kontribusi pajak hotel pada pendapatan asli ......kontribusi pajak hotel pada pendapatan asli daerah...
TRANSCRIPT
KONTRIBUSI PAJAK HOTEL PADA
PENDAPATAN ASLI DAERAH
DI KOTA MAKASSAR
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Ahli
Madya Perpajakan pada Program Studi D-III Perpajakan
SUSI SUSANTI
105751101516
PROGRAM STUDI D-III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2019
KONTRIBUSI PAJAK HOTEL PADA
PENDAPATAN ASLI DAERAH
DI KOTA MAKASSAR
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar Ahli
Madya Perpajakan pada Program Studi D-III Perpajakan
SUSI SUSANTI
105751101516
PROGRAM STUDI D-III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR 2019
Saat Kamu Sedih. Ketika kamu merasa
sendirian, ingatkan dirimu bahwa Tuhan
sedang menjauhkan mereka agar hanya ada
kau dan Tuhan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI D-III PERPAJAKAN Jl. Sultan Alauddin No. 259 gedung iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866 972 Makassar
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Penelitian :Kontribusi Pajak Hotel Pada Pendapatan Asli Daerah di
Kota Makassar
Nama Mahasiswa : Susi Susanti
No. Stambuk/NIM : 105751101516
Program Studi : Perpajakan
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Telah diujikan dan diseminarkan Pada Hari Kamis Tanggal 19 Sept 2019
Makassar, 23 Sept 2019
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. H. Andi Rustam,SE., MM., Ak., CA., CPA Idra Wahyuni., S.Pd., M.Si
NBM. 116 5156 NIDN : 0917128701
Mengetahui,
Dekan, Ketua Program Studi
Ismail Rasulong, SE., MM Dr. H. Andi Rustam,SE., MM., Ak., CA., CPA
NBM. 903 078 NBM. 116 5156
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah atas Nama Tanti Irwanti, Nim : 105751105516 diterima
dan disahkan oleh Panitia Ujian Karya Tulis Ilmiah (KTI) berdasarkan Surat
Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor: 0005/SK-
Y/61403/091004/2019 M/ 1441 H, sebagai salah satu syarat guna memperoleh
gelar Ahli Madya Perpajakan pada program studi D-III Perpajakan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar,27 Muharram 1441 H 27 September 2019
PANITIA UJIAN
1. Pengawas Umum : Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM (……………….) (Rektor Unismuh Makassar)
2. Ketua : Ismail Rasulong SE.,MM (………………..) (Dekan Ekonomi dan Bisnis)
3. Sekretaris : Dr. H. Agus Salim HR, SE., MM (…………...…..) (WD I Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
4. Penguji :1. Dr.H.Andi Rustam,SE.,MM Ak.,CA.,CPA (.……..…..…..)
2.Dr. H. Agus Salim HR, SE., MM (…..…...……..)
3. Ismail Rasulong, SE., MM (….….………..)
4. Andi Arman.SE.,M.Si.,Ak.,CA (....….………..)
Disahkan oleh, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar
Ismail Rasulong, SE., MM
NBM: 903 078
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PRODI D-III PERPAJAKAN Jl. Sultan Alauddin No. 259 gedung iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866 972 Makassar
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Susi Susanti
No.Stambuk : 105751101516
Program Studi : D-III Perpajakan
Dengan Judul : “Kontribusi Pajak Hotel Pada Pendapatan Asli Daerah Di
Kota Makassar”.
Dengan ini menyatakan bahwa : Karya Tulis Ilmiah yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah
ASLI hasil karya sendiri, bukan hasil jiplakan dan tidak dibuat oleh siapa pun. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, September 2019 Yang membuat Pernyataan,
Susi Susanti Diketahui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Muhammad Rusydi SE.,M.Si Andi Arman, SE., M.Si.Ak.,CA
NIDN: 0031126074 NIDN: 0906126701
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr.Wb
Rodiitu Billahi Robban Wabil Islaami diina, Wabimuhammadin Nabiya Warashula
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah yang tiada hanti diberikan kepada hamba-Nya.
Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW
beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat
yang tiada ternilai manakala penulisan Tugas Akhir Karya Tulis Ilmiah
(KTI) yang berjudul “Kontribusi Pajak Hotel Pada Pendapatan Asli Daerah
Di Kota Makassar”.
Tugas Akhir Karya Tulis Ilmiah yang penulis buat ini bertujuan
untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Diploma (D3)
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada kedua orang tua penulis bapak Hamzah.L dan ibu Rohanang,
serta tak lupa pula penulis ucapkan banyak terimah kasih kepada Hj.
Hartini Arief selaku wali penulis yang senantiasa memberi harapan,
semangat, perhatian dan doa tulus tak pamrih. Dan saudara-saudaraku
tercinta terutama kakak Sulvi selaku saudara kandung penulis yang
senantiasa banyak mendukung, membantu, dan memberikan semangat
hingga akhir studi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini
tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. terima kasih banyak disampaikan dengan hormat kepada:
1. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE,MM., Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE.,MM, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. H Andi Rustam, SE,,MM.,Ak.,CA.,CPA, selaku ketua prodi
perpajakan dan selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Karya
Tulis Ilmiah (KTI) dapat diselesaikan.
4. Ibu Idra Wahyuni., S.Pd., M.Si selaku Pembimbing II yang telah
berkenan membantu selama dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
(KTI) hingga seminar hasil.
5. Bapak/ibu asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan
ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.
6. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Perpajakan (D3) angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang
tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.
7. Terima kasih kepada pimpinan Badan Pendapatan Daerah
(BAPENDA) Kota Makassar, Bapak Drs. H. Irwan R. Adnan, M.Si
yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian.
Mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Billahi fisabilil Haq fastabiqul Khairat, Wassalamu Alaikum Wr.Wb
Makassar, September 2019
Susi Susanti
ABSTRAK
SUSI SUSANTI, 2019. Kontribusi Pajak Hotel Pada Pendapatan Asli Daerah di Kota Makassar, Karya Tulis Ilmiah Fakultas Ekonomi BisnisProdi D-III Perpajakan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh pembimbing I oleh Bapak Andi Rustam dan Pembimbing II oleh Ibu Idra Wahyuni.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak hotel terhadap PAD di Kota Makassar. Metode Analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data target dan realisasi penerimaan pendapatan daerah Kota Makassar dari tahun 2016 – 2018.
Penerimaan PAD Kota Makassar selalu tidak dapat mencapai target disetiap tahunnya, bahkan menurun setiap tahunnya. Penerimaan Pajak Hotel Kota Makassar selama tahun 2016 – 2018 terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jumlah penerimaan Pajak Hotel Kota Makassar selama tahun 2016 -2018 tidak memberikan kontribusi setiap tahunnya, sehingga hal ini mempengaruhi jumlah PAD yang diterima. Ketidakcapaian target PAD di setiap tahunnya disebabkan oleh masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajaknya karena itu diperlukan sosialisasi dan kalau perlu diberikan sanksi bagi wajib pajak yang telat membayar pajaknya.
Kata Kunci: Pajak Hotel,PAD, Kontribusi
ABSTRACT
SUSI SUSANTI, 2019. Contribution Of Hotel Taxes to Regional Rvenue in Makassar City, Scientific Writing of the Faculty of Busibess Economics Product D-III of Taxation Muhammadiyah University Makassar. Supervised by supervisior I by Mr. Andi Rustam and Advisor II by Mrs. Idra wahyuni.
The purpose of this study was to determine how much the contribution Hotel Tax on PAD in Makassar City, analytical methods used is a descriptive qualitative analysis methoud. The data used in this study are secondary data in the form of target data and the realization of Makassar City’s revenue-revenue from 2016-2018
Makassar City’s PAD revenue cannot always reach the target every year. Makassar City Hotel Tax Receipts in 2016-2018 continue to experience increase from year to year. The amounts of Makassar City Hotel Tax receipts in 2016-2018 does not contribute annually, so this affects the amount of PAD receive PAD target failure in each year is caused by the lack of awareness of the community to pay their taxes because it requires socialization and if necessarysanctions are imposed on taxpayers who pay their taxes late.
Keywords: Hotel Tax, PAD, contribution
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v
SURAT PERNYATAAN ......................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................................. vii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ........................................................... x
ABSTRACT ........................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv
DAFTAR GRAFIK ................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................5
BAB II TINJAUANTEORI .......................................................................7
2.1 Landasan teori .............................................................................7
2.1.1. Pajak ...........................................................................7
2.1.2. Definisi .........................................................................7
2.1.3. Fungsi Pajak ................................................................8
2.1.4. Sistem Pemungutan Pajak ...........................................9
2.1.5. Syarat Pemungutan Pajak ...........................................10
2.1.6. Pembagian Pajak ........................................................10
2.1.7. Pajak Daerah ..............................................................12
2.1.8 .Pajak Hotel ..................................................................13
2.1.9. Kontribusi ....................................................................14
2.1.10. Subjek Pajak Hotel dan Wajib Pajak Hotel ................14
2.1.11. Dasar Pengenaan,Tarif, Cara Perhitungan Pajak ......16
2.1.12. Jasa dan Fasilitasnya ................................................18
2.1.13. Pendapatan Asli Daerah (PAD) .................................19
2.2. Kerangka Konseptual ................................................................24
2.3. Metode Pelaksanaan Penelitian ................................................25
2.3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................25
2.3.2. Jenis Penelitian dan Jenis Data.........................................26
2.3.3. Teknik Pengumpulan Data ................................................26
2.3.4. Teknik Analisis Data .........................................................27
2.3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Tabel .....................27
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................29
3.1. Gambaran Umum dan Objek Penelitian ....................................29
3.1.1. Sejarah BAPENDA Kota Makassar ..................................29
3.1.2. Visi dan Misi Organisasi ...................................................30
3.1.3. Struktur Organisasi, Job Description ................................31
3.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan .............................................38
3.2.1. Hasil Penelitian ................................................................38
3.2.2. Perkembangan dan Penerimaan Pajak Hotel ....................40
3.2.3. Perkembangan PAD ..........................................................44
3.2.4. Kontribusi Pajak Hotel pada PAD ......................................46
3.2.5. PEMBAHASAN .................................................................50
BAB IV PENUTUP ................................................................................51 4.1. Kesimpulan ..........................................................................51
4.2. Saran ...................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
LAMPIRAN.............................................................................................
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 KerangkaKonseptual........................................................................22
3.1 Struktur organisasi ...........................................................................27
4.1 Klasifikasi Pengukuran Kontribusi ....................................................39
4.2 Penerimaan Pajak Hotel ..................................................................41
4.3 Perkembangan Pajak Hotel .............................................................42
4.4 Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ...................................43
4.5 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD)...............................45
4.6 Kontribusi Pajak Hotel pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) ...........47
DAFTAR GRAFIK
No. Keterangan Halaman
Grafik 1 Penerimaan Pajak Hotel ...........................................................41
Grafik 2 Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ............................44
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang
diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Negara kita terhadap
hutang luar Negeri. Sektor pajak dianggap pilihan yang tepat karena
jumlahnya relatif stabil dan masyarakat dapat berpartisipasi secara
aktif dalam pembiayaan pembangunan Negara maupun daerah.
Disamping untuk meningkatkan penerimaan Negara, Pajak juga
bertujuan untuk menumbuhkan dan membina kesadaran serta
tanggung jawab Negara, karena pada dasaranya pembayaran Pajak
merupakan perwujudan pengabdian dan peran serta warga Negara
dalam membiayai keperluan pembangunan Nasional.
Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk
mengurus rumah tangganya sendiri dengan sesedikit mungkin campur
tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak dan
kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber ekonomi
dan keuangan yang dimiliki oleh daerahnya. Hal ini selaras dengan UU
No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33
tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah. Tapi pada kenyataannya kontribusi Pendapatan Asli
Daerah terhadap pendapatan dan belanja daerah masih kecil. Selama
ini dominasi sumbangan pemerintah pusat kepada daerah masih
1
2
besar. Untuk mengurangi dominasi sumbangan pemerintah pusat serta
meningkatkan pembangunan dan memaksimalkan otonomi daerah,
Pemerintah Daerah harus lebih meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Menurut UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Pendapatan Asli
Daerah (PAD) terdiri dari: (1) Hasil pajak daerah, (2) Hasil retribusi
daerah, (3) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan (4) Pendapatan asli daerah
yang lainnya.
Pendapatan Asli Daerah menjadi indikator keberhasilan dalam
penyelenggaraan otonomi daerah. Semakin tinggi PAD maka semakin
tinggi pula kemampuan pemerintah daerah untuk membiayai
kebutuhannya sendiri. Hal ini berarti pemerintah daerah tersebut telah
berhasil dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Demikian pula
sebaliknya, apabila PAD yang diperoleh pada daerah tersebut semakin
sedikit atau mengalami penurunan, berarti penyelenggaraan otonomi
daerahnya belum maksimal. Pajak daerah merupakan salah satu
sumber Pendapatan Asli Daerah yang dipungut dari masyarakat tanpa
mendapatkan imbalan langsung. Hal ini sesuai dengan UU No. 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang
mengungkapkan bahwa Pajak Daerah adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
3
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaran.
Pajak daerah adalah salah satu komponen pendapatan asli
daerah memiliki prospek yang sangat baik untuk di kembangkan .
karena pajak daerah yaitu pajak yang wewenang pemungutannya atau
di kelola oleh pemerintah daerah, baik pemerintah Provinsi maupun
pemerintah Kabupaten/Kota dan hasilnya dipergunakan untuk
membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah. Pajak Daerah
dan Restribusi Daerah merupakan salah satu komponen penyumbang
terbesar dalam struktur Pendapatan Asli Daerah. Hasil dari
pembayaran pajak itu sendiri akan di kembalikan kepada masyarakat
dalam bentuk pembangunan di daerah yang dilaksanakan demi
kesejahteraan masyarakat.
Pemungutan Pajak Dearah di Kota Makassar terbagi atas
beberapa pajak salah satunya Pajak Hotel. Pajak Hotel adalah pajak
atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. (Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2009) mendefinisikan hotel di sini termasuk juga rumah
penginapan yang memungut bayaran. Pengenaan Pajak Hotel tidak
mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di
Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan
kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak
mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk
dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten/kota, pemerintah daerah
4
harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang Pajak
Hotel. Dengan adanya hotel dan yang telah berdiri pada saat ini di
Kota Makassar, maka akan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD)
bagi pemerintah daerah Kota Makassar.
Terkadang antara target dan realisasi penerimaan tidak sesuai
dengan yang dianggarkan oleh pemerintah daerah di Kota Makassar.
Hal tersebut dikarenakan adanya berbagai kendala atau hambatan
dalam rangka kontribusi Pajak Hotel (Maulana,2013) Pajak hotel yang
berpotensi semakin berkembang seiring dengan diperhatikannya
komponen pendukung yaitu sektor jasa dan pariwisata dalam
kebijakan pembangunan daerah. Badan Anggaran DPRD Kota
Makassar mendukung rencana Badan Pendapatan Daerah menaikkan
target pendapatan dari Pajak Hotel pada anggaran perubahan 2018.
Target pendapatan Naik Rp10 Miliar. Hal ini terungkap dalam Rapat
Badan Anggaran terkait Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Perubahan 2018 di Ruang Rapat Banggar, Jumat,
(14/09/2018). Adanya tren kenaikan pendapatan dari pajak seiring
kenaikan pendapatan mereka yang dipakai untuk membayar pajak.
Misalnya, okupansi hotel yang meningkat tahun ini, Karena itulah,
target pendapatan pajak di sektor Pajak Hotel ditingkatkan dalam
APBD Perubahan 2018. Target pajak hotel meningkat dari Rp120
miliar pada APBD Pokok 2018 meningkat menjadi Rp130 miliar di
5
APBD Perubahan, atau meningkat sebesar Rp10 miliar. (Hasdinar
Burhan : 2018:105)
Mengacu pada latar belakang penelitian ini, maka peneliti
melakukan penelitian dalam pelaksanaan pemeriksaan pada
BAPENDA dengan judul “Kontribusi Pajak Hotel Pada Pendapatan
Asli Daerah Di Kota Makassar”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Bagaimana Kontribusi Pajak Hotel Pada Pendapatan Asli Daerah di
Kota Makassar?”
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tujuan penelitian ini untuk
mengetahui kontribusi Pajak Hotel Pada Pendapatan Asli Daerah di
Kota Makassar.
1.4 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Manfaat yang diharapkan dapat dicapai adalah:
1. Bagi Pemerintah Kota Makassar
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
pemerintah Kota Makassar dalam evaluasi untuk mengembangkan
Pajak Hotel.
6
2. Bagi Universitas Muhammadiyah Makassar
Penelitian ini diharapkan menambah referensi bagi
perpustakaan Universitas Muhammadiyah Makassar dan sebagai
tolak ukur bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian mengenai
Pajak Hotel.
3. Bagi penulis
Penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan teori
yang didapat mengenai pajak Hotel serta menambah pengetahuan
bagi penulis.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Defenisi Pajak
Menurut undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan Nomor 28 tahun 2007 pasal (1) . Mendefenisikan pajak
adaalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untukkemakmuran rakyat.
Menurut Anderso dalam Muhammad Djafar Saidi (2014:1)
mendefenisikan pajak sebagai berikut:
“Pajak adalah pembayaran yang bersifat memaksa kepada
Negara yang dibebankan pada pendapatan kekayaan
seseorang yang diutamakan untuk membiayai pengeluaran
pemerintah”.
Menurut Mardiasmo (2016:3) mendefenisikan pajak sebagai
berikut:
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang ( yang dapat dipaksakan ) dengan tiada mendapatkan jasa timbale ( kontraprestasi ) yang langsung dapat di tunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
7
8
Menurut S.I Djajadiningrat dalam siti resmi (2017:1)
mendefenisikan pajak sebagai berikut:
“Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurt peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbale balik dari Negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan umum”.
Adapun menurut Feldeman dalam Siti Resmi (2017:1)
mendefenisikan pajak sebagai berikut:
“Pajak dalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang diterapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan
Pengertian pajak adalah iuran dipungut berdasarkan undang-
undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat
dipaksakan, dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan
adanya kontrapersi individual oleh pemerintah daerah. Pajak
diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila
dari pemasukan masih terdapat surplus, diperuntukkan untuk
membiayai public investment.
2.1.2. Fungsi Pajak
Sebagaimana telah diketahui dari unsur-unsur yang
melekat pada pengertian pajak dari berbagai defenisi, terlihat
adanya dua fungsi yang sebagai berikut : Mardiasmo, (2011: 1)
9
a. Fungsi pemerintahan (badgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana bagi pemerintahan
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Misalnya dalam APBN pajak merupakan sumber dalam
Negeri.
b. Fungsi mengatur (Regulerent)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi. Misalnya PPnBM untuk minuman keras
dan barang mewah.
2.1.3. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3 sistem
Mardiasmo (2011:7) yaitu sebagai berikut:
1. Official Assesment System
Suatu sistem pemungutan yang memberikan wewenang
kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh Wajib Pajak.
2. Self Assesment System
Suatu sistem yang memberikan kewenangan sepenuhnya
kepada untuk menghitung, membayar, dan melaporkan
sendiri besar pajak yang terutang.
3. With Holding Assesment System
10
Suatu sistem pemungutan yang memberikan wewenang
kepada pihak ketiga ( bukan pemerintah dan bukan wajib
paja ) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
2.1.4. Syarat Pemungutan Pajak
Dalam pembayaran pajak agar tidak menmbulkan
hambatan, maka harus memenuhi beberapa syarat sebagai
berikut. (Brotodihardjo, 2003 dalam Maulana, 2013:24)
1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan).
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang
(syarat yuridis).
3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis).
4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial).
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
2.1.5. Pembagian Pajak
Menurut Mardiasmo (2011:5) pajak dikolompokkan menjadi
beberapa bagian menjadi:
a. Menurut golongannya
1) Pajak langsung
Yaitu pajak yang pembelaannya tidak dapat dilimpahkan
kepada pihak lain tetapi harus dipikul sendiri oleh wajib
pajak yang bersangkutan, contoh: PPh
2) Pajak tidak langsung
11
Pajak yang pada akhirnya pembebanannya dapat
dilimpahkan kepihak lain, contoh: PPn
b. Menurut sifatnya
1) Pajak subjektif
Pajak yang berdasarkan subjeknya dalam arti
memperhatikan keadaan diri Wajib pajak. (sesuai daya
pikul Wajib pajak). Contoh: PPh
2) Pajak objektif
Pajak yang didasarkan pada objeknya ( suatu keadaan
atau perbuatan yang me nyebabkan timbulnya wajib
membayar pajak ), tanpa memperhatikan keadaan diri
Wajib pajak. Contoh : PPN dan PPnBM
c. Menurut lembaga pemungutnya
1) Pajak pusat
Pajak yang di pungut oleh pemerintah pusat dan di
gunakan untuk membiayai Rumah Tangga Negara.
Contoh : PPh, PPN dan PPnBM dan Bea Materai
2) Pajak daerah
Pajak yang di pungut oleh Pemerintah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah
masing-masing. Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor,
Pajak Penerangan Jalanan, dan Bangunan Pedesaan
dan Perkotaan.
12
2.1.6. Pengertian Wajib Pajak
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut
pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan kententuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
2.1.7. Pajak Daerah
Pengertian Pajak Daerah berdasarkan UU Nomor 28
Tahun 2009 yakni bahwa Pajak Daerah adalah Kontribusi
wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Sementara menurut Siahaan (2006:10) mengemukakan
bahwa Pajak Daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh
pemerintah Daerah dengan Peraturan Daerah (Perda), yang
wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah
daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan di daerah.
13
2.1.8. Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang
disediakan oleh hotel. (Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009) Pengertian hotel di sini termasuk juga rumah
penginapan yang memungut bayaran. Pengenaan Pajak Hotel
tidak mutlak ada pada seluruh Daerah kabupaten/kota yang
ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang
diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk
mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak
kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada
suatu daerah kabupaten/kota, pemerintah daerah harus
terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang Pajak
Hotel. Peraturan itu akan menjadi landasan hukum
operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan
pemungutan Pajak Hotel di daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan (Siahaan, 2006:245).
Dalam pemungutan Pajak Hotel menurut Siahaan (2006:10)
terdapat beberapa terminologi yang perlu diketahui. Terminologi
tersebut dapat dilihat berikut ini.
1. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang
untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan, dan
atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk
14
bangunan lainnya yang menyatu, dikelola, dan dimiliki oleh
pihak yang sama, kecuali oleh pertokoan dan perkantoran.
2. Rumah penginapan adalah penginapan dalam bentuk dan
klasifikasi apa pun beserta fasilitasnya yang digunakan untuk
menginap dan disewakan untuk umum.
3. Pengusaha hotel adalah orang pribadi atau badan dalam
bentuk apa pun yang dalam lingkungan perusahaan atau
pekerjaannya melakukan usaha di bidang jasa penginapan.
4. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya
diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang atau
pelayanan sebagai pembayaran kepada pemilik hotel.
5. Bon penjualan (bill) adalah bukti pembayaran, yang sekaligus
sebagai bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak
pada saat mengajukan pembayaran atas jasa pemakaian
kamar atau tempat penginapan beserta fasilitas penunjang
lainnya kepada subjek pajak.
2.1.9. Kontribusi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pengertian kontribusi adalah sumbangan, sedangkan
menurut Kamus Ekonomi (T Guritno 1992 : 76) kontribusi
adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan
pihak lain untuk tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau
bersama. Sehingga kontribusi disini dapat diartikan sebagai
15
sumbangan yang diberikan oleh Wajib Pajak hotel dan
restoran terhadap besarnya Pendapatan Asli Daerah.
Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana
pajak daerah memberikan sumbangan dalam penerimaan
PAD. Dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan
membandingkan penerimaan pajak daerah periode tertentu
dengan penerimaan PAD periode tertentu pula. Semakin
besar hasilnya berarti semakin besar pula peranan pajak
daerah terhadap PAD, begitu pula sebaliknya jika hasil
perbandingannya terlalu kecil berarti peranan pajak daerah
terhadap PAD juga kecil. Mahmudi (2010:145)
2.1.10. Subjek Pajak Hotel Dan Wajib Pajak Hotel
Pada Pajak Hotel, yang menjadi subjek pajak adalah
orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas
pelayanan hotel. Secara sederhana yang menjadi subjek
pajak adalah konsumen yang menikmati dan membayar
pelayanan yang diberikan oleh pengusaha hotel. Sementara
itu, yang menjadi wajib pajak adalah pengusaha hotel, yaitu
orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha
di bidang jasa penginapan. Dengan demikian, subjek pajak
dan wajib pajak pada Pajak Hotel tidak sama. Konsumen yang
menikmati pelayanan hotel merupakan subjek pajak yang
16
membayar (menanggung) pajak sedangkan pengusaha hotel
bertindak sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk
memungut pajak dari konsumen (subjek pajak) dan
melaksanakan kewajiban perpajakan lainnya (Siahaan,
2006:249).
Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya wajib
pajak dapat diwakili oleh pihak tertentu yang diperkenankan
oleh undang-undang dan peraturan daerah tentang Pajak
Hotel. Wakil wajib pajak bertanggung jawab secara pribadi
dan atau secara tanggung renteng atas pembayaran pajak
terutang. Selain itu, wajib pajak dapat menunjuk seorang
kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakannya.
2.1.11. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak
Hotel
Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah
pembayaran yang dilakukan kepada hotel. Jika pembayaran
dipengaruhi oleh hubungan istimewa, harga jual atau
penggantian dihitung atas dasar harga pasar yang wajar pada
saat pemakaian jasa hotel. Contoh hubungan istimewa adalah
orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa hotel
dengan pengusaha hotel, baik langsung atau tidak langsung,
berada di bawah pemilikan atau penguasaan orang pribadi
atau badan yang sama. Pembayaran adalah jumlah uang
17
yang harus dibayar oleh subjek pajak kepada wajib paja k
untuk harga jual jumlah uang yang dibayarkan maupun p
nggantian yang seharusnya diminta wajib pajak sebagai
penukaran atas pemakaian jasa tempat penginapan dan
fasilitas penunjang termasuk pula semua tambahan dengan
nama apapun juga dilakukan berkaitan dengan usaha hotel.
Tarif Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar
sepuluh persen (10%) dan ditetapkan dengan peraturan
kabupaten/kota yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah
kabupaten/kota untuk menetapkan tarif pajak yang dipandang
sesuai dengan kondisi masing-masing daerah kabupaten/kota.
Dengan demikian, setiap daerah kabupaten/kota diberikan
kewenangan untuk menetapkan besarnya tarif pajak yang
mungkin berbeda dengan kabupaten/kota lainnya, asalkan
tidak lebih dari sepuluh persen. Besarnya pokok Pajak Hotel
yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak
dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan
Pajak Hotel adalah sesuai dengan rumus berikut: Rifqy
Sabatini, (2012:15)
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
Tarif Pajak x Jumlah
Pembayaran yang Dilakukan
Kepada Hotel
18
2.1.12. Jasa dan Fasilitasnya
Sebuah Hotel biasanya menawarkan berbagai macam
jasa dan fasilitas penunjang kebutuhan tamunya. Di samping
menawarkan makanan dan penginapan, hotel modern juga
menyediakan banyak kemewahan hidup dalam satu tempat.
Hotel-hotel besar menyediakan segala jasa dan fasilitas
yang dibutuhkan tamunya, seperti pertokoan, pusat-pusat
hiburan dan fasilitas kesehatan. Jasa pribadi juga tersedia,
seperti pusat kebugaran (fitness center) ataupun mandi
sauna.
Tarif yang harus dibayar oleh tamu, selain untuk
membayar kamar biasanya juga termasuk pembayaran
pemakaian fasilitas hotel, seperti sistem pendingin ruangan
(air conditioner), televisi dan radio, tempat parkir,
perpustakaan dan kolam renang. Beberapa hotel, terutama
di daerah peristirahatan, biasanya juga menyediakan fasilitas
yang lebih banyak seperti lapangan tenis, lapangan golf,
pemandian, perahu, kuda tunggangan dan mobil sewaan.
Fasilitas-fasilitas ini ditawarkan tanpa pembayaran khusus,
tetapi umumnya dioperasikan atas dasar sewa
.
19
2.1.13. Pendapatan Asli Daerah ( PAD )
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
pengertian Pendapatan Asli Daerah adalah sumber
keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang
bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah dikategorikan sebagai
pendapatan rutin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu
pendapatan yang menunjukkan suatu kemampuan daerah
menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai
kegiatan rutin maupun pembangunan. Jadi pengertian dari
Pendapatan Asli Daerah dapat dikatakan sebagai
pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah
dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan
daerahnya untuk membiayai tugas dan tanggung jawabnya.
Dalam UU No. 25 tahun 1999 diperbaharui dengan
UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pusat dan Daerah menjelaskan bahwa:
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari
pembangunan nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip
ekonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang
20
memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan
kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan daerah
menuju masyarakat madani yang bebas korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai
sub sistem pemerintahan negara yang dimaksudkan untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintah dan pelayanan masyarakat. Sebagai daerah
otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung
jawab penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan prinsip-
prinsip keterbukaan partisipasi masyarakat dan tanggung
jawab masyarakat.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 157
tentang Pemerintah Daerah, menyebutkan sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah sebagai berikut. a. Pajak Daerah
adalah pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah yang dikenakan
pada semua objek pajak. Seperti:
a. orang atau badan, bergerak atau tidak bergerak.
b. Retribusi Daerah adalah pungutan yang dilakukan sebagai
pembayaran atas pemakaian jasa yang diberikan oleh daerah
secara langsung dan nyata.
21
c. Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah adalah penerimaan
berupa bagian laba bersih Badan Usaha Milik Daerah yang
terdiri dari laba bersih Badan Pembangunan Daerah, bagian
dari laba bersih Perusahaan Daerah.
d. Penerimaan dari Dinas-Dinas Daerah adalah penerimaan
daerah dari dinas-dinas yang tidak merupakan penerimaan-
penerimaan dari pajak dan retribusi daerah. Misalnya:
penerimaan dari Dinas Pertanian, peneriman dari Dinas
Peternakan, dan lain-lain.
e. Penerimaan Lain-Lain adalah penerimaan selain Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, bagian laba Badan Usaha Milik
Daerah, dan penjualan barang-barang dinas. Misalnya: hasil
penjualan milik daerah, penjualan barang-barang bekas,
cicilan kendaraan roda empat dan roda dua, cicilan rumah
yang dibangun oleh Pemerintah Daerah, dan lain-lain.
Dasar pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah
berdasarkan atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sedangkan
pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65
tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Pemerintah
Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Adapun yang
dimaksud dengan bagian laba dari BUMD terdiri dari:
22
1. Bank Pembangunan Daerah (BPD)
2. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
3. Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Sedangkan yang dimaksud dengan lain-lain pendapatan
PAD yang sah terdiri dari:
1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan;
2. Jasa giro;
3. Pendapatan bunga;
4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing; dan
5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau
jasa oleh daerah.
Sumber PAD tidak dapat dipisahkan dari pendapatan daerah
secara keseluruhan. Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor
33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat Dan Pemerintah Daerah, sumber pendapatan daerah terdiri
atas :
1. Pendapatan Asli Daerah, Terdiri atas :
a. Hasil pajak daerah
1) Pajak Propinsi/Daerah Tingkat I
23
a) Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air
b) Bea balik nama kendaraan bermotor dan
kendaraan di atas air
c) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
d) Pajak pengambilan dan pemanfaatan
air bawah tanah dan air permukaan
2) Pajak Kabupaten/ Daerah Tingkat II
a) Pajak restoran
b) Pajak hiburan
c) Pajak reklame
d) Pajak penerangan jalan
e) Pajak pengambilan bahan galian Golongan C
f) Pajak parkir
g) Pajak hotel
b. Hasil retribusi daerah.
a) Retribusi jasa umum
(1) Pelayanan kesehatan
(2) Pelayanan persampahan/kebersihan
(3) Penggantian biaya cetak kartutanda
penduduk/akta catatan sipil
(4) Pelayanan pemakaman dan penguburan mayat
(5) Pelayanan parkir di tepi jalan umum
(6) Pelayanan pasar
24
(7) Pengujian kendaraan bermotor
(8) Pemeriksaan alat pemadam kebakaran
(9) Penggantian biaya cetak peta
(10) Pengujian kapal perikanan
b) Retribusi jasa usaha
(1) Pemakaian kekayaan daerah
(2) Pasar grosir dan/atau pertokoan
(3) Tempat pelelangan
(4) Terminal
(5) Tempat khusus parker
(6) Tempat penginapan/pesanngrahan/vila
(7) Penyedotan kakus
(8) Rumah potong hewan
(9) Pelayanan pelabuhan kapal
(10) Tempat rekreasi dan olahraga
(11) Penyeberangan di atas air
(12) Pengelolahan limbah cair
(13) Penjualan produksi usaha daerah
c) Retribusi perizinan tertentu
(1) Izin mendirikan bangunan
(2) Izin tempat penjualan minuman beralkohol
(3) Izin gangguan
(4) Izin trayek
25
2.2. KERANGKA KONSEPTUAL
Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar memungut pajak
daerah yang ada di Kota Makassar, salah satu pajak daerah yang di
pungut ialah pajak hotel, dari kontribusi pajak Hotel ini dapat
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, yang digunakan untuk
membangun serta membiayai daerah dan hasilnya akan kembali ke
BAPENDA Makassar.
(Gambar 2.1) Gambar Kerangka Konseptual
2.3. METODE PELAKSANAAN HASIL
2.3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA)
Kota Makassar, bertepatan di jalan Urip Sumoharjo No.8 Kota
Makassar, Sulawesi Selatan, adapun waktu penelitian selama 2
(dua) bulan dimulai pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2019.
KONTRIBUSI PAJAK
HOTEL
PENINGKATAN
PAD
26
2.3.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
Menurut Denzin dan Linclon (dalam J. Lexy Moleong, 2010:5)
menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah adalah peneltian
yang mengunakan latar alamiah dengan menafsirkan fenomena
yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai
metode yang ada.
2.3.3. Teknik Pengumpulan Data
a) Wawancara
Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
untuk memperoleh informasi dari sumber yang bersangkutan
atau bagian yang berwenang yang brhubungan dengan tujuan
penelitian.
b) Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengumpulkan data-data dari objek yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini objek yang akan diteliti adalah Badan
Pendapatan Daerah Kota Makassar.
27
2.3.4. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan yaitu berapa besarnya kontribusi
pajak Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Makassar
dilakukan dengan menghitung presentasi pajak Hotel terhadap
Pendapatan Asli Daerah.
Rumus:
Kontribusi = Penerimaan Pajak Hotel x 100%
Total Pendapatan Asli Daerah
2.3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Indriantoro dan Supomo (2002:69) menyatakan bahwa definisi
operasional adalah penentuan konstruk sehingga menjadi variabel
yang dapat diukur. Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi
berbagai macam. nilai. Variabel dapat diukur dengan berbagai
macam nilai, tergantung pada konstuk yang diwakilinya yang dapat
berupa angka atau atribut yang menggunakan ukuran atau skala
dalam suatu penilaian.
1. Pajak Hotel adalah punggutan daerah atas Orang Pribadi atau
Badan yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya,
melakukan usaha di bidang jasa penginapan dan atau rumah
makan. Pajak Hotel mempunyai tarif sebesar 10% tarif kemudian
dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP).
28
2. PAD adalah penerimaan keuangan daerah yang diperoleh
melalui PAD yang dimanfaatkan untuk pembangunan daerah dan
diatur dengan perundang- undangan dan diukur dalam satuan
rupiah.
29
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMABAHASAN
3.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
3.1.1. Sejarah Badan Pendapatan Daerah (DISPENDA)
Sebelum terbentuknya Dinas Pendapatan Kotamadya Tingkat II
Makassar, Dinas Pasar, Dinas Air Minum dan Dinas Penghasilan
Daerah dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Nomor
155/Kep/A/V/1973 tanggal 24 Mei 1973 terdiri beberapa Sub Dinas
Pemeriksaan Kendaraan Tidak Bermotor dan Sub Dinas Administrasi.
Dengan adanya keputusan Walikotamadya Daerah Tingkat II
Ujung Pandang Nomor 74/S.Kep/A/V/1977 tanggal 1 April 1977
bersama dengan surat Edaran Menteri Dalam Negri Nomor 3/12/43
tanggal 9 September 1975 Nomor Keu/3/22/33 tentang pembentukan
Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Ujung Pandang telah
disempurnakan dan di tetapkan perubahan nama menjadi Dinas
Penghasilan Daerah yang kemudian menjadi unit-unit yang menangani
sumber-sumber keuangan daerah seperti Dinas Perpajakan, Dinas
Pasar dan Sub Dinas Pelelangan Ikan dan semua sub-sub Dinas
dalam Unit Penghasilan Daerah yang tergabung dalam unit
penghasilan daerah dilebur dan dimasukkan pada unit kerja Dinas
Pendapatan Daerah Kota Madya Tingkat II Ujung Pandang, seiring
dengan adanya perubahan kotamadya Ujung Pandang menjadi Kota
24
30
Makassar, secara otomatis nama Dinas Pendapatan Daerah
Kotamadya Ujung Pandang berubah menjadi Dinas Pendapatan
Daerah Kota Makassar.
Kemudian Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar di tahun
2016 berubah menjadi Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar.
3.1.2. Visi dan Misi Organisasi
1. Visi
Terwujudnya pengelolaan pendapatan yang optimal online
terpadu
2. Misi
a) Mewujudkan pengelolaan PAD yang optimal berbasis IT
secara terpadu dan terintegrasi
b) Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional dan
memiliki kompetensi dalam bidangnya
c) Memantapkan koordinasi administrasi pengelolaan
pendapatan dan keuangan daerah
31
3.1.3. Struktur Organisasi dan Job Description
Gambar 3.1
(Sumber: Peraturan Walikota Makassar Nomor 110 Tahun 2016 Hal.25)
Sekretaris Kelompok jabatan fungsional
Subag
perencanaan
dan
pelaporan
Subag
keuangan
Subag
umum dan
kepegawai
an
Bidang
pendaftaran
dan
Bidang Pajak
I dan
Retribusi
Bidang Pajak
Daerah II
Bidang koordinasi,
pengawasan, dan
perencanaan
Subbidang
pendataan
wilayah I
Subbidang
pendataan
wilayah II
Subbidang
pengelolaan data
dan informasi
Subbidang Restoran,
Minerba dan sarang
burung walet
Subbidang
reklame parker
dan retribusi
daerah
Subbidang
penetapan,
pembukuan dan
pelaporan pajak dan
retribusi daerah
Subbidang
hotel dan air
bawah tanah
Subbidang
hiburan dan
pajak
penerangan jalan
Sub bidang
penetapan ,
pelaporan dan
pembukuan
Subbidang
koordinasi,
perencanaan dan
regulasi
Subbidang
penagihan pajak
daerah dan
retribusi daerah
Subbidang
pembinaan,
pengawasan dan
penindakan
UPT
KEPALA BADAN
Drs. H. Irwan R.
32
a. Kepala badan
Badan Pendapatan Daerah mempunyai tugas membantu
walikota melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang
keuangan yang menjadi kewenangan daerah.
b. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan dan pelayanan administrasi kepada
semua unit organisasi di lingkungan badan.
c. Subbagian Perencanaan dan Pelaporan
Subbagian Perencanaan dan Pelaporan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana
program kerja, monotoring dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan
program dan kegiatan badan.
d. Subbagian Keuangan
Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan administrasi
dan akuntansi keuangan.
e. Subbagian Umum dan Kepegawaian
Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas
melakukan urusan umum, penatausahaan surat menyurat, urusan
rumah tangga, kehumasan, dokumentasi dan inventarisasi barang
serta administrasi kepegawaian.
33
f. Bidang Pendaftaran dan Pendataan
Bidang Pendaftaran dan Pendataan mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan administrasi pendaftaran, pendataan,
intensifikasi dan pengembangan potensi serta rancang bangun dan
pengembangan pengalolahan data dan informasi pengelolaan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah.
g. Subbidang Pendataan Wilayah I
Subbidang Pendataan Wilayah I mempunyai tugas melakukan
kegiatan pelayanan administrasi pendaftaran, pemdataan, intensifikasi,
ekstensifikasi dan pengembangan potensi dan verifikasi data Wajib
Pajak Daerah dan Retribusi Dearah wilayah I, meliputi kecamatan
Makassar, Mamajang, Mariso, Rappocini, Tallo, Tamalate, Ujung
Pandang dan Wajo.
h. Subbidang Pendataan Wilayah Ii
Subbidang Pendataan Wilayah II mempunyai tugas melakukan
kegiatan pelayanan administrasi pendaftaran, pendataan, intensifikasi,
ekstensifikasi, dan pengembangan potensi dan verifikasi data wajib
pajak daerah dan retribusi daerah wilayah II, meliputi Kecamatan
Biringkanaya, Bontoala, Manggala, Panakukang, Tamalanrea, Ujung
Tanah, Kepualauan Sangkarang.
i. Subbidang Pengolahan Data dan Informasi
Subbidang Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas
melakukan pelayanan administrasi verifikasi dan validasi data Wajib
34
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, penetapan dan pengukuhan
Wajib Pajak, penerbitan NPWPD, pengolahan data dan informasi serta
rancang bangun pengembangannya
j. Bidang Pajak I dan Retribusi Daerah
Bidang Pajak I dan Retribusi Daerah mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan administrasi pemungutan,penagihan,
penetapan, keberatan, pembukuan, verifikasi dan pelaporan,
penagihan pajak I meliputi Pajak Restoran, Pajak Mineral Bukan
Logam, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Parkir dan Penataan Objek
Pajak Reklame serta Retribusi Daerah.
k. Subbidang Restoran, Minerba dan Sarang Burung Walet
Subbidang Restoran, MINERBA dan Sarang Burung Walet
mempunyai tugas melakukan pelayanan administrasi pemungutan,
penangihan, penelitian dan verifikasi penyampaian pajak terutang,
pembayaran dan keberatan Pajak Restoran, Pajak Mineral Bukan
Logam, dan Pajak Sarang Burung Walet.
l. Subbidang Reklame, Parkir dan Retribusi Daerah
Subbidang Reklame, Parkir dan Retribusi Daerah mempunyai
tugas melakukan pelayanan administrasi pemungutan, penangihan,
penelitian dan verifikasi penyampaian pajak terutang, pembayaran dan
keberatan pajak parkir dan penataan objek pajak reklame serta
retribusi daerah
m. Subbidang Penetapan, Pembukuan dan Pelaporan Retribusi Daerah
35
Subbidang Penetapan, Pembukuan dan Pelaporan Retribusi
Daerah mempunyai tugas melakukan pelayanan administrasi
perhitungan, analisa dokumen pembayaran, penetapan keberatan,
pengurangan dan perubahan keputusan dan ketetapan serta verifikasi
setoran, penatausahaan, pembukuan dan pelaporan pajak daerah dan
retribusi daerah.
n. Bidang Pajak Daerah II
Bidang Pajak Daerah II mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan administrasi pemungutan,penagihan, penetapan,
keberatan, pembukuan, verifikasi dan pelaporan, penagihan pajak II
meliputi Pajak Hotel, Pajak Hiburan, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
Air Bawah Tanah.
o. Subbidang Hotel dan Air Bawah Tanah
Subbidang Hotel dan Air Bawah Tanah mempunyai tugas
melakukan pelayanan administrasi pemungutan, penangihan,
penelitian dan verifikasi penyampaian pajak terutang, pembayaran dan
keberatan pajak hotel dan air bawah tanah
p. Subbidang Hiburan dan Pajak Penerangan Jalan
Subbidang Hiburan dan Pajak Penerangan Jalan mempunyai
tugas melakukan pelayanan administrasi pemungutan, penangihan,
penelitian dan verifikasi penyampaian pajak terutang, pembayaran dan
keberatan Pajak Hiburan, Pajak Penerangan Jalan PLN dan Pajak
Penerangan Jalan Non PLN.
36
q. Seksi Penetapan, Pembukuan dan Pelaporan Pajak
Seksi Penetapan, Pembukuan dan Pelaporan Pajak mempunyai
tugas melakukan pelayanan administrasi perhitungan, analisa
dokumen pembayaran, penetapan keberatan, pengurangan dan
perubahan keputusan dan ketetapan serta verifikasi setoran,
penatausahaan, pembukuan dan pelaporan Pajak Hotel, Pajak
Hiburan, Pajak Penerangan Jalan PLN dan Pajak Penerangan Jalan
Non PLN, Pajak Air Bawah Tanah.
r. Bidang Koordinasi, Pengawasan dan Perencanaan
Bidang Koordinasi, Pengawasan dan Perencanaan mempunyai
tugas melaksanakan pengawasan, koordinasi, rekonsiliasi, pembinaan,
pemriksaan, penindakan, pengenaan sanksi, merumuskan regulasi
pajak dan retribusi daerah serta perencanaan target pendapatan
daerah.
s. Subbidang Koordinasi, Perencanaan dan Regulasi
Subbidang Koordinasi, Perencanaan dan Regulasi mempunyai
tugas melakukan analisa dan perencanaan target pendapatan,
rekonsiliasi penerimaan dan piutang, pengusulan penghapusan
piutang, reviu dan analisa perundang-undangan bidang pajak daerah
dan retribusi daeah serta ketentuan pelaksanaannya
t. Subbidang Penagihan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Subbidang Penagihan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
mempunyai tugas melakukan pelayanan administrasi penagihan
37
tunggakan piutang pajak daerah dan retribusi daerah, keberatan,
pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan, dan penghapusan
atau pengurangan sanksi administrasi dan pengembalian kelebihan
pembayaran.
u. Subbidang Pembinaan, Pengawasan, dan Penindakan
Subbidang Pembinaan, Pengawasan, dan Penindakan
mempunyai tugas melakukan pembinaan, pemeriksaan, pengawasan
dan penindakan, pengenaan sanksi, banding, penyitaan terhadap
pelanggaran pengelolaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
v. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan
kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas sejumlah jabatan
fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional
sesuai keahlian dan masing-masing dikoordinasikan oleh seorang
tenaga fungsional senior.
w. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
Di lingkungan Badan Pendapatan Daerah dapat dibentuk Unit
Pelaksanaan Teknis berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Pembentukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi
serta tata kerja Unit Pelaksanaan Teknis ditetapkan dengan peraturan
38
walikota berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
setelah dikonsultasikan secara tertulis dengan Gubernur.
3.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.2.1. Hasil Penelitian
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan bagian yang menjadi
subtansi dari penelitian ini yaitu Kontribusi Pajak Hotel Pada Pendapatan
Asli Daerah di Kota Makassar , dengan metode analisis yang digunakan
yakni analisis deskriptif kualitatif.
Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kota Makassar pada kantor
Dinas Pendapatan Asli Daerah, untuk mengetahui Bagaimana kontribusi
Pajak Hotel Pada Pendapatan Asli Daerah di Kota Makassar pada tahun
anggaran 2016 sampai tahun anggaran 2018, berikut ini adalah klasifikasii
mengenai Kontribusi Pajak Hotel dari tahun 2016 - 2018.
Adapun hasil wawancara yang dilakukan di Badan Pendapatan
Daerah Kota Makassar sebagaii berikut:
Apakah target pajak hotel tearealisasi 3 tahun terakhir ?
Narasumber pun menjawab sebagai berikut:
“kalau target realisasi pajak hotel dari tahun ketahun itu
mengalami peningkatan, akan tetapi kalau targetnya
terealisasi saya kira targetnya memang tinggi supaya kita
memacu untuk kita bisa maksimalkan. tapi dari tahun ke tahun
itu peningkatannya cukup luar biasa, kalau saya liat 3 tahun
terakhir ini 2016, 2017, 2018 dan 2019 itu kurang lebih hampir
40 M kayaknya dari target tiap – tiap tahun itu meningkat dalam
2 tahun ini hampir sekitar 30 M”. (wawancara pada hari rabu
agustus 2019).
39
Bagaimana cara penentuan target pajak hotel ?
Narasumber pun kembali menjawab sebagai berikut:
“Dlihat dari realisasi tahun lalu terus kita lihat pertumbuhan
ekonomi, lalu kita lihat akupansi-akupansi atau minimal kita
lihat potensi- potensi, ipen-ipen atau acara-acara di Makassar
ini atau yang terakhir itu kita lihat dari tingkat pertumbuhan
ekonomi “.
Apa ada kendala selama proses penerimaan pajak hotel?
Narasumber pun kembali menjawab sebagai berikut:
“pasti,,iya pasti ada kendalalah . kendala yang pertama kadang
wajib pungut pajak ini tidak menyetorkan pajaknya, yang ke 2
kadang tidak melaporkan sesuai yang seharusnya. Contoh
mungkin dia jual 10 kamar yang dia laporkan hanya 9 kamar
bisa saja terajdi itu kendala-kendala . tetapi kendala yang
selama ini itu kadang wajib pajak atau wajib pungut pajak tidak
menyetorkan pajaknya sesuai atau melakukan penunggakan”.
Upaya apa yang dilakukan BAPENDA dalam meningkatkan
penerimaan pajak hotel?
Narasumber kembali menjawab sebagai berikut:
“yang pertama upaya kita paling dekat ini kebetulan kita di
suverfisi sama KPK . yang pertama adalah kita sekarang
melakukan pemasangan alat sisip online jadi nanti real time kita
bisa lihat penerimaan mereka, siapa yang maksudnya berapa
penerimaan hariannya, berpa penerimaan perjamnya,
permenitnya kita bisa lihat itu salah satu jadi kita pasang alat
online di hotel sehingga kita bisa pantau secara real time, yang
kedua bagian yang menunggak itu kita tindaki . tindakannya
dengan cara memberikan teguran kalau memang dia tidak
indahkan maka kami akan pasangi spanduk, hotel ini yang
menunggak” .
40
Tabel 4.1 Klasifikasi Pengukuran Kontribusi
No. Presentase Kategori
1 0,00-10% Sangat Kurang
2 10,10-20% Kurang
3 20,10-30% Sedang
4 30,10-40% Cukup Baik
5 40,10-50% Baik
6 Di atas 50% Sangat baik Sumber : Depdagri, Kepmendagri Nomor 690.900.327 Tahun 1996.
PedomanPenilaian Kinerja Keuangan (Kesek, 2013).
Untuk menghitung tingkat Kontribusi Pajak Hotel pada Pendapatan
Asli Daerah Kota Makassar diukur sesuai table diatas (tabel 4.1), jika hasil
kontribusi yang diperoleh dari perbandingan antara realisasi penerimaan
Pajak Hotel dengan realisasi Pendapatan Asli Daerah kota Makassar dan
memperoleh hasil kontribusi sebesar 0,00-10% maka kontribusi Pajak
Hotel sangat kurang pada Pendapatan Asli Daerah kota Makassar.
Dalam klasifikasi kontribusi Pajak Hotel pada Pendapatan Aslii
Daerah di Kota Makassar selanjutnya, diukur sesuai table di atas (table
3.1), jika penerimaannya 10,10-20% maka kontribusi Pajak Hotel inii di
kategorikan masih kurang pada Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar.
Untuk menghitung target kontribusi selanjutnya pada Pendapatan
Asli Daerah Kota Makassar diukur sesuai table di atas (table 3.1),
diperoleh perbandingan jika kontribusinya sebesar 20,10-30%,maka
kontribusi Pendapatan Asli Daerah di Kota Makassar masih terbilang
sedang.
41
Untuk klasifikasi kontribusi Pajak Hotel pada Pendapatan Aslii
Daerah Kota Makassar terlihat table diatas (table 4.1)dengan perolehan
penerimaan sebesar 30,10-40% , maka ini sudah bisa dikatakan cukup
baik untuk berkontribusi pada Pendapatan Asli Daerah di Kota Makassar.
Perhitungan target kontribusi yang terdapat pada klasifikasi di atas
(table 4.1) dengan jumlah penerimaan targetnya sebesar 40,10-50%,
maka perolehan tersebut sudah baik dalam artian Pendapatan Asli
Daerahnya sudah meningkat dan bisa mencapai target yang telah
ditentukan Pajak Hotel pada Pendapatan Asli Daerah di Kota Makassar.
Perhitungan kontribusi selanjutnya atau klasifikasi yang terdapata
pada table di atas (table 4.1) dengan penerimaan di atas 50% , maka
penerimaan tersebut sudah sangat baik , karena penentuan target dan
kontribusi maupun realisasinya mengalami peningkatan dan juga bisa
meningkatkan Pendapatan Daerah di Kota Makassar.
3.2.2. Perkembangan dan Penerimaan Pajak Hotel
Perkembangan pajak hotel untuk mengetahui perkembangan Pajak
Hotel dari tahun ketahun dalam kurung tiga tahun yaitu dari tahun
2016-2018
42
Tabel 4.2 Penerimaan Pajak Hotel Tahun Anggaran 2016-2018
Tahun Besarnya Pajak Hotel
2016 70.639.461.676
2017 92.970.091.185
2018 103.144.687.558
Rata-rata 88.918.080.139
Sumber: (Data diolah tahun 2019)
Grafik 1 Penerimaan Pajak Hotel di Kota Makassar
Pada tabel 4.2 dan grafik 1 di atas menunjukkan besarnya
penerimaan pajak hotel di Kota Makassar pada tahun 2016-2018
sebesar Rp 266,754,240,419 . pada tahun 2016 besarnya penerimaan
Rp 70,639,461,676 , kemudian pada tahun 2017 penerimaan dari Pajak
Hotel Kota Makassar mengalami peningkatan sebesar Rp
92,970,091,185 dengan selisih dari tahun keduanya adalah sebesar
0
20,000,000,000
40,000,000,000
60,000,000,000
80,000,000,000
100,000,000,000
120,000,000,000
2016 2017 2018
Penerimaan Pajak Hotel
Tahun Anggaran 2016-…
43
Rp. 22,330,629,509 . secara berturut-turut penerimaan setiap tahunnya
juga mengalami peningkatan seperti pada tahun 2018 sebesar Rp
103,144,687,558 dengan selisih penerimaan dari tahun 2017 adalah
sebesar Rp. 10,174,596,373.
Tabel 4.3 Perkembangan Pajak Hotel
Tahun Anggaran 2016-2018
Tahun Besarnya Pajak
Hotel
Selisih %
2016 70.639.461.676 _ _
2017 92.970.091.185 22.330.629.509 0,316
2018 103.144.687.558 10.174.596.373 0,109
Total 266.754.240.419 32.505.225.882 0,425
Rata-rata 88.918.080.139 16.252.612.941 0,283
Sumber : (Data diolah pada tahun 2019)
Berdasarkan table 4.3 diatas menunjukkan besarnya
perkembangan Pajak Hotel di Kota Makassar dalam kurung waktu tiga
tahun terakhir dengan rata-rata pertumbuhan pajak hotel dari tahun 2016-
2018 sebesar Rp. 16,252,612,941 atau sebesar 0,283%. Bila dilihat dari
analisis PAD perkembangan Pajak Hotel, maka perkembangan Pajak
Hotel dari tahun ketahun mengalami peningkatan . perkembangan pajak
hotel di (table 4.3) pada tahun 2017 tingkat pertumbuhan 0,316 atau
sebesar Rp 22,330,629,509 . pada tahun 2018 perkembangan pajak hotell
mengalami penurunan . perkembangan yang terendah yaitu terjadi pada
tahun 2018 sebesar 0,109 atau sebesar Rp. 10,174,596,373.
44
3.2.3 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah
Perkembangan Asli Daerah (PAD) untuk mengetahui perkembangan
pendapatan asli daerah di Kota Makassar dari tahun ketahun dalam
kurung tiga tahun yaitu 2016-2017.
Tabel 4.4 Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Tahun Anggaran 2016-2018
Tahun Besarnya PAD (Rp)
2016 769.933.158.173
2017 949.677.704.216
2018 947.371.868.404
Rata-rata 18.082.727.970.037
Sumber: BAPENDA Kota Makassar
Berdasarkan tabel 4.4 di atas penerimaan PAD pada tahun 2016
sebesar Rp 769,933,158,173 dengan selisih pada tahun 2017 adalah
sebesar Rp. 179,744,546,043 . pada tahun 2017 penerimaanya adalah
sebesar Rp 949,677,704,216 . pada tahun 2018 penerimaan yang telah di
dapat adalah sebesar Rp 947,371,868,404 dengan selisih penerimaan
pada tahun sebelumnya adalah sebesar Rp. 2,305,835,812.
45
Grafik 2
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2016-2018
Berdasarkan grafik 2 diatas menunjukkan Pendapatan Asli Daerah
mengalami penurunan pada tahun 2016 sebesar Rp 769,933,158.173 ,
kemudian pada tahun 2017 penerimaan Pendapatan Daerah Kota
Makassar mengalami peningkatan sebesar Rp 949,677,704,216 , dan
pada tahun 2018 penerimaannya mengalami penurunan sebesar Rp
947,371,868,404 .
0
100,000,000,000
200,000,000,000
300,000,000,000
400,000,000,000
500,000,000,000
600,000,000,000
700,000,000,000
800,000,000,000
900,000,000,000
1,000,000,000,000
2016 2017 2018
Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah Tahun Anggaran
2016-2018
46
Tabel 4.5 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah
Tahun Anggaran 2016-2018
Tahun
Besarnya Pendapatan Asli
Daerah (Rp)
Selisih
%
2016 769.933.158.173 _ _
2017 949.677.704.216 179.744.546.043 0.233
2018 947.371.868.404 2.305.835.812 0.299
Total 2.662.982.730.793 182.050.381.855 0.532
Rata-rata 888.994.243.598 91.025.190.927.5 0.266
Sumber : (Data diolah pada tahun 2019)
Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan besarnya
perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar dalam kurung
waktu tiga tahun terakhir , dengan rata-rata pertumbuhan dari tahun 2016-
2018 sebesar Rp 91,025,190,927,5 atau sebesar 0,266% pada tahun
2017 perkembangan Pendapatan meningkat sebesar Rp 179,744,546,043
atau sebesar 0,233%. kemudian menurun pada tahun 2018 dengan selisih
sebesar Rp 2,305,835,812 atau sebesar 0,299%.
3.2.4. Kontribusi Pajak Hotel pada Pendapatan Asli Daerah di Kota
Makassar Tahun 2016-2018
Kontribusi ini adalah untuk mengetahui besarnya kontribusi Pajak
Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah, maka rumus yang digunakan
untuk menghitung kontribusi sebagai berikut:
47
Rumus:
Kontribusi = Penerimaan Pajak Hotel x 100%
Total Pendapatan Asli Daerah
Tahun 2016 = 70,639,461,676 x 100% = 0,091%
769,933,158,173
Berdasarkan data realisasi penerimaan Pajak Hotel tahun 2016
memperoleh realisasi sebesar 70,639,461,676 dari data diatas untuk
mengetahui Kontribusi Pajak Hotel pada Pendapatan Asli Daerah di Kota
Makassar maka realisasi penerimaan pajak hotel 2016 di bagi dengan
total Pendapatan Asli Daerah sehingga memperoleh hasil 0,091%, jadi
dapat dikatakan penerimaan Pajak Hotel tahun 2016 kurang
berkontribusi pada Pendapatan Asli Daerah di Kota Makassar.
Tahun 2017 = 92,970,091,185 x 100% = 0,097%
949,677,704,216
Berdasarkan data realisasi penerimaan Pajak Hotel tahun 2016
memperoleh realisasi sebesar 92,970,091,185 dari total Pendapatan Asli
Daerah sebesar Rp 949,677,704,216 dari data diatas untuk mengetahui
Kontribusi Pajak Hotel pada Pendapatan Asli Daerah di Kota Makassar
maka realisasi penerimaan pajak hotel 2017 di bagi dengan total
Pendapatan Asli Daerah sehingga memperoleh hasil 0,097%, jadi dapat
dikatakan penerimaan Pajak Hotel tahun 2017 kurang berkontribusi pada
Pendapatan Asli Daerah di Kota Makassar.
48
Tahun 2018 = 103,144,687,558 x 100% = 0,108%
947,371,868,404
Berdasarkan data realisasi penerimaan Pajak Hotel tahun 2016
memperoleh realisasi sebesar Rp 103,144,687,558 dari total
Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp 947,371,868,404 dari data diatas
untuk mengetahui Kontribusi Pajak Hotel pada Pendapatan Asli Daerah
di Kota Makassar maka realisasi penerimaan pajak hotel 2018 di bagi
dengan total Pendapatan Asli Daerah sehingga memperoleh hasil
0,108%, jadi dapat dikatakan penerimaan Pajak Hotel tahun 2016 kurang
berkontribusi pada Pendapatan Asli Daerah di Kota Makassar.
Tabel 4.6 Kontribusi Pajak Hotel pada Pendapatan Asli
Daerah di Kota Makassar Tahun Anggaran 2016-2018
Tahun Realisasi Pajak Hotel (Rp)
Realisasi PAD (Rp)
presentase Kriteria
2016 70.639.461.676 769.933.158.173 0.091% Sangat kurang
2017 92.970.091.185 949.677.704.216 0.097% Sangat kurang
2018 103.144.687.558 947.371.868.404 0.108% Sangat kurang
Rata-rata 0.098% Sangat kurang
Sumber: (Data diolah pada tahun 2019)
Dari tabel 4.6 di atas Kontribusi Pajak Hotel pada Pendapatan
Asli Daerah di Kota Makassar selama tiga tahun terakhir mengalami
peningkatan meskipun presentasenya sangat kurang. Pada tahun 2016
dengan jumlah presentas 0,091% masuk dalam kategori masih sangat
49
kurang dalam berkontribusi pada Pendapatan Asli Daerah di Kota
Makassar. Hal ini dengan terus meningkatnya pada dua tahun berikutnya
yaitu pada tahun 2017 dan 2018. Pada tahun 2017 presentase yang
dihasilkan adalah sebesar 0,097% dalam hal ini masuk dalam kategori
sangat kurang dalam berkontribusi pada PAD di Kota Makassar walaupun
realisasi PAD dan realisasi pajak hotel itu meningkat akan tetapi pada
presentase di atas masih sangat kurang . kemudian pada tahun 2018
meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 0,108% akan tetapi
presentasenya juga masih dalam kategori sangat kurang berkontribusi.
Secara umum, realisasi penerimaan pajak hotel mengalami
peningkatan setiap tahunnya namun dari segi presentase kontribusi pajak
hotel cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini
disebabkan selain karena faktor internal dari pajak hotel itu sendiri seperti
banyaknya tingkat hunian hotel yang secara tidak langsung berpengaruh
pada pendapatan pajak serta belum optimalnya pajak hotel hunian kos
juga karena Pendapatan ASli Daerah (PAD) tidak hanya dipengaruhi oleh
Pajak Hotel saja tetapi juga dipengaruhi oleh hasil retribusi daerah.
50
3.2.5. Pembahasan
Berdasarkan data penerimaan PAD dalam kurung tiga tahun
terakhir yakni tahun 2016-2018 mengalami peningkatan pada penerimaan
dan Pendapatan Asli Daerah akan tetapi dari tahun ke tahun hasil dari
presentase tiap tahunnya masih terbilang sangat kurang berkontribusii
pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makassar.
Secara umum, realisasi penerimaan Pajak Hotel mengalamii
peningkatan setiap tahunnya namun dari segi presentase kontribusi Pajak
Hotel cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini
disebabkan selain karena faktor internal dari pajak hotel itu sendiri seperti
banyaknya tingkat hunian hotel yang secara tidak langsung berpengaruh
pada pendapatan pajak serta belum optimalnya pajak hotel hunian kos
juga karena Pendapatan ASli Daerah (PAD) tidak hanya dipengaruhi oleh
Pajak Hotel saja tetapi juga dipengaruhi oleh hasil Retribusi Daerah.
Upaya yang dilakukan Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar
dalam meningkatkan Penerimaan Pajak Hotel guna meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah dengan melakukan suverfisi dengan KPK dan
melakukan sisip online sehingga penerimaannya bisa dilihat. Kemudian
melaukukan teguran bagi hotel yang menunggak. Ini di perkuat hasil
wawancara dengan Kepala Bagian Pajak Hotel di BAPENDA Makassar.
51
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
1. Perkembangan pajak hotel di Kota Makassar dari tahun 2016-
2018 selalu dapat melewati target yang di tentukan namun
dilihat dari laju pertumbuhan pajak hotel itu cukup fluktuatif
dimana sempat mengalami kenaikan laju pertumbuhan
realisasi pajak hotel pada tahun 2018 sebesar 0.108% namum
pada tahun – tahun sebelumnya laju pertumbuhan realisasi
pajak hotel menunjukan tren menurun . hal ini di sebabkan
karena kenaikan jumlah hotel yang berdiri di Kota Makassar
tidak di imbangi dengan jumlah orang yang menginap
sehingga berpengaruh pada pendapatan hotel yang juga
berpengaruh pada sumbangan pajak yang di terima
pemerintah .
2. Tingkat kontribusi pajak hotel terhadap PAD Kota Makassar
dari tahun 2016 sampai tahun 2018 mengalami fluktuatif
setiap tahunnya. Tingkat kontribusi pajak hotel terhadap PAD
dari tahun 2016 sampai tahun 2018 termasuk dalam kriteria
sangat kurang, dimana pada tahun 2016 tercatat 0,091%,
tahun 2017 tercatat 0,097%, dan yang terakhir tahun 2018
tercatat 0,108%, Secara keseluruhan jumlah PAD tidak
dipengaruhi oleh pajak hotel saja, tetapi masih banyak jenis
52
penerimaan pajak lainnya yang dapat mempengaruhi jumlah
PAD secara keseluruhan.
4.2. SARAN
3. Pemerintah Daerah Kota Makassar hendaknya lebih gencar
melakukan soisalisasi dan meningkatkan kesadaran wajib
pajak sehingga penerimaan pajak hotel lebih dioptimalkan lagi.
4. Seharusnya Pemerintah Daerah Kota Makassar melakukan
pengawasan dan pemeriksaan pembukuan pajak secara rutin
terhadap wajib pajak hotel. Perlunya juga pemerintah dalam
meningkatkan jumlah pegawai guna menjaring objek pajak
hotel baru karena potensi usaha dalam bidang penginapan
yang sangat berkembang pesat di Kota Makassar.
53
DAFTAR PUSTAKA
Adiningrat Arifwangsa,A , Subhan, Muh Nur (2017), Analisis Kontribusi
Pajak Hotel dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota
Makassar. Jurnal Perspektif : Fakultas Ekonomi, Universitas Muslim
Indonesia Vol.02, Nomor 01.
Adam, Aldo (2013), Hubungan Jumlah Wisatawan, Jumlah Hotel, Terhadap Penerimaan Pajak Hotel. Jurnal EMBA : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado.
Aditya Hartanto, M. (2017). Analisis Perbandingan Potensi dengan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel tahun 2014-2016 di Kota Makassar. Skripsi S1, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan sisnis Universitas Hasanuddin Makassar 2017.
Arman, A (2017). Modul; kumpulan Undang-undang Pajak, Makassar:Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Https: // Makassar. Sindonews.com.Makassar
Khotimah, Qusnul (2014). Analisis Potensi Dan Efektivitas Penerimaan Pajak Hotel Dalam Meningkatan Pendapatan Asli Daerah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang.
Kota Semarang. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2001 Tentang Pajak Hotel
Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Mardiasmo. (2016). Perpajakan. Edisi terbaru 2016, Yogyakarta:Andi.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umumu Dan Tata Cara Perpajakan
Republic Indonesia, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Resita Pengerpan, T. (2018). Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Riset Akuntansi Going Concren 13(3), 2018, 165-173.
Resmi, Siti. (2017). Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi 10, Jakarta:Salemba Empat.
54
Sabatini, R. (2012). Analisi Faktor-faktor yang mempengaruhi Pajak Hotel di Kota Semarang. Skripsi S1, program sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro tahun 2012.
Walakandou, R. (2013). Analisis Kontribusi Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Daerah (PAD) di Kota Manado. Jurnal Emba Vol.1 No.3 Juni 2013, Hal. 722-729
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
55
LAMPIRAN-LAMPIRAN
56
Bulan/ tahun
2016
Target per bulan Realisasi
penerimaan
%
Januari 11,931,889,167 2,931,821,207 24.57%
Februari 11,931,889,167 4,011,841,822 33.62%
Maret 11,931,889,167 4,755,555,380 39.86%
April 11,931,889,167 6,600,701,179 55.32%
Mei 11,931,889,167 5,206,601,186 43.64%
Juni 11,931,889,167 5,958,587,528 49.94%
Juli 11,931,889,167 4,820,278,136 40.40%
Agustus 11,931,889,167 3,841,877,336 32.20%
September 11,931,889,167 7,101,421,528 59.52%
Oktober 11,931,889,167 5,712,197,969 47.87%
November 11,931,889,167 10,429,241,932 87.41%
Desember 11,931,889,167 9,269,336,473 77.60%
Jumlah 143,182,670,000 70,639,461,676 49.34%
Target dengan realisasi penerimaan Januari s/d Desember
2016