konsep perlindungan tawanan perang

19
Konsep Perlindungan Tawanan Perang Menurut Hukum Humaniter Internasional dan Hukum Islam Hanung Hisbullah Hamda Abstrak Generally, there isno fundamental contradiction between concept of International Humanitaraian Law andIslamic Law in protecting prisoners ofwar. But there arestili differences in operational field. Both intemational Humanitaraian Law andIslamic Law protect the rights of prisoners of war in medical support, their human values and their right to get protection guarantee. Both concepts also have a mutual dependence, becausesome West scholars admitted that treat ment concept of prisoners of war in Intemational Humanitarian Law adopted from Islamic concept. Pendahuluan Kurang lebih satu dasa warsa yang lalu Samuel P. Hutington dalam tesisnya, Clash of Civilization, telah mempredikslkan terjadinya benturan antara dua peradaban besar, kebu- dayaan Barat dengan Timur. Meskipun tidak sepenuhnya benar, tampaknya tesis tersebut kini terbukti dan benar-benar terjadi. Benturan peradaban antara Barat yang lebih diwakili oleh Amerika Serlkat dan Timur yang diwakili oleh Islam telah berkembang kearah konfiik bersenjata atau perang terfauka yang melibatkan banyak negara. Seiring dengan perkembangan dunia saat ini, model dan subjek peperangan pun juga banyak mengalami pergeseran. Perang tidak lagi hanya dllakukan oleh pihak-pihak yang berstatus sebagai sebuah entitas negara atau kerajaan tetapi bisa juga oleh sebuah organisasi atau gerakan bawah tanah semacamA! Qaeda, Jamaah Islamiyah, Hamas dan sebagalnya yang dalam konteks Amerika disebut sebagai teroris. Perang terhadap "terorlsme" yang dilancar- kan oleh Amerika Serlkat sebagai akibat peiistiwa peledakan gedung WTC telah menghadirkan banyak penderitaan bag! umat manusla. Salah satu pihakyang harus menanggung penderitaan perang adalah para tawanan perang. Dalam praktlknya selama Ini tawanan perang kurang mendapatkan perlindungan balk harkat, marta- bat, maupun keselamatan jlwanya. Contoh konkrit yang bisa dilihat adalah kasus-kasus yang terjadi pada tawanan perang dl Irak, Guanta- namo, Afganlstan dan daerah-daerah konfllk lainnya. Dl Irak, Afganlstan, dan penjara Quanta- namo, para tawanan perang telah mendapat kan periakuan yang tidak manusiawi dari tentara Amerika Serikat. Penyiksaan, intlmldasi, pemu- kulan, dan sebagalnya adalah hai yang harus dihadapl tawanan sehari-harl Menurut sumber dari Al Jazeera.net, kelompok-kelompok perlawanan di Irak juga tidak memberlkan 174 JURNAL HUKUfiJ. NO. 30 VOL. 12 SEPTEMBER 2005:174 - 192

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

Konsep Perlindungan Tawanan PerangMenurut Hukum Humaniter Internasional dan

Hukum Islam

Hanung Hisbullah Hamda

Abstrak

Generally, there isno fundamental contradiction between conceptofInternationalHumanitaraianLawandIslamic Law in protecting prisoners ofwar. But there arestili differences in operationalfield. Both intemational Humanitaraian Law andIslamic Law protect the rights ofprisoners ofwar in medical support, their human values and their right to getprotection guarantee. Bothconcepts alsohavea mutual dependence, becausesome West scholars admitted thattreatment concept ofprisoners of war in Intemational Humanitarian Law adopted from Islamicconcept.

Pendahuluan

Kurang lebih satu dasa warsa yang laluSamuel P. Hutington dalam tesisnya, Clash ofCivilization, telah mempredikslkan terjadinyabenturan antara dua peradaban besar, kebu-dayaan Barat dengan Timur. Meskipun tidaksepenuhnya benar, tampaknya tesis tersebut kiniterbukti dan benar-benar terjadi. Benturanperadaban antara Barat yang lebih diwakilioleh Amerika Serlkat dan Timur yang diwakilioleh Islam telah berkembang kearah konfiikbersenjata atau perang terfauka yang melibatkanbanyak negara. Seiring dengan perkembangandunia saat ini, model dan subjek peperanganpun juga banyak mengalami pergeseran. Perangtidak lagi hanya dllakukan oleh pihak-pihak yangberstatus sebagai sebuah entitas negara ataukerajaan tetapi bisa juga oleh sebuah organisasiatau gerakan bawah tanah semacamA! Qaeda,Jamaah Islamiyah, Hamas dan sebagalnya yangdalam konteks Amerika disebut sebagai teroris.

Perang terhadap "terorlsme" yang dilancar-kan oleh Amerika Serlkat sebagai akibat peiistiwapeledakan gedung WTC telah menghadirkanbanyak penderitaan bag! umat manusla. Salahsatu pihakyang harus menanggung penderitaanperang adalah para tawanan perang. Dalampraktlknya selama Ini tawanan perang kurangmendapatkan perlindungan balk harkat, marta-bat, maupun keselamatan jlwanya. Contohkonkrit yang bisa dilihat adalah kasus-kasus yangterjadi pada tawanan perang dl Irak, Guanta-namo, Afganlstan dan daerah-daerah konfllklainnya.

Dl Irak, Afganlstan, dan penjara Quanta-namo, para tawanan perang telah mendapatkan periakuan yang tidak manusiawi dari tentaraAmerika Serikat. Penyiksaan, intlmldasi, pemu-kulan, dan sebagalnya adalah hai yang harusdihadapl tawanan sehari-harl Menurut sumberdari Al Jazeera.net, kelompok-kelompokperlawanan di Irak juga tidak memberlkan

174 JURNAL HUKUfiJ. NO. 30 VOL. 12 SEPTEMBER 2005:174 - 192

Page 2: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

Hamda.Konsep Perlindungan Tawanan Perang...

perlindungan yang semestinya bagi tawanan.Sebuah rekaman video kekejaman berkualitasrendah menampilkan seorang tawanan wargaAmerika Serikat yang dipenggal sebagai balasanatas periakuan tentara Amerika di Abu Ghraibdan Guantanamo.'

Fakta kesewenangan terhadap tawananperang yang terjadi di berbagai belahan duniasaat ini, menarik penulis untuk membahastentang konsep perlindungan tawanan perangdalam Hukum Humaniter Internasional danuntuk selanjutnya akan dipersandingkandengan konsep perlindungan tawanan perangdalam Hukum Islam.

Perlindungan Terhadap Tawanan PerangDalam Perspektif Hukum HumaniterInternational

1. Pengertian Prisoner of War dalamHukum Humaniter International

Hukum Humaniter Internasional menen-tukan bahwa tidak semua orang yang ditawanoleh pihak lawan mempunyai hak untukdiperlakukan sebagai tawanan perang {Prisoners ofWai). J.G. Starke menjelaskan bahwadalam suatu konfllk bersenjata, pihak-pihakyang bertikai dibagi kedalam dua status yaitusatu kelompok mempunyai status sebagai

' Sandera Warga AS Dipenggal di Irak, Aljazeera.net, edisi Rabu, 12 Mel 2004 diakses tanggai 17Desember 2004, jam 09.33 dari http;//www.google.co.id

J.G. Starke, Introduclion to International Law, Tenth Edition, Butterwoth, 1989, him. 5473Ketentuan mengenai siapa saja yang dapat diperlakukan sebagai tawanan perang ini dilengkapi kembali

dalam Protokol Tambahan I, khususnya Pasal 43 (tentangAngkatan Bersenjata) dan ketentuan lainnya mengenaitentara bayaran dan mata-mata. Ketentuan baru dalam Protokol juga menyatakan bahwa apablla seorang yangditangkap diragukan statusnya apakah dia kombatan ataukah penduduk slpil, maka la akan tetap menikmatistatus sebagai tawanan perang sampai pengadilan yang berkompeten menetapkan status sebenarnya (Pasal45 Protokol Tambahan i). Lihat juga Arlina Permanasarl dkk, Pengantar Hukum Humaniter, ICRC, Jakarta1999, him. 164

kombatan dan berhak ikut serta secara iangsungdalam permusuhan, boleh membunuh dandibunuh dan apabila tertangkap diperlakukansebagai tawanan perang. Sedang kelompokyang lain memiliki status sebagai civilianyangtidak boleh turut serta dalam permusuhan,harus dilindungi dan tidak boleh dijadikansasaran serangan. Kombatan sendiri terdiriatas dua goiongan yaitu lawful combatant danunlawful combatant. Lawful combatant akanmendapatkan perlindungan sebagai tawananperang dan berstatus Prisoner of IVarkarena iamengindahkan ketentuan Hukum HumaniterInternasional. Sedangkan unlawful combatantmereka akan mendapatkan resiko yang lebihberat atau periakuan khusus yang lebih kerasapabila mereka tertangkap.^

Hukum Humaniter Internasional jugamenentukan bahwa seseorang yang berstatussebagai combatant (dalam hal ini lawful combatant) otomatis berhak diperlakukan sebagaiPrisoner o^kVar apabila mereka tidak mampulagi melanjutkan pertempuran dan tertangkappihak lawan. Tetapi ada pula sekelompokpenduduk sipiltertentu, walaupun mereka bukancombatant, apabila jatuh ke tangan musuhberhak pula mendapatkan status Prisoner ofM/ar sebagaimana yang diatur Pasal 4AKonvensi Jenewa III tahun 1949.^ Pasal inimenyebutkan bahwa mereka yang berhak

175

Page 3: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

mendapatkan status sebagai tawanan perang{Prisoner of Wai) adaiah sebagai berikut:^a. Para anggota angkatan perang dari pihak

yang bersengketa, anggota-anggota milisiatau korps sukarela yang merupakanbagian dari angkatan perang itu.

b. Para anggota milisi lainnya, termasukgerakan periawanan yang diorganisasikan{organized resistance movement) yangtergolong padasatu pihak yang bersengketadan beroperasi di dalam atau di luarwilayah mereka, sekalipun wilayah itudiduduki, dan memenuhi syarat-syaratsebagai berikut; 1) dipimpin oleh orangyang bertanggung jawab atasbawahannya;2) menggunakan tanda pengenal tetapyang dapat dilihat dari jauh; 3) membawasenjata secara terbuka; 4) melakukanoperasinya sesuai dengan hukum dankebiasaan perang.

c. Para anggota angkatan perang regularyang menyatakan kesetiaannya padasuatu pemerintah atau kekuasaan yangtidak diakul oleh negara penahan.

d. Orang-orang yang menyertal angkatanperang tanpa dengan sebenarnya menjadlanggota dari angkatan perang itu, sepertianggota sipll awak pesawat terbangmiliter, wartawan perang, anggota-anggota kesatuan angkatan kerja, dinas-dinas yang bertanggung jawab ataskesejahteraan angkatan perang, asalkanmereka telah mendapatkan pengakuandari angkatan perangyangdisertainya danmelengkapi diri mereka dengan sebuahkartu pengenal.

e. Awak kapal niaga termasuk nahkoda, panduiaut, taruna sertaawak pesawat terbang sipildari pihak-pihak yang bersengketa yang tidakmendapat perlakuan yang lebih baikmenurul ketentuan-ketentuan apapun dalamhukum intemasionai.

f. Penduduk wilayah yang belum diduduki,yang ketika musuh mendekat, ataskemauannya sendiri dan dengan serentakmengangkat senjata untuk melawanpasukan-pasukan yang datang menyerbu,tanpa memlliki waktu yang cukup untukmembentuk kesatuan-kesatuan bersenjatasecarateratur, asal sajamereka membawasenjata secara terbuka dan menghormatihukum dan kebiasaan perang.Dari enam golongan tersebut di atas, poin

a, b, c, dan f termasuk dalam kategorikombatan, yang apabila tertangkap akandiperlakukan sebagai tawanan perang.Sedangkan poin d dan e berada dalamkategori penduduk sipil, namun apabilamereka ditangkap oleh pihak musuh tetapberhak mendapatkan status sebagai PrisonerofWar.^

Ketentuan tentang siapa yang berhakmendapatkan status dan perlakuan sebagaiPrisoners of War ini kemudian disempurnakandalam Protokol 1 tahun1977yangmemberikandefinisi baru dari apa yang disebut sebagaiAngkatan Bersenjata dan kombatan. Pasal 43memberl batasan dari Angkatan Bersenjatasebagai berikut:®1. Angkatan Bersenjata dari pihak yang

bertikai terdiri dari Angkatan Bersenjatayang terorganisir {organizedarmed forces),

^Lihat Pasal 4AGeneva Convention (III) Relative totheTreatment of Prisoners of War; August 12,19495Frits. Kalshoven, Constraint of The Waging ofWar, Second Edition, ICRC, Genewa, 1987, him. 41.®Haryomataram, 1984. Hukum Humaniter. Jakarta: Rajawali. Him. 72-75.

176 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL 12 SEPTEMBER 2005:174 - 192

Page 4: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

HamdaXonsep Perlindungan Tawanan Perang...

group dan unit yang berada di bawahkomando yang bertanggung jawab ataskelakuan anak buahnya kepada pihaktersebut, sekallpun pihak Itu diwakili olehpemerlntah ataupenguasa {authority) yangtidak diakui oleh pihak lawan (acfi^erseparty). Angkatan Bersenjata tersebut harustunduk kepada sistem disiplin kesatuan{internal diciplinary system} yang antaralain berisi pelaksanaan ketentuan hukuminternasional yang berlaku dalampertikaian bersenjata.

2. Anggota Angkatan Bersenjata darl pihakyang bertikai (kecuali personal medik danpendeta seperti tersebut dalam Pasal 37konvensi Jenewa III adalah Combatan,yaitu mereka berhak untuk turut sertasecara langsung dalam permusuhan.

3. Apabila salah satu pihak yang bertikaimemasukkan sebuah kesatuan {agency)para militer atau penegak hukum dalamAngkatan Bersenjata mereka, makamereka wajib memberitahukan hal inipada pihak-pihak lain yang bertikai.Kemudian di dalam Pasal 44 diatur

tentang kombatan dan tawanan perangdengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:^1. Setiap kombatan, seperti ditentukan dalam

Pasal 43, yang jatuh dalam kekuasaanpihak lawan, akan menjadi tawanan perang{Prisoner of War)

2. Sekallpun semua kombatan harusmentaatiketentuan-ketentuan Hukum Internasional

yang berlaku dalam pertikaian bersenjata,namun pelanggaran ketentuan tersebuttidak akan menghilangkan haknya untukmenjadi kombatan apabila la jatuh dalamkekuasaan pihak lawan, dan juga tidak

Ibid

menghilangkan haknya menjadi tawananperang, kecuali apa yang ditentukandalam ayat 3-4.

3. Untuk menambah perlindungan bagipenduduk sipil dari akibat permusuhan,kombatan diharuskan untuk membedakan

diri dari penduduk sipil padawaktu merekasedang menyerang atau di dalam suatuoperasi militer yang mendahului serangantersebut. Tetapl mengingat dalam suatupertikaian bersenjata terdapat situasi dimana,mengingat sifat permusuhan tersebut, jikakombatan tidak dapat membedakan diri, iaakan tetap memperoleh statusnya sebagaikombatan asal dalam keadaan tersebut ia

membawa senjata secara terbuka: a)Selama setiap pertempuran {engagement) militer; b) Seiama ia dapat dilihat/kelihatan oleh musuh padawaktu iaterlibatdalam suatu perslapan {deployment) militermendahului serangandimana iaturut serta.Perbuatan yang memenuhi ketentuan initidak boleh dianggap sebagai licik {perfidious) dalam Pasal 37 ayat 1c.

4. Seorang kombatan yang jatuh dalamkekuasaan pihak lawan sedang ia tidakmemenuhi persyaratan yang ditentukandalam kalimat kedua dari Pasal 3, akankehilangan haknya sebagai tawanan perang,tetapi ia akan diberikan perlindungan yangsama dalam segaia aspek seperti yangdiberikan pada tawanan perang olehkonvensi jenewa III dan protokol ini.

5. Setiap kombatan yang jatuh ke dalamkekuasaan pihak lawan, pada waktu(sedang) tidak terlibat dalam seranganatau dalam suatu operasi militer sebagaipersiapan suatu serangan, tidak akan

177

Page 5: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

kehilangan haknya [forfeit). Sebagai kombatandan tawanan perang sebagai akibatkegiatannya sebelumnya.

6. Pasal ini tidak mengurangi [without prejudice) hak setiap orang untuk menjaditawanan perang sesuai dengan pasal 4Konvensi Jenewa III.

7. Pasal inl tidak dimaksudkan untuk meng-ubah kebiasaan secara umum telah diterimanegara-negara yang berhubungan denganpemakaian seragam [uniform) oleh kombatan yang termasuk kesatuan yang regulerdan berseragam serta bersenjata [regularuniformed armed units) darl pihak yangbertikai.

8. Sebagai Tambahan darl kategori orangtersebut dalam pasal13Konvensi JenewaIII, maka semua anggota AngkatanBersenjata darl plhak bertikai sepertidirumuskan dalam pasal 43 protokol Ini,berhak atas perllndungan yang dlaturdalam konvensi tersebut, apabila merekateriuka atau sakit, balk di darat maupun dllaut.

DeflnisI Angkatan Bersenjata dan kombatanyang dirumuskan dalam protokol Inl (sangat)berbeda dengan apa yang telah ditentukandalam konvensl-konvensi sebelumnya. Perlujuga dicatat bahwa baru dalam protokol inldinyatakan secara tegas bahwa kombatanadalah mereka yang berhak untuk Ikut sertasecaraaktif atau langsung dalam permusuhan.

Pasal 43 ayat 1 di atas menghllangkandiskrimlnasi antara regular armies dengankelompok bersenjata [armed group) yang lain.Dengan diterlmanya Pasal 43 dan 44 Protokol

1tahun 1977 maka penduduk sipil yang ikut terlibatlangsung dalam permusuhan dimasukkankedalam kategori kombatan. Konsekuenslnyakalau mereka jatuh dalam kekuasaan plhaklawan harus diperlakukan sebagai tawananperang (berstatus sebagai Prisoner of Wat).

2. Prinsip dan Ketentuan TentangPerlakuan Terhadap Tawanan Perangdalam Konvensi Jenewa III Tahun 1949

Pengaturan terhadap tawanan perang[Prisoners of Wat) dalam Hukum HumaniterInternaslonal secara rinci terdapat dl dalamKonvensi Jenewa III tahun1949 [Geneva Convention (III) Relative to the Treatment ofPrisoners ofWat) dan Protokol Tambahan Itahun1977 [ProtocolAdditional to the Geneva Conventions of12August 1949, andrelating to theProtection of Victims of international ArmedConflicts). Berdasarkan beberapa literaturtentang Hukum Humaniter Internasional,prinslp-prlnsip perlakuan terhadap tawananperang yang ada dalam Konvensi Jenewa 111tahun 1949 memuat hal-hal sebagai berlkut:®1. Jamlnan penghormatan; artlnya para

tawanan perang harus diperlakukan secaramanuslawl;

2. Jaminan perllndungan; artlnya merekaharus dllindungi darl ketldakadilan danbahaya yang mungkin timbul darl suatupeperangan, dan terhadap kemungklnanatas perkosaan integrltas keprlbadlanmereka. Harus ada tindakan-tlndakan

yang perlu untuk menjamin hal inl;3. Jamlnan kesehatan; artlnya mereka berhak

atasperawatan kesehatan yang setaradan

®Hans Peter Gasser, International Humanitarian Law, An Introduction, Separate Print from Hans Haug,Humanity for All, ICRC and Red Crescen Movemen, Henry Dunant Institute, Paul Haupt Publisher, BerneStuttgart. Vienna, 1993, him 29-30

178 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL. 12 SEPTEMBER 2005:174 - 192

Page 6: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

Hamda.Konsep Perlindungan Tawanan Perang...

tidak boleh diabaikan. walaupun ia pihakmusuh.

Berdasarkan ketenluan-ketentuan dalam

Konvensi Jenewa 111 tahun 1949 {Geneva Convention (III) Relative totheTreatmentofPrisonersofWai) dapat dirlngkas bahwa perlakuan yangharus diberikan kepada tawanan perang adalahsebagai berikut:®

Padawaktu tertangkap, paratawanan tidakboleh dipaksa memberikan keterangankecuali mengenal identitas mereka.Penyiksaan dan perlakuan kejam terhadapmereka dipandang sebagai kejahatanperang.

Segera setelah tertangkap tawanan perangberhakdilengkapidengan kartupenagkapan.Kartu penangkapan ini selanjutnya dikirimke Biro Penerangan Resmi di negara asaltawanan perang melalui Badan PusatPencarian ICRC {ICRC Central TracingAgency}. Badan PusatPencarian ini memilikitugas memberikan keterangan kepadakeluarga para tawanan. Dengan cara in!maka hubungan tawanan dengan keluargamereka dapat tetap terjalin.Secepatnya, para tawanan perang harusdipindahkan dari kawasan berbahaya ketempat yang aman. Kondisi kehidupanmereka harus setara dengan kondisikehidupan dari anggota angkatan perangnegara penawan.

Sedapat mungkin kondisi penawananmempertimbangkan adat dan kebiasaan

1.

2.

3.

4.

yang dilakukan para tawanan.5. Para tawanan yang sehat dapat diminta untuk

bekerja/" tetapi mereka dapat melakukanpekerjaan-pekerjaan berbahaya apabilamereka menyetujuinya.

6. Tawanan perang berhak melakukankorespondensi dengan keluarga yangdikirim melalui ICRC.

7. Tawanan perang tunduk pada hukumnegara penahan, khususnya yang berlakupada Agkatan Bersenjata. Jika terjadipelanggaran, mereka dapat dijatuhi sanksipidana sesuai dengan hukum negarapenawan, termasuk terhadap kejahatanyang dilakukan sebelum mereka dltawan.

8. Tawanan perang yang dihukum berhakmendapatkan jaminan peradilan yangwajar dan bila terbukti bersalah dandijatuhi hukuman, maka iatetap berstatussebagai tawanan perang. Arlinya iaberhakuntuk dipulangkan kembali kenegaraasalnya.

9. Dilarang melakukan tindakan pembalasan(reprisal) terhadap tawanan perang.Rina Rusman menjelaskan bahwa dalam

hal perlindungan terhadap tawanan perang,Konvensi Jenewa III tahun 1949 {Geneva Convention (III) Relative to the Treatment ofPrisoners ofWai) memuat ketentuan-ketentuan umumsebagai berikut;'1. Tawanan perang pada dasarnya berada

dalam kekuasaan penguasa musuh (negara).bukan dalam kekuasaan perorangan atau

®Arllna Permanasari, dkk., Hukum Humaniter, ICRC, Jakarta, 1999, hlm166-168Berdasarkan Pasal 62 Konvensi Jenewa III, tawanan perang yang dipekerjakan berhak untuk

mendapatkan upah yang pantas. Besarnya ditentukan oleh penguasa, tetapi tidak boleh kurang dari 1/4 francSwiss untuk satuhari kerja penuh.

" Rina Rusman, Beberapa Perkembangan Hukum HumaniterInternasional, Makalah disampaikan dalamKursus Dasar HHI dan HAM untuk Dosen Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang diselenggarakan dlBanjarmasin atas kerja sama antara Fakultas Syari'ah IAIN Antasari dan ICRC Delegasi Jakarta, 2004, him. 15

179

Page 7: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

satuan yang menawan;2. Terlepas dari tanggung jawab perorangan

yang mungkin ada,padadasamya penguasa(negara) sebagai pihak yang bertangungjawab atas perlakuan terhadap tawananperang;'

3. Tawanan perang harus diperlakukansecara manusiawi;^^Adapun ketentuan-ketentuan khususyang

harus diterapkan terhadap tawanan perangmenurut Konvensi Jenewa III tahun 1949

memuat hal-hal sebagai berikut: ''a. Tawanan perang tidak boleh dijadikan

objek mutllasi, eksperimen pengobatanatau jenis percobaan ilmiah apapun.

b. Kapanpun mereka harus dilindungi daritindakan-tindakan kekerasan atau intimidasi,penghinaan dan menjadi tontonan umum.

c. Tlndakan balas dendam {reprisal) terhadaptawanan perang dalam bentuk apapundilarang.'

d. Harus mempertimbangkan pangkat, jeniskelamin, keadaan kesehatan, umur, dankuallflkasi keahlian.

e. Seluruh tawanan perang harus diperlakukansama tanpa memandang perbedaanberdasarkan ras, kebangsaan, agama,orientasi politik, ataupun kriteria lainnya yangsejenis.'®

f. Setiap tlndakan yang melawan hukumatau kelalaian negara penawan yangberakibat pada kematian atau benar-benar membahayakan kesehatan paratawanan perang adalah dilarang dandianggap sebagai peianggaran beratterhadap konvensi.

3. Ketentuan Tentang Perlakuan TerhadapTawanan Perang dalam ProtokolTambahan I tahun 1977

Protokol Tambahan I tahun 1977 [Protocol Additional to the Geneva Conventions of

12 August 1949, and relating to the Protectionof Victims of International Armed Conflicts)terdiri dari 120 pasal dan pada dasarnyabertujuan untuk meningkatkan perlindungan bagipenduduk sipil dalam konflik bersenjataintemasional. Beberapa ketentuan pokok dalamProtokol Tambahan I antara lain memuat hal-

hal sebagai berikut:^^1. Melarang serangan yang membabi buta

dan reprisal terhadap penduduk sipil danobyek-obyek sipil, obyek-obyekyangsangatvital bagi kelangsungan penduduk sipil,benda-benda cagar budaya dan tempat-tempat religius, bangunan dan instalasiberbahaya, serta lingkungan alam.

2. Memperluas perlindungan yang sebelumnya

Lihat Pasal12Konvensi JenewaIII tahun 1949 {Geneva Convention (III) Relative totheTreatment ofPrisonersof Wai)

Lihat Pasal13Konvensi Jenewa111 tahun 1949 (Geneva Convention (HI) Relative totheTreatment ofPrisonersof Wai)

" RIna Busman, Op.GIL, him 16Lihat Pasal 13Konvensi Jenewa illtahun 1949{Geneva Convention (III) Relative to the Treatment of

Prisoners of Wai)Lihat pasal 16Konvensi Jenewa III tahun 1949 {Geneva Convention (Hi) Relative to the Treatment of

Prisonersof Wat)ICRC, Advisory Service on International Humanitarian Law, "Protocol Additional toTheGenewaCon

ventions of1949for theProtection ofWar Victims" dalam Arlina Permanasari dkk, Op.Git., him. 129-130

180 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL 12 SEPTEMBER 2005:174 - 192

Page 8: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

Hamda.Konsep Perlindungan Tawanan Perang...

telah diatur dalam Konvensi Jenewa kepadasemua personal medis, unit-unit dan alat-alat transportasi mediSj baik yangberasaldari organisasi sipil maupun militer.

3. Menentukan kewajiban bagi pihak yangbertikai untuk mencari orang-orang yanghilang [missing persons).

4. Menegaskan ketentuan-ketentuan mengenaisuplai bantuan [leiiefsupplies) yang ditujukanpada penduduk sipil.

5. Memberikan perlindungan terhadap keglat-an-keglatan organisasi pertahanan sipil

6. Mengkhususkan adanyatindakan-tindakanyang harus diambll oleh negara-negarauntuk memfasilitasi implementasi hukumhumaniter.

Dari keenam pokok ketentuan yang adadalam Protokol Tambahan I tahun 1977 di atas

tampak bahwa yang menjadi pokok bahasanadalah perlindungan terhadap penduduk sipil.Namun meskipun begitu, dalam ProtokolTambahan Itahun 1977 ini jugadimuat beberapapasal sebagai ketentuan tambahan bagiperlindungan terhadap tawanan perang yangtelah diatur dalam Konvensi Jenewa.

Ketentuan tentang tawanan perang yangada dalam Protokol inl secara garis besartercakup dalam dua ketentuan pokok.Pertama, ketentuan tambahan tentang siapayang berhak mendapatkan status sebagai Prisoner of War Kedua, ketentuan tambahantentang jaminan kesehatan dan laranganmelakukan percobaan-percobaan kesehatanserta larangan penerapan percobaan ilmiahdan biologis terhadap tawanan.

Ketentuan tambahan tentang siapa yang

berhak mendapatkan status sebagai Prisonerof l4/arterdapat dalam Pasal 43, 44, dan 45.Pasal 43 menjelaskan tentang definisi AngkatanBersenjata yang kemudian berhak atas statusPrisoner ofWar. Sedangkan Pasal 44 menjelaskan hak-hak combatant yang Intinya sebagaiberikut;'®

1. Setiap kombatan berhak atas statustawanan perang [Prisoner of War)

2. Kombatan yang tidak dapat membedakandiri tetap memperoleh status sebagaikombatan dan Prisoner of l/I/arasal dalam

keadaan tersebut ia membawa senjatasecara terbuka selamasetiappertempuran[engagement) militer dan selama ia dapatdilihat oleh musuh pada waktu ia terlibatdaiam suatu persiapan [deployment) militermendahului serangandimana iaturut serta.

3. Setiap kombatan yang jatuh ke dalamkekuasaan pihak lawan, pada waktu (sedang)tidak terlibat dalam serangan atau dalamsuatu operasi militer sebagai persiapan suatuserangan, tidak akan kehilang-an haknya [forfeit) sebagai kombatan dan tawanan perangsebagai akibat kegiatannya sebelumnya.Kemudian Pasal 45 pada intinya menyat-

akan bahwa apabila seorang yang ditangkapdiragukan statusnya apakah dia kombatan ataupenduduk sipil, maka ia akan tetap menikmatistatus sebagai tawanan perang sampaipengadilan yang berkompeten menetapkan status sebenarnya.' Adapun ketentuan tambahantentang jaminan kesehatan dan laranganmelakukan percobaan-percobaan kesehatansertalarangan penerapan percobaan iimiah danbiologis terhadap tawanan terangkum dalam

Lihat Pasal 44[ProtocolAdditional totheGeneva Conventions of12August 1949, andrelating totheProtection ofVictims ofInternationalArmed Conflicts)

Arlina Permanasari, Op.Cit., him. 164

181

Page 9: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

Pasai 11 Protokol Tambahan 1tahun 1977 {Protocol Additional to the Geneva Conventions of12August 1949, andrelating to the Protection ofVictims of IntemationalArmed Conflicts).

Perlindungan Terhadap Tawanan Perangdalam Hukum Isiam

1. Pengertian Tawanan Perang dalamPerspektif Hukum Islam

Secara bahasa {lughawy), tawananperang dalam bahasa arab disebut sebagaial asiruatau usro al harb. Sedangkan secaraterminologi {ishtilahy}, tawanan perang atauusro al harb adalah orang-orang kafir yangberperang dan tertangkap dan ditawan hidup-hidup oleh pihak pasukan Islam setelah perangberakhlr.2°Menawan musuh dalam perang didalam Al Qur'an halal dan dibolehkan dengandalil suratAt Taubah ayat 6dansurat Muhammadayat4.

Farhad Malekian dalam The Concept ofIslamic International Criminal Law; AComparative Study mendefinlsikan tawanan perangsebagai berikut; '

Prisoners of War are thosehavebeen captured by one means or anotherduring astate of hostility in actual armed conflictsbetweentheconflicting partiesand are consequently considered enemy combatants.Al Ghunaimi dalam bukunya, The Muslim

Conception of Internasional Law and WesternApproach, mendefinlsikan tawanan perangsebagai "The Prisoners of War are the enemycombatants who, ina legitimaterwardeclarateb

Academic Publishers Group, Lodon, 1994), him. 156.""Ibid

bya muslim sovereign, were made prisonersby muslim.' Jika klta teliti kedua pengertiantawanan perang dalam Islam menurut Malekiandan Al Ghunaimi tersebut tampak bahwa yangbisa mejadi tawanan perang dalam Hukum Islam adalah kombatan saja. Tetapi sebenarnyakedua pendapat tersebut kurang begitu tepatkarena dalam Islam tidak mengenal pembagianorang-orang yang tertawan ke dalam combatantdan non-combatant.

Orang-orang yang tertangkap dan ditahanoleh pihak musuh dalam kajian Islam dibagi kedalam dua golongan. Pertama, wanita, anak-anak, dan yang dihukumi seperti keduanyaseperti orang gila, dungu, dan semacamnya.Kedua, golongan laki-laki dewasa yang ikut sertadalam peperangan. Kedua golongan Ini dalamIslam akan mendapatkan perlakuan yangberbeda jika mereka tertangkap dan ditahan olehpihak muslim. Adapun bentuk perlakuan danketentuan yang diterapkan terhadap merekaakan dijelaskan kemudian dalam sub pembahas-an tentang rumusan ijtihad para fuqaha'mengenal perlakuan tertiadap tawanan perang.

2. Prinsip-prinsip dan Ketentuan TentangPerlakuan Terhadap Tawanan Perangdalam Al Qur'an dan As Sunnah

Dalam berbagailiteratur Islam, peimasalah-an tentang tawanan perang bukanlah menjadisesuatu yang asing lagi. Al Qur'an sebagaipedoman hidup umat Islam memerintahkanapabila orang-orang musyrik sedang memerangiIslam maka umat Islam diperintahkanmemerangi dan menangkapi (menawan)mereka dimana saja mereka dijumpai. Mereka

Abdul Baqiy, SabilunaAIJihadu, {Mu'asasatu Ar Risalah, Beirut, 1990), him. 212Farah Malekian, The Concept ofIslamic Intemational CriminalLaw, AComparative Study, (Kluwer

182 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL. 12 SEPTEMBER 2005:174 - 192

Page 10: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

Hamda.Konsep Perlindungan Tawanan Perang...

boleh diberi kebebasan jika mereka bertobat,mendir-ikan shalat, dan membayar zakat.^

Ada sejumlah prinsip di dalam Al Qur'andan As Sunnah yang memberikan landasankonseptual bagi perlakuan terhadap .tawananperang, yaitu:1. Larangan untuk menawan musuh dengan

tujuan untuk mendapatkan tebusansebanyak-banyaknya ketika perang sedangberlangsung dan musuh belum benar-benar dilumpuhkan, sebab tindakan yangpaling tepatdilakukan pada saat itu adalahmembunuhnya demi keamanan. DalamsuratAl Anfal ayat67Allah berfirman:^^Artinya: "Tidak patut, bag! seorang nabimempunyal tawanan sebelum la dapatmelumpuhkan musuhnya dl muka buml.Kamu menghendaki harta benda dunla-wiyah, sedangkan Allah menghendaki(pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah MahaPerkasa lag! Maha Bijaksana."

2. Perintah untuk berdakwah kepada tawananperang. Allah berfirman dalam suratAl Anfalayat 70:^®Artinya: "Hai...nabi, katakanlah kepadatawanan-tawanan yangada di tanganmu:"Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalamhatimu, niscaya Dia akan memberikankepadamu yanlebih balk dari apayang telahdiambil dari padamu dan Dia akanmengampuni kamu. Dan Allah MahaPengampun lagi Maha Penyayang."Ayat Ini menerangkan bahwa kaum muslimmempunyal kewajiban untuk menda'wah-kan Islam kepada para tawanan perang

LIhat QS.At Taubah (9): 52aihatQS.AIAnfal(8):6725LlhatQS.AIAnfal{8):70^LihatQS.AI Anfal (8): 71^ LIhat QS. Al Baqarah (2): 190

yang berhasil dltangkaptentara Islam. Dalamimplementaslnya, seorang muslim dllarangmemaksakan kepada siapapun termasuktawanan perang untuk masuk Islam, sebabAllah sendiri menegaskan tidak adanyapaksaan dalam beragama.

3. Keharusan mengawasi dan tetap waspadaterhadap tawanan. Allah berfirman dalamsuratAl Anfal ayat71Artinya; "Akan tetapi jika mereka {tawanan-tawanan Itu) bermaksud hendakberkhianatkepadamu. maka sesungguhnya merekatelah berkhianat kepada Allah sebelum ini,lalu Allah menjadikan (mu) berkuasaterhadap mereka. Dan Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana."

4. Larangan bertlndak yang melampaui batasterhadap tawanan. Allah berfirman dalamsuratAl Baqarah ayat190: 'Artinya: "Dan perangllah di jalan Allah or-ang-orang yangmemerangi kamu, (tetapi)janganlah kamu. melampaui batas, karenasesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."Ayat ini mengandung maksud bahwameskipun dalam kondisi perang, umat Islam tidak boleh memperlakukan musuhdan tawanan dengan tidak manusiawi.Penylksaan maupun pelanggaran terhadapkehormatan sangat tidak sejalan denganjiwa ayat ini. Menurut Imam Ibnu Katsir,yang dimaksud dengan "melampauibatas"dalam ayat ini adalah melakukan hal-halyang dilarang, seperti memotong-motongmayat, menjarah, membunuh wanita dan

183

Page 11: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

anak-anak yang tertangkap, menganiayadan membunuh orang-orang tua, sertamenyiksa mereka.^®

5. Umat Islam harus memberikan perlakuanbalk terhadap tawanan dankepada merekapadaprinsipnya tidak boleh dijadikan budak.A! Qur'an menegaskan bahwa tindakanterhadap tawanan perang pada prinsipnyahanya dua, yaitu dibebaskan dengan baikatau dilepaskan dengan tebusan. Allahberfirman dalam suratMuhammad ayat 04:^Artinya: "Apabila kamu bertemu denganorang-orang kafir (di medan perang) makapancunglah batang leher mereka. Sehinggaapabila kamu telah mengalahkan merekamaka tawanlah mereka dan sesudah Itu

kamu boleh membebaskan mereka atau

menerima tebusan sampai perang ber-henti. Demikianlah, apabila Allah meng-hendaki niscaya Allah akan membinasa-kan mereka tetapl Allah hendak mengujisebagian kamu dengan sebagian yang lain.Dan orang-orang yang gugur pada jalanAllah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amalmereka."

6. Islam mewajlbkan umatnya memperlakukantawanan perang dengan balk dan melarang

Sayyid Quthub, FiZhilaalitQur'an;Tafsirdi Bawah NaunganAI Qur'an, Juz Kedua, Bina llmu, Jakarta,him. 160Lihatjugalafsirlbnu Katsir Juzll, him. 101

Lihat QS. Muhammad (47): 4M. Abu Zahroh, Al'AlaaqatuadDauliyah, Alih Bahasa Muhammad Zein Hasan Lc. Lt., (Bulan Bintang,

Jakarta, 1973), him. 149Lihat Q.S.Al Insaan (76): 8-9

Lihat ketentuan-ketentuan khusus berkaitan dengantawanan menurut Hamidullah dalam bukunya, TheMuslim Conception of Internasional Lawand Western Approach, dalam Farah Malekian, The Concept ofIslamic Interbational Criminal Law; AComparative Study, Kluwer Academic Publishers Group, Lodon, 1994,him. 158.Lihat jugaprinsip-prinsip perang menurut Prof. Dr. Marcel A. Boisard dalambukunya, L'HimanismeDeL7s/amsebagaimana dikutip oleh L. Amin Widodo dalam Fiqih Siasahdalam Hubungan Internasional, cet.Pertama, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1994, him. 70Lihat juga Altaf Gauhar, Tantangan Islam, Alih Bahasa: AnasMahyudin, (Bandung, PUSTAKA, Perpustakaan Salman 1TB), 1982, him. 230Lihat juga dalam Majid Khadduri,TheLawofWarandPeace inIslam. Baltimore, Maryland, London: TheJohns Hopkins University Press, 1941

tindakan balasdendam. Sebuah hadits yangdi nukil oleh Muhammad Abu Zahroh me-

nerangkan bahwa Nabi saw bersabda:"Kamu terimalah wasiatku supaya berbuatbaik kepada para tawanan".^° Hadits inisejalan dengan firman Allah yang artinya:®'"Dan mereka memberikan makanan yangdisukainya kepada orang miskin, anakyatim,danorang-orang yang ditawan. Sesungguh-nya kami memberikan makanan kepadakamu hanyalah untuk mengharap keridloanAllah, kami tidak menghendaki balasan darikamu dantidak pula (ucapan) terima kasih."Berdasarkan uraian di atas maka dapat

disimpulkan bahwa, pengaturan tawananperang menurut Al Qur'an dan As Sunnahmemuat ketentuan-ketentuan sebagaiberikut:a. Larangan menawan dengan tujuan mencari

kekayaan dunia semata, bukan karena motif jihad.Jaminan kehormatan, dan perlakuan yangmanusiawi (tidak melampaui batas)terhadap tawanan perang. Termasuk didalamnya jaminan kesehatan jika tawanantersebut terluka atau sakit.

Perintah berda'wah kepada tawananperang, sebab inti dari jihad suci adalah

b.

0.

184 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL 12 SEPTEMBER 2005:174 - 192

Page 12: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

Hamda.Konsep Perlindungan Tawanan Perang

menegakkan agama Allah.Berdasarkan prinsip-prinsip umum dalam

A1 Qur'an danAsSunnah di atas, dapat dirumus-kan beberapa ketentuan khusus tentang tawananperang secara terperinci sebagai berikut:^1. Tawanan perang tidak bisa dimintai per-

tanggungjawaban atas kehancuran dankerusakan yang terjadi akibat perang.

2. Tawanan perang harus mendapatkanmakanan dan kebutuhan primer lainnya,seperti pakaian dan obat-obatan.

3. Pihak penawan harus menyediakan tempatyang aman dan manusiawi bag! paratawanan agar mereka terlindungi.

4. Kehormatan dan martabat tawanan perangharus di jaga dan dihormati oleh pihakpenawan.

5. Segaia bentuk penyiksaan baik fislk maupunpsikhis adaiah teriarang badi tawananperang.

6. Adat istiadat dan kebiasaan para tawananperang harus mendapatkan perhatian dandihormati.

7. Perempuan harus mendapatkan peng-hormatan dan periindungan iebih karenastatusnya.

8. Tidak ada seorangpun yang boiehdiperkosa dan dliecehkan secara asusiia.

9. Perempuan, anak-anak, orang dungu,dam yang dipersamakan dengan merekaharus mendapatkan penghormatan danperiakuan khusus mengingat statusnya.

10. Ibu-ibu yang tertawan tidak boieh dipisahkandari anak-anaknya selama penahanan.

11. Dalam segaia kondisi dansituasi, tawananperang harus diperlakukan secara fairoieh pihak-pihak yang bertikai.

12. Tawanan perang yang sakit, terluka, ataumengaiami shok harus mendapatkanperawatan dan pengobatan sebaik dansetara dengan yang diberikan kepadaanggota pihak penawan.

13. Komunikasi dengan surat atau bentuk lainharus dljamin oieh pihak penahan.

14. Tawaan perang tidak boieh dipekerjakanteriaiu berat.

15. Tawanan perang tidak boieh dipaksamengangkat senjata untuk membantupihak pehawan.

16. Tawanan perang yang berhasil melarikandiri dankemudian tertangkap lagi tidak bisadihukum karena peiarian yang teiah ialakukan. Dia hanya boieh dihukum apabilaterbukti teiah meiakukari tindakan kriminal.

17.Tawanan perang yang meianggar kedisi-piinan dapat dihukum dengan sewajafhya.

3. Rumusan ijtihad Para Fuqaha' TentangPeriakuan Terhadap Tawanan Perang

Ai Qur'an merupakan sumber hukumpertama dan utama. Di dalamnya me-ngandungayat-ayatyang berkaitan dengan aqidah (teologi),syari'ah (hukum), dan akhlak (etika). Ayat AI Qur'antentang hukum, terkadang ada yang masihbersifat umum danadayang sudahterinci. Untukmemahami dan memformuiasi produk hukum(istinbath) ayat-ayat ahkam yang masih umumitu diperlukan beberapa perangkat, baik tafsir,hadits, maupun kaidah-kaidah ushui fiqh.Fuqaha' iah yang dalam konteks ini mempunyaiintegritas dan otoritas untuk meiakukanpembacaan, penafsiran, dan perumusanterhadap ayat-ayat ahkam daiam AI Qur'an yangmasih bersifat generai.^ Dengan demikian

^M. AbuZahroh, OpC/f,him. 15^ Abu BakarJabirAI Jaziriy, EnsiklopediMuslim MinhajulMuslim, Darul Kafah, Jakarta, 2003,him. 490-491

185

Page 13: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

dalam tulisan ini perlu dikaji pula tentanghadits-hadits dan pendapat para fuqaha yangberbicara tentang perlakuan terhadaptawanan perang.

Tawanan perang dalam kajian Islam dibagikedalam dua golongan. Pertama, Wanita, anak-anak, dan yang dihukumi seperti keduanya yaituorang gila, dungu, dan semacamnya. Bag!golongan Ini, rasulullah mengharamkan umatIslam membunuhnya. Penganlayaan fisik,Intimidasi dan kekerasan dalam bentuk lain jugadllarang dllakukan terhadap mereka.^

Kedua, golongan laki-lakl dewasa. Parafuqaha berbeda pendapat tentang bagaimanamemperlakukan mereka, apakah harusdibunuh atau di tawan. Terhadap golonganini, Al Jaziriy menjelaskan bahwa para ulamamembolehkan mereka untuk dibunuh, ditawanseterusnya, dibebaskan, ataupun dijadikanbudak. Hal ini tergantung pada situasi dankondisi yang ada.^

- Sulaiman Rasjid dalam Fiqih Islam jugamenjelaskan bahwa tawanan perang secarateoritis terbagi menjadi dua macam. Pertama,tawanan perempuan dan anak-anak. Merekatidak boleh dihukum berat (mati) berdasarkanlarangan nabi. Sebaiknya mereka ditukar dengantawanan musuh, dilepaskan, atau dijadikanbudak. Dalam sebuah hadits disebutkan; Dari

Ibnu Umar." Sesungguhnya Nabi telahmemeriksa pada salah satu peperangannya.Beliau mendapati seorang perempuanterbunuh. Maka beliau tidak membenarkan

membunuh perempuan dan anak-anak" (HP.Bukhari dan Muslim). Kedua, tawanan laki-

^ Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2001, hlm.462-463M. AbuZahroh. Op. Cit., him. 150

3® M. Ali Ashobuny, Rowaa'i'alBayaan: TafsiiruAyaatalAhkam min alQur'an, JuzII, Maktabah 'Ashriyyah,Beirut, 2003, him. 422.Lihat jugaAhkam al Qur'an 11 Imam alJashos. Juz. Ill, him. 391

3^ Lihat TafsirRuhulMa'ani 11 alAlusi.Juz. XXVI, him. 40

laki dewasa. Hukuman yang ditimpakan terhadapmereka diserahkan kepada imam atau panglimaumum. Keduanya berhak mempertimbangkanmana yang lebih maslahat bagi Islam di antaraempat janis hukuman, yaitu: (a) dihukum berat(mati), (b) dibebaskan, (c) ditukar dengantawanan musuh (orang Islam yang ditawanmusuh, atau dengan harta benda umat Islamyang jatuh ke tangan musuh), atau (d) dijadikanhamba sahaya, jika yang demikian itudianggap lebih maslahat terhadap Islam.^®

Muhammad Abu Zahroh berpendapatbahwa bagi tawanan laki-laki dewasa hanyaberlaku ketentuan Al Qur'an yang memerintah-kan kepada panglima atau penguasa {waliyulamn) supaya memilih satu dari dua saja, yaitumeminta tebusan diri mereka, atau dengansegala ramah hat! membebaskan mereka.Tebusan ini boleh diganti dengan pertukarantawanan. Jika tawanan yang bersangkutanmiskin, atau untuk kepentingan Islam lebihbaik dibebaskan maka sebaiknya merekasegera dibebaskan dengan lemah-lembut danpenuh pemaafan karenadalam halini ada nilaida'wah."

Sedikit berbedadengan Muhammad AbuZahroh, Muhammad Ali Ashobuny menjelaskanbahwa para fuqaha bersepakat atas bolehnyamembunuh tawanan, bahkan Imam Al Jashoshberpendapat bahwa hal Ini telah menjadi ijma'dan bersandar pada hadits-hadits mutawatirdan praktik dari rasulullah sendiri. DIantaratawanan yangtelah dibunuh antaralain 'Uqbahbin Abi Mu'aith dan Nadhir bin Harits yangdibunuh setelahtertawan dalam perangBadar.

186 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL. 12 SEPTEMBER 2005:174 - 192

Page 14: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

Hamda.Konsep Perlindungan Tawanan Perang

Rosululloh juga memerintahkan untukmembunuh Halal bin Khothol, Abdullah bin AbiSarh dan Maqis bin Hababah pada waktu FathulMakah. Rasulullah juga memerintahkan untukmembunuh semua laki-laki dewasa dari ban!

Quroidhoh berdasarkan keputusan Sa'ad binMu'adz, salah seorang sahabat yang jugaberasal dari bani Quroidhoh, yang mereka pilihsebagai hakim setelah mereka menghianatiperjajian dengan umat Islam di Madinah.^^

Ketika hendak membunuh tawanan ada

beberapa persyaratan yang harus dlpenuhi. AlAlusI mengharuskan adanya persetujuan atauperintah dari imam atau pimpinan tertinggiataupanglima perang. Jadiseorang tentaratidakboleh dengan kehendak dirinya sendirimembunuh tawanan tanpa perintah daripimpinan tertinggi atau panglima perang.Kemudian jika la masuk Islam setelah tertawanmaka tawanan tersebut boleh dijadikan budak.Sedangkan jika orang tersebut teiah masuk Islam sebelum tertangkap maka secara otomatisdia merdeka.®®

Muhammad Abu Zahroh berpendapatbahwa seiain dari dua penyeiesaian di atas,yaitu meminta tebusan atau membebaskantawanan, Islam tidak menentukan yang lain.Bahkan perbudakan yang terjadi di masa laiubukan merupaka efek dari ajaran Islam. AlQur'an sendiri tidak memberlkan Izin untuk

memperbudak orang yang merdeka. Nabisendiri tidak pernah menjadikan seseorang

^ M.AbuZahroh. Op. Cii, him. 15139 Ibid

^ Wahbah alZuhaily, UshulAI FiqhAI Islami, alThab'ah alSaniyah, al Mathba'ah al 'Ilmiyah, Damsyiq,1969, him 498. Lihat jugaH. Muhammad Hasyim, Konsep Hukum Humaniterlnternaslonaidaiam PerspektifHukum Islam, Makalah disampalkan pada BasicCourseInternational Humanitan'an Lawand Human Righttanggal 1-5Maret 2004. diHotel Barito Banjarmasin, kerja sama Fakultas Syariah IAIN Antasari Banjarmasindengan ICRC.

LihatAI Qur'an danTerjemahnya QS.AIMaldah{5):32

yang merdeka menjadi budak, tetapl malahsebaliknya.^®

TImbui pertanyaan kenapa terdapatperbudakan dalam Islam dan kenapa terdapatbudak-budak dl zaman Nabi dan zamam

sahabat. Jawabnya adalah tidak terdapat dl dalamAl Qur'an suatu ayatatau nashyang melarangnyameskipun Al Qur'an condong kepada pelarang-annya. Maka dalam soal ini terjadilah kebijak-sanaan atas dasar perlakuan yang sama. Bilamusuh memperbudak tawanan dari kaummusllm, maka tawanan dari pihak merekapunakan dijadikan budak juga oleh umat Islam.Begitu juga sebaliknya, jika musuh tidakmemperbudak tawanan dari kaum musllm makaorang-orang Islam dilarang memperbudaktawanan yang mereka miliki.'*^Dengan demikian,tawanan perang di dalam Islam (fiqih) diperlaku-kan dengan sangat manusiawi. Kehormatan danmartabat pribadinya pun juga dijamin dalampenjagaan. Hal inl disebabkan karena padadasarnya perlakuan yang diberikan kepadamereka harus sejalan dengan prinsip kemas-lahatan.

Perbandingan Antara Konsep Perlindungan Tawanan Perang Menurut HukumHumaniter Internasionai dan Hukum Islam

Wahbah Zuhaily menjelaskan bahwa tujuandari Hukum Islam sebagaimana terangkumdalam maqasid asy syari'ah al khamsah yaitu:

187

Page 15: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

(a) Hifz al din: perlindungan terhadap hak dankewajiban beragama masyarakat, (b) Hifzalnafs:perlindungan terhadap kelangsungan hidupmanusia, (c) HifzalaqI: perlindungan terhadappotensi kecerdasan jiwa masyarakat, (d) Hifzal nasi: perlindungan terhadap keutuhanikatan perkawinan guna persambungan yangabadi antar generasi. (e) Hifz al mal: perlindungan terhadap hak-hak kepemllikan/^

Nilai-nilai kemanusiaan {al insaniyah)yang terangkum dalam maqasid asy syaii'ahal khamsah (lima dasar tujuan Hukum Islam)yang dipandang sebagai tujuan dan clta-citauniversal dalam agama Islam tidak adasatupun yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dan tujuan Hukum HumaniterInternasional. Bahkan kelima dasar tujuanHukum Islam tersebut juga merupakan nilai-nilai humanitarian (a/ insaniyah} yang jugamendapatkan perlindungan dari sistemhukum manapun. Dari kelima nilai-nilai humanitarian yang juga sekaligus merupakanmaqasid asysyariah di atas, yang menjadi titiktekan dalam pengaturan terhadap tawananperang adalah prinsip hifzannafs (pemeliharaaniiwa). Balk Hukum Humaniter Internasionalmaupun Hukum Islam, keduanya memberikaanpenghormatan yang tinggi terhadap hak dankemerdekaan seseorang untuk hidup.

Dengan memahami dan menganalisisayat-ayat Al Qur'an yang berblcara tentangtawanan dapat diketahui bahwaternyata nilai-nilai Islam yang mengatur tentang perlindungantawanan perang memiliki banyak kesamaandansejalan dengan aturan-aturan yang terdapatdalam Hukum Humaniter Internasional,

khususnya Konvensi Jenewa III tahun 1949 danProtokolTambahan Itahun 1977. Allah berfirman

dalam Al Qur'an suratAl Maidah ayat 32;"^Artinya: "Karena itu kami tetapkan bagi BaniIsrail, siapapun yang membunuh orangtanpaalasanatau merusak dibumi seolah-olah ia membunuh manusia seluruhnya.Dan siapa yangmenyelamatkan seseorangseakan-akan ia telah menyelamatkanseluruh manusia..."

Ayat ini menunjukkan bahwa padadasamyaIslam mengajarkan umatnya untuk menghargaidan menghormati hak hidup seseorang.Penghormatan terhadap hak hidup ini tidak hanyaberlaku pada saat damai saja, tetapi dalamkondisi perang pun harus tetap ditegakkan. Allahberfirman dalam suratAl Baqarah ayat 190:*^

Artinya; "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)janganlah kamu melampaui batas, karenasesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."Ayat ini mengandung maksud bahwa

meskipun dalam kondisi perang, umat Islamtidak boleh mempeiiakukan musuh dantawanandengan tidak manusiawi. Penyiksaan maupunpelanggaran terhadap kehormatan sangat tidaksejalan dengan jiwa ayat ini. Yang dimaksuddengan "melampaui batas" dalam ayat inimenurut Imam Ibnu Katsir adalah melakukan hal-

hal yang dllarang, seperti memotong-motongmayat, menjarah, membunuh wanlta dan anak-anak yang teilawan, menganiaya dan membunuh orang-orang tua yang tertangkap, sertamelakukan tindakan-tindakan yang tidak manusiawi terhadap mereka."®

LIhatAI Qur'andanTerjemahnya QS.AIBaqarah(2):190^SayyidQuthub, FiZhilaali!Qur'an;TafsirdiBamhNaunganAIQur'an,.iuzKe6ua, Bina llmu, Jakarta, him. 160." LIhatAI Qur'andan Terjemahnya Q.S.Al Insan (76): 8-9^ Lihat Pasal 18 Geneva Conventioan relative to the Treatment of Prisoners of War 1949

188 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL 12 SEPTEMBER 2005:174 - 192

Page 16: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

Hamda.Konsep Perlindungan Tawanan Perang...

Untuk lebih memperjelas adanyakesesuaian dan persamaan prinsip antaraHukum Humaniter dan Hukum Islam dapatdilihat dalam firman Allah:^®

"Dan mereka memberikan makanan yangdisukainya kepada orang miskin, anakyatim, dan orang-orang yang di tawan.Sesungguh-nya kami memberikanmakanan kepada kamu hanyalah untukmengharap keridloan Allah, kami tidakmenghendaki balasan dari kamudan tidakpula (ucapan) terlma kasih."Ayat in! menerangkan bahwa syari'at Islam

mengharuskan umatnya untuk memperiakukanparatawanan dengan balk. Bahkan umat islamsecara implisit diharuskan untuk memberikanpersediaan makanan yang cukup dan pantas.Ketentuan in! tentunya memlliki kesesuaindengan ketentuan hukum humaniter terutamaPasal18 Konvensi Jenewa III tahun1949 yangmenyebutkan bahwa barang-barang untukkeperluan pribadi harus tetap dimiliki tawanantermasuk pakaian dan makanan/' Ketentuandalam suratAl Insaan ayat8 dan 9 di atas jugasesuai dengan ketentuan pasal 20 KonvensiJenewa III tahun 1949 yang menyebutkanbahwa dalam hal evakuasi tawanan harus

diselenggarakan dengan perikemanuslaan.Negara/plhak penahan harus memberimakanan dan air yang dapat dimlnum cukup,serta pakaian dan pemeliharaan kesehatan yang

diperlukan serta segala tindakan pencegahanyang wajar untuk menjamin kesehatan selamaevakuasi.

Ketentuan tentang perlakuan terhadaptawanan perang dalam islam pada prinsipnyasejalan dengan Konvensi Jenewa III 1949 danProtokol Tambahan 11977 yang secara garlsbesar berisi sebagal berikut/^a) Menjamin penghormatan; artinya para

tawanan perang harus diperlakukansecara manuslawi,

b) Menjamin perlindungan; artinya merekaharus dllindungi dari ketidakadilan danbahaya yang mungkin timbul dari suatiipeperangan, dan terhadap kemungklnanatas perkosaan integritas kepribadianmereka. Harus ada tindakan-tindakan

yang perlu untuk menjamin hal ini.c) Memberikan perawatan kesehatan; artinya

mereka berhak atas perawatan kesehatanyang setara dan tidak boleh diabaikan,walaupun la pihak musuh.Di samping persamaan di atas, nilai-nilai

dasar dari Hukum Islam yang mengatur tentangtawanan perang juga memiliki kesamaan denganprinsip dasar Hukum Humaniter Internasional.Prinsip pengaturan tawanan perang yang tersiratdalam surat Ai Baqarah ayat 190 sejalan dengantiga prinsip dasar dalam Hukum HumaniterInternasional. Arti dari ayat tersebut adalah/®

"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang

^ Hans PeterGasser, International Humanitarian Law, An Introduction, SeparatePrint from Hans Haug,Humanity for All, international RedCross andRedCrescent Movement, Henry Dunant Institute, Berne Stuttgart,PaulHauptPublisher, Vienna, 1993,him 29-30

" Lihat Terjemahan Q.S. Al Baqarah (2): 190^ Lina Hastuti, ArtiRenting Penyebarluasan Hukum Humaniter Internasional, Dalam Jurnal Yuridika, Vol.

15, No.3,EdlsiMei2000, FHAirlangga, Surabaya, 2000, him. 238H. Muhammad Hasyim, Konsep Hukum Humaniterlntemasionaldalam PerspektifHukum Islam, Makalah

disampaikan padaBasic Course International Humanitarian LawandHuman R/g/iftanggai 1-5 Maret 2004. diHotel Barito Banjarmasin, kerja sama Fakultas Syariah IAIN Antasari Banjarmasin dengan ICRC, Him 7

189

Page 17: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

yang memerangi kamu, (tetapi) janganlahkamu melampaui batas, karenasesungguh-nya Allah tidak menyukal orang-orang yangmelampaui batas."Jika dikaji secara mendalam melalui

kitab-kitab tafsir klasik maka akan didapatsuatu simpuian bahwa ayat 190 ini senafasdengan prinsip-prinsip Hukum HumaniterInternasional sebagai berikut:^"a. Prinsip Pembatasan {limitation principle)

Maksud prinsip ini adalah haksetiappihakyang terlibat dalam konflik untuk menentukansenjata yang akan digunakan adalahterbatas, tidak boleh secara sembaranganyang bisa menimbulkan kerusakan yangtidak perlu.

b. Prinsip Proporsionalitas (proporsionalprinciple)Lina Hastuti menerangkan bahwamaksuddari prinsip ini adalah bahwa jumlahkekuatan danpersenjataan yang digunakan•dalam perang haruslah seimbang denganmusuh yang dihadapi sehingga dapatmenghindari jatuhnya korban penduduksipil yang tidak perlu.

r. Prinsip Pembedaan {distinction principle)Inti dari prinsip pembedaan ini adalahadanyapembedaanantara penduduk sipii{civilian) dengan peserta tempur {combatant) dan pembedaan antara objek sipildengan objek militer. Pembedaan ini sangatdiperlukan dalam rangka menghindarikoiban yangtidak perlu.Selain persamaan-persamaan tersebut,

hukum Humaniter Internasional dan Hukum

Islam secara historis memiliki titik temu. Pirzada

sebagaimana dikutip dalam Ensiklopedi HukumIslam menyatakan adanya keterkaitan yang tidakterpisahkan persambungan dinamika hukumsecara internasional. la menjelaskan bahwa alqanun al dualy yang diteladani dari NabiMuhammad memberikan pengaruh yangsangat besarpada ahli-ahli Hukum InternasionalEropa seperti Pierro Bello, Victoria, danAlbericoGentili (1552-1608) dalam merumuskanhubungan internasional. Dasar-dasar hubunganinternasional ini mereka pelajari dari Spanyol,pusat peradaban Islam abad ke-8 sampai abadke-15, dan mereka kembangkan dl Eropa.Hugo Grotius (1583-1645) sendiri yangdianggap sebagai Bapak Hukum Internasionalmengakui besarnya pengaruh Islam dalampenulisan De Jure Belli ac Pac/s.®'Denganadanya titik temu antara Hukum Intemasionaldengan Hukum Islam maka wajar jika HukumHumaniter Internasional, khususnya yangmengatur tentang tawanan perang, memilikiprinsip dan nilai yang sejalan dan senafas denganprinsip-prinsip dan nilai-nilai pengaturan tawananperang dalam Islam.

Di samping beberapa persesuaian dantitiktemu di atas, sebenamya konsep perlindungantawanan perang dalam Hukum HumaniterIntemasional dan Hukum Islam juga memilikibanyak perbedaan. Namun perbedaan yang adatidak terjadi pada level prinsip dan asas dasarkeduanya. Kebanyakan perbedaan terjadi padahal-hal teknis, seperti masalah penggolongantawanan, jenis sanksi, kodifikasi, dan semacam-nya. Hal ini terjadi karena Hukum Humaniter

H. Muhammad Hasyim, Op.Cit., him 7H. Muhammad Hasyim, Konsep Hukum HumaniterIntemasionaldalam PerspektifHukum Islam, Makalah

disampaikan pada BasicCourseInternational Humanitarian Law andHuman fl/p/?/tanggal 1-5 Maret 2004. diHotel Barito Banjarmasin, kerja sama Fakultas Syariah IAIN Antasari Banjarmasin denganICRC, Him 7

190 JURNAL HUKUM. NO. 30 VOL 12 SEPTEMBER 2005:174 - 192

Page 18: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

Hamda.Konsep Perlindungan Tawanan Perang...

Internaslonal teiah memberikan pengaturantentang tawanan secaralebih rinci danterkodifi-kasi, Sedangkan pengaturan tawanan perangdalam Hukum Islam berslfat global, abstrak danmemerlukan penafslran lebih lanjut. HukumIslam secara khusus tidak menjangkauselengkap Hukum Humaniter Internaslonal,kecuall pada sisi menentukan prinsip-prinslpsertakaldah-kaldah yang maslh berslfat umum{kully). Meskipun demlkian, Islam memberikanpeluang Ijtlhad dengan membuat kesepakatan-kesepakatan internal suatubangsadan negara,kesepakatan antar negara pada tlngkat bilateral, regional multilateral dan atau internaslonal karena pada asasnya dalam konteksmuamalah segala sesuatu hukumnya boleh,kecuall jlka ada dalll yang melarang (a/ ashlufi af asyya' al ibahahhatta yadullu ad daiif 'alataahrimih}.^^

Simpulan

Berdasarkan uraian di atas dapatdisimpulkan bahwa, pengaturan terhadaptawanan perang Menurut.Hukum HumaniterInternaslonal dan Hukum Islam apabila dlkompa-rasikan memlliki persamaan dan titik temu sebagalberikut: Pertama, Ketentuan tentang tawananperang dalam Hukum Islam sejalan denganKonvensi Jenewa 111 1949 dan Protokol

Tambahan 11977 yang secaragaris besarberisitentang jaminan penghormatan, jaminanperlindungan terhadap tawanan, dan jaminanperawatan kesehatan terhadap tawanan.Kedua, prinslp pengaturan terhadap tawananperangdalam Al Qur'an, terutama dalam suratAl Baqarah ayat190sejalandengantiga prinslpdasar dalam Hukum Humaniter Internaslonal

" H. Muhammad Hasyim, Op. Cit., him 7

yaitu; Prinslp pembatasan [limitation principle),prinslp proporsionalitas (proporsional principle), dan prinslp pembedaan [distinction principle). Ketiga, Hukum Humaniter Internaslonaldan Hukum Islam memlliki titik temu dimana

al qanun a! dauli yang diteladani dari praktikhubungan antar negar yang dilakukan oleh NabiMuhammad dan para sahabat memllikipengaruh yang sangat besar pada ahli-ahliHukum Internasional dari Eropa. Pada kenyata-annya banyak ahli-ahli Hukum Intemaslonal dariEropa mempelajari dasar-dasar hubunganintemaslonal dari Spanyol, pusat peradaban Islam abad ke-8 sampal abad ke-15.

DI samping beberapa persesualan dantitik temu di atas, sebenamya konsep perlindungantawanan perang dalam Hukum Humaniterintemaslonal dan Hukum Islam juga memllikibanyak perbedaan. Namun perbedaan yang'adatidak terjadi pada level prinsip dan asas dasarkeduanya. Kebanyakan perbedaan terjadipada hal-hal teknis, seperti masalah peng-golongan tawanan, jenls sanksi, kodifikasl, dansemacamnya.

Daftar Pustaka

Abdul Baqiy. 1990. AlJihaduSabiluna. Beirut:Mu'asasatu Ar Risalah

Abu Bakar Jabir Al Jazlriy. 2003. EnsikiopediMuslim Minhajui Muslim.. Jakarta:DarulKafah

Al Alusi, TafsirHuhui Ma'ani, Juz. XXVIAltaf Gauhar. 1982. Tantangan Islam, Alih

Bahasa: Anas Mahyudin, PUSTAKA,Perpustakaan Salman ITB, Bandung.

Arlina Permanasari, dkk. 1999. Pengantar HukumHumaniter. Jakarta: International Commlt-

191

Page 19: Konsep Perlindungan Tawanan Perang

tee ofTheRed Cross (ICRC).Farah Malekian. 1994. TheConcept ofIslamic

Interbational Criminal Law; AComparative Study. Lodon: Kluwer AcademicPublishers Group.

Hans Peter Gasser. 1993. International Hu

manitarian Law. An Introduction. Separate Print from Hans Haug, HumanityforAll, International Red Cross and RedCrescent Movement, Henry Dunant Institute, Berne Stuttgart, Vienna: PaulHaupt Publisher.

Haryomataram, 1984. Hukum Humaniter.Rajawali. Jakarta.

Imam al Jashos, TafsirAhkam al Qur'ani. JuzIII.

J. G. Starke.1989. Introduction to International

Law. Tenth Edition. Butterwoth.

L Amin Widodo. 1994. Fiqih Slyasah dalamHubungan Internasional. Yogyakarta;Tiara Wacana.

Majid Khadduri. 1941. The Law of War andPeace in Islam. Baltimore, Maryland,London: The Johns Hopkins UniversityPress.

M. Abu Zahrah. 1973. Al 'Alaaqatu ad Dauliyahfi al Islam. Alih Bahasa Muhammad

Zein Hasan. Jakarta: Bulan Bintang.M. Ali Ashobuny. 2003. Rowaa'i' al Bayaan:

Tafsiim Ayaat al Ahkam min al Qur'an.Juz II,, Beirut: Maktabah 'Ashriyyah.

Sulalman Rasjid. 2001. FiqIh Islam. Bandung:Sinar Baru Algensindo.

Sayyid Quthub. FiZhllaalil Qur'an. Juz II.Wahbah al Zuhaily. 1969. Ushul al Fiqh al

Islaml. Damsyiq: al Mathba'ah al'llmlyah, al Thab'ah al Saniyah.

H. Muhammad Hasyim. 2004. Konsep HukumHumaniter Internasional dalam Per-

spektif Hukum Islam, Makalah disampai-kan pada BasicCourse Intematlonal Humanitarian LawandHuman %/jftanggal1-5 Maret 2004 di Hotel Barito Banjar-masin, kerja sama Fakultas Syariah IAINAntasari Banjarmasin dengan ICRC.

Una Hastuti. 2000. Arti Penting PenyebarluasanHukum Humaniter Internasional.

Makalah dalam Jurnal Yuridika.

Surabaya: FH Airlangga.Rina Rusman. 2004. BeberapaPerkembangan

Hukum Humaniter Internasional.

Makalah disampaikan dalam KursusDasar HHI dan HAM untuk Dosen

Perguruan Tinggi Negeri dan Swrastayang diselenggarakan di Banjarmasinatas kerja samaantara Fakultas Syari'ahIAIN Antasari dan ICRC Delegasi Jakarta.

Geneva Convention (III) Relative to the Treatment of Prisoners of War; August 12,1949.

Protocol Additional to the Geneva Conventions

of 12 August 1949, and, relating to theProtection of Victims of International

Armed Conflicts (Protocol 1) Adoptedon8 June 1977bythe Diplomatic Conference on the Reaffirmation and De

velopment of International Humanitarian Law applicable In ArmnedConflictsenxtry Into force 7 December1979, in accordance with Article 95.

192 JURNAL HUKUfUJ. NO. 30 VOL 12SEPTEf\JIBER2005:174 - 192