konsep kepeminpinan

11
KONSEP KEPEMIMPINAN (Teori Munculnya Kepemimpinan, Definisi Kepemimpinan Berdasarkan Teori, Dan Berdasarkan Pendekatan Teori Munculnya Kepemimpinan) Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pelayanan Referensi yang diampu oleh Dr. Hj. Yooke Tjuparmah S.K.,M.Pd. Kelompok Nur Afrylyanty 1202788 PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014

Upload: universitas-pendidikan-indonesia

Post on 09-Jan-2017

61 views

Category:

Leadership & Management


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Kepeminpinan

KONSEP KEPEMIMPINAN

(Teori Munculnya Kepemimpinan, Definisi Kepemimpinan Berdasarkan Teori, Dan

Berdasarkan Pendekatan Teori Munculnya Kepemimpinan)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pelayanan Referensi yang diampu

oleh Dr. Hj. Yooke Tjuparmah S.K.,M.Pd.

Kelompok

Nur Afrylyanty 1202788

PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

Page 2: Konsep Kepeminpinan

1. Teori munculnya kepemimpinan

Kajian tentang kepemimpinan sebagai ilmu (leadership as a science) telah

mengundang kepedulian para ahli ilmu-ilmu perilaku, terutama ahli manajemen,

secara lebih besar sejak Perang Dunia II. Namun demikian, masih terdapat perbedaan

pendapat mereka tentang teori munculnya kepemimpinan. Para ahli membuat

rumusan sendiri-sendiri dan cenderung tidak menolak pendapat ahli lainnya, lebih-

lebh dikaitkan dengan aliran yang mereka anut. Dari sekian banyak pendapat tentang

teori yang ada, pada dasarnya teori munculnya kepemimpinan dapat dikelompokkan

ke dalam tiga teori, yaitu:

1. Teori Bawaan atau Heredity Theory

Bakat kepemimpinan di dalam diri seseorang telah di bawa sejak lahir, demikian

pandangan utama teori ini. Kata lain dari teori ini adalah teori keturunan atau teori

bawaan. Keturunan yang dimaksudkan di sini adalah faktor genetis, bukan keturunan

berdasarkan status strata sosial, ningrat, atau keturunan raja. Teori ini berasumsi

bahwa sifat-sifat kepemimpinan seseorang adalah faktor bawaan sejak lahir, di mana

menjadi pemimpin atau tidaknya seseorang karena takdir semata. Penganut teori ini

merumuskan tesis leader are bom, kepemimpinan adalah dilahirkan. Pendirian pokok

teori ini adalah hanya orang-orang yang telah membawa bakat kepemimpinanlah

yang mampu menjadi pemimpin dikemudian hari. Dimensi pribadi, fisik, intelektual,

dan nasib- baik, serta dimensi lainnya telah dimiliki sejak lahir. Dia ditakdirkan untuk

menjadi pimpinan, bahkan sampai dengan keturunan-keturunannya..

Teori ini berpandangan bahwa secara filosofis manusia itu memiliki kemampuan

yang luar biasa, baik fisik maupun otaknya. Akan tetapi kemampuan dimaksud tidak

sama pada masing-masing orang. Artinya, kemampuan itu dapat saja halnya dimiliki

oleh subjek tertentu, dan tidak dimiliki oleh yang lainnya. Kemampuan itu dilukiskan

sebagai kelebihan menonjol yang ada dalam diri seseorang. Manusia seperti ini

memiliki faktor internal (internal factor) berupa kekuatan khusus, yaitu kekuatan

untuk menjadi pimpinan dan kekuatan itu dibawa sejak lahir. Pendapat ini melihat

bahwa seseorang dapat menjadi pimpinan tanpa perlu melihat sistem luar (external

system). Modal dasar, seperti bakat, intuisi atau kecakapan praktis tanpa dibarengi

dengan teori-teori atau prinsip-prinsip, dianggap cukup untuk membuat seseorang

menjadi pimpinan.

2. Teori Psikologi atau Psychological Theory

"Manusia itu memiliki potensi kejiwaan atau psikologi yang bisa dibentuk

melalui proses interaksi dengan lingkungan, terutama interaksi yang disengaja atau

dibuat secara khusus untuk itu. Kata lain dari teori ini adalah teori kejiwaan. Teori ini

berasumsi bahwa sifat kepemimpinan seseorang dapat dibentuk sesuai dengan

jiwanya. Penganut teori ini merumuskan tesis leader are made, pemimpin itu dapat

diciptakan atau dipersiapkan secara khusus, misalnya, melalui pendidikan dan

Page 3: Konsep Kepeminpinan

pelatihan . Manusia, .sesuai dengan perkembangan jiwanya dapat mempelajari

subjek berupa ilmu pengetahuan atau pengalaman atau hal-hal lain di luar dirinya

(lingkungan), demikian juga ilmu kepemimpinan.

3. Konsep dasar teori kejiwaan ini adalah bahwa kapasitas seseorang dapat dibentuk.

dimanipulasi, didongkrak kematangannya, dan karenanya bakat yang dibawa sejak

lahir ke muka bumi ini bisa diabaikan. Manusia belajar dari pengalaman dan

pengalaman menaikkan tingkat kematangan seseorang, sejalan dengan kematangan

psikologisnya menurut usia kronologis. Artinya, lingkungan adalah bagian penting

dari kehidupan seseorang. Manusia sukses, antara lain ditandai oleh kemampuannya

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memanfaatkan lingkungan itu menurut

kebutuhan nyata. Dalam konteks ini, manusia dapat dilihat dari berbagai dimensi,

yaitu sebagai:

a. Makhluk biologis yang memiliki organ tubuh seperti hewan, mempunyai nafsu

makan, dorongan seks, (ton sebagainya.

b. Makhluk sosial yang ditandai oleh kemampuan berinteraksi dengan orang lain,

perasaan sepi hidup sendiri, dan lain-lain.

c. Makhluk intelektual, yang ditandai oleh pelbagai kemampuan, seperti: (1)

kemampuan mengingat, (2) kemampuan memahami, (3) kemampuan

melakukan analisis, (4) kemampuan mengadakan sintesis, (5) kemampuan

mengaplikasikan konsep dasar (6) kemampuan menilai.

d. Makhluk pengabdi Tuhan. Kehadiran manusia di muka bumi ini bukan hanya

untuk mengabdikan dirinya kepada dirinya sendiri dan keluarganya atau

organisasi tempat dia bekerja, serta negara tempat dia bermukim. Manusia

adalah makhluk Tuhan dan dia harus menjalankan perintah- Nya.

Makhluk rohani yang mempunyai potensi bergerak seperti, perasaan, minat,

perhatian, persepsi, intuisi, firasat, dan kecakapan praktis. Kepemimpinan sebagai

suatu sistem tidak terlepas dari sistem lain. Karena itu, kepemimpinan yang efektif

dapat dilakukan oleh pimpinan, jika dia mampu memanfaatkan potensi lingkungan

dan membenahi diri. Pemimpin yang efektif bersifat adaptif atau mampu membawa

diri di tempatnya berada atau bekerja. Bila pimpinan tidak adaptif maka aktivitasnya

menjadi vakum dan proses kepemimpinan tidak berjalan seperti yang diharapkan.

4. Definisi kepemimpinan berdasarkan teori

1. Teori X dan Teori Y

Teori ini dikemukakan oleh Douglas McGregor. McGregor membedakan

manusia ke dalam dua tipe- atau kelompok, yaitu manusia X dan manusia Y.

Klasifikasi ini dibuat oleh McGregor atas dasar karaktertstik manusia di dalam

organisasi. Manusia yang mempunyai kecenderungan pasif atau negatif oleh

McGregor dikategorikan sebagai manusia X, dan manusia yang cenderung

Page 4: Konsep Kepeminpinan

bersifat kreatif atau positif dikategorikannya sebagai manusia Y. Ciri-ciri

manusia X (Teori X) adalah sebagai berikut.

a. Pada umumnya atau rata-rata manusia itu malas bekerja.

b. Karena itu manusia hanya akan bekerja jika dikomando, diperintah, diancam

atau dipaksa.

c. Manusia tidak memiliki tanggung jawab, mempunyai ambisi rendah,

cenderung hanya mau diperintah saja, dan tidak ada kemauan mandiri.

d. Manusia hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan semata.

e. Manusia harus diawasi secara ketat dan pada umumnya harus dipaksa untuk

mencapai tujuan organisasi.

Ciri-ciri manusia yang termasuk manusia Y (Teori Y) adalah sebagai berikut. i

a. Bagi manusia bekerja adalah kegiatan normal yang biasa dilakukan di dalam

hidupnya. Karenanya, selama lingkungan memungkinkan, orang-orang akan

merasa senang dan puas, seperti istirahat atau bermain.

b. Di dalam diri manusia ada keinginan untuk bergerak sendiri, mengatur diri

sendiri, dan berinisiatif sendiri.

c. Tujuan organisasi merupakan realisasi dari kebutuhan individu. .

d. Manusia suka menerima tanggung jawab jika kondisi yang ada benar- benar

memungkinkan untuk itu.

e. Jika manusia tidak kreatif dalam organisasi, dia memang tidak mampu

berbuat untuk itu.

Di dalam praktek, karakteristik perilaku manusia organisasional tidaklah

permanen, melainkan dapat berubah secara kondisional. Tidak ada manusia selalu

berada pada kondisi pasif atau negatif, dan tidak juga ada manusia yang selalu berada

pada kondisi kreatif atau positif. Konsekuensinya adalah tidak ada pula manusia yang

selalu berada pada posisi manusia X, sebaliknya tidak pula ada yang selalu berada

pada posisi manusia Y. Perilaku manusia bergerak dari manusia X ke manusia Y dan

sebaliknya, dengan titik berat tertentu. Gerakan arus karakter manusia seperti

digambarkan di bawah bersifat dinamis. Titik berat karakter, apakah cenderung

menampakkan karakter manusia X atau manusia Y dipengaruhi oleh bsnyak hal,

seperti gaya kepemimpinan, kondisi fisik-psikologis karyawan, insentif yang

diterima, aturan disiplin, iklim organisasi, kesempatan promosi, tantangan

pekerjaan, dan makna pekerjaan bagi karyawan.

Persentuhan gerakan secara dimensional dari karakter X menuju karakter

Y dan sebaliknya diduga berada pada posisi moderat. Gerak dan orientasi titik berat

karakter manusia dapat disajikan pada Gambar 7.1 berikut ini.

1

Page 5: Konsep Kepeminpinan

Gambar 7.1: Area karakter pekerja

1 = Area karakter X

2 = Area karakter Y

3 = Area netral

2. Teori Sistem 4

Teori sistem manajemen (management system theory) yang populer dengan

sebutan sistem 4 (System 4) dikembangkan oleh Rensis Likert. Teori ini muncul dari

hasil kajian Likert terhadap karakteristik manusia organisasional yang berbeda-

beda. Dengan kata lain bahwa teori ini muncul berdasarkan segi-segi kemanusian,

baik kepribadian maupun kematangan hidup manusia itu. Likert mengemukakan

bahwa perbedaan manusia yang dipimpin membuat gaya kepemimipinan

(leadership style) bergerak dari sistem 1 ke sistem 4. Dengan demikian,

kepemimpinan seseorang terdiri atas empat gaya, yaitu sistem 1,sistem 2, sistem 3,

dan sistem 4. Adapaun teori sistem 4 dari Rensis Likert disajikan pada Gambar 7.2

berikut ini.

Variabel Variabel Gaya Kepemimpinan

Organisasi Sistem 1 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4

Kepercayaan

terhadap ba-

wahan

Sama sekali tidak

percaya terhadap

bawahan

Mempunyai

kepercayaan

laksana bos ke-

pada pelayan

Kepercayaan

diberikan tidak

penuh, tidak ada

delegasi dalam

pembuat

keputusan

Kepercayaan diberikan secara

penuh kepada bawahan dan

bawahan berpartisipasi

penuh, dalam pembuatan ke-

putusan

Karakteristik

alat motivasi

yang diguna-

kan

Menakuti, an-

caman, hukuman,

dan penghargaan

Penghargaan

dan hukuman

Penghargaan,

sesekali hu-

kuman, dan par-

tisipasi

Penghargaan mengandung

nilai-nilai ekonomis sebagai

hasil partisipasi, peningkatan

metode kerja, dan peng-

hargaan atas hasil kerja.

3

2

Page 6: Konsep Kepeminpinan

Karakteristik

dalam proses

interaksi

komunikatif

Interaksi sangat

terbatas dan

kecenderungan

pada ketakutan

Sesekali ada

interaksi, rasa

takut, dan hati-

hati dari pihak

bawahan

Cukup interaksi,

disertai

kepercayaan yang

memadai

Interaksi secara penuh rasa

bersahabat, disertai

kepercayaan, dan partisipasi

penuh.

3. Teori Kisi Kepemimpinan

Teori kisi kepemimpinan atau manajerial Grild dikembangkan oleh Blake &

Mouton atas dasar konsep yang dikembangkan oleh kelompok Ohio State University

dan Michigan University, serta oleh teori kepemimpinan dinamika kelompok.

Menurut Blake 8L Mouton, secara umum dapat dikemukakan bahwa ada dua sikap

utama dari kepemimpinan seseorang.

a. Pemimpin yang berorientasi pada produksi atau tugas-tugas saja atau concern for

production Konsep kepemimpinan semacam ini menganggap bahwa manusia hanya

akan berarti bagi organisasi, jika dia mampu meraih hasil atau dapat melaksanakan

tugas yang diemban secara efektif.

b. Pemimpin yang berorientasi kepada segi-segi kemanusia atau concern for people.

Pemimpin di sini tidak berorientasi kepada tugas-tugas semata, akan tetapi lebih

banyak memperlihatkan segi-segi kemanusiaan. Pemimpin semacam ini berpikir

bahwa manusia adalah faktor yang sangat penting, dan dalam bekerjanya manusia

bukan semata-mata penghasil saja, akan tetapi sebagai insan yang memiliki segi-

segi rohaniah. Untuk selanjutnya teori ini disajikan pada Gambar 7.3 berikut ini.

Gambar 7 J: Teori Managerial Grid (Harsey, 1977)

Kepemimpinan 1 - 1 disebut gersang (impoverished), artinya adalah pemimpin

Gambar 7.2: Teori Sistem 4 menurut Likert

Page 7: Konsep Kepeminpinan

yang menggunakan orientasi usaha keija yang minimal dan demikian juga orientasi

manusianya. Pemimpin menganggap bahwa dengan usaha itu dianggap cukup untuk

mempertahankan organisasi. Baginya, dengan orientasi rendah terhadap tugas dan

segi kemanusiaan, organisasi akan tetap bertahan.

Kepemimpinan 9 - 1 disebut orientasi tugas (task oriented), artinya adalah pemimpin

yang berorientasi semata-mata pada hasil kerja manusia. Segi-segi manusia dalam arti

kemanusiaan (humanity) baginya kurang penting. Pemimpin yang berada pada posisi ini

menganggap bahwa organisasi hanya akan bertahan, jika organisasi tersebut mampu

menghasilkan produksi secara maksimal, sedang manusia sebenarnya hanya alat

produksi semata-mata.

Kepemimpinan I - 9 disebut kelompok kontri (country club), urtinyu adalah

kepemimpinan yang berorientasi tinggi kepada faktor manusia. Hubungan antar-

manusia secara ramah, dua arah, dan informasi sangat penting. Produksi adalah urusan

kedua, sebab manusia hanya ukan dapat bekerja dalam suasana yang menyenangkan.

Kepemimpinan 9 - 9 disebut tim {team) artinya adulah pemimpin yang

berorientasi tinggi puda faktor manusia di samping tinggi pula orientasinya pada tugas-

tugas. Antara orientasi manusia dengan orientasi tugas berada pada posisi yang

seimbang. Kepemimpinan semacam ini menganggap bahwa dengan orientasi tinggi

pada keduany;Aah, organisasi dapat bertahan.

Kepemimpinan 5 - 5 disebut jalan tengah (middle mad), yaitu kepemimpinan yang

berada pada posisi di tengah-tengah atau berimbang atau kompromistik. Pemimpin di

sini mencari keseimbangan antara segi- segi kemanusiaan dengan tugas-tugas yang

diemban. Pemimpin menganggap bahwa hanya dengan menciptakan keseimbangan

tugas-tugas dengan aspek-aspek manusiawilah, organisasi akan berjalan. Dia tidak

menuntut derajat paling tinggi pada keduanya.

5. Kontinum Kepemimpinan

Teori kontinum kepemimpinan (leadership continuum) dikemukakan oleh R.

Tannenbaum dan W.H. Schmidt. Tannenbaum dan Schmidt berpendapat bahwa

kepemimpinan seseorang terdiri dari .beberapa variasi gaya yang bergerak dari boss-

centered ke subordinate centered. Konsep kepemimpinan menurut kontinum ini, bahwa

perilaku pemimpin bergerak dari gaya otoriter ke gaya demokratis, tanpa menentukan

bahhwa yang satu lebih baik daripada yang lainnya. Tannembaum menganggap bahwa

kepemimpinan seseorang tergantung pada situasi dan kepribadian pimpinan.

Tannenbaum dan Achmidt melihat ada beberapa elemen penting yang dapat

mempengaruhi perilaku manager. Pertama, kekuatan pada diri pimpinan, termasuk

sistem nilai (value system) dan keyakinan yang dianutnya. Kedua, kekuatan pada diri

bawahan yang memberi efek langsung terhadap perilaku tertentu. Ketiga, kekuatan pada

situasi tertentu, seperti sistem nilai organisasi dan tradisi-tradisi (organizational values

and traditions), keefektifan kerja bawahan untuk setiap unit, tekanan waktu, kekuasaan,

Page 8: Konsep Kepeminpinan

dan sebagainya. Kontinum menurut Tannenbaum dan Schmidt adalah sebagai berikut.

a. Manajer membuat keputusan tanpa persetujuan bawahan.

b. Manajer menjual keputusan sebelum meminta persetujuan.

c. Manajer menyajikan keputusan untuk direspons melalui sejumlah pertanyaan oleh

para bawahan.

d. Manajer menyajikan keputusan tentatif tentang suatu subjek dan mungkin diubah

setelah ada masukan dari bawahan.

e. Manajer menyajikan masalah dan meminta masukan (input) dari bawahan, kemudian

membuat suatu keputusan.

f. Manajer merumuskan batas-batas kepada bawahan untuk membuat keputusan.

g. Manajer dan bawahan secara bersama membuat keputusan, di mana terminologi dan

batas-batasnya didasari atas konstrain organisasi.

Adapun kontinum perilaku manajer dan non-manajer atau staf

(continuum of manager-non manager behavior) menurut Tannenbaum dan

Schmidt disajikan pada Gambar 7.4 berikut ini.

Area kekuatan bawahan

Gambar 7.4: Kontinum perilaku manajer dan

ndn-manajer

Implikasi teori ini adalah bahwa ada saat-

saat tertentu kekuatan administrator atau manajer sangat dominan, dan ada pula

saatnya kekuatan bawahan sangat menonjol. Pada saat bawahan tampil secara dewasa,

kekuatan manajer atau administrator makin berkurang. Jika bawahan tampil secara

kekanak-kanakan, kekuasaan manajer atau administrator makin menonjol.

Administrator modern, karenanya, harus tampil berdasarkan hasil analisis yang

mendalam terhadap situasi yang ada di sekitar dirinya dan karenanya, administrator

atau manajer tidak boleh tampil secara monoton.

5. Definisi kepemimpinan berdasarkan pendekatan

a. Pendekatan Ciri.

Pendekatan ini menekankan pada atribut / sifat yang ada pada pemimpin.

Pendekatan kepemimpinan melalui sifat ( bakat) berdasarkan teori kesifatan. Bahwa

pemimpin yang baik itu dilahirkan bukan diciptakan. Namun anggapan itu gugur maka

Page 9: Konsep Kepeminpinan

Keith Davis merumuskan 4 sifat umum yang dapat mempengaruhi keberhasilan

kepemimpinan organisasi yaitu:

Kecerdasan

Kedewasaan dan keleluasaan hubungan sosial

Motivasi diri dan dukungan berprestasi

Sikap – sikap hubungan kemenusiaan

Pendekatan sifat atau ciri adalah pendekatan yang mengemukakan bahwa

perilaku khusus membedakan pemimpin dari bukan pemimpin. Teori ciri akan menjadi

dasar dari memilih orang yang tepat, sedangkan teori perilaku dapat melatih orang yang

tepat.

b. Pendekatan berdasarkan Perilaku.

Menekankan pada penelitian tentang sifat dari pekerjaan manajerial, dan

membandingkan perilaku pemimpin yang efektif dan tidak efektif. Pendekatan prilaku

adalah pendekatan yang mengemukakan bahwa perilaku khusus membedakan

pemimpin dari bukan pemimpin.

Teori ciri akan menjadi dasar dari memilih orang yang tepat, sedangkan teori

perilaku dapat melatih orang yang tepat. Teori ini berhasil mengidentifikasikan

hubungan yang konsisten antara pola perilaku kepemimpinan dan kinerja kelompok,

tetapi tidak mampu menjelaskan faktor-faktor situasi yang memperngaruhi keberhasilan

atau kegagalan kepemimpinan.

c. Pendekatan Kekuasaan-pengaruh. Dengan mempelajari proses mempengaruhi antara

pemimpin dan pengikutnya. Jumlah dan jenis kekuasaan dan cara kekuasaan tersebut

digunakan.

Kekuasaan merupakan kapasitas untuk mempengaruhi secara unilateral sikap

dan prilaku orang ke arah yang diinginkan (Gary Yukl, 1996:183). Kartini Kartono

(1994:140) mengungkapkan bahwa sumber kekuasaan pemimpin dapat berasal

dari:

kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain.

Sifat dan sikapnya yang lebih unggul sehingga memiliki kewibawaan

terhadap pengikutnya.

Memiliki informasi, pengetahuan, dan pengalaman yang luas.

Memiliki human relation yang baik, kepandaian bergaul dan berkomunikasi.

Ada dua teori yang menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh di

pertahankan atau hilang dalam organisasi, yaitu:

1. Social exchange Theory.

Menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh dan hilang selagi proses

mempengaruhi yang timbal balik terjadi selama beberapa waktu antara

pemimpin dan pengikut.

Page 10: Konsep Kepeminpinan

2. Strategic Contingencies Theory.

Menjelaskan bahwa kekuasaan dari suatu sub unit organisasi tergantung

pada faktor keahlian dalam menguasai masalah penting, sentralisasi unit

kerja dalam arus kerja dan tingkat keahlian dari sub unit tersebut.

d. Pendekatan Situasional. Menekankan pada faktor kontekstual seperti sifat pekerjaan,

sifat lingkungan dan karakter pengikutnya.

Teori Situasional/Kontijensi [ROBS & GIBS]

1. A. Model Fiedler

Mengemukakan bahwa kinerja kelompok yang efektif bergantung pada

penyesuaian yang tepat antara gaya pemimpin dalam berinteraksi dengan

bawahan dan pada tingkat mana situasi memberikan kendali dan pengaruh

kepada pemimpin tersebut.

Mendefisikan Situasi dinilai berdasarkan :

• Hubungan pemimpin anggota : Tingkat Keyakinan,

kepercayaan dan hormat bawahan terhadap pemimpin mereka

• Struktur Tugas : Tingkat prosedur penugasan pekerjaan

(struktur atau tidak terstruktur)

• Kekuasaan Jabatan : pengaruh yang muncul dari jabatan

struktural formal.

Setelah dihitung LPC dan didefisinikan situasi

akhirnya disesuaikan keduanya.

2. Teori Situasional Hershey dan Blanchard (SLT)

Adalah teori kontijensi yang memusatkan perhatian pada

Pengikut, Mengatakan :

1. Jika pengikut tidak mampu & tidak ingin melakukan tugas

pemimpin perlu memberikan alasan yg khusus dan jelas

2. Jika pengikut tidak mampu & ingin pemimpin perlu memaparkan

orientasi tugas tugas yg tinggi

3. Jika pengikut mampu & tidak ingin, pemimpin perlu mendukung

dan partisipatif

4. Jika pengikut mampu & ingin, pemimpin tidak perlu berbuat

Banyak

3. Leader Member Exchange (LMX) Theory

Para pemimpin menciptakan kelompok - dalam dan kelompok – luar

bawahan dengan status kelompok – dalam akan berkinerja, memiliki tingkat

pengunduran diri lebih rendah, dan tingkat kepuasan kerja lebih tinggi.

4. Path – Goal Theory

Teori yg menyatakan bahwa tugas pemimpin adalah mendampingi

pengikut dalam meraih sasaran mereka dan memberikan pengarahan dan atau

Page 11: Konsep Kepeminpinan

dukungan yg perlu untuk menjamin sasaran mereka selaras dengan keseluruhan

sasaran kelompok/organisasi.

5. Model Normatif Vroom – Yetton

Teori yang memberikan serangkaian aturan untuk menentukan bentuk dan

banyaknya pengambilan keputusan partisipatif dalam situasi yang berbeda –

beda. [ROBS]

Model yang menjelaskan bagaimana seorang pemimpin harus memimpin

dalam berbagai situasi. Model ini menunjukkan bahwa tidak ada corak

kepemimpinan tunggal yg dapat diterapkan pada semua situasi. [GIBS]

DAFTAR PUSTAKA

Anahuraki. (2013) . pendekatan kepemimpinan. Dikases pada tanggal 24 September

2014, dari http://anahuraki.lecture.ub.ac.id/files/2013/08/PENDKATAN-

KEPEMIP-3.1.ppt.

Danim, Sudarwan. (2004). Motivasi Kepemimpinan Dan Efektifitas Kelompok. Jakarta:

Rineka Cipta.