konsep tabarru'_1

Upload: fatqul-azis-mustofa

Post on 11-Jul-2015

976 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1KONSEP TABARRU' KONSEP TABARRU' Dalam Fiqh & Implementasi Di TakafulDalam Fiqh & Implementasi Di TakafulSesi VII :Sesi VII :SESI VIIBy. Rikza Maulan, Lc., M.Ag By. Rikza Maulan, Lc., M.AgSekretaris Dewan Pengawas Syariah Sekretaris Dewan Pengawas SyariahTakaful Indonesia Takaful Indonesia2PembahasanPembahasanDefinsi Tabarru' Perbedaan Tabarru Dengan Hibah, Hadiah, Wasiat, Ruqba, Umra, dsb. Dalil-Dalil Tabarru' Rukun-Rukun Tabarru' Syarat-Syarat Tabarru' Hukum Menarik Tabarru'/ HibahKonsep Tabarru' Dalam TakafulSurplus Dana Tabarru' PesertaDampak Tabarru' Pada Akad AsuransiFatwa DSN-MUI Tentang Akad Tabarru' Pada Asuransi & Reasuransi SyariahPenerapan Tabarru' Dalam Takaful 3Definisi Tabarru'Definisi Tabarru'Tabarru secara bahasa berarti bersedekah atau berderma, atau dalam arti yang lebih luas, tabarru adalah melakukan suatu kebaikan tanpa persyaratan. Sedangkan secara istilah, tabarru adalah : mengerahkan segala upaya untuk memberikan harta atau manfaat kepada orang lain, baik secara langsung maupun masa yang akan datang tanpa adanya konpensasi, dengan tujuan kebaikan dan perbuatan ihsan.Tabarru secara hukum fiqhiyah masuk kedalam kategori akad hibah. Dalam salah satu definisi hibah dikatakan : Hibah dengan pengertian umum adalah berderma/ bertabarru dengan harta untuk kemaslahatan orang lain dalam kondisi hidup. 4Definisi Tabarru'Definisi Tabarru' -1 -2 , -3 Hibah mencakup hadiah dan shadaqah. 1.Jika memberikan sesuatu dengan maksud taqarrub kepada Allan dengan memberikan harta kepada orang yang membutuhkan, maka itu adalah shadaqah. 2. Sedangkan jika ia memberikan hartanya (barang miliknya) kepada orang lain dengan maksud memuliakan orang tersebut maka itu adalah hadiah. 3. Dan jika tanpa maksud memuliakan orang tersebut (hanya sekedar memberikan) maka itu adalah hibah. (Fiqh Al-Muamalat Al-Shakr)5Definisi Tabarru'Definisi Tabarru'Akad tabarru merupakan akad dalam memindahkan kepemilikan harta/ dana seseorang kepada orang lain, melalui cara hibah/ derma/ shadaqah.Dalam akad tabarru ini tidak disyaratkan adanya qabul dari penerima hibah. Namun cukup hanya dengan ijab saja dari si pemberi, maka harta/ dana yang ditabarrukan telah berpindah kepemilikannya kepada penerima/ yang diakadkan. (Menurut ebagian Madzhab Hanafi)6Definisi Tabarru'Definisi Tabarru'Perbedaan Antara Tabarru', Hibah, Wasiat, Umra, dsb. Tabarru' : Mengerahkan segala upaya untuk memberikan harta atau manfaat kepada orang lain, baik secara langsung maupun masa yang akan datang tanpa adanya konpensasi, dengan tujuan kebaikan dan perbuatan ihsan. (Fiqh Al-Mu'amalah : Shakhr)Hibah : Berderma/ bertabarru dengan harta untuk kemaslahatan orang lain dalam kondisi hidup. (Fiqh Al-Muamalah : Shakhr)Wasiat : Pemberian seseorang kepada orang lain yang diakadkan ketika hidup dan diberikan setelah yang mewasiatkan meninggal dunia. (Fiqh Muamalah, Hendi Suhendi : 211)Shadaqah : Pemberian seseorang kepada orang lain dengan tanpa penggantian yang dilakukan karena ingin memperolah pahala dari Allah SWT. (Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh V/ 5)7Definisi Tabarru'Definisi Tabarru'Hadiah : Pemberian dari seseorang kepada orang lain dengan tanpa penggantian yang dilakukan untuk memuliakan orang yang menerima hadiah tersebut. (Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh V/5)Umra : Pemberian sesuatu dari seseorang kepada orang lain, sepanjang umur penerimanya saja. (Seperti seseorang berkata kepada orang lain, aku berikan barang ini kepadamu, selama engkau hidup). Dan apabila si penerima meninggal dunia, maka barang tersebut harus dikembalikan kepada pemberi atau ahli warisnya. (Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh V/10)Ruqba : Kesepakatan antara dua orang, bahwa siapa yang meninggal terlebih dahulu, maka hartanya" untuk yang masih hidup. (Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuh, V/10)Athiyah : Pemberian dari seseorang dalam kondisi sakit menjelang meninggal dunia, atau dapat juga bermakna segala bentuk pemberian.8Dalil Hibah/ Tabarru'Dalil Hibah/ Tabarru'1. Firman Allah SWT (QS. Al-Baqarah : 177) : ' ' '' ' ' '' ' ' ' ' Bukanlah kebaikan itu engkau mengarahkan wajahmu menghadap timur dan barat. Akan tetapi kebaikan itu adalah orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, para malaikat, para nabi, memberikan harta yang disukainya kepada kerabat dekatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang yang meminta-minta dan untuk membebaskan budak. 9Dalil Hibah/ Tabarru'Dalil Hibah/ Tabarru'2. Firman Allah SWT QS Al-Baqarah : 261 : ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui10Rukun Tabarru /HibahRukun Tabarru /HibahRUKUNTABARRU'Harta YgDitabarru'kanShighahPenerimaTabarru'PemberiTabarru'11Rukun Tabarru' (Hibah)Rukun Tabarru' (Hibah)1. Wahib (Pemberi Hibah/Tabarru')Yaitu pemilik barang atau harta yang akan dihibahkan/ ditabarru'kan kepada orang lain. 2. Al-Mauhub Lahu ( Penerima Hibah/Tabarru' ) Penerima hibah adalah siapa saja, laki-laki perempuan, tua muda, bahkan muslim dan non muslim. 3. Al-Mauhub ( Barang/ harta yang akan diberikan ) Yaitu barang, harta atau sesuatu yang dimiliki oleh pemilik. Disyaratkan tidak boleh memberikan sesuatu yang diharamkan. 4. As-Shigah (Ijab & Qabul)Yaitu segala ungkapan yang menuntut adanya ijab dan qabul, baik melalui lisan ataupun perbuatan. 12Syarat-Syarat Tabarru'/ HibahSyarat-Syarat Tabarru'/ Hibah1. Syarat Wahib (Pemberi Tabarru'/ Hibah)Pemberi hibah/tabarru' disyaratkan memiliki ahliyah (kecakapan) untuk bertabarru'. Tidak sah hibah dari anak kecil, orang tidak waras, dsb. Non muslim boleh memberikan hibah kepada muslim, demikian juga sebaliknya. 2. Syarat Penerima Tabarru'/ HIbahPenerima hibah diperbolehkan siapa saja yang sah" untuk menerima pemberian, baik tua muda, besar kecil, laki-laki perempuan, bahkan muslim dan non muslim. 3. Syarat Dalam Shigat Disyaratkan dalam shigat adanya ijab & qabul, dengan lafaz atau kalimat apa saja yang menunjukkan adanya pemberian harta/ sesuatu. Sebagian pengikut madzhab Hanafi mengatakan cukup dengan ijab saja (tanpa qabul) untuk mengadakan" akad hibah. Qabul hanya diperlukan untuk tartib konsekwensi dari hibah, dan tidak diperlukan untuk keberadaan akad hibah itu sendiri. 13Syarat-Syarat HibahSyarat-Syarat Hibah4. Syarat Dalam Mauhub (Sesuatu Yang Dihibahkan) : a. Sesuatu yang dihibahkan harus ada pada saat terjadinya akad hibah.b. Sesuatu yang dihibahkan/ ditabarru'kan harus merupakan sesuatu yang bernilai secara syariah. Tidak diperkenankan menghibahkan sesuatu yang tidak bernilai secara syariah, seperti khamer, berhala, bangkai, dsb. c. Sesuatu yang dihibahkan harus merupakan milik si pemberi hibah. Tidak diperbolehkan menghibahkan sesuatu yang bukan miliknya.d. Sesuatu yang dihibahkan haruslah sesuatu yang diketahui (ma'lum). Seperti jumlah uang, luas tanah, lokasi atau daerah, dsb. Kecuali Madzhab Maliki yang memperbolehkan hibah sesuatu yang majhul, berbeda dalam akad pertukaran. 14Syarat-Syarat HibahSyarat-Syarat Hibahe. Sesuatu yang dihibahkan harus "bebas" dari gharar. Seperti tidak boleh menghibahkan jeruk yang masih kecil-kecil di pohon, sebelum jeruk tersebut besar dan matang. Atau tidak boleh menghibahkan ikan di lautan, ternak dalam kandungan ibunya, dsb. f. Sesuatu yang dihibahkan bukan merupakan barang/ harta milik bersama yang belum terbagi. Namun harus jelas terlebih dahulu pembagiannya, kemudian setelah itu boleh dihibahkan (Pendapat Hanafi). Karena sesuatu yang bersifat kepemilikan bersama, sulit dilakukan serah terimanya (al-qabdt). Sementara dalam hibah disyaratkan adanya serah terima tersebut. g. Sesuatu yang dihibahkan harus merupakan sesuatu yang dapat diserahterimakan.15Hukum Menarik HibahHukum Menarik HibahPada dasarnya menarik kembali hibah yang telah diberikan kepada orang / pihak lain adalah HARAM atau tidak diperbolehkan.Rasulullah SAW bersabda : , ,Orang yang meminta kembali sesuatu yang telah dihibahkan/ diberikan kepada orang lain, adalah sama dengan seekor anjing yang muntah kemudian memakan kembali muntahannya tersebut." (Muttafaqun Alaih)16Hukum Menarik HibahHukum Menarik HibahNamun terdapat pengecualian dalam penarikan kembali hibah yang telah diberikan kepada orang, lain yaitu : Hibah orang tua terhadap anaknya. Rasulullah SAW bersabda; , ,Haram bagi seorang muslim memberi sesuatu kepada orang lain kemudian memintanya kembali, kecuali pembayaran ayah kepada anaknya.17Konsep Tabarru' Dalam TakafulKonsep Tabarru' Dalam TakafulTabarru'Derma/SedekahTa'awun/ TolongMenolongTabarru' kepada sesama peserta, bukan kepada PerusahaanPeserta Takaful Pada Satu Sisi Sebagai Pemberi Tabarru' Dan di Sisi Lain Juga Sebagai Penerima Tabarru'18Konsep Tabarru' Dalam TakafulKonsep Tabarru' Dalam TakafulRisk-Sharing Based (Taawuni)Dimana antara sesama peserta berderma/ bertabarru untuk saling tolong menolong apabila terdapat salah satu peserta atau lebih tertimpa musibah. Catatan : Bahwa peserta bertabarru kepada sesama peserta, dan bukan bertabarru kepada perusahaan asuransi syariah.Pool of Tabarru Fund19Konsep Tabarru' Dalam TakafulKonsep Tabarru' Dalam TakafulFungsi Tabarru' FundFungsi Tabarru' FundMengelola Dana Tabarru' Nasabah Dalam Investasi SyariahMembantu Para Nasabah/ Peserta Yang Tertimpa MusibahHasil Investasi Dana Tabarru' dimasukkan kembali ke Tabarru' Fund, karena merupakan haknya nasbah/ peserta.Nasabah yang terkena musibah, akan mendapatkan "manfaat" Takaful yang bersumber dari tabarru' peserta.20Konsep Tabarru' Dalam TakafulKonsep Tabarru' Dalam TakafulAccountAccount Takaful TakafulAccountPerusahaan/Pemegang SahamAccountPeserta/NasabahHarus ada pemisahanantara account perusahaan dengan account peserta. Penggabungan accountperusahaan denganaccount peserta akan berdampak pada gharardan mengambil yangbukan haknya.Milik Perusahaan : Untuk biaya operasional perusahaan.Milik Peserta : Untuk dialokasikanpada pesertayang tertimpamusibah21Konsep Tabarru' Dalam TakafulKonsep Tabarru' Dalam TakafulTabarru' Tabarru'Tijari TijariDana tabarru' (yang merupakan dana untuk saling tolong menolong antara sesama nasabah, tidak boleh dirubah menjadi dana tijari. (Seperti untuk biaya operasional perusahaan, dsb). Dana tabarru' hanya boleh digunakan untuk segala hal yang langsung terkait dengan nasabah, seperti klaim, cadangan tabarru', dsb. Sebaliknya, dana tijari (dana perusahaan) boleh dialokasikan untuk dana tabarru', jika perusahaan mengikhlaskannya untuk tabarru' nasabah. 22PremiPesertaDana Tabarru'Dana TijariMarketing Fee, Operasional Perusahaan, dsbKlaim nasabah, cadangan tabarru',bagi hasil ke peserta. Premi peserta terdiri dari dana tabarru dan dana tijari. Pemilahan jumlah dana tabarru', saving dan dana tijari (ujrah dan loading), harus jelas pada saat pembayaran premi.Ketidak jelasan berapa jumlah tabarru' dan ujrah/ loading (serta saving), akan menimbulkan gharar dalam akad, yang dampaknya menjadikan akad tersebut fasid atau rusak. Dana tabarru' peserta, selamanya menjadi milik peserta. Baik di awal ketika pembayaran premi, di tengah (dalam pengelolaan) maupun di akhir (ketika terjadi surplus tabarru').23Surplus Dana Tabarru' PesertaSurplus Dana Tabarru' PesertaDana Tabarru'+HasilInvestasiBeban AsuransiSurplusTabarru'...%Peserta...%Cad Tabarru'...%PerusahaanPerlakuan Terhadap Surplus :Perlakuan Terhadap Surplus : 1. Dikembalikan seluruhnya kepada peserta2. Dikembalikan sebagian ke peserta dan sebagaian lagi untuk Cad Tabarru'.3. Dikembalikan sebagian ke peserta, sebagian untuk cad tabarru dan sebagian lagi untuk perusahaan. (Fatwa DSN No 53/DSN-MUI/III/2006)24Dasar Akad Pada Dasar Akad PadaPerlakuan Terhadap Surplus :Perlakuan Terhadap Surplus : Dikembalikan sebagian ke peserta, sebagian untuk cad tabarru dan sebagian lagi untuk perusahaan. (Fatwa DSN No 53/DSN-MUI/III/2006)WA'AD JU'ALAHWa'ad ToAllocate S/UPerformanceFeeSuccesFeeApapun akad yang digunakan untuk mengalokasikan S/U, maka harus disepakati terlebih dahulu dengan peserta pada awal terjadinya kontrak.Tidak adanya kesepakatan dengan peserta akan menjadikannya fasid.25Dampak Tabarru' Pada Akad AsuransiDampak Tabarru' Pada Akad AsuransiJika menggunakan akad tijari (tujuan keuntungan), untuk transaksi yang bersifat mu'awadhah/ tabaduli maka ; Jumlah pembayaran harus jelas. Waktu pembayaran harus jelas (seberapa lama). Objek yang diakadkan harus jelas. (Dalam jual beli, barang yang diperjual belikan harus jelas). Menyalahi salah satu dari unsur tersebut akan mengakibatkan akad mengandung gharar, maisir dan riba, dan oleh karenanya akad menjadi batal demi hukum. Karena akad mu'awadhah/ tabaduli, mensyaratkan adanya "kepastian" dalam segala hal. Agar tidak ada satu pihak yang dirugikan sementara pihak lain diuntungkan. Hal ini berbeda dengan akad tabarru'.26Dampak Tabarru' Pada Akad AsuransiDampak Tabarru' Pada Akad AsuransiPada akad tabarru', tidak disyaratkan adanya "kepastian" dalam waktu pembayaran, jumlah pembayaran, dan objek yang ditransaksikan.Tabarru' satu kali, dua kali, tiga kali dst tanpa adanya kepastian tidak menjadikan akad tabarru' menjadi fasid sebagaimana dalam akad tabaduli. Demikian juga dengan jumlah, satu juta, dua juta, tiga juta dsb, tidak menjadikan akad tabarru' fasid sebagaimana terjadi dalam akad tabaduli. Kepastian mendapatkan manfaatpun tidak menjadi syarat, apakah seseorang ada kepastian terkena musibah atau tidak adanya kepastian, tidak menjadikan akad tabarru' mengandung gharar, sebagaiamana bila terjadi di akad tabaduli. 27Dampak Tabarru' Pada Akad AsuransiDampak Tabarru' Pada Akad AsuransiTabarru' Tabarru' Tabaduli TabaduliKarakteristik kontrak :1. Antar peserta saling menanggung setiap resiko yang ada atau kerugian.2. Ada saat membayar dan menerima bantuan untuk membagi resiko yang ada3. Bukan bertujuan untuk mendapatkan return.4. Implementasi dari saling menanggung adalah risk sharing diantara sesama peserta.Karakteristik kontrak :1. Peserta tidak saling menanggung, perusahaanyang menanggung segalakerugian.2. Peserta wajib membayarpremi kepada perusahaan,dan perusahaan wajib membayar kerugian peserta3. Bertujuan untuk mendapatkan return.4. Bersifat transfer of risk perusahaan dengan peserta.28Fatwa DSN MUI Tentang Akad Tabarru' Fatwa DSN MUI Tentang Akad Tabarru' Pada Asuransi Dan Reasuransi SyariahPada Asuransi Dan Reasuransi SyariahFatwa No 53/DSN-MUI/III/2006 :MEMUTUSKAN :Menetapkan FATWA TENTANG AKAD TABARRU' PADA ASURANSI DAN REASURANSI SYARIAHPertama : Ketentuan Hukum1. Akad Tabarru' merupakan akad yang harus melekat pada semua produk asuransi syariah. 2. Akad Tabarru' pada asuransi syariah adalah semua bentuk akad yang dilakukan antar peserta pemegang polis. 3. Asuransi Syariah yang dimaksud pada poin 1 adalah asuransi jiwa, asuransi kerugian dan reasuransi. 29Fatwa DSN MUI Tentang Akad Tabarru' Fatwa DSN MUI Tentang Akad Tabarru' Pada Asuransi Dan Reasuransi SyariahPada Asuransi Dan Reasuransi SyariahKedua : Ketentuan Akad 1. Akad Tabarru pada asuransi adalah akad yang dilakukan dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong- menolong antar peserta, bukan untuk tujuan komersial.2. Dalam akad Tabarru, harus disebutkan sekurang-kurangnya:a. hak & kewajiban masing-masing peserta secara individu;b. hak & kewajiban antara peserta secara individu dalam akun tabarru selaku peserta dalam arti badan/kelompok;c. cara dan waktu pembayaran premi dan klaim;d. syarat-syarat lain yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.30Fatwa DSN MUI Tentang Akad Tabarru' Fatwa DSN MUI Tentang Akad Tabarru' Pada Asuransi Dan Reasuransi SyariahPada Asuransi Dan Reasuransi SyariahKetiga : Kedudukan Para Pihak dalam Akad Tabarru 1. Dalam akad Tabarru, peserta memberikan dana hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta atau peserta lain yang tertimpa musibah. 2. Peserta secara individu merupakan pihak yang berhak menerima dana tabarru (muamman/mutabarra lahu, ( / ) dan secara kolektif selaku penanggung (muammin/mutabarri-O / P )3. Perusahaan asuransi bertindak sebagai pengelola dana hibah, atas dasar akad Wakalah dari para peserta selain pengelolaan investasi. 31Fatwa DSN MUI Tentang Akad Tabarru' Fatwa DSN MUI Tentang Akad Tabarru' Pada Asuransi Dan Reasuransi SyariahPada Asuransi Dan Reasuransi SyariahKeempat : Pengelolaan1. Pengelolaan asuransi dan reasuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah. 2. Pembukuan dana Tabarru harus terpisah dari dana lainnya. 3. Hasil investasi dari dana tabarru menjadi hak kolektif peserta dan dibukukan dalam akun tabarru. 4. Dari hasil investasi, perusahaan asuransi dapat memperoleh bagi hasil berdasarkan akad Mudharabah atau akad Mudharabah Musytarakah, atau memperoleh ujrah (fee) berdasarkan akad Wakalah bil Ujrah. 32Fatwa DSN MUI Tentang Akad Tabarru' Fatwa DSN MUI Tentang Akad Tabarru' Pada Asuransi Dan Reasuransi SyariahPada Asuransi Dan Reasuransi SyariahKelima : Surplus Underwriting1. Jika terdapat surplus underwriting atas dana tabarru, maka boleh dilakukan beberapa alternatif sebagai berikut :a. Diperlakukan seluruhnya sebagai dana cadangan dalam akun tabarru. b. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dibagikan sebagian lainnya kepada para peserta yang memenuhi syarat aktuaria/manajemen risiko. c. Disimpan sebagian sebagai dana cadangan dan dapat dibagikan sebagian lainnya kepada perusahaan asuransi dan para peserta sepanjang disepakati oleh para peserta. 2. Pilihan terhadap salah satu alternatif tersebut di atas harus disetujui terlebih dahulu oleh peserta dan dituangkan dalam akad. 33Fatwa DSN MUI Tentang Akad Tabarru' Fatwa DSN MUI Tentang Akad Tabarru' Pada Asuransi Dan Reasuransi SyariahPada Asuransi Dan Reasuransi SyariahKeenam : Defisit Underwriting1. Jika terjadi defisit underwriting atas dana tabarru (defisit tabarru), maka perusahaan asuransi wajib menanggulangi kekurangan tersebut dalam bentuk Qardh (pinjaman). 2. Pengembalian dana qardh kepada perusahaan asuransi disisihkan dari dana tabarru.Ketujuh : Ketentuan Penutup1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya. 34 [email protected] [email protected][email protected] [email protected]