konsep pnm mandiri perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/modul-konsep-pnpm-mp.pdfdisediakan....

64
Konsep PNM Mandiri Perkotaan MODUL DASAR DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Konsultan dan Pemda 03 PNPM Mandiri Perkotaan

Upload: others

Post on 22-Mar-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

Konsep

PNM Mandiri

Perkotaan

MODUL DASAR

DEPARTEMEN

PEKERJAAN

UMUMDirektorat Jenderal Cipta Karya

Konsultan dan Pemda03

PNPM Mandiri Perkotaan

Page 2: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

Modul 1 PNPM Mandiri Perkotaan dan Kemiskinan 1

Kegiatan 1: Belajar Pengalaman P2KP 2

Kegiatan 2: Diskusi Kekhasan PNPM Mandiir Perkotaan 3

Modul 2 Strategi Intervensi PNPM Mandiri Perkotaan 13

Kegiatan 1 : Penjelasan dan Tanya Jawab Transformasi Sosial dan PNPM Mandiri Perkotaan

14

Kegiatan 2 : Diskusi Intervensi Membangun Nilai 16

Modul 3 Gambaran Umum Siklus PNPM Manidiri Perkotaan 31

Modul 4 PNPM Mandiri Perkotaan Sebagai Pembelajaran Penyadaran Kritis

40

Kegiatan 1: Diskusi Pembelajaran dalam Penanggulangan Kemiskinan 41

Kegiatan 2 : Diskusi dan Curah Pendapat Metode Penyadaran Kritis 44

Page 3: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

i

Penyebab utama Kemiskinan adalah sikap mental para pelaku pembangunan yang negatif dan pandangan – pandangan yang merugikan kelompok masyarakat tertentu dimana kondisi ini menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat. Perlu perubahan dari kondisi yang ada sekarang ke arah yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan.

Sebagai upaya penanggulangan kemiskinan, PNPM Mandiri Perkotaan melakukan intervensi proses pembelajaran masyarakat melalui penyadaran kritis agar bisa mengatasi permasalahan kemiskinan sampai kepada akarnya. Artinya inti dari intervensi PNPM Mandiri Perkotaan adalah membangun manusia yang mempunyai sikap mental positif sesuai dengan nilai – nilai luhur kemanusiaan dan membongkar paradigma – paradigma yang merugikan lingkungan.

Untuk menjamin terlembagakannya nilai – nilai kemanusiaan dalam proses penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui pengorganisasian masyarakat, karenanya dibutuhkan motor penggerak atau pemimpin – pemimpin yang mempunyai sikap mental positif. Artinya pemimpin tersebut haruslah merupakan representasi dari nilai – nilai kemanusiaan, sehingga keputusan yang menyangkut kepentingan publik dilandasi oleh keadilan. PNPM Mandiri Perkotaan mengawali proses ini melalui pembangunan BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat)/LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat)

Dalam implementasinya, PNPM Mandiri Perkotaan merancang proses pendampingan belajar masyarakat melalui tahapan siklus dengan pendekatan partisipatif. Dalam pelaksanaan semua tahapan siklus dilakukan melalui FGD, musyawarah dan pendekatan – pendekatan kelompok lainnya dimana masyarakat bisa belajar bersama – sama . Melalui proses belajar bersama diharapkan tumbuh kesadaran kritis masyarakat sehingga terbangun kepedulian, solidaritas , sikap mau berbagi agar terjadi ikatan – ikatan sosial dalam masyarakat yang dilandasi oleh kejujuran, keadilan , cinta kasih dan kepercayaan.

Apabila proses penyadaran kritis di atas dapat berkelanjutan, maka diharapkan akan terjadi perubahan dari masyarakati yang tidak berdaya, menjadi berdaya, mandiri dan pada suatu saat akan menjadi masyarakat madani.

Page 4: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

1

Modul 1 Topik: PNPM Mandiri Perkotaan dan Kemiskinan

Peserta memahami dan menyadari:

1. Dasar pemikiran yang melandasi konsep PNPM Mandiri Perkotaan

2. Bidang garapan utama PNPM Mandiri Perkotaan

Kegiatan 1: Belajar pengalaman P2KP

Kegiatan 2: Diskusi kekhasan PNPM Mandiri Perkotaan

2 Jpl ( 90 ’)

Bahan Bacaan:

1. VCD P2KP ( Mencari Orang Baik)

2. Pedoman PNPM Mandiri Perkotaan

• Kerta Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart

• LCD

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

Page 5: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

2

Belajar Pengalaman Lapangan dari P2KP

1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai dengan Modul PNPM Mandiri Perkotaan dan

Kemiskinan dan uraikan tujuan dari modul ini. Kemudian jelaskan bahwa kita akan memulai modul ini dengan kegiatan pertama yaitu Belajar Pengalaman Lapangan dari P2KP dan uraikan apa yang akan dicapai melalui kegiatan belajar ini yaitu:

Peserta mampu menguraikan dgn kata-kata sendiri, pelajaran yang dipetik dari pengalaman lapangan P2KP untuk PNPM Mandiri Perkotaan

2) Pemandu mengajak peserta sejenak mendiskusikan kembali butir-butir pencerahan pada materi anatomi kemiskinan dan pohon persoalan kemiskinan. Khususnya apa sebenarnya akar penyebab kemiskinan. Tayangkan kembali level – level penyebab kemiskinan.

3) Bagi peserta menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5 s/d 7 orang. Kemudian lanjutkan dengan tugas kelompok untuk membahas : Dengan permasalahan kemiskinan seperti yang sudah dibahas pada modul anatomi kemiskinan upaya apa yang harus dilakukan untuk menangggulangi kemiskinan ? Jawaban Kelompok, dituliskan dalam bentuk gambar dan moto di kertas plano yang dipotong-potong seperti bentuk Kaos T Shirt. Minta masing-masing kelompok menjelaskan maksud dari gambar dan logo T Shirt tersebut.

4) Ajaklah peserta menyimak dan menonton VCD P2KP (Mencari Orang Baik).

5) Setelah mengikuti penayangan VCD P2KP tersebut, peserta diajak menjawab beberapa pertanyaan kritis yg telah disiapkan di LK dan kemudian peserta diminta untuk mengungkapkan pemahaman konsep P2KP dalam menanggulangi kemiskinan. Ajak peserta membandingkan pemahaman penanggulangan kemiskinan hasil diskusi kelompok sebelumnya dengan konsep P2KP setelah menonton VCD.Analisis apakah hasil gambar tersebut sesuai atau tidak dengan apa yang ditampilkan di VCD.

6) Lakukan penjelasan kepada peserta dengan bahan presentasi “Kemiskinan dan Penanggulangannya” dan ”Asumsi Dasar dan Paradigma P2KP”, gunakan MB yang telah disediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perktoaan.

7) Simpulkan bersama materi ini dengan menekankan pada hasil diskusi

a. Premis Dasar P2KP/PNPMM Perkotaan adalah bahwa Kemiskinan terjadi karena lunturnya nilai-nilai luhur kemanusiaan yang menghancurkan prinsip-prinsip “good governance”, Karena itu upaya penanggulangan kemiskinan dalam P2KP/PNPMM Perkotaan bertumpu pada penggalian dan pemulihan kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan dan good governance.

b. Penyebab kemiskinan dapat ditelusuri pada tataran 4: gejala, tataran 3, 2, 1 yang merupakan akar penyebabnya itu sendiri, yakni orang-orang yang tidak berdaya/mampu menerapkan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Karena itu, Penanganan kemiskinan dalam konteks P2KP harus dilandasi pada pencarian orang-orang baik, pegorganisasian orang-orang baik hingga dapat mengoptimalkan tingkat penyelesaian pada tataran-tataran berikutnya

Page 6: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

3

Diskusi Kekhasan PNPM Mandiri Perkotaan

1) Jelaskan bahwa kita masih di modul “Konsep PNPM Mandiri Perkotaan” untuk kegiatan belajar kedua ; Diskusi kekhasan PNPM Mandiri Perkotaan dan uraikan apa yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu:

Peserta mampu menguraikan dengan kata-kata sendiri, ciri khas PNPM Mandiri Perkotaan

2) Segarkan kembali dari apa yang dipelajari pada kegiatan belajar sebelumnya bahwa PNPM Mandiri Perkotaan adalah pola pembangunan yang bertumpu pada nilai oleh sebab itu penekanannya adalah pada pembangunan manusia sehingga seluruh proses PNPM Mandiri Perktoaan adalah proses pembelajaran kritis untuk memanusiakan manusia.

3) Mintalah peserta untuk menuliskan dalam kertas metaplan apa yang menyebabkan atau membuat PNPM Mandiri Perkotaan khas dibandingkan proyek sejenis yang lain. Gunakan LK – PNPM Mandiri Perkotaan dan Kemiskinan – 2

4) Kumpulkanlah kertas metaplan tadi, kemudian mintalah peserta untuk mengelompokkan kartu – kartu dengan pernyataan yang sama (sejenis). Diskusikan bersama.

Kemudian simpulkan dan tegaskan bahwa yang khas dari PNPM Mandiri Perkotaan adalah:

Asumsí dasar

Manusia pada dasarnya baik

Masyarakat penuh dengan manusia baik yang sarat dengan nilai-nilai luhur, tetapi kebaikannya tertutup oleh sampah kehidupan (masyarakat ibarat tambang kebajikan yang belum digali)

Kemiskinan lebih disebabkan oleh lunturnya nilai-nilai luhur kemanusiaan yg universal, yang melahirkan ketidakadilan, keserakahan, mementingkan diri sendiri/golongan, perpecahan, dsb

Kemiskinan hanya dapat diselesaikan melalui perbuatan baik yang murni.

Perbuatan baik dan murni hanya dapat dilakukan oleh orang baik dan benar

Tantangan Utama

Menemukan orang-orang baik dan benar melalui rekam jejak bukan janji.

Transformasi dari proyek menjadi program dari, oleh dan untuk masyarakat

Page 7: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

4

Pendekatan

Pemberdayaan sejati, yaitu menggali nilai-nilai baik yang telah dimiliki manusia dan memberdayakannya atau dengan kata lain memulihkan fitrah manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk ciptaan tertinggi sehingga mampu bertindak secara moral. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa proyek P2KP ibarat sebuah sekop untuk menggali/menemukan orang-orang baik dan benar dan kemudian mendudukkannya pada tempat yang terhormat

Mengunakan proyek untuk membangun program dari, oleh dan untuk masyarakat

Implementasi

Masyarakat menentukan siapa kelompok sasaran

Masyarakat merencanakan/menentukan bagaimana menangulangi kemiskinan yang disandang oleh kelompok sasaran

Masyarakat mendapat sumber daya untuk berlatih mengimplementasikan rencana mereka dalam menangulangi kemiskinan

Masyarakat menentukan bagaimana mengelola sumberdaya yang diperolehnya

Page 8: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

5

LK – PNPM Mandiri Perkotaan dan Kemiskinan - 1

Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Belajar Pengalaman Lapangan P2KP”

Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5 s/d 7 orang kemudian tiap kelompok mendapat tugas sebagai berikut :

1) Potonglah kertas plano yang telah disediakan menjadi bentuk “T shirt” atau kaos oblong. Kalau perlu dengan menempel.

2) Buat logo dan moto pada bagian dada “T shirt” yang menggambarkan pemahaman kelompok terhadap PNPM Mandiri Perkotaan

3) Tempelkanlah “T shirt” kelompok di papan tulis atau dinding kelas yang telah disediakan untuk itu.

4) Pilihlah wakil dari masing-masing kelompok untuk menyajikan arti/makna dari logo dan moto masing-masing dikaitkan dengan pemahaman kelampok terhadap PNPM Mandiri Perkotaan .

5) Setelah presentasi semua peserta harus menyimak tayangan VCD tentang P2KP (Mencari orang-orang baik)

6) Peserta menjawab beberapa pertanyaan kritis yg terkait dengan penayangan vcd tersebut:

a. Apakah pendapat bu Sri mengenai pengelolaan proyek-proyek sebelumnya ? Mengapa dapat terjadi bahwa proyek-proyek yang lalu hanya dikelola oleh orang-orang tertentu saja? Apakah salah bila orang itu-itu juga yang mengerjakan proyek?

b. Mana yang lebih dahulu harus dilakukan mengembangkan sistem yang baik ataukah menemukan orang-orang baik dan murni untuk diposisikan sebagai pengambil keputusan dan kemudian membangun sistem?

c. Ada anggapan yg mengatakan bahwa kalau kita sudah “cukup” baru kita pikirkan orang lain. Bu Sri adalah buruh tani dan suaminya adalah pekerja bangunan tetapi aktif memberikan waktu, perhatian, pikirannya, dsb untuk orang miskin lainnya. Coba diskusikan apakah seorang harus mampu dulu baru dapat memberi ataukah orang miskin pun harus juga dapat berkontribusi ? Mengapa bu Sri melakukannya ? Apakah motivasinya ? Mengapa bu Sri berdaya sedangkan banyak yang lain tidak?

d. Bu Yuli mengatakan bahwa melihat orang lain menjadi senang itulah satu-satunya motivasinya. Mengapa hal semacam ini menjadi motivasi?

e. Pak Imam mengatakan bahwa dalam sosialisasi mendengar bahwa anggota BKM/LKM tidak mendapat apa-apa, bahkan harus berkorban untuk sesamanya. Lalu mengapa pak Imam masih mau bekerja untuk masyarakat? Apa yang mendorong atau menyemangatinya?

f. Apakah banyak orang seperti bu Sri, bu Yuli dan pak Imam di kelurahan Anda?

g. Dalam pemilihan anggota BKM/LKM, kiteria calon anggota ditetapkan berorientasi nilai-nilai moral oleh warga melalui FGD kepemimpinan dari mulai RT dan penjaringan utusan juga dari mulai RT tanpa pencalonan dan kampanye untuk mendapat utusan RT yang baik.

Page 9: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

6

Mengapa hal tersebut harus dilakukan? Mengapa tidak dengan musyawarah mufakat saja untuk menentukan anggota BKM/LKM? Diskusikan jawaban Anda.

h. Bu Yuli mengatakan yang penting jujur dulu. Yang lain adalah buah dari kejujuran. Seakan-akan tanpa ada kejujuran segala sukses pembangunan tidaklah mungkin terjadi. Bagaimana pendapat Anda? Diskusikan jawaban Anda?

i. Bu Sri beranggapan bahwa mengundang pria saja dalam sosialisasi tidak cukup sebab informasi pasti tidak sampai ke anggota keluarga yg lain. Coba diskusikan apakah diperlukan pertemuan khusus perempuan untuk penyebarluasan informasi maupun menggalang pendapat.

j. Apakah orang baik dan murni ini banyak di tiap kelurahan?

k. Setelah Anda menyaksikan tayangan P2KP apa kesimpulan Anda tentang perbedaan yang mendasar antara P2KP dengan proyek sejenis yang lain?

7) Kemudian tiap kelompok harus mendiskusikan kembali pemahaman kelompok terhadap PNPM Mandiri Perkotaan sebelum dan setelah menyimak tayangan VCD dan memperbaiki gambar/logo yang telah dibuat.

Page 10: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

7

LK – PNPM Mandiri Perkotaan dan Kemiskinan - 2

Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Diskusi kekhasan PNPM Mandiri Perkotaan ”

Setelah selesai disegarkan kembali dgn tayangan MB – Belajar Dari Pengalaman setelah menonton vcd pada kegiatan sebelumnya, mintalah peserta untuk menuliskan dalam kertas metaplan apa yang membedakan PNPM Mandiri Perkotaan dengan program sejenis.

Untuk memudahkan diskusi di bawah ini ada beberapa pertanyaan pemandu :

1) Apa anggapan PNPM Mandiri Perkotaan tentang manusia dan masyarakat ?

2) Apa artinya “Masyarakat ibarat tambang permata yang belum digali” ?

3) Apakah bidang garapan utama PNPM Mandiri Perkotaan; bagi-bagi uang atau membangun ekonomi atau membongkar hambatan finansial, atau apa ?

4) Siapakah kelompok sasaran utama PNPM Mandiri Perkotaan dan siapa yang menentukan ?

5) Apakah makna dana BLM ( Bantuan Langsung kepada Masyarakat ) dalam konteks PNPM Mandiri Perkotaan ?

6) Apakah tantangan utama proyek PNPM Mandiri Perkoataan ?

7) Apakah makna PNPM Mandiir Perkotaan dikaitkan dengan pembangunan manusia.

Page 11: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

8

Slide 1 Slide 2

Slide 3 Slide 4

Page 12: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

9

Slide 5 Slide 6

Slide 7 Slide 8

Slide 9 Slide 10

Slide 11 Slide 12

Page 13: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

10

Slide 13 Slide 14

Page 14: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

11

1

Asumsi Dasar danParadigma PNPMM

Perkotaan

2

Asumsi Dasar PNPM Mandiri Perkotaan

Kemiskinan Tumbuh Subur, Karena:Semakin Lunturnya Keadilan.....Semakin Lunturnya Kejujuran....Semakin Lunturnya Keikhlasan...Semakin Lunturnya Kepercayaan...Semakin Lunturnya Kepedulian....Semakin Lunturnya Kesatuan.....

Tegasnya, Semakin LunturnyaNilai-Nilai Kemanusiaan yang Hakiki !

Slide 1 Slide 2

3

PNPM Mandiri Perkotaan hanya akanMampu Memberikan Kontribusi bagiPerbaikan Masyarakat Miskin, apabilamampu mendorong:

Semakin Pulihnya Keadilan........Semakin Pulihnya Kejujuran........Semakin Pulihnya Keikhlasan.......Semakin Pulihnya Kepercayaan.......Semakin Pulihnya Kepedulian........Semakin Pulihnya Kesatuan......

Tegasnya, Semakin PulihnyaNilai-Nilai Kemanusiaan yangHakiki !

4

Paradigma-Paradigma PNPM MandiriPerkotaan

1. Masyarakat ibarat tambang orang-orang berkualitas; jujur & dapat dipercaya yg belum digali. Menggali dan membuka peluang munculnya orang-orang jujur dan dapat dipercaya akan lebih menjamin kemajuan masyarakat !

2. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Masyarakat yang mandiri serta bersifat pemberi adalah lebih baik daripada masyarakat yang senantiasa meminta dan memiliki mental tergantung pada pihak lain

Slide 3 Slide 4

5

3. Dana PNPM Mandiri Perkotaan digunakan sebaik-baiknya untuk kemanfaatan dan kepentingan masyarakat miskin. Pemanfaatan dana PNPM Mandiri Perkotaan yang tidak sesuai dengan kemanfaatan dan kepentingan masyarakat miskin, atau salah sasaran, hanya akan memberikan andil besar pada “Pemiskinan Rakyat” setempat.

4. Kemiskinan hanya dapat ditanggulangi melalui upaya atau ikhtiar yang tulus dan sungguh-sungguh serta kerja sama dari semua pihak.

6

5. Pengambilan keputusan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di tingkat masyarakat melalui “voting” hanya baik dilakukan bila telah tercapai kesamaan pemahaman mengenai persoalan yang dihadapi. Meskipun demikian, keputusan melalui musyawarah mufakat yang dilandasi kesadaran kritis adalah tingkat demokrasi yang terluhur …!

6. Jujur, Dapat Dipercaya, Adil, dan Bertanggung-jawab adalah nilai-nilai luhur kemanusiaan yang akan menuntun pada kemajuan.

Page 15: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

12

Slide 5 Slide 6

7

7. Siapakah yang membangun? Jawabnya hanya satu: “Orang-orang yang peduli” siapa pun dia, dari suku apa pun dia, dari agama apa pun dia, berasal dari penjuru mana pun dia, laki-laki atau perempuan, tua-muda-atau anak-anak, berpendidikan tinggi atau tidak, dan lainnya.

8. Solidaritas harus dibangun diatas nilai-nilai kemanusiaan yang universal (Jujur, Dapat Dipercaya, Adil, dan lainnya), sehingga kebenaran tidak akan terkalahkan.

8

9. Musuh bersama kemiskinan adalah “sifat-sifat buruk manusia”, bukan organisasi /lembaga / sistem. Karena itu suburkanlah sifat-sifat baik kemanusiaan di dalam diri dan lingkungan sekitar kita.

10. Bersikap Adil adalah: “Memperlakukan orang lain seperti diri sendiri ingin diperlakukan oleh orang lain”

Slide 7 Slide 8

Page 16: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

13

Modul 2 Topik: Strategi Intervensi PNPM Mandiri Perkotaan

Peserta memahami dan menyadari: 1. Transformasi sosial dalam PNPM Mandiri Perkotaan

2. Strategi intervensi untuk mendorong transformasi sosial

Kegiatan 1: Penjelasan dan tanya jawab PNPM Mandiri Perkotaan

Kegiatan 2: Diskusi intervenís membangun nilai

3 Jpl (135 ’)

Bahan Bacaan:

Pedoman PNPM Mandiri

Pedoman PNPM Mandiri Perkotaan

Kiat Intervenís Membangun Nilai

PNPM Mandiri Perkotaan dan Kemiskinan

• Kerta Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart

• LCD

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

Page 17: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

14

Penjelasan dan Tanya Jawab Transformasi Sosial dalam PNPM Mandiri Perkotaan

1) Jelaskan bahwa kita masih dalam Tema Konsep PNPM Mandiri Perkotaan dan akan memulai

dengan modul “Strategi Intervensi PNPM Mandiri Perkotaan” dengan tujuan :

• Transformasi sosial dalam PNPM Mandiri Perkotaan

• Strategi intervensi untuk mendorong transformasi sosial yang diharapkan

2) Ajak peserta untuk memulai kegiatan 1 dalam modul ini yaitu diskusi transformasi sosial dalam PNPM Mandiri Perkotaan.

3) Ingatkan kembali kepada peserta mengenai tantangan penanggulangan kemiskinan yang sudah dibahas pada paradigma pembangunan, anatomi kemiskinan dan perempuan dan kemiskinan.

Bahas bersama bahwa kondisi saat ini pada umumnya masyarakat berada dalam kondisi ketidak berdayaan, karena masih menggantungkan diri kepada pihak luar di dalam menemukenali dan memecahkan masalah. Sudah lama masyarakat tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, banyak program yang hanya memberikan bantuan uang kepada masyarakat. Lama kelamaan kondisi ini membuat masyarakat melemparkan tanggungjawab kepada pihak lain untuk menyelesaikan masalah karena sudah terbiasa disuapi.

4) Sajikan kepada peserta konsep transformasi sosial PNPM Mandiri Perktoaan yang diharapkan mampu mengubah masyarakat dari masyarakat miskin, tertinggal dan tak berdaya menjadi masyarakat berdaya, dari masyarakat berdaya menjadi masyarakat mandiri dan dari masyarakat mandiri menjadi masyarakat madani.

5) Diskusikan bersama peserta apa yang dimaksud dengan masyarakat berdaya, masyarakat mandiri dan masyarakat madani.

Page 18: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

15

Transformasi sosial yang diharapkan:

• Dari masyarakat yang tidak berdaya menjadi masyarakat berdaya. Melalui proses belajar yang dilakukan, kelompok – kelompok yang terpinggirkan bisa mempuyai daya (kemampuan ) untuk menemukenali masalah, memecahkan masalah sehingga dapat menggapai kebutuhan hidupnya.

• Dari masyarakat berdaya menjadi masyarakat mandiri, yaitu dimana masyarakat bisa menolong dirinya secara mandiri, tidak lagi bergantung kepada pihak lain.

.

6) Jelaskan kepada peserta mengenai strategi intervensi yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan untuk mencapai transformasi sosial seperti yang diharapkan dengan menggunakan Media Bantu yang sudah disediakan.

• Dari masyarakat tidak berdaya menuju masyarakat berdaya, PNPM Mandiri Perkotaan mengajak masyarakat untuk mengenal dan menggali kembali nilai – nilai universal kemanusiaan, mengajak masyarakat untuk mengenali masalah dan memecahkan masalah yang dihadapi melalui proses identifikasi kebutuhan dan perencanaan, menguatkan kelembagaan lokal masyarakat sebagai motor penggerak modal sosial sebagai modal untuk bekerjasama di antara masyarakat.

• Dari masyarakat berdaya menuju masyarakat mandiri, intervensi yang dilakukan adalah penguatan akuntabilitas dan transparansi lembaga masyarakat lokal dan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah serta pihak – pihak lain untuk menanggulangi kemiskinan.

Page 19: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

16

Diskusi Intervensi Membangun Nilai

1) Jelaskan bahwa kita masih di modul “Strategi Intervensi PNPM Mandiri Perkotaan” dan akan mulai dengan Kegiatan 2 ; Diskusi intervensi membangun nilai

2) Sebelum membahas lebih lanjut segarkan dahulu ingat peserta mengenai konsep nilai dengan memberikan latihan kecil kepada kelompok yg sdh terbentuk untuk mengisi : “Setuju atau Tidak Setuju”. Gunakan LK – Intervensi Membangun Nilai –

3) Setelah selesai ajaklah peserta untuk diskusi kelas dan curah pendapat untuk memahami nilai-nilai yang terkandung dalam tiap pertanyaan. Gunakan tabel di abwah ini sebagai acuan apabila diperlukan.

No KONDISI/PERNYATAAN PENJELASAN

1. Ada orang miskin yg beranggapan dan bersikap bahwa kemiskinan yang dialami semata-mata adalah akibat perbuatan orang lain

orang yang seringkali menyalahkan orang lain adalahorang yang mempunyai sikap rekatif dan tidak akan pernah maju karena tidak pernah berefleksi atas apayang ada dalam dirinya sehingga tidak mungkin membuat perubahan dan hanya menuntut perubahan dari pihak luar saja

2. Karena menganggap bahwa kaum miskin adalah kaum yang tertinggal dan tak berdaya maka pemerintah mendudukkan kaum miskin hanya sebagai penerima manfaat dari proyek penangulangan kemiskinan.

Masyarakat mempunyai kekuatan untuk maju yang diperlukan adalah kesempatan dan dorongan untukm kepercayaan dirinya agar bisa mandiri. Mendudukan masyarakat hanya sebagai penerima manfaat sama dengan menciptakan kebergantungan masyarakat kepada pihak luar

3. Karena sulitnya mengajak masyarakat untuk mengambil kesepakatan maka Fasilitator akhirnya memutuskan sendiri.

Masyarakat mempunyai hak untuk memutuskan nasibnya sendiri, memutuskan kebutuhan masyarakat oleh pihak luar artinya mengambil hak-hak masyarakat. Fasilitator hanyalah memfasilitasi masyarakat agar memilih keputusan dengan kesadaran kritis

4. Dalam rangka meningkatkan keterlibatan perempuan dlm proyek maka ditetapkanlah quota yang harus diikuti oleh semua pelaku P2KP

Quota hanya salah satu faktor pendorong untuk kehadiran, partisipasi harus lebih menekankan kepada kesadaran. Oleh karena itu quota saja tidak cukup tetapi harus ditindaklanjuti peningkatan kapasitas perempuan.

5. Karena menganggap manusia pada dasarnya jahat maka dibuatlah aturan yg sangat ketat agar tidak terjadi penyimpangan

Manusia pada dasarnya baik, yang harus mengontrol tingkah laku manusia adalah dirinya sendiri (kontrol dari dalam sesuai dengan kesadaran kritisnya) .Akan tetapi nilai – nilai dan sistem seperti dua sisi mata uang, aturan atau sistem tetap harus dibangun, akan tetapi sistem

Page 20: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

17

No KONDISI/PERNYATAAN PENJELASAN

yang baik dihasilkan oleh manusia yang baik

6. Rasa memiliki dari masyarakat hanya dapat dibangun bila ada kebersamaan dalam menerima manfaat proyek

Hanya menjadi penerima manfaat artinya masyarakat hanya menjadi objek dan tidak akan tumbuh pemahaman terhadap kebutuhan dan tanggungjawab bersama

7. Untuk melibatkan sebanyak mungkin warga maka proyek memberi insentif bagi yang hadir dalam setiap kegiatan

Mendorong orang untuk bertindak dengan didasari insentif, adalah keliru. Motivasi membangun untuk insentif tidak akan berkelanjutan karena begitu insentifnya hilang proyek tidak akan menjadi programnya masyarakat.

8. Rasa memiliki akan terbangun bila ada kebersamaan dalam memberi/kontribusi ke proyek

Kebersamaan merupakan modal yang sangat penting untuk membangun , bukan hanya sebagai perwujudan rasa memiliki akan tetapi juga sebagai wujud tanggungjawab dan kepedulian sosial

9. Orang baik dan benar tidak digerakkan oleh insentif tetapi lebih oleh nilai-nilai yang ingin diamalkannya

Insentif bagi orang bik bukan uang, benda atau pujian tetapi kebahagiaan ketika bisa membantu orang lain

10. Transformasi sosial hanya terjadi kalau ada keharusan atau aturan yang ditetapkan oleh proyek

Aturan proyek hanya faktor pendorong agar masyarakat bisa belajar dengan cepat dan lebih terarah, keinginan membangun diri sendiri dari dalamlah yang paling penting.

11. Proyek PNPM Mandiri Perkotaan menekankan pembangunan dari dalam yang mampu mengubah sikap dan perilaku seorang demi seorang sehingga terjadi perubahan kolektif menuju transformasi sosial

Apapun yang dilakukan oleh orang luar untuk masyarakat lokal tidak akan berarti tanpa motivasi yang kuat dari masyarakat untuk membangun dirinya.

12. Pengorbanan bukan melemahkan melainkan justru meningkatkan otoritas sesorang

Berkorban untuk membela kebenaran dan melawan kejahatan, akan menjadikan seseorang manusia dihargai, karena penghargaan yang hakiki dari lingkungan bukan didasarkan kepada kekayaan, jabatan, dan perangkat lainnya akan tetapi karena “perilakunya” , perilaku yang menjalankan nilai – nilai kemanusiaan sesuai dengan harkat dan martabat menusia yang merdeka. Perilaku tersebut akan meningkatkan otoritas seseorang, karena manusia yang jujur dan menjunjung tinggi nilai – nilai tidak akan takut untuk melawan ketidakadilan.

4) Uraikan kepada peserta kaidah intervensi pengembangan masyarakat

Page 21: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

18

Beberapa kaidah yang harus diperhatikan dalam pengembangan masyarakat:

• Kaidah membangun dari dalam (development from within). Pemberdayaan adalah membangun potensi manusia yang sudah dimiliki untuk kembali mampu bertindak sesuai dengan nilai – nilai luhur sehingga akan tumbuh kapital sosial, kepedulian , solidaritas sosial dalam membangun (khususnya menanggulangi kemiskinan). Hasil yang diharapkan dari pemberdayaan adalah eksadaran kritis dan kesiapan masyarakat bahwa persoalan kemiskinan hanya bisa diatasi oleh 1) membangun kembali nilai – nilai kemanusiaan yang universal sebagai landasan dari semua keputusan dan tindakan 2) menemukan dan menggalang pribadi – pribadi yang komit dan memiliki integritas tinggi dalam menanggulangi kemiskinan 3) bertumpu pada keswadayaan masyarakat dan prinsip pembangunan organik secara berkelanjutan. Artinya pemberdayaan masyarakat pada intinya adalah perubahan sikap , perilaku dan pola pikir dari dalam individu (masyarakat) , inilah yang disebut membangun dari dalam , pihak luar hanya mendampingi sebagai pelengkap dari adanya niat, prakarsa untuk membangun kepedulian dan komitmen masyarakat sendiri. Oleh karena itu, prinsip membangun dari dalam mengandung makna bahwa proses pendampingan PNPM Mandiri Perkotaan, menitikberatkan pada proses pembelajaran bagi masyarakat agar masyarakat mampu melakukan tahapan kegaitannya sendiri dan dapat menumbuhkan kesadaran kritis terhadap alasan – alasan melakukan kegiatan.

• Kaidah kerelawanan (volunteerism). Proses membangun dari dalam membutuhkan pelopor – pelopor penggerak dari masyarakat sendiri yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli, dan memiliki komitmen yang kuat pada kemajuan masyarakat di wilayahnya. Proses membangun dari dalam tidak akan terjadi apabila pelopor penggerak ini merupakan sekumpulan individu yang hanya memiliki pamrih pribadi, mementingkan golongannya. Berdasarkan kenyataan inilah PNPM Mandiri Perkotaan mendorong masyarakat di lokasi sasaran agar membuka kesempatan seluas mungkin bagi warga – warganya yang ihklas, jujur, adil, peduli dan memiliki komitmen tinggi untuk menjadi relawan – relawan yang membantu masyarakat dalam seluruh tahapan kegiatan.

• Kaidah pertumbuhan alamiah (organic development). Kaidah ini menekankan bahwa dinamika pertumbuhan/perubahan antara satu komunitas dengan lainnya berbeda sebagai konsekuensi logik dari pembangunan dari dalam. Situasi seperti ini harus mampu diakomodasi oleh para pendamping khususnya Tim Fasilitator.

Page 22: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

19

LK – INTERVENSI MEMBANGUN NILAI – 1

Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Diskusi Intervensi Membangun Nilai”

Jelaskan kepada peserta yang masih dalam kelompok masing-masing untuk mendiskusikan nilai-nilai yang dikandung dalam setiap kondisi/pernyataan tersebut di bawah ini sehingga diperoleh kesepakatan kelompok termasuk alasan setuju atau tidak setuju.

“SETUJU ATAU TIDAK SETUJU........???”

No KONDISI/PERNYATAAN SETUJU, KARENA….

TAK SETUJU, KARENA…

1. Ada orang miskin yg beranggapan dan bersikap bahwa kemiskinan yang dialami semata-mata adalah akibat perbuatan orang lain

2. Karena menganggap bahwa kaum miskin adalah kaum yang tertinggal dan tak berdaya maka pemerintah mendudukkan kaum miskin hanya sebagai penerima manfaat dari proyek penangulangan kemiskinan.

3. Karena sulitnya mengajak masyarakat untuk mengambil kesepakatan maka Fasilitator akhirnya memutuskan sendiri.

4. Dalam rangka meningkatkan keterlibatan perempuan dlm proyek maka ditetapkanlah quota yang harus diikuti oleh semua pelaku P2KP

5. Karena menganggap manusia pada dasarnya jahat maka dibuatlah aturan yg sangat ketat agar tidak terjadi penyimpangan

6. Rasa memiliki dari masyarakat hanya dapat dibangun bila ada kebersamaan dalam menerima manfaat proyek

7. Untuk melibatkan sebanyak mungkin warga maka proyek memberi insentif bagi yang hadir dalam setiap kegiatan

8. Rasa memiliki akan terbangun bila ada kebersamaan dalam memberi/kontribusi ke proyek

Page 23: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

20

No KONDISI/PERNYATAAN SETUJU, KARENA….

TAK SETUJU, KARENA…

9. Orang baik dan benar tidak digerakkan oleh insentif tetapi lebih oleh nilai-nilai yang ingin diamalkannya

10. Transformasi social hanya terjadi kalau ada keharusan atau aturan yang ditetapkan oleh proyek

11. Proyek P2KP menekankan pembangunan dari dalam yang mampu mengubah sikap dan perilaku seorang demi seorang sehingga terjadi perubahan kolektif menuju transformasi sosial

12. Pengorbanan bukan melemahkan melainkan justeru meningkatkan otoritas sesorang

Page 24: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

21

Slide 1 Slide 2

Slide 3 Slide 4

Page 25: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

22

PNPM Mandiri Perkotaan dan Kemiskinan Marnia Nes

PNPM Mandiri Perkotaan merupakan program pemberdayaan masyarakat untuk memecahkan masalah kemiskinan yang merupakan pengembangan dari P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). Pemecahan masalah yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan tentu saja berdasarkan masalah – masalah yang sudah dianalisa sebelumnya.

Dalam proses menemukenali penyebab kemikinan dan akar masalah kita temukan penyebab kemiskinan pada dasarnya merupakan akibat dari sikap mental para pelaku pembangunan yang negatif dan pandangan – pandangan yang merugikan kelompok masyarakat tertentu (warga miskin). Apabila kita uraikan secara lebih rinci kedua masalah tersebut adalah sebagai berikut :

• Tidak semua masyarakat terlibat dalam proses pembangunan dari mulai menemukenali kebutuhan sampai memutuskan pemecahan masalah. . Di banyak tempat program – program untuk masyarakat disusun oleh ‘Orang Luar’ bukan oleh masyarakat setempat, sehingga banyak yang tidak tepat sasaran dan tidak tepatguna (jadi mubazir dan tidak berkelanjutan).

• Adanya pandangan umum bahwa masyarakat tidak. mampu memecahkan masalah sendiri,tidak mempunyai pengalaman, kurang pengetahuan sehingga masyarakat tidak diberi kesempatan untuk memecahkan masalahnya sendiri.

• Kesempatan untuk membangun hanya diberikan kepada kelompok tertentu begitu juga hasilnya hanya bisa dinikmati oleh kelompok tertentu, artinya tidak semua masyarakat mendapatkan hak yang sama (tidak ada kesetaraan).

• Pelayanan publik baik bidang sosial, ekonomi maupun lingkungan hanya bisa dinikmati sebagian orang , sebagian lainnya tidak bisa mengakses karena mahal dan kurang informasi.

• Melemahnya solidaritas sosial yang menyebabkan memudarnya modal sosial masyarakat.

• Sikap mental dan perilaku masyarakat yang masih menggantungkan diri pada bantuan pihak luar, kurang bekerja keras, apatis, tidak percaya pada kemampuan sendiri.

• Memudarnya kebersamaan, banyak pihak yang mempunyai pandangan bahwa masalah kemiskinan hanya tanggungjawab pemerintah dan orang miskin, sehingga banyak yang tidak peduli.

• Pada umumnya masyarakat, tidak mempunyai wadah (lembaga) yang betul – betul memperjuangkan kepentingan masyarakat khususnya warga miskin karena pelaku – pelaku pengambil kebijakan pada suatu lembaga yang ada cenderung mementingkan diri sendiri, tidak perduli, dan tidak jujur.

Dengan melihat permasalahan di atas, maka boleh dikatakan ada 2 kelompok besar masyarakat yaitu:

• Kelompok yang bisa mudah mengakses informasi, mempunyai pengetahuan dan pengalaman karena mempunyai pendidikan yang memadai, mempunyai sumberdaya seperti modal, penguasaan terhadap sumberdaya alam dan lain – lain. Dengan pengetahuan, pengalaman, informasi dan sumberdaya yang dimilikinya kelompok ini dapat menguasai kelompok lainnya, sehingga mampu mendominasi dan sering disebut sebagai kelompok dominan. Contohnya seringkali pemilik modal bisa mempengaruhi kebijakan (keputusan) yang dikeluarkan oleh

Page 26: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

23

lembaga – lembaga keuangan. Oleh karena itu pengetahuan, informasi dan sumberdaya tadi sering disebut sumber kekuasaan. Apabila kelompok ini tidak mempunyai kepedulian, mementingkan diri sendiri, tidak jujur maka akan menyebabkan warga miskin semakin miskin.

• Kelompok yang tidak mempunyai pengetahuan, pengalaman, kurang bisa mengakses informasi, tidak mempunyai akses terhadap sumberdaya. Kelompok ini biasanya merupakan kelompok miskin dan perempuan yang sering disebut kelompok yang terpinggirkan karena seringkali tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk proses pembangunan. Kelompok ini juga seringkali tidak berdaya karena tidak mempunyai sumber kekuasaan yang dibutuhkan.

Berdasarkan permasalahan di atas perlu perubahan dari kondisi yang sekarang (permasalahan) ke arah yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan . Artinya perlu dilakukan proses perubahan sebagai upaya pemecahan masalah di atas.

PNPM Mandiri Perkotaan, sebagai upaya penanggulangan kemiskinan, melakukan pendampingan proses pembelajaran masyarakat melalui penyadaran kritis agar dapat memecahkan masalah sendiri. Proses perubahan yang diharapkan terjadi adalah dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya, menjadi mandiri dan pada satu saat akan menjadi masyarakat madani

Masyarakat yang tidak berdaya, warga miskin dan perempuan, harus dimampukan dengan memberikan pengetahuan,meningkatkan keterampilan, mendapat sumberdaya dan merubah pola pikir mereka sehingga menjadi masyarakat yang berdaya melalui proses pemberdayaan. Di lain pihak kelompok yang selama ini mempunyai sumber kekuasaan tadi (kelompok dominan) harus mau membagikan pengetahuan, informasi, dan sumberdayanya bagi kelompok yang lain.

Pada kenyataannya proses di atas tidak selalu berjalan mulus, karena :

• Kelompok yang terpinggirkan ketika sudah berdaya seringkali menjadi kelompok baru yang mempunyai kekuatan karena mereka memiliki sumber kekuasaan. Hal ini dapat terjadi kalau orang – orang tersebut tidak mempunyai kepedulian dan mementingkan diri sendiri.

• Kelompok yang dominan juga tidak akan serta merta dengan rela hati untuk membagikan sumber kekuasaannya bagi pihak lain. Sama dengan di atas hal ini juga terjadi apabila kelompok ini tidak mempunyai kepedulian terhadap pihak lain dan mementingkan diri sendiri sehingga tidak mempunyai rasa keadilan.

Kepedulian, sikap mau berbagi, keikhlasan menjadi landasan untuk membangun kebersamaan (solidaritas sosial) yang menjadi kontrol/landasan dari terciptanya ikatan – ikatan yang didasarkan saling percaya (modal sosial). Dengan demikian sikap mental dan pola pikir kita menjadi bagian yang utama untuk mengatasi permasalahan kemiskinan. Kedua hal inilah yang coba dipecahkan oleh PNPM Mandiri Perkotaan, karena pada dasarnya pendampingan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan berusaha untuk menggali dan menumbuhkan sikap mental yang positif sesuai dengan nilai – nilai luhur kemanusiaan dan membongkar paradigma – paradigma mengenai manusia (pembangunan manusia) yang keliru.

Oleh karena hal tersebut di atas, maka pendekatan pemberdayaan yang dipakai oleh PNPM Mandiri Perkotaan adalah pemberdayaan sejati. Pendekatan ini menekankan pada proses pemberdayaan agar manusia mampu menggali nilai – nilai baik yang telah dimiliki dan mampu menggunakannya secara merdeka (tidak tergantung kepada pendapat pihak lain yang keliru) sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan fitrahnya sebagai manusia.

Dengan dilandasi oleh nilai – nilai kesetaraan, keadilan, kejujuran, keikhlasan dan nilai nilai kebaikan lainnya upaya perubahan untuk pemecahan masalah dilakukan melalui:

• Pengorganisasian masyarakat dengan melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan penanggulangan kemiskinan mulai dari proses menemukenali masalah, perencanaan, pelaksanaan sampai monitoring evaluasi, sebagai wujud dari partisipasi dan demokrasi. Dengan keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan proses tersebut, maka:

Page 27: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

24

Memberi hak yang sama (setara) kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan, informasi dan kesempatan belajar yang sama. Dalam hal ini terkandung nilai – nilai keterbukaan (transparansi).

Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memahami masalah – masalah yang mereka hadapi terutama mengenai masalah kemiskinan dan mencari upaya pemecahan secara bersama.

Persoalan menjadi tanggungjawab semua pihak, bukan hanya tanggungjawab pemerintah ataupun kelompok masyarakat tertentu.

Menentukan kelompok sasaran secara mandiri, sehingga semua pihak diperlakukan secara adil untuk bisa terjangkau oleh pelayanan publik

• Untuk menjamin keberlanjutan pengorganisasian masyarakat, dibutuhkan wadah (lembaga) yang dimotori oleh pemimpin – pemimpin yang mempunyai nilai – nilai kebaikan (sikap mental yang positif). Artinya pemimpin – pemimpin tersebut haruslah merupakan representasi dari nilai – nilai kemanusiaan. Diharapkan para pemimpin yang jujur, adil, ikhlas, amanah akan mampu menjadi motor penggerak proses penanggulangan kemiskinan di kelurahan/desa dengan dilandasi prinsip – prinsip keadilan (keputusan yang dikeluarkan tidak berpihak), keterbukaan (transparan), bertanggungjawab (akuntabel), keputusan tidak didasari oleh kepentingan – kepentingan pribadi atau golongan, memberikan kesempatan dan hak yang sama kepada seluruh masyarakat untuk terlibat dalam keseluruhan kegiatan dan sebagainya.

Terlaksananya proses di atas harus dibarengi dengan perubahan pola pikir (paradigma) sehingga keterlibatan seluruh pelaku pembangunan dalam proses penanggulangan kemiskinan bukan semata – mata karena proyek atau bahkan untuk mengejar BLM, akan tetapi merupakan keterlibatan yang didasari oleh kesadaran kritis.

Paradigma (pola pikir) yang ingin dikembangkan melalui PNPM Mandiri Perkotaan:

Akar persoalan kemiskinan adalah lunturnya nilai – nilai kemanusiaan yang melahirkan ketidakadilan, keserakahan, mementingkan diri sendiri atau golongan, ketidakperdulian dan sebagainya. Oleh karena itu musuh bersama kemiskinan adalah ‘sifat – sifat buruk manusia’, bukan organisasi atau lembaga.

Keadilan, kesetaraan, keperdulian yang menjadi dasar bagi penyelesaian masalah kemiskinan akan bisa dilaksanakan oleh orang – orang yang berdaya ,bukan orang – orang dari golongan tertentu, wilayah tertentu atau dari jenis kelamin tertentu.

Manusia yang berdaya sejati adalah manusia yang mampu menggunakan dan memberikan nilai – nilai kebaikan yang ada dalam dirinya untuk kepentingan kesejahteraan lingkungannya.

Manusia pada dasarnya baik, akan tetapi kebaikannya tertutup oleh sistem serta tatanan kehidupan di sekitarnya. Kebaikan – kebaikan manusialah yang merupakan perbedaan hakiki antara manusia dengan makhluk lain.

Kemiskinan merupakan masalah bersama, sehingga hanya akan bisa dipecahkan secara bersama. Oleh karena itu perlu keterlibatan semua pihak dalam proses pembangunan.

Masyarakat pada dasarnya mampu dan mempunyai potensi untuk memecahkan masalah dan menolong dirinya sendiri, sehingga mereka harus diberi kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pembangunan.

Demokrasi yang paling tinggi adalah pengambilan keputusan melalui musyawarah dan mufakat yang dilandasi kesadaran klritis.

Seluruh lapisan masyarakat mempunyai hak yang sama untuk ikut terlibat dalam pembangunan.

Page 28: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

25

Apabilala proses penyadaran kritis yang menekankan pada perubahan paradigma dan sikap perilaku di atas dapat berkelanjutan, maka diharapkan pelan–pelan akan terjadi perubahan masyarakat secara bertahap, yaitu:

Dari masyarakat yang tidak berdaya menjadi masyarakat berdaya. Melalui proses belajar yang dilakukan, kelompok – kelompok yang terpinggirkan bisa mempuyai daya (kemampuan ) untuk menggapai kebutuhan hidupnya.

Dari masyarakat berdaya menjadi masyarakat mandiri, yaitu dimana masyarakat bisa menolong dirinya secara mandiri, tidak lagi bergantung kepada pihak lain . Hubungan – hubungan dengan pihak lain dilandasi kesetaraan (kesalingbergantungan).

Acuan :

Parwoto : Anatomi Kemiskinan

Pedoman Umum PNPM Mandiri Perkotaan

Page 29: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

26

Kiat Intervensi Pengembangan Masyarakat

Beberapa kaidah dasar yang harus diperhatikan dan dilaksanakan sungguh-sungguh oleh para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan dalam pelaksanaan kegiatan (intervensi) pengembangan masyarakat, adalah sbb:

a) Kaidah Membangun Dari Dalam (development from within)

Proses pengembangan masyarakat dititikberatkan pada upaya membangun masyarakat dari dalam melalui penggalian kembali nilai-nilai luhur yang telah dimiliki masyarakat tetapi tidak mampu lagi diterapkan sehingga menghancurkan kapital social dan menghasilkan berbagai kerusakan multidimensi, termasuk kemiskinan dan masyarakat yang terkotak-kotak (fragmented community). Pemberdayaan dalam konteks ini adalah membangun kembali potensi manusia itu sendiri yang sudah dimiliki untuk kembali mampu bertindak sesuai dengan nilai-nilai luhur tersebut yang kondusif terhadap tumbuhnya kapital social sehingga pada gilirannya akan mampu membangun kepedulian dan integritas yang tinggi yang melahirkan tata pengelolaan urusan publik yang baik serta solidaritas sosial masyarakat untuk bersatu, bahu-membahu menanggulangi kemiskinan di wilayah masing-masing secara mandiri dan berkelanjutan, Secara singkat pembangunan dari dalam ini menekankan penggalian terhadap nilai-nilai luhur yang telah dimiliki manusia/masyarakat dan memberdayakan manusia/masyarakat untuk menjadi pelaku nilai sehingga mampu menjalankan tugas dan fungsi masing-masing di masyarakat sesuai dengan martabatnya sebagai manusia yang luhur.

Hasil yang diharapkan dari proses pengembangan masyarakat ini adalah tumbuhnya kesadaran kritis dan kesiapan masyarakat bahwa persoalan kemiskinan di wilayahnya hanya dapat diatasi oleh mereka sendiri, dengan cara; (1) membangun kembali nilai-nilai luhur universal sebagai landasan dari semua keputusan dan tindakan, (2) menemukan dan menggalang pribadi-pribadi yang komit dan memiliki integritas tinggi dalam menangulangi kemiskinan yg sehari-harinya merupakan pelaku nilai, (3) bertumpu pada keswadayaan masyarakat dan prinsip pembangunan organik yang berkelanjutan.

Pada dasarnya substansi pemberdayaan masyarakat dalam konteks ini intinya adalah perubahan perilaku pelaku sendiri. Peran dari pendampingan/ pihak luar hanyalah sebagai pelengkap dari adanya niat, parakarsa, untuk membangun kepedulian, dan komitmen masyarakat itu sendiri.

Oleh karena itu, berhasil tidaknya PNPM Mandiri Perkotaan di suatu lokasi sasaran untuk sebagian besar justru akan sangat tergantung pada kepedulian, komitmen, motivasi dan ikhtiar masyarakat setempat. Dengan demikian, PNPM Mandiri Perkotaan diharapkan dapat dijadikan sarana bagi proses pembelajaran masyarakat untuk terus melakukan perubahan-perubahan sendiri ke arah yang lebih baik dan efektif, baik itu menyangkut pola pikir, pola perilaku, pola tindak dan lain-lain. Inilah yang menjadi hakekat membangun masyarakat dari dalam (development from within).

Pada sisi lain, bagi para pendamping PNPM Mandiri Perkotaan (fasiliatator, konsultan dll), prinsip membangun dari dalam mengandung makna bahwa proses pendampingan tahapan kegiatan tidak diurus dan dilaksanakan sendiri oleh para pendamping, tetapi justru para pendamping seharusnya melakukan proses pendampingan yang menitikberatkan pada proses pembelajaran bagi masyarakat agar selain masyarakat akan mampu melakukan tahapan kegiatannya sendiri juga dapat menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat terhadap susbstansi mengapa, apa dan untuk apa kegiatan itu harus mereka lakukan.

Page 30: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

27

b) Kaidah Kerelawanan (Volunteerism)

Proses pengembangan masyarakat dengan prinsip membangun ’masyarakat dari dalam’ akan membutuhkan pelopor-pelopor penggerak dari masyarakat sendiri yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli, dan memiliki komitmen kuat pada kemajuan masyarakat di wilayahnya. ’Proses membangun dari dalam’ tidak akan terlaksana apabila pelopor-pelopor yang menggerakkan masyarakat tersebut yang merupakan individu atau sekumpulan individu yang hanya memiliki pamrih pribadi dan hanya mementingkan urusan ataupun kepentingan pribadi serta golongan atau kelompoknya. Dengan kata lain, perubahan perilaku masyarakat akan sangat ditentukan oleh relawan-relawan atau motor penggerak setempat yang memiliki ’moral’ yang baik dan diakui kualitaskepribadiannya, bukan hanya sekedar relawan yang pengalaman, pendidikan tinggi atau punya kedudukan yang tinggi dll.

Didasarkan pada keyakinan inilah, PNPM Mandiri Perkotaan mendorong masyarakat di lokasi sasaran agar membuka kesempatan seluas mungkin bagi warga-warganya yang ikhlas, jujur, adil, peduli dan memiliki komitmen tinggi untuk menjadi relawan-relawan yang membantu masyarakat dalam melaksanakan seluruh tahapan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan agar bermanfaat bagi masyarakat miskin serta seluruh masyarakat di wilayahnya.

Relawan-relawan yang diusulkan masyarakat tidak menjadi bagian dari struktur KMW ataupun Tim Fasilitator, namun akan didampingi khusus melalui proses penguatan kapasitas (capacity building) agar lebih mampu memahami substansi PNPM Mandiri Perkotaan berikut tahapan-tahapan kegiatannya, baik dengan cara pendampingan oleh Tim Fasilitator, bimbingan/coaching, praktek, konsultasi dan pelatihan, dll.

Relawan-relawan masyarakat ini memiliki posisi yang sama dan tidak ada perlakuan khusus (previllage) yang melekat pada salah satu dari mereka. Ciri utama relawan-relawan masyarakat adalah sama, yakni; orang-orang atau warga masyarakat setempat yang bersedia mengabdi secara ikhlas dan tanpa pamrih, tidak digaji/imbalan secara rutin, rendah hati, berkorban, diterima masyarakat berdasarkan kualitas kemanusiaan yang luhur atau moralitasnya, dan memiliki kepedulian serta komitmen yang sangat kuat bagi upaya memperbaiki kesejahteraan masyarakat miskin yang ada di sekitarnya maupun bagi upaya kemajuan masyarakat umumnya dan kondisi lingkungan wilayahnya.

Bagi Tim Fasilitator, relawan-relawan masyarakat harus dipandang sebagai pelopor dan sekaligus pendamping mayarakat yang sangat menentukan berhasil tidaknya masyarakat melalui seluruh rangkaian proses pembelajaran untuk terus menerus menumbuhkembangkan nilai-nilai luhur universal kemanusiaan, prinsip-prinsip universal kemasyarakatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan sebagai pondasi yang kokoh dalam mengembangkan berbagai upaya menanggulangi masalah kemiskinan di wilayahnya.

c) Kaidah Pertumbuhan Alamiah (Organic Development)

Siklus kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan dirancang untuk mendorong tumbuhnya kesiapan dan ’kesadaran kritis masyarakat’ di kelurahan sasaran agar mampu menanggulangi kemiskinan di wilayah masing-masing secara mandiri dan berkelanjutan. Kaidah pertumbuhan organik menekankan bahwa dinamika pertumbuhan/perubahan antara satu komunitas dengan yang lain berbeda sebagai konsekwensi lojik dari kaidah pembangunan dari dalam, bukan transplantasi. Situasi ini haruslah mampu diakomodasi oleh para pendamping khususnya Tim Fasilitator.

Disadari bahwa proses penumbuhan kesiapan dan kesadaran kritis masyarakat memerlukan waktu yang cukup panjang dan juga bukan merupakan proses yang dijalankan secara instan (serba cepat, formalitas dan mekanistis). Meskipun demikian, perlu juga diantisipasi bahwa proses tersebut kemungkinan dapat mentimbulkan kejenuhan, kebosanan, ketidak percayaan, ketidak yakinan, dll apabila proses yang dilaksanakan di masyarakat memberi kesan bertele-tele dan juga tidak sistematis. Umumnya hal ini terjadi karena adanya kegiatan di masyarakat

Page 31: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

28

di lokasi tertentu yang macet, vakum, dan atau terhenti sesaat berhubung harus menunggu selesainya aktivitas yang sama di kelurahan lain atau menunggu pelaksanaan kegiatan yang diselenggarakan secara terpusat (misalnya pelatihan yang diselenggarakan KMW, dll).

Oleh karena itu, para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan diharapkan dapat memahami arti penting pertumbuhan organik suatu masyarakat, yakni dengan menyelenggarakan rangkaian aktivitas pembelajaran masyarakat di lokasi sasaran dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan secara berkesinambungan dan runtun sesuai dengan siklus perkembangan dimasyarakat itu sendiri tanpa adanya kegiatan tambahan yang bersifat intervensi luar yang disengaja ataupun tidak disengaja akan menghentikan sementara aktivitas masyarakat di lokasi sasaran itu sehingga masyarakat kehilangan momentum.

Berkaitan dengan upaya membangun pertumbuhan organik tersebut, PNPM Mandiri Perkotaan merancang agar proses pendampingan secara langsung dan intensif berada di Tim Fasilitator yang berkedudukan di kecamatan sasaran. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong Tim Fasilitator, bersama dengan para Relawan, mampu mendampingi masyarakat kelurahan dalam melaksanakan kegiatan secara berkesinambungan sesuai dengan siklus perkembangan di kelurahan masing-masing. Kalaupun dirasakan cukup berat untuk menjaga kesinambungan kegiatan di tingkat kelurahan, maka setidaknya kesinambungan kegiatan masyarakat secara organik dapat dikembangkan di tingkat kecamatan. Hal ini berarti ketika seluruh kelurahan di kecamatan bersangkutan telah melaksanakan satu siklus kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan dapat segera dilanjutkan dengan siklus berikutnya. Meskipun demikian tetap akan lebih baik apabila kesinambungan kegiatan tersebut dapat dikembangkan di tingkat kelurahan sehingga dapat dijaga semua kelurahan tidak akan kehilangan momentumnya.

Bila kesimambungan akan diterapkan ditingkat Tim Fasilitator (kecamatan) maka seluruh strategi pendampingan masyarakat dan pengembangan kapasitas yang dilakukan akan bertumpu pada strategi pelaksanaan kegiatan di tingkat kecamatan, yang dikoordinasi oleh Tim Fasilitator setempat.

Secara umum hasil yang diharapkan terjadi dalam proses pengembangan masyarakat ini adalah:

Masyarakat yang sadar akan kondisinya; potensi, kelemahan, peluang dan persoalan yang masih harus diselesaikan bersama dan tumbuhnya solidaritas sosial antar warga.

Masyarakat menyadari bahwa untuk menyelesaikan persoalan bersama ini secara sistematik dan efektif dibutuhkan; (1) relawan-relawan sebagai pelopor, (2) masyarakat yang terorganisasi (organized community), (3) dan kepemimpinan yang baik pula serta kelompok sasaran yang terorganisasi dgn baik pula.

Kondisi tersebut kemudian mendorong lahirnya para relawan, masyarakat warga yg terorganisasi, BKM/LKM sebagai pimpinan kolektif dan kelompok sasaran yang terorganisasi dalam bentuk KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat).

Agar seluruh kegiatan penangulangan kemiskinan tersebut juga terrencana dengan baik BKM mengkoordinasi perumusan PJM dan Renta Pronangkis secara partisipatif.

Disamping ketiga kaidah tersebut di atas perlu juga dipahami bentukan-bentukan kelembagaan yang akan dihasilkan melalui siklus P2KP ini sebagai berikut.

a) BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat)/LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat)

BKM adalah lembaga pimpinan kolektif masyarakat warga/penduduk suatu kelurahan/desa yang terdiri dari pribadi-pribadi yang dipilih dan dipercaya warga berdasarkan kriteria luhur kemanusiaan yang disepakati bersama dan dapat mewakili masyarakat kelurahan/desa dalam berbagai kepentingan.

Anggota BKM/LKM terdiri dari 9 sampai dengan 11 orang sesuai kesepakatan masyarakat kelurahan/desa, yang semuanya adalah relawan dan bekerja sebagai dewan sehingga keputusan BKM?LKM adalah keputusan kolektif

Page 32: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

29

Jadi jelaslah bahwa BKM/LKM adalah suatu lembaga pimpinan kolektif dari himpunan masyarakat warga suatu kelurahan/desa yang anggota-anggotanya dipilih berdasarkan kriteria nilai-nilai luhur kemanusiaan dan bukan perwakilan golongan/RT/RW sehingga memungkinkan berperan secara penuh sebagai pemimpin masyarakat warga serta menghindarkan kecenderungan menjadi partisan.

Kolektifitas kepemimpinan ini penting dalam rangka memperkuat kemampuan individu untuk dapat menghasilkan dan mengambil keputusan yang lebih adil dan bijaksana oleh sebab terjadinya proses saling asuh, saling asih dan saling asah antar anggota kepemimpinan yang pada akhirnya akan menjamin terjadinya demokrasi, tanggung gugat dan transparansi. Disamping itu pola kepemimpinan kolektif ini juga merupakan disinsentif bagi para pemimpin yang justeru ingin mendapatkan kekuataan absolute di satu tangan yang pada gilirannya akan melahirkan anargi dan tirani yang mementingkan diri sendiri sehingga meperkuat ketidakadilan.

Peran utama BKM?LKM adalah mengawal penerapan nilai-nilai luhur kemanusiaan dalam proses penangulangan kemiskinan pada khususnya dan kehidupan bermasyarakat pada umumnya di kelurahan yang bersangkutan

Pemilihan anggota BKM/LKM dilakukan tanpa pencalonan dan tiap pemilih harus menulis sekurang-kurangnya 3 nama (sesuai kesepakatan warga) secara rahasia, pribadi-pribadi penduduk kelurahan/desa yang dianggap memenuhi kriteria yang telah disepakati, dikumpulkan dan dihitung. Kemudian dipilih 9 s/d 11 nama yang mendapatkan perolehan suara terbanyak sebagai anggota BKM/LKM. Para anggota BKM/LKM tersebut kemudian memilih siapa diantara mereka yang akan menjadi koordinator, wakil, sekretaris, dsb sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Pada dasarnya pemilihan harus dilakukan di tingkat dimana warga saling kenal misalnya tingkat RT untuk memilih utusan RT dan kemudian kumpulan utusan RT di tingkat kelurahan/desa memilih anggota BKM/LKM dari antara para utusan tersebut. Bila kelurahan/desa yang bersangkutan cukup luas artinya terdiri dari RT yang banyak sekali, lebih dari 75 RT maka pemilihan dapat dilakukan berjenjang. Dipilih utusan RT, kemudian dari kumpulan utusan RT di tingkat RW/Dusun dipilih lagi utusan RW/Dusun untuk kemudian utusan RW/Dusun ini ke kelurahan/desa untuk memilih anggota BKM. Jumlah utusan RT atau RW/Dusun dapat ditetapkan sebelumnya sesuai kesepakatan warga. Yang penting pemilihan atau penjaringan orang-orang baik harus dilakukan di tingkat dimana antar warga saling mengenal. Tidak adanya pencalonan memungkinkan anggota masyarakat memilih tanpa paksaan siapapun yang mereka anggap bisa mewakili sifat-sifat baik kemanusiaan tersebut, sesuai pengalaman interaksi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Tidak mungkin adanya kampanye; karena yang dipilih adalah orang yang perbuatan sehari-harinya saat ini sesuai dengan kriteria tersebut di atas, bukan perkataan (janji) tentang masa depan yang belum pasti. Jadi konsepnya adalah membandingkan dan mengkonfirmasikan perbuatan/perilaku sehari-hari orang yang akan dipilih dan bukan perkataan (janji).

b) KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat)

KSM adalah kelompok masyarakat pemanfaat langsung dari PNPM Mandiri Perkotaan ini yang langsung menikmati hasil dari program penanggulangan kemiskinan yang direncanakan secara partisipatif oleh masyarakat kelurahan dibawah koordinasi BKM/LKM.

Pembangunan KSM ini sengaja didorong sebagai kelompok basis dimana antar anggotanya dapat saling bantu, saling memperkuat dan saling belajar untuk bersama-sama keluar dari belenggu kemiskinan. Kesatuan dalam KSM ini didasari oleh ikatan pemersatu (common bound), antara lain kesamaan kepentingan dan kebutuhan, kesamaan kegiatan, kesamaan domisili dll, yang mengarah pada upaya mendorong tumbuh berkembangnya modal sosial.

Pengertian kelompok dalam konteks PNPM Mandiri Perkotaan adalah kelompok masyarakat yang “sudah ada” (existing groups) dan atau kelompok-kelompok yang “dibangun baru” dalam rangka pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, yang dapat memenuhi syarat-syarat sebagai kelompok/lembaga masyarakat sebagaimana ditetapkan PNPM Mandiri Perkotaan.

Page 33: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

30

Diharapkan melalui pendekatan kelompok ini :

Warga masyarakat dapat lebih dinamis dan lebih nyata dalam mengembangkan praktek nilai-nilai kemanusiaan, misalnya; kejujuran, keikhlasan, dapat dipercaya, pengorbanan, kebersamaan, kesatuan, gotong royong, solidaritas antar sesama, dan lainnya;

Proses pemberdayaan (empowerment) berjalan lebih efektif dan efisien;

Terjadi konsolidasi kekuatan bersama baik antar yang lemah maupun antar yang kuat dan lemah di dalam suatu kelompok masyarakat (konsep sapu lidi);

Kelompok dapat berfungsi untuk melembagakan solidaritas dan kesatuan sosial, menumbuhkan keswadayaan, wadah proses belajar/ interaksi antar anggota, menyepakati aturan bersama, dan fungsi lainnya.

c) Relawan

Pengertian relawan-relawan dalam PNPM Mandiri Perkotaan ini mengandung makna yang cukup luas, mencakup: (1) para relawan yang terlibat mendalam secara khusus dalam satu atau beberapa tahapan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan sebagai pendamping masyarakat dan pengawal nilai, misalnya Refleksi Kemiskinan, Pemetaan Swadaya, FGD Kepemimpinan, FGD Kelembagaan dan Pengelolaan Urusan Publik, Pembentukan BKM/LKM, Perencanaan Partisipatif dan pembentukan KSM, (2) Para relawan yang terpilih untuk duduk dalam struktur yang dibangun masyarakat untuk melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan, misalnya Anggota BKM/LKM, Pengurus KSM, berbagai panitia yang terkait dgn pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, dll serta (3) Para relawan yang mengikuti secara intensif seluruh proses pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan sebagai pendamping masyarakat dan pengawal nilai. Secara umum para relawan ini memberikan kontribusi nyata bagi kelancaran dan keberlanjutan PNPM Mandiri Perkotaan sebagai program dari, oleh dan untuk masyarakat.

Para relawan tersebut masuk dalam proses pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan melalui beberapa jalur sebagai berikut :

Untuk relawan pendamping masyarakat melalui jalur pendaftaran ke ketua RT masing-masing.

Untuk relawan yang berkedudukan sebagai anggota BKM/LKM, pengurus KSM atau panitia-panitia yang terkait dengan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan akan dipilih sesuai tata tertib yang disepakati masyarakat dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip serta nilai-nilai yang dikandung PNPM Mandiri Perkotaan.

Agar relawan-relawan masyarakat tersebut mampu menjadi motor penggerak dan pendamping masyarakat dalam melaksanakan tahapan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan sesuai ketentuan, maka dalam kerja, mereka akan mendapat pendampingan intensif dari Tim Fasilitator yang ditugasi di wilayah masing-masing.

.

Page 34: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

31

Modul 3 Topik: Gambaran Umum Siklus PNPM Mandiri Perkotaan

Peserta memahami Siklus PNPM Mandiri Perkotaan

Penjelasan dan tanya jawab Siklus PNPM Mandiri Perkotaan

2 Jpl (90’)

Bahan Bacaan:

1. Pedoman PNPM Mandiri Perkotaan

• Kerta Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart

• LCD

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

Page 35: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

32

1) Jelaskan bahwa akan membahas Modul : Gambaran Umum Siklus PNPM Mandiri Perktoaan dan uraikan maksud dan tujuan modul ini :

Peserta memahami Siklus PNPM Mandiri Perkotaan

2) Jelaskan kepada peserta bahwa dalam intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk menuju masyarakat berdaya dan mandiri , dilakukan melalui serangkaian siklus dalam pengorganisasian masyarakat. Dalam modul ini akan diberikan sekilas gambaran umum siklus sedangkan menganai teknis penyelenggaraan siklus akan dibahas tersendiri.

3) Jelaskan menganai gambaran siklus PNPM Mandiri Perkotaan dengan menggunakan Media Bantu Substansi Siklus yang sudah disediakan

4) Lakukan tanya jawab dengan peserta, bahaslah pertanyaan – pertanyaan penting yang diajukan peserta.

Page 36: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

33

Slide 1 Slide 2

Slide 3 Slide 4

Page 37: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

34

Slide 5 Slide 6

Slide 7 Slide 8

Slide 9 Slide 10

Slide 11 Slide 12

Page 38: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

35

Slide 13 Slide 14

Slide 15 Slide 16

Slide 17 Slide 18

Page 39: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

36

Slide 19 Slide 20

Slide 21 Slide 22

Slide 23 Slide 24

Page 40: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

37

Slide 25 Slide 26

Slide 27 Slide 28

Slide 29 Slide 30

Page 41: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

38

Slide 31 Slide 32

Slide 33 Slide 34

Slide 35 Slide 36

Page 42: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

39

Slide 37 Slide 38

Page 43: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

40

Modul 4 Topik: PNPM Mandiri Perkotaan Sebagai Pembelajaran Penyadaran Kritis

Peserta memahami 1. PNPMM Perkotaan merupakan sarana pembelajaran masyarakat untuk mengawali

penanggulangan kemiskinan berbasis nilai – nilai kemanusiaan

2. Metode dan prinsip – prinsip pendidikan kritis

Kegiatan 1: Diskusi pembelajaran dalam penanggulangan kemiskinan

Kegiatan 2: Diskusi dan curah pendapat metode pembelajaran kritis

4 Jpl (180’)

Bahan Bacaan:

1. PNPM Mandiri Perkotaan : Proses Pembelajaran Penyadaran Kritis

2. Filsafat Pendidikan Paulo Freire

3. Proses Pendidikan Kritis

• Kerta Plano

• Kuda-kuda untuk Flip-chart

• LCD

• Metaplan

• Papan Tulis dengan perlengkapannya

• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar

Page 44: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

41

Diskusi Pembelajaran Dalam Penanggulangan Kemiskinan

1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai modul ‘PNPM Mandiri Perkotaan sebagai proses pembelajaran’, dan uraikan maksud dan tujuan dari modul ini, yaitu :

• Agar peserta memahami bahwa PNPM Mandiri Perkotaan, merupakan sarana pembelajaran masyarakat untuk mengawali penanggulangan kemiskinan berbasis nilai – nilai kemanusiaan.

• Peserta dapat memahami metode dan prinsip – prinsip pendidikan kritis.

2) Ingatkan kembali kepada peserta pada pembahasan modul intervensi P2KP, dan jelaskan bahwa intervensi yang dilakukan melalui tahapan siklus dalam P2KP merupakan proses pembelajaran.

3) Tanyakan kepada peserta, mengapa masyarakat harus belajar. Ajukan pertanyaan – pertanyaan kritis agar diskusi menjadi lebih mendalam. Ingatkan kembali kepada akar permasalahan kemiskinan dan level – level penyebab kemiskinan.

Pada pohon persoalan kemiskinan di modul sebelumnya, dapat dikatakan bahwa saat ini banyak terjadi ketidakadilan, keserakahan, ketidak jujuran dan persoalan – persoalan dimana banyak yang mementingkan diri sendiri. Karena kondisi ini masyarakat menjadi tersekat – sekat, yang secara umum terjadi 2 golongan dalam masyarakat yaitu golongan masyarakat yang tertindas dan golongan penindas yang menghalalkan segala cara untuk meraih kepentingannya. Kondisi ini menunjukkan adanya dehumanisasi (manusia sudah tidak menjadi manusia). Dehumanisasi terjadi pada kelompok penindas maupun pada kelompok tertindas. Pada kelompok minoritas kaum penindas, menjadi tidak manusiawi karena telah mendustai hakekat keberadaan dan hati nurani sendiri dengan menafikan nilai – nilai kemanusiaan yang ada dalam dirinya.Pada mayoritas kaum tertindas, menjadi tidak manusiawi karena hak – hak asasi mereka dinistakan, tidak berdaya, terbenam dalam budaya bisu. Contohnya dalam pembangunan masyarakat selama ini hanya dijadikan sasaran pembangunan semata – mata (objek), tidak pernah terlibat sehingga tidak pernah bisa memecahkan masalah sendiri sehingga mereka selalu bergantung kepada bantuan pihak lain. Kondisi ini akhirnya menjadikan masyarakat frustasi, apatis dan malas. Oleh karena itu perlu penyadaran kritis bagi masyarakat untuk menghilangkan dehumanisasi yang terjadi dengan menyadari jati diri sebagai mansusia yang sejati. Proses penyadaran ini di dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan melalui pembelajaran, oleh karena itu proses pembelajran ini dinamakan pembelajran penyadaran kritis untuk membangun sikap mental dan pola pikir yang positif.

Page 45: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

42

4) Bagi peserta ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 – 7 orang, kemudian tugaskan masing – masing kelompok untuk membahas :

• Sikap dan perilaku apa yang dibutuhkan untuk mendukung upaya penanggulangan kemiskinan ?

• Pola pikir seperti apa yang harus dirubah untuk menanggulangi kemiskinan ?.

• Kelompok manakah yang harus belajar merubah sikap dan perilaku : kelompok miskin, kelompok kaya, laki – laki, atau perempuan ?

• Jika demikian kelompok manakah yang harus terlibat dalam proses pembelajaran?

5) Hasil diskusi kelompok kemudian dibahas dalam pleno kelas.

6) Berikan pencerahan, bahwa PNPM Mandiri Perkotaan mengawal proses pembelajaran melalui beberapa kegiatan dalam siklus PNPM Mandiri Perktoaan.

Apa yang dipelajari?

Siklus Prinsip

Kemasyarakatan Nilai–nilai Pola pikir

Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

Partisipasi: masyarakat belajar memutuskan secara sadar upaya pemecahan masalah yang mereka butuhkan

Keadilan dan kesetaraan: semua lapisan masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi dan mengambil keputusan

Masyarakat merupakan subyek pembangunan dan berhak untuk menentukan nasibnya sendiri tanpa paksaan dari pihak luar, tetapi berdasarkan kesadaran kritis mereka

Refleksi Kemiskinan

Partisipasi, terlibat untuk menentukan masalah utama kemiskinan secara transparan dan demokratis.

Keadilan dan kesetaraan, saling memahami, dan saling perduli terhadap permasalahan orang lain.

Kejujuran untuk mengakui permasalahan.

Penyebab utama kemiskinan: lunturnya nilai–nilai kemanusiaan.

Semua pihak bertanggungjawab dalam pemecahan masalah kemiskinan.

Masyarakat mampu melakukan analisa sebab akibat permasalahan kemiskinan

Pemetaan Swadaya

Partisipasi, transparansi informasi dalam menggali potensi dan permasalahan bersama.

Perduli terhadap permasalahan orang miskin, saling menghargai, saling memahami, kesetaraan dalam kegiatan,

Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia, yang diperlakukan adil dan setara dengan memberi kesempatan yang sama

Masyarakat mampu melakukan kajian dan penelitian sederhana mengenai permasalahan di wilayahnya, karena masyarakatlah yang mempunyai pengetahuan terhadap permasalahan diri dan lingkungannya bukan ‘orang luar’.

Masyarakat mempunyai

Page 46: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

43

untuk terlibat.

Saling berbagi pengetahuan dan informasi (saling memberi)

potensi untuk memecahkan masalah tanpa harus selalu tergantung kepada bantuan pihak luar.

Semua permasalahan kemiskinan baik itu masalah sosial, ekonomi maupun lingkungan bersumber dari sikap dan perilaku para pelaku pembangunan.

Kemiskinan merupakan masalah bersama

Pembangunan BKM/LKM

Demokrasi, Partisipasi, Desentralisasi di dalam membangun kelembagaan milik warga masyarakat yang representativ

Kejujuran, keadilan, kesetaraan, kerelawanan menjadi komitmen semua warga masyarakat.

Masyarakat mampu untuk mengorganisir diri dalam menentukan siapa yang harus memimpin.

Pemimpin yang dipilih adalah yang mempunyai kemampuan menggunakan potensinya untuk kesejahteraan orang lain, pemimpin yang mempunyai sikap mental positif artinya merupakan manusia yang berdaya (sejati).

PJM Pronangkis (perencanaan partisipatif)

Partisipasi, transparansi, demokrasi dalam proses belajar menyusun rencana – rencana untuk memenuhi kebutuhan warga masyarakat sesuai dengan persoalan – persoalan yang dihadapi.

Keadilan, kejujuran, dan kebersamaan dalam upaya memenuhi kebutuhan agar persoalan kemiskinan dapat ditanggulangi.

Masyarakat mampu untuk merencanakan program .

Masyarakat mempunyai tanggungjawab untuk perencanaan.

Adil bukan beararti bagi rata, tetapi memberikan bantuan bagi yang paling membutuhkan.

Pengembangan program tidak hanya bertumpu pada bantuan pihak luar akan tetapi bisa mengoptimalkan potensi yang ada di masyarakat.

Pengorgani-sasian KSM

Partisipasi, demokrasi, akuntabilitas, di dalam proses berhimpun/berkelompok sebagai bagian ‘modal sosial’.

Kejujuran, keadilan, kesetaraan, saling perduli di antara anggota kelompok, saling memahami, saling menghargai , saling percaya

Masyarakat mampu mengorganisasikan dirinya dalam kelompok

Masyarakat

Masayrakat miskin dapat dipercaya.

Page 47: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

44

Diskusi dan Curah Pendapat metode penyadaran kritis

1) Jelaskan bahwa kita memasuki Kegiatan 2 : Diskusi dan curah pendapat metode penyadaran

kritis dan uraikan apa yang akan dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu: Peserta dapat memahami metode penyadaran kritis dalam PNPM Mandiri Perkotaan.

2) Jelaskan kepada peserta, bahwa dalam setiap tahapan siklus proses belajar tersebut dilaksanakan dengan pendekatan kelompok melalui Diskusi Kelompok Terarah, rembug – rembug dan melaksanakan refleksi – refleksi bersama. Melalui diskusi – diskusi dan refleksi dalam kelompok, maka diharapkan terjadi dialog dan saling berbagi pengetahuan, berbagi informasi, berbagi sumberdaya, berbagi peluang yang artinya berbagi ‘sumber kekuasaan’ yang dilandasi oleh nilai – nilai kemanusiaan. Diharapkan pada akhirnya akan tumbuh kepedulian terhadap permasalahan orang lain dan lingkungan. Pendekatan ini juga dapat menciptakan pola – pola hubungan masyarakat yang setara dan membongkar sekat – sekat sosial . Proses pembelajaran seperti ini disebut proses pembelajaran penyadaran kritis. Diharapkan dengan proses ini akan terjadi pemberdayaan baik bagi kelompok yang tadinya tidak mempunyai pengetahuan, informasi dan sumber lainnya menjadi mempunyai pengetahuan, informasi baru. Sedangkan bagi kelompok yang mempunyai sumber kekuasaan, ajang ini menjadikan mereka mampu membagikan sumber kekuasaannya kepada kelompok lain sehingga mereka mempunyai keberdayaan untuk berbagi.

3) Untuk lebih diperlukan metodologi pendidikan yang cocok . Ajak peserta untuk membahas metodologi pendidikan kritis dengan menganalisa lembar cerita. Bagikan lembar cerita ‘ Siti, Joko dan Kamto’ dan ‘Sekolah Gajah’ yang sudah disediakan. Berilah peserta waktu untuk membaca kedua lembar cerita tersebut.

4) Setelah selesai membaca, bagi peserta ke dalam 4 kelompok (masing – masing kelompok terdiri dari 5 – 7 orang). Tugaskan kelompok untuk dikusi:

a. Kelompok 1 dan 2, mendiskusikan lembar cerita ‘Siti, Joko dan Kamto’ sesuai dengan pertanyaan – pertanyaan yang ada pada lembar cerita.

b. Kelompok 3 dan 4, mendikusikan lembar cerita ‘Sekolah Gajah’ sesuai dengan pertanyaan – pertanyaan yang ada pada lembar cerita.

5) Ajaklah tiap kelompok untuk menyajikan hasil masing-masing dan kemudian simpulkan.

Page 48: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

45

Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yang memberdayakan tentu saja harusnya yang memanusiakan manusia. Dalam pe!aksanaannya pendekatan pendidikan tersebut menekankan pada pembelajaran yang dialogis dengan prinsip – prinsip :

• Pendamping adalah Fasilitator, bukan Guru

• Baik Pendamping maupun Masyarakat adalah warga belajar

• Semua warga belajar adalah subjek, artinya hubungan di antara semua warga belajar adalah hubungan yang adil dan setara, sedangkan obyeknya adalah realitas kehidupan masyarakat

• Komunikasi yang dibangun, komunikasi multi arah

• Semua warga belajar, menjadi narasumber bagi yang lainnya karena masing -masing mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang khas yang bisa dibagikan kepada yang lain sehingga akan 'memperkaya' pemahaman masing – masing.

Dengan pernbelajaran yang dialogis di atas, dalam prosesnya diharapkan:

• Tidak terjadi saling 'jegal' untuk kepentingan pribadi, maupun kelompok

• Tidak ada diskriminasi

• Tumbuh saling pemahaman terhadap permasalahan orang lain dan lingkungan, sehingga terjadi saling rnenghargai

• Tumbuh kebersamaan

• Tumbuh kepedulian, dsb

Dalam PNPM Mandiri Perkotaan, proses beIajar tersebut dilaksanakan dalam tahapan siklus , artinya dalam memfasilitasi semua tahapan siklus seharusnya terjadi pembongkaran sekat -sekat yang menghilangkan dominasi, diskriminasi dan dehumanisasi dimana hal ini bisa terjadi dengan menumbuhkan nilal - nilai kemanusiaan. Oleh karena itu penumbuhan nilai - nilai (sikap perilaku) untuk membangun manusia yang berdaya (pemberdayaan sejati) menjadi pilar ulama dalam pendekatan pembelajaran.

Page 49: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

46

LK – PNPM Perkotaan ebagai Proses Pembelajaran Kritis - 1

Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “

Tugas Diskusi:

Lembar Cerita Kucing, Siti, Joko dan Kamto’

• Anda dipersilahkan untuk memilih. Siapa menurut anda yang patut diacungi jempol dalam mendidik si kucing itu ? (Siti, Joko atau Kamto), beri alasan pilihan tersebut, mengapa?

• Kaitkan dengan realitas dalam praktek penyelenggaraan pendidikan yang pernah kita saksikan selama ini, lebih cenderung model Joko, Siti atau Kamto?

• Apa kaitannya paradigma yang dianut oleh Joko, Siti dan Kamto terhadap praktek yang dilakukan, juga apa implikasinya?

Lembar Cerita ‘Sekolah Gajah’

• Apa kesan anda dengan cerita itu, ungkapkan dengan satu kata (misalnya mengagumkan atau memilukan) dan apa alasannya?

• Kira–kira apa yang menyebabkan gajah–gajah tersebut mengamuk dan merusak tanaman petani?

• Coba kaitkan, seandainya gajah–gajah tersebut adalah sekumpulan murid dari sebuah sekolah, mahasiswa dari perguruan tinggi, atau gajah–gajah itu adalah rakyat–petani, nelayan, buruh, anak jalanan, pedagang kaki lima dan sebagainya…. Bagaimana menurut Anda sistem sekolah seperti itu?

• Apa yang dapat dipetik pelajaran dari cerita “Sekolah Gajah” itu?

Page 50: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

47

Kucing, Siti, Joko dan Kamto Totok Raharjo

Hampir setiap hari dari pagi sampai sore hujan tak kunjung reda – memang sedang musimnya. Tapi banyak orang mengatakan salah musim (salah mangsa), pertanda bahwa metabolisme kehidupan ini sedang amburadul. Di rumah masing-masing Siti, Joko dan Kamto, karena hari Minggu, memilih menghabiskan liburannya di rumah. Ketika senja tiba, Siti, Joko dan Kamto masing – masing menemukan seekor kucing yang tengah berteduh di teras rumah dalam keadaan basah kuyup dan kedinginan. Melihat keadaan kucing yang kelihatan memelas itu – Siti, Joko dan Kamto tergerak hatinya untuk menolong kucing tersebut dengan mempersilahkan kucing itu masuk ke dalam rumah. Apa yang dilakukan Siti, Joko dan Kamto terhadap kucing tersebut?

Siti, ternyata tidak hanya sekedar menolong kucing dari kedinginan, dia juga tergerak hatinya untuk memelihara sekaligus mendidiknya. Karena Siti tidak mau maksud baiknya terhadap kucing itu kelak di kemudian hari justru malah merugikan, contohnya : Siti tidak mau kucing itu kencing dan berak di sembarang tempat, dia juga tidak suka kalau kucing itu kelak makan apa saja sesuka hati di rumahnya – Siti juga paling benci dengan bau – bau badan disebabkan tidak pernah mandi. Yang jelas Siti itu tipe orang yang sangat perfek, orang yang telah terbiasa tertib teratur dan orang yang selalu menjaga martabat, harga diri dan sopan santun. Atas dasar latar belakang itu Siti mulai mendidik kucing di rumahnya. Pertama – tama yang dia lakukan yakni memberi nama si kucing itu, dia paling tidak suka dengan hal – hal yang berbau anonim, segala sesuatu yang dia temui, pertama – tama yang dia cari , yang ia lihat adalah merk, label, cap dan sejenisnya. Hari itu Siti sibuk membuka kamus, catatan bahkan dia ingat nama – nama dari novel yang pernah ia baca, maka si kucing mendapat hadiah nama yaitu Ketti. Hari itu Siti menyusun dan memberlakukan jadwal latihan dan kegiatan untuk si Ketti. Ketti dilatih kencing dan berak di tempat yang telah disediakan. Perlahan – lahan Ketti diajarkan tata tertib, Ketti juga diberi pelajaran tentang hak dan kewajiban – misalnya Ketti tidak boleh makan kecuali makanan yang telah disediakan. Di bidang sopan santun, ketti sama sekali tidak diperkenankan lari – lari di dalam rumah, apalagi lompat lewat jendela. Proses latihan dengan aturan yang ketat dan diberlakukannya sangsi yang berat apabila melanggarnya, walhasil si Ketti jadi kucing yang berbudaya, patuh, sopan, dan penurut tidak sebagaiman kucing – kucing lainnya.

Joko, tidak sebaik dan serinci Siti dalam melatih kucingnya. Joko punya keyakinan bahwa kucingpun kalau dididik akan bisa berguna untuk kepentingan dirinya. Joko mendorong motivasi kucingnya agar rajin menjaga rumahnya dari tikus – tikus. Si Kucing akan mendapat hadiah dari Joko apabila telah berhasil menangkap tikus. Bila si Kucing tidak melakukan tugasnya jangan berharap akan mendapat hadiah, apabila berani mengambil makanan di meja makan tanpa seijin Joko – si kucing akan mendapat ganjaran setimpal dari Joko, berupa cambukan sampai si kucing merengek – rengek minta ampun.

Lain Joko, lain Siti, lain Kamto. Kamto berpikir tentang si kucing justru sebaliknya, sebaiknya kucing dibiarkan saja sebagaimana kucing seutuhnya – maka dilepaslah kucing itu dari rumahnya. Setelah hujan reda, dipersilahkan kucing itu pergi dari rumahnya.

Tugas Diskusi:

• Anda dipersilahkan untuk memilih. Siapa menurut anda yang patut diacungi jempol dalam mendidik si kucing itu ? (Siti, Joko atau Kamto), beri alasan pilihan tersebut, mengapa ?

• Kaitkan dengan realitas dalam praktek penyelenggaraan pendidikan yang pernah kita saksikan selama ini – lebih cenderung model Joko, Siti atau Kamto?

• Apa kaitannya paradigma yang dianut oleh Joko, Siti dan Kamto terhadap praktek yang dilakukan – juga apa implikasinya

Page 51: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

48

Sekolah Gajah Totok Raharjo

Di zaman orde baru kala itu, kita masih ingat tentang Sekolah Gajah di Lampung tepatnya di Way Kambas, yang didirikan oleh pemerintah. Konon merupakan reaksi pemerintah terhadap pelanggaran para gajah yang telah menjarah kekayaan petani dan mengusik ketenteraman masyarakat, terutama para transmigran – mereka gundah gulana karena tanaman pertaniannya selalu dirusak oleh gajah – gajah liar. Semua pihak terusik dengan peristiwa itu; bagi orang yang hobynya berburu tentu saja setuju kalau gajah liar itu sebaiknya ditembak saja, tentu lain bagi orang yang hobynya berdagang binatang sejenis ini, memberikan inspirasi baru komoditi baru non migas yang cukup menarik untuk dieksport. Lain lagi bagi kaum intelektual yang sehari – harinya memikirkan bagaimana mendayagunakan berbagai potensi demi pembangunan, amuk gajah malah melahirkan gagasan cemerlang. Dengan sigap mereka menyusun konsep dalam bentuk proposal; idenya yakni bagaimana agar gajah tidak mengamuk, yaitu dengan cara ‘dididik’. Lalu muncul klausul : dimana, kapan, bagaimana caranya, siapa pelatihnya, siapa pengelolanya, berapa dan dari sumber mana anggaran biayanya ?

Maka disetujuilah rancangan “Sekolah Gajah’ yang sangat dahsyat itu. Tentu saja kita tidak pernah tahu berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk penyelenggaraan sekolah gajah itu, karena memang tidak pernah disiarkan ke publik. Yang kita tahu, pada kenyataan berikutnya kita dikejutkan bahwa gajah di sekolah itu tidak lagi mengamuk, berkat para pelatih (baca : pawang) yang khusus didatangkan dari Thailand. Tentunya ada kepiawaian dan kiat khusus, ada metode dan kurikulum secara khusus untuk para murid – murid gajah tersebut. Yang kita saksikan kemudian bahwa kenyataannya gajah – gajah itu tak lagi mengamuk dan merusak ladang petani transmigrasi, bahkan gajah – gajah itu secara sukarela pada akhirnya mau mengangkut gelondongan kayu dari hutan di bawa ke tempat penampungan, gajah – gajah itu menampilkan kebolehannya dengan keterampilannya memainkan sepak bola dan dari situlah dibentuklah kesebelasan gajah – maka datanglah para turis dari penjuru mana saja untuk menyaksikan keajaiban itu dari dekat.

Pendek kata gajah – gajah itu tak perlu lagi kembali ke habitatnya, dia telah berhak mendapatkan asrama baru. Gajah liar, gajah – gajah berandalan, gajah – gajah penjarah tanaman petani berubah menjadi gajah yang santun, gajah yang berbudaya, gajah yang berbudi luhur. Sekolah itu benar – benar telah mampu mengubah gajah yang preman menjadi gajah yang manis, gajah yang penurut.

Tugas Diskusi:

• Apa kesan anda dengan cerita itu, ungkapkan dengan satu kata (misalnya mengagumkan atau memilukan) dan apa alasannya?

• Kira – kira apa yang menyebabkan gajah – gajah tersebut mengamuk dan merusak tanaman petani?

• Coba kaitkan, seandainya gajah – gajah tersebut adalah sekumpulan murid dari sebuah sekolah, mahasiswa dari perguruan tinggi, atau gajah – gajah itu adalah rakyat – petani, nelayan, buruh, anak jalanan, pedagang kaki lima dan sebagainya….. Bagaimana menurut anda system sekolah seperti itu?

Apa yang dapat dipetik pelajaran dari cerita “Sekolah GaJah tersebut”?

Page 52: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

49

PNPM Mandiri Perkotaan: Proses Pembelajaran Penyadaran Kritis Marnia Nes

PNPM Mandiri Perkotaan, merupakan proses pembelajaran masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan. Proses pembelajaran sebenarnya adalah proses pendidikan, artinya perubahan dapat terjadi melalui proses pendidikan yang didampingi oleh Fasilitator di wilayah Kelurahan/Desa sasaran.

Melalui proses belajar ini, diharapkan masyarakat mampu untuk merubah pola pikir dan sikap perilaku sebagai manusia yang bertanggungjawab untuk menjalankan fitrahnya sebagai manusia, yaitu manusia yang mampu memberikan potensi yang ada dalam dirinya untuk kesejahteraan diri dan lingkungannya.

PNPM Mandiri Perkotaan mengawal proses pembelajaran ini melalui tahapan siklus, yaitu:

Apa yang dipelajari?

Siklus Prinsip

Kemasyarakatan Nilai – nilai Pola pikir

Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

Partisipasi : masyarakat belajar memutuskan secara sadar upaya pemecahan masalah yang mereka butuhkan

Keadilan dan kesetaraan: semua lapisan masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi dan mengambil keputusan

Masyarakat merupakan subyek pembangunan dan berhak untuk menentukan nasibnya sendiri tanpa paksaan dari pihak luar, tetapi berdasarkan kesadaran kritis mereka

Refleksi Kemiskinan

Partisipasi, terlibat untuk menentukan masalah utama kemiskinan secara transparan dan demokratis.

Keadilan dan kesetaraan, saling memahami, dan saling perduli terhadap permasalahan orang lain.

Kejujuran untuk mengakui permasalahan.

Penyebab utama kemiskinan : lunturnya nilai – nilai kemanusiaan.

Semua pihak bertanggungjawab dalam pemecahan masalah kemiskinan.

Masyarakat mampu melakukan analisa sebab akibat permasalahan kemiskinan

Page 53: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

50

Apa yang dipelajari?

Siklus Prinsip

Kemasyarakatan Nilai – nilai Pola pikir

Pemetaan Swadaya

Partisipasi, transparansi informasi dalam menggali potensi dan permasalahan bersama.

Perduli terhadap permasalahan orang miskin, saling menghargai, saling memahami, kesetaraan dalam kegiatan,

Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia, yang diperlakukan adil dan setara dengan memberi kesempatan yang sama untuk terlibat.

Saling berbagi pengetahuan dan informasi (saling memberi)

Masyarakat mampu melakukan kajian dan penelitian sederhana mengenai permasalahan di wilayahnya, karena masyarakatlah yang mempunyai pengetahuan terhadap permasalahan diri dan lingkungannya bukan ‘orang luar’.

Masyarakat mempunyai potensi untuk memecahkan masalah tanpa harus selalu tergantung kepada bantuan pihak luar.

Semua permasalahan kemiskinan baik itu masalah sosial, ekonomi maupun lingkungan bersumber dari sikap dan perilaku para pelaku pembangunan.

Kemiskinan merupakan masalah bersama

Pembangunan BKM

Demokrasi,

Partisipasi,

Desentralisasi di dalam membangun kelembagaan milik warga masyarakat yang representative.

Kejujuran, keadilan, kesetaraan, kerelawanan menjadi komitmen semua warga masyarakat.

Masyarakat mampu untuk mengorganisir diri dalam menentukan siapa yang harus memimpin.

Pemimpin yang dipilih adalah yang mempunyai kemampuan menggunakan potensinya untuk kesejahteraan orang lain, pemimpin yang mempunyai sikap mental positif artinya merupakan manusia yang berdaya (sejati).

Page 54: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

51

Apa yang dipelajari?

Siklus Prinsip

Kemasyarakatan Nilai – nilai Pola pikir

PJM Pronangkis (perencanaan partisipatif)

Partisipasi, transparansi, demokrasi dalam proses belajar menyusun rencana – rencana untuk memenuhi kebutuhan warga masyarakat sesuai dengan persoalan – persoalan yang dihadapi.

Keadilan, kejujuran, dan kebersamaan dalam upaya memenuhi kebutuhan agar persoalan kemiskinan dapat ditanggulangi.

Masyarakat mampu untuk merencanakan program .

Masyarakat mempunyai tanggungjawab untuk perencanaan.

Adil bukan beararti bagi rata, tetapi memberikan bantuan bagi yang paling membutuhkan.

Pengembangan program tidak hanya bertumpu pada bantuan pihak luar akan tetapi bisa mengoptimalkan potensi yang ada di masyarakat.

Pengorgani-sasian KSM

Partisipasi, demokrasi, akuntabilitas, di dalam proses berhimpun/berkelompok sebagai bagian ‘modal sosial’.

Kejujuran, keadilan, kesetaraan, saling perduli di antara anggota kelompok, saling memahami, saling menghargai , saling percaya

Masyarakat mampu mengorganisasikan dirinya dalam kelompok

Masyarakat

Masayrakat miskin dapat dipercaya

Di dalam setiap tahapan siklus proses belajar tersebut dilaksanakan dengan pendekatan kelompok melalui Diskusi Kelompok Terarah, rembug – rembug dan melaksanakan refleksi – refleksi bersama. Melalui diskusi – diskusi dan refleksi dalam kelompok, maka diharapkan terjadi dialog dan saling berbagi pengetahuan, berbagi informasi, berbagi sumberdaya, berbagi peluang yang artinya berbagi ‘sumber kekuasaan’ yang dilandasi oleh nilai – nilai kemanusiaan. Diharapkan pada akhirnya akan tumbuh keperdulian terhadap permasalahan orang lain dan lingkungan. Pendekatan ini juga dapat menciptakan pola – pola hubungan masyarakat yang setara dan sekat – sekat sosial diharapkan bisa terbongkar.

Untuk mencapai tujuan belajar di atas, maka proses pendidikan yang dilaksanakan seharusnya pendidikan yang dapat memanusiakan manusia, dimana di dalamnya terkandung sikap dan perilaku dari pendidik (Fasilitator, relawan dan pihak lain) maupun peserta didik yang menjunjung tinggi nilai - nilai kemanusiaan (saling menghargai, adil,setara, dsb).

Proses pendidikan sangat bergantung kepada paradigma pendidikan yang diyakini oleh pelaku pendidik ( dalam hal ini lembaga pengembang program/Pelaku PNPMM Perkotaan). Karena paradigrna pendidikan berimplikasi pada metode yang dipakai dalam prosesnya yang pada akhirnya akan berdampak pada kesadaran masyarakat.

Untuk menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat, maka paradigma yang digunakan adalah paradigma pendidikan kritis. Dalam perspektif kritis, pendidikan semestinya bisa menciptakan ruang bagi masyarakat untuk mengidentifikasi secara bebas dan kritis menuju transformasi social.

Page 55: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

52

Masyarakat didorong untuk belajar mengidentifikasi, menganalisa pola - pola hubungan (interaksi) mereka dalam hidup bermasyarakat untuk membongkar sekat - sekat sosial sehingga terjadi hubungan yang setara dan adil. Hubungan sosial yang setara dan adil, tidak ada dominasi dari salah satu pihak, akan terjadi apabila masyarakat saling menghargai. saling memberi, saling memahami sehingga terjadi manusia - manusia yang berdaya (sejati).

Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yang memberdayakan tentu saja harusnya yang memungkinkan proses di atas terjadi. Oleh karena itu dalam PNPM Mandiri melode pembelajaran yang digunakan dalam proses pendampingan adalah Participatory Andragogy.

Dalam pe!aksanaannya, pendekatan pendidikan tersebut menekankan pada pembelajaran yang dialogis dengan prinsip – prinsip:

• Pendamping adalah Fasilitator, bukan Guru

• Baik Pendamping maupun Masyarakat adalah warga belajar

• Semua warga belajar adalah subjek, artinya hubungan di antara semua warga belajar adalah hubungan yang adil dan setara, sedangkan obyeknya adalah reahlas kehidupan masyarakat

• Komunikasi yang dibangun, komunikasi multi arah

• Semua warga belajar, menjadi narasumber bagi yang lainnya karena masing -masing mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang khas yang bisa dibagikan kepada yang lain sehingga akan 'memperkaya' pemahaman masing – masing.

Dengan pernbelajaran yang dialogis di atas, dalam prosesnya diharapkan :

• Tidak terjadi saling 'jegal' untuk kepentingan pribadi, maupun kelompok

• Tidak ada diskriminasi

• Tumbuh saling pemahaman terhadap permasalahan orang lain dan lingkungan, sehingga terjadi saling rnenghargai

• Tumbuh kebersamaan

• Tumbuh kepedulian, dsb

Oleh karena itu fungsi Fasilitator adalah 'membongkar sekat - sekat sosial’, yang bisa memungkinkan proses di atas terjadi. Dalam PNPM Mandiri Perkotaan, proses beIajar tersebut dilaksanakan dalam tahapan siklus , artinya dalam memfasilitasi semua tahapan siklus seharusnya terjadi pembongkaran sekat -sekat yang menghilangkan dominasi dan diskriminasi dimana hal ini bisa terjadi dengan menumbuhkan nilal - nilai kemanusiaan. Oleh karena itu penumbuhan nilai - nilai (sikap perilaku) untuk membangun manusia yang berdaya (pemberdayaan sejati) menjadi pilar ulama dalam pendekatan pembelajaran PNPM Mandiri Perkotaan.

Page 56: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

53

Proses Pendidikan Kritis (Mansour Faskih, dkk dalam ”Pendidikan Popular; INSIST – Pact)

Suatu penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat, merupakan proses pendidikan kritis, harus mencerdaskan sekaligus bersifat membebaskan masyarakat untuk menjadi pelaku (subjek) utama, bukan sasaran perlakuan (objek), dari proses tersebut.

Ciri–ciri Pokok Belajar dari realitas atau pengalaman: yang dipelajari bukan ‘ajaran’ (teori, pendapat, kesimpulan, wejangan, nasehat dan sebagainya) dari seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut. Akibatnya, tidak ada otoritas pengetahuan seseorang lebih tinggi dari yang lainnya. Keabsahan pengetahuan seseorang ditentukan oleh pembuktiannya dalam realitas tindakan atau pengalaman langsung, bukan pada retorika teoritik atau ‘kepintaran’ omongannya.

Tidak menggurui: karena itu, tak ada ‘guru’ dan tak ada ‘murid yang digurui. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan ini adalah ‘guru sekaligus murid’ pada saat yang bersamaan.

Dialogis: karena tidak ada lagi guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan lagi proses ‘mengajar-belajar’ yang bersifat satu arah, tetapi proses ‘komunikasi’ dalam berbagai bentuk kegiatan (diskusi kelompok, bermain peran dan sebagainya) dan media (peraga, grafika, audio visual, dan sebagainya) yang lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar semua orang yang terlibat di dalam proses pelatihan tersebut.

Agar tetap pada asas-asas pendidikan kritis yang menjadi landasan filosofinya, maka panduan proses belajar harus disusun dan pelaksanaannya dalam suatu proses yang dikenal sebagai ‘daur belajar’ (dari) pengalaman yang distrukturkan (structural experiences learning cycle). Proses belajar ini memang sudah teruji sebagai suatu proses belajar yang juga memenuhi semua tuntutan atau prasyarat pendidikan kritis, terutama karena urutan prosesnya memang memungkinkan bagi setiap orang untuk mencapai pemahaman dan kesadaran atas suatu realitas sosial dengan cara terlibat (partisipasi), secara langsung maupun tidak langsung, sebagai bagian dari realitas tersebut. Pengalaman keterlibatan inilah yang memungkinkan setiap orang mampu melakukan.

Page 57: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

54

1. Melakukan atau Mengalami

5. Menerapkan

4. Menyimpulkan 3. Mengolah atau menganalisis

2. Mengungkapkan

DAUR BELAJAR ORANG DEWASA

Rangkai–ulang (Rekonstruksi): yakni menguraikan kembali rincian (fakta, unsur-unsur, urutan kejadian, dan lain-lain) dari realitas tersebut. Pada tahap ini juga bisa disebut proses mengalami; karena proses ini selalu dimulai dengan penggalian pengalaman dengan cara melakukan kegiatan langsung. Dalam proses ini partisipan terlibatkan dan bertindak atau berperilaku mengikuti suatu pola tertentu. Apa yang dilakukan dan dialaminya adalah mengerjakan , mengamati, melihat dan mengatakan sesuatu. Pengalaman itulah yang pada akhirnya menjadi titik tolak proses belajar selanjutnya.

Ungkapan: setelah mengalami, maka tahap berikutnya yang penting yakni proses mengungkapkan dengan cara menyatakan kembali apa yang sudah dialaminya, bagaimana tanggapan, kesan atas pengalaman tersebut.

Kaji–urai (Analisis): yakni mengkaji sebab-sebab dan kemajemukan kaitan-kaitan permasalahan yang ada dalam realitas tersebut-yakni tatanan, aturan-aturan, sistem yang menjadi akar persoalan.

Kesimpulan: yakni merumuskan makna atau hakekat dari realitas tersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengertian baru yang lebih utuh, berupa prinsip-prinsip berupa kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas pengalaman tersebut. Dengan menyatakan apa yang dialami dan dipelajari , dengan cara seperti ini akan membantu merumuskan, merinci dan memperjelas hal-hal yang telah dipelajari.

Tindakan: tahap akhir dari daur belajar ini adalah memutuskan dan melaksanakan tindakan-tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru atas realitas tersebut, sehingga sangat memungkinkan pula untuk menciptakan realitas-realitas baru yang juga lebih baik. Langkah ini bisa diwujudkan dengan cara merencanakan tindakan dalam rangka penerepan prinsip-prinsip yang telah disimpulkan.

Proses pengalaman belumlah lengkap, sebelum ajaran baru, atau pengalaman baru, penemuan baru dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang sesungguhnya. Tahap inilah bagian yang bersifat ‘eksperimental’. Tentu saja proses penetrapan pun akan menjadi suatu pengalaman tersendiri pula dan dengan pengalaman baru itulah daur proses inipun akan dimulai dari awal lagi dan seterusnya.

‘Daur belajar’ di atas merupakan proses belajar alamiah yang sengaja dituangkan dalam setiap penyelenggaraan proses belajar.

Page 58: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

55

Kritik Pada Metodologi Pendidikan Konsep Menabung

Metodologi konservatif, adalah metode pendidikan yang ditujukan untuk ‘belajar pada guru’. Pendidikan model ‘guru digugu dan ditiru’, guru menjadi pusat kegiatan belajar mengajar merupakan jebakan dalam model ahli tersebut. Siklus model ahli tersebut dapat digambarkan sebagai berikut . model ini juga disebut sebagai model ahli, dimana siklus metodologi belajar mengajar berpusat pada guru atau penyuluh. Banyak fasilitator, yang meskipun menggunakan istilah atau mengklaim sebagai fasilitator tetapi ternyata prakteknya sama seperti guru dan murid.

Page 59: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

56

FILSAFAT PENDIDIKAN PAULO FREIRE Disarikan dari Pendidikan Popular, Membangun Kesadaran Kritis: Mansour Fakih, Roem Topatimasang dan Toto Raharjo

Pendidikan kritis sangat berhutang pada Paulo Freire sebagai peletak dasar filosofinya. Freire tokoh pendidikan kritis yang meletakkan dasar “pendidikan bagi kaum tertindas” asal Brazil memberikan makna pembebasan lebih ditekankan pada kebangkitan kesadaran kritis masyarakat. Freire lahir dan tampil dengan suara lantang menyatakan sikapnya terhadap kenyataan sosial yang carut marut.

Kekuatan Freire terletak pada kekuatan pemikiran yang mampu menukik langsung pada pokok-pokok persoalan dengan bahasa ungkap yang sangat sederhana. Freire bukan hanya mengembangkan pemikiran dalam kerangka teoritis akan tetapi juga langsung menerapkan gagasan-gagasannya dalam suatu rangkaian program aksi yang cukup luas terutama di Chili dan Brazil.

Manusia dan Dunia menjadi Pusat Masalah

Filsafat Freire bertolak dari kehidupan nyata, bahwa di dunia ini sebagian besar manusia menderita sedemikian rupa – sementara sebagian lainnya menikmati jerih payah orang lain dengan cara-cara yang tidak adil, dan kelompok yang menikmati ini justru bagian minoritas umat manusia. Persoalan itu yang disebut Freire sebagai “situasi penindasan”.

Bagi Freire, penindasan, apapun nama dan apapun alasannya, adalah tidak manusiawi, sesuatu yang menafikan harkat kemanusiaan (dehumanisasi). Dehumanisasi bersifat mendua, dalam pengertian terjadi atas diri mayoritas kaum tertindas dan juga atas diri minoritas kaum penindas. Keduanya menyalahi kodrat manusiia sejati. Mayoritas kaum tertindas menjadi tidak manusiawi karena hak-hak asasi mereka dinistakan, dibuat tidak berdaya dan dibenamkan dalam “kebudayaan bisu” (submerged in the culture of silence).Adapun kaum penindas menjadi tidak manusiawi karena telah mendustai hakekat keberadaan hati nurani sendiri dengan memaksakan penindasan bagi kaum manusia sesamanya.

Maka dari itu tidak ada pilihan lain, ikhtiar memanusiakan kembali manusia (humanisasi) adalah merupakan pilihan mutlak. Humanisasi satu-satunya pilihan bagi kemanusiaan, karena walaupun dehumanisasi adalah kenyataan yang terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia, namun ia bukanlah suatu keharusan sejaah. Suatu kenyataan tidaklah menjadi keharusan, jika kenyataan menyimpang dai keharusan, maka menjadi tugas manusia untuk mengubahnya agar sesuai dengan apa yang seharusnya. Itulah fitrah manusia sejati.

Bagi Freire, fitrah manusia sejati adalah menjadi pelaku atau subyek, bukan penderita atau obyek. Panggilan manusia sejati adalah menjadi pelaku yang sadar, yang bertindak mengatasi dunia serta realitas yang menindas. Dunia dan realitas atau realitas dunia ini bukan “sesuatu yang ada dengan sendirinya”, dan karena itu “harus diterima menurut apa adanya” sebagai suatu takdir atau nasib yang tidak terelakkan, semacam mitos. Manusia harus menggeluti dunia dan realitas dengan penuh sikap kritis dan daya-cipta, berarti perlu sikap orientatif pengembangan bahasa pikiran (thought of language), yakni bahwa pada hakekatnya manusia mampu memahami keberadaan dirinya dan lingkungannya dengan bekal pikiran dan tindakan “praxis”nya ia mengubah dunia dan realitas.

Maka dari itu manusia berbeda dengan binatang yang hanya digerakkan oleh naluri. Manusia juga memiliki naluri, tetapi juga mempunyai kesadaran (consciousness). Manusia memiliki kepribadian, eksistensi. Hal ini tidak berarti bahwa manusia tidak memiliki keterbatasan, tetapi dengan fitrah kemanusiaannya seseorang harus mampu mengatasi situasi-situasi batas (limit situations) yang

Page 60: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

57

mengekangnya. Jika seseorang pasrah, menyerah pada situasi batas tersebut, apalagi tanpa ikhtiar dan kesadaran sama sekali, maka sesungguhnya ia sedang tidak manusiawi.

Manusia adalah penguasa atas dirinya, dan karena itu fitrah manusia adalah menjadi merdeka, menjadi bebas, ini menjadi tujuan akhir dari upaya humanisasinya Freire. Humanisasi, karenanya juga berarti pemerdekaan atau pembebasan manusia dari situasi – situasi batas yang menindas di luar kehendaknya. Kaum tertindas harus memerdekakan dan membebaskan diri mereka sendiri dari penindasan yang tidak manusiawi sekaligus membebaskan kaum penindas mereka dari penjara hati nurani yang tidak jujur melakukan penindasan. Jika masih ada perkecualian, maka kemerdekaan dan kebebasan sejati tidak akan pernah tercapai secara penuh dan bermakna.

Pembebasan Menjadi Hakekat Tujuan

Bertolak dari pandangan filsafat tentang manusia dan dunia tersebut, Freire kemudian merumuskan gagasan-gagasannya tentang hakekat pendidikan dalam suatu dimensi yang sifatnya sama sekali baru dan pembaru.

Bagi Freire, pendidikan haruslah berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri. Pengenalan ini tidak cukup hanya bersifat objektif atau subyektif, tapi harus kedua-duanya. Kebutuhan obyektif untuk mengubah keadaan yang tidak manusiawi selalu memerlukan kemampuan subyektif untuk mengenali terlebih dahulu keadaan yang tidak manusiawi, yang terjadi senyatanya, yang obyektif. Obyektivitas dan subyektivitas dalam pengertian ini menjadi dua hal yang tidak saling bertentangan, bukan suatu dikotomi dalam pengertian psikologis.

Kesadaran subyektif dan kemampuan obyektif adalah suatu fungsi dialektis yang ajeg (constant) dalam diri manusia dalam hubungannya dengan kenyataan yang saling bertentangan yang harus dipahaminya. Memandang kedua fungsi ini tanpa dialektika semacam itu, bias menjebak kita ke dalam kerancuan berfikir. Obyektivitas pada pengertian si penindas bisa saja berarti subyektivitas pada pengertian si tertindas, dan sebaliknya. Jadi hubungan dialek tesebut tidak berarti persoalan mana yang lebih benar atau yang lebih salah. Oleh karena itu, pendidikan harus melibatkan tiga unsur sekaligus dalam hubungan dialektisnya yang ajeg, yakni :

• Pengajar

• Pelajar atau anak didik

• Realitas dunia

Yang pertama dan kedua adalah subyek yang sadar (cognitive), sementara yang ketiga adalah obyek yang disadari (cognizable). Hubungan dialektis semacam inilah yang tidak terdapat pada sistem pendidikan mapan selama ini.

Sistem pendidikan yang pernah ada dan mapan selama ini dapat diandalkan sebagai sebuah “bank” (banking concept of education) dimana pelajar diberikan ilmu pengetahuan agar ia kelak dapat mendatangkan hasil dengan lipat ganda. Jadi anak didik adalah obyek investasi dan sumber deposito potensial. Mereka tidak berbeda dengan komoditi ekonomis lainnya yang lazim dikenal. Deposito atau investornya adalah pra guru yang mewakili lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mapan dan berkuasa, sementara depositonya adalah berupa ilmu pengetahuan yang diajarkan pada peserta didik. Anak didikpun lantas diperlakukan seperti ‘bejana kosong’ yang akan diisi, sebagai sarana tabungan atau penanaman modal ilmu pengetahuan yang akan dipetik hasilnya kelak. Jadi guru adalah subyek aktif, sedang anak didik adalah obyek pasif yang penurut, dan diperlakukan tidak berbeda atau menjadi bagian dari realitas dunia yang diajarkan kepada mereka, sebagai obyek ilmu pengetahuan teoritis yang tidak berkesadaran.

Dalam pandangan seperti tadi, pendidikan akhirnya bersifat negatif dimana guru memberi informasi yang harus ditelan oleh murid, yang wajib diingat dan dihapalkan. Secara sederhana Freire menyusun daftar antagonisme pendidikan ‘gaya bank’ itu sebagai berikut :

• Guru mengajar, murid belajar

• Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa – apa

Page 61: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

58

• Guru berfikir, murid difikirkan

• Guru bicara, murid mendengarkan

• Guru mengatur, murid diatur

• Guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menuruti

• Guru bertindak, murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan gurunya.

• Guru memilih apa yang akan diajarkan, murid menyesuaikan diri.

• Guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dengan wewenang profesionalismenya, dan mempertentangkannya dengan kebebasan murid – murid.

• Guru adalah subyek proses belajar, murid obyeknya.

Oleh karena itu guru yang menjadi pusat segalanya, maka merupakan hal yang lumrah saja jika murid-murid kemudian mengidentifikasikan diri seperti gurunya sebagai prototip manusia ideal yang harus ditiru dan digugu, harus diteladani dalam semua hal. Freire menyebut pendidikan seperti itu menciptakan ‘nekrofili’ dan bukannya menghasilkan ‘biofili’. Implikasi lebih jauh adalah bahwa pada saatnya nanti murid-murid akan benar-benar menjadikan diri mereka sebagai duplikasi guru mereka dulu, dan pada saat itulah akan lahir lagi generasi baru manusia-manusia penindas.

Jika di antara mereka ada yang menjadi guru atau pendidik, maka daur penindasan segera dimulai dalam dunia pendidikan, dan demikian terjadi seterusnya. Karena itu, sistem pendidikan menjadi sarana terbaik untuk memelihara keberlangsungan status-quo sepanjang masa, bukan menjadi kekuatan penggugah ke arah perubahan dan pembaharuan.

Pola pendidikan seperti itu paling jauh hanya akan mampu mengubah ‘penafsiran’ seseorang terhadap situasi yang dihadapinya, namun tidak akan mampu mengubah ‘realitas’ dirinya sendiri. Manusia menjadi penonton dan peniru, bukan pencipta.

Akhirnya Freire sampai pada formulasi filsafat pendidikannya sendiri, yang dinamakannya sebagai ‘pendidikan kaum tertindas’, sebuah sistem pendidikan yang ditempa dan dibangun kembali bersama dengan, dan bukan diperuntukkan bagi, kaum tertindas. Sistem pendidikan pembaharu ini, kata Feire adalah, pendidikan untuk pembebasan – bukan untuk penguasaan (dominasi). Pendidikan harus menjadi proses pemerdekaan, bukan penjinakkan sosial budaya (social and cultural domestication). Pendidikan bertujuan menggarap realitas manusia, dank arena itu secara metodologis bertumpu di atas prinsip-prinsip aksi dan refleksi total – yakni prinsip bertindak untuk mengubah kenyataan yang menindas dan pada sisi simultan lainnya secara terus menerus menumbuhkan kesadaran akan realitas dan hasrat untuk mengubah kenyataan yang menindas tersebut. Inilah makna dari praxis.

Dengan kata lain praxis adalah manunggal dari karsa, kata dan karya, karena manusia pada dasarnya adalah kesatuan dari fungsi berfikir, berbicara dan berbuat. Prinsip ‘praxis’ inilah yang menjadi kerangka dasar sistem dan metodologi pendidikan tertindasnya Paulo Freire. Setiap waktu dalam prosesnya, pendidikan ini merangsang kea rah diambilnya suatu tindakan, kemudian tindakan tersebut direfleksikan kembali, dan dari refleksi itu diambil tindakan baru yang lebih baik. Dengan demikian seterusnya, sehingga proses pendidikan merupakan suatu daur bertindak dan berpikir yang berlangsung terus-menerus sepanjang hidup seseorang.

Pada saat bertindak dan berpikir itulah, seseorang menyatakan hasil tindakan dan buah pikirannya melalui kata-kata. Dengan daur belajar ini, maka setiap anak didik secara langsung dilibatkan dalam permasalahan-permasalahan realitas dunia dan keberadaan diri mereka di dalamnya. Karena itu, Freire juga menyebut model pendidikannya sebagai ‘pendidikan hadap masalah’ (problem posing education). Anak didik menjadi subyek yang belajar, subyek yang bertindak dan berpikir, dan pada saat bersamaan berbicara menyatakan hasil tindakan dan buah pikirannya. Begitu juga sang guru.

Jadi keduanya (murid dan guru) saling belajar satu sama lain, saling memanusiakan. Dalam proses ini, guru mengajukan bahan untuk dipertimbangkan oleh murid dan pertimbangan sang guru

Page 62: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

59

sendiri diuji kembali setelah dipertemukan dengan pertimbangan murid-murid, dan sebaliknya. Hubungan keduanyapun menjadi subyek-subyek, bukan subyek-obyek. Obyek mereka adalah realita. Maka terciptalah suasana dialogis yang bersifat inter-subyektif untuk memahami suatu obyek bersama. Membandingkannya dengan pendidikan ‘gaya bank’ yang bersifat anti-dialogis,

Penyadaran Merupakan Inti Proses

Dengan aktif bertindak dan berfikir sebagai pelaku, dengan terlibat langsung dalam permasalahan yang nyata, dan dalam suasana yang dialogis, maka pendidikan kaum tertindasnya Freire dengan segera menumbuhkan kesadaran yang menjauhkan seseorang dari ‘rasa takut akan kemerdekaan’ (fear of freedom). Dengan cara menolak penguasaan, penjinakkan dan penindasan, maka pendidikan kaum tertindasnya Freire secara langsung dan gamblang tiba pada pengakuan akan peran proses penyadaran. Pembebasan dan pemanusiaan manusia, hanya bisa dilakukan dalam artian yang sesungguhnya jika seseorang memang benar-benar telah menyadari realitas dirinya sendiri dan dunia sekitarnya, tidak pernah mampu mengenali apa sesungguhnya yang ingin ia lakukan, tidak akan pernah dapat memahami apa yang sesungguhnya yang ingin ia capai. Jadi sangatlah mustahil memahamkan seseorang bahwa ia harus mampu, dan pada hakekatnya memang mampu, memahami realitas dirinya dan dunia sekitarnya sebelum ia sendiri benar-benar sadar bahwa kemampuan itu adalah fitrah kemanusiaan dan bahwa pemahaman itu sendiri adalah penting dan memang mungkin baginya.

Dengan kata lain, langkah awal yang paling menentukan dalam upaya pendidikan pembebasannya Freire, yakni suatu proses yang terus menerus, suatu ‘commencement’, yang selalu ‘mulai dan mulai lagi’, maka proses penyadaran akan selalu ada dan merupakan proses yang sebati (inherent) dalam keseluruhan proses pendidikan itu sendiri. Maka, proses penyadaran merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan itu sendiri. Dunia kesadaran seseorang memang tidak boleh berhenti, mandeg, ia senantiasa harus tetap berproses, berkembang dan meluas, dari suatu tahap ke tahap berikutnya dari tingkat ‘kesadaran naif’ sampai ke tingkat ‘kesadaran kritis’, sampai akhirnya mencapai tingkat kesadaran tertinggi dan terdala, yakni ‘kesadarannya kesadaran’

Jika seseorang sudah mampu mencapai tingkat kesadaran kritis terhadap realitas, maka orang itupun mulai masuk ke dalam proses pengertian dan bukan proses menghafal semata-mata. Orang yang mengerti bukanlah orang yang menghafal, karena ia menyatakan diri atau sesuatu berdasarkan suatu ‘sistem kesadaran’, sedangkan orang yang menghafal hanya menyatakan diri atau sesuatu secara mekanis tanpa (perlu) sadar apa yang dikatakannya, dari mana ia telah menerima hapalan yang dinyatakannya itu, dan untuk apa ia menyatakannya kembali pada saat tersebut.

Di situlah letak berikut arti penting dari kata-kata, karena kata-kata yang dinyatakan seseorang sekaligus mewakili dunia kesadarannya, fungsi interaksi antara tinadakan dan pikirannya. Menyatakan kata-kata benar, dengan cara benar, adalah menyatakan kata-kata yang memang disadari atau disadari maknanya, di situlah arti memahami realitas, berarti telah melakukan ‘praxis’ dari situlah ia berperan, andil mengubah dunia. Tetapi kata-kata yang dinyatakan sebagai bentuk pengucapan dari dunia kesadaran yang kritis, bukanlah kata-kata yang diinternalisasikan dari luar tanpa refleksi, bukan slogan-slogan, namun berasal dari perbendaharaan kata-kata orang itu sendiri untuk menanamkan dunia yang dihayatinya sehari-hari, betapapun sederhananya.

Maka, pendidikan harus memberi keleluasaan bagi setiap orang untuk mengatakan kata – katanya sendiri, bukan kata-kata orang lain.murid harus diberi kesempatan untuk mengatakan dengan kata-katanya sendiri, bukan kata-kata sang guru. Atas dasar itulah , Freire menyatakan bahwa proses pengaksaraan dan keterbacaan (alfabetisasi dan literasi) pada tingkat yang paling awal sekali dari proses pendidikan haruslah benar-benar merupakan suatu proses yang fungsional, bukan sekedar suatu kegiatan teknis mengajarkan huruf-huruf dan angka-angka serta merangkainya menjadi kata-kata dalam kalimat-kalimat yang telah tersusun secara mekanis. Berdasarkan pengalaman dan dialognya dengan kaum petani miskin dan buta huruf (terutama di Brazil dan Chili), Freire kemudian menyusun suatu konsep pendidikan melek-huruf fungsional menggunakan

Page 63: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

60

perbendaharaan kata-kata yang digali dari berbagai ‘tema pokok’ (generative themes) pembicaraan sehari-hari masyarakat petani itu sendiri. Dalam pelaksanaannya, konsep pendidikan melek huruf fungsional Freire ini terdiri dari tiga tahapan utama :

• Tahap kodifikasi dan dekodifikasi: merupakan tahap pendidikan melek huruf elementer dalam ‘konteks konkrit’ dan ‘konteks teoritis’ (melalui gambar-gambar, cerita rakyat, dan sebagainya).

• Tahap diskusi kultural : merupakan tahap lanjutan dalam suatu kelompok-kelompok kerja kecil yang sifatnya problematis dengan menggunakan ‘kata-kata kunci’ (generative words).

• Tahap aksi kultural : merupakan tahap ‘praxis’ yang sesungguhnya dimana tindakan setiap orang atau kelompok menjadi bagian langsung dari realitas.

Freire dan Belajar Dari Pengalaman

Ikhtisar singkat tentang filsafat pendidikannya Paulo Freire mungkin tidaklah sampai mampu menggambarkan kelengkapan dari kedalaman gagasannya, mungkin justru mengesankan bahwa gagasan Freire bukanlah gagasan yang benar-benar baru (Freire sendiri dengan rendah hati mengakui bahwa gagasannya adalah akumulasi dari gagasan – gagasan pemikir pendahulunya: Sartre, Althusser, Ortega Y Gasset, Martin Luther King, jr, Fromm, dan sebagainya). Namun satu hal yang pasti adalah, bahwa Freire telah menampilkan semua gagasan besar tersebut secara unik dan membaharu, dengan rangkaian penerapan yang luas, dalam sector yang paling dikuasainya sebagai seorang ahli, seorang mahaguru, sejarah dan filsafat pendidikan di Universitas Recife, Brazilia.

Freire juga lahir di kota ini pada tahun 1912, meraih gelar doktor pendidikan juga pada Universitas Recife pada tahun 1959, dan antara tahun 1964 – 1969 ia bekerja sebagai konsultan UNESCO di Chili sambil menjalani masa pembuangan dan pengasingan politiknya oleh pemerintah militer Brazil saat itu. Freire kemudian menjadi gurubesar tamu di Universitas Ilmu Pendidikan Universitas Harvard, Amerika Serikat, lalu menjabat sebagai Penasehat Pendidikan Dewan Gereja Sedunia di Jenewa.

Jika latar belakang akademis dan intelektual Freire bisa menjelaskan kompetensinya di bidang pendidikan, maka latar belakang kehidupan pribadinya akan lebih menjelaskan mengapa ia kemudian mencurahkan keahliannya itu khusus bagi masyarakat tertindas. Keluarga Freire adalah keluarga golongan menengah yang kemudian bangkrut dan menderita kemiskinan bersama mayoritas penduduk Recife yang memang miskin. Pada usia 8 tahun, Freire malah dengan tegas bersumpah bahwa seluruh hidupnya nanti akan diabadikannya bagi kaum miskin dan tertindas di seluruh dunia. Ia benar-benar mentaati ‘sumpah kanak-kanak’nya. Ia memang mengenal benar dunia kaum yang dibelanya itu, karena ia sendiri memang berasal dari sana. Ia belajar dari pengalamannya, realitas dirinya dan dunianya, dan merumuskan sebuah falsafah, konsep, gagasan sampai metodologi pengetahuan dan penterapannya dengan cara yang sangat memukau. Pernyataan-pernyataannya memang sering controversial, amat meletup-letup, dan memancing banyak pertanyaan, bahkan juga kritik. Namun fakta yang diajukan adalah realitas tak terbantahkan di hamper semua Negara dunia ketiga. Atas dasar itulah, konsep pendidikan Freire sampai sekarang tetap bernisbah untuk dikaji terus dan dikembangkan. Ia memang sebuah gagasan yang menantang, meskipun diungkapkan dalam gaya bahasa yang sederhana, dan tetap terbuka untuk diuji keabsahannya menurut realitas waktu,tempat, dan orang-orang di mana ia diterapkan.

Page 64: Konsep PNM Mandiri Perkotaankotaku.pu.go.id:8081/.../1/c/Modul-Konsep-PNPM-MP.pdfdisediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program

DEPARTEMEN

PEKERJAAN

UMUMDirektorat Jenderal Cipta Karya

Perkotaan