kontribusi komitmen organisasional dan kepemimpinan

15
KONTRIBUSI KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA PT. CARREFOUR INDONESIA Oleh Devi Sandra 94105004 Magister Psikologi Industri dan Organisasi [email protected] ABSTRAK Perubahan besar-besaran terhadap dunia teknologi informasi, dan semakin tingginya tuntutan dari konsumen untuk mendapatkan sesuatu dengan efektif dan efisien, menghendaki para karyawan dapat menangani arus kerja secara optimal dan efisien., konsekuensinya adalah akan meningkatkan produktivitas dan kesuksesan dirinya. Tentunya hal ini bisa diselaraskan dengan 2 faktor pendukung lainnya yaitu komitmen organisasional dan kepemimpinan transformasional. Komitmen organisasional diukur dengan menggunakan kuisioner yang diadopsi dari pandangan Meyer & Allen (1997). Kepemimpinan trasformasional diukur dengan menggunakan kuisioner yang mengacu pada pandangan dari Bass (1997). Sedangkan OCB diukur dengan menggunakan kuisioner yang diadopsi dari pandangan Organ (2003). Metode yang digunakan dalam penyusunan dan penilaian item menggunakan skala Likert sedangkan analisis data dilakukan dengan bantuan program SPSS 15.0. Dari hasil analisa yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa secara bersama-sama terdapat kontribusi komitmen organisasional dan kepemimpinan transformasional terhadap OCB. Dalam hal ini, komitmen organisasional memiliki peran yang sangat signifikan daripada kepemimpinan transformasional terhadap OCB. Dengan demikian, tercapainya komitmen organisasional yang diikuti adanya kepemimpinan transformasional yang kondusif maka akan terbentuk OCB dalam suatu organisasi. Kata kunci : Komitmen Organisasioal, Kepemimpinan Transformasional, Organizational Citizenship Behavior 1

Upload: hoanghanh

Post on 17-Jan-2017

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KONTRIBUSI KOMITMEN ORGANISASIONAL DANKEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADAPT. CARREFOUR INDONESIA

OlehDevi Sandra94105004

Magister Psikologi Industri dan [email protected]

ABSTRAK

Perubahan besar-besaran terhadap dunia teknologi informasi, dan semakin tingginya

tuntutan dari konsumen untuk mendapatkan sesuatu dengan efektif dan efisien,

menghendaki para karyawan dapat menangani arus kerja secara optimal dan efisien.,

konsekuensinya adalah akan meningkatkan produktivitas dan kesuksesan dirinya.

Tentunya hal ini bisa diselaraskan dengan 2 faktor pendukung lainnya yaitu komitmen

organisasional dan kepemimpinan transformasional. Komitmen organisasional diukur

dengan menggunakan kuisioner yang diadopsi dari pandangan Meyer & Allen (1997).

Kepemimpinan trasformasional diukur dengan menggunakan kuisioner yang mengacu

pada pandangan dari Bass (1997). Sedangkan OCB diukur dengan menggunakan

kuisioner yang diadopsi dari pandangan Organ (2003). Metode yang digunakan dalam

penyusunan dan penilaian item menggunakan skala Likert sedangkan analisis data

dilakukan dengan bantuan program SPSS 15.0. Dari hasil analisa yang dilakukan, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa secara bersama-sama terdapat kontribusi komitmen

organisasional dan kepemimpinan transformasional terhadap OCB. Dalam hal ini,

komitmen organisasional memiliki peran yang sangat signifikan daripada

kepemimpinan transformasional terhadap OCB. Dengan demikian, tercapainya

komitmen organisasional yang diikuti adanya kepemimpinan transformasional yang

kondusif maka akan terbentuk OCB dalam suatu organisasi.

Kata kunci : Komitmen Organisasioal, Kepemimpinan Transformasional,

Organizational Citizenship Behavior

1

2

PENDAHULUAN

Proses pelaksanaan bisnis tingkat tinggi membutuhkan waktu dan biaya yang

besar dan terdapat banyak rintangan, maka kesuksesan akan tergantung pada

kemampuan membentuk tanggung jawab transnasional yang baik. Dengan terbentuknya

tanggung jawab tersebut maka akan menentukan siap atau tidaknya suatu perusahaan

untuk masuk dalam persaingan “ekonomi global”.

Tanggung jawab yang dibentuk dengan baik harus diikuti dengan kemampuan

teknis yang baik pula, kondisi ini memberikan implikasi bahwa sumber daya manusia

yang potensial, mampu mengadaptasi kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi

untuk menghasilkan produk terkini (up to date), menjadi kebutuhan perusahaan. Setiap

perusahaan cenderung berusaha menemukan dan melaksanakan struktur organisasi

yang memungkinkan sumber daya manusia berkualitas dan kompetitif sehingga

diperoleh hasil kerja yang diharapkan.

PT. Carrefour Indonesia telah mempersiapkan diri dalam melangkah menuju era

globalisasi. Dengan nilai-nilai inti yang dimiliki oleh seluruh karyawan, menjadi

landasan dalam segala tindakan. Karena berlingkup global, Carrefour memiliki

tanggung jawab dan kewajiban khusus kepada pelanggan, karyawan, dan mitra

kerjanya. Kepemimpinan yang selalu membawa kebanggan untuk menjadi nomor satu,

juga menuntut upaya terus menerus agar selalu menjadi yang terbaik. Sebagai

perusahaan retail, secara alami Carrefour bersifat terbuka dan siap menerima masukan

dari semua pihak. Nilai-nilai inti tersebut adalah keleluasaan, tanggung jawab, berbagi,

menghargai, integritas, kebersamaan, dan kemajuan. Oleh karena itu ada deskripsi

formal tentang perilaku yang harus dikerjakan (intra-role), dan yang tidak terdeskripsi

secara formal yang dilakukan oleh pegawai (extra-role). Hal ini biasa dikenal dengan

sebutan OCB (Organizational Citizenship Behaviour).

OCB lebih berkaitan dengan manifestasi seseorang (karyawan) sebagai makhluk

sosial. Jika karyawan dalam organisasi memiliki OCB, karyawan dapat mengendalikan

perilakunya sendiri sehingga mampu memilih perilaku yang terbaik untuk kepentingan

organisasinya.

Komitmen merupakan salah satu variabel yang telah banyak diketahui memiliki

kaitan yang erat dengan OCB. Karyawan yang memiliki komitmen organisasional akan

melakukan tidak hanya tugas-tugas yang telah menjadi kewajibannya tetapi dengan

3

sukarela akan mengerjakan hal-hal yang dapat digolongkan sebagai usaha-usaha ekstra

(extra effort). Karyawan yang berkomitmen akan bekerja seakan-akan mereka memiliki

organisasi. Hal ini memberikan organisasi kemampuan lebih dalam usaha untuk

mencapai tujuan-tujuannya.

Selain komitmen, kepemimpinan transformasional juga memiliki peranan

penting dalam suatu organisasi. Kepemimpinan transformasional tidaklah terbatas pada

subyek orang, melainkan kepemimpinan yang lebih holistic lagi karena terkait dengan

tujuan yang ingin dicapai bersama. OCB dipahami sebagai bentuk nyata kontribusi

karyawan, dan tidak semua orang menunjukkan hal ini. Karyawan yang menunjukkan

tingkat OCB yang tinggi mungkin mendapatkan reward berupa penilaian yang tinggi

oleh pimpinan (misalnya : kesempatan promosi) daripada mereka yang menunjukkan

tingkat OCB yang lebih rendah. Alasan-alasan ini cukup menjelaskan mengapa perilaku

extra-role merupakan perilaku yang penting dalam organisasi.

Dengan alasan-alasan tersebut diatas maka tujuan yang ingin dicapai pada

penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kontribusi komitmen organisasional

dan kepemimpinan transformasional terhadap organizational citizenship behaviour

dalam suatu organisasi.

LANDASAN TEORI

Organizational Citizenship Behavior

Dalam menciptakan sebuah organisasi yang efektif ada beberapa tool. Salah satu

tool tersebut adalah Organizational Citizenship Behavior (OCB). OCB adalah sebuah

aspek unit dari perilaku individu dalam suatu pekerjaan. Dengan kata lain OCB adalah

sebuah kerelaan mengerjakan tugas melebihi tugas pokoknya atau kerelaan

mengerjakan tugas diluar tugas atau peran formal yang telah ditetapkan tanpa adanya

permintaan dan reward secara formal dari organisasi.

Komponen Organizational Citizenship Behaviour

Banyak peneliti telah mengidentifikasi tipe-tipe yang berbeda dari OCB, namun

demikian semuanya berakar pada 5 komponen yang sama, yaitu altruism, courtesy,

sportsmanship, civic virtue dan conscientiousness, seperti yang dikatakan Organ (Mel

4

Schnake & Michael Dumbler, 2003). Pengertian dari komponen-komponen tersebut

adalah :

a. Altruism, menunjuk pada perilaku membantu orang lain dalam persoalan-

persoalan yang berhubungan dengan pekerjaan.

b. Courtesy, menunjuk pada perilaku mencegah timbulnya persoalan yang muncul

pada orang lain dengan memberikan peringatan atau informasi-informasi.

c. Sportmanship, menunjuk sejauh mana seseorang tidak melakukan protes bila tidak

perlu atau menjauhkan diri dari isu-isu kecil.

d. Civic Virtue, menunjukkan sejauh mana seseorang memberikan kontribusi

terhadap kebijakan-kebijakan dalam organisasi secara bertanggung jawab.

e. Conscientiousness, menunjukkan sejauh mana seseorang berdisiplin dalam waktu,

tingkat kehadirannya, dan melampaui harapan atau persyaratan normal.

Berdasarkan komponen diatas, pada penelitian ini penulis menggunakan

komponen yang dinyatakan oleh Organ. Hal ini dikarenakan Organ pernah melakukan

penelitian yang nantinya dapat penulis bandingkan dengan hasil penelitian ini.

Komitmen Organisasional

Beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli menyatakan bahwa dalam

mempelajari komitmen organisasional, harus dilandasi pada sikap individu yang

menjadi anggota organisasi tersebut. Dengan demikian dapat dipahami bahwa

komitmen pada dasarnya merupakan peristiwa dimana individu sangat tertarik pada

tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasi dimana tempat mereka bekerja. Seseorang yang

memiliki komitmen terhadap organisasi akan menunjukkan kesediaannya untuk

mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi, terlibat aktif dalam organisasi dan

merasa sebagai bagian dari organisasi. Oleh karena itu agar sebuah organisasi dapat

tumbuh berkembang, diperlukan adanya komitmen yang kuat yang terbentuk dari

hubungan baik antara organisasi dan masing-masing anggota organisasi.

Tipe-tipe Komitmen

Dalam penelitian ini, yang mengukur hubungan tipe komitmen dengan OCB

adalah pilihan tipe-tipe komitmen sesuai dengan pendapat Meyer dan Allen (1997),

yaitu :

5

Komitmen yang berpengaruh (affective commitment) meliputi keadaan emosional

dari karyawan untuk menggabungkan diri, menyesuaikan diri, dan berbaur langsung

dalam organisasi. Dengan kata lain seseorang menjadi anggota organisasi sebab ia

menginginkannya (want to).

Komitmen berkelanjutan (continuance commitment) meliputi komitmen yang

didasarkan pada penghargaan yang diharapkan karyawan untuk dapat tetap berada

dalam organisasi. Dengan kata lain seseorang menjadi anggota organisasi sebab ia

merasa membutuhkannya (need to).

Komitmen normatif (normative commitment) meliputi perasaan karyawan terhadap

kewajiban untuk tetap tinggal dalam organisasi. Seseorang menjadi anggota

organisasi sebab ia merasa harus melakukan sesuatu (ought to do).

Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional merupakan salah satu alat penting yang

berpengaruh dalam perubahan organisasi. Kepemimpinan transformasional

mempengaruhi perubahan organisasi melalui artikulasi visi, penerimaan visi, dan

mengarahkan keinginan karyawan agar sesuai dengan visi yang ingin dicapai (Pawar

dan Eastman, 1997).

Karakeristik kepemimpinan transformasional

Menurut Bass & Avolio (1997), kepemimpinan transformasional memiliki 4

karakteristik (dalam Syakhroza dan Tjiptono, 1999), yaitu seperti terlihat pada dibawah

ini

Karakteristik Kepemimpinan Transformasional

1. Kharisma Mengkomunikasikan visi organisasi, menumbuhkan kepercayaandan rasa kagum karyawan terhadap pemimpin

2. Inspirasional Mengkomunikasikan harapan yang tinggi dan tantangan kerjasecara jelas, membangkitkan semangat kerja, danmengekspresikan tujuan-tujuan penting

3. Stimulasiintelektual

Menghargai ide-ide karyawan, mengembangkan rasionalitas dankreativitas karyawan, serta melibatkan karyawan dalampemecahan masalah

4. Perhatianindividual

Memberikan perhatian secara individual pada kebutuhan untukberprestasi, menghargai perbedaan individual, dan memberipengarahan

6

Komitmen Organisasional dan Kepemimpinan Transformasional dapat

memberikan kontribusi bagi Organizational Citizenship Behaviour

OCB merupakan hal yang diperlukan oleh karyawan golongan manajerial. Hal

ini ditunjukkan oleh kriteria evaluasi performa bagi manajer yang ditentukan oleh

seberapa besar mereka mengembangkan perilaku-perilaku yang tergolong OCB. Pada

kenyataannya, komitmen kerja yang menghasilkan kinerja organisasi yang diharapkan,

dapat digunakan untuk memprediksi keberhasilan misalnya tingkat perputaran,

intensitas tingkat perputaran, kinerja, kepuasan kerja, perilaku prososial organisasi, dan

kealpaan.

Berdasarkan pada keterangan-keterangan tersebut di atas dapat ditarik beberapa

makna hubungan komitmen dengan OCB, yakni:

1. Organisasi mencapai kinerjanya bila mendapat dukungan dari sumber daya manusia

yang memiliki komitmen yang tinggi,

2. Kerja keras individu harus dapat dianggap sebagai upaya memajukan organisasi

dan organisasi harus dapat memelihara kepercayaan bahwa organisasi harus mampu

memberikan kepuasan terhadap kerja keras anggota organisasinya.

3. Komitmen tidak berdiri sendiri namun mempunyai hubungan dan saling

mempengaruhi dengan tipe-tipe komitmen, misalnya: komitmen afektif, komitmen

kontinuan dan komitmen normatif.

Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah variabel variabel

yang meliputi :

Variabel Terikat = Organizational Citizenship Behaviour

Variabel Bebas = 1. Komitmen Organisasional

2. Kepemimpinan Tranfsormasional

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan pusat PT. Carrefour Indonesia

pusat yang telah memiliki masa kerja minimal 1 tahun dengan asumsi bahwa subjek

sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan yang ada di dalamnya. Sampel penelitian ini

sebanyak 100 karyawan yang terdiri dari 76 pria dan 24 wanita.

7

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu teknik

sampling yang menggunakan pemilihan sekelompok subjek berdasarkan ciri-ciri atau

sifat-sifat tertentu yang di pandang memepunyai sangkut paut dengan cirri-ciri atau

sifat-sifat populasi (Hadi, 1996).

Teknik Pengambilan Data

Penelitian ini akan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner untuk

mengetahui seberapa besar OCB, komitmen organisasional dan kepemimpinan

transformasional pada subjek. Data di peroleh dengan cara membagikan angket

komitmen organisasional, angket kepemimpinan transformasional dan angket OCB.

Jumlah angket yang dibagikan kepada responden sebanyak 117 kuisioner, sesuai dengan

jumlah pegawai yang ada. Tetapi dari 117 kuisioner yang dibagikan, ternyata hanya

terkumpul kembali sejumlah 102 angket. Dari 102 angket yang diterima oleh penulis,

ternyata ada 2 angket tidak memenuhi persyaratan untuk diteliti. Jadi total angket yang

bisa dianalisa adalah 100 angket (n=100). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik try out. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan efisiensi waktu dan tenaga

Metode Menjawab Kuesioner

Metode menjawab kuesioner pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang

disusun sendiri oleh penulis dengan menggunakan skala Likert untuk menjawab

masing-masing kuesioner yang memiliki 6 alternatif jawaban dengan pernyataan-

pernyataan yang favourabel dan unfavourabel.

Angket komitmen organisasional dalam penelitian ini menggunakan alat ukur yang

penulis kembangkan mengacu pada teori Meyer dan Allen (1997) yang terdiri dari 3

komitmen, yaitu : Affective commitment, Continuance commitment, Normative

commitment. Angket kepemimpinan transformasional ini dibuat oleh penulis sendiri

yang mengacu pada teori Bass & Avolio (1997), dimana masing-masing komponen dari

kepemimpinan transformasional ini adalah : Inddealized Influrnce or Charisma,

Inspirational, Intellectual Stimulation, Individualized Consideration. Angket OCB ini di

buat oleh penulis sendiri yang mengacu pada teori Organ (2003), dimana komponen

OCB adalah : Alturism, Courtesy, Sportmanship, Civic Virtue, Conscientiousness.

8

HASIL PENELITIAN

Seperti dijelaskan diatas, subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 100

karyawan PT. Carrefour Indonesia pusat, baik yang berjenis kelamin pria maupun

wanita.

Berdasarkan informasi demografis subyek penelitian maka diketahui bahwa

sebagian besar responden adalah pria yakni sebanyak 74 orang dan 26 wanita.

Mayoritas mempunyai jenjang pendidikan terakhir yakni Sarjana (S-1) ke atas yaitu

sebanyak 60 orang, 25 orang lulusan Diploma (D-3) dan sederajat, dan sebanyak 15

orang lulusan SLTA (sederajat). Responden yang memiliki usia antara 20 – 30 tahun

sebanyak 32 orang, 31 – 40 tahun sebanyak 44 orang, dan 41 – 50 tahun sebanyak 24

orang. Karyawan yang menjalani masa kerja 1 sampai 4 tahun sebanyak 33 orang, masa

kerja 5 sampai 6 tahun sebanyak 44 dan masa kerja lebih dari 5 tahun sebanyak 23

orang.

Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Komitmen Organisasional

Pengujian validitas menggunakan SPSS ver 15.0 for windows dengan 100 subjek

(N=100). Validitas item pada skala komponen ini dinyatakan valid dengan nilai

validitas yang bergerak dari angka 0,392 sampai dengan 0,769. Dari 22 butir item yang

diuji, 18 butir item dinyatakan valid dan 4 item dinyatakan gugur. Nilai Alpha

Cronbach pada variabel ini adalah 0.806

b. Kepemimpinan Transformasional

Pengujian validitas menggunakan SPSS ver 15.0 for windows dengan 100 subjek

(N=100). Validitas item pada skala komponen ini dinyatakan valid dengan nilai

validitas yang bergerak dari angka 0,314 sampai dengan 0,669. Dari 24 butir item yang

diuji, 23 butir item dinyatakan valid dan 1 item dinyatakan gugur. Nilai Alpha

Cronbach pada variabel ini adalah 0.789

9

c. Organizational Citizenship Behaviour

Pengujian validitas menggunakan SPSS ver 15.0 for windows dengan 100 subjek

(N=100). Validitas item pada skala komponen ini dinyatakan valid dengan nilai

validitas sebesar 0,656. Dari 25 butir item yang diuji, 21 item dinyatakan valid dan 4

item dinyatakan gugur. Nilai Alpha Cronbach pada variabel ini adalah 0.849

Uji reliabilitas pada masing-masing kuesioner dilakukan dengan menggunakan

teknik Alpha Cronbach terhadap item yang telah lolos analisis item diperoleh angka

koefisien reliabilitas (α) sebagai berikut ; pada kuesioner OCB sebesar 0,849, kuesioner

komitmen organisasional sebesar 0,806 dan pada kuesioner kepemimpinan

transformasional sebesar 0,789.

Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik,

karena dalam metode ini penulis mengharapkan penelitian ini dapat bersifat objektif,

universal, dan meminimalisir pernyataan – pernyataan yang subjektif. Untuk menjawab

tujuan penelitian yang telah di jelaskan di bab I atau hipotesis pada bab II, maka

penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression) dengan

bantuan program SPSS versi 15.0. Penggunaan analisi regresi berganda adalah untuk

menganalisis baik secara sendiri – sendiri maupun bersama – sama ke dua variable

bebas (Independent Variable) terhadap variable terikat (Dependent Variable).

Uji Asumsi

Sebelum data subjek dianalisis dengan korelasi Pearson untuk menguji hipotesis,

harus dilakukan pengujian asumsi dahulu. Dalam pengujian ini variabel-variabel yang

diukur harus mengikuti distribusi normal dan hubungan variabel harus linear.

Komitmen Organisasional : 0,291 (p<0,05) Normal

Uji Asumsi Kepemimpinan Transformasional : 0,485 (p<0,05) Normal

OCB : 0,323 (p<0,05) Normal

1. Variabel independen komitmen organisasional linier & berdistribusi normal.

2. Variabel independen kepemimpinan transformasional linier & berdistribusi normal.

3. Variabel dependen OCB linier & berdistribusi normal.

10

Uji Linearitas

Pengujian linearitas digunakan untuk melihat apakah sebuah garis lurus dapat

ditarik dari sebaran data variabel-variabel penelitian, dan garis lurus tersebut

menunjukkan hubungan linear antara variabel-variabel penelitian.

Uji linearitas pada komitmen organisasional dan kepemimpinan

transformasional menggunakan scatter plot dan Regression. Adapun garis yang

menunjukkan hal tersebut dapat dilihat pada scatter plot yang ada pada lampiran.

KO & OCB : F= 7,659 Sig=0,000 (p<0,05) Linear

Regression KT & OCB : F= 6,857 Sig=0,002 (p<0,05) Linear

(Anova) KO & KT & OCB : F= 7,814 Sig=0,001 (p<0,05) Linear

Uji Normalitas

Sebelum dilakukan proses analisa, terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian

atas kenormalan distribusi data. Maksud dari pengujian ini adalah untuk mengetahui

apakah sampel yang diperoleh tersebut berasal dari populasi normal atau tidak.

Berdasarkan hasil pengujian normalitas dengan menggunakan teknik Kosmogorov-

smirnov dengan tingkat keyakinan 95 %, diperoleh kesimpulan bahwa sebaran sampel

yang diambil normal atau tidak.

Sebelum data dianalisis dengan menggunakan uji regresi, terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi untuk melihat normalitas sebaran skor serta uji linearitas.

Uji Hipotesis

Hipotesis adalah suatu perumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat

untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun / mengarahkan penyelidikan

selanjutnya. Jika yang dihipotesis adalah masalah statistik, maka hipotesis ini disebut

hipotesis statistik.

Analisis korelasi adalah bagian dari pengujian asosiatif dikarenakan analisis

korelasi bertujuan mencari kekuatan, signifikansi, dan arah hubungan antara dua

variabel.

Peneliti menggunakan korelasi Pearson. Koefisien relasi adalah besaran yang

dapat menunjukkan kekuatan hubungan antara dua variabel dan dapat diketahui

berdasarkan nilai r hasil analisis korelasi. Selanjutnya, besarnya nilai r dapat

11

diinterpresentasi untuk memperkirakan kekuatan hubungan korelasi, seperti ditampilkan

pada tabel berikut :

Tabel Interpretasi Terhadap Nilai r Hasil Analisis Korelasi

Interval Nilai r *) Interpretasi

0,001 - 0,200 Korelasi sangat lemah

0,201 - 0,400 Korelasi lemah

0,401 - 0,600 Korelasi cukup kuat

0,401 - 0,800 Korelasi kuat

0,800 - 1,000 Korelasi sangat kuat

*) Interpretasi berlaku untuk r positif maupun negatif

Nilai r atau koefisien korelasi yang telah diperoleh pada hasil analisis, korelasi

masih perlu diuji signifikansinya. Apabila suatu korelasi memiliki nilai probabilitas

kurang dari 0,05 maka hubungan korelasi tersebut adalah signifikan. Koefisien korelasi

dapat bernilai positif atau negatif, tetapi tanda positif dan negatif tersebut khusus

menunjukkan arah hubungan, bukan kekuatan hubungan. Range koefisien dimulai dari 0

sampai ± 1 , atau dapat dinotasikan -1 ≤ r ≤ 1.

Data yang diperoleh dari responden dalam penelitian ini dianalisis dengan hasil dari

korelasi dengan tujuan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu :

Uji Hipotesa 1

Adakah kontribusi Komitmen Organisasional terhadap OCB. Karena memiliki nilai R

Square sebesar 0,817 dengan taraf signifikansi 0,000 (p<0,05), hasil terlampir. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara komitmen

organisasional terhadap OCB. Maka hipotesis 1 diterima.

Uji Hipotesa 2

Adakah kontribusi Kepemimpinan Transformasional terhadap OCB. Karena memiliki

nilai R Square sebesar 0,763 dengan taraf signifikansi 0,002 (p<0,05), hasil terlampir.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara

kepemimpinan transformasional terhadap OCB. Maka hipotesis 2 diterima

12

Uji Hipotesa 3

Adakah kontribusi Komitmen Organisasional dan Kepemimpinan Transformasional

terhadap OCB. Karena memiliki nilai R Square sebesar 0,884 dengan taraf signifikansi

0,001 (p<0,05), hasil terlampir. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat

kontribusi yang signifikan antara komitmen organisasional dan kepemimpinan

transformasional terhadap OCB. Maka hipotesis 3 diterima.

PEMBAHASAN

Penelitian ini berusaha untuk menguji kontribusi komitmen organisasional dan

kepemimpinan transformasional terhadap OCB, berdasarkan hasil penelitian, diketahui

bahwa hipotesis pertama, kedua dan ketiga diterima. Baik komitmen organisasional

dan kepemimpinan transformasional memiliki kontribusi sebesar 88,4 % terhadap OCB.

Dengan masing-masing kontribusi tiap variabel terhadap OCB adalah sebagai berikut

pada komitmen organisasional berkontribusi sebesar 81,7 % dan kepemimpinan

transformasional sebesar 76,3 % terhadap OCB. Hal ini mengindikasikan bahwa secara

teoritis karena persentase antara OCB dan komitmen organisasional lebih besar, maka

variabel komitmen organisasional lebih berkontribusi terhadap OCB dibandingkan

dengan kepemimpinan transformasional.

Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :

1. Pada uji hipotesis didapatkan bahwa komitmen organisasional memiliki kontribusi

yang signifikan terhadap OCB dengan sumbangan sebesar 81,7 %. Kepemimpinan

transformasional memiliki kontribusi yang signifikan terhadap OCB dengan

sumbangan sebesar 76,3 %. Komitmen organisasional dan kepemimpinan

transformasional secara bersama-sama memiliki konstribusi yang signifikan

terhadap OCB dengan besarnya simbangan adalah 88,4 %.

2. Komitmen karyawan terhadap organisasi rata-rata adalah tinggi. rata-rata karyawan

berada pada tingkat sedang menuju ke tinggi. Hal ini didapat dari hasil nilai rata-rata

komitmen organisasional (ME komitmen organisasi) sebesar 135,16 dengan batas

bawah 49,5 dan batas atas 104,5.

13

3. Berdasarkan gaya kepemimpinan trasformasional ternyata gaya kepemimpinan yang

selama ini diterapkan lebih banyak yang bersifat delegatif. Walaupun hasil ini tidak

mutlak, karena hampir 26,62 % dari responden menjawab gaya kepemimpinan

transformasional idealized influence or charisma memiliki skor tertinggi diantara

gaya kepemimpinan transformasional lainnya, ini berarti gaya kepemimpinan

transformasional ini lebih berperan pada perusahaan tersebut. Idealized influence or

charisma dinilai telah sesuai dengan tingkat pendidikan mayoritas karyawan, yaitu

perguruan tinggi (S1).

4. Organizational Citizenship Behavior rata-rata karyawan berada pada tingkat sedang

menuju ke tinggi. Hal ini didapat dari hasil nilai rata-rata OCB (ME OCB) sebesar

100,84 dengan batas bawah 56,3 dan batas atas 118,7.

Selain itu, di tinjau dari tingkat pendidikan dijelaskan bahwa tingkat pendidikan

dengan jenjang S1 lebih berperan terhadap OCB. Ditinjau dari rentang usia menjelaskan

bahwa rentang usia 26 – 40 tahun lebih berperan terhadap OCB.

Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat diajukan saran-

saran sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan, diharapkan dapat meningkatkan OCB di dalam perusahaan, karena

OCB yang ada dalam perusahaan tersebut dalam tahap sedang. Perlunya

peningkatan kerjasama antar bagian sehingga lebih diutamakan kerja kelompok

(tim) daripada kerja individu. Dengan kerja tim yang solid, maka akan terjadi

peningkatan perilaku dari segi komitmen OCB.

2. Pemberian dukungan penuh pada setiap individu akan melahirkan kepercayaan,

memperbaiki nilai-nilai kepribadian dan pada akhirnya akan meningkatkan kinerja

bawahan. Sinergi yang harmonis antara atasan dan bawahan akan memunculkan

loyalitas dan kepekaan terhadap semua permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.

Proses peningkatan komitmen dapat dilakukan melalui pemberian dorongan dan

motivasi terhadap bawahan agar memandang komitmen tidak lagi sebagai suatu

kewajaran, tetapi muncul karena keinginan dan akhirnya tumbuh menjadi perilaku

keseharian.

14

3. Dilihat dari usia karyawan, maka sebagian karyawan sudah mempunyai masa kerja

yang lama (senior), sehingga pengalamannya telah mencukupi untuk dilibatkan

dalam setiap pengambilan keputusan. Tetapi untuk karyawan yang dengan tingkat

pendidikan yaitu SLTA, perlu ditingkatkan dalam hal ketrampilan dan

pengembangan pribadi melalui berbagai bentuk pelatihan dan pengembangan.

Bagi peneliti lain yang ingin meneliti di materi yang sama, diharapkan agar

dapat mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempertimbangkan

tingkat OCB para karyawan, seperti kepuasan kerja, persepsi keadilan, dan faktor-faktor

lain.

Hasil penelitian ini juga dapat diaplikasikan bagi perusahaan yang lain.

Kepemimpinan transformasional dan Komitmen karyawan merupakan faktor yang

sangat berpengaruh terhadap OCB dan kinerja perusahaan. Oleh karena itu ketiga

variable diatas harus mendapatkan perhatian khusus dari divisi sumber daya manusia.

Bagi peneliti lain yang ingin meneliti di materi yang sama, diharapkan agar

dapat mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempertimbangkan

tingkat OCB para karyawan, seperti kepuasan kerja, persepsi keadilan, dan faktor-faktor

lain

DAFTAR PUSTAKA

Alhusin, Syahri. (2003). Aplikasi Statistik Praktis Dengan SPSS 10 For Windows.Edisi Revisi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Azwar, Saifuddin. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. Edisi 1. Yogyakarta: PustakaBelajar.

Azwar, Saifuddin. (1993). “Kelompok Subjek Ini Memiliki Harga Diri yang Rendah”,Kok Tahu?. Buletin Psikologi. Fakultas Psikologi UGM

Chemers, M.,M. (1994). Leadership : Encyclopedia of Human Behavior. California :Academic Press.

De Janasz, Suzanne C., Dowd, Karen O., & Schneider, Beth Z. (2002). InterpersonalSkills in Organizations. New York: McGraw-Hill.

George, J., & Jones R. (2002). Organizational Behavior. 3rd Edition. New Jersey:Prentice Hall.

Handoko, H., T. (1987). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2.Yogyakarta: BPFE.

Hannam, R., & Jimmieson, N. (2003). The Relationship Between Extra-Role and JobBurnout for Primary School Teachers: A Preliminary Model and Developmentof An Organizational Citizenship Behaviour Scale.http://www.aare.edu.au/02pap/han02173 .htm

15

Heidjrachman & Husnan, S. (1994). Manajemen Personalia. Edisi 4. Yogyakarta:BPFE

Istijanto. (2005). Riset Sumber Daya Manusia : Cara Praktis Mendeteksi Dimensi -dimensi Kerja Karyawan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Larsen, Randy J., & Buss, David M. (2002). Personality Psychology : Domain ofKnowledge About Human Nature. 1st Edition. New York: McGraw - Hill.

Munandar, A., S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UniversitasIndonesia Press.

Organ, D.W.(1994). Personality and Organizational Citizenship Behavior. Journal ofManagement.

Penner, L., A., Midili, A., R., Kegelmeyer Jill. (1997). Beyond Job Attitudes : APersonality and Social Psychology Perspective on the Causes of OrganizationalCitizenship Behavior. Human Behavior Journal, 111-131.

Podsakoff, P.M., MacKenzie, S.B., Paine, J. B.., & Bacharach, D. G. (2000).Organizational Citizenship Behaviors: A Critical Review of the Theoritical andEmpirical Literature and Suggestions for Future Research. Journal OfManagement 26, 513-563

Robbins, Stephen P. (1996). Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jilid1. Alih bahasa, Hadyana Pujaatmaka. Jakarta: Prenhallindo.

Robbins, S.P. (1989), Training Interpersonal Skill : Tips for Managing People at Work,USA : Prentice Hall International

Santosa, P., B., & Ashari. (2005). Analisis Statistik Dengan Microsoft Excel & SPSS.Edisi I. Yogyakarta: Andi.

Santoso, S. (2000), “Buku Latihan SPSS : Statistik Parametrix”. Jakarta : Elex MediaKomputindo

Schnake, Mel E., & Dumler, Michael (2003). Levels of Measurement and AnalysisIssues in Organizational Citizenship Behaviour Research. Journal ofOccupational and Organizational Psychology.

Somech, Anit & Drach-Zahavy, A. (2004). Organizational Citizenship Behaviour froman Organizational Perspective : The Relationship Between OrganizationalLearning and Organizational Citizenship Behaviour. Journal of Occupationaland Organizational Psychology, 281 -298.

Srivastava, S. (2006). Measuring the Big Five Personality Factors. Retrieved [today'sdate] from http://uoregon.edu/~sanjay/bigfive.html.

Suhartono (1996), “Analisis dan Rancangan Kerja untuk Meningkatkan Daya SaingPerusahaan”, Kajian Bisnis, September 1996, Yogyakarta: STIE WidyaWiwaha

Sumampouw, (1997), “Investasi Sumber Daya Manusia dan PerkembanganPerusahaan/Organisasi”, Usahawan, No. 07 Tahun XXVI Juli 1997.

Williams, Steve, Pitre, Richard, & Zainuba, Mohamed. (2002). Justice andOrganizational Behavior Intentions : Fair Rewards versus Fair Treatment.Journal of Social Psychology, 33-44

Zellars, Kelly L., Tepper, Bennet J., & Duffy, Michelle K. (2002). Abusive Supervisionand Subordinates’ Organizational Citizenship Behavior. Journal of AppliedPsychology, 1068- 1076.