konsep pendidikan

5
KONSEP PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD ABDUH MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam Yang Dibina Oleh Bapak SISWANTO, M.PdI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN 2009 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang semata-mata karena limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menjalankan aktivitas dan rutinitas sehari-hari dengan penuh kesabaran. Dan dengan limpahan rahmat-Nya pula kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang membahas tentang Konsep Pendidikan Dalam Perspektif Muhammad Abduh. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Siswanto, M.PdI. selaku dosen pembimbing mata kuliah tersebut. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran kami terima dengan senang hati, demi kesempurnaan makalah ini. Pepatah mengatakan “Tiada Gading Yang Tak Retak”. Akhirnya prakata dari kami (penyusun) : “Mari kita adobsi hasil-hasil pemikiran modern, tapi ingat kita selalu dituntut oleh perkembangan zaman yang mengharuskan kita untuk berfikir lebih maju”. Pamekasan, 12 April 2009 Penyusun MOHAMMAD LUKMAN BAB I PENDAHULUAN

Upload: azis-elfaqih

Post on 24-Jun-2015

61 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP PENDIDIKAN

KONSEP PENDIDIKAN

DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD ABDUH

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Yang Dibina Oleh Bapak SISWANTO, M.PdI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

PAMEKASAN

2009

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang semata-mata karena limpahan

rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menjalankan

aktivitas dan rutinitas sehari-hari dengan penuh kesabaran. Dan dengan

limpahan rahmat-Nya pula kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat

Pendidikan Islam yang membahas tentang Konsep Pendidikan Dalam

Perspektif Muhammad Abduh. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada

Bapak Siswanto, M.PdI. selaku dosen pembimbing mata kuliah tersebut.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

kritik dan saran kami terima dengan senang hati, demi kesempurnaan

makalah ini. Pepatah mengatakan “Tiada Gading Yang Tak Retak”.

Akhirnya prakata dari kami (penyusun) :

“Mari kita adobsi hasil-hasil pemikiran modern, tapi ingat kita selalu

dituntut oleh perkembangan zaman yang mengharuskan kita untuk

berfikir lebih maju”.

Pamekasan, 12 April 2009

Penyusun

MOHAMMAD LUKMAN

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Muhammad abduh adalah tokoh muslim yang sangat da kenal oleh

pelajar /mahasiswa islam. Beliau di kenal dengan sosok seorang pemikir

yang professional terutama dalam dunia pendidikan.

Page 2: KONSEP PENDIDIKAN

Konsep pendidikan Muhammad Abduh ialah konsep pendidikan yang lebih

di latar belakangi faktor situasi sosial ke agamaan dan situasi pendidikan

islam yang sedang mengalami kemunduran baik di bidang ilmu

pengetahuan dan bidang ke agamaan.

Konsep pendidikan sampai dewasa ini nampaknya belum menghasilkan

suatu perumusan yang mantap. Hal ini benar, dan kenyataan tersebut

disebabkan bukan saja oleh kompleksnya masalah pendidikan, melainkan

juga karena dunia pendidikan juga dituntut terus untuk memberikan

jawaban baru yang relevan terhadap perubahan sosial yang bergerak

begitu cepat. Untuk lebih memahami tentang konsep pendidikan

Muhammad Abduh di bawah ini akan di urai dalam pembahasan tersebut.

_______________________________________________________

BAB II

PEMBAHASAN

Pembahasan konsep pendidikan sampai dewasa ini nampaknya belum

menghasilkan suatu perumusan yang mantap. Hal ini benar, dan

kenyataan tersebut disebabkan bukan saja oleh kompleksnya masalah

pendidikan, melainkan juga karena dunia pendidikan juga dituntut terus

untuk memberikan jawaban baru yang relevan terhadap perubahan sosial

yang bergerak begitu cepat.

Sementara apresiasi pemikiran Islam, setidak-tidaknya sampai saat ini

ternyata masih banyak ditandai oleh dikotomi pemikiran antara warna

Barat dan Timur Tengah. Kondisi ini, kemudian menjadi potensi pemicu

‘perseteruan’ yang hebat di kalangan pemikir Islam. Hal semacam itu

sesungguhnya menjadi sah-sah saja, bila itu dijadikan sebagai wahana

dinamisasi pemikiran Islam. Tetapi menjadi terlalu naif bila ternyata yang

nampak adalah proses pengkafiran satu sama lain.

Perseteruan semacam ini sangatlah merugikan, sebab sikap tersebut

mempertentangkan secara dikotomik terhadap tradisi dan modernisasi.

Semata-mata mengandalkan pada adekuasi tradisi, akan menjadikan

umat Islam terperangkap pada sikap tradisionalisme, yang akan

mengisolasi umat Islam dari proses dinamika zaman. Lebih dari itu, sikap

yang demikian akan menjadikan Islam kehilangan elan vitalnya dalam

berdialektika dengan perkembangan eksternal. Sebaliknya, sikap

berlebihan dalam menerima modernisasi akan mengakibatkan umat Islam

tercerabut dari akar tradisinya.

Page 3: KONSEP PENDIDIKAN

Misalnya, membagi pengetahuan ke dalam pengetahuan yang filosofis-

intelektual dan pengetahuan yang diturunkan. Walaupun pembagian ini

tidak lantas harus dipahami sebagai fragmentasi atau keterpecahan

pengetahuan, akan tetapi dalam kenyataannya, pembagian tersebut telah

menciptakan polarisasi pemikiran ke dalam dua arus pemikiran besar

(mainstream) yang saling kontradiktif, yakni agamis dan sekular.

Dalam perkembangannya, pendidikan Islam telah melahirkan dua pola

pemikiran yang kontradiktif. Keduanya mengambil bentuk yang berbeda,

baik pada aspek materi, sistem pendekatan, atau dalam bentuk

kelembagaan sekalipun, sebagai akumulasi dari respon sejarah pemikiran

manusia dari masa ke masa terhadap adanya kebutuhan akan

pendidikan. Dua model bentuk yang dimaksud adalah pendidikan Islam

yang bercorak tradisionalis dan pendidikan Islam yang bercorak modernis.

Pendidikan Islam yang bercorak tradisionalis dalam perkembangannya

lebih menekankan pada aspek doktriner normatif yang cenderung

eksklusif-literalis, apologetis. Sementara pendidikan Islam modernis,

lama-kelamaan ditengarai mulai kehilangan ruh-ruh mendasarnya.

Tentu saja semua faktor kelemahan tradisi ilmiah di kalangan Muslim

tidak tampil secara merata pada semua periode pemikiran dan kelompok

ilmuwan. Namun, pada umumnya bebannya masih sangat terasa dewasa

ini. Jika ini terjadi, secara teoretis, pendidikan Islam tidak akan pernah

mampu memberikan jawaban terhadap tuntutan liberasi, dan humanisasi.

Berangkat dari persoalan tersebut di atas, M. Abduh mengkaji lebih jauh

pemikiran tentang pendidikan Islam yang mewakili kelompok modernis-

rasionalis. Atau dengan kata lain, kajian tentang pemikiran pendidikan

Islam M. Abduh berada pada wilayah historisitas-empiris yang responsif

terhadap adanya perubahan. Dengan demikian, rekonseptualisasi atau

bahkan dekonstruksi harus dilakukan terhadap warisan pendidikan Islam

yang ada. Di samping juga melakukan upaya-upaya pembaharuan dengan

tujuan optimalisasi fungsi pendidikan Islam dalam menghadapi berbagai

perubahan dan tantangan mendepan.

konsep pendidikan Muhammad Abduh, yaitu munculnya konsep

pendidikan lebih dilatarbelakangi faktor situasi sosial keagamaan dan

situasi pendidikan Islam yang sedang mengalami kemunduran, baik di

bidang ilmu pengetahuan dan di bidang keagamaan.

Di samping itu perlunya mempelajari ilmu-ilmu agama di samping ilmu-

Page 4: KONSEP PENDIDIKAN

ilmu yang datang dari Barat dalam lembaga pendidikan formal. Adapun

yang lain adalah menekankan tumbuhnya pribadi yang ideal, yang

memiliki ilmu pengetahuan yang seimbang antara ilmu-ilmu agama

dengan ilmu-ilmu yang bersifat umum (datang dari Barat).

_____________________________________________________

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Konsep pendidikan Muhammad Abduh ditelaah dari faktor-faktor

pendidikan menunjukkan adanya relevansinya dengan Sistem Pendidikan

Nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,

terutama pada tujuan pendidikan Nasional, yaitu mencerdaskan

kehidupan bangsa serta membentuk peserta didik yang memiliki iman

dan takwa serta masih ada yang relevan pada bab yang lain yang

dijabarkan pada pasal-pasal di dalam undang-undang tersebut.

Berangkat dari persoalan tersebut di atas, M. Abduh mengkaji lebih jauh

pemikiran tentang pendidikan Islam yang mewakili kelompok modernis-

rasionalis. Atau dengan kata lain, kajian tentang pemikiran pendidikan

Islam M. Abduh berada pada wilayah historisitas-empiris yang responsif

terhadap adanya perubahan. Dengan demikian, rekonseptualisasi atau

bahkan dekonstruksi harus dilakukan terhadap warisan pendidikan Islam

yang ada. Di samping juga melakukan upaya-upaya pembaharuan dengan

tujuan optimalisasi fungsi pendidikan Islam dalam menghadapi berbagai

perubahan dan tantangan mendepan.

_____________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam (Jakarta :

Rahagrafondo Persada, 2001).

http://digilib.umg.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jipptumg--

azirotussa-39

http://www.msi_uii.net/baca.asp?

katagori=rubrik&menu=TPI&baca=artikel&id=73