konstruksi realitas konflik agama dalam film … · kasus, pemaksaan keyakinan masing-masing 22...

45
KONSTRUKSI REALITAS KONFLIK AGAMA DALAM FILM TANDA TANYA (ANALISIS SEMIOTIKA) OLEH: JANISA PASCAWATI LANDE E31108006 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2014

Upload: hoangcong

Post on 13-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KONSTRUKSI REALITAS KONFLIK AGAMA DALAM FILM TANDA TANYA (ANALISIS SEMIOTIKA)

OLEH:

JANISA PASCAWATI LANDE

E31108006

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2014

KONSTRUKSI REALITAS KONFLIK AGAMA DALAM FILM TANDA TANYA (ANALISIS SEMIOTIKA)

OLEH:

JANISA PASCAWATI LANDE

E31108006

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pada Jurusan Ilmu Komunikasi

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2014

ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Konstruksi Realitas Konflik Agama Dalam Film Tanda

Tanya (Analisis Semiotika)

Nama Mahasiswa : Janisa Pascawati Lande

Nomor Pokok : E31108006

Menyetujui,

iii

HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI

Telah diterima oleh Tim Evaluasi Skripsi Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Hasanuddin untuk memenuhi sebagai syarat guna memperoleh gelar

kesarjanaan dalam Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik. Pada hari

Selasa, Tanggal 18 Maret, Tahun 2014.

Makassar, 18 Maret 2014

Ketua : Dr. Jeanny Maria Fatimah, M.Si ( )

Sekretaris : Murniati Muchtar S.Sos, M.I.Kom ( )

Anggota : 1. Dr. Muh. Iqbal Sultan, M.Si ( )

2. Muliadi Mau, S.Sos M.Si. ( )

3. Alem Febri Sonni, S.Sos, M.Si ( )

iv

ABSTRAK

Janisa Pascawati Lande, E31108006, Konstruksi Realitas Konflik Agamadalam Film Tanda Tanya (Analisis Semiotika) (Dibimbing oleh Jeanny Maria Fatimah dan Muliadi Mau) Skripsi : Program S-1 Universitas Hasanuddin.

Skripsi ini bertujuan (1) Untuk mengetahui makna pesan dalam film tanda tanya. (2) Untuk mengetahui konstruksi realitas konflik agama dalam film tanda tanya.

Film Tanda Tanya (?) merupakan sebuah film karya Hanung Bramantyo yang menyuarakan toleransi antar umat beragama dan mengkonstruksi realitas konflik agama yang terjadi di masyarakat. Dengan berani, film ini mengangkat perbedaan agama yang merupakan bagian sensitif untuk di bicarakan. Tidak sekedar mengkonstruksi konflik agama di masyarakat, namun melalui film ini Hanung memberi pesan tersendiri untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di masyarakat tersebut. Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih delapan bulan terhitung Maret 2013 - November 2013. This research is doing about eight month from March to November 2013.

Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif melalui pengamatan secara meyeluruh terhadap objek penelitian dengan menonton DVD Film Tanda Tanya. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yakni mengidentifikasi sejumlah gambar dan suara yang terdapat pada shot dan scene yang didalamnya terdapat unsur tanda yang menggambarkan realitas konflik agama. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan model semiotika Roland Barthes dengan tiga tahap analisis yaitu deskripsi makna denotatif, identifikasi sistem hubungan tanda dan makna konotatitif serta analisis mitos. Kemudian, Focus Group Discussion (FGD) diadakan sebagai pelengkap untuk memperoleh informasi data penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna yang disampaikan dalam film Tanda Tanya adalah : toleransi antar umat beragama merupakan jawaban atas penyelesaian konflik agama yang terjadi di masyarakat. Adapun realitas konflik agama yang dikonstruksi dalam film TandaTanya antara lain : konflik pribadi penyebab konflik agama, konflik agama terjadi karena sekelompok individu yang mudah terprovokasi, konflik agama diatasi dengan toleransi, konflik agama karena stereotip dan isu masa lalu serta kekerasan masih menjadi jalan penyelesaian konflik agama.

v

ABSTRACT

Janisa Pascawati Lande, E31108006, Construction of Inter-Religious Conflict in Film Tanda Tanya (Semiotics Analysis) (Guided by Jeanny Maria Fatimah and Muliadi Mau).

Thesis : Undergraduate Program of Hasanuddin University aims to clarify (1) the meaning message of film Tanda Tanya. (2) construction about the reality of inter-religious conflict in film Tanda Tanya.

Film Tanda Tanya is a movie by Hanung Bramantyo which voiced religious tolerance and construction about the reality of inter-religious conflict. This movie is giving the resolution of conflict in society.

This research use the qualitative method with descriptive analysis to observation the all research object and watching the movie. Data collected by identification some pictures and sound which in shot and scene that have sign unsure that describe reality of inter religious conflict. Then, data analyzed by Roland Barthes semiotics method with three analysis stage namely descriptive denotative meaning, identification sign relation system, connotative meaning and myth analysis. Focus Group Discussion (FGD) used to be complement to get information data research.

The result showed that meaning of film Tanda Tanya is : tolerance inter religious in society. Inter religious conflict reality that construction in film Tanda Tanya : Personal conflict caused inter-religious conflict, inter-religious conflict happen because group of people that provoked, tolerance is answer inter-religious conflict in society, inter religious conflict happen because stereotype and past issue, violence still be the inter religious conflict completion.

vi

KATA PENGANTAR

Dalam Ruang Putih Kata Pengantar ini, Penulis mengungkapkan rasa terima

kasih, Puji dan syukur yang terutama kepada Tuhan Yesus karena atas Hikmat dan

berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai syarat

menyelesaikan studi Jurusan Ilmu Komunikasi Unhas. Penulis menyadari tanpa

bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak dari masa perkuliahan hingga

penyusunan skripsi, sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh

sebab itu, sebagai penulis, saya juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada Papa Dr. Ir. Fresh Lande, M.Sc, Ph.d, terima kasih sudah menjadi ayah

yang baik dan sabar serta terus mengajar dan mendorong penulis untuk

menyelesaikan studi dengan baik. Kepada almarhum mama, Decy Lucy

Kadang, ibu yang sangat kurindukan, tempat berbagi terbaik di dunia, yang

sangat ingin gelar sarjana terpampang di akhir nama saya, meskipun tak

sempat melihat saya berdiri bersalaman dengan Rektor di momen sakral

bernama Wisuda, saya tahu ibu melihatnya dari tempat yang lain disana.

Terima kasih untuk perhatian, nasihat, ajaran, teguran, cinta dan doa.

2. Kepada saudara Kandung yang tak akan tergantikan, kakak Juwita Pascarina

Lande, dan adik Stevia Sari Lande dan Pascawan Lebong Lande, terima kasih

atas dukungan kalian. Kepada Om JB Lande sekeluarga terima kasih atas

segala Support dan bantuannya.

vii

3. Kepada Ibu Dr. Jeanny Maria Fatimah, M.Si selaku Pembimbing I dan bapak

Muliadi Mau, M.Si selaku Pembimbing II atas bimbingan, atas motivasi dan

arahan serta saran yang diberikan kepada penulis.

4. Dosen-dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat untuk saya dan staf-staf Jurusan Ilmu

Komunikasi Universitas Hasanuddin, serta staf akademik FISIP Unhas, yang

telah banyak membantu saya dalam pengurusan Ujian Sarjana.

5. Kepada kakak Dr. Tuti Bahfiarti, M.Si, terima kasih sudah mendorong saya

menyelesaikan studi ini.

6. Kepada Michael Gerald Aipassa, atas kehadiran, motivasi dan kesetiannya

membantu saya dalam banyak hal.

7. Kepada sahabat-sahabat terbaik. Maydelin Tandipuang, Henni Evangelis

Posumah, Liry Skolastika, Nolviani Naomi Langan, Devi Ariska Mapata,

Johannes Praja Muda, atas dorongan, nasehat dan kebersamaan kita. Juga

untuk kawan seperjuangan, Rezky Ariyani, Rukmini Rasyid, Rachel P. Siriwa,

Dodi Kurniawan terima kasih banyak membantu. Terkhusus pula untuk kawan

penasehat dengan pengetahuan yang cemerlang, A.Mutmainnah, terima kasih

sudah banyak membantu dari jauh, dirimu sangat luar biasa.

8. Keluarga besar EXIST08, yang tidak bisa saya sebut satu persatu, atas

kebersamaan, dan segala bentuk dukungan selama kita bersama, semua canda

dan tawa, sindiran dan pengetahuan.

9. Kepada Rumah kedua bernama KOSMIK serta seluruh penghuni didalamnya,

atas kehadirannya mewarnai hari-hari saya dikampus. Kepada kanda Harwan

viii

AK terima kasih atas buku-buku e-book serta diskusi-diskusi yang kanda buat

untuk membantu saya belajar dan menyelesaikan studi.

10. Kepada sahabat-sahabat saya di PMKO FISIP UNHAS, atas dukungan dan doa

yang diberikan untuk saya.

11. Kepada Teman-teman DB3 Voice, atas kebersamaan yang sempat terbangun,

dan telah sukses menjadikan hari-hari saya di kampus bernada indah. Saya

rindu untuk bergabung dan bernyanyi lagi bersama kalian.

12. Kepada Teman-teman se-posko KKN Unhas Gel-80 Desa Kindang, atas

dukungannya. Kapan-kapan kita kembali ke rumah nenek.

13. Teman-teman kantor Humas Unhas. Rekan staf sepenanggungan Rizky

Maulidiana, asam manis pekerjaan kita rasakan bersama. Rekan reporter

seperjuangan, Atika Saidin, Fhenny Anggriyani, Fadly Muhammad, Ayu

Adriyani, Jayanti Simanjuntak dan Yohanis kiding, terima kasih sudah

berteriak membantu diri saya agar cepat selesai.

14. Untuk Bapak Kepala Humas Dr. M. Iqbal Sultan, terima kasih karena telah

mendorong dan memotivasi saya agar cepat menyelesaikan studi.

15. Kepada teman-teman informan FGD, Lucky, Dodi, Atika, Eva, Citra, Rosi,

dan Meisye, terima kasih karena masukan kalian sudah sangat membantu saya

dalam penulisan skripsi ini.

16. Teman dan Sahabat Penulis di SMA Gamaliel, Nidya Tanrobak, Meilanny

Monica Leuwol, Murnawaty, Jeri Horas, Michael Alfonsus Yalim, terima

kasih atas apapun bantuannya selama saya menempuh skripsi.

ix

17. Untuk teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah berseliweran datang dan pergi

dalam kehidupan saya, di kertas putih yang terbatas ini saya ucapkan terima

kasih karena kehadiran kalian adalah fase waktu yang membuat saya terus

belajar.

Tuhan Memberkati

Maret 2014

Janisa Pascawati Lande

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………. ii

HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI ………………………… iii

ABSTRAK ………………………………………………………………. iv

ABSTRACT …………………………………………………………….. v

KATA PENGANTAR …………………………………………………… vi

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. x

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1

A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 7

C. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 7

D. Kegunaan Penelitian ………………………………………… 7

E. Kerangka Konseptual …………………………………………… 8

F. Definisi Operasional ……………………………………………… 13

G. Metode Penelitian …………………………………………….. 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………... 18

A. Film Sebagai Media Komunikasi Massa …………………………. 18

B. Film Sebagai Teks dan Kosntruksi Realitas .......…………………. 21

C. Gambaran Realitas Konflik Agama .................................................. 30

xi

D. Semiotika Film …………………………………………................. 36

E. Focus Group Discussion (FGD) ..................................................... 48

BAB III GAMBARAN OBJEK PENELITIAN ………….……………. 51

A. Sinopsis Film Tanda Tanya ……………………………………… 54

B. Pengenalan Tokoh Utama …….………………………………..… 56

C. Struktur Produksi Film Tanda Tanya ……...................................... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………. 60

A. Pesan Yang Disampaikan Dalam Film Tanda Tanya …………… 60

B. Konstruksi Konflik Agama Dalam Film Tanda Tanya …………… 81

BAB V PENUTUP ……………………………………………………….. 115

A. Kesimpulan ………………………………………………………. 115

B. Saran ……………………………………………………………… 116

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 118

LAMPIRAN ……………………………………………………………… 121

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara dengan keberagaman suku, agama, ras, serta

budaya. Keberagaman itu dapat terlihat dari jumlah suku di Indonesia yang menurut

Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia tercatat sebanyak 1128 suku yang

tersebar dalam 34 provinsi di Indonesia. Setiap individu diberikan kebebasan

memeluk agama masing-masing. Di Indonesia sendiri, ada 6 agama yang diyakini

yakni Islam, protestan, Katolik, Buddha, Hindu dan Konghuchu.

Untuk menyatukan keragaman tersebut, maka bangsa Indonesia

mengunifikasikannya dalam dasar dan semboyan bangsa Indonesia yakni Pancasila

dan Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika atau berbeda-beda

tetapi tetap satu merupakan penggambaran kesatuan bangsa Indonesia yang

majemuk. Namun tak dapat dipungkiri, Heterogenitas ini menyebabkan Indonesia

rentan terjadi konfik. Mulai dari konflik sosial hingga konflik agama.

Menurut Pace & Falues dalam wikipedia, konflik merupakan ekspresi

pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain

karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya

perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami.

Sejatinya, konflik merupakan hal yang lumrah terjadi di masyarakat.

Namun, konflik menjadi masalah serius dan perlu dikhawatirkan ketika konflik

2

tersebut menjadi konflik yang berkepanjangan dan dapat menghancurkan nilai-nilai

kebhinekaan bangsa Indonesia.

Dari sekian banyak konflik yang terjadi di Inodnesia, konflik agama

menjadi salah satu konflik yang patut di perhatikan. Pasalnya konflik agama dapat

memicu konflik berkepanjangan dan melunturkan persatuan Indonesia yang dikenal

dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ikanya.

Konflik agama sendiri merupakan konflik atau pertikaian antara individu

atau kelompok yang menyangkut agama dengan bentuk kekerasan atas nama

agama, intimidasi, diskriminasi, pemaksaan keyakinan, penganiayaan,

pengerusakan atau pengeboman dan teror atau pembunuhan.

Sebagai fakta, Wahid Institute menerangkan jumlah tindakan intoleransi

atas dasar agama di masyarakat yang dapat menyebabkan konflik agama yang

terjadi pada tahun 2011 berjumlah 267 kasus, atau sekitar 15 kasus terjadi setiap

bulannya. Angka ini naik 10 % dari tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 184

kasus. Pada Tahun 2012 angka tersebut mengalami kenaikan 3% hingga berjumlah

278 kasus.

Untuk Tindakan Pelanggaran Kebebasan Beragama oleh Non-Aparatus

Negara sendiri yang terjadi selama tahun 2012 ini berjumlah 197 kasus. Dari 197

kasus yang ditemukan pada tahun ini, terjadi peningkatan kasus-kasus pelanggaran

oleh non-aparatus negara dibanding tahun sebelumnya sekitar 3 %,

Adapun dari sisi bentuk tindakan pelanggarannya, terdapat 12 bentuk.

Tindakan yang paling sering terjadi selama tahun 2012 adalah: Intimidasi dan

ancaman kekerasan 36 kasus, penyerangan 27 kasus, pelarangan rumah ibadah 23

3

kasus, pemaksaan keyakinan masing-masing 22 kasus serta diskriminasi agama 19

kasus.

Sejarah pun mencatat, deretan insiden konflik dan kekerasan bernuansa

agama di Indonesia diantaranya konflik Poso pada tahun 1998, konflik Ambon

tahun 1999, konflik Dayak-Madura di Kalimantan, konflik vertikal GAM, konflik

antar kelompok agama di Sulawesi Tengah dan Maluku pada 1998-2001. Selain itu,

konflik dan kekerasan yang menimpa Jamaah Ahmadiyah Indonesia dan aliran-

aliran keagamaan lainnya, pengeboman yang dilakukan kelompok teroris atas nama

jihad termasuk pengeboman gereja di temanggung pada tahun 2011.

Kejadian konflik agama tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak

realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Konflik agama lantas menjadi konflik

yang hangat diperbincangkan karena sering terjadi akhir-akhir ini. Kondisi konflik

tersebut membuat banyak pihak prihatin. Dari organisasi masyarakat, pemerintah,

politisi, hingga seniman aktif menyuarakan dan mencari jalan penyelesaian konflik

tersebut.

Sebagai seorang seniman sekaligus warga negara Indonesia yang prihatin

terhadap kondisi tersebut, Sutradara Hanung Bramantyo, menggambarkan dan

mengkonstruksi realitas konflik agama itu dalam Film besutannya, Tanda Tanya.

Film Tanda Tanya merupakan film produksi Dapur Film dan Mahaka

Pictures yang dirilis pada tahun 2011. Film ini memperoleh 11 nominasi

penghargaan dalam Festival Film Indonesia. Selain itu, dalam festival dan tahun

yang sama, melalui Yadi sugandi, Tanda Tanya menjadi pemenang penghargaan

Tata Sinematografi Terbaik (Piala Citra).

4

Tanda Tanya merupakan film yang menyuarakan toleransi antar umat

beragama dan mengkonstruksi realitas konflik agama yang terjadi di masyarakat.

Dengan berani, film ini mengangkat perbedaan agama yang merupakan bagian

sensitif untuk di bicarakan. Tidak sekedar mengkonstruksi konflik agama di

masyarakat, namun melalui film ini Hanung memberi pesan tersendiri untuk

menyelesaikan konflik yang terjadi di masyarakat tersebut.

Tanda Tanya bercerita tentang dinamika kehidupan beberapa orang yang

semuanya berbeda latar belakang budaya, agama dan tingkat sosial ekonomi.

Kesemuanya lalu bersinggungan di dalam cerita dengan berbagai kepentingan.

Film yang berdurasi 100 menit ini, mengambil setting sebuah wilayah kota

di Jawa Tengah. Mengisahkan 3 keluarga dengan latar belakang yang berbeda-beda

namun saling berhubungan satu sama lain. Tan Kat Sun (Henky Solaiman), pemilik

restoran Cina, pemeluk Konghucu. Ia memiliki rasa toleransi yang tinggi terhadap

pegawainya yang memeluk agama Islam, sehingga cara masak dan peralatan masak

dipisah secara tajam antara yang halal dan haram. Ia bermasalah dengan anaknya,

Ping Hen alias Hendra (Rio Dewanto), yang memiliki visi tersendiri dalam bisnis.

Ada pula Soleh (Reza Rahadian), seorang Muslim yang rajin menjalankan ibadah,

namun, ia bermasalah dengan keadaan dirinya yang seorang pengangguran.

Sementara istrinya, Menuk (Revalina S. Temat), yang berjilbab bekerja di restoran

Tan Kat Sun. Menuk adalah sosok istri teladan yang menjadi tiang keluarga.

Sedangkan Rika (Endhita), adalah teman menuk seorang, janda berputra tunggal,

meneruskan usaha toko buku keluarga. Atas pilihannya sendiri, ia belajar agama

Katolik dan ingin dibaptis. Sedangkan putranya terdorong untuk memperdalam

5

agama Islam di mesjid setempat. Ia bersahabat dengan Surya (Agus Kuncoro), yang

bercita-cita menjadi aktor hebat namun, kenyataannya ia selalu mendapatkan peran

yang kecil.

Kisah yang terjadi antar pemain merupakan permasalahan masing-masing

keluarga dan individu yang bersinggungan dengan masalah sosial masyarakat.

Penggambaran sikap intoleransi, kebencian antaretnis/agama, radikalisme agama

dalam bentuk peristiwa penusukan pastor dan bom di gereja, serta usaha menengahi

konflik agama nampak dalam film Tanda Tanya.

Menurut penulis, hal ini lah yang menyebabkan film Tanda Tanya menjadi

menarik untuk dikaji, melihat fakta tindakan intolerasi yang terjadi di masyarakat

dan penggambaran konflik antar umat beragama yang dimunculkan dalam film

Tanda Tanya. Melalui penelitian yang dilakukan penulis terhadap film Tanda

Tanya, diharapkan mampu memberikan jawaban dan menjadi bahan literasi bagi

masyarakat mengenai penyelesaian konflik agama yang terjadi di tengah

masyarakat.

Penelitian mengenai film sebagai media komunikasi di tengah masyarakat

menjadi pilihan penulis karena film merupakan karya seni dalam bentuk sarana

pengungkapan ide kreatif melalui penggambaran atau konstruksi realitas yang

terjadi di masyarakat. Film mampu menjangkau khalayak massa dari berbagai

lapisan sosial.

Diangkatnya film dalam penelitian disebabkan film memiliki kekuatan yang

sangat besar terhadap khalayak. Selain sebagai media penyampai pesan, film juga

6

memiliki kekuatan sebagai media perpanjangan diri, mempengaruhi khalayak dan

membentuk ideologi serta menggugah kesadaran.

Van Zoest dalam Sobur (2004:128) mengemukakan bahwa film dibangun

dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang

bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Film

menampilkan rangkaian gambar bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga

tampak memiliki kesamaan dengan realitasnya.

Dalam penenelitian ini, Semiotika digunakan sebagai pisau analisis.

Semiotika digunakan dengan tujuan mempelajari bagaimana film menciptakan atau

mendaur ulang tanda untuk tujuannya sendiri. Melalui analisis semiotika film, akan

diketahui tanda-tanda yang mengkonstruksi realitas konflik agama yang terjadi di

masyarakat dalam film tanda tanya.

Selain itu, untuk memperkuat serta memperdalam hasil analisis data yang

diperoleh, penulis menggunakan model multiperspektif dengan menggabungkan

analisis semiotika dengan pendekatan Teori stimulus respon dengan metode Focus

Group Discussion (FGD). Metode FGD dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui tanggapan khalayak yang mewakili tiga agama yang ditampilkan dalam

Film Tanda Tanya sebagai stimulus mengenai konstruksi realitas konflik agama.

Melalui FGD, khalayak akan memberikan respon mengenai konstruksi realitas

konflik agama dalam film tanda Tanya berdasarkan kriteria yang dimilikinya

yaknmi agama yang dianutnya. Nantinya khalayak tersebut akan memberikan

identifikasi data yang mendalam dan menjadi penguat data dari hasil analisis yang

dilakukan peneliti sebelumnya.

7

Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengkaji

film Tanda Tanya dalam bentuk skripsi dengan judul:

Konstruksi Realitas Konflik Agama Dalam Film Tanda Tanya

(Analisis Semiotika)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dirumuskan di atas, maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa Pesan yang disampaikan dalam film Tanda Tanya?

2. Bagaimana Konstruksi Realitas Konflik Agama ditampilkan dalam film

Tanda Tanya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pesan yang ingin disampaikan dalam film tanda tanya.

2. Untuk mengetahui konstruksi realitas konflik agama dalam film tanda tanya.

D. Kegunaan Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan serta bahan referensi

bagi mahasiswa komunikasi pada jenis penelitian semiologi, serta seluruh

mahasiswa pada umumnya agar dapat diaplikasikan untuk perkembangan

ilmu komunikasi.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi bagi para

mahasiswa khususnya mahasiswa komunikasi terkait analisis semiotika

8

maupun pihak lain yang melakukan penelitian pada objek yang sama serta

menjadi acuan dalam membaca dan memahami simbol maupun tanda yang

di tampilkan dalam sebuah teks khususnya film.

3. Sebagai skripsi guna memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian

sarjana pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Hasanuddin.

E. Kerangka Konseptual

1. Film sebagai Konstruksi Realitas

Konstruksi realitas sosial dipahami bahwa dunia sosial adalah

produk manusia. Ia adalah konstruksi manusia itu sendiri dan bukan

merupakan sesuatu yang terjadi begitu saja tanpa melalui proses.

Konstruksi sosial atas realitas menggambarkan proses sosial melalui

tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus

menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.

Film sebagai media yang mengkonstruksi realitas, mewakili realitas

kelompok tertentu baik khayalan maupun realitas dalam arti sebenarnya.

Media berperan besar sebagai alat konstruksi pesan. Begitu pula,

dengan film yang termasuk dalam media massa. Sebagai representasi dari

realitas, film membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan

kode-kode, konvensi dan ideologi dari kebudayaan sang pembuat film. Dan

semua itu konstruksi dari sebuah film. Setiap orang memiliki cara tersendiri

bagiamana mengkonstruksi sebuah realitas yang ditampilkan dalam sebuah

film.

9

2. Semiotika sebagai Pisau Analisis

Analisis semiotika menjadi pisau analisis dalam penelitian ini untuk

menganalisis tanda-tanda mengenai realitas sosial konflik agama yang

diangkat di dalam film Tanda Tanya. Semiotika digunakan karena ia mampu

membongkar makna-makna tersebumbunyi dari teks sehingga didapatkan

informasi yang mendalam dari teks tersebut.

Semiotika memahami dunia sebagai sistem yang mempunyai unit

dasar yang disebut tanda. Dalam analisis semiotika, pesan tersusun atas

tanda-tanda. Tanda itu sendiri memberi kita petunjuk yang semata-mata

menghasilkan makna melalui interpretasi (Cavallaro, 2011:29).

Dalam pemaknaannya, Charles Sanders Pierce membagi atau

mengklasifikasikan tanda menjadi 3 tipe yakni simbol, icon dan index. Icon

merupakan sebuah tanda yang didasarkan pada kemiripan antara penanda

dan petanda. Index merupakan sebuah tanda berdasarkan hubungan penanda

dan petanda yang terjadi secara kausal. Sedangkan simbol merupakan tanda

yang berdasarkan hubungan alamiah antara penanda dan petanda yang

terjadi berdasarkan kesepatan masyarakat.

Proses pemaknaan tanda dalam film dapat dilihat berdasarkan relasi-

relasi tanda. Dalam hal ini, setiap tanda hanya bermakna dengan

hubungannya dengan tanda lain di dalam film. terdapat dua hubungan atau

relasi struktural tanda yakni paradigmatik dan sintagmatik. Dalam

hubungan paradigmatik, dari sekumpulan tanda dipilih atau diseleksi satu

10

tanda atau simbol yang dapat mewaliki atau memberi makna. Paradigmatik

tak dapat terlepas dari aspek eksternal sang pemilih tanda. Sedangkan

sintagma merujuk kepada hubungan suatu kata dengan kata lain, atau suatu

tanda dengan tanda lain atau dapat disebut dengan kombinasi tanda. Tanda

tersebut saling berurutan dan saling berkaitan satu sama lain hingga tidak

dapat dipisahkan. Sintagmatik merupakan pesan yang tersusun atas tanda-

tanda yang dipilih dan saling berhubungan tersebut.

Interpretasi atau analisis atas film ini merujuk pada pendekatan

semiotika Roland Barthes. Proses pemaknaan yang digunakan barthes yakni

pemaknaan dua tahap atau signifikasi dua tahap. (Gambar 1)

Dalam signifikasi tahap pertama, terdapat makna denotatif yang

merupakan makna sebenarnya atau makna apa adanya yang tampak dari

film tersebut. Makna denotatif muncul ketika penanda awal bertemu dengan

petanda awal sehingga menghasilkan sebuah tanda.

Sedangkan pada signifikasi tahap kedua, tataran signifikasi lanjutan,

Barthes menggunakan istilah konotatif. Konotatif merupakan makna yang

dibangun oleh tanda-tanda dari sistem pertandaan tataran pertama. Makna

dari tahap konotatif tersebut merupakan makna yang tersembunyi. Pada

makna konotatif proses interpreatsi tergantung dengan latar belakang

sejarah atau budaya tertentu individu yang membaca tanda. konotatif hanya

bisa dipahami dalam kaitannya dengan tatanan signifikasi tertentu.

11

Gambar 1. Peta Tanda Roland Barthes

3. Focus Group Discussion (FGD) Sebagai Metode Penguat Hasil

Penelitian

Adapun untuk memperkuat konstruksi realitas konflik agama yang

dijelaskan oleh peneliti nantinya, maka digunakan pendekatan S-O-R

dengan metode FGD. Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Respon)

merupakan model teori komunikasi yang menunjukkan komunikasi sebagai

sebuah proses aksi reaksi.

Stimulus merupakan segala sesuatu yang berada di luar individu.

Dalam penelitian ini stimulus dapat berupa film Tanda Tanya (tanda-tanda

baik verbal maupun non verbal dalam film). Organism merupakan individu

atau khalayak yang memperhatikan dan menerima stimulus. Sedangkan

respon merupakan tanggapan individu atau khalayak tadi mengenai

stimulus.

1. Signifier 2. Siginified

3. Denotative Sign

4. Conntative Signifier 5. Conntative Signified

6. Conntative Sign

12

Menurut Koentjoro dalam Yusuf (Bincang Media), kegunaan FGD

disamping sebagai alat pengumpul data adalah sebagai alat untuk

meyakinkan peneliti sekaligus alat re-check terhadap berbagai

keterangan/informasi yang didapat melalui berbagai metode penelitian yang

digunakan atau keterangan yang diperoleh sebelumnya, baik keterangan

yang sejenis maupun yang bertentangan.

Dari keterangan tersebut, dalam kaitannya dengan penelitian, FGD

berguna untuk memperoleh informasi yang banyak, memperoleh ide guna

penelitian yang lebih mendalam, serta menguatkan dan memperbaiki data

dari hasil analisis dengan metode lain sebelumnya.

Oleh sebab itu, metode FGD digunakan dalam penelitian ini

hanyalah sebatas memperkuat atau meng cross-check data yang telah

didapat dengan analisi semiotika serta memperkaya penelitian sehingga

lebih mendalam.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat di susun model

kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :

13

F. Definisi Operasional

1. Konstruksi adalah penggambaran kembali realitas sosial yang terjadi di

masyarakat melaui gambar, dialog serta simbol atau unsur lainnya

pembentuk film yang dibuat berdasarkan latar belakang atau budaya

pembuat film Tanda Tanya.

2. Konflik Agama adalah konflik, pertentangan ataupun pertikaian antara

individu atau kelompok antar agama yang bisa saja termanifestasi dalam

bentuk kekerasan, intimidasi, pemaksaan keyakinan, penganiayaan,

pengerusakan atau pengeboman dan teror atau pembunuhan.

3. Analisis semiotika adalah studi tentang penyelidikan tanda atau symbol

dalam film Tanda Tanya untuk menghasilkan makna. Tanda-tanda tersebut

dapat berupa simbol, gambar dan dialog yang digunakan untuk

mengkonstruksi realitas konflik agama.

FILM

TANDA TANYA

DENOTASI

KONOTASI

SIMBOLIK

PARADIGMATIK

SINTAGMATIK

KONSTRUKSI REALITAS KONFLIK AGAMA

ANALISIS SEMIOTIKA

METODE FGD

14

4. Simbolik, merupakan tanda yang dipilih untuk mewakili dan

memberitahukan sesuatu kepada seseorang.

5. Paradigmatik, sekumpulan tanda yang diseleksi satu tanda atau simbol

yang dapat mewaliki atau memberi makna. Paradigmatik tak dapat terlepas

dari aspek eksternal sang pemilih tanda.

6. Sintagmatik, merupakan pesan yang tersusun atas kombinasi tanda-tanda

yang dipilih dan saling berhubungan.

7. Denotatif, merupakan tataran makna yang nampak apa adanya atau makna

sebenarnya dari film Tanda Tanya. Denotatif tersusun atas penanda dan

petanda awal.

8. Konotatif, merupakan tataran signifikasi tahap kedua yang menampilkan

makna tersembunyi dari film Tanda Tanya. Konotatif terbangun ketika

tanda-tanda pada sistem tataran pertama bertemu dengan latar belakang

atau budaya individu pembaca tanda.

9. Khalayak FGD, merupakan informan yang dipilih dalam penelitian

berdasarkan kriteria yang mewakili agama yang ditampilkan dalam Film

Tanda Tanya; yang akan memberikan tanggapan mengenai konstruksi

konflik agama dalam Film Tanda Tanya berdasarkan agama yang

dianutnya.

10. FGD, merupakan Forum diskusi kelompok yang membahas topik

penelitian. FGD memungkinkan semua informan menyampaikan

pendapatnya secara terbuka namun tetap terarah.

15

11. Tanggapan, merupakan respon yang diberikan informan atau khalayak dari

stimulus yang diterimanya.

12. Film Tanda Tanya yaitu film karya Hanung Bramantyo yang diproduksi

oleh dapur Film dan mahaka Pictures yang mengisahkan 6 orang tokoh

yang saling berhubungan, memiliki permasalahan masing-masing dalam

hal ini menyangkut permasalahan agama.

G. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Penelitian ini digunakan melalui pendekatan kualitatif

menggunakan teknik penelitian analisis semiotika. Pendekatan ini

memungkinkan penulis untuk melakukan pengamatan dan analisis secara

mendalam terhadap topik yang akan diteliti.

2. Objek dan Waktu Penelitian

Objek penelitian adalah scene-scene dalam film tanda Tanya yang

berdurasi 100 menit produksi Dapur Film dan Mahaka Picture. Dirilis pada

tahun 2011 oleh sutradara Hanung Bramantyo.

Waktu penelitian ini berlangsung kurang lebih 8 bulan yakni April

- November 2013.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data primer, diperoleh penulis dengan mengamati unsur tanda

mengenai konflik agama di beberapa scene dan shot dalam film

Tanda Tanya. Setelah itu, dengan menggunakan analisis semiotika,

16

penulis menginterpretasikan tanda-tanda tersebut sehingga

menghasilkan pemaknaan mengenai realitas konflik agama.

Data sekunder, diperoleh dari penelusuran peneliti melalui literatur

tentang kajian semiotika film dan buku-buku, internet serta sumber

lain sebagai landasan untuk mendukung penelitian ini.

Melalui Focus Group Discussion (FGD), penulis akan melakukan

pengumpulan data dari informan yang terdiri dari 7-10 orang.

Informan merupakan mahasiswa ilmu komunikasi yang menjadi

representasi dari 3 agama yang ditunjukkan atau di tampilkan

dalam film Tanda Tanya yakni Islam, Katolik dan Konghuchu.

4. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif deskriptif

dengan pendekatan analisis semiotika sebagai pisau analisis dan metode

FGD sebagai penguat. Teknik analisis data dilakukan dengan peneliti

sebagai instrumen utama yang akan memberi pemaknaan terhadap film.

a. Identifikasi Hubungan Tanda

Relasi atau hubungan tanda dianalisis berdasarkan 3 pola hubungan

tanda yakni simbolik, paradigmatik dan sintagmatik.

b. Deskripsi Makna Denotatif dan Konotatif.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

semiotika Roland Barthes yang mengungkapkan makna dibalik tanda

yang tersusun dalam film. Analisis data dengan mendeskripsikan

17

makna denotatif yang disampaikan secara nyata dan makna konotatif

yang menjadi makna yang tersembunyi.

c. Focus Group Discussion (FGD)

FGD digunakan sebagai penguat hasil analisis semiotika yang telah

dilakukan sebelumnya terhadap Film Tanda Tanya. Melalui FGD

penulis mengidentifikasi konstruksi Realitas Konflik Agama

berdasarkan respon khalayak, dalma penelitian ini mewakili setiap

penganut agama yang disinggung dalam Film Tanda Tanya.

51

BAB III

GAMBARAN OBJEK PENELITIAN

52

Sekilas Tentang film Tanda Tanya (?)

Tanda Tanya adalah sebuah karya film drama Indonesia yang di sutradarai

Hanung Bramantyo yang diproduksi pada tahun 2011 oleh Dapur Film dan Mahaka

Picture. Film Tanda Tanya diangkat dengan bertemakan pluralisme agama di

Indonesia dan seringnya terjadi konflik antar keyakinan beragama, yang dituangkan

ke dalam sebuah alur cerita yang berkisar pada interaksi dari tiga keluarga, satu

Buddha, satu Muslim, dan satu Katolik, setelah menjalani banyak kesulitan dan

kematian beberapa anggota keluarga dalam kekerasan agama, mereka mampu

untuk hidup berdamai.

Film tanda Tanya yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo, yang

merupakan keturunan campuran dari Jawa-Tionghoa. merupakan film bertema

pluralis yang diangkat berdasarkan pengalamannya sendiri sebagai seorang anak

multirasial. Dia memilih judul tanda tanya untuk menghindari protes pada saat

perilisan film, mengatakan bahwa jika film itu berjudul Liberalisme atau Pluralisme

akan ada protes oleh penentang ideologi tersebut, dan ia tidak dapat memikirkan

judul yang lebih baik. Karakter individu didasarkan pada orang-orang yang dikenal

oleh Bramantyo atau yang ia baca tentang orang tersebut. Tujuannya dalam

membuat film adalah untuk "memperjelas argumen menyesatkan tentang Islam"

dan melawan penggambaran Islam sebagai "agama radikal". Dalam konferensi pers

pra-rilis, Bramantyo mengatakan bahwa Tanda Tanya Tidak dimaksudkan untuk

menjadi komersial, tetapi untuk membuat sebuah pernyataan. Film ini adalah film

keempat belas, merupakan salah satu dari beberapa film bertema Islam yang telah

53

ia sutradarai, setelah drama poligami romantis, Ayat-Ayat Cinta (2008) dan film

mengenai kisah hidup, Sang Pencerah (2009).

Setelah film Tanda Tanya dirilis, kelompok Islam konservatif Front

Pembela Islam menentang film ini akibat pesan pluralisnya. Banser, sayap pemuda

NU, juga mengecam film ini karena adanya adegan yang menayangkan anggota

Banser dibayar untuk melakukan tugas-tugas amal mereka; mereka bersikeras

bahwa hal tersebut tidaklah benar. Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia

(MUI) Pusat Bidang Seni dan Budaya Cholil Ridwan menyatakan bahwa "film ini

jelas menyebarkan pluralisme agama", yang sebelumnya dinyatakan haram oleh

MUI. Protes juga muncul ketika SCTV mengumumkan rencana untuk

menayangkan film Tanda Tanya selama Idul Fitri pada tahun 2011; FPI

mengadakan demonstrasi di depan kantor SCTV dan ratusan anggotanya meminta

agar film tersebut dipotong. SCTV kemudian memutuskan untuk tidak

menayangkan film ini, yang banyak dikritik dan dianggap "menyerah" kepada FPI.

Dalam menanggapi kontroversi film Tanda Tanya, Menteri Kebudayaan

dan Pariwisata Jero Wacik mengungkapkan bahwa film ini lebih baik diberi judul

"Bhinneka Tunggal Ika" dan agar penggambaran kebersamaan antar suku dan

agama dalam film tersebut mencerminkan "karakter nasional" Indonesia. Yenny

Wahid, seorang aktivis agama dan putri pluralis ternama sekaligus mantan Presiden

Indonesia Abdurrahman Wahid, mengatakan bahwa Tanda Tanya "berhasil dalam

menyampaikan ide-ide pluralisme di Indonesia", dan agar kritikus tidak melihatnya

sepotong-potong. Meskipun pada awalnya tweet-tweet yang muncul dianggap

sebagai promosi gratis, Bramantyo nantinya berdiskusi dengan MUI dan sepakat

54

untuk memotong beberapa adegan untuk menghindari protes. Dalam sebuah

wawancara pada Oktober 2011, ia menyatakan bahwa ia "bingung" karena film itu

tidak diterima baik oleh umat Islam.

Film Tanda Tanya yang diputar secara internasional ini mendapatkan

nominasi pada sembilan kategori Piala Citra di Festival Film Indonesia 2011 dan

telah berhasil memenangkan satu di antaranya yaitu memenangkan Piala Citra

untuk Sinematografi Terbaik.

A. Sinopsis Film Tanda Tanya

Film Tanda Tanya memiliki fokus pada hubungan antar agama di Indonesia,

sebuah negara di mana konflik agama menjadi hal yang umum, dan ada sejarah

panjang kekerasan dan diskriminasi terhadap Tionghoa Indonesia. Alur cerita film

menceritakan tentang tiga keluarga yang tinggal di sebuah desa di Semarang, Jawa

Tengah: keluarga Tionghoa-Indonesia dan beragama Buddha, Tan Kat Sun

(Hengky Solaiman) dan anaknya Hendra (Rio Dewanto), pasangan Muslim, Soleh

(Reza Rahadian) dan Menuk (Revalina S. Temat), dan seorang konver Katolik Rika

(Endhita) dan Abi anaknya yang seorang Muslim.

Sun dan Hendra menjalankan sebuah restoran masakan Cina yang

menyajikan daging babi, yang dilarang bagi umat Islam, meskipun restoran

memiliki klien dan staf Muslim. Untuk memastikan hubungan baik dengan

karyawan Muslim dan pelanggannya, Sun menggunakan peralatan khusus untuk

mempersiapkan daging babi dimana ia tidak mengizinkannya untuk digunakan

untuk hidangan lainnya, dan memungkinkan stafnya memiliki waktu untuk shalat,

55

ia juga memberi mereka liburan selama Idul Fitri, hari libur Muslim yang terbesar.

Salah satu karyawannya adalah Menuk, yang mendukung Soleh, suaminya yang

menganggur. Rika adalah teman Menuk dan terlibat dengan seorang aktor Muslim

yang gagal, Surya (Agus Kuncoro).

Pada usia 70-an, Sun jatuh sakit, dan restoran diambil alih oleh Hendra,

yang memutuskan itu akan melayani secara eksklusif maskaan dari daging babi dan

mengasingkan pelanggan Muslimnya. Hendra masuk ke dalam konflik dengan

Soleh atas Menuk, Hendra yang sebelumnya pernah menjadi kekasihnya. Menuk

menjadi semakin tertekan setelah Soleh mengatakan kepadanya bahwa ia berencana

untuk menceraikannya, dan mereka didorong untuk berpisah. Rika merasa stres

karena bagaimana dia telah dirawat oleh tetangganya dan keluarganya yang telah

berpindah agama ke Katolik dari Islam, Abi juga menghadapi pengucilan.

Sementara itu, Surya dan Doni (Glenn Fredly) bersaing untuk kasih sayangnya.

Surya marah atas kegagalan untuk menemukan pekerjaan akting yang baik.

Soleh bergabung dengan kelompok amal Islam, Nahdlatul Ulama (NU),

berharap untuk mendapatkan kepercayaan. Meskipun ia awalnya enggan untuk

melindungi keamanan gereja, ia akhirnya mengorbankan hidupnya ketika ia

menemukan bom telah ditanam di sebuah gereja Katolik. Dia bergegas keluar

dengan bom, yang meledak di luar gereja, membunuh Soleh tapi jauh dari jamaah.

Sun meninggal ketika restoran, yang tidak tutup untuk menghormati Idul Fitri,

diserang oleh sekelompok umat Islam. Setelah serangan itu, Hendra membaca 99

Nama Allah dan masuk Islam, ia mencoba untuk mendekati Menuk, meskipun tidak

jelas apakah ia akan menerima dia. Surya menerima tawaran dari Rika untuk

56

memainkan peran Yesus di gereja-nya pada saat perayaan Natal dan Paskah,

dimana ia menerima bayaran yang tinggi setelah ragu-ragu karena takut bahwa hal

itu akan bertentangan dengan agamanya, setelah perayaan tersebut dia membaca

Al-Ikhlas di dalam masjid. Rika mampu memperoleh restu orangtuanya untuk

perpindahan agamanya.

B. Pengenalan Tokoh Utama

1. Revalina S. Temat sebagai Menuk, seorang wanita

Muslim yang salehah, serta mengenakan hijab (jilbab)

dan menikah dengan Soleh. Menuk bekerja di restoran

Tan Kat Sun. Menuk menikah dengan Soleh, yang tidak

ia cintai, bukannya Hendra (mantan pacarya) karena

Soleh adalah seorang Muslim.

2. Reza Rahadian sebagai Soleh, suami Menuk yang

seorang Muslim dan menganggur, yang ingin menjadi

pahlawan bagi keluarganya. Dia akhirnya bergabung

dengan cabang Banser dari Nahdlatul Ulama (NU) dan

bertugas melindungi tempat-tempat ibadah dari

kemungkinan serangan teroris. Dia meninggal dalam

proses mengeluarkan bom dari sebuah gereja saat sedang diadakannya

perayaan Natal .

57

3. Endhita sebagai Rika, seorang janda muda,

ibu dari satu anak. Seorang konver Katolik. Karena

perceraian dan perpindahan agamanya, dia sering

dipandang rendah oleh tetangganya. Dia juga masuk

ke dalam konflik dengan anaknya Abi, yang tidak

masuk Katolik seperti dia, atas imannya.

Endhita masuk dalam nominasi Festival Film Indonesia tahun 2011 untuk

Aktris Pembantu Terbaik atas perannya.

4. Agus Kuncoro sebagai Surya, seorang aktor muda

Muslim dan pacar Rika. Sebagai actor, mendapat peran

sebagai figuran membuatnya kurang terkenal hingga Dia

akhirnya mendapat peran utama sebagai Yesus pada saat

perayaan Natal dan Paskah Rika.

Kuncoro menerima nominasi sebagai untuk Aktor

Pembantu Terbaik.

5. Rio Dewanto sebagai Hendra (Ping Hen),

putra Tat Kan Sun dan Lim Giok Lie. Dia terus-

menerus bertengkar dengan orang tuanya, terutama

tentang menjalankan restoran. Ia pernah menjalin

hubungan dengan Menuk. Setelah kematian ayahnya ia

berpindah agama ke agama Islam.

58

6. Hengky Solaiman sebagai Tan Kat Sun,

seorang Tionghoa-Indonesia dan pemilik restoran,

suami dari Lie Giok Lim dan ayah dari Hendra.

Sun memiliki kondisi kesehatan buruk, tapi ia terus

sikap positif. Tan Kat Sun memiliki sikap menghargai ornag yang berbeda

agama dengannya

7. Edmay sebagai Lim Giok Lie, istri dari Tan Kat Sun dan ibu dari Hendra.

Dia selalu memberi nasehat kepada Menuk. Sama seperti suaminya, ia juga

memiliki sikap menghargai orang lain, terbukti saat ia mempersilahkan

pegawai restorannya untuk sholat.

8. Glenn Fredly sebagai Doni, seorang pemuda

Katolik yang jatuh cinta pada Rika tetapi sayangnya Rika

tidak memiliki perasaan yang sama dengannya tetapi lebih

memilih berjalan bersama Suryo. Doni memiliki sikap yang

fanatik dengan agamanya.

9. David Chalik sebagai Wahyu, adalah seorang ustad dan juga penasihat dari

Surya.

10. Dedy Soetomo sebagai pastor di gereja Rika.

59

C. Struktur Produksi Film Tanda Tanya

Executive Producer : Erick Thohir

Produser : Hanung Bramantyo, Celerina Judisari

Sutradara : Hanung Bramantyo

Produser Pelaksana : Talita Amilia

Penata Fotografi : Yadi Sugandi

Penata Artistik : Fauzi

Penata Suara : Satrio Budiono, Shaft Daultsyah

Penata Musik : Tya Subiakto

Penulis Skenario : Titien Wattimena

Pemilih Peran : Zaskia Adya Mecca

Penata Kostum dan Tata Rias : Retno Ratih Damayanti

Penyunting Gambar : Cesa David Lukmansyah

Foto Poster : CS Wijaya

Disain Poster : www.michaeltju.com

115

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bertolak dari rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan, maka

diperoleh suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Makna pesan yang disampaikan dalam film Tanda Tanya Wanita antara

lain:

a. Film ini menampilkan realitas perdamaian dalam perbedaan

Identitas baik suku maupun agama di Indonesia. Perdamaian

digambarkan sebagai hal yang dirindukan keberadaannya ditengah

perbedaan dalam masyarakat. Hal ini memberikan asumsi bahwa

masyarakat masih memiliki rasa cinta damai.

b. Film ini menampilkan keberagaman etnis dan agama di Indonesia

yang ditampilkan dengan jukstaposisi simbol-simbol agama dan

etnis seperti tampilan gambar gereja, masjid, klenteng, serta dialog

yang menggambarkan identitas etnis.

c. Film ini menampilkan realitas konflik agama yang terjadi Indonesia.

Konflik agama masih menjadi hal lumrah terjadi baik dari konflik

ringan seperti pertentangan akibat perbedaan hingga konflik agama

yang berujung pada kekerasan.

d. Film ini menghadirkan dua konsep pemikiran yang saling

bertentangan yaitu konsep toleransi dan Intoleransi dalam

116

memandang perbedaan agama. Disini Toleransi menjadi jawaban

atas perbedaan itu.

2. Konstruksi Realitas Konflik agama dalam film Tanda Tanya:

a. Konflik agama masih di sarati oleh praktik Kekerasan

b. Konflik agama terjadi karena stereotip yang salah terhadap

masyarakat yang berbeda identitas.

c. Konflik agama terjadi karena dipicu konflik pribadi.

d. Konflik agama terjadi akibat kurangnya pengetahuan.

B. Saran

1. Pembuat film dalam melakukan penggambaran tentang konflik dan

kekerasan sebaiknya lebih memperjelas asal-usul terjadinya konflik, seperti

pada secene saat terdapat sekelompok umat yang ikut bersama Soleh untuk

merusak restoran Tan Kat Sun. Massa bergerak tanpa dijelaskan secara jelas

asal-usul atau motivasi mereka ikut dengan Soleh untuk melakukan

pengerusakan.

2. Pemerintah melalui lembaga perfilman memberikan ruang bagi film-film

berkualitas lainnya untuk menjadi bahan kajian yang hasilnya dapat

digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di Indonesia seperti

masalah konflik agama.

3. Untuk pengembangan kajian pada bidang Ilmu Komunikasi, sebaiknya

perlu dipertimbangkan untuk memperdalam pengetahuan mahasiswa

tentang kajian-kajian analisis teks seperti analisis semiotika, analisis

framing, dan analisis wacana karena bidang kajian tersebut dapat sangat

117

membantu dalam memahami pesan-pesan dalam proses komunikasi apalagi

dengan perkembangan media teknologi informasi dan komunikasi yang

semakin pesat.

118

DAFTAR PUSTAKA

Barthes, Roland. 2007. Petualangan Semiologi. Terjemahan Oleh Stephanus Aswar Herwinarko. 2007. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Boggs, Joseph M. Dennis W. Petrie. 2001. The Art Of Watching Films. Seventh Edition, New York: Mcgraw-Hill Book Company.

Budiman, Kris. 2004. Semiotika Visual. Yogyakarta: Buku Baik.

Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Cavallaro, Dani. 2011.Teori Kritis dan Teori Budaya. Terjemahan Oleh Laily Rahmawati. 2004. Yogyakarta : Niagara.

Center, Indonesia Film. 2012. Tanda Tanya (2011). (http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/filminfo/movie. php?uid=492 f4f20c523 ,diakses 23 September 2012 Pukul22.52 WITA).

Chandler, Daniel. 2007. Semiotics The Basics Second Edition. New York Routledge.

Cobley, Paul. 2010. The Routledge Companion To Semiotics. London-New York: Routledge.

Danesi, Marcel. 2002. Pengantar Memahami Semiotika Media. Terjemahan Oleh A. Gunawan Admiranto. 2010. Yogyakarta: Jalasutra.

Fiske, John. 1990. Cultural And Communication Studies. Cetakan kelima. Terjemahan oleh Drs. Yosal Iriantara & Idy Subandi. 2010. Yogyakarta: Jalasutra

Hawkes, Terence. 2003. Structuralism And Semiotics. Second Edition. New York : Routledge.

Herdiansyah, Haris. 2013. Wawancara, Observasi, dan Focus Groups: Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers.

Hoed, Benny H. 2011. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta : Komunitas Bambu. Ilahi, Mohammad Takdir. 2012. Nasionalisme Dalam Bingkai Pluralitas Bangsa : Paradigm a Pembangunan Dan Kemandirian Bangsa. Yogyakarta : Ar - RuzzMedia.

Institute, The Wahid. 2011. Lampu Merah Kebebasan Beragama : Laporan Kebebasan Beragama Dan Toleransi Di Indonesia The Wahid Institute 2011. Jakarta: The Wahid Institute.

Imanjaya, Ekky. 2006. A-Z About Film Indonesia. Bandung: Mizan

119

Irwansyah, Ade. 2009. Seandainya saya Kritikus Film. Yogyakarta: CV Humorian Pustaka.

Jamaris Online. 2011. Nama-Nama Suku Bangsa Di Indonesia. (http://jamarisonline.blogspotcom/2011/08/nama-nama-suku-bangsa-di-indonesia.html , diakses 22 September 2012 pukul 10.55 WITA).

Kriyantono, Rachmad. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertasi Contoh praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Maarif, Syamsul, 2005. Skripsi :Representasi Patriotisme perempuan dalam film Cut Nyak Dien (Studi Analisis Semiotika Film). Universitas Hasanuddin: Jurusan ilmu Komunikasi.

Martin, Bronwen & Felizitas Ringham. 2000. Dictionary Of Semiotics. London- New York: easell.

Martinet, Jeanne. 2010. Semiologi: Kajian Teori Tanda Saussuran. Terjemahan oleh Stephanus Aswar. Yogyakarta: Jalasutra.

Mckee, Alan. 2003. Textual Analysis: A Beginner's Guide. London-Thousand Oaks-New Delhi: Sage Publications.

McQuail, Dennis. 1987. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Edisi Kedua. Terjemahan oleh Agus Dharma & Aminuddin Ram. 1994. Jakarta: Erlangga.

Media Makassar. 2013. FPI Razia Rumah Makan. (http://www.mediamakassar.com/post/read/1093/fpi-razia-rumah-makan.html, diakses 12 September 2013 Pukul 20:12 WITA)

Monaco, James, 1977. How To Read a Film. London: Oxford University Press.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Rakhmani. 2006. Skripsi: Mitos Kepahlawanan, Analisis Semiotika Film Superman Returns, Universitas Hasanuddin: Jurusan Ilmu Komunikasi.

Siagian, Gayus. 2006. Menilai Film. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.

Sobur, Alex. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.

--------------. 2006. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar untuk analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing. Edisi Keempat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

120

--------------. 2009. Analisis Teks Media. Bandung : Rosdakarya.

Stam, Robert, Dkk. 1992. New Vocabularies In Film Semiotics. London : Routledge.

Tahukah anda? 2012. Tahukah Anda Berapa Banyak Jumlah Suku di Indonesia?(http://www.tahukah-anda.comlsosial-budayaltahukah-anda-berapa-banyak-jumlah-suku-di-Indonesia/index.html,diakses 22 September 2012 pukul 10.45 WITA).

Wikipedia. 2012. Konflik. (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title= Konflik, diakses 10 September 2012 pukul 19.05 WITA).

Yusuf, Iwan Awaluddin. 2011. Memahami Focus Group Discussion (FGD). (http://bincangmedia.wordpress.com/2011/03/28/relasi-media-dan-konsumtivisme-pada-remaja/, diakses 2 Oktober 2012 PukuI 23:21 WITA).

121