konsep keterbagian pada ideal dalam ring ℤ[] dan ...digilib.unila.ac.id/24606/3/skripsi tanpa bab...

54
KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[ ] DAN APLIKASINYA UNTUK PENYELESAIAN PERSAMAAN DIOPHANTINE NON LINEAR (Skripsi) Oleh KARINA SYLFIA DEWI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: nguyenkhue

Post on 02-Mar-2019

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[ ] DANAPLIKASINYA UNTUK PENYELESAIAN PERSAMAAN

DIOPHANTINE NON LINEAR

(Skripsi)

Oleh

KARINA SYLFIA DEWI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

Page 2: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

ABSTRAK

Persamaan Diophantine adalah persamaan polinomial atas bilangan bulat dalam n

variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine berbentuk f(x1, x2,

. . . , xn) = 0 dengan f adalah fungsi n variabel dengan n ≥ 2. Ada 3 masalah

dasar yang diperhatikan dalam persamaan Diophantine: apakah persamaan

Diophantine mempunyai penyelesaian, penyelesaiannya hingga, atau

penyelesaiannya tak hingga. Jika mempunyai penyelesaian, maka tentukan semua

penyelesaiannya. Mencari penyelesaian persamaan Diophantine lebih sulit

daripada menentukan apakah penyelesaiannya ada atau tidak. Beberapa metode

penyelesaian persamaan Diophantine dasar antara lain: dekomposisi, aritmatika

modulo, matematika induksi dan metode Fermat tak hingga. Metode dalam

penelitian ini adalah metode ring ℤ[ ] dengan memperhatikan konsep

keterbagian, keprimaan serta faktorisasi pada bilangan bulat ℤ[ ].Kata Kunci: Persamaan Diophantine, norm, prima, ring bilangan bulat Gaussian

dalam ℤ[ ]

Page 3: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

ABSTRACT

A Diophantine equation is a polynomial equation over ℤ in n variables in which

we look for integer solutions. In what follows, we call a Diophantine equation an

equation of the form f(x1, x2, . . . , xn) = 0 where f is an n-variable function with n

≥ 2. Concerning a Diophantine equation three basic problems arise: Is the

equation solvable, the solvable solutions is finite, or the solvable solutions is

infinite. If it is solvable, so determine all of its solutions. It is easier to show that

a Diophantine Equations has no solutions than it is to solve an equations with a

solution. Elementary methods in solving Diophantine equations, such as:

decomposition, modular arithmetic, mathematical induction, and Fermat’s infinite

descent. Some advanced methods for solving Diophantine equations involving

Gaussian integers, quadratic rings, divisors of certain forms, and quadratic

reciprocity.

Keyword : Diophantine equation, norm, prima, ring of Gaussian integer in ℤ[ ].

Page 4: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[ ] DANAPLIKASINYA UNTUK PENYELESAIAN PERSAMAAN

DIOPHANTINE NON LINEAR

Oleh

KARINA SYLFIA DEWI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

Page 5: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

i

Page 6: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

ii

Page 7: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

iii

Page 8: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 01 Januari 1996, sebagai anak

kedua dari tiga bersaudara, putri dari pasangan Bapak Ir. Zulfikar Passa dan Ibu

Sitiyana, S.Pd.

Pendidikan Taman Kanak – Kanak (TK) Pertiwi Metro pada tahun 2001,

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Pertiwi Teladan Metro pada tahun 2007, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Metro pada tahun 2010, Sekolah Menengah

Atas (SMA) Negeri 1 Metro pada tahun 2013.

Tahun 2013 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Matematika, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui Jalur

SNMPTN (undangan). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah bergabung di

Himpunan Mahasiswa Jurusan Matematika (HIMATIKA) yang diamanahkan

menjadi anggota Bidang Kaderisasi dan Kepemimpinan periode 2014-2015 dan

dilanjutkan menjadi Sekretaris Biro Dana dan Usaha (Danus) periode 2015-2016.

Selain itu penulis juga pernah bergabung di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

FMIPA yang diamanahkan menjadi anggota Departemen Advokasi dan

Kesejahteraan Mahasiswa (Adkesma) periode 2014-2015. Pada awal tahun 2016

penulis melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Biro Administrasi Pembangunan

Kantor Gubernur Provinsi Lampung. Pada bulan Juli hingga Agustus 2016 penulis

melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan bergabung pada KKN Kebangsaan

2016 di Kepulauan Riau.

Page 9: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

KATA INSPIRASI

“Setiap fase memiliki pelajarannya masing-masing, yang kita

perlukan hanya sabar dan syukur di setiap fasenya”

(Kurniawan Gunadi)

Page 10: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecilku ini dengan ketulusan cinta dan segala kerendahan

hati kepada :

Bapak dan Ibu tercinta yang dengan segala cinta, doa, dorongan semangat, dan

pengorbanan untukku dalam menyelesaikan skripsi ini, serta kakakku Muhammad

Ryanda Adhitya Rakhman Passa, dan adikku Jayanthi Maharani tersayang yang

selalu memberi doa, dan semangat, serta setia menunggu atas keberhasilanku

Keluarga Besarku tercinta yang selalu memberikan semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini

Dosen Pembimbing dan Penguji yang sangat berjasa, seluruh sahabat-sahabatku

dan Almamaterku Universitas Lampung

Page 11: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

SANWACANA

Alhamdulillah penulis ucapkan puji dan syukur terhadap kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta nikmat yang tak kurang-

kurangnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Konsep Keterbagian Pada Ideal Dalam Ring ℤ[ ] Dan

Aplikasinya Untuk Penyelesaian Persamaan Diophantine Non Linear”

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S,Si.) di

Universitas Lampung.

Selesainya penulisan skripsi ini, adalah juga berkat motivasi dan pengarahan serta

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Amanto, S,Si., M,Si. selaku Pembimbing I, atas segala bantuan dan

waktunya untuk membimbing, memberi arahan, nasehat, dan juga

motivasi di tengah kesibukannya beliau sabar membantu penyelesaian

skripsi ini;

2. Bapak Agus Sutrisno, S.Si., M.Si. selaku Pembimbing II atas bimbingan,

kritik dan saran selama penyusunan skripsi ini;

3. Ibu Dra. Wamiliana M,A., Ph.D. selaku Pembahas atas saran dan kritik

yang membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini;

4. Bapak Drs. Eri Setiawan, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik;

5. Bapak Drs. Tiryono Ruby, M.Sc., Ph.D. selaku Ketua Jurusan

Matematika;

Page 12: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

6. Ibu dan Bapak tercinta yang telah membesarkan penulis, juga atas doa,

cinta, semangat, pengorbanan yang luar biasa, serta Kakak dan Adik

tersayang yang selalu memberikan kasih sayang kepada penulis;

7. Sahabat-sahabat Matematika 2013 Maimuri, Suri, Tiwi, Siti, Eka, Citra,

Selma, Shintia, Suci, Yucky, Della, Tina, Rio, Irfan, Rasyd, Artha,

Sanfernando, Jefery, dan Onal, serta yang lainnya terima kasih banyak

atas dukungan, doa, dan semangatnya, juga atas kebersamaan yang luar

biasa selama ini;

8. Sahabat-sahabatku Tia, Bima, Galuh, Intan, Okta, Nevi, Erlina, Klara, dan

Agustin atas kebersamaan selama ini juga atas semangat yang telah

diberikan kepada penulis;

9. Adik-adik Matematika 2014 dan 2015 Atuy, Anin, Yona, Redi, Eca, Dea,

Annisa’ul, dan Ncek, serta yang lainnya terima kasih banyak atas

dukungannya;

10. Pengurus dan Magang HIMATIKA 2015/2016 khususnya Biro Dana dan

Usaha terima kasih banyak atas pengalaman organisasi berbasis

kekeluargaan yang kalian berikan;

11. Almamaterku tercinta Universitas Lampung.

Bandar Lampung, November 2016

Penulis

Karina Sylfia Dewi

Page 13: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

DAFTAR SIMBOL.........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keterbagian ...................................................................................... 4

2.2 Faktor Persekutuan Terbesar (FPB).................................................. 7

2.3 Bilangan Prima.................................................................................. 9

2.4 Modulo...............................................................................................11

2.5 Persamaan Diophantine Linear..........................................................15

2.6 Sistem Bilangan Kompleks............................................................... 17

2.7 Ring ....................................................................................................20

2.8 Daerah Integral ...................................................................................26

Page 14: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

ii

2.9 Bilangan Bulat Gaussian................................................................... 28

2.10 Konsep Norm dan Unit dalam Ring Z[i] ........................................ ..33

2.11 Ideal dalam Ring ℤ[ ] ........................................................................ 35

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 37

3.2 Metode Penelitian ............................................................................ 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Konsep Keterbagian pada Ideal dalam Ring ℤ[ ] ............................... 38

4.2 Penyelesaian Persamaan Diophantine Non Linear dengan Metode

Ring ℤ[ ] ......................................................................................... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 67

5.2 Saran .................................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

iii

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

: a membagi habis b atau b habis dibagi a

Z[i] : Himpunan semua bilangan bulat Gaussian

: a tidak membagi habis b

: himpunan semua bilangan bulat

mod : modulo

N() : Norm dari

a ≡ b (mod m) : a berelasi kongruen dengan b modulo m

: anggota

≤ : lebih kecil atau sama dengan

≥ : lebih besar atau sama dengan

gcd : greatest common divisor

FPB : factor persekutuan terbesar

: untuk setiap

: terdapat

Page 16: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mempelajari matematika, pasti akan dikenal istilah aljabar.

Pembelajaran dalam aljabar dimulai dari aljabar linear elementer, aljabar

linear lanjut, struktur aljabar, aljabar terapan, dan masih banyak lagi materi

tentang aljabar yang dapat dipelajari. Dalam struktur aljabar sendiri akan

dikenal istilah grup, subgrup, ring, subring, homomorfisma, grup faktor,

ring faktor, ideal, ideal prima, ideal maksimal, dan masih banyak lagi. Ideal

sendiri merupakan suatu subring dari ring yang memenuhi ⊆ dan⊆ untuk semua ∈ .

Sementara itu, secara umum diketahui bahwa persamaan Diophantine

adalah persamaan dengan variabel-variabel tertentu sehingga solusinya

merupakan bilangan bulat. Persamaan Diophantine pertama kali dipelajari

oleh seseorang yang bernama Diophantus dari Alexandria yang dikenal

dengan julukan “bapak dari aljabar”. Koefisien dari persamaan Diophantine

hanya melibatkan bilangan bulat. Tidak ada bilangan pecahan di persamaan

ini (Andreescu dkk, 2010). Persamaan Diophantine tidak harus linear, dapat

saja kuadrat, kubik, atau lainnya. Contohnya ax2 + by2 = c. Persamaan

Page 17: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

2

Diophantine dapat memiliki banyak solusi yang beragam, yaitu tidak ada

solusi, solusi tunggal dan solusi banyak (tak berhingga).

Pada mulanya persamaan Diophantine khususnya persamaan Diophantine

linear menggunakan Algoritma Euclid untuk menyelesaikannya. Beberapa

metode yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan Diophantine

bentuk linear antara lain: metode faktorisasi prima, dengan pertidaksamaan,

metode parametrik, metode modulo, metode induksi, Fermat’s Method of

Infinite Descent (FMID). Dalam perkembangannya persamaan Diophantine

yang berbentuk kuadrat dan yang memuat persamaan Pell dapat

menggunakan metode matriks dan analisis keterbagian (Andreescu dkk,

2010). Persamaan Pell adalah persamaan yang mempunyai solusi

penyelesaian bilangan bulat positif dengan bentuk x2 – dy2 = 1, 0,1 yx

dengan d > 1 dimana d adalah bilangan bulat positif dan bukan kuadrat

sempurna .

Dalam penelitian ini penulis akan mengkaji tentang konsep keterbagian

pada ideal dalam ring ℤ[ ] dan juga aplikasinya untuk penyelesaian

persamaan Diophantine non linear.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana cara memperumum

konsep keterbagian pada bilangan bulat ℤ ke ring ℤ[ ], khususnya pada ideal ring

Page 18: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

3

ℤ[ ] dan bagaimana menyelesaikan persamaan Diophantine non linear dengan

menggunakan metode ring ℤ[ ]?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah mengkaji konsep keterbagian pada

ideal dalam ring ℤ[ ] dan aplikasinya untuk penyelesaian persamaan Diophantine

non linear.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat

mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

2. Menambah wawasan tentang materi struktur aljabar, khususnya ideal pada

ring ℤ[i].3. Mempelajari lebih dalam lagi tentang konsep keterbagian pada ideal dalam

ring ℤ[i] dan aplikasinya untuk penyelesaian persamaan Diophantine non

linear.

Page 19: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep keterbagian, keprimaan, persamaan

Diophantine dan ring ℤ[ ] yang akan digunakan dalam pembahasan hasil

penelitian.

2.1 Keterbagian

Definisi 2.1.1

Bilangan bulat a membagi habis bilangan bulat b (ditulis | ) jika dan hanya jika

ada bilangan bulat k sehingga = ∙ . Jika a tidak membagi habis b maka

ditulis ∤ (Burton, 1980).

Istilah lain untuk | adalah a faktor dari , pembagi b atau b kelipatan dari a.

Bila a pembagi b maka − juga pembagi b, sehingga pembagi suatu bilangan

selalu terjadi berpasangan. Jadi dalam menentukan semua faktor dari suatu

bilangan bulat cukup ditentukan faktor-faktor positifnya saja, kemudian tinggal

menggabungkan faktor negatifnya. Fakta sederhana yang diturunkan langsung

dari definisi adalah sebagai berikut:|0, 1| , dan | untuk ≠ 0Fakta |0 dapat dijelaskan bahwa bilangan 0 selalu habis dibagi oleh bilangan

apapun yang tidak nol. Fakta 1| mengatakan bahwa 1 merupakan faktor atau

Page 20: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

5

pembagi dari bilangan apapun termasuk bilangan 0. Fakta | menyatakan bahwa

bilangan tidak nol selalu habis membagi dirinya sendiri dengan hasil baginya

adalah 1.

Berdasarkan pengertian keterbagian bilangan terdapat pada Definisi 2.1.1, maka

berikut ini akan diberikan teorema tentang keterbagian.

Teorema 2.1.1 (Sukirman, 1997)

Untuk setiap , , ∈ ℤ berlaku pernyataan berikut:

1. |1 jika dan hanya jika = 1 atau = −1.

2. Jika | dan | maka | .

3. Jika | dan | maka | .

4. | dan | jika dan hanya jika = atau = − .

5. Jika | dan ≠ 0, maka | | < | |.6. Jika | dan | , maka |( + ) untuk sebarang bilangan bulat x dan y.

Bukti.

1. Jika = 1 atau = −1, maka jelas bahwa |1, sesuai penjelasan

sebelumnya. Sebaliknya, diketahui |1 berarti ada ∈ ℤ sehinga 1 = ka.

Persamaan ini hanya dipenuhi oleh dua kemungkinan berikut: k = 1, a = 1

atau = −1, = −1. Jadi berlaku jika |1 maka = 1 atau = −1. Jadi

terbukti |1 jika hanya jika = 1 atau = −1,

2. Diketahui | dan | yaitu ada , ∈ ℤ sehingga = dan = .Dengan mengalikan kedua persamaan tersebut diperoleh := ( ) ,

Page 21: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

6

yaitu | .

3. Diketahui | dan | , maka terdapat , ∈ ℤ sehingga= (2.1)

dan = (2.2)

Ppersamaan (2.1) disubstitusikan ke persamaan (2.2), sehingga diperol= = ( ) = ( ) = . ◼

4. Diketahui = (2.3)

dan = (2.4)

Persamaan (2.3) dikalikan dengan persamaan (2.4), diperoleh =( )( ). Diperoleh = 1, yakni = = 1 atau = = −1,

jadi terbukti = atau = − .◼

5. Diberikan b = ac untuk suatu ∈ ℤ. Diambil nilai mutlaknya | | = | | =| || |. Karena ≠ 0 maka | | ≥ 1. Sehingga diperoleh | | = | || | ≥ | |.6. Diketahui | dan | , maka terdapat , ∈ ℤ sedemikian sehingga= dan = . Untuk sebarang , ∈ ℤ berlaku+ = + = ( + )

yang berarti |( + ). ∎Pernyataan terakhir teorema ini berlaku juga untuk berhingga banyak bilangan

yang dibagi oleh a, yaitu | , = 1, ⋯ , yaitu:|( + + ⋯ + )untuk setiap bilangan bulat , , ⋯ , .

Page 22: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

7

2.2 Faktor Persekutuan Terbesar ( FPB )

Definisi 2.2.1

Misalkan a atau b dua bilangan bulat dengan minimal salah satunya tidak nol.

Faktor persekutuan terbesar (FPB) atau greatest common divisor (gcd) dari a dan

b adalah bilangan bulat d yang memenuhi

(i) | dan | , dan

(ii) jika | dan | maka c ≤ .Dari Definisi 2.2.1, syarat ( i ) menyatakan bahwa d adalah faktor persekutuan

dari a dan b. Sedangkan syarat ( ii ) menyatakan bahwa d adalah faktor

persekutuan terbesar. Selanjutnya, jika d faktor persekutuan terbesar dari a dan b

akan ditulis = gcd( , ) (Sukirman,1997).

Teorema 2.2.1 Algoritma Pembagian (Graham, 1975)

Diberikan dua bilangan bulat a dan b dengan a, b > 0, 0a maka ada tepat satu

pasang bilangan-bilangan q dan r sehingga:

b = qa + r dengan ar 0

Algoritma pembagian adalah suatu cara atau prosedur yang dapat dipakai untuk

mendapatkan faktor persekutuan terbesar. Ilustrasinya adalah :

Diberikan dua bilangan bulat a dan b dengan a > 0, b > 0, maka gcd(a,b) dapat

dicari dengan mengulang algoritma pembagian.

a = q1b + r1 0 <r1<b

b= q2r1+ r2 0 <r2<r1

r1= q3r2 + r3 0 <r3<r2

... …

Page 23: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

8

rn-1= qnrn-1 + rn 0 <rn<rn-1

rn-1= qn+1rn + 0 0 <r1<b

maka rn, sisa terakhir dari pembagian di atas yang bukan nol merupakan gcd (a,b).

Berdasarkan Definisi 2.2.1 maka berikut ini akan diberikan teorema sebagai

berikut.

Teorema 2.2.2 (Sukirman, 1997)

Jika a dan b dua bilangan bulat yang keduanya tak nol maka terdapat bilangan

bulat x dan y sehingga gcd( , ) = + (2.5)

Persamaan (2.5) disebut dengan identitas Benzout.

Sebelum dibuktikan, perhatikan ilustrasi berikut,gcd(−12,30) = 6 = (−12)2 + 30(−1)gcd(−8, −36) = 4 = (−8)4 + (−36)(−1)Identitas Benzout menyatakan bahwa = gcd( , ) dapat disajikan dalam bentuk

kombinasi linear atas a dan b. Ekspresi ruas kanan pada (2.5) disebut kombinasi

linear dari a dan b. Pada teorema ini keberadaan x dan y tidak harus tunggal.

Bukti.

Bentuk S himpunan semua kombinasi linear positif dari a dan b sebagai berikut= { + | + ≥ 1, , ∈ ℤ}Perhatikan bahwa, jika ≠ 0 maka | | = + ∙ 0 ∈ , yaitu dengan

mengambil u = 1 bila a positif atau u = -1 bila a negatif. Jadi, himpunan S tak

kosong. Menurut sifat urutan, S terjamin memiliki anggota terkecil, katakan saja

Page 24: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

9

d. Selanjutnya, dibuktikan = gcd( , ). Karena ∈ maka terdapat , ∈ ℤsehingga = + . Dengan menerapkan algoritma pembagian pada a dan d

maka terdapat q dan r sehingga = + , dengan 0 ≤ < . Selanjutnya

ditunjukkan r = 0, sehingga diperoleh | . Jika > 0 maka dapat ditulis

0 < = − = − ( + ) = (1 − ) (− ) ∈Faktanya ∈ sedangkan syaratnya < ini bertentangan dengan pernyataan

bahwa d elemen terkecil S sehingga disimpulkan r = 0 atau | . Argumen yang

sama dapat dipakai dengan menerapkan algoritma pembagian pada b dan d untuk

menunjukkan | . Jadi, terbukti bahwa d adalah faktor persekutuan dari a dan b.

Selanjutnya ditunjukkan faktor persekutuan ini adalah yang terbesar. Misalkan c

adalah bilangan bulat positif dengan | dan | maka | + yaitu | . Jadi≤ , karena tidak mungkin pembagi lebih besar dari bilangan yang dibagi.

Terbukti bahwa = gcd( , ) ∎2.3 Bilangan Prima

Definisi 2.3.1

Sebuah bilangan bulat > 1 disebut bilangan prima, jika dan hanya jika p habis

dibagi dengan 1 dan bilangan sendiri (Burton,1980).

Definisi 2.3.2 (Relatif Prima)

Bilangan bulat a dan b dikatakan coprima atau relatif prima jika gcd( , ) = 1(Burton, 1980).

Page 25: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

10

Berdasarkan pengertian relatif prima yang terdapat pada Definisi 2.3.2, maka akan

diberikan teorema - teorema sebagai berikut yang dirujuk dari buku Sukirman

tahun 1997.

Teorema 2.3.1

Bilangan a dan b relatif prima jika dan hanya jika terdapat bilangan bulat x, y

sehingga + = 1.

Bukti.

Karena a dan b relatif prima maka gcd( , ) = 1. Identitas Bezout menjamin

adanya bilangan bulat x, y sehingga 1 = + . Sebaliknya, misalkan ada

bilangan bulat + = 1. Dibuktikan gcd( , ) = = 1. Karena | dan |maka |( + = 1), jadi |1. Karena itu disimpulkan d =1. ◼

Teorema 2.3.2

Jika gcd( , ) = 1, maka berlaku pernyataan berikut

1. Jika | dan | maka |2. Jika | maka | (Lemma Euclid).

Bukti.

1. Diketahui | dan | . Artinya terdapat , ∈ ℤ = ∙ = ∙ .

Berdasarkan hipotesis, gcd( , ) = 1. Oleh karena itu dapat dituliskan+ = 1 untuk suatu bilangan bulat x dan y. Akibatnya= 1 ∙ = ( + ) ∙= +

Page 26: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

11

= ( ) + ( )= ( + )Karena terdapat bilangan bulat + sedemikian sehingga| . Terbukti bahwa, jika | dan | maka | .

2. Diketahui | , gcd( , ) = 1. Oleh karena itu dapat dituliskan + = 1untuk suatu bilangan bulat x, y. Akibatnya= 1 ∙ = ( + ) ∙= +Karena diketahui | dan faktanya | maka |( + ) . Karena= + , sehingga terbukti | . ∎

Karena penyelesaian persamaan Diophantine yang digunakan adalah dengan relasi

kongruensi modulo m, maka diberikan definisi modulo sebagai berikut.

2.4 Modulo

Definisi 2.4.1

Misalkan a , m> 0 bilangan bulat. Operasi a mod m (dibaca “a modulo m”)

memberikan sisa jika a dibagi dengan m. Notasi: a mod m = r sedemikian

sehingga a = mq + r, dengan 0 ≤ r < m. Bilangan m disebut modulo, dan hasil

aritmatika modulo m terletak di dalam himpunan {0, 1, …, m – 1} (Grillet, 2007).

Definisi 2.4.2 (Relasi Kongruensi)

Misalkan a dan b adalah bilangan bulat dan m > 0, a dikatakan kongruen dengan b

modulo m atau ditulis a ≡ b (mod m) jika m habis membagi a – b. Jika a tidak

kongruen dengan b dalam modulo m, maka ditulis a ≢b (mod m) (Grillet, 2007).

Page 27: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

12

Kekongruenan a ≡ b (mod m) dapat pula dituliskan dalam hubungan

a = b + km

yang dalam hal ini k adalah bilangan bulat.

Contoh.

16 ≡ 4 (mod 3) dapat ditulis sebagai 16 = 4 + 4 ∙3Sehingga , dapat dituliskan a mod m = r sebagai :

a ≡ r (mod m)

Teorema 2.4.1 (Grillet, 2007)

Misalkan m adalah bilangan bulat positif

1. Jika a ≡ b (mod m) dan c adalah sebarang bilangan bulat maka

(i) (a + c) ≡ (b + c) (mod m)

(ii) ac ≡ bc (mod m)

(iii) ap ≡ bp(mod m) untuk suatu bilangan bulat tak negatif p.

2. Jika a ≡ b (mod m) dan c ≡ d (mod m), maka

(i) (a + c) ≡ (b + d) (mod m)

(ii) ac ≡ bd (mod m)

Bukti .

1. (i) a ≡ b (mod m) berarti = + untuk suatu ∈ ℤuntuk sebarang ∈ ℤ, diperoleh+ = + +⇔ + = ( + )(mod )

(ii) a ≡ b (mod m) berarti:= +

Page 28: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

13

⇔ − =⇔ ( − ) =⇔ = + , dengan =⇔ ≡ ( )(iii) a ≡ b (mod m) berarti = + dengan ∈ ℤ∈ ℤ ∪ {0}= ( + )

⇔ = + 1 + 2 ( ) + ⋯ ++ ( ) + ( )

= + { + + ⋯ + +} ⇔ ≡ (modm)2. (i) a ≡ b (mod m) ⇔ = +

c ≡ d (mod m) ⇔ = +Jadi,( + ) = ( + ) + ( + )⇔ ( + ) = ( + ) + ( = + )⇔ ( + ) = ( + )( )

(ii) a ≡ b (mod m) ⇔ = + , untuk suatu ∈ ℤc ≡ d (mod m) ⇔ = + , untuk suatu ∈ ℤ⇔ ∙ = ( + )( + )⇔ ∙ = + + +⇔ ∙ = + ( + + )⇔ ∙ ≡ (mod ) ■

Page 29: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

14

Teorema 2.4.2 Teorema Fermat (Burton, 1980)

Jika p adalah bilangan prima dan adalah bilangan bulat positif dimana ∤ ,

maka ≡ 1 ( ).

Bukti.

Diasumsikan ( − 1) bilangan positif pertama kelipatan dari , yaitu bilangan

bulat. Sehingga terdapat barisan sebagai berikut:, 2 , 3 , … , ( − 1) (2.6)

Tidak ada satu pun suatu bilangan dari barisan di atas yang habis dibagi p, karena

barisan tersebut terbentuk dengan pola ka dimana 1 ≤ ≤ − 1. Oleh karena∤ dan ∤ , maka ∤ . Kemudian, dari barisan tersebut tidak ada dua

bilangan yang kongruen . Dengan kata lain, jika bilangan-bilangan

tersebut dibagi dengan p, maka sisa pembagiannya akan selalu berbeda satu sama

lain. Diasumsikan bahwa ada dua bilangan kongruen , yaitu ra dan sa

sehingga ≡ ( ) untuk 1 ≤ < ≤ − 1 .

Karena gcd(a,p) = 1, maka diperoleh≡ ( ) (2.7)

Karena r dan s harus lebih besar 1 dan harus lebih kecil dari p, maka ini

menyatakan r = s. Persamaan (2.7) kontradiksi dengan asumsi awal bahwa r dan s

harus berbeda. Oleh karena itu, himpunan barisan pada (2.6) harus kongruen

terhadap 1,2,3,4, … , − 1. Selanjutnya jika himpunan tersebut dikalikan

dan dikenai modulo , maka diperoleh :. 2 . 3 . … ( − 1). ≡ 1 ∙ 2 ∙ 3 ∙ … ∙ ( − 1)( )

Page 30: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

15

Sehingga, ( − 1)! ≡ ( − 1)! ( )Karena gcd ( − 1)!, = 1, maka ≡ 1 ( ) ∎Contoh.

Tunjukkan bahwa sisa pembagian 538 oleh 11 adalah 4.

Untuk menunjukkan hal di atas, dengan menggunakan relasi kongruensi cukup

ditunjukan bahwa 538 4 (mod 11).

Bukti.

538 = (510)3 + 8 = (510) 3 (52)4

13. 34 (mod 11)

81 (mod 11)

4 (mod 11)

2.5 Persamaan Diophantine linear

Definisi 2.5.1

Persamaan Diophantine adalah persamaan suku banyak atas bilangan bulat Z

dalam n variable dengan solusi bulat, ditulis sebagai f(x1, x2, . . . , x2) = 0, dengan f

adalah fungsi n variabel dengan n ≥ 2 (Burton, 1980).

Contoh.

1. 2x + 5y = 2010, dengan x dan y bilangan bulat

Page 31: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

16

2. y3 = x2 – 1 , dengan x dan y bilangan bulat

3. x + y + xy = 34 , dengan x dan y bilangan bulat positif

Persamaan Diophantine dapat berbentuk linear (contoh 1) maupun non linear

(contoh 2 dan 3). Beberapa metode penyelesaian persamaan Diophantine, antara

lain: Faktor Persekutuan Terbesar (FPB), pemfaktoran, keterbagian, teknik

pembatasan, parameter dan struktur aljabar ring.

Definisi 2.5.2

Persamaan Diophantine linear dua variabel adalah suatu persamaan berbentuk

ax + by = c dengan a, b, c bilangan – bilangan bulat dan a, b dua-duanya bukan

nol disebut persamaan linear Diophantine jika penyelesaiannya dicari untuk

bilangan – bilangan bulat (Burton, 19080).

Berdasarkan definisi persamaan Diophantine linear di atas dapat dibentuk teorema

berikut ini.

Teorema 2.5.1 (Burton, 1980)

Persamaan linear Diophantine ax + by = c mempunyai penyelesaian jika dan

hanya jika faktor persekutuan terbesar dari a dan b habis membagi c .

Bukti.

Misalkan d = gcd(a,b) dan d|c

d|c ⇔ ada k bulat sehingga c = kd.

d|gcd(a,b) ⇔ ada bilangan bulat m dan n sehingga : am + bn = d

a (km) + b (kn) = kd

a (km) + b (kn) = c

Page 32: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

17

berarti x = mk dan y = nk.

Berikut ini merupakan teorema tentang solusi umum persamaan Diophantine

linear.

Teorema 2.5.2

Jika d = gcd(a,b) dan x0, y0 penyelesaian persamaan Diophantine ax + by = c,

maka penyelesaian umum persamaan tersebut adalah x = x0 + dan y = y0 -

dengan k parameter bilangan bulat (Burton, 1980).

Karena ring yang akan dibahas adalah ℤ[ ] dimana ruang lingkupnya sangat erat

dengan sistem bilangan kompleks sehingga akan dijelaskan konsep sistem

bilangan kompleks sebagai berikut.

2.6 Sistem Bilangan Kompleks

Definisi 2.6.1

Sistem bilangan kompleks ℂ adalah bilangan kompleks ℂ yang dilengkapi oleh

operasi penjumlahan ( + ) dan perkalian ( • ) yang memenuhi aksioma atas

lapangan ℂ (Churchill, 1999).

Berikut ini adalah teorema – teorema tentang sifat – sifat operasi penjumlahan dan

perkalian dalam sistem bilangan kompleks yang dirujuk dari buku yang ditulis

oleh Churchill tahun 1999.

Page 33: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

18

Teorema 2.6.1

Untuk semua bilangan kompleks berlaku sifat aditif dan asosiatif terhadap

penjumlahan. + = + ( 2.6 )

z1 + (z2 + z3) = (z1 + z2) + z3 ( 2.7 )

Bukti.

Misal = + , = + dan 3 = 3 + 3 maka :

1 + 2 = ( 1 + 1) + ( 2 + 2)= ( 1 + 2) + ( 1 + 2)= ( 2 + 2) + ( 1 + 1)= 2 + 1 ■

1 + ( 2 + 3 ) = ( 1 + 1) + [( 2 + 2) + ( 3 + 3)]= ( 1 + 1) + [( 2 + 3) + ( 2 + 3)]= [ 1 + ( 2 + 3)] + [ 1 + ( 2 + 3)]= [( 1 + 2) + 3] + [( 1+ 2) + 3]= [( 1 + 2) + ( 1 + 2) ] + ( 3 + 3)= ( 1+ 2) + 3 ∎Teorema 2.6.2

1. Perkalian bilangan-bilangan kompleks bersifat komutatif.

1 • 2 = 2 • 1 ( 2.8 )

2. Perkalian bilangan-bilangan kompleks bersifat asosiatif.

Page 34: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

19

1 • ( 2 • 3) = ( 1 • 2) • 3 ( 2.9 )

3. Perkalian bilangan-bilangan kompleks bersifat distributif terhadap

penjumlahan.

1 • ( 2 + 3) = 1 • 2+ 1 • 3 ( 2.10 )

Bukti.

Misal = + , = + dan 3 = 3 + 3 maka :

1. z1 • z2 = ( 1 + 1) • ( 2 + 2)= 1 + 2 + ( 1 + 2) + 21 2= 1 2 – 1 2 + ( 1 2 + 2 1)= 2 1 – 2 1 + ( 2 1 + 2 1)= ( 2 + 2) ( 1 + 1)= 2 • 12. 1 • ( 2 • 3) = ( 1 + 1) • [( 2 + 2) • ( 3 + 3)]= ( 1 + 1) • [( 2 3 – 2 3) + ( 2 3 + 2 3)]

= 1 ( 2 3 – 2 3)– 1 ( 2 3 + 2 3) +[( 1( 2 3 – 2 3) + 1( 2 3 + 2 3)= ( 1 2 – 1 2) 3 – ( 1 2 + 2 1) 3 + [( 1+ 2 1) 3+ ( 1 2 – 1 2) 3]= [( 1 + 1) • ( 2 + 2)] • ( 3 + 3)= (( 1 • 2) • 3)3. 1 • ( 2 + 3) = ( 1 + 1) • [( 2 + 2) + ( 3 + 3)]= ( 1 + 1) • [( 2+ 3) + ( 2 + 3)]

Page 35: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

20

= 1 ( 2 + 3 )– 1( 2 + 3) + 1( 2 + 3) + 1( 2 + 3)= ( 1 2 – 1 2) + ( 1 2 + 1 2) + ( 1 3 – 1 3) +( 1 3 + 1 3)= 1• 2 + 1 • 3 ■

2.7 Ring

Sebelum membahas tentang ring ℤ[ ], akan diberikan terlebih dahulu definisi

tentang grup berikut.

Definisi 2.7.1

Suatu grup <G, *> adalah himpunan G yang diperlengkapi dengan operasi biner *

pada G yang memenuhi aksioma-aksioma berikut:

1. Operasi biner * asosiatif, yaitu a, b, c G berlaku : (a*b)*c = a*(b*c)

2. Terdapat elemen identitas e untuk * pada G, yaitu terdapat e G

sedemikian hingga

e*a = a*e = a, a G

3. Untuk setiap a G mempunyai invers a-1, yaitu terdapat a-1 G

sedemikian hingga

a*a-1 = a-1 * a = e

(Dummit and Foote, 2004).

Definisi 2.7.2

Page 36: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

21

Suatu grup G dikatakan abelian (komutatif) jika operasi biner * pada G adalah

komutatif, yaitu a,b G maka a * b = b*a.

Contoh.

Didefinisikan himpunan }1|{ xRxS . Selanjutnya didefinisikan * pada S,

dengan

a b = a + b + ab

Tunjukkan ,,S grup komutatif.

Bukti.

Harus dipenuhi aksioma grup berikut:

1. Tertutup, yaitu ( a, b S) (a b) S

Bukti :

Diketahui a b = a + b + ab. Akan dibuktikan dengan kontradiksi.

Andaikan a b = 1

a + b + ab = 1

a + ab = 1 – b

a (1 + b) = (1 + b), b 1

a = 1, kontradiksi.

Jadi pengandaian salah, yang benar a + b + ab 1

Dengan kata lain a b S.

2. Asosiatif, yaitu ( a, b, c S) (a b ) c = a (b c)

Bukti :

(a b ) c = (a + b + ab) c

Page 37: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

22

= (a + b + ab) + c + (a + b + ab)c

= a + b + ab + c + ac + bc + abc

= a + b + c + bc + ab + ac + abc

= a + (b + c + bc) + a(b + c + bc)

= a (b + c + bc)

= a (b c) .

3. Terdapat elemen netral / identitas, yaitu ( a S, y S) y a = a y = a

Bukti :

Misal y elemen netral untuk dari S, maka :

y a = a

y + a + ya = a

y + ya = 0

y(1 + a) = 0

y = 0 atau (1 + a) = 0

(1 + a) = 0 tidak mungkin, sebab a 1.

Oleh karena itu, satu – satunya penyelesaian persamaan di atas adalah

y = 0 yang merupakan elemen netral pada S.

4. Terdapat invers, yaitu ( a S, z S) z a = a z = 0

Bukti :

z a = 0

z + a + za = 0

z +za = a

z(1 + a) = a

Page 38: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

23

a1

az

, apakah z S ? atau z 1 ?

Andaikan z = 1, maka

1a1

a

a = (1 + a)

a = 1 a

0 = 1, Kontradiksi.

Jadi yang benar z 1, dengan kata lain z S.

5. Komutatif, yaitu ( a, b S) a b = b a

Bukti :

a b = a + b + ab

= b + a + ba

= b a .

Berdasarkan (i) sd (v), maka disimpulkan ,S grup komutatif .

Selanjutnya diberikan definisi ring sebagai berikut.

Definisi 2.7.3

Himpunan R dengan dua operasi biner + (penjumlahan) dan • (perkalian) atau

ditulis ⟨ , +,• ⟩ merupakan ring jika memenuhi aksioma berikut:

1. ⟨ , +⟩ merupakan grup komutatif;

2. Opersi perkaliannya bersifat asosoatif, yaitu ( • ) • = • ( • ) untuk

setiap , , ∈ ;

3. Hukum distributif terpenuhi di R, yaitu untuk setiap , , ∈

Page 39: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

24

( + ) • = ( • ) + ( • ) dan • ( + ) = ( • ) + ( • )(Dummit and Foote, 2004).

Contoh.

Didefinisikan himpunan }1|{ xRxS . Selanjutnya didefinisikan dua

operasi pada S, yaitu dan dengan definisi :

i. a b = a + b + ab

ii. a b = 0, a, b S

Pasangan ⟨ , +,• ⟩ membentuk ring.

Selanjutnya akan diberikan pengertian ideal dalam ring yang sebelumnya

didefinisikan terlebih dahulu pengertian subring.

Definisi 2.7.4

Diberikan ring R dan himpunan S R dengan S . Himpunan S disebut

“subring” jika S sendiri merupakan ring terhadap operasi yang sama pada R.

Contoh.

Diberikan ring Z = {0, 1, 2, 3, ….}

2Z = {0, 2, 4, 6, ….}

2Z Z

,2Z grup komutatif

,2Z tertutup dan asosiatif

,,2Z merupakan ring

Page 40: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

25

2Z subring dari Z.

Untuk menyelidiki subring digunakan teorema berikut.

Teorema 2.7.1

Diberikan himpunan bagian S dari ring R (S R). Himpunan S merupakan

subring jika dan hanya jika :

1. 0 S

2. a, b S ( a – b ) S

3. a, b S ab S

Definisi 2.7.5

Suatu subring dari ring yang memenuhi ⊆ dan ⊆ untuk semua∈ disebut ideal dari (Fraleigh, 2000 ).

Setiap ring R selalu mempunyai ideal, yaitu paling tidak mempunyai ideal {0R}

dan R. Kedua ideal tersebut dinamakan ideal trivial.

Definisi 2.7.6

Diberikan ring , ideal dari . disebut ideal maksimal jika :

a. ≠b. Untuk setiap ideal dalam dengan ⊂ ⊂ maka = atau=⟺ ⊂ ⊂ , ≠ ⟶ =⇔ ⊂ ⊂ , ≠ ⟶ =

tidak ada ideal lain yang memuat kecuali dirinya sendiri (Fraleigh, 2000 ).

Page 41: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

26

Definisi 2.7.7

Diberikan R ring komutatif dengan elemen satuan, N ideal dalam R. N disebut

prima jika :

a. ≠b. Untuk setiap , ∈ ; ∈ ⟶ ∈ atau ∈⟺ , ∈ dan ∉ ⟶ ∈ atau, ∈ dan ∉ ⟶ ∈ (Fraleigh, 2000 ).

Definisi 2.7.8

Misalkan R ring dengan elemen satuan 1. Jika A sebarang himpunan bagian dari

ring R. < > dinotasikan sebagai ideal terkecil dari R yang memuat A dan

disebut ideal yang dibangun oleh A. Ideal yang dibangun oleh satu elemen disebut

ideal utama (Fraleigh, 2000).

Contoh.

Misalkan ∈ , maka ideal utama dari yang dibangun oleh adalah < > =.

2.8 Daerah Integral

Definisi 2.8.1

Page 42: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

27

Jika a dan b elemen tak nol dari ring R sedemikian sehingga ab=0 , maka a dan

b adalah pembagi nol. Dengan kata lain a adalah pembagi nol kanan

(Fraleigh, 2000).

Berdasarkan pengertian pembagi nol terdapat pada Definisi 2.8.1, maka berikut

ini akan diberikan teorema tentang pembagi nol.

Teorema 2.8.1

Dalam ring ℤ pembagi nol adalah elemen – elemen yang tidak relatif prima

terhadap n (Fraleigh, 2000 ).

Berdasarkan teorema pembagi nol yang terdapat pada Teorema 2.8.1, maka

berikut ini akan diberikan akibat dari Teorema 2.8.1.

Akibat 2.8.2

Jika p sebuah bilangan prima, maka ℤ tidak mempunyai pembagi nol.

Definisi 2.8.2

Ring komutatif dengan elemen satuan yang tak memuat pembagi nol disebut

daerah integral (Fraleigh, 2000 ).

Berikut ini akan diberikan pengertian unit dan elemen irreducible yang digunakan

dalam pembahasan faktorisasi tunggal.

Definisi 2.8.3

Page 43: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

28

Misalkan adalah Daerah Integral dan 1 adalah elemen satuan di , ∈merupakan unit jika dan hanya jika u membagi 1 sedemikian sehingga 1 =. untuk suatu ∈ . Dengan kata lain, mempunyai invers terhadap

operasi perkalian pada ( Dummit and Foote, 2004 ).

Contoh.

Elemen unit di ℤ adalah 1 dari -1. karena 1 ∣ 1 ( 1 = 1 . 1 )

dan karena -1 ∣ 1 ( 1 = ( -1 ) ( -1 ) ) ⟹ 1 = u.

Definisi 2.8.4

Misalkan ≠ 0 dan bukan unit di daerah integral . dikatakan irreducible

jika = ∙ di , maka unit atau unit di

(Dummit and Foote, 2004).

Berikut ini akan diberikan definisi bilangan bulat Gaussian yang akan digunakan

pada penyelesaian persamaan Diophantine non linear.

2.9 Bilangan Bulat Gaussian

Metode ring yang digunakan pada penelitian ini adalah ring ℤ[ ], sehingga

didefinisikan bilangan Gaussian sebagai berikut.

Definisi 2.9.1

Bilangan bulat Gaussian adalah bilangan kompleks yang bagian riil dan bagian

imajinernya adalah bilangan bulat. Dengan operasi penjumlahan dan perkalian

bilangan kompleks, himpunan bilangan bulat Gaussian membentuk ring yang

dinotasikan dengan ℤ[ ] dan dituliskan dengan

Page 44: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

29

ℤ[ ] = { a + bi|a, ∈ ℤ }

(Andreescu dkk, 2010).

Berikut ini akan dibuktikan bahwa himpunan semua bilangan bulat Gaussian ℤ[ ]dengan operasi penjumlahan dan perkalian membentuk ring.

Teorema 2.9.1 (Andresescu dkk, 2010)

Jika diberikan himpunan semua bilangan bulat Gaussian :ℤ[ ] = { + ∶ , ∈ ℤ}Pada ℤ[ ] didefinisikan dua operasi :

( i ) Operasi penjumlahan ( +′), yaitu :( + )+ ( + ) = ( + )+ ( + )( ii ) Operasi perkalian ( •′), yaitu :( + ) • ′( + ) = ( + ) + ( + )

maka, < ℤ[ ], +′,•′> membentuk ring.

Bukti.

a. Harus dibuktikan < ℤ[ ], +′> grup komutatif.

( i ) Diberikan sebarang ( + ), ( + ) ∈ ℤ[ ] , maka diperoleh:( + )+ ( + ) = ( + ) + ( + )Karena + ∈ ℤ dan ( + ) ∈ ℤ[ ], maka ( + )( + ) ∈ ℤ[ ].Jadi operasi +′ tertutup pada ℤ[ ].

( ii ) Diberikan sebarang ( + ), ( + ), ( + ) ∈ ℤ[ ] maka diperoleh:[( + ) + ( + )] + ( + ) = [( + )+ ( + ) ] + ( + )= ( + )+ ( + ) + ( + )

Page 45: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

30

= ( + )+ ( ( + + ) )= + + + ( + + )= ( + )+ [( + ) + ′( + ) ]= ( + )+ [( + )+ ( + )]Jadi operasi +′ bersifat assosiatif pada ℤ[ ].

(iii) Diberikan sebarang ( + ) ∈ ℤ[ ], maka terdapat ( + ) ∈ ℤ[ ]sehingga,( + )+ ( + ) = ( + )+ ( + ) = ( + )Dari persamaan ( + )+ ( + ) = ( + )⇔ ( + ) + ( + ) = ( + )⇔ + = dan + =⇒ = 0 dan = 0Jadi + = 0 + 0 merupakan elemen netral pada ℤ[ ].

( iv ) Untuk setiap ( + ) ∈ ℤ[ ], terdapat ( + ) ∈ ℤ[ ] sehingga,( + )+ ( + ) = ( + )+ ( + ) = 0 + 0Dari persamaan ( + )+ ( + ) = 0 + 0⇔ ( + ) + ( + ) = 0 + 0⇔ + = 0 dan + = 0⇒ = − dan = −Jadi – ( + ) merupakan invers pada − ℤ[ ]∀ ( + ) ∈ ℤ[ ].

( v ) Diberikan sebarang ( + ), ( + ) ∈ ℤ[ ], maka diperoleh :( + )+ ( + ) = ( + ) + ( + )

Page 46: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

31

= ( + ) + += ( + ) + ( + )Jadi operasi +′ komutatif.

Dari (i), (ii), (iii), (iv), dan (v) disimpulkan < ℤ[ ] , +′ > grup komutatif.

b. Terhadap operasi perkalian (•) harus dibuktikan:

( i ) Diberikan sebarang ( + ), ( + ) ∈ ℤ[ ], maka( + ) • ( + ) = ( ) + ( + )karena ( + ) ∈ ℤ dan ( + ) ∈ ℤ, maka( − ) + ( + ) ∈ ℤ[ ].Jadi operasi • tertutup pada ℤ[ ] .

( ii ) Assosiatif

Diberikan sebarang ( + ), ( + ), ( + ) ∈ ℤ[ ], maka diperoleh:[( + ) • ( + )] • ( + )= [( − ) + ( + ) ] • ( + )= [( − ) − ( + ) ] + [( + ) + ( + ) ]= − − − + + + += − + − + + − −= + ( − ) + ( + ) )= + ( − + + )= + (( + )( + )c. Terhadap operasi +′ dan • harus dipenuhi

( i ) Distributif kiri

Diberikan sebarang ( + ), ( + ), ( + ) ∈ ℤ[ ], maka diperoleh:( + ) • [( + )+ ( + )]

Page 47: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

32

= ( + ) • [( + )+ ( + ) ]= [ ( + ) − ( + )]+ [ ( + ) + ( + )]= + − − + ( + ) + ( + )= + + − + + + −= ( + ) • ( + )+ ( + ) • ( + )( ii ) Distributif kanan

Diberikan sebarang ( + ), ( + ), ( + ) ∈ ℤ[ ], maka diperoleh:[( + )+ ( + )] • ( + )= [( + )+ ( + ) ] • ( + )= [( + ) − ( + ) ]+ [( + ) − ( + ) )]= + − − + + − −= ( + ) + ( − ) + + + −= ( + ) • ( + )+ ( + ) • ( + ) ■

Selanjutnya ring ℤ[ ] merupakan daerah integral, yang dituliskan dalam teorema

berikut :

Teorema 2.9.2 (Andresescu dkk, 2010)

Ring ℤ[ ] merupakan daerah integral.

Bukti.

Untuk membuktikan ring ℤ[ ]daerah integral cukup dibuktikan.

( i ) Ring ℤ[ ] komutatif

Diberikan sebarang ( + ), ( + ) ∈ ℤ[ ], maka diperoleh:( + ) • ( + ) = ( − ) + ( + ) = ( − ) + ( + )

Page 48: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

33

= ( + ) • ( + )( ii ) Ring ℤ[ ] tidak memuat pembagi nol

Ring ℤ[ ] tidak memuat pembagi nol, sebab jika diambil sebarang( + ) ≠ 0, ( + ) ≠ 0, maka ( + ) • ( + ) ≠ 0. ■

Selanjutnya akan dibahas konsep bilangan prima dan unit dalam ring ℤ[ ].2.10 Konsep Norm dan Unit dalam Ring Z[i]

Sebelum membahas unit dalam ring Z[i], terlebih dahulu didefinisikan norm

(jarak) pada ring Z[i].

Definisi 2.10.1

Norm pada ℤ[ ] merupakan fungsi :∶ ℤ[ ]→ ℤdengan rumus N (a + bi) = + , ∀( + ) ∈ ℤ[ ].Norm di atas menyatakan ukuran besaran dari elemen ℤ[ ]. Norm juga digunakan

untuk pembuktian eksistansi (keberadaan) unit dan keprimaan dalam ring ℤ[ ].Selain itu, norm juga digunakan untuk mengukur sisa keterbagian pada ring ℤ[ ].Berikut ini diberikan sifat multiplikatif dari norm pada ℤ[ ].Teorema 2.10.1 (Andresescu dkk, 2010)

Fungsi norm ∶ ℤ[ ]→ ℤ bersifat multiplikatif, yaitu :( ( )) = N(α)N( ), ∀ , ∈ ℤ[ ]Bukti.

Page 49: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

34

Diberikan sebarang , ∈ ℤ[ ] dengan = + dan = + , maka

diperoleh : = ( + )( + ) = ( − ) + ( + )Sehingga diperoleh,

N( ) = ( − ) + ( + )= − 2 + + + 2 += + + += ( + ) + ( + )= ( + )( + )= N(α)N( )

Sifat multiplikatif norm N pada ℤ[ ] ini juga dapat digunakan untuk

menghubungkan struktur multiplikatif pada ℤ dengan struktur multiplikatif padaℤ[ ], dan juga dapat untuk menghubungkan keterbagian, keprimaan pada ℤdengan keterbagian serta keprimaan dalam ring ℤ[ ]. ■

Dengan definisi norm pada ℤ[ ] pada Definisi 2.10.1 dapat digunakan untuk

mengembangkan pengertian unit pada ring ℤ[ ] berikut ini :

Definisi 2.10.2

Misalkan ∈ ℤ[ ]. Bilangan bulat Gaussian dikatakan unit dari ℤ[ ] jika dan

hanya jika N( ) = 1.Sehingga unit dari ℤ[ ] adalah 1, -1, i,-i. Unit-unit tersebut dapat dicari dengan

cara berikut:

Page 50: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

35

Diberikan sebarang + ∈ ℤ[ ], sebagai unit. Maka terdapat elemen lain+ ∈ ℤ[ ] sedemikian sehingga,( + )( + ) = 1⇔ N ( + )( + ) = (1)⇔ N ( + ) • ( + ) = 1⇔( + )( + = 1Karena , , , bilangan bulat, maka+ = 1Maka diperoleh solusi ( , ) = (1,0), (0,1), (−1,0) dan (0, −1). Dalam ring ℤ[ ],maka solusi tersebut menjadi 1, , −1 dan – .2.11 Ideal dalam Ring Z[i]

Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang ideal dalam Ring Z[i] yang dirujuk dari

buku Andreescu dkk tahun 2010.

Jika p bilangan prima, maka himpunan ZbapbipaipZI ,][

merupakan ideal dalam ring Z[i]. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut.

(i) Diberikan sebarang Iyx , , dengan ipbpax 11 , ipbpay 22

Zbbaa 2121 ,,, , sehingga diperoleh

ibbpaap

ipbpbpapa

ipbpaipbpayx

)()(

)()(

)()(

2121

2121

2211

Karena a1, a2, b1, b2 Z, maka (a1 – a2 ), (b1 – b2) Z. Sehingga x – y I.

Page 51: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

36

(ii) Diberikan sebarang ][, iZrIx , dengan ipbpax 11 , ibar 22

Zbbaa 2121 ,,, sehingga diperoleh

ibaabpbbaap

ibpaapbbpbapa

ibaipbpaxr

)()(

)()(

))((

21212121

21212121

2211

Karena a1, a2, b1, b2 Z, maka (a1a2 – b1b2 ), (b1a2 – a1 b2) Z. Sehingga xr I.

(iii) Diberikan sebarang ][, iZrIx , dengan ipbpax 11 , ibar 22

Zbbaa 2121 ,,, sehingga diperoleh

ibaabpbbaap

ibpaapbbpbapa

ipbpaibarx

)()(

)()(

))((

21212121

21212121

1122

Karena a1, a2, b1, b2 Z, maka (a1a2 – b1b2 ), (b1a2 – a1 b2) Z. Sehingga rx I.

Berdasarkan (i) , (ii) dan (iii), maka I ideal (maksimal) dari ring Z[i].

Karena 1, -1, i dan –i unit dalam Z[i], maka <a + bi>, < -a – bi>, <-b + ai> dan

<b – ai > merupakan ideal (ideal trivial) dalam ring Z[i].

Page 52: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada semester ganjil tahun ajaran

2016/2017.

3.2 Metode Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan tugas akhir ini adalah:

1. Membangun konsep keterbagian dan faktorisasi tunggal pada ring Z[i], dengan

langkah –langkah sebagai berikut :

a. Mendefinisikan norm pada ring Z[i]

b. Mendefinisikan unit dalam ring Z[i]

c. Membuktikan ideal dalam ring Z[i]

d. Mendefinisikan pengertian prima dalam ring Z[i] dan sifat-sifatnya serta

memperumum teorema faktorisasi tungggal dari Z ke ring Z[i]

2. Mengkaji penerapan persamaan Diophantine non linear pada ideal dalam ringℤ[ ].

Page 53: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Persamaan Diophantine adalah persamaan dengan variabel – variabel tertentu

sehingga solusinya merupakan bilangan bulat. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan, persamaan Diophantine non linear dapat diselesaikan dengan metode

ring ℤ[ ] , yaitu menggunakan sifat – sifat faktorisasi prima tunggal dalam ring

Z[i] yang merupakan perumuman sifat pada bilangan bulat ℤ. Dengan

menjabarkan persamaan Diophantine menjadi perkalian elemen – elemen prima

dalam ring ℤ[ ], akan diperoleh solusi bilangan bulat yang memenuhi. Persamaan

Diophantine yang dapat diselesaikan dengan metode ini adalah persamaan yang

dapat difaktorkan menjadi bilangan bulat Gaussian dalam ideal ring Z[i]. Selain

itu permasalahan persamaan Diophantine non linear juga dapat diselesaikan cukup

dengan menggunakan Lemma Euclid dan konsep norm pada ring Z[i].

5.2 Saran

Pada penelitian ini hanya dibahas persamaan Diophantine menggunakan bilangan

bulat Gaussian pada ℤ[ ] dengan keterbagian. Disarankan pada penelitian

selanjutnya untuk membahas persamaan Diophantine menggunakan bilangan

bulat Gaussian pada ℤ[ ] dengan lebih dari 2 variabel.

Page 54: KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING ℤ[] DAN ...digilib.unila.ac.id/24606/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · variabel dengan solusi bilangan bulat. Persamaan Diophantine

DAFTAR PUSTAKA

Andreescu, T., Andrica, D., Cucurezeanu, I. 2010. An Introduction to DiophantineEquation. Birkhauser.

Burton, D.M. 1980. Elementary Number Theory. University Of NewHampshire.United State of Afrika.

Churchill, R., 1999. Complex Variable and Applications. McGraw-Hill.

Dummit, D.S., Foote, R.M. 2004. Abstract Algebra . Third Edition. Y&Y. Unitedstates of America.

Fraleigh, J.B. 2000. A First Course In Abstract Algebra. Sixth Edition. AddisonWesley Publishing Company, Inc. Philippines

Graham, M. 1975. Modern Elementary Mathematics. Harcort Brace Jonanovich,inc. New York.

Grillet, P.A. 2007. Graduate Text In Mathematics. Second Edition. Springer. NewYork

Sukirman, M. P. 1997. Ilmu Bilangan. Universitas Terbuka. Jakarta.