kontribusi seismologi pada riset dan mitigasi...

42
Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010 Balai Pertemuan Ilmiah ITB Hak cipta ada pada penulis Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI Profesor Nanang T. Puspito

Upload: hadang

Post on 03-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

Majel is Guru Besar

Inst itut Teknologi Bandung

Pidato Ilmiah Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

25 Juni 2010Balai Pertemuan Ilmiah ITB

Hak cipta ada pada penulis

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

KONTRIBUSI SEISMOLOGI

PADA RISET DAN MITIGASI

BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI

Profesor Nanang T. Puspito

Page 2: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

Hak cipta ada pada penulis74

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Pidato Ilmiah Guru Besar

Institut Teknologi Bandung25 Juni 2010

Profesor Nanang T. Puspito

KONTRIBUSI SEISMOLOGI

PADA RISET DAN MITIGASI

BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 3: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

ii iii

KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI

BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI

Disampaikan pada sidang terbuka Majelis Guru Besar ITB,

tanggal 25 Juni 2010.

Judul:

KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI

BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI

Disunting oleh Nanang T. Puspito

Hak Cipta ada pada penulis

Data katalog dalam terbitan

Bandung: Majelis Guru Besar ITB, 2010

vi+74 h., 17,5 x 25 cm

1. Seismologi 1. Nanang T. Puspito

ISBN 978-602-8468-18-3

Hak Cipta dilindungi undang-undang.Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara

elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam atau dengan menggunakan sistem

penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis.

UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu

ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama

dan/atau denda paling banyak

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual

kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama

dan/atau denda paling banyak

7 (tujuh)

tahun Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

5

(lima) tahun Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Nanang T. Puspito

KATA PENGANTAR

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya Penulis sampaikan

kepada Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung yang telah

memberikan kesempatan kepada Penulis untuk menyampaikan Naskah

Pidato Ilmiah ini di hadapan Sidang Pleno yang terhormat.

Pidato Ilmiah berjudul

ini merupakan bentuk

pertanggungjawaban akademik Penulis sebagai seorang Profesor atau

Guru Besar baru dalam bidang Seismologi. Pidato Ilmiah ini terdiri dari

tiga bagian utama, yaitu (1) Seismologi, Gempa dan Tsunami, (2)

Kontribusi Pada Riset Tsunami, dan (3) Kontribusi Pada Mitigasi Bencana.

Pidato Ilmiah ini Penulis persembahkan untuk kedua orangtua,

Ayahanda Sukarman dan Mendiang Ibunda Kusmijarsi; istri tercinta,

Nining; serta anak-anak tersayang Tyas,Andini dan Hana.

Semoga Pidato Ilmiah ini dapat memberikan sedikit sumbangan

pemikiran pada upaya riset dan mitigasi bencana gempa dan tsunami di

Indonesia.

Bandung, 25 Juni 2010.

“Kontribusi Seismologi Pada Riset dan

Mitigasi Bencana Gempa dan Tsunami”

Prof. Nanang T. Puspito

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 4: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

iv v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................. vii

1. SEISMOLOGI, GEMPA DAN TSUNAMI ........................................ 1

1.1. Pendahuluan .................................................................................. 1

1.2. Seismologi ...................................................................................... 4

1.3. Tsunami .......................................................................................... 9

2. KONTRIBUSI PADA RISET TSUNAMI ........................................... 12

2.1. Riset Tsunami ................................................................................ 12

2.2. Gempa Pembangkit Tsunami ...................................................... 13

2.3. Penjalaran Gelombang Tsunami ................................................. 21

2.4. Sistem Peringatan Dini Tsunami ................................................ 37

3. KONTRIBUSI PADA MITIGASI BENCANA .................................. 45

3.1. Pentingnya Mitigasi ...................................................................... 45

3.2. Riset dan Pendidikan ................................................................... 47

3.3. Penutup .......................................................................................... 50

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 53

REKAMAN KARYA ILMIAH (PUBLIKASI) ......................................... 60

CURRICULUM VITAE .............................................................................. 71

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 5: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

vi 1

KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI

BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI

1. SEISMOLOGI, GEMPA DAN TSUNAMI

1.1 Pendahuluan

Terjadinya serangkaian bencana gempa dan tsunami pada tahun-

tahun terakhir ini (Aceh 26 Desember 2004, Nias 28 Maret 2005,

Yogyakarta 27 Mei 2006, Pangandaran 17 Juli 2006, Bengkulu 12 September

2007, Padang 30 September 2009) semakin menegaskan bahwa kita hidup

di wilayah yang memang rawan bencana gempa dan tsunami. Data

statistik menunjukkan bahwa di Kepulauan Indonesia setiap dua-tiga

tahun sekali terjadi gempa yang menyebabkan bencana tsunami (Puspito,

2002).

Beberapa contoh bencana tsunami yang disebabkan oleh gempa

antara lain adalah tsunami di Laut Banda 17 Februari 1674, Sumatera Barat

10 Februari 1797, Sumbawa 29 Desember 1820, Bengkulu 24 November

1833, Sumatera Barat 16 Februari 1861, Sumba 19 Agustus 1977, Flores 12

Desember 1992, Biak 17 Februari 1996, danAceh 26 Desember 2004.

Bencana gempa dan tsunami yang terjadi setidaknya telah meng-

akibatkan: (1) hilangnya ratusan ribu jiwa manusia, (2) kerugian materi

ratusan trilyun rupiah, (3) rusaknya sarana, prasarana, infrastruktur dan

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 6: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

2 3

fasilitas kehidupan, (4) rusaknya lingkungan hidup, serta (5) dampak

sosial dan psikologis pada jutaan orang korban. Gambar 1 menunjukkan

sebagian contoh kerusakan akibat tsunami yang disebabkan oleh gempa

diAceh 26 Desember 2004 dan di Pangandaran 17 Juli 2006.

Gambar 1: Kerusakan akibat tsunami yang disebabkan oleh gempa.

(a) Aceh 26 Desember 2004

(b) Pangandaran 17 Juli 2006

Rawannya Kepulauan Indonesia terhadap bencana gempa dan

tsunami disebabkan karena wilayah ini mempunyai tatanan tektonik yang

sangat kompleks (Gambar 2). Konvergensi antar Lempeng Eurasia,

Lempeng Indo-Australia, Lempeng Carolina, dan Lempeng Laut Filipina

menghasilkan zona-zona tektonik aktif yang mempunyai karakteristik

berbeda-beda (Puspito dan Shimazaki, 1995).

Gambar 2: Tektonik dan kegempaan Kepulauan Indonesia

Bencana gempa dan tsunami dapat dipastikan selalu mengancam

wilayah Kepulauan Indonesia. Oleh karena itu upaya mitigasi harus

dilakukan dengan baik dan benar. Upaya tersebut memerlukan adanya

dukungan riset, pengembangan, dan inovasi bidang ilmu Seismologi dan

berbagai disiplin ilmu terkait lainnya.

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 7: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

4 5

1.2 Seismologi

Seismologi, berasal dari bahasa Yunani yang berarti gempa

dan yang berarti ilmu, pada dasarnya adalah ilmu yang mempelajari

gempa. Cakupan bidang Seismologi antara lain meliputi studi tentang: (1)

sumber gempa, (2) pengamatan gempa, (3) penjalaran gelombang seismik,

(4) struktur interior bumi, (5) tektonik, (6) geodinamika, (7) prediksi

gempa, (8) tsunami, dan (9) dampak gempa dan upaya mitigasinya.

Tonggak sejarah perkembangan Seismologi dapat dituliskan sebagai

berikut (Afnimar, 2009). Dimulai tahun 1660 ketika Hooke merumuskan

Hukum Hooke, kemudian tahun 1821 - 1822 Navier dan Stokes mengem-

bangkan teori elastisitas, dan tahun 1830 Poisson menemukan dua jenis

gelombang seismik, yaitu gelombang P dan S. Penemuan seismograf

modern pada tahun 1880 oleh John Milne dan peningkatan jumlah stasiun

gempa pada tahun 1900-an membuat studi Seismologi semakin intensif.

Tahun 1910 H.F. Reid mengusulkan teori bingkai elastik

yang menjelaskan teori sumber seismik, kemudian tahun 1935 C.

Richter memperkenalkan ukuran energi gempa yang disebut magnitudo,

dan tahun 1940 Jeffrey dan Bulen mempublikasikan tabel waktu tempuh

dari penjalaran berbagai fasa gelombang seismik.

Perkembangan komputer tahun 1960-an dan penemuan seismograf

digital tahun 1970-an telah membuat Seismologi berkembang dengan

pesat, antara lain studi tentang struktur interior bumi dengan diperkenal-

kannya teknik pencitraan tomografi seismik oleh Aki dan Lee (1976).

seismos

logos

(elastic rebound

theory)

Sejak saat itu struktur interior bumi di berbagai tempat termasuk

Kepulauan Indonesia, baik lokal, regional maupun global, telah berhasil

dicitrakan dengan baik.

Struktur interior bumi Kepulauan Indonesia pertama kali dicitrakan

oleh Fukao dkk (1992), Puspito dkk (1993), dan Widiyantoro dan van der

Hilst (1996) yang kemudian dikembangkan oleh Widiyantoro dkk (2000).

Hasil pencitraan telah berhasil memperbaharui pemahaman kita tentang

tektonik dan geodinamika Kepulauan Indonesia. Gambar 3 menunjukkan

citra tomografi seismik di Zona Tumbukan Laut Maluku (ZTLM) pada

kedalaman 200 – 250 km dan penampang memotong ZTLM dalam arah

barat-timur sampai kedalaman 1.200 km (Puspito dkk, 1993).

Gambar 3a: Tomogram seismik pada kedalaman 200 – 250 km

LAYER 5 (200 - 250 KM)

HIGH -2 +2 (%) LOW

15N

10N

5N

0 N

5 S110E 120E 130E 140E

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 8: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

6 7

Gambar 3.b: Penampang tomogram seismik memotong ZTLM

Dari studi tomografi seismik tersebut diperoleh gambaran tentang

kompleksitas penunjaman di ZTLM. Terlihat adanya dua yang

menunjam, satu ke arah timur sampai kedalaman sekitar 400 km dan satu

lainnya menunjam ke arah barat menembus mantel bagian bawah.

Bahkan diindikasikan adanya ( yang sudah tidak aktif)

pada mantel bagian bawah. Pada saat itu, diketahuinya adanya yang

menunjam sampai mantel bawah dan adanya merupakan hal

baru dan telah memperbaharui pemahaman kita tentang geodinamika.

Salah satu tantangan terberat dalam Seismologi adalah studi prediksi

gempa yang sampai saat ini belum membuahkan hasil yang memuaskan

(Geller dkk, 1997). Walaupun demikian usaha ke arah prediksi gempa

tetap dilakukan, termasuk di Indonesia, dengan mengamati prekursor

(tanda-tanda awal) sebelum terjadinya gempa. Prekursor tersebut

slab slab

slab

remnant slab slab

slab

remnant slab

biasanya berupa perubahan parameter fisis di litosfer dan atmosfer.

Misalnya adanya perubahan arus listrik ( ) di

litosfer diteliti oleh Varotsos dan Alexopoulus (1984), adanya perubahan

sinyal elektro-magnetik diteliti oleh Hayakawa dan Fujinawa (1994), dan

perubahan TEC ( ) di ionosfer diteliti oleh Liu dkk

(2001).

Studi prekursor gempa di Indonesia antara lain dipelopori oleh Mogi

dkk (2000), Widarto (2006) dan Saroso dkk (2009). Salah satu yang

dilakukan adalah dengan mengamati perubahan TEC di ionosfer

(Gambar 4, Puspito dkk, 2007). Studi tersebut menemukan adanya

anomali TEC di ionosfer di atas enam stasiun pengamatan di Sumatera

pada saat lima hari sebelum terjadinya gempaAceh 26 Desember 2004.

SES, Seismic Electric Signal

total electron content

Gambar 4.a Lokasi gempa dan stasiun

B SNG HLM B'0 KM

1200

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

1100

+2% -2%

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 9: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

8 9

Gambar 4.b Anomali TEC di Stasiun Air Bangis, 21 Desember 2004

Terkait dengan tsunami, studi seismologi lebih ditekankan pada

upaya mempelajari karakteristik gempa yang menyebabkan tsunami.

Studi ini dimulai antara lain ketika Iida (1958) dan Abe (1973) mengiden-

tifikasi karakteristik gempa pembangkit tsunami ( )

di Kepulauan Jepang berdasarkan kedalaman, magnitudo, dan

mekanisme fokus gempanya. Kemudian Kanamori (1972) memperkenal-

kan jenis gempa pembangkit tsunami yang lain yang dinamakan

. Comer (1980) merumuskan hubungan antara tinggi

gelombang tsunami dengan magnitudo gempa, Abe (1983) memperkenal-

kan besaran magnitudo tsunami Mt yang dihubungkan dengan

magnitudo gempa Mw, Kanamori dan Given (1983) mengevaluasi potensi

terjadinya tsunami dari analisis seismogram, sedangkan Satake dan

tsunamigenic earthquake

tsunami

earthquake

Tanioka (1999) meneliti karakteristik sumber gempa pembangkit tsunami

di zona subduksi.

Tsunami, berasal dari bahasa Jepang yang artinya pelabuhan dan

yang berarti gelombang, adalah gelombang laut yang terjadi akibat

deformasi dasar laut secara tiba-tiba. Deformasi tersebut bisa diakibatkan

oleh gempa, letusan gunungapi, atau longsoran yang terjadi di dasar laut.

Tsunami bisa mempunyai panjang gelombang lebih dari 200 km

dengan kecepatan penjalaran melebihi 700 km/jam di laut dengan

kedalaman sekitar 4.000 meter. Kecepatan tersebut berkurang menjadi

sekitar 30 km/jam di laut dengan kedalaman 10 meter. Tinggi gelombang

tsunami saat mendekati pantai akan mengalami perbesaran. Tinggi

tsunami yang di sumbernya hanya sekitar 1 – 2 meter, saat mendekati

pantai dapat mencapai puluhan meter. Pada saat mencapai pantai

gelombang tsunami akan pecah dan terus merayap ke daratan .

Gambar 5 menunjukkan parameter gelombang tsunami.

Jarak horizontal rayapan tsunami ke daratan (disebut inundasi)

sangat ditentukan oleh morfologi pantai. Pada pantai dengan morfologi

terjal tsunami tidak akan jauh mencapai daratan, sedangkan di pantai

yang landai tsunami dapat menerjang sampai ratusan meter masuk ke

daratan. Contohnya pada kasus tsunami Aceh 26 Desember 2004, tsunami

masuk ke daratan BandaAceh sampai sekitar 3,5 kilometer.

1.3 Tsunami

tsu

nami

(run-up)

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 10: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

10 11

Gambar 5. Parameter gelombang tsunami

Tsunami dapat dibangkitkan oleh tiga sumber utama, yaitu: (1)

gempa, (2) letusan gunungapi, dan (3) longsoran yang terjadi di dasar laut.

Dari ketiga sumber tersebut, gempa merupakan penyebab utama

terjadinya tsunami. Kompilasi data tsunami menunjukkan bahwa lebih

dari 85 persen tsunami di dunia disebabkan oleh gempa (Iida, 1983),

sedangkan di Kepulauan Indonesia 90 persen tsunami dibangkitkan oleh

gempa (Latief dkk, 2000).

Berdasarkan luas area yang terkena dampak serta jarak antara lokasi

sumber dengan pantai, tsunami dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis,

yaitu: (1) tsunami lokal ( atau ), dan (2)

tsunami global ( atau ). Tsunami lokal adalah

tsunami yang dampaknya bersifat lokal terbatas pada area tertentu saja

dan jarak antara sumber dengan pantai relatif dekat. Sedangkan tsunami

local tsunami near-field tsunami

global tsunami far-field tsunami

global adalah tsunami yang dampaknya meluas sampai skala global dan

lintas benua. Biasanya jarak antara sumber dengan pantai terjauh yang

terkena dampak dapat mencapai ribuan kilometer. Gambar 6

menunjukkan klasifikasi tsunami lokal dan tsunami global.

(b) Tsunami global(a) Tsunami lokal

Gambar 6: Klasifikasi tsunami lokal dan tsunami global

Contoh tsunami lokal antara lain adalah tsunami Flores 12 Desember

1992, Banyuwangi 3 Juni 1994, Biak 17 Februari 1996 dan Pangandaran 17

Juli 2006. Pada kasus tsunami lokal waktu tempuh penjalaran gelombang

tsunami dari sumber ke pantai terdekat yang terkena dampak biasanya

singkat sekitar 10 – 50 menit. Sebagian besar tsunami yang terjadi di

Kepulauan Indonesia adalah jenis tsunami lokal.

Contoh tsunami global antara lain adalah tsunami Chili 1960 yang

menerjang sampai Kepulauan Jepang, Alaska, Hawai dan Selandia Baru

yang jaraknya ribuan kilometer dari sumber tsunami. Contoh lain adalah

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 11: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

12 13

tsunami Aceh 2004 yang dampaknya meluas sampai Thailand, Myanmar,

pantai timur India dan pantai timur Afrika. Pada kasus tsunami global

waktu tempuh penjalaran gelombang tsunami dari sumber ke pantai

terjauh yang terkena dampak dapat mencapai beberapa jam.

Riset tsunami secara garis besar mencakup tiga bidang utama, yaitu:

(1) riset tentang sumber pembangkit tsunami, (2) riset tentang penjalaran

gelombang tsunami, dan (3) riset tentang interaksi gelombang tsunami

dengan pantai dan dampaknya. Riset tsunami memerlukan keterlibatan

berbagai disiplin ilmu terkait, antara lain Seismologi, Oseanografi,

Geologi dan Teknik Sipil.

Pada dasarnya riset tsunami di Indonesia baru dimulai dengan serius

sejak terjadinya bencana tsunami Flores 12 Desember 1992 yang

menyebabkan sekitar 2.100 korban jiwa. Perkenalan Penulis dengan

tsunami dimulai ketika membantu Prof. Y. Tsuji dari University of Tokyo

membuat kuesioner survei dalam bahasa Indonesia untuk keperluan

survei tsunami Flores 1992. Ketertarikan pada tsunami semakin

bertambah ketika Penulis ikut melakukan survei tsunami Banyuwangi

1994 dan Biak 1996, pada saat tsunami belum banyak ditengok oleh para

peneliti Indonesia.

2. KONTRIBUSI PADA RISET TSUNAMI

2.1 Riset Tsunami

Pada bagian ini akan dipaparkan ringkasan dari beberapa riset yang

Penulis lakukan tentang sumber pembangkit tsunami dan penjalaran

gelombang tsunami. Pada bagian ini juga akan dipaparkan ringkasan

kontribusi Penulis pada proses penyusunan cetak biru pembangunan

sistem peringatan dini tsunami ( ) di Indonesia.

Kepulauan Indonesia telah berulang kali diterjang tsunami yang

dibangkitkan oleh gempa. Walaupun demikian karakteristik gempa

pembangkit tsunami di wilayah ini belum dipahami dengan baik. Padahal

informasi tentang karakteristik gempa pembangkit tsunami diperlukan

sebagai masukan untuk pembuatan zonasi daerah rawan tsunami dan

operasionalisasi sistem peringatan dini tsunami. Pada bagian ini akan

ditampilkan karakteristik gempa pembangkit tsunami di Kepulauan

Indonesia berdasarkan kompilasi data historis kejadian tsunami (Latief,

dkk, 2000; Puspito, 2007a; 2009).

Kompilasi data historis kejadian tsunami di Kepulauan Indonesia

telah dilakukan oleh beberapa peneliti (Ismail, 1989; Latief dkk, 2000;

Puspito, 2007a; 2009). Sementara untuk wilayah Pasifik dan sekitarnya

kompilasi telah dilakukan secara intensif antara lain oleh Soloviev dan Go

tsunami early warning system

2.2 Gempa Pembangkit Tsunami

Statistik Gempa Pembangkit Tsunami

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 12: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

14 15

(1969), Iida (1983) dan Gusiakov (2004). Kompilasi data dari berbagai

sumber menunjukkan bahwa dari tahun 1600 s/d 2007 di Kepulauan

Indonesia tercatat ada 184 tsunami yang dibangkitkan oleh gempa.

Gambar 7 menunjukkan sebaran dari lokasi sebagian pusat gempa yang

membangkitkan tsunami cukup signifikan.

Pusat gempa pembangkit tsunami di Kepulauan Indonesia tersebar

hampir di seluruh zona tektonik aktif yang ada. Terlihat bahwa sebagian

besar terletak di zona subduksi Sunda, zona subduksi Banda, zona

subduksi Carolina, zona subduksi Filipina, zona tumbukan Laut Maluku,

selat Makassar, dan zona sungkup-busur belakang Sunda (

).

Sunda back-arc

thrusting zone

Gambar 7: Sebaran sebagian pusat pembangkit tsunami

Sebaran pusat gempa pembangkit tsunami di sepanjang koordinat

bujurnya (Gambar 8) menunjukkan bahwa sekitar 67% tsunami terjadi di

sebelah timur garis 120 BT, sering disebut sebagai wilayah timur

Indonesia, yang mempunyai tatanan tektonik sangat kompleks bila

dibandingkan dengan wilayah di sebelah baratnya. Tingginya frekuensi

kejadian tsunami di wilayah timur Indonesia setara dengan tingginya

frekuensi terjadinya gempa di wilayah tersebut.

9

53

8

32

3444

28

0

5

10

15

20

25

30

35

40

90-95 95-100 100-105 105-110 110-115 115-120 120-125 125-130 130-135 135-140

Longitude (East)

Pe

rce

nta

ge

(%)

Gambar 8: Sebaran lokasi tsunami sepanjang Bujur Timur

Iida (1958) mengemukakan bahwa di Kepulauan Jepang gempa yang

berpotensi untuk membangkitkan tsunami adalah gempa yang

mempunyai magnitudo Ms minimum 6,3. Data di Kepulauan Indonesia

menunjukkan bahwa magnitudo Ms = 5,8 - 9,0 dan magnitudo Mw = 5,8 -

9,3. Sebaran data magnitudo Ms ditampilkan pada Gambar 9 dan

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 13: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

16 17

8

12

25 26

15

12

23

9

22

29

20

10

1

0

5

10

15

20

25

30

35

5.6 - 6.0 6.1 - 6.5 6.6 - 7.0 7.1 - 7.5 7.6 - 8.0 8.1 - 8.5 = 8.6

Earthquake Magnitude (Ms)

Pe

rce

nta

ge

(%)

Gambar 9: Sebaran data magnitudo Ms

magnitudo Mw pada Gambar 10. Data untuk wilayah Pasifik dan

sekitarnya juga ditampilkan sebagai pembanding. Dalam Gambar 9 dan

10 histogram warna hitam menunjukkan data Kepulauan Indonesia,

sedangkan histogram yang diarsir menunjukkan data Pasifik dan

sekitarnya.

Terlihat bahwa sekitar 92% tsunami di Kepulauan Indonesia

dibangkitkan oleh gempa dengan magnitudo Ms > 6,0 dan 55% dengan

magnitudo Ms > 7,0 (Gambar 9). Sedangkan Gambar 10 menunjukkan

bahwa 97% tsunami dibangkitkan oleh gempa dengan magnitudo Mw >

6,0 dan 79% dengan magnitudo Mw > 7,0. Perbandingan dengan data

Pasifik menunjukkan bahwa gempa-gempa dengan magnitudo kecil

sampai sedang (Ms < 7,0) di Kepulauan Indonesia lebih banyak

membangkitkan tsunami (45%) dibandingkan dengan di Pasifik (34%).

3 3

15

34

27

13

5

2

5

12

30

35

10

6

0

5

10

15

20

25

30

35

40

5.6 - 6.0 6.1 - 6.5 6.6 - 7.0 7.1 - 7.5 7.6 - 8.0 8.1 - 8.5 = 8.6

Earthquake Magnitude (Mw)

Pe

rce

nta

ge

(%)

Gambar 10: Sebaran data magnitudo Mw

24

46

16

9

5

24

44

19

8

2

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

0 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81 - 100

Earthquake Depth (km)

Pe

rce

nta

ge

(%)

Gambar 11: Sebaran data kedalaman pusat gempa

Sebaran data kedalaman pusat gempa pembangkit tsunami (Gambar

11) menunjukkan bahwa sekitar 86% tsunami di Kepulauan Indonesia

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 14: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

18 19

(histogram warna hitam) dibangkitkan oleh gempa dangkal dengan

kedalaman pusat gempa 60 km. Hal ini menunjukkan kemiripan dengan

data kedalaman pusat gempa pembangkit tsunami di wilayah Pasifik

(bagian yang diarsir).

Iida (1983) menunjukkan bahwa gempa-gempa pembangkit tsunami

di wilayah Pasifik didominasi oleh gempa dengan mekanisme fokus tipe

sesar naik. Gambar 12 menunjukkan solusi CMT ( )

gempa pembangkit tsunami dari tahun 1977 s/d 2009 (Harvard University,

2009). Terlihat dari Gambar 12 bahwa dalam periode tersebut terkumpul

23 solusi CMT dengan rincian 17 (74%) gempa tipe sesar naik, 4 (16%)

gempa tipe sesar geser, dan 2 (8%) gempa tipe sesar normal.

centroid moment tensor

Hubungan antara Besaran Gempa dan Besaran Tsunami

Dalam kasus yang ideal seringkali diasumsikan bahwa besarnya

tsunami yang terjadi setara dengan besarnya magnitudo gempa yang

membangkitkannya. Magnitudo gempa yang paling relevan digunakan

untuk menyatakan besarnya gempa adalah magnitudo momen Mw

(Kanamori, 1977). Sedangkan parameter tsunami yang biasanya

digunakan untuk menyatakan besarnya tsunami adalah tinggi

maksimum (Hmax). Hubungan empiris antara magnitudo Mw dengan

tinggi maksimum Hmax ditampilkan pada Gambar 13. Pada

gambar tersebut data tsunami Pasifik juga ditampilkan sebagai

pembanding.

run-up

run-up

Gambar 12: CMT gempa pembangkit tsunami, 1977 s/d 2009.

Hmax = 0.0064 e0.84 Mw

Hmax = 0.0005 x e1.36 Mw

0

5

10

15

20

25

30

35

40

6 6.5 7 7.5 8 8.5 9 9.5

Earthquake Magnitude (Mw)

Ma

xim

um

run

-up

(Hm

ax)

Gambar 13: Hubungan Mw dan Hmax

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 15: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

20 21

Gambar 13 memperlihatkan bahwa sebaran data cenderung acak

walaupun ada kecenderungan bahwa semakin besar harga magnitudo

Mw semakin besar pula harga maksimum. Hubungan antara Mw

dan Hmax untuk data Kepulauan Indonesia dapat dinyatakan dengan

garis eksponensial dengan persamaan Hmax = 0,0064 e (garis tebal).

Garis tersebut terletak di atas garis hubungan Mw dan Hmax untuk data

Pasifik yang dinyatakan dengan persamaan eksponensial Hmax = 0,0005 e

(garis tipis). Hal ini menandakan bahwa untuk besaran magnitudo

Mw yang sama, gempa yang terjadi di Kepulauan Indonesia dapat

menghasilkan tsunami dengan maksimum yang lebih besar

dibandingkan dengan gempa di wilayah Pasifik dan sekitarnya.

Pusat gempa pembangkit tsunami di Kepulauan Indonesia tidak

hanya terletak di sepanjang zona subduksi saja seperti yang ditunjukkan

oleh Iida (1958). Disamping terletak di sepanjang zona subduksi Sunda-

Banda-Pasifik-Laut Filipina, juga terletak di zona tumbukan Laut Maluku,

Selat Makassar, dan zona sungkup-busur belakang Sunda.

Secara umum untuk besaran magnitudo Mw yang sama, gempa di

Kepulauan Indonesia dapat menghasilkan tsunami dengan tinggi

maksimum yang lebih besar bila dibandingkan dengan gempa di wilayah

Pasifik. Hal ini mengindikasikan bahwa di Kepulauan Indonesia mungkin

cukup banyak terjadi tsunami yang dibangkitkan oleh gempa jenis

run-up

run-up

0,84 Mw

1,36 Mw

Diskusi

tsunami earthquake

tsunami earthquake

rupture

tsunami earthquake

tsunamigenic earthquake

seperti tsunami Banyuwangi 3 Juni 1994 dan tsunami

Pangandaran 17 Juli 2006.

Kanamori (1972) merumuskan karakteristik

sebagai berikut: (1) mempunyai durasi gelombang seismik yang panjang,

(2) mempunyai kecepatan (pecahnya litosfer di bidang sesar) yang

rendah, (3) menghasilkan getaran tanah yang lemah, dan (4) membangkit-

kan gelombang tsunami yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan

yang diperkirakan dari besarnya magnitudo gempa.

Keberadaan gempa-gempa jenis di Kepulauan

Indonesia dan karakteristiknya sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut.

Demikian juga karakteristik umum di Kepulauan

Indonesia masih perlu dipelajari lebih mendalam.

Studi pemodelan numerik penjalaran gelombang tsunami, sering

disebut dengan pemodelan tsunami atau simulasi tsunami, dimulai sejak

akhir tahun 1960-an (Aida, 1969; Hwang, 1970). Kemudian pada awal

tahun 1990-an studi pemodelan tsunami dikembangkan secara intensif

oleh beberapa peneliti Jepang (Shuto dkk, 1990; Imamura dkk, 1993;

Satake, 1995). Beberapa peneliti Indonesia (Hidayat dkk, 1995;

Diposaptono dkk, 1996; Latief dan Imamura, 1998) juga telah melakukan

riset pemodelan tsunami secara intensif sejak pertengahan tahun 1990-an.

2.3 Penjalaran Gelombang Tsunami

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 16: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

22 23

Pemodelan tsunami pada dasarnya adalah pemodelan numerik untuk

memperkirakan sebaran tinggi gelombang tsunami terhadap ruang dan

waktu. Informasi penting dari hasil pemodelan tsunami adalah perkiraan

tinggi tsunami di pantai serta waktu tempuh penjalaran

gelombang tsunami dari sumber tsunami ke pantai. Pemodelan tsunami

penting antara lain untuk keperluan pembuatan zonasi daerah rawan

tsunami dan operasionalisasi sistem peringatan dini tsunami.

Pemodelan dilakukan dengan mengasumsikan bahwa tsunami

dibangkitkan oleh gempa. Pemodelan membutuhkan dua input utama,

yaitu: (1) parameter sesar dari gempa, dan (2) data batimetri dasar laut.

Parameter sesar (panjang, lebar, , kedalaman pusat gempa)

diperlukan untuk menghitung besarnya deformasi vertikal dasar laut

yang kemudian diasumsikan menggerakkan massa air laut di atasnya

menjadi tsunami. Besarnya deformasi dasar laut akibat gempa dihitung

dengan menerapkan berbagai metoda yang antara lain dikembangkan

oleh Mashinha dan Symlie (1971).

Gelombang tsunami diasumsikan sebagai gelombang perairan

dangkal ( ) dimana kecepatan perambatan gelombang-

nya bergantung pada kedalaman dasar laut. Persamaan dasar yang

digunakan adalah persamaan kontinuitas dan persamaan pengatur.

Penyelesaian persamaan secara numerik dilakukan dengan mengguna-

kan metoda beda hingga (Imamura dkk, 1995; IOC,

1997).

(travel time)

strike, dip, slip

shallow water wave

Leap Frog Staggered

Pada bagian berikut ini akan dipaparkan ringkasan riset pemodelan

tsunami yang telah Penulis lakukan (Puspito dan Gunawan, 2005, 2007;

Gunawan dan Puspito, 2006; Puspito dan Indrastuti, 2007) untuk kasus

tsunamiAceh 26 Desember 2004 dan tsunami Pangandaran 17 Juli 2006.

Gempa besar yang terjadi di dekat Pulau Simeuleu, Nangroe Aceh

Darussalam pada tanggal 26 Desember 2004 pukul 07:58:53 WIB

(magnitudo Mw = 9,3; episenter 95,95 BT, 3,05 LU; kedalaman 20 km)

telah menjadi perhatian dunia. Gempa tersebut menimbulkan bencana

tsunami dahsyat dengan tinggi tsunami maksimum mencapai sekitar 34 m

di pantai barat Aceh (Tsuji dkk, 2005). Gelombang tsunami menerjang

pantai-pantai di sekeliling Samudra Hindia dan menyebabkan lebih dari

220 ribu orang meninggal di Indonesia, Srilangka, India, Thailand,

Malaysia, Myanmar, dan beberapa negara diAfrika.

Gempa Aceh 2004 tercatat sebagai gempa terbesar kedua setelah

gempa Chili tahun 1960 (magnitudo Mw = 9,5) yang juga menimbulkan

tsunami dahsyat. Gempa tersebut merupakan gempa tipe yang

berdasarkan solusi CMT mempunyai mekanisme fokus tipe sesar naik

dengan = 329 , = 8 , dan = 110 (Harvard University, 2004).

Gempa Aceh 2004 diikuti oleh ratusan gempa susulan yang lokasinya

tersebar dari posisi 3 LU di sekitar Pulau Simeuleu ke utara sampai posisi

14 LU di utara Kepulauan Andaman (Gambar 14). Pada Gambar 14 juga

Pemodelan Tsunami Aceh 26 Desember 2004

� �

� � �

megathrust

strike dip rake

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 17: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

24 25

ditampilkan beberapa solusi CMT dari beberapa gempa susulan.

(b) Solusi CMT(a) Sebaran pusat gempa

Gambar 14: Sebaran pusat gempa dan solusi CMT

Beberapa peneliti (Ammon dkk, 2005; Lay dkk, 2005) memperkirakan

panjang gempa Aceh 2004 sekitar 1.200 - 1.300 km. Hal ini juga

sesuai dengan sebaran pusat gempa susulan (Gambar 14). GFZ Potsdam

(2004) memodelkan gempa Aceh 2004 mempunyai luas 1.350

km x 150 km yang terbagi menjadi 6 segmen dengan maksimum 15 m.

Model dari GFZ Potsdam inilah yang kemudian dijadikan sebagai model

sumber gempa pembangkit tsunami dalam pemodelan tsunami Aceh

2004.

rupture area

rupture area

slip

Luas daerah pemodelan yang dipilih adalah 40 x 40 (sekitar 4.440 km

x 4.440 km) yang dibatasi oleh koordinat 70 BT - 110 BT dan 15 LS - 25

LU. Daerah pemodelan dibagi menjadi blok-blok kecil dengan ukuran 2’x

2’ (sekitar 3,7 km x 3,7 km) dengan jumlah blok masing-masing 1.200 buah

dalam arah timur-barat dan utara-selatan. Data batimetri diperoleh dari

ETOPO2 (NOAA, 2005). Simulasi tsunami dilakukan selama 300 menit

dengan t = 1,5 detik.

Simulasi tsunami ditampilkan secara untuk waktu-waktu

tertentu, yaitu 15, 30, 45, 60, 75, 90 dan 120 menit setelah terjadinya gempa

(Gambar 15). Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gelombang tsunami

diperkirakan mencapai pantai barat Sumatera bagian utara 15 – 25 menit,

pantai utara Sumatera bagian utara 20 – 30 menit, Kepulauan Nicobar 5 –

10 menit, Kepulauan Andaman 10 – 15 menit, pantai selatan Myanmar 60 –

70 menit, pantai barat Thailand 90 – 100 menit, dan pantai timur India dan

Srilanka 120 – 150 menit setelah terjadinya gempa. Hasil pemodelan ini

tidak terlalu berbeda jauh dengan hasil survei lapangan yang dilaporkan

oleh Satgas ITB (2005) dan studi Lay dkk (2005).

� �

� � � �

snapshot

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 18: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

2726

(b) Simulasi saat t = 15 menit (f) Simulasi saat t = 75 menit(a) Model awal (e) Simulasi saat t = 60 menit

(d) Simulasi saat t = 45 menit (h) Simulasi saat t = 120 menit(c) Simulasi saat t = 30 menit (g) Simulasi saat t = 90 menit

Gambar 15: Simulasi tsunami Aceh 26 Desember 2004 Gambar 15: Simulasi tsunami Aceh 26 Desember 2004

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 19: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

28 29

Untuk mengetahui tingkat kelayakan, hasil pemodelan dibandingkan

dengan data pengamatan yang terekam pada stasiun pasut. Data pasut

yang tersedia adalah data pasut di Belawan. Gambar 16 menunjukkan

perbandingan antara data (garis tipis) dan hasil pemodelan (garis tebal).

Untuk membandingkan secara kuantitatif dilakukan analisis berdasarkan

nilai E ( ) dan koefisien korelasinya. Diperoleh

bahwa nilai E = 0,10 m dan koefisien korelasi = 0,70. Berdasarkan

besarnya nilai E dan koefisien korelasi dapat disimpulkan bahwa hasil

pemodelan tsunami cukup dapat dipertanggungjawabkan.

RMS

RMS

RMS

root mean square error

Gambar 16: Perbandingan data dan hasil pemodelan di Belawan

pantai utara mencapai 11 m (Gambar 17). Hasil pengamatan menunjuk-

kan adanya perbedaan dengan hasil pemodelan yang menunjukkan

bahwa tinggi tsunami maksimum di pantai barat Sumatera bagian utara

adalah 24 m sedangkan di pantai utara mencapai 15 m (Gambar 18).

Sebuah tim survei internasional yang dipimpin oleh Prof. Y. Tsuji dari

University of Tokyo (Tsuji dkk, 2005) melaporkan bahwa tinggi tsunami

maksimum di pantai barat Sumatera bagian utara mencapai 34 m dan di

Aceh Aceh

30 m 30 m

Hmax= 24 m

Hmax=15 m

Gambar 17: Tinggi tsunami hasil pengukuran

Gambar 18: Tinggi tsunami hasil pemodelan

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 20: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

3130

Pemodelan Tsunami Pangandaran 17 Juli 2006

Tsunami Pangandaran 17 Juli 2006 dibangkitkan oleh gempa dengan

magnitudo Mw = 7,7, Ms = 7,2; episenter 107,32 BT, 9,22 LS; dan

kedalaman sekitar 10 – 30 km (USGS, 2006). Tsunami menerjang pantai

selatan Pulau Jawa bagian barat dan tengah yang menyebabkan lebih dari

600 orang meninggal dan sekitar 55.000 orang kehilangan tempat tinggal.

Gempa tersebut terletak pada zona Subduksi Sunda di selatan Pulau

Jawa yang dikategorikan sebagai wilayah rawan tsunami (Puspito, 2004).

Dari tahun 1800 s/d 2006 setidaknya terjadi 11 tsunami merusak di Pulau

Jawa dan sekitarnya. Gambar 19 menunjukkan lokasi pusat tsunami

Pangandaran 17 Juli 2006, lokasi pusat-pusat tsunami merusak dan

sebaran pusat gempa dangkal dengan magnitudo M = 4,0 dari tahun 1981

s/d 2000.

� �

Beberapa peneliti (Ammon dkk, 2006; Fuji dan Satake, 2006)

menyatakan bahwa tsunami Pangandaran 17 Juli 2006 dibangkitkan oleh

gempa jenis . Beberapa survei (Tim Survei ITB, 2006;

Kongko dkk, 2006; Tsuji dkk, 2006) menunjukkan bahwa getaran gempa

tidak terlalu dirasakan oleh penduduk di sepanjang pantai dan tinggi

tsunami maksimum bervariasi antara 2 – 7,5 meter. Laporan survei

tersebut memperkuat indikasi bahwa tsunami Pangandaran 17 Juli 2006

dibangkitkan oleh gempa jenis . Gempa semacam ini

mirip dengan gempa yang membangkitkan tsunami Banyuwangi 3 Juni

1994 (Tsuji dkk, 1995; Puspito dkk, 1998; Polet dan Kanamori, 2000).

Model sumber gempa ditentukan sebagai berikut. Dimensi sesar

diperkirakan berdasarkan sebaran pusat gempa, yaitu panjang 200 km

dan lebar 70 km. Mekanisme fokus gempa diambil dari Yagi (2006) yaitu

tipe sesar naik dengan sudut = 297 , = 10 dan = 91 dengan

kedalaman pusat gempa 10 km. Besarnya dislokasi sebesar 1,9 m dihitung

berdasarkan persamaan yang menghubungkan antara momen seismik,

rigiditas litosfer, panjang sesar, lebar sesar, dan dislokasi.

Luas daerah pemodelan adalah 12 x 7 yang dibatasi oleh koordinat

104 BT - 116 BT dan 5 LS - 12 LS. Daerah pemodelan dibagi menjadi

blok-blok kecil dengan ukuran 1’ x 1’ (sekitar 1,85 km x 1,85 km). Dengan

demikian jumlah blok dalam arah timur-barat sebanyak 720 buah dan

dalam arah utara-selatansebanyak 420 buah. Data batimetri diperoleh dari

ETOPO2 (NOAA, 2005). Simulasi tsunami dilakukan selama 120 menit

dengan t = 1,5 detik.

tsunami earthquake

tsunami earthquake

strike dip rake� � �

� �

� � � �

�Gambar 19: Lokasi pusat tsunami 17 Juli 2006 dan tsunami lainnya

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 21: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

32 33

Untuk memperoleh gambaran penjalaran tsunami terhadap ruang

dan waktu, simulasi tsunami digambarkan secara untuk waktu-

waktu tertentu, yaitu 10, 20, 30 dan 40 menit setelah terjadinya gempa

(Gambar 20). Tinggi tsunami dan waktu tempuh penjalaran gelombang

tsunami dari sumber ke pantai dihitung di 23 titik penghitungan yang

terdapat di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa. Gambar 21 menunjukkan

tinggi tsunami di Cilacap. Garis tebal menunjukkan hasil

pemodelan dan garis tipis data pengamatan di stasiun pasut Cilacap.

Hasil pemodelan (Gambar 20 dan 21) menunjukkan bahwa

gelombang tsunami yang menjalar ke arah pantai Pulau Jawa didahului

oleh bagian lembah gelombang (elevasi negatif) baru kemudian disusul

oleh bagian puncak gelombang (elevasi positif). Dalam waktu 120 menit

setidaknya ada 5 puncak gelombang tsunami yang sampai ke daratan

(Gambar 21). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan penduduk

yang melihat bahwa air laut surut beberapa menit sebelum gelombang

tsunami menerjang daratan dan puncak gelombang datang 2 – 3 kali ke

daratan (Tim Survei ITB, 2006; Kongko dkk, 2006; Tsuji dkk, 2006).

Hasil pemodelan juga menunjukkan bahwa waktu tiba puncak

gelombang tsunami di pantai Jawa bagian barat 25 – 60 menit, di pantai

Jawa bagian tengah dan timur 40 – 70 menit, dan di pantai Bali 80 – 90

menit setelah terjadinya gempa. Hasil pemodelan ini tidak jauh berbeda

dengan yang diperoleh dari wawancara dengan penduduk (Tim Survei

ITB, 2006; Kongko dkk, 2006; Tsuji dkk, 2006).

snapshot

time-series

(a) Simulasi saat t = 10 menit

(b) Simulasi saat t = 20 menit

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 22: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

34 35

(c) Simulasi saat t = 30 menit

(d) Simulasi saat t = 40 menit

Gambar 20: Simulasi tsunami Pangandaran 17 Juli 2006

Tinggi maksimum tsunami hasil pemodelan bervariasi antara 0,05 –

2,80 meter di pantai Jawa bagian barat, 0,10 – 2,75 meter di pantai Jawa

bagian tengah dan timur, dan 0,10 – 0,15 meter di pantai Bali. Hasil

pemodelan ini lebih rendah dibandingkan hasil pengukuran di lapangan,

yaitu di pantai Pangandaran berkisar 4,5 – 7,5 meter, di pantai Kebumen

sekitar 5 – 6 meter, dan di pantai Parangtritis sekitar 2 – 3 meter.

Perbandingan antara hasil pemodelan dengan data pengamatan di

stasiun pasut Cilacap (Gambar 21) menunjukkan adanya kesesuaian pola,

sedangkan tinggi tsunaminya sedikit berbeda. Hasil perbandingan

kuantitatif diperoleh bahwa nilai E = 0,18 m dan koefisien korelasi = 0,63.

Berdasarkan besarnya nilai E dan koefisien korelasi dapat disimpulkan

bahwa hasil pemodelan tsunami cukup baik dan dapat dipertanggung-

jawabkan.

RMS

RMS

Gambar 21: Perbandingan data dan hasil pemodelan di Cilacap

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 23: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

36 37

Diskusi

Perbedaan antara hasil pemodelan dengan data pengamatan tentu

tidak bisa dihindari. Perbedaan tersebut antara lain disebabkan karena:

1. Dalam pemodelan diasumsikan bahwa faktor gesekan dasar laut

dapat diabaikan. Pada kenyataannya faktor ini menjadi signifikan dan

harus diperhitungkan, khususnya untuk pemodelan di dekat pantai.

2. Dalam pemodelan diasumsikan bahwa pada bidang sesar tidak

terdapat heterogenitas sehingga besarnya dislokasi dianggap sama di

seluruh bidang sesar. Pada kenyataannya heterogenitas pada bidang

sesar cukup tinggi.

3. Dalam pemodelan diasumsikan bahwa efek dinamik gerak

pensesaran (kecepatan dan ) juga diabaikan

sehingga dislokasi di seluruh bidang sesar dianggap terjadi pada

waktu yang bersamaan. Pada kenyataannya dislokasi pada bidang

sesar tidak terjadi pada waktu yang bersamaan.

4. Dalam pemodelan digunakan data batimetri global karena terbatas-

nya ketersediaan data batimetri lokal.

Mengacu pada keterbatasan di atas, untuk selanjutnya perlu

dilakukan riset pemodelan tsunami dengan mengurangi keterbatasan-

keterbatasan tersebut. Disamping itu, jika selama ini yang dilakukan

adalah memodelkan gelombang tsunami berdasarkan masukan data

sumber gempa, maka ke depan sangat menarik untuk melakukan riset

pemodelan sumber gempa berdasarkan masukan data tsunami.

rupture rising time

2.4 Sistem Peringatan Dini Tsunami

Tsunami Aceh 2004 telah menarik perhatian dunia. Serangkaian

pertemuan internasional diadakan untuk membahas penanganan pasca

bencana dan antisipasi terjadinya bencana serupa di kemudian hari.

Pertemuan pertama, , di Jakarta tanggal 6 Januari 2004

menghasilkan kesepakatan untuk membangun sistem peringatan dini

tsunami (TEWS, ) di wilayah Samudera

Hindia dan Asia Tenggara. Pertemuan berikutnya,

, di Kobe tanggal 18 s/d 22 Januari 2005 menghasilkan

pembangunan TEWS di Samudera Hindia danAsia Tenggara.

Berdasarkan kesepakatan-kesepakatan tersebut pemerintah

Indonesia memprogramkan pembangunan TEWS di Indonesia (untuk

selanjutnya ditulis Ina-TEWS, singkatan dari

) yang pada akhirnya akan dijadikan sebagai bagian

integral dari TEWS di Samudera Hindia dan Asia Tenggara. Untuk

keperluan tersebut pada tahun 2005 dibentuklah sebuah tim antar institusi

di bawah koordinasi Kementrian Riset dan Teknologi yang bertugas

merumuskan cetak biru Pembangunan Ina-TEWS.

Sungguh beruntung Penulis mendapat kesempatan terlibat aktif

dalam proses perumusan cetak biru Pembangunan Ina-TEWS tersebut.

Pada bagian berikut ini akan dipaparkan ringkasan cetak biru

Pembangunan Ina-TEWS yang disarikan dari beberapa tulisan Penulis

sebelumnya (Sukamdono dkk, 2005; Suhardi dkk, 2005; Puspito, 2007b).

the Tsunami Summit

tsunami early warning system

the World Conference on

Disaster Reduction

roadmap

Indonesia tsunami early

warning system

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 24: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

38 39

Desain Ina-TEWS

Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya (Gambar 6),

tsunami di Kepulauan Indonesia sebagian besar adalah tsunami lokal

dengan waktu tempuh penjalaran gelombang ke garis pantai terdekat

antara 5 – 40 menit. Dengan kata lain waktu yang tersedia untuk

mengeluarkan sangat singkat. Oleh karena itu desain Ina-

TEWS harus disesuaikan dengan karakteristik jenis tsunami lokal

tersebut.

Desain Ina-TEWS dibuat dengan mengacu pada dua konsep TEWS,

yaitu: (1) TEWS Jepang yang dikelola oleh JMA( ),

dan (2) TEWS Pasifik yang dikelola oleh PTWC (

). TEWS Jepang dijadikan sebagai rujukan untuk kasus tsunami

lokal, sedangkan TEWS Pasifik dijadikan pedoman untuk kasus tsunami

global. Desain Ina-TEWS pada dasarnya terdiri dari 4 komponen utama,

yaitu: (1) Sistem pemantau gempa, (2) Sistem pemantau muka air laut, (3)

Basisdata simulasi tsunami, dan (4) Sistem diseminasi informasi (Gambar

22).

Sistem pemantau gempa didesain terdiri dari 160 buah seismograf

jenis dan 500 buah akselerograf. Sistem pemantau muka air laut

didesain terdiri dari 120 buah yang ditempatkan di sepanjang

pantai dan 15 buah yang ditempatkan di sepanjang zona

subduksi. Basisdata simulasi tsunami dibangun untuk tiap pusat regional

yang berisikan ratusan atau bahkan ribuan simulasi tsunami, sedangkan

tsunami warning

Japan Meteological Agency

Pacific Tsunami Warning

Center

broad-band

tide gauge

tsunami buoy

sistem diseminasi informasi memanfaatkan beberapa

moda, seperti sms, telepon dan jaringan internet.

tsunami warning

Gambar 22: Komponen utama Ina-TEWS

Untuk keperluan operasionalisasi Ina-TEWS didesain terdiri dari 10

pusat regional ( ) dan 1 pusat nasional ( ). Pusat

nasional berkedudukan di Jakarta, sedangkan pusat regional berkedu

dukan di daerah (Gambar 23). Masing-masing pusat regional dilengkapi

dengan sistem pemantau gempa, sistem pemantau muka air laut,

basisdata simulasi tsunami dan sistem diseminasi informasi. Pusat-pusat

regional tersebut terintegrasi dalam satu sistem dengan pusat nasional.

Pusat regional bertanggungjawab untuk mengeluarkan

regional center national center

-

tsunami warning

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 25: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

Gambar 23: Lokasi pusat nasional dan pusat regional

40 41

di wilayahnya masing-masing, sedangkan pusat nasional bertanggung

jawab untuk tingkat nasional.

-

Sistem kerja Ina-TEWS didesain sebagai berikut. Sistem pemantau

gempa diharapkan dapat menentukan parameter gempa (episenter,

kedalaman, magnitudo) dalam waktu kurang dari 3 menit setelah

terjadinya gempa. Apabila parameter gempa dari gempa yang terjadi

memenuhi kriteria gempa pembangkit tsunami yang telah ditetapkan,

maka segera dipersiapkan. Perkiraan tinggi tsunami dan

waktu tiba tsunami di pantai dicari dari basisdata simulasi tsunami.

Dalam waktu kurang dari 5 menit setelah terjadinya gempa,

yang berisikan informasi tentang kemungkinan terjadinya

tsunami warning

tsunami

warning

tsunami, perkiraan tinggi tsunami dan waktu tiba tsunami di beberapa

tempat, diharapkan sudah dapat disebarkan atau didiseminasikan untuk

tingkat regional.

Konfirmasi terjadi tidaknya tsunami diperoleh dari sistem pemantau

muka air laut. Apabila ternyata terjadinya tsunami tidak dikonfirmasi

maka dibatalkan atau dinyatakan selesai. Sedangkan jika

terjadinya tsunami dikonfirmasi maka diteruskan ke

tingkat nasional untuk didiseminasikan dalam waktu kurang dari 10

menit sejak terjadinya gempa. didiseminasikan ke

suluruh pihak yang berkepentingan ( ), antara lain pemerintah,

media massa, dan lembaga-lembaga teknis. Gambar 24 menunjukkan

desain urutan waktu proses diseminasi (BMKG, 2006).

tsunami warning

tsunami warning

Tsunami warning

stake holder

tsunami warning

Gambar 24: Urutan waktu proses keluarnya .tsunami warning

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 26: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

42 43

Implementasi Ina-TEWS

Operasionalisasi Ina-TEWS berada di bawah pengelolaan Badan

Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Ina-TEWS telah

diresmikan pemanfaatannya oleh Presiden pada tanggal 11 November

2008 di Jakarta. Beberapa uji coba telah dilakukan sebelum peresmian,

antara lain uji coba penyampaian melalui sms dan telpon

yang dilakukan tanggal 26 Desember 2005 pada acara mengenang 1 tahun

bencana tsunami Aceh. Dalam acara tersebut Walikota Padang menerima

sms dan telpon dari BMKG yang kemudian langsung

ditindak-lanjuti dengan perintah evakuasi kepada masyarakatnya.

Status peralatan Ina-TEWS sampai dengan tahun 2010 ini adalah

sebagai berikut (informasi diperoleh dari Pejabat BMKG). Sebanyak 158

buah seismograf dan 120 buah akselerograf sudah terpasang untuk sistem

pemantau gempa. Untuk sistem pemantau muka air laut 58 buah

dan 8 buah sudah berfungsi. Sementara itu peralatan GPS

permanen yang sudah terpasang berjumlah 18 buah. Dengan kata lain

jumlah peralatan Ina-TEWS yang terpasang saat ini belum optimal.

Pada saat ini penentuan semata-mata didasarkan

pada analisis parameter gempa. Kriteria gempa pembangkit tsunami yang

ditetapkan Ina-TEWS untuk menentukan apakah suatu gempa berpotensi

menimbulkan tsunami atau tidak adalah: (1) pusat gempa berada di laut,

(2) kedalaman pusat gempa 70 km (sebelumnya 60 km), dan (3)

magnitudo M 7.0 (sebelumnya M 6.5). Saat ini dalam waktu kurang dari

tsunami warning

tsunami warning

tide gauge

tsunami buoy

tsunami warning

� �

� �

5 menit setelah terjadinya gempa, BMKG sudah berhasil menganalisis

apakah suatu gempa mempunyai potensi menimbulkan tsunami atau

tidak. Tsunami warning didiseminasikan secara nasional dalam waktu

kurang dari 5 menit setelah terjadinya gempa, tanpa melalui jenjang

diseminasi di tingkat regional.

Salah satu contoh melalui sms (yang juga

ditayangkan oleh beberapa stasiun tv) diterima pada tanggal 24 Oktober

2009 pukul 21:45:39 WIB yang berbunyi:

Info Gempa Mag: 7.3 SR. 24-Okt-09 21:40:46 WIB, Lok:6.23 LS – 130.60

BT (209 km Barat Laut SAUMLAKI - MALUKU), Kedlmn:165 km.

Potensi TSUNAMI utk dtrskan pd msyrkt::BMKG.

Pada pukul 22:11:29 WIB diterima sms lanjutan yang berbunyi:

Ancaman Tsunami akibat Gempa Mag: 7.3 SR. 24-Okt-09 21:40:46

WIB, Lok:6.23 LS – 130.60 BT (209 km Barat Laut SAUMLAKI -

MALUKU), dinyatakan berakhir:: BMKG.

Hal ini berarti bahwa dengan peralatan yang masih belum optimal, BMKG

sudah berhasil mendiseminasikan dalam waktu 4 menit

53 detik setelah gempa terjadi. Sementara itu informasi berakhirnya

ancaman tsunami dikeluarkan 1 jam 25 menit 50 detik setelah

.

tsunami warning

tsunami warning

tsunami

warning

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 27: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

44 45

Diskusi

Kecepatan penyampaian informasi tsunami (dan gempa) dari Ina-

TEWS yang dikelola oleh BMKG sudah sangat baik, yaitu kurang dari 5

menit setelah terjadinya gempa. Hal ini merupakan prestasi yang sungguh

luar biasa karena sudah dapat dicapai hanya dalam waktu sekitar 2 – 4

tahun setelah pencanangan Pembangunan Ina-TEWS. Hal ini patut

mendapatkan apresiasi mengingat bahwa peralatan Ina-TEWS saat ini

masih belum optimal.

Saat ini penentuan semata-mata didasarkan pada

parameter gempa yang dicocokkan dengan kriteria gempa pembangkit

tsunami yang sudah ditetapkan. Mengingat bahwa telah terjadi beberapa

kekurang-tepatan pada yang didiseminasikan, kriteria

tersebut mungkin masih dapat dikaji lebih lanjut disesuaikan dengan

karakteristik dominan dari gempa-gempa pembangkit tsunami di

Kepulauan Indonesia.

Selama ini, berdasarkan pada beberapa bencana tsunami yang terjadi,

publik selalu mengasosiasikan bahwa tsunami itu mempunyai tinggi

gelombang sampai puluhan meter. Padahal secara keilmuan tinggi

tsunami itu bisa juga hanya beberapa puluh centimeter. Selama ini cukup

banyak yang dibatalkan karena tidak terjadi tsunami

yang signifikan, walaupun sebenarnya tsunami terjadi dan tercatat di

meskipun tingginya kecil. Jika pembatalan sering

terjadi akibatnya secara perlahan tapi pasti akan dapat menurunkan

tsunami warning

tsunami warning

tsunami warning

tide

gauge tsunami warning

tingkat kepercayaan publik. Untuk itu perlu dirumuskan kembali

bagaimana sebaiknya pemilihan bahasa yang tepat dalam

untuk menyatakan bahwa tsunami itu secara keilmuan benar terjadi

walaupun tinggi tsunaminya kecil dan tidak mengakibatkan bencana.

Sudah kita ketahui bersama bahwa Kepulauan Indonesia rawan

bencana gempa dan tsunami, termasuk berbagai jenis bencana alam

lainnya seperti letusan gunungapi, tanah longsor, banjir, dan kekeringan.

Apa boleh buat, kita memang dituntut untuk dapat hidup berdampingan

secara harmonis dengan berbagai jenis bencana alam tersebut. Oleh

karena itu, adalah suatu keharusan bagi kita untuk memiliki sistem

penanggulangan bencana alam yang handal.

Upaya penanggulangan bencana alam harus didasarkan pada konsep

manajemen bencana ( ) yang baik. Manajemen bencana

biasanya merupakan suatu siklus kegiatan yang mencakup tahapan

sebagai berikut: (1) Pencegahan ( ), (2) Mitigasi ( ), (3)

Kesiapsiagaan ( ), (4) Tanggap darurat ( ), (5)

Pemulihan ( ), dan (6) Pembangunan ( ). Tahap (1), (2)

dan (3) dilakukan pada saat sebelum bencana terjadi, sedangkan tahap (4),

(5) dan (6) dilakukan setelah bencana. Gambar 25 menunjukkan siklus

tsunami warning

disaster management

prevention mitigation

preparedness emergency response

recovery development

3. KONTRIBUSI PADA MITIGASI BENCANA

3.1 Pentingnya Mitigasi

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 28: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

46 47

kegiatan manajemen bencana.

Saat ini sudah saatnya upaya penanggulangan bencana alam juga

difokuskan pada tahapan sebelum bencana, tidak hanya pada tahapan

setelah bencana saja. Artinya kita tidak hanya sibuk setelah bencana

terjadi, tetapi juga mempersiapkan diri dengan baik sebelum bencana

terjadi. Oleh karena itu dalam konteks inilah upaya mitigasi bencana

semestinya mendapatkan perhatian lebih.

Mengacu pada UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana, mitigasi dapat diartikan sebagai serangkaian upaya untuk

mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun

Gambar 25: Siklus manajemen bencana

penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman

bencana. Pada dasarnya program mitigasi yang baik antara lain

memerlukan adanya: (a) sistem pemantauan dan peringatan dini, (b)

sistem informasi dan diseminasi, (c) peta-peta hazard (ancaman/bahaya

dari bencana), (d) infratruktur, sarana dan prasarana yang disesuaikan

dengan jenis hazard-nya, (e) tingkat pengetahuan, kepedulian serta

kesiapan seluruh pemangku kepentingan, dan (f) peraturan-peraturan

tentang penanggulangan bencana.

UU Nomor 24 tahun 2007 menyatakan bahwa penanggulangan

bencana alam merupakan tanggungjawab seluruh pemangku

kepentingan, baik pemerintah maupun masyarakat. Dalam UU tersebut

diisyaratkan bahwa mitigasi bencana alam harus ditunjang oleh

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang handal, kegiatan

pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu, sebagai seorang ilmuwan

Seismologi, Penulis bertekad untuk terus terlibat aktif dalam upaya

mitigasi bencana alam, khususnya bencana gempa dan tsunami, melalui

kegiatan riset dan pendidikan, baik secara kelembagaan maupun

individu.

Didasarkan pada pengalaman melakukan riset-riset sebelumnya dan

pada kebutuhan pengembangan riset gempa dan tsunami di Indonesia,

pada tahun-tahun mendatang Penulis akan memfokuskan diri untuk

3.2 Riset dan Pendidikan

Sebelum bencana Setelah bencana

Bencana

(3)Kesiapsiagaan

(4)Tanggap Darurat

(2)Mitigasi

(5)Pemulihan

(1)Pencegahan

(6)Pembangunan

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 29: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

48 49

melakukan riset pada beberapa topik sebagai berikut:

1. Karakterisasi gempa-gempa pembangkit tsunami yang terjadi di

Kepulauan Indonesia.

2. Pemodelan sumber gempa berdasarkan data tsunami.

3. Studi prekursor gempa sebagai upaya awal prediksi gempa.

4. Pemanfaatan Ina-TEWS untuk .

Topik pertama diharapkan dapat membantu penentuan kriteria

gempa pembangkit tsunami yang tepat untuk operasionalisasi Ina-TEWS

sedangkan topik kedua diharapkan dapat memperkuat pemahaman

tentang sumber gempa pembangkit tsunami. Sementara itu topik ketiga

dapat dijadikan sebagai modal awal untuk riset prediksi gempa,

sedangkan topik keempat merupakan suatu tantangan besar yang jika

berhasil dilakukan dapat memperkuat upaya mitigasi bencana gempa di

Indonesia.

Tentu saja dalam melaksanakan riset tersebut Penulis akan menjalin

kerjasama dengan berbagai ilmuwan, baik dari dalam maupun luar

negeri. Sebagian dari topik riset tersebut juga sudah mendapatkan

komitmen kerjasama dan pendanaan. Pengembangan riset tersebut tentu

saja tidak bisa dilepaskan dari aspek pengembangan pendidikan karena

dalam pelaksanaanya melibatkan para mahasiswa. Bahkan sebagian dari

topik riset tersebut sudah dijadikan topik disertasi mahasiswa Program

Doktor Sains Kebumian ITB.

Dalam bidang pendidikan selama ini Penulis telah berpengalaman

earthquake early warning

mengajar beberapa mata kuliah yang terkait dengan bencana alam, baik

pada program Sarjana maupun Magister di ITB. Mata kuliah tersebut

antara lain adalah: (1) Mitigasi Bencana (2008 - sekarang), (2) Manajemen

Bencana Kebumian (2008 - sekarang), (3) Mitigasi Bencana Alam (2003 -

2008), (4) Bencana Alam Kebumian (2003 - 2008), (5) Prediksi dan Mitigasi

Bencana Kegempaan (1998 - 2003), dan (6) Tsunami (1998 - 2003). Pada

tahun-tahun mendatang Penulis akan memperkaya dan memperbaiki

materi perkuliahan tersebut berdasarkan pada hasil-hasil riset yang jika

dimungkinkan akan dituangkan dalam bentuk buku ajar tentang bencana

alam.

Selama ini Penulis sudah banyak terlibat dalam kegiatan edukasi

publik ( ) tentang bencana alam, baik dilakukan secara

kelembagaan maupun individu. Kegiatan edukasi publik yang selama ini

Penulis lakukan antara lain berupa ceramah, pelatihan, seminar, ,

pendampingan, dan penulisan artikel di media cetak tentang masalah

bencana alam. Kegiatan yang sudah Penulis jalankan sejak lama tersebut

merupakan bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kepedulian, kesiapan dan

kapasitas masyarakat tentang bencana alam. Pada tahun-tahun

mendatang Penulis bertekad untuk terus terlibat aktif dalam kegiatan

pengabdian kepada masyarakat tersebut secara lebih terstruktur.

Upaya penanggulangan bencana alam tentu memerlukan adanya

dukungan sumber daya manusia yang handal. Oleh karena itu program

public education

talk show

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 30: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

pengembangan sumber daya manusia di bidang penanggulangan

bencana alam perlu dipertimbangkan dengan serius. Dalam konteks ini

Penulis berpendapat bahwa ITB mempunyai potensi yang sangat besar

untuk menjadi pusat keunggulan di bidang studi bencana alam, baik

untuk tingkat regional maupun dunia. Oleh karena itu Penulis

berpendapat bahwa tidaklah berlebihan jika ITB mendirikan suatu

program pendidikan formal di tingkat pascasarjana yang mempelajari

bencana alam dari berbagai aspeknya yang bersifat lintas disiplin ilmu.

Ada pepatah Jepang yang berbunyi “

” yang artinya kurang lebih adalah “bencana itu datang pada saat kita

sudah melupakannya”. Perilaku bencana alam itu mirip seperti pencuri,

yang datang secara tiba-tiba pada saat kita sedang lengah. Oleh karena itu

kita dituntut untuk harus selalu berada dalam keadaan siap menghadapi

datangnya bencana alam. Maka sudah semestinyalah upaya mitigasi

bencana harus dijalankan oleh seluruh pemangku kepentingan, baik

pemerintah maupun masyarakat, secara serius, terus menerus dan tidak

bosan-bosan walaupun mungkin saja bencananya tidak datang-datang.

Pertama-tama Penulis panjatkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang

3.3 Penutup

UCAPAN TERIMA KASIH

higai ga wasureru toki ni yatte

kuru

Maha Esa atas karuniaNya sehingga Penulis memperoleh kepercayaan

memangku jabatan akademik Profesor atau Guru Besar dalam bidang

Seismologi terhitung tanggal 1 Januari 2010.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya Penulis tujukan kepada:

(1) kedua orang tua, Ayahanda Sukarman dan mendiang Ibunda

Kusmijarsi, yang telah mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih

sayang, (2) istri tercinta, Nining, serta anak-anak tersayang, Tyas, Andini

dan Hana, yang telah memberikan cinta, kasih, kedamaian dan

kehangatan dalam keluarga; (3) adik satu-satunya, Andik, yang telah

banyak memberikan semangat, dan (4) kedua mertua, Bapak Slamet

Budiono dan Ibu Chalimah, atas doa restu yang diberikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada para Guru dan Dosen di:

(1) TK Pius Kraksaan (1965-1966), (2) SDK Pius Kraksaan (1967-1971), (3)

SDN Semampir Kraksaan (1972), (4) SMPN Kraksaan (1973-1975), (5)

SMAN Probolinggo (1976-1979), (6) ITB (1979-1984), (7) Hirosaki

University (1988-1990), dan (8) University of Tokyo (1990-1993) yang telah

mendidik Penulis saat menempuh pendidikan formal.

Penulis sangat berhutang budi kepada para dosen pembimbing, yaitu:

Drs. Arjuno Brojonegoro M.Sc dan Drs. Untoro Wibowo M.Si

(pembimbing Tugas Akhir Sarjana, ITB), Prof. Tamao Sato (pembimbing

Tesis Master, Hirosaki University) dan Prof. Kunihiko Shimazaki

(pembimbing Disertasi Doktor, University of Tokyo). Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Prof. Yoshinobu Tsuji (University of

50 51Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 31: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

Tokyo) dan Prof. Fumihiko Imamura (Tohoku University) yang telah

mengenalkan studi Tsunami.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada: (1) Prof. Djoko Santoso,

Prof. Sri Widiyantoro, Prof. Safwan Hadi dan Prof. Amrinsyah Nasution,

selaku Promotor atau pemberi rekomendasi untuk menjadi Guru Besar,

(2) Dekan FTTM ITB Prof. Sudarto Notosiswoyo dan Staf, yang telah

memperjuangkan Penulis menjadi Guru Besar, (3) Prof. Widyo Nugroho

SULASDI, atas diskusi-diskusi bermakna dan dorongan semangat yang

diberikan, (4) Dr. Djedi S. Widarto, Dr. Hendra Grandis dan Dr. Afnimar,

atas berbagai tukar pikiran yang dilakukan, (5) Para mahasiswa dan

mantan mahasiswa bimbingan yang banyak membantu dalam melakukan

riset, dan (6) Para kolega di Kementrian Riset dan Teknologi serta BMKG

atas kesempatan yang diberikan untuk terlibat dalam pembuatan cetak

biru Pembangunan Ina-TEWS.

Akhirnya ucapan terima kasih Penulis tujukan kepada: (1) seluruh

kolega dan staf non-akademik di KK Geofisika Global, Prodi Teknik

Geofisika, dan ex Departemen Geofisika dan Meteorologi; (2) seluruh staf

Kantor WRMA ITB periode 2005 – 2010; dan (3) semua pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu; atas segala dukungan dan bantuan yang

telah diberikan, baik langsung maupun tidak langsung.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Abe, K., 1973. Tsunami and Mechanism of Great Earthquakes.

, vol 7, 141-153.

Abe, K., 1983. A New Scale of Tsunami Magnitude Mt. (in

; edited by K. Iida and T. Iwasaki, Terra

Publisher. Tokyo).

Afnimar, 2009. Seismologi. Edisi Pertama, Penerbit ITB.

Aida, I., 1969. Numerical Experiments for the Tsunami Propagation – the

1964 Niigata Tsunami and the 1968 Tokachi Tsunami.

.

Aki, K. and W.H.K. Lee, 1976. Determination of Three-dimensional

Velocity Anomalies under a Seismic Array using the first P Arrival

Times from Local Earthquakes: AHomogeneous Initial Model.

, 81, 4381-4399.

Ammon, C.J., C. Ji, H.K. Thio, D. Robinson, S. Ni, V. Hjorleifsdottir, H.

Kanamori, T. Lay, S. Das, D. Helberger, G. Ichinose, J. Polet and D.

Wald, 2005. Rupture Process of the 2004 Sumatra-Andaman

Earthquake. Science, Vol. 308, pp. 1133-1139.

Ammon, C. J., H. Kanamori, T. Lay, and A. A. Velasco, 2006. The 17 July

2006 Java Tsunami Earthquake. , 33, L24308,

doi:10.1029/2006GL028005.

BMKG, 2006. Progress Report of Indonesian TWS Seismic Monitoring

System. Coordination Meeting on Evaluation of TWS Seismic

Monitoring, Jakarta, 31 Mei – 1 Juni 2006

Comer, R.P., 1980. Tsunami Height and Earthquake Magnitude:

Theoretical Basis of an Emperical Relation. ,

Physics of the

Earth and Planetary Interior

Tsunamis: Their

Science and Engineering

Bulletin of

Earthquake Research Institute, University of Tokyo, 47, 673-700

Journal

Geophysics Research

Geophysics Research Letter

Geophysics Research Letter

52 53Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 32: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

7, 445-448.

Diposaptono, S., B. Ontowiryo and G.S. Prasetya, 1996. Physical and

Mathematical Modeling for Tsunami.

, Jakarta.

Fujii, Y. and K. Satake, 2006. Source of the July 2006 West Java Tsunami

Estimated from Tide Gauge Records. , 33,

L24317, doi:10.1029/2006GL028049.

Fukao, Y., M. Obayashi, H. Inoue and M. Nenbai, 1992. Subducting Slabs

Stagnant in the Mantle Transition Zone. , 97,

4809-4822.

Geller, R.J., D.D. Jackson, Y.Y. Kagan and F. Mulargia, 1997. Earthquake

cannot be Predicted. , 275, 1616-1617.

GFZ Potsdam, 2004. http://gfz-postdam.de/news/recent/archive/

20041226/Tsunami Modeling/ModelDescription/content-en.html

Gunawan, I dan N.T. Puspito, 2005. Pemodelan Tsunami Aceh 26

Desember 2004 Berdasarkan Model Sumber Gempa Yamanaka.

, Surabaya, Nov. 2005

Gusiakov, V.K., 2004. Historical Tsunami Database for the Pacific, 47 B.C –

2004 A.D. Tsunami Laboratory, ICMMG SD RAS, Novosibirsk, Russia.

(CD-Rom)

Harvard Univ., 2004. Harvard CMT catalogue. http://www.globalcmt.org/

Harvard Univ., 2009. Harvard CMT catalogue. http://www.globalcmt.org/

Hayakawa, M. and Y. Fujinawa (Editors), 1994. Electromagnetic

Phenomena Related to Earthquake Prediction. Terra Scientific

Publication Company, Tokyo, pp. 667.

Hidayat, D., J.S. Barker and K. Satake, 1995. Modeling of the Seismic

Proc. of Int. Workshop on Tsunami

Modeling and Its Application for Coastal Zone Development

Geophysics Research Letter

Journal Geophysics Research

Science

Proceeding JCS2005 HAGI-IAGI-PERHAPI

Source and Tsunami Generation of the December 12, 1992 Flores

Island, Indonesia, Earthquake. , 144, 537-

554.

Hwang, L. and D. Divoky, 1970. Tsunami Generation.

, 75, 6802-6817.

IOC (Intergovernmental Oceanographic Commission), 1997. IUGG/IOC

Time Project: Numerical Method of Tsunami Simulation with Leap-

Frog Scheme. UNESCO.

Iida, K., 1958. Magnitude and Energy of Earthquakes Accompanied by

Tsunami and Tsunami Energy.

, 6, 101-112.

Iida, K., 1983. Some Remarks on the Occurrence of Tsunamigenic

Earthquakes around the Pacific. (in

; edited by K. Iida and T. Iwasaki, Terra Publisher. Tokyo).

Imamura, F., N. Shuto, S. Ide, Y. Yoshida and K. Abe, 1993. Estimate of the

Tsunami Source of the 1992 Nicaraguan Earthquake from Tsunami

Data. , 20, 1515-1518.

Imamura, F., E. Gica, T. Takahashi and N. Shuto, 1995. Flores Tsunami:

Interpretation of Tsunami Phenomena in Northeastern Flores Island

and Damage at Babi Island. , 144, 555-568.

Ismail, S., 1989. Tsunami di Indonesia. Laporan, Badan Meteorologi dan

Geofisika.

Kanamori, H., 1972. Mechanism of Tsunami Earthquake.

, vol. 6, 346-359.

Kanamori, H., 1977. Energy Release in Great Earthquakes.

, 82, 2981-2987.

Pure and Applied Geophysics

Journal Geophysics

Research

Journal of Earth Sciences, Nagoya

University

Tsunamis: Their Science and

Engineering

Geophysics Research Letter

Pure and Applied Geophysics

Physics of the

Earth and Planetary Interior

Journal

Geophysical Research

54 55Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 33: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

Kanamori, H. and J.W. Given, 1983. Use of Long-Period Seismic Waves for

Rapid Evaluation of Tsunami Potential of Large Earthquakes. (in

; edited by K. Iida and T.

Iwasaki, Terra Publisher. Tokyo).

Kongko, W., dkk., 2006. Rapid Survey on the 17 July 2006 Java Tsunami.

Laporan survei, BPDP-BPPT dan ITS.

Latief, H. and F. Imamura, 1998. Numerical Simulation of the 1994 East

Java Tsunami, Indonesia.

Latief, H., N.T. Puspito and F. Imamura, 2000. Tsunami Catalog and Zones

in Indonesia. , vol. 22, 1, 25-43.

Lay, T., H. Kanamori, C.J. Ammon, M. Nettles, S.N. Ward, R.C. Aster, S.L.

Beck, S.L. Bilek, M.R. Brudzinski, R. Butler, H.R. DeShon, G. Ekstrom,

K. Satake and S. Sipkin, 2005. The Great Sumatra-Andaman

Earthquake of 26 December 2004. , Vol. 308, pp. 1127-1133

Liu, J.Y., Y.I. Chen, Y.J. Chuo and H.F. Tsai, 2001. Variations of Ionospheric

Total Electron Content during the Chi-Chi Earthquake.

, 28, 1381-1386.

Mansinha, L. and D.E. Symlie, 1971. The Displacement Field of Inclined

Faults. , 61: no 45, 1433-

1440

Mogi, T., Y. Tanaka, D.S. Widarto, E.M. Arsadi, N.T. Puspito, T. Nagao, W.

Kanda and S. Uyeda, 2000. Geoelectric Potential Difference

Monitoring in Southern Sumatra, Indonesia – Coseismic Change.

, Vol.52 (4), pp. 245-252

NOAA, 2005. http://ngdc.noaa.gov/mgg/global/global.html

Tsunamis: Their Science and Engineering

Proceedings of the 11 Congress of the IAHR-

APD, Yogyakarta.

Journal of Natural Disaster Science

Science

Geophysics

Research Letter

Bulletin of the Seismological Society of America

Earth, Planets and Space

th

Puspito, N.T., 2004. Tsunami Zoning for Southern-coast of Java.

, Yogyakarta, Oktober 2004

Puspito, N.T., 2002. Tsunami and Earthquake Activity in Indonesia.

, Kamchatsky, Rusia, September 2002

Puspito, N.T., 2007a. Karakteristik Gempa Pembangkit Tsunami di

Kepulauan Indonesia dan sekitarnya. , Departemen

Kelautan dan Perikanan, vol.3, 2, 49-65.

Puspito, N.T., 2007b. Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia. (dalam

buku TsunamiAceh, Editor: T.A. Sanny)

Puspito, N.T., 2009. Statistical Data of Tsunamigenic Earthquakes in the

Indonesian Region. ,

Bukittinggi, November, 2009

Puspito, N.T., Y. Yamanaka, T. Miyatake, K. Hirahara and K. Shimazaki,

1993. Mantle Structure and Seismotectonics of the Sunda and Banda

arcs, Indonesia. , Vol. 220.

Puspito, N.T. and K. Shimazaki, 1995. Mantle Structure and

Seismotectonics of the Sunda and Banda arcs, Indonesia.

, 251, 215-228.

Puspito, N.T., A. Y. Abietto, and S. Hadi, 1998. Tsunamigenic Earthquake

and Tsunami Earthquake in Indonesia. ,

Yogyakarta.

Puspito, N.T and I. Gunawan, 2005. Tsunami Sources in the Sumatra

region, Indonesia and Simulation of the 26 December, 2004 Aceh

Tsunami. , paper no. 459, vol. 42,

no. 4, December 2005, 111 – 125.

Prosiding

PIT HAGI

Proceedings of the International Workshop on Local Tsunami Warning and

Mitigation

Jurnal Segara

Proc. of Int. Symposium on Earthq. Precursor

Tectonophysics

Tectonophysics

Prosiding PIT-HAGI ke-23

ISET Journal of Earthquake Technology

56 57Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 34: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

Puspito, N.T. and I. Gunawan, 2006. Comparison of Two Earthquake

Sources for the 26 December 2004 Aceh Tsunami.

, Vol.38B, No.1.

Puspito, N.T. dan N. Indrastuti, 2007. Pemodelan Tsunami Jawa Barat 17

Juli 2006 Berdasarkan Beberapa Model Sumber Gempa.

, HAGI, Edisi 2007 No. 1, 10-21.

Puspito, N.T., P. Barus dan D.S. Widarto, 2007. Anomali Total Electron

Content (TEC) di Ionosfer Sumatera dan Hubungannya dengan

Gempa Besar Aceh 26 Desember 2004. , HAGI, Edisi

2007, No.2.

Polet, J. and H. Kanamori, 2000. Shallow Subduction Zone Earthquakes

and Their Tsunamigenic Potential. , 42,

684 – 702.

Saroso, S., K. Hattori, H. Ishikawa, Y. Ida, R. Shirogane, M. Hayakawa, K.

Yumoto, K. Shiokawa and M. Nishihashi, 2009. ULF Geomagnetic

Anomalous Changes Possibly Associated with 2004-2005 Sumatra

Earthquakes. , 34, issues 6-7, 343-349.

Satake, K., 1995. Linear and Non-linear Computations of the 1992

Nicaragua Earthquake Tsunami. , 144, 455-

470.

Satake, K. and Y. Tanioka, 1999. Sources of Tsunami dan Tsunamigenic

Earthquakes in Subduction Zone. , 154 (3-

4), 467-468

Satgas ITB, 2005. Laporan Survei Lapangan Gempa dan Tsunami Aceh

2004. LPPM ITB.

Shuto, N., C. Goto and F. Imamura, 1990. Numerical Simulation as a Means

Proc. ITB on Eng.

Science

Jurnal

Geofisika

Jurnal Geofisika

Geophysical Journal International

Physics and Chemistry of the Earth

Pure and Applied Geophysics

Pure and Applied Geophysics

of Warning for Near-field Tsunami. , 33, 2,

173-193.

Soloviev, S.L. and C.N. Go, 1969. Catalog of Tsunamis in the Pacific.

, 1-83.

Suhardi, I., N.T. Puspito dan S.Y. Warsono (Editor), 2005. Sistem

Peringatan Dini Tsunami Indonesia. Buku peringatan satu tahun

bencana tsunamiAceh, Kementrian Riset dan Teknologi.

Sukamdono, P., N.T. Puspito and M. Rasyid (Editor), 2005. Grand-Scenario

of Indonesian Tsunami Early Warning System. Buku Cetak Biru

Pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia,

Kementrian Riset dan Teknologi.

Tim Survei ITB, 2006. Survei singkat bencana tsunami Pangandaran 2006.

Laporan survei, LPPM ITB.

Tsuji, Y., F. Imamura, H. Matsutomi, C.E. Synolaskis, N.T. Puspito, Jumadi,

S. Harada, S.S. Han, K. Arai and B. Cook, 1995. Field Sruvey of the East

Java Earthquake and Tsunami of June 3, 1994.

, Vol. 144, No. 3/4.

Tsuji, Y., et al., 2005. Field Survey of the 2004 Indian Ocean Tsunami.

http://eri.u-tokyo.ac.jp/namegaya/surveylog/eindex.html

Tsuji, Y., et al., 2006. Field Survey of the Tsunami Inundated Heights due to

the Java Tsunami (2006/07/17) along the Coast on Indian Ocean in Jawa

Island. http://www.eri.u-tokyo.ac.jp/ tsunami/ javasurvey/

index_e.htm

USGS, 2006. The 17 July 2006 Java, Indonesia Earthquake. http://

neic.usgs.gov/neis/eq_depot/2006/eq_060717_qgaf/neic_qgaf_q.html

Varotsos, P. and K.Alexopoulos, 1984. Physical Properties of the Variations

Coastal Engineering in Japan

Academy Nauka

Pure and Applied

Geophysics

58 59Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 35: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

of the Eelectric Field of the Earth Preceding Earthquake.

, 110, 73-98.

Widarto, D.S., 2006. Lithospheric Seismo-Electromagnetic Phenomena in

the Great Sumatran Fault Zone, Indonesia: A Review.

, Chiba.

Widiyantoro, S. and R.D. van der Hilst, 1996. Structure and Evolution of

Lithospheric Slab beneath the Sunda Arc, Indonesia. , 271, 1566-

1570.

Widiyantoro, S., A. Gorbatov, B.L.N. Kennet and Y. Fukao, 2000.

Improving Global Shear-wave Travel-time Tomography using Three-

dimensional Ray Tracing and Iterative Inversion.

, 141, 747-758.

1 Koulakov, M., G. Bohm, B.G. Luehr, A. Manzanares, Fauzi, M.A.

Purbawinata, , A. Ratdomopurbo, K. Kopp, W. Rabbel

and E. Shevkunova (2007): “P and S Velocity structure of the crust and

the upper mantle beneath central Java from local tomography

inversion”. J. Geophys. Res., Vol. 112, B08310.

2 Sangara, I.W., , E. Kertapati and Hendarto (2006): “Survey

of Geo-technical Engineering Aspects of the December 2004 Great

Sumatra Earthquake and Indian Ocean Tsunami and the March 2005

Nias-Simeulue Earthquake”. Earthquake Spectra, Special Issue III,

Vol.22, pp. S495-S509

Tectonophysics

Proceedings of the

Japan Seismo-Electromagnetic Research Group’s Meeting

Science

Geophysical Journal

International

REKAMAN KARYA ILMIAH (PUBLIKASI)

Pada Jurnal Internasional:

N.T. Puspito

N.T. Puspito

3 and I. Gunawan (2005): “Tsunami Sources in the Sumatra

region, Indonesia and Simulation of the 26 December 2004 Aceh

Tsunami”. J. Earthq. Technology, Vol.42, No.4, pp. 111-125

4 Latief, H., and F. Imamura (2000): “Tsunami Catalog and

Zones in Indonesia”. J. Natural Disaster Sci., vol. 22, 1, 25-43.

5 Mogi, T., Y. Tanaka, D.S. Widarto, E.M. Arsadi, , T. Nagao,

W. Kanda, and S. Uyeda (2000): “Geoelectric Potential Difference

Monitoring in Southern Sumatra, Indonesia – Coseismic Change”.

Earth, Planets and Space, Vol.52 (4), pp. 245-252

6 Sato, T., and K. Tanaka (1997): “Vp/Vs Ratios of the Crust

in Northern Tohoku, Honshu, Japan”. Science Reports of the Hirosaki

University, Vol. 44, No. 2.

7 Tsuji, Y., F. Imamura, H. Matsutomi, C.E. Synolaskis, ,

Jumadi, S. Harada, S.S. Han, K. Arai and B. Cook (1995): “Field Sruvey

of the East Java Earthquake and Tsunami of June 3, 1994”. Pure and

Applied Geophysics, Vol. 144, No. 3/4.

8 , and K. Shimazaki (1995): “Mantle Structure and

Seismotectonics of the Sunda and Banda arcs, Indonesia”.

Tectonophysics, 251, 215-228.

9 , Y. Yamanaka, T. Miyatake, K. Hirahara and K.

Shimazaki (1993): “Mantle Structure and Seismotectonics of the Sunda

and Banda arcs, Indonesia”. Tectonophysics, Vol. 220.

1 , P. Barus dan D.S. Widarto (2007): ”Anomali Total

Electron Content (TEC) di Ionosfer Sumatera dan Hubungannya

N.T. Puspito

N.T. Puspito

N.T. Puspito

N.T. Puspito

N.T. Puspito

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Pada Jurnal Nasional:

Puspito, N.T.

60 61Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 36: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

dengan Gempa Besar Aceh 26 Desember 2004”. Jurnal Geofisika,

HAGI, Edisi 2007, No.2.

2 (2007): ”Karakteristik Gempa Pembangkit Tsunami di

Kepulauan Indonesia dan Sekitarnya”. Jurnal Segara, Vol. 3, No.2.

3 . dan N. Indrastuti (2007): ”Pemodelan Tsunami Jawa

Barat 17 Juli 2006 Berdasarkan Beberapa Model Sumber Gempa”.

Jurnal Geofisika, HAGI, Edisi 2007, No.1.

4 , T. Yudistira, I. Gunawan, T. Septiana, R. Robiana dan A.

Gunawan (2006): “Model Awal Basisdata Simulasi Tsunami untuk

TEWS Indonesia”. Jurnal Geofisika, HAGI, Edisi 2006, No.2.

5 and I. Gunawan (2006): “Comparison of Two

Earthquake Sources for the 26 December 2004 Aceh Tsunami”. Proc.

ITB on Eng. Science, Vol.38B, No.1.

6 , I.W. Sangara, Z.L. Dupe dan S. Sukmono (2000):

”Penelitian Gempa, Tsunami dan El Nino Bagi Pengembangan

Mitigasi BencanaAlam di Indonesia”. Proceedings ITB, Vol.32, No.2

7 Santoso, B.S., S. Winardhi dan (2000): “Pendugaan Sifat

Anisotropi Batuan di Perlapisan Bawah Toba dengan Menggunakan

Metoda Polarisasi Gelombang P”. JTM ITB, Vol. VII, No.2

8 Ahmad, M dan (1999): ”Studi Kuantitatif Seismisitas

Pulau Jawa”. Jurnal Matematika dan Sains ITB, Vol. 4, No. 3.

9 Widyantoro, S dan (1998): “Struktur 3D Kecepatan

Gelombang Sekunder di bawah Busur Sunda”. Jurnal Matematika dan

Sains ITB, Vol. 3, No. 2.

10 Grandis, H dan (1998): ”Perhitungan Respons

Elektromagnetik Lapisan Tipis Heterogen Menggunakan Metoda

Puspito, N.T.

Puspito, N.T

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

N.T. Puspito

N.T. Puspito

N.T. Puspito

N.T. Puspito

Persamaan Integral”. Jurnal Matematika dan Sains ITB, Vol.3, No.1.

11 (1996): “Struktur Kecepatan Gelombang Gempa dan

Koreksi Stasiun Seismologi di Indonesia”. Jurnal Matematika dan

Sains ITB, Vol. 1, No. 2.

1 (2009): “Statistical Data of Tsunamigenic Earthquakes in

the Indonesian Region”. Proc. of Int. Symposium on Earthq. Precursor,

Bukittinggi, November, 2009

2 (2008): “Study on Tsunamigenic Earthquake Criteria for

the Indonesian Tsunami Early Warning System”. Proc. of Int.

Conference on Earthq. Eng. Disaster Mitigation, Jakarta,April 2008

3 (2005): “Tsunami and Earthquake Occurrences in the

Indonesian Region, 1901 – 2000”. Proc. of Asian Physics Symposium

2005, Bandung, December 2005

4 , T. Yudistira, I. Gunawan, T. Septiana and R. Robiana

(2005): “Tsunami Simulation for Tsunami Early Warning System in

Java Island”. Proc. of Asian Physics Symposium 2005, Bandung,

December 2005

5 (2003): “Tsunamigenic Earthquakes in the Indonesian

Region”. Proc. of the Int. Workshop on Tsunamis in the South Pacific:

Research Towards Preparedness and Mitigation, Wellington,

September 2003

6 (2002): “Tsunami and Earthquake Activity in

Indonesia”. Proc. of the Int. Workshop on Local Tsunami Warning and

Mitigation, Kamchatsky, Rusia, September 2002

Puspito, N.T.

Pada Prosiding Pertemuan Ilmiah Internasional:

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

62 63Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 37: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

7 (2002): “Tsunami Activity in Indonesia, 1901-2000”.

Proc. of Int. Workshop on Tsunami Risk and its Reduction in the Asia-

Pacific Region, Bandung, March 2002

8 (2001): “Study on the Tsunami Mitigation”. Proc. of Int.

Workshop on Tsunami Mitigation Beyond 2000, Cartagena, Colombia,

October 2001.

9 (1998): “Status of Earthquake and Tsunami Disasters

Mitigation Program in Indonesia”. Proc. of the Multi-lateral

Workshop on Development of EQTAP, Kobe, October 1998

10 (1998): “Tsunami Disaster and their Studies in

Indonesia”. Proc. of Symposium on Japan-Indonesia IDNDR Project,

Bandung, September 1998

11 (1998): “Tsunami in Indonesia: Seismological and

Disaster Prevention Studies”. Proc. of the 1st Asia-Pacific Workshop

on Research Coalition for Urban Earthquake Disaster Management,

Kobe, March 1998

12 (1996): “General Seismological Features on Tsunamis in

Indonesia”. Proc. of Int. Workshop on Tsunami Modeling and its

Application for Coastal Zone Development, Jakarta, March 1996

13 (1994): “Mantle Structure and Seismotectonic

Regionality of the Sunda and Banda Arcs, Indonesia”. Proc. of Int.

Workshop on Seismotectonics and Seismic Hazard in South East Asia,

Hanoi, February 1994

14 (1993): “Statistical Tomography of the 3-D P-wave

Velocity Structure beneath the Indonesian Region”. Invited paper,

Proc. of the 49th Session TOME LV, Bull. of the Int. Statistical Institute,

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Firenze, September 1993.

15 (1992): “Mantle Structure and Seismotectonic Features

of the Indonesian Region”. Proc. of Int. Workshop on Southeast Asia

Structure, Tectonics and Magmatism, Texas A&M University, Texas,

November 1992.

1 Farkhan, A dan (2005): ”Estimasi Potensi Tsunami di

Wilayah Maluku-Filipina”. Proceeding JCS2005 HAGI-IAGI-

PERHAPI, Surabaya, Nov. 2005

2 Robiana, R dan (2005): ”Pemodelan Tsunami Sumba 19

Agustus 1977 dan Estimasi Potensi Tsunami di Nusa Tenggara”.

Proceeding JCS2005 HAGI-IAGI-PERHAPI, Surabaya, Nov. 2005

3 Gunawan, I dan (2005): ”Pemodelan Tsunami Aceh 26

Desember 2004 Berdasarkan Model Sumber Gempa Yamanaka”.

Proceeding JCS2005 HAGI-IAGI-PERHAPI, Surabaya, Nov. 2005

4 (2005): ”Pemanfaatan Data Historis dan Pemodelan

Tsunami untuk Menunjang TEWS di Indonesia”. Prosiding Seminar

Sehari Hari Meteorologi Dunia ke-55, Jakarta, Maret 2005

5 (2005): ”Tsunami: Potensi dan Mitigasinya”. Prosiding

Seminar Nasional Sistem Manajemen Air Untuk Menata Kehidupan,

ITB, Bandung, Februari 2005

6 (2005): “Gempa Aceh dan Kegempaan di Sumatera”.

Prosiding Diskusi Mitigasi Pasca Bencana Alam Gempa Bumi &

TsunamiAceh, UNPAR, Bandung, Januari 2005

7 (2004): ”Tsunami Zoning for Southern-coast of Java”.

Puspito, N.T.

Pada Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional:

N.T. Puspito

N.T. Puspito

N.T. Puspito

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

64 65Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 38: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

Prosiding PIT HAGI, Yogyakarta, Oktober 2004

8 (2004): ”Tsunami Hazard in the Philippine Islands”.

Prosiding PIT HAGI, Yogyakarta, Oktober 2004

9 (2002): “Statistik Data Tsunami dan Kemungkinan

Pemanfaatannya Untuk Mitigasi”. Prosiding PIT HAGI, Malang,

Oktober 2002

10 (2000): “Orientasi stress dalam slab yang menunjam di

zona subduksi Sunda-Banda”. Prosiding PIT HAGI, Bandung,

Oktober 2000

11 (2000): “Preliminary study on the utilization of

numerical simulation for tsunami zoning in Indonesia”. Prosiding

Seminar MIPA2000, FMIPAITB, Bandung, November 2000

12 , S. Hadi dan A. Suprayitno (1999): “Penggunaan Teori

Gelombang Panjang Linier dan Non-Linier pada Simulasi Numerik

Penjalaran Gelombang Tsunami Biak 1996”. Prosiding PIT HAGI,

Surabaya, Oktober 1999

13 A.Y. Abietto and S. Hadi (1998): “Tsunamigenic

Earthquake and Tsunami Earthquake in Indonesia”. Prosiding PIT

HAGI, Yogyakarta, Oktober 1998

14 Triastuty, H., Surono, Salman, (1997): “Analisis Fisis

Tingkat Kegiatan Gunungapi Bromo Berdasarkan Spektral Tremor

dan Perambatan Hiposenter Gempa Gunungapi”. Prosiding PIT

HAGI, Bandung, Oktober 1997

15 Tajan, dan D. Kusno (1997): “Struktur Kecepatan dan

Koreksi Stasiun Seismologi Tiga Wilayah BMG (Sumatera, Jawa dan

Nusatenggara)”. Prosiding PIT HAGI, Bandung, Oktober 1997

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.,

N.T. Puspito

N.T. Puspito

16 Marsono, A., dan A.G. Harsono (1997): “Distribusi

Spasial dan Temporal Momen Seismik Gempa Biak 1996 Berdasarkan

Inversi Gelombang P Perioda Panjang”. Prosiding PIT HAGI,

Bandung, Oktober 1997

17 Ardiansyah, S., D. Hidayat, H. Harjono, (1996): “Analisis

Gempa Biak 17 Februari 1996 dan Seismotektonik Irian Jaya Bagian

Utara”. Prosiding PIT HAGI, Jakarta, Oktober 1996

18 Ibrahim, G., dan W. Triyoso (1995): “Analisis Kegempaan

Zona Selat Sunda”. Prosiding Workshop Mitigasi Bencana Selat

Sunda, Jakarta,April 1995

19 Ibrahim, G., dan W. Triyoso (1995): “The Characteristic of

Java and Honshu Subduction Zones”. Prosiding PIT HAGI, Bandung,

Oktober 1994

20 Iska, Z.U., and P.J.P. Harjadi (1994): “Regional Stress

Analysis of Subduction Zone and Fore Arc at Sumatra”. Prosiding PIT

HAGI, Bandung, Oktober 1994

21 Triyoso, W., and G. Ibrahim (1994): “Earthquake

Zonation of Java Island based on the b-value, Maximum Seismic

Energy, Seismic Moment Estimation and Their Interpretation”.

Prosiding PIT HAGI, Bandung, Oktober 1994

23 , Z.L. Dupe, W. Triyoso, L. Hendradjaya, and G. Ibrahim

(1994): “Field Survey of East Java Island Tsunami”. Prosiding PIT

HAGI, Bandung, Oktober 1994

24 (1993): “Penerapan Teknik Tomografi Pada Data Gempa

di Indonesia”. Prosiding PIT HAGI, Jakarta, Oktober 1993

N.T. Puspito

N.T. Puspito

N.T. Puspito

N.T. Puspito

N.T. Puspito

N.T. Puspito

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

66 67Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 39: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

Pada Media Cetak:

Buku/Monograf:

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

Puspito, N.T.

N.T. Puspito

N.T. Puspito

1 Penguatan Mitigasi Bencana. Kompas Jawa Barat, 9 Januari 2007

2 Sepuluh Tahun Bencana Tsunami Flores. Kompas, 21 Des., 2002

3 Potensi Bencana Tsunami di Indonesia. Kompas, 2 November 2002

4 Riset Tsunami di Indonesia. Kompas, 18 Februari 2001

5 Bencana Gempa Menghentak Lagi. Kompas, 11 Juni 2000

6 Mungkinkah Tsunami ke Indonesia? Kompas, 26 Juli 1998

7 Pelajaran Dari Gempa Biak. Kompas, Maret 1996

8 Bencana Tsunami, Riset, dan Mitigasi. Kompas, 22 Februari 1996

9 Pelajaran Dari Gempa Kerinci. Pikiran Rakyat, 20 Oktober 1995

10 Upaya Meminimalkan Bencana Gempa. Pikiran Rakyat, 28 Juni 1994

1 (2009): “Tsunami di Indonesia” (dalam buku Kapita

Selekta Ilmu dan Teknik Geofisika, Penerbit ITB)

2 (2009): “Pengelolaan Bencana Alam” (dalam buku

Kapita Selekta Ilmu dan Teknik Geofisika, Penerbit ITB)

3 (2007): “Sistem Peringatan Dini Tsunami di Indonesia”

(dalam buku TsunamiAceh, Editor: T.A. Sanny)

4 Y. Tanioka, E.L. Geist and (Editors, 2006): “The 2004 Great

Sumatra Earthquake and Tsunami”, Special Edition, Journal Earth,

Planets and Space.

5 I. Suhardi, dan S.Y. Warsono (Editor, 2005): ”Sistem

Peringatan Dini Tsunami Indonesia”, Buku Peringatan Satu Tahun

Bencana TsunamiAceh, Kementrian Riset dan Teknologi.

6 Sukamdono, P., and M. Rasyid (Editor, 2005): ”Grand-

Scenario of Indonesian Tsunami Early Warning System”, Buku Cetak

Biru Pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia,

Kementrian Riset dan Teknologi.

N.T. Puspito

68 69Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 40: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

70 71

CURRICULUM VITAE

Nama : ANTONIUS NANANG

TYASBUDI PUSPITO

Tmpt. & tgl. lahir : Probolinggo, 2 Juli 1960

Nama Isteri : Budiningsih

Nama Anak : 1. Budiningtyas Puspito

2. Andini Ratnaningtyas Puspito

3. Hana Apsariningtyas Puspito

Alamat Kantor : KK Geofisika Global, Fakultas

Teknik Pertambangan dan

Perminyakan (FTTM), ITB

RIWAYAT PENDIDIKAN:

• 1990 – 1993 : Doktor, Seismologi, University of Tokyo, Jepang

• 1988 – 1990 : Master, Seismologi, Hirosaki University, Jepang

• 1979 – 1984 : Sarjana, Geofisika, ITB

• 1 Jan 2010 : Guru Besar bidang Seismologi, FTTM – ITB

• 2006 – 2009 : Lektor Kepala, FTTM – ITB

• 2001 – 2006 : Lektor Kepala (inpassing 1 Januari 2001), FIKTM –

ITB

• 1999 – 2001 : Lektor, FIKTM – ITB

• 1997 – 1999 : Lektor Madya, FMIPA – ITB

• 1995 – 1997 : Lektor Muda, FMIPA – ITB

• 1993 – 1995 : Asisten Ahli, FMIPA – ITB

• 1986 – 1992 : Asisten Ahli Madya, FMIPA – ITB

RIWAYAT JABATAN FUNGSIONAL:

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 41: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

72 73

RIWAYAT PENUGASAN DI LINGKUNGAN ITB:

RIWAYAT PENELITIAN (sebagai Peneliti Utama)

• 2010 : Ketua Tim Penyusun Renstra FTTM 2011 – 2015

• 2007 – skrg : Ketua Komisi Penegakan Norma Kemahasiswaan

ITB

• 2005 – 2010 : Deputi Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan

Alumni

• 2003 – 2006 : Koordinator KAGI21, Kerjasama ITB – Kyoto

University

• 2001 – 2007 : Kepala Laboratorium Seismologi, FIKTM, FTTM

• 2001 – 2005 : Ketua Program Studi Geofisika, FIKTM

• 2001 – 2002 : Asisten Bidang Umum, Ketua Lembaga Penelitian

ITB

• 1996 – 2001 : Sekretaris bidang Kemahasiswaan, Jurusan

Geofisika dan Meteorologi, FMIPA (1996 – 1998) dan

FIKTM (1998 – 2001)

• 1995 – 2000 : Kepala Laboratorium Seismotektonik, FMIPA

• 1995 – 1998 : Ketua Kelompok Bidang Keahlian Geofisika,

Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMIPA

• 1994 – 1996 : Dosen Pembimbing Kemahasiswaan, Jurusan

Geofisika dan Meteorologi, FMIPA

• 2009 - 2010 : Hibah Kompetitif Penelitian Strategis Nasional,

Dikti

• 2006 : Riset Fakultas, ITB

• 2005 - 2006 : Penelitian Hibah Bersaing XII, Dikti

• 2001 - 2002 : Overseas Research Grant, the Asahi Glass

Foundation

• 1997 - 1999 : Penelitian Hibah Bersaing VI, Dikti

• 1996 – 1998 : Riset Unggulan Terpadu V, KRT

• 1994 – 1996 : Penelitian Hibah Bersaing III, Dikti

• KU-4079 Pendidikan Anti Korupsi

• TG-3222 Geodinamika

• TG-4116 Komunikasi Geofisika

• TG-5124 Mitigasi Bencana

• SB-6134 Manajemen Bencana Kebumian

• SB-6135 Seismologi Lanjut

• SB-7032 Seismologi Global

• SB-7034 Fisika dan Struktur Interior Bumi

• 1993 - : Anggota biasa Himpunan Ahli Geofisika Indonesia

(HAGI)

• 1990 - : Anggota biasa Himpunan Seismologi Jepang (Zisin-

gakkai)

• 1990 - : Anggota biasa American Geophysical Union (AGU)

• 2007 – skrg : Wakil Sekretaris Jenderal PP Ikatan Alumni ITB

MATA KULIAH YANG DIAJARKAN (saat ini):

Program Sarjana

Program Magister

Program Doktor

KEANGGOTAAN DALAM ORGANISASI PROFESI

ORGANISASI OLAH RAGA/RISET/ALUMNI ITB

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Page 42: KONTRIBUSI SEISMOLOGI PADA RISET DAN MITIGASI …fgb.itb.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/37-Pidato-ilmiah-Prof... · Pidato Ilmiah Guru Besar Institut Teknologi Bandung 25 Juni 2010

74 75

• 2002 – 2007 : Ketua Departemen Kelembagaan PP Ikatan Alumni

ITB

• 2002 – 2007 : Wakil Ketua Dewan Riset Daerah Jawa Barat

• 2002 – 2006 : Wakil Sekretaris Umum KONI Jawa Barat

• 2007 Satya Lencana Karya Satya 20 tahun, Pemerintah RI

• 2006 Research Fellowhip, Hirosaki University, Jepang

• 2003 Research Fellowship, Port and Harbour Res. Inst., Jepang

• 2000 Research Fellowship, the Ministry of Education, Jepang

• 1999 Research Fellowship, the Hitachi Foundation, Jepang

• 1997 Satya Lencana Karya Satya 10 tahun, Pemerintah RI

• 1996 Dosen Teladan 3 FMIPA ITB

• 1996 Insentif Publikasi Internasional dari Dikti

• 1993 Presenter Favorit pada PIT HAGI 1993

PENGHARGAAN DAN SEJENISNYA

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Majelis Guru Besar

Institut Teknologi Bandung

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010

Prof. Nanang T. Puspito

25 Juni 2010