kontribusi tinggi badan, berat badan, kekuatan …digilib.unila.ac.id/55109/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
KONTRIBUSI TINGGI BADAN, BERAT BADAN, KEKUATAN
TUNGKAI, KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN PUNGGUNG
DAN FLEKSIBILITAS TERHADAP KECEPATAN
BANTINGAN PADA ATLET GULAT
PUTRA LAMPUNG
(Skripsi)
OLEH
MEKI ANDESA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ii
ABSTRAK
KONTRIBUSI TINGGI BADAN, BERAT BADAN, KEKUATAN
TUNGKAI, KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN PUNGGUNG
DAN FLEKSIBILITAS TERHADAP KECEPATAN
BANTINGAN PADA ATLET GULAT
PUTRA LAMPUNG
Oleh
MEKI ANDESA
Masalah dalam penelitian ini adalah keutamaan atau keberhasilan suatu bantingan
dalam cabang olahraga gulat terletak pada kemampuan seorang atlet melakukan
koordinasi antara kecepatan, kekuatan lengan, kekuatan tungkai, kekuatan
punggung dan fleksibilitas badan. Banyaknya faktor atau aspek fisik yang
mendukung keberhasilan bantingan pada cabang olahraga gulat menjadi daya tarik
untuk dikaji dan dilihat seberapa besar kontribusi masing-masing aspek terhadap
keberhasilan bantingan.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah suvey dengan analisis data
menggunakan regresi linier.Sampel yang digunakan sebanyak 30 atlet gulat putra
lampung. Untuk teknik pengambilan data tes tinggi badan menggunakan
stadiometer, berat badan menggunakan timbangan injak digital, kekuatan tungkai
menggunakan leg dynamometer, kekuatan lengan menggunakan push and pull
dynamometer, kekuatan punggung menggunakan back dynamometer, fleksiblitas
iii
menggunakan sit and reach, dan pengambilan data kecepatan bantinggan
menggunakan software kinovea..
Hasil penelitian menunjukkan ada kontribusi tinggi badan sebesar 18,8%, berat
badan sebesar 15,0%, kekuatan tungkai sebesar 19,9%, kekuatan lengan sebesar
40,5%, kekuatan punggung sebesar 54,2%, fleksibilitas sebesar 35,7% terhadap
kecepatan bantingan.
Dapat disimpulka bahwa kekuatan otot punggung mempunyai kontribusi terbesar
dibandingkan tinggi badan, berat badan, kekuatan tungkai, kekuatan lengan, dan
fleksibilitas
Kata Kunci : kecepatan bantingan, berat badan, fleksibilitas, kekuatan lengan,
kekuatan punggung, kekuatan tungkai, tinggi badan.
iv
ABSTRACT
CONTRIBUTION HIGH OF AGENCY, BODY WEIGHT, SINGLE
STRENGTH, ARM STRENGTH, BACK STRENGTH
AND OF FLEXIBILITY ON SPEED
OF WAIST BEARS ON ATHLETE
WRESTLING OF LAMPUNG
By
MEKI ANDESA
The problem in this study is the primacy or success of a kick in the sport of
wrestling lies in the ability of an athlete to coordinate between speed, arm
strength, leg strength, back strength and body flexibility. The many factors or
physical aspects that support the success of slamming in the wrestling sport are an
attraction to be studied and seen how much each aspect contributes to the success
of kickbacks.
The method used in this study is surveying the data usinganalysis. linear
regressionThe samples used were 30 male wrestling athletes in Lampung. For the
technique of taking height test data using a stadiometer, weight using digital tread
scales, leg strength using leg dynamometer, arm strength using push and pull
dynamometer, back strength using a back dynamometer, flexibility using sit and
reach, and speed data collection using software kinovea ..
v
The results showed that there was a contribution of height of 18.8%, body weight
of 15.0%, limb strength of 19.9%, arm strength of 40.5%, back strength of 54.2%,
flexibility of 35.7 % of the speed of kickback.
It can be concluded that back muscle strength has the largest contribution
compared to height, weight, leg strength, arm strength, and flexibility
Keywords : slamming speed, weight, flexibility, arm strength, back strength, leg
strength, height.
vi
KONTRIBUSI TINGGI BADAN, BERAT BADAN, KEKUATAN
TUNGKAI, KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN PUNGGUNG
DAN FLEKSIBILITAS TERHADAP KECEPATAN
BANTINGAN PADA ATLET GULAT
PUTRA LAMPUNG
Oleh
MEKI ANDESA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan rekreasi
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bedudu, pada tanggal 14 Mei 1996,
sebagaianak kedua dari empat bersaudara, buah hati dari
pasangan Bapak Dauri dan Ibu Rohaini
Pendidikan yang ditempuh adalah, Sekolah Dasar (SD)
Negeri 1 Sekincau selesai pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 1 Sekincau selesai padatahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri 5 Bandar Lampung selesai pada tahun 2014.
Tahun2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Unila melalui
jalur SNMPTN.Selama penulis menempuh pendidikan dari mulai sekolah dasar
hingga menjadi mahasiswa penulis juga sering mengikuti beberapa kejuaraan dari
tingkat Daerah maupun Nasional seperti :
1. Juara I Gulat Gaya Bebas Dan Grigo Roman Porprov ke- VIII Bandar
Lampung (2017)
2. Juara II kejuaraan Yunior Gulat Bandar Lampung Open(2015)
3. Juara I kejuaraan Yunior Gulat Bandar Lampung Open (2014)
viiii
4. Juara IGulat Gaya Bebas Dan Grigo Roman Porprov ke- VII Lampung Selatan
(2014)
5. Juara I KejuaraanYunior Gulat Bandar Lampung Open (2012)
6. Kejuaraan atlet PPLP Jambi (2012)
7. Kejuaraan atlet PPLP Bengkulu (2013)
8. Kejuaraan POPNAS Jakarta (2013)
9. Kejuaraan Nasional Gulat Yunior Yogyakarta (2014)
Pada Tahun 2016, penulis melakukan KKN dan PPL di desa km 5, SMPN 5
Blambangan Umpu, Kecamatan Blambangan Umpu kabupaten Way
Kanan.Demikian riwayat hidup penulis Semoga bermanfaat bagi pembaca.
MOTTO
Jadikan sakit hati sarana untuk bangkit
Bukan untuk dijadikan penyakit
Meki Andesa
xi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya tulis ku ini untuk :
Ayahandaku tercinta bapak ( Dauri ) dan Ibundaku tercinta ibu ( Rohaini )
yang telah senantiasa merawat ku sejak dilahirkan dan selalu memotivasiku
sampai saat ini, serta abangku ( Doni Aguston ) dan adik-adikku
( Desi&Melinda ) yang selalu menjadi penyemangatku
Serta
Almamater Tercinta Universitas Lampung
xii
SANWACANA
Puji syukur alhamdulillah pada Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayah Nya,hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Kontribusi Tinggi Badan, Berat Badan, Kekuatan Tungkai, Kekuatan
Lengan, Kekuatan Punggung, dan Flesibilitas Terhadap Kecepatan
Bantingan pada Atlet Gulat Putra Lampung” adalah dalam memenuhi salah
satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.
Dalam Penulisan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Pembimbing Pertama, Pembimbing Akademik Bapak Dr. Frans Nurseto, M.Psi
yang telah memberikan bimbingan, perbaikan, pengarahan serta motivasi kepada
penulis, Pembimbing Kedua, Bapak Drs. Sudirman Husin, M.Pd yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, serta kepercayaan kepada penulis. Dan
Pembahas Bapak Dr. Rahmat Hermawan. M.Kes yang telah memberikan
perbaikan dan pengarahan kepada penulis. Serta tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd, selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan (IP) FKIP
Universitas Lampung.
xiii
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan saat penulis menyelesaikan perkuliahan .
Bapak dan Ibu staf tata usaha FKIP Unila
5. Bapak Dedi Irawan Gultom(pelatih kepala), Bapak Beni (pelatih), seluruh
Atlet Gulat yang telah memberikan izin serta bantuannya untuk melaksanakan
penelitian.
6. Sahabat terbaikku Lonceng, Sepken, Letto, Ceka, Andika, Dian brew, Gondes,
Lutfi, Udin, Acil,Asoy yang selalu memotivasi, memberikan dukungan
semangat kuliah, dan masukkan kepadaku, aku sayang kalian.
7. Teman-teman seperjuanganku angkatan (2014) terimakasih atas kebersamaan
serta kekompakan yang telah terjalin
8. Kepada teman-teman PPL/KKN Dusun km 5 Blambangan Umpu,terimakasih
atas semangat, dukungan persabahatan kebersamaan dan sapa hangat kalian
selama ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Desember 2018
Penulis,
Meki Andesa
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xviii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 6
B. Batasan Masalah.............................................................................. 7
C. Rumusan Masalah ............................................................................ 8
D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Olahraga Gulat…………………………………………. .................. 11
B. Jenis-jenis Olahraga Gulat…………………………………………. 12
C. Teknik Dasar Olahraga Gulat……………………………………. ... 15
1. Teknik Jatuhan ………………………………………………. .. 16
2. Teknik Posisi Bawah .................................................................. 16
3. Teknik Serangan Kaki ................................................................ 17
4. Teknik Susupan ........................................................................... 17
5. Teknik Tarikan ............................................................................ 17
6. Teknik Sambungan ..................................................................... 17
7. Teknik Bantingan ........................................................................ 17
D. Tinggi Badan ...................................................................................... 21
E. Berat Badan ........................................................................................ 22
F. Kekuatan Otot Tungkai ...................................................................... 23
G. Kekuatan Otot Lengan ....................................................................... 25
H. Kekuatan otot Punggung .................................................................... 26
I. Fleksibilitas ........................................................................................ 31
J. Penelitian yang Relevan .................................................................... 34
K. Kerangka Berpikir ............................................................................. 35
L. Hipotesis ........................................................................................... 36
xiv
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ............................................................................. 37
B. Populasi dan Sampel ......................................................................... 38
1. Populasi ...................................................................................... 38
2. Sampel ....................................................................................... 38
C. Variabel Penelitian ............................................................................ 38
D. DefinisiOperasionalVariabel.............................................................. 39
E. Desain Penelitian .............................................................................. 41
F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 42
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 43
H. Analisis Data ..................................................................................... 53
1. Uji Normalitas ............................................................................. 53
2. Uji Linieritas ............................................................................... 54
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian................................................................................... 56
1. Deskripsi Data ............................................................................... 56
2. Analisis Data ................................................................................. 62
3. Uji Hipotesis ................................................................................. 68
B. Pembahasan ...................................................................................... 71
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 75
B. Saran ............................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77
LAMPIRAN .................................................................................................... 79
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel Perhitungan Berat Badan……………………………………….. .. 22
2. Norma Penilaian Kekuatan Otot Lengan……………………………… .. 48
3. Norma Penilaian Tes Otot Punggung (Back and LegDyanamometer)… 49
4. Norma Penilain Tes Fleksibilitas (Sit and Reach test)…………………… . 50
5. Uji Normalitas…………………………………………………………. .. 53
6. Uji Liniearitas………………………………………………………….. 54
7. Data Hasil Tes Tinggi Badan, Berat Badan, Kekuatan Tungkai,
Kekuatan Lengan,Kekuatan Punggung, Fleksibilitas, Dan Hasil
Kecepatan Bantingan Pada Atlet Gulat Putra Lampung……………… 57
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Teknik Gaya Grecco Roman………………………………………… 13
2. Teknik Menangkap Kaki Gaya Bebas………………………………. 14
3. Teknik Bantingan dengan Menggunakan lengan……………………. 19
4. Teknik Bantingan dengan Menggunakan Pengambilan Dibawah
Bahu Lawan……………….……………………………………….. 19
5. Teknik Bantingan Dengan Menggunakan Lengan Bawah Dan
Rangkulan Leher…………………………………………………….. 20
6. Teknik Bantingan Dengan Pinggang Dan Kuncian Kepala
Ke Depan…………………..……………………………………….... 20
7. Otot Tungkai…………………………………………………………. 24
8. Otot Lengan………………………………………………………….. 26
9. Otot Punggung……………………………………………………….. 29
10. Tulang Punggung……………………………………………………… 30
11. Desain penelitian………………………………………………………. 41
12. Stadiometer……………………………………………………………. 44
13. Timbangan Digital…………………………………………………….. 45
14. Leg Dynamometer…………………………………………………….. 46
15. Push and Pull Dynamometer……………………………………………….. 47
16. Back Dynamometer…………………………………………………………... 49
xvii
17. Sit and Reach test………………………………………………………. 51
18. Diagram Batang Hasil pengukuran tinggi badan Atlet Gulat
Putra Lampung……………………………………………………….. .... 57
19. Diagram Batang Hasil Pengukuran Berat Badan Atlet Gulat
Putra Lampung…………………………………………………………... 58
20. Diagram Batang Hasil pengukuran Kekuatan Tungkai Atlet
Gulat Putra Lampung……………………………………………………. 59
21. Diagram Batang Hasil pengukuran Kekuatan Lengan Atlet
Gulat Putra Lampung……………………………………………………. 59
22. Diagram Batang Hasil pengukuran Kekuatan Punggung Atlet
Gulat Putra Lampung 60
23. Diagram Batang Hasil Pengukuran Fleksibilitas Atlet Gulat
Putra Lampung ………………………………………………………….. 61
24. Diagram Batang Hasil pengukuran Kecepatan Bantingan
Atlet Gulat Putra Lampung……………………………………………… 61
25. Foto Pelaksaan Tes Pengambilan Tinggi Badan....................................... 105
26. Foto Pelaksaan Tes Pengambilan Berat Badan......................................... 105
27. Foto Pelaksaan Tes Pengambilan Kekuatan Otot Tungkai........................ 106
28. Foto Pelaksaan Tes Pengambilan Kekuatan Otot Lengan......................... 106
29. Foto Pelaksaan Tes Pengambilan Kekuatan Otot Punggung..................... 107
30. Foto Pelaksaan Tes Pengambilan Fleksibilitas........................................... 107
31. Foto Saat Penjelasan Mengenai Pelaksaan Tes.......................................... 108
32. Foto Saat Melakukan Pemanasan.............................................................. 109
33. Foto Saat Melakukan Tes Bantingan......................................................... 109
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Hasil Penelitian Tinggi Badan, Berat Badan, Kekuatan
tungkai, Kekuatan Lengan, Kekuatan Punggung, Fleksbilitas,
Dan Kecepatan Bantingan Pada Atlet Gulat Putra
Lampung……………………………………………………………… 79
2. Perhitungan Data Z-skor Dan T-skor Tinggi Badan ………………… 80
3. Perhitungan Data Z-skor Dan T-skor Berat Badan…………………... 81
4. Perhitungan Data Z-skor Dan T-skor Kekuatan Tungkai…………….. 82
5. Perhitungan Data Z-skor Dan T-skor Kekuatan Lengan…………….. 83
6. Perhitungan Data Z-skor Dan T-skor Kekuatan Punggung………….. 84
7. Perhitungan Data Z-skor Dan T-skor Fleksibilitas…………………… 85
8. Perhitungan Data Z-skor Dan T-skor Kecepatan Bantingan…………. 86
9. Regresi Tinggi Badan (X1) Terhadap Kecepatan Bantingan (Y)…….. 91
10. Regresi Berat Badan (X2) Terhadap Kecepatan Bantingan (Y)……… 93
11. Regresi Kekuatan Tungkai (X3) Terhadap Kecepatan Bantingan (Y)... 95
12. Regresi Kekuatan Lengan (X4) Terhadap Kecepatan Bantingan (Y)… 97
13. Regresi Kekuatan Punggung (X5) Terhadap Kecepatan Bantingan (Y)………………………………………………………... 99
14. Regresi Fleksibilitas (X6) Terhadap Kecepatan Bantingan (Y)……… 101
15. Daftar T table………………………………………………………… 103
16. Daftar F table…………………………………………………………. 104
1
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut undang-undang No 3 tahun 2005 pasal 17 ruang lingkup olahraga naional
meliputi olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Kegiatan
olahraga prestasi atau kompetisi, berupa pertandingan maupun perlombaan yang
dilakukan secara terprogram dan terencana. Dalam suatu kegiatan pada masing-masing
cabang olahraga terutama cabor beladiri gulat seorang atlet untuk meraih prestasi
mulai dari tingkat daerah, nasional, sertai internasional tentu harus mempunyai tingkat
kebugaran dan keterampilan di atas rata-rata orang biasa (non atlet), dan tentu
memerlukan hasil kerja keras melalui latihan yang terus menerus terencana dan
terprogram secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Hal ini sesuai dalam
(Undang-undang N0 3 tahun 2005) bahwa olahraga prestasi adalah oahraga yang
membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, dan berkelanjutan
melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi keolahragaan. Olahraga prestasi adalah kegiatan olahraga yang dilakukan
dan dikelola secara professional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal
pada cabang-cabang olahraga.
2
Pada bagian lain dalam Undang-undang RI No. 3 tahun 2005 tentang sistem
keolahragaan nasional pasal 11 ayat 1 yang berbunyi pemerintah dan pemerintah
daerah mempunyai hak mengarahkan, membimbing, membantu,dan mengawasi
penyelenggaraan keolahragaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dari keterangan tersebut secara jelas bahwa tanggung jawab pemerintah untuk
memajukan olahraga nasional Salah satu cara untuk memajukan prestasi olahraga
gulat di Lampung adalah dengan memperkenalkan kedaerah-daerah atau dengan
membentuk pengcab-pengcabdisetiapkabupaten/kota yang ada di provinsi Lampung,
karena kepengurusan cabor gulat di Lampung baru hanya ada satu yaitu di Bandar
Lampung. Karna haltersebut penting diselenggarakan pemerintah untuk mendukung
perkembangan atlet-atlet di cabang-cabang olahraga salah satunya yaitu Gulat .
Dimana gulat sendiri sudah mulai berkembang dikalangan olahraga Indonesia, gulat
sendiri dipertandingkan mulai dari ajang daerah yaitu PORPROV, KEJURDA, ajang
nasional yaitu KEJURNAS, PON serta ajang internasional mulai dari tingkat Asean
(Sea Games), Asia (Asian Games), dan tingkat Dunia (Olimpiade).
Pada awalnya, olahraga gulat adalah suatu olahraga beladiri yang menggunakan
tenaga dan di dalamnya dimungkinkan mengandung pengertian suatu perkelahian,
pertarungan yang sengit untuk mengalahkan lawan dengan cara saling memukul,
menendang, mencekik, bahkan menggigit. Namun, pada tahap selanjutnya pengertian
ini berubah karena telah menjadi suatu cabang olahraga yang dilengkapi dengan
peraturan yang dipatuhi oleh para pesertanya. Gulat memiliki pengertian sebagai suatu
olahraga yang dilakukan oleh dua orang yang saling menjatuhkan atau membanting,
3
menguasai, dan mengunci lawannya dalam keadaan terlentang dengan menggunakan
teknik yang benar sehingga tidak membahayakan keselamatan lawannya.
Gulat merupakan olahraga prestasi yang mempunyai cirri khas yaitu olahraga yang
berhadapan dengan menggunakan anggota tubuh, berusaha untuk menjatuhkan lawan
dengan cara menarik, mendorong, menjegal, membanting, menekan, menahan,
sehingga lawan menempel di atas matras dengan tidak melanggar peraturan yang telah
ditentukan. Pada olahraga gulat, terdapat dua gaya yang dipertandingkan baik nasional
maupun internasional, yaitu Gaya Bebas (Free Style) dan Gaya Romawi Yunani
(Greco Romaine).
Gaya bebas adalah teknik beladiri gulat yang memperkenankan pegulat menyerang
kedua kaki lawan yaitu menjegal, menarik kaki sesuai dengan aturan yang ditentukan.
Olahraga gulat gaya bebas terdapat berbagai teknik serangan atas yaitu: tangkapan
kaki, tangkapan satu kaki, tangkapan dua kaki, tarikan lengan, bantingan leher,
bantingan lengan,kayang samping,dan kayang belakang (zubless), dan gaya romawi
yunani (Greco Romaine) adalah tata cara permainan gulat yang melarang pegulat
menyerang bagian tubuh bawah panggul seperti menjegal, menarik kaki, melipat
lawan. Pada gaya romawi yunani (greeco roman) terdapat berbagai teknik serangan
atas yaitu :bantingan pinggang, bantingan leher, bantingan lengan, bantingan bahu,
bantingan sway, kayang depan, kayang samping, zubless dan lain-lain. Seorang
pegulat harus menguasai teknik serangan, counter, dan bertahan yang baik untuk
mengungguli lawannya.
Salah satu teknik dalam olahraga yang cukup besar peluangnya bagi seorang pegulat
yaitu teknik bantingan.Menurut ( Petrov, 1987 : 232 ) Teknik bantingan merupakan
4
teknik dasar gulat gaya grecco roman yang sering digunakan dalam setiap latihan dan
pertandingan, karena jika seorang pegulat berhasil melakukan teknik bantingan dalam
suatu pertandingan maka seorang pegulat akan dengan mudah mengungguli lawannya
seperti pada saat melakukan teknik bantingan dapat dilakukan dengan mengangkat
lawan yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan menjatuhkanya kematras.
Dari beberapa teknik di atas peneliti tertarik untuk meneliti salah satu teknik yaitu
teknik bantingan pinggang. Teknik bantingan pinggang merupakan teknik dasar gulat
gaya grecco roman yang sering digunakan dalam setiap latihan dan pertandingan,
karena jika seorang pegulat berhasil melakukan teknik bantingan dalam suatu
pertandingan maka seorang pegulat akan dengan mudah mengungguli lawannya
seperti pada saat melakukan teknik bantingan dapat dilakukan dengan mengangkat
lawan yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan menjatuhkanya kematras.Untuk
mendapatkan bantingan pinggang yang baik ada beberapa aspek yang
harusdikembangkan melalui latihan, aspek-aspek tersebut adalah: persiapan
fisikdanpersiapan teknik. Aspek kemampuan biomotor yang meliputi kekuatan,
kecepatan, dan komposisi tubuh juga harus dilatih dandikembangkan. Penggunaan
kekuatan dalam bantingan pinggang selain digunakan untuk awalan juga digunakan
pada saat melepaskan bantingan. Kekuatan terdiri dari kekuatan otot pinggang, otot
kaki serta flekibilitas untuk mendukung bantingan pinggang. Angkatan tubuh lawan
pada saat melakukan penyerangan diperlukan kekuatan otot punggung yang maksimal
sehingga momentum daya ledak dapat di salurkan dengan baik.Punggung sebagai
tumpuan badan lawan dan sebagai tolakan pada saat membanting, bantingan pinggang
yang dilakukan oleh masing-masing atlet tentunya tidak memiliki kesamaan.
5
Tumpuan dalam bantingan sangat penting dalam pelaksanaan bantingan
pinggang,daya ledak dipusatkan di pinggang, apabila Tumpuan tidak kuat maka
bantingan pinggang tidak maksimal. Fleksibilitas (kelentukan) juga mendukung dalam
bantingan untuk menopang beban lawan di atas saat akan membanting yang
memberikan sumbangan terhadap bantingan pinggang yang memungkinkan gerak
maksimal dapat dilakukan oleh suatu sendi, seseorang dikatakan lentur apabila ia
mampu membungkuk dengan maksimal, mampu meliukkan badan lawan, mampu
melentik dangan sempurna, kelentukan sangat dibutuhkan seorang pegulat pada saat
melakukan bantingan terutama dalam frekuensi yang ditentukan, selain itu merupakan
faktor yang mendukung karena dalam bantingan pinggang terdapat gerakan tolakan
badan kedepan. Setiap individu memiliki tingkat kekuatan yang berbeda-beda
sehingga hasil yang didapat dalam bantingan setiap individu akan berbeda pula.
Dalam melakukan bantingan pinggang, kekuatan otot punggung dan fleksibilitas
mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan bantingan yang akan
memberikantenaga penting untuk tolakan, karena dengan kekuatan yang besar akan
memungkinkan seseorang memiliki bantingan yang lebih tepat terarah sehingga dapat
menghasilkan prestasi maksimal.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada latihan bersama di Sasana atlet gulat Hall
C PKOR Way Halim Provinsi Lampung ternyata gerakan yang dilakukan oleh atlet
belum memaksimalkan komponen biomotor fisik dalam melakukan bantingan seperti
pada saat bertanding sebagian atlet mengangkat beban lawan terlepas ketika
membanting sehingga bantingan tidak sempurna, dan juga ketika mengangkat tidak
terangkat sempurna .
6
Pada saat pegulat menempatkan posisi badan lawan ketika menguasainya, penempatan
yang kurang kuat akan mengakibatkan pegulat kehilangan lawan saat melakukan
penyerangan, mempengaruhi bantingan pinggang sehingga momentum daya ledak
yang disalurkan tidak baik, dan beberapa atlet yang badan nya kurang lentur saat akan
melakukan bantingan pinggang dan mempengaruhi bantingan pinggang lalu lawan
terlepas, pada saat menaruh beban lawan di atas pinggang lawan terlepas disebabkan
punggung atlet kurang maksimal, posisiakan membanting, kemudian atlet tidak
mendapatkan momentum yang tepat saat akan membanting dan menjatuhkan lawan ke
matras.
Berdasakan uraian latar belakang di atas maka, peneliti merasa tertarik untuk
melakukan suatu penelitian tentang komponen biomotor fisik yaitu “kontribusi tinggi
badan, beratbadan, kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan, kekuatan otot
punggung dan fleksibilitas terhadap kecepatan bantingan pada atlet gulat putra
Lampung”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Keberhasilan bantingan dalam cabor gulat dipengaruhi oleh baiknya kekuatan otot
tungkai atlet
2. Keberhasilan bantingan dalam cabor gulat dipengaruhi oleh baiknya kekuatan otot
lengan atlet
3. Keberhasilan bantingan dalam cabor gulat dipengaruhi oleh baiknya kekuatan otot
punggung atlet
7
4. Keberhasilan bantingan dalam cabor gulat dipengaruhi oleh baiknya kelentukan
atlet
5. Unsur komponen fisik ( kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan, kekuatan otot
punggung, dan fleksibilitas )pada atlet gulat yang lemah mempengaruhi
keberhasilan bantingan
C. Batasan Masalah
Dari banyaknya masalah yang muncul, maka perlu diadakan pembatasan
masalah, agar penelitian ini lebih mendalam pengkajiannya. Adapun
pembatasan masalahnya yaitu:
1. Tinggi badan yang berkontribusi terhadap kecepatan bantingan pada atlet gulat
putra Lampung.
2. Berat badan yang berkontribusi terhadap kecepatan bantingan pada atlet gulat
putra Lampung.
3. Kekuatan otot tungkai yang berkontribusi terhadap kecepatan bantingan pada atlet
gulat putra Lampung.
4. Kekuatan otot lengan yang berkontribusi terhadap kecepatan bantingan pada atlet
gulat putra Lampung
5. Kekuatan otot punggung yang berkontribusi terhadap kecepatan bantingan pada
atlet gulat putra Lampung.
6. Fleksibilitas yang berkontribusi terhadap kecepatan bantingan pada atlet gulat
putra Lampung.
7. Komponen biomotor fisik yang berkontribusi terhadap kecepatan bantingan pada
atlet gulat putra lampung.
8
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan, maka
dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar kontribusi tinggi badan terhadap kecepatan bantingan pada atlet
gulat putra Lampung?
2. Seberapa besar kontribusi berat badan terhadap kecepatan bantingan pada atlet
gulat putra Lampung?
3. Seberapa besar kontribusi kekuatan otot tungkai terhadap kecepatan bantingan pada
atlet gulat putra Lampung?
4. Seberapa besar kontribusi kekuatan otot lengan terhadap kecepatan bantingan pada
atlet gulat putra Lampung?
5. Seberapa besar kontribusi Kekuatan otot punggung terhadap kecepatan bantingan
pada atlet gulat putra Lampung?
6. Seberapa besar kontribusi fleksibilitas terhadap kecepatan bantingan gulat pada
atlet gulat putra Lampung?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Untuk mengetahui besarnya kontribusi tinggi badan terhadap kecepatan bantingan
pada atlet gulat putra lampung.
2. Untuk mengetahui besarnya kontribusi berat badan terhadap kecepatan bantingan
pada atlet gulat putra lampung.
9
3. Untuk mengetahui besarnya kontribusi kekuatan otot tungkai terhadap kecepatan
bantingan pada atlet gulat putra lampung.
4. Untuk mengetahui besarnya kontribusi kekuatan otot lengan terhadap kecepatan
bantingan pada atlet gulat putra lampung.
5. Untuk mengetahui besarnya kontribusi Kekuatan otot punggung terhadap kecepatan
bantingan pada atlet gulat putra lampung.
6. Untuk mengetahui besarnya kontribusi fleksibilitas terhadap kecepatan bantingan
pada atlet gulat putra lampung.
7. Untuk mengetahui besarnya perbedaan kontribusi kekuatan otot punggung dan
fleksibilitas terhadap kecepatan bantingan pada atlet gulat putra lampung.
F. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini penulis berharap antara lain :
1. Bagi atlet
Penelitian ini diharapkan agar atlet dapat mengetahui factor apasaja yang dapat
menunjang dalam meningkatkan prestasi.
2. Bagi pelatih
Sebagai salah satu sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan
pertimbangan untuk mengambil langkah dalam rangka peningkatan prestasi atlet
pada olahraga beladiri khususnya cabang gulat dalam teknik bantingan pinggang.
3. Bagi club gulat
Dapat dijadikan acuan untuk melakukan latihan yang lebih intensif lagi.
10
4. Bagi Program Studi
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam upaya pengembangan ilmu
olahraga yang lebih luas, khususnya cabang olahraga gulat. Selain itu juga
memberikan sumbangan pemikiran untuk kemajuan program studi pendidikan
jasmani dan kesehatan.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Olahraga Gulat
Menurut Kosasih (1985:3) olahraga adalah bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di
dalam permainan, perlombaan dan kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka
memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi optimal.Lebih lanjut dijelaskan bahwa
olahraga adalah bagian integral dari pendidikan yang dapat memberikan sumbangan
yang berharga sekali bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya dan
yang berlangsung seumur hidup.
Olahraga gulat adalah salah satu cabang olahraga beladiri kuno yang dilakukan oleh
dua orang di atas matras, gulat diperkirakan sudah ada sejak tahun 2050 sebelum
masehi, mula-mula dilakukan oleh bangsa Sumeria kemudian berkembang di Mesir,
hal ini terbukti dengan banyaknya peninggalan sejarah di Mesir yang menggambarkan
teknik-teknik dalam cabang olahraga gulat, seperti ; berdiri pada posisi yang kokoh
dan teknik serangan kaki (Petrov, 1987 : 20 – 22). Olahraga ini berkembang juga di
Yunani kemudian menjadi salah satu mata tanding pada kegiatan Olympiade kuno
sebagai salah satu acara dari penyembahan Dewa Zeus. Selanjutnya olahraga gulat
juga dipertandingkan di Olympiade modern yang pertama pada tahun 1896 dan pada
Olympiade III Amerika memasukkan gaya khusus yang dalam pertarungan gulat, gaya
12
tersebut sekarang dikenal dengan nama gaya bebas, selanjutnya pada Olympiade IV
Inggris memasukkan gaya yang disebut greco roman, ke dua gaya tersebut sampai
sekarang dipertandingkan dalam setiap event cabang olahraga gulat yang dikenal
dengan gaya bebas peralihan dari Catch as catch can on dan greco roman atau Yunani
Romawi. Pada olympiade modern gulat dipertandingkan dengan dua gaya yaitu ; gaya
bebas (free style) dan gaya greco roman atau Yunani Romawi.
B. Jenis –jenis Olahraga Gulat
1. Gulat Gaya Yunani-Romawi
Memperbolehkan peserta menggunakan lengan dan tubuh bagian atas untuk saling
bergulat.Mereka tidak boleh menggunakan kaki untuk melakukan kontak dengan
lawan atau menggunakan tangan di bawah pinggang. Sebagai hasilnya, terjadi
lebih banyak lemparan dibanding gulat gaya bebas, dengan tujuan keduanya untuk
memiting bahu lawan ke lantai selama dua detik. Poin juga diperoleh untuk
lemparan dan gerakan takedown, dengan pertandingan segera dinyatakan berakhir
jika pegulat memperoleh keunggulan poin 10-0 Pertarungan berlangsung dalam
tiga ronde yang terdiri dari dua menit aksi, dengan matras gulat lingkaran tengah
berukuran lebar delapan meter.Sebagai pertarungan kekuatan dan keahlian untuk
mencoba menguasai lawan, gulat telah menjadi begitu rumit selama bertahun-
tahun dalam hal teknik yang digunakan oleh para pegulat.
13
Gambar 1.Teknik gaya grecco roman
2. Gulat Gaya Bebas
Gulat gaya bebas memperbolehkan peserta menggunakan lengan dan seluruh
tubuh bagian untuk saling bergulat. Mereka boleh menggunakan kaki untuk
melakukan kontak dengan lawan atau menggunakan tangan di bawah pinggang.
Sebagai hasilnya, terjadi lebih banyak kuncian dibanding gulat gaya Greco roman,
dengan tujuan keduanya untuk memiting bahu lawan ke lantai selama dua detik.
Poin juga diperoleh untuk lemparan dan gerakan takedown, dengan pertandingan
segera dinyatakan berakhir jika pegulat memperoleh keunggulan poin 6-0 atau
posisi pundak lawan sudah menyentuh permukaan matras selama 5 detik
Pertarungan berlangsung dalam tiga ronde yang terdiri dari dua menit aksi,
dengan matras gulat lingkaran tengah berukuran lebar delapan meter.
14
Gambar 2.Teknik menangkap kaki gaya bebas.
Perbedaan dari ke dua gaya tersebut adalah dalam gulat gaya Romawi Yunani dilarang
keras menangkap bagian bawah pinggang lawan atau dengan sengaja menggunakan
kaki secara aktif untuk melakukan setiap gerakan. Sedangkan dalam gaya bebas
menangkap kaki lawan dan penggunaan kaki secara aktif untuk melakukan setiap
pergerakan diperbolehkan.
Peraturan pertandingan sudah tersusun secara baik dalam rule of game dan membatasi
pelaksanaannya yang bertujuan untuk menjatuhkan lawan atau melaksanakan jatuhan
untuk memenangkan pertandingan dengan angka. Peraturan-peraturan tersebut
diterapkan pada semua gaya gulat modern yang diakui dan dibawah pengawasan
FILA, yaitu Persatuan Olahraga Gulat Amatitor International. Setelah menjadi cabang
olahraga beladiri yang dilengkapi dengan peraturan yang harus ditaati oleh setiap
peserta, maka gulat diartikan sebagai suatu cabang olahraga yang dilakukan oleh dua
orang yang saling menjatuhkan atau membanting, menguasai dan mengunci lawannya
dengan menggunakan teknik yang benar sehingga tidak membahayakan keselamatan
lawan.
15
Di Lampung sendiri jenis olahraga gulat gaya bebas adalah jenis gaya yang paling
berpotensi bagi atlet-atlet gulat Lampung. Dimana dalam pertandingan-pertandingan
yang diikuti oleh atlet gulat putra Lampung seperti kejurnas PPLP, kejurnas senior
junior, dan pada kejuaraan di PON atlet gulat gaya bebas Lampung sangat
mendominasi pada gaya bebas dimana atlet gulat Lampung berhasil menyumbang
medali
.
C. Teknik Dasar Olahraga Gulat
Teknik dasar memegang peranan penting dalam suatu cabang olahraga. Dengan
penguasaan teknik dasar yang baik seorang atlet akan mempunyai peluang yang lebih
besar dalam mencapai suatu prestasi. Karena dengan taktik dan strategi yang tepat
dalam menghadapi lawannya. Jadi penguasaan teknik dasar adalah merupakan syarat
mutlak dalam suatu cabang olahraga, tanpa menguasai teknik dasar seorang akan
mengalami kesulitan dalam menggapai prestasi.
Penguasaan teknik dasar biasanya dilakukan dengan metode latihan secara drill yaitu
dilakukan secara berulang-ulang sampai teknik dasar tersebut dikuasai.
Latihan teknik dasar harus dilakukan dalam keadaan kondisi atlet yang masih
segar/prima agar teknik dasar harus dilakukan pada waktu kondisi atlet sudah lemah
dapat merusak teknik dasar itu sendiri (Rubianto Hadi, 2004 : 1-2). Seseorang tidak
mungkin bisa melakukan olahraga gulat tanpa menguasai teknik dasar gulat dengan
baik, penguasaan teknik dasar biasanya dapat dilakukan dengan drill yang dilakukan
secara berulang-gulang sampai teknik dasar tersebut dikuasai. Dengan demikian
penguasaan teknik dasar merupakan modal utama untuk meraih prestasi.
16
Adapun macam –macam teknik dasar dalam olahraga gulat menurut (Rubianto Hadi,
2004 : 16-18) adalah sebagai berikut :
1. Teknik jatuhan
Adalah teknik yang harus dilakukan seorang pegulat apabila jatuh di matras pada
waktu dibanting lawan atau menjatuhkan diri, sehingga dapat jatuh dengan selamat.
Teknik jatuhan terdiri dari :
a) Teknik jatuhan samping kanan
Posisi badan miring ke kanan tangan kanan lurus sejajar dengan badan, tangankiri
ditekuk di depan dada, kaki kanan lurus dan kaki kiri agak ditekuk, pandangan mata
kesamping kanan.
b) Teknik jatuhan samping kiri
Posisi badan miring ke kiri tangan kiri lurus sejajar dengan badan, tangan kanan
ditekuk di depan dada, kaki kiri lurus dan kaki kanan agak ditekuk, pandangan mata
ke samping kanan.
c) Teknik jatuhan belakang
Posisi badan terlentang, ke dua tangan lurus sejajar dengan badan, kaki agak
ditekuk dan pandangan lurus ke arah perut.
d) Teknik jatuhan depan
Posisi badan telungkup bertumpu pada ujung jari kaki kanan dan tangan mulaidari
telapak tangan sampai siku, pandangan ke samping kanan atau kiri.
2. Teknik Posisi Bawah
Teknik posisi bawah adalah teknik yang dilakukan seorang pegulat untuk mengunci
lawannya dalam keadaan terlentang dan teknik untuk membalik, memutar,
membanting lawan agar memperoleh point atau nilai, cara untuk melakukan teknik
17
dasar posisi bawah ada dua cara yaitu posisi lawan tiarap dan posisi lawan merangkak.
(Rubianto Hadi, 2004:17).
3. Teknik Serangan Kaki
Teknik serangan kaki adalah salah satu teknik dasar gulat yang dipergunakan dalam
pergulatan pada posisi ke dua pegulat berdiri dalam usaha menjatuhkan, menguasai
atau mengunci lawan dengan sasaran serangan pada bagian kaki.
4. Teknik Susupan
Teknik susupan adalah suatu teknik yang dipergunakan pada saat posisi pegulat
berdiri, dengan cara memasukkan kepala atau menyusupkan kepala lewat ketiak lawan
kemudian menguasai lawan dari belakang untuk kemudian menjatuhkan lawan.
5. Teknik Tarikan
Teknik tarikan adalah suatu teknik yang dipergunakan pada saat posisi pegulat berdiri,
dengan cara menarik lawan kemudian menguasai lawan dari belakang untuk kemudian
menjatuhkan lawan.
6. Teknik Sambungan
Teknik sambungan adalah suatu teknik yang dipergunakan pada saat posisi pegulat
berdiri, dengan cara menyambungkan ke dua tangan sehingga kaki dan kepala
menyatu atau menyambungkan ke dua tangan pada pinggang lawan kemudian
menjatuhkan lawan.
7. Teknik Bantingan
Teknik bantingan adalah suatu teknik yang dipergunakan pada saat posisi pegulat
berdiri, dengan cara pegangan pada tangan atau ketiak kemudian melakukan gerakan
sedikit memutar, mengangkat dan melakukan bantingan untuk menjatuhkan
18
lawan.Jenis teknik bantingan ini memanfaatkan pinggang sebagai tumpuan teknik
bantingan.
Dalam melakukan teknik bantingan pinggang yang harus diperhatikan adalah : 1)
tumpuan kaki agar bisa mengatur titik berat badan berada di antara dua kaki. Sebab
dengan demikian tubuh akan stabil dan tumpuan menjadi kuat 2) Jarak pinggang
dengan lantai dasar lebih pendek atau lebih rendah dari jarak pinggang ke lantai dasar
lawan, sebab yang posisi lebih pendek, artinya lebih dekat pada dasar atau landasan
menjadikan posisi tubuh akan lebih stabil (Imam Hidayat, 1997 :31). 3) Usahakan agar
lawan mudah tergoyang atau tergoncang sebab dengan demikian keadaan tubuh lawan
tidak stabil dan mudah untuk dijatuhkan (Rajko Petrov, 1987 : 232).
Cara-cara menjatuhkan lawan dengan teknik bantingan pinggang yang biasa dilakukan
dalam gaya Yunani Romawi antara lain adalah sebagai berikut :
1. Teknik Bantingan dengan Menggunakan Lengan
Dalam teknik bantingan ini footwork sangat diperhatikan. Pelaksanaannya adalah
saling berpegangan pada lengan dan beradu kepala. Kemudian melakukan putaran
dengan lengan kanan di atas bahu lawan lewat leher. Kemudian melakukan gerakan
mengangkat lewat pinggang, lawan dilemparkan ke depan kemudian dikunci dengan
menekankan tubuh lawan ke matras .
19
Gambar 3. Teknik Bantingan Pinggang dengan Menggunakan
lengan.(Dan Gable, 1998 : 130)
2. Teknik Bantingan Pinggang dengan pengambilan dibawah bahu lawan
Pelaksanaannya saling berhadapan berpegangan pada tengkuk dan beradu
kepala.Melakukan gerakan memutar dan menempatkan diri di bawah lengan
lawan.Melakukan gerakan memutar dan mencoba mengangkat lawan lewat pinggang.
Gambar 4.Teknik Bantingan Pinggang dengan pengambilan dibawah bahu
lawan.(Dan Gable, 1998 : 114)
20
3. Teknik Bantingan menggunakan lengan bawah dan rangkulan leher
Mencoba meletakkan posisi tangan di bawah lengan lawan lewat dalam (di bawah
ketiak).Melakukan gerakan memutar mengangkat tubuh lawan melalui
pinggang.Dijatuhkan lewat samping tubuh.
Gambar 5.Teknik Bantingan menggunakan lengan bawah dan rangkulan
leher.(Mark Mysnyk, 1994 : 115)
4. Teknik Bantingan dengan Pinggang dan Kuncian Kepala ke Depan
Membanting dengan cara mengunci kepala lawan. Kemudian lawan diangkat lewat
samping tubuh.
Gambar 6.Teknik Bantingan dengan Pinggang dan Kuncian Kepala ke Depan
(Mark Mysnyk, 1994 : 107)
21
A. Tinggi Badan
Tinggi badan manusia bergantung pada lingkungan dan genetic .tinggi badan manusis
beragam menurut antropometri. Kelaianan variasi tinggi badan ( sekitar 20%
penyimpangan rata-rata) menyebabakan seseorang mengalami gigantisme atau
dwafisme, bila tidak lebih dari variasi tersebut masih bisa dikatakan normal.
Pertumbuhan tinggi badan manusia biasanya terhenti ketika lempeng pertumbuhan
(lempeng efisinis) diujung tulang menutup .penutupan ini terjadi sekitar usia 16 tahun
pada wanita atau 18 tahun pada pria. Tetapi kadang-kadang pada sebagia orang, baru
menutup pada usia skitar 20-21 tahun.
Tinggi badan yang ideal sangat penting dalam olahraga gulat karna tinggi badan yang
ideal juga berpengaruh terhadap hasil dari bantingan.
Gambar kecepatan pertumbuhan manusia menurut keadaan normal (human
growth diagram)
22
B. Berat badan
Berat badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk menilai keadaan
suatu gizi manusia. Menurut cipto surono dalam mabella 2000 : 10, mengatakan
bahwa berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang dalam
keadaan minimal tanpa perlengkapan apapun. Berat badan diukur dengan alat
dengan satuan kilogram. Dengan mengetahui berat badan seseorang maka kita
akan dapat memeperkirakan tingkat kesehatan atau gizi seseorang .berat badan
dianjurkan untuk mengukur keadaan gizi karna :
Mudah dilihat perubahan dalam waktu singkat
Memberikan keadaan gizi pada saat sekarang dan bila dialkuakan
secara periodic, yaitu sebulan sekali pada anak-anak akan dapat
menggambarkan pertumbuhan yang baik pada anak
Factor-faktor yang mempengaruhi berat badan yaitu salah satunya makanan dan
minuman, dalam sehari kita membutuhkan gizi lengkap seperti karbohidrat, lemak,
protein, vitamin dan mineral.
Berat badan yang ideal sangat penting dalam olahraga gulat dikarenakan disetiap
pertandingan olahraga gulat berat badan dibagi dan disesuaikan dengan kelas
masing-masing
Tabel perhitungan berat badan ideal
23
C. Kekuatan Otot Tungkai
Tungkai menurut Yusuf (2001 : 14) adalah terdiri dari paha atau tungkai atas(thigh
/ femur), lutut (knee), tungkai bawah (leg / crus)dan kaki (foot / pes /pedis), jadi
tungkai adalah keseluruhan rangkaian dari pangkal paha sampai ujung kaki.
Tungkai termasuk anggota kerangka bawah (Extrimitas Inferior).Tulang terbentuk
oleh tulang-tulang yang panjang, panjang tungkai akanmemberikan keuntungan
mekanis untuk menghasilkan kekuatan dan kecepatan gerak. Panjang tulang
tungkai akan membawa konsekwensi terhadap panjangnya otot tungkai, panjang
tungkai akan memberikan keuntungan berupa kekuatan otot tungkai yang akan
menghasilkan kekuatan otot tungkai maksimal.Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kekuatan tungkai akan dapat memberikan sumbnagan yang
lebih besar dalam mencapai kecepatan maksimal, kekuatan tungkai dalam
olahraga, sangat dibutuhkan di setiap cabang olahraga.
1. Otot tungkai Atas meliputi :
1) M. abductor maldamus sebelah dalam.
2) M. abductor brevis sebelah tengah.
3) M. abductor longus sebelah luar. Ke tiga otot tersebut bersatu disebut M.
abductor femoris . Fungsinya gerakan abduksi femur .
4) M. rektus femoris
5) M. vastus lateralis eksternal.
6) M. vastus medialis internal.
7) M. vastus inter medial. Ke empat otot tersebut berfungsi sebagai ekstensor
femur.
24
8) M. biseps femoris, otot berkepala dua, fungsinya membengkokkan paha
dan meluruskan tungkai bawah.
9) M. semi membranosus, fungsinya membengkokkan tungkai bawah.
10) M. sartorius , fungsinya eksorotasi femur memutar keluar saat lutut fleksi ,
serta membantu gerakan fleksi femur dan membengkokkan keluar .
2. Otot - otot Tungkai Bawah,
Otot- otot tungkai bawah terdiri dari :
1) Otot tulang kering depan M. tibialis anterior, fungsinya mengangkat pinggir
kaki tengah dan membengkokkan kaki.
2) M. ekstensor talangus longus , fungsinya meluruskan jari telunjuk ke
tengah jari, jari manis dan kelingking.
3) Otot ekstensi jempol, fungsinya meluruskan ibu jari kaki.
4) Tendo archiles, fungsinya meluruskan kaki di sendi tumit dan
membengkokkan tungkai bawah lutut ( M. popliteus ).
5) M. falangus longus, fungsinya membengkokkan kaki .
6) M. tibialis posterior , fungsinya membengkokkan kaki di sendi tumit dan
telapak kaki sebelah dalam.
Gambar 7. Struktur Otot Tungkai Bawah ( H. syaifuddin, 1997 : 47 )
25
D. Kekuatan Otot Lengan
Lengan adalah termasuk pada ekstrimitas sendi pada tubuh manusia. Lengan
mempunyai tiga bagian otot yang menopang bagian lengan diantaranya adalah :otot
bahu, otot pangkal lengan atas, dan otot lengan bawah. Otot pada lengan terletak pada
ekstremitas atas pada tubuh manusia, terbagi menjadi lengan atas dan lengan bawah .
Untuk otot lengan atas terdiri dari otot dorsal dan ventral, untuk otot dorsal terdiri
atas : muskulustricepbrachi, muskulus ankoenus dan untuk otot ventral terdiri atas :
muskulusbicepsbrachi, muskulusbrachialis, muskulus kurakobrachialis.
Otot lengan bawah terbagi menjadi otot radial dan otot dorsal.Otot-otot tersebut
memiliki berbagai peranan dalam terjadinya gerakan. Otot lengan bawah terdiri dari
otot radial dan otot dorsal, untuk otot dorsal dikelompokan menjadi dorsal
superfisial, otot dorsal bagian dalam ulunar dan otot dorsal kelompok radial.
Untuk kelompok otot radial terdiri dari :muskulus brakroradialis, muskulus ekstensor
karpi longus. Otot dorsal kelompok superfisial terdiri dari :muskulus ekstensor
digitorum, muskulus ekstensor digiti minimi dan muskulus ekstensor karpi ulnaris.
Otot dorsal kelompok dalam ulunar terdiri dari :muskulus ekstensor polisis longus,
muskulus ekstensor indialis danuntuk kelompok dalam radial terdiri dari: muskulus
abduktor polisis longus, muskulus ekstensor polisis brevis, muskulus palmaris brevis.
26
Gambar 8. Otot lengan
E. Kekuatan Otot Punggung
Otot merupakan alat gerak yang aktif karena tulang dalam tubuh tidak dapat digerakan
apabila ia tidak digerakan oleh otot yang mendapat rangsangan yang disampaikan ke
otot melalui syaraf. Menurut Damiri (1992 : 127) di dalam tubuh manusia terdapat 3
macam otot yaitu : otot polos, otot jantung, dan otot lurik.
Pada umumnya gerakan yang disebabkan oleh otot lurik adalah gerakan yang disadari
menurut kemauan kita. Dalam tubuh manusia ± 43% dari berat badan/ tubuh adalah
jaringan otot. Jaringan otot mempunyai sifat dapat dirangsang (irritable),dapat
memendek atau berkontraksi (contractable),dapat memanjang (extansible) dan elastic
(Damiri, 1992 : 126). Ditinjau dari komposisi kimianya otot terdiri dari 75% air, 20%
protein dan 5% mineral dan garam bukan organik. Menurut Suharno HP (1991: 31)
menyatakan, kekuatan adalah kemampuan dari otot untuk dapat mengatasai
beban/tahanan dalam menjalankan aktivitasnya. Kekuatan merupakan salah satu
komponen yang sangat penting untuk menunjang aktivitas fisik. Kerja otot yang
maksimal dapat meningkatkan kemampuan kerja seseorang yang pada akhirnya
akanmeningkatkan prestasi individu dalam berolahraga.
27
Kekuatan dikelompokan menjadi beberapa jenis, yaitu: (1) Kekuatan umum, (2)
Kekuatan khusus, (3) Kekuatan eksplosive, (4) Kekuatan daya tahan, (5) Kekuatan
maksimum, (6) Kekuatan absolut, dan (7) Kekuatan relatif”. (Mulyono Biyakto
Atmojo, 2007:54) menyatakan “Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk
menggerakkan kekuatan”. Kekuatan otot merupakan komponen yang sangat penting
untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan, hal ini dikarenakan kekuatan
merupakan daya penggerak setiap aktifitas fisik.
Kekuatan otot merupakan komponen kondisi fisik seseorang yang diciptakan oleh
otot atau sekelompok otot yang digunakan tubuh serta melawan tahanan atau beban
dalam aktifitas tertentu serta melindungi tubuh dari cidera. Dalam hubungannya
dengan olahraga, kekuatan otot merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang
diperlukan hampir dalam setiap cabang olahraga. Untuk mencapai prestasi maksimal
seseorang harus memiliki beberapa faktor penting yang dapat menunjang tercapainya
prestasi maksimal tersebut. Kekuatan otot merupakan salah satu penunjang bagi
seseorang untuk mencapai prestasi maksimal
1. Otot punggung
Dalam olahraga, otot punggung yang sangat besar yang kuat dan terlatih baik
memiliki peranan penting yang akan mendukung performa seorang Atlet. Menurut
Raven (1981:12) otot punggung merupakan otot-otot batang badan yang berfungsi
untuk penegak badan selain otot perut yang memiliki kedudukan sangat penting
untuk sikap dan gerak tulang belakang dan penggerakan tulang punggung.Otot-otot,
tendo-tendo dan ligamen-ligamen cenderung untuk mempertahankan atau
meningkatkan elastisitasnya melalui aktivitas peregangan, mereka yang fleksibel
28
jarang/kurang mendapatkan cidera selama melakukan kegiatan jasmani, biasanya
memiliki postur yang sehat dan jarang mengalami sakit.
Otot punggung perlu dilatih agar lebih kuat menyangga tubuh, dan tak mudah
cedera. Dengan otot punggung yang kuat maka seluruh aktivitas sehari-hari akan
menjadi lebih mudah, begitu juga dengan olahraga.
2. Otot-otot punggung ada tiga bagian menurut (Syaifuddin, 1997:41)
a. Otot yang ikut menggerakkan lengan
1) Trapezius (otot kerudung) : Otot ini terdapat di semua ruas tulang punggung,
berpangkal di tulang kepala disebut juga otot kerudung. Fungsinya
mengangkat dan menarik sendi bahu. Bagian atas menarik scapula ke bagian
medial dan bagian bawah menarik ke bagian lateral.
2) Muskulus latisimus dorsi (otot punggung lebar) : disebut juga otot punggung
lebar, berpangkal pada ruas tuang punggung yang kelima dari bawah fasia
lumboid, tepi tulang punggung dan iga ketiga dari bawah. Gunanya menutup
ketiak bagian belakang, menengahkan dan memutar tuang pangkal lengan ke
dalam.
3) Muskulus romboid (otot belah ketupat) : berpangkal dari taju duri, dari tulang
leher V ruang tulang punggung V dari sini menuju ke pinggir tengah tulang
belikat, ke atas dan ke tengah.
b. Otot antara ruas tulang belakang dan iga atau otot pembantu pernafasan adalah :
1) Muskulusseratus posterior inferior (otot gergaji belakang bawah) atau otot
gergaji belakang bawah terletak di bawah otot punggung lebar berpangkal
29
difascia lumbodorsalis dan menuju ke iga V dari bawah. Gunanya menarik
tulang iga ke bawah pada waktu bernafas.
2) Muskulus seratus posterior superior : terletak di bawah otot belah ketupat
dan berpangkal di ruas tulang leher keenam dan ketujuh dari ruas tulang
punggung yang kedua gunanya menarik tulang iga ke atas waktu inspirasi.
c. Otot punggung sejati terdiri atas :
1) Muskulus inter spinalis transversi dan muskulus spinalis : terdapat di antara
kiri-kanan prosesus transverses dan prosesus spina. Fungsinya untuk sikap
dan pergerakan tulang belakang.
2) Muskulus sakro spinalis (muskulus erektor spina) : terletak di samping ruang
tulang belakang kiri dan kanan. Fungsinya menjaga dan memelihara
kedudukan culomna vertebra dan pergerakan dari ruas tulang belakang.
3) Muskulus quadratus lomborum : terletak di antara crita iliaka dan oscosta,
terdiri atas dua lapisan, fleksi dari vertebralumbalis dan di samping itu juga
merupakan dinding bagian belakang rongga perut.
Gambar 9. Otot Punggung
30
Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk
punggung yang mudah digerakkan. terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di
antaranya bergabung membentuk bagian sacral, dan 4 tulang membentuk tulang
ekor (coccyx).7 tulang cervical ,12 tulang thoraks,dan 5 tulang lumbal.
Tulang punggung adalah tulang yang tersusun mulai dari bagian bawah tulang leher
(thorak) sampai ke bagian tulang panggul (lumbal)
Gambar 10.Tulang Punggung
Struktur umum
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang terdiri
dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari
arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki"atau pediculus dan
dua lamina, serta didukung oleh penonjolan atau procesus yakni procesus
articularis, procesus transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut
membentuk lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung
disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang
31
belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung dapat ditemui
celah yang disebut foramen intervertebrale.
F. Fleksibilitas
Kelentukan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang sangat penting
untuk dipertimbangkan dalam suatu penampilan gerak, terutama sekali yang
menyangkut kapasitas fungsional suatu persendian dan keluwesan gerak
selanjutnya kemampuan seseorang untuk dapat melakukan gerak dengan ruang
gerak seluas-luasnya dalam persendiannya(Sajoto, 1995:9). Kelentukan merupakan
kemampuan suatu persendian beserta otot-otot disekitarnya untuk melakukan
gerak secara maksimal. Dilihat dari seseorang yang kurang memiliki kelentukan
biasanya gerakannya akan kaku, kasar dan lamban.
Dalam cabang olahraga gulat kelentukan sangat diperlukan untuk memperoleh
hasil yang baik dalam penguasaan teknik bantingan yang optimal.Bompa
(2000:31) menyatakan bahwa kelentukan merupakan kemampuan
pergelangan/persendian untuk dapat melakukan gerakan kesemua arah dengan
amplitudo gerakan (range of motion) yang besar dan luas sesuai dengan fungsi
persendian yang digerakan.Sedangkan Soekarman (1987:23) menyatakan bahwa
kelentukan ditentukan oleh kondisi tulang, otot, ligament, jaringan ikat dan
kulit.Selanjutnya, Pate yang dikutip oleh Masrun (1994:30) mengungkapkan
kelentukan adalah kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh
sendi.Kelentukan pinggang adalah sifat dari pinggang manusia yang mudah
dikelukkan, kelentukan meliputi seluruh sendi manusia.
32
Dengan demikian kelentukan terdapat dibeberapa lokasi dari tubuh manusia. Dari
beberapa lokasi kelentukan, yang akan diteliti pada penelitian ini adalah
kelentukan di daerah pinggang. Karena yang paling menentukan untuk semua
gerakan adalah kelentukan di daerah pinggang.Pinggang merupakan daerah gerak
di togok manusia, maka kelentukan pinggang disebut kelentukan togok.Syafruddin
(1999: 58), menyatakan bahwa kelentukan adalah salah satu komponen kondisi
fisik yang menentukan dalam: (1) mempelajari keterampilan-keterampilan
gerakan, (2) mencegah cedera, (3) mengembangkan kemampuan kekuatan,
kecepatan, daya tahan dan koordinasi.
Keberhasilan melakukan gerakan-gerkan tergantung dari amplitudo sendi atau luas
gerakan yang seharusnya melebihi kelentukan yang dibutuhkan oleh gerakan
(Bompa, 2000: 37). Dengan demikian jelas bahwa kelentukan memegang peranan
yang sangat besar dalam mempelajari keterampilan-keterampilan dan dalam
mengoptimalkan kemampuan fisik yang lain, bahkan untuk mengembangkan
kemampuan kecepatan, kelentukan merupakan unsur yang menentukan
keberhasilan kecepatan. Dengan kata lain tanpa kelentukan, kecepatan tidak
berkembang secara optimal. Di samping itu, kelentukan juga sangat menentukan
kualitas gerakan seseorang seperti dalam olahraga lempar cakram, senam dan
loncat indah.
Dilihat dari pendapat para ahli di atas maka sangat jelas bahwa kelentukan sangat
menentukan keberhasilan seseorang atlet pada setiap cabang olahraga pada
umumnya dan olahraga gulat pada khususnya.Sendi adalah Suatu struktus khusus
seperti ruangan yang berfungsi sebagai penghubung antartulang agar tulang dapat
33
bergerak.Hubungan dua tulang tersebut dikenal dengan artikulasi.Fungsi utama
sendi adalah untuk memberikan fleksibilitas dan pergerakan pada tempatnya, juga
sebagai poros anggota gerak.Ada beberapa sendi dalam tubuh yang hanya
memberikan sedikit pergerakan, namun tetap saja sangat berfungsi untuk
memberikan kestabilan pada tubuh kita. Otot, tulang, dan sendi bekerja sama
dalam proses kita bergerak. Seperti yang telah kita pelajari bahwa otot terlekat
pada tulang, dan otot dapat berkontraksi (tertarik), otot ini akan melekat pada sisi-
sisi sendi dalam tubuh kita, jadi saat terjadi gerakan,otot pada sisi tertentu pada
sendi menyesuaikan perintah yang kita berikan untuk menggerakkan tulang
sehingga kita bisa bergerak.
Untuk menyesuaikan gerakan yang kita inginkan otot akan berkontraksi dan sendi
akan membantu menggerakkan tulang.Ligamen merupakan jaringan ikat yang
memiliki komponen biomekanikal yang menarik. Ligamen digambarkan sebagai
pita padat jaringan ikat kolagen. Struktur ligamen berupa protein yang dikenal
sebagai kolagen. Kelompok protein iniberbentuk panjang, fleksibel, seperti
benang helai, atau serat.Kelentukan merupakan salah satu kompenen kondisi fisik
yang tidak bisa dipisahkan dengan unsur kondisi fisik lainnya dalam melakukan
suatu keterampilan gerak. Jenis Kelentukan Ada dua jenis kelentukan yaitu statis
dan dinamis. Faktor-faktor yang membatasi kelentukan Untuk menampilkan gerak
yang baik, dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Masrun (1994: 31-35)
menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelentukan itu antara lain
adalah: (1) Usia dan jenis kelamin (2) Tingkat aktivitas tubuh (3) Kondisi dan
waktu (4) Struktur jaringan lunak (5) Temperatur tubuh dan organ (6) Kelelahan
dan emosional. Jonath dalam Syafruddin (1999: 163), menyatakan kemampuan
34
bahwa kelentukan dibatasi oleh beberapa faktor antara lain: (1) koordinasi otot
sinergis dan antagonis (2) bentuk persendian (3) temperatur otot (4) kemampuan
otot dan lilgament (5) kemampuan proses pengendalian pisiologi persyarafan dan
(6) usia dan jenis kelamin. Berdasarkan pendapat para ahli diatas kelentukan
sangat erat kaitannya dengan bakat seseorang dari lahir dan potensi yang dimiliki
atlet satu sama lain sangat berbeda-beda.Perlawanan atau tahanan dari suatu
persendian untuk bergerak.
G. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang
dikemukakan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :
1. Martiani (2014) “kontribusi kekuatan otot lengan dan kekuatan otot punggung
terhadap kemampuan bantingan pinggang dalam olahraga gulat pada Atlet Pengda
PGSI Provinsi Bengkulu” hasil penelitian yaitu adanya kontribusi yang positif
antara kekuatan otot punggung dan kekuatan otot lengan terhadap kemampuan
bantingan pinggang yaitu sebesar 70,56%
2. Andi (2015) “kontribusi kekuatan otot tungkai, kecepatan reaksi, dan power lengan
dengan kemampuan bermain tenis meja atlet pemula daerah istimewa Yogyakarta”
hasil penelitian yaitu adanya kontribus kekuatan otot tungkai sebesar 36,78%, ada
kontribusi kecepatan reaksi sebesar 36,78%, ada kontribusi power lengan sebesar
15,87% terhadap kemampuan tenis meja atlet pemula daerah istimewa Yogyakarta.
3. Mahyudi Dwi Septian (2015).“kontribusi kekuatan lengan, kekuatan tungkai, dan
kelentukan terhadap bantingan pinggang pada atlet gulat di PPLP lampung”. Hasil
penelitian yaitu ada kontribusi kekuatan otot lengan sebesar 83,57%, kontribusi
35
kekuatan otot tungkai sebesar 83,51%, dan kelentukan sebesar 24,42% terhadap
kemampuan bantingan pinggang.
H. Kerangka Pikir
Pada dasarnya komponen fisik sangat menentukan hasil bantingan
pinggangdengan melakukan mengangkat lawan yang kemudian menempatkan
posisi badan lawan dengan sempurna dilanjutkan dengan gerakan menjatuhkanya
ke matras melakukan gerakan mengangkat dan membanting. Untuk menambah
dorongan angkatan tenaga dengan fleksibilitas, atlet dapat meliukkanserta
melentikan badan lawan dan menambah daya dorong saat membanting yang
kemudian menjatuhkan kematras, apalagi jika dilakukan secara cepat, tepat dan
terarah sesuai dengan teknik yang benar dengan waktu dan arah bantingan yang
berbeda, dimana kekuatan ototdan kelentukan tersebut diperoleh selama mengikuti
latihan.
. Latihan yang disiplin dan berkesinambungan akan memberi efek yang positif
terhadap hasil bantingan, karena semakin baik komponen fisik seorang atlet maka
akan semakin bagus pula hasil dalam membanting.Berdasarkan kajian teori maka
dapat digambarkan kontribusi antara tinggi badan(X1), berat badan(X2), kekuatan
tungkai(X3), kekuatan lengan(X4), kekuatanpunggung(X5) dan fleksibilitas(X6)
terhadap kecepatanbantingan (Y),
36
I. Hipotesis
Untuk dapat dipakai sebagai pegangan dalam penelitian ini, maka perlu
menentukan suatu penafsiran sebelumnya tentang hipotesis yang akan dibuktikan
kebenaran. Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan
masih perlu dibuktikan kebenarannya, jika hipotesis telah dibuktikan kebenarannya
namanya bukan lagi hipotesis melainkan tessa. (Hadi, 1993 : 257). Menurut
Arikunto (1992 : 62) hipotesis adalah jawaban sementara suatu masalah penelitian
oleh karena itu suatu hipotesis perlu di uji guna mengetahui apakah hipotesis
tersebut terdukung oleh data yang menunjukan kebenarnnya atau tidak. Jadi,
intinya hipotesis harus dibuktikan kebenarannya dengan cara penelitian.
Dasar kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
H1 : Ada kontribusi yang signifikan tinggi badan terhadap kecepatan bantingan
pada atlet gulat putra lampung
H2 : Ada kontribusi yang signifikan berat badan terhadap kecepatan bantingan
pada atlet gulat putra lampung
H3 : Ada kontribusi yang signifikan kekuatan tungkai terhadap kecepatan
bantingan pada atlet gulat putra lampung
H4 : Ada kontribusi yang signifikan kekuatan lengan terhadap kecepatan
bantingan pada atlet gulat putra lampung
H5 :Ada kontribusi yang signifikan kekuatanpunggung terhadap kecepatan
bantingan pada atlet gulat putra lampung
H6 : Ada kontribusi yang signifikan fleksibilitas terhadap kecepatan bantingan
pada atlet gulat putra lampung
37
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, karena metode
merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan suatu penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:160) “Metodologi penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian”..
Menurut Riduwan (2005 : 207) metode deskriptif korelasional yaitu studi yang
bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan peristiwa atau kejadian yang sedang
berlangsung pada saat penelitian tanpa menghiraukan sebelum dan sesudahnya.
Dianalisis menggunakan analisis regresi linier sederhana atau regresi linier tunggal.
Membahas hubungan variabel terikat dengan dua atau lebih variabel bebas. Sesuai
dengan judul penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar kontribusi tinggi badan,
berat badan, kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan, kekuatan otot punggung dan
fleksibilitas terhadap hasil bantingan pinggang pada atlet putra gulat Lampung.
38
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2010:117). Populasi dalam penelitian ini
adalah Atlet Gulat Putra Lampung sebanyak 30 Atlet.
2. Sampel
Dalam suatu proses penelitian, tidak perlu seluruh populasi diteliti, akan tetapi dapat
dilakukan terhadap sebagian dari jumlah populasi tersebut. Menurut Arikunto
(2010:174) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.Apabila
subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua. Sebaliknya jika subjeknya
kurang dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20- 25%.
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah Atlet Gulat Putra Lampung.
Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Dari total keseluruhan
jumlah Atlet Gulat Putra Lampung adalah sebanyak 30Atlet.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian
(Arikunto, 2010:159). Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.
39
a. Variabel bebas adalah : objek atau gejala-gejala dalam penelitian yang bebas dan
tidak tergantung dengan hal-hal lain, dilambangkan dengan (X). Variabel bebas
dalam penelitian ini :
1. Tinggi badan (X1)
2. Berat badan (X2)
3. Kekuatan otot tungkai (X3)
4. Kekuatan otot lengan (X4)
5. Kekuatan otot punggung (X5)
6. Fleksibilitas (X6)
b. Variabel terikat adalah objek atau gejala-gejala yang keberadaannyaa tergantung
atau terikat dengan hal-hal lain yang mempengaruhi, dilambangkan dengan (Y).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil bantingan pinggang (Y).
D. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadinya pengertian yang keliru tentang konsep variabel yang
terlibat dalam penelitian ini, maka variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara
oprasional sebagai berikut :
a. Tinggi badan adalah keadaan yang menggambarkan pertumbuhan tubuh.tinggi
badan diukur dengan alat stadiometer
b. Berat badan adalah adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang dalam
keadaan minimal tanpa perlengkapan apapun .berat badan diukur dengan timbangan
digital
c. Kekuatan otot tungkai adalah keseluruhan rangkaian dari pangkal paha sampai
40
ujung kaki. Kekuatan otot tungkai diukur dengan leg dynamometer
d. Kekuatan otot lengan adalah pada ekstrimitas sendi pada tubuh manusia. Lengan
mempunyai tiga bagian otot yang menopang bagian lengan diantaranya adalah :
otot bahu, otot pangkal lengan atas, dan otot lengan bawah. Kekuatan otot lengan
diukur dengan push and pull dynamomter
e. Kekuatan ototpunggung dimaksud adalah Otot-otot yang berfungsi sebagai penegak
dan penggerak batang badan, yang mana amat penting artinya untuk sikap dan
gerak-gerik tulang belakang. Otot punggung sejati merupakan dua buah jurai yang
amat rumit susunannya, terletak di sebelah belakang kanan kiri tulang belakang,
mengisi antara taju duri dan taju lintang (Raven, 1994:12). Dalam penelitian ini
yang dimaksud dengan otot punggung adalah otot yang berfungsi sebagai penegak
dan penggerak batang badan atlet putra gulat Lampung untuk membawa beban
serta melakukan bantingan pinggang. Kekuatan otot punggung seseorang dapat di
ukur dengan back and leg dynamometer.
f. Fleksibilitas : kemampuan seseorang untuk dapat melakukan gerak dengan ruang
gerak seluas-luasnya dalam persendiannya (Sajoto, 1995:9) Fleksibilitas diukur
dengan Sit and Reach test
g. Teknik Bantingan Pinggang : Salah satu teknik bantingan yang memanfaatkan
pinggang sebagai tumpuan teknik bantingan dalam olahraga gulat (Rubianto Hadi,
2004 : 21). Bantingan pinggang dapat diukur dengan menggunakan software
kinovea
41
E. Desain Penelitian
Desain penelitian diperlukan dalam suatu penelitian karena desain penelitian dapat
menjadi pegangan yang lebih jelas dalam melakukan penelitiannya. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Arikunto (1997:44),desain penelitian adalah“rencana atau rancangan
yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan”.
Terdapat dua variabel dalam penelitian yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Pada
penelitian ini variabel terikat yaitu hasil bantingan pinggang dan variabel bebas yaitu
tinggi badan, berat badan, kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan, otot
punggung, fleksibilitas,.
Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gambar 11. Desain Penelitian
X1
X2
X3
X4
X5
X6
Y
42
Keterangan :
X1 = tinggi Badan
X2 = Berat Badan
X3 =Kekuatan Otot Tungkai
X4 = Kekuatan Otot Lengan
X5 = Kekuatan Otot Punggung
X6 = Fleksibilitas
Y = Bantingan
F. Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 203) instrumen adalah alat atau fasilitas yang
digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah. Penelitian ini menggunakan pendekatan
one-shot-model yaitu pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data.
1. Tinggi badan menggunakan Stadiometer
2. Tinggi badan menggunakan timbangan digital
3. Kekuatan otot tungakai menggunakan leg dynamometer
4. Kekuatan otot lengan menggunakan push and pull dynamometer
5. Kekuatan ototpunggung pengukuran menggunakan back dynamometer
6. Fleksibilitas pengukuran menggunakan Sit and Reach test
7. Bantingan pinggang pengukuran menggunakan software kinovea
Alat-alat diatas masih valid ( lab penjas Unila)
43
G. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:265) dijelaskan bahwa metode pengumpulan data
merupakan cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.
Lebih lanjut dikatakan oleh Suharsimi Arikunto (2010:265) bahwa untuk memperoleh
data data yang diinginkan sesuai dengan tujuan peneliti sebagai bagian dari langkah
pengumpulan data merupakan langkah yang sukar karena data data yang salah akan
menyebabkan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik akan salah pula.
Data yang perlu dikumpulkan ini menggunakan metode survey dengan teknik tes,
pengambilan data dilakukan dengan pemberian tes dan pengukuran melalui metode
survey, yaitu peneliti mengamati secara langsung pelaksanaan tes dan pengukuran di
lapangan.
1. Tinggi badan:
Menggunakan alat Stadiometer
a. tujuan
yaitu alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan
b. alat dan faasilitas
1) tembok
2) stadiometer
3) alat tulis
c. pelaksanaan
44
1. tes tinggi badan yaitu diukur dari telapak kaki sampai kepala bagian atas.
Kepala dan leher berdiri tegak, posisi kaki rapat dan lurus, punggung sejajar
dengan garis lursu, pandangan mata kedepan .
2. hasil dalam tes di catat dalam satuan cm
Gambar 12. Stadiometer
Spesifikasi alat :
Nama : stadiometer
Kode : 42000000-AKS-000044366
Made in : Germany
Kapasitas : 200 cm
2. Berat badan :
Menggunakan alat timbangan injak digital
a. tujuan
yaitu alat ini bertujuan untuk mengukur berat badan seoseorang
b. alat dan fasilitas
1) timbangan digital
2) alat tulis
45
3) formulir tes
c. pelaksanaan
1.seorang teste berdiri diatas timbangan yang sudah disediakan untuk dilihat
beratnya, lalu dilihat hasil dari beratnya
2.. satuan hitungnya yaitu menggunakan kg
Gambar 13. Timbangan Digital.
Spesifikasi alat :
Nama : Timbangan injak digital
Made in : China
Kapasitas : 150 kg
3. Kekuatan otot tungkai :
Menggunakan alat leg dynamometer
a. Tujuan
Yaitu alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan otot tungkai
b. Alat dan fasilitas
1) leg dynamometer
2) alat tulis
3) formulir tes
46
c. Pelaksanaan
Testi berdiri kedua kaki rapat, telapak kaki menempel penuh dilantai, dengan
menggunakan alat vertikal jump di ikatkan di pinggang. Lihat di monitor bahwa
angka yang tertera 0. Posisi awal ketika meloncat adalah telapak kaki tetap
menempel di lantai, lutut ditekuk, tangan lurus agak di belakang badan. Testi
meloncat ke atas setinggi mungkin. Dan dilakukan dua kali pengulangan dan
diambil datanya adalah hasil tertinggi dari dua kali percobaan tersebut.
d. Penilaian
Skor peserta tes adalah skor dari dua kali kesempatan, tinggi raihan dicatat
dalam satuan cm. Skor tersebut selanjutnya dikonvesikan kedalam tabel.
Gambar 14. Leg Dynamomter
Spesifikasi alat :
Nama : Leg dynamometer
Kode : Tkk 5002
Made in : Germany
Kapasitas : 300 kg
4. Kekuatan otot lengan :
Menggunakan alat Push and Pull dynamometer
a. Tujuan
Untuk mengukur kekuatan otot lengan dalam menarik dan atau mendorong.
47
b. Alat dan fasilitas
1. Push and Pull dynamometer
2. Alat tulis
3. Formulir tes
c. Pelaksanaan
Peserta tes berdiri tegak dengan kaki direganggangkan dan pandangan lurus ke
depan, tangan memegang push and pull dynamometer dengan kedua tangan lurus
di depan dada. Posisi lengan dan tangan lurus sejajar dengan bahu.Tarik alat
tersebut sekuat tenaga.Pada saat menarik atau mendorong alat tidak boleh
menempel pada dada, tangan dan siku tetap sejajar dengan bahu.
d. Penilaian
Skor kekuatan dorong terbaik dari 3 kali percobaan dicatat dengan skor,
Gambar 15. Push and Pull Dynamometer
Spesifikasi alat :
Nama : Push and pull dynamometer
Made in : Japan
Kapasitas : 100 kg
48
Tabel : Norma penilaian tes kekuatan otot lengan
Sumber : Practical Measurement for Evaluation in Physical education,Barry.L.
Jhonson, 1979
5. Kekuatan otot punggung :
Menggunakan alat Back and Leg Dynamometer
a. Tujuan
Yaitu alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan otot punggung dan
kekuatan otot tungkai kaki
b. Alat
c. dan fasilitas
1) Back and Leg Dynamometer
2) alat tulis
3) formulir tes
d. Pelaksanaan
Peserta tes berdiri di atas tumpuan back and legdynamometer. Panjang rantai
back and leg dynamometer diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
posisi agak membungkuk lebih kurang 30°.Tongkat pegangan digenggam
oleh tangan kanan dengan posisi pronasi dan oleh tangan kiri dengan posisi
supinasi, kedua kaki lurus.Tarik tongkat pegangan ke atas dengan
NO KLASIFIKASI SKOR CAPAIAN
1 BAIK SEKALI > 43.51
2 BAIK 34.00 – 43.50
3 SEDANG 25.00 – 33.99
4 KURANG 18.00 – 24.99
5 KURANG SEKALI < 18.00
49
menggunakan otot-otot ekstensor batang tubuh, dengan jalan meluruskan
punggung. Selama melakukan tarikan, kedua bahu ditarik ke belakang.Tumit
tidak boleh diangkat dan kaki tetap lurus.Pencatat skor membaca
penunjukkan jarum pada skala saat maksimum tercapai. Ulangi sebanyak dua
kali dengan selang waktu satu menit. Skor dicatat dalam satuan Kg.
e. Penilaian
Skor terbaik dari 3 kali percobaan akan dicatat sebagai skor dalam satuan kg
dengan tingkat ketelitian 0,5 kg.
Tabel 2 :Norma Penilain Tes Otot Punggung (Back and Leg Dynamometer).
No Skor (kg) Norma
1 >259,5 Baik Sekali
2 187,5259 Baik
3 127,5-187 Sedang
4 84,5-127 Kurang
5 < 84 Kurang Sekali
Gambar 16. Back and Leg dynamometer
Spesifikasi alat :
Nama : Leg dynamometer
Kode : Tkk 5002
Made in : Germany
Kapasitas : 300 kg
50
6. Fleksibilitas:
Menggunakan alat Sit and Reach test
a. Tujuan
Yaitu alat yang digunakan untuk mengukur kelentukan tubuh
b. Alat dan fasilitas
1) Sit and Reach test
2) Tembok atau papan tegak lurus dengan lantai datar
3) alat tulis
4) formulir tes
c. Pelaksanaan
Pipa 0 diletakan pada tepi tembok, pantat, punggung, dan kepala merapat ke
tembok, Panjang kaki dicatat sampai cm penuh, testi melakukan taihan kedepan
penuh, lakukan minimal 3 detik (lakukan 2 kali berurutan) kelentukan tubuh
diukur dengan selisih antara jarak raihan dengan panjang kaki dalam centimeter.
d. Penilaian
Skor terbaik dari 3 kali percobaan akan dicatat sebagai skor dalam satuan cm
Tabel 3 :Norma Penilain Tes Fleksibilitas (Sit and Reach test)
No Skor (cm) Norma
1 >(19) Baik Sekali
2 (11,5) –(19) Baik
3 (-1.5) –(11,5) Sedang
4 (-6,5) –(-1,5) Kurang
5 <(-6,5) Kurang Sekali
51
Gambar 17. Sit and Reach test (lab penjas unila)
Spesifikasi alat :
Nama : Sit and Reach test
Kode : 01285a
Kapasitas : 60 cm
7. Hasil bantingan
a. Tujuan
Untuk mengukur kemampuan teknik bantingan .
b. Alat dan fasilitas
1) stopwatch
2) matras
3) pluit
4) gedung hall c pkor
5) alat tulis
6) formulir tes
7) 2 wasit ( pelatih )
52
c. Pelaksanaan
1. Sebelum melakukan tes,seluruh atlet diberi waktu 5 menit untuk pemanasan.
2. Kemudian testee berdiri berhadapan dengan lawan (sesuai berat badan).
3. Selanjutnya tangan kiri memegang lengan kiri diatas sikut lawan dan tangan
kanan memegang bahu kanan lawan.
4. Selanjutnya kaki kanan berada didepan kaki kanan lawan dan kaki kiri berada
diantara kedua kaki lawan ,setelah itu pinggang didiorong kearah samping
atas badan lawan dan tangan kanan menarik lengan lawan sampai lawan jatuh
dengan posisi terlentang.
5. Apabila pegulat dapat melakukan bantingan dengan benar maka akan
mendapatkan nilai 3 tetapi jika pegulat tersebut hanya berhasil mengangkat
dan tidak membanting maka dinyatakan gagal dan tidak mendapatkan nilai.
6. Pelaksanaan tes dilaksanakan berurutan dan diawasi oleh pengawas (pelatih).
d. Penilaian
Hasil dari bantingan yang diperolah dihitung dengan menggunakan software
kinovea dengan satuan second/detik .
8. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas Menurut Arikunto (2010:168) validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Validitas tes adalah suatu alat ukur yang dikatakan valid apabila dapat
mengukur atau apa yang sebenarnya diukur.
53
b. Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat menunjukkan hasil
relatif sama dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang
sama (Ali Muhidin, 2007:37).
H. Analisis Data
Analisis data ditunjukkan untuk mengetahui jawaban akan pertanyaan-pertanyaan
dalam penelitian. Mengingat data yang ada adalah data yang masih mentah dan
memiliki satuan yang berbeda, maka perlu disamakan satuan ukurannya sehingga
lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya. Dengan demikian data mentah
diubah menjadi data yang standart ( Tskor). Kemudian data tersebut dianalisis
menggunakan regresi linier berganda.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan rumus kolmogorov
smirnov melalui perhitungan komputer program SPSS release 16 diperoleh hasil
sebagai berikut
Tabel 5. Uji Normalitas
No Variabel Nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) Signifikansi Kesimpulan
1 Tinggi Badan 0,810 0,05 Normal
2 Berat Badan 0,333 0,05 Normal
3 Otot Tungkai 0,079 0,05 Normal
4 Otot Lengan 0,311 0,05 Normal
5 Otot Punggung 0,223 0,05 Normal
6 Fleksibilitas 0,864 0,05 Normal
7 kecepatan Bantingan 0,780 0,05 Normal
54
b. Uji Linieritas
Uji linieritas garis regresi merupakan uji untuk mengetahui linier tidaknya bentuk
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.Hasil analisis ini ijadikan
sebagai pertimbangan bisa tidaknya data penelitian yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis regresi linier.Berdasarkan perhitungan diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabe 6.Uji Linieritas
No Variabel Nilai Sig. Signifikansi Kesimpulan
1
Kecepatan
bantingan *
tinggi badan
0,112 0,05 Linier
2
Kecepatan
bantingan * berat
badan
0,054 0,05 Linier
3
Kecepatan
bantingan * otot
tungkai
0,211 0,05 Linier
4
Kecepatan
bantingan * otot
lengan
0,879 0,05 Linier
5
Kecepatan
bantingan * otot
punggung
0,550 0,05 Linier
6
Kecepatan
bantingan *
fleksibilitas
0,77 0,05 Linier
Data yang dianalisis adalah data variabel bebas yaitu (X1) tinggi badan, (X2) berat
badan, ( X3) kekuatan otot tungkai, (X4) kekuatan otot lengan, (X5)otot
punggung,(X6) fleksibilitas, dan variabel terikat (Y) kecepatan bantingan.
Untuk mencari kontribusi dari masing-masing prediktor terhadap variabel tidak
bebas dalam Suharsimi Arikunto (2010), untuk menguji hipotesis antara variabel
55
bebas terhadap variable terikat, digunakan statistik melalui regresi linier. Untuk
perhitungan statistic menggunakan program spss for windows release 16 dengan
rumus sebagai berikut:
Y = a + bX
Keterangan :
Y = variable terikat
X = variable bebas
a = nilai konstanta
b = koefisien arah regresi
75
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, mengenai kontribusi
tinggi badan, berat badan, kekuatan tungkai, kekuatan lengan, kekuatan
punggung dan fleksibilitas terhadap hasil bantingan pinggang pada Atlet
Gulat Putra Lampungyang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada kontribusi yang signifikan tinggi badan terhadap kecepatan
bantingan pinggang pada atlet gulat putra lampung
2. Ada kontribusi yang signifikan berat badan terhadap kecepatan
bantingan pinggang pada atlet gulat putra lampung
3. Ada kontribusi yang signifikan kekuatan otot tungkai terhadap
kecepatan bantingan pinggang pada atlet gulat putra lampung
4. Ada kontribusi yang signifikan kekuatan otot lenganterhadap kecepatan
bantingan pinggang pada atlet gulat putra lampung
5. Ada kontribusi yang signifikan kekuatan otot punggung terhadap
kecepatan bantingan pinggang pada atlet gulat putra lampung
6. Ada kontribusi yang signifikan fleksibilitas terhadap kecepatan
bantingan pada atlet gulat putra lampung
76
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kekuatan otot punggung adalah yang paling berkontibusi terhadap
kecepatan bantingan .
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa saran
yang ingin peneliti sampaikan, adapun saran yang diberikan peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Upaya mengajarkan dan meningkatkan tingkat kebugaran jasmani pada
siswa hendaknya memperhatikan tinggi badan, berat badan, kekuatan
otot tungkai, kekuatan otot lengan, kekuatan otot punggung dan
fleksibilitas
2. Pentingnya penelitian lebih lanjut dengan memperbanyak sampel yang
lebih besar dan menambah variabel agar diperoleh gambaran secara
komperhensif dan lebih luas
3. Perlu dikaji lebih jauh tentang berbagai aspek yang mendukung prestasi
gulat baik secara fisik teknik dan mental.
77
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Bompa, Tudor O. (1990). Theory and Methodology of Training. Lowa:
Kendal/Hunt Publishing.
Bompa (2000). Total Training For Young Champions. York University. Canada
Boy Indrayana.2018. Hubungan kekuatan otot punggung dan kelentukan terhadap
hasil banting kayang samping Clen bawah pada atlet PPLP Provinsi
Jambi. Jambi: Universitas Jambi. Vol 2 No 2.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jsce/article/download/6470/4665/.
(Diakses 2 Januari 2018)
Eka Nur Fitriana Sari. 2016. Survei tingkat kelentukan dan kelincahan atlet gulat
PPLDF Kabubapten Malang tahun 2016. Malang: Universitas Negeri
Malang. Vol 26 No 1.http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-
jasmani/article/download/7730/3549 .(Diakses 1 april 2016)
FILA. 2006. Peraturan Gulat Internasional. Terjemahan Otje Siswanto. 2007.
Bandung: Pegda PGSI Jawa Barat
Gable. D. (1998). Sukses Melatih Gulat. New York : United Graphics.
Hadi, Rubianto. 2004. Buku Ajar Gulat. Semarang : FIK Unnes
Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Research. Yogyakarta:UGM.
Harsono. 1988. Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologi Dalam Coaching. CV
Tambak Kusuma
Mysynk, M. 1994. Gerakan dan serangan gulat peraihkemenangan .Klaten : PT
Intan Sejati
Kosasih, Engkos.1985. Olahraga Teknik dan Progrom Latihan.
Jakarta:Akademika Presindo.
78
Pear. and Morgan. 1986. Weight Training For Men And Women. Getting
Stronger. Shelter Publications. Inc, Bolinas California.
Petrov, Rajko. 1987.Freestyleand Greco Roman Wrestling. FH.A
PGSI. 1985. Peraturan Pertandingan Gulat Amatir Nasional/Internasional :
Jakarta. PGSI
PGSI. 1998.Seperempat abad Gulat di Indonesia. Jakarta: Persatuan Gulat
Seluruh Indonesia Cabang Jakarta Barat.
Raven, 1981. Atlas Anatomi. Semarang: Dahara.
Raven, P. 1994. Atlas Anatomi. Terjemahan Ramli, A,dan Hendra T. Laksman,
Jakarta: Djambatan.
Rushall. And Pyke . 1990. Training For Sport And Fitnes.
The Macmillan Company Of Australia. Pty Ltd.
Sajoto, M. 1995.Pembinaan Kondisi Fisik Olahraga. Jakarta: Depdikbud Dirjen.
Soekarman. (1987). Dasar Olahraga untuk Pembina, Pelatih dan Atlet. Jakarta:
Inti Idayu Press.
Sugiyono.2010. Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif,dan Research and
Development.Alfabeta.
Syaifuddin. 1997.Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Syafruddin, (1999). Pengantar Ilmu Melatih. FPOK, IKIP Padang.
Tri wahono.2017.Kontribusi kekuatan otot lengan dan kelincahan terhadap half
nelson pada atlet gulat Provinsi Bengkulu. Bengkulu: Universitas
Bengkulu. Vol. 1 No 1 .
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/index/search/search?simpleQuery=k
ontribusi+gulat&searchField=query. (Diakses tanggal 1 Januari 2017)