kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif...

93
KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh: ABDUL KARIM MUNTHE NIM : 1611048000023 K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1435 H/2014 M

Upload: others

Post on 16-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF HUKUM

PERLINDUNGAN KONSUMEN

Oleh:

ABDUL KARIM MUNTHE

NIM : 1611048000023

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

P R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435 H/2014 M

Page 2: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

i

KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF HUKUM

PERLINDUNGAN KONSUMEN

SkripsiDiajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk MemenuhiSalah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

ABDUL KARIM MUNTHENIM : 1611048000023

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I SP R O G R A M S T U D I I L M U H U K U M

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUMUNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAHJ A K A R T A

1435 H/2014 M

Page 3: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif
Page 4: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif
Page 5: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif
Page 6: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

v

ABSTRAKABDUL KARIM MUNTHE, NIM: 1611048000023, KONTRAK BAKU

PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF HUKUMPERLINDUNGAN KONSUMEN. Konsentrasi Hukum Bisnis, Program Studi IlmuHukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahJakarta, 1435 H/2014 M. xi +81.

Perkembagan asuransi syariah tidak dapat dielakkan seiring denganperkembagan masyarakat itu sendiri. Usaha asuransi syariah yang berlandaskan padagood faith dari peserta dan perusahaan. Sebab, yang diusahakan adalah jasa. Dasardari itu semua adalah kontrak yang telah dibakukan oleh perusahaan. Oleh karena ituperlu diteliti apakah kontrak yang dibuat perusahaan telah sesuai denganperlindungan konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan polisbaku yang dikelaurkan oleh perusahaan asuransi syariah telah sesuai dengan prinsipperlindungan konsumen.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatanyuridis normatif dengan spesifikasi penelitian yaitu dpreskriptif analitis. Teknikpengumpulan data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari peraturanperundang-undangan data sekunder berupa buku-buku, kitab-kitab, dan karya tulisilmiah. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Polis yang dikeluarkanoleh perusahaan asuransi syariah masih ditemukan pencantuman klausula pengalihantanggung jawab atau kewajiban perusahaan kepada konsumen, penenolakanpengembalian uang, memberi kuasa untuk melakukan tindakan sepihak, pemberiankewenangan untuk mengurangi kegunaan produk atau layanan, menyatakan tundukpada peraturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau perubahan yang dibuat secarasepihak, pencantuman klausula yang sulit dipahami, dan penafsiran force majeureyang sangat luas, yang dilarang oleh perundang-undangan. (2) Menurut hukum Islampencantuman kontrak baku tidak dilarang sebagaimana halnya juga dalam peraturanperundang-undangan tidak melarang menggunakan kontrak baku. menurut peraturanperundang-undangan kontrak baku dapat digunakan selama tidak melanggar UUPKpasal 18 dan juga POJK-PKSJK pasal 22. Dalam persfektif hukum Islam kontrakbaku harus mencantumkan hal-hal yang telah difatwakan oleh DSN-MUI dan PMKNomor 18/PMK.010/2010. Serta menjunjung tinggi asas kesetaraan dan keadilan. (3)dalam sebuah kontrak baku harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana halnyaperjanjian pada umumnya harus memenuhi ketentuan pasal 1320 KUH Perdataditambah dengan ketentuan UUPK dan POJK-PKSJK.

Kata kunci : Asuransi Syariah, Kontrak Baku, Perlindungan Konsumen.

Pembimbing : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH.Daftar Pustaka : Tahun 1965 s.d Tahun 2012.

Page 7: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

vi

KATA PENGANTAR

بسم االله الرحمن الرحيمPuji syukur kepada Allah Tuhan Seru Sekalian Alam. Tidak ada kata yang

pantas kecuali pujian yang terus dilafalkan oleh lisan dan tidak ada perbuatan baik

dan perbuatan ketaatan kecuali tertuju hanya kepada-Nya. Hanya Dia lah yang pantas

dipuji dan hanya Dia lah yang pantas disembah, kepada-Nya pula hamba memohon

pertolongan, sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Sholawat serta salam kepada “legislator” yang tidak ada tandingannya,

membuat hukum dengan kemaslahatan yang mengelilinginya, menegakkan hukum

dengan penuh kebersihan akal dan jiwa sehingga setiap keputusan sesuai tidak ada

yang menentangnya. Semoga sholawat dan salam menolong hamba pada saat

penghakiman di akhirat kelak, serta memberikan atsar semangat dan keteguhan

dalam perjuangan penulis dalam menegakkan hukum di kehidupan sehari-hari hamba.

Penulisan skripsi ini bukanlah akhir dari studi dari penulis lakukan mudah-

mudahan penulis akan terus melanjutkan ketingkat yang lebih tinggi lagi. Itu semua

penulis persembahkan kepada Ibunda tercinta (Alm.) Lamsariah Sipahutar, moga

Allah swt, memberikan kasih sayangnya serta melapangkan kubur mu dan

menjauhkan dari siksa nereka. Kepada Ayahanda dan Ibunda moga Allah swt,

memelihara serta memberikan nikmat terbaikNya. Kepada kakak-kakak, abang dan

adik penulis tercinta mudah-mudahan Allah swt, melancarkan semua urusan kita.

Amiin.

Tidak lupa, penulis juga menyampaikan terimakasih kepada orang-orang yang

turut mempengaruhi hamba dalam mendewasakan penulis, yang terhormat:

1. Dr. H. JM. Muslimin, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharli, MA., Ketua Program Doeble Degree. Bapak

Isma’il Hasani, SH., MH. Sekretaris Program Doeble Degree;

Page 8: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

vii

3. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH. Sebagai pembimbing skripsi,

terimakasih tak terhingga atas masukan dan dukungannya dalam penulisan

skripsi ini.

4. Dr. Al Fitra, SH., M.Hum dan H. M. Yasir, SH., MH. Sebagai penguji

pertama dan kedua. Mudah-mudahan segala masukan dan nasihatnya

dapat memberi dampak positif pada penulis.

5. Prof. Dr. KH. Ali Musthafa Ya’qub, MA., Pengasuh Pondok Pesantren

International Institute For Hadith Sciences Darus-Sunnah yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu dalam

konsentrasi Ilmu Hadis;

6. Keluarga besar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta beserta segenap Dosen, Karyawan, dan seluruh staf yang telah

banyak membantu dan memberikan fasilitas bagi penulis selama studi di

“Kampus Hijau” ini;

7. Pustakawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Pustakawan Fakultas Syariah dan Hukum, dan Universitas Indonesia,

yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam menyediakan

referensi dalam penulisan skripsi ini;

8. Kawan-kawan seperjuangan di konsentrasi Pengadilan Agama dan

Administrasi Keperdataan Islam, kawan-kawan Double Degree dan Ilmu

Hukum angkatan 2009, mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah

penulis perbuat kepada kalian;

9. Seluruh pengurus BEM Fakultas Syariah dan Hukum periode 2012-2013,

mohon maaf jikalau selama sebagai wakil Presiden tidak bisa memuaskan

kawan-kawan semua;

10. Keluarga besar HMI Cab. Ciputat, LKBHMI Ciputat, FKADU Jakarta,

HIMLAB Jakarta Raya, KMSU Jakarta, ISDAR, LSO Rasionalika, yang

telah memberikan ilmu dalam diskusi-diskusi dan kematangan dalam

berorganisasi;

Page 9: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

viii

11. Keluarga besar AntaBena, mudah-mudahan angkatan ini terus

mengembangkan sayap silaturahminya dan terus semangat untuk menebar

Hadis-hadis yang tak lagi membumi;

12. Teman-teman seperjuangan Siti Ramadhani, Irpan, Zullisan Shidqi yang

bersama-sama penulis berjuang dalam melanjutkan studi di perguruan

tinggi di ibu kota ini.

13. Teman-teman kos “white house” Zuki, Zullisan, Azhar, Azmi, Idham,

Eka, Azhar, Azmi dan spesial kepada Ibu Kos yang terus memotivasi

untuk tetap semangat dalam menyelesaikan studi penulis;

Akhirnya penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak

dapat penulis tuliskan, semoga doa dan harapan kita semua dikabulkan-Nya, Amiin.

Jakarta, 06 Mei 2014

Penulis

Abdul Karim Munthe

Page 10: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i

PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………….. ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ……………………………………….. iii

LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………………. iv

ABSTRAK ………………………………………………………………………. v

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. vi

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. ix

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………... 1

B. Identifikasi Masalah …………………………………………. 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ………………………... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………. 7

E. Kajian Terdahulu ……………………………………………... 8

F. Metode Penelitian ……………………………………………. 11

G. Sistematika Penulisan ………………………………………… 14

BAB II ASURANSI SYARIAH DALAM SISTEM

HUKUM INDONESIA ………………………………………….. 16

A. Landasan Hukum Asuransi Syariah ………………………….. 16

B. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah ………………………………19

C. Akad-akad Asuransi Syariah ………………………………… 23

Page 11: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

x

D. Produk Asuransi Syariah …………………………………….. 31

BAB III ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KONTRAK

BAKU ASURANSI SYARIAH ……………………………….. 34

A. Kontrak Baku ………………………………………………. 34

1. Pengertian Kontrak Baku ……………………………….. 34

2. Dasar Hukum Kontrak Baku ……………………………. 35

3. Keabsahan Kontrak Baku ……………………………….. 37

4. Prinsip-prinsip Kontrak Baku …………………………… 39

5. Pencantuman Klausul Eksemsi ………………………….. 41

6. Force Majeure …………………………………………… 42

B. Perlindungan Konsumen …………………………………… 45

1. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen …………………. 45

2. Asas-asas Perlindungan Konsumen ……………………… 46

3. Hak dan Kewajiban Konsumen ………………………….. 50

4. Perlindungan Konsumen dalam Kontrak Baku ………….. 52

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KONTRAK BAKU

ASURANSI SYARIAH …………………………………………. 54

A. Analisis Isi Kontrak Baku Menurut Prinsip Syariah ………… 54

B. Analisis Isi Kontrak Baku Persfektif Perlindungan Konsumen .65

BAB V PENUTUP ……………………………………………………….. 76

A. Kesimpulan …………………………………………………. 76

Page 12: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

xi

B. Saran-saran …………………………………………………. 77

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 78

Page 13: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin pesatnya perkembangan ekonomi, teknologi, dan pengetahuan

modern menggiring masyarakat agraris ke arah masyarakat modern1 yang selalu

diiringi dengan tingkat kewaspadaan yang terus meningkat dalam segala bidang,

bisnis, sosial, politik atau dalam interaksi lainnya. Dalam hal berbisnis, setiap

orang pribadi atau badan hukum tidak ingin menanggung resiko berat apalagi

resiko tersebut sampai pada kondisi yang dapat merugikan atau membebani

kelancaran kehidupannya. Dalam hal ini asuransi adalah salah satu solusi untuk

menghindari kondisi tersebut. Asuransi diharapkan mampu untuk mengurangi

atau memperkecil resiko yang diakibatkan resiko tersebut.2

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi biasanya selalu diiringi dengan

meningkatnya pertumbuhan asuransi. Asuransi sebagai jalan keluar dari kesulitan

yang tidak diduga-duga sering kali menjadi acuan para pelaku usaha atau pada

orang pribadi untuk menjamin kelangsungan hidup seperti kesehatan, property,

pendidikan, jiwa, dan lain-lain, sebab, asuransi ditujukan untuk membantu

menyelesaikan masalah yang tidak dapat diduga.3 Atas tujuan itu pula banyak

1 Mohammad Muslehuddin, Insurance and Islamic Law, 2

nd Edition, (Delhi: Markazi

Maktaba Islami, 1995), h.ix. 2 Abbas Salim, Asuransi dan Menejemen Resiko, Edisi 2. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2007), h.9-11. 3 Muhammad al-Bahî, Nidhâm al-Ta’min fi Hady Ahkâm al-Islâm, wa Dhorûrât al-Mujtama’

al-Mu’âshir, (ttp: Maktabah Wahbah, 1965), h.5.

Page 14: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

2

masyarakat yang ikut serta dalam mengasuransikan dirinya atau yang dia miliki

kepada asuransi baik itu asuransi syariah atau asuransi konvensional.

Asuransi syariah dan asuransi kovensional memiliki perbedaan yang

cukup signifikan. Di antara perbedaan tersebut adalah bahwa asuransi

konvensional dilakukan untuk memindahkan resiko yang akan ditanggung oleh si

tertanggung kepada si penanggung.4 Sedangkan asuransi syariah tidak demikian,

si penanggung hanya sebagai perantara daripada tertanggung. Dalam hal ini yang

menanggung resiko adalah para tertanggung sendiri atau lebih dikenal dengan

konsep ta’âwun (tolong menolong), dengan landasan konsep al-mudhârobah,5

atau dalam bentuk kontrak yang lain.

Walaupun demikian, kedua sistem asuransi di atas tetap terfokus kepada

konsumen atau tertanggung. Konsumen adalah tulang punggung perusahaan

asuransi, berjalan atau tidaknya perusahaan asuransi tergantung pada pelayanan

perusahaan terhadap konsumen mereka. Dalam hal ini menjadi penting

pembahasan konsumen di perusahaan asuransi syariah.

Pelayanan kepada konsumen menjadi promosi paling ampuh untuk

mengembangkan usaha asuransi. Meningkatkan pelayanan kepada konsumen

adalah bentuk dari perlindungan konsumen. Walaupun demikian perusahaan

tetap lebih mengutamakan kepentingan perusahaan dengan terus meningkatkan

keuntungan. Terkadang perusahaan untuk meningkatkan keuntungan tersebut

4 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, (Jakarta: Intermasa, 1994), h.1.

5 Mohd Ma’sum Billah, Kontekstualisasi Takaful dalam Asuransi Modern: Tinjauan Hukum

dan Praktek, Penerjemah, Suparto. (Jakarta: PT. Multazam Mitra Prima, 2010), h.30.

Page 15: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

3

memanfaatkan posisi konsumen untuk melakukan tindakan yang dapat

merugikan konsumen.6

Posisi tawar konsumen yang lemah dimanfaatkan perusahaan untuk

mengambil keuntungan dengan mencederai kepentingan konsumen. Modus ini

dilakukan dengan berbagai cara seperti mengalihkan resiko yang akan

ditanggung perusahaan apabila terjadi suatu kejadian, menolak untuk

mempertanggung jawabkan yang seharusnya dipertanggung jawabkan

sebagaimana yang banyak ditemui pada kartu parkir, menambah aturan tanpa

sepengetahuan konsumen dan beberapa modus lainnya.

Lemahnya daya tawar konsumen dimanfaatkan oleh perusahaan termasuk

asuransi di dalamnya untuk mencantumkan hal-hal yang dapat merugikan

konsumen dalam sebuah kontrak atau polis yang dikenal dengan kontrak baku.

Walaupun demikian nasabah masih tetap menerima kontrak baku yang

ditawarkan oleh perusahaan karena kondisi sosial mereka yang lemah.7

Berbagai masalah pun kemudian bermunculan, banyak gugatan dan

keluhan dari konsumen atas perlakuan perusahaan seperti ini.8 Harusnya dengan

6 Sebagaimana dikatakan oleh Salim HS bahwa dalam membuat kontrak penting untuk

mempersiapkan draft kontrak karena dengan cara ini seseorang telah memeneangkan negosiasi

sebanyak 75 per sen. Kalau kita berpegangan pada pendapat ini jelas bahwa dalam kondisi ini

perusahaan adalah orang yang paling diuntungkan karena dialah yang telah membuat kontrak. Munir

Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Kedua, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

1994), h.5. 7 Salim H.S., Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, cet. Ke-4. (Jakarta:

Sinar Grafika, 2006), h.2. 8 Kasus lain pernah juga seorang Advocat melakukan gugatan kepada maskapai Lion Air

yang telat sampai 3,5 Jam. Lihat http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol17594/lagi-konsumen-

menggugat-keterlambatan-pesawat Akses, Selasa, 24-12-2013, Pukul 10:06 wib. Kasus lainnya antara

Page 16: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

4

adanya perjanjian permasalahan yang dapat merugikan kedua belah pihak dapat

dihindari dan menyelesaikan masalah.9 Di sinilah pentingnya good faith atau

iktikad baik dalam kontrak baku. sebagaimana dikatakan oleh Mariam Darus

dalam acara Dies Natalis fakultas hukum USU bahwa iktikad baik adalah asas

untuk mencari sebuah keadilan.10

Kontrak baku menjadi pilihan utama para pengusaha demi efisiensi dan

efektifitas dalam menjalankan usahanya. Walaupun demikian kontrak baku tetap

menjadi perdebatan kebolehannya. Sluijter mengatakan bahwa perjanjian baku

bukan merupakan perjanjian akan tetapi hanya sebatas undang-undang swasta

(legio particuliere wetgever). Pittlo menggolongkan perjanjian baku sebagai

perjanjian paksa (dwang contract).11

Stein mencoba untuk memberikan solusi atas permasalahan ini dengan

mengatakan bahwa perjanjian baku dapat diterima berdasarkan fiksi adanya

kemauan dan kepercayaan (fictie van wil en vertrouwen). Asser Rutten

mengatakan bahwa setiap orang yang menandatangani perjanjian bertanggung

gugat pada isi dan apa yang ditanda tanginanya. Bahkan Hondius dalam

Sriwiyani v PT. Adira Dinamika Multy Finence, Tbk., yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri

Pekalongan dengan Nomor 42/Pdt.G/2011/PN PKL. 9 Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Peruhaan Asuransi, cet. Ke-2. (Malang: Bayu

Media, 2007), h.132. 10

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52d150ceef12a/profesor-fh-usu-bedah-definisi-

asas-iktikad-baik akses, 13 Januari 2014, pukul 14:18 wib. 11

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2004), h.117.

Page 17: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

5

disertasinya menyatakan perjanjian baku mempunyai kekuatan yang mengikat

berdasarkan kebiasaan (gebruik) yang hidup di bisnis.12

Untuk mengontrol perbuatan perusahaan yang seperti itu. Pemerintah

mengambil sikap dengan disahkannya Undang-undang Nomor 9 tahun 1998

tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UUPK). Pada prinsipnya

kontrak baku tidak dilarang dalam UU ini, akan tetapi sudah dibatasi dengan

mencantumkan beberapa aturan yang dilarang dicantumkan dalam kontrak baku,

sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 18 UUPK.

Tidak sampai di sana, Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut OJK)

sebagai lembaga baru yang salah satu tugasnya adalah pengawasan lembaga

keuangan yang bertujuan untuk meningkatkan perlindungan konsumen juga

mengatur hal yang sama berkaitan dengan kontrak baku. OJK mengeluarkan

peraturan dengan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan (selanjutnya disebut POJK) yang diundangkan pada

tanggal 6 Agustus 2013 yang berlaku bagi seluruh perusahaan keuangan.

Atas dasar pertimbangan di atas penulis tertarik untuk meneliti kontrak

baku yang berlaku di beberapa perusahaan asuransi syariah, dengan judul

“Kontrak Baku Pada Asuransi Syariah Dalam Persfektif Hukum

Perlindungan Konsumen”.

12

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h.117.

Page 18: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

6

B. Indentifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan perlindungan konsumen?

2. Apa yang harus dilakukan konsumen ketika haknya tidak dilindungi?

3. Bagaimana pandangan hukum Islam dan peraturan perundang-undangan

terhadap kontrak baku Asuransi Syariah?

4. Apakah polis yang di atur oleh perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia

telah sesuai dengan peraturan perlindungan konsumen?

5. Bagaimana peran negara dalam melindungi konsumen?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dibahas pada

penelitian ini maka penulis membatasi masalah yang diteliti hanya terfokus

pada kontrak baku yang terdapat pada perusahaan asuransi syariah dalam

tinjauan, Fatwa Dewan Syariah Nasional (selanjutnya disebut DSN), UUPK

dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan

konsumen.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas penulis

merumuskan masalah yang akan diteliti. Bahwa, masih banyak perusahaan

asuransi syariah yang menerapkan polis yang bertentangan dengan ketentuan

Page 19: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

7

UUPK. Untuk mempermudah menjawab rumusan masalah tersebut, penulis

merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pandangan hukum Islam dan peraturan perundang-undangan

terhadap kontrak baku asuransi syariah?

b. Apakah kontrak baku yang dibuat oleh perusahaan asuransi syariah di

Indonesia telah sesuai dengan peraturan pelindungan konsumen?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk menjawab beberapa permasalahan di atas yaitu:

a. Mengetahui pandangan hukum Islam dan peraturan perundang-undangan

terhadap penerapan kontrak baku asuransi syariah.

b. Mengetahui kontrak baku yang dibuat oleh perusahaan asuransi syariah

telah sesuai peraturan perundang-undangan perlindungan konsumen.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menemukan keadaan polis yang

berlaku dibeberapa perusahaan asuransi syariah. Sehingga dapat menjadi

acuan bagi perusahaan asuransi syariah untuk membentuk kontrak baku yang

sesuai dengan hukum Islam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

serta memenuhi hak-hak setiap konsumen.

Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dan masukan bagi penegak hukum, pemerintah, dan legislatif

Page 20: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

8

agar lebih ketat dalam mengawasi produk dan kontrak yang ditawarkan

kepada konsumen asuransi syariah.

Kepada masyarakat umum penelitian ini diharapkan mampu

memberikan penjelasan yang cukup untuk mengetahui hak-hak dan menilai

kontrak asuransi yang akan dipilih terkait kedudukannya sebagai konsumen

asuransi syariah.

Manfaat terakhir yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah

meningkatnya kinerja Lembaga Pengawas Syariah (selanjutnya disebut LPS)

dalam mengawasi produk yang dikeluarkan asuransi syariah, tidak hanya pada

aspek kesyariahaanya tapi juga aspek perlindungan konsumen dalam

persfektif hukum Islam dan UUPK.

E. Kajian Terdahulu

Perkembangan kajian perlindungan konsumen di lembagan keuangan

syariah telah banyak dilakukan penelitia baik dalam bentuk penelitian sampai

pada penelitian skripsi, tesis maupun disertasi. Berikut penelitian yang pernah

dilakukan di beberapa universitas yang penulis temukan.

Irjayanti Mardin skripsi S 1 dengan judul Analisis Perbandingan

Perlindungan Debitur Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bank

Konvensional X dan Akad Pembiayaan al-Mudharabah (KPR Syariah) Bank

Syariah Y. yang ditulis pada tahun 2011 di Universitas Indonesia. Penelitian yang

berdasarkan perbandingan yang mendasarkan pada pokok permasalahan

perbedaan, kelebihan dan kekurangan perlindungan debitur KPR pada Bank

Page 21: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

9

Syariah dan Bank Konvensional. Penelitian yang menggunakan metode yuridis-

normatif dan didukung dengan data wawancara menghasilkan kesimpulan bahwa

perbedaan adalah sistem bunga dan keuntungan, sedangkan untuk akad KPR di

Bank Syariah maupun Bank Konvensional sama-sama menggunakan akad baku,

yang tentunya lebih memberatkan posisi debitur. Gista Lastersia dengan judul

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Dalam Transaksi Derivatif yang

ditulis pada tahun 2009 di Universitas Indonesia.

Melli Meilany Skripsi S 1 dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap

Nasabah Bank Ditinjau Dari Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen, yang ditulis pada tahun 2008 di Universitas Sumatera

Utara. Skripsi ini menggunaka penelitian lapangan mengambil sample PT. Bank

Sumut Syariah yang dipadu dengan studi kepustakaan. Destri Budi Nugraheni

dengan judul Penerapan Perlindugan Nasabah Produk Pembiyaan KPR BTN

Syariah Cabang Yogyakarta, tesis S 2 yang ditulis pada tahun 2007 di UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta menggunkan metode kualitatif dengan penyajian

deskriftif interpretatif terhadap produk pembiyaan KPR BTN Syariah dengan

responden adalah nasabah pembiayaan KPR BTN Syariah dan staf Financing

Officer. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa tidak semua hak-hak nasabah

belum semuanya diterapkan sesuai dengan UUPK, PBI dan Hukum Ekonomi

Islam.

Ivan Faiz Billah, skripsi S 1 dengan judul, Aspek hukum perlindungan

konsumen dalam dunia perbankan Syariah di Indonesia: tinjauan atas

Page 22: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

10

perlindungan nasabah Bank Syariah terhadap produk dan jasa Bnak Syariah,

yang ditulis pada tahun 2007 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Andi Syafrani,

skripsi dengan judul, Perlindungan konsumen dalam perspektif hukum Islam:

Tinjauan Terhadap Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, yang ditulis pada tahun 2002 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ahmad Daenuri, skripsi S 1 dengan judul, Perlindungan Konsumen Pada

Transaksi Internet Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Yuridis Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yang ditulis pada

tahun 2009 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ridwan, skripsi S 1 dengan

judul, Perlindungan Konsumen Perspektif Hukum Islam: Analisa Terhadap

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, yang ditulis pada tahun 2010 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Abdul Hafid Nur, Skripsi S 1 dengan judul, Aplikasi

kontrak musyarakah Bank Syariah X ditinjau dari UU No. 8 Tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen, yang ditulis pada tahun 2010 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Hafid Nur Abdul, skripsi dengan judul,

Aplikasikontrakmusyarakah Bank Syariah X ditinjaudari UU No.8 Tahun 1999

tentangperlindungankonsumen, yang ditulis pada tahun 2010. Dalam

penelitiannya ternyata masih mencantumkan hal-hal yang dilarang oleh pasal 18

UUPK dalam kontrak baku bahkan ada juga yang tidak sesuai dengan fatwa yang

dikeluarkan oleh DSN.

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan, terhadap kontrak baku

masih hanya seputar pada produk di perbankan syariah. Sedangkan untuk

Page 23: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

11

lembaga keuangan asuransi syariah belum ada penelitian yang menganalisis

perlindungan konsumen dalam kontrak baku yang dikeluarkan oleh perusahaan

asuransi syariah.

F. Metode Penelitian

Untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah yang telah penulis

kemukakan di atas diperlukan metode penelitian sehingga jawaban dari setiap

rumusan di atas dapat dipertanggungjawabkan dan bernilai akademis. Sehingga

dapat diterapkan oleh semua kalangan.

1. Jenis penelitian

Penerapan kontrak baku asuransi syariah dikaitkan dengan

perlindungan konsumen adalah isu utama yang diteliti dalam skripsi ini.

Dengan demikian penelitian yang cocok untuk tema ini adalah penelitian

hukum yang bersifat normatif (dogmatic).13

Suatu penelitian yang

menganalisis hukum posistif maupun asas-asas hukum, dengan melakukan

penjelasan secara sistematis ketentuan-ketentuan hukum dalam sebuah

kategori hukum tertentu, menganilisis hubungan antara ketentuan hukum,

menjelaskan dan memprediksi pengembangan kedepan.

2. Pendekatan masalah

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konsep,

perundang-undangan (statute approach) dan pendekatan kasus. Pendekatan

13

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. Ke-3. (Jakarta: UI Press, 1986),

h.51.

Page 24: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

12

konsep dilakukan untuk melihat kesesuaian konsep dengan aplikasi yang

berlaku di asuransi syariah. Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk

menyingkap konsep kontrak dalam sistem hukum di Indonesia. untuk tujuan

tersebut akan dikaji beberapa peraturan perundang-undangan terkait.

Sedangkan untuk pendekatan kasus dilakukan untuk melihat pelanggaran

klausula kontrak dengan konsep atau teori dan perundang-undangan di

lembaga asuransi syariah.

3. Bahan hukum

Sesuai dengan sifat penelitian hukum normatif, bahan hukum yang

digunakan adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Selain itu

dimungkinkan juga untuk mendukung bahan hukum primer dan sekunder

bahan non hukum.

Bahan hukum primer berupan peraturan perundang-undangan yang

terkait dengan perlindungan konsumen di Indonesia, yaitu Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-undang

Nomor 2 Tahun 1999 tentang Usaha Perasuransian, dan Peraturan Otoritas

Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan, PMK No. 18/PMK.010/2010 tentang Penerapan

Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi

Dengan Prinsip Syariah.

Bahan hukum sekunder meliputi bahan yang mendukung bahan

hukum primer seperti buku-buku hukum, jurnal, hasil penelitian, makalah,

Page 25: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

13

dan karya ilmiah lainnya, serta dokumen-dokumen kontrak di lembaga

asuransi syariah yang menjadi objek penelitian.

4. Analisis data

Data atau informasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan disajikan

secara kualitatif dengan pendekatan deskriptif-analitif dan perskriptif-analitis.

Analisa data dilakukan secara menyeluruh dan merupakan satu kesatuan,

metode yang demikian ditempuh mengingat penelitian ini tidak

mementingkan kuantitas datanya, akan tetapi lebih mementingkan pada

kesesuaian prosedur dan isinya dengan teori, fatwa DSN dan peraturan

perundang-undangan.

Teknik analisis dimulai dengan menghimpun bahan-bahan hukum

primer dan sekunder yang berkaitan dengan perlindungan konsumen dan

asuransi syariah. Bahan hukum tersebut diperoleh melalui studi kepustakaan,

buku-buku (treatises) hukum, artikel, jurnal hukum, internet, hasil seminar

dan lain-lain.

Terhadap bahan hukum primer dipelajari dan diidentifikasi kaidah-

kaidah atau asas-asas hukum yang telah dirumuskan dalam peraturan

perundang-undangan. Langkah-langkah tersebut oleh Terry Hutchinson diberi

singkatan “IRAC” yaitu memilih masalah (issues), menentukan peraturan

hukum yang relevan (rule of law), menganalisis fakta-fakta dari segi hukum

(analyzing the facts), akhirnya menghasilkan sebuah kesimpulan (conclusion).

5. Metode dan Teknik Penulisan

Page 26: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

14

Adapun teknik penulisan dalam penelitian ini menggunakan pedoman

penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyusunnya dalam lima bab yaitu:

Bab pertama yang berisi pendahuluan yang menjabarkan latar belakang

permasalahan penulisan skripsi ini yang kemudian dirumuskan menjadi sebuah

rumusan penelitian yang layak dengan menjelaskan metode penelitian dan

terakhir dijabarkan sistematika penulisan.

Bab kedua mebahas asuransi syariah dalam sistem hukum Indonesia,

dengan sub pembahasan yaitu: landasan hukum asuransi syariah, prinsip-prinsip

asuransi syariah, Akad-akad Asuransi Syariah, Produk Asuransi Syariah.

Bab ketiga membahas tentang aspek perlindungan konsumen dalam

kontrak baku asuransi syariah. Pembahasan ini mencakup dua tema. Pertama,

kontrak baku dengan cakupan pembahasan, pengertian kontrak baku, dasar

hukum kontrak baku, keabsahan kontrak baku, prinsip-prinsip kontrak baku,

pencantuman klausul eksemsi, force majeure. Kedua, perlindungan konsumen

mencakup, dasar hukum Perlindungan Konsumen, Asas-asas Perlindungan

Konsumen, Hak dan Kewajiban Konsumen, Perlindungan Konsumen dalam

Kontrak Baku.

Page 27: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

15

Bab keempat membahas analisis kontrak baku yang terdapat asuransi

syariah dalam pandangan fatwa DSN dan terutama dalam prespektif

perlindungan konsumen.

Bab kelima sebagai penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran dari

hasil penelitian yang bisa diterapkan dan menjadi pegangan bagi konsumen

asuransi syariah.

Page 28: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

16

BAB II

ASURANSI SYARIAH DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA

A. Landasan Hukum Asuransi Syariah

Asuransi syariah muncul seiring dengan usaha syariah lainnya seperti

perbankan syariah. Pada dasarnya munculnya asuransi syariah ditujukan atas

kegelisahan usaha asuransi konvensional yang penuh dengan ketidakadilan,

karena dipenuhi dengan unsur gharar, riba, maisir, atau zalim.

Dalam literatur hukum Islam, asuransi dapat diartikan dalam dua istilah

yaitu dhaman dan al-kafâlah1 ada juga yang menggunakan istilah ta’mîn.

2

Sedangkan di Indonesia atas rekomendasi Majlis Ulama Indonesia (selanjutnya

disebut MUI) pada tahun 2001 sebaiknya istilah yang digunakan adalah Asuransi

Syariah.3 Pada dasarnya ketiga istilah di atas tidak terdapat perbedaan yang

memberikan dampak pada pemahaman. Perbedaannya terletak pada kebiasaan

orang Arab dalam memadankan kata tersebut.

Undang-undang Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian

(selanjutnya disebut UU Asuransi) pasal 1 menjelaskan, Asuransi atau

pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak

penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi

asuransi, untuk memberikan penggantian tertanggung karena kerugian,

1 Ali al-Khafîf, al-Dhomân fi al-Fiqh al-Islâmî, (Qâhirah: Dar al-Fikr al-„Arabî, 2000), h.8.

2 Musthafa Dib al-Bugha, Buku Pintar Transaksi Syariah (Menjalin Kerja Sama Bisnis dan

Menyelesaikan Sengketanya Berdasarkan Panduan Islam), Penerjemah, Fakhri Ghafur. (Jakarta: Al-

hikmah, 2010), h.83. 3 Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah Dalam Persfektif Kewenangan Peradilan Agama,

(Jakarta: Kencana, 2012), h.240.

Page 29: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

17

kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab

hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang

timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu

pembayaran yang dadasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang

dipertanggungkan.

Lembaga asuransi syariah sebagai wadah tanggung menanggung antar

sesama anggota asuransi belum memiliki undang-undang khusus sebagaimana

perbankan syariah. Akan tetapi bukan berarti usaha asuransi syariah illegal.

Asuransi syariah berjalan sesuai dengan peraturan asuransi pada umumnya yang

berlaku di Indonesia selama belum diatur lebih lanjut.4

Asuransi syariah di atur di berbagai aturan yang dikeluarkan oleh

pemerintah terkait, seperti:

1. Undang-undang Nomor 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian.

2. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD).

3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2008 Tentang Perubahan.

Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 Tentang

Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 Tentang

Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi Dan Usaha

Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.

4 Gemala Dewi, dkk., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, cet. Ke-3. (Jakarta: Kencana,

2007), h.165.

Page 30: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

18

5. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 tentang Perubahan

Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 Tentang

Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.010/2012 tentang Tata

Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2012 tentang

Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi

8. KMK 422/KMK.06/2003 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan

Asuransi dan Reasuransi

Selain itu aspek hukum Islam juga mendukung akan adanya usaha

asuransi yang bersifat sosial dalam Quran, Hadis dan Fatwa Ulama dalam

hal ini diwakili oleh DSN-MUI yang diberi otoritas oleh negara dalam

mengeluarkan fatwa tentang kesyariahan usaha asuransi syariah. Berikut

ayat yang memberikan legitimasi usaha asuransi syariah.

اووابا .1 ااووال ن ل ا تو و او ن وا و و اوالب ل ب ااووالت ل و ااو و (2:ا5/وامآئ ة)ااو تو و او ن وا و و اوال ب رArtinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran.”

ا و ب ا ن وو ىا و اوا .2 اوابا و اوانا و و ل بااووو وا:ا و ل ا وون ان والمنؤل ب نااب لمنؤل ب با»:ا و اوايوشن ا تو لضن نا تو لض 5«كو ال تننتل و اب

Artinya: “Dari Abi Musa berkata: bersabda Rasulullah saw, “Orang

mukmin dengan mukmin lainnya laksana bangunan, satu bagian

menguatkan bagian lainnya.”

5 Muslim, Shohih Muslim, (Berut: Dâr Ihyâ‟ al-Turâts al-„Arabi, t.t), Juz 4, h.1999, Nomor

Hadis 2585.

Page 31: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

19

3. Fatwa DSN-MUI NO: 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman

Umum Asuransi Syari‟ah.

B. Prinsip-prinsip asuransi syariah

Prinsip sebagai kebenaran yang menjadi pokok berfikir dan bertindak6

pada umumnya perusahaan asuransi berprinsip sama. Banyak pakar yang

menjelaskan tentang prinsip-prinsip asuransi. Gemala Dewi mengatakan bahwa

ada tiga prinsip utama asuransi syariah yaitu: 1. Saling bertanggung jawab; 2.

Saling bekerja sama atau saling membantu; 3. Saling melindungi penderitaan

satu sama lainnya.7

Muhammad Syakir Sula8 menjelaskan ada sebelas (11) prinsip asuransi

syariah yaitu:

1. Prinsip berserah diri dan ikhtiar.

Sebagai makhluk Allah swt yang beragama Islam berserah diri adalah

makna dari Islam itu sendiri. Segala tindakan dan keputusan harus diserahkan

kepada keputusan dan ketetapan Allah swt akan tetapi tidak berarti harus

berserah apa adanya tanpa ada usaha yang mengiringi. Ikhtiar dan tawakkal

adalah dua hal yang harus beriringan tidak dapat berjalan sendiri-sendiri.

2. Prinsip tolong-menolong.

6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Cet. Ke-4.

(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 7 Lihat bukunya, Gemala Dewi, dkk., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, h.167. Hal yang

sama juga dijelaskan oleh Abdul Manan, lihat Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, h.264-268. 8 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (life and general): Konsep dan Sistem

Operasional, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h.228-249.

Page 32: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

20

Ada banyak nas Quran dan Hadis yang menganjurkan untuk

meningkatkan hubungan sesama masyarakat, salah satu bentuk untuk

meningkatkan hubungan tersebut adalah dengan tolong menolong atau dalam

bahasa Arab ta’awun dalam setiap kesulitan yang dihadapi.

Prinsip ini menjadi dasar seluruh asuransi dalam hal life insurance dan

general insurance. Prinsip tolong menolong adalah fondasi dasar dalam

menegakkan asuransi syariah, sekaligus juga yang menjadi dasar kebolehan

asuransi syariah.

3. Prinsip saling bertanggung jawab.

Prinsip saling bertanggung jawab antara satu sama lain tidak bisa

dipisahkan dari asuransi syariah. Sebab, hal ini lah yang membedakan

asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Asuransi konvensional dengan

trasnfer of sharing, sedangkan asuransi syariah berlandaskan share of

sharing.9

Asuransi konvensional yang bertanggung jawab adalah perusahaan,

sedangkan dalam asuransi syariah seluruh pihak, perusahaan dan sesama

anggota asuransi harus bertanggung jawab sesuai dengan kedudukan mereka

masing-masing.

4. Prinsip saling kerjasama dan bantu-membantu.

9 Agus Edi Sumanto, dkk., Solusi Berasuransi Lebih Indah Dengan Syariah, (Bandung: PT.

Salamadina Pustaka Semesta, 2009), h.8.

Page 33: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

21

Agama Islam mengajarkan kerjasama dalam segala hal, termasuk

dalam mengelola resiko. Abu Zahroh menjalaskan bahwa kerja sama umat

muslim telah dijelaskan dalam berbagai hal, seperti zakat. Atas dasar ini pula

KH. Sahal Mahfud mengkampanyekan fikih sosial, untuk mengatasi

permasalahan masyakat.10

5. Prinsip saling melindungi dari berbagai kesusahan.

6. Prinsip kepentingan terasuransikan (insurable interest).

Benda yang menjadi objek asuransi tertanggung harus memiliki

kepentingan dengan benda tersebut. Kepentingan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 268 KUHD adalah yang dapat dinilai dengan uang, dapat

diancam oleh suatu bahanya, dan tidak dikecualikan oleh undang-undang.11

Ada lima hal yang dapat menimbulkan kepentingan yaitu: (1)

hubungan keluarga; (2) hubungan bisnis; (3) kepemilikan; (4) kuasa orang

lain; (5) karena undang-undang;12

7. Prinsip iktikad baik (utmost good faith).

Asuransi sebagai usaha yang bermodalkan jasa, iktikad baik bagi

penanggung dan tertanggung adalah suatu hal yang mutlak harus dimiliki,

sebab, usaha ini sangat rentan terhadap terjadinya kecurangan baik dari

perusahaan, seperti yang banyak terjadi dalam kontrak baku. Kecurangan yang

10

Jamal Ma‟mur Asmani, Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfudh Antara Konsep dan Implementasi,

(Surabaya: Khalista, 2007), h.50. 11

R. Subekti dan R. Tjitrosudibjo, Kitab Undang-undang Hukum Dangang dan Undang-

undang Kepailitan, Cet. Ke-23. (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2003), h.77. 12

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Cet. Ke-2. (Jakarta: Kencana,

2010), h.262.

Page 34: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

22

dilakukan oleh anggota asuransi sendiri seperti melakukan penipuan terhadap

klaim. Jika prinsip ini dilanggar terutama tertanggung dapat mengakibatkan

pertanggungan menjadi batal.13

8. Prinsip ganti rugi (indemnity).

Sebagaimana pada dasarnya asuransi ditujukan untuk menghilangkan

atau meringankan resiko yang diderita oleh tertanggung karena terjadi

peristiwa yang tak terduga.

9. Prinsip penyebab dominan (proximate cause).

Ada juga yang memberi istilah sebab aktif.14

Peristiwa yang

ditanggung dan dijamin oleh asuransi selama sesuai dengan apa yang diisi

dalam perjanjian polis dan tidak dikecualikan dalam polis. Kejadian tersebut

tidak ada intervensi suatu kekuatan lain, diawali dan bekerja dengan aktif dari

suatu sumber baru dan indpenden.15

10. Prinsip subrogasi.

Jika tertanggung mengalami musibah, misalnya gedungnya terbakar,

pihak ketiga yang melakukan pembakaran tersebut harus melakukan ganti rugi

sebagaimana dalam hukum tanggung gugat dan membayar ke perusahaan, dan

tertanggung tidak boleh lagi menerima ganti rugi dari pelaku tersebut.

11. Prinsip kontribusi (contribution/al-muhasamah).

13

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.263. 14

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.263. 15

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.263.

Page 35: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

23

Al-muhasamah adalah bentuk kerjasama di mana tiap-tiap anggota

menanamkan modalnya dan akan memperoleh kompensasi atas saham sesuai

dengan modal yang dia tanamkan.

Selain dari sebelas prinsip yang dikemukakan di atas ada satu prinsip

lagi yang penting dalam usaha asuransi syariah. Prinsip yang halal. Halal dari

aspek akad, berarti bebas dari unsur: riba, gharar;16

zalim, maysir (judi),

bukan terhadap barang yang diharamkan, tidak ada unsur maksiat, dan tidak

ada risywah;17

C. Akad-akad Asuransi Syariah

Sebagai sebuah mu’amalat, usahan asuransi berjalan berdasarkan akad

yang dilakukan oleh penanggung dengan tertanggung, akad tersebut lazim

disebut dengan polis. Akad sebagai ikatan antara para pihak diharuskan dalam

sebuah perbuatan bisnis. Sebab, asuransi sebagai usaha harus didasarkan pada

kesepakatan kedua belah pihak atau dalam bahasa lain dikenal dengan keridhoan

yang ditunjukkan dengan adanya ijab dan kabul.

16

Gharar dalam pengertiannya adalah sesuatu yang tidak diketahui secara pasti, seperti

membeli ikan yang masih di dalam kolam. Praktek seperti ini diharamkan oleh ulama dengan

pertimbangan hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim, Tirmizi, Abu Daud, Nasai yang bersumber

dari sahabat Abu Hurairah, yang mengatakan Rasulullah saw melarang jual beli gharar. Musthafa Dib

Bugha mengatakan bahwa ulama fikih membagi gharar kedalam tiga bagian, yaitu, pertama, gharar

katsîr, kedua, gharar yasîr, dan ketiga, gharar mutawassith. (Musthafa Dib Bugha, Buku Pintar

transaksi Syariah), h. 89. Sedangkan ulama Malikiah menjelaskan bahwa tidak semua gharar itu

diharamkan ada yang masih dimaafkan sebagaimana dijelaskan oleh Husain hamid Hisan, apabila ada

tiga unsur berikut, yaitu: 1) gharar-nya yasir; 2) tidak diniatkan/tidak dimaksudkan; 3) dalam keadaan

darurat. Lihat Nandi Ramhman, Asuransi Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Lembaga Pers Bekasi,

2003), h. 8 17

Lihat, Fatwa Dewan Syari'ah Nasional NO: 21/DSN-MUI/X/2001, Tentang Pedoman

Umum Asuransi Syari‟ah, dalam bagian pertama dalam putusan.

Page 36: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

24

Akad sebagai media yang menghubungkan penanggung dan tertanggung

menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak. Usaha asuransi secara

umum dijalankan berdasarkan dua bentuk akad. Akad tijari dan akad tabarru’.

Akad tijari ditujukan kepada kontrak yang bersifat komersial. Sedangkan akan

tabarru‟ ditujukan kepada akad non-komersial.

Dalam penjelasan ini penulis akan membagi kedua akad di atas menjadi

bermacam-macam akad sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan

Kementrian Keuangan Nomor. 18/PMK.010/2010.

1. Akad tijari

Asuransi tidak hanya terbatas pada akad yang bersifat sosial yang

berdasarkan tolong menolong antar sesama anggota asuransi akan tetapi juga

diperlukan keuntungan dari investasi sehingga dapat menarik keinginan

masyarakat.

a. Mudharabah

Mudharabah (istilah ini digunakan oleh mazhab Hanafi dan

Hanbali) ada juga yang menggunakan istilah al-Qirâdh (istilah ini

digunakan oleh mazhab Maliki dan Syaf‟i),18

secara etimologi berarti

bahwa al-qath’ yang berarti memotong. Sedangkan terminologi berarti

18

Abdullah al-„Abâdî, Syarh Bidâyah al-Mujtahid wa Nihâyah al-Muqtashid, Cet. Ke-4.

(Kairo: Dâr al-Salâm, 2009), Jilid 4, h.1829.

Page 37: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

25

penyerahan modal kepada orang lain untuk diinvestasikan yang

keuntungannya dibagi kepada pemilik modal dan pengelola modal.19

Afzalurrahman mengatakan mudharabah adalah kontrak kemitraan

yang berdasarkan pada prinsip bagi hasil dengan cara seseorang

memberikan modalnya kepada orang lain untuk melakukan usaha dan

kedua belah pihak membagi keuntungan atau memikul beban kerugian

berdasarkan isi perjanjian bersama.20

Pengertian mudharabah ditegaskan dalam PMK Nomor

18/PMK.010/2010 sebagai berikut:

Akad Mudharabah adalah Akad Tijarah yang memberikan kuasa

kepada Perusahaan sebagai mudharib untuk mengelola investasi

Dana Tabarru ‟ dan/atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau

wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa bagi hasil

(nisbah) yang besarnya telah disepakati sebelumnya.

b. Mudharabah musytarakah

Akad mudharabah musytarakah adalah kelanjutan dari akad

mudharabah di atas. yang membedakan kedua akad ini terletak pada

penanaman modalnya. Pada akad mudharabah modal hanya dari penanam

modal sedangkan pengelola tidak ikut serta dalam menanamkan

modalnya. Sedangkan mudharabah musytarakah pengelola dan penanam

modal sama-sama menanamkan modal mereka.

19

Ibn Rusyd, Bidayah al-Mujtahid wa Nihâyah al-Muqtashid, dalam Abdullah al-„Abâdî,

Syarh Bidâyah al-Mujtahid wa Nihâyah al-Muqtashid, h.1829. 20

Agus Edi Sumanto, dkk., Solusi Berasuransi Lebih Indah Dengan Syariah, h.79.

Page 38: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

26

Pengertian ini diatur dalam PMK Nomor 18/PMK.010/2010 pasal 1

angka 11:

Akad Tijarah yang memberikan kuasa kepada Perusahaan sebagai

mudharib untuk mengelola investasi Dana Tabarru ‟ dan/atau Dana

Investasi Peserta, yang digabungkan dengan kekayaan Perusahaan,

sesuai kuasa atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan

berupa bagi hasil (nisbah) yang besarnya ditentukan berdasarkan

komposisi kekayaan yang digabungkan dan telah disepakati

sebelumnya.21

Hal-hal yang harus dicantumkan dalam akad mudharabah

musytarakah sekurang-kurangnya sebagai berikut:

a. Hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dan/atau Peserta secara

individu sebagai shâhibul mâl (pemilik dana);

b. Hak dan kewajiban Perusahaan sebagai mudhârib (pengelola dana)

termasuk kewajiban Perusahaan untuk menanggung seluruh kerugian

yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan;

c. Investasi yang diakibatkan oleh kesalahan yang disengaja, kelalaian

atau wanprestasi yang dilakukan Perusahaan;

d. Batasan wewenang yang diberikan Peserta kepada Perusahaan;

e. Cara dan waktu penentuan besar kekayaan Peserta dan kekayaan

Perusahaan;

f. Bagi hasil (nisbah), cara, dan waktu pembagian hasil investasi;

21

Bandingkan dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor. 50/DSN-MUI/III/2006 tentang

Akad Mudharabah Musytarakah.

Page 39: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

27

Sebagai sebuah akad dalam asuransi syariah konsekuensi yang

diterima dalam memilih akad ini adalah apabila terjadi kerugian pada saat

investasi dana tersebut maka kedua belah pihak menanggung kerugian

tersebut secara bersama-sama. Inilah yang membedakan akad ini dengan

wakalah bil ujrah sebagaiaman dijelaskan di bawah.

Dalam fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI22

bahwa pembagian

hasil keuntungan investasi dapat dilakukan melalui dua alternatif sebagai

berikut:

Alternatif pertama:

1) Hasil investasi dibagi antara perusahaan asuransi (sebagai mudhârib)

dengan peserta (sebagai shâhibul mâl) sesuai dengan nisbah yang

disepakati.

2) Bagian hasil investasi sesudah disisihkan untuk perusahaan asuransi

(sebagai mudharib) dibagi antara perusahaan asuransi (sebagai

musytarik) dengan para peserta sesuai dengan porsi modal atau dana

masing-masing.

Alternatif kedua:

1) Hasil investasi dibagi secara proporsional antara perusahaan asuransi

(sebagai musytarik) dengan peserta berdasarkan porsi modal atau dana

masing-masing.

22

Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor. 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad

Mudharabah Musytarakah Pada Asuransi Syariah.

Page 40: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

28

2) Bagian hasil investasi sesudah disisihkan untuk perusahaan asuransi

(sebagai musytarik) dibagi antara perusahaan asuransi sebagai

mudharib dengan peserta sesuai dengan nisbah yang disepakati.

c. Wakalah Bil Ujrah

Secara bahasa wakalah berarti al-hifz (menjaga) (Qs. Ali Imran [3]:

173). Secara etimologis wakalah diartikan sebagai tafwîdh al-tashorruf,

wal hifzh ila al-wakîl23

yang berarti pengalihan pemilikan kepada orang

lain untuk diinvestasikan dan dipelihara oleh wakil. Kata “ujrah” dapat

diartikan sebagai “fee”. Dengan demikian yang dimaksud dengan wakalah

bil ujrah adalah penyerahan modal kepada pihak kedua untuk

diinvestasikan dengan imbalan.

Dalam fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI wakalah bil ujrah

adalah pemberian kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk

mengelola dana peserta dengan imbalan pemberian ujrah (fee).24

Pemberian wewenang kepada perusahaan asuransi syariah untuk

mengelola dana dikenakan biaya-biaya. Dalam fatwa DSN-MUI

menjelaskan bahwa yang dapat dijadikan objek wakalah bil ujrah pada

tujuh objek, yaitu: a. kegiatan administrasi; b. pengelolaan dana; c.

pembayaran klaim; d. underwriting; e. pengelolaan portofolio risiko; f.

pemasaran; g. investasi;

23

Abdullah al-„Abâdî, Syarh Bidâyah al-Mujtahid wa Nihâyah al-Muqtashid, h.1967. 24

Lihat Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad

Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah.

Page 41: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

29

Dalam akad Wakalah bil Ujrah hal-hal yang harus disebutkan

sekurang-kurangnya adalah:

a. Objek yang dikuasakan pengelolaannya;

b. Hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dan/atau Peserta secara

individu sebagai muwakkil (pemberi kuasa);

c. Hak dan kewajiban Perusahaan sebagai wakil (penerima kuasa)

termasuk kewajiban Perusahaan untuk menanggung seluruh kerugian

yang terjadi dalam kegiatan pengelolaan risiko dan/atau kegiatan

pengelolaan investasi yang diakibatkan oleh kesalahan yang disengaja,

kelalaian, atau wanprestasi yang dilakukan Perusahaan;

d. Batasan kuasa atau wewenang yang diberikan Peserta kepada

Perusahaan;

e. Besaran, cara, dan waktu pemotongan ujrah (fee);25

Sebagai sebuah akad antara perusahaan dengan nasabah tetunya ada

konsekuensi-konsekuensi apabila akad ini yang dipilih. Perusahaan dalam

akad ini tidak akan mendapatkan keuntungan apapun dari hasil investasi

yang dia lakukan, kecuali hanya sebatas fee yang telah disepakati dalam

polis. Atas dasar itu pula perusahaan tidak bertanggung jawab atas

kerugian yang dialami selama itu dilakukan secara profesional.

Perusahaan baru bertanggung jawab atas terjadinya kerugian apabila dia

25

Lihat Peraturan Mentri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 pasal 10 ayat (1).

Page 42: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

30

menginvestasikan modal tersebut tidak secara profesional dan

wanprestasi.26

2. Akad tabarru’

Kata tabarru’ berasal dari kata barra’a yang berarti memberikan tanpa

mengharapkan apapun atau pemberian cuma-cuma, dapat juga diartikan

sebagai pemberian yang tidak diwajibkan untuk dikembalikan.27

Akad

tabarru’ dalam usaha asuransi syariah adalah “ruh” dalam usaha asuransi

syariah, dengan akad ini para tertanggung saling memberikan bantuan apabila

terjadi evenemen sebagaimana yang telah ditetapkan oleh perusahaan asuransi

dalam polis.

Dana tabarru’ hanya boleh digunakan untuk hal-hal yang langsung

berkaitan dengan nasabah, seperti klaim, cadangan tabarru’ dan reasuransi

syariah.28

Inilah yang membedakannya dengan akad tijari yang boleh

dialihkan fungsikan menjadi akad hibah.

Kebolehan penggunaan akad tabarru’ telah difatwakan DSN-MUI

dengan Nomor 53/DSN-MUI/III 2006 tentang Akad Tabarru‟ Pada Asuransi

Syariah yang disahkan pada tanggal 23 Maret 2006 yang berisi tujuh

ketetapan.

Dalam akad tabarru’, harus disebutkan sekurang-kurangnya:

26

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil

Ujrah Pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah. 27

Sa‟idi Abu Hubaib, al-Qâmûs al-Fiqhî Lughotan wa Ishtilahan, (Damaskus: Dar al-Fikr,

1988), h.37. 28

Agus Edi Sumanto, dkk., Solusi Berasuransi Lebih Indah Dengan Syariah, h.77.

Page 43: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

31

a. Kesepakatan para Peserta untuk saling tolong menolong (ta’awuni);

g. Hak dan kewajiban masing-masing Peserta secara individu;

h. Hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dalam kelompok;

i. Cara dan waktu pembayaran kontribusi dan santunan/klaim;

j. Ketentuan mengenai boleh atau tidaknya kontribusi ditarik kembali oleh

Peserta dalam hal terjadi pembatalan oleh Peserta;

k. Ketentuan mengenai alternatif dan persentase pembagian Surplus

Underwriting;29

Sebagian akad yang termasuk dalam kelompok akad tabarru’ adalah

hibah, kafalah dan takaful.30

D. Produk Asuransi Syariah

Dennis W. Goodwin (1992) mengatakan bahwa produk adalah semua yang

diterima oleh konsumen.31

Produk asuransi syariah terbagi ke dalam berbagai

macam, sesuai dari sudut pandang kita melihatnya. Dilihat dari dana, produk

asuransi syariah terbagi dua, yaitu: produk yang memiliki unsur tabungan.

Kedua, produk yang tidak memiliki unsur tabungan.32

Sedangkan jika melihat

dari pembuatannya ada dua jenis. Produk standar, yaitu produk yang dipasarkan

sesuai dengan surat keputusan direksi, mengenai manfaat, premi, maupun syarat-

29

Lihat Peraturan Mentri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 pasal 8 ayat (1). 30

Muhammad Luthfi, Asuransi Dalam Pandangan Islam, (Jakarta:Lembaga Pers Bekasi,

2003), h.97. 31

Kholil Anwar, Asuransi Syariah Halal dan Mashlahat, (Solo: Tiga Serangkai, 2007), h.81. 32

Kholil Anwar, Asuransi Syariah Halal dan Mashlahat, h.83.

Page 44: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

32

syarat penutupannya sudah diatur terperinci. Kedua, produk tidak standar (tailor

made). Produk ini dibuat berdasarkan permintaan konsumen.33

Berikut ini beberapa contoh produk asuransi dengan unsur tabungan:

1. Program dana pendidikan.34

2. Program dana haji35

3. Program unit link.36

Merupakan program asuransi jiwa unit link yang memberikan santunan

kepada orang yang berhak apabila pesarta mengalami musibah, sebagaimana

diakadkan dalam polis.

Produk non tabungan. Maksud asuransi non tabungan adalah jenis produk

yang tidak memiliki unsur tabungan karena premi yang dibayar oleh peserta

hanya dimasukkan ke dalam rekening khusus, yaitu rekening tabarru’. Sebagai

dana yang diniatkan untuk saling menolong apabila ada peserta lain yang terkena

musibah.37

1. Program kecelakaan diri38

2. Program kecelakaan siswa.39

3. Program kecelakaan diri perkumpulan.40

Program ini ditujukan untuk

perusahaan atau organisasi berbadan hukum yang ingin menyediakan

33

Kholil Anwar, Asuransi Syariah Halal dan Mashlahat, h.83. 34

Kholil Anwar, Asuransi Syariah Halal dan Mashlahat, h.83. 35

Kholil Anwar, Asuransi Syariah Halal dan Mashlahat, h.86. 36

Kholil Anwar, Asuransi Syariah Halal dan Mashlahat, h.87. 37

Kholil Anwar, Asuransi Syariah Halal dan Mashlahat, h.89. 38

Kholil Anwar, Asuransi Syariah Halal dan Mashlahat, h.89. 39

Kholil Anwar, Asuransi Syariah Halal dan Mashlahat, h.90.

Page 45: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

33

santunan bagi karyawan/anggotanya apabila mengalami musibah karena

kecelakaan. Program ini biasanya disyaratkan diikuti minimal 25 orang.

4. Program asuransi falah. Program ini merupakan produk yang dirancang

secara khusus untuk peserta yang menginginkan manfaat asuransi secara luas

atau menyeluruh. Maksudnya mencakup segala sisi kebutuhan peserta guna

memperoleh proteksi dari kerugian financial akibat musibah yang

menimpa.41

5. Program asuransi kesehatan kumpulan.42

Ditujukan pada karyawan

perusahaan atau anggota organisasi.

Dua jenis produk, yaitu: takaful jiwa (life insurance) dan takaful kerugian

(general insurance).43

Jenis takaful jiwa terdiri dari empat jenis produk yaitu:

takaful dana siswa, takaful dana investasi, takaful dana haji, dan takaful khairat.

Jenis takful kerugian terdiri dari tiga jenis yaitu: takaful kebakaran, takaful

kendaraan, takaful kecelakaan.

40

Kholil Anwar, Asuransi Syariah Halal dan Mashlahat, h.90. 41

Kholil Anwar, Asuransi Syariah Halal dan Mashlahat, h.94. 42

Kholil Anwar, Asuransi Syariah Halal dan Mashlahat, h.95. 43

Gemala Dewi, dkk., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, h.168.

Page 46: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

34

BAB III

ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KONTRAK BAKU

ASURANSI SYARIAH

A. Kontrak Baku

1. Pengertian Kontrak Baku

Sebagaimana pada umumnya kontrak baku atau perjanjian baku sama

halnya dengan perjanjian pada umumnya. Perikatan sebagai ikatan yang

menghubungkan antara dua pihak.1 Sebagaimana dijelaskan dalam KUH

Perdata pasal 1313 perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan

dengan mana seorang atau lebih mengikatkan dririnya terhadap satu orang

lain atau lebih.

Kontrak baku, kontrak standard atau kontrak adhesi adalah beberapa

istilah yang digunakan terhadap perjanjian yang seluruh klausul-klausulnya

sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak

mempunyai peluang untuk merundingkan atau minta perubahan.2

Perjanjian baku pada umumnya telah tercetak (boilerplate) sehingga

pihak lain tidak memiliki kesempatan untuk menegosiasi, pilihan yang ada

adalah mengambil kontrak tersebut atau meninggalkannya,3 hal yang senada

1 Soebekti, Hukum Perjanjian, cet. Ke-19. (Jakarta: Intermasa, 2002), h.1.

2 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para

Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993), h.66. 3 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Buku Kedua, (Jakarta:

PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h.76.

Page 47: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

35

juga diutarakan oleh Hondius.4 Yang belum dibakukan hanya terkait

beberapa hal yaitu seputar objek yang ditransaksikan dan besaran biaya yang

harus ditanggung.5

Di tengah bisnis yang semakin pesat diperlukan kontrak yang baku

untuk mengefisiensikan biaya, tenaga, dan waktu6 dalam perjalanan bisnis.

Banyak contoh perjanjian yang bisa kita lihat penggunaan kontrak baku

seperti tiket pesawat, kredit bank, jual beli, asuransi, dan lain-lain.

Ciri-ciri kontrak baku menurut Mariam Badrulzaman, yaitu:

a. Isi ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisi (ekonominya)

kuat;

b. Masyarakat (debitur) sama sekali tidak ikut bersama-sama

menentukan isi perjanjian;

c. Terdorong oleh kebutuhannya, debitur terpaksa menerima

perjanjian itu;

d. Bentuknya tertulis;

e. Dipersiapkan secara massal dan kolektif.7

2. Dasar Hukum Kontrak Baku

Secara khusus keberadaan kontrak baku tidak diatur dalam perundang-

undangan dan juga tidak dilarang oleh undang-undang. Kontrak baku telah

4 Salim HS, dkk., Perancangan Kontrak dan Momerandum of Understanding (MoU),

(Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h.70. 5 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak, h.66.

6 Salim HS, dkk., Perancangan Kontrak, h.73.

7 Salim HS, dkk., Perancangan Kontrak, h.70-71.

Page 48: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

36

ada dan eksis sejak ribuan tahun yang lalu dalam dunia bisnis.8 Pengaturan

kontrak baku dapat kita temukan pada beberapa peraturan perundang-

undangan berikut.

a. Pasal 6.5.1.2 dan pasal 6.5.1.3 NBW Belanda.

b. Pasal 2.19 sampai dengan pasal 2.22 Priciples of international

Commercial Contract (Prinsip UNIDROIT). Prinsip ini mengatur hak dan

kewajiban para pihak pada saat mereka menerapkan prinsip kebebasan

berkontrak.

c. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

d. Undang-undang Nomor 8 tentang Perlindungan Konsumen. UUPK

menjelaskan secara khusus pengertian pasal 1 angka 10 kemudian

menjelaskan ketentuan yang tidak boleh dicantumkan dalam kontrak baku

di dalam pasal 18.

e. Rancangan Undang-undang tentang Kontrak. Kontrak ini dijelaskan

dalam pasal 2.19 sampai dengan pasal 2.22.9

f. Peraturan Otoritas Jasa Keungan Nomor: 1/POJK.07/2013 yang

diundangkan pada tanggal 6 Agustus 2013 yang berlaku bagi seluruh

perusahaan keuangan, termasuk di dalamnya perusahaan Asuransi

Syariah. Peraturan ini memuat ketentuan yang tidak boleh dicantumkan

8 Salim HS, dkk., Perancangan Kontrak, h.72.

9 Salim HS, dkk., Perancangan Kontrak, h.73-76.

Page 49: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

37

dalam sebuah kontrak baku dalam pasal 22. Pada dasarnya ketentuan

yang dilarang dicantumkan dalam kontrak baku yang diatura dalam

peraturan OJK ini tidak jauh berbeda dengan UUPK yang dijelaskan

dalam pasal 18.

3. Keabsahan Kontrak Baku

Keabasahan kontrak baku sebenarnya tidak perlu dipersoalkan lagi,

sebab, kontrak baku telah ada sejak 80 tahun yang lalu.10

Walaupun

demikian perdebatan tentang keabsahan kontrak baku tidak bisa dilupakan

begitu saja, sebab, hal ini berkaitan dengan perbaikan peraturan perundang-

undangan khususnya yang berkaitan dengan penggunaan kontrak baku.

Ahli hukum berbeda pandangan dalam menilai keabsahan kontrak

baku. Negara yang umumnya bersistem Eropa Kontinental berbeda

pandangan dalam menilai keabsahannya dengan argumentasinya masing-

masing. Sluijter mengatakan bahwa kontrak baku bukan perjanjian. Baginya

kontrak yang dibuat oleh perusahaan adalah undang-undang swasta. Dengan

bahasa yang berbeda Pitlo mengatakan kontrak baku adalah perjanjian

paksa.11

Bagi yang mendukung sahnya kontrak baku berdasarkan alasan fiksi

adanya kemauan dan kepercayaan yang mengikatkan dirinya pada kontrak

10

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak, h.70. 11

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak, h.69.

Page 50: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

38

baku tertsebut, pendapat ini diutarakan oleh Stein.12

Pendapat lain yang

mendukung keabsahan kontrak baku diutarakan oleh Hondius yang

berpendapat bahwa kontrak baku telah menjadi kebiasaan yang berlaku di

masyarakat dan lalu lintas bisnis.13

Asser Ruten mengatakan bahwa setiap kontrak yang ditanda

tanganinya maka ia terikat dengan kontrak tersebut.14

Kalau pendapat ini

yang digunakan bagaimana kalau perjanjian tersebut tidak dibubuhi tanda

tangan? Seperti kontrak yang ada pada tiket pesawat. Pada dasarnya tidak

ada ketentuan yang mengharuskan suatu kontrak itu ditanda tangani, bahkan

kontrak yang hanya disepakati dengan syarat saja sudah dapat dikatakan

kontrak yang sah.15

Negara dengan sistem common law sebagaimana di Amerika

berpandangan bahwa hakim di sana berpendapat bahwa kontrak baku

(adhesi) tidak dapat diterapkan, hal ini disimpulkan oleh Whitman dan

Gergacz.16

Walaupun demikian ini tidak berjalan lama. Pada tahun 1960-an

pendapat ini mulai ditinggalkan. Hal ini ditandai dengan mulai diawasi

penggunaan kontrak baku.17

Walaupun demikian mereka tetap berpegang

12

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak, h.69. 13

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak, h.69. 14

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak, h.69. 15

Munir Fuady, Hukum Kontrak, h.92. 16

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak, h.70. 17

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak, h.70.

Page 51: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

39

teguh pada prinsip Cevat Emptor (Let the Buyer beware), yang berarti

pembelilah yang harus hati-hati.18

4. Prinsip-prinsip Kontrak Baku

Sebagai sebuah instrumen hukum yang mengikat debitur dengan

kreditur serta mengatur kewajiban dan hak masing-masing pihak, kontrak

baku harus mendapat perhatian khusus terkait dengan prinsip-prinsip penting

yang berpotensi untuk dilanggar oleh karenanya ini harus mendapatkan

perhatian dalam kontrak baku.

Munir Fuadi menjelaskan ada empat (4)19

prinsip yang harus

diperhatikan dalam kontrak baku yaitu:

a. Prinsip kesepakatan kehendak dari para pihak

Kesepakatan sebagai dasar sahnya perikatan tetap menjadi

penentu sah atau tidaknya kontrak tersebut. Sebagaimana dijelaskan

dalam pasal 1320 KUH Perdata yang menyatakan perjanjian yang

sah adalah adanya kesepakatan dari kedua belah pihak.

Walaupun kontrak baku dibuat oleh salah satu pihak saja,

unsur kesepakatan harus dapat dipenuhi dalam kontrak baku tersebut.

Kesepakatan itu dapat ditandai dengan ditanda tanganinya kontrak

tersebut20

atau dengan cara serah terima barang yang ditransaksikan.

18

Munir Fuady, Hukum Kontrak, h.86. 19

Munir Fuady, Hukum Kontrak, h.84-85. 20

Munir Fuady, Hukum Kontrak, h.84.

Page 52: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

40

b. Prinsip asumsi risiko dari para pihak.

Adanya asumsi resiko dalam perjanjian tidak dilarang. Artinya

apabila salah satu pihak bersedia menanggung resiko tersebut, ketika

resiko tersebut terjadi maka yang menyatakan bersedia tersebut harus

menanggung resiko tersebut.21

c. Prinsip kewajiban membaca (duty to read).

Prinsip kewajiban membaca oleh konsumen yang dianut oleh

sistem negara common law seperti Amerika juga harus diperhatikan

konsumen yang ada di Indonesia. Disiplin ilmu hukum juga

mengajarkan bahwa setiap pihak wajib membaca kontrak yang

mereka tanda tangani. Tanda tangan yang dibubuhkan dalam kontrak

tersebut adalah tanda kalau mereka telah membaca sepenuhnya

kontrak yang mereka sepakati.22

d. Prinsip kontrak mengikuti kebiasaan.

Kontrak sebagai role yang mengatur apa yang harus dilakukan

dan tidak boleh dilakukan para pihak bukan berarti apa yang tidak

dicantumkan dalam kontrak boleh dilakukan atau tidak boleh

dilakukan. Ada prinsip kebiasaan juga yang mengikat para pihak

dalam perjanjian.23

Pasal 1339 mengatakan bahwa:

21

Munir Fuady, Hukum Kontrak, h.84. 22

Munir Fuady, Hukum Kontrak, h.85. 23

Munir Fuady, Hukum Kontrak, h.85.

Page 53: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

41

Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang tegas

dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang

menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan

atau undang-undang.

Ketentuan pasal ini ditujukan untuk memenuhi rasa keadilan di

samping kepastian hukum.

5. Pencantuman Klausul Eksemsi

Perbuatan curang sering diselipkan dalam kontrak dengan

dicantumkanya klausula ekesemsi. Istilah eksemsi terjemahan dari istilah

inggris exemtion clouse. Selain itu ada juga istilah lain seperti klausula

eksonerasi istilah ini digunakan oleh Mariam Badurlzaman.24

Terlepas dari

perbedaan penggunaan istilahnya. Yang dimaksud dengan klausul eksemsi

adalah klausula yang berisi pembatasan pertanggungan jawab dari kreditur.25

Kumar memberikan pengertian exclution clouse sebagai berikut:

Clouse of contract which purports to protect the proferens absolutely

or in a limited manner against liability, for breach of contract, or

damages, or exclude his liability if the action is brought after the

stipulated time.26

Sutan Remi Sjahdeini mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

klausul esksemsi adalah:

Klausul yang bertujuan untuk membebaskan atau membatasi tanggung

jawab salah satu pihak terhadap gugatan pihak lainnya dalam hal yang

bersangkutan tidak atau tidak dengan semestinya melaksanakan

kewajibannya yang ditentukan di dalam perjanjian tersebut.27

24

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak, h.72. 25

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak, h.74. 26

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak, h.74. 27

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak, h.75.

Page 54: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

42

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa klausul eksemsi

ditujukan oleh salah satu pihak untuk menghindari tanggung jawab dari

perbuatan wanprestasi yang harusnya ditanggung olehnya.28

Biasanya hal ini

dicantumkan dalam perluasan makna force majeure, walaupun harus diakui

bahwa force majeure adalah hal yang normal. Menghindari tanggung jawab

tersebut dapat berupa menghindari seluruhnya tanggung jawab atau hanya

sebagiannya saja.29

UUPK tidak membolehkan perbuatan ini dilakukan oleh pengusaha.

Ketidak bolehan hal tersebut dijelaskan dalam pasal 18 ayat (1) huruf a yang

menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang untuk mencantumkan pengalihan

tanggung jawab.

6. Force majeure

Force majeure dapat diartikan sebagai keadaan yang memaksa. Dalam

kontrak baku penafsiran force majeure dilakukan, bahkan ada yang terlihat

seperti ingin mengelak dari tanggung jawab. Hal ini terjadi KUH Perdata

tidak memberikan perincian yang jelas tentang pengertian force majeure,

sehingga terjadi penafsiran yang luas.

Pasal 1244 KUH Perdata menjelaskan tentang Force majeure:

Dalam hal ini, kejadian-kejadian yang merupakan Force majeure

tersebut tidak pernah terduga oleh para pihak sebelumnya. Sebab, jika

para pihak sudah dapt menduga sebelumnya akan adanya peristiwa

28

Munir Fuady, Hukum Kontrak, h.98. 29

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak, h.76.

Page 55: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

43

tersebut, maka seyogianya hal tersebut harus sudah dinegosiasikan di

antara para pihak.

Dari penjelasan pasal tersebut maka terjadinya Force majeure

disebabkan oleh tiga hal: (1) Force majeure karena sebab-sebab yang tidak

terduga; (2) force majeure karena keadaan memaksa; (3) force majeure

karena perbuatan tersebut terlarang.30

Dari segi praktek yang berjalan force majeure dapat dibagi menjadi

dua, yaitu:

a. Force majeure yang objektif dan yang subjektif

Yang dimaksud dengan force majeure yang objektif adalah kejadian

yang menimpa benda tersebut sehingga tidak dapat dilakukan transaksi

sebagaimana yang disepakati dalam kontrak, tanpa ada unsur kesengajaan

dari pihak debitur. Misalnya benda tersebut terbakar.31

Sedangkan force

majeure yang subjektif berkaitan dengan debitur itu sendiri, misalnya dia

tidak mampu lagi membayar karena sakit berat.32

b. Force majeure yang absolut dan yang relatif.

Force majeure yang obsolut adalah kejadian yang menyebabkan

debitur sama sekali tidak mampu lagi melanjutkan kontrak tersebut.

30

Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), cet. Ke-2. (Bandung:

PT. Citra Aditya Bakti, 2001), h.115. 31

Munir Fuady, Hukum Kontrak, h.115. 32

Munir Fuady, Hukum Kontrak, h.116.

Page 56: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

44

Sedangkan force majeure relatif adalah pemenuhan prestasi masih

mungkin untuk dilakukan.33

c. Force majeure permanen dan temporer

Force majeure yang permanen jika sama sekali sampai kapan pun

prestasi tidak mungkin sama sekali untuk dilakukan. Sedangkan temporer

masih mungkin dilakukan setelah peristiwa yang menyebabkan force

majeure tersebut telah selesai.34

Ilmu hukum dalam menyikapi keadaan ini terdapat dua teori terhadap

pemenuhan prestasi apabila terjadi force majeure. Teori pertama adalah teori

tradisional. Mengajarkan bahwa walaupun pelaksanaan kontrak memerlukan

tenaga, waktu atau biaya ekstra besar, selama kontrak tersebut masih dapat

dilaksanakan maka kontrak tersebut harus dilaksanakan dan force majeure

belum berlaku.35

Teori kedua adalah teori modern. Mengajarkan walaupun pelaksanaan

kontrak tersebut masih mungkin untuk dilakukan, akan tetapi, dia akan

memerlukan pengorbanan yang besar. Teori ini memberi kesempatan suatu

kejadian yang menghalangi untuk melakukan prestasi karena alasan force

majeure. Alasan rasionalnya bahwa dimaafkannya pelaksanaan prestasi

33

Munir Fuady, Hukum Kontrak, h.116. 34

Munir Fuady, Hukum Kontrak, h.117. 35

Munir Fuady, Hukum Kontrak, h.134.

Page 57: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

45

dalam keadaan “tidak praktis” tersebut sudah merupakan “asumsi dasar”

para pihak ketika kontrak dibuat.36

B. Perlindungan Konsumen

1. Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Sebelum menjelaskan lebih jauh perihal perlindungan konsumen

alangkah baiknya kalau terlebih dahulu memahami konsumen itu sendiri.

UUPK memberikan pengertian konsumen dalam pasal 1 ayat (2)

menyatakan bahwa:

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan.

Selain itu pengertian yang tidak jauh berbeda juga dijelaskan dalam

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan (selanjutnya disebut POJK)

pasal 1 angka 2 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan konsumen

adalah:

Konsumen adalah pihak-pihak yang menempatkan dananya dan/atau

memanfaatkan pelayanan yang tersedia di Lembaga Jasa Keuangan

antara lain nasabah pada Perbankan, pemodal di Pasar Modal,

pemegang polis pada perasuransian, dan peserta pada Dana Pensiun,

berdasarkan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Dari pengertian di atas dalam konteks asuransi syariah bahwa yang

dimaksud dengan konsumen asuransi syariah adalah orang pribadi maupun

36

Munir Fuady, Hukum Kontrak, h.134-135.

Page 58: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

46

badan hukum yang menempatkan dana dan memanfaatkan jasa yang

ditawarkan perusahaan asuransi syariah.

Perlindungan konsumen ditujukan untuk memenuhi rasa keadilan serta

memberikan kepastian hukum. Kedua tujuan ini diharapkan mampu untuk

memberikan kualitas perlindugan konsumen, sehingga hak-haknya dapat

terpenuhi tanpa ada penyelewengan dari posisi lemah yang mereka miliki.

Untuk mendapat legitimasi dan legalitas maka perlindungan tersebut

harus diatur dalam bentuk peraturan perundang-undangan sebagai dasar

hukumnya. Ada beberapa peraturan yang berkaitan dengan perlindungan

konsumen asuransi syariah.

b. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Asuransi Syariah.

c. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perlindungan

Konsumen.

d. Peraturan Otoritas Jasa Keungan Nomor: 1/POJK.07/2013 tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

2. Asas-asas Perlindungan Konsumen

Dalam pasal 2 UUPK menyatakan bahwa “perlindungan konsumen

berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan

konsumen, serta kepastian hukum.” Asas ini diharapkan mampu untuk

memberikan perlindungan kepada hak-hak konsumen. Berikut penjelasan

asas-asas tersebut.

a. Asas manfaat.

Page 59: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

47

Asas manfaat ditujukan untuk mengamanatkan bahwa segala

upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus

memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan

pelaku usaha secara keseluruhan.

b. Asas keadilan.

Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada

konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan

melaksanakan kewajibannya secara adil.

c. Asas keseimbangan.

Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materiil

ataupun spiritual.

d. Asas keamanan dan keselamatan konsumen.

Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan

dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan

pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

e. Asas kepastian hukum.

Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen

menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan

perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Page 60: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

48

Kalau diperinci kelima asas tersebut dapat disempitkan menjadi tiga

asas sebagai berikut:

a. Asas kemanfaatan yang di dalamnya meliputi asas keamanan dan

keselataman konsumen.

b. Asas keadilan yang di dalamnya meliputi asas keseimbangan

c. Asas kepastian hukum.37

Pengelompokan ketiga asas di atas berdasarkan hukum ekonomi

keadilan disejajarkan dengan asas keseimbangan, kemanfaatan disejajarkan

dengan asas maksimalisasi, dan kepastian hukum disejajarkan dengan asas

efisiensi.38

Ditambahkan lagi bahwa asas kepastian hukum disejajarkan

dengan asas efisiensi kerena menurut Himawan “hukum yang berwibawa

berarti hukum yang efisien, di bawah naungan mana seseorang dapat

melaksanakan hak-haknya tanpa ketakutan dan melaksankan kewajibannya

tanpa penyimpangan.”39

Dengan asas-asas di atas diharapkan lahirnya UUPK ini mampu

mencegah munculnya aktivitas-aktivitas bisnis yang mengarah pada unfair

business and practice yang dengan cepat berkembang ditengah-tengah pasar

bebas.40

37

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h.26. 38

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h.33. 39

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen,h.33. 40

Iman Sjahputra, Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Elektronik, (Bandung: PT.

Alumni, 2010), h.167.

Page 61: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

49

Selain itu Lahirnya UUPK manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh

konsumen saja, sebagaimana dijelaskan di atas bahwa lahirnya UUPK

memberikan pemahaman yang holistik tentang hak dan kewajibannya

sebagai konsumen. Akan tetapi juga memberikan dampak yang positif

kepada pelaku usaha, yang meningkatkan produktifitas dan kualitas produksi

mereka, sehingga hak-hak konsumen dapat terpenuhi.41

Untuk mendukung tujuan tersebut OJK mengeluarkan peraturan

tentang perlindungan konsumen yang berlaku khusus pada lembaga

keuangan menambahkan lima prinsip. Kelima prinsip tersebut sebagai

berikut:

a. Transparansi;

b. Perlakuan yang adil;

c. Keandalan;

d. kerahasiaan dan keamanan data/informasi Konsumen; dan

e. penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa Konsumen

secara sederhana, cepat, dan biaya terjangkau.42

Lebih lanjut POJK menjelaskan dalam pasal 4 UU bahwa OJK

dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di dalam

sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan

41

Tatik Suryani, Perilaku Konsumen: Implikasi pada Strategi Pemasaran, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2008), h.332. 42

Peraturan Otoritas Jasa Keungan Nomor: 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen

Sektor Jasa Keuangan pasal 2.

Page 62: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

50

akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara

berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan

masyarakat.

3. Hak dan Kewajiban Konsumen

Secara umum hak-hak konsumen sangat beragam, secara garis besar

hak-hak konsumen dapat dibagi tiga yaitu:

a. Hak yang dimaksudkan untuk mencegah konsumen dari kerugian, baik

keruguian personal, maupun kerugian harta kekayaan;

b. Hak untuk memperoleh barang dan/atau jasa dengan harga yang wajar;

dan

c. Hak untuk memperoleh penyelesaian yang patut terhadap permasalahan

yang dihadapi.43

Dari tiga hak di atas UUPK memberikan penjelasan lebih lanjut

tentang hak konsumen sebagi berikut:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

43

Abdul Halim Barkatullah, Hak-hak Konsumen, (Bandung: Nusa Media, 2010), h.25.

Page 63: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

51

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan

perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan

lainnya.

Untuk menyeimbangkan antara hak konsumen di atas maka UUPK

menjelaskan tentang kewajiban konsumen adalah:

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian

atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan

keselamatan;

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau

jasa;

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.

Page 64: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

52

4. Perlindungan Konsumen dalam Kontrak Baku

UUPK telah memberikan rambu-rambu dalam pembuatan kontrak

baku. Harus diakui bahwa posisi konsumen dalam kontrak baku hanya

sebatas mengambil atau menolak polis yang ditawarkan kepadanya. Atas

dasar itu pula negara sebagai pihak yang bertanggung jawab akan tegaknya

perlindungan konsumen, sehingga kenyamanan dan keamanan dapat

dirasakan oleh setiap konsumen.

Rentannya posisi konsumen untuk disalah gunakan POJK mengatur

keseimbangan dalam perjanjian yang dibuat oleh perusahaan, asas ini

dijelaskan dalam pasal 21. Keseimbangan ini ditujukan untuk meningkatkan

rasa saling menghormati antara para pihak, serta melaksanakan kewajiban

dan hak mereka secara seimbang, tanpa memberatkan satu pihak dan

meringankan pihak lain.

Kebebasan dan kesepakatan dalam membuat kontrak adalah salah satu

prinsip dalam membuat kontrak. Akan tetapi dengan adanya kontrak baku

maka hal ini perlu diatur dalam peraturan perundang-undangan. Untuk

mengakomodir hal tersebut UUPK dalam pasal 18 telah memberikan rambu-

rambu dalam pembuatan kontrak baku. Ketentuan yang hampir sama juga

diatur dalam pasal 22.

Dalam pasal 22 ayat (1) menegaskan kembali tentang pentingnya

sebab yang halal sebagaimana dijelaskan dalam pasal 1320. Sebab yang

halal dalam pasal 1337 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sebab

Page 65: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

53

yang halal adalah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan dan ketertiban umum. Poin tidak bertentangan dengan perundang-

undangan inilah yang ditekankan dalam POJK tersebut.

Kemudian dalam ayat (3) dijelaskan hal-hal yang tidak boleh

dicantumkan dalam kontrak baku sebagai berikut:

a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab atau kewajiban Pelaku Usaha

Jasa Keuangan kepada Konsumen;

b. Menyatakan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan berhak menolak

pengembalian uang yang telah dibayar oleh Konsumen atas produk

dan/atau layanan yang dibeli;

c. Menyatakan pemberian kuasa dari Konsumen kepada Pelaku Usaha Jasa

Keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk

melakukan segala tindakan sepihak atas barang yang diagunkan oleh

Konsumen, kecuali tindakan sepihak tersebut dilakukan berdasarkan

peraturan perundang-undangan;

d. Mengatur tentang kewajiban pembuktian oleh Konsumen, jika Pelaku

Usaha Jasa Keuangan menyatakan bahwa hilangnya kegunaan produk

dan/atau layanan yang dibeli oleh Konsumen, bukan merupakan tanggung

jawab Pelaku Usaha Jasa Keuangan;

e. Memberi hak kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk mengurangi

kegunaan produk dan/atau layanan atau mengurangi harta kekayaan

Konsumen yang menjadi obyek perjanjian produk dan layanan;

f. Menyatakan bahwa Konsumen tunduk pada peraturan baru, tambahan,

lanjutan dan/atau perubahan yang dibuat secara sepihak oleh Pelaku

Usaha Jasa Keuangan dalam masa Konsumen memanfaatkan produk

dan/atau layanan yang dibelinya; dan/atau

g. Menyatakan bahwa Konsumen memberi kuasa kepada Pelaku Usaha Jasa

Keuangan untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak

jaminan atas produk dan/atau layanan yang dibeli oleh Konsumen secara

angsuran.

Page 66: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

54

BAB IV

ANALISIS PERBANDINGAN KONTRAK BAKU ASURANSI SYARIAH

A. Analisis Isi Kontrak Baku Menurut Prinsip Syariah

Penggunaan kontrak baku dalam persfektif hukum Islam tidak dilarang,

sebagaimana tidak dilarang juga oleh peraturan perundang-undangan. Akan

tetapi kontrak baku yang dibuat harus memenuhi prinsip-prinsip hukum Islam.

Bebas dari unsur gharar, riba, maysir, zalim dan objek yang dilarang oleh

hukum Islam.

Kerelaan peserta menanda tangani polis, sebagai tanda persetujuannya

untuk bersepakat mengikatkan diri kepada perusahaan. Kerelaan tersebut

dianggap sah selama tidak diiringi dengan tipuan dan perubuatan curang lainnya,

sehingga dapat berakibat kerugian bagi pemegang polis.

1. Penggunaan Akad Tabarru’

Pengaturan kesyariahan usaha asuransi yang berbasis syariah telah

banyak dikeluarkan oleh DSN-MUI. Fatwa tersebut wajib diterapkan oleh

lembaga usaha asuransi syariah diluar ketentuan lainnya yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan dalam perjalanan bisnis termasuk di dalamnya

dalam polis.

DSN-MUI mengeluarkan fatwa Nomor 53/DSN-MUI/III/2006 tentang

Akad Tabarru’ Pada Asuransi syariah menyatakan bahwa, akad tabarru’

harus ada dalam setiap produk asuransi syariah. Semua produk asuransi

Page 67: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

55

syariah harus mencantumkan ketentuan akad tabarru’ tersebut dalam setiap

polis.

Dalam fatwa di atas dijelaskan bahwa dalam sebuah polis minimalnya

harus mencantumkan beberapa hal berikut ini:

a. hak dan kewajiban masing-masing peserta secara individu;

b. hak dan kewajiban antara peserta secara individu dalam akun tabarru’ selaku

peserta dalam arti badan/kelompok;

c. cara dan waktu pembayaran premi dan klaim;

d. pilihan penempatan surplus underwrinting dari dana tabarru’.

Terkait dengan hal-hal yang harus dicantumkan dalam sebuah polis,

dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 tentang

Penerapan Prinsip Syariah Pada Usaha Asuransi dan Reasuransi Syariah Pasal

8 ayat (1) menyatakan bahwa:

Akad Tabarru ’ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, wajib memuat

sekurang-kurangnya:

a. kesepakatan para Peserta untuk saling tolong menolong

(ta’awuni);

b. hak dan kewajiban masing-masing Peserta secara individu;

c. hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dalam kelompok;

d. cara dan waktu pembayaran kontribusi dan santunan/klaim;

e. ketentuan mengenai boleh atau tidaknya kontribusi ditarik kembali

oleh Peserta dalam hal terjadi pembatalan oleh Peserta;

f. ketentuan mengenai alternatif dan persentase pembagian Surplus

Underwriting; dan

g. ketentuan lain yang disepakati.

Dari berbagai macam akad tabarru’ akad yang digunakan dalam

asuransi syariah adalah akad hibah, yang berarti bahwa dana yang telah

Page 68: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

56

diberikan tidak dapat dikembalikan lagi kepada pemberi hibah (tertanggung)

tersebut. Dana hibah yang diberikan tertanggung setiap pembayaran premi

dapat dialokasikan dalam bentuk investasi dengan mengaplikasikan akad

mudharabah, mudharabah musytarakah atau akad wakalah bil ujrah.

Dana hibah dari pembayaran premi yang diinvestaksikan tersebut

harus dipisahkan pembukuaannya dengan dana premi yang berbentuk akad

tijari. Hal ini berimplikasi juga pada pembagian keuntungannya. Pada akad

tabarru’ walaupun dana tersebut tidak bersifat ekonomis akan tetapi masih

diperbolehkan untuk diinvestasikan, keuntungan dari underwriting tersebut

dikembalikan kepada anggota asuransi. Sebab, pada dasarnya dana tersebut

adalah milik peserta asuransi.

Ada tiga pilihan dalam pengalokasian surplus underwriting

sebagaimana diatur dalam PMK Nomor. 18/PMK.010/2010 pasal 13 ayat (1):

a. Seluruhnya ditambahkan ke dalam Dana Tabarru’.

b. Sebagian ditambahkan ke dalam Dana Tabarru’ dan sebagian dibagikan

kepada peserta, atau

c. Sebagian ditambahkan ke dalam Dana Tabarru’, sebagian dibagikan kepada

peserta, dan sebagian dibagikan kepada perusahaan.

Ketiga pilihan di atas dapat dilakukan oleh peserta asuransi. Pilihan

tersebut harus disepakati oleh tertanggung dan dicantumkan dalam polis,

ketentuan ini secara tegas dijelaskan dalam fatwa PMK PMK Nomor.

18/PMK.010/2010 pasal 13 ayat (2). Ada dua permasalahan dari ketentuan

pengembalian surplus underwriting tersebut:

Page 69: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

57

a. Polis baku yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi syariah

menempatkan posisi peserta asuransi tidak memiliki hak suara.

b. Polis baku tidak memungkinkan kepada peserta asuransi untuk

melakukan negosiasi kepada perusahaan asuransi. Walaupun demikian,

harusnya polis tersebut juga dapat memberikan hak suara kepada peserta

asuransi untuk membicarakan surplus dana tabarru’ tersebut.

Selain permasalahan di atas terdapat juga permasalahan mengenai

pemgembalian dana tabarru’ kepada anggota yang berhenti sebelum waktu

perjanjian berakhir. Pada dasarnya dana tabarru’ tidak dapat dikembalikan

kepada peserta yang berhenti tersebut. Hal ini sejalan dengan Hadis

Rasulullah saw:

العائد فى هبته كالكلب يقئ على قيئه Artinya: “Orang yang mengambil kembali barang yang telah dihibahkannya,

seperti anjing yang menjilat muntahnya.”

Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan dana hibah tersebut

dikembalikan kepada peserta. Kemungkinan ini dilegitimasi sebagaimana

dalam fatwa DSN-MUI Nomor 81/DSN-MUI/III/2011. Apabila peserta

sepakat dalam aturan mereka untuk mengembalikan dana hibah yang telah

disetor oleh peserta yang mengundurkan diri tersebut, sebagaimana ditegaskan

dalam PMK Nomor. 18/PMK.010/2010 pasal 8 ayat (1) huruf e. Maka

perusahaan asuransi harus mengembalikan dana tersebut. Sebab, dana hibah

adalah sepenuhnya hak peserta asuransi.

Page 70: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

58

Untuk mengatur dana hibah tersebut peserta berwenang untuk

membuat aturan yang mereka sepakati. Apabila mereka menyerahkan

kewenangan tersebut kepada perusahaan asuransi maka kewenangan tersebut

harus dinyatakan dengan tegas dalam akad. Oleh karenanya apabila

perusahaan menerima kewenangan tersebut harus ditindak lanjuti oleh

perusahaan asuransi dengan membuat aturan tentang pengelolaan dana hibah

tersebut.

Dalam polis Axa Mandiri dalam pasal 13 misalnya telah mengatur

pilihan alternatif mana yang diambil ketika surplus atau defisit underwrinting

terjadi. Bahkan ditambahkan pemberian surplus kepada pemegang polis dapat

dilakukan apabila memenuhi syarat-syarat tertentu dalam bentuk unit. Akan

tetapi dalam jumlah tertentu yang sangat minim untuk dibagikan kepada

anggota asuransi maka surplus tersebut diberikan kepada lembaga amil zakat

yang berwenang.

Pasal 13 angka 4 menjelaskan bahwa: “dalam hal pembagian surplus

underwriting tidak melebihi jumlah tertentu sehingga terlalu kecil

untuk dilakukan pembagian maka pengelola akan menghibahkannya

kepada badan amil zakat dan shodaqoh (BAZIS) yang memiliki izin

dari lembaga pemerintah yang berwenang.”

Dari ketentuan pasal tersebut telah memberikan jalan keluar bagi

keuntungan dari dana yang diinvestasikan, sebagaimana yang dimaksud oleh

fatwa DSN-MUI Nomor 53 tentang Akad Tabarru’ pada Asuransi Syariah

pada bagian kelima. Pengelola dari ketentuan pasal di atas melakukan

interpretasi terhadap fatwa yang dikelaurkan oleh DSN-MUI. Sebab, pada

Page 71: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

59

fatwa tersebut tidak menjelaskan kadar minimal dari surplus. Axa Mandiri

menginterpretasikan dengan memberikan batasan minimal yang wajar,

walaupun dalam polis tidak ditemukan batasan yang terlalu kecil tersebut.

Terkait dengan pencantuman Lembaga BAZIS dijelaskan dalam pasal

13 ayat (5) PMK Nomor 18/PMK.010/2010 menjelaskan bahwa :

Dalam hal pembagian Surplus Underwriting kepada Peserta secara

ekonomis membutuhkan biaya yang lebih besar daripada bagian yang

akan dibagikan, Perusahaan tidak dapat mengambil bagian Peserta

tersebut, dan dapat menambahkannya ke dalam Dana Tabarru ’,

memperhitungkannya untuk mengurangi kontribusi Peserta periode

berikutnya, atau memanfaatkannya untuk dana sosial.

Pada dasarnya surplus dikembalikan kepada dana tabarru’ untuk

tujuan meringankan beban peserta dalam pembayaran premi. Akan tetapi

peraturan di atas tidak menutup kemungkinan untuk mengalihkannya menjadi

dana sosial.

Terkait dengan peserta yang berhenti sebelum terjadinya prestasi, dana

tabarru’ (hibah) yang telah dikeluarkan oleh peserta tidak dapat dikembalikan

lagi kepada pemegang polis salah satu yang berkebijakan seperti itu adalah PT

Asuransi Allianz Utama Indonesia. Bagian 11 pada paragraf terakhir

dinyatakan bahwa “dalam kasus pembatalan perusahaan tidak berkewajiban

untuk mengembalikan premi dan biaya-biaya yang telah diterima.”

Pencantuman klausula ini diperbolehkan oleh fatwa DSN-MUI Nomor

81. Perlu menjadi perhatian bahwa premi tidak hanya terdiri dari dana

tabarru’ saja, dana tijari juga termasuk dari premi yang dibayarkan oleh

Page 72: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

60

peserta. Klausula yang diatur oleh PT Asuransi Allianz Utama Indonesia

berpotensi untuk disalah gunakan.

Apabila yang dimaksud dalam klausula tersebut juga termasuk pada

akad tijari maka hal itu bertentangan dengan fatwa DSN-MUI. Dana tijari

yang telah dikeluarkan oleh peserta merupakan hak peserta, karena sifatnya

hanya menitipkan, dalam skema akad wakalah bil ujrah atau mudharabah

atau kongsi dalam skema akad mudharabah musyarokah.

Polis standar PT Asuransi Allianz Utama Indonesia tidak

mencantumkan pengalihan hak kepada mereka tentang pengelolaan dana

tabarru’ termasuk pengembalian dana tersebut apabila peserta berhenti di

tengah jalan. Padahal pengelola tidak berhak sama sekali terkait dengan dana

tabarru’ tersebut. Kecuali dinyatakan oleh peserta dalam polis mereka.

Sedangkan polis yang dikeluarkan oleh Axa Mandiri tidak

menjelaskan pengembalian dana tabarru’ bagi anggotanya yang keluar di

tengah jalan. Permenkeu Nomor 18/PMK.010/2010 pasal 4 ayat (2) huruf d

menjelaskan bahwa dana tabarru’ dialokasikan untuk pengembalian dana

tabarru’ akibat pembatalan polis dalam periode yang diperkenankan.

Ketika terjadi defisit underwriting skema yang digunakan adalah

dengan peminjaman dana tabarru’ dengan skema akad qardh. Yang akan

dikembalikan dengan cara disisihkan dari dana tabarru’. Klausula yang

dikeluarkan oleh Axa Mandiri, Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Alliaz Life

Indonesia polis asuransi jiwanya mengatur pembayaran pinjaman tersebut:

Page 73: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

61

Klausula Baku pada polis Takaful Keluarga pasal 30 angka 3

menjelaskan:

“Jika terjadi defisit underwriting dana tabarru’, maka perusahaan akan

menutupi defisit tersebut dari dana pemegang saham dalam bentuk

pinjaman (Qardh) dan pengembaliannya akan diperhitungkan terhadap

Surplus Underwrinting yang akan datang.”

Hal yang senada juga dicantumkan dalam klausula PT. Asuransi

Allianz Life Indonesia pasal 4 huruf b menyatakan:

“Apabila terjadi defisit underwriting, maka defisit tersebut akan

menjadi tanggung jawab para pemegang polis sedangkan kami dapat

meminjamkan dana berdasarkan prinsip qardh (pinjaman murni) untuk

membayar maslahat meninggal yang terjadi di antara peserta, yang

wajib dikembalikan oleh para pemegang polis dari surplus

underwriting yang akan datang.”

Tidak jauh berbeda dengan klausula di atas Axa Mandiri juga

menjelaskan hal yang sama dengan klausula yang digunakan sebagaimana di

atas. Hal ini sudah sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI akan

tetapi surplus yang dimaksud dibatasi pada dana tabarru’ saja.

Pengelolaan dana tabarru’ harus mendapat perhatian yang serius dari

stakeholder yang berwenang. Setiap peserta asuransi sudah mendapatkan porsi

sesuai dengan premi yang mereka bayar. Akan tetapi keuntungan dan dana

yang tidak diambil oleh peserta belum diatur pengelolaannya.

2. Penggunaan Akad Tijari

Pada setiap produk asuransi syariah terdiri dari dua akad yaitu akad

tabarru’ sebagaimana dijelaskan di atas, kemudian akad tijari. Pengelolaan

Page 74: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

62

dana tijari sesuai dengan fatwa yang dikelaurkan oleh DSN-MUI dapat

dilakukan dengan dengan tiga bentuk akad.

Pada polis standar yang dikeluarkan oleh Allianz, Takaful Keluarga,

Allisya dan Axa Mandiri menggunakan bentuk akad wakalah bil ujrah. Akad

wakalah bil ujrah menggunakan skema pemberian wewenang kepada

perusahaan untuk mengelola dana tijari yang terkumpul dari anggota asuransi

dengan imbalan fee.

PMK Nomor 18/PMK.010/2010 menjelaskan dalam pasal 10 ayat (1)

bahwa:

Akad Wakalah bil Ujrah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), wajib

memuat sekurang-kurangnya:

a. objek yang dikuasakan pengelolaannya;

b. hak dan kewajiban Peserta secara kolektif dan/atau Peserta secara

individu sebagai muwakkil (pemberi kuasa);

c. hak dan kewajiban Perusahaan sebagai wakil (penerima kuasa) termasuk

kewajiban Perusahaan untuk menanggungseluruh kerugian yang terjadi

dalam kegiatan pengelolaan risiko dan/atau kegiatan pengelolaan

investasi yang diakibatkan oleh kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau

wanprestasi yang dilakukan Perusahaan;

d. batasan kuasa atau wewenang yang diberikan Peserta kepada Perusahaan;

e. besaran, cara, dan waktu pemotongan ujrah (fee); dan

f. ketentuan lain yang disepakati.

Kemudian dalam ayat (2) senada dengan fatwa DSN-MUI Nomor

52/DSN-MUI/III/2006 bahwa: objek yang dikuasakan pengelolaannya

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi namun tidak hanya

terbatas pada:

a. kegiatan administrasi;

b. pengelolaan dana;

c. pembayaran klaim;

Page 75: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

63

d. underwriting;

e. pengelolaan portofolio risiko;

f. pemasaran; dan/atau

g. investasi.

Pengelolaan dana investasi dilakukan dengan amanah. Pengelolaan

dana tersebut harus dilakukan dengan profesional. Sebab, dana yang

dikeluarkan oleh peserta asuransi adalah milik sepenuhnya oleh peserta.

Pengelolaan dengan profesional tersebut melepaskan kewajiban terhadap

perusahaan kecuali apabila terjadi wanprestasi atau kecuali atas kecerobohan

perusahaan.

Berbeda dengan asuransi konvensional. Keuntungannya dapat dijamin.

Sedangkan pada asuransi syariah kerugian tersebut ditanggung oleh peserta

selama perusahaan mengelolanya dengan profesional, sebagaimana dijelaskan

dalam Pemenkeu PMK Nomor 18/PMK.010/2010 pasal 10 huruf (c).

Polis standar yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi syariah yang

telah sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam peraturan perundang-

undangan yang ada.

3. Penyelesaian Sengketa

Penyelesaian sengketa merupakan salah satu dari yang harus

dicantumkan dalam kontrak asuransi syariha, termasuk kontrak baku yang

dibuat dalam bentuk baku. Kepmen Nomor 422/KMK.06/2003 tentang

Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi

Page 76: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

64

dalam pasal 8 huruf f yang menyatakan bahwa: “pemilihan tempat

penyelesaian perselisihan.”

Seluruh fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI yang berkaitan

dengan asuransi syariah pada penutupannya mengatur penyelesaian sengketa

melalui badan arbitrase syariah nasional (BASYARNAS). Akan tetapi fatwa

tersebut tidak disambut baik oleh perusahaan asuransi syariah.

Polis yang dikeluarkan oleh PT. Asuransi Allianz Utama Indonesia,

Axa Mandiri, dan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia tidak memilih lembaga

BASYARNAS dalam penyelesaian perselisihannya. Lebih banyak memilih

cara musyawarah. Kecuali Takaful Keluarga yang telah memilih badan

Arbitrase Syariah sebagai wadah penyelesaian sengketa mereka, penegasan ini

dijelaskan dalam pasal 33 angka 2 huruf a.

Perlu juga mendapat perhatian bahwa pilihan pengadilan tempat

penyelesaian perkara. PT. Asuransi Allianz Utama Indonesia lebih memilih

Pengadilan Negeri sebagai wadah untuk menyelesaikan sengketa mereka.

Padahal hal ini bertentangan dengan Undang-undang Nomor 3 tahun 2006

tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

Peradilan Agama pasal 49 yang memberikan kewenangan penyelesaian

sengketa Ekonomi Syariah.

Yang dimaksud dengan sengketa ekonomi syariah dalam

penjelasaanya dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan ekonomi syariah

mencakup sebelas hal yaitu: bank syariah, lembaga keuangan mikro syariah,

Page 77: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

65

asuransi syariah, reasuransi syariah, reksa dana syariah, obligasi syariah dan

surat berharga berjangka menengah syariah, sekuritas syariah, pembiayaan

syariah, pegadaian syariah, dana pensiun lembaga keuangan syariah, dan

bisnis syariah.

Dengan demikian selayaknya polis yang dicantumkan oleh asuransi

syariah memilih penyelesaian sengketa mereka di Pengadilan Agama (PA),

sebagaimana yang telah dilakukan oleh Axa Mandiri dalam pasal 12, Takaful

Keluarga pasal 33 angka 2 huruf a.

B. Analisis Isi Kontrak Baku Persfektif Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen adalah ruh usaha asuransi syariah berjalan dengan

baik atau tidak. Sebab, semakin baik perlindungan konsumen maka secara

otomatis kepuasan dan tingkat kepercayaan kepada konsumen akan semakin

meningkat. Walaupun demikian masih banyak ditemukan pelanggaran dalam

kontrak baku yang dikeluarkan oleh asuransi syariah.

Pelanggaran ini dapat terjadi memanfaatkan posisi peserta asuransi yang

lemah secara ekonomi dan kesempatan mereka untuk mempelajari polis yang

ditawarkan kepada mereka. Pengaturan menganai ketentuan polis baku telah

diatur oleh UUPK pasal 18 dalam empat ayat dan OJK dalam aturannya Nomor:

1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan pasal 22

ayat (3) menjelaskan ada 7 (tujuh) larangan dicantumkan dalam polis standar

yang dibuat.

Page 78: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

66

Berikut beberapa pengaturan dalam polis asuransi syariah yang

bertentangan dengan perlindungan konsumen, sebagai berikut:

1. Pengalihan tanggung jawab atau kewajiban perusahaan kepada

konsumen

Usaha perusahaan asuransi untuk melepaskan tanggung jawabnya dari

kejadian-kejadian yang seharusnya menjadi tanggung jawab perusahaan untuk

ditanggung sering kali dihindari dengan mencantumkannya dalam kontrak

baku yang mereka buat. Perbuatan ini dilarang oleh UUPK dan POJK-PKSJK

melarang pencantuman klausula (klausula eksemsi) tersebut.

Larangan tersebut jelas diatur dalam UUPK pasal 18 ayat (1) huruf a

dan POJK- PKSJK pasal 22 ayat (3) huruf a yang intinya mengatur bahwa:

“menyatakan pengalihan tanggung jawab atau kewajiban Pelaku Usaha Jasa

Keuangan kepada Konsumen.” berikut beberapa klausul yang perlu dicermati

terkait dengan pasal tersebut:

a. Polis PT. Asuransi Allianz Utama Indonesia Bagian 8 Ganti Rugi/Klaim

angka 7 menyatakan bahwa:

Hak ganti rugi berdasarkan atas asuransi ini dapat dihapuskan, jika ganti

rugi tidak dituntut dalam waktu 2 tahun setelah hak tersebut muncul,

tanpa mengurangi hak pada bagian 13, sub-bagian 2.

Dalam surat permintaan asuransi jiwa syariah Axa Mandiri

mencantumkan hal yang senada seperti di atas pad bagian L tentang

pernyataan dan surat kuasa:

Page 79: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

67

Telah mendapatkan penjelasan dan sepenuhnya mengerti serta menerima

hal-hal di bawah ini:

a. Besarnya nilai investasi tidak dijamin, dapat meningkat/menurun

sesuai dengan karakteristik dan risiko dari masing-masing jenis nada

investasi yang telah saya/kami pilih,

b. Segala resiko pemilihan jenis dana investasi sepenuhnya menjadi

tanggung jawab saya/kami dan karenanya saya/kami membebaskan

PT. Axa Mandiri Financial Service (termasuk afiliasinya, pemegang

saham, direksi, komisaris, financial advisor, dan karyawannya) dari

setiap dan segala tuntutan, gangguan, ancaman, laporan dan gugatan

dari siapapun dan dalam bentuk apapun yang mungkin timbul baik

pada saat ini maupun dikemudian hari.

c. Polis Takaful Keluarga pasal 21 risiko investasi mencantumkan klausula

sebagai berikut:

Risiko investasi yang timbul karena pilihan investasi, baik atas penetapan

nilai unit maupun hasil pengembangan investasi per unit, ditanggung

sepenuhnya oleh pemegang polis.

Investasi syariah tidak dijamin keuntungannya sebagaimana investasi

pada konvensional. Inilah yang membedakan kedua bentuk investasi ini.

Akibatnya tanggung jawab apabila terjadi kerugian ditanggung oleh peserta.

Selama hal tersebut dilakukan dengan profesional.

Kepmenkeu Nomor 422/KMK.06/2003 pasal 11 ayat (2) mengatur

bahwa:

Apabila dalam Polis Asuransi terdapat perumusan yang dapat

ditafsirkan sebagai pengurangan, pembatasan, atau pembebasan

kewajiban penanggung, bagian perumusan dimaksud harus ditulis atau

dicetak sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah diketahui

adanya pengurangan, atau pembebasan penanggung tersebut.

Page 80: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

68

Polis yang ada belum mengakomodir aturan di atas, pencantuman

klausula dengan mudah diketahui misalnya dengan cara bold atau ceta miring

tidak dilakukan.

2. Menolak pengembalian uang

Aturan yang melarang pencantuman klausula yang mengatur

penolakan pengembalian uang yang telah diberikan oleh pemegang polis atas

premi yang telah dibayarkannya dilarang dalam peraturan perundang-

undangan. Larangan ini dicantumkan dalam UUPK pasal 18 ayat (1) huruf b

dan POJK-PKSJK pasal 22 ayat (3) huruf b yang pada intinya mengatur

sebagai berikut:

Menyatakan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan berhak menolak

pengembalian uang yang telah dibayar oleh Konsumen atas produk

dan/atau layanan yang dibeli.

Dalam polis yang dikeluarkan oleh PT. Asuransi Allianz Utama

Indonesia Bagian 11 yang berjudul Pemutusan, Penundaan dan Peniadaan

pada bagian terakhir ditemukan pencantuman klausula yang dilarang tersebut,

sebagai berikut:

Dalam kasus pembatalan perusahaan tidak berkewajiban untuk

mengembalikan premi dan biaya-biaya yang diterima.

Antara peraturan perundang-undangan dengan yang diterapkan dalam

perjanjian tidak bertentangan. Karena dalam peraturan tersebut dikatakan

“berhak”, dengan demikian keputusan tersebut diserhakan kepada perusahaan.

Ketentuan tersebutlah yang harus dicantumkan dalam perjanjian.

Page 81: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

69

3. Memberi kuasa untuk melakukan tindakan sepihak

Pemberian kuasa kepada perusahaan asuransi yang dapat melakukan

secara sepihak hal-hal yang dapat mengurangi hak konsumen tidak dibenarkan

oleh peraturan perundang-undangan. Hal ini diatur dalam UUPK pasal 18 ayat

(1) huruf c dan POJK-PKSJK pasal 22 ayat (3) huruf c, kecuali perbuatan

tersebut diperboleh oleh undang-undang, sebagai berikut:

Menyatakan pemberian kuasa dari Konsumen kepada Pelaku Usaha

Jasa Keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk

melakukan segala tindakan sepihak atas barang yang digunakan oleh

Konsumen, kecuali tindakan sepihak tersebut dilakukan berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

Klausula yang dicatumkan dalam polis telah sesuai dengan ketentuan

di atas.

4. Pemberian kewenangan untuk mengurangi kegunaan produk atau

layanan

Pemerian kewenangan kepada perusahaan asuransi untuk mengurangi produk

dan/atau layanan tidak boleh dicantumkan dalam polis standar. Ketentuan

dijelaskan dalam UUPK pasal 18 ayat (1) huruf e dan POJK-PKSJK pasal 22

ayat (3) huruf e sebagai berikut:

Memberi hak kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk mengurangi

kegunaan produk dan/atau layanan atau mengurangi harta kekayaan

Konsumen yang menjadi obyek perjanjian produk dan layanan.

Pada polis yang diterbitkan oleh perusahaan tidak ada klausula yang

bertentangan dengan peraturan di atas.

Page 82: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

70

5. Menyatakan tunduk pada peraturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau

perubahan yang dibuat secara sepihak

Perbuatan yang dilarang selanjutnya adalah menyatakan pemegang

polis untuk tunduk pada peraturan baru yang dibuat secara sepihak oleh

perusahaan tanpa pemberi tahuan terlebih dahulu oleh perusahaan. Larangan

ini dinyatakan dalam UUPK pasal 18 ayat (1) huruf f dan POJK-PKSJK pasal

22 ayat (3) huruf f yang menyatakan bahwa:

Menyatakan bahwa Konsumen tunduk pada peraturan baru, tambahan,

lanjutan dan/atau perubahan yang dibuat secara sepihak oleh Pelaku

Usaha Jasa Keuangan dalam masa Konsumen memanfaatkan produk

dan/atau layanan yang dibelinya.

Pada kenyataannya banyak perusahaan yang melakukan perubahan

tersebut khususnya terhadap besaran biaya pengelolaan, kontribusi, dan klaim

yang akan diterima. Pada sebagian polis dinyatakan bahwa perubahan tersebut

dapat dilakukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu kemudian pihak

pemegang polis menyatakan persetujuan atau tidaknya. Akan tetapi ada juga

yang tidak mengatur hal demikian. Sebagaimana polis yang dikeluarkan oleh

Axa Mandiri pasal 8 angka 7 yang menyatakan bahwa:

Besar dan jenis biaya seperti diatur pada pasal 8 ayat 5 ditentukan oleh

pengelola dan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan keputusan

pengelola dengan meyampaikan pemberitahuan tertulis sebelumnya.

Klausula ini sangat tidak adil karena tidak memberikan kesempatan

kepada pemegang polis untuk memilih melanjutkan atau tidak. Padahal hal ini

dapat merugikan pihak pemegang polis. Sebab, apabila peserta tidak mampu

Page 83: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

71

untuk membayar maka konsekuensi yang diterima akan berbeda dengan

pengakhiran.

6. Pencantuman klausula yang sulit dipahami

Klausula yang sulit dipahami sepertinya sudah menjadi kebiasaan

dalam polis yang dikelaurkan oleh perusahaan asuransi. Kesulitan tersebut

dapat disebabkan oleh bahasa yang berbelit-belit. Seperti yang tercantum

dalam polis Polis PT. Asuransi Allianz Utama Indonesia bagian 1 angka 4

mengatur:

Di samping konsekwensi kecelakaan juga diperlakukan sebagai

seperti (itu). a. penetrasi bebas dari suatu kecelakaan-dengan seketika atau

sesudahnya – dari kuman pathognenic ke dalam suatu luka-luka dan

tempat yang secara medis dapat dipastikan dan muncul sebagai akibat

dari suatu kecelakaan.

Bahasa “sebagai seperti (itu)” sulit dipahami, karena maksudnya tidak

dijelaskan dengan tegas dan dapat menimbulkan berbagai penafsiran. Sebab,

pada ketentuan sebelumnya pengecualian dari kecelakaan. Harusnya kata

“sebagai seperti (itu)” diganti dengan “dikecualikan”, agar lebih jelas.

Bahasa yang digunakan bukan merupakan bahasa Indonesia khususnya

polis syariah yang banyak menggunakan istilah yang tidak seragam seperti

istilah kahar yang jikalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti kereta

yang ditarik oleh kuda, lembu, atau kerbau atau bisa juga berarti pedati dan

dokar. Sedangkan dalam bahasa Arab berarti keadaan yang tidak disukai,

yang kalau diistilahkan dalam bahasa hukum perdata sebagai force majeure.

Page 84: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

72

Pilihan bahasa hukum yang terkadang memberi interpretasi yang

berbeda-beda seperti pembatalan, pengakhiran, dan penghentian yang

digunkan dalam satu judul dalam kontrak baku sebagaimana yang tercantum

dalam polis yang dikeluarkan oleh Axa Mandiri dalam pasal 3.

Selain itu perlu juga diseragamkan penggunaan bahasa yang berarti

dana klaim yang diperoleh oleh tertanggung dalam hal terjadi evenemen. Polis

PT. Asuransi Allianz Utama Indonesia menggunkan istilah hak ganti

rugi/klaim, Axa Mandiri menggunakan istilah maslahat, sedangkan Takaful

Keluarga menggunakan istilah manfaat.

Selain penggunaan bahasa di atas, yang paling sering juga dilakukan

oleh perusahaan adalah mencantumkan polis dengan huruf yang sangat kecil

dan sulit untuk dibaca, serta susunan yang tidak beraturan. Polis yang seperti

ini adalah seperti polis yang dikelaurkan oleh PT. Asuransi Allianz Utama

Indonesia.

Penerbitan polis yang sulit dipahami dilarang oleh UUPK dalam pasal

18 ayat (2) yang menyatakan bahwa:

Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau

bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang

pengungkapannya sulit dimengerti.

Sebenarnya permasalahan ini dapat diselesaikan dengan cara

memperbaiki bahasa yang sulit di atas dan memberikan waktu kepada peserta

untuk membaca polis yang akan mengikat peserta. Sebagaimana yang telah

dilakukan oleh Axa Mandiri yang memberikan waktu baca selama 14 hari,

Page 85: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

73

yang diistilahkan dengan hak bebas lihat (cooling off period). Sehingga

prinsip kewajiban membaca oleh konsumen dapat terpenuhi.

7. Force Majeure

Tidak diberikannya penjelasan yang memadai oleh KUH Pedata

tentang force majeure memberikan kesempatan kepada pihak perusahaan

untuk memberikan penafsiran yang dicantumkan dalam polis. Penafsiran

terhadap force majeure yang dilakukan oleh perusahaan berimplikasi pada

kerugian pemegang polis. Sebagaimana yang dicantumkan dalam polis Axa

Mandiri pasal 1 angka 3.31 yang berjudul keadaan kahar (force majeure),

sebagai berikut:

Untuk keperluan polis ini, keadaan kahar berarti keadaan tertentu di

luar jangkauan pengelola termasuk, namun tidak terbatas pada perang

(baik dinyatakan atau tidak), operasi sejenis perang, invasi, tidakan

dari musuh asing, konflik, pemberontakan, demonstrasi, kerusuhan,

pernyataan keadaan perang, pernyataan keadaan darurat nasional,

revolusi, bencana alam, kondisi epidemic seperti yang telah

dinyatakan oleh pejabat yang berwenang, gangguan atau tutupnya atau

dihentikannya bursa saham, bank atau lembaga kliring, pemogokan,

kerusuhan, perang sipil, kebakaran, ledakan, sabotase, embargo atau

adanya perubahan atau tindakan pemerintah baik dalam bidang

perasuransian atau investasi atau bidang lainnya yang dapat

mempengaruhi secara langsung terhadap pelaksanaan polis ini.

Force majeure yang membebaskan salah satu pihak untuk melakukan

prestasi harusnya berdasarkan pada alasan-alasan yang bersifat permanen dan

tidak multi tafsir. Kalau kita lihat penjelasan force majeure yang tercantum

dalam polis di atas terdapat alasan force majeure kebakaran, kerusuhan,

pemogokan, demonstrasi dan lain-lain yang dapat diinterpretasikan luas.

Page 86: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

74

Force majeure tidak berarti membebaskan salah satu pihak bebas dari

kewajibannya untuk melakukan prestasi secara permanen. Hal ini harus

disosialisakan oleh lembaga yang berwenang sehingga pemegang polis tidak

terkecoh dengan klausula yang tercantum dalam polis. Harusnya alasan-alasan

tersebut harus dibatasi kadar force majeure yang dimaksud.

8. Ketentuan minimal isi kontrak

Pengaturan ketentuan ini sangat penting untuk menjamin hak-hak apa

minimal apa saja yang harus dicantumkan dalam polis. Ketentuan minimal ini

berkaitan dengan transparansi. Selain PMK Nomor 18/PMK.010/2010

pengaturan standar minimal dalam polis diatur dalam Kepmenkeu Nomor

KMK Nomor 422/KMK.06/2003 dalam bab tersendiri, yaitu pada bab III.

Pasal 8 mengatur bahwa ada 14 ketentuan yang harus dimuat dalam

polis:

a. Saat berlakunya polis,

b. Uraian manfaat yang diperjanjikan,

c. Cara pembayaran premi,

d. Tenggang waktu (grace period) pembayaran premi,

e. Kurs yang digunakan untuk polis Asuransi dengan mata uang asing

apabila pembayaran premi dan manfaat dikaitkan dengan mata

uang rupiah,

f. Waktu yang diakui sebagai saat diterimanya pembayaran premi,

g. Kebijakan perusahaan yang ditetapkan apabila pembayaran premi

dilakukan melewati tenggang waktu yang disepakati,

h. Periode dimana pihak perusahaan tidak dapat meninjau ulang

keabsahan kontrak asuransi (inceontestable period),

i. Tabel nilai tunai, bagi polis asuransi jiwa yang mengandung nilai

tunai,

j. Penghentian pertanggungan, baik dari pihak penanggung maupun

dari pihak pemegang polis, termasuk syarat dan penyebabnya,

Page 87: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

75

k. Syarat dan tata cara pengajuan klaim, termasuk bukti pendukung

yang diperlukan dalam mengajukan klaim,

l. Pemilihan tempat penyelesaian perselisihan,

m. Bahasa yang dijadikan acuan dalam hal terjadi sengketa atau beda

pendapat, untuk polis yang dicetak dalam 2 (dua) bahasa atau

lebih.

Dari beberapa ketentuan di atas ada yang diatur dalam perlindungan

konsumen. Keempat belas ketentuan di atas secara umum telah diterapkan

dalam polis asuransi syariah. Walaupun demikian, masih ada klausula yang

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, yaitu terkait dengan

poin “k”.

Ketentuan pengajuan klaim diatur lebih lanjut dalam peraturan ini

pada pasal 25 huruf a yang menyatakan bahwa:

Memperpanjang proses penyelesaian klaim dengan meminta

penyerahan dokumen tertentu yang kemudian diikuti dengan meminta

penyerahan dokumen lain yang pada dasarnya berisi hal yang sama.

Sebagaimana yang diatur dalam polis PT. Axa Mandiri pasal 9 angka 3

bagian 3.1 (v dan vi) pada dasarnya adalah sama, akte kematian dan surat

keterangan kematian yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Kedua

pasal tersebut mengatur yang sama.

Page 88: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa pemaparan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan dan sekaligus sebagai jawaban atas beberapa perumusan

masalahyang penulis berikan.

Pertama, menurut hukum Islam penggunaan kontrak baku tidak dilarang

sebagaimana halnya juga dalam peraturan perundang-undangan tidak melarang

menggunakan kontrak baku. menurut peraturan perundang-undangan kontrak

baku dapat digunakan selama tidak melanggar UUPK pasal 18 dan juga POJK-

PKSJK pasal 22. Dalam persfektif hukum Islam kontrak baku harus

mencantumkan hal-hal yang telah difatwakan oleh DSN-MUI dan PMK Nomor

18/PMK.010/2010. Serta menjunjung tinggi asas kesetaraan dan keadilan.

Kedua, polis yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi syariah masih

ditemukan pencantuman klausula-klasula yang telah dilarang oleh peraturan

perundang-undangan. Beberapa klausula yang dilarang penulis temukan.

Klausula yang mengatur pengalihan tanggung jawab atau kewajiban perusahaan

kepada konsumen, penenolakan pengembalian uang, memberi kuasa untuk

melakukan tindakan sepihak, pemberian kewenangan untuk mengurangi

kegunaan produk atau layanan, menyatakan tunduk pada peraturan baru,

tambahan, lanjutan dan/atau perubahan yang dibuat secara sepihak, pencantuman

klausula yang sulit dipahami, dan penafsiran force majeure yang sangat luas.

Page 89: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

77

Ketiga, dalam sebuah kontrak baku harus memenuhi syarat-syarat

sebagaimana halnya perjanjian pada umumnya harus memenuhi ketentuan pasal

1320 KUH Perdata ditambah dengan ketentuan UUPK dan POJK-PKSJK.

B. Saran-saran

Sebagai penutup dari kesimpulan di atas penulis di sini akan memberikan saran-

saran terkait dengan perbaikan penggunaan kontrak baku khususnya dalam

perusahaan asuransi, sebagai berikut:

1. Agar badan legislatif segera menyelesaikan Rancangan Undang-undang

tentang Kontrak, agar penggunaan kontrak baku bisa ditertibkan sehingga

tidak mengurangi hak yang seharusnya diterima konsumen.

2. Agar Dewan Pengawas Syariah meningkatkan pengawasan tentang

penerapan prinsip-prinsip syariah dalam kontrak yang dikeluarkan oleh

perusahaan asuransi syariah.

3. Agar notaris lebih meningkatkan pemahamannya tentang akad asuransi

syariah, sehingga dapat menjalankan tugasnya secara profesional.

4. Penelitian ini masih memerlukan penelitian lanjutan, khususnya terhadap

aspek kesyariahan penyelenggaraan asuransi syariah.

Page 90: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

78

DAFTAR PUSTAKA

‘Abâdî, Abdullah al-. Syarh Bidâyah al-Mujtahid wa Nihâyah al-Muqtashid, Cet. Ke-

4. Kairo: Dâr al-Salâm, 2009. Jilid 4.

Anwar, Kholil. Asuransi Syariah Halal dan Mashlahat. Solo: Tiga Serangkai, 2007.

Asmani, Jamal Ma’mur. Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfudh Antara Konsep dan

Implementasi. Surabaya: Khalista, 2007.

Bahî, Muhammad al-. Nidhâm al-Ta’min fi Hady Ahkâm al-Islâm, wa Dhorûrât al-

Mujtama’ al-Mu’âshir. Ttp: Maktabah Wahbah, 1965.

Barkatullah, Abdul Halim. Hak-hak Konsumen. Bandung: Nusa Media, 2010.

Billah, Mohd Ma’sum. Kontekstualisasi Takaful dalam Asuransi Modern: Tinjauan

Hukum dan Praktek. Penerjemah, Suparto. Jakarta: PT. Multazam Mitra

Prima, 2010.

Bugha, Musthafa Dib al-. Buku Pintar Transaksi Syariah (Menjalin Kerja Sama

Bisnis dan Menyelesaikan Sengketanya Berdasarkan Panduan Islam).

Penerjemah, Fakhri Ghafur. (Jakarta: Al-hikmah, 2010.

Dewi, Gemala, dkk. Hukum Perikatan Islam di Indonesia. cet. Ke-3. Jakarta:

Kencana, 2007.

Fuady, Munir. Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Kedua. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti, 1994.

Fuady, Munir. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Buku Kedua.

Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, 2003.

Fuady, Munir. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis). cet. Ke-2.

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001.

Gemala Dewi, dkk., Hukum Perikatan Islam di Indonesia. cet. Ke-3. Jakarta:

Kencana, 2007.

H.S., Salim. Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, cet. Ke-4.

Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Page 91: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

79

Hartono, Sri Rejeki. Hukum Asuransi dan Peruhaan Asuransi. Cet. Ke-2. Malang:

Bayu Media, 2007.

HS., Salim, dkk. Perancangan Kontrak dan Momerandum of Understanding (MoU).

Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Hubaib, Sa’idi Abu. al-Qâmûs al-Fiqhî Lughotan wa Ishtilahan. Damaskus: Dar al-

Fikr, 1988.

Khafîf, Ali al-. al-Dhomân fi al-Fiqh al-Islâmî. Qohirah: Dar al-Fikr al-‘Arabî, 2000.

Luthfi, Muhammad. Asuransi Dalam Pandangan Islam. Jakarta:Lembaga Pers

Bekasi, 2003.

Manan, Abdul. Hukum Ekonomi Syariah Dalam Persfektif Kewenangan Peradilan

Agama. Jakarta: Kencana, 2012.

Miru, Ahmadi dan Yodo, Sutarman. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2004.

Muslehuddin, Mohammad. Insurance and Islamic Law, 2nd

Edition. Delhi: Markazi

Maktaba Islami, 1995.

Muslim, Shohih Muslim, (Berut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-‘Arabi, t.t), Juz 4.

Prodjodikoro, Wirjono. Hukum Asuransi di Indonesia. Jakarta: Intermasa, 1994.

Rahman, Nandi. Asuransi Dalam Pandangan Islam. Jakarta: Lembaga Pers Bekasi,

2003.

Salim, Abbas. Asuransi dan Menejemen Resiko. Edisi 2. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2007.

Sjahdeini, Sutan Remy. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang

Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: Institut

Bankir Indonesia, 1993.

Sjahputra, Iman. Perlindungan Konsumen dalam Transaksi Elektronik. Bandung: PT.

Alumni, 2010.

Soebekti, Hukum Perjanjian, cet. Ke-19. Jakarta: Intermasa, 2002.

Page 92: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

80

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Cet. Ke-3. Jakarta: UI Press,

1986.

Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Cet. Ke-2. Jakarta: Kencana,

2010.

Subekti, R. dan Tjitrosudibjo, R.. Kitab Undang-undang Hukum Dangang dan

Undang-undang Kepailitan, Cet. Ke-23. Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2003.

Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (life and general): Konsep dan Sistem

Operasional. Jakarta: Gema Insani Press, 2004.

Sumanto, Agus Edi, dkk. Solusi Berasuransi Lebih Indah Dengan Syariah. Bandung:

PT. Salamadina Pustaka Semesta, 2009.

Suryani, Tatik. Perilaku Konsumen: Implikasi pada Strategi Pemasaran. Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2008.

Wirdyaningsih, dkk., Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, cet. Ke-3. Jakarta:

Kencana, 2007.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Cet.

Ke-4. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha

Perasuransian.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perlindungan

Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 42,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821.

Peraturan Menteri Keungan Nomor. 18/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip

Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi Dengan Prinsip

Syariah.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.06/2003 tentang Penyelenggaraan

Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

Page 93: KONTRAK BAKU PADA ASURANSI SYARIAH DALAM PERSFEKTIF …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41279... · 2018. 9. 7. · kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif

81

Fatwa-fatwa

Fatwa Dewan Syari'ah Nasional NO: 21/DSN-MUI/X/2001, Tentang Pedoman

Umum Asuransi Syari’ah, dalam bagian pertama dalam putusan.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor. 50/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad

Mudhorobah Musytarakah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor. 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad

Mudhorobah Musytarakah Pada Asuransi Syariah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad

Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad

Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Syariah dan Reasuransi Syariah.

Internet

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol17594/lagi-konsumen-menggugat-

keterlambatan-pesawat Akses, Selasa, 24-12-2013, Pukul 10:06 wib.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt52d150ceef12a/profesor-fh-usu-bedah-

definisi-asas-iktikad-baik akses, 13 Januari 2014, pukul 14:18 wib.