konsumsi bahan kering, protein, dan mineral pakan ... · dorongan dan materi kepada penulis. 2....
TRANSCRIPT
KONSUMSI BAHAN KERING, PROTEIN, DAN MINERAL PAKAN
KAMBINGYANG DIBERI RANSUM BASAL RUMPUT
BENGGALA DAN DISUPLEMENTASI DENGAN
DAUN LAMTORO ATAU GAMAL
SKRIPSI
OLEH
ALIF SURYA FIRMAN
I 111 11 375
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
i
KONSUMSI BAHAN KERING, PROTEIN, DAN MINERAL PAKAN
KAMBINGYANG DIBERI RANSUM BASAL RUMPUT
BENGGALA DAN DISUPLEMENTASI DENGAN
DAUN LAMTORO ATAU GAMAL
SKRIPSI
OLEH
ALIF SURYA FIRMAN
I 111 11 375
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
KONSUMSI BAHAN KERING, PROTEIN, DAN MINERAL PAKAN
KAMBINGYANG DIBERI RANSUM BASAL RUMPUT
BENGGALA DAN DISUPLEMENTASI DENGAN
DAUN LAMTORO ATAU GAMAL
SKRIPSI
OLEH
ALIF SURYA FIRMAN
I 111 11 375
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Alif Surya Firman
NIM : I111 11 375
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya sekripsi, terutama dalam
Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka bersedia
dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar, Agustus 2017
Alif Surya Firman
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Illahi
Rabbi.Shalawat dan salam tak lupa pula penulis hanturkan pada Nabiullah
Muhammad SAW, ialah sang revolusioner sejati yang telah menggulung
permadani kebatilan dan membentangkan sajadah-sajadah kebaikan, sehingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam Skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu dengan penuh rasa hormat, penulis merangkaikan
untaian terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tuaku bapak Jamaluddin Pasakai dan ibu Rahmatia,
saudaraku Armawati dan Asrawati, serta keluarga Paman Mursalin yang
selama ini banyak memberikan doa, semangat, kasih sayang, saran,
dorongan dan materi kepada penulis.
2. BapakProf.Dr. Ir. Muhammad Rusdy. M. Agr selaku pembimbing utama
beserta Bapak Prof.Dr. Ir. Ismartoyo. M. Agr,Sc.sebagai pembimbing
anggota yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
mengarahkan penulis merancang penelitian dan menyelesaikan penulisan
Skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Dekan Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin.
4. Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M. Sc selaku Wakil Dekan I, Ibu
Ir. Hastang, M.Si selaku Wakil Dekan II, Bapak Prof. Dr. Ir. Jasmal A
vi
Syamsu, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin.
5. Ibu Dr. Ir. Hj. Rohmiyatul Islamiyati, M.P., Bapak Dr. Ir. Syamsuddin
Nompo, MP., dan Bapak Prof. Dr. Ir. Jasmal A Syamsu, M.Si selaku
dosen pembahas yang telah banyak memberikan saran-saran dan masukan
untuk perbaikin skripsi ini
6. Ibu dan Bapak Dosen tanpa terkecuali yang telah membimbing saya
selama kuliah di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
7. Kepada Ibu dan Bapak Pegawai Fakultas Peternakan yang telah
memberikan sumbangsih ilmu, didikan dan pelayanan akademik selama
penulis berada di bangku kuliah.
8. Kepada teman penelitian Wawan, Cullank, Ahmad, dan Rahmat yang telah
banyak membantu selama berada dilapangan.
9. Kawan – kawan “SOLANDEVEN 11” yang telah menjadi keluarga kecil
di Kampus Universitas Hasanuddin terima kasih telah menemani penulis
di saat suka maupun duka selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.
10. Teman-teman KKN Reguler UNHAS GEL.87 Kab. BONE Kec. Tonra
terkhusus kepada posko Desa Gareccing: Andi, Gio, Enal, Fitri, Nurul,
Anty, dan Adel semoga apa yang menjadi kebersamaan kita akan selalu
ada untuk tetap menjadikan kita sebagai saudara.
11. Teman Seperjuangan Di MAPERWA FAPET UH : Abdi, Dayat, Amir,
Dadang, Mutiara H, Icha U, Hilda dan Muharni.
vii
12. Buat keluarga KKMB UNHAS dan SEMA FAPET-UH yang telah
memberikan banyak ilmu, serta mendukung dan penginspirasi penulis.
13. Buat Kawan Oblivion ( Rhiza, Dadang, Jemma dan Darto ) yang telah
membagi waktu untuk belajar bersama.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang selalu
memberikan doa kepada penulis hingga selesai penyusunan Skripsi ini.
15. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran
ataupun kritikan yang bersifat konstruktif dari pembaca demi Skripsi ini.
Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Amiin
Makassar, Agustus 2017
Alif Surya Firman
viii
ALIF SURYA FIRMAN (I 111 11 375). Konsumsi Bahan Kering, Protein, Dan
Mineral Pakan Kambing Yang Diberi Ransum Basal RumputBenggala Dan
Disuplementasi Dengan Daun Lamtoro Atau Gamal. (Dibawah bimbingan
Muhammad Rusdy sebagai Pembimbing Utama dan Ismartoyosebagai
Pembimbing Anggota)
ABSTRAK
Rumput benggala (Panicum maximum) adalah rumput tahunan berbentuk
rumpun yang tumbuh dengan baik di daerah tropis dan sub-tropis bebas salju.
Rumput ini merupakan yang terbaik di Asia Tenggara yang dapat digunakan
sebagai rumput pastura murni atau diintegrasikan dengan tanaman lamtoro atau
gamal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana konsumsi bahan kering,
protein, dan mineral pakan kambing yang diberi ransum basal rumputbenggala
dan disuplementasi dengan daun lamtoro atau gamal. Penelitian ini dirancang
menurut Rancangan Bujur Sangkar Latin 4 x 4. Perlakuan terdiri dari P1
(Pemberian Rumput Benggala (RB) muda 100%) P2 (PemberianRumput
Benggala (RB) tua 100%), P3 (Pemberian Rumput Benggala Tua 60% + lamtoro
40%) dan P4 (Pemberian Rumput Benggala (RB) tua 60% + gamal 40%). Rataan
konsumsi bahan kering tiap perlakuan adalah P1 = 266.10gram/ekor/hari, P2 =
207.73gram/ekor/hari, P3 = 245.22gram/ekor/hari, P4 = 240.02gram/ekor/hari.
Konsumsi protein kasar tiap perlakuan adalah P1 = 25.44gram/ekor/hari, P2 =
19.85gram/ekor/hari, P3 = 27.58gram/ekor/hari, P4 = 27.75gram/ekor/hari.
Konsumsi kalsium tiap perlakuan adalah P1 = 0.91gram/ekor/hari, P2 =
0.92gram/ekor/hari, P3 = 1.74gram/ekor/hari, P4 = 1.95gram/ekor/hari. Konsumsi
fosfor tiap perlakuan adalah P1 = 0.47gram/ekor/hari, P2 = 0.45gram/ekor/hari, P3
= 1.22gram/ekor/hari, P4 = 0.96gram/ekor/hari. Hasil sidik ragam menunjukkan
perlakuan tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap konsumsi bahan kering, protein,
dan mineral pada kambing. Kesimpulan, ransum basal rumputskripsibenggala dan
disuplementasi dengan daun lamtoro atau gamal ada kecenderungan
meningkatkan konsumsi bahan kering, protein, dan mineral pada kambing.
Kata kunci : Rumput Benggala, Ransum Basal, Lamtoro, Gamal, Konsumsi
Bahan Kering, Protein,Mineral.
ix
ALIF SURYA FIRMAN ( I 111 11 375 ). Consumption Of Dry Matter, Protein,
And Mineral Feed Goats Feeded With Basal Guinea Grass And Supplemented
With Leaf Lamtoro Or Gamal. (Under the supervision of Muhammad Rusdy, as
the main supervisor and Ismartoyo, as the Cosupervisor).
ABSTRACT
The Guinea Grass (Panicum maximum) is a clump-shaped annual grass
that grows well in tropical and sub-tropical regions free of snow. This grass is the
best in Southeast Asia that can be used as pure pasture grass or integrated with
lamtoro or gamal plants. The aim of this research is to see how far the
consumption of dry matter, protein, and mineral feed of goats fed with basal guine
grass and supplemented with leaf lamtoro or gamal. This study was designed
according to a 4 x 4 Latin Square Design. Treatment consisted of T1 (Young
Guinea Grass (RB) 100%) T2 (100% Old Guinea Grass (RB)), T3 (Grass Flat
Grass 60% + lamtoro 40 %) And T4 (Old Guinea Grass (RB) 60% + 40% Gamal).
The average dry matter consumption per treatment was P1 = 266.10 gram / head /
day, P2 = 207.73 gram / head / day, P3 = 245.22 gram / head / day, P4 = 240.02
gram / head / day. The consumption of crude protein per treatment was P1 = 25.44
gram / head / day, P2 = 19.85 gram / head / day, P3 = 27.58 gram / head / day, P4
= 27.75 gram / head / day. Calcium consumption of each treatment was P1 = 0.91
gram / head / day, P2 = 0.92 gram / head / day, P3 = 1.74 gram / head / day, P4 =
1.95gram / head / day. The phosphorus consumption of each treatment was P1 =
0.47 gram / head / day, P2 = 0.45 gram / head / day, P3 = 1.22 gram / head / day,
P4 = 0.96 gram / head / day. The result of variance showed that the treatment had
no effect (P> 0,05) on consumption of dry matter, protein, and mineral in goats. In
conclusion, basal grass basalt grass ration and supplemented with leaf lamtoro or
gamal there is a tendency to increase consumption of dry matter, protein, and
mineral in goats.
Keywords: Guinea Grass, Basal Ration, Lamtoro, Gamal, Dry Material
Consumption, Protein, Mineral.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i
HALAMAN JUDUL .................................................................................. ii
PERNYATAAAN KEASLIAN ................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Kambing................................................................ 4
Rumput Benggala ............................................................................... 5
Lamtoro .............................................................................................. 6
Gamal ................................................................................................. 7
Konsumsi Pakan ................................................................................. 8
Konsumsi Protein ............................................................................... 9
Konsumsi Mineral .............................................................................. 10
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan tempat ............................................................................... 12
xi
Materi penelitian ................................................................................. 12
Rancangan penelitian .......................................................................... 12
Prosedur penelitian ............................................................................. 14
Parameter yang diamati ...................................................................... 15
Analisis data ....................................................................................... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Bahan Kering .................................................................... 17
Konsumsi Protein Kasar ..................................................................... 18
Konsumsi Kalsium ............................................................................. 18
Konsumsi Fosfor ................................................................................ 19
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 21
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
No.
Teks
1. Denah Perlakuan Ransum Basal Rumput Benggala Pada Kambing
Dan Di Suplementasi Dengan Daun Lamtoro Atau Gamal
Berdasarkan Rancangan Percobaan. ...................................................... 13
2. Komposisi nutrien bahan pakan. ............................................................ 13
3. Rataan Konsumsi Bahan Kering, Protein Kasar, Kalsium Dan Fosfor
Pada Kambing Yang Diberi Ransum Basal Rumput Benggala Dan
Di Suplementasi Dengan Daun Lamtoro Atau Gamal ........................... 17
Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
No.
Teks
1. Rumput Benggala ................................................................................ 5
2. Lamtoro ................................................................................................ 6
3. Gamal ................................................................................................... 7
Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Teks
1. Konsumsi bahan kering berdasarkan rancangan percobaan .................. 24
2. Rataan konsumsi bahan keringuntuk masing-masing perlakuan ........... 24
3. Sidik ragam konsumsi bahan kering ...................................................... 25
4. Konsumsi protein berdasarkan rancangan percobaan ........................... 26
5. Rataan konsumsi protein untuk masing-masing perlakuan ................... 26
6. Sidik ragam konsumsi protein ............................................................... 27
7. Konsumsi kalsium berdasarkan rancangan percobaan.......................... 28
8. Rataan konsumsi kalsium untuk masing-masing perlakuan .................. 28
9. Sidik ragam konsumsi kalsium .............................................................. 29
10. Konsumsi fosfor berdasarkan rancangan percobaan ............................. 30
11. Rataan konsumsi fosforuntuk masing-masing perlakuan ...................... 30
12. Sidik ragam konsumsi fosfor ................................................................. 31
Halaman
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di daerah tropis faktor pembatas utama untuk meningkatkan produksi
ternak ruminansia adalah keterbatasan lahan pengembalaan sebagai sumber
hijauan pakan, ketergantungan ternak pada rumput alam, dan rendahnya kuantitas
dan kualitas hijauan pakan selama musim kemarau. Pada musim kemarau dimana
hjauan umumnya sudah memasuki fase generatif, nilai gizi dan daya cerna rumput
alam sangat rendah, kadar protein kasarhanya mencapai 2-3%, jauh dibawah
kebutuhan pokok ternak yaitu minimal 7-8% (Coleman et al., 1997). Salah satu
alternatif untuk memperbaiki penyediaan hijauan dan meningkatkan produktivitas
ternak didaerah tropis adalah dengan penanaman dan penggunaan rumput unggul
yang tahan kering, mempunyai produktivitas dan nilai nutrisi yang tinggi seperti
rumput benggala.
Rumput benggala (Panicum maximum) adalah rumput tahunan berbentuk
rumpun yang tumbuh dengan baik di daerah tropis dan sub-tropis bebas salju.
Rumput ini merupakan yang terbaik di Asia Tenggara yang dapat digunakan
sebagai rumput pastura murni atau diintegrasikan dengan tanaman karet atau
lamtoro (Mannetje dan Jones, 1992). Rumput ini mempunyai adaptasi yang sangat
luas terutama di daerah tropis, dapat tumbuh pada tanah berbatu dengan lapisan
tanah tipis bahkan pada tanah yang drainase buruk serta tahan terhadap kondisi
kering yang tidak terlampau parah dan tahan naungan mencapai intensitas cahaya
30-50% (Sajimin dkk, 2010). Produksi bahan kering rumput benggala cukup
2
tinggi tetapi sedikit dibawah rumput gajah yaitu 26,85-60 ton per tahun,
kandungan nitrogen 2,7-3% pada interval panen 3 minggu, dan 1,0-1,3% untuk
interval 12 minggu (Midleton dan Oscar, 1975).
Rumput benggala termasuk rumput yang cepat berbunga sehingga nilai
gizinya cepat menurun (Okwori dan Magani, 2010) sehingga pada musim
kemarau kandungan gizinya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan ternak
(Anganga dan Tshweyane, 2004). Walaupun produktivitas dan kualitasnya cepat
menurun dan rendah pada musim kemarau, namun hal tersebut dapat ditingkatkan
dengan suplementasi daun-daun semak atau pohon yang dapat dimakan ternak,
bernilai gizi tinggi danumumnya masih tetap hijau pada musim kemarau, seperti
lamtoro dan gamal. Kedua jenis tanaman tersebut dapat menfiksasi N dari udara
sehingga tahan kering, tinggi kandungan protein kasar, mineral, vitamin dan daya
cernanya (Chen et al. 1991). Lamtoro dan gamal telah lama digunakan sebagai
suplemen berbasis rumput pada ternak, baik dalam bentuk segar, hay maupun
dalam bentuk silase. Kedua jenis semak-semak tersebut mungkin cocok dijadikan
suplemen pada ransum berbasis rumput benggala karena zat-zat nutrisi yang
kurang rumput benggala seperti protein kasar dapat dilengkapi oleh zat-zat nutrisi
yang tinggi pada kedua jenis tanaman tersebut.
Rumusan Masalah
Penggunaan lamtoro atau gamal pada kambing yang diberi pakan berbasis
rumput benggala didugan memberikan pengaruh yang baik terhadap performa
ternak kambing. Namun belum diketahui pengaruh suplementasi daun lamtoro
atau gamal terhadap konsumsi pakan kambing yang berbasis rumput benggala.
3
Hipotesis
Diduga suplementasi daun lamtoro atau gamal pada kambing yang diberi
pakan berbasis rumput benggala tua dapat meningkatkan konsumsi bahan kering,
protein kasar, fosfor, dan kalsium.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian daun
lamtoro atau gamal terhadap konsumsi bahan kering, protein dan mineral pada
kambing yang diberi pakan basal rumput benggala.
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi para peternak
tentang penggunaan daun lamtoro atau gamal terhadap konsumsi bahan kering,
protein dan mineral pada kambing yang diberi pakan basal rumput benggala.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Kambing
Kambing kacang merupakan bangsa kambing lokal asli Indonesia, tubuh
kambingnya kecil dan relatif lebih pendek, jantan maupun betina bertanduk, leher
pendek dan punggung meninggi, warna bulu hitam, cokelat, merah atau belang
yang merupakan kombinasi dari warna yang ada pada kambing tersebut, tinggi
kambing jantan rata-rata 60 cm – 70 cm, betina dewasa 50 – 60 cm, berat badan
kambing kacang jantan dewasa antara 25 – 30 kg dan betina dewasa 15 – 25 kg,
kepala ringan dan kecil, telinga pendek dan tegak lurus mengarah ke atas depan.
Kehidupannya sangat sederhana, memilki daya adaptasi tinggi terhadap kondisi
alam setempat dan reproduksinya dapat digolongkan sangat tinggi (Suparman,
2007). Ensminger (2002) mengklasifikasikan kambing ke dalam Kingdom
Animalia (hewan); filum Chordata (bertulang belakang); kelas Mammalia
(menyusui); ordo Artiodactyla (berkuku genap); famili Bovidae (memamah biak);
genus Capra dan spesies Capra hircus (kambing yang didomestikasi).
Pada umumnya kambing memiliki jenggot, dahi cembung, ekor agak ke
atas, dan kebanyakan berbulu lurus dan kasar. Kambing sudah dibudidayakan
manusia sekitar 8.000 hingga 9.000 tahun yang lalu. Kambing suka hidup
berkelompok 5 sampai 20 ekor. Dalam pengembaraannya mencari makanan,
kelompok kambing ini dipimpin oleh kambing betina yang paling tua. Kambing
jantan berfungsi sebagai penjaga keamanan rombongan. Waktu aktif mencari
makannya siang maupun malam hari. Makanan utamanya adalah rumput-
rumputan dan dedaunan (Chen et al.,2005).
5
Kambing dapat mengkonsumsi bahan kering yang relatif lebih banyak
untuk ukuran tubuhnya, kambing lebih efisien dalam mencerna pakan yang
mengandung serat kasar dibandingkan sapi dan domba. Kambing mampu
mengkonsumsi daun-daunan, semak belukar, tanaman ramban dan rumput yang
sudah tua dan berkualitas rendah. Jenis pakan tersebut dapat dimanfaatkan dengan
efisien sehingga kambing dapat beradaptasi pada lingkungan yang kurang pakan
(Tarigan, 2009).
Rumput Benggala
Gambar 1. Rumput Benggala
Rumput Benggala adalah rumput tahunan yang kuat, dengan tinggi dapat
mencapai 5 m. Akar yang dalam, padat dan berserabut memungkinkan rumput
benggala tahan terhadap kekeringan (Humphreys and Patridge, 1995). Rumput
benggala tahan terhadap naungan tetapi tidak tahan genangan dan musim kemarau
yang terlalu lama (Sajimin dkk, 2010). Rumput ini sangat disukai ternak terutama
waktu muda. Seperti kebanyaan rumput unggul lainnya, rumput benggala
memerlukan kesuburan tanah yang cukup untuk berproduksi optimal. Kekurangan
rumput benggala adalah tidak tahan terhadap interval panen yang pendek sehingga
6
akan mati apabila terus menerus digembalai berat sampai dekat permukaan tanah
dan membutuhkan waktu istirahat yang cukup untuk dapat berproduksi tinggi
kembali dalam waktu yang lama (Sutedi, 2002). Kekurangan lainnya adalah cepat
berbunga sehingga nilai gizinyasebagai pakan ternak dapat menurun, tetapi
pemupukan N dapat memperpanjang fase vegetatif tanaman dan memperlambat
pembungaan.
Lamtoro
Gambar 2. Lamtoro
Lamtoro (Leucaeana leucocephala) adalah salah satu jenis semak atau
pohon dari famili Mimosaceae yang paling cepat pertumbuhannya. Tanaman ini
berasal dari Amerika Tengah dan Meksiko dan telah tersebar di daerah tropis dan
subtropis dengan ketinggian sampai 1000 m dai permukaan laut (Rusdy, 2014).
Atta-Krah and Sonberg (2006) melaporkan bahwa lamtoro mempunyai
kemampuan untuk menyediakan hijauan sepanjang tahun karena tahan terhadap
kering dan pertumbuhannya yang cepat. Lamtoro terkenal karena tinggi protein,
vitamin dan mineralnya . Retensi N dan pertambahan berat badan lebih tinggi
pada kambing yang di suplementasi lamtoro dari pada gamal pada ramsum
7
berbasis rumput benggala. Lamtoro paling baik di berikan dalam bentuk segar,
disusul dalam bentuk layu dan paling jelek adalah dalam bentuk kering.
Suplementasi lamtoro segar pada ramsum kambing berbasis rumput benggala
dapat diberikan sampai level 40% yang dapat meningkatkan konsumsi bahan
kering, laju perumbuhan dan penggunaan nutrien (Areghoere, 2002).
Garcia et al. (1996) yang mengulas 65 publikasi tentang nilai gizi daun
lamtoro melaporkan bahwa rata-rata kandungan proteinnya 22,3%,2,14%
mimosin, 19,2% serat kasar, 39,5% NDF, 35,1% ADF, 4,71% hemiselulosa,
18,3% abu, 1,05% tannin, 0,22% sulfur dan 1,80% kalsium dari bahan kering.
Dari berbagai bagian tanaman, biji dan daun yang masih muda mengandung
protein yang paling tinggi sedangkan batangdan kulit buah polongnya terendah,
daunnya kaya akan beta-karoten dan mineral.
Gamal
Gambar 3. Gamal
Gamal (Gliricidia sepium) adalah legum pohon dari famili Fabaceae dan
subfamili Papilionideae, berukuran sedang yang berasal dari daerah Amerika
Tengah dan Meksiko (Rusdy, 2014). Selain itu gamal merupakan salah satu dari
beberapa tumbuhan semak/pohon yang menjanjikan karena tingginya produksi
8
bahan kering dan proteinnya (Atta-Krach and Sonberg, 1988). Pada kondisi
tertentu gamal dapat menghasilkan biomassa yang sama atau lebih banyak dari
lamtoro (Stewart et al, 1998) dan lebih tahan terhadap hama tanaman dan kondisi
pertumbuhan yang jelek.
Apabila di manajemen dengan baik, dau gamal cocok dijadikan sumber
hijauan ternak ruminansia pada musim kemarau. Suplementasi daun gamal 30%
miningkatkan daya cerna semu bahan kering, daya cerna bahan organik dan daya
cerna protein kasar di bandingkan dengan rumput saja atau daun gamal yang
suplementasi sebesar 50% (Ondiek, et al. 2000).
Konsumsi Pakan
Tingkat konsumsi adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan
bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad-libitum (Parakassi, 1999).
Palatabilitas merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan tingkat
konsumsi pakan, dimana palatabilitas pakan ditentukan oleh rasa, bau dan warna
yang merupakan pengaruh faktor fisik dan kimia pakan (Parakkasi,1986).
Demikian pula halnya untuk daerah - daerah yang suhu udara dan kelembapan
yang tinggi kemampuan ternak ruminansia mengkonsumsi ransum akan lebih
rendah (Siregar, 1994). Jumlah konsumsi pakan adalah merupakan faktor penentu
yang penting yang menentukan jumlah nutrien yang didapat ternak dan
selanjutnya mempengaruhi tingkat produksi (Wodzickadkk., 1993).
Menurut Tillman dkk., (1998) konsumsi diperhitungkan sebagai jumlah
makanan yang dikonsumsi oleh ternak, zat makanan yang dikandungnya yang
digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan
9
produksi. Tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain faktor ternak (bobot badan dan umur), tingkat kecernaan pakan, kualitas
pakan, dan palatabilitas (Parakkasi, 1999).
Bahan kering merupakan salah satu hasil dari pembagian fraksi yang
berasal dari bahan pakan setelah dikurangi kadar air. Kadar air adalah persentase
kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet
basis) atau berat kering (dry basis) (Immawatitari, 2014). Banyaknya kadar air
dalam suatu bahan pakan dapat diketahui bila bahan pakan tersebut dipanaskan
pada suhu 105⁰C. Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan
persentase kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap
(Anggorodi, 1994).
Konsumsi Protein
Protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen ammonia dengan
faktor 16% (16/100) atau hasil kali dari total nitrogen ammonia dengan faktor
6,25 (100/16). Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandung
nitrogen 16%. Kenyataannya nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya
berasal dari protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan
protein atau nitrogen nonprotein (non–protein nitrogen /NPN). Dengan demikian
maka nilai yang diperoleh dari perhitungan diatas merupakan nilai dari apa yang
disebut protein kasar (Kamal,1998).
Kebutuhan ternak akan protein biasanya disebutkan dalam bentuk protein
kasar (PK). Kebutuhan protein ternak dipengaruhi oleh masa pertumbuhan, umur
10
fisiologis, ukuran dewasa, kebuntingan, laktasi, kondisi tubuh dan rasio energi
protein.
Kondisi tubuh yang normal membutuhkan protein dalam jumlah yang
cukup, defisiensi protein dalam ransum akan memperlambat pengosongan perut
sehingga menurunkan konsumsi (Rangkuti, 2011).
Semakin muda tanaman yang diberikan maka semakin tinggi pula
konsumsi protein. Umumnya pada ternak ruminansia jika konsumsi energi
termanfaatkan dengan baik maka akan berpengaruh pada konsumsi zat makanan
lainnya seperti protein, mineral dan vitamin (Rudiah, 2011).
Konsumsi protein kasar yang tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah jenis bahan pakan khususnya bahan penyusun konsentrat.
Konsentrat merupakan pangan penguat dengan kadar serat kasar rendah dan
banyak mengandung protein dan energi. Palatabilitas pakan dan jumlah pakan
yang dimakan akan meningkatkan konsumsi protein yang lebih banyak dari
kebutuhan minimalnya sehingga dapat berguna untuk meningkatkan bobot badan
(Rangkuti, 2011).
Konsumsi Mineral
Sumber mineral adalah segala bahan yang mengandung cukup banyak
mineral seperti legum. Mineral merupakan suatu zat organik yang terdapat dalam
kehidupan alam maupun dalam makhluk hidup. Di alam, mineral merupakan
unsur penting dalam tanah, bebatuan, air dan udara. Sekitar 50% mineral tubuh
terdiri atas kalsium, 25% fosfor, dan 25% lainnya terdiri atas mineral lain. Mineral
merupakan unsur nutrisi yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis ternak
11
sehingga hewan dalam kelompok ini merupakan unsur nutrisi yang jika
kekurangan dapat menyebabkan kelainan proses fisiologis yang disebut defisiensi
mineral. Defisiensi mineral yang terjadi pada ternak antara lain: pertumbuhan
menjadi terhambat, konsumsi ransum menjadi menurun, laju metabolik basal
tinggi, kepekaan dan aktivitas menjadi menurun, osteoporosis, sikap dan cara
berjalan abnormal, peka terhadap perdarahan di dalam, suatu kenaikan dalam
jumlah urine, daya hidup berkurang, tetanus, pika yaitu nafsu makan menurun,
hewan mengunyah kayu,tulang,dan batu dan pertumbuhan bulu kasar (Anonim,
2014). Legum, baik legum semak maupun legum umumnya lebih
tinggikandunganmineralnya,terutamafosfor.
12
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016 – Maret 2017,
bertempat di Kebun Penelititian Lapangan Tanaman Pakan dan Pastura Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin, dan uji kadar bahan kering, protein, dan
mineral dilakukan di Laboratorium Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Bahan utama penelitian ini adalah kambing lokal jantan (kambing kacang)
sebanyak 4 (empat) ekor, umur kambing yang digunakan yaitu 6 – 12 bulan
dengan berat badan berayun antara 12 – 14 kg. .Pakan yang digunakan yaitu,
rumput benggala, daun Lamtoro, dan daun Gamal.
Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini yaituparang, meteran, tali
rapiah, pisau pemotong (cutter), kantong plastik, ember, ayakan tanah, meteran,
timbangan pakan dan peralatan laboratorium untuk uji daya cerna nutrien.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan bujur sangkar Latin 4x4. Dengan 4
perlakuan dan 4 kali ulangan, dengan perlakuan sebagai berikut :
- Perlakuan 1 (P1) = Pemberian Rumput Benggala (RB) muda 100%
(berumur 1 – 2 bulan)
- Perlakuan 2 (P2) = PemberianRumput Benggala (RB) tua 100% (berumur
2 bulan – keatas dan 10 – 50% telah berbunga
13
- Perlakuan 3 (P3) = Pemberian Rumput Benggala Tua 60% + lamtoro 40%
- Perlakuan 4 (P4) = Pemberian Rumput Benggala (RB) tua 60% + gamal
40%
Adapun denah penempatan kambing dan perlakuan ransum basal rumput
benggala dan disuplementasi dengan daun lamtoro atau gamal selama penelitian
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Denah Perlakuan Ransum Basal Rumput Benggala Pada Kambing
Dan Di Suplementasi Dengan Daun Lamtoro Atau Gamal
Berdasarkan Rancangan Percobaan.
Periode Kambing
A B C D
I P1 P2 P4 P3
II P2 P1 P3 P4
III P3 P3 P1 P2
IV P4 P4 P2 P1
Komposisi kimia bahan pakan yang dipakai dalam penelitian dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel. 2.Komposisi nutrien (% bahan kering) bahan pakan
Bahan pakan Bahan kering Protein kasar NDF ADF Kalsium Fosfor
RB muda 14.82 9.56 57,35 34,34 0,35 0,18
RB tua 16.77 6.84 68,53 45,18 0,31 0,22
Lamtoro 19.47 17.90 39,69 30,63 1,45 0,12
Gamal 19.05 18.66 46,33 36,08 1,73 0,16
14
Prosedur Penelitian
Manajemen pemeliharaan dilakukan dengan sistem pemeliharaan intensif
dimana kambing dikandangkan dan diberikan pakan sesuai dengan perlakuan
masing-masing pada pagi dan sore hari. Masing – masing kambing dimasukkan
ke dalam kandang metabolism yang berukuran 1,0 x 1,5 m yang dilengkapi
dengan tempat pakan dan air minum. Pada masing – masing kandang, untuk
memisahkan fases dan urine, di bawah kandang disimpan rank kawat dengan
saringan berjarak 1 mm sebagai tempat fases dan dibawahnya ditempatkan talang
karet dalam posisi miring sebagai tempat lewat urine dimana di ujung bawahnya
ditaruh kontainer sebagai tempat urine. Tiap periode berlangsung selama 12 hari
yang terdiri dari 7 hari untuk masa adaptasi dan 5 hari untuk pengumpulan data.
Sebelum penelitian dimulai, kambing diberikan pakan sesuai perlakuan untuk
adaptasi.
Rumput benggala muda yaitu berumur 1 – 2 bulan, sedangkan rumput
benggala tua yaitu 10 -50 % yang telah berbunga.Setelah masa karantina berakhir,
penelitian dimulai dengan memberikan ransum sesuai perlakuan. Ransum
diberikan pada ternak secara adlibitum dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore
hari dengan proporsi yang sama. Pemotongan rumput benggala yang akan
diberikan yaitu 15cm dari tanah, kemudian dicacah 3 – 5cmsebelum diberikan
pada kambing.Banyaknya ransum yang diberikan dan yang di sisa selama
penelitian ditimbang untuk mengukur konsumsi pakan sedangkan kadar bahan
kering, protein kasar, fosfor dan kalsium dianalisis untuk menentukan kadar
nutrien tersebut.
15
Parameter yang Diamati
Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah:
1. Konsumsi Bahan Kering
Konsumsi bahan kering dihitung dengan menggunakan rumus:
KBK(g/ekor/hari) = (BK pakan yang diberikan - BK pakan sisa)
2. Konsumsi Protein Kasar
Konsumsi Protein kasar dihitung berdasarkan rumus :
KPK (g/ekor/hari) = (PK pakan yang diberikan- PK pakan sisa)
3. Konsumsi Kalsium
Konsumsi kalsium dihitung dengan menggunakan rumus :
KK (g/ekor/hari) = (Kalsium pakan yang diberikan - kalsium pakan sisa)
4. Konsumsi Fosfor
Konsumsi Fosfor dihitung dengan menggunakan rumus :
KF (g/ekor/hari) = (Fosfor pakan yang diberikan - Fosfor pakan sisa)
16
Analisis Data
Data parameter penelitian yang diperolah dianalisis ragam
berdasarkan rancangan bujur sangkar latin 4×4 (4 perlakuan dan 4 ulangan)
(Sudjana, 1991) dengan menggunakan software SPSS. Perbedaan antara hasil
perlakuan diuji lebih lanjut dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Model
matematika sebagai berikut.
Yijk = µ + ßi + Κj + Ƭk + Ɛ ijk
Ket µ = rataan umum
ßi = pengaruh baris ke - i ( i =1,2,3,4 )
Κj = pengaruh kolom ke - j (j= 1,2,3,4)
Ƭk = pengaruh perlakuan ke- k (k =1,2,3,4)
Ɛ ijk = pengaruh galat dari baris ke – i, kolom ke – j dipeoleh ke – k.
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil rata-rata konsumsi bahan kering, protein kasar, kalsium dan fosfor pada
kambing yang di beri ransum basal rumput benggala dan disuplementasi dengan
daun lamtoro atau gamal dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Konsumsi Bahan Kering, Protein Kasar, Kalsium Dan Fosfor
Pada Kambing Yang Diberi Ransum Basal Rumput Benggala Dan Di
Suplementasi Dengan Daun Lamtoro Atau Gamal. n = 4
Parameter
(gram/ekor/hari)
Perlakuan
P1 P2 P3 P4 Rata-rata
Konsumsi BK 266.10 207.73 245.22 240.02 239.77
Konsumsi PK 25.44 19.85 27.58 27.75 25.16
Konsumsi Kalsium 0.91 0.92 1.74 1.95 1.38
Konsumsi Fosfor 0.47 0.45 1.22 0.96 0.78
Konsumsi Bahan Kering
Sidik ragam (Lampiran) menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering
tidak berbeda nyata (P > 0.05) antara kambing yang diberikan rumput benggala
muda, rumput benggala tua, atau rumput benggala tua yang disuplementasi
dengan daun gamal atau daun lamtoro. Rerata konsumsi bahan kering tertinggi
diperoleh pada kambing yang diberikan rumput benggala muda (266,10
gram/ekor/hari) dan yang paling rendah pada kambing yang diberi rumput
benggala tua (207,73 gram/ekor/hari) (Tabel 3).
Walaupun tidak ada perbedaan nyata konsumsi bahan kering antara tiap
perlakuan, namun dari Tabel 3 namun terlihat bahwa konsumsi bahan kering
kambing yang diberi rumput benggala muda cenderung lebih tinggi dari pada
yang diberikan rumput benggala tua. Hal ini mungkin disebabkan karena
perbedaan tingkat palatabilitas antara rumput benggala muda dengan yang tua,
18
dimana rumput benggala muda lebih disukai ternak dari pada yang sudah tua. Hal
ini sesuai dengan pendapat Cruch dan Fontenot (1979), bahwa faktor yang
mempengaruhi konsumsi adalah palatabilitas. Palatabilitas di pengaruhi oleh bau,
rasa, tekstur, dan kandungan nutrien yang di berikan. Selera merupakan faktor
internal yang merangsang rasa lapar ternak. Faktor lain yang mempengaruhi
konsumsi adalah kesehatan ternak, lingkungan dan stres karena penyakit.
Konsumsi Protein Kasar
Sidik ragam memperlihatkan bahwa konsumsi protein kasar kambing yang
diberi rumput benggala muda, rumput benggala tua dan rumput benggala tua yang
disuplementai dengan daun lamtoro atau daum gamal tidak berbeda nyata
(P>0,05). Pada Tabel 3 terlihat bahwa konsumsi protein kasar tertinggi
padakambing yang diberi rumput benggala tua dan disuplemntasi dengan daun
lamtoro (27,58 gram/ekor/hari) atau daun gamal (27,75 gram/ekor/hari) dan yang
terendah adalah yang diberikan rumput benggala tua (19,85 gram/ekor/hari).
Rendahnya konsumsi protein kasar kambing yang diberi rumput benggala
tua mungkin disebabkan karena rendahnya konsumsi bahan kering dan kadar
protein kasar.
Konsumsi Kalsium
Sidik ragam memperlihatkan bahwa rumput benggala muda, rumput
benggala tua, dan rumput benggala tua yang disuplementasi dengan daun lamtoro
atau daun gamal tidak berbeda konsumsi kalsiumnya oleh ternak kambing
(P>0,05) Konsumsi kalsium pada kambing lebih tinggi pada kambing yang diberi
19
rumput benggala tua tetapi disuplementasi dengan daun lamtoro atau daun gamal
dari pada yang diberi rumput benggala muda atau rumput benggala tua (Tabel 3).
Hal ini mungkin disebabkan karena lebih tingginya kadar kalsium daun lamtoro
atau dun gamal dari pada rumput benggala muda atau rumput benggala tua (Tabel
2).
Hasil penelitian ini menunjukkan konsumsi kalsium kasar tiap perlakuan
tidak berpengaruh nyata. Menurut Suharlina (2008) kandungan kalsium gamal
adalah 1,45 %.Sedangkan kandungan kalsium rumput benggala berkisar antara
0,38 – 0,45%(Fanindi, 2014).
Konsumsi Fosfor
Sidik ragam memperlihatkan bahwa konsumsi fosfor kambing yang
mengkonsumsi rumput benggala muda, rumput benggala tua dan rumput benggala
tua yang disuplementasi dengan daun lamtoro atau daun gamal tidak berbeda
nyata (P>0,05), tetapi konsumsi fosfor lebih tinggi pada kambing yang
mengkonsumsi rumput benggala tua tetapi disuplementasi dengan daun lamtoro
atau daun gamal dari pada yang mengkonsumsi rumput benggala muda atau tua
(Tabel 3). Diduga hal ini disebabkan karena tingginya kadar fosfor daun lamtoro
atau daun gamal dibandingkan dengan rumput benggala muda atau tua (Tabel 2).
20
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian
pakan yang disuplementasi lamtoro dan gamal belum memberikan pengaruh yang
baik terhadap konsumsi bahan kering, protein maupun mineral pada kambing.
Saran
Untuk menjadikan lamtoro dan gamal sebagai pakan suplementansi baik itu
pada musim hujan maupun pada musim kemarau, sehingga pakan ternak
terpenuhi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Anganga, A.A., and S. Tshwenyane, 2004. Potentials of guinea grass (Panicum
maximum) as forage crop in livestock production. Pak. J. Nutr., 3 (1) : 1 –
4.
Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Anonim. 2014. Sumber Mineral untuk Ternak. http://www.ilmuternak.com. Di
Akses Pada Tanggal 25 September 2016.
Areghoere, E.M. 2002. Voluntary intake and digestibility of fresh, wilted and dry
leucaena (Leucaena leucocephala) at four levels to a basal diet of guinea
grass (Panicum maximum). AJAS, 15 (8) : 1139 – 1146.
Atta-Krach, A.N. and J.E. Sonberg, 1988. Studies with Gliciridia sepium for crop-
livestock production systems in West Africa, Agroforestry System, 6 : 97
– 118.
Chen, C.P.R., A. Halim and F.Y. Chin, 1991. Fodder trees and fodder shrubbs in
range and farming system of the Asian and Pasific region. In: Legumes
Trees and Other Fodder Trees workshop in Kuala Lumppur, Malaysia, 14
– 18 October, 11 -12.
Chen, S. Y., Y. H. Su, S. F. Wu, T. Sha and Y. P. Zhang. 2005. Mitochondrial
diversity and phylogeographic structure of Chinese domestic
goats.Molecular phylogenetics and Evolution. 37: 804–814.
Church, D.C., G.E. Smith., J.P. Fontenot., dan A.T. Ralston. 1971. Digestive
Physiology and Nutrition of Ruminants. Volume 2. Departement of
Animal Science Oregon State University Corvallis, Oregon.
Coleman, R.J., G.W. Mathison, L. Burwash, and J.D Miligan, 1997. Theeffect of
protein supplementation of alfalfa cube diets n the growth of weanling
horses. 15 th
Equine Nutr. Phy. Sym, Ft. Worth, Tx. P. 59-64.
Ensminger, M.E. 2002. Sheep and goat science (Animal Agriculture Series). 6th
Edition. Interstate Publishers, INC. Danville, Illinois.
Fanindi. 2014. Karakter Morfologi Rumput Benggala (Panicum maximum cv Gatton)
yang Ditanam Menggunakan Jenis Benih Berbeda. Balai Penelitian Ternak,
PO Box 221, Bogor 16002.
22
Humphreys, L.R and I.J. Patridge , 1995. A guide to better pastures for the tropics
and subtropics. Published by NSW Agriculture, 5th
edition.
Immawatitari, 2014. AnalisisProksimatBahanKering.
http://immawatitari.wordpress.com. Diakses pada tanggal 26 September
2016.
Kamal, M. 1998. NutrisiTernak I Rangkuman. Lab Makanan Ternak. Jurusan
Mannetje, L.T. and R.M. Jones, 1992. Plant Resources of South East Asia. Prosea,
Bogor, Indonesia.
Midleton, C.H. and T.H. Mc. Oscar, 1975. Makueni a new Guinea grass for North
Queensland. Queensland Agric.J. 101 : 351-355.
Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UGM. Yogyakarta.
Okwori, A.I. and I.E. Magani, 2010. Influence of nitrogen sources and cutting
interval on the digetibility of four grass species in the southern Guinea
savanna of Nigeria. Agric. Biol. J. N. Am. 1(4): 562-533.
Ondiek, J.O., J.K. Tuitoek, S.A. Abdulrazak, F.B. Barbeca and T. Fujihara, 2000.
Use of Leucaena leucocephala and Gliricidia sepium as nitrogen sources
in supplementary concentrates for dairy goats offered Rhodes grass hay.
Asian-Aust. J. Anim. 13 (9) : 1249 – 1254.
Parakassi. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Departemen
Ilmu Pakan Ternak. Fakultas Pesrtanian . IPB Bogor.
. 1995. Ilmu Nutrisi Ruminansia Pedaging. Departemen Ilmu Pakan
Ternak. Fakultas Pertanian. IPB Bogor.
. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Departemen
Ilmu Pakan Ternak. Fakultas Pertanian . IPB Bogor.
Rangkuti, J. H. 2011. Produksi dan Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah
(PE) pada Kondisi Tatalaksana yang Berbeda.Departemen Ilmu Produksi
dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Rudiah. 2011. Respon Kambing Kacang Jantan Terhadap Waktu Pemberian
Pakan. Media Litbang Sulteng IV (1) : 67 – 74.
Rusdy. 2014. Dry matter yield and nutrional quality of Pannicum maximum –
Centrosema pubescens mixtures at different plant proportions and cutting
23
intervals. International Journalof Science, Environment and Tecchnology.
6 (3) : 2231 – 2241.
Sajimin, E. Sutendi, N.D. Purwantari dan B.R. Prawiraputra, 2010. Agronomi
rumput benggala (Pannicum maximum) dan pemamfaatannya sebagai
rumput potong. Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak.
Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Stewart, J.L., A.L. Dansdon, M. Kass, S.L. Ortiz, A. Larbi, S. Premaratne, B.
Tangenjaya, E. Wina, and J.E. Vargas, 1998. Acceptabilty, intake,
digestibility and live weight gain small ruminants. Anim. Feed Sci.
Tecnol. 75 : 111 -114.
Sudjana, M. A. 1991. Desain dan Analisis Eksperimen. Penerbit Tarsito,
Bandung.
Suharlina. 2008. Kelarutan Mineral Kalsium (Ca) Dan Fosfor (P) dan Fermentabilitas
Beberapa Jenis Legume Pohon Secara In Vitro. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner 2008. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Suparman. 2007. Beternak kambing. Penerbit Azka Press. Jakarta.
Sutedi, E., S. Yuhaeni dan B.R. Prawiradiputra. 2002. Karakterisasi rumput
benggala (P.maximum) sebagai pakan ternak. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan veteriner. Puslitbangnak. Bogor.
Tarigan, A. 2009.Produktivitas dan Pemanfaatan Indigofera sp Sebagai Pakan
Ternak Kambing pada Interval dan Intensitas Pemotongan yang Berbeda.
IPB,Bogor.
Tillman, A. D., H. Hartadi., S. Reksahadipradjo., S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Penerbit: Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Wodzicka. M., Tomaszewka, I. M. Mastika, A. Djajanegra, S. Gandiner and T. R.
Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia.
Penerjemah: I. M. Mastika, K. G. Suryana, I. G. L. Oka, dan I.B. Sutrisna.
Penerbit: Universitas Sebelas Maret Press. Surakarta.
24
LAMPIRAN
Lampiran 1 . Konsumsi bahan kering berdasarkan rancangan percobaan
PERIODE KAMBING
TOTAL A B C D
I 263.88(P1) 254.70(P2) 281.56(P4) 264.27(P3) 1064.41
II 159.84(P2) 222.91(P1) 212.20(P3) 235.96(P4) 830.91
III 275.78(P4) 253.68(P3) 251.64(P1) 199.79(P2) 980.89
IV 217.24(P3) 237.87(P4) 240.93(P2) 264.05(P1) 960.09
TOTAL 916.74 969.16 986.33 964.07 3836.30
RATA-RATA 229.19 242.29 246.58 241.02 959.08
Lampiran 2. Rataan konsumsi bahan kering untuk masing-masing perlakuan
PERIODE PERLAKUAN
P1 P2 P3 P4
I 263.88 254.70 264.27 281.56
II 222.91 159.84 212.20 235.96
III 199.79 251.64 275.78 253.68
IV 240.93 264.05 237.87 217.24
TOTAL 927.51 930.23 990.12 988.44
RATA-RATA 231.88 232.56 247.53 247.11
25
Lampiran 3. Sidik ragam konsumsi bahan kering
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Bahan_Kering
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 7665.100a 6 1277.517 1.583 .257
Intercept 919824.856 1 919824.856 1.139E3 .000
kolom 665.436 3 221.812 .275 .842
baris .000 0 . . .
perlakuan .000 0 . . .
Error 7265.017 9 807.224
Total 934754.973 16
Corrected Total 14930.117 15
a. R Squared = .513 (Adjusted R Squared = .189)
Bahan_Kering
perlaku
an N
Subset
1 2
Duncana P2 4 207.73
P4 4 240.02 240.02
P3 4 245.22 245.22
P1 4 266.10
Sig. .108 .246
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 807.224.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
26
Lampiran 4 . Konsumsi protein kasar berdasarkan rancangan percobaan
PERIODE KAMBING
TOTAL A B C D
I 25.23 (P1) 24.35(P2) 26.92(P4) 25.26(P3) 101.76
II 15.28(P2) 21.31(P1) 20.28(P3) 22.56(P4) 79.43
III 31.02(P4) 28.53(P3) 28.31(P1) 22.48(P2) 110.34
IV 25.13(P3) 27.52(P4) 27.81(P2) 30.55(P1) 111.01
TOTAL 96.66 101.71 103.32 100.85 402.54
RATA-RATA 24.17 25.43 25.83 25.21 100.64
Lampiran 5. Rataan konsumsi protein kasar untuk masing-masing perlakuan
PERIODE PERLAKUAN
P1 P2 P3 P4
I 25.23 24.35 25.26 26.92
II 21.31 15.28 20.28 22.56
III 22.48 28.31 31.02 28.53
IV 27.81 30.55 27.52 25.13
TOTAL 96.83 98.49 104.08 103.14
RATA-RATA 24.21 24.62 26.02 25.79
27
Lampiran 6. Sidik ragam konsumsi protein kasar
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Protein_Kasar
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 169.239a 6 28.207 3.096 .063
Intercept 10127.403 1 10127.403 1.112E3 .000
Kolom 6.053 3 2.018 .221 .879
Baris .000 0 . . .
Perlakuan .000 0 . . .
Error 81.987 9 9.110
Total 10378.630 16
Corrected Total 251.226 15
a. R Squared = .674 (Adjusted R Squared = .456)
Protein_Kasar
baris N
Subset
1 2
Duncana 2 4 19.8575
1 4 25.4400
3 4 27.5850
4 4 27.7525
Sig. 1.000 .327
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 9.110.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
28
Lampiran 7 . Konsumsi kalsium berdasarkan rancangan percobaan
PERIODE KAMBING
TOTAL A B C D
I 0.48(P1) 0.46(P2) 0.51(P4) 0.53(P3) 1.98
II 0.35(P2) 0.49(P1) 0.47(P3) 0.52(P4) 1.83
III 1.38(P4) 1.27(P3) 1.26(P1) 0.99(P2) 4.90
IV 0.87(P3) 0.95(P4) 0.96(P2) 1.06(P1) 3.84
TOTAL 3.08 3.17 3.20 3.10 12.55
RATA-RATA 0.77 0.79 0.80 0.78 3.14
Lampiran 8. Rataan konsumsi kalsium untuk masing-masing perlakuan
PERIODE PERLAKUAN
P1 P2 P3 P4
I 0.48 0.46 0.53 0.51
II 0.49 0.35 0.47 0.52
III 0.99 0.96 1.38 1.27
IV 1.26 1.06 0.95 0.87
TOTAL 3.22 2.83 3.33 3.17
RATA-RATA 0.81 0.71 0.83 0.79
29
Lampiran 9. Sidik ragam konsumsi kalsium
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Kalsium
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 3.535a 3 1.178 31.950 .000
Intercept 30.719 1 30.719 833.019 .000
perlakuan 3.535 3 1.178 31.950 .000
Error .443 12 .037
Total 34.696 16
Corrected Total 3.977 15
a. R Squared = .889 (Adjusted R Squared = .861)
Kalsium
perlaku
an N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Duncana P1 4 .9150
P2 4 .9275
P3 4 1.7475
P4 4 1.9525
Sig. .928 .157
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
30
Lampiran 10 . Konsumsi fosfor berdasarkan rancangan percobaan
PERIODE KAMBING
TOTAL A B C D
I 0.87(P1) 0.89(P2) 0.98(P4) 0.92(P3) 3.66
II 0.71(P2) 0.99(P1) 0.95(P3) 1.06(P4) 3.71
III 1.63(P4) 1.75(P3) 1.74(P1) 1.87(P2) 6.99
IV 1.56(P3) 1.81(P4) 2.12(P2) 2.32(P1) 7.81
TOTAL 4.77 5.44 5.79 6.17 22.17
RATA-RATA 1.19 1.36 1.45 1.54 5.54
Lampiran 11. Rataan konsumsi fosfor untuk masing-masing perlakuan
PERIODE PERLAKUAN
P1 P2 P3 P4
I 0.87 0.89 0.92 0.98
II 0.99 0.71 0.95 1.06
III 1.87 1.74 1.63 1.75
IV 2.12 2.32 1.81 1.56
TOTAL 5.85 5.66 5.31 5.35
RATA-RATA 1.46 1.42 1.33 1.34
31
Lampiran 12. Sidik ragam konsumsi fosfor
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:fosfor
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1.715a 6 .286 22.521 .000
Intercept 9.719 1 9.719 765.889 .000
kolom .005 3 .002 .128 .941
baris .000 0 . . .
perlakuan .000 0 . . .
Error .114 9 .013
Total 11.548 16
Corrected Total 1.829 15
a. R Squared = .938 (Adjusted R Squared = .896)
Fosfor
baris N
Subset
1 2 3
Duncana 2 4 .4575
1 4 .4750
4 4 .9600
3 4 1.2250
Sig. .831 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .013.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
32
DOKUMENTASI PENELITIAN
Proses persiapan penelitian Kandang penelitian
Rumput benggala Daun gamal dan daun lamtoro
33
Urine kambing
Renovasi kandang penelitian
Proses pencacahan rumput benggala Penimbangan kambing
34
RIWAYAT HIDUP
Alif Surya Firman (I111 11 375)lahir di Bulukumba,
pada tanggal 24 September 1993 dari pasangan
Jamaluddin Pasakai dan Rahmatia. Jengjang pendidikan
formal yang pernah ditempuh adalah menyelesaikan
Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 112Barang pada tahun
2005, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri 1 Kajang, tamat pada tahun 2008 dan melanjutkan
sekolah ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kajang, tamat pada tahun
2011. Pada tahun yang sama pula, penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan
Tinggi Negeri dan lulus melalui Jalur SNMPTN di Program Studi Peternakan,
Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Hingga akhirnya lulus
Pendidikan Sarjana (S1) Program studi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Universitas Hasanuddin Makassar pada Tahun 2017.