kontribusi teknologi pendidikan dalam 2 (1)

21
KONTRIBUSI TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN 1 Oleh Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc. 2 Pendahuluan Teknologi merupakan merupakan bagian integral dalam setiap budaya. Makin maju suatu budaya, makin banyak dan makin canggih teknologi yang digunakan. Meskipun demikian masih banyak di antara kita yang tidak menyadari akan hal itu. Sebenarnya 25 tahun yang lalu Menteri Pendidikan Daoed Joesoef telah menyatakan bahwa “Teknologi diterapkan di semua bidang kehidupan, di antaranya bidang pendidikan. Teknologi pendidikan ini karenanya beroperasi dalam seluruh bidang pendidikan secara integratif, yaitu secara rasional berkembang dan terjalin dalam berbagai bidang penididikan”. Pernyataan kebijakan itu merupakan penegasan dari penetapan kebijakan sebelumnya, termasuk yang tertuang dalam PELITA I s/d III. Apa yang telah merupakan pernyataan kebijakan, masih dipersoalkan sampai saat ini. Mungkin dengan dalih bahwa pernyataan Menteri yang terdahulu, tidak lagi berlaku sekarang. Di kalangan akademik masih ada yang mempertanyakan apa sebenarnya teknologi pendidikan itu, karena di Amerika Serikat saja yang ada adalah istilah Instructional Design, Development and Evaluation (IDDE di Syracuse University, Instructional System Technology (IST di Indiana University), bahkan organisasi profesi yang ada adalah AECT (Association for Educational and Communications and Technology). Mereka yang tidak tajam kemampuan analisisnya, sifat teknologi pendidikan yang integratif seperti dinyatakan oleh Daoed Joesoef, tidak mengetahui apa dan bagaimana wujut unsur teknologi pendidikan yang telah terintegrasi tersebut. Mereka yang hanya mampu melihat hasil akhir suatu produk atau sistem, misalnya media pembelajaran, tidak akan dapat mengetahui apa saja unsur yang membentuk produk tersebut, dan bagaimana produk itu dihasilkan serta bagaimana produk tersebut berfungsi dalam sistem. 1 Makalah disampaikan dalam Seminar Intenasional & Temu Ilmiah FIP/JIP se Indonesia, Manado,2007 2 Gurubesar Emeritus UNJ Kontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 1

Upload: rona-elina-pardede

Post on 24-Jun-2015

288 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam 2 (1)

KONTRIBUSI TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN 1

Oleh

Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc.2

Pendahuluan

Teknologi merupakan merupakan bagian integral dalam setiap budaya. Makin

maju suatu budaya, makin banyak dan makin canggih teknologi yang digunakan.

Meskipun demikian masih banyak di antara kita yang tidak menyadari akan hal itu.

Sebenarnya 25 tahun yang lalu Menteri Pendidikan Daoed Joesoef telah menyatakan

bahwa “Teknologi diterapkan di semua bidang kehidupan, di antaranya bidang

pendidikan. Teknologi pendidikan ini karenanya beroperasi dalam seluruh bidang

pendidikan secara integratif, yaitu secara rasional berkembang dan terjalin dalam

berbagai bidang penididikan”. Pernyataan kebijakan itu merupakan penegasan dari

penetapan kebijakan sebelumnya, termasuk yang tertuang dalam PELITA I s/d III.

Apa yang telah merupakan pernyataan kebijakan, masih dipersoalkan sampai

saat ini. Mungkin dengan dalih bahwa pernyataan Menteri yang terdahulu, tidak lagi

berlaku sekarang. Di kalangan akademik masih ada yang mempertanyakan apa

sebenarnya teknologi pendidikan itu, karena di Amerika Serikat saja yang ada adalah

istilah Instructional Design, Development and Evaluation (IDDE di Syracuse University,

Instructional System Technology (IST di Indiana University), bahkan organisasi profesi

yang ada adalah AECT (Association for Educational and Communications and

Technology).

Mereka yang tidak tajam kemampuan analisisnya, sifat teknologi pendidikan

yang integratif seperti dinyatakan oleh Daoed Joesoef, tidak mengetahui apa dan

bagaimana wujut unsur teknologi pendidikan yang telah terintegrasi tersebut. Mereka

yang hanya mampu melihat hasil akhir suatu produk atau sistem, misalnya media

pembelajaran, tidak akan dapat mengetahui apa saja unsur yang membentuk produk

tersebut, dan bagaimana produk itu dihasilkan serta bagaimana produk tersebut

berfungsi dalam sistem.

Menghadapi masih adanya sikap acuh tersebut, para teknolog pendidikan baik

praktisi maupun akademisi yang mempunyai komitmen profesi harus berpikir dan

bertindak proaktif untuk menanggapi sikap tersebut, dengan membuktikan dan

mengembangkan teknologi pendidikan sehingga manfaatnya dapat dirasakan atau

setidak-tidaknya diketahui oleh masyarakat luas.

Dalam makalah ini diungkap secara singkat wujud sumbangan Teknologi

Pendidikan sebagai disiplin keilmuan, sebagi profesi, dan sebagai bidang garapan,

serta kontribusinya dalam pembangunan pendidikan.

1 Makalah disampaikan dalam Seminar Intenasional & Temu Ilmiah FIP/JIP se Indonesia, Manado,20072 Gurubesar Emeritus UNJKontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 1

Page 2: Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam 2 (1)

Disiplin Keilmuan Teknologi Pendidikan

Terlebih dahulu perlu diberikan batasan umum tentang pengertian teknologi,

semua teknologi termasuk teknologi pendidikan, yaitu :

proses yang meningkatkan nilai tambah;

produk yang digunakan dan/atau dihasilkan untuk memudahkan dan mening-

katkan kinerja;

struktur atau sistem dimana proses dan produk itu dikembangkan dan

digunakan.

Teknologi memasak misalnya, adalah proses untuk mengolah bahan mentah (sayuran,

tahu, tempe, daging, garam, bumbu dsb.) dengan menggunakan produk berupa pisau,

wajan, panci, kompor dsb. untuk menghasilkan produk berupa makanan, dan

makanan itu sendiri merupakan komponen dari sistem kelangsungan hidup berupa gizi

atau nutrisi, yang perlu dilengkapi dengan komponen lain seperti minum, olahraga,

istirahat dsb.

Teknologi pendidikan telah berkembang sebagai suatu disiplin keilmuan yang

berdiri sendiri. Perkembangan tersebut dilandasi oleh serangkaian kaidah atau dasar

yang dijadikan patokan pembenaran. Secara falsafi, dasar keilmuan itu meliputi :

ontologi atau rumusan tentang obyek formal atau pokok telaah yang merupakan

gejala pengamatan yang tidak tergarap oleh bidang telaah lain; epistemologi yaitu

usaha atau prinsip intelektual untuk memperoleh kebenaran dalam pokok telaah yang

ditentukan; dan aksiologi atau nilai-nilai yang menentukan kegunaan dari pokok telaah

yang ditentukan, yang mempersoalkan nilai moral atau etika dan nilai seni dan

keindahan atau estetika. (Miarso,2004)

Obyek formal teknologi pendidikan adalah belajar pada manusia. Belajar itu

sendiri dapat diartikan sebagai perubahan pada diri seseorang atau suatu lembaga

yang relatif menetap dan berkembang dalam pengetahuan, sikap dan keterampilan,

yang disebabkan karena pemikiran dan pengalaman. Belajar itu terjadi dimana saja,

kapan saja, apa saja, dari apa atau siapa saja, dan dengan cara bagaimana saja.

Gambar berikut menunjukkan obyek formal tersebut.

KLG

KB

TKSD

SL & M

MASYORG T.IBAD-

AHT.KERJA

PTPRIBADI

BELAJAR

KLG

KB

TKSD

SL & M

MASYORG T.IBAD-

AHT.KERJA

PTPRIBADI

BELAJAR

Gambar 1 : Obyek Formal teknologi Pendidikan

Kontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 2

Page 3: Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam 2 (1)

Sedang gejala yang memerlukan penggarapan terhadap obyek formal tersebut

adalah :

1. Adanya sejumlah besar orang yang belum terpenuhi kesempatan belajarnya, baik

yang diperoleh melalui suatu lembaga khusus, maupun yang dapat diperoleh secara

mandiri

2. Adanya berbagai sumber belajar baik yang telah tersedia maupun yang dapat

direkayasa, tetapi belum dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar.

3. Diperlukan adanya suatu usaha khusus yang terarah dan terencana untuk

menggarap sumber-sumber tersebut agar dapat terpenuhi hasrat belajar setiap

orang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan.

4. Diperlukan adanya pengelolaan atas kegiatan khusus dalam mengembangkan dan

memanfaatkan sumber untuk belajar tersebut secara efektif, efisien dan selaras.

Usaha khusus yang terarah dan terencana bukan sekedar menambah apa

yang kurang, menambal apa yang berlubang, dan menjahit apa yang sobek. Menurut

Banathy bukan hanya “doing more of the same”, ataupun “doing it better of the same”,

melainkan “doing it differently” yaitu merupakan upaya untuk menjamin hasil yang

diharapkan (Banathy,1991). Pendekatan yang berbeda itu adalah pendekatan yang

memenuhi lima persyaratan, yaitu :

1. Pendekatan isomeristik, yaitu yang menggabungkan berbagai kajian/bidang

keilmuan (psikologi, komunikasi, ekonomi, manajemen, rekayasa teknik dsb.) ke

dalam suatu kesatuan tersendiri;

2. Pendekatan sistematik , yaitu dengan cara yang berurutan dan terarah dalam

usaha memecahkan persoalan;

3. Pendekatan sinergistik, yaitu yang menjamin adanya nilai tambah dari keseluruhan

kegiatan dibandingkan dengan bila kegiatan itu dijalankan sendiri-sendiri, dan

4. Sistemik, yaitu pengkajian secara menyeluruh

5. Inovatif, yaitu mencari dan mengembangkan solusi yang baru

Usaha khusus dengan pendekatan inilah yang merupakan azas epistemologi teknologi

pendidikan.

Azas manfaat atau aksiologi dari teknologi pendidikan dapat dinyatakan dengan

kutipan pendapat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef dalam

Lokakarya Nasional Teknologi Pendidikan di Yogyakarta pada tahun 1982 sebagai

berikut :

“Teknologi pendidikan perlu dipikirkan dan dibahas terus menerus karena adanya

kebutuhan real yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, yaitu (i)

tekad mengadakan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar; (ii) keharusan

meningkatkan mutu pendidikan berupa, antara lain, penyempurnaan kurikulum,

penyediaan berbagai sarana pendidikan, dan peningkatan kemampuan tenaga

pengajar lewat berbagai bentuk pendidikan serta latihan; (iii) penyempurnaan

system pendidikan dengan penelitian dan pengembangan sesuai dengan tantangan

jaman dan kebutuhan pembangunan; (iv) peningkatan partisipasi masyarakat

Kontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 3

Page 4: Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam 2 (1)

dengan pengembangan dan pemanfaatan berbagai wadah dan sumber pendidikan;

(v) penyempurnaan pelaksanaan interaksi antara pendidikan dan pembangunan di

mana manusia dijadikan pusat perhatian pendidikan.”

Pernyataan kebijakan tersebut pada saat ini telah terwujutkan, baik sebagai

konsep maupun sebagai bentuk atau pola pelembagaan pendidikan. Konsep tersebut

bahkan telah dikukuhkan dengan ketentuan perundangan dan peraturan. Paling tidak

ada lima konsep dalam teknologi pendidikan yang telah terintegrasi dalam sistem

pendidikan dan tertuang dalam Undang-undang Sisdiknas dan turunannya. Ke lima

konsep itu adalah : 1) pembelajaran yang berfokus pada peserta didik; 2) sumber

belajar yang beraneka; 3) pendekatan dari bawah (bottom-up approaches) dalam

mengelola kegiatan belajar dan implikasinya dalam satuan pendidikan; 4) sistem

pendidikan terbuka dan multi makna; dan 5) pendidikan jarak jauh.

Namun perlu diperhatikan bahwa pembenaran secara falsafi, harus pula

dilengkapi dengan pembenaran ilmiah. Pembenaran ilmiah dilakukan dengan melalui

tiga kategori pendekatan yang berakar pada filsafat ilmu. Ke tiga pendekatan itu adalah

pengembangan, penelitian, dan penilaian yang diperlukan untuk menghasilkan teori,

model, sistem, pembuktian, program aksi, dan kebijakan. Kebenaran ilmiah dalam

disiplin teknologi pendidikan telah dan sedang dilakukan untuk mengembangkan

model, produk dan sistem, pengujian berbagai strategi dan media pembelajaran, serta

berbagai penilaian seperti penelusuran kebutuhan, penilaian efektivitas tindakan dsb.

Perlu disadari bahwa semua bentuk teknologi, termasuk teknologi pendidikan,

adalah sistem yang diciptakan oleh manusia untuk sesuatu tujuan tertentu, yang pada

intinya adalah mempermudah manusia dalam memperingan usahanya, meningkatkan

hasilnya, dan menghemat tenaga serta sumber daya yang ada. Oleh karena itu

teknologi itu pada hakekatnya adalah tidak bebas nilai, karena terkandung adanya

aturan etik dan estetika dalam penciptaa dan penggunaannya. Namun ada orang-

orang tertentu yang menyalahgunakan makna dan/atau penggunaannya, dengan

menganggap teknologi itu value-free atau empty of meaning.

Bertolak dari landasan filsafat dan pembenaran ilmiah tersebut di atas,

teknologi pendidikan di definisikan sebagai teori dan praktek dalam merancang

mengemangkan, menerapkan, mengelola, menilai dan meneliti proses, sumber dan

sistem belajar. Definisi ini merupakan adaptasi dari definisi yang dirumuskan oleh

Seels dan Richey (1994, h. 10).

Profesi Teknologi Pendidikan

Setiap profesi paling sedikit harus memenuhi lima syarat. Pertama adalah

pendidikan dan pelatihan yang memadai, kedua adanya komitmen terhadap tugas

profesionalnya, ketiga adanya usaha untuk senantiasa mengembangkan diri sesuai

dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman, keempat adanya standar etik yang

harus dipatuhi, dan kelima adanya lapangan pengabdian yang khas.

Pendidikan dan pelatihan dalam teknologi pendidikan telah dimulai pada tahun

1972, berupa latihan untuk pengembangan bahan ajar melalui radio. Pada tahun 1974

Kontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 4

Page 5: Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam 2 (1)

mulai diberikan matakuliah teknologi pendidikan di IKP Jakarta, dan pada tahun 1976

dibuka pendidikan akademik jenjang Sarjana dalam program Teknologi Pendidikan

melalui kerjasama antara Tim Penyelenggara Teknologi Komunikasi untuk Pendidikan

dan Kebudayaan (embrio Pustekkom) dengan IKIP Jakarta. Dua tahun kemudian pada

tahun 1978 dibuka pendidikan jenjang Magister dan Doktor Teknologi Pendidikan di

IKIP Jakarta. Program pendidikan tersebut merupakan bagian integral dari Proyek

Pengembangan Teknologi Komunikasi Untuk Pendidikan yang sekaligus bertujuan

untuk membentuk suatu lembaga yang bertanggung jawab mengkoordinasikan

pengembangan teknologi pendidikan di Indonesia.

Mereka yang berprofesi atau bergerak dalam bidang teknologi pendidikan atau

singkatnya disebut Teknolog Pendidikan, harus mempunyai komitmen dalam

melaksanakan tugas profesionalnya yang utama yaitu terselenggaranya proses belajar

bagi setiap orang, dengan dikembangkan dan digunakannya berbagai sumber belajar

selaras dengan karakteristik masing-masing pebelajar (learners) serta perkembangan

lingkungan. Karena lingkungan itu senantiasa berubah, maka para Teknolog

Pendidikan harus senantiasa mengikuti perkembangan atau perubahan itu, dan oleh

karena itu ia dtuntut untuk selalu mengembangkan diri sesuai dengan kondisi

lingkungan dan tuntutan zaman, termasuk selalu mengikuti perkembangan ilmu dan

teknologi.

Profesi ini bukan profesi yang netral dan bebas nilai. Ia merupakan profesi yang

memihak kepada kepentingan pemelajar (learners) agar mereka memperoleh

kesempatan untuk belajar agar potensi dirinya dapat berkembang semaksimal

mungkin. Profesi ini juga tidak bebas nilai karena masih banyak pertimbangan lain

seperti sosial, budaya, ekonomi dan rekayasa yang mempengaruhi, sehingga

tindakannya harus selaras dengan situasi dan kondisi serta berwawasan ke masa

depan. Pada tahun 1987 didirikan Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia

(IPTPI) yang mempunyai Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Kode Etik.

Dalam kode etik tersebut dicantumkan kewenangan dan kewajiban, yang antara lain

kewajiban untuk selalu mengikuti perkembangan IKTEK dan lingkungan. Kecuali itu

juga dirumuskan tanggung jawab profesi kepada perorangan, masyarakat, rekan

sejawat dan orgainisasi.

Profesi teknologi pendidikan, sebagaimana halnya semua profesi yang baru,

menghadapi tantangan yang inheren. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah

pengakuan atas profesi teknologi pendidikan. Yang saya prihatinkan adalah bahwa

pengakuan profesi tersebut selalu dikaitkan dengan jabatan fungsional sebagai

pegawai negeri. Padahal pendidikan keahlian teknologi pendidikan pada prinsipnya

tidak mendidik calon pegawai negeri, melainkan mereka yang mampu mengabdi dan

berkarya untuk mengatasi masalah belajar dimana saja. Jadi terpaksa kita harus

mengikuti pengakuan pprofesi sebagai jabatan fungsional pegawai negeri. Usul

pengakuan jabatan fungsional tersebut telah diajukan sejak tahun 1985 melalui

Pustekkom Diknas (sewaktu masih dikenal dengan Pusat TKPK). Upaya itu digalakkan

lagi dengan lahirnya organisasi profesi pada tahun 1987, dan berikutnya dengan

Kontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 5

Page 6: Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam 2 (1)

ditetapkannya Undang-undang No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, dan selanjutnya Undang-undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Berdasarkan UU tersebut dimungkinkan adanya jabatan pendidik

dan tenaga kependidikan. Pendidik termasuk guru, dosen, konselor, pamong belajar,

widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain sesuai kekhususan.

Sementara pada kategori tenaga kependidikan dimungkinkan adanya jabatan pamong

belajar, peneliti, pengembang dan teknisi sumber belajar. Proposal berupa Naskah

Akademik dan Draft Keputusan Menpan Tentang Jabatan Fungsional Pengembang

Teknologi Pendidikan dan Teknisi Sumber Belajar, kita ajukan lagi sesuai dengan

perundangan terbaru tersebut kepada Menpan, namun sementara ini semua usulan

mengenai jabatan fungsional ditangguhkan, karena adanya niat untuk mengurangi

jumlah pegawai negeri.

Tugas pokok profesi teknologi pendidikan berdasarkan versi usulan tahun 1985

yang diperbaharui tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan bidang studi dan kawasan teknologi pendidikan

2. Perancangan sistem pembelajaran

3. Produksi media pendidikan

4. Penyediaan sarana dan prasarana belajar

5. Pemilihan dan penilaian komponen sistem pembelajaran

6. Penerapan/pemanfaatan sumberdaya belajar

7. Penyebaran konsep dan temuan teknologi pendidikan

8. Pengelolaan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya belajar

9. Perumusan bahan kebijakan teknologi pendidikan

Sementara menunggu pengakuan de jure tersebut, sekarang ini mereka

dengan profesi teknologi pendidikan telah mengabdikan dirinya sebagai pengelola,

perencana, pengembang, pembuat, penilai, dan pengguna sistem dan komponen

pembelajaran di Departemen/Lembaga Negara, Angkatan Bersenjata, Perguruan

Tinggi, Lembaga Diklat, Lembaga Media (seperti TVRI, RRI, TPI, RCTI, SCTV dan

"production houses"), satuan pendidikan luar sekolah, berwirausaha dalam pelatihan,

serta berwiraswasta dalam produksi media dan sarana pendidikan.

Usaha memperoleh pengakuan profesi tersebut memperoleh alternatif jalan

keluar dengan ditetapkannya Undang-undang RI Nomor 18 Tahun 2002 Tentang

Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi. Melalui Kantor Menristek sudah diproses Keputusan Presiden RI tentang

jabatan Fungsional Perekayasa dan Teknisi Litkayasa dalam berbagai bidang, yang

memungkinkan pengakuan profesi Teknolog Pendidikan sebagai salah satu bentuk

jabatan fungsional dengan sebutan Perekayasa Pendidikan/Pembelajaran.

Arah perkembangan kompetensi profesi tersebut kemudian perlu dijabarkan

secara operasional dalam bentuk kurikulum. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 38

ayat (3) dan (4) UUSPN No. 20 Tahun 2003 mengenai pengembangan kurikulum

pendidikan tinggi, perlu digunakan standar nasional pendidikan untuk setiap program

studi. Namun karena Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 19 Tahun 2005 tidak mengatur

Kontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 6

Page 7: Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam 2 (1)

standar nasional untuk jenjang pendidikan tinggi, maka yang perlu kita jadikan acuan

adalah Keputusan Menteri pendidikan Nasional R.I. Nomor 232/U/2000 dan Nomor

045/U/2002. Kecuali itu perlu pula diperhatikan ketentuan perundangan yang terakhir

yaitu UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Berdasarkan Kepmen tersebut kurikulum inti program sarjana meliputi MPK

(Matakuliah Pengembangan Kepribadian), MKK (Matakuliah Kompetensi Keilmuan),

MKB (Matakuliah Kompetensi Berkarya), MPB (Matakuliah Perilaku Berkarya). Dan

MBB (Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat). Konsep kompetensi tersebut

dirumuskan lebih lanjut seperti tercantum dalam Lampiran. Berbagai matakuliah perlu

dijabarkan dari kompetensi tersebut dan dilakukan sesuai dengan tuntutan mutu,

kemampuan tenaga dan ketersediaan sarana & prasarana. Untuk itu setiap

penyelenggara program studi teknologi pendidikan perlu melakukan analisis SWOT,

dan ditindak lanjuti dengan berbagai kegiatan yang diperlukan, seperti penataran

tenaga, pemutakhiran pengetahuan dan teknologi, pengadaan pustaka dan

laboratorium dan lain-lain. Keculai landasan konseptual dan legal, kurikulum setiap

program studi perlu dikembangkan atau diperbaharui sesuai dengan dinamika

pembangunan, meliputi perkembangan kebijakan dan IPTEK termasuk perkembangan

teknologi informasi dan komunikasi.

Pada awal diselenggarakannya, program studi teknologi pendidikan di IKIP

Jakarta pada jenjang S1, S2 dan S3 adalah merupakan program studi yang

berkesinambungan searah. Hal ini merupakan kesepakatan bersama dengan Pusat

TKPK dalam rangka bantuan USAID. Hubungan kesinambungan itu terputus dengan

berakhirnya proyek pada tahun 1984 dan dilaksanakannya keputusan Konsorsium Ilmu

Pendidikan tentang Pedoman Pelaksanaan Pola Pembaharuan Sistem Pendidikan

Tenaga Pendidikan (th.1981), khususnya Buku V yang mengatur program pasca

sarjana. Berdasarkan pedoman tersebut maka S2 TP mempunyai misi untuk

meningkatkan mutu staf pengajar jenjang S0 dan S1, sedang misi S3 adalah sebagai

pusat penelitian untuk pengembangan ilmu kependidikan.

Serangkaian Peraturan dan Keputusan telah menyebabkan perubahan misi,

struktur, kurikulum dan penyelenggaraan program studi teknologi pendidikan, baik

pada jenjang S1, S2 maupun S3, hingga sekarang. Kurikulum S1 sudah diperbaharui

pada tahun 2004. Sekarang kita perlu menelaah kembali misi, struktur, kurikulum dan

penyelenggaraan program studi Teknologi Pendidikan pada Program Pasca Sarjana.

Program pendidikan keahlian itu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tenaga dalam

rangka inovasi pendidikan yaitu dikembangkan dan digunakannya konsep “resource-

based learning” (bukan “teacher-based instruction”).

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka sudah sepantasnya kalau program

Teknologi Pendidikan pada program Sarjana dan Pasca Sarjana tidak lagi dikelola

secara terpisah, dan untuk itu dikuasakan pengelolaannya kepada jurusan (khususnya

program) Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan. Dengan demikian maka visi,

misi dan tujuannyapun tidak dapat terlepas satu sama lain. Rumusan visi, misi dan

tujuan itu harus didasarkan pada konsep dasar dan filosofi teknologi pendidikan

Kontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 7

Page 8: Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam 2 (1)

sebagai suatu bidang kajian, serta dengan kemajuan IPTEK dan kebutuhan

pembangunan.

Kurikulum program studi Teknologi Pendidikan telah mengalami serangkaian

perubahan. Kurikulum tersebut perlu dikembangkan dengan ketentuan : 1) memenuhi

standar minimum keilmuan & keahlian yang ditentukan oleh Pemerintah; 2) kebutuhan

dan kecenderungan pembangunan; 3) keinginan dan harapan dari para pemakai

lulusan; 4) azas kesinambungan keahlian professional; 5) kondisi kelembagaan; dan 6)

keterlibatan dan partisipasi para lulusan.

Dengan pertimbangan ketentuan tersebut khususnya butir # 2 ,3 dan 6

kurikulum S1 TP telah dikembangkan dengan memberi kesempatan kepada para

mahasiswa untuk mengambil keahlian khusus (sebesar 36 SKS) dalam tiga bidang,

yaitu : Pengembang Media, Pengelola Sistem Pembelajaran, dan Pengembang

Teknologi Kinerja. Kurikulum S2 dan S3 dalam periode 1979 dan 1994 juga memberi

kesempatan matakuliah keahlian pilihan meskipun hanya tiga-enam (3-6) SKS.

Jurusan Teknologi Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ, dengan

para pakar Teknologi Pendidikan dan Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia,

telah berprakarsa untuk memberikan masukan untuk pengembangan kurikulum

pascasarjana dengan mempertimbangkan kesinambungannya dengan kurikulum

sarjana. Konstruk kesinambungan kurikulum tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut :

Kedalaman

S 3

S 2

S 1 dan S 0

Keluasan

Gambar 2 : Kesinambungan Kurikulum S1, S2 dan S3 Teknologi Pendidikan

Dengan bertolak pada konsep teknologi pendidikan yang meliputi empat

komponen (riset dan teori; kegiatan perancangan, pengembangan, penggunaan,

pengelolan, penilaian dan peleitian; proses, sumber dan sistem; dan belajar) maka

saya berpendapat bahwa semua komponen tersebut perlu dikaji dan dipelajari pada

setiap jenjang, namun dengan keluasan dan kedalaman yang berbeda. Misalnya “riset”

Kontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 8

Page 9: Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam 2 (1)

perlu diberikan di S1 agar mampu melakukan penalaran ilmiah dasar, sedangkan di S3

untuk penalaran tingkat tinggi sampai mengujia atau bahkan menemukan teori. Kecuali

itu kegiatan yang perlu dikuasai oleh semua jenjang meliputi : Perancangan, Peng-

embangan, Pemanfaatan. Pengelolaan,Penilaian, dan Penelitian Proses, Sumber dan

Sistem Belajar dan Pembelajaran dengan keluasan dan kedalaman yang berbeda.

Mengenai lapangan pengabdian Teknolog Pendidikan dapat digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 3 : Lapangan Pengabdian Teknolog Pendidikan

Akademisi Teknologi Pendidikan adalah mereka yang memperoleh pendidikan

keahlian pada jenjang S1, S2 dan S3 dalam program keahlian Teknologi Pendidikan..

Praktisi adalah mereka yang menguasai keterampilan, baik karena belajar mandiri,

mengikuti kursus, pemagangan, pelatihan dll. tanpa perlu ijazah dalam salah satu atau

lebih aspek teknologi pendidikan, dengan derajat mampu, mahir dan ahli. Ketarmpilan

praktisi juga tidak perlu didukung dengan teoori, konsep dan/atau hasil-hasil penelitian.

Berbeda dengan akademisi yang harus mengikuti program pendidikan khusus dan

jangka waktu yang relatif panjang, serta mengikuti ketentuan kurikulum tertentu.

Latar pengabdian Teknolog Pendidikan dapat dalam lingkungan pribadi,

keluarga, masyarakat, kursus, tempat ibadah dll. dimana ada keperluan belajar.

Sedangkan produk pengabdian profesi dapat berupa media, sumber belajar

lain,strategi & teknik belajar dan pembelajaran s/d rumusan kebijakan yang berkaitan

dengan masalah belajar.

Kontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 9

Page 10: Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam 2 (1)

Bidang Garapan Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan merupakan suatu disiplin terapan, artinya ia berkembang

karena adanya kebutuhan di lapangan, yaitu kebutuhan untuk belajar – belajar lebih

efektif, lebih efisien, lebih banyak, lebih luas, lebih cepat dan sebagainya. Untuk itu ada

usaha dan produk yang sengaja dibuat dan ada yang ditemukan dan dimanfaatkan.

Namun perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat akhir-

akhir ini dan menawarkan sejumlah kemungkinan yang semula tidak terbayangkan,

telah membalik cara berpikir kita dengan “bagaimana mengambil manfaat teknologi

tersebut untuk mengatasi masalah belajar”.

Berdasarkan uraian terdahulu tentang obyek formal teknologi pendidikan dan

profesi teknolog pendidikan, dapat disimpulkan bahwa bidang garapan atau disebut

pula praktek teknologi pendidikan meliputi segala sesuatu dimana ada masalah belajar

yang perlu dipecahkan. Dalam Gambar 3 tentang Lapangan Pengabdian Teknolog

Pendidikan, masalah belajar itu ada pada diri pribadi, pada keluarga, pada lingkungan

masyarakat, pada lingkungan tempat ibadah, lingkungan lembaga pendidikan formal,

lingkungan tempat kerja, dan pada lembaga media (surat kabar, radio, televisi,

telematika dsb.).

Bertolak dari sejarah perkembangan garapan teknologi pendidikan, Saettler

(1968,h.10-14) berpendapat bahwa awal muasal penggarapan masalah belajar adalah

kaum Sufi pada sekitar abad 600 SM. Mereka merupakan penjaja ilmu pengetahuan

yang mengajarkan ilmunya kepada para peserta-didik dengan berbagai cara, seperti

misalnya dengan cara dialektik, dialogik, ceramah, dan penggunaan bahasa tubuh

(body language) seperti gerakan wajah, gerakan tangan dsb., dengan maksud agar

menarik perhatian dan agar ilmunya dapat ditransfer dengan baik. Ashby (1972,h 9-10)

berpendapat bahwa dalam dunia pendidikan telah berlangsung empat revolusi, yaitu

pertama diserahkannya pendidikan anak dari orantua atau keluarga kepada guru;

kedua guru yang dierahi tanggung jawab mendidik melakukannya secara verbal dan

unjuk kerja; ketiga dengan ditemukannya mesin cetak sehingga bahan pelajaran dapat

diperbanyak dan digunakan lebih luas; dan keempat dengan berkembangnya secara

pesat teknologi elektronik, terutama media komunikasi. Sekarang ini mungkin perlu

ditambah dengan revolusi kelima dengan berkembangnya teknologi informasi yang

serba digital.

Dalam lingkup pendidikan formal, sejarah teknologi pendidikan dapat diruntut

dari Kommensky (Johann Amos Comenius) dengan bukunya Orbis Sensualium Pictus

dan The Great Didactic (terjemahan dalam bahasa Inggris), dimana digunakan ilustrasi

atau gambar untuk menjelaskan konsep yang abstrak (Thompson,1963,h.42). Dalam

lingkungan pendidikan sekolah di Indoensia dulu juga dikenal istilah didaktik dan

metodik. Bahkan di IKIP Jakarta (sekarang UNJ) jurusan Teknologi Pendidikan dibuka

dan dikembangkan sebagai penggabungan Juruan Pendidikan Umum dan Jurusan

Didaktik Metodik pada tahun 1976.

Praktisi teknologi pendidikan seperti digambarkan pada Gambar 3, dapat

merupakan guru yang menerapkan strategi pembelajarn dengan pendekatan PAIKEM

Kontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 10

Page 11: Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam 2 (1)

(Pembelajaran Aktif, Intaraktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) sesuai dengan

tuntutan dalam pembaharuan pendidikan. Guru tersebut mungkin memperoleh

keterampilan pembelajaran setelah mengikuti program Akta Mengajar, atau mengikuti

penataran, atau magang, atau pelatihan khusus yang dilaksanakan oleh yang

berwewe-nang. Praktisi tersebut mungkin pula seorang yang mempunyai hobi

elektronik, kemudian belajar sendiri bagaimana membuat rekaman pembelajaran

berupa PBK (pembelajaran berbantuan komputer), atau rekaman video permainan

yang mendidik.

Masalah belajar itu dialami oleh siapa saja sepanjang hidupnya, dimana-mana :

di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di tempat ibadah, dan di masyarakat, serta

berlangsung dengan cara apa saja dan dari apa dan siapa saja. Berkembangnya

teknologi pendidikan itu tentu saja berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan. Mengingat bahwa obyek teknologi pendidikan adalah belajar (pada

manusia) maka ada usaha untuk menggantikan istilah “teknologi pendidikan” dengan

“teknologi pembelajaran”. Namun menurut pendapat saya karena pembelajaran tidak

dapat dilakukan pada anak usia dini (PAUD maupun TK), sedangkan belajar

sepanjang hayat meliputi mereka itu, maka saya cenderung tetap memakai istilah

”teknologi pendidikan”.

Kontribusi Teknologi Pendidikan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, kontribusi teknologi pendidikan dalam

pembangunan pendidikan dapat dibedakan dalam tiga kategori, yaiitu konsep, tenaga

profesi dan kegiatan. Dalam pembahasan tentang azas manfaat teknologi pendidikan

sebagai disiplin keilmuan telah dikemukakan bahwa teknologi pendidikan telah

menyumbangkan sedikitnya lima konsep dalam pembaharuan sistem pendidikan

nasional. Istilah dan konsep “pembelajaran” telah diciptakan dan digunakan dalam

kalangan teknologi pendidikan sejak tahun 1978. Istilah itu pada awalnya dihiraukan

bahkan dicibirkan oleh banyak kalangan pendidikan lain. Namun dalam UU Sisdiknas

2003, istilah dan konsep tersebut dikukuhkan sebagai keharusan dalam proses

pendidikan. Pengertian “pembelajaran” dalam UU Sisdiknas adalah “proses interaksi

peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam lingkungan belajar”.

Sedangkan dalam konsep teknologi pendidikan, saya mendefinisikannya sebagai

“proses sistematik dan sistemik yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

agar orang lain dapat secara aktif belajar sehingga mencapai kompetensi yang

diharapkan.”

Penggunaan istilah “pembelajaran” bukan sekedar penggantian istilah

“pengajaran”. Berdasarkan Penjelasan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa paradigma pengajaran yang lebih

menitikberatkan peran pendidik dalam mentransfomasikan pengetahuan bergeser

pada paradigma pembelajaran yang memberikan peran lebih banyak kepada peserta

didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitas dirinya. Sedangkan visi teknologi

Kontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 11

Page 12: Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam 2 (1)

pendidikan yang saya rumuskan pada tahun 1987 telah terfokus kepada kepentingan

peserta didik dengan rumusan “terciptanya kondisi yang memungkinkan setiap orang

berkembang potensinya secara optimal, dengan dikembangkan dan dimanfaatkannya

berbagai strategi dan sumber belajar”. Fokus kepada pemelajar tersebut telah

merupakan kepedulian dalam kalangan teknologi pendidikan, dan dituangkan sebagai

perubahan paradigma teknologi pendidikan yang ketiga pada tahun 1977

(AECT,1977).

Penetapan standar proses sebagai salah satu standar nasional pendidikan,

dapat dikatakan merupakan implementasi dari konsep teknologi pendidikan sebagai

proses untuk memperoleh nilai tambah. Langkah-langkah dalam standar proses yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengawasan juga identik dengan

proses pembelajaran dalam konsep teknologi pendidikan. Demikian pula istilah dan

konsep tentang sumber belajar, pendidikan terbuka dan multi makna, manajemen

berbasis sekolah (yang merupakan pendekatan bottom-up), dan pendidikan jarak jauh,

saya yakin merupakan kontribusi dari konsep teknologi pendidikan.

Kontribusi berupa tenaga profesi, baik akademisi maupun praktisi, dalam

pembangunanpendidikan tidak diragukan lagi. Para profesi tersebut pada saat ini

telah menyebar di dalam maupun ke luar lingkungan pendidikan, yaitu pada

lembaga pelatihan, lembaga pemerintahan, dan lembaga masyarakat, lembaga

media massa (radio, televisi dan surat kabar), serta lembaga atau organisasi

bisnis dan industri yang berniat menjadi organisasi belajar. Mereka berkarya

dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan belajar dan biasanya bekerja

dalam satuan regu dengan aneka tugas, seperti perancang pembelajaran, artis

grafis, ahli media, ahli evaluasi, pemrogram komputer, dan lain sebagainya.

Para gurupun sebagian telah menjadi praktisi teknologi pendidikan, yaitu

dengan menerapkan kawasan pemanfaatan dalam konsep teknologi

pendidikan. Lembaga penyelenggara pendidikan profesi teknologi pendidikan sekarang ini

ada di mana-mana, dan telah berkembang sebagai suatu jaringan. Penyelenggaraan

program akademik sekarang ini telah tersebar sedikitnya di 37 perguruan tinggi negeri

maupun swasta, delapan di antaranya menyelenggarakan pendidikan hingga jenjang

Magister, dan tiga pada jenjang Doktor.

Kontribusi yang berupa kegiatan, terwujud dengan tumbuh dan berkembangnya

berbagai pola pendidikan dan pembelajaran. Program aplikasi teknologi pendidikan

secara nasional yang pada awal perkembangan semula dikoordinasikan oleh

Pustekkom, sekarang ini telah menyebar, dan bahkan dapat dikatakan telah mulai

melembaga. Hal ini terjadi karena telah banyaknya tenaga yang terdidik dalam bidang

teknologi pendidikan dan banyaknya kegiatan penerapan teknologi pendidikan yang

terintegrasi (imbedded) dalam kegiatan pendidikan atau pembelajaran. Program-

program tersebut mempunyai skala dan tujuan yang berbeda-beda, seperti sistem

belajar di rumah (home-schooling), SLTP/MTs Terbuka, SMU Terbuka, KEJAR Paket

Kontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 12

Page 13: Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam 2 (1)

A, B, dan C, televisi pendidikan (serial pertama tentang pendidikan karakter, ACI = Aku

Cinta Indonesia), TV Edukasi, penataran guru melalui siaran radio pendidikan,

penggunaan berbagai strategi dan sumber belajar di sekolah maupun lembaga

pelatihan, Universitas Terbuka, dll. Keseluruhan kegiatan ini sudah merupakan bagian

integral dalam sistem pendidikan.

Purnakata

Pendidikan merupakan kepedulian semua orang, sehingga ada kecenderungan

pendapat bahwa oleh karena itu semua orang dengan sendirinya mengetahui dan

memahami pendidikan. Contohnya adalah kenyataan bahwa orang-orang dengan latar

pendidikan apa saja dapat memegang jabatan fungsional dalam bidang pendidikan.

Ilmu pendidikan telah berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan dan

disiplin keilmuannya sendiri. Salah satu wujut perkembangan itu adalah adanya disiplin

keilmuan khusus teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan telah berkembang

sebagai bagian integral dalam pendidikan, baik sebagai ilmu, bidang garapan dan

profesi.

Teknologi pendidikan sebagai disiplin keilmuan, profesi dan bidang garapan

telah memberikan kontribusinya dalam pembangunan pendidikan. Namun kontribusi

tersebut hanya akan berkembang dengan adanya komitmen sungguh-sungguh dari

para teknolog pendidikan. Pengakuan profesi dalam jabatan fungsional di lingkungan

pendidikan atau perekayasaan, bukan merupakan hal yang utama, karena lembaga

pendidikan profesi teknologi pendidikan tidak diarahkan untuk mempersiapkan calon

pegawai negeri, melainkan mereka yang peduli untuk mengatasi masalah belajar

dalam berbagai latar dengan berbagai produk.

Hal-hal yang lebih penting dilakukan adalah menyebarkan konsep dan aplikasi

teknologi pendidikan melalui berbagai kegiatan seperti penerbitan, penelitian,

pengembangan berbagai produk untuk belajar, seminar, lokakarya, pelatihan dll. Besar

harapan saya dalam pertemuan ini dapat dirumuskan tindakan bersama untuk

menjustifikasi keberadaan teknologi pendidikan serta untuk meningkatkan kinerja

lembaga maupun perorangan.

Kontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 13

Page 14: Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam 2 (1)

Referensi

AECT. The Definition of Educational Technology. Washington,DC: 1977

Ashby, Sir Eric. The Fourth Revolution. Instructional Technology in Higher Education.

New York: McGraww-Hill Book Co. 1972

Banathy, Bela H. System Design in Education : a journey to create the future.

Englewood Cliffs, NJ : Educational Technology Publications. 1991

Daoed Joesoef Pidato Pengarahan Menteri Pendidikan dan Kebuadayaan pada Rapat

Koordinasi Teknologi Komunikasi untuk Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

1981

----------.Pidato Pengarahan Menteri Pendidikan dan Kebuadayaan pada Lokakarya

Nasional Teknologi Pendidikan dan Kebudayaan. Yogyakarta. 1982

Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Pustekkom

bekerjasama dengan Kencana. 2004

Saettler,Paul. A History of Instructional Technlogy. New York: McGraww-Hill Book Co.

1968

Seels, Babara B. and Rita C. Richey. (1994). Instructional Technology: The Definition

and Domains of the Field. Washington,DC : AECT

Thompson, Merritt M. The History of Education. New York. Barne & Noble, Inc. 1963

Kontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 14

Page 15: Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam 2 (1)

Lampiran : Penjabaran Kompetensi Teknolog Pendidikan

(Berdasar Kepmen No. 045/U/2002)

Kompetensi dalam kelompok MPK meliputi :

1. Beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan YME

2. Berakhak dan berbudi mulia

3. berpegang teguh pada nilai-nilai moral, social dan estetika

4. Memeliharan dan mempertahankan martabat dan norma etik profesinya

5. Menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi lingkungan dalam melaksanakan

tugas profesionalnya

6. Menegakkan prinsip dan konsisten dalam penerapan pprofesinya

7. Mengahrgai erbedaan pendapat di antara rekan seprofesi

8. Membuka diri terhadap saran, kritik, dan perubahan

9. Sigap dalam menghadapi perubahan lingkungan

10. Memihak kepada kepentingan pemelajar

11. Menunjukkan kematangan emosional

12. Mmemiliki kepercayaan dan keyakinan diri untuk mengamalkan profesinya

13. Berkomunikasi dengan santun, sistematik dan logis

Kompetensi dalam kelompok MKK meliputi :

1. Memiliki wawasan kependidikan dalam melaksanakan tugasnya

2. Menguasai landasan falsafah dan keilmuan teknologi pendidikan

3. Mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi

4. Merancang, mengembangkan, menerapkan mengelola, menilai dan meneliti

proses, sumber dan sistem belajar

5. Menyesuaikan peran professional dengan latar pengabdiannya

6. Memahami berbagai kondisi yang mendukung dan menghambat terjadinya

belajar dalam segala kondisi dan situasi

7. Menguasai berbagai dimensi pengetahuan yang mendukung dan/atau berkaitan

dengan aspek aksiologis teknologi pendidikan

8. menguasai stratgei pengorganisasian dan penyajian bahan belajar sesuai

dengan kondisi belajar

9. Menggunakan berbagai referensi penelitian sebagai landasan ketepatan tindakan

10. Merancang dan melaksanakan berbagai bentuk pengkajian ilmiah

11. Merumuskan kawasan penelitian teknologi pendidikan

12. Mengolah hasil penelitian dalam aplikasi praktis untuk pemecahan masalah

belajar dan pembelajaran pada semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan.

Kompetensi dalam kelompok MKB melputi :

1. Memberikan layanan kepada pemelajar dan pembelajar untuk meningkatkan

produktivitas dan keserasian belajar

Kontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 15

Page 16: Kontribusi Teknologi Pendidikan Dalam 2 (1)

2. Menggabungkan berbagai pendekatan konseptual maupun empiirik guna

memperoleh nilai tambah

3. Menelusuri kebutuhan belajar baik pada perorangan maupun organisasi

4. Menyelenggarakan program pembelajaran dengan berbagai pola yang memung-

kinkan berkurangnya kesenjangan antara yang mampu dan kurang mampu

5. Mengelola kegiatan belajar dan pembelajaran guna meningkatkan efektivitas dan

efisiensi belajar

6. Menyelenggarakan program pengembangan sumberrdaya manusia dalam

berbagai latar

7. Memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi sebagai sumber untuk

pengembangan kemampuan professional

8. Terampil dalam mengembangkan dan menggunakan teknologi untuk keperluan

belajar dan pembelajaran

9. Meningkatkan dayaguna sarana dan sumber belaja yang telah ada

10. Menghasilkan produk dan/atau model yang dapat digunakan untuk optimalisasi

belajar

11. Menyebarluaskan temuan dengan mendayagunakan teknologi yang tersedia

12. Terampil membelajarkan orang lain sebagai bagian dari layanan profesi

13. Mengelola dan memanfaatkan sistem informasi profesi.

Kompetensi dalam kelompok MPB melputi :

1. Memberdayakn pemelajar sesuai dengan potensi mereka masing-masing

2. Memilki kepekaan terhadap berbagai kebutuhan belajar sesuai dengan

karakteristik pemelajar

3. Memfokuskan perhatian dan tindakan untuk kepentingan pemelajar

Kompetensi dalam kelompok MBB meliputi :

1. Membangun jaringan komunikasi dan kerjasama dengan masyarakat penghasil

dan pengguna jasa teknologi

2. Menghindarkan gejolak negatif pada masyarakat sebagai akibat perkembangan

teknologi

3. Merumuskan kebijakan dan aturan pelaksanaannya untuk melindungi masyarakat

dari pengaruh negatif media komunikasi massa dan elektronik

4. Memahamni gejala meningkatnya kebutuhan belajar masyarakat dengan

mengidentifikasi dan mengembangkan alternatif penyelesaiannya.

Matakuliah yang dijabarkan dari kompetensi tersebut di atas dilakukan sesuai

dengan kemampuan tenaga dan ketersediaan sarana & prasarana. Untuk itu perlu

dilakukan ananilis SWOT, dan ditindak lanjuti dengan penataran tenaga dosen atau

outsourcing, serta pengadaan sarana dan prasarana.

Kontribusi TP Dalam Pembangunan Pendidikan 16