implementasi supervisi non direktif pengawas dalam...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI SUPERVISI NON DIREKTIF
PENGAWAS DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI
PEDAGOGIK GURU PAI SD DI KABUPATEN KUDUS
TAHUN 2017
Oleh:
NOOR ARIFIN
NIM. 12010150059
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
MOTTO
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.
iii
PERSEMBAHAN
Segala puji bagi-Mu ya Allah SWT atas nikmat yang Engkau berikan kepada
hambamu ini.
Tesis ini kupersembahkan kepada :
1. Ibu bapak tersayang, yang telah mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih
sayang, cinta, doa, dan segenap pengorbanan jiwa raga yang tiada mengharap
imbalan, kecuali ketulusan hati.
2. Istri dan anak tersayang yang telah mendampingi dan memberikan bantuan penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Guru-guru di manapun berada, terima kasih atas ilmu yang diberikannya.
4. Teman-teman seperjuangan dan almameter Pascasarjana IAIN Salatiga yang
senantiasa memberikan dorongan untuk menyelesaikan tesis ini.
iv
ABSTRAK
IMPLEMENTASI SUPERVISI NON DIREKTIF PENGAWAS DALAM
MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI SD DI
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1).Implementasi Supervisi Non
Direktif Pengawas untuk meningkatkan Kompetensi pedagodik Guru Pendidikan
Agama Islam Sekolah dasar di Kabupaten Kudus. 2). Kontribusi Supervisi Non
Direktif Pengawas dalam meningkatkan Kompetensi Guru, 3. Faktor pendukung dan
penghambat pelaksanaan Supervisi Non Direktif Pengawas. Jenis penelitian ini
adalah Kualitatif, dengan menggunakan pendekatan fenomenologis, data diperoleh
melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis menggunakan model
interaktif menurut analisa Miles and Hubermen (1984) yaitu reduksi, display, dan
penarikan kesimpulan . Kebsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu
penelitian, triangulasi data.
Hasil dari penelitian ini adalah: 1) pelaksanaan Supervisi non direktif
pengawas dilaksanakan secara individual yaitu dengan visitasi ke sekolah untuk
mendengarkan secara langsung permasalahan yang disampaikan oleh Guru dan secara
kelompok dengan membagikan kartu masalah pada guru pada forum Kelompok Kerja
Guru Pendidikan Agama Islam. 2) Kontribusi supervisi non direktif yang dilakukan
pengawas menjadikan kompetensi pedagogik yang dimiliki guru menjadi lebih baik,
ini dapat dibuktikan bahwa sebagian besar guru PAI SD telah dapat membuat
administrasi pembelajaran dengan baik dan benar, mampu memanfaatkan media,
sarana dan tehnologi , mampu memilih metode dan strategi pembelajaran yang tepat.
3) Faktor pendukungnya adalah kualifikasi akademik guru sudah berpendidikan
sarjana, sudah mempunyai sertifikat pendidik, sehingga dapat dikatakan sebagai guru
professional. Sedangkan faktor penghambatnya adalah terlalu banyaknya guru yang
harus dibina oleh pengawas.
Kata Kunci: Supervisi Non Direktif, Pengawas, Kompetensi Pedagogik
v
ABSTRACT
IMPLEMENTATION OF NON DIRECTIVE SUPERVISION FROM
SUPERVISORS TO IMPROVE PEDAGOGIC COMPETENCE OF ISLAMIC
EDUCATION TEACHER AT ELEMENTARY SCHOOL IN KUDUS
REGENCY YEAR 2017
This study aims to determine: 1) Implementation Supervision Non-Directive
Supervisor to improve Pedagodic Competence of Islamic Religious Education
Teacher Elementary School in Kudus District. 2) Contribution of Supervision of
Non-Directive Supervisor in improving Teacher Competence, 3) Supporting factors
and inhibiting the implementation of Supervising Non-Directive Supervisor.
This type of research is Qualitative , by using phenomenological approach
data obtained through interview, observation, and documentation. Analysis using
interactive model according to analysis Miles and Hubermen (1984) that is reduction,
display, and withdrawal of conclusion. Data validity is done by extending research
time, data triangulation.
The results of this study are: 1) the implementation of non directive
supervision of supervisor carried out individually by Visitation to the school to listen
directly to the problems conveyed by the Teachers and in groups by distributing
problem cards to teachers at the Teachers' Working Group on Islamic Religious
Education. 2) The supervisor's non-directive contribution made by the supervisor
makes pedagogic competence of the teacher better, it can be proved that most teacher
of Islamic study in Elementary school have been able to make the teaching
administration properly and correctly, able to utilize the media, facilities and
technology, able to choose methods and learning strategies right. 3) The supporting
factor is the academic qualification of undergraduate educated teachers, already have
educator certificate, so it can be said as a professional teacher. While the inhibiting
factor is too many teachers to be supervised by the supervisor.
Keywords: Non Directive Supervision, Supervisor, Pedagogic Competency
vi
PRAKATA
Segala puji bagi Allah atas segenap rahmat dan belas kasih-Nya kepada penyusun
hingga dapat menyelesaikan tesis ini. Penelitian yang berjudul Implementasi
Supervisi non Direktif Pengawas dalam meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru
PAI SD di Kabupaten Kudus Tahun 2017 ini merupakan syarat akhir memperoleh
gelar Magister Pendidikan.
Melalui prakata ini penulis menghaturkan ribuan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga
3. Prof. Dr. H. Budiharjo, M.Ag. Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu
penulis menyelesaikan tesis ini
4. Seluruh Dosen Program Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan
kesempatan penulis menimba pengalaman belajar hingga penulisan tesis
5. Para Pengawas dan Guru PAI SD di Kabupaten Kudus yang telah meluangkan
waktunya menjadi subjek dalam penelitian ini
6. Seluruh anggota keluarga di rumah yang telah merelakan penulis pergi
meninggalkan rumah guna menyelesaikan studi ini
7. Setiap insan yang tidak dapat disebutkan semuanya yang turut serta membantu
menyelesaikan tesis ini.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN TESIS .................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................ iii
MOTTO .................................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................... v
ABSTRAK .............................................................................................................. vi
PRAKATA .............................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Signifikansi Penelitian ..................................................................... 5
D. Kajian Pustaka ................................................................................. 7
E. Metodologi Penelitian ..................................................................... 10
F. Sistematika Penulisan Tesis ......................................................... 13
BAB II: KAJIAN TEORI
A. Pengertian Supervisi Non Direktif ................................................... 15
B. Prinsip-Prinsip Supervisi Non Direktik ............................................. 20
C. Kompetensi Pedagogik Guru ............................................................. 23
viii
BAB III: DATA HASIL PENELITIAN
A. Profil Kabupaten Kudus
1. Keadaan Geografis ................................................................... 31
2. Keadaan Demografis ................................................................ 33
B. Profil Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus ................................... 35
C. Profil Guru PAI SD Kabupaten Kudus ........................................... 36
BAB IV: IMPLEMENTASI SUPERVISI NON DIREKTIF PENGAWAS
A. Implementasi Supervisi Non Direktif Pengawas ............................... 38
1. Karakteristik Guru ........................................................................ 40
2. Tahapan Pelaksanaan Supervisi Non Direktif .............................. 43
3. Analisis Implementasi supervisi Non Direktif ............................. 47
B. Kontribusi Supervisi Non Direktif terhadap Kompetensi Guru ....... 53
C. Faktor pendudkung dan Penghambat ................................................ 55
BAB V: PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................................... 60
B. Saran ................................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 66
LAMPIRAN ............................................................................................................ 70
RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................................... 80
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Hasil Wawancara ........................................................................ 75
Lampiran 2: Dokumentasi Penelitian ……………………………………… ...... 80
Lampiran 3: Surat ijin penelitian...................................................................... ......... 81
Lampiran 3: Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian………………… ..... 82
Lampiran 4: Riwayat Hidup Penulis ………………………………………… ...... 83
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan supervisi pendidikan merupakan realisasi dari fungsi
manajemen pendidikan. Pengawasan dapat diarahkan pada kegiatan akademik
dan administrative (manajerial). Pelaksanaan pengawasan kegiatan akademik
yaitu pelaksanaan pengawasan terhadap kegiatan proses pembelajaran yang
meliputi pengawasan kegiatan guru pandidikan agama Islam dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran agama Islam.1
Pengawas PAI pada sekolah menentukan kebutuhan supervisi guru
berdasarkan perbedaan individual, keahlian, dan komitmennya. Karenanya
pengawas PAI pada sekolah dapat menggunakan pendekatan yang bervariasi
dalam supervisi terhadap guru yang berbeda. “Pengawas yang amat efektif
mampu memadukan model yang tepat atau strategi yang tepat untuk kebutuhan
khusus dan tingkat pengembangan dari guru itu sendiri.”2 Dengan strategi ini,
pengawas PAI harus memilih pendekatan atas dasar kasus per kasus,
menggunakan dasar pengetahuan mengelompokkan guru, observasi dan
interaksi dengan guru atau kelompok terkini, dan menganalisis situasi
sekarang. Strategi supervisi ini dimaksudkan agar dapat berkontribusi terhadap
peningkatan kompetensi guru PAI.
1Muhammad Fazis, “Kontribusi Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Pengawas
Pendidikan Agama Islam”, Studia Akademika, Vol. VII, No. 1, (Juni 2009), 18.
2Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Bahan
Belajar Mandiri Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah: Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik,
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009, 19.
1
2
Allah Swt. memberi arahan kepada setiap orang yang beriman untuk
mendesain rencana apa yang akan dilakukannya dikemudian hari. Firman-Nya
dalam Al-Quran Surat Al Hasyr (18):
ي ي ي ي ال ذ يي آي ن ايل ن الل ي يال ي نن ل يي ل س آل ي لآي ل اذ ي د ي ايل ن الل ي ذ ل الل ي خيبذريس بذي اييعلميلن
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.3
Menurut kutipan ayat di atas, dapat difahami bahwa strategi penting
dimiliki pengawas PAI dalam menjalankan tugas supervisinya. Guru sangat
membutuhkan pengawas sebagai mitra kerja dalam meningkatkan kinerjanya.
Sementara pengawas, menurut Danim dalam Abdurahman R. Mala, masih ada
kelemahan pada berbagai hal, terutama berkaitan dengan pemilihan strategi
efektif dalam menerapkan prinsip, teknik, fungsi dan sasaran supervisi.4
Dengan demikian, sepatutnya pengawas memiliki, menyusun, melaksanakan
serta mengevaluasi strategi dalam supervisinya.
Glickman sebagai mana ditulis dalam bukunya Ali Imron
merekomendasikan tentang cara menganalisis perilaku guru terutama dalam
pembelajaran. Glickman menegaskan perilaku guru dipengaruhi dua aspek,
yaitu level of commitment dan level of abstracktion. Level komitmen merujuk
kepada usaha dan penyediaan waktu dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan
3Mujama’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf Asy-Syarif, Al Quran dan Terjemahnya,
Madinah Al Munawwaroh: Kerajaan Arab Saudi, 1427 H, 919. 4Abdurahman R. Mala, “Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan
Mutu Madrasah”, Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Volume 02, Nomor 2 (Agustus
2014), 262.
3
level abstraksi merujuk pada kemampuan kognitif.5 Perpaduan antara level of
commitment dan level of abstraction dapat dianalisis perilaku guru dalam
menjalankan tugas-tugas profesinya sehingga akan menjadi landasan yang kuat
dalam mengambil kebijakan.6
Berdasarkan penelitian oleh Uus Ruswendah sebagian guru yang telah
lama melaksanakan tugas sebagai pengajar, menganggap pekerjaan mengajar
sebagai kegiatan rutinitas. Metode pembelajaran yang digunakan miskin
dengan variasi yang dapat mendorong peserta didiknya belajar lebih bergairah.
Kondisi seperti dapat menyebabkan situasi belajar di kelasnya gersang dan
membosankan, layanan belajar yang diterima peserta didik menjadi tidak
bermutu. Proses pembelajaran seperti ini akan menghasilkan lulusan dan
sumberdaya manusia yang tidak bermutu, maka dampaknya adalah daya saing
bangsa menjadi rendah dan kualitas kesejahteraan bangsa ini menjadi rendah
pula.7
Melalui pemahaman terhadap kategori guru diharapkan pembinaan
kemampuan profesional guru-guru melalui pendekatan supervise non dierektif
akan semakin efektif untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru,
sehingga tujuan pendidikan yaitu terwujudnya sumber daya manusia (SDM)
yang bermutu tinggi dapat dicapai.
5Ali Imron, Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2012, 85.
6 Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas Guru:
Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru, Bandung: Alfabeta, 2013, 45. 7Uus Ruswenda, “Berbagai Faktor Dalam Supervisi Akademik Pengawas Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Kuningan”, Tesis, Jakarta: Program Pascasarjana UI,
2011,6.
4
Jadi guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan
kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu guru harus mampu
memikirkan dan membuat perencanaan dengan seksama dalam meningkatkan
kesempatan belajar siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Guru
harus mampu berperan sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak
sebagai fasilitator yang mampu menciptakan kondisi dan lingkungan belajar
mengajar yang kondusif dan efektif .
Dalam meningkatkan profesionalisme, guru dapat dibimbing oleh
Pengawas. Pengawas mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat berat,
serta mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan dan
kemajuan sekolah keberadaannya sangat diharapkan oleh guru dalam rangka
membantu dan membimbing guru ke arah tercapainya peningkatan kualitas
pembelajaran guru mata pelajaran, khususnya mata pelajaran agama Islam di
lingkungan sekolah-sekolah yang bernaung pada Kementerian Agama. Dalam
melaksanakan tugasnya pengawas berkewajiban membantu para guru dengan
memberikan bimbingan dan dukungan agar guru dapat melaksanakan
tugasnya, baik sebagai pendidik maupun pengajar.
Di Kabupaten Kudus sebagian besar gurunya sudah S1 dan dari guru
yang sudah sarjana tersebut sebagian besar juga sudah mempunyai sertifikat
pendidik baik melalui jalur Portofolio maupun jalur PLPG, sehingga sudah
mendapat predikat guru professional.8 Maka menjadi penting pengawas
8 Wawancara dengan Ahmad Zaini, M.Pd.I, Pengawas Pendidikan Agama Islam SD
Kabupaten Kudus, Senin 10 April 2017, di ruang Pokjawas Kemenag Kabupaten Kudus.
5
dikabupaten Kudus menggunakan pendekatan Supervisi Non direktif untuk
meningkatkan Kompetensi pedagogik guru PAI.
Berangkat dari latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui lebih jauh
melalui penelitian berjudul “pelaksanaan supervisi non direktif dalam rangka
peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI menjadi penting untuk dilakukan.
Setidaknya pada SD di Kabupaten Kudus”.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Mengacu pada serangkaian teori dan fakta yang telah diungkapkan pada
latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini
adalah:
a. Sebagian guru yang telah lama melaksanakan tugas sebagai pengajar,
menganggap pekerjaan mengajar sebagai kegiatan rutinitas.
b. Metode pembelajaran yang digunakan guru miskin dengan variasi yang
dapat mendorong peserta didiknya belajar lebih bergairah. Kondisi
seperti dapat menyebabkan situasi belajar di kelasnya gersang dan
membosankan,
c. Layanan belajar yang diterima peserta didik tidak bermutu, Proses
pembelajaran seperti ini akan menghasilkan lulusan dan sumberdaya
manusia yang tidak bermutu.
6
2. Pembatasan Masalah
Penelitian difokuskan pada pelaksanaan supervisi non direktif yang telah
dilakukan pengawas PAI dalam rangka peningkatan kompetensi pedagogik
guru PAI.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, serta identifikasi dan batasan masalah yang
telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini disusun sebagai
berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan supervisi non direktif yang dijalankan pengawas
PAI dalam rangka peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI?
b. Sejauhmana kontribusi supervisi non direktif yang dijalankan pengawas
PAI terhadap peningkatan kompetensi guru PAI?
c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan supervisi non
direktif dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI?
C. Signifikansi Penelitian
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pelaksanaan supervisi non direktif yang dijalankan pengawas
PAI dalam rangka peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI.
2. Mengetahui kontribusi strategi supervisi non direktif yang dijalankan
pengawas PAI terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru PAI.
3. Mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
supervisi non direktif dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru PAI.
7
Secara umum penelitian ini kiranya dapat memberikan manfaat yang
besar baik secara teoritis maupun praktis:
1. Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi dan
wawasan tentang Supervisi Non Direktif
b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi pijakan bagi peneliti yang
lain dalam meneliti Supervisi Non Direktif Pengawas untuk
Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI
2. Praktis
a. Penulis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan untuk melakukan
penelitian lanjut tentang Supervisi Non direktif Pengawas Untuk
Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI pada Institusi
pendidikan lainnya.
b. Supervisor
Penelitian ini kiranya penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan
dalam mengembangkan pendekatan untuk praktek supervisi.
c. Dinas Pendidikan
Untuk dijadikan sebagai temuan untuk melakuakan penelitian lanjut
tentang Supervisi Non Direktif Pengawas Untuk Meningkatakan
Kompetensi Pedagogik Guru PAI pendidikan PAI di Indonesia.
8
D. Kajian Pustaka
Penelitian tentang supervisi pendidikan sudah banyak dilakukan baik dalam
bentuk buku maupun dalam bentuk tesis, telaah pustaka ini dilakukan untuk
melihat sejauh mana masalah supervise ini dikaji dalam penelitian
sebelumnya, adalapun penelitian yang relevan yang pernah dilakukan
sebelum penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Simin Ghavifekr & Mohammed Sani Ibrahim, penelitian dengan
judul “Head of Departments’ Instructional Supervisory Role and Teachers’
Job Performance: Teachers Perceptions”. Temuan penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi guru
tentang peran supervisi pembelajaran kepala sekolah dan peningkatan
kinerja guru dari berbagai aspek termasuk praktek mengajar, kompetensi
profesional dan motivasi.9
Darsono, Penelitian tentang “ Implementasi pendekatan direktif, non
direktif dan kolaboratif dalam supervise Pendidikan Islam di MAN 1
Trenggalek”. Hasil dari penelitian ini adalah Dalam orientasi tidak langsung
atau non direktif perilaku supervisor ditekankan pada mendengarkan,
mendorong, klasifikasi, presentasi, dan pemecahan masalah untuk
mengarahkan guru membuat sendiri rencananya.10
9Simin Ghavifekr & Mohammed Sani Ibrahim, “Head of Departments’ Instructional
Supervisory Role and Teachers’ Job Performance: Teachers Perceptions”, Asian Journal of Social
Sciences and Management Studies,Volume 1, Nomor 2, (2014), 45-56. 10
Darsono, “Implementasi Pendekatan Direktif, Non Direktif dan Kolaboratif dalam
Supervise Pendidikan Islam di MAN 1 Trenggalek, Ta’allum, vol 4, No. 02, (November 201),
335-356.
9
Penelitian Sunaryana tentang “Upaya Pengawas dalam
Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru di SMP Negeri 2 Banyudono
kabupaten Boyolali”. Hasil penelitian ini adalah Supervisi akademik yang
dilaksanakan oleh Pengawas PAI belum efektif. Hal ini dibu ktikan dengan
frekwensi kunjungan kesekolah selama tahun pelajaran 2015/2016 baru
terlaksana sekali. sedangkan supervisi kelas belum terlaksana. Pembinaan
Pengawas kepada guru hanya didasarkan pada hasil pemeriksaan
administrasi pembelajaran.11
Tesis Hamadi, yang berjudul “Pelaksanaan Supervisi Akademik
Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Kelapa Kampit Kabupaten
Belitung Timur”.12
Dalam tesis tersebut dijelaskan bahwa pelaksanaan
supervisi oleh kepala sekolah kurang sistematis. Hamadi menyimpulkan ada
keberhasilan pelaksanaan supervisi akademik namun perlu ditindaklanjuti.
Moch. Abi Qotadah dengan Judul “ Pelaksanaan Supervisi
Akademis Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Dasar di Kecamatan
Banjarsari Kota Surakarta”. Hasil penelitian menunjukkan : (a) proses
supervise meliputi; penyusunan program pengawasan, pembinaan,
pembimbingan, pengembangan Profesi Guru Pendidikan Agama Islam,
penerapan standar nasional Pendidikan Agama Islam dan pelaporan tugas
pengawasan. (b) Gaya Supervisi akademis yang digunakan yakni gaya
11
Sunaryana, “Upaya Pengawas dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI di
SMP Negeri 2 di Kabupaten Boyolali”, Tesis, program Pascasarjana IAIN Surakarta, 2016, 185-
186.
12Hamadi, “Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Kelapa
Kampit Kabupaten Belitung Timur”, Tesis, Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 2011, viii.
10
demokrasi (c) teknik/metode supervisi yang digunakan meliputi; teknik
kunjungan langsung dan kunjungan tak langsung.13
Berdasarkan penelitian yang sudah ada menunjukkan perbedaan yang
yang ditinjau dari sudut pandang yang berbeda pula. Dalam hal ini peneliti
mencoba mengetengahkan focus penelitian yang berbeda, yaitu: peneliti
fokus pada Implementasi supervisi Non Direktif Pengawas Terhadap
Kompetensi Pedagogik Guru PAI, tujuannya untuk mengefektifkan kegiatan
supervisi akademik pengawas yang muaranya untuk meningkatkan
kompetensi pedagogik Guru PAI.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metodologi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif, Menurut Masyhuri dan M. Zainuddin kualitatif adalah penelitian
yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris.14
Penelitian kualitatif membutuhkan studi mendalam untuk membentuk suatu
model atau teori berdasarkan adanya keterkaitan antara data yang
ditemukan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih dalam penelitian ini karena beberapa
pertimbangan antara lain: (a) data yang digunakan dalam penelitian ini lebih
mengarah pada data-data yang bersifat verbal dan perilaku subyek peneliti
13
Moch. Abi Qotadah, “Pelaksanaan Supervisi Akademis Pendidikan Agama Islam Pada
Sekolah Dasar di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta”, Tesis. IAIN Surakarta, 2014, 141-142. 14
Masyhuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif,
Bandung: Refika Aditama, 2008, 13.
11
yaitu analisis yang berhubungan dengan pelaksanaan supervisi non direktif
yang dilakukan pengawas di Kecamatan Undaan dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru PAI, (b) berdasarkan jenis data yang akan
dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu yang berhubungan dengan situasi
dan kondisi supervisi di lapangan, (c) dan analisis data yang digunakan ialah
model analisis langsung dan mempunyai hubungan yang saling berkaitan
antara tema pembahasan satu dengan pembahasan lain, (d) hasil penelitian
yang berupa kesimpulan yang diperoleh setelah diadakan analisis data
dinyatakan dalam deskripsi situasi dan bukan perhitungan angka model
statistik, (e) penelitian ini dilakukan dalam situasi yang wajar dan
mengutamakan data yang bersifat kualitatif.
Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research) dengan merumuskan terlebih dahulu kerangka teoritis melalui
penelitian pustaka (library reseach) yang berkenaan dengan masalah pada
objek penelitian di lapangan. Penelitian yang dilakukan dengan mempelajari
secara intensif tentang latar belakang keadaan, lingkungan, dan interaksinya.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan supervisi non direktif
yang dilakukan oleh pengawas PAI SD di Kabupaten Kudus, Objek dalam
penelitian di maksud adalah guru PAI SD di Kabupaten Kudus pada bulan
mei sampai dengan agustus 2017.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Sekolah Dasar di Kabupaten Kudus
12
3. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian ini diperoleh dari 10 guru-guru PAI SD
dan 2 pengawas PAI di Kabupaten Kudus
4. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian kulitatif fenomena dapat
dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subjek
melalui wawancara mendalam dan observasi pada pokok masalah dimana
kejadian-kejadian tersebut berlangsung. Adapun untuk melengkapi data
diperlukan dokumentasi yang berkaitan dengan subjek penelitian berkaitan
dengan beberapa bahan yang diperlukan.
5. Uji Keabsahan Data
Validitas data merupakan bagian yang harus ditempuh sebelum melakukan
analisis data, Dengan melalui keabsahan data, maka sumber data yang
diperoleh dapat dipercaya akurasinya. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti
menggunakan kriteria tingkat kepercayaan. Sedangkan untuk memperoleh
keabsahan data, penelitian ini menggunakan teknik triangulasi, yaitu
merupakan suatu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan
dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber yang telah ada.15
15
Andi Prastowo, Metode penelitian kualitatif dan perspektif rancangan penelitian,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003,231.
13
Jadi dengan teknik ini Penulis menggunakan beberapa sumber melalui
teknik pengumpulan data kemudian dari beberapa sumber itu data diolah dan
diorganisir untuk dibandingkan antara sumber yang satu dengan sumber yang
lain untuk memperoleh derajat kepercayaan data.
Untuk menguji kredibilitas data yang diperoleh, maka peneliti disini
melakukannya dengan cara mencocokkan dan membandingkan data berbagai
sumber, baik sumber lisan (hasil wawancara), tulisan (pustaka dan
dokumentasi), maupun data observasi.
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, analisis data meliputi tiga langkah yaitu;
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.16
Ketiga komponen tersebut berkaitan dalam proses serta menentukan hasil
akhir analisis.
Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi sebagai suatu jalinan pada saat sebelum, dan setelah
pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan
umum yang disebut analisis.17
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memperoleh gambaran singkat tentang isi
Tesis, dipaparkan secara rinci alur pembahasan sebagai berikut :
16
Matthew Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta:UI Press, 1992,
16-17.
17 Matthew Miles dan A. Michael Huberman, Analisis..., 19.
14
1. Bagain Awal
Bagian ini terdiri dari; Halaman Judul, Abstrak, Halaman Pengesahan,
Penjelasan Keaslian Tesis, Halaman Persembahan, Motto, Kata
Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar dan Daftar Lampiran.
2. Bagian Isi
Pendahuluan berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan
batasan masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitin, kajian pustaka,
dan sistematika penulisan.
Kajian Teori berisikan tentang teori supervisi akademik humanistik,
teori komitmen pengawas dan teori kompetensi guru PAI.
Metodologi Penelitian berisi tentang jenis dan pendekatan, subjek,
tempat dan waktu, paradigma penelitian, hipotesa, operasionalisasi
variabel, populasi dan sampel serta teknik pengambilan sampel, sumber
data, prosedur pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian, dan
teknik analisa data.
Hasil Penelitian dan Analisa Data yang membahas tentang
Pelaksanaan supervise non direktif oleh pengawas PAI SD di Kabupaten
Kudus.
Penutup berisi tentang simpulan dan saran dari hasil penelitian dan
penutup.
3. Bagian Akhir berisi tentang Daftar Pustaka, Lampiran-lampiran dan
Daftar Riwayat Hidup.
15
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pengertian Supervisi Non Direktif
Menurut Glickman sebagaimana yang dikutip oleh Sally J. Zepeda,
mengemukakan mengenai tujuan supervise sebagai berikut: ” The goal of
instrucsional supervisionis to help teachers learn how to increase their own
capacity to achieve professional learning goals for their students”18
( artinya
tujuan supervisi adalah upaya membantu guru dalam belajar bagaimana cara
meningkatkan kemampuan mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran
terhadap murid.
Sedangkan menurut wayne Hoy and Patrick Forsyth: Supervision of
Instructionis the set of activities designed to improve the teaching-learning
process.19
Supervisi pendidikan adalah serangkaian kegiatan yang dirancang
untuk meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan menurut Sergiovani: Supervision is process designed to
help teacher and supervisiors learn more about their practice, to be better
able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools,
and to make the school a more effective learning community.20
Supervisi
18
Sally J. Zepeda, Instrucsional Supervision ( Applying tools and Concepts), New York: Eye
On Education, 1956,19 19
Allan A. Glatthon, Supervisory Leadership Introduction To Instructional Supervision, New
York: Harper Collins Publishers, 1990, 83. 20
Thomas j. Sergiovanni, Robert J. Starratt, Supervision A Redefinition, New York: Mc
Graw_Hill Inc, 1993, 38.
15
16
adalah prose yang dirancang untuk membantu guru dan pengawas
mempelajari lebih lanjut tentang praktik mereka, untuk lebih mampu
menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka untuk lebih melayani
orang tua dan sekolah, dan untuk membuat sekolah menjadi komunitas
belajar yang lebih efektif.
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif)
adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung.
Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi
ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan guru-
guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk
mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non drektif
ini berdasarkan pemahaman psikologis humanistik.21
Pola pendekatan yang
bertolak dari pengetahuan psikologi khususnya teori konseling non direktif
ini kemudian diterapkan kedalam pendekatan supervisi oleh pakar seperti:
Arthur Blumberg, Ralph L. Mosher, David E. Purpel, Louse M. Berman,
Edmond Amidon, Wiford A. Weber.22
Psikologi humanistik sangat
menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina
begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang
dihadapi guru guru. Guru mengemukakan masalahnya, supervisor mencoba
mendengarkan, memahami, apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor
21
Luk Luk Nur Mufidah, Supervisi Pendidikan, Jember: Center for Society Studies, 2008,
36.
22 Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktek,Yogyakarta: Teras, 2009,
137.
17
dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut: 1). Mendengarkan.
2). Memberi penguatan. 3). Menjelaskan. 4). Menyajikan. 5). Memecahkan
masalah.23
Adapun secara teknis perilaku supervisor dalam pendekatan non
direktif ini adalah:
1. Mendengarkan
Mendengarkan disini dalam artian supervisor mendengarkan terlebih
dahulu laporan-laporan guru baik berupa keberhasilan maupun
permasalahan yang mereka hadapi. Seorang supervisor harus serius
mendengarkan keluhan yang dihadapi guru hingga mengalami masalah
yang sedang dia hadapi.
Krajewski seorang pakar supervisi klinis menemukan bahwa
supervisor yang sedikit bicara, lebih banyak memberi pujian, dan
menggunakan gagasan guru, lebih berhasil daripada guru yang tidak dilatih
menggunakan perilaku supervisi yang non direktif. Karena supervisi non
direktif ini objeknya adalah guru professional maka biasanya kaya ide, dan
dengan sentuhan yang sedikit mereka sudah paham apa yang harus
dilakukan.
2. Memberi penguatan
Setelah mengetahui berbagai keluhan yang dialami guru maka
perilaku supervisor selanjutnya adalah memberi penguatan. Penguatan ini
23 Piet A Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan: dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, 48.
18
bisa berupa pujian, atau motivasi. Motivasi yang positif akan mendorong
manusia untuk berbuat positif atau kebaikan juga. Sehingga dari penguatan
yang berupa motivasi positif ini diharapkan mampu menghilangkan
keburukan.
3. Menjelaskan
Penjelasan supervisor kepada guru hendaknya disesuaikan dengan
kapasitas kemampuan guru. Meskipun supervisi non direktif ini
diberlakukan kepada guru yang professional, supervisor harus tetap
memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat pemahaman guru.
4. Menyajikan
Menyajikan disini bisa dimaknai dengan supervisor menyajikan
solusi baik berupa petunjuk praktis atau teori. Dengan petunjuk praktis ini
memudahkan guru untuk memahami ilmu yang diberikan oleh supervisor.
Model penjelasan dengan petunjuk praktis ini bila kita merujuk pada metode
pengajaran Rasulullah adalah nampak ketika Rasulullah mengajarkan Sholat
kepada kaumnya.
5. Memecahkan masalah
Perilaku berikutnya adalah supervisor membantu memecahkan
masalah yang dihadapi guru. Pemecahan masalah ini dalam rangka
mengubah kondisi-kondisi yang tidak tepat menjadi tepat. Karena
karakteristik supervisi non direktif ini bersifat dialog, maka dalam proses
pemecahan masalah ini supervisor hendaknya dialog atau bermusyawarah
dengan guru untuk mencari solusi bersama.
19
Pendekatan ini berangkat dari premis bahwa belajar pada dasarnya
adalah pengalaman pribadi, sehingga pada akhirnya individu harus mampu
memecahkan masalahnya sendiri. Peranan supervisor disini adalah
mendengarkan, mendorong, atau membangkitkan kesadaran sendiri dan
pengalaman – pengalaman guru diklasifikasikan.24
Oleh karena itu,
pendekatan ini bercirikan perilaku supervisor dimana supervisor
mendengarkan guru, mendorong guru, mengajukan pertanyaan, menawarkan
pikiran bila diminta dan membimbing guru untuk melakukan tindakan.
Tanggung jawab supervisi lebih banyak berada di pihak guru.25
Bagi guru,
pemecahan masalah ini tidak lain daripada upaya memperbaiki dan
meningkatkan pengalaman belajar murid di kelas.
Pada pendekatan non direktif, guru menunjukkan tanggung jawab yang
tinggi. Tugas supervisor pada pendekatan ini adalah mendengarkan dan
memperhatikan dengan cermat akan keprihatinan guru terhadap masalah
peningkatan pengajarannya, dan sekaligus gagasan guru sebagai upaya
mengatasinya. Peranan supervisor adalah meminta penjelasan terhadap hal –
hal yang telah diungkapkan oleh guru, terutama hal yang kurang
dipahaminya. Selanjutnya, ia mendorong guru untuk mewujudkan inisiatif
yang dipikirkan oleh guru untuk memecahkan masalah yang dihadapinya
serta meningkatakan pengajarannya.
24 Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktek…, 139. 25 Sri Benun Muslim, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme
Guru, Bandung: Alfabeta, 2009, 80.
20
Perilaku pokok supervisor dalam pandangan non direktif tersebut
meliputi: mendengarkan, mengklarifikasi, mendorong, mempresentasikan,
dan bernegosiasi. Target akhir yang diinginkan perilaku supervisor yang non
direktif adalah perencanaan guru sendiri (teacher self plan).
B. Prinsip – Prinsip Supervisor dalam Pendekatan Non Direktif.
Tentunya tidak sedikit masalah yang dihadapi seorang supervisor dalam
melaksanakan tugasnya. Dalam usahanya memecahkan masalah, hendaknya
ia berpegang teguh pada Pancasila yang merupakan prinsip asasi, yang
merupakan landasan utama pelaksanaan tugas dan kewajibannya sebagai
seorang supervisor. Disamping prinsip asasi tersebut, kita dapat
mengembangkan prinsip –prinsip positif serta meminimalisasikan prinsip –
prinsip negatifnya. Idealnya pendekatan non direktif memegang kembali
prinsip – prinsip supervisi sebagaimana saat supervisor memberikan
supervisinya.26
1. Demokratis dan Kooperatif
Dalam melaksanakan tugasnya, supervisor adalah seorang pemimpin yang
demokratis. Ia harus menghargai kepribadian guru. Dalam pembicaraan –
pembicaraan bersama, ia memberi kesempatan kepada guru untuk
melahirkan pikiran, perasaan, dan pendapat mereka. Keputusan diambil
melalui jalan musyawarah. Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan
bersama. Dalam suasana yang demikian akan memupuk kerja sama yang
26
Burhanuddin dkk, Supervisi Pendidikan dan Pengajaran, Konsep, Pendekatan, dan
Penerapan Pembinaan Profesionalitas, Malang: Rosindo, 2007, 63
21
baik antara pemimpin dan yang dipimpin. Guru saling membantu dalam
melaksanakan pekerjaan disekolah. Semuanya itu akan mendatangkan
manfaat yang besar bagi anak didik mereka.
2. Bersifat kreatif dan kontruktif
Melalui kepemimpinan yang baik, supervisor dapat dijadikan contoh oleh
guru. Ia dapat memahami kelebihan dan kekurangan seorang guru. Ia
berusaha memberi dorongan kepada semua guru untuk mengembangkan
kelebihan – kelebihannya. Agar hal tersebut mampu menciptakan sesuatu
yang baru demi kepentingan anak didik. Kekurangan guru juga
dipercakapkan bersama guru yang bersangkutan atau kelompok dan
bersama – sama mencari solusi dari kekurangan tersebut.
3. Ilmiah dan Efektif
Dalam pembicaraan masalah yang dihadapi oleh guru, hendaklah
supervisor bersikap ilmiah. Yang artinya ia harus mendengarkan masalah
dan akhirnya menarik kesimpulan untuk mengambil keputusan. Baik
supervisor maupun guru yang bersangkutan harus dapat mengakui nilai
ilmiah dari pekerjaannya. Supervisi mengkoordinasi antara teori dan
praktek. Disamping menolong guru – guru memahami teori, supervisor
membantu mereka mereka untuk menerapkan teori tersebut dalam
pelaksanaan tugasnya di sekolah. Ia secara setia berusaha memperbaiki
metode dan cara penggunaannya sehingga teori tersebut menjadi efektif.
4. Memberi perasaaan aman kepada guru
22
Para guru harus mengetahui dan memahami bahwa supervisi bukanlah
bermaksud mencari kesalahan, tetapi memberi solusi dalam
meningkatkan mutu pekerjaan agar para guru tumbuh dalam jabatan
mereka. Para guru harus dapat merasakan bahwa kepala sekolah yang
merangkap supervisor, bagaikan bapak dan saudara bagi mereka yang
senantiasa bersedia membantu dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Dengan demikian akan terpupuk perasaan aman pada guru
tersebut. Mereka tidak merasa tertekan dan mereka bebas mengeluarkan
pendapat. Dalam suasana semacam itu mereka melakukan pekerjaan
dengan suka cita.
5. Berdasarkan kenyataan
Supervisi hendaknya dilaksanakan kepala sekolah terhdap guru di
sekolah hendaknya didasarkan pada keadaan yang sebenarnya, yang
disaksikan dan diketahui. Data – data yang diperoleh bukan data – data
yang dibuat – buat melainkan keadaan riil para guru dan siswa yang ada
disekolah tersebut.
6. Memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengadakan
self evaluation.
Agar pelayanan supervisi mendatangkan manfaat yang berharga, baik
bagi kepala sekolah maupun guru, hendaknya mengembangkan dirinya
terlebih dahulu. Agar dapat memgembangkan dirinya terlebih dahulu.
Sehingga ia mampu melakukan self evaluation dimana dari self evalution
23
ini ia dapat mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Sehingga ia dapat
memperbaiki kekurangan tersebut.
C. Kompetensi Pedagogik Guru
Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.
Kompetensi yang dimilki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru
dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam penguasaan
pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.
Artinya guru bukan saja harus pintar, tetapi juga harus pandai mentransfer
ilmunya kepada peserta didik.27
Istilah pedagogik diterjemahkan dengan kata ilmu mendidik, dan
yang dibahas adalah kemampuan dalam mengasuh dan membesarkan
seorang anak. Kompetensi pedagogik digunakan untuk merujuk pada
keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan hal tersebut. Kompetensi pedagogik bertumpu pada
kemungkinan pengembangan potensi dasar yang ada dalam tiap diri
manusia sebagai makhluk individual, sosial dan moral.
Secara lebih sederhana terkait dengan guru, kompetensi pedagogik
berarti kemampuan guru dalam mengelola kelas sedemikian rupa agar
tujuan pendidikan dapat tercapai, yang didalamnya terdapat banyak hal
cakupannya. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27
27
Nanang Hanifah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta, 2009, 103.
24
Tahun 2008 dijelaskan tentang kompetensi pedagogik, meliputi: Menguasai
ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya, Mengimplementasikan prinsip-
prinsip pendidikan dan proses pembelajaran, dan Menguasai landasan
budaya dalam praksis pendidikan.28
Guru memiliki pengaruh luas dalam dunia pendidikan. Di sekolah ia
adalah pelaksana administrasi pendidikan yaitu bertanggung jawab agar
pendidikan dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, guru
harus memiliki kompetensi dalam mengajar. Kompetensi pedagogik
merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru
dalam jenjang pendidikan apapun.
Istilah kompetensi memiliki banyak makna, ada beberapa
definisi tentang pengertian kompetensi yaitu:29
1. Dalam UU RI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ditulis:
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru atau
dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.30
2. Dalam bukunya Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd. yang berjudul
Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan di jelaskan:
Kompetensi adalah perpaduan dari penguasaan, pengetahuan,
28
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian RI, 2010, “Lomba Fun Science
2010”, http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detilberita&id=6001, di Unduh tanggal 06
Agustus2016, pukul: 17:23. 29
Depdiknas, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS, Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 2003, 9. 30
Depdiknas, UU RI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta: CV. Mini Jaya
Abadi, 2005, 7.
25
keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas/pekerjaannya.31
3. Menurut W. Robert Houston memberikan pengertian adalah
sebagai berikut : “Competence” ordinarily is difined as “adequacy
for a task” or as “possession of require knowledge, skill and
abilities”.32
Dari uraian diatas nampak bahwa kompetensi mengacu pada
kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan.
Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang
rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-
tugas kependidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan
tujuan, sedangkan performance adalah perilaku nyata dalam arti tidak hanya
diamati tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata.
Pedagogik adalah teori mendidik yang mempersoalkan apa dan
bagaimana mendidik itu sebaik-baiknya.33
Oleh sebab itu pedagogik
dipandang sebagai suatu proses atau aktifitas yang bertujuan agar tingkah
laku manusia mengalami perubahan.34
Adapun pengertian kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam
pengelolaan peserta didik, meliputi:35
31
Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
2009, 23. 32
Roestiyah N.K “Masalah-Masalah Ilmu Keguruan” Jakarta: Bina Aksara, 1982, 4. 33
Edi Suardi, Pedagogik, Bandung: Angkasa OFFSET, 1979, 113. 34
Dewi Gusti, Kompetensi Pedagogik, http://dewigusti.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 7 Agustus 2017, Pukul: 16.36 WIB. 35
Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, …, 32.
26
1. Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan.
2. Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga
dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing
peserta didik.
3. Guru mampu mengembangkan kurikulum/silabus baik dalam bentuk
dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar.
4. Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
5. Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan
suasana dialogis dan interaktif.
6. Mampu memanfaatkan tegnologi pembelajaran
7. Mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur
dan standar yang dipersyaratkan.
8. Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui
kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.36
Sedangkan pengertian guru dalam kamus besar Bahasa Indonesia
adalah orang yang pekerjaannya mengajar.37
Dan menurut Roestiyah
N.K. bahwa guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik
kearah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk
anak menurut sekehendaknya.38
36
Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan …, 32. 37
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1989, 288. 38
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, 38.
27
Dalam perspektif Islam, pendidik adalah orang-orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif, koqnitif maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran
Islam.39
Perlu diketahui bahwasannya pendidikan agama Islam sendiri adalah
bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hokum-hukum agama Islam menuju
kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Jadi, dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kompetensi
pedagogik guru PAI adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru PAI
dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik sehingga dapat meningkatkan
perkembangan jasmani dan rohani mencapai tingkat kedewasaan
sehingga mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya sebagai
(kholifah fil ardh) sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Adapun kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru
khususnya guru PAI, meliputi:
1. Pemahaman terhadap peserta didik, sedikitnya ada empat hal yang harus
dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu: a) tingkat kecerdasan; b)
kreativitas; c) cacat fisik; d) perkembangan kognitif.
39
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2004, 74.
28
2. Perancangan pembelajaran, dalam pembelajaran terdapat kegiatan
memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai
hasil pembelajaran yang diinginkan. hal ini mencakup tiga kegiatan
yaitu: a) identifikasi kebutuhan; b) identifikasi kompetensi; c)
penyusunan program pembelajaran.40
3. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, dalam peraturan
pemerintah tentang guru dijelaskan bahwa guru harus memiliki
kompetensi untuk melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis. Hal ini berarti bahwa, pelaksanaan pembelajaran harus
berangkat dari proses dialogis antar sesama subjek pembelajaran
sehingga melahirkan pemikiran kritis dan komunikatif.
4. Pemanfaatan teknologi pembelajaran, teknologi pembelajaran
merupakan sarana pendukung untuk memudahkan pencapaian tujuan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi, memudahkan penyajian
data, informasi, materi pembelajaran dan variasi budaya. Oleh karena itu,
memasuki abad 21, sumber belajar dengan mudah dapat diakses
melalui teknologi informasi, khususnya internet yang didukung oleh
komputer.
5. Evaluasi hasil belajar, evaluasi atau penilaian memegang peranan
penting dalam segala bentuk pengajaran yang efektif. Berhasil tidaknya
suatu pendidikan dalam mencapai tujuannya dapat dilihat dari hasil
evaluasinya. Evaluasi dapat dilakukan untuk mengetahui perubahan
40
Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan …, 89.
29
perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik yang dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: a) penilaian kelas; b) tes
kemampuan dasar; c) penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi;
d) benchmarking (mengukur kinerja yang sedang berjalan); e) penilaian
program. 41
6. Pengembangan peserta didik, Pengembangan peserta didik dapat
dilakukan oleh guru melalui berbagai cara antara lain:42
a) kegiatan
ekstra kurikuler; b) pengayaan dan remedial; c) bimbingan dan
konseling;
41
E. Mulyasa, Profesionalisme Guru, Yogyakarta: Lentera Ilmu, 2009, 110. 42
E. Mulyasa, Profesionalisme Guru…, 111.
30
BAB III
DATA HASIL PENELITIAN
A. Profil Kabupaten Kudus
1. Keadaan Geografis
Kabupaten Kudus adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukota
kabupaten ini adalah Kota Kudus, terletak di jalur pantai timur laut Jawa
Tengah antara Kota Semarang dan Kota Surabaya. Kota ini berjarak 51
kilometer dari Timur Kota Semarang.
Kabupaten Kudus berbatasan dengan Kabupaten Pati di Timur, Kabupaten
Grobogan dan Kabupaten Demak di Selatan, serta Kabupaten Jepara di barat.
Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek) terbesar di Jawa Tengah
dan juga dikenal sebagai kota santri. Kota ini adalah pusat perkembangan
agama Islam pada abad pertengahan. Hal ini dapat dilihat dari adanya tiga
makam wali/sunan, yaitu Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Kedu.
Dahulu Kota Kudus bernama Kota "Tajug". Disebut Tajug karena di
daerah tersebut terdapat banyak tajug, tajug merupakan bentuk atap arsitektur
tradisional yang sangat kuno dipakai tujuan keramat. Tajug dahulunya
dijadikan tempat bersembahyang warga Hindu. Dengan demikian kota Tajug
dulunya sudah memiliki sifat kekeramatan tertentu, kota ini dianggap suci bagi
warga setempat yang beragama Hindu.
30
31
Sebagian besar wilayah Kabupaten Kudus adalah dataran rendah. Di
sebagian wilayah utara terdapat pegunungan (yaitu Gunung Muria), dengan
puncak Puncak Saptorenggo (1.602 m dpl), Puncak Rahtawu (1.522 m dpl),
dan Puncak Argojembangan (1.410 m dpl). Sungai terbesar adalah Sungai
Serang yang mengalir di sebelah barat, membatasi Kabupaten Kudus dengan
Kabupaten Demak. Kudus dibelah oleh Sungai Gelis di bagian tengah sehingga
terdapat istilah Kudus Barat dan Kudus Timur.
Kabupaten Kudus terdiri atas 9 kecamatan, yang dibagi lagi atas 123 desa
dan 9 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Kota Kudus. Kudus
adalah kabupaten dengan wilayah terkecil dan jumlah kecamatan paling sedikit
di Jawa Tengah,sehingga seharusnya menjadi Kota bukan Kabupaten.
Kabupaten Kudus terbagi menjadi 3 wilayah pembantu bupati (kawedanan),
yaitu: (1) Kawedanan Kota (Kec. Kota Kudus, Jati dan Undaan). (2)
Kawedanan Cendono (Kec. Bae, Dawe, Gebog dan Kaliwungu). (3)
Kawedanan Tenggeles (Kec. Mejobo dan Jekulo). Rencana kedepan, akan ada
kecamatan baru yaitu Kecamatan Kota Kudus Barat, Kota Kudus Timur dan
Kecamatan Muria yang merupakan pemecahan dari Kecamatan Dawe.
Sedangkan untuk Kecamatan Jekulo, akan dipersiapkan sebagai Ibukota
Kabupaten Kudus, untuk Kota Kudus tetap beribukota di Kota Kudus.43
2. Keadaan Demografi
a. Jumlah Penduduk
43
Web. Kabupaten kudus, Data geografis dan demografis, Kabupaten Kudus: diunduh
tanggal 22 Juni 2017, Pukul 08.15 WIB.
32
Jumlah penduduk Kabupaten Kudus pada tahun 2011 tercatat sebesar 769.904
jiwa, terdiri dari 382.021 jiwa laki-laki (49,62 persen) dan 387.883 jiwa
perempuan (50,38 persen). Apabila dilihat penyebarannya, maka kecamatan
yang paling tinggi persentase jumlah penduduknya adalah Kecamatan Jekulo
yakni sebesar 12,84 persen dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten
Kudus, kemudian berturut-turut Kecamatan Jati 12,77 persen dan Kecamatan
Gebog 12,27 persen. Sedangkan kecamatan yang terkecil jumlah penduduknya
adalah Kecamatan Bae sebesar 8,12 persen.
Bila dilihat dari perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan
perempuannya, maka diperoleh rasio jenis kelamin pada tahun 2011 sebesar
98,49 yang berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98
penduduk laki-laki. Dengan perkataan lain bahwa penduduk perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan penduduk laki-laki, ini bisa dilihat hampir di
semua kecamatan (kecuali kecamatan Gebog dan Dawe) bahwa angka rasio
jenis kelamin di bawah 100 persen, yaitu berkisar antara 93,52 dan 99,92
persen.44
b. Agama
Jumlah pemeluk agama di Kabupaten Kudus sampai pada akhir tahun 2017
yang beragama Islam sejumlah 785.388 orang, beragama kristen 13.062 orang,
beragama Katholik 4.665 orang, beragama Budha 983 orang, bergama Hindhu
72 orang dan 289 orang menganut kepercayaan kepadaTuhan Yang Maha
Esa/lainnya
44
Web BPS Kabupaten kudus, kuduskab.bps.go.id, diunduh tanggal 22 Juni 2017 Pukul
08.30 WIB.
33
Terdapat Sarana Ibadah berupa masjid 665.unit, 2015 langgar/Mushola,
23 gereja Kristen, 4 gereja katholik dan 10 Vihara/klenteng. Dibidang
pendidikan keagamaan terdapat..443 TPQ buah, sekolah minggu 35 buah dan
152 buah pondok pesantren dengan jumlah santri sebanyak 63.512 orang.45
c. Pendidikan
Pendidikan yang bermutu merupakan komponen penting dalam membentuk
SDM yang berkualitas. Penduduk yang bersekolah secara umum mengalami
fluktuasi selama tahun ajaran 2015/2016 – 2016/2017, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya murid dibeberapa jenjang pendidikan yang mengalami kenaikan dan
penurunan. Pada semua tingkat pendidikan, baik pendidikan dasar yaitu SD
(Negeri dan Swasta), pendidikan menengah yaitu SLTP (Negeri dan Swasta)
dan pendidikan atas yaitu SMA (Negeri dan Swasta).
Peningkatan jumlah penduduk yang bersekolah, tentunya harus
diimbangi dengan penyediaan sarana fisik dan tenaga guru yang memadai.
Pada tahun 2017, tersedia jumlah SD sebanyak 459 unit dan MI sebanyak 141
unit, SLTP dan MTs masing-masing sebanyak 48 dan 64 unit, SLTA dan MA
masing- masing ada sebanyak 17 dan 35 unit. Jumlah Universitas/Perguruan
Tinggi pada tahun akademik 2016/2017 tercatat ada 8 buah, yaitu Universitas
Muria Kudus (UMK), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus,
Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Cendekia Utama Kudus, Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhamadiyah, Akbid Mardi Rahayu, Akbid Pemda, Akper
45
Web Bappeda Kabupaten kudus, http://bappeda.kuduskab.go.id, diunduh tanggal 22 juni
2017 pukul 08.30 WIB.
34
Krida Husada dan Akademi kebidanan Muslimat NU Kudus. Banyaknya
mahasiswa periode 5 tahun terakhir cenderung meningkat.
Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu pendidikan
adalah dengan menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memadai dan
berkualitas serta tenaga pengajar yang profesional. Pendidikan dapat
digolongkan dalam 2 (dua) golongan yaitu pendidikan umum dan pendidikan
keagamaan. Pendidikan keagamaan baik negeri maupun swasta terdiri dari
Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiah (MTs), Madrasah Aliah (MA)
dan Perguruan Tinggi Agama.
Kebudayaan daerah dapat dilihat dari adat istiadat yang mengarah pada
budaya Jawa dan Islam. Bahasa daerah yang ada sangat didominasi oleh bahasa
jawa. Tempat bersejarah yang ada antara lain yaitu Makam Sunan Kudus dan
Makam Sunan Muria. Makan Sunan Kudus menyatu dalam satu lingkungan
dengan Masjid Menara Kudus yang berlokasi di Desa Kauman (merupakan
pusat Kota Kuno Kudus). Sedangkan Makam Sunan Muria berlokasi di salah
satu puncak Gunung Muria yaitu di desa Colo. Organisasi kepemudaan di
kabupaten Kudus berjumlah 23 organisasi, yang meliputi organisasi keagamaan
maupun yang bersifat umum.46
B. Profil Pengawas PAI Kabupaten Kudus
Pengawas guru PAI di tingkat SD se Kabupaten Kudus berjumlah 2
pengawas PAI SD, yaitu: 1. Nama : Drs. Ahmad Zaini, M.Pd.I NIP :
196604011994031002, Pangkat/Golongan : Pembina, IV/A, Pendidikan : S2
46
Web Dapodik Propinsi Jawa tengah, Dapodik.pdkjateng.go.id, diunduh tanggal 22 juni
2017 pukul 09.00 WIB.
35
Tugas : Pengawas PAI SD, Masa Kerja : 23 Tahun, Alamat : Karangbener
Kec. Bae Kab. Kudus. 2. Nama : Endah Sri hidayati, S.Ag. M.Pd.I,NIP :
197112161995032001, Pangkat/Golongan: Pembina, IV/A, Pendidikan : S2,
Tugas : Pengawas PAI SD, Masa Kerja : 22 Tahun,Alamat : Bakalan Krapak
Kec. Kaliwungu Kab. Kudus.
Dari 453 SD yang tersebar di 9 Kecamatan se Kabupaten Kudus,
hanya 2 pengawas PAI yang melakukan pengawasan, bimbingan dan supervisi
terhadap 469 guru PAI SD, dengan pembagian untuk Bapak Drs Ahmad Zaini,
M.Pd.I sebanyak 4 Kecamatan yaitu kecamatan Undaan, Kota, Jekulo, Dawe
dengan jumlah guru PAI sebanyak 179 guru, Untuk Ibu Endah Sri Hidayati,
S.Ag. M.Pd.I sebanyak 5 kecamatan Yaitu Kecamatan Bae, Gebog, Jati,
kaliwungu, Mejobo dengan jumlah guru PAI sebanyak 290 guru.
C. Profil Guru Pendidikan Agama Islam Kabupaten Kudus
Secara keseluruhan jumlah guru PAI SD se Kabupaten Kudus berjumlah 469
guru dengan pembagian guru yang sudah berstatus PNS berjumlah 350 guru
dan guru yang berstatus sebagai guru wiyata berjumlah 119 guru, dari jumah
tersebut guru PAI sebagai sumber data sebanyak 10 0rang, 5 orang dari
Binaan bapak Drs Ahmad Zaini, M.Pd.I, sedangkan 5 orang lagi berasal dari
binaan Ibu Endah Sri Hidayati, S.Ag. M.Pd.I. Untuh lebih lengkapnya profil
guru PAI SD tersebut adalah Sebagai Berikut:47
47
Wawancara dengan Drs. Djamilun, M.Ag, Kasi PAIS Kemenag Kabupaten Kudus, Rabu
7 Juni 2017, di kantor kemenag kabupaten kudus.
36
Tabel 1 : Daftar Guru
NO Nama NIP TMT Tempat Tugas
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Masyhudi, M.Pd.I
Makhfud Fauzi, S.Pd.I
Mukhlas, M.Pd.I
Zainuri, S.Pd.I
Sufron, S.Ag
Sofiyah, S.Pd.I
Hanifah, S.Pd.I
Sri Ngatmini, S.Pd.I
Dewi Romlah, S.Pd.I
Siti Zumriyah, S.Pd.I
196003171984051002
196404151994031009
196305061984051004
195903211984051003
196407071984051002
196304291984052001
196102171984052001
196909082007012012
196001061989032006
196410291984052001
01-05-1984
01-03-1994
01-05-1984
01-05-1984
01-05-1984
01-05-1984
01-05-1984
01-01-2007
01-03-1989
01-05-1984
SD 1 Wergu wetan
SD 3 Jekulo
SD 1 Megawon
SD 3 Terban
SD 1 Tanjungrejo
SD 1 Prambatan kidul
SD 4 Gribig
SD 2 Hadipolo
SD 1 Jepang
SD 3 Wergu wetan
37
BAB IV
IMPLEMENTASI SUPERVISI NON DIREKTIF PENGAWAS
UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDEGOGIK
GURU
A. Implementasi Supervisi Non Direktif Pengawas
Pengawas PAI pada sekolah menentukan kebutuhan supervisi guru
berdasarkan perbedaan individual, keahlian, dan komitmennya. Karenanya
pengawas PAI pada sekolah dapat menggunakan pendekatan yang bervariasi
dalam supervisi terhadap guru yang berbeda. “Pengawas yang amat efektif
mampu memadukan model yang tepat atau strategi yang tepat untuk kebutuhan
khusus dan tingkat pengembangan dari guru itu sendiri.”48
Dengan strategi ini,
pengawas PAI harus memilih pendekatan atas dasar kasus per kasus,
menggunakan dasar pengetahuan mengelompokkan guru, observasi dan
interaksi dengan guru atau kelompok terkini, dan menganalisis situasi
sekarang. Strategi supervisi ini dimaksudkan agar dapat berkontr ibusi
terhadap peningkatan kompetensi guru PAI.
Pendekatan yang digunakan oleh Pengawas PAI SD di Kabupaten Kudus
dalam memberikan pembinaan kepada guru PAI salah satunya adalah dengan
pendekatan tidak langsung (non directif), yaitu pengawas memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengungkapkan permasalahan pembelajaran
48Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Bahan
Belajar Mandiri..., 19.
37
38
dikelasnya, dan pengawas mendengarkannya. Setelah itu antara pengawas dan
guru berdiskusi untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi guru. Di akhir
pembinaan, Pengawas memberikan motivasi agar guru menjalankan tugasnya
dengan baik, yaitu pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak
lanjut. Pendekatan non directif digunakan oleh Pengawas PAI di sekolah
tersebut pada guru dinilai sudah mempunyai daya abstrak dan komitmen yang
tinggi. Guru mampu menemukan sendiri permasalahannya saat dikelas.49
Pendekatan non direktif digunakan karena pengawas menganggap bahwa
guru mengetahui tentang kebutuhan perubahan pembelajaran yang terbaik, dan
guru dianggap mempunyai kemampuan berfikir dan bertindak tentang apa
yang ia hadapi.50
Dalam melakukan pembinaan Pengawas sangat menghormati Guru. Guru
dianggap sebagai teman sejawat bukan bawahannya, sehingga perasaan
sungkan diantara guru dan pengawas tidak ada. Suasana tersebut akan
membuat nyaman dan leluasa bagi guru dalam mengungkapkan segala masalah
yang dihadapinya dalam menjalankan tugas profesinya sebagai guru. Pengawas
dalam memberikan layanan kepada guru harus didasarkan pada landasan yang
relevan, yaitu bahwa guru memiliki potensi untuk mengembangkan dirinya.
Pelayanan hendaknya bersifat obyektif dan didasarkan hubungan teman sejawat
serta hubungan manusiawi yang sehat dan wajar.51
49
Wawancara dengan Drs. Ahmad Zaini, M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus,
Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus. 50
Wawancara dengan Endah Sri Hidayati, S.Ag,M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten
Kudus, Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus. 51
Wawancara dengan Masyhudi, M.Pd.I, Guru PAI SD Wergu Wetan 01, Rabu 7 Juni
2017 di ruang guru SDN Wergu wetan 01 Kota Kudus.
39
Pelaksanaan pembinaan oleh pengawas PAI di Kabupaten Kudus kepada
para guru dilaksanakan secara individual maupun secara kolektif, secara
individual ini dilakukan pengawas PAI dengan cara berkunjung ke sekolah
yang dijadwalkan mendapat layanan supervisi, kegiatan ini dilakukan secara
individual atau perseorangan yaitu dengan melakukan visitasi atau kunjungan
ke sekolah-sekolah yang dianggap perlu mendapatkan pembinaan atau
bimbingan.52
Sedangkan pembinaan secara kolektif praktiknya adalah melalui forum
KKG PAI yang disesuaikan pembagian dabin, Pengawas PAI membagikan
kartu masalah kepada para guru supaya guru dapat mengungkapkan
permasalah yang dihadapi, kemudian dari permasalahan yang diungkapkan
guru tersebut pengawas memberikan motivasi dan bimbingan serta membantu
para guru untuk dapat memecahkan permasalah yang dihadapi.53
1. Karakteristik Guru yang Disupervisi dengan Pendekatan Non Direktif
Untuk menjangkau fungsi kepengawasan yang lebih personal di sekolah,
sangat diperlukan kemampuan pengawas antara lain, memiliki pengetahuan
yang profesinal, artinya pengawas memang berbekal ilmu
kepengawasan,kemampuan mendelegasikan beban tugas secara produktif,
kemampuan memahami problema profesional guru, serta kemampuan
pengawas dalam menyelenggarakan situasi relasi kerja yang baik antara
karyawan, guru dan orang tua. Salah satu kompetensi pengawas yaitu bisa
52
Wawancara dengan Endah Sri Hidayati, S.Ag,M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten
Kudus, Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus. 53
Wawancara dengan Drs. Ahmad Zaini, M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus,
Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus.
40
mengetahui prototipe guru sehingga bisa melakukan supervisi dengan
berbagai pendekatan, baik pendekatan langsung, tak langsung, maupun
kolaboratif.
Berdasarkan hasil observasi peneliti karakteristik guru yang disupervisi
dengan pendekatan non direktif di dapatkan hasil bahwa guru yang
disupervisi dengan pendekatan non direktif adalah guru yang bisa
menyelesaikan permasalahannya sendiri.54
Ada dua aspek pada guru yang harus dipertimbangkan oleh supervisor
sebelum menentukan orientasi yaitu:
a. Tingkat komitmen
Aspek pertama yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
orientasi perilaku supervisi adalah tingkat komitmen guru, seorang guru
yang memiliki komitmen biasanya bekerja semata-mata untuk
kepentingan bersama dan komitmen itu mencakup waktu dan usaha.
Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap pembelajaran yang
dilakukan oleh guru PAI Sofiyah, beliau tampak ikhlas mengajar peserta
didik dengan banyak perhatian serta waktu dan tenaganya disediakan
banyak sekali. Guru profesional adalah guru yang mampu mengelola
dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari.
Tingkat profesional diukur dari 2 level yaitu tingkat abstrak dan
tingkat komitmen. Ibu Sofiyah merupakan salah satu contoh guru yang
bisa dikatakan profesional karena beliau memiliki tingkat abstrak dan
54
Wawancara dengan Drs. Ahmad Zaini, M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus,
Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus.
41
komitmen yang tinggi terbukti saat proses pembelajaran beliau
perhatiannya kepada murid itu tinggi, waktu dan tenaga yang dikeluarkan
juga banyak, beliau mementingkan melaksanakan kepentingan bersama
dari pada kepentingan pribadi, serta dalam mengemban tugas beliau bisa
mengidentifikasi permasalahannya dan memecahkannya.55
b. Tingkat abstraksi
Guru-guru yang mempunyai kemampuan abstrak tinggi bisa memandang
masalah masalah pengajaran dari banyak perspektif (diri sendiri, murid,
orang tua, administrator dan alat pengajaran) dan mengumpulkan banyak
rencana alternatif, selanjutnya mereka bisa memilih satu rencana dan
memikirkan langkah-langkah pelaksanaan. Hal ini dikuatkan oleh
pendapat Bapak Drs Ahmad zaini,M.Pd.I pada sesi wawancara beliau
menjelaskan:
“Guru yang disupervisi dengan pendekatan non direktif itu merupakan
guru yang daya komitmennya yang tinggi dan abstraknya juga tinggi,
guru terebut bisa dikatakan dengan prfesional karena bisa memecahkan
masalahnya sendiri dan peran saya disini mendengarkan apa yang
dikeluhkan guru serta memberi masukan-masukan dan motivasi
selanjutnya saya memberikan solusi untuk memecahkan masalahnya”56
Bapak Drs Ahmad Zaini M.Pd.I menjelaskan bahwa untuk
menentukan orientasi pendekatan yang digunakan untuk mensupervisi
tidaklah mudah butuh keahlian yang khusus dalam menggunakannya kita
juga butuh referensi dari pihak lain untuk menentukannya, karena
55
Wawancara dengan Endah Sri Hidayati, S.Ag, M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten
Kudus, Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus.. 56
Wawancara dengan Drs. Ahmad zaini, M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus,
Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus.
42
karakteristik guru itu berbeda dan pendekatan yang digunakan juga
berbeda-beda pula, dengan menyesuaikan karakteristik guru.
Kemudian Ibu Endah Sri hidayati, S.Ag, M.Pd.I juga menjelaskan
bahwa: “Tingkat komitmen dan tingkat abstraksi yang dimiliki guru
berbeda-beda maka dari itu Pengawas apabila tidak memiliki keahlian
yang khusus dalam dirinya beliau akan merasa kesulitan untuk
menghadapinya”.57
Hal ini diperkuat oleh Bapak Muchlas, M.Pd.I beliau mengatakan:
“Sebagian banyak guru sudah bisa dikatakan profesional, mengapa saya
berpendapat seperti itu? Karena menurut saya guru belum S1dan yang
sudah S1 belum sesuai dengan bidangnya disuruh untuk melanjutkan
S1sesuai dengan bidangnya dan guru disini juga bisa menyelesaikan
masalahnya sendiri, kita juga diikut sertakan workshop dan KKG untuk
menambah wawasan dalam melakukan tugas sebagai seorang pendidik” 58
Pendapat ini juga dipertegas oleh Bu Hanifah, S.Pd.I menjelaskan bahwa:
“Guru yang disupervisi dengan menggunakan pendekatan non direktif
itu ya guru yang sudah bisa dikatakan profesional. Yang bisa melakukan
tindakan-tindakan untuk memecahkan masalahnya dan kompetensi yang
dimiliki seperti kompetensi Professional”.59
2. Tahapan pelaksanaan supervisi Non Direktif
Berdasarkan hasil observasi di lapangan serta wawancara peneliti dengan
Bapak Drs Ahmad Zaini, M.Pd.I dan ibu Endah Sri Hidayati, S.Ag.M.Pd.I
selaku Pengawas PAI SD didapatkan hasil bahwa supervisi yang dilakukan
57
Wawancara dengan Endah Sri Hidayati, S.Ag,M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten
Kudus, Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus. 58
Wawancara dengan Muchlas, M. Pd.I, Guru Pendidikan Agama Islam SD1 Megawon,
Rabu 07 Juni 2017 di ruang guru SD 1 Megawon. 59
Wawancara dengan Hanifah, S.Pd.I, Guru Pendidikan Agama Islam SD 4 Gribig, Rabu
07 Juni 2017 diruang guru SD 4 Gribig
43
oleh Supervisor ini menggunakan pendekatan non direktif untuk mensupervisi
guru.
Bapak Drs. Ahmad Zaini, M.Pd.I menjelaskan kepada peneliti pada waktu
wawancara bahwa pelaksanaan supervisi di Kantor pokjawas Kabupaten Kudus
adalah sebagai berikut:
“Saya menggunakan langkah mengevaluasi guru dengan cara
mensupervisinya dengan pendekatan non direktif agar dapat mengetahui
kesulitan-kesulitan yang di hadapi guru tersebut, dan saya pribadi sebagai
supervisor ingin membantu guru tersebut agar dalam proses pembelajarannya
itu lancar”.60
Penggunaan supervisi Non Direktif oleh pengawas dikabupaten Kudus
juga sudah tertuang dalam Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) yang
dijadikan pedoman oleh pengawas dalam melaksanakan proses kepengawasan
terhadap guru PAI sekabupaten Kudus. Didalam Rencana kepengawasan
Akademik tersebut pengawas menjalankan supervisi Non direktif untuk
mensupervisi kegiatan penggunaan metode dan teknik mengajar guru ,
pelaksanaan bimbingan guru, penggunaan media dan alat dalam proses
pembelajaran.
Tahap-Tahap dalam proses pelaksanaan supervisi non direktif yaitu:
a. Mendengarkan .
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa pada tahap
pertemuan awal ini Pengawas mendengarkan keluhan-keluhan guru,
Pengawas mendengarkan masalah guru dengan serius dan memberikan
motivasi guru untuk menyimpulkan atau meringkas permasalahan yang
60
Wawancara dengan Drs. Ahmad zaini, M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus,
Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus.
44
dihadapi guru Sebagaimana yang di kemukakan oleh Masyhudi, M.Pd.
guru PAI SD 1 WErgu wetan dalam sesi wawancara, beliau menjelaskan
bahwa:
“Pembinaan guru dengan pendekatan Non direktif merupakan upaya yang
dilakukan oleh pengawas dengan terlebih dahulu mendengarkan secara aktif
apa yang dikemukakan oleh guru, ia memberi kesempatan sebanyak mungkin
kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami”.61
b. Memberi penguatan
Setelah mengetahui berbagai keluhan yang dialami guru maka perilaku
supervisor selanjutnya adalah memberi penguatan. Penguatan ini bisa berupa
pujian, atau motivasi. Motivasi yang positif akan mendorong manusia untuk
berbuat positif atau kebaikan juga. Sebagai mana yang dikemukakan oleh
Endah Sri Hidayati,S.Ag. M.Pd.I bahwa setelah guru mengutarakan
permasalahan yang mereka hadapi pengawas member motivasi kepada guru
untuk mengangkat moral guru supaya tetap semangat dan tetap merasa
mampu menghadapi permasalahan yang ada.62
c. Menjelaskan
Penjelasan supervisor kepada guru hendaknya disesuaikan dengan kapasitas
kemampuan guru. Meskipun supervisi non direktif ini diberlakukan kepada
guru yang professional, supervisor harus tetap memberikan penjelasan sesuai
dengan tingkat pemahaman guru. Sebagaimana yang dikatakan oleh Drs.
Ahmad Zaini, M.Pd.I bahwa dalam melaksanakan supervisi dengan
pendekatan Non Direktif setelah pengawas mendengarkan permasalahan
61
Wawancara dengan Drs. Masyhudi, M.Pd.I Guru PAI SD 3 Terban, Rabu 07 Juni 2017
di ruang Guru SD 3 Wergu wetan Kota Kudus 62
Wawancara dengan Endah Sri Hidayati, S.Ag,M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten
Kudus, Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus.
45
yang diungkapkan oleh guru dan memberikan motivasi kepada guru,
kemudian setelah melakukan observasi mengenai permasalahan yang
dihadapi guru, dari hasil observasi itu pengawas memberikan penjelasan
kepada guru tentang permasalahan yang dihadapi guru sesuai dengan
pemahaman guru tersebut.63
d. Menyajikan
Tahapan dalam melakukan supervisi Non direktif Wawancara dengan Drs.
Ahmad zaini, M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus, Selasa 06 Juni 2017 di
ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus selanjutnya adalah
Menyajikan, menyajikan disini bisa dimaknai dengan supervisor menyajikan
solusi baik berupa petunjuk praktis atau teori. Dengan petunjuk praktis ini
memudahkan guru untuk memahami ilmu yang diberikan oleh supervisor.
Menurut Shofiah, S.Pd.I guru PAI binaan Endah Sri Hidayati,S.Ag. M.Pd.I,
beliau mengatakan bahwa dari hasil observasi kepada permasalahan yang
dihadapi guru tersebut pengawas kemudian memberi petunjuk atau masukan
kepada guru untuk dijadikan sebagai pedoman untuk mencari solusi terhadap
permasalahan guru tersebut.64
e. Memecahkan masalah
Kegiatan berikutnya adalah supervisor membantu memecahkan masalah yang
dihadapi guru. Pemecahan masalah ini dalam rangka mengubah kondisi-
kondisi yang tidak tepat menjadi tepat. Karena karakteristik supervisi non
63
Wawancara dengan Drs. Ahmad zaini, M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus,
Selasa 06 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus 64
Wawancara dengan Sofiyah, S.Pd.I,Guru Pendidikan Agama Islam SD 3 Purwosari,
Rabu 07 Juni 2017 di ruang guru SD 3 Purwosari
46
direktif ini bersifat dialog, maka dalam proses pemecahan masalah ini
supervisor hendaknya dialog atau bermusyawarah dengan guru untuk
mencari solusi bersama.
Tahap terakhir setelah pengawas mengobservasi permasalahan yang
diutarakan oleh guru, selanjutnya dari hasil observasi tersebut pengawas
membantu memberikan alternative pemecahan masalah, seperti yang
diungkapkan oleh Endah Sri Hidayati,S.Ag. M.Pd.I bahwa pengawas akan
memembantu memberikan alternative pemecahan masalah secara langsung
kepada guru PAI tersebut, atau dapat juga melalui pertemuan KKG PAI
supaya dapat didengarkan oleh lebih banyak guru yang mungkin memiliki
permasalahan yang sama.65
3. Analisis Implementasi Supervisi Non Direktif
Supervisi dengan pendekatan non direktif merupakan supervisi dimana
pengawas tidak terlalu banyak dalam pelaksanaan supervisi ini, beliau hanya
mendengarkan, memberi penguatan dan motivasi serta membantu
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi guru.
Pendekatan non direktif adalah cara pendekatan terhadap permasalahan
yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung
menunjukkan pemasalahan, tapi ia terlebih dahulu mendengarkan secara aktif
apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin
kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami.66
65
Wawancara dengan Endah Sri Hidayati, S.Ag,M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten
Kudus, Senin 12 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus. 66 Piet E. Sahertian, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi...,48.
47
Pelaksanaan supervisi ini dilakukan oleh pengawas maka pengawas harus
memiliki keahlian yang khusus dalam melakukan berbagai pengawasan untuk
meningkatkan kinerja guru, pengawasan dalam hal ini bertujuan untuk
mengontrol agar kegiatan pendidikan disekolah terarah. Pada tujuan yang telah
ditetapkan sehingga pelaksanaan supervisi non direktif sangatlah penting
dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran serta dalam pembelajarannya tidak ada rekayasa dan tulus dari
hati untuk menjalankan tugas keprofesionalannya.
Pelaksanaan supervisi dengan pendekatan non direktif hasil akhir dari
supervisi ini adalah rencana guru sendiri apabila supervisor akan menggunakan
orientasi tidak langsung dalam melaksanakan supervisi. Hal ini terlihat dari
hasil wawancara peneliti dengan Drs Ahmad Zaini, M.Pd.I dan Endah Sri
Hidayati,S.Ag.M.Pd.I Dalam melaksanakan supervisi dengan pendekatan non
direktif bentuk aplikasinya adalah sebagai berikut:
a. Pertemuan awal
Pertemuan awal ini supervisor bertemu dengan guru, Mereka
membicarakan masalah yang dihadapi guru. Guru memaparkan kendala atau
permasalahan yang dihadapinya mengenai kemampuannya dalam mengelola
pembelajarannya di kelas yang diajarnya. Permasalahan yang dihadapi guru
diantaranya seperti memahami karakteristik peserta didik karena banyaknya
siswa yang ada di kelas. Sehingga guru dituntut untuk menggunakan
metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa yang diampu.
Kelemahan tersebut dapat berpengaruh terhadap penyampaian materi.
48
Selajutnya dalam kegiatan pertemuan awal ini Sebagaimana menurut
Glickman dalam bukunya Ibrahim bafadal yang berjudul peningkatan
profesionalisme guru sekolah dasar dalam kerangka manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah menjelaskan supervisor dalam
pertemuan awal ini mendengarkan keluhan-keluhan guru kemudian
supervisor bertanya kepada guru perlu tidaknya diadakan observasi kelas
pada saat guru mengajar. Apabila tidak diperlukan oleh guru berarti tidak
ada masalah serius yang dihadapi guru. Sebaliknya, apabila guru meminta
supervisor mengobservasi kelas, maka dilanjutkan observasi kelas.67
b. Observasi
Setelah melakukan percakapan awal langkah selanjutnya yaitu
observasi kelas. Dalam percakapan awal supervisor berjanji akan
mengobservasi kelas, Pelaksanaan observasi kelas, menurut Glickman dalam
bukunya ibrahim bafadal yang berjudul peningkatan profesionalisme guru
sekolah dasar dalam kerangka manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah menjelaskan pada tahap observasi kelas ini supervisor memasuki
kelas untuk mengamati pengajaran guru. Pada saat ini supervisor mengamati
bagaimana guru mengajar, bagaimana murid belajar, mendengarkan
penjelasan, berdiskusi dan sebagainya. Setelah itu, semua hasil pengamatan
dianalisis dan diinterpretasikan. Apabila perlu, supervisor menyusun
pertanyaan untuk mengklarifikasi hasil-hasil pengamatannya untuk
67 Ibrahim Bafadal, Peningkatan Prfesionalisme Guru Sekolah Dasar Dalam Kerangka
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Bumi Aksara: Jakarta, 2003, 80.
49
membantu mengarahkan guru memahami kekurangan dan masalahnya
sendiri.68
Supervisor dalam tahap ini yaitu kegiatan observasi kelas, supervisor
menyiapkan lembar daftar penilaian untuk mengetahui atau menilai
kemampuan guru dan supervisor memberikan solusi mengenai permasalahan
yang dihadapi guru terkait keprofesionalannya. Supervisor akan memantau
guru terkait dengan proses pembelajaran guru didalamnya ada beberapa
tahap yaitu pada tahap awal pembukaan pembelajaran, kemudian pada inti
pembelajaran dan penutup. Akan tetapi pada observasi kelas supervisor
fokus pada kemampuan guru didalam kelas seperti mengelola kelas
diantaranya mampu memahami karakteristik dan kemampuan penyampaian
dengan materi yang diajarkan serta melaksanakan evaluasi.
c. Pertemuan balikan
Setelah data dianalisis dan menginterpretasikan lalu dibahas bersama dalam
suatu percakapan. Pada saat inilah diidentifikasi kembali tindakan-tindakan
yang dilakukan guru dikelas, serta membantu guru memahami kekurangan-
kekurangannya sendiri. Kemudian supervisor bertanya kepada guru
mengenai apa saja yang menurut guru bisa dilakukan untuk memecahkan
kekurangan kekurangannya.
Supervisor dalam tahap pertemuan balikan ini menyiapkan catatan-
catatan penting dan lembar penilaian pelaksanaan supervisi dengan
pendekatan non direktif dengan menyesuaikan hasil observasi kelas yang
68 Ibrahim Bafadal, Peningkatan Prfesionalisme Guru Sekolah Dasar...,80.
50
nantinya dari data tersebut kegiatan analisa dan diskusi dilakukan Hasil
tindak lanjut yang dilakukan supervisor terhadap guru. pada pertemuan
balikan ini adalah guru dapat mengetahui karakteristik peserta didiknya dan
Setelah guru mengetahui tingkat kemampuannya melalui supervisi dengan
pendekatan non direktif dan supervisor telah memberikan bimbingan serta
arahan-arahan mengenai kekurangan dan kelebihan guru dalam
meningkatkan proses belajar mengajar dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan keprofesionalannya. Maka dari itu supervisor menanyakan
perasaan guru untuk mengetahui kepuasan guru dengan adanya supervisi
dengan pendekatan non direktif.
Demikianlah pelaksanaan supervisi non direktif, bisa disimpulkan
bahwa dalam orientasi tidak langsung ini peran supervisor tidak banyak,
dalam orientasi ini guru bertindak sebagai penentu utama tindakan-tindakan
yang akan dilakukan pada masa yang akan datang. Gurulah yang harus
merencanaan segala sesuatunya yang berhubungan dengan apa yang akan
dilakukan. Pelaksanaan supervisi non direktif idealnya dilaksanakan pada
awal semester atau pada tahun ajaran baru dengan memberikan informasi
awal terlebih dahulu kepada guru sudah terjadwal selama 1 semester atau 1
tahun.69
69
Wawancara dengan Makhfud Fauzi, S.Pd.I, Guru Pendidikan Agama Islam SD 3 jekulo,
Selasa 14Juni 2017 di Ruang Musholsa SD 3 jekulo.
51
B. Kontribusi Supervisi Non Direktif Pengawas untuk Meningkatkan
Kompetensi Pedagogik Guru PAI SD di Kabupaten Kudus
Merujuk pada teori dapat difahami bahwa kontribusi merupakan fungsi
organisasi yang memiliki hubungan terhadap pertumbuhan dan peningkatan
kinerja guru.70
Terhadap teori tersebut Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus
Drs. Ahmad Zaini,M.Pd.I menjelaskan bahwa kontribusi adalah sesuatu yang
diberikan yang berpengaruh terhadap peningkatan mutu seseorang. Adapun
Endah Sri Hidayati, S.Ag.M.Pd.I memberikan definisi kontribusi sebagai
sesuatu yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan orang lain.71
Prinsip-prinsip positif dan negatif harus menjadi acuan utama pengawas
dalam menjalankan kegiatan supervisi di sekolah agar kontribusi supervisi
terhadap pembelajaran membuahkan hasil yang optimal.72
Menurut pendapat di
atas dapat dikatakan bahwa Pengawas PAI hendaknya melaksanakan supervisi
yang berkontribusi terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru.
Kontribusi pengawas memiliki signifikansi terhadap pengembangan
profesionalitas guru.73
Mengacu pada konsep teori tersebut dapat difahami
bahwa pengawas hendaknya melaksanakan evaluasi terhadap kontribusi
kegiatan supervisi yang telah dilakukan. Demikian juga dengan Pengawas PAI
SD yang ada di Kabupaten Kudus semestinya melakukan hal yang serupa.
70 Tadele Akalu Tesfaw & Roelande H. Hofman, “Relationship Between Instructional
Supervision and Professional Development”, University of Groningen The International Education
Journal: Comparative Perspectives, Vol. 13, Nomor 1 (2014), 88. 71
Wawancara dengan Endah sri Hidayati, S.Ag.M.Pd.I, Pengawas PAI SD Kabupaten
Kudus, Senin 12 Juni 2017 di ruang Pokjawas Kementrian Agama Kabupaten Kudus. 72
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan..., 10. 73
Tadele Akalu Tesfaw & Roelande H. Hofman, “Relationship..., 90.
52
Dua orang Pengawas PAI SD yang bertugas di Kabupaten Kudus
menyatakan bahwa mereka melaksanakan evaluasi terhadap kontribusi
kegiatan supervisi yang telah dilakukan. Hal tersebut dipertegas pula oleh 10
orang Guru PAI SD di Kabupaten Kudus yang menjadi sample pada penelitian
ini. Menurut mereka pengawas melaksanakan evaluasi terhadap kontribusi
kegiatan supervisi yang telah dilakukan. Dengan demikian berdasar teori yang
ada serta mengacu kepada hasil penelitian di lapangan dapat disimpulkan
bahwa Pengawas PAI SD Kabupaten Kudus melaksanakan evaluasi terhadap
kontribusi kegiatan supervisi yang telah dilakukan.
Dalam hal penelitian ini pengawas berkontribusi terhadap peningkatan
kompetensi pedagogik melalui supervisi non directif yang dilaksanakannya
terkait tentang pengembangan profesional guru PAI. Pengembangan
profesional tersebut merupakan peningkatan kinerjanya. Dengan demikian
dapat disimpulkan dari maksud kontribusi yang dituju terhadap penelitian ini
adalah hasil yang dicapai atas supervisi non direktif yang dilakukan pengawas
dan guru PAI di sekolah.
Kontribusi supervisi non directif yang dilakukan pengawas menjadikan
kompetensi pedagogik yang dimiliki guru menjadi lebih baik, ini dapat
dibuktikan bahwa sebagian besar guru PAI SD telah dapat membuat
administrasi pembelajaran dengan baik dan benar, selain itu para guru PAI SD
dalam proses belajar mengajar mampu memanfaatkan media, sarana dan
tehnologi yang ada di sekolah dan lingkungan sekitar, serta dalam mengajar
dapat memilih metode dan strategi pembelajaran yang tepat.
53
Keberhasilan guru dalam membimbing peserta didik dapat dibuktikan
melalui keberhasilan peserta didik dalam meraih prestasi peserta didik dalam
prosespembelajaran yang semakin meningkatnya pencapaian nilai, juga dapat
diekspresikan pada keberhasialn peserta didik dalam mengikuti perlombaan,
kejuaraan maupun kompetisi lainnya.
Dari hasil observasi kepada sebagian guru penulis melihat masih ada
beberapa guru PAI SD yang masih kurang menguasai sistem administrasi
kelas, sistem pembelajaran, pengelolaan kelas, penggunaan media dan metode
pembelajaran serta tehnik dan tehnologi pendidikan sehingga kemampuan guru
dalam mengjar harus selalu ditingkatkan.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Supervisi Non Direktif
untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI.
1. faktor pendukung
Dari hasil wawancara dan dokumentasi peneliti terhadap pengawas dan
guru PAI SD di Kabupaten Kudus dapat kami simpulkan bahwa faktor
pendukung pelaksanaan supervisi non direktif untuk meningkatkan
kompetensi pedagogic guru PAI SD adalah sebagai berikut:
a. Kualifikasi akademik guru yang hampir keseluruhan sudah
berpendidikan sarjana,
b. Sebagian besar guru PAI SD dikabupaten Kudus sudah mempunyai
sertifikat pendidik, sehingga dapat dikatakan sebagai guru professional.
54
c. Kepala Sekolah mendukung usaha peningkatan kompetensi pedagogik
Guru Pendidikan Agama Islam dengan cara menyediakan dana untuk
kegiatan pelaksanaan program
d. Program sekolah dalam Rangka Mengembangkan Kompetensi
Pedagogik guru :
1) Program IHT (In House Training) pembuatan silabus dan penyusunan
RPP.
2) Pemberdayaan KKG tingkat sekolah.
3) Pendelegasian guru ke Diklat/Workshop Peningkatan Profesionalisme
Guru.
4) Pengikutsertakan guru dalam lomba guru berprestasi.
d. Penyediaan sarana Prasarana yang dibutuhkan
e. Pembinaan Kepala Sekolah setelah pelaksanaan supervisi kelas
merupakan motivasi bagi guru dalam mengembangkan kompetensinya
2. Faktor Penghambat
Pelaksanaan supervisi non direktif oleh Pengawas terhadap pembelajaran
PAI di Kabupaten Kudus selama tahun 2016/2017 juga mengalami kendala
sebagaimana pelaksanaan supervisi pada sekolah di daerah lain pada
umumnya. Adapun kendala-kendala tersebut adalah:
a. Intensitas tatap muka antara Pengawas dengan Guru masih sangat rendah.
Pelaksanaan supervisi non direktif di Kabupaten Kudus pada umumnya
mempunyai frekwensi yang masih sangat rendah, yaitu satu semester
55
sekali, bahkan ada yang selama satu tahun hanya sekali dikunjungi
Pengawas. Menurut pengakuan Pengawas, hal ini disebabkan antara lain:
1) Jumlah sekolah binaan yang terlalu banyak dan menyebar dalam
wilayah yang cukup luas.
Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengawas
Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Pasal
10 ayat (1) menyatakan: “Beban kerja minimal Pengawas Madrasah
dan Pengawas PAI pada sekolah ekuivalen dengan 37,5 (tiga puluh
tujuh koma lima) jam perminggu, termasuk pembinaan, pemantauan,
penilaian dan pembimbingan di Madrasah / Sekolah”, Sedangkan Ayat
(3) berbunyi: Pengawas PAI pada Sekolah melaksanakan tugas
pengawasan terhadap paling minimal 20 (dua puluh) Guru PAI pada
TK, SD, SMP, dan / atau SMA” (Permenag RI No 2 Tahun 2012).
Beban kerja ini dapat dipenuhi melalui kegiatan tatap muka dan non
tatap muka. Pengawas PAI SD diKabupaten Kudus melaksanakan
tugas pengawasan terhadap 456 Guru PAI di bagi 2 orang pengawas.
Kenyataan ini dapat menyebabkan kerja Pengawas tidak efektif karena
terbentur dengan waktu, sehingga banyak sekolah yang tidak
terjangkau.
2) Kesibukan Pengawas diluar program Pengawasan
Pengawas disamping mempunyai tugas kepengawasan sebagaimana
tercantum dalam program juga mempunyai acara di luar program yang
juga membutuhkan banyak waktu. Peneliti telah menemukan data
56
bahwa Pengawas telah melakukan tugas di luar program, antara lain:
workshop dan pelatihan, dan acara rapat dengan instansi terkait.
3) Persepsi guru terhadap kegiatan supervisi masih kurang baik.
Masih banyak guru yang beranggapan bahwa supervisi merupakan
kegiatan yang menakutkan, karena supervisi yang dilakukan Pengawas
kebanyakan hanya mencari kesalahan. Supervisi akademik bukanlah
sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru. Memang dalam
proses pelaksanaan supervisi akademik itu terdapat kegiatan penilaian
unjuk kerja guru, tetapi tujuannya bukan untuk mencari kesalahan-
kesalahannya melainkan untuk menumbuh-kembangkan kreativitas
guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem akademik
yang dihadapi.
Oleh karena itu seorang Pengawas dalam melaksanakan supervisi
non direktif harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang
harmonis, bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Hubungan
demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru, melainkan juga
antara supervisor dengan pihak lain yang terkait dengan program
supervisi.
Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor harus memiliki sifat-
sifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar,
antusias, dan penuh humor. Dengan sifat-sifat tersebut diharapkan guru
selaku sasaran supervisi akan merasa nyaman dan tidak tertekan,
bahkan akan bersikap terbuka terhadap pengawas.
57
4) Ketidak-hadiran guru di sekolah karena kosong jam
Guru Pendidikan Agama Islam yang berstatus non PNS/GTT (Guru
Tidak Tetap) tidak penuh mengajar setiap hari di satu sekolah. Mereka
diberi kelonggaran untuk mengajar di sekolah lain untuk menambah
penghasilan. Demikian juga di Kabupaten Kudus, sekolah memberi
kelonggaran kepada Guru non PNS untuk mengajar juga di sekolah
lain.
Ketika Pengawas mengadakan kunjungan sekolah belum tentu mereka
berada di sekolah tersebu karena harus mengajar di sekolah lain.
Pertemuan antara pengawas dan guru tersebut jarang terjadi. Supervisi
pun jarang terlaksana pada guru tersebut. Diantara mereka tidak saling
kenal, dan menimbulkan rasa sungkan pada guru terhadap Pengawas.
Demikian tentang penerapan supervisi non direktif Pengawas di
Kabupaten Kudus yang dinilai oleh Peneliti kurang efektif karena
memiliki intensitas dan frekwensi yang sangat rendah. Pelayanan
profesional guru belum terlaksana dengan efektif. Ruang lingkup /materi
pembinaan belum tercakup secara keseluruhan, hanya pembinaan terhadap
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru yang sudah tersentuh. Itupun
belum belum terlaksana secara optimal.
Berdasarkan fakta yang sudah penulis uraikan diatas, salah satu
permasalah yang dihadapi pengawas dikabupaten Kudus adalah terlalu
banyaknya guru yang harus dibina yang menyebar dibeberapa kecamatan,
sehingga membuat intensitas pertemuan guru dengan pengawas sangatlah
58
jarang terjadi, untuk mengatasi hal tersebut seyogyanya Kemenag
Kabupaten Kudus atau pihak yang berwenang untuk menambah jumlah
pengawas PAI dikabupaten Kudus sehingga tidak terlalu banyak guru
binaan yang harus dibina oleh seorang pengawas.
59
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian dalam data yang telah kami tulis, maka penulis
dapat menyimpulkan hasil penelitian yang penulis lakukan sebagai berikut :
1. Implementasi supervisi non direktif pengawas dalam meningkatkan
kompetensi pedagogik guru PAI SD se Kabupaten Kudus Tahun 2017
terlaksanakan dengan baik, karena sudah memenuhi standar teoretis
langkah-langkah dalam melaksanakan supervisi.
a. Perencanaan, Penggunaan supervisi non Direktif oleh pengawas
dikabupaten Kudus sudah tertuang dalam Rencana Kepengawasan
Akademik (RKA) yang dijadikan pedoman oleh pengawas dalam
melaksanakan proses kepengawasan terhadap guru PAI sekabupaten
Kudus. Didalam Rencana kepengawasan Akademik tersebut
pengawas menjalankan supervisi non direktif untuk mensupervisi
kegiatan penggunaan metode dan teknik mengajar guru , pelaksanaan
bimbingan guru, penggunaan media dan alat dalam proses
pembelajaran.
b. Pelaksanaan, pelaksanaan supervisi non direktif pengawas di
kabupaten Kudus dilaksanaakan secara individual yaitu pengawas
mendatangi GPAI di sekolah dan secara kolektif yaitu pengawas
melaksanakan supervisi non direktif melalui KKG PAI, supervisi
59
60
non direktif dilaksanakan melalui 5 tahapan yaitu: : Mendengarkan,
memberi penguatan, menjelaskan, Menyajikan, Memecahkan
masalah. Dan dikelompokan dalam tiga tahapan yang sesuai dengan
tahapan pada prinsip dan langkah-langkah supervisi akademik, yaitu:
pra observasi (pertemuan awal), observasi (pengamatan proses
pembelajaran), dan pasca observasi (evaluasi dan pemberian
balikan).
2. Kontribusi supervisi non direktif yang dilakukan pengawas menjadikan
kompetensi pedagogik yang dimiliki guru menjadi lebih baik, ini dapat
dibuktikan bahwa sebagian besar guru PAI SD telah dapat membuat
administrasi pembelajaran dengan baik dan benar, selain itu para guru
PAI SD dalam proses belajar mengajar mampu memanfaatkan media,
sarana dan teknologi yang ada di sekolah dan lingkungan sekitar, serta
dalam mengajar dapat memilih metode dan strategi pembelajaran yang
tepat.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Supervisi Non Direktif
untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru PAI.
a. faktor pendukung: 1) Kualifikasi akademik guru yang hampir
keseluruhan sudah berpendidikan sarjana. 2) Sebagian besar guru PAI
SD di Kabupaten Kudus sudah mempunyai sertifikat pendidik,
sehingga dapat dikatakan sebagai guru professional. 3) kepala
Sekolah mendukung usaha peningkatan kompetensi pedagogik Guru
61
Pendidikan Agama Islam dengan cara menyediakan dana untuk
kegiatan pelaksanaan program, program sekolah dalam Rangka
Mengembangkan Kompetensi Pedagogik guru seperti Program IHT,
Pemberdayaan KKG tingkat sekolah, pendelegasian guru ke
Diklat/Workshop Peningkatan Profesionalisme Guru,
Pengikutsertakan guru dalam lomba guru berprestasi. 4) Penyediaan
sarana Prasarana yang dibutuhkan. 5) Pembinaan Kepala Sekolah
setelah pelaksanaan supervisi kelas merupakan motivasi bagi guru
dalam mengembangkan kompetensinya
b. Faktor Penghambat : 1) Intensitas tatap muka antara Pengawas dengan
Guru masih sangat rendah. 2) Kesibukan Pengawas diluar program
Pengawasan . 3) Persepsi guru terhadap kegiatan supervisi masih
kurang baik. 4) Ketidak-hadiran guru di sekolah karena kosong jam.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Kemenag Kabupaten Kudus,
hendaknya memperhatikan idealitas dan rasionalitas jumlah pengawas
dengan jumlah guru PAI SD yang ada, agar proses supervisi dapat berjalan
dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal.
2. Pengawas dalam melaksanakan supervisi pedagogik harus memperhatikan
prinsip dan langkah-langkah yang sesuai dengan ketentuan yang ada. Dan
pengawas itu sendiri harus memenuhi kometensi yang sudah di standarkan
62
dalam Undang-undang No.02 Tahun 2012 tentang pengawas madrasah
dan pengawas Pendidikan Agama Islam pada sekolah.
3. Kepala sekolah harus dapat menyesuaikan tahapan yang dilakukan dengan
tatacara langkah supervisi akademik yang ada, dan kepala sekolah dalam
melakukan supervisi akademik harus secara professional dan terjadwal
dengan baik.
4. Para guru hendaknya lebih kreatif mengembangkan ilmu atau materi yang
telah diterima dari proses supervisi akademik yang diberikan pengawas
dan kepala sekolah dan harus lebih aktif dalam kegiatan profesi, KKG,
UKG, workshop, pelatihan-pelatihan dan MGMP agar kompetensi
pedagogik yang dimiliki terus berkembang dengan baik.
63
DAFTAR PUSTAKA
Asy-Syarif, Mujama’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf.Al Quran dan
Terjemahnya. Madinah Al Munawwaroh: Kerajaan Arab Saudi, 1427 H
Bafadal, Ibrahim. Supervisi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
Burhanuddin. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran: Konsep. Pendekatan. dan
Penerapan Pembinaan Profesional. Malang: Rosindo.. 2007.
Darsono, Implementasi Pendekatan Direktif, Non Direktif dan Kolaboratif dalam
Supervise Pendidikan Islam di MAN 1 Trenggalek, Ta’allum 4 (November
2016):335-356.
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan.
Bahan Belajar Mandiri Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah: Dimensi
Kompetensi Supervisi Akademik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
2009.
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Metode dan
Teknik Supervisi. Jakarta: Pustaka Jaya, 2008.
Fazis, Muhammad,“Konstribusi Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Pengawas
Pendidikan Agama Islam”, Studia Akademika 7(Juni 2009):18-30.
Glatthon, Allan A. Supervisory Leadership Introduction To Instructional
Supervision. New York: Harper Collins Publishers, 1990.
Ghavifekr, Simin & Ibrahim, Sani, Mohammed,“Head of Departments
Instructional Supervisory Role and Teachers Job Performance: Teachers
Perceptions”, Asian Journal of Social Sciences and Management Studies 1
(2014): 45-56.
Hamadi,“Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar
Kelapa Kampit Kabupaten Belitung Timur “, Tesis Pascasarjana Universitas
Indonesia, Jakarta, 2011.
Hanifah, Nanang dan Suhana. Cucu. Konsep Strategi Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta. 2009
Hosnan, M. Etika Profesi Pendidik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2016.
Masaong, Kadim, Abd. Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas
Guru: Memberdayakan Pengawas Sebagai Gurunya Guru. Bandung:
Alfabeta, 2013.
64
Masyhur, M. Zainuddin. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan
Aplikatif. Bandung: Refika Aditama, 2008
Miles, Matthew & Huberman, A. Michael. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:UI
Press, 1992.
Mufidah, Luk Luk Nur. Supervisi Pendidikan, Jember: Center for Society
Studies, 2008.
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. .Bandung: Remaja Rosdakarya.
2003.
Maunah, Binti. Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Teras,
2009.
Muslim, Sri, Benun. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas
Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta, 2009
Prastowo , Andi, Metode penelitian kualitatif dan perspektif rancangan
penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Qotadah, Abi, Moch, “Pelaksanaan Supervisi Akademis Pendidikan Agama Islam
Pada Sekolah Dasar di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta”, Tesis, IAIN
Surakarta, 2014.
Ruswenda, Uus, “Berbagai Faktor dalam Supervisi Akademik Pengawas Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Kuningan”, Tesis, Jakarta:
Program Pascasarjana UI, 2011.
Sahertian, A. Piet. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan: dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Sunaryana,” Upaya Pengawas dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru
di SMP Negeri 2 Kabupaten Boyolali”, Tesis, program Pascasarjana IAIN
Surakarta, 2016.
Sergiovanni, J. Thomas, & Robert, J. Starratt. Supervision A Redefinition .New
York: Mc Graw Hill Inc, 1993.
Tesfaw, Tadele Akalu &Roelande H. Hofman,“Relationship Between
Instructional Supervision and Professional Development”,University of
Groningen The International Education Journal: Comparative
Perspectives,Vol. 13, Nomor 1 (2014),88-105. Yunus, Abu, Bakar. Profesi Keguruan. Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2009.
Zepeda, Sally J. Instruction Supervison: Applying Tools and Concepts. New
York: Eye On Education, Inc., 2003.
65
Mala, Abdurahman R., “Kinerja Pengawas Pendidikan Agama Islam Dalam
Meningkatkan Mutu Madrasah,”Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam, Volume 02, Nomor 2 (Agustus 2014),262-276.
66
HASIL WAWANCARA DENGAN PENGAWAS PAI SD
KABUPATEN KUDUS
A. IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Drs Ahmad Zaini, M.Pd.I
Tempat / Tanggal Lahir : Semarang, 1 April 1966
Jenis Kelamin : Laki Laki
Umur : 51 Th
Masa kerja : 23 Th
Pangkat/Golongan : Pembina, IV/A
Nama Instansi : Kankemenag Kab. Kudus
Alamat Instansi : Jln. Mejobo 27a Kudus
Jabatan Dalam Instansi : Pengawas Sekolah Madya Tingkat Dasar
Alamat Rumah : Karangbener Bae Kudus
1. Bagaimana profil yang ada pada kepengawasan anda?
Jawab: Jumlah Sekolah Dasar: 205 buah dan Jumlah Guru Pendidikan Agama
Islam: 179 orang
2. Adakah komunikasi yang baik antara bapak ibu Pengawas dan guru PAI di
wilayah tempat anda melakukan kepengawasan?
Jawab: Terjalin komunikasi yang baik , familier, akrab, penuh Hormat
3. Babaimana pendapat Bapak tentang supervisi non direktif dan kompetensi
pedagogik yang dimiliki oleh guru PAI di wilayah Kepengawasan anda?
67
Jawab: Saya menggunakan langkah mengevaluasi guru dengan cara
mensupervisinya dengan pendekatan non direktif agar dapat
mengetahui kesulitan-kesulitan yang di hadapi guru tersebut, dan
saya pribadi sebagai supervisor ingin membantu guru tersebut agar
dalam proses pembelajarannya itu lancer
4. Bagaimana peta konsep perencanaan yang anda buat sebelum melakukan
supervisi Non direktif?
Jawab: Guru yang disupervisi dengan pendekatan non direktif itu merupakan
guru yang daya komitmennya yang tinggi dan abstraknya juga tinggi,
guru terebut bisa dikatakan dengan prfesional karena bisa memecahkan
masalahnya sendiri dan peran saya disini mendengarkan apa yang
dikeluhkan guru serta memberi masukan-masukan dan motivasi
selanjutnya saya memberikan solusi untuk memecahkan masalahnya
5. Langkah apa saja yang anda lakukan dalam memberikan supervisi non direktif
guna meningkatkan kompetensi pedagogic guru PAI diwilayah kepengawasan
anda?
Jawab: Pendekatan yang saya gunakan dalam memberikan pembinaan kepada
guru PAI salah satunya adalah dengan pendekatan tidak langsung (non
directif), yaitu pengawas memberikan kesempatan kepada guru untuk
mengungkapkan permasalahan pembelajaran dikelasnya, dan
pengawas mendengarkannya. Setelah itu antara pengawas dan guru
berdiskusi untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi guru. Di
akhir pembinaan, Pengawas memberikan motivasi agar guru
menjalankan tugasnya dengan baik, yaitu pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut.
6. Bagaimanakah strategi bapak dalam membantu permasalahan yang
disampaikan oleh guru PAI ketika bapak melakukan Supervisi Non direktif?
68
Jawab: Sedangkan pembinaan secara kolektif praktiknya adalah melalui
forum KKG PAI yang disesuaikan pembagian dabin, Pengawas PAI
membagikan kartu masalah kepada para guru supaya guru dapat
mengungkapkan permasalah yang dihadapi, kemudian dari
permasalahan yang diungkapkan guru tersebut pengawas memberikan
motivasi dan bimbingan serta membantu para guru untuk dapat
memecahkan permasalah yang dihadapi.
7. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang anda lakukan untuk
memaksimalkan keberhasilan pengembangan Kompetensi Pedagogik guru
PAI diwilayah kepengawasan anda melalui supervisi non direktif? Jelaskan !
Jawab: Dalam melaksanakan supervisi dengan pendekatan Non Direktif
setelah mendengarkan permasalahan yang diungkapkan oleh guru
dan memberikan motivasi kepada guru, kemudian setelah melakukan
observasi mengenai permasalahan yang dihadapi guru, dari hasil
observasi itu pengawas memberikan penjelasan kepada guru tentang
permasalahan yang dihadapi guru sesuai dengan pemahaman guru
tersebut. selanjutnya adalah supervisor menyajikan solusi baik
berupa petunjuk praktis atau teori. Dengan petunjuk praktis ini
memudahkan guru untuk memahami ilmu yang diberikan oleh
supervisor.
8. Apa saja faktor penghambat dan pendukung terlaksananya supervisi non
direktif yang anda lakukan dalam meningkatkan Komptensi Pedagogik guru
PAI di wilayah kepengawasan anda?
Jawab: Faktor pendukungnya adalah Kualifikasi akademik guru yang hampir
keseluruhan sudah berpendidikan sarjana. 2) Sebagian besar guru PAI
SD di Kabupaten Kudus sudah mempunyai sertifikat pendidik,
sehingga dapat dikatakan sebagai guru professional. 3) kepala Sekolah
mendukung usaha peningkatan kompetensi pedagogik Guru
Pendidikan Agama Islam dengan cara menyediakan dana untuk
69
kegiatan pelaksanaan program, program sekolah dalam Rangka
Mengembangkan Kompetensi Pedagogik guru.
Sedangkan faktor penghambatnya adalah 1) Intensitas tatap
muka antara Pengawas dengan Guru masih sangat rendah. 2)
Kesibukan Pengawas diluar program Pengawasan . 3) Persepsi guru
terhadap kegiatan supervisi masih kurang baik. 4) Ketidak-hadiran
guru di sekolah karena kosong jam.
70
HASIL WAWANCARA DENGAN PENGAWAS PAI SD
KABUPATEN KUDUS
B. IDENTITAS NARASUMBER
Nama : Endah Sri Hidayati, S.Ag. M.Pd.I
Tempat / Tanggal Lahir : Kudus, 16 Desember 1971
Jenis Kelamin : Pr
Umur : 47 Th
Masa kerja : 22 Th
Pangkat/Golongan : Pembina, IV/A
Nama Instansi : Kankemenag Kab. Kudus
Alamat Instansi : Jln. Mejobo 27a Kudus
Jabatan Dalam Instansi : Pengawas Sekolah Madya Tingkat Dasar
Alamat Rumah : Kaliwungu Kudus
1. Bagaimana profil yang ada pada kepengawasan anda?
Jawab: guru binaan 5 Kecamatan yaitu Gebog, Bae, Kaliwungu, Jati, Mejobo
dengan jumlah guru PAI 200 orang, sehingga dapat dikatakan terlalu
over.
2. Adakah komunikasi yang baik antara bapak ibu Pengawas dan guru PAI di
wilayah tempat anda melakukan kepengawasan?
Jawab: ya baik, setiap bulan ada pertemuan KKG guru PAI dan setiap minggu
mengadakan kunjungan ke sekolah / kunjungan kelas.
3. Babaimana pendapat Bapak tentang supervisi non direktif dan kompetensi
pedagogik yang dimiliki oleh guru PAI di wilayah Kepengawasan anda?
Jawab: Pendekatan non direktif digunakan karena pengawas menganggap
bahwa guru mengetahui tentang kebutuhan perubahan pembelajaran
71
yang terbaik, dan guru dianggap mempunyai kemampuan berfikir
dan bertindak tentang apa yang ia hadapi
4. Bagaimana peta konsep perencanaan yang anda buat sebelum melakukan
supervisi Non direktif?
Jawab: Pelaksanaan pembinaan oleh pengawas PAI di Kabupaten Kudus
kepada para guru dilaksanakan secara individual maupun secara
kolektif, secara individual ini dilakukan pengawas PAI dengan cara
berkunjung ke sekolah yang dijadwalkan mendapat layanan supervisi,
kegiatan ini dilakukan secara individual atau perseorangan yaitu
dengan melakukan visitasi atau kunjungan ke sekolah-sekolah yang
dianggap perlu mendapatkan pembinaan atau bimbingan.sedangkan
secara kolektif pembinaan melalui forum KKG PAI di setiap
Kecamatan maupun tingkat Kabupaten.
5. Langkah apa saja yang anda lakukan dalam memberikan supervisi non direktif
guna meningkatkan kompetensi pedagogic guru PAI diwilayah kepengawasan
anda?
Jawab: Pelaksanaan Supervisi dimulai dengan mendengarkan permasalahan
dari guru, member motivasi, menjelaskan, menyajikan altrnatif
pemecahan masalah, membantu memecahkan permasalahan.
6. Bagaimanakah strategi bapak dalam membantu permasalahan yang
disampaikan oleh guru PAI ketika bapak melakukan Supervisi Non direktif?
Jawab: Pengawas akan memembantu memberikan alternative pemecahan
masalah secara langsung kepada guru PAI tersebut, atau dapat juga
melalui pertemuan KKG PAI supaya dapat didengarkan oleh lebih
banyak guru yang mungkin memiliki permasalahan yang sama.
72
7. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang anda lakukan untuk
memaksimalkan keberhasilan pengembangan Kompetensi Pedagogik guru
PAI diwilayah kepengawasan anda melalui supervisi non direktif? Jelaskan !
Jawab: setelah guru mengutarakan permasalahan yang mereka hadapi
pengawas member motivasi kepada guru untuk mengangkat moral
guru supaya tetap semangat dan tetap merasa mampu menghadapi
permasalahan yang ada.
8. Apa saja faktor penghambat dan pendukung terlaksananya supervisi non
direktif yang anda lakukan dalam meningkatkan Komptensi Pedagogik guru
PAI di wilayah kepengawasan anda?
Jawab: Jumlah guru binaan yang tidak seimbang dengan jumlah pengawas,
terlalu luasnya, wilayah binaan 5 Kecamatan, sedangkan faktor
pendukungnya adalah guru-guru yang sudah sertifikasi lebih mudah
dibina.
73
74
75
76
77
78
Gambar 1: Wawancara di SD 2 Hadipolo
Gambar 2: Wawancara di SD 1 Wergu wetan
79
Gambar 3: Wawancara di SD 4 Gribig
Gambar 4: Wawancara di SD 1 Tanjungrejo
wwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwwww
80
Gambar 5: Wawancara di SD 1 Megawon
Gambar 6: Wawancara di SD 3 Jekulo
81
Gambar 7: Wawancara di SD 1 Jepang
Gambar 8: Wawancara di SD 3 Wergu
82
Gambar 9: Wawancara di SD 1 Prambatan Kidul
Gambar 10: Wawancara di SD 3 Terban
G
83
Gambar 11: Wawancara dengan Pengawas
Gambar 12: Wawancara dengan Pengawas
84
85
86