konsep hospitalisasi pada anak
DESCRIPTION
konsep hospitalisasi pada anakTRANSCRIPT
Konsep Hospitalisasi Pada Anak
Hospitalisasi :
Suatu Keadaan sakit dan harus dirawat di RS yang terjadi pada anak maupun pada keluarganya, yang menimbulkan suatu kondisi kritis baik bagi anak maupun keluarganya.
Krisis Hospitalisasi, dapat disebabkan oleh :1. Stress karena adanya perubahan status kesehatan & kebiasaan
sehari – hari2. Anak mempunyai keterbatasan mekanisme koping untuk
memecahkan kejadian – kejadian stress
Reaksi anak terhadap sakit & dirawat di RS dipengaruhi : Perkembangan Usia Pengalaman sakit yang lalu Support Sistem yang tersedia Perpisahan Keterampilan koping dalam menangani stress Keseriusan penyakitnya
Stress Utama Selama Hospitalisasi :
a. Perpisahanb. Kehilangan kontrolc. Trauma pada tubuh & nyerid. Prilaku anak
Reaksi Anak Berdasarkan Tahap Perkembangan :
1. Bayi ( 0-1 ) : Terbentuknya rasa percaya & pembinaan kasih sayang dapat terganggu
Usia 6 bulan : o Sulit memahami reaksi bayi saat dirawat o Belum bisa mengungkapkan apa yang di rasakannya .
Usia > 6 bulan : Banyak menunjukkan perubahan Usia 8 bulan :
Mengenal ibunya : beda dengan dirinyaStranger Anxiety : Menolak orang lain yg baru dikenalnya
Kecemasan Manifestasi : Menangis Marah atau pergerakan yang berlebihan Merasa memiliki ibunya, jika berpisah akan terjadi ” Separation
Anxiety ” Jika di tinggal ibunya :
Menangis sejadi2 nya Melekat Sangat tergantung pada ibunya
Respon terhadap nyeri :Ekspresi wajah tidak menyenangkanPergerakan tubuh seperti menggeliat, tersentak a/ menangis
kuat
2. Toddler ( 1-3 th ) Belum mampu berkomunikasi dengan bahasa yang memadai Pengertian thdap realitas terbatas Hubungan dengan ibu sangat dekat
Perpisahan dg ibu menimbulkan : Kehilangan org yg terdekat bagi diri anak & lingkungan yg
dikenalnya Perasaan tidak aman & rasa cemasSumber Stress utama pada toddler akibat perpisahan usia 15-30 bulan, ansietas perpisahan ini disebut juga ” Analitie Depresion ”
Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam 3 tahap yaitu :1. Protest ( protes )2. Despair ( putus asa )3. Detachment ( Menolak / Denial )
Tahap Protes ( Protest )Manfestasi :
Menangis Kuat Tingkah laku agresif
( memperlihatkan kpd org lain bahwa dia tdk ingin di’tgl oleh ortunya )
Menjerit Memanggil Ibunya Menolak perhatian dr org
lain
Tahap putus asa ( Despair )Manifestasi :
Tampak tenang Tidak aktif Kurang minat utk bermain Tidak nafsu makan
Menangis kurang Menarik diri Sedih & apatis
Tahap Menolak / Denial ( Detachment )Manifestasi :
Samar2 menerima perpisahan Membina hubungan dangkal dg org lain Mulai menyukai lingkungan
Toddler telah mampu :Menunjukkan kestabilan dlm mengontrol dirinya dg cara m’prthankan kgiatan rutin spt makan, tidur, mandi, toeliting & bermain
Akibat hospitalisasi : Kehilangan kebebasan & pndngan egosentrisnya dlm
mengembangkan otonominya Timbul ” Regresi ”
Ketergantungan dlm jangka waktu lama ” sakit kronik ”Respon ” Menarik diri dari hub. Interpersonal
Reaksi thdp perlukaan tubuh / nyeri ” toddler ” Menangis Menggigit bibir Memukul Menyerang
Karena toddler sudah mampu mengkomunikasikan rasa nyeri & dapat melokalisasi dg menunjukkan lokasi nyeri yg dirasakan.
3. Usia Pra Sekolah ( 3-6 th )Dapat menerima perpishn dg ortu
Dpt m’btuk rasa percya dg orang lain = ttp m’btuhkan p’lindungan dari klga
Akibat perpisahan ; Menolak makan, menangis pelan 2
Sering bertnya kpn ortunya datang Tdk Kooperatif thd aktifitas sehari2
Kehilanganontrol diri tjd : Adanya pembatasan aktifitas sehari2
Kehilangan kekuatan diri Mengganggap bhwa di Rawat di RS sbg:
Hukuman, dipisahkan, mrs tdk aman kmandiriannya dihambat
Respon ” malu, bersalah & takut
Anak usia prasekolah ini Perhatian thd penampilan & fungsi tubuh : Ingin tahu & bingung melihat ” org Gguan pnglhatan
” Takut mengalami perlukaan thd prosedur yg
dilakukan Bingung bila keluar darah
Usia Sekolah ( 6-12 ) Bila dirawat di RS anak akan : Merasa khawatir thd ppshan dg sekolah &
teman sebayanya Takut khlngan keterampilan Merasa kesepian & sendiri Butuh rasa aman & perlindungan dari ortu tapi
” tdk perlu sllu ditemani ortu ”
Anak berusaha Independent &m produktif akibat dirawat diRS menyebabkan perasaan ” kehilangan kontrol & kekuatan ini tjd krn :
Perubahan dlm peran Kelemahan fisik Takut mati Khlangan kgtan dlm klmpok Akbt kgtan RS spt Bedrest, kurangnya privacy, penggunaan
pispot, dll.
Mampu mengekspresikan perasaannya & bertoleransi thd nyeri, berusha m’ngontrol tingka lakunya pd saat sakit / nyeri dg cara :
Menggigit bibir Menggenggam sesuatu dg erat Ingin tahu alasan tindakan yg dilakukan ” amati perawat ” Takut terhadap ”mati” pd wktu tidur
4. Usia Remaja (13-18 th)Kecemasan jika dirawat di RS akibat Takut berpisah dg teman sebaya / klmpok Takut khlangan status & teman2 sekelompok Akibat penyakit fisik Kurangnya privacy
Tdk merasa takut berpisah dg ortu
Sakit & dirawat di RS :Ancaman thd identitas diri, pkembangan dan kemampuan anak
Reaksi : Tdk kooperatif Menarik diri Marah & Frustasi Stress krn prbahan Body Image akibat penyakit / pembedahan Banyak bertanya Menolak orang lain
Reaksi Keluarga thd Anak dg Hospitalisasi
Dipengaruhi oleh :Keseriusan penyakitPengalaman sakitSupport sistem yg adaSemua itu bisa muncul pd ortu maupun saudaranya.
Reaksi Ortu Cemas meningkat jika kurang informasi ttg prosedur & pengobatan anak serta dampak thd masa depan anakTidak percaya jika penyakit anaknya tiba2 & serius setelah sadar ttg keadaan anak ortu akan : Marah Rasa bersalah thd diri krn tdk mmpu mrwat anak shg anak sakit Taku, ansietas, Frustasi = krn seriusnya penyakit & tipe dari
prosedur medisFrustasi = kurang informasi thd prosedur & pengobatan tdk familiar dg prosedur RS.
Reaksi SiblingMarah, cemburu, benci & bersalah krn ortu sering mencurahkan rasa sayang & perhatian pd anak yg sakitAnak yg sehat mrsa ditolak
Peran Perawat Dalam Mengurangi Stress Akibat Hospitalisasi 1. Mencegah/ meminimalkan dampak dari perpisahan
Tujuan utama: mencegah perpisahan pada anak usia lebih dari 5 tahun
a. Rooming in : Kontak komunikasi dengan anakb. Partisipasi orang tua : Menyiapkan makanan, memandikan
Perawat sebagai ” Healyh Educator”c. Membuat ruang perawatan dekorasi seperti situasi rumah d. Membantu anak mempertahankan kontak dengan sekolah
Seperti: kunjungan teman-teman sekolah
2. Mencegah perasaan kehilangan kontrola. Physical Restiction
Pembatasan fisik/ immobilisasi pada ektremitas: infus dapat dicegah jika anak kooperatif
Kontak orang tua dengan nak mengurangi stress akibat restrain (bayi dan toddler)
Siapkan orang tua untuk membantu, mengobsevasi dan menunggu diluar ruangan terhadap tindakan yang menimbulkan nyeri
Menempatkan tempat tidur didekat jendela/ pintu, memberi musik bila anak perlu ”isolasi lingkungan”
b. Gangguan dalam memenuhi kegiatan sehari-hariSeperti masalah dalam makan, tidur, berpakaian, mandi, toileting dan interaksi sosial.Tekhnik yang digunakan”Time Structuring” digunakan untuk anak dan remaja “Paham Konsep Waktu” yaitu pembuatan jadwal kegiatan penting bagi perawat dan anakMisal: prosedur pengobatan, latihan, nonton TV, bermain, dsbDibuat dengan kesepakatan antara perawat, orangtua dan anak
3. Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri Persiapan anak terhadap prosedur yang
menimbulkan nyeri ”penting” untuk mengurangi ketakutan- Menjelaskan apa yang akan dilakukan- Siapa yang dapat ditemui oleh anak bila dia
takut
Memanipulasi prosedur: mengurangi perlukaan tubuhSeperti anak takut diukur suhu per rectal diganti dengan axilla
4. Memaksimalkan manfaat hospitalisasia. Membantu perkembangan orang tua dan
anakDapat memberikan kesempatan orang tua belajar tumbuh kembang anak, jika anak tahu reaksi anak terhadap stress seperti regresi dan agresi dengan cara; mencari support dan memperluas pandangan orangtua dalam merawat anak yang sakit
b. Memberi kesempatan untuk pendidikanUntuk anak dan anggota keluarga belajar tentang tubuh dan profesi kesehatan
c. Meningkatkan self mastery: Pengalaman menghadapi krisis
Anak usia muda: Kesempatan untuk mengetest fantasi/ realita
Usia lebih besar: Membuat keputusan, tidak tergantung dan percaya diri
Perawat dapat memfasilitasi dengan ”menekankan kemampuan personal anak”.
d. Memberi kesempatan untuk sosialisasiSatu ruangan dirawat dengan teman sebayao Membantu anak belajar
tentang diri merekao Orangtua mempunyai
kelompok sosial baru dengan orangtua yang punya masalah sama.
Sosialisasi dapat dilakukan oleh tim kesehatan
5. Memberi support pada anggota keluargaPerawat dapat mendiskusikan dengan keluarga tentang: Kebutuhan anak Membantu orangtua
mengidentifikasi alasan spesifik dari perasaan dan responnya terhadap stress
Memberi kesempatan pada orangtua untuk mengurangi baban emosinya
a. Memberikan informasi- Penyakit, pengobatan serta prognosa- Reaksi emosional anak terhadap sakit dan
dirawat- Reaksi emosional anggota keluarga
b. Melibatkan sibling- Program Rumah Sakit- Mengunjungi saudara yang sakit secara teratur
Persiapan HospitalisasiKonseling sebelum hospitalisasi tujuannya:1. Mengurangi stress dan ketakutan orangtua dan anak
terhadap Rumah sakit2. Memberikan suasana positif dan hubungan salaing percay
antara staf RS dengan seluruh anggota keluarga
Petunjuk:1. Direncanakan oleh staf RS sebelum anak diterima di RS2. Disusun sesuai tingkat usia perkembangan anak3. Menyediakan dukungan dan pengalaman khusus bagi anak
Teknik Pelaksanaan:1. Pembentukan kelompok dan waktu persiapan ( kelompok kecil
+10 orang2. Merencanakan keliling RS: dengan melibatkan orang tua 3. Persiapan peralatan material: Film, gambar, boneka4. Kesempatan diskusi5. Konseling hospitalisasi pada orangtua
Penerimaan masuk RS: Mengurangi stressor saat:1. Pengkajian fisik2. Pemeriksaan fisik3. Penempatan rawat inap anak
Selama perawatan di RS: Wapada terhadap masalah-masalah1. Usahakan meminimalkan stessor hospitalisasi akaibat
perpisahan dengan anggota keluarga2. Infeksi nasokomial3. Masalah penghematan biaya
Perawatan diRumah:Penyuluhan kesehatan perlu diberikan pada keluarga untuk merencanakan perawatan di rumah.
Perawat perlu mengkaji:1. Tingkat pengetahuan keluarga2. Keterampilan khusus yang berkaitan masalah kesehatan anak3. Support sistem yang ada
Diagnosa Keperawatan Klien dengan Hospitalisasi1. Cemas/takut b.d berpisah dari kebiasaan rutin dan support
sistem keluarga2. Cemas/takut b.d prosedur atau tindakan yang
mencemaskan3. Ketidakberdayaan b.d lingkungan perawatan kesehatan4. Kurang aktivitas b.d ketidakmampuan mobilitas gangguan
muskuloskeletal, pengaruh dari penyakit5. Intoleransi aktivitas b. D kelemahan umum, fatique,
ketidakseimbangan suplay oksigen
6. Risiko injury; Faktor risk: Tidak terbiasa dengan lingkungan, terapi atau perlengkapan berbahaya
7. Gangguan kebersihan diri b.d ketidakmampuan fisik dan kognitif atau pemasangan alat
8. Gangguan pola eliminasi (BAK) b.d ketidaknyamanan posisi9. Keluarga cemas/takut b.d krisis situasi, ancaman terhadap
fungsi peran , perubahan lingkungan10. Ketidakberdayaan keluarga b.d lingkungan perawatan
kesehatan11. Gangguanproses keluarga b.d krisis situasi9mengancam
fungsi peran anak yang dirawat.
Intervensi1. Atur kerja dan jadwal untuk kontak dengan anak2. Dorong saudara, nenek, kakak dan yang lainnya untuk
berkunjung3. Anjurkan untuk membuat catatan harian4. bawa mainan yang disenangi anak dari rumah5. Siapkan anak sebelum prosedur dan libatkan orang tua6. pertahankan kegiatan rutin yang biasa dilakukan anak7. Jadwalkan terapi dan waktu istirahat untuk dapat melakukan
aktivitas8. Siapkan aktivitas sesuai kondisi anak, kemampuan fisik dan
tingkat perkembangannya9. Berikan aktivitas yang mendorong istirahat dan tenang tapi
mencegah kebosanan sesuai umur dan tingkat perkembangan10. siapkan lingkungan yang aman untuk mencegah injuri11. jauhkan alat yang berbahaya dari jangkauan anak12. bantu memakai baju, mandi sesuai kebutuhan13. stimulasikan pengosongan kandung kencing dengan air
hangat pada area suprapubik dan air mengalir14. perkenalkan staf dengan staf RS / ruang perawatan15. anjurkan keluarga untuk berkunjung diwaktu yang sesuai
dengan jadwal kunjungan RS16. gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan
pengetahuan keluarga tentang penyakit dan terapinya.
Bermain untuk mengurangi stres akibat hospitalisasi
Penting untuk : Kesehatan mental, emosional dan social Ada ruang bermain yang aman dan menyenangkan Perhatikan prinsip-prinsip bermain di RS sesuai tumbuh kembang
anak Tujuan bermain : Mempertahankan proses tumbuh kembang
dapat mencapai secara optimal Keterlibatan orang tua pada akitifitas bermain penting bagi anak,
sehingga merasa aman dan anak mampu mengekspresikan perasaannya secara bebas dan terbuka1. Tujuan bermain di RS
dapat melanjutkan tumbuh kembang anak yang normal selama perawatan
dapat mengekspresikan pikiran dan fantasi melalui bermain
dapat mengembangkan kreatifitas melalui pengalaman permainan yang tepat
agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stres karena penyakit atau dirawat di RS dan anak mendapatkan ketenangan dalam bermain
2. Prinsip bermain di RS Tidak banyak energi, singkat dan sederhana Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang Kelompok umur sama Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan Semua alat permainan dapat dicuci Melibatkan ortu