kontribusi supervisi pengawas pai dalam …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/242/1...pembinaan...
TRANSCRIPT
-
i
KONTRIBUSI SUPERVISI PENGAWAS PAI
DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU PAI SMK KOTA SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh
M.SYAFII
NIM. M1.12.010
Tesis diajukan sebagia pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
MOTTO
٦إِنَّ َمَع ٱۡلعُۡسِر يُۡسرا ٥ فَإِنَّ َمَع ٱۡلعُۡسِر يُۡسًرا
Artinya: 5. Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. ( Q.S.Al-Insyiroh:5-6)1
1 .Departemen Agama, Alqur’an dan Terjemahannya, Jakarta : 2004, 902
-
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya terbaikku ini kepada :
1. Kedua orang tua saya (almarhum) dan mertua saya (almarhum) yang
mendidik serta membimbing saya dengan sabar dan ikhlas.
2. Istriku tercinta, Irni Susilo, yang selalu setia menjalani kehidupan bersamaku
dalam suka maupun duka.
3. Anak – anak yang kusayangi setiap saat : Marcelli Lianawati, Levi
Kurniawan, Meylina Nugraheni, Hermawan Galih Wicaksono, Andy
Kurniawan, anak – anak yang selalu memberi semangat pada saya, Semoga
kita selalu bersatu, baik dalam suka maupun duka wahai permata hatiku.
4. Sahabat-sahabat, teman kuliah angkatan 2012 dan teman mengajar di SMKN
1 Salatiga.
5. Guru – guru Pendidikan Agama Islam SMK Kota Salatiga.
-
vii
ABSTRAK
KONTRIBUSI SUPERVISI PENGAWAS PAI DALAM MENINGKATKAN
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI SMK KOTA SALATIGA TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
Supervisi yang dilakukan pengawas PAI memiliki peran yang sangat penting
dalam penyelenggaraan pendidikan. Melalui supervisi pembelajaran, Pengawas PAI
diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru PAI yang lebih baik dari sebelumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Sejauh mana konstribusi supervisi
yang dilakukan pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI
SMK Kota Salatiga, (2) Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan supervisi yang
dilakukan Pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi professional guru PAI SMK
Kota salatiga.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di SMK
Kota Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah Pengawas PAI dan objek penelitian ini
adalah kegiatan supervisi pembelajaran yang dilakukan Pengawas PAI SMK. Sedangkan
informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru PAI SMK dan Kasi Pakis
Kankemenag Kota Salatiga.Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara,
observasi dan dokumentasi. Pengujian keabsahan data menggunakan cara triangulasi
metode dan sumber. Teknik analisa data menggunakan model interaktif, reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Kontribusi supervisi pengawas PAI
dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI SMK Kota kurang maksimal.
Terbukti tingkat kehadiran pengawas PAI dalam melakukan supervisi kepada guru PAI
SMK Kota Salatiga rata-rata hanya sekali dalam satu semester. Ironisnya, materi
pembinaan pengawas PAI hanya dititik beratkan pada pemeriksaan administrasi
pembelajaran. Pengawas PAI jarang melakukan kunjungan kelas dan kunjungan supervisi
kepada guru PAI SMK Kota Salatiga lebih banyak dilakukan di ruang kepala sekolah.
Kadang-kadang pengawas PAI datang ke sekolah hanya pada saat ulangan semester.
Sehingga dampaknya kurang dapat dirasakan terhadap peningkatan kompetensi
profesional guru PAI. Padahal sebenarnya guru PAI sangat mengharapkan kunjungan
kelas dan demontrasi mengajar dari pengawas PAI agar dapat dikembangkan pada
pembelajaran di kelas. (2) Faktor pendukung supervisi yang dilakukan pengawas PAI
adalah pengalaman kerja sebagai pengawas PAI dan menjadi guru PAI cukup memadai serta
mendapat dukungan berbagai pihak dalam melakukan pembinaan kepada guru PAI.
Sedangkan faktor penghambat supervisi yang dilakukan pengawas PAI adalah beban kerja
pengawas PAI dalam membina guru PAI cukup besar. Satu pengawas PAI harus membina
kurang lebih 50 guru PAI mulai dari SMP/MTs sampai SMA/MA dan SMK. Selain itu, masih
ditemukan guru PAI yang belum membuat perangkat pembelajaran sehingga kurang siap
untuk menerima supervisi dari pengawas PAI. Tak jarang pengawas PAI melakukan
kunjungan supervisi secara insendental yang menyebabkan guru PAI kurang respon terhadap
supervisi yang dilakukan. Oleh karena itu, kegiatan supervisi pengawas PAI harus lebih
dioptimalkan.
Kata Kunci : Supervisi , Pengawas PAI, Kompetensi Profesional Guru
-
viii
THE CONTRIBUTION OF THE SUPERVISION OF ISLAMIC RELIGIOUS EDUCATION
SUPERVISOR IN ENHANCING THE PROFESSIONAL COMPETENCE OF THE ISLAMIC
RELIGIOUS EDUCATION TEACHERS
OF VOCATIONAL SCHOOLS IN SALATIGA CITY
IN THE ACADEMIC YEAR 2014/2015
ABSTRACT
Supervision is done by the supervisor of Islamic religious education has a very important
role in administering education. One of the efforts to improve the professional competence of
teachers of Islamic Religious Education is through teaching that is done by the supervisor. Via a
teaching supervision, the supervisor of Islamic Religious Education is expected to increase the
professional competence of the teachers become better than before.
The purpose of the research is to find out (1) The extent of the contribution of the
implementation of the supervision carried out by the supervisor of Islamic religious education in
boosting the professional competence of teachers of Islamic religious education in Salatiga. (2)
The supporting and inhibiting factors in the implementation of supervision to enhance the
professional competence of the teachers of Islamic Religious Education in Salatiga.
This study used a qualitative approach. The research was done in the vocational schools in
Salatiga. The subject of this study is the Islamic Religious Education Supervisor of Vocational
Schools and the object of the research is the teaching activity which is done by the supervisor of
Vocational Schools in Salatiga City. While the informants in this research are the Heads of the
vocational schools, Heads Of Religious Education and Islamic Religious Section of the Ministry
Of Religions in Salatiga, and the Islamic Religious Education of Vocational School Teachers in
Salatiga City. The data collection technique of this study is using interviews, observations and
documentations. Testing the validity of the data obtained is using the triangulation methods and
sources. While the data analysis technique is using an interactive models, data reductions, data
presentations and withdrawal conclusions.
The research concludes that: (1) the supervisory contributions made by the Islamic
Religious E supervisor in improving the professional competence of teachers of Islamic Religious
Education of vocational schools in Salatiga city is less than the maximum because the level of
supervisory presence in giving a supervision on average is only once a semester. Ironically, the
guidance material of supervision is more be emphasized in checking the teaching administration.
The supervisor rarely conducted classroom visits ; supervision of Islamic Religious Education
Teachers is more done in the principal's office. (2) The factors that supporting the supervision
were the experience as a supervisor and became a teacher of Islamic Religious Education in a
sufficient time, and also got a support from various parties in conducting guidance to Islamic
Religious Education Teachers. While inhibiting factors of carrying out a supervision was a large
workload. A supervisor ought to supervise more than 50 Islamic Religious Education Teachers of
SMP/MTs , SMA/MA and SMK. In addition, sometimes a supervisor found teachers who had
not made a lesson plan, so they were less ready to accept the supervision given. Often, a
supervisor did a supervision suddenly which caused the teacher did not respond the supervision
well. Therefore, the supervisory activities of the Islamic Religious Education Supervision should
in optimized.
Key words: Supervision, Supervisor Islamic Education, Teacher Professional Competence.
vii
-
ix
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan mengucap syukur “Alhamdulillahi Rabbil „Alamin” , segala puji bagi
Allah yang menciptakan manusia dan alam semesta, juga memberikan petunjuk
dan menghiasi diri kita dengan taqwa kepada-Nya serta meninggikan derajat bagi
orang – orang yang beriman dan berilmu.
Dalam usaha untuk menyelesaikan penulisan tesis ini tidak mungkin dapat saya
lakukan sendiri tanpa adanya partisipasi aktif dari para pihak yang dengan ikhlas
telah meluangkan waktunya untuk membantu kelancaran dan kesempurnaan
penelitian tesis ini.
Untuk itu perkenankanlah saya mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Dr.Rahmad Haryadi, M.Pd.selaku Rektor IAIN Salatiga,yang telah
member kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi Program S-2
di IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Direktur Pascasarjana IAIN
Salatiga yang telah memberikan restu dan selalu mendo‟akan pada
penulisan tesis ini.
3. Bapak Dr.H.M.Zulfa, M.Ag, dan Dr.Winarno,M.Pd selaku dosen
Pembimbing yang dengan penuh kesabaran serta meluangkan waktu
ditengah kesibukannya senantiasa membimbing dan memotivasi penulis.
4. Bapak Bambang Dwi Hersedianto, S.Pd, M.Pd, Kepala SMKN 1,
Drs.Kamaruddin, M.Pd, Kepala SMKN 2, Drs.Hadi Sutjipto, M.T, Kepala
SMKN 3, Drs. M.Busri, M.Pd,Kepala SMK Muhammadiyah, Drs. Joko
Aniswontoro, M.Pd.I, Kepala SMK Diponegoro, Sardi, S.Pd, Kepala SMK
PGRI 1 Salatiga beserta segenap guru dan karyawan yang telah memberi
izin dan akses yang sebesar-besarnya untuk melakukan penelitian.
5. Teman –teman guru Pendidikan Agama Islam di SMK baik Negeri maupun
swasta yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penelitian.
6. Teman-teman angkatan 2012 Program Studi Pendidikan Agama Islam
Pasca sarjana IAIN Salatiga, yang selalu member dukungan.
-
x
7. Istri dan anak - anaku yang selalu memberikan dorongan dan memberikan
inspirasi hingga selesainya penulisan tesisi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dan telah
membantu menyelesaikan tesis ini.
Sungguh saya tidak dapat memberikan balasan apapun, kecuali
hanya berdoa semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang berlipat
atas amal kebaikan yang telah diberikan.
Akhirnya penulis menyadari bahwa apa yang telah saya sajikan
dalam penulisan tsisi ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak hal-
hal yang perlu diperbaiki dan diperdalam lebih lanjut, dengan segala bentuk
kritik yang membangun dan saran sangat saya harapkan, demi lebih
sempurnanya tesis ini, semoga dapat memberikan manfaat bagi dunia
pendidikan, khususnya bagi guru – guru Pendidikan Agama Islam dan
Pengawas Pendidikan Agama Islam.
Salatiga, Mei 2015
Penulis,
M.Syafi‟i,S.Ag,SH,.M.Kn
NIM: M.1.12.010
-
xi
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................. iii
MOTTO................................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................. v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
PRAKATA ............................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8
D. Signifikasi Penelitian ................................................................... 9
E. Penelitian Yang Relevan ............................................................... 9
F. Metodologi Penelitian ................................................................... 12
G. Sistematika Penulisan Tesis ......................................................... 25
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Kontribusi Supervisi ...................................................... 28
1. Pengertian Kontribusii ............................................................. 28
2. Pengertian Supervisi ................................................................. 29
3.Tujuan Supervisi ........................................................................ 30
4.Langkah-Langkah Pelaksanaan Supervisi.................................. 32
5.Teknik dan Pendekatan Supervisi .............................................. 34
-
xii
B. Pengawas Pendidikan Agama Islam ............................................. 38
1.Pengertian pengawas PAI ........................................................ 38
2.Tujuan Kepengawasan PAI ........................................................ 42
3.Fungsi Kepengawasan PAI ........................................................ 44
4.Wewenang dan Tanggung Jawab Serta Tugas Pengawas
PAI ............................................................................................ 45
C. Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam ............. 51
1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru ................................ 51
2. Standar Kompetensi Guru ......................................................... 54
3. Ciri-Ciri Guru Profesional......................................................... 59
4. Karakteristik Kompetensi Profesional Guru PAI .................... 65
BAB III PAPARAN DATA PENELITIAN
A. Profil Sekolah ................................................................................ 70
1. Profil SMK Negeri 1 Salatiga ................................................. 70
2. Profil SMK Negeri 2 Salatiga ................................................. 78
3. Profil SMK Negeri 3 Salatiga ................................................. 83
4. Profil SMK Muhammadiyah Salatiga ..................................... 92
5. Profil SMK Diponegoro Salatiga ............................................ 98
6. Profil SMK PGRI 1 Salatiga ................................................... 103
B. Profil Pengawas PAI SMK Kota Salatiga ..................................... 109
a. Drs. Wahid Hasim, M.Pd.I ...................................................... 110
b. Drs. Takwim ............................................................................ 114
C. Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran Pengawas PAI Dalam
Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru PAI SMK
Kota Salatiga ................................................................................. 116
1. Langkah-langkah pelaksanaan supervisi pembelajaran
pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi
profesional guru PAI SMK Kota Salatiga ............................... 117
-
xiii
2. Teknik dan Pendekatan supervisi pengawas PAI dalam
meningkatkan kompetensi profesional guru PAI SMK
Kota Salatiga ........................................................................... 131
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Supervisi Pengawas
PAI Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru
PAI SMK Kota Salatiga ................................................................ 136
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kontribusi Supervisi Pengawas Pendidikan Agama Islam
Dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru PAI
SMK Kota Salatiga Tahun 2014/2015 .......................................... 142
1. Supervisi Pengawas PAI Terhadap Kegiatan
pembelajaran Guru PAI Salatiga ............................................. 143
2. Teknik dan Pendekatan Pengawasan PAI .............................. 152
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Supervisi Pengawas
PAI Serta Solusinya ..................................................................... 167
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ....................................................................................... 180
B. Saran .............................................................................................. 181
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
185
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 188
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 286
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Keadaan Guru SMKN 1 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 ...... 74
Tabel 2 : Keadaan guru PAI SMKN 1 Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015 ....................................................................................... 75
Tabel 3 : Keadaan sarana dan prasarana SMKN 1 Salatiga Tahun
Pelajaran 2014/2015 ....................................................................... 76
Tabel 4 : Keadaan Guru SMKN 2 Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 ...... 80
Tabel 5 : Keadaan guru PAI SMKN 2 Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015 ....................................................................................... 81
Tabel 6 : Keadaan sarana dan prasarana SMKN 2 Salatiga Tahun
Pelajaran 2014/2015 ....................................................................... 82
Tabel 7 : Keadaan Guru dan Karyawan SMKN 3 Salatiga Tahun
Pelajaran 2014/2015 ....................................................................... 88
Tabel 8 : Keadaan guru PAI SMKN 3 Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015 ....................................................................................... 89
Tabel 9 : Keadaan sarana dan prasarana SMKN 3 Salatiga Tahun
Pelajaran 2014/2015 ....................................................................... 91
Tabel 10 : Keadaan Guru SMK Muhammadiyah Salatiga Tahun
Pelajaran 2014/2015 ............................................... 95
Tabel 11 : Keadaan Tenaga Kependidikan SMK Muhammadiyah
Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015 ........................................... 96
-
xv
Tabel 12 : Keadaan Guru PAI SMK Muhammadiyah Salatiga Tahun
Pelajaran 2014/2015 ....................................................................... 96
Tabel 13 : Keadaan Sarana dan Prasarna Pendidikan SMK
Muhammadiyah ............................................................................. 97
Tabel 14 : Keadaan Guru SMK Diponegoro Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015 ...................................................................................... 100
Tabel 15 : Keadaan guru PAI SMK Diponegoro Salatiga Tahun
Pelajaran 2014/2015 ....................................................................... 101
Tabel 16 : Keadaan sarana dan prasarana SMK Diponegoro Salatiga
Tahun Pelajaran 2014/2015........................................................... 102
Tabel 17 : Keadaan Guru SMK PGRI 1 Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015 ...................................................................................... 105
Tabel 18 : Keadaan Tenaga Kependidikan SMK PGRI 1 Salatiga
……….. .......................................................................................... 105
Tabel 19 : Keadaan guru PAI SMK PGRI 1 Salatiga Tahun Pelajaran
2014/2015 ....................................................................................... 106
Tabel 20 : Sarana dan prasarana SMK PGRI 1 Salatiga Tahun
Pelajaran 2014/2015 ...................................................................... 107
Tabel 21 : Daftar Sekolah/ Guru PAI Binaan Drs.Wahid Hasim, M.Pd.I
dan Jumlah Kunjungan Supervisi Tahun Pelajaran 2014/2015 ..... 111
Tabel 22 : Daftar Sekolah/ Guru PAI Binaan Drs. Taqwim dan Jumlah
Kunjungan Supervisi Tahun Pelajaran 2014/2015 ........................ 114
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman wawancara ................................................................... 188
Lampiran 2 : Panduan dokumentasi ................................................................ 193
Lampiran 2 : Panduan observasi ...................................................................... 193
Lampiran 3 : Catatan lapangan ........................................................................ 194
Lampiran 4 : Pengujian keabsahan data .......................................................... 263
Lampiran 5 : Analisis data ............................................................................... 272
Lampiran 6 : Foto kegiatan ............................................................................... 277
Lampiran 7 : Biografi Penulis ........................................................................... 286
Lampiran 8 : Surat keterangan penelitian ......................................................... 287
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumber daya
manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya
yang sungguh-sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan
manusia Indonesia seutuhnya. Sumber daya yang berkualitas akan
menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka
mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan yang
terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.
Pendidikan merupakan upaya yang paling mendasar dan strategis
sebagai wahana penyiapan sumber daya manusia (dalam arti luas).2 Pola
pendidikan yang diterapkan para guru seharusnya lebih banyak diarahkan
untuk meningkatkan sumber daya manusia. Guru tidak hanya berperan sebagai
fasilitator, pembimbing, komunikator, evaluator, namun juga sebagai model
dan inovator. Oleh karena itu, guru merupakan salah satu faktor penentu
tinggi rendahnya prestasi hasil pendidikan. Bahkan tidak berlebihan jika guru
disebut sebagai kunci keberhasilan dalam mencerdaskan bangsa.
Di sisi lain, rendahnya mutu pendidikan yang hampir melanda seluruh
jenis dan jenjang pendidikan selalu menjadi problem klasik pendidikan di
Indonesia. Masalah mutu pendidikan termasuk Pendidikan Agama Islam
2 A. Malik Fadjar, Visi Pembaruan Pendidikan Islam, Jakarta: Alfa Grafikatama, 1998, 38.
-
2
merupakan masalah urgen yang bisa dijadikan baromater kualitas suatu bangsa
dan tingkat kecerdasan masyarakat. Oleh karenanya, dalam pembukaan UUD
1945 ditekankan mengenai keinginan bangsa untuk mewujudkan masyarakat
yang cerdas tersebut.
Masyarakat yang cerdas hanya dapat dihasilkan melalui pendidikan
yang bermutu. Tilaar menggaris bawahi, bahwa pendidikan yang berkualitas
bukan hanya pendidikan yang mengembangkan intelegensi akademik, tetapi
perlu mengembangkan seluruh spektrum intelegensi manusia yang meliputi
berbagai aspek kebudayaan3. Kunci utama dalam meningkatkan mutu
pendidikan adalah mutu para guru. Demikian juga semua unsur yang terlibat
di dalam proses pendidikan persekolahan, termasuk pengawas sekolah
merupakan ujung tombak maju mundurnya pendidikan.
Menurut Nurdin dan Usman, berhasil atau tidaknya kurikulum
pendidikan yang telah ditetapkan/direncanakan, kuncinya adalah terletak pada
proses belajar mengajar sebagai ujung tombak dalam mencapai sasaran.4
Dalam hal ini, keberhasilan penyelenggaraan pendidikan pada setiap jenjang,
sangat banyak ditentukan oleh kompetensi profeional guru, yakni sejauh mana
kemampuan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui paroses
belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru
merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan
dikembangkan terus menerus agar dalam pembelajaran dapat efektif dan
3 H.A.R.Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, 14.
4 Nurdin dan Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Press,
2003, 57.
-
3
efesien. Guru dituntut harus memiliki kualitas kinerja yang memadai, mampu
untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki, baik kompetensi
pedagogik, personal, professional maupun sosial. Hal tersebut lantaran guru
merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran
institusional, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai
dari aspek guru itu sendiri dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut
kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam suatu manajemen
pendidikan yang profesional.
Oemar Hamalik menjelaskan bahwa guru adalah suatu jabatan
profesional yang memiliki peranan dan kompetensi profesional5. Sedangkan
dalam UU RI No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 ditetapkan bahwa yang dimaksud
dengan guru adalah “Pendidik profesional yang mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan usia dini pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah 6.
Dengan demikian guru memiliki peranan yang sangat penting dalam
menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu guru
harus mampu mamikirkan dan membuat perencanaan dengan seksama dalam
meningkatkan kesempatan belajar siswanya dan memperbaiki kualitas
mengajarnya. Guru harus mampu berperan sebagai pengelola proses belajar
mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang mampu menciptakan kondisi dan
5 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: SD.
Bumi Aksara, 2002, 8. 6 Zainal Aqib, Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional, Bandung: Yrama Widya,
2009 , 23.
-
4
lingkungan belajar mengajar yang kondusif dan efektif. Disamping itu,
seorang guru juga dituntut agar mampu mengorganisasikan kelas,
menggunakan metode belajar yang berfariasi, maupun sikap dan karakteristik
guru dalam mengelola proses belajar mengajar.
Dalam proses pendidikan, pendidik atau guru dituntut pula memiliki
kompetensi pada bidang masing-masing. Oleh karena itu, untuk menghasilkan
kualitas guru yang memiliki kompetensi baik, perlu dilakukan adanya
pembinaan dan pengawasan secara kontinu (terus-menerus) sesuai dengan
perkembangan, kegiatan pembinaan kependidikan. Kegiatan pengawasan atau
supervisi merupakan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah yang pada umumnya dalam
melaksanakan pekerjaan atau tugas mereka, agar berjalan dengan lebih baik
dan efektif dari sebelumnya7.
Untuk meningkatkan profesionalitas, seorang guru dapat dibimbing
oleh supervisor yang dalam istilah pendidikan disebut pengawas. Pengawas
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat, serta mempunyai
peran yang sangat penting terhadap perkembangan dan kemajuan sekolah.
Keberadaannya sangat diharapkan oleh guru dalam rangka membantu dan
membimbing guru ke arah tercapainya peningkatan kualitas pembelajaran
guru mata pelajaran, khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
lingkungan sekolah-sekolah yang bernaung pada Kementerian Agama.
Pengawasan dalam rangka mengetahui serta memperbaiki berbagai kelemahan
7 M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, 76.
-
5
yang selama ini dilakukan menuju pencapaian tujuan kegiatan yang telah
direncanakan dan ditetapkan.
Tugas pokok pengawas satuan pendidikan adalah membina dan
mengawasi penyelenggaraan pendidikan baik teknis edukatif maupun
adminitratif pada satuan pendidikan tertentu. Pengawas sekolah sudah diatur
keberadaannya dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. UU RI No
20 Tahun 2003 dan PP No 19 tahun 2005 merupakan payung hukum yang
melandasi tugas pejabat fungsional tersebut.
Pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah sebagai
bagian dari pengawas sekolah adalah tenaga kependidikan yang secara
institusional bertanggung jawab terhadap penjaminan mutu pendidikan
memiliki peranan sangat penting dalam mengawasi, membina, memantau,
dan mengembangkan kemampuan profesional para guru PAI di sekolah serta
melaksanakan penilaian terhadap semua hasil kegiatan profesi mereka, agar
sekolah yang dibinanya dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Sementara itu, permasalahan seputar kepengawasan PAI dalam
hubungannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan
isu aktual yang tak kunjung selesai dalam arus perbincangan seiring dengan
otonomi daerah. Pelimpahan wewenang dari pusat ke daerah tidak selamanya
berdampak positif dalam pelaksanaannya karena tidak semua daerah
mempunyai SDM yang memadahi. Perbincangan mengenai wacana
kepengawasan tersebut tidak bisa dilepaskan dari realitas empirik keberadaan
pengawas dewasa ini yang dinilai kurang mampu mengoptimalisasi segala
-
6
potensi positif yang dimilikinya dalam rangka meningkatkan profesionalitas
guru yang berdampak pada meningkatnya kualitas pendidikan di
sekolah/madrasah.
Menurut Kadir Djaelani sebagaimana yang dikutif Ahmad
Habibullah, dkk, pada pelaksanaannya terdapat beberapa persoalan ketika
melihat beberapa catatan tentang kondisi pengawas PAI saat ini yaitu sebagai
berikut :
(1) sebagian pengawas pendidikan agama kurang mendalami teknis
kependidikan, (2) kurangnya frekuensi aktifitas pembinaan terhadap
pengawas bila dibandingkan dengan aktifitas pembinaan terhadap
GPAI, (3) banyaknya sekolah yang kurang terawasi dengan baik
akibat fasilitas perjalanan belum memadai, dan (4) pengawas
dihadapkan pada persoalan membuat karya tulis untuk melengkapi
persyaratan kenaikan pangkatnya dan tugas-tugas administratif atau
yang bersifat konseptual dirasakan memberatkan dan mengakibatkan
kemampuan profesionalnya menjadi terabaikan. Keberadaan
pengawas dipersepsi telah membuat sekolah/madrasah tidak bisa
melakukan aktivitas secara leluasa. Salah satu penyebabnya adalah
pengawas tidak memiliki kompetensi yang harus dimilikinya, dengan
kata lain belum profesional.8
Berbagai upaya pemerintah dalam meningkatkan standar
profesionalisme dan kinerja pengawas PAI telah dilaksanakan, yakni (salah
satunya) melalui pembinaan secara berkala melalui forum evaluasi bulanan
Pokjawas Kemenag Kota Salatiga. Demikian juga dalam rangka
meningkatkan SDM, pengawas PAI selalu diikutsertakan dalam diklat
kepengawasan maupun pengembangan kurikulum PAI baik tingkat regional
maupun nasional.
8 Ahmad Habibullah, dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan
Agama Islam, Jakarta: PT Pena Citasatria, 2008, 3.
-
7
Langkah tersebut di atas diharapkan akan berimplikasi positif
terhadap kinerja dan konstribusi pengawas PAI dalam meningkatkan
profesionalitasnya yang berimbas pada peningkatan profesionalitas guru PAI.
Oleh karena itu, perlu kiranya terdapat perhatian khusus dan pengkajian
ulang secara komprehensif terhadap pengawas PAI tentang konstribusinya
seiring terbitnya PMA No. 2 tahun 2012 (tentang Pengawas Madrasah dan
Pengawas PAI pada Sekolah Umum) agar pola kerja yang terbangun semakin
dinamis, maju dan menjadi inspirasi bagi insan pendidikan khususnya bagi
peningkatan profesionalitas guru dan masyarakat pada umumnya.
Kolaborasi sinergis antara pengawas dan guru profesional diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara signifikan baik secara
kelembagaan maupun prestasi akademik. Sepanjang pengamatan peneliti,
kerjasama kedua komponen di atas cukup membawa dampak positif bagi
peningkatan mutu pendidikan, setidaknya hal ini telah penelti temukan di
SMK di kota Salatiga, dimana guru-guru Pendidikan Agama Islam yang
mempunyai hubungan sinergis dengan pengawas dalam mengawal proses
belajar mengajar cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa, dalam arti
semakin baik kontribusi pengawas dan profesionalisme guru, akan berdampak
pada mutu Pendidikan Agama Islam di sekolah.
Berdasarkan kerangka pikir di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian lapangan tentang sejauh mana peran pengawas Pendidikan Agama
Islam di sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru
Pendidikan Agama Islam di SMK kota Salatiga dengan mengambil judul
-
8
penelitian: “Konstribusi Supervisi Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam
Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Pendidikan Agama Islam Di
SMK Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Sejauhmana konstribusi supervisi pengawas Pendidikan Agama Islam
dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama
Islam di SMK kota Salatiga?
2. Faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dan penghambat supervisi
pengawas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kompetensi
profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK kota Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk;
1. Mengetahui konstribusi supervisi pengawas Pendidikan Agama Islam
dalam meningkatkan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama
Islam di SMK kota Salatiga.
2. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat
supervisi pengawas Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK kota
Salatiga.
-
9
D. Signifikansi Penelitian
1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi Program Magister Pendidikan Islam (MPI) berkaitan dengan
pengembangan konsep-konsep tentang implementasi manajemen mengajar
dan kompetensi profesional guru pendidikan Agama Islam, dalam rangka
peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam serta bisa menjadi masukan bagi
guru pendidikan agama Islam di SMK kota Salatiga.
2. Manfaat Praktis
Secara praktik, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
salah satu bahan acuan dalam pengingkatan SDM guru Pendidikan Agama
Islam serta peran pengawas dan para siswa untuk menuju standar kompetensi
yang diharapkan, khususnya di lingkungan SMK kota Salatiga. Disamping itu
juga diharapkan berguna bagi para guru agama dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran melalui perbaikan manejemen mengajar dan peningkatan
profesionalitas.
E. Penelitian Yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai
pembanding dalam penulisan tesis ini, yaitu:
1. Tesis Kholil Tahun 2010 dengan judul Kontribusi Pengawas PAI dalam
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Madrasah
Ibtidaiyah Swasta (MIS) di Kabupaten Demak. Penelitian tersebut
-
10
mengungkap tentang peran Pengawas PAI (PPAI) dalam menerapkan
supervisi administrasi MIS di Kabupaten Demak.
Hasilnya adalah bahwa terdapat beberapa kecamatan (Wedung)
sudah melaksanakan supervisi maupun pembinaan secara intensif terutama
supervisi manajerial, namun ada juga MI di kecamatan tertentu yang belum
menerapkan supervisi tersebut baik supervisi manajerial maupun supervisi
akademik dalam rangka meningkatkan kinerja tenaga pendidik dan
kependidikan. Meskipun penelitian tersebut mengungkap tentang kinerja
pengawas PAI di Kabupaten Demak, akan tetapi fokus penelitiannya pada
pelaksanaan program pengembangan KTSP Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan
bukan sekolah umum9.
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan penulis lebih ditekankan
kepada konstribusi pengawas dalam upaya meningkatkan kompetensi
profesional guru. Pada pelaksanaannya, secara informal pengawas PAI di
Kota Salatiga terbagi menjadi dua, yaitupengawas kecil (pengawas MI/SD)
dan pengawas besar (SMP/sederajat, SMA/sederajat dan SMK).
2. Tesis Nafiul Lubab Tahun 2013 dengan judul Kinerja Pengawas PAI SMA
di Kota Semarang Tahun 2012. Jenis penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif. Hasil penelitian tersebut lebih ditekankan pada kinerja
pengawas PAI SMA di kota Semarang pada tahun 2012 adalah sebagian
pengawas ada yang telah memenuhi kriteria tugasnya dengan baik, namun
9 Kholil, Kontribusi Pengawas PAI dalam Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) di Kabupaten Demak
Eprints.walisongo.ac.id/97/1/_Tesis_ Sinopsis.pdf, 2010.
-
11
ada juga yang belum baik karena beberapa faktor10
. Perbedaan tesis
tersebut dengan kajian penulis adalah terletak pada jenis penelitian dan
pendekatan yang dipakai. Demikian juga dari sisi wilayah penelitian dan
subyek penelitian juga berbeda dengan kajian penulis. Apalagi kajian
penulis lebih terfokus kepada konstribusi pengawas PAI SMK terhadap
peningkatan profesionalitas guru PAI di SMK Kota Salatiga.
3. Tesis Aceng Toha Tahun 2013 dengan judul Fungsional Jabatan
Pengawas Pendidikan Agama Islam : Studi Tentang Implikasi KMA No.
381/1999 Terhadap Kinerja Pengawas PAI di Kandepag Garut. Adapun
jenis penelitian tersebut adalah deskriptif korelasional yang mengungkap
sejauh mana kinerja pengawas PAI di Kabupaten Garut dalam
menjalankan tugasnya berkaitan dengan diberlakukannya KMA 381/1999.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum kinerja pengawas PAI
belum optimal karena kurangnya dukungan dari aspek manajerial dan
lingkungan dengan rincian 42,9% kedua aspek tersebut memberikan
kontribusi terhadap kinerja pengawas PAI Madya dan hanya 4,1%
memberikan kontribusi terhadap kinerja pengawas PAI Muda dalam
melaksanakan tugasnya11
. Sedangkan dalam penelitian yang penulis
lakukan lebih ditekankan pada peran atau kontribusi pengawas sebagai
supervisor dalam meningkatkan profesionalitas guru PAI SMK.
10
Nafiul Lubab, Kinerja Pengawas PAI SMA di Kota Semarang dari eprints.walisongo.ac.id, Tesis dari IAIN Walisongo Semarang, 2012. 11
Aceng Toha, Fungsional Jabatan Pengawas Pendidikan Agama Islam : Studi Tentang
Implikasi KMA No. 381/1999 Terhadap Kinerja Pengawas PAI di Kandepag Garut
repository.upi.edu/1231, 2013.
-
12
F. Metodologi Peneleitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian sangat penting untuk membantu mempermudah
peneliti dalam mengumpulkan data. Metode penelitian yang dipergunakan
disesuaikan dengan jenis penelitian yang akan dilakukan. Secara garis besar,
pendekatan penelitian terbagi dua, yaitu penelitian kuatitatif dan kualitatif.
Pendekatan penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah kualitatif
diskriptif dengan cara mendeskripsikan fenomena yang ada. Dalam penelitian
kualitatif, temuan–temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau
bentuk hitungan lainnya, sebagian datanya dapat dihitung sebagaimana data
sensus, namun analisisnya bersifat kualitatif karena penelitian ini berupa
perilaku seseorang, peranan organisasi dan hubungan timbal balik.
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini termasuk pada jenis
fenomenologis yaitu dieksplorasi dan diperdalam dari suatu fenomena sosial
atau suatu lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat dan
waktu.
Lebih konkritnya, penggunaan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan fenomenologis dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :
a. Mendeskripsikan fenomena yang ada, menganalisis dari kondisi
objektif tentang pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan
pengawas sekolah dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan
kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam di SMK kota
Salatiga.
-
13
b. Menemukan dan mengembangkan suatu teori tertentu yaitu untuk
mengungkapkan upaya-upaya yang dilakukan pengawas PAI dalam
melakukan supervisi untuk meningkatkan kompetensi profesional guru
Pendidikan Agama Islam di SMK Kota sesuai dengan yang
diharapkan.
c. Menggali pelaksanaan supervisi yang dilakukan pengawas PAI,
berupa sifat hubungan supervisor dengan guru PAI dalam konteks
kegiatan perbaikan pembelajaran, teknik dan pendekatan yang
digunakan supervisor, kendala-kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan supervisi pengawas PAI.
2. Latar Seting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Kota Salatiga yang terdiri tiga
SMK Negeri dan tiga SMK swasta. Yakni SMK Negeri 1, SMK Negeri 2,
SMK Negeri 3, SMK Muhammmadiyah, SMK Diponegoro dan SMK
PGRI 1 Salatiga. Pemilihan lokasi tersebut dengan pertimbangan bahwa
keberadaan Pendidikan Agama Islam di SMK Kota Salatiga sangat
strategis dan merupakan ujung tombak kualitas pendidikan agama dan
moral peserta didik pada lembaga tersebut yang notabene merupakan
pendidikan vocational. Sementara pengawas PAI yang bertugas
melakukan supervisi di sekolah-sekolah tersebut sepanjang pengetahuan
peneliti masih perlu ditingkatkan peran dan fungsinya dalam upaya
peningkatan kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam.
-
14
Adapun pemilihan masalah ini, dengan pertimbangan untuk
mengetahui sejauh mana konstribusi Pengawas Pendidikan Agama di
SMK dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI. Terutama
guru PAI SMK yang jumlahnya cukup besar dan sangat membutuhkan
bimbingan supervisi dari pengawas. Peneliti juga ingin mempelajari
langkah-langkah pengawas dalam melakukan supervisi di sekolah beserta
faktor pendukung dan kendala-kendala yang dihadapi untuk dicarikan
solusinya.
3. Subjek dan Informan Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang pengawas
Pendidikan Agama Islam yang bertugas melakukan supervisi terhadap
guru Pendidikan Agama Islam di SMK Kota Salatiga. Sedangkan
informan untuk memperoleh data penelitian ini adalah pengawas
Pendidikan Agama Islam yang memberikan layanan supevisi di SMK
Kota Salatiga, enam kepala SMK di Kota Salatiga, guru mata pelajaran
PAI yang bertugas di SMK kota Salatiga berjumlah enam orang yang
mendapat layanan supervisi. Selain itu, yang juga dijadikan informan
dalam penelitian ini adalah Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam dan
Keagamaan Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga .
Dengan demikian dalam penelitian ini supervisor, kepala sekolah ,
guru-guru mata pelajaran PAI, Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam
dan Keagamaan Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga yang dijadikan
-
15
informan penelitian adalah mereka yang dianggap dapat memberikan
informasi sesuai dengan yang diperlukan. Subjek atau informan pada
penelitian ini dipilih berdasarkan creterian based selection yaitu
pengambilan subjek penelitian yang didasarkan pada tujuan tertentu.
4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data tentang
layanan supervisi yang dilakukan pengawas PAI yang bertugas di SMK
Kota Salatiga kepada guru-guru PAI untuk mendapatkan bimbingan
dalam memperbaiki proses belajar mengajar yang memungkinkan guru-
guru dapat merencanakan dan melaksanakan tugasnya secara kompeten
atau memiliki kompetensi profesional. Secara rinci data yang dibutuhkan
terdiri atas data :
a. tanggapan guru dan supervisor tentang layanan supervisi,
b. perencanaan dan pelaksanaan supervisi,
c. langkah-langkah supervisi yang diterapkan,
d. faktor pendukung kegiatan supervisi,
e. faktor penghambat kegiatan supervisi dan solusinya.
Sedangkan untuk menjaring data dalam penelitian ini digunakan
instrumen pengumpulan data sebagai berikut :
a). Wawancara
Wawancara dalam mengungkapkan informasi dengan
mengajukan pertanyaan secara lisan, untuk dijawab dengan lisan pula.
-
16
Ciri utama dari wawancara adalah adanya kontak langsung dengan
tatap muka antara pencari informasi dengan sumber informasi.
Peneliti menggunakan wawancara untuk menghimpun data
yang tidak dapat diperoleh melalui metode yang lain. Teknik ini juga
dipakai sebagai alat untuk menguji kebenaran data yang didapat
dengan metode lain. Wawancara digunakan untuk memperoleh data
secara umum dan luas tentang hal-hal yang menonjol, penting dan
menarik untuk diteliti lebih mendalam. Yakni yang berkaitan dengan
kegiatan supervisi pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi
profesional di SMK Kota Salatiga. Wawancara diajukan kepada
informan yaitu pengawas PAI yang bertugas melakukan supervisi
akademik di SMK Kota Salatiga .
Wawancara yang dilakukan kepada pengawas PAI untuk mengetahui
sejauh mana kontribusi pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi
profesional di SMK Kota Salatiga. Materi wawancara dengan pihak supervisor
dan pihak terkait berkenaan dengan kegiatan kepengawasan, upaya-upaya
supervisor dalam membina guru, faktor pendukung dan faktor penghambat
pelaksanaan supervisi yang dilakukan pengawas PAI untuk menghadapi
kendala-kendala yang ada berikut solusinya dalam meningkatkan kompetensi
profesional guru PAI.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan
menggunakan panduan wawancara secara terbuka dan dilakukan dalam situasi
yang santai. Penyusunan panduan wawancara didasarkan pada kajian referensi
-
17
tentang supervisi pendidikan. Berdasarkan kajian tersebut didesainlah format
wawancara bebas dengan tetap mengacu pada pedoman pokok wawancara
yang telah dibuat. Pada wawancara ini, terjadi tanya jawab bebas antara
pewancara dengan informan , tetapi pewancara menggunakan tujuan
penelitian sebagai pedoman. Kebaikan wawancara ini adalah informan tidak
menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diwawancari.12
b). Observasi
Menurut Nasution sebagaimana yang dikutif Sugiyono menyatakan
bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.13
Sedangkan manfaat
observasi menurut Patton seperti yang dikutif Sugiyono antara lain :
a) akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial,
b) akan diperoleh pengalaman langsung, c) peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang
lain,
d) peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap oleh responden dalam wawancara,
e) peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, f) peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga
memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi
sosial yang diteliti 14
.
12
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula,
Bandung: Alfabeta, 2010, 74. 13
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif,kualitatif dan R dan
B), Bandung: Alfabeta, 2007, 310. 14
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif,kualitatif dan R dan
B), Bandung: Alfabeta, 2007, 313-314.
-
18
Penggunaan metode observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengamati pelaksanaan supervisi yang dilakukan pengawas PAI untuk
membantu meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar
serta sarana dan prasarana pendidikan yang terkait dengan masalah yang dikaji
di lokasi penelitian. Untuk kelancaran observasi tersebut dibantu dengan format
observasi yang didesain untuk itu. Pelaksanaan observasi yang dlakukan dalam
penelitian ini dibagi dalam tiga tahapan observasi deskriptif (descriptive
observation) secara luas dengan mengamati secara umum situasi yang terjadi di
di SMK Kota Salatiga .
Selanjutnya setelah perekaman dan analisis data pertama, diadakan
penyempitan pengumpulan datanya serta mulai melakukan observasi terfokus
(focused observation), antara lain pengamatan pada pelaksanaan supervisi
pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi profesional guru. Akhirnya
setelah dilakukan analisis dan observasi yang berulang-ulang, kemudian
diadakan penyempitan lagi dengan melakukan observasi selektif (selective
observation), yaitu dengan mengamati objek / peristiwa yang menjadi fokus
temuan atau solusi atas permasalahan yang ada dalam penelitian.
c). Dokumentasi
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya monumental seseorang15
.
15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif,kualitatif dan R dan
-
19
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian, melalui buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan,
laporan kegiatan, foto-foto, film documenter, data yang relevan penelitian.
Dokumentasi digunakan dalam upaya menelusuri dan menemukan informasi
tentang berbagai kebijakan dan prosedur pelaksanaan supervisi yang dilakukan
pengawas PAI16
Metode dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
dengan mencermati dokumen-dokumen yang ada yaitu berupa buku-buku,
majalah, ataupun catatan-catatan administrasi. Metode ini digunakan untuk
memperoleh data yang bersifat dokumenter seperti struktur organisasi, sejarah
berdirinya, dokumen kegiatan supervisi akademik, letak geografis, data jumlah
pengawas, sarana prasarana, administrasi dan lain-lain yang didokumentasikan
agar dapat melengkapi data yang diperlukan.
Studi dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data non manusia yang
berkaitan dengan fokus penelitian dan sebagai pelengkap data primer sehingga
diperoleh data yang berkualitas. Peneliti dalam studi dokumentasi memperoleh
berbagai data, misalnya profil, visi dan misi, struktur organisasi dan segala
komponen yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi di SMK Kota Salatiga.
5. Pemeriksaan Data
Dalam penelitian ini, peneliti dalam mencari validitas atau keabsahan
data menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
B), Bandung: Alfabeta, 2007, 329. 16
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula,
Bandung: Alfabeta, 2010, 77.
-
20
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu17
Teknik triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh. Moelong menjelaskan hal
ini dapat dicapai dengan cara :
a) membandingkan data hasil pengamatan dan data hasil wawancara.
b) membandingkan data yang dikatan informan yang satu dengan
informan yang lain
c) membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat orang lain
d) membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen terkait
Sedangkan menurut Sugiyono, teknik triangulasi data berarti peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan
data dari sumber yang sama, yakni peneliti menggunakan teknik observasi
partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi untuk sumber data yang
sama secara serempak18
.
Mengacu dari berbagai pendapat di atas, triangulasi data yang dilakukan
peneliti di SMK Negeri Kota Salatiga dengan cara :
17
Moleong , Lexy J, (2013),Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, 330. 18
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif,kualitatif dan R dan
B), Bandung: Alfabeta, 2007, 340.
-
21
a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
dengan guru terkait dengan pelaksanaan supervisi yang dilakukan
pengawas PAI.
b) membandingkan apa yang dikatakan guru yang satu dengan guru yang
lain
c) membandingkan perspektif seorang guru yang satu dengan berbagai
pendapat guru yang lain
d) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi yang
ada kaitannya dengan pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan
pengawas di SMK Kota Salatiga.
6. Teknik Analisis Data
Analisa data merupakan salah satu tahapan yang sangat penting,
setelah peneliti memperoleh dan mengumpulkan data-data baik secara
perilaku, simbol-simbol, dokumen atau sebagainya. Langkah selanjutnya
adalah menganalisa data tersebut secara teliti dan cermat dengan cara mencari
dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan dari
pengamatan peran serta dan bahan-bahan tersebut dan untuk
mengkomunikasikan apa yang telah ditemukan dalam penelitian. Analisa data
yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain analisa di lapangan dan analisa
setelah data terkumpul.Uraian data berupa kalimat-kalimat bukan angka-angka
atau tabel-tabel. Data yang diperoleh diorganisir dalam struktur yang mudah
dipahami dan diuraikan.
-
22
Analisa data dilakukan bersama-sama dengan pengumpulan data dan
dilanjutkan setelah kembali ke lapangan. Hasil analisis sementara akan selalu
dikonfirmasikan dengan data-data yang baru yang memiliki tingkat
kepercayaan lebih akurat baik diperoleh dari wawancara, observasi maupun
dokumentasi. Pemanfaatan teori yang relevan dipakai sebagai pisau analisis
data kualitatif akan menghasilkan analisis diskriptif yang berbobot dan
memiliki makna mendalam.
Menurut para ahli beberapa teknik analisa data yang dapat digunakan
dalam penelitian kualitatif. Diantaranya adalah model mengalir (flow model),
dan model interaktif yang keduanya berbeda. Pada model mengalir terdapat
tiga komponen analisis, yakni : reduksi data, sajian data dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi, ketiga komponen kegiatan ini dilakukan secara
jalin- menjalin dengan proses pengumpulan data.
Menurut Miles dan Huberman sebagaimanayang dikutif oleh Idrus,
analisa data model interaktif terdiri tiga hal utama yaitu reduksi data dan
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Ketiga kegiatan tersebut
merupakan kegiatan yang jalin menjalin pada saat, sebelum dan sesudah
pengumpulan dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum19
.
Setelah data terkumpul maka ketiga komponen tersebut berinteraksi
dan bila kesimpulan dirasa kurang kuat, maka perlu ada verifikasi dan peneliti
kembali mengumpulkan data di lapangan. Sebagai upaya memudahkan
mencari pokok masalah, dibuat daftar ringkasan wawancara / format
19
Muhammad Idrus, Model Penelitian Iilmu Sosial, Jakarta: Erlangga, 2009, 147.
-
23
wawancara, yang berisi setelah catatan -catatan lapangan yang ditulis lengkap
dan ditelaah dari lapangan. Karena data yang didapatkan ada yang terbentuk
dokumen, maka analisis datang harus dibantu dengan membuat lembar isian
ringkasan dokumen yang diberikan ringkasan dari data tersebut.
Lembaran tersebut dibukukan karena dokumen-dokumen itu sering
kali berkepanjangan dan secara khusus memerlukan penjelasan. Dalam
penelitian ini data yang berbentuk dokumen antara lain berhubungan dengan
pelaksanaan supervisi pengawas PAI di SMK Kota Salatiga.
Analisa sesudah data terkumpul mencakup kegiatan mengembangkan
kategori dengan sistem koding (memberi kode), dan selanjutnya
mengembangkan mekanisme kerja terhadap data yang telah dikategorikan.
Proses kegiatan menganalisis data setelah data terkumpul adalah :
a) mengumpulkan data yang terjaring
b) memberi tanda pada sumber asal data
c) memberi nomor sesuai urutan kronologis waktu mengumpulkan
data
d) membaca berulang kali keseluruhan data yang ada
Selanjutnya peneliti menyusun kategori koding dengan membubuhkan
nomor pada kategori-kategori sambil memberikan nomor kategori koding
sesuai dengan satuan data. Proses analisis data dilakukan melalui tiga jalur
yang berlangsung secara bersamaan yaitu :
1) data reduction (penyederhanaan data) adalah proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, dan merangkum data kasar
-
24
yang muncul dari catatan lapangan dan difokuskan pada hal yang
penting.
2) penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan
untuk menentukan pola-pola yang lebih sederhana.
3) verifikasi atau penyimpulan data adalah pada tahap permulaan
penyimpulan masih bersifat longgar dan terbuka kemudian meningkat
menjadi lebih rinci dan mengakar kuat.
Selain dengan cara diatas, analisis data dapat dilakukan secara induktif.
Alasannya, proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda
karena analisis induktif dapat menciptakan hubungan lebih eksplisit, dikenal
dan akuntabel, dapat mengurangi data secara sistematis dan dapat membuat
keputusan- keputusan yang akurat, analisis induktif dapat menemukan
kebenaran bermakna serta dapat memperhitungkan nilai-nilai secara terperinci.
Analisis data induktif itu dilakukan dengan mengorganisasikan data
yang diperoleh dari berbagai sumber, mengurutkan, mengelompokkan,
memberi kode dan mengkategorikan sesuai dengan tema yang diangkat dalam
penelitian. Untuk kesinambungan dan kedalaman pelacakan data dengan
penelitian ini digunakan model analisis data interaktif. Kegiatan itu dilakukan
dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu proses
berlanjut, berulang, dan terus menerus. Dalam proses ini aktivitas penelitian
bergerak di antara komponen analisis dengan pengumpulan data selama proses
ini masih berlangsung.
-
25
Berdasarkan dari uraian di atas, maka langkah-langkah analisis data
dalam penelitian ini dilakukan menggunakan analisa data interaktif. Yakni,
analisa data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, yakni proses
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan sementara dilakukan
selama pengumpulan data masih berlangsung, sedangkan untuk verifikasi dan
penarikan kesimpulan akhir dilakukan setelah pengumpulan data selesai.
Pengumpulan data dalam penelitian ini, seperti telah diuraikan di atas
dilakukan melalui wawancara mendalam, pengamatan, dan dokumentasi.
Adapun reduksi data dilakukan melalui kegiatan penajaman, penggolongan,
penyeleksian, dan pengorganisasian data. Penajaman data dilakukan dengan
mentransformasi kata-kata dan kalimat yang panjang menjadi suatu kalimat
yang ringkas dan lebih bermakna. Penggolongan data dilakukan melalui
pengelompokkan data sejenis dan mencari polanya.
G. Sistematika Penulisan Tesis
Untuk memudahkan dalam memahami isi tesis ini, maka terlebih dahulu
penulis sajikan tentang sistematika penulisan tesis secara garis besarnya.
1. Bagian Awal
Bagian awal ini terdiri dari halaman judul, abstrak, halaman pengesahan,
pernyataan keaslian tesis, halaman persembahan, motto, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.
-
26
2. Bagian Isi
Bab I Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan , signifikasi penelitian, manfaat atau kegunaan penelitian,
penelitian yang relevan,metodologi penelitian dan sistematika penulisan
tesis.
Bab II berisi tentang konsep supervisi yang meliputi pengertian, tujuan dan
fungsi supervisi, teknik supervise, pengertian pengawas PAI,
TUPOKSI Pengawas sebagai supervisor , kompetensi guru, pengertian
guru dan kompetensi profesional guru. Konsep-konsep teori tersebut
dijadikan landasan dalam penelitian pelaksanaan supervisi yang
diawali dengan menggambarkan secara deskriptif pelaksanaan
supervisor.
Bab III berisi tentang paparan data dan temuan penelitian. Pada bab ini berisi
profil sekolah yang dijadikan obyek penelitian, pelaksanaan supervise
yang dilakukan pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi
professional guru PAI, factor pendukung dan penghambat pelaksanaan
supervisi pengawas PAI .
Bab IV Dalam bab ini akan dijelaskan analisa hasil penelitian yang telah
dilakukan diantaranya pelaksanaan supervisi pengawas terhadap guru
PAI dan konstribusinya dalam meningkatkan profesionalitas guru PAI.
Kemudian diungkapkan secara khusus temuan hasil penelitian dan
pembahasannya, untuk mengungkap sejauh mana kontribusi supervisi
pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi profesional guru di
-
27
SMK Kota Salatiga, factor pendukung dan penghambatnya serta solusi
yang ditawarkan dalam peningkatkan profesionalitas guru PAI .
Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan
supervisi pengawas dalam meningkatkan kompetensi profesional
guru SMK Kota Salatiga.
3.Bagian Akhir
Pada bagian akhir berisi tentang daftar pustaka, lampiran, lampiran,
surat keterangan telah melakukan penelitian dan daftar riwayat hidup
penulis.
-
28
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Kontribusi Supervisi
1. Pengertian Kontribusi
Menurut Kamus Ilmiah Populer, kontribusi diartikan sebagai uang
sumbangan atau sokongan. Kontribusi juga berasal dari bahasa inggris yaitu
contribute, contribution,maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan,
melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat
berupa materi atau tindakan. Hal yang bersifat materi misalnya seorang
individu memberikan pinjaman terhadap pihak lain demi kebaikan bersama.
Kontribusi dalam pengertian sebagai tindakan yaitu berupa perilaku
yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak baik positif
maupun negatif terhadap pihak lain. Sebagai contoh,seseorang melakukan kerja
bakti di daerah rumahnya demi menciptakan suasanaasri di daerah tempat ia
tinggal sehingga memberikan dampak positif bagi penduduk maupun
pendatang.20
Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, diartikan sebagai
uang iuran pada perkumpulan, sumbangan. Bertitik tolak pada kedua kamus di
atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kontribusi adalah merupakan
sumbangan, sokongan atau dukungan terhadap sesuatu kegiatan 21
.
20
Dany,H. Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Gita Media , 264. 21
Yandianto, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2006, 282.
-
29
Dalam hal ini konstribusi berarti individu tersebut berusaha
meningkatkan efisisensi dan efektivitas hidupnya dengan cara menajamkan
posisi perannya, sesuatu yang kemudian mejadi bidang spesialis, agar lebih
tepat sesuai dengan kompetensi. Kontribusi dapat diberikan dalam berbagai
bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan, profesionalisme, finansial, dan lainnya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kontribusi
supervisi Pengawas PAI dalam meningkatkan kompetensi profesional guru
PAI adalah keterlibatan pengawas PAI melalui kegiatan supervisi untuk
memberikan sumbangan kepada guru PAI yang berdampak terhadap
peningkatan kompetensi profesional guru PAI.
2. Pengertian Supervisi
Sebelum membahas tentang konsep supervisi pendidikan yang
dilakukan Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam arti luas, terlebih dahulu
perlu dijelaskan pengertian supervisi dari para ahli di bidang pendidikan.
Menurut Ngalim Purwanto, supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam
melakukan pekerjaan mereka secara efektif22
.
Pendapat senada dikemukakan Sahertian, supervisi adalah suatu usaha
menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan
guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif agar lebih
22
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002, 76.
-
30
mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan fungsi pengajaran23
. Supervisi
juga dapat diartikan sebagai serangkaian usaha pemberian bantuan kepada
guru dalam bentuk layananan profesional yang diberikan oleh supervisor
(kepala sekolah, penilik sekolah dan pembina lainnya) guna meningkatkan
mutu proses dan hasil belajar mengajar24
.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kegiatan supervisi dalam
dunia pendidikan merupakan layanan profesional berupa pembinaan dari
seorang supervisor kepada tenaga pendidik dan kependidikan.
Sasaran pembinaan tersebut menyangkut seluruh aspek
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Layanan supervisi dapat berupa
perbaikan manajemen atau pengelolaan sekolah dan perbaikan pengelolaan
kegiatan belajar mengajar yang lebih dikenal dengan istilah supervisi akademik
atau supervisi pembelajaran. Dalam hal ini supervisi yang dilakukan Pengawas
Pendidikan Agama Islam terhadap guru PAI lebih dititik beratkan pada
supervisi akademik atau supervisi pembelajaran.
3.Tujuan Supervisi
Pandangan para ahli pendidikan mengenai tujuan supervisi pembelajaran
atau supervisi akademik sesuai dengan sudut pandang masing-masing, namun
mereka sepakat bahwa tujuan inti dari supervisi pembelajaran adalah
23
Sahertian, Piet A, Prinsip danTeknik Supervisi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
2008, 17. 24
Muslim, Sri Banun, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme
Guru, Bandung: Alabeta, 2010, 41.
-
31
membantu guru meningkatkan kualitas profesionalnya dalam mengajar.
Dibawah ini tujuan supervisi dalam akademik menurut pandangan para ahli:
a. Hariwung mengemukakan tujuan supervisi akademik adalah membantu guru untuk tumbuh dan berkembang dalam ruang lingkup
mengajar dan kehidupan kelas, memperbaiki ketrampilan mengajar,
dalam memperluas pengetahuan mereka serta menggunakan
persiapan mengajar25
.
b. Glickman mengatakan bahwa tujuan supervisi akademik adalah untuk membantu guru-guru belajar bagaimana meningkatkan
kemampuan dan kapasitasnya, agar murid-muridnya dapat
mewujudkan tujuan belajar yang telah ditetapkan26
.
c. Neagle mengatakan bahwa melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat
27.
Pengembangan kemampuan dalam kontek ini janganlah ditafsirkan
secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan kemampuan dan
ketrampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen
(commitmen) atau kemampuan (willingness) atau motivasi (motivation) guru.
Sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi guru, kualitas
pembelajaran akan meningkat.
Uraian berbagai pendapat mengenai tujuan supervisi pembelajaran di
atas, pada intinya tujuan supervisi dalam bidang akademik yaitu untuk
membantu para guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, agar
dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada akhirnya
akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Jika supervisi pendidikan sudah
25
Saiful Sagala, Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, Bandung: Alfabata 2010, 104. 26
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran, Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional
Guru. Jakarta: Bumi Aksara,1992, 4. 27
Ibrahim Bafadal, Supervisi Pengajaran, Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional
Guru. Jakarta: Bumi Aksara,1992, 4.
-
32
tertuju pada keberhasilan siswa dalam memperoleh kualitas pembelajaran yang
lebih baik artinya supervisi pendidikan tersebut sesuai dengan tujuannya.
4. Langkah-Langkah Pelaksanaan Supervisi
Salah satu tugas pokok pengawas PAI adalah melaksanakan supervisi
akademik. Seorang pengawas harus memahami langkah-langkah atau tahapan
supervisi akademik yang akan dilaksanakan. Dalam buku pedoman supervisi
pengawas madrasah dan pengawas PAI pada sekolah Kakanwil Kemenag Jawa
Tengah, secara umum tahapan kepengawasan terbagi beberapa tahap yaitu (a)
penyusunan program pengawasan, (b) pelaksanaan program pengawasan, (c)
evaluasi program pengawasan,dan (d) pelaporan program pengawasan28
.
Secara lebih khusus, pelaksanaan supervisi akademik sebagai upaya
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru dikelas dapat ditempuh
melalui tiga tahap yaitu petemuan awal, pengamatan pelaksanaan pembelajaran
dan pertemuan akhir. Pada tahap persiapan atau pertemuan awal menyiapkan
instrument supervisi, melakukan pertemua awal dengan guru dan diskusi
rencana kegiatan pembelajaran khususnya aspek mana yang perlu mendapat
perhatian pengawas.
Pada tahap pelaksanaan pengawas mencermati tahapan pembelajaran
guru di kelas mulai dari awal sampai akhir. Pada pertemuan akhir atau penutup
mendiskusikan hasil pengamatan dengan guru, menyampaikan nilai hasil guru
dalam pembelajaran, member pembinaan untuk meningkatkan kualitas
28
Buku Pedoman Supervisi Pengawas Madrasah dan Pengawas PAI Pada Sekolah, Kakanwil
Kemenag Jawa Tengah 2012, 18.
-
33
pembelajaran. Selanjutnya melaksanakan rencana tindak lanjut yakni meminta
kepada guru untuk menevisi rencana pembalajaran yang tidak sesuai dan
menyampaikan hasil supervisi kepada kepala madrasah sebagai bahan
pembinaan lebih lanjut29
.
Pendapat serupa dikemukakan oleh Prasojo dan Sudiyono, dalam
pelaksanaan supervisi untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru di kelas
ditempuh melalui tiga langkah, tahap pra observasi, observasi dan post
observasi. Pada tahapan pra observasi sebelum observasi kelas, supervisor
melakukan wawancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi diskusi
dan wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan,metode dan strategi,
media pengajaran,evaluasi, dan analisis. Pada tahapan observasi setelah
wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan dilaksanakan guru dalam
kegiatan mengajar, kemudian supervisor mengadakan observasi kelas 30
.
Pada tahapan post observasi, setelah obesrvasi kelas selesai, sebaiknya
supervisor mengadakan wawancara dan diskusi tentang kesan guru terhadap
penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru. Di samping itu
melakukan identifikasi ketrampilan-ketrampilan mengajar yang perlu
ditingkatkan,gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan, dan lain sebagainya.
Berdasarkan pendapat tersebut secara umum langkah-langkah dalam
pelaksanaan supervisi akademik meliputi penyusunan program pengawasan,
pelaksanaan program pengawasan, evaluasi program pengawasa dan pelaporan
29
Buku Pedoman Supervisi Pengawas Madrasah dan Pengawas PAI Pada Sekolah,Kakanwil
Kemenag Jawa Tengah 2012, 97-99. 30
Prasojo, LD dan Sudiyono, Supervisi Pendidikan,Yogyakarta: Gava Media, 2011, 89.
-
34
program pengawasan. Sedangkan dalam pelaksanaan program pengawasan
akademik untuk meningkatkan kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran di kelas dapat ditempuh melalui tiga langkah yaitu tahap
persiapan (pra obesrvasi), tahap pelaksanaan (obesrvasi) dan tahap penutup
serta tindak lanjut atau post observasi.
5. Teknik dan Pendekatan Supervisi
Beberapa teknik supervisi akademik atau pembelajaran yang dapat
digunakan supervisor termasuk Pengawas PAI untuk meningkatkan dan
mengembangkan potensi yang dimiliki seorang guru antara lain digolongkan
menjadi dua, yaitu teknik perseorangan (individu) dan teknik kelompok.
Diantara teknik-teknik tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Teknik Perseorangan (individu)
Teknik perseorangan ialah teknik supervisi yang dilakukan secara
perseorangan31
. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain:
1) Kunjungan Kelas
Pengawas sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk melihat
cara guru mengajar dikelas. Tujuannya memperoleh data mengenai
keadaan sebenarnya guru mengajar.Dengan data tersebut supervisor dapat
berbincang-bincang mengenai kesulitan yang dihadapi guru.
31
Piet A Sahertian dan Piet A, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta 2008, 53-83.
-
35
Kunjungan kelas ini berfungsi sebagai alat untuk mendorong guru
agar meningkatkan kualitas cara mengajar guru dan belajar siswa. Ada
tiga macam kunjungan kelas yaitu, kunjungan tanpa diberi tahu,
kunjungan dengan cara member tahu dan kunjungan kelas atas undangan
guru.
2) Observasi Kelas
Melalui kunjungan kelas, supervisor dapat mengobservasi situasi
belajar mengajar yang sebenarnya. Ada dua macam observasi kelas, yaitu:
a) Observasi langsung; dengan menggunakan alat observasi, supervisor
mencatat absen yang dilihat pada saat guru sedang mengajar.
b) Observasi tidak langsung, orang yang diobservasi dibatasi oleh ruang
kaca dimana murid-murid tidak mengetahuinya (biasanya dilakukan
dalam laboratorium untuk pengajaran mikro).
Tujuan observasi yaitu untuk memperoleh data yang seobyektif
mungkin, bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis
kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam usaha memperbaiki hal belajar
mengajar. Bagi guru sendiri data tersebut dapat membantu mereka untuk
mengubah cara mengajar mereka agar lebih baik. Dan bagi murid-murid akan
dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan belajar mereka.
3) Percakapan Pribadi
Antara supervisor dan guru melakukan pertemuan empat mata untuk
membicarakan masalah-masalah yang dihadapi guru.Tujuannya yaitu
memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan
-
36
kesulitan yang dihadapi, memupuk dan mengembangkan hal mengajar yang lebih
baik, memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang sering dialami
oleh seorang guru, serta menghilangkan dan menghindari segala prasanga yang
bukan-bukan.
4) Saling Mengunjungi Kelas
Yang dimaksud dengan saling mengunjungi kelas ialah saling
mengunjungi antara guru yang satu dengan yang lain yang sedang mengajar.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk bertukar pengalaman. Keuntungannya yaitu
mengamati rekan lain yang sedang member pelajaran, membantu guru-guru yang
ingin memperoleh pengalaman atau ketrampilan tentang teknik dan metode
mengajar, member motivasi yang terarah terhadap aktivitas mengajar, sifat
bawahan dengan pemimpin tidak ada sama sekali sehingga diskusi berlangsung
secara wajar dan mudah mencapai penyelesaian masalah.
5) Menilai Diri Sendiri
Salah satu tugas yang paling sulit adalah menilai kemampuan diri sendiri
dalam menyajikan bahan pelajaran.Untuk mengukur kemampuan mengajarnya,
disamping menilai anak didiknya, juga penilaian terhadap diri sendiri merupakan
teknik yang dapat membantu guru dalam pertumbuhannya. Alat yang dapat
digunakan yaitu: daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan pada siswa
untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas, menganalisis tes-tes terhadap unit-
unit kerja, mencatat aktivitas siswa dalam suatu catatan (record) baik mereka
bekerja secara kelompok maupun perorangan.
-
37
b.Teknik Kelompok
Yang dimaksud dengan teknik kelompok ialah supervisi yang dilakukan
secara kelompok32
. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:
1) Rapat Guru
Berbagai hal yang dapat dijadikan bahan dalam rapat-rapat yang diadakan
dalam rangka kegiatan supervisi seperti ha-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan dan pengembangan kurikulum.Tujuannya yaitu untuk memberikan
bantuan kepada seluruh guru secara umum.
2) Mengadakan Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok-
kelompok guru bidang studi sejenis (biasanya untuk madrasah lanjutan),dapat
pula dibentuk kelompok-kelompok guru yang berminat pada mata pelajaran
tertentu. Kelompok-kelompok yang telah dibentuk itu diprogramkan untuk
mengadakan pertemuan atau diskusi guna membicarakan hal-hal yang
berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan proses belajar mengajar.
Di dalam diskusi supervisor atau kepala madrasah dapat memberikan
pengarahan, bimbingan, nasehat-nasehat ataupun saran-saran yang diperlukan.
3) Mengadakan Penataran-Penataran
Teknik kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran sudah
banyak dilakukan.Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu,
penataran tentang metodologi pengajaran dan penataran tentang administrasi
pendidikan.
32 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2008, 122.
-
38
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik supervisi dibagi menjadi
dua golongan, antara lain yaitu teknik perseorangan atau individu dan teknik
kelompok. Teknik individu ini diberikan kepada guru yang mempunyai masalah
tertentu yang bersifat perorangan.Yang termasuk dalam teknik individu ini adalah
kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi kelas,
dan menilai diri sendiri. Sedangkan teknik kelompok ditujukan pada dua orang
atau lebih, guru-guru yang mempunyai masalah yang sama akan dikelompokkan
dan diberi layanan sesuai kebutuhan. Yang termasuk dalam teknik kelompok
adalah rapat guru, diskusi kelompok dan penataran.
Berbagai teknik tersebut, belum tentu cocok untuk membina semua
guru.Misalkan salah satu teknik cocok diterapkan pada seorang guru, tetapi teknik
tersebut tidak cocok diterapkan pada guru yang lainnya.Ini berarti bahwa kepala
madrasah harus mampu menetapkan teknik mana yang tepat yang sekiranya
mampu mengembangkan kemampuan guru dan karakteristik teknik-teknik
tersebut sehingga dapat menyesuaikan teknik mana yang tepat.
B. Pengawas Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pengawas PAI
Secara etimologi pengawas berasal dari kata “awas” yang artinya:
(1) dapat melihat baik-baik; tajam penglihatan: ia sudah tua, tetapi matanya masih
awas, (2) tajam tiliknya; dapat mengetahui (melihat) segala yg gaib (rahasia dan
sebagainya): ia mencari dukun yg awas, (3) tidak meleng (memperhatikan baik-
baik); waspada: kita harus tetap awas terhadap gerak-gerik musuh, (4) hati-hati;
ingat: awas ada ular!. Kemudian derivasinya awas ialah pengawas, artinya orang
yg mengawasi: pengawas hutan. Lalu derivasi lainnya pengawasan, maknanya
-
39
penilikan dan penjagaan: pengawasan atas ekspor dan impor; di bawah
pengawasan organisasi dunia Persatuan Bangsa Bangsa (PBB)33
.
Sedangkan pengawas secara terminologi adalah orang yang melakukan
pekerjaan pengawasan di sekolah34
. Dalam konteks pengawas sekolah, Permen
PAN No. 21 tahun 2010 tentang jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka
kreditnya pada bab I pasal 1 ayat (2) menyatakan bahwa pengertian pengawas
sekolah adalah Pegawai negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan
pengawasan akademik dan manajerial pada satuan pendidikan.
Demikian juga pengawasan merupakan fungsi manajemen yang diperlukan
untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau unit-unit dalam suatu organisasi guna
menetapkan kemajuan sesuai dengan arah yang dikehendaki. Dalam beberapa
literatur, istilah pengawas ini juga dikenal dengan bahasa yang lain yaitu
supervisi. Pengawas Pendidikan Agama Islam adalah guru agama berstatus
Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengawasan penyelenggaraan pendidikan agama pada sekolah35
.
Tugas pokok pengawas sekolah adalah melakukan penilaian dan
pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi
akademik maupun supervisi manajerial. Untuk dapat melaksanakan tugas pokok
dan fungsi pengawas sebagaimana yang dikemukakan di atas, setiap pengawas
33
Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 34
Ahmad Habibullah, dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama
Islam, Jakarta: PT Pena Citasatria,2008, 10. 35
Peraturan Menteri Agama RI. No.2 Tahun 2012 tentang Pengawas Pendidikan Agama
Islam Pada Sekolah.
-
40
dituntut memiliki kemampuan dasar tertentu yang berbeda dengan tenaga
kependidikan lainnya36
.
Keberhasilan pengawas dalam melaksanakan tugasnya sebagai supervisor
dapat dilihat dari sejauhmana pengawas bisa membantu memecahkan masalah-
masalah internal pada satuan pendidikan dan seberapabesar kontribusinya dalam
melakukan perbaikan. Menurut Jasmani ciri supervisi pendidikan adalah mampu
merumuskan masalah, pengumpulan data, mengolah data, mengumpulkan hasil
penelitian, melakukan penilaian, melakukan perbaikan, melakukan bantuan dan
bimbingaan, dan melakukan kerjasama secara kekeluargaan37
.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengawas / supervisor merupakan seorang PNS profesional yang ditunjuk
pemerintah yang membantu s