konsil kedokteran indonesia -...
TRANSCRIPT
Dr. Laksmi Dwiati Drg. MM, MHA
WAKIL KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA
DISAMPAIKAN PADA LOKAKARYA NASIONAL SDM KESEHATAN, 2014
Indonesia Singapore Malaysia Filipina
Populasi
Teknologi
Income Per kapita
Kualitas SDM
Thailand
SINGAPORE MALAYSIA
THAILAND
Health care expense in Asia (2001), $US 35 billion Where we are?.............out of arena!!
FILIPINA
INDONESIA
140 million
ASEAN Market
CINA
200 MILLION
ASEAN MARKET
World Class Hospital
Global doctors
GLOBALISASI & ASEAN ECONOMY COMMUNITY (2015)
Slide Ario jatmiko,2013
Visi ASEAN 2020 : Terciptanya
Kawasan Ekonomi ASEAN yang
stabil, makmur, berdaya saing
tinggi di tahun 2020
UE
Results of medical error per-year
di Australia
• 18 000 unnecessary
deaths
• > 50.000 patients
disabled
di United States
• 44 000 - 98 000
unnecessary deaths
• 1.000.000 excess
injuries
Iwan Dwiprahasto, 2004
KENDALI MUTU & PATIENT SAFETY ??
LIBERALISASI JASA KESEHATAN PADA AEC (31 DES’2015)
Mode 4 : Presence of natural persons
• MRA on Nursing Services (2006)
• MRA on Medical Practitioners (2009) • MRA on Dental Practitioners (2009)
Exchange of Information
Compilation
Adoption of Best
Practices
StandardisedProcedures
Publication trhoughwebsite
Facilitate Mobility
Registration through AJCCs
PRAs Process
(Evaluation , Registration etc)
Capacity Building
Visits Conferences
How to Implement the Healthcare MRAs ? With Highly Over-regulated professions
The objectives of ASEAN MRA for Medical/Dental Practitioners
Pengaturan Profesi secara ketat :
- Saling pengakuan Sistem pendidikan,
- Peraturan Registrasi dan Lisensi,
- Penyetaraan “Core” kompetensi, CPD,
- Aksesibilitas pertukaran informasi
melalui AMS-Website
Registrasi melalui PMRA/PDRA
(AJCCs) sesuai Kompetensi
merupakan “Penjaminan Negara”
terhadap “Legalitas Praktik Kedokteran/Kedokteran Gigi
PENGATURAN SALING PENGAKUAN DOKTER DAN DOKTER GIGI
DALAM “PIAGAM ASEAN MRA ( di tandatangani th.2009)”
Berlaku secara “resiprokal” bagi negara ASEAN yang telah menandatangani MRA.
Persyaratan rekognisi dokter/dokter gigi ASEAN :
1) Memenuhi kualifikasi dan teregistrasi oleh ”Professional Regulatory Authority”
di Negara asal dan Negara tujuan
2) Berasal dari Institusi Pendidikan dan Sistem Pendidikan kedokteran gigi yang
direkognisi Negara tujuan
3) Sertifikat kompetensi diakui kolegium sejenis di ASEAN
4) Pengalaman berpraktik aktif di Negaranya minimal 5 tahun,
5) Mematuhi aturan CPD di negara asal dan penyetaraan CPD Negara tujuan
6) Memiliki Sertifikat (LOG) yang menyatakan tidak sedang terkena sanksi
pelanggaran hukum, disiplin dan etika profesi.
Negara tujuan memiliki “statutory responsibilities” untuk melindungi kesehatan,
keselamatan (patient safety) dan lingkungan, dengan cara mematuhi “Domestic
Regulations” (UU, Perkonsil, Permenkes, Perda) yang berlaku di Negara tujuan
A-CCS 78 = ASEAN Coordinating Committee on Services (KEMENDAG)
HSSWG 34 = Healthcare Services Sector Working Group (KEMENKES)
AJCCM KE-12
AJCCD KE-11
PERUNDINGAN ASEAN MRA JASA DOKTER, DOKTER GIGI, PERAWAT
S/D Mei ‘2014
ASEAN Joint Coordinating Committee on Dentistry
PERKEMBANGAN PERUNDINGAN ASEAN MRA
JASA DOKTER DAN DOKTER GIGI
ASEAN Joint Coordinating Committee on Medical KKI
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA
KKI dan Kemenkes RI diakui sebagai
“Professional Regulatory Authority” (PMRA & PDRA)
mengatur kewenangan dan “legalitas kompetensi “dr/drg WNI/WNA
REGULASI DOMESTIK PRAKTIK KEDOKTERAN DI INDONESIA
(diubah menjadi No.19 Thn. 2014)
Peraturan MENTERI KESEHATAN RI :
1. Permenkes No.2052 Thn 2011 ttg Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
2. Permenkes No.67 Thn 2013 ttg Pendayagunaan TK-WNA
3. Permenkes No.64 Thn 2013 ttg Penanggulangan Krisis Kesehatan
1. Undang-Undang RI No. 29 Thn 2004 ttg Praktik Kedokteran (UUPK)
2. Undang-Undang RI No. 36 Thn 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang RI No. 44 Thn 2009 tentang Rumah Sakit
PERATURAN KKI (KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA)
PROFESIONALISME DOKTER DAN DOKTER GIGI
• Kontrak Sosial antara “Masyarakat dengan Elit Profesi”
• Masyarakat memberikan:
– Self Credentialing
– Self licensing
Dengan benefit
• Market control
• Working condition
• Profesi memberikan:
– High standard of competence
– Moral responsibility
William M Sullivan, Medicine under threat: Professionalism and professional identity, CMAJ 2000:162(5): 673
INSTRUMEN PEMBINAAN
MUTU PROFESI
KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA
KEKHUSUSAN PROFESI DOKTER DAN DOKTER GIGI
(Penjelasan UU No.29/2004 ttg Praktik Kedokteran)
Dokter dan dokter gigi dengan keilmuan yang dimilikinya
mempunyai karakteristik khas dan “pembenaran yang diberikan
oleh hukum”, yaitu : diperkenankannya melakukan tindakan
medis terhadap tubuh manusia dalam upaya memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan.
Tindakan medis terhadap tubuh manusia yang dilakukan bukan oleh
dokter atau dokter gigi dapat digolongkan sebagai tindak pidana.
dalam rangka “patient safety” dan memberikan kepastian hukum /
penjaminan legalitas praktik kedokteran
dokter/ dokter gigi/spesialis wajib “teregistrasi sesuai
kompetensi” oleh “Professional Regulatory Authority”
(PMRA/PDRA) yang diakui oleh negara.
UNDANG-UNDANG PRAKTIK KEDOKTERAN NO.29 TAHUN 2004 Pasal 29 •Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi. Surat tanda registrasi dokter dan surat tanda registrasi dokter gigi sebagai mana dimaksud
pada ayat (1) diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia.
PASAL 30 S/D 32 : kewajiban evaluasi dan registrasi bagi Dokter dan Dokter gigi WNA
Pasal 36 Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin praktik. Pasal 37 •Surat izin praktik dikeluarkann oleh pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat praktik kedokteran atau kedokteran gigi dilaksanakan. • Surat izin peraktik dokter atau dokter gigi dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat. • Surat izin praktik hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik
Legalitas Praktik Dokter Dan Dokter Gigi
DOKTER DAN DOKTER GIGI YANG TEREGISTRASI
DI KKI ( Th.2005 s/d 28 Agustus 2014 )
Jumlah dokter dan dokter gigi yang teregistrasi
sesuai kompetensi di KKI 150.133 orang, terdiri :
dokter = 97.093 (65%),
1 dokter : 2.304 penduduk
Indikator Ina Sehat = 1 dr : 3,300 penduduk,
Indikator IDI = 1 dr : 2,500 penduduk
25.486 dokter spesialis (17%),
dokter gigi = 25.430 (16,9%)
1 drg : 8.770 penduduk
Indikator Ina Sehat = 1 drg : 10.000 penduduk
2.334 dokter gigi spesialis (2%)
Situasi Dan Permasalahan Saat Ini
• Tidak semua dokter dan dokter gigi melakukan praktik kedokteran yang baik.
• terdapatnya sejumlah dokter dan dokter gigi yang dituntut secara Hukum Perdata dan Hukum Pidana ke pengadilan negeri atas dasar dugaan terjadinya malpraktik.
• kesadaran dokter dan dokter gigi, dan masyarakat atas adanya “peraturan perundang-undangan tentang praktik kedokteran” belum merata
Jumlah Pengaduan Kasus Praktik Kedokteran ke MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN KEDOKTERAN
INDONESIA (MKDKI) –KKI s/d April 2014
270 KASUS s/d April 2014 Tahun 2013 • Jakarta : 23 • Riau : 3 • Tangerang : 2 • Jateng : 2 • Jabar : 10 • Jatim : 4 • Sumut : 9 • Kalsel : 2 • Bengkulu, Lampung, Sulsel, Bali, Jamb, NAD, Sumsel, DIY masing-2 : 1
Letter of Godstanding (LOG) merupakan penjaminan Negara (melalui proses
Pembinaan dan pengawasan praktik kedokteran) bahwa Dokter/Dokter gigi WNI/WNA tidak sedang terkena
sanksi Disiplin,Etika, Hukum
Pembinaan dalam pelaksanaan praktik kedokteran psl.7 UUPK
• Meliputi pembinaan dan pengawasan pada praktik kedokteran dilakukan melalui peningkatan komitmen dan koordinasi semua pemangku kepentingan, serta legislasi (sertifikasi, registrasi, perizinan, pemahaman atas Hak dan Kewajiban) untuk meningkatan mutu praktik kedokteran serta melindungi masyarakat,
• merupakan salah satu “tugas Konsil Kedokteran Indonesia” yang dilaksanakan bersama-sama pemangku kepentingan terkait sesuai fungsi dan kewenangan masing-masing;
Pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan praktik kedokteran
psl.7 UUPK • pembinaan dan pengawasan praktik kedokteran harus
dipahami sebagai “sebuah sistem” yang dimulai semenjak proses pendidikan kedokteran hingga dilaksanakan praktik kedokteran
• Sistem Pembinaan dan pengawasan Praktik Kedokteran harus ”melibatkan semua elemen atau unsur” yang terkait pelaksanaan praktik kedokteran : Institusi Pendidikan, Organisasi Profesi, Kementerian/ lembaga, Rumah Sakit, Dinas Kesehatan/PEMDA dan masyarakat.
PERKEMBANGAN JENIS STR
DOKTER DAN DOKTER GIGI WNI/WNA
PERATURAN KKI DI BIDANG PEMBINAAN DOKTER DAN DOKTER GIGI SERTA MKDKI
Produk Hukum Materi Regulasi
Perkonsil No.2 / 2011 Tatacara penanganan kasus dugaan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi
Perkonsil No. 4 / 2011 Disiplin Profesional Dokter dan Dokter gigi
Perkonsil No. 20 /2014 Tatacara penanganan kasus dugaan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi
Perkonsil No.13 / 2014 Tim pelaksana fungsi KKI
Perkonsil No.28 / 2014 Peta jalan Sistem Pembinaan Praktik Kedokteran
Perkonsil No.29 / 2014 Pelayanan akses keterbukaan informasi publik di lingkungan KKI
Arah Pembinaan dalam pelaksanaan praktik kedokteran (UUPK psl.72 )
diarahkan untuk :
• meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan dokter dan dokter gigi,
• melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan dokter dan dokter gigi, dan
• memberikan kepastian hukum bagi masyarakat, dokter, dan dokter gigi
Tahapan Penyelenggaraan Sistem Pembinaan Praktik Kedokteran
• VISI Terwujudnya pelaksanaan Pembinaan Praktik Kedokteran secara tersistem, terintegrasi, terkoordinir, efektif, dan efisien yang mampu mendukung terlaksananya praktik kedokteran yang baik sehingga dokter, dokter gigi, dan pasien terlindungi secara etika, disiplin, dan hukum
Sistem pembinaan Praktik Kedokteran KKI bersama pengandil
MISI 1. Menyempurnakan produk hukum (legislasi dan regulasi)
yang responsif terkait pelaksanaan praktik kedokteran serta meningkatkan advokasi dan sosialisasinya.
2. Memperkuat kemitraan dengan semua Pengandil dan meningkatkan tata kelola yang baik (good governance) dalam pelaksanaan praktik kedokteran dan penyelenggaraan Sistem Pembinaan Praktik Kedokteran.
3. Memperkuat sumber daya dan meningkatkan kapasitas serta kapabilitas sumber daya manusia dalam pelaksanaan praktik kedokteran dan penyelenggaraan Sistem Pembinaan Praktik Kedokteran.
Tantangan Dalam Penyelenggaraan Sistem Pembinaan Praktik Kedokteran
1. kesadaran dokter dan dokter gigi atas peraturan perUUan tentang praktik kedokteran belum merata,
2. belum tercapai kesepahaman diantara para penegak etik, disiplin, dan hukum;
3. kurangnya sumber daya manusia yang mendukung penegakan disiplin;
4. belum adanya perbaikan standar kendali mutu dan kendali biaya;
5. belum terbangunnya komunikasi yang baik antara dokter atau dokter gigi dan pasien;
6. belum sempurnanya sistem pemonitoran dan evaluasi pelaksanaan praktik kedokteran.
Kebijakan Sistem Pembinaan Praktik Kedokteran
1. Penyempurnaan UUPK dan penyusunan regulasi yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan Pengandil;
2. Peningkatan kuantitas dan kualitas kemitraan : analisis situasi, kebutuhan regulasi, koordinasi, sosialisasi, implementasi.
3. Penguatan komunikasi dan sinergi di antara Pengandil dan dengan organisasi di bidang kedokteran tingkat internasional.
4. Peningkatan sosialisasi kepada dokter, dokter gigi, masyarakat.
5. Penguatan dan peningkatan kemampuan infrastruktur.
6. Peningkatan integritas dan profesional (soft skill) dokter dan dokter gigi.
7. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia yang melaksanakan Pembinaan Praktik Kedokteran.
RANAH SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DALAM PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN/
KEDOKTERAN GIGI
Input/ Asupan
Mahasiswa
Proses
Output/ Luaran
Dokter
yang baik
Outcome/Hasil
Masyarakat Sehat Patient Safety
Kurikulum Rancangan Pembelajaran Evaluasi Hasil Belajar Uji Kompetensi --------------------------------------- JANJI KEPANITERAAN ANGKAT SUMPAH DOKTER
THE 5 STARS DOCTOR Jumlah Syarat Motivasi
Continuum of Care
---------------- REGISTRASI P2KB/P3KGB
Kualitas kinerja profesional
32
RANAH SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DALAM PELAYANAN KEDOKTERAN/KEDOKTERAN GIGI
HERKUTANTO, 2014
VERIFIKASI STR DOKTER/DOKTER GIGI SECARA ONLINE DI WEBSITE KKI
www.kki.go.id
ALUR PERTIMBANGAN DIVISI PEMBINAAN
SAAT REGISTRASI ULANG DOKTER DAN DOKTER GIGI
MKEK/MKEKG IDI / PDGI
( Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran )
MKDKI
( Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia )
Sanksi Etik ( tertulis )
Sanksi Disiplin ( tertulis )
IDI/PDGI
Dinkes
KKI
DIV.PEMBINAAN
PENGADU (MASYARAKAT)
ALUR DAN TATACARA PENCABUTAN STR
SEBAGAI PENEGAKAN SANKSI DISIPLIN
KKI SK Pencabutan
STR (registrar) C
a
b
u
t
S
e
m
e
n
t
a
r
a
S
I
P
IDI/
PDGI
RS
Dinkes
SIDANG MKDKI
Selesai
Menjalankan
Sanksi
KKI
Lapor
Lapor
SK STR
BERLAKU
(Registrar)
4
IDI/PDGI
RS
1
2
3 1
5
ALUR PEMULIHAN STR SETELAH SELESAI
MENJALANKAN SANKSI DISIPLIN
Dinkes
SIP
BERLAKU
Sutoto. KARS
38
STR RS : SPK DAN RKK KEWENANGAN KLINIS
INDVIDU
KABUPATEN/KOTA: SIP, S.TUGAS
KKI: STR, STR-S, STR-B, SP, LOG MKDKI : SANKSI DISIPLIN PRADOK OP : SERTIFIKASI KOMPETENSI & REKOMENDASI
INSTITUSI PENDIDIKAN: STANDAR PENDIDIKAN
Upaya Menambah kompetensi
• P2KB/pelatihan • Kualifikasi
tambahan
Upaya Mempertahankan kompetensi, • P2KB/P3KGB
Upaya Memastikan Kompetensi : • Kredensial • Supervisi • Proctoring
INSTRUMEN SISTEM PEMBINAAN PENGAWASAN PRAKTIK KEDOKTERAN
Keselamatan
Pasien
di tangan
sejawat
39
Tim Koordinasi Perijinan TK-WNA
Pusrengun BPPSDM Kemenkes RI
(KKI, MTKI, KFN, BUK, BPSDM, Lintas K/L)
TIMPORA Pusat/Provinsi/Kab/Kota
(Tim Pengawasan Orang Asing)
Organisasi Profesi (Pengwil/Cabang)
Pembinaan dan Pengawasan
Dokter dan Dokter Gigi WNA
1. Imigrasi
2. Kemkes
3. KKI
4. Kemnakertrans
5. IDI - PDGI
6. Pemda Provinsi
7. Pemda Kabupaten/Kota
Dokter / dokter gigi WNA
Praktik tanpa STR dan SIP ??
PROSEDUR PELAPORAN & BINWAS
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA
(MELAKUKAN PENCATATAN DAN
PELAPORAN)
LAPORAN SIP
DINAS KESEHATAN PROPINSI
(BIN WAS WNA)
KKI
TEMBUSAN
BPPSDM
LAPORAN PENGGUNAAN STR
ORGANISASI PROFESI
TIM PORA (IMIGRASI)
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN DIARAHKAN
PADA PEMERATAAN DAN PENINGKATAN MUTU
PELAYANAN YANG DIBERIKAN
REKOMENDASI
1. Sosialisasi dan menanamkan kesadaran kepada masyarakat pemahaman HAK dan KEWAJIBAN sebagai pasien, serta dapat berperan sebagai agen Binwas Praktik kedokteran di lapangan
2. Mendorong dokter/dokter gigi WNI/WNA agar tetap memperhatikan “legalitas kompetensi” untuk menegakkan “Patient Safety” di semua upaya pelayanan kesehatan termasuk pada kegiatan bakti sosial.
3. KKI bersama para pengandil segera melaksanakan Sistem Pembinaan Profesi secara terpadu dan mengembangkan sistem informasi pembinaan secara online (e-bin)
4. Penguatan koordinasi antar Institusi Pemerintah/lembaga, KKI, TNI/POLRI, TIMPORA, Organisasi Profesi di dalam Negeri dengan jejaring di luar Negeri (ASEAN) untuk kerjasama dalam rangka penjagaan mutu dan legalitas praktik kedokteran.
Dr.Laksmi Dwiati Drg.MM, MHA
Wakil Ketua KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
jl.Teuku Cik Ditiro No.6 Jakarta Pusat
Hp.0811148002
www.kki.go.id