(2008). Management Strategic

(Yanivi Bachtiar dan Christine). Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Pendit, Nyoman S. (1999). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT.

Pradnya Paramita

--------------------------(2006). Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Edisi

Keempat. Jakarta: Pradnya Paramita.

Prajogo, MJ, (1976). Pengantar Pariwisata Indonesia, Ditjen Pariwisata, Jakarta.

Rangkuti,Freddy. (2001). SWOT Balanced Score Card. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

--------------------------(2011). Analisis SWOT, Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan 8

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Saaty, T. L., (1994), Fundamentals of Decision Making and Priority Theory with The

Analytic Hierarchy Process, RWS Publications, USA.

Setiyadi, S., Amar, K. dan Aji, T. (2011). Penentuan Strategi Sustainability Usaha Pada

Ukm Kuliner Dengan Menggunakan Metode SWOT – AHP. Jurnal Ilmiah

Teknik Industri, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Vol. 10, No. 2

Soesilo, Nining I. (2002). Reformasi Birokrasi memerlukan manajemen Strategik. Jakarta

: MPKP FE-UI.

Spillane, J James, (1987). Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Kanisius,

Yogyakarta.

--------------------------(1991). Economic and cultural strategy for tourism development of

Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

--------------------------(1994). Pariwisata Indonesia : Siasat Ekonomi dan Rekayasa

Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

Tangkilian, Hessel Nogi S. (2005). Manajemen Publik. Jakarta : PT. Gramedia.

Tribe,John. (2011). The Economics of recreation, leisure and tourism. Fourth edition.

Oxford: Elsevier

Wahab, Salah. (2003). Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paramita.

Page 104: tesis alfian zulkarnain (1)

!

!

Universitas Indonesia

!

"#!

Wahab,Salah., & Pigram, John J. (2005). Tourism, development and growth (The

chalenge of sustainibility).London: Taylor & Francis E-library.

Wardiyanta. (2006). Metode Penelitian Pariwisata, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Wijaya, Indra. (2005). Perencanaan Pengembangan Wisata Bahari di Kepulauan

Seribu, Pendekatan Hirarki Analitik (AHP). Program Pasca Sarjana FEUI,

Depok.

Yoeti, Oka A. (1990). Tours and Travel Management. Jakarta: Pradnya Paramita.

------------------(1997). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Pradnya

Paramita.

------------------(2005). Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.

Cetakan kedua. Jakarta: Pradnya Paramita.

Page 105: tesis alfian zulkarnain (1)

!

Universitas Indonesia!

"#!

Lampiran 1 Kuesioner SWOT

KUESIONER ANALISA SWOT

Bapak/Ibu yang terhormat,

Dalam rangka melengkapi data untuk penyelesaian thesis saya pada Program

Pasca Sarjana Ekonomi Kekhususan Manajemen Perencanaan Kebijakan Publik

Universitas Indonesia, maka saya mohon bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi

kuesioner thesis saya dengan judul “ Strategi Pengembangan Pariwisata Kabupaten

Belitung (Studi Kasus pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta Stakeholder

Pariwisata di Kabupaten Belitung)”. Kerahasiaan dan identitas Bapak/Ibu akan saya

jaga sebaik-baiknya agar ibu/Bapak dapat lebih objektif dalam menjawab kuesioner

ini.

Latar belakang penelitian ini adalah :

Sektor pariwisata berkaitan secara langsung dan tak langsung dengan

berbagai sektor perekonomian yang memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang

sebagian atau seluruhnya dikonsumsi oleh wisatawan, baik itu wisatawan

mancanegara maupun wisatawan nusantara. Dengan demikian berarti pertumbuhan

sektor pariwisata dapat dianggap sebagai pendorong laju pertumbuhan sektor-sektor

lain termasuk pertanian, perdagangan dan sektor lainnya. Dampak ekonomis

pariwisata yang lintas sektor ini bahkan juga melintas multi sektor dalam bentuk

pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan investasi.

Sektor pariwisata sebagai suatu industri jasa merupakan salah satu bidang

yang diharapkan dapat memberikan andil yang cukup besar dalam pembangunan

daerah Bangka Belitung. Kegiatan pariwisata ini bila dikelola dengan baik dapat

menjadi salah satu penyumbang pendapatan yang potensial dalam pertumbuhan

ekonomi daerah maupun nasional. Pariwisata bukan hanya sebagai sumber devisa

tetapi juga dapat memperluas kesempatan kerja yang ditimbulkan dari sejumlah

keterlibatan sektor-sektor lain di dalamnya.

Dalam upaya menangkap aspirasi dan kendala yang terjadi serta untuk

mendukung hasil yang komperehensif, maka kuesioner ini dibuat dengan melibatkan

aparatur pembuat kebijakan serta stake holder yang langsung atau tidak berperan

dalam program ini.

Page 106: tesis alfian zulkarnain (1)

!

Universitas Indonesia!

"#!

Lanjutan Lampiran 1 Kuesioner SWOT

Tujuan utama hasil kuesioner adalah :

1. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan secara kuantitatif faktor Internal dan

eksternal yang mempengaruhi program pariwisata di Kabupaten Belitung.

2. Melihat dan merekomendasikan alternatif kebijakan yang mungkin dilakukan

berdasarkan hambatan dan tantangan kedepan.

Profile Responden

Nama : ...........................................................................

Instansi/Bidang : ...........................................................................

Jabatan : ...........................................................................

Alamat : ...........................................................................

No Telpon/Email : ...........................................................................

Tanda Tangan : ...........................................................................

Cara Pengisian :

Berilah Centang/Cawang pada Kuesioner SWOT yang terdiri dari dua

kategori yaitu Internal untuk mendapatkan faktor-faktor yang menjadi kekuatan

(Strength) dan Kelemahan (Weakness) dan Eksternal, untuk mendapatkan faktor-

faktor yang menjadi Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threat) Strategi

Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Belitung.

1. Penilaian kondisi saat ini, responden diminta untuk menilai kinerja strategi yang

telah dilakukan terhadap Pariwisata dari setiap faktor yang ada.

2. Penilaian Urgensi, responden diminta menilai tingkat urgensi faktor tersebut

untuk ditangani, penilaian berhubungan dengan skala prioritas didalam

menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada melalui- faktor-faktor tersebut.

Acuan pengisian sebagai berikut :

Penilaian Kondisi Saat ini Urgensi Penanganan

Angka 1 = Sangat Kurang Angka 1 = Tidak Urgen

Angka 2 = Kurang Angka 2 = Agak Urgen

Angka 3 = Cukup Angka 3 = Urgen

Angka 4 = Agak Baik Angka 4 = Sangat Urgen

Angka 5 = Baik

Angka 6 = Sangat Baik

Page 107: tesis alfian zulkarnain (1)

!

Universitas Indonesia!

"#!

Lanjutan Lampiran 1 Kuesioner SWOT

Kuesioner Internal

No Indikator Penilaian Internal

Kondisi Sampai Saat ini Urgensi Penanganan

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4

1 Struktur Birokrasi

2 Potensi Budaya, Adat dan tradisi

daerah

3 Sumber daya alam dan panorama

4 Pariwisata berbasiskan

lingkungan

5 Potensi Peninggalan Bersejarah (

Darat dan Laut )

6 Optimalisasi objek wisata dan

atraksi budaya yang sudah ada

7 Pengembangan Destinasi Wisata

Baru

8 Kualitas SDM Sektor Pariwisata

9 Kompetensi/Kualitas Birokrat

10 Kreatifitas birokrat sektor

pariwisata

11 Tersedianya Infrastruktur

Pariwisata

12 Pusat dan Layanan Informasi

13 Data Pariwisata

14 Alokasi anggaran

15 Tersedianya Produk UU

Pengembangan Kawasan

Pariwisata

16 Incentive Fiskal dari Pemerintah

Pusat dan daerah

17 Partnership dan Kolaborasi

18 Kerjasama Pemerintah daerah

dan stake holder

19 Promosi melalui media massa

dalam negeri

20 Promosi melalui media massa

luar negeri

21 Edukasi dan Sosialisasi

22 Pembinaan seni dan budaya

masyarakat

23 Pemberdayaan / partisipasi

masyarakat

Page 108: tesis alfian zulkarnain (1)

!

Universitas Indonesia!

"#!

Lanjutan Lampiran 1 Kuesioner SWOT

Kuesioner Eksternal

No Indikator Penilaian Internal

Kondisi Sampai Saat ini Urgensi Penanganan

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4

1 Pengelolaan lingkungan dan

budaya lokal

2 Akulturasi budaya asing dan

lokal

3 Infrastruktur ICT

4 Keadaan Infrastruktur

5 Atraksi dan pendukung

6 Keanekaragaman Produk

pariwisata

7 Ketersediaan Souvernir/Gift

Shop

8 Tersedianya Akomodasi dan

biro travel

9 Mutu layanan

10 Living Cost

11 Koordinasi antar sektor

pemerintahan

12 Jaringan koordinasi dengan

pariwisata daerah lain

13 Penelitian dan pengembangan

pariwisata

14 Tersedianya Blue Print sistem

pariwisata

15 Keselamatan wisatawan

16 Penerbangan dengan Low Cost

Carrier

17 Aksesbilitas Objek Wisata

18 Pendidikan Tinggi Pariwisata

19 Investasi sektor pariwisata

20 Kreatifitas swasta sektor

pariwisata

21 Kepemilikan Lahan

22 Isu keamanan

23 kerusakan lingkungan

24 Integritas

Page 109: tesis alfian zulkarnain (1)

Lampiran 2 : Matriks Faktor Internal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 5 5 4 5 3 3 3 5 3 2 2 5 5 1 3 5 5 3 1 3 3.55 W 5.99 5.16 2 3 1 4 3 4 3 2 3 3 3 1 1 4 3 1 1 2 4 3 2.55 0.13

2 5 4 4 6 5 5 5 5 5 4 2 4 4 6 5 4 4 5 4 5 4.55 S 4.55 3.92 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4 4 2 2 4 3 2 2 1 3 2 2.95 0.12

3 6 5 5 6 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5.70 S 5.70 4.91 3 3 3 4 4 3 4 2 4 4 4 2 2 4 4 2 2 1 2 2 2.95 0.14

4 4 3 5 3 3 4 3 5 6 6 2 3 3 1 6 3 3 5 5 5 3.90 S 3.90 3.36 3 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 2 2 4 4 2 2 2 3 2 3.10 0.10

5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 6 5 5 5 2 1 5 4.45 S 4.45 3.83 4 3 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2 2 4 4 2 2 3 4 2 3.20 0.12

6 4 4 3 5 5 3 3 5 4 3 2 3 3 2 2 3 3 4 1 3 3.25 W 5.69 4.90 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 3 2 2 2 4 3 3.05 0.15

7 3 3 5 4 5 5 2 5 5 2 2 4 4 1 3 4 4 2 1 3 3.35 W 5.79 4.99 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 2 2 4 4 2 2 3 4 3 3.25 0.16

8 5 3 3 5 5 2 3 5 4 4 2 4 4 2 1 4 4 2 2 2 3.30 W 5.74 4.94 4 3 4 4 4 4 3 3 3 2 4 2 2 4 4 2 2 3 3 4 3.20 0.16

9 5 5 4 5 4 2 3 5 5 3 2 5 5 1 3 5 5 3 2 2 3.70 S 3.70 3.19 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 1 1 4 4 1 1 2 3 4 2.95 0.09

10 5 4 3 5 4 2 3 4 4 2 2 5 5 1 3 5 5 2 1 1 3.30 W 5.74 4.94 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 4 1 1 4 4 1 1 3 4 4 2.95 0.15

11 3 4 4 5 3 3 2 4 4 3 2 5 5 2 3 5 5 3 5 4 3.70 S 3.70 3.19 4 3 4 4 4 3 4 2 4 3 4 1 1 3 4 1 1 2 3 2 2.85 0.09

12 4 4 2 4 4 3 2 2 4 1 1 4 4 1 2 4 4 2 1 3 2.80 W 5.24 4.51 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 1 1 4 4 1 1 2 4 3 3.00 0.14

13 5 5 3 5 4 3 4 5 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 2 2 3.65 S 3.65 3.14 3 3 4 4 4 3 3 2 4 2 3 1 1 3 3 1 1 2 4 3 2.70 0.08

14 3 4 2 5 3 2 2 4 5 2 2 5 5 3 3 5 5 4 3 4 3.55 W 5.99 5.16 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 1 1 2 3 1 1 2 2 2 2.75 0.14

15 3 3 2 5 3 2 2 3 4 1 2 3 3 1 3 3 3 5 1 4 2.80 W 5.24 4.51 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 1 4 2 2.90 0.13

16 3 3 2 5 3 2 2 3 4 2 2 3 3 1 3 3 3 5 1 4 2.85 W 5.29 4.56 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 2 3 1 1 1 4 2 2.40 0.11

17 4 4 3 6 3 2 3 5 4 2 2 4 4 5 2 4 4 4 2 3 3.50 W 5.94 5.12 3 3 2 3 3 3 3 2 2 4 3 1 1 3 4 1 1 2 4 3 2.55 0.13

18 5 4 3 5 4 3 3 4 4 2 2 5 5 5 3 5 5 4 2 3 3.80 S 3.80 3.27 4 4 2 3 3 3 3 2 4 4 3 1 1 3 4 1 1 2 4 3 2.75 0.09

19 5 3 2 5 4 4 2 5 3 4 2 3 3 6 5 3 3 5 2 2 3.55 W 5.99 5.16 4 3 3 4 4 4 3 2 4 2 3 2 2 4 3 2 2 2 4 2 2.95 0.15

20 3 2 2 2 3 2 2 4 2 1 1 3 3 1 5 3 3 2 1 2 2.35 W 4.79 4.12 4 2 3 3 3 3 3 2 4 3 2 1 2 4 3 2 3 2 4 2 2.75 0.11

21 5 4 2 5 4 3 3 5 3 4 2 3 3 2 3 3 3 5 3 3 3.40 W 5.84 5.03 4 3 4 3 3 3 4 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 4 3 2.90 0.15

22 5 4 3 5 4 5 4 5 5 3 2 3 3 5 3 3 3 2 2 3 3.60 S 3.60 3.10 4 3 4 4 4 4 4 2 4 3 3 1 2 3 2 3 3 3 4 3 3.15 0.10

23 5 3 2 4 4 5 2 4 3 3 2 3 3 5 5 3 3 3 3 2 3.35 W 5.79 4.99 4 3 2 4 4 4 4 2 4 3 3 1 2 3 3 3 3 3 4 2 3.05 0.15

81.95 116.07 100.00 2.90

3.56RATA-RATA KOLOM

Urgensi Penanganan

JUMLAH TOTAL

Bobot

FAKTOR INTERNAL

No

Bobot Penilaian Faktor Internal Responden Bobot (Score

tertinggi

dikurangi Rata-

rata kolom dan

rata-rata baris)*

Responden Rata-rata

BarisKet

Bobot x

UrgensiResponden Rata - rata

Baris

urgensi

Page 110: tesis alfian zulkarnain (1)

Lampiran 3 : Matriks Faktor Eksternal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 5 4 2 3 5 5 3 5 2 3 1 5 5 2 4 2 3 3 1 3 3.30 T 5.85 5.41 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 4 2 3 4 3 3.25 0.18

2 3 4 5 5 5 3 3 5 3 4 3 3 3 3 4 3 3 2 5 3 3.60 O 3.60 3.33 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 1 1 4 3 1 1 1 2 3 2.25 0.07

3 3 4 3 5 5 3 4 5 4 2 3 4 4 3 3 4 4 2 6 5 3.80 O 3.80 3.51 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 1 2 3 2 2 3 3 2 2.80 0.10

4 3 3 2 5 5 4 3 5 5 5 2 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4.25 O 4.25 3.93 4 2 2 4 4 4 4 2 4 3 3 1 1 3 3 1 1 2 4 2 2.70 0.11

5 4 4 2 5 5 2 2 5 2 3 1 3 3 2 4 3 3 5 2 4 3.20 T 5.75 5.32 4 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 4 3 2.80 0.15

6 5 5 2 5 5 5 3 5 4 2 2 2 2 1 4 2 2 2 2 4 3.20 T 5.75 5.32 4 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 4 3 2.95 0.16

7 5 3 3 5 5 4 3 5 5 2 2 2 2 3 3 2 2 4 4 5 3.45 O 3.45 3.19 4 3 3 4 4 4 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2.75 0.09

8 5 5 2 6 6 4 3 5 3 4 3 4 4 3 6 4 4 5 4 5 4.25 O 4.25 3.93 4 3 4 4 4 4 3 2 3 2 3 2 2 3 4 2 2 1 3 2 2.85 0.11

9 5 4 3 5 5 4 2 4 2 3 3 5 5 2 2 5 5 4 4 3 3.75 O 3.75 3.46 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 3 1 1 3 4 1 1 2 4 2 2.95 0.10

10 3 3 3 5 5 4 2 3 4 3 3 5 5 1 3 5 5 5 2 3 3.60 O 3.60 3.33 3 3 2 3 3 4 4 3 2 3 3 1 1 3 3 1 1 2 4 2 2.55 0.08

11 5 4 3 5 5 5 2 5 4 3 2 6 6 1 3 6 6 4 2 2 3.95 O 3.95 3.65 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 1 1 4 3 1 1 2 3 4 2.60 0.09

12 5 4 2 5 5 4 2 5 2 3 2 5 5 2 3 5 5 4 3 2 3.65 O 3.65 3.37 2 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 1 1 3 4 1 1 2 3 4 2.55 0.09

13 5 4 2 3 3 4 2 4 5 4 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2.75 T 5.30 4.90 3 3 4 3 3 3 4 2 4 3 3 1 1 4 2 1 1 3 2 4 2.70 0.13

14 5 4 2 3 3 3 1 4 4 2 2 4 4 2 2 4 4 2 1 2 2.90 T 5.45 5.04 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 4 1 1 4 3 1 1 3 3 3 2.80 0.14

15 5 4 2 3 3 2 3 4 2 3 1 5 5 2 2 5 5 2 3 3 3.20 T 5.75 5.32 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 1 1 4 4 1 1 3 4 3 3.15 0.17

16 3 2 2 3 3 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1.75 T 4.30 3.98 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3.75 0.15

17 5 4 3 3 3 2 3 5 4 2 3 5 5 3 3 5 5 5 5 6 3.95 O 3.95 3.65 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 1 1 2 3 1 1 1 3 3 2.85 0.10

18 2 3 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 3 1 2 1.75 T 4.30 3.98 3 2 4 2 3 4 3 4 4 3 3 2 2 4 4 2 2 2 4 1 2.90 0.12

19 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 5 5 4 1 5 5 5 3 5 3.75 O 3.75 3.46 4 4 4 4 4 2 4 3 4 3 4 2 2 3 4 2 2 1 4 1 3.05 0.11

20 5 3 3 4 4 4 3 5 2 3 3 5 5 5 1 5 5 5 3 5 3.90 O 3.90 3.60 3 4 3 4 4 4 4 2 4 3 4 1 1 3 4 1 1 1 4 1 2.80 0.10

21 3 3 3 4 4 3 3 5 3 5 3 3 3 1 3 3 3 5 3 3 3.30 T 5.85 5.41 3 4 2 3 3 4 4 3 3 4 3 1 1 4 3 1 1 1 3 1 2.60 0.14

22 5 5 6 4 5 6 5 5 3 6 5 5 5 6 6 5 5 5 5 5 5.10 O 5.10 4.71 4 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 1 1 3 3 1 1 1 2 1 2.40 0.11

23 3 3 3 3 3 3 4 5 2 3 1 2 3 1 3 2 4 3 1 2 2.70 T 5.25 4.85 4 4 3 4 4 3 4 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 1 3.25 0.16

24 5 3 6 3 3 4 3 5 4 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 6 3.65 O 3.65 3.37 3 2 2 3 3 3 4 3 4 3 3 1 1 4 4 1 1 2 2 1 2.50 0.08

82.70 108.24 100.00 2.84

3.45

FAKTOR EKSTERNAL

Bobot x

Urgensi

RATA-RATA KOLOM

No

Bobot Penilaian Faktor Eksternal Responden Bobot (Score

tertinggi

dikurangi Rata-

rata kolom dan

rata-rata baris)*

Urgensi Penanganan

RespondenRata-rata

BarisKet

RespondenRata - rata

Baris urgensi

JUMLAH TOTAL

Bobot

Page 111: tesis alfian zulkarnain (1)

!

Universitas Indonesia

"#!

Lampiran 4 : Analisa IFAS dan EFAS

IFAS

EFAS

Strenght (Kekuatan) : 0.94

1) Sumber daya alam dan panorama

2) Potensi Budaya, Adat dan tradisi daerah

3) Potensi Peninggalan Bersejarah ( Darat dan

Laut )

4) Pariwisata berbasiskan lingkungan

5) Kerjasama Pemerintah daerah dan stake

holder

6) Kompetensi/Kualitas Birokrat

7) Tersedianya Infrastruktur Pariwisata

8) Data Pariwisata

9) Pembinaan seni dan budaya masyarakat

Weakness (Kelemahan) : 1.96

1) Struktur Birokrasi

2) Alokasi anggaran

3) Promosi melalui media massa dalam negeri

4) Partnership dan Kolaborasi

5) Edukasi dan Sosialisasi

6) Pengembangan Destinasi Wisata Baru

7) Pemberdayaan / partisipasi masyarakat

8) Kualitas SDM Sektor Pariwisata

9) Kreatifitas birokrat sektor pariwisata

10) Pengembangan Destinasi Wisata Baru

11) Incentive Fiskal dari Pemerintah Pusat dan daerah

12) Pusat dan Layanan Informasi

13) Tersedianya Produk UU Pengembangan Kawasan Pariwisata

14) Promosi melalui media massa luar negeri

Opportunity (Peluang) : 1.35

1) Keamanan

2) Keadaan Infrastruktur

3) Tersedianya Akomodasi dan biro travel

4) Koordinasi antar sektor pemerintahan

5) Aksesibilitas Objek Wisata

6) Investasi sektor pariwisata

7) Infrastruktur ICT

8) Mutu layanan

9) Kreatifitas swasta sektor pariwisata

10) Jaringan koordinasi dengan pariwisata daerah lain

11) Integritas

12) Living Cost

13) Akulturasi budaya asing dan lokal

14) Ketersediaan Souvenir/Gift Shop

Strategi SO : 2.30

1) Meningkatkan pengelolaan seluruh potensi

pariwisata yang melibatkan masyarakat dan

stakeholder pariwisata terutama pariwisata

berbasis lingkungan dan masyarakat.

2) Meningkatkan investasi sektor pariwisata

sehingga mendorong pertumbuhan

infrastruktur pariwisata.

3) Meningkatkan infrastruktur di daerah

destinasi wisata terutama sanitasi, air bersih

dan pengelolaan limbah/sampah

4) Peningkatan pembinaan seni dan budaya

masyarakat

Strategi WO : 3.31

1) Meningkatkan program promosi pariwisata yang berkelanjutan

dengan memanfaatkan media massa yang terintegrasi baik secara

nasional maupun internasional.

2) Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antar daerah, provinsi,

pusat dan akademisi

3) Pemberian insentif fiskal sebagai rangsangan untuk

pengembangan pariwisata.

4) Adanya produk UU yang berpihak terhadap pengembangan

pariwisata

Page 112: tesis alfian zulkarnain (1)

!

Universitas Indonesia

""!

Lanjutan Lampiran 4 Analisa IFAS dan EFAS

Threatness (Ancaman) : 1.45

1) Pengelolaan lingkungan dan budaya lokal

2) Kepemilikan lahan

3) Keanekaragaman Produk pariwisata

4) Atraksi dan pendukung

5) Keselamatan Wisatawan

6) Tersedianya Blue Print sistem pariwisata

7) Penelitian dan pengembangan pariwisata

8) Kerusakan lingkungan

9) Penerbangan dengan Low Cost Carrier

10) Pendidikan Tinggi Pariwisata

Strategi ST : 2.40

1) Menjaga kelestarian lingkungan destinasi

wisata dan budaya masyarakat

2) Berkoordinasi dengan stakeholder terkait

mencari solusi permasalahan tanah

peruntukan pengembangan pariwisata

3) Mengembangkan blue print pariwisata

sehingga potensi wisata yang ada dapat

dikelola secara optimal dan berkelanjutan

4) Perbaikan infrastruktur bandara sehingga

layak didarati oleh pesawat dengan jenis

yang lebih besar

Strategi WT : 3.41

1) Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata sehingga adanya

ketersediaan tenaga kerja sektor pariwisata.

2) Edukasi, sosialisasi, standarisasi dan pengawasan terhadap para

pelaku usaha pariwisata dalam melaksanakan standar

keselamatan wisatawan selama melakukan perjalanan wisata

3) Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat

tentang kepariwisataan dan pelestarian lingkungan sehingga

masyarakat dapat diberdayakan.

4) Pengembangan destinasi dan atraksi wisata baru sehingga

meningkatkan keragaman objek wisata tanpa melupakan

optimalisasi objek dan atraksi budaya yang sudah ada

!

!

Page 113: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

100

Lampiran 5 : Kuesioner AHP

Analisa AHP untuk memilih prioritas

“Strategi Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Belitung”

Kuesioner ini ditujukan untuk memilih prioritas kebijakan dalam rangka penelitian “Strategi

Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Belitung”. Kuesioner ini merupakan lanjutan analisa

SWOT yang telah dilaksanakan sebelumnya dan sudah menentukan beberapa strategi terpilih.

Penjelasan :

1. Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan persepsi/penilaian expert yang sifatnya

subjektif, sehingga jawaban responden dibuat berdasarkan persepsi responden atas penilaian

faktor-faktor yang berkaitan dengan penentuan prioritas strategi pengembangan pariwisata.

2. Kegunaan penelitian ini adalah untuk menyusun Tesis (karya akhir), guna melengkapi salah

satu syarat penyelesaian pendidikan pada Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik

(MPKP), Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

3. Bahwa untuk memperoleh masukan seperti tersebut dalam point 1 di atas, maka yang menjadi

responden adalah mereka yang mempunyai pemahaman terhadap masalah yang diteliti (expert).

4. Mengingat pentingnya masukan dari Bapak / Ibu maka kami mohon agar Bapak / Ibu dapat

membantu sepenuhnya dengan mengisi kuesioner ini dengan sungguh – sungguh, agar hasil

yang dicapai diharapkan dapat memberi alternatif kebijakan terbaik.

5. Karena bersifat penelitian akademik, maka untuk menjaga keakuratan masukan yang Bapak /

Ibu berikan kami mengharapkan Bapak Ibu berkenan untuk mengisi data-data kuesioner ini

berupa indentitas diri dan lembar pertanyaan dihalaman berikut :

Page 114: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

101

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

Data Responden

Nama Lengkap (beserta gelar) :

Jabatan (saat ini) :

Pangkat/Golongan :

Unit Kerja :

No. Telp / HP :

Alamat :

Jenis Kelamin : Pria / Wanita *

Usia : Tahun

Pendidikan Tinggi : SMU / Akademi / S1 / S2

* Coret yang tidak perlu

Petunjuk Pengisian :

Kuesioner ini adalah pendukung peralatan Analytical Hierarchy Process (AHP). Kuesioner

menggunakan sistem rangking yang menilai besarnya pengaruh antara satu elemen faktor dengan

yang lainnya. Setiap Responden dapat memilih jawaban yang berada disisi kanan ataupun kiri

menurut bobot kepentingannya.

Intensitas

Pentingnya

Definisi Penjelasan

1 Sama penting A dan B sama penting

3 Sedikit lebih penting A sedikit lebih penting dari B

5 Agak lebih penting A agak lebih penting dari B

7 Jauh lebih penting A jauh lebih penting dari B

9 Mutlak lebih penting A mutlak lebih penting dari B

2,4,6,8 Nilai antara angka diatas Ragu-ragu dalam menentukan skala

misal 6 antara 5 dan 7

Bapak/Ibu dimohon untuk menjawab pertanyaan berikut dan memberi skala perbandingan dengan

tanda centang/cawing pada kolom yang disediakan sesuai dengan skor kriteria penilaian.

Beberapa scenario yang menjadi Strategi Pengembangan Pariwisata di Kab. Belitung adalah :

1. Ketersediaan Pendidikan Tinggi Pariwisata.

2. Sosialisasi dan pengawasan terhadap para pelaku usaha pariwisata dalam melaksanakan

standar keselamatan wisatawan selama melakukan perjalanan wisata.

3. Memberikan pendidikan dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang kepariwisataan dan

pelestarian lingkungan.

4. Pengembangan destinasi pariwisata baru.

Page 115: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

102

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

1. Menurut Bapa/Ibu strategi manakah yang paling dipilih dalam pengembangan pariwisata di

Kabupaten Belitung? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a

Pendidikan Tinggi

Pariwisata

Standarisasi dan

Pengawasan

keselamatan

wisatawan

b Pendidikan Tinggi

Pariwisata

Pendidikan dan

sosialisasi masyarakat

c Pendidikan Tinggi

Pariwisata

Pengembangan

destinasi pariwisata

baru

d Standarisasi dan

Pengawasan

keselamatan

wisatawan

Pendidikan dan

sosialisasi masyarakat

e Standarisasi dan

Pengawasan

keselamatan

wisatawan

Pengembangan

destinasi pariwisata

baru

f Pendidikan dan

sosialisasi masyarakat

Pengembangan

destinasi pariwisata

baru

2. Menurut Bapak/Ibu factor manakah yang paling menghambat strategi Pendidikan Tinggi

Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Keterbatasan

Anggaran

Lemahnya

kelembagaan

b Keterbatasan

Anggaran

Lemahnya

pemberdayaan

masyarakat c

Lemahnya

kelembagaan

Lemahnya

pemberdayaan

masyarakat

Page 116: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

103

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

3. Menurut Bapak/Ibu factor manakah yang paling menghambat strategi Standarisasi dan

Pengawasan keselamatan wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Keterbatasan

Anggaran

Lemahnya

kelembagaan

b Keterbatasan

Anggaran

Lemahnya

pemberdayaan

masyarakat c

Lemahnya

kelembagaan

Lemahnya

pemberdayaan

masyarakat

4. Menurut Bapak/Ibu factor manakah yang paling menghambat strategi Pendidikan dan sosialisasi

masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Keterbatasan

Anggaran

Lemahnya

kelembagaan

b Keterbatasan

Anggaran

Lemahnya

pemberdayaan

masyarakat c

Lemahnya

kelembagaan

Lemahnya

pemberdayaan

masyarakat

5. Menurut Bapak/Ibu factor manakah yang paling menghambat strategi Pengembangan destinasi

pariwisata baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Keterbatasan

Anggaran

Lemahnya

kelembagaan

b Keterbatasan

Anggaran

Lemahnya

pemberdayaan

masyarakat c

Lemahnya

kelembagaan

Lemahnya

pemberdayaan

masyarakat

Page 117: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

104

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

6. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Keterbatasan

Anggaran dalam Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Pemda Swasta

b Pemda LSM

c Swasta LSM

7. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya

Kelembagaan dalam Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Pemda Swasta

b Pemda LSM

c Swasta LSM

8. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Pemda Swasta

b Pemda LSM

c Swasta LSM

9. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Keterbatasan

Anggaran dalam Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Pemda Swasta

b Pemda LSM

c Swasta LSM

10. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya

Kelembagaan dalam Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Pemda Swasta

b Pemda LSM

c Swasta LSM

Page 118: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

105

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

11. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya

Pemberdayaan Masyarakat dalam Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Pemda Swasta

b Pemda LSM

c Swasta LSM

12. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Keterbatasan

Anggaran dalam Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Pemda Swasta

b Pemda LSM

c Swasta LSM

13. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya

Kelembagaan dalam Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Pemda Swasta

b Pemda LSM

c Swasta LSM

14. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Pemda Swasta

b Pemda LSM

c Swasta LSM

15. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Keterbatasan

Anggaran dalam Pengembangan Destinasi Wisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Pemda Swasta

b Pemda LSM

c Swasta LSM

16. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya

Kelembagaan dalam Pengembangan Destinasi Wisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Pemda Swasta

b Pemda LSM

c Swasta LSM

Page 119: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

106

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

17. Menurut Bapak/Ibu PELAKU manakah yang paling mampu mengatasi hambatan Lemahnya

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Destinasi Wisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Pemda Swasta

b Pemda LSM

c Swasta LSM

Page 120: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

107

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

18. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran

dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 121: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

108

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

19. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran

dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 122: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

109

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

20. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran

dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 123: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

110

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

21. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan

dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 124: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

111

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

22. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya

Kelembagaan dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 125: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

112

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

23. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan

dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 126: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

113

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

24. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya

Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 127: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

114

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

25. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya

Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 128: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

115

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

26. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Pemberdayaan

Masyarakat dalam strategi Pendidikan Tinggi Pariwisata? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 129: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

116

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

27. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran

dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 130: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

117

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

28. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan

Anggaran dalam Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 131: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

118

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

29. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran

dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 132: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

119

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

30. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan

dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 133: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

120

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

31. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya

Kelembagaan dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 134: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

121

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

32. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan

dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 135: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

122

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

33. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Pemberdayaan

Masyarakat dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 136: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

123

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

34. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya

Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

A Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

C Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

E Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

F Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

I Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

J Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 137: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

124

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

35. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Pemberdayaan

Masyarakat dalam strategi Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

A Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

C Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

E Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

F Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 138: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

125

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

36. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran

dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 139: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

126

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

37. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran

dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 140: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

127

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

38. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran

dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 141: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

128

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

39. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan

dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 142: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

129

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

40. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya

Kelembagaan dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 143: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

130

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

41. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan

dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 144: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

131

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

42. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya

Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 145: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

132

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

43. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya

Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 146: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

133

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

44. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Pemberdayaan

Masyarakat dalam strategi Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 147: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

134

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

45. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran

dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 148: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

135

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

46. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran

dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 149: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

136

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

47. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Keterbatasan Anggaran

dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 150: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

137

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

48. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan

dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 151: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

138

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

49. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya

Kelembagaan dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 152: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

139

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

50. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Kelembagaan

dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 153: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

140

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

51. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus PEMDA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya

Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 154: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

141

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

52. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus SWASTA pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya

Pemberdayaan Masyarakat dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 155: tesis alfian zulkarnain (1)

Universitas Indonesia

142

Lanjutan Lampiran 5 : Kuesioner AHP

53. Menurut Bapak/Ibu, apa yang harus LSM pilih untuk dilakukan bila terjadi hambatan Lemahnya Pemberdayaan

Masyarakat dalam strategi Pengembangan Destinasi Wisata Baru? A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 B

a Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

b Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

c Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

d Kerjasama pendidikan

tinggi pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

e Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

f Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Penambahan destinasi

wisata baru

g Menetapkan Standarisasi

dan pengawasan

keselamatan wisatawan

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

h Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Penambahan destinasi

wisata baru

i Peningkatan kesadaran

masyarakat tentang

pariwisata

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

j Penambahan destinasi

wisata baru

Optimalisasi destinasi dan

atraksi wisata yang sudah

ada

Page 156: tesis alfian zulkarnain (1)

!

Universitas Indonesia

!

"#$!

Lampiran 6 : Hasil olah aplikasi expert choice

Model Name: STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA

Treeview

Goal: Strategi pengembangan pariwisata Kabupaten Belitung

Pendidikan Tinggi Pariwisata (L: .111)

Keterbatasan Anggaran (L: .150)

Pemda (L: .466)

Swasta (L: .433)

LSM (L: .100)

Lemahnya Kelembagaan (L: .725)

Pemda (L: .612)

Swasta (L: .179)

LSM (L: .209)

Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat (L: .125)

Pemda (L: .240)

Swasta (L: .210)

LSM (L: .550)

Standarisasi dan Pengawasan keselamatan wisatawan (L: .134)

Keterbatasan Anggaran (L: .100)

Pemda (L: .528)

Swasta (L: .333)

LSM (L: .140)

Lemahnya Kelembagaan (L: .466)

Pemda (L: .359)

Swasta (L: .124)

LSM (L: .517)

Lemahnya pemberdayaan (L: .433)

Pemda (L: .376)

Swasta (L: .149)

LSM (L: .474)

Pendidikan dan sosialisasi masyarakat (L: .325)

Keterbatasan Anggaran (L: .109)

Pemda (L: .493)

Swasta (L: .196)

Page 1 of 212/11/2012 7:44:46 PM

yayanyayan

Page 157: tesis alfian zulkarnain (1)

!

Universitas Indonesia

!

"##!

Lanjutan Lampiran 6 : Hasil olah aplikasi expert choice

LSM (L: .311)

Lemahnya Kelembagaan (L: .345)

Pemda (L: .657)

Swasta (L: .083)

LSM (L: .261)

Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat (L: .547)

Pemda (L: .368)

Swasta (L: .082)

LSM (L: .550)

Pengembangan destinasi pariwisata baru (L: .430)

Keterbatasan Anggaran (L: .147)

Pemda (L: .515)

Swasta (L: .388)

LSM (L: .097)

Lemahnya Kelembagaan (L: .657)

Pemda (L: .407)

Swasta (L: .224)

LSM (L: .370)

Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat (L: .196)

Pemda (L: .304)

Swasta (L: .177)

LSM (L: .519)

Alternatives

Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata .105

Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan wisatawan .100

Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata .329

Penambahan jumlah destinasi wisata baru .111

Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada .355

* Ideal mode

Page 2 of 212/11/2012 7:44:46 PM

yayanyayan

Page 158: tesis alfian zulkarnain (1)

Lampiran 7 : Perhitungan Bobot Global

P. LOKAL P.GLOBAL P. LOKAL P.GLOBAL P. LOKAL P.GLOBAL

PEMDA 0.466 0.008

SWASTA 0.433 0.007

LSM 0.100 0.002

PEMDA 0.612 0.049

SWASTA 0.179 0.014

LSM 0.209 0.017

PEMDA 0.240 0.003

SWASTA 0.210 0.003

LSM 0.550 0.008

PEMDA 0.528 0.007

SWASTA 0.333 0.004

LSM 0.140 0.002

PEMDA 0.359 0.022

SWASTA 0.124 0.008

LSM 0.517 0.032

PEMDA 0.376 0.022

SWASTA 0.149 0.009

LSM 0.474 0.028

PEMDA 0.493 0.017

SWASTA 0.196 0.007

LSM 0.311 0.011

PEMDA 0.657 0.074

SWASTA 0.083 0.009

LSM 0.261 0.029

PEMDA 0.368 0.065

SWASTA 0.082 0.015

LSM 0.550 0.098

PEMDA 0.515 0.033

SWASTA 0.388 0.025

LSM 0.970 0.061

PEMDA 0.407 0.115

SWASTA 0.224 0.063

LSM 0.370 0.105

PEMDA 0.304 0.026

SWASTA 0.177 0.015

LSM 0.519 0.044

0.178

Pen

gem

ban

gan

Des

tinas

i

Par

iwis

ata

0.430 0.430

Keterbatasan

Anggaran0.147 0.063

Lemahnya

Kelembagaan0.657 0.283

Lemahnya

Pemberdayaan

Masyarakat

0.196 0.084

0.547

0.035

Lemahnya

Kelembagaan0.345

Sta

nd

aris

asi

dan

Pen

gaw

asan

Kes

elam

atan

Wis

ataw

an

0.134 0.134

Keterbatasan

Anggaran0.100 0.013

0.112

Pen

did

ikan

dan

Sosi

alis

asi

Mas

yar

akat

0.325 0.325

Keterbatasan

Anggaran0.109

Lemahnya

Pemberdayaan

Masyarakat

Lemahnya

Kelembagaan0.466 0.062

Lemahnya

Pemberdayaan

Masyarakat

Lemahnya

Pemberdayaan

Masyarakat

0.433 0.058

GOALSKENARIO HAMBATAN PELAKU

Keterbatasan

AnggaranS

TR

AT

EG

I P

EN

GE

MB

AN

GA

N P

AR

IWIS

AT

A K

AB

UPA

TE

N B

EL

ITU

NG

Pen

did

ikan

Tin

ggi

Par

iwis

ata

0.111 0.111

0.150 0.017

0.725 0.080

0.125 0.014

Lemahnya

Kelembagaan

Page 159: tesis alfian zulkarnain (1)

!

Universitas Indonesia

"#$!

Lampiran 6 : Hasil akhir pengolahan bobot global

PRIORITAS GLOBAL Bobot

SKENARIO

1 Pendidikan Tinggi Pariwisata 0.111

2 Standarisasi dan Pengawasan Keselamatan Wisatawan 0.134

3 Pendidikan dan Sosialisasi Masyarakat 0.325

4 PengembanganDestinasi Pariwisata 0.430

HAMBATAN

1 Keterbatasan Anggaran 0.129

2 Lemahnya Kelembagaan 0.538

3 Lemahnya Pemberdayaan Masyarakat 0.334

PELAKU

1 PEMDA 0.441

2 SWASTA 0.179

3 LSM 0.435

KEBIJAKAN

1 Kerjasama pendidikan tinggi pariwisata 0.105

2 Menetapkan Standarisasi dan pengawasan keselamatan 0.100

3 Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pariwisata 0.329

4 Penambahan jumlah destinasi wisata baru 0.111

5 Optimalisasi destinasi dan atraksi wisata yang sudah ada 0.355