konsep rancangan perpres tentang jaminan … sjsn/rperpres jk versi 7.pdf · lainnya yang...

27
1 KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN ... TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, dan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Jaminan Kesehatan. Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1), pasal 18, pasal 28 c Pasal 28 H ayat (1) dan ayat (3), dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3468); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 5. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 No. 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4844); 6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Penulisan Kembali Draft ke-7

Upload: dodat

Post on 04-May-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

1

KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG

JAMINAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: Bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 13, Pasal 21, Pasal

22, Pasal 23, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, dan Pasal 28 Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, perlu

menetapkan Peraturan Presiden tentang Jaminan Kesehatan.

Mengingat: 1. Pasal 4 ayat (1), pasal 18, pasal 28 c Pasal 28 H ayat (1) dan ayat (3),

dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992

Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3468);

3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279);

4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

5. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 No. 59,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4844);

6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Penulisan Kembali

Draft ke-7

Page 2: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

2

Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4456);

7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan

Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967);

8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

9. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,

Tambahan Lembaran Negara;

10. UU No....Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

11. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan

Kesehatan Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis

Kemerdekaan Beserta Keluarganya (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1991 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3456);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 tentang Pengalihan

Bentuk Perum Husada Bhakti menjadi Perusahaan Perseroan

(Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1992 Nomor 16);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 20, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3520);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan

Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 59);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang Subsidi dan

Iuran Pemerintah Dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan Bagi

Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 62, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4294);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi

Prajurit TNI (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 50, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 5120).

17. Peraturan Pemerintah No... Tentang Penerima Bantuan Iuran

Page 3: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

3

MENETAPKAN:

Memutuskan:

PERATURAN PRESIDEN TENTANG JAMINAN KESEHATAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:

1. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat

agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

2. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan

sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.

3. Asuransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang

berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang menimpa

peserta dan/atau anggota keluarganya.

4. Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan yang diberikan kepada

setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

5. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial selanjutnya disebut BPJS adalah badan hukum yang

dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.

6. Dewan Jaminan Sosial Nasional adalah Dewan yang dibentuk untuk penyelenggaraan

Sistem Jaminan Sosial Nasional berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional.

7. Bantuan iuran adalah iuran yang dibayar oleh Pemerintah bagi fakir miskin dan orang tidak

mampu sebagai peserta program jaminan kesehatan

8. Penerima bantuan iuran yang selanjutnya disebut PBI adalah fakir miskin dan orang tidak

mampu yang tidak mempunyai pendapatan, atau pendapatannya tidak mencukupi untuk

menghidupi keluarganya berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga

yang berwenang.

9. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam)

bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.

10. Cacat total tetap adalah cacat yang mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk

melakukan pekerjaan.

11. Manfaat adalah faedah jaminan yang menjadi hak peserta dan/atau anggota keluarganya.

12. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam

bentuk lain.

13. Pekerja yang bekerja dalam hubungan kerja adalah pekerja/buruh yang bekerja pada

pengusaha berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan

perintah.

Page 4: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

4

14. Pekerja yang bekerja di luar hubungan kerja adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha

atas risiko sendiri.

15. Pekerja harian lepas adalah pekerja yang bekerja pada pengusaha untuk melakukan

pekerjaan tertentu yang berubah-ubah dalam hal waktu maupun kontinuitas pekerjaan

dengan menerima upah atas kehadirannya secara harian.

16. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan badan

lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan

pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya.

17. Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh peserta,

pemberi kerja dan atau Pemerintah untuk program jaminan kesehatan.

18. Iuran tambahan jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan peserta yang

memiliki anggota keluarga lebih dari 5 (lima) orang dan ingin mengikutsertakan anggota

keluarganya.

19. Gaji atau upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai

imbalan dari pemberi kerja kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayar menurut suatu

perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi

pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

20. Pemutusan Hubungan Kerja yang selanjutnya disebut PHK adalah pengakhiran hubungan

kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara

pekerja/buruh dan pengusaha berdasarkan peraturan perundang-undangan.

21. Keluarga adalah suami atau istri yang sah dan 3 anak yang menjadi tanggungan pekerja

yang terdaftar pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

22. Anggota keluarga adalah istri/suami yang sah, anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang

sah, dan anak angkat yang sah, sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.

23. Anggota keluarga yang lain adalah anak ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu, dan mertua.

24. Pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

yang dilakukan kepada peserta meliputi jenis manfaat kesehatan yang menjadi hak peserta.

25. Fasilitas kesehatan atau fasilitas pelayanan kesehatan adalah rumah sakit, dokter praktik

baik dokter maupun dokter gigi, klinik, laboratorium, apotik, dan fasilitas kesehatan lain

yang memenuhi syarat dan memiliki izin dari instansi Pemerintah yang bertanggung jawab

di bidang kesehatan.

26. Nomor Induk Kependudukan selanjutnya disingkat NIK adalah nomor yang bersifat unik

atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia.

27. Pemerintah Pusat adalah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri

dari Presiden bersama para Menteri.

28. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai

unsur penyelenggara Pemerintahan daerah.

29. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

Page 5: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

5

BAB II

TUJUAN DAN PRINSIP

Pasal 2

Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat

pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

Pasal 3

(1) Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip Sistem Jaminan

Sosial Nasional, meliputi; kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian,

akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil pengelolaan

dana jaminan kesehatan dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program untuk

sebesar-besar kepentingan peserta.

(2) Pelaksanaan jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan secara

nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.

BAB III

PESERTA DAN KEPESERTAAN

Bagian Kesatu

Peserta Jaminan Kesehatan

Pasal 4

(1) Peserta Jaminan Kesehatan adalah penduduk/Warga Negara Indonesia, termasuk warga

negara asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia

(2) Kepesertaan jaminan kesehatan bersifat wajib dan dikembangkan secara bertahap hingga

mencakup seluruh penduduk.

Pasal 5

Peserta jaminan kesehatan dikelompokkan dalam:

a. Kelompok peserta bukan penerima bantuan iuran;

b. Kelompok peserta penerima bantuan iuran.

c. Pekerja yang mengalami PHK sampai dengan 6 (enam) bulan

Pasal 6

Kelompok peserta bukan penerima bantuan iuran sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5 (a)

meliputi:

a. Peserta penerima upah; dan

b. Peserta yang tidak menerima upah.

Page 6: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

6

Pasal 7

Peserta penerima upah sebagaimana yang dimaskud dalam pasal 6 (a) meliputi :

a. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiunnya;

b. Anggota TNI dan penerima pensiunnya;

c. Anggota POLRI dan penerima pensiun; dan

d. Pekerja dalam hubungan kerja selain huruf a, b dan c, termasuk orang asing yang berkerja di

Indonesia paling singkat enam bulan.

Pasal 8

(1) Peserta yang tidak menerima upah kerja adalah pekerja yang bekerja di luar hubungan

kerja.

(2) Pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha

atas risiko sendiri, dan pekerja harian lepas atau musiman

Pasal 9

(1) Peserta jaminan kesehatan yang termasuk kelompok peserta penerima bantuan iuran

sebagaimana dimaksud pada pasal 5 meliputi :

a. Kategori penduduk yang tergolong kelompok masyarakat fakir miskin dan tidak mampu

b. Pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja lebih dari enam bulan, belum

memperoleh pekerjaan dan tidak mampu

c. Orang cacat total tetap dan tidak mampu.

(2) Penentuan kepesertaan jaminan kesehatan kelompok penerima bantuan iuran sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Bagian Kedua

Anggota Keluarga Peserta

Pasal 10

Anggota keluarga peserta meliputi :

a. Satu orang isteri atau suami yang sah dari peserta;

b. Anak adalah anak kandung, anak tiri dan anak angkat yang sah dari peserta, belum berusia 21

(dua puluh satu) tahun atau telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun sampai 25 (dua puluh

lima) tahun bagi anak yang masih melanjutkan pendidikan formal dan tidak atau belum

pernah kawin, tidak mempunyai penghasilan sendiri serta masih menjadi tanggungan peserta;

c. Jumlah anak sah yang ditanggung maksimal 3 (tiga) anak, dan anak ke empat dan seterusnya

dapat menggantikan anak sebelumnya yang sudah tidak ditanggung peserta; dan

d. Bagi suami istri penerima upah, maka istri ditetapkan sebagai peserta lajang.

Page 7: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

7

Bagian Ketiga

Peserta yang mengalami PHK sampai 6 bulan

Pasal 11

(1) Peserta yang mengalami PHK tetap menjadi peserta program jaminan kesehatan paling lama

6 bulan sejak di PHK

(2) Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepesertaannya menjadi gugur setelah lebih

dari 6 bulan sejak di PHK, kecuali membayar iuran sendiri, atau bekerja kembali, atau

mendapat bantuan iuran dari Pemerintah.

Bagian Keempat

Peserta yang mengalami cacat tetap total

Pasal 12

(1) Peserta yang mengalami cacat total tetap karena kecelakaan kerja tetap menjadi peserta

program jaminan kesehatan paling lama 6 bulan sejak di PHK.

(2) Status/kondisi kecacatan peserta sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan Pemerintah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kelima

Perubahan Status Kepesertaan

Pasal 13

(1) Dalam keadaan tertentu status peserta jaminan kesehatan dapat berubah dari peserta

penerima bantuan iuran menjadi peserta bukan penerima bantuan iuran atau sebaliknya.

(2) Dalam hal terjadi perubahan status kepesertaan sebagaimana pada ayat (1), maka tidak boleh

terjadi kevakuman dalam memperoleh hak atas jaminan kesehatan

(3) Mekanisme perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh BPJS.

BAB IV

PENDAFTARAN PESERTA

Bagian Kesatu

Peserta Penerima Upah

Pasal 14

(1) Pemberi kerja wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta program jaminan

kesehatan pada BPJS dengan mengisi formulir pendaftaran kepesertaan jaminan kesehatan

yang disediakan oleh BPJS. BPJS berkewajiban menyediakan formulir dan membantu

Page 8: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

8

proses pendaftaran dan penambahan data kepesertaan jaminan kesehatan kepada pemberi

kerja.

(2) Pemberi kerja harus menyampaikan formulir jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) kepada BPJS selambat-lambatnya 30 (tiga) puluh hari sejak diterimanya

formulir dari BPJS.

(3) Formulir peserta jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat disampaikan

melalui fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah atau dinas kesehatan setempat.

(4) Fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah atau dinas kesehatan setempat wajib

menyampaikan formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kepada BPJS selambat-

lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterimanya formulir dari peserta.

(5) Pemberi kerja wajib melaporkan kepada BPJS apabila terjadi perubahan mengenai:

a. Alamat perusahaan/pemberi kerja

b. Alamat peserta

c. Jumlah pekerja dan keluarga beserta identitasnya, dan

d. Besar upah setiap pekerja.

(6) Pekerja program peserta jaminan kesehatan wajib menyampaikan daftar susunan keluarga

kepada pemberi kerja, termasuk segala perubahannya paling lambat 7 (tujuh) hari sejak

terjadi perubahan data kepesertaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5).

(7) Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak formulir pendaftaran dan iuran pertama

diterima, BPJS wajib menerbitkan dan menyampaikan nomor identitas tunggal kepada

peserta, yang berupa kartu peserta untuk masing-masing peserta sebagai tanda kepesertaan

dalam program jaminan kesehatan.

(8) Kartu peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (7) berlaku sampai dengan berakhirnya

kepesertaan pekerja yang bersangkutan dalam program jaminan kesehatan.

(9) Peserta penerima upah yang pindah tempat kerja atau pindah tempat tinggal masih menjadi

peserta jaminan kesehatan.

(10) Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (9) wajib memberitahukan kepesertaannya

kepada pengusaha/pemberi kerja tempat bekerja yang baru dengan menunjukkan kartu

kepesertaannya.

Pasal 15

(1) Peserta penerima upah wajib mengikutsertakan anak keempat dan seterusnya dan anggota

keluarga lain, yaitu ayah, ibu dan mertua, serta anggota keluarga tambahan menjadi peserta

program jaminan kesehatan. Dalam hal anggota keluarga lain mampu membayar iuran, maka

peserta tidak wajib mendaftarkan anggota keluarga lain tersebut.

(2) Dalam hal peserta tidak mampu membayar iuran untuk anggota keluarga lain, maka peserta

tidak wajib mendaftarkan anggota keluarga lain tersebut.

(3) Kriteria tidak mampu sebagaimana dimaksud ayat (2) ditentukan sesuai peraturan

perundangan yang berlaku.

Page 9: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

9

Bagian Kedua

Peserta Penerima Upah Yang Mengalami PHK

Pasal 16

(1) Pemberi kerja atau pengusaha wajib melaporkan dan menyampaikan surat keterangan untuk

pekerja yang mengalami PHK kepada BPJS.

(2) Dalam sebelum 6 (enam) bulan pekerja bekerja kembali, pekerja yang bersangkutan wajib

memberitahukan kepesertaannya kepada BPJS dan pengusaha tempat bekerja yang baru

dengan menunjukkan kartu peserta.

(3) Pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku sebagai pekerja penerima upah.

Bagian Ketiga

Peserta Tidak Menerima Upah

Pasal 17

(1) Peserta yang tidak menerima upah wajib mendaftarkan dirinya dan keluarganya kepada BPJS

dengan mengisi formulir pendaftaran kepesertaan jaminan kesehatan yang disediakan oleh

BPJS.

(2) BPJS berkewajiban menyediakan formulir dan membantu proses pendaftaran dan pembaruan

data kepesertaan jaminan kesehatan kepada peserta yang tidak menerima upah.

(3) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara langsung atau

melalui kelompok kepada BPJS atau melalui fasilitas kesehatan Pemerintah atau dinas

kesehatan setempat.

(4) Peserta tidak menerima upah menyampaikan formulir peserta jaminan kesehatan

sebagaimana dimaksud ayat (1) kepada BPJS selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak

diterimanya formulir dari BPJS atau fasilitas pelayanan kesehatan atau dinas kesehatan

setempat.

(5) Fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah atau dinas kesehatan setempat wajib

menyampaikan formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada BPJS selambat-

lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterimanya formulir dari peserta.

(6) Peserta tidak menerima upah wajib melaporkan kepada BPJS apabila terjadi perubahan

mengenai:

a. Alamat rumah atau tempat tinggal, dan

b. Susunan keluarga beserta identitasnya.

(7) Peserta tidak menerima upah yang pindah tempat kerja atau pindah tempat tinggal masih

menjadi peserta jaminan kesehatan.

Page 10: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

10

Bagian Keempat

Peserta Penerima Bantuan Iuran

Pasal 18

Mekanisme pendaftaran peserta penerima bantuan iuran mengacu pada ketentuan peraturan

perundangan yang berlaku.

BAB V

IURAN

Bagian Kesatu

Sumber Iuran

Pasal 19

(1) Iuran jaminan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil, TNI dan POLRI baik aktif maupun

penerima pensiun, ditanggung bersama antara peserta dan Pemerintah dengan ketentuan iuran

yang ditanggung oleh Pemerintah sebesar 2%, dan PNS, TNI, POLRI dan penerima pensiun

sebesar 2% dari gaji pokok per bulan.

(2) Iuran jaminan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil daerah dan penerima pensiun ditanggung

bersama antara peserta dan Pemerintah Daerah ketentuan iuran yang ditanggung oleh

Pemerintah sebesar 2%, dan PNS dan penerima pensiun sebesar 2% dari gaji pokok sebulan.

(3) Iuran jaminan kesehatan bagi peserta penerima upah berstatus lajang adalah sebesar 5% dari

upah per bulan.

(4) Iuran jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditanggung bersama antara

peserta dan pemberi kerja dengan ketentuan, iuran yang ditanggung oleh pemberi kerja

sebesar 3% dan pekerja sebesar 2%.

(5) Iuran jaminan kesehatan bagi peserta penerima upah yang berkeluarga adalah sebesar 8% dari

upah per bulan.

(6) Iuran jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), ditanggung bersama antara

peserta dan pemberi kerja dengan ketentuan, iuran yang ditanggung oleh pemberi kerja

sebesar 6% dan pekerja sebesar 2%.

(7) Iuran jaminan kesehatan bagi penerima upah dibayarkan sampai usia pensiun normal. Usia

pensiun normal ditetapkan oleh pemberi kerja.

(8) Iuran jaminan kesehatan bagi peserta penerima gaji atau upah yang tidak memenuhi kriteria

pensiun normal atau berpindah menjadi peserta penerima bantuan iuran akan diatur lebih

lanjut oleh BPJS bersama DJSN.

Page 11: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

11

Bagian Kedua

Besarnya iuran

Pasal 20

(1) Besarnya iuran jaminan kesehatan bagi peserta yang tidak menerima upah atau gaji

ditanggung oleh peserta yang bersangkutan sebesar Rp 40.000,- (empat puluh ribu rupiah) per

bulan per keluarga.

(2) Besarnya iuran jaminan kesehatan bagi penerima bantuan iuran yang ditanggung oleh

Pemerintah sebesar Rp 40.000,- (empat puluh ribu rupiah) per bulan per keluarga.

(3) Besarnya iuran jaminan kesehatan ditinjau paling lambat 2 tahun sekali yang ditetapkan

berdasarkan Peraturan Presiden.

Pasal 21

(1) Batas gaji atau upah per bulan sebagai dasar perhitungan besarnya iuran adalah minimal sama

dengan upah minimum propinsi (UPM) / upah minimum kabupaten/kota (UMK) atau

maksimal sebesar Rp 10.000.000,00 ditinjau paling lambat 2 (dua) tahun sekali.

(2) Peserta tidak menerima gaji atau upah yang memiliki anggota keluarga lebih dari 5 orang

dapat mengikutsertakan anggota keluarga yang lain atau anggota keluarga tambahan dan

wajib membayar iuran tambahan sebagai berikut:

a. Peserta penerima upah, iuran sebesar 1% dari upah per bulan per orang

b. Peserta tidak menerima upah, minimal sebesar Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) per

bulan per orang.

Pasal 22

(1) Pemberi kerja/pengusaha wajib melunasi iuran jaminan kesehatan setiap bulan paling lambat

tanggal 5 (lima) bulan berikutnya kepada BPJS.

(2) Iuran jaminan kesehatan yang ditanggung pekerja/buruh diperhitungkan langsung dari upah

bulanan peserta/buruh bersangkutan, dan penyetorannya kepada BPJS dilakukan oleh

pemberi kerja langsung ke rekening BPJS.

(3) Keterlambatan pembayaran iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan denda dan

ditanggung sepenuhnya oleh pemberi kerja.

(4) Besarnya denda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sebesar 1 % per bulan.

(5) Mekanisme dan besaran denda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bagi iuran yang dibayar

Pemerintah disesuaikan dengan mekanisme anggaran.

(6) Iuran jaminan kesehatan yang belum dibayar dan denda keterlambatan membayar iuran

merupakan utang pemberi kerja kepada BPJS.

Page 12: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

12

Bagian Ketiga

Kelebihan dan Kekurangan Iuran

Pasal 23

(1) BPJS menghitung kelebihan atau kekurangan iuran jaminan kesehatan sesuai dengan gaji

atau upah peserta.

(2) Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), BPJS memberitahukan secara tertulis kepada pemberi kerja dan atau peserta

selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak diterimanya iuran.

(3) Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diperhitungkan dengan pembayaran iuran bulan berikutnya.

Bagian Keempat

Pengembangan Mekanisme Penarikan Iuran

Pasal 24

Untuk peserta tidak menerima upah BPJS dapat mengembangkan mekanisme penarikan iuran

yang efektif dan efisien dalam rangka pemenuhan kecukupan dana khususnya untuk peserta tidak

menerima upah.

Pasal 25

Dalam rangka memenuhi kewajiban di masa akan datang, BPJS wajib membentuk cadangan

teknis.

BAB VI

MANFAAT JAMINAN

Bagian Kesatu

Prinsip Ekuitas

Pasal 26

(1) Setiap peserta memperoleh manfaat dan perlindungan yang sama dalam memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan.

(2) Manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terikat dengan besaran iuran yang

dibayarkan

Page 13: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

13

Bagian Kedua

Penyelenggaraan

Pasal 27

(1) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada peserta harus dilakukan secara berjenjang

melalui pelayanan kesehatan tingkat pertama, pelayanan kesehatan tingkat kedua dan

pelayanan kesehatan tingkat ketiga dengan sistem rujukan.

(2) Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

fasilitas pelayanan kesehatan dasar, meliputi Puskesmas, klinik fasilitas kesehatan dasar dan

atau dokter keluarga.

(3) Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang diberikan fasilitas

pelayanan kesehatan spesialistik.

(4) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas

pelayanan kesehatan non spesialistik.

(5) Pelayanan kesehatan tingkat kedua dan tingkat ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

dan ayat (4) dilaksanakan di rumah sakit.

(6) Pelayanan di rumah sakit bagi peserta jaminan kesehatan harus atas dasar rujukan dari

pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kasus keadaan darurat tidak diperkukan

rujukan.

Bagian Ketiga

Pelayanan Kesehatan

Paragraf 1

Pelayanan yang Dijamin

Pasal 28

(1) Pelayanan yang diberikan dalam jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa

pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif,

termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.

(2) Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah:

a. Pelayanan dan penyuluhan kesehatan;

b. Imunisasi dasar yang masuk program Pemerintah;

c. Pelayanan KB yang masuk program Pemerintah: pil, suntik, IUD, vasektomi, tubektomi,

implan/susuk (kecuali kondom);

d. Pelayanan gawat darurat; dan

e. Pelayanan kesehatan pada jenjang pelayanan kesehatan tingkat pertamanya meliputi:

1. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi dokter;

2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi oleh dokter gigi meliputi penambalan,

pencabutan, perawatan syaraf gigi, karang gigi dan lain-lain;

Page 14: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

14

3. Tindakan medis baik yang bersifat operatif maupun non operatif dalam rangka

diagnosis dan atau pengobatan:

a) Penjahitan luka, pembersihan luka, balut, insisi, eksisi dan tindakan medis layanan

primer lainnya; dan

b) Odontektomi, alveolektomi, insisi dan eksisi.

4. Pemberian obat/resep dokter sesuai dengan kebutuhan medis;

5. Pelayanan KIA termasuk pertolongan persalinan normal, pemeriksaan ibu hamil,

pemeriksaan bayi/anak balita dan pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT, campak,

hepatitis dan polio), pemeriksaan masa nifas;

6. Pemeriksaan laboratorium sederhana; dan

7. Melaksanakan rujukan/konsul ke fasilitas tingkat lanjutan.

f. Pelayanan kesehatan pada jenjang pelayanan kesehatan tingkat dua dan pelayanan

kesehatan tingkat tiga, terdiri dari:

1. Rawat jalan spesialis dan sub spesialis, yang cakupannya meliputi:

a) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi oleh dokter spesialis dan subspesialis;

b) Tindakan medis sesuai indikasi medis;

c) Pemberian resep obat sesuai dengan kebutuhan medis;

d) Rehabilitasi medis; dan

e) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai indikasi medis:

1) Pemeriksaan laboratorium;

2) Pemeriksaan radiologi;

3) Pemeriksaan patolog anatomi, mikrobiologi; dan

4) Pemeriksaan elektomedik.

2. Rawat inap di rumah sakit, yang cakupannya meliputi:

a) Mondok dan makan sesuai kebutuhan gizi;

b) Konsul dokter spesialis sesuai indikasi medis;

c) Pemeriksaan penunjang diagnostik lanjutan sesuai indikasi medis;

d) Pemberian obat sesuai indikasi medis;

e) Tindakan medis spesialis;

f) Perawatan khusus (ICCU, ICU, HCU, HCB, PICU);

g) Tindakan medis operatif.

g. Pelayanan lainnya:

1. Pelayanan khusus kanker;

2. Tindakan medik dan operasi jantung;

3. Pelayanan khusus HIV/AIDS dan Penyakit Menular Seksual (PMS);

4. Pemeriksaan penjuang diagnostik yang disesuaikan menurut kebutuhan pelayanan

tingkat pertama dan tingkat lanjutan;

5. Pelayanan persalinan;

Page 15: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

15

6. Pelayanan darah;

7. Pelayanan obat;

8. Pelayanan tambahan (kaca mata, alat bantu dengar, prothesa gigi, prothesa anggota

gerak, pen, palie, screw, dan implan lain);

9. Pelayanan khusus: hemodialisa dan transplantasi organ; dan

10. Pelayanan kesehatan jiwa.

(3) Pelayanan kesehatan yang dimaksud pada ayat (2) poin c meliputi imunisasi dasar yang

masuk program Pemerintah dan pelayanan KB yang masuk program Pemerintah: pil, suntik,

IUD, vasektomi, tubektomi, inplan/susuk (kecuali kondom), pendanaannya dan mekanisme

programnya diatur Menteri dan instansi terkait.

(4) Pelayanan kesehatan yang dimaksud pada ayat (2) poin g butir 3 pada kasus HIV/AIDS

karena Penyakit Menular Seksual (PMS) dan PMS lainnya harus disertai urun biaya.

(5) Pelayanan kesehatan yang dimaksud pada ayat (2) mengenai persalinan, diberikan kepada

peserta sampai dengan 3 anak dan untuk anak berikutnya serta untuk peserta pada permulaan

kepesertaannya sudah mempunyai 3 anak atau lebih harus disertai urun biaya.

(6) Pelayanan kesehatan yang dimaksud pada ayat (1) untuk kasus persalinan normal dengan

anak kembar tetap ditanggung.

(7) Pelayanan kesehatan yang dimaksud pada ayat (2) untuk transplantasi organ dan hemodialisa

diatur oleh BPJS melalui plafon khusus.

(8) Pelayanan kesehatan yang dimaksud pada ayat (2) poin g butir 10 mengenai pelayanan

kesehatan jiwa hanya berlaku untuk rawat jalan, dan untuk kasus rawat inap harus disertai

urun biaya

Paragraf 2

Pelayanan Tidak Dijamin

Pasal 29

(1) Jenis pelayanan yang tidak dijamin:

a. Pelayanan kesehatan yang tidak mengikuti prosedur sebagaimana dimaksud dalam Pasal

27.

b. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas yang bukan jaringan fasilitas pelayanan

kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS, kecuali kasus gawat darurat.

c. Kecelakaan akibat kecelakaan kerja dan penyakit atau cedera yang diakibatkan karena

hubungan kerja;

d. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri kecuali rawat inap atau rawat inap dan

rawat jalan yang biayanya lebih murah bila dilakukan di dalam negeri;

e. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik;

f. Check up dan atau general check up kecuali untuk peserta usia lebih dari 50 tahun secara

berkala dijamin;

g. Sirkumsisi tanpa indikasi medis;

Page 16: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

16

h. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;

i. Usaha meratakan gigi (ortodonsi);

j. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat, alkohol, dan atau zat adiktif

lainnya;

k. Gangguan kesehatan/penyakit akibat usaha bunuh diri atau dengan sengaja menyakiti diri

sendiri, hobi yang membahayakan diri sendiri;

l. Pengobatan alternatif dan tradisional, akupuntur, shin she, chiroplastic, yang oleh Tim

Penilai Teknologi Kesehatan (Health Technology Assessment/HTA) dinyatakan belum

efektif;

m. Gangguan perilaku, pengobatan dan tindakan medis yang dikatagorikan sebagai

eksperimen;

n. Kursi roda, tongkat penyangga, korset, elastic bandage;

o. Kosmetik, toilettries, makanan bayi, obat gosok, vitamin, susu;

p. Obat di luar daftar dan plafon harga obat (DPHO); dan

q. Pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan langsung dengan manfaat jaminan kesehatan

yang diberikan, yaitu:

1. Biaya perjalanan/transportasi;

2. Biaya sewa ambulans;

3. Biaya pengurusan jenazah;

4. Biaya pembuatan VER (visum et repertum);

5. Biaya fotokopi;

6. Biaya telekomunikasi; dan

7. Biaya kartu berobat untuk rumah sakit.

(2) Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin sebagaimana pada ayat (1) yaitu pelayanan

kesehatan yang tidak mengikuti prosedur, tidak berlaku untuk pasien dari kelompok

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, pembiayaannya dijamin Pemerintah pusat dan

atau Pemerintah Daerah setempat.

(3) Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin yaitu kecelakaan akibat kecelakaan kerja dan

penyakit atau cedera yang diakibatkan karena hubungan kerja, yang dijamin Asuransi Jasa

Raharja untuk kecelakaan, dan program jaminan kecelakaan kerja untuk gangguan kesehatan

yang berhubungan dengan pekerjaan.

(4) Jaminan melalui Asuransi Jasa Raharja dan program jaminan keselakaan kerja sebagaimana

pada ayat (3) diatur lebih lanjut melalui skema koordinasi manfaat (coordination benefit).

(5) Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin yaitu pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar

negeri kecuali untuk rawat inap dan rawat jalan untuk TKI dan peserta yang sedang

melakukan perjalanan dinas atau peserta yang dirujuk ke luar negeri karena tidak adanya

fasilitas kesehatan di Indonesia.

(6) Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin yaitu check up dan atau general check up, tidak

berlaku untuk pemeriksaan rutin peserta yang berasal dari TNI dan Polri dalam rangka

Page 17: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

17

pelaksanaan tugas-tugas operasi pertahanan dan keamanan negara kecuali untuk peserta lebih

dari 50 tahun dijamin secara berkala.

(7) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), pembiayaannya ditanggung oleh

anggaran belanja TNI dan Polri, termasuk di sini adalah pembiayaan atas masalah kesehatan

terkait dengan tugas-tugas pertahanan dan keamanan.

(8) Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin yaitu biaya sewa ambulans, tidak berlaku untuk

rujukan dari jenjang pelayanan kesehatan tingkat dua ke jenjang pelayanan kesehatan tingkat

tiga.

(9) Pelayanan kesehatan sebagaiman dimaksud pada ayat (8) yaitu pelayanan ambulan, untuk

peserta bukan penerima Bantuan Iuran pembiayaannya ditanggung oleh BPJS dan untuk

peserta Penerima Bantuan Iuran ditanggung pemda setempat.

Paragraf 3

Pelayanan Dalam Keadaan Darurat

Pasal 30

(1) Dalam keadaan kegawatdaruratan pelayanan yang dijamin dapat dilakukan di fasilitas

pelayanan kesehatan manapun.

(2) Kriteria kegawatdaruratan atas pelayanan kesehatan ditetapkan Tim Penilai Teknologi

Kesehatan (Health Technology Assessment /HTA) yang dibentuk oleh BPJS bersama DJSN.

Paragraf 4

Pelayanan Dalam Keadaan Tidak Ada Fasilitas Kesehatan yang Memenuhi Syarat

Pasal 31

(1) Dalam keadaan belum ada fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi syarat guna

memenuhi kebutuhan pelayanan yang dijamin, BPJS wajib memberikan kompensasi dalam

bentuk uang tunai sesuai hak peserta.

(2) Besaran kompensasi yang diberikan BPJS untuk peserta yang membutuhkan rawat inap di

rumah sakit diberikan berdasarkan kelas standar.

(3) Apabila peserta yang akan mencari fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang memenuhi

syarat, besaran biaya kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus ditambah

dengan biaya transportasi pasien adan satu orang pendamping, serta biaya tinggal satu orang

pendamping selama perawatan di fasilitas tersebut.

Page 18: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

18

Bagian Keempat

Urun Biaya

Pasal 32

(1) BPJS menetapkan urun biaya untuk jenis pelayanan yang dapat menimbulkan

penyalahgunaan pelayanan.

(2) Penetapan urun biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan bersama antara BPJS

dan asosiasi fasilitas kesahatan.

(3) Urun biaya dapat berupa nilai nominal atau persentase tertentu dari biaya pelayanan dan

dibayarkan peserta kepada fasilitas pelayanan kesehatan pada saat peserta memperoleh

pelayanan kesehatan.

(4) Pada keadaan tertentu yang mengharuskan adanya urun biaya sebagimana dimaksud pada

ayat (3) untuk peserta PBI, maka urun biaya tersebut menjadi tanggungan Pemerintah Daerah

setempat.

Bagian Kelima

Penyediaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai

Pasal 33

(1) Ketersediaan obat dan bahan medis habis pakai merupakan tanggung jawab BPJS.

(2) Proses ketersediaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyangkut penunjukan distributor

yang dapat menjamin memenuhi kebutuhan peserta.

(3) BPJS menyiapkan daftar dan harga tertinggi obat yang dijamin serta bahan medis habis pakai

baik untuk fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, fasilitas pelayanan kesehatan

tingkat dua dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat tiga maupun pelayanan gawat darurat

untuk dikonsultasikan ke DJSN.

(4) DJSN dalam fungsinya melaksanakan monitoring dan evaluasi, menetapkan atas daftar dan

harga tertinggi obat, serta bahan medis habis pakai.

(5) Dalam menjalankan fungsinya sebagaimana dimaksud pada ayat (4), DJSN membentuk tim

khusus monitoring yang terdiri dari unsur DJSN, BPJS dan perguruan tinggi.

(6) Evaluasi terhadap obat dan bahan medis habis pakai ditinjau sekurang-kurangnya setiap 2

(dua) tahun sekali.

Page 19: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

19

Paragraf Keenam

Pengembangan Pelayanan yang Dijamin

Pasal 34

Pengembangan jenis pelayanan kesehatan yang dijamin harus disesuaikan dengan kebutuhan

medis yang ditetapkan oleh Tim Penilai Teknologi Kesehatan (Health Technology

Assessment/HTA) yang dibentuk oleh BPJS bersama DJSN.

Bagian Ketujuh

Koordinasi Manfaat

Pasal 35

(1) Koordinasi manfaat (coordinating of benefit) adalah kewenangan BPJS untuk

mengintegrasikan manfaat yang dibayarkan oleh lebih dari satu program asuransi, sehingga

manfaat yang diterima oleh peserta dapat diperoleh dari sumber dan tidak melebih biaya

medis yang diperkenankan.

(2) Koordinasi manfaat dimaksud khusus untuk pelayanan kesehatan akibat kecelakaan lalu

lintas dan kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) dan (4).

(3) Ketentuan tentang koordinasi manfaat akan diatur lebih lanjut antara BPJS bersama DJSN.

BAB VII

PROSEDUR PELAYANAN

Pasal 36

(1) Untuk memperoleh pelayanan kesehatan, peserta harus menunjukkan kartu peserta jaminan

kesehatan.

(2) Peserta mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai standar pelayanan tingkat

pertama.

(3) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat pertama peserta harus mendaftar di salah

satu fasilitas kesehatan dasar setempat.

(4) Ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (3) tidak berlaku bagi peserta yang tidak berada

di wilayah fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang bersangkutan dan berlaku atas

portabilitas.

(5) Dalam hal diperlukan pemeriksaan tingkat lanjutan bagi peserta, fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat satu harus memberikan surat rujukan kepada fasilitas pelayanan kesehatan

tingkat lanjut yang ditunjuk.

(6) Untuk peserta penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal

29 ayat (2) berlaku ketentuan khusus yang akan diatur lebih lanjut antara BPJS dengan

Pemerintah Daerah setempat.

Page 20: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

20

Bagian Kesatu

Prosedur Gawat Darurat

Pasal 37

(1) Peserta yang memerlukan pelayanan gawat darurat dapat langsung memperoleh pelayanan

dari fasilitas kesehatan atau rumah sakit terdekat.

(2) Biaya yang timbul akibat pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditagihkan

langsung oleh fasilitas pelayanan kesehatan kepada BPJS.

(3) BPJS memberikan pembayaran kepada fasilitas pelayanan kesehatan sebesar tarif yang

berlaku di fasilitas pelayanan kesehatan yang ditunjuk.

(4) Selisih biaya yang timbul akibat perbedaan tarif rumah sakit yang melayani dengan tarif yang

dibayar BPJS menjadi tanggungan peserta.

(5) Bagi peserta Penerima Bantuan Iuran selisih biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

ditagihkan kepada Pemerintah Daerah setempat.

Bagian Kedua

Prosedur Pelayanan Apotik

Pasal 38

(1) Peserta yang mendapat resep obat, harus mengambil obat tersebut di apotik dan atau instalasi

farmasi rumah sakit yang ditunjuk.

(2) Apotik dan atau instalasi farmasi rumah sakit yang ditunjuk harus memberikan obat yang

diperlukan peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan standar obat program

jaminan kesehatan yang berlaku.

(3) Ketersediaan obat pada apotik dan atau instalasi farmasi rumah sakit yang ditunjuk

merupakan tanggung jawab BPJS.

Bagian Ketiga

Pelayanan Tambahan

Pasal 39

(1) Pelayanan tambahan berupa: kaca mata, prothesa gigi, alat bantu dengar, alat bantu gerak

tangan dan kaki, implant.

(2) Pelayanan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan 2 (dua) tahun sekali,

khusus untuk lensa kaca mata dan alat bantu dengar dapat dievaluasi dan diganti setiap 1

(satu) tahun sekali bila ukurannya berubah.

(3) Plafon biaya pelayanan tambahan ditetapkan DJSN berdasarkan usulan BPJS.

(4) Tata cara pemberian pelayanan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh

BPJS.

Page 21: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

21

Bagian Keempat

Mutu Pelayanan

Pasal 40

(1) Pelayanan medis yang diberikan merupakan pelayanan standar, baik mutu maupun jenis

pelayanan dalam rangka menjamin kesinambungan program dan kepuasan peserta, tanpa

memandang kelas perawatan.

(2) Untuk pelayanan medis baik rawat jalan maupun rawat inap berlaku kompensasi jasa medis

atau gaji yang sama bagi tenaga pemberi pelayanan tanpa memandang kelas pelayanan.

(3) Kelas pelayanan non medis untuk rawat jalan maupun rawat inap bagi peserta dapat

ditingkatkan dengan asuransi kesehatan tambahan, atau jaminan kesehatan daerah, atau

membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin BPJS dengan biaya yang harus dibayar

akibat peningkatan kelas pelayanan, namun bukan untuk kompensasi jasa medisnya.

BAB VIII

FASILITAS KESEHATAN

Bagian Kesatu

Tanggung Jawab Ketersediaan

Pasal 41

(1) Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas ketersediaan fasilitas

pelayanan kesehatan untuk pelaksanaan program jaminan kesehatan.

(2) Dalam hal penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di

atas tidak dapat terpenuhi, Pemerintah dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk turut berperan serta.

Bagian Kedua

Fasilitas Kesehatan Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan

Pasal 42

(1) Fasilitas pelayanan kesehatan pelaksana program jaminan kesehatan adalah fasilitas

pelayanan kesehatan milik Pemerintah dan atau swasta yang menjalin kerjasama dengan

BPJS

(2) Fasilitas pelayanan kesehatan milik Pemerintah dan atau swasta dapat menjalin kerjasama

dengan BPJS setelah proses seleksi.

(3) Fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat bekerjasama dengan BPJS adalah:

a. Rumah sakit Pemerintah dan atau swasta;

b. Puskesmas/dokter keluarga/dokter praktik umum dengan pendekatan keluarga;

Page 22: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

22

c. Dokter spesialis/dokter subspesialis;

d. Kilinik;

e. Laboratorium;

f. Apotik;

g. Fasilitas kesehatan lainnya.

(4) Fasilitas sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) adalah fasilitas yang diakui dan memiliki

izin dari instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

Bagian Ketiga

Asosiasi Fasilitas Kesehatan

Pasal 43

(1) Asosiasi fasilitas kesehatan untuk dokter praktik (solo practice) adalah Ikatan Dokter

Indonesia dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran.

(2) Asosiasi fasilitas kesehatan untuk rumah sakit mengikuti kondisi nyata dan kepraktisan yang

berlaku dalam pelayanan kesehatan selama ini.

(3) Asosiasi fasilitas kesehatan yang lain di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayag (2)

dan (3) diatur lebih lanjut melalui Peraturan Menteri.

Bagian Keempat

Seleksi Fasilitas Kesehatan Pelaksana Program Jaminan Kesehatan

Pasal 44

(1) Proses seleksi dilakukan oleh BPJS berdasarkan kriteria yang terstandar, transparan, dan

akuntabel.

(2) Seluruh rangkaian kegiatan seleksi adalah upaya yang menyeluruh dalam mendapatkan

fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dalam pengendalian mutu dan

biaya pelayanan kesehatan.

(3) Kesepakatan antara BPJS dengan fasilitas pelayanan kesehatan tentang pemberian pelayanan

kesehatan dan besarnya pembayaran kepada fasilitas pelayanan kesehatan dituangkan dalam

kontrak kerjasama antara BPJS dengan fasilitas pelayanan kesehatan yang sifatnya sama

untuk satu wilayah layanan yang sama.

Page 23: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

23

Bagian Kelima

Besaran dan Waktu Pembayaran

Pasal 45

(1) Besarnya pembayaran kepada fasilitas pelayanan kesehatan ditentukan berdasarkan

kesepakatan BPJS dengan asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan asas kendali

mutu, kendali biaya dan kecukupan pendanaan untuk kelangsungan program jaminan

kesehatan.

(2) Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

DJSN bersama-sama Menteri memutuskan rentang besaran pembayaran atas program

jaminan kesehatan yang diberikan.

(3) BPJS wajib membayar fasilitas pelayanan kesehatan atas pelaynan yang diberikan kepada

peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak permintaan pembayaran diterima.

Bagian Keenam

Pola Pembiayaan Jaminan Kesehatan

Pasal 46

(1) Pelaksanaan pemberian pelayanan dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan

perjanjian secara tertulis dengan BPJS.

(2) BPJS melakukan pembayaran kepada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama secara

praupaya berdasarkan kapitasi atas jumlah peserta yang dilayani fasilitas pelayanan kesehatan

tingkat pertama.

(3) BPJS melakukan pembayaran kepada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat dua dan fasilitas

pelayanan tingkat tiga berdasarkan DRG (Diagnostic Related Group) SJSN atau tariff

kelompok diagnosis terpadu.

(4) Pemberian pelayanan oleh fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dan (3) dilakukan sesuai dengan ketentuan medis yang nyata dan standar pelayanan medis

yang berlaku dengan tetap memperhatikan mutu pelayanan.

(5) Evaluasi atas kapitasi dan DRG SJSN ditinjau sekurang-kurangnya setiap 2 (dua) tahun sekali

oleh Menteri bersama DJSN dan BPJS.

Page 24: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

24

BAB IX

KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA

Bagian Kesatu

Prinsip

Pasal 47

BPJS mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan dan sistem

pembayaran pelayanan kesehatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas jaminan

kesehatan.

Bagian Kedua

Kendali Mutu

Pasal 48

(1) BPJS mengembangkan sistem kendali mutu pelayanan kesehatan.

(2) Kendali mutu pelayanan kesehatan dilakukan oleh BPJS dengan melibatkan fasilitas

pelayanan kesehatan melalui program tinjauan pemanfaatan (utilization review).

(3) Program kendali mutu pelayanan dalam bentuk tinjauan pemanfaatan secara regular

merupakan bagian dari kontrak antara BPJS dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Bagian Ketiga

Kendali Biaya

Pasal 49

(1) Kendali baiaya dapat dilakukan dengan penerapan mekanisme urun biaya untuk mencegah

penyalahgunaan pelayanan kesehatan.

(2) Penetapan urun biaya (cost sharing) dapat berupa nilai nominal atau persentase tertentu dari

biaya pelayanan dan dibayarkan kepada fasilitas pelayanan kesehatan pada saat peserta

memperoleh pelayanan kesehatan.

(3) Jenis pelayanan kesehatan yang dikenakan urun biaya adalah pelayanan kesehatan yang

selanjutnya akan diatur oleh BPJS.

(4) Urun biaya dikenakan kepada peserta kecuali untuk peserta PBI sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 32 ayat (4).

(5) Operasionalisasi pemantauan atas kenali biaya dilakukan omeh Komite Medis yang dibentuk

oleh BPJS bersama organisasi profesi untuk menentukan:

a. Pemanfaatan pelayanan kesehatan yang berlebihan atau sebaliknya;

b. Ketidaktepatan diagnosis dan prosedur terapi dan investasi;

c. Pengobatan dan peresepan yang tidak rasional; dan

Page 25: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

25

d. Pemberian rujukan yang tidak tepat.

BAB X

PENANGANAN KELUHAN

Pasal 50

(1) Semua pengaduan keluhan harus memperoleh penanganan dan penyelesaian secara memadai

dan dalam waktu yang singkat, serta diberikan umpan balik kapada pihak yang

menyampaikan.

(2) Dalam hal tidak mendapat pelayanan kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan yang

ditunjuk oleh BPJS, peserta dapat menyampaikan keluhan kepada BPJS.

(3) Dalam hal peserta tidak mendapatkan pelayanan yang baik dari BPJS, peserta dapat

menyampaikan keluhan kepada DJSN.

(4) Penanganan keluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib ditanggapi DJSN paling

lambat 30 hari kerja sejak keluhan diterima.

BAB XI

PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 51

Dalam hal terjadi sengketa antara peserta dengan fasilitas kesehatan atau antara peserta dengan

BPJS atau antara BPJS dengan fasilitas kesehatan atau antara BPJS dengan asosiasi fasilitas

kesehatan, maka sengketa diselesaikan oleh Dinas Kesehatan setempat melalui proses mediasi

BAB XII

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 52

Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Presiden ini dilakukan oleh Menteri

dan DJSN dengan melibatkan organisasi profesi dan organisasi kemasyarakatan lainnya yang

sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

BAB XIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 53

(1) Dalam rangka mengoptimalkan pelayanan medis, maka diatur secara khusus kompensasi jasa

medis menurut ukuran kelas tertinggi.

Page 26: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

26

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh Menteri dengan

mempertimbangkan usulan dari asosiasi fasilitas kesehatan.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila mekanisme cara

pembayaran sistem kapitasi dan mekanisme DRG SJSN telah diterapkan penuh oleh fasilitas

kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS.

(4) Penerbitan Peraturan Menteri sebagaimana pada ayat (2) di atas harus mempertimbangkan

usulan dari asosiasi fasilitas kesehatan.

(5) Khusus untuk pasal-pasal tentang DPHO dan prosedur pelayanan apotik di dalam peraturan

ini tidak berlaku apabila mekanisme cara pembayaran kapitasi dan Diagnostic Related Group

(DRG) SJSN diterapkan penuh oleh fasilitas pelayanan kesehatan tertentu yang bekerjasama

dengan BPJS.

BAB XIV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 54

(1) Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku:

a. Perusahaan Persero Jaminan Sosial Tenaga Kerja telah menyelenggarakan Jaminan

Pelayanan Kesehatan

b. Perusahaan Persero Asuransi Kesehatan telah menyelenggarakan Jaminan Kesehatan.

c. Kementerian Kesehatan telah menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Masyarakat yang

didanai APBN.

(2) Semua ketentuan yang mengatur pelaksanaan program jaminan kesehatan dimaksud pada

ayat (1) disesuaikan dengan Peraturan Presiden ini.

(3) Bagi pengusaha/pemberi kerja yang telah menyelenggarakan jaminan kesehatan sendiri

kepada karyawannya (opting out) wajib menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Presiden

ini secara bertahap paling lama 5 (lima) tahun sejak dikeluarkannya Peraturan Presiden ini.

(4) Untuk BPJS-BPJS yang sudah menjalankan Program Jaminan Kesehatan dengan

menggunakan kelas standar yang berbeda-beda antara peserta program jaminan kesehatan

tetap menggunakan kelas standar yang berlaku.

(5) Secara bertahap paling lama 5 (lima) tahun kelas standar sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) harus mengacu pada perhitungan kelas standar III rumah sakit Pemerintah untuk

memenuhi rasa keadilan pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang sama untuk seluruh

rakyat Indonesia.

(6) Peserta program jaminan kesehatan sebagaimana pada ayat (2) dan (3), dapat menggunakan

kelas yang lebih tinggi dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar

sendiri selisih antara biaya yang dijamin BPJS dengan biaya yang harus dibayar akibat

peningkatan kelas perawatan atau dibayar oleh BPJS sebagai manfaat tambahan yang

diberikan BPJS berdasarkan tata-kelola pembiayaan yang diatur secara khusus oleh masing-

masing BPJS.

Page 27: KONSEP RANCANGAN PERPRES TENTANG JAMINAN … SJSN/RPerpres JK versi 7.pdf · lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan

27

BAB V

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 55

(1) Peraturan Presiden ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

(2) Semua peraturan dan perundangan yang diterbitkan sebelum Undang-undang Nomor 40

Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang bertentangan atau tidak sesuai

dengan Peraturan Presiden ini maka pelaksanaan program jaminan kesehatan tersebut harus

menyesuaikan dengan Peraturan Presiden ini.

(3) Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini

dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di: Jakarta

Pada tanggal :

Presiden Republik Indonesia

Ttd

Susilo Bambang Yudoyono