konsep dzawil arham dalam pembagian …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/ahmad sanusi...

80
i KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN HARTA PENINGGALAN MENURUT ULAMA’ SYAFI’IYAH DAN ULAMA’ HANAFIYAH Oleh AHMAD SANUSI 15.2.13.2.005 JURUSAN AKHWAL AL SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2018

Upload: others

Post on 01-Jan-2020

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

i

KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN HARTA

PENINGGALAN MENURUT ULAMA’ SYAFI’IYAH DAN

ULAMA’ HANAFIYAH

Oleh

AHMAD SANUSI

15.2.13.2.005

JURUSAN AKHWAL AL SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2018

Page 2: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

ii

KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN HARTA

PENINGGALAN MENURUT ULAMA’ SYAFI’IYAH DAN

ULAMA’ HANAFIYAH

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi

Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh

AHMAD SANUSI

15.2.13.2.005

JURUSAN AKHWAL AL SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2018

Page 3: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi : Ahmad Sanusi, NIM 15.2.13.2.005. yang berjudul “Konsep Dzawil

Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut Ulama’ Syafi’iyah dan

ulama’ Hanafiyah” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk di munaqasahkan

.

Disetujui tanggal . 21 Desember 2017

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I

Dr. H. USMAN, M.Ag

NIP.196312311992031026

Pembimbing II

Dr.H.M. Said Ghazali, Lc. MA

NIP. 197112312006041003

Page 4: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

iv

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Munaqasyah

Mataram, 21 Desember 2017

Kepada

Yth. Rektor UIN Mataram

di Mataram

Assalamu‟alaikum Warahmatullhi Wabarakatuh .

Setelah di periksa dan diadakan perbaikan sesuai dengan masukan

pembimbing dan pedoman , skripsi, kami berpendapat bahwa skripsi : Ahmad

Sanusi, NIM 15.2.13.2.005. yang berjudul “Konsep Dzawil Arham dalam

Pembagian Harta Peninggalan menurut Ulama’ Syafi’iyah dan Ulama’

Hanafiyah” telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah

skripsi fakultas Syari‟ah UIN Mataram.

Demikian, atas perhatian bapak rektor disampaikan terima kasih .

Wassalamu‟alaikum. Wr. Wb.

Pembimbing I

Dr. H. USMAN, M.Ag

NIP.196312311992031026

Pembimbing II

Dr.H.M. Said Ghazali, Lc. MA

NIP. 197112312006041003

Page 5: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ahmad Sanusi

NIM : 15.2.13.2.005

Jurusan : Ahwal Al Syakhshiyah

Fakultas : Syari‟ah

Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa skripsi dengan judul :

Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

Ulama’ Syafi’iyah dan Ulama’ Hanafiyah secara keseluruhn adalah hasil

penelitian / karya sendiri, kecuali pada bagian – bagian yang dirujuk sumbernya.

Apabila di belakang hari ternyata karya tulis ini tidak asli, saya siap

dianulir gelar keserjanaan saya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN

Mataram

Mataram, 28 desember 2017

Hormat saya

Ahmad Sanusi

NIM. 15.2.13.2.005

Page 6: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

vi

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta

Peninggalan menurut Ulama’ Syafi’iyah dan ulama’ Hanafiyah” di ajukan

oleh Ahmad Sanusi NIM. 15.2.13.2.005, Jurusan Ahwal Al Syakhshiyah Fakultas

Syariah Universitas Islam Negeri (UIN ) Mataram telah di munaqasah-kan pada

hari Rabu 05 Januari 2018 dan di nyatakan telah memenuhi syarat untuk mencapai

Gelar Sarjana Hukum.

Dewan Munaqasah

1. Ketua Sidang

Pembimbing I

Dr. H. USMAN, M.Ag

NIP. 196312311992031026

(_______________)

2. Sekretaris Sidang

Pembimbing II

Dr.H.M. Said Ghazali, Lc. MA

NIP. 197112312006041003

(_______________)

3. Penguji Pertama

Drs. H. Muktamar, M.H

NIP:196512311993031024

(_______________)

4. Penguji Kedua

Hj. Ani Wafiroh, M.Ag

NIP:197407162005012003

(_______________)

Mengetahui

Dekan

Dr. H. Musawar, M.A.g

NIP: 196912311998031008

Page 7: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

vii

MOTTO

ولهن عليكم رزقهن وكسىتهن بالمعروف

„‟Dan mereka (para istri) mempunyai hak diberi rizki dan pakaian (nafkah) yang

diwajibkan atas kamu sekalian (wahai para suami).‟‟ (HR. Muslim 2137)

Page 8: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Kupersembahkan skripsi ini untuk ibu & bapak tercinta yakni bapak

Jamali (alm) dan ibu Hj. Fatimah, Terimakasih yang tiada terhingga

ananda ucapkan atas segala Kasih sayang, kerja keras dan Pengorbanan

yang engkau berikan kepada ananda sehingga ananda bisa

menyelesaikan Program Studi Sarjana I di Universitas Islam Negeri

Mataram,

2. Kepada ayahanda, ibunda, kakanda, ayunda, adindaku yang ada diwadah

organisasi himpunan mahasiswa islam (HMI) ananda ucapkan terima

kasih yang tak terhingga atas segala motivasi, suport, dan bantuan

sehingga ananda bisa menggunakan toga ini .

3. Kepada teman-teman AS Angkatan Kelas A 2013 banyak suka duka

yang kita alami bersama anada ucapkan terimakasih telah menemani

ananda sampai saat ini dikala susah maupun senang

4. Buat Teman- teman KKP diAik Bukak tahun 2016 terima kasih atas

dukungannya selama ini . Thank‟s For all My Friends.

5. Untuk Keluarga Besar ku terimakasih atas dukungan dan motivasi nya

selama ini dari awal sampai sekarang,

6. Buat pembimbing bapak Dr. H. Usman M.Ag. dan Dr. H. M. Sa‟id

Ghozali Lc. MA., terimakasih atas bimbingannya selama ini, tanpa

bimbingan dari bapak, ananda tidak akan dapat menyelesaikan tugas

akhir ini.

Page 9: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpakan rahmatnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam konsisten tercurahkan kepada

sang revolusioner sejati bagi dunia ini, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga,

sahabat, pengikut-pengikutnya dan seluruh umat Islam dari masyrik sampai

magrib, semooga kita mendapatkan syafa‟at beliau di akhirat kelak. Amin

Atas berkah dan rahmat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan

yang diharapkan, patutlah rasa syukur penulis panjatkan kepada-Nya serta rasa

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Syari‟ah Universitas Islam

Negeri (UIN) Mataram.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik

tanpa adanya bantuan orang lain yang begitu berharga dan bermakna bagi penulis,

dengan demikian dalam kesempatan yang berharga ini penulis menghaturkan rasa

hormat dan ucapan terima kasih kepada:

1. Pembimbing skripsi, Bapak Dr. H. Usman, M.Ag. Dan Bapak Dr. H.M.

Said Ghazali, Lc. MA yang senantiasa ikhlas meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Semoga beliau selalu dalam lindungn Allah SWT.

2. Rektor Universitas Islam Negri (UIN) Mataram,

Page 10: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

x

3. Dekan Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negri (UIN) Mataram, beserta

segenap pimpinan, karyawan, dan staf yang berdedikasi tinggi dan

sepenuh hati memberikan nasihat-nasihat yang berharga demi

meningkatkan kualitas spiritual dan intelektual kepada mahasiswa/i

Fakultas Syari‟ah .

4. Para Dosen Fakultas Syari‟ah yang telah memberikan ilmu pengetahuan

selama penulis belajar di kampus tercinta, Universitas Islam Negri (UIN)

Mataram yang banyak membuka cakrawala dan wacana berpikir penulis.

5. Rasa Ta‟zim dan terima kasih yang mendalam kepada kedua orang tua

saya, Bapak Jamali dan Ibu Hj. Fatimah yang telah memberikan motivasi

dukungan moril dan materil, kesabaran, keikhlasan, perhatian, kasih

sayang serta do‟a munajatnya yang tak henti-henti kepada Allah SWT

senantiasa agar penulis mendapatkan kesuksesan dalam penyelesaian studi

dan juga atas perjuangan mereka yang telah mendidik dan mengajarkan

arti kehidupan. Penulis persembahkan skripsi ini.

6. Teman-teman seperjuangan jurusan Akhwal Al-Syakhsiyah angkatan 2013

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah bersama-sama

berjuang dalam menuntut ilmu baik dalam suasana suka maupun duka di

fakultas syari‟ah tercinta, semoga ukhuwah islamiyah diantara kita tetap

terjaga selamanya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak nama-nama yang penulis

sebutkan satu persatu, kepada semua pihak yang telah memotivasi dalam

memberikan inspirasi kepada penulis untuk mencapai suatu cita-cita dan telah

Page 11: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

xi

membantu baik secara langsung amupun tidak langsung, moril maupun

materil. Hanya ucapan terimakasih yang mapu penulis haturkan semoga segala

bantuan tersebut diterima sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT dengan

pahala yang terus mengalir.

Akhirnya saran dan kritik yang konstruktif dan solutif dari semua pihak

akan diterima dengan baik, semoga Allah senantiasa meridhoi setiap langkah

kita. Amin.

Mataram, 28 Desember 2017

Penulis,

Page 12: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN .......................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ...................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ......................................................... v

PENGESAHAN .............................................................................................. vi

MOTO ............................................................................................................. vii

PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

ABSTRAK ..................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 6

D. Kajian Pustaka ................................................................................. 7

E. Kerangka Teori ............................................................................... 11

F. Metode Penelitian ............................................................................ 15

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................... 15

2. Sumber data ............................................................................... 15

3. Teknik dan Analisis data ............................................................ 16

4. Teknik Pengumpulan data ......................................................... 18

5. Validitas data ............................................................................. 18

G. Sistematika Pembahasan ................................................................. 19

BAB II PEMBAHASAN DZAWIL ARHAM MENURUT

SYAFI‟IYAH DAN HANAFIYAH ................................................................ 20

A. Konsep dzawil arham menurut syafi‟iyah ...................................... 20

1. Pengertian Dzawil arham ........................................................... 20

2. Ahli waris zawil arham .............................................................. 22

Page 13: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

xiii

3. Kewarisan dzawil arham ............................................................ 23

4. Dalil tentang dzawil arham tidak dapat bagian harta ................. 24

B. Konsep Dzawil Arham Menurut Hanafiyah ................................... 26

1. Pengertian Dzawil Arham .......................................................... 26

2. Dalil Tetang Dzawil Arham Bisa Mendapatkan Harta .............. 26

3. Cara Mendapatkan Warisan Dzawil Arham ............................... 32

4. Kelompok Dzawil Arham .......................................................... 39

5. Perbedaan Antara Mazhab Ahlu Al-Tanzil Dan

Mazhab Ahlu Al-Qorobah ......................................................... 42

6. Cara Mewarisi ............................................................................ 42

7. Syarat-Syarat Kewarisan Dzwil Arham ..................................... 44

C. Persamaan Dan Perbedaan Antara Syafi‟iyah Dan Hanafiyah

Tentang Konsep Dzawil Arham ...................................................... 47

1. Pengertian Dzawil Arham .......................................................... 47

2. Kewarisan Dan Ahli Waris ......................................................... 48

3. Kewarisan Dzawil Arham .......................................................... 49

4. Dalil-Dalil Tentang Dzawil Arham Dapat Menjadi Ahli Waris

Dan Tidak Dapat Menjadi Ahli Waris ......................................... 50

BAB III PENUTUP......................................................................................... 57

A. Kesimpulan ...................................................................................... 57

B. Saran ............................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

xiv

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang kewarisan yang sering membuaat orang-

orang bingung bagaimana mau melaksanakan dan menyelesaikan pembagian harta

peninggalan yang ditinggalkan oleh mayyit, yaitu tentang kewarisan dzawil

arham, apakah akan diberikan harta peninggalan tersebut atau tidak kepada

mereka.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam dan lebih luas

argumentasi ulama‟ Syafi‟iyah dan ulama‟ hanafiayah tentang sisi perbedaan

mereka megenai dzawil arham dalam pembagian harta peninggalan dan

mempertimbangkan tingkat kekuatan argumentasi yang masing-masing mereka

gunakan dalam hal ini.

Penelitian ini ialah penelitian pustaka, data yang dikumpulkan berdasarkan

fakta yang didapatkan dari dokumen-dokumen. Penelitian ini juga bersifat

konfaratif yaitu suatu metode membandingkan pendapat atau hasil pemkiran para

tokoh, dalam hal ini adalah membandingkan pendapat para ulama‟ Syafi‟iyah dan

ulama‟ Hanafiyah tentang dzawil arham dalam pembagian harta peninggalan.

Penelitian ini membahas bagaiman konsep-konsep yang ditawarkan oleh

masing-masing ulama‟ dari mazhab Syafi‟i dan ulama‟ dari mazhab Hanafi

tentang dzawil arham dalam pembagian harta peninggalan dan cara mereka para

kerabat dzawil arham mendapatkan bagian harta peninggalan orang yang mati

sesuai prosedur.

Kata kunci: Dzawil furudh Ashabah, Dzawil arham, Ulama‟ Syafi‟iyah dan

ulama‟ Hanafiyah

Page 15: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk sosial yang tidak akan pernah dapat hidup sendiri

tanpa bantuan orang lain atau makhluk lain, karenanya Allah menurunkan aturan

kepada manusia berupa al-Qur‟an dan al-Hadits sebagai penuntun dan pedoman

manusia dalam menjalankan kehidupanya di dunia ini, diperkuat lagi dengan

sumber-sumber hukum lainnya, seperti ijma‟ para ulama‟, qiyas, dan lain

sebagainya.

Al-Qur‟an dan al-Hadits mengajarkan kepada umat manusia aturan-aturan

yang terkait dengan kehidupan duniawi yang dapat memberikan jalan yang baik

menuju kesuksesan kehidupan akhirat yang akan membuatnya selamat, seperti

aturan-aturan dalam keluarga dan yang berhubungan dengan hal tersebut, seperti

hukum waris yang diaturnya secara detail. Masalah harta peninggalan orang yang

telah meninggal ini sangatlah sensitif dalam sebuah keluarga, sehingga sangat

rentan dapat memecah-belah hubungan keluarga yang awalnya harmonis.1

Berbagai kemungkinan timbulnya senketa disebabkan harta telah

diantisipasi dengan adanya aturan-aturan jelas dibidang harta, seperti dapat dilihat

dalam aturan jual beli, utang piutang, aturan hibah, wakaf, wasiat, mawaris dan

sebagainya. Silang sengketa tidak dapat dihindarkan bilamana pihak-pihak tidak

konsisten dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan.2

1 Muhamad bin Ibrahim bin Abdullah Atuwaijry. Hukum Waris. (Riyadh: Maktab Dakwah

dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007) h.1. 2 M. Zein, Satria Efendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer. (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 223.

1

Page 16: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

2

Ilmu tentang harta peninggalan ini termasuk ilmu yang amat mulia,

sesuatu yang tinggi kedudukannya, amat besar ganjarannya. Karena pentingnya

ilmu tersebut, hingga Allah sendiri yang menentukan bagian masing-masing dan

Allah pun yang menerangkan bagian masing-masing ahli waris, sebagian besar

diterangkan dalam beberapa ayat secara jelas, karena harta itu sendiri kerap kali

menjadi sumber ketamakan bagi manusia. Sebagian besar dari harta warisan itu

adalah untuk keluarga baik pria maupun wanita, besar maupun kecil, yang lemah

maupun yang kuat, sehingga tidak terdapat padanya kesempatan untuk

berpendapat atau berbicara dengan hawa nafsu.

Karena itulah Allah swt. yang langsung mengatur sendiri secara tertib

pembagian serta rincianya dalam kitab-Nya yang mulia (al-Qur‟an), meratakannya

di antara semua keluarga yang tergolong sebagai ahli waris sesuai dengan tingkat

keadilan diantara semua kerabat serta menjaga keharmonisan berkeluarga diantara

mereka.3

Ilmu mawaris adalah salah satu cabang ilmu tentang hukum keluarga

dalam Islam yang `membahas tentang tata cara pembagian harta peninggalan

kepada kerabat yang ditinggalkan dengan aturan yang sudah ditentukan. Aturan

tersebut datang dari sumber hukum utama di dalam Islam, yaitu al-Qur‟an dan al-

Sunnah

Pembahasan tentang warisan lebih banyak termuat di dalam kitab-kitab

klasik berbahasa arab tentang hasil-hasil ijtihad dan fatwa-fatwa para Ulama‟

masa lampau. Dengan situasi seperti ini agak berat bagi pembaca untuk

3Muhamad bin Ibrahim bin Abdullah Atuwaijry. Hukum Waris. (Riyadh: Maktab Dakwah

dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007),h. 1.

Page 17: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

3

menjadikannya refrensi penelitian, karena harus melewati metode-metode yang

cukup rumit dalam memahaminya.

Aturan mengenai warisan banyak yang telah dibukukan baik dengan

berbahasa Indonesia, bahasa arab atau lainnya, termasuk berupa terjemahan dari

kitab-kitab berbahasa arab, sehingga mudah bagi para peneliti sekarang untuk

mencari dan menjadikan refrensi tentang aturan-aturan mengenai disiplin ilmu

warisan tersebut.

Warisan merupakan persoalan yang cukup sensitif dalam masalah hukum

keluarga dan yang lumayan sulit terselesaikan dilembaga-lembaga pengadilan,

dan krusial untuk diketahui dan dipelajari guna menyelamatkan harmonisasi

keluarga, karena menyankut masalah harta benda yang akan dibagi kepada ahli

waris yang ditinggalkan.

Pengertian secara umum mengenai hukum mawaris adalah hukum yang

mengatur mengenai peralihan atau pemindahan harta kekayaan yang ditinggalkan

oleh seseorang yang telah meninggal dunia untuk dibagi kepada ahli warisnya

atau kepada keluarga dekat yang ditinggalkannya sesuai dengan bagian masing-

masing yang telah diatur. Adapun hukum mawaris di Indonesia mengatakan

bahwa hukum warisan adalah suatau cara penyelesaian perhubungan-perhubungan

hukum dalam masyarakat, yang melahirkan sedikit-banyak kesulitan sebagai

akibat dari wafatnya seseorang.4

Hukum mawaris merupakan seperangkat aturan/hukum yang mengatur

mengenai peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan oleh seseorang (pewaris)

4 Beni Ahmad Saebani, Fiqh Mawaris. (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 16.

Page 18: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

4

yang telah meninggal dunia kepada ahli warisnya atau keluarganya.Di dalam

pembagian warisan selalu dimungkinkan adanya perselisihan didalamnya, karena

pembagian warisan identik dengan pembagian harta peninggalan pewaris kepada

ahli warisnya yang apabila tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan akan menimbulkan sengketa diantara ahli waris.5

Hukum mawaris ini berbicara dan membahas mengenai apa dan

bagaimanakah segala sesuatu yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban-

kewajiban tentang harta peninggalan atau kekayaan seseorang pada saat ia

meninggal dunia yang akan beralih dan dipindah kepada orang lain yang masih

hidup untuk dikelola dengan baik.6

Kerabat terbagi menjadi tiga golongan, yaitu dzawil furudh,7 ashabah

8 dan

dzawil arham. Ulama‟ sepakat bahwa golongan dzawil furudh dan dzawil ashabah

menjadi ahli waris yang mewarisi harta pusaka orang yang meninggal. Adapun

dzawil arham terdapat perbedaan cara pandang para ulama‟ terhadap nash-nash

dalam menjadikan mereka sebagai ahli waris. Misalnya cucu yang dari garis anak

perempuan. Sebagian ulama‟ ada yang berpendapat bahwa cucu tersebut

memperoleh harta warisan dan ada juga sebagian ulama‟ yang berpendapat tidak

memperoleh harta peninggalan.

Perbedaan yang terjadi mengenai dzawil arham ini bisa membuat orang

awam menjadi semakin bingung dalam mengambil kesimpulan makna mengenai

5Ibid. h. 13.

6 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Warisan di Indonesia, (Bandung : Sumur Bandung), h. 12.

7 Dzawil Furudh adalah ahli waris yang mendapatkan warisan dengan cara mendapatkan

bagian masing-masing yang telah dijelaskan didalam al-Qur‟an dan/atau al-hadits. 8Asabah adalah ahli waris yang mendapatkan warisan dengan mendapatkan sisa dari

pembagian harta peninggalan yang telah diberikan bagian masing-masing kepada dzawil furudh

yang ada.

Page 19: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

5

apa itu dzawil arham. Perbedaan itu tentu tidak terlepas dari argumentasi-

argumentasi logis yang dijadikan dasar utama dalam beristinbat dan

mempertahankan hasil ijtihad mereka (Ulama‟).

Berdasarkan perbedaan di atas peneliti tertarik untuk membahas penelitian

tentang konsep dzawil arham sebagai objek penelitian untuk mencari landasan

hukum para ulama‟ tersebut dalam memberikan hasil ijtihad mereka tentang

dzawil arham. Dzawil arham juga pernah menjadi bahan diskusi para sahabat

dalam menentukan hukumnya, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas, Umar Bin Khatab,

Ibnu Mas‟ud dan ali bin Abi Thalib, namun juga menghasilkan perbedaan hasil

interpretasi dikalangan mereka.

Dengan demikian perlu dicari penjelasan lebih lanjut terkait argumen-

argumen yang dianggap tepat terkait dengan konsep dzawil arham menurut

pendapat dan atau pandangan para ulama‟, yaitu dengan mengumpulkan dan

mencari tahu semua pendapat para ulama‟ dan dalil yang dijadikan landasan

dalam memperkuat pendapat mereka.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah konsep dzawil arham dalam pandangan Syafi‟iyah dan

Hanafiyah?

2. Bagaimanakah persamaan dan perbedaan antara Ulama‟ Syafi‟iyah dan

Ulama‟ Hanafiyah tentang konsep dzawil arham.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Page 20: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

6

Dalam penelitian ini peneliti mempunyai tujuan yaitu:

a. Untuk mengetahui pendapat ulama‟ Syafi‟iyah dan Hanafiyah tentang

dzawil arham

b. Untuk memahami dan mendalami alasan dan argument ulama‟ Syafi‟iyah

dan Hanafiyah tentang konsep dzawil arham

c. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan masing-masing ulama‟

Syafi‟iyah dan Hanafiyah

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang kami harapkan dari penelitian ini adalah:

a. Secara Teoritik, dapat memperbanyak khazanah keilmuan, khususnya

dalam masalah kewarisan dalam Islam

b. Dalam tataran praktis diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dan

rujukan bagi masyarakat umumnya, khususnya masyarakat akademis

dalam memahami kelompok ahli waris yang termasuk dalam kategori

dzawil arham.

D. Kajian Pustaka

Penelaahan pustaka dilakukan untuk menjelaskan posisi penelitian yang

sedang dilakukan (State of Affairs) yang bertujuan untuk menegaskan kebaruan,

orisinalitas, dan urgensi penelitian bagi pengembangan ilmu terkait.

Tujuan dari kajian pustaka adalah menginformasikan kepada pembaca hasil-

hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu,

menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-

celah dalam penelitian sebelumnya, dan menjadi tolak ukur untuk mempertegas

Page 21: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

7

pentingnya penelitian tersebut, seraya membandingkan hasil-hasilnya dengan

penemuan-penemuan lain.9

Terdapat beberapa judul penelitian yang mengangkat tentang materi yang

berkaitan dengan materi yang peneliti teliti, yang menjadi bahan kajian penulis

sebelum penulisan skripsi ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh para

Ahli dalam masalah waris dan kebetulan memiliki kmiripan dengan judul

proposal penelitian yang peneliti lakukan, adapun hasil penelitian yang dimaksud

adalah sebagai berikut:

1. Judul Skripsi “Kedudukan dan bagian Ahli waris pengganti dalam hukum

Islam”. 2014.10

Kesimpulan dari penelitian yang terkait dengan penelitian saya ni adalah,

memiliki sisi kesamaan yaitu tentang munculnya istilah dzawil arham, yang

menurutnya pada awalnya ahli waris pengganti tidak dikenal dalam konsep

Hukum kewarisan Islam yang ada dalam kitab-kitab fiqh yang kemudian hal ini

dianggap dapat menimbulkan rasa ketidakadilan bagi para ahli waris pengganti,

sehingga atas dasar inilah kemudian dilakukan ijtihad guna untuk menyelesaikan

berbagai masalah baru yang bermunculan termasuk ahli waris pengganti.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya yaitu tentang diakuinya

dzawil arham di Indonesia, dari proses ijtihad inilah kemudian menghasilkan

adanya unifikasi atau penyatuan berbagai aturan dalam hukum Islam yang

kemudian disebut Kompilasi Hukum Islam yang di berlakukan di negara

Indonesia. Di dalam Kompilasi Hukum Islam tersebut terdapat pasal-pasal yang

9Ibid. h. 40.

10Alhafidz Limbanadi, “Kedudukan dan bagian Ahli waris pengganti dalam hukum Islam”.

2014.

Page 22: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

8

mengatur tentang kedudukan juga bagian yang didapat oleh ahli waris pengganti

yang kemudian pasal-pasal tersebut dapat menjadi dasar pengambilan keputusan

oleh hakim dalam memenuhi rasa keadilan bagi para ahli waris pengganti.

2. Judul Tesis “Analisis Yuridis Atas Putusan Nomor: 014/Pdt.P/2014/Pa-Lpk

Tentang Penetapan Ahli Waris Dzawil Arham Yang Mendapatkan Seluruh Harta

Warisan Si Pewaris”11

Kesimpuan dari penelitian tersebut yang terkait dengan penelitian ini adalah

bahwa memiliki sisi kesamaan yaitu tentang kedudukkan dzawil arham sebagai

ahli waris diakui oleh Al-Quraan sebagaimana terdapat dalam Surat Al-Anfal ayat

75, serta Hadist Nabi SAW tentang perkara pemberian harta peninggalan Tsabit

bin ad-Dahdah yang jatuh kepada anak laki-laki saudaranya yaitu Abu Lubabah.

Diantaranya juga adalah mengenai faktor-faktor dzawil arham berhak atas harta

peninggalan seorang ahli waris yaitu menurut penelitian ini ada dua faktor utama,

yang pertama faktor adanya hubungan nasab, yang kedua tidak adanya kelompok

ahli waris dzawil furudh (dzul fardin) dan kelompok ahli waris ashabah.

Perbedaannya dengan penelitian saya ini adalah, Penelitian saya terpokus

pada masalah pandangan para Ulama‟ tentang apa itu dzawil arham dengan

masing-masing dalil yang mereka gunakan, tetapi penelitian dari Taufiq Tahrir

Yufuf Lubis tersebut hanya pokus pada masalah analisis putusan tentang dzawil

arham yang dapat menerima semua harta warisan dari pewaris.

3. Judul Tesis, “Kedudukan Cucu Sebagai Ahli Waris Pengganti Berdasarkan

Ketentuan Kompilasi Hukum Islam”12

11

Taufiq Tahrir Yusuf Lubis “Analisis Yuridis Atas Putusan Nomor: 014/Pdt.P/2014/Pa-

Lpk Tentang Penetapan Ahli Waris Dzawil Arham Yang Mendapatkan Seluruh Harta Warisan Si

Pewaris”, Universitas Sumatera Utara, 2014.

Page 23: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

9

Kesimpulan dari penelitian tersebut yang terkait dengan penelitian ini

memiliki sisi kesamaan dengan penelitian saya yaitu tentag konsep dzawil arham,

tetapi hanya pokus pada konsep kompilasi hukum islam yang berlaku di

Indonesia. Penelitian ini tidak memuat pendapat-pendapat para Ulama‟ atau

pakar-pakar dalam hukum Islam.

Perbedaanya dengan penelitian yang saya teliti adalah, bahwa penelitian ini

hanya mengkonparasikan dzawil arham menurut kompilasi hukum Islam dengan

dengan dzawil arham menurut al-Qur‟an.Karena di dalam Al Qur‟an telah

ditetapkan

hak kepemilikan atas harta bagi setiap manusia, baik laki-laki maupunperempuan

dengan cara yang sah dan dibenarkan menurut ajaran Islam.

Seperti yang kita ketahui bahwa di dalam Al Qur‟an telah ditentukan adanya

ahli waris Ashabah dan ahli waris Dzawil Furudl saja. Ahli waris Ashabah adalah

ahli waris yang mendapatkan bagian sisa, ahli waris Dzawil Furudl adalah ahli

waris yang mendapatkan bagian yang telah ditentukan menurut Al Qur‟an.Dan

apabila pada saat pewaris meninggal dunia tidak meninggalkan seorangpun ahli

waris, maka harta warisannya wajib diserahkan kepada Baitul Maal untuk

dipergunakan bagi kemaslahatanagama dan umat Islam.

4. Judul Tesis “Tinjauan Ahli Waris Pengganti dalam Hukum kewarisan Islam

dan Hukum Kewarisan KUH Perdata”13

12

Taufiq Tri Kusnanto, “Kedudukan Cucu Sebagai Ahli Waris Pengganti Berdasarkan

Ketentuan Kompilasi Hukum Islam”, Universitas Diponegoro. 2007. 13

Pasnelyza Karani “Tinjauan Ahli Waris Pengganti dalam Hukum kewarisan Islam dan

Hukum Kewarisan KUH Perdata”Universitas Diponegoro Semarang. 2010.

Page 24: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

10

Kesimpulan dari penelitian tersebut yang terkait dengan penelitian saya

yaitu memiliki sisi kesamaan yaitu berbicara sedikit mengenai konsep.Ahli Waris

Dzawil Arham menurutnya adalah ahli waris yang mempunyai hubungan darah

dengan pewaris melalui anggota keluarga dari pihak perempuan, yang termasuk

dalam kategori ini misalnya cucu dari anak perempuan, anak saudara perempuan,

anak perempuan saudara laki-laki, anak perempuan paman, paman seibu, saudara

laki-laki ibu dan saudara perempuan ibu/bibi. Diantaranya juga mengenai

pendapat Para ulama berbeda dalam menentukan apakah ahli waris Dzawil Arham

dapat mewaris atau tidak.

Ada dua pendapat yang dikemukakan tentang hal ini, yaitu :

Pendapat pertama, mengatakan bahwa ada atau tidak ada ahli waris dzawil

furudl maupun ahli waris asabah, ahli waris dzawil arham tidak dapat mewaris.

Apabila tidak ada ahli waris dzawil furudl maupun ahli waris asabah, harta

warisan diserahkan ke Baitulmaal, meskipun ada ahli waris dzawil arham.

Beberapa ulama yang berpendapat seperti ini, Zaid bin Tsabit, Ibnu Abbas, Imam

Malik, Imam Syafi‟i dan Ibnu Hazm.

Pendapat kedua, mengemukakan bahwa apabila tidak ada ahli waris dzawil

furud maupun ahli waris asabah, ahli waris dzawil arham dapat mewaris.Lebih

jauh dikatakan bahwa dzawil arham lebih berhak untuk menerima harta warisan

dibandingkan lainnya.Untuk itu lebih diutamakan untuk menerima harta warisan

dzawilarham dari pada Baitul Maal. Pendapat ini merupakan jumhur ulama

diantaranya , Umar bin Khatab, Ibnu Mas‟ud dan Ali bin Abi Thalib, Imam Abu

Hanifah, Ahmad bin Hambal r.a. Dari kedua pendapat tersebut dapat satu hal yang

Page 25: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

11

jelas bagi kita yaitu sepanjang masih ada ahli waris dzawil furud atau ahli waris

asabah, ahli waris dzawil arham tak mungkin mewarisi.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah, penelitian ini hanya

pokus pada masalah tinjauan hukum tentang dzawil arham yang sesuai dengan

kitab undang-undang hukum perdata yang diakui di Indonesia.

E. Kerangka Teori

Menurut bahasa, rahim berarti tempat berdiamnya embrio didalam

kandungan ibu, kemudian istilah itu mutlak ditunjukkan kepada kerabat, baik

kerabat dari pihak ayah ataupun ibu, karena kata “ar-rahim” meliputi mereka

semua. Penggunaan kata arham bagi keluarga atau kerabat sangat populer, baik

dari segi bahasa lisan ataupun syara‟14

Beberapa dalil telah menjelaskan tentang makna arham dalam berbagai

sudut pandang nash sehingga memberikan kesimpulan yang berbeda-beda tentang

makna dzawil arham.

Dzawil arham menurut Muhammad Ali as-Shobuni adalah mereka yang

bukan termasuk golongan ahli waris ashabu al-furudh dan bukan juga termasuk

golongan ahli waris ashabah seperti paman dari pihak ibu, bibi dari pihak bapak,

cucu-cucu (laki-laki dan perempuan) dari jalur anak perempuan dan lain

sebagainya.15

Menurut Otje Salman dan Mustofa Haffas, dzawil arham adalah mereka

yang tidak termasuk orang-orang yang tidak mendapatkan bagian waris, yang

jumlahnya telah ditentukan oleh Qur‟an dan sunnah dan juga tidak termasuk

14

Muhammad Ali as-Shabuni, Hukum Waris dalam Syari‟at Islam, h. 199. 15

Muhammad Ali as-Shobuni. Tafsir ayatil ahkam, (Jakarta: dinamik Berkah Utama), h.

280.

Page 26: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

12

golongan ashabah. Maka setiap orang yang mempunyai hubungan kekerabatan

dengan orang yang mati, namun ia tidak mendapatkan warisan, baik dari jalan

ashabul furudl ataupun ashabah, maka orang tersebut dinamakan dzawil arham.

Misalnya bibi dari piak ayah, paman dan bibi dari pihak ibu, anak laki-laki dari

saudara perempuan, cucu laki-laki dari anak perempuan dan sebagainya.16

Dzawil Arham disebut juga oleh Ahlus sunnah dengan istilah mawali atau

ahli waris pengganti. Dzawil Arham menurut Alus sunnah adalah laki-laki dan

perempuan yang tidak berlaku ketetuan didalam al-Qur‟an tentang bagian seorang

laki-laki sama dengan bagian dua orang perempuan pada kasus tertentu.17

Mawali Ialah Ahli waris pengganti. Yang dimaksud adalah ahli waris yang

menggantikan seorang untuk memperoleh bagian warisan yang tadinya akan

diperoleh orang yang digantikan tersebut. Sebabnya ialah karena orang ang

digantikan itu adalah orang yang seharusnya menerima warisan kalau dia masih

hidup, tetapi dalam kasus bersasngkutan dia telah meninggal terlebih dahulu.18

Para Imam Mujtahid berbeda pendapat mengenai kewarisan dzawil arham,

mengikuti perbedaan pendapat yang timbul dikalangan para sahabat r.a. dalam

masalah ini mereka terbagi dalam dua kelompok:

Kelompok pertama, Berpandangan bahwa dzawil arham tidak berhak

mendapat warisan. Mereka berkata: “Sesungguhnya harta warisan apabila tidak

ada golongan ashabul furudl atau gologan ash-habah, diserahakan kepada baitul

mal dan dipergunakan untuk kepentingan Umat Islam seluruhnya, tidak

dikhususan buat kepentingan dzawil arham. Konsepsi ini merupakan pendapat dua

16

R Otje Salman dan Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, h. 53. 17

Zaiuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris DiIndonesia, h. 62. 18

Sajuti Thalib, Hukum kewarisan Islam diIndonesia, h. 80.

Page 27: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

13

Imam, yaitu Imam Syafi‟i dan Imam Maliki r.a. Pendapat kedua Imam tersebut

disandarkan kepada sebagian sahabat, seperti Zaid bin Tsabit dan Ibnu Abbas r.a.

dalam sebagian rawayatnya.19

Kelompok kedua, mengakui kewarisan dzawil arham, apabila tidak ada ahli

warits dari golongan ashabul furudh dan golongan ashabul ash-habah. Menurut

pandangan mereka, dzawil arham lebih berhak mewarisi daripada yang lain, sebab

mereka memiliki hubungan kekerabatan dengan simati, dan kewarisan merea

didahulukan daripada baitul mal. Pendapat ini merupakan pendapat dua Imam,

yakni Abu Hanifah dan Ahmad bin Hambal r.a.. Pendapat kedua tersebut

disandarkan kepada Ali bin Abi thalib k.w., Umar bin Khatthab, Ibnu Rusyd, dan

Shabat besar radiyallahu anhum lainnya. Dan pendapat inilah yang lebih banyak

penganutnya bahkan menjadi mazhab jumhur.20

F. Metode Penelitian

Metode yang diguakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis dan pendekatan penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian pustaka, yaitu suatu

usaha untuk mendapatkan data dan atau informasi yang diperlukan

serta menganalisis suatu permasalahan melalui sumber-sumber

kepustakaan, penulis menggunakan studi kepustakaan ini

dimaksudkan untuk memperoleh dan menelaah teori-teori yang

19

Muhammad Ali as-Shabuni, Hukum Waris dalam Syari‟at Islam, h. 201. 20 Ibid., h.201.

Page 28: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

14

berhubungan dengan topik dan sekaligus dijadikan sebagai landasan

teori.21

2. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah

subyek dari mana data dapat diperoleh untuk melengkapi penelitian.22

Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka, karenanya data yang

diperoleh dari bahan- bahan pustaka adalah berupa sumber data primer

dan sumber data skunder, yaitu sebagai berikut:

a. Sumber data primer

Data primer adalah data yang data yang diperoleh langsung dari

subyek penelitian dengan menggunakan alat pengambilan langsung

pada subyek informasi yang dicari. Sumber data primer dalam

penelitian ini meliputi kitab-kitab yang secara langsung membahas

terkait dzawil arham baik dari kalangan Syafi‟iyah ataupun

Hanafiyah, seperti kitab fathul mu‟in dan kitab al-mawarits

b. Sumber data skunder

Data skunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak

langsung dari subyek penelitiannya, tetapi dapat mendukung atau

berkaitan dengan tema yang diankat. Dalam penelitian ini.Data

skundernya adalah antara lain: buku-bukuberbahasa Indonesia yang

merupakan kutipan dari kitab-kitab kelasik, tafsir-tafsir

kontemporer.

21

Sutrisno Hadi, Metodologi Research 1. h. 82. 22

Suharsimi Arikunto, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT

Rineka3 Cipta, h. 171.

Page 29: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

15

3. Tekhnik Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya yang menjadi

satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan

apa yang penting dan apa yang pelajari.23

Menurut miles dan Huberman ada tiga jenis kegiatan dalam

analisis data24

yaitu:

a. Reduksi Data

Pada tahap ini peneliti melakukan proses pemilihan dengan

memisahkan catatan-catatan tertulis peneliti yang diperoleh

dilapangan, yang tidak relevan dengan obyek penelitian, proses ini

dilakukan selama penelitian berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk

menyederhanakan dan memusatkan perhatian terhadap obyek

penelitian.

b. Display Data

Setelah melalui proses pemilihan pada tahap reduksi data, peneliti

melakukan display data atau penyajian data, yaitu peneliti

mensistematisasikan keterangan-keterangan atau catatan-catatan yang

telah dipilih pada tahap reduksi data. Ini dimaksudkan untuk

memudahkan penarikan kesimpulan pada tahap terakhir, selain itu

untuk menyederhanakan informasi yang pada akhirnya keterangan-

keterangan atau data-data tersebut jelas dan mudah dipahami.

23

Lexy J. Moleong, Metodologi...,h .248. 24

Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan

Kualitatif, (Bandung: Simbiosa Reekatama Media, 2011), h. 223.

Page 30: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

16

c. Penarikan Simpulan

Pada tahap terakhir ini, setelah melalui proses reduksi data dan

penyajian data, peneliti melakukan analisis dari keseluruhan data secara

utuh yang telah tersistematisasi dengan baik, yang diperoleh selama

berlangsungnya penelitian. Baru kemudian menarik kesimpulan,

penarikan kesimpulan dilakukan pada akhir dari kegiatan penelitian

yang ditandai dengan terkumpul dan tersusunnya data-data yang

dibutuhkan peneliti.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode

dokumentasi. Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-

hal atau literature yang berupa catatan, trankrip, buku, surat kabar,

majalah dan sebagainya. Adapun maksud metode ini guna

mendapatkan data tentang dokumen-dokumen yang ada melalui

sumber-sumber yang berkaitan dengan kajian yang dibahas, baik

langsung maupun tidak langsung.

5. Validitas Data

Validitas data bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang

diperoleh oleh peneliti sesuai dengan apa yang didapatkan dalam

penelitian.

Keabsahan data berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yan

berukur benar-banar merupakan variabel yang ingin diukur.

Keabsahan data ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan

Page 31: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

17

data yang tepat, salah satau caranya adalah dengan proses triangulasi

(teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain diluar data itu untuk keperluan pemeksriksaan atau sebagai

pembanding data tersebut25

Dalam hal ini untuk memperoleh validitas data yang peneliti

inginkan agar penelitian ini menghasilkan penelitian yang tidak

diragukan validitasnya, maka diperlukan teknik pemeriksaan data atau

analisis data, dan dalam hal ini teknik yang digunakan adalah

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pemeriksaan atau sebagai pembanding data tersebut26

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam mempelajari materi skripsi ini, sistematika

pembahasan memegang peranan penting. Adapun sistematika pembahasan skripsi

dapat ditulis paparan sebagai berikut

a. Bab I Pendahuluan.

Di dalam bab ini diuraikan tentang keranka dari penelitian skripsi

yang berisi latar belakang masalah, konteks penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori metode penelitian dan

sistematika pembahasan. Bab pendahuluan ini sebagai jembatan awal

untuk mengantarkan penelitian pada bab selanjutnya.

25

Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet Pertama, (jakarta : Persada Press, 2009).

h. 143. 26

Ibid. h. 154.

Page 32: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

18

b. Bab II Pembahasan.

Dalam bab ini diuraikan tentang kewarisan dzawil arham dalam

pandangan ulama‟ Syafi‟iyah, kewarisan dzawil arham dalam pandangan

ulama‟ Hanafiyah, persamaan dan perbedaan kewarisan dzawil arham

dalam pandangan ulama‟ mazhab syafi‟iyah dan ulama‟ hanafiyah.

c. Bab III Penutup

Dalam bab ini diuraikan tentang temuan studi berupa kesimpulan dari

keseluruhan pembahasan dan saran rekomendasi dari hasil kesimpulan tersebut.

Page 33: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

19

BAB II

Pembahasan Dzawil Arham Menurut Syafi’iyah Dan Hanafiyah

A. Konsep Dzawil Arham menurut Syafi’iyah

1. Biografi Imam Syafi’i dan Ulama’-ulama’ Syafi’iyah

Imam Syafi‟i, yang dikenal sebagai pendiri mazhab Syafi‟I adalah:

Muhammad bin Idris Asy-Syafi‟I Al-uraisyi. Beliau dilahirkan di Ghazzah,

pada tahun 150 H, bertepatan dengan wafatnya Imam Abu Hanifah.

Pada usianya yang ke-20, beliau meninggalkan Mekah mempelajari

ilmu fiqh dari Imam Malik. Merasa masih harus memperdalam

pengetahuannya, beliau kemudian pergi ke Irak, sekali lagi mempelajari ilmu

diqh dari murid Imam Abu Hanifah yang masih ada. Dalam perantaunnya

tersebut, beliau juga sempat mengunjungi Persia, dan beberapa tempat lain.27

Setelah wafat Imam Malik (179 H), beliau kemudian pergi ke Yaman,

menetap dan mengajarkan ilmu di sana, bersama Harun al-Rasyid yang telah

mendengar kehebatan beliau, kemudian meminta beliau untuk dating ke

Baghdad. Imam Syafi‟i memenuhi undangan tersebut. Sejak saat itu beliau

dikenal secara lebih luas, dan banyak orang belajar kepadanya. Pada waktu

itulah mazhab beliau dikenal.

Tak lama setelah itu, Imam Syafi‟I kembali ke Mekkah dan mengajar

rombongan jama‟ah hajji yang datang dari berbagai penhuru. Melalui mereka

inilah, mazhab Syafi‟I menjadi tersebar luas ke penjuru dunia.

27 Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima Mazhab. (Jakarta: Lentera, 2008) h.xxix

19

Page 34: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

20

Pada tahun 198 H, beliau pergi ke negeri Mesir. Beliau mengajar di masjid

Amru bin As. Beliau juga menulis kitab al-Um, Amali Kubra, kitab Risalah,

Ushul al-Fiqh, dan memperkenalkan. Qaul jadid sebagai mazhab baru.

Di Mesir inilah akhirnya Imam Syafi‟i wafat, setelah menyebarkan

ilmu dan manfaat kepada banyak orang. Kitab-kitab beliau hingga kini masih

dibaca orang, dan makam beliau di Mesir sampai detik ini masih ramai

diziarahi orang.

Sedang pengikut-pengikut beliau yang terkenal, masih tetap dibaca

karyanya sampai saat ini dan dijadikan rujukan oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah : Ali As‟ad, Al-Bakri bin Arif, Ibrahim al-Bajuri, Sayyid Sabik dan

Muhammad Ali al-Shabuni. 28

2. Pengertian Dzawil Arham

Yang dimaksud dengan ahli waris dzawil arham adalah orang-orang yang

mempunyai hubungan kerabat dengan pewaris, namun tidak dijelaskan

bagianya dalam al-Qur‟an dan/atau Hadits Nabi sebagai dzawil furudh dan

tidak pula termasuk sebagai Ashabah. Bila kerabat yang menjadi ashabah

laki-laki dalam garis keturunan laki-laki, maka dzawil arham itu adalah

perempuan atau laki-laki melalui garis keturunan perempuan.29

Menurut Muhammad Ali al-Shobuniy, dzawil arham adalah orang-orang

yang tidak disebutkan ketentuan bagian mereka didalam al-Qur‟an dan al-

Sunnah, bukan termasuk orang yang mendapatkan dengan jalan furudh dan

bukan pula dengan jalan ashabah. Maka setiap orang yang dekat lagi

28

Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima Mazhab. h.xxx 29

Amir Syarifuddin. Garis-Garis Besar Fiqh.(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group,

2003) h.169.

Page 35: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

21

memiliki hubungan kekerabatan dengan orang yang meninggal, tetapi tidak

mendapatkan harta peninggalan dengan jalan furudh dan dengan jalan

ashabah, maka mereka adalah dzawil arham. Seperti: kholah, „ammah, anak

laki-laki saudara perempuan, anak laki-laki dari anak perempuan, dan lain-

lain.30

زحام همذ صحاب والا

يسىابا

ن ل ر

ال سوض

ال و ف

خ

ا ل

بناث وآل عصباة ك

دال

وال

توا عم

ال

يرهم 31وغ

Artinya: Dzawil arham adalah mereka yang bukan tergolong ashabu al-

furudh dan bukan juga termasuk golongan Ashabah seperti paman dari pihak

ibu, bibi dari pihak bapak, cucu-cucu dari anak perempuan dan lain

sebagainya.

Dalam penjelasan ini dzawil arham adalah mereka yang tidak termasuk

orang-orang yang tidak mendapatkan bagian waris, yang jumlahnya telah

ditentukan oleh Qur‟an dan sunnah dan juga tidak termasuk golongan

ashabah. Maka setiap orang yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan

orang yang mati, namun ia tidak mendapatkan warisan, baik dari jalan

ashabul furudl ataupun ashabah, maka orang tersebut dinamakan dzawil

arham. Misalnya bibi dari pihak ayah, paman dan bibi dari pihak ibu, anak

laki-laki dari saudara perempuan, cucu laki-laki dari anak perempuan dan

sebagainya.

30

Muhammad Ali al-Shabuniy.Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010) h.159. 31

Muhammad Ali as-Shobuni. Tafsir ayatil ahkam, (Jakarta: dinamik Berkah Utama), h.

280.

Page 36: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

22

ى منول

ا

قسابت

ن ال

ى ا

عال

ن هللا ح بي

ى ببعض في كخاب هللا. ف

ول

زحام بعضهم ا

ىالا

ول

وا

32الحلف

Artinya: Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya

lebih berhak kepada sesamanya (daripada yang bukan kerabat),

demikian menurut kitabullah.

Argumentasi yang diambil dari ayat tersebut adalah bahwasanya Allah

SWT telah menyebutkan sebagian keluarga lebih berhak mewarisi daripada

selain mereka. Lafaz ulul arham itu pengertianya bersifat umum, meliputi

semua keluarga, baik mereka dari golongan dzawil farudh atau ash-habah

atau diluar keduanya, asal masih termasuk kerabat. Dengan demikian lafadh

tersebut meliputi semua kerabat, tidak membeda-bedakan antara dzawil furud,

golongan asabah, atau kerabat lainnya. Seolah-olah ayat tersebut berkata:

“Kerabat dari jihat manapun lebih berhak mewarisi daripada yang lainnya,

disebabkan adanya hubungan kekerabatan. Jika mereka mempunyai

hubungan kerabat dengan yang mati, berilah mereka warisan dan tidak boleh

mendahulukan seseorang pun daripada yang lain”

3. Ahli Waris Dzawil Arham

Dzawil Arham itu dapat dikelompokkan pada empat kelompok sesuai

dengan garis keturunan: 33

a. Garis keturunan lurus kebawah, yaitu:34

32

Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Al-Anshori Al-Qurthubi. Al-jami‟ al-

Ahkami Al-Qur‟an, (Bairut Libanon: darul kutubi „ilmiyah), h. 83. 33

Ibid. h. 159. 34

Sayyid Syabik. Fiqh al-Sunnah. (Kairo: Darul Fath, 2009) h. 307.

Page 37: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

23

cucu dari anak perempuan dan keturunannya.

Anak dari cucu perempuan atau keturunannya

b. Garis keturunan lurus keatas, yaitu:

Ayah dari ibu dan seterusnya ke atas

Ayah dari ibunya ibu dan seterusnya ke atas.

Ayah dari ibunya ayah dan seterusnya ke atas.

c. Garis keturunan kesamping pertama, yaitu:

Anak perempuan dari saudara laki-laki kandung atau seayah dan

anaknya.

Anak laki-laki atau perempuan dari saudara seibu dan seterusnya ke

bawah.

d. Garis keturunan ke samping kedua, yaitu:

Saudara perempuan (kandung, seayah dan seibu) dari ayah dan

anaknya.

Saudara laki-laki atau perempuan seibu dari ayah dan seterusnya ke

bawah.

Saudara laki-laki atau perempuan (kandung, seayah, seibu) dari ibu dan

seterusnya ke bawah

4. Kewarisan Dzawil Arham

Sesungguhnya jika terdapat harta peninggalan orang yang meninggal,

tetapi tidak ada dzawil furudh dan ashabah, maka harta tersebut dipindahkan

kepada baitul mal orang muslim, yaitu untuk kemaslahatan orang muslim secara

umum, tidak boleh diserahkan kepada dzawil arham, sebagaimana pendapat

Page 38: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

24

sebagian para sahabat, seperti Zaid bin Sabit dan Ibnu Abbas dalam sebagian

riwayat.35

Menurut Ali al-As‟ad dalam bukunya adalah, apabila seluruh ahli waris

tidak ada, maka menurut asal madzhab adalah Dzawil Arham tidak bisa dijadikan

Ahli waris; dan bila hanya ada bagian Ahli Waris maka kelebihan hartanya tidak

dikembalikan kepada yang ada itu lagi; tetapi semuanya ini menjadi milik baitul

mal (harta negara)36

ان لم نخظم بيت املال زدما فضل عنهم عليهم غيرالصوجين

Artinya: Kemudian jika Baitul Mal tidak tertib, maka kelebihan harta bisa

dikembalikan lagi kepada ahli waris yang ada selain suami/istri dengan

besar bagian menurut Fardlu masing-masing; kalau tidak ada, maka

diberikan kepada Dzawil Arham.37

Menurut Syaikh Ibrahim al-Bajuriy dalam kitabnya bahwa jika baitul

malnya tidak terorganisir dengan baik, maka harta tersebut tidak boleh diserahkan

kepadanya, maka sisanya tersebut diserahkan kepada keluarganya setelah diambil

oleh dzawil furud, kecuali tidak boleh diserahkan kepada suami atau istri, karena

sebab penyerahannya harus kepada kerabat, bukan karena sebab pertalian suami-

istri, Seperti seorang istri adalah anak perempuan paman dari garis bapak atau

anak perempuan bibik dari garis ibu, maka cara penyelesaiannya adalah di berikan

kepada dzawil furud, kemuadian mencari tahu hubungan tiap-tiap dari

35

Ibid. h. 160. 36

Muhammad Ali al-Shabuniy.Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010) h.159. 37

Sayyid Abu Bakar, I‟anah al-Thalibin, (Surabaya: al-Hidayah). H. 225.

Page 39: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

25

keseluruhannya dan diserahkan sisanya kepada yang berhak dengan hubungannya

untuk mencari keadilan.38

Dzawil Arham ada sebelas, yaitu: cucu dari anak wanita, anak saudar

wanita, anak wanita saudara lelaki, anak wanita saudara ayah, saudara lelaki ayah

seibu, saudara lelaki ibu, saudara wanita ibu, saudara wanita bapak, ayahnya ibu,

ibunya ayahnya ibu, dan anak lelakinya saudara lelaki seibu.39

5. Dalil tentang dzawil arham tidak dapat bagian harta peninggalan

a. Bahwa dasar dalil tentang kewarisan itu diambil dari nash yang qot‟i,

yaitu al-Qur‟an dan Sunnah Nabi SAW, dan nash yang menunjukkan

tentang kewarisan dzawil arham ini tidak ditemukan didalam dua nash

tersebut (al-Qur‟an dan al-Sunnah). Dengan itu kewarisan dzawil arham

itu tidak punya nash dan dalil, maka jika dzawil arham diberikan warisan,

maka hukumnya batil.

b. Dari sebuah hadist:

لخه الغيرزفع زاسه الي السماء فقال اللهم زجل فيمن جسك عمخه وخا ىملا اسخفت

ل قال ها اها ذا قال ال ئجسك عمخه وخالخه ال وازث له غيرهما جم قال ان السا

ميراث لهماArtinya: Rasulullah SAW pernah memberikan fatwa kepada seseorang

yang meninggal, yang hanya punya „ammah/bibik (garis bapak)

dan Kholah/bibik (garis ibu), tidak ada yang lain selain

keduanya. Maka Nabi SAW berdo‟a kepada Allah SWT untuk

meminta petunjuk tentang masalah ini, Nabi bersabda: Ya

Allah, ada seorang laki-laki yang meninggal dengan

meninggalkan seorang bibik (garis bapak) dan bibik (garis ibu),

dia tidak punya ahli waris selain keduanya, Malaikat Jibril

memberitahukan bahwa tidak ada bagian bagi keduanya, dan

38

Ibrahim Al Bajuri, Al-Bajuri Ala Ibnu Qasim Al Gozi,(Surabaya : Nurul huda). Juz 2 h.

75. 39

Ali As‟ad. Terjemah fathul Mu‟in, (Yogyakarta: Menara Kudus) h. 414.

Page 40: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

26

Nabi bertanya: kemanakah orang bertanya tadi?, maka berkata

seseorang: inilah saya wahai Rosulullah. Dan Nabi pun

bersabda: Keduanya (amah dan kholah) tidak mendapatkan

harta warisan.

Maka tidak boleh diberikan harta peninggalan itu kepada dzawil

arham, karena sesungguhnya mempertahankan dengan tanpa ada dalil

yang menguatkan itu hukumnya batil. Karena itu, pada dasarnya dzawil

arham tidak mendapatkan harta peninggalan. 40

c. Apabila harta pusaka itu diserahkan kepada baitul mal, manfaat dan

faidahnya sangat besar dan menjadi milik bersama seluruh ummat Islam.

Berbeda halnya kalau diberikan kepada dzawil arham, manfaatnya sedikit

dan faedahnya hanya dapat dinikmat oleh yang bersangkutan saja.

Sedangkan qaidah fiqhiyyah telah menetapkan bahwa kemaslahatan umum

harus didahulukan daripada kemaslahatan khusus. Oleh sebab itu, Baitul

Mal lebih berhak didahulukan daripada dzawil arham.41

B. Konsep Dzawil Arham Menurut Hanafiyah

1. Biografi Imam Abu Hanifah dan Ulama’-ulama’ Hanafiyah

Imam Abu Hanifah, pendiri mazhab Hanafi, adalah Abu Hanifah An-

Nukman bin Tsabit bin Zufi At-Tamimi. Beliau masih mempuyai pertalian

hubungan kekeluargaan dengan Ali bin Abi Thalib ra. Imam Ali bahkan

pernah berdo‟a bagi Tsabit, yakni agar Allah memberkahi keturunannya. Tak

40

Al-Sayyid al-Bakriy bin „Arif. I‟anatu al-thalibin, (Surabaya: Al-Hidayah) juz. 3, h. 225. 41

Muhammad Ali al-Shabuniy.Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010) h. 160.

Page 41: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

27

heran jika kemudian dari keturunan Tsabit ini, muncul seorang ulama‟ besar

seperti Abu Hanifah.42

Dilahirkan di Kuffah pada tahun 150 H/699 M, pada masa

pemerintahan Al-Qalid bin Abdul Malik, Abu Hanifah selanjutnya

menghabisi masa kecil sampai tumbuh dewasa disana. Sejak masih kanak-

kanak beliau telah mengkaji dan mengahfal al-Qur‟an. Beliau dengan tekun

senantiasa mengulang-ulang hafalanya, sehingga ayat-ayat suci tersebut tetap

terjaga dalam ingatanya. Dalam hal memperdalam pengetahuannya tentang

al-Qur‟an beliau sempat berguru kepada Imam Asin, seorang ulama‟ terkenal

pada masa itu. Beliau juga belajar fiqih pada ulama‟ yang paling terpandang

pada masa itu, yakni Hummad bin Abu Sulaiman, tidak kurang dari 18 tahun

lamanya. Setelah wafat gurunya, Imam Abu Hanifah kemudian mulai

mengajar dibanyak majelis ilmu di Kuffah.

Imam Abu HAnifah wafat pada usia 70 tahun. Beliau dimakamkan

dikuburan khizra. Pada tahun 450 H/1066 M, didirikan lah sebuah sekolah

yang bernam Jami‟ Abu Hanifah. Sepeninggalan beliau, ajaran beliau tersebar

melalui murid-murid beliau yang cukup banyak. Seperti Abu Yusuf, Abdullah

bun Mubarak, Waki‟ bin Jarah ibn hasan as-Saybani dan lain-lain. Sedang

pengikut-pengikut beliau yang terkenal, masih tetap dibaca karyanya sampai

saat ini dan dijadikan rujukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:

Abdullah bin Mahmud bin Maudud, Muhammad Sulaiman al-Mannaniy.

42 Muhammad Jawad Mughniyah. Fiqih Lima Mazhab. (Jakarta: Lentera, 2008) h.xxv

Page 42: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

28

2. Pengertian dzawil arham

43وذوو ألازحام كل قسيب ليس بري سهم وال عصبت

Artinya: Dzawil arham adalah setiap kerabat yang bukan termasuk orang

yang mendapatkan saham dan bukan juga termasuk orang yang

mendapatkan ashabah.

Yang dimaksud dengan ahli waris dzawil arham adalah orang-orang

yang mempunyai hubungan kerabat dengan pewaris, namun tidak dijelaskan

bagianya dalam al-Qur‟an dan/atau Hadits Nabi sebagai orang yang

mendapatkan saham dan tidak pula termasuk sebagai ashabah.

3. Dalil tentang dzawil arham bisa mendapatkan harta peninggalan

Mazhab hanafiyah memberikan argumentasi dengan menggunakan al-

Qur‟an, al-Sunnah dan akal.

a. Adapun yang terdapat di dalam al-Qur‟an yaitu Firman Allah:

ى ل وأ

ضہمأ أ حام بعأ زأ

أ ٱل

ىا

ول

ب وأ

فى كخـ

ض ببعأ

ه44 ٱلل

Artinya: Dzawil arham itu lebih utama diberikan kepada mereka dari

pada sebagian yang lain, demikianlah yang terdapat didalam

kitab Allah.

Argumentasi yang diambil dari ayat tersebut adalah bahwasanya

Allah SWT telah menyebutkan sebagian keluarga lebih berhak mewarisi

43Abdullah bin Mahmud bin Maudud. Al-Ikhtiyar lita‟lili al-Mukhtar. (Libanon: Bairut,

2005) h. 112. 44

Q.S. al-Anfal [8]: 75.

Page 43: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

29

daripada selain mereka. Lafaz ulul arham itu pengertianya bersifat umum,

meliputi semua keluarga, baik mereka dari golongan ashabul farudh atau

ash-habah atau diluar keduanya, asala masih termasuk kerabat.Dengan

demikian lafadh tersebut meliputi semua kerabat, tidak membeda-bedakan

antara ashabul furud, golongan asabah, atau kerabat lainnya. Seolah-olah

ayat tersebut berkata: “Kerabat dari jihat manapun lebih berhak mewarisi

daripada yang lainnya, disebabkan adanya hubungan kekerabatan. Jika

mereka mempunyai hubungan kerabat dengan yang mati, berilah mereka

warisan dan tidak boleh mendahulukan seseorang pun daripada yang

lain”.45

Maka Tidak diragukan lagi bahwa dzawil arham termasuk yang

disebutkan oleh keumuman ayat tersebut, bukanlah seperti yang kelompok

pertama sebutkan, yakni intisari maksud ayat, tapi justru dari tuntunan ayat

itu sendiri, sesungguhnya setiap kerabat lebih berhak mewarisi harta

kerabatnya daripada orang lain. Dengan demikian dzawil arham lebih

berhak mewarisi daripada baitul mal orang muslim.

b. Dalil dari al-Qur‟an juga

لدان لل ى أسك ٱل

ا ج م صيب م

ء ه

سا

سبىن وللن

أق ألدان وٱل ى

أسك ٱل

ا ج م صيب م

سجال ه

سوضا فأ صيبا مر ه

ثوأ ك

ه أ ل منأ

ا ق سبىن مم

أق أوٱل

Artinya: Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-

bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian

(pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik

sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.46

45

Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010) h.161. 46

Surat al-Nisa‟ [4]: 7.

Page 44: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

30

Sisi argumentasi ayat ini adalah, bahwasanya Allah SWT menyebutkan

setiap laki-laki dan perempuan memiliki bagian dalam harta peninggalan

keluarga dan kerabat mereka.47

Sesungguhnya ayat tersebut jelas menyebutkan tentang kerabat,

dan memperjelas bahwa mereka memiliki bagian dalam harta peninggalan

keluarga dan kerabat mereka, entah yang didapatkan itu sedikit ataupun

banyak.Menurut kesepakatan kebanyakan Ulama‟ berpendapat bahwa

dzawil arham itu adalah bagian dari kerabat, dengan begitu mereka sangat

berhak untuk mendapatkan bagian harta peninggalan keluarga dan kerabat

mereka karena dalil ini.48

Ayat ini juga menasakh praktik waris mewarisi yang pernah

dilakukan pada permulaan datangnya islam yaitu dengan sebab al-Mualat

dan al-Muakhat dalam agama, atau dengan sebab al-Hijrah dan al-Nashrah

(Hijrah dan Pertolongan).

Sesungguhnya Syari‟at Islam menetapkan kewarisan para kerabat,

bukan selain mereka saja yang pernah disebutkan bagiannya dalam ayat-

ayat tentang mawarits. Akan tetapi ayat ini sesungguhnya mensyari‟atkan

kewarisan bagi semua kerabat, bukan kepada beberapa golongan saja,

maka ayat yang kami sebutkan ini sungguh menjadi petunjuk yang jelas

tentang kewarisan dzawil arham.

47

Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010) h.163. 48

Ibid., h. 161.

Page 45: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

31

c. Adapun dalam Sunnah Nabi SAW.

ن رجزني أ

ه ال

ر بن عبد الل

ا حميد عن بك

برن

خ

أ

ا يزيد بن هارون

برن

خ

ك أ

هل

ال

صيب ن

ة

ال

خ

ى ال

عط

خ وأ

صيب لا

ن

ة عم

ى عمر ال

عط

أه ف

تال

ه وخ

ت رك عم

وت

تخ

)رواه الدارمي( لا

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Yazid bin Harun telah

mengabarkan kepada kami Humaid dari Bakr bin Abdullah Al

Muzani bahwa ada seorang laki-laki meninggal dunia dan

meninggalkan seorang bibi dari pihak ayah dan bibi dari pihak

ibu. Maka Umar memberikan bagian kepada bibi dari pihak

ayah seperti bagian saudara laki-laki dan memberikan kepada

bibi dari pihak ibu seperti bagian saudara perempuan. (HR.

Darimi No.2922).

Maka Hadits ini menunjukkan tentang bahwa kerabat yang termasuk

golongan dzawil arham itu dapat menerima harta warisan selama tidak

adanya ahli waris dari golongan dzawil furudh dan golongan ashabah.

d. Dalil yang digunakan juga dari sebuah riwayat:49 bahwa seorang laki-laki

pernah menembak Sahal bin Hunaif dengan fanah, kemudian Ia

meninggal, dan dia tidak punya ahli waris melainkan hanya ada paman

daris garis ibunya (al-Khal). Maka Abu Ubaidah bin Jarah melapor kepada

Sayyidina Umar bin al-Khattab untuk menanyai tentang hal tersebut, maka

Sayyidina Umar pun menjawab: bahwa Nabi saw. Pernah bersabda:50

51الخال وازث من ال وازث له

Artinya: Paman (dari garis ibu) adalah ahli waris orang yang tidak punya

ahli waris.

49

Abu Abdullah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah (Daru Ihya‟ al-Kutub al-

„Arabiyah), h. 914. 50

Abu Isa Muhamad bin „Isa bin Surah, Sunan al-Tirmizi, h. 421. 51

Sunan Abu Dawud, (Bairut: Maktabah al-„Asriyyah), h. 123.

Page 46: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

32

Maka cerita ini dan apa yang telah diberitahukan oleh Umar al-

faruq dari nabi SAW menjadi dalil tentang kewarisan dzawil arham,

karena al-khal (Paman dari garis bapak) bukan lah termasuk dzawil furudh

dan bukan juga termasuk dari golongan yang mendapatkan ashabah

berdasarkan kesepakatan para Ulama‟. Sesungguhnya telah diriwayatkan

dari Nabi SAW bahwa al-Khal (paman dari garis Ibu) adalah termasuk ahli

waris ketika tidak ada ahli waris yang lebih utama untuk mewarisi harta

peninggalan.52

e. Adapun dalil yang di gunakan berdasarkan akal pikiran, yaitu mereka

berkata sesungguhnya dzawil arham lebih berhak mendapatkan warisan

daripada baitul mal orang muslim.53 Oleh karena itu, sesungguhya baitul

mal orang muslim berhubungan dengan mayit dengan satu hubungan saja

yaitu hubungan keislaman dengan memandang mayit adalah orang

muslim.

Adapun dzawil arham berhubungan dengan orang meninggal

dalam dua hubungan yang pertama hubungan keislaman dan yang kedua

hubungan kekerabatan. Siapa saja yang memiliki sistim kekerabatan dari

dua sisi, maka sesungguhnya lebih kuat daripada orang yang memiliki

hubungan kekerabatan hanya dari satu sisi seperti saudara sekandung yang

apabila berkumpul bersama saudara sebapak maka harta tersebut

semuanya diberikan kepada saudara sekandung,karana hubungan karena

52

Muhammad Ali al-Shabuniy.Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010) h.. 162. 53

Abdullah bin Mahmud bin Maudud. Al-Ikhtiyar lita‟lili al-Mukhtar. (Libanon: Bairut,

2005) h. 113.

Page 47: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

33

hubungan kekerabatannya dari dua sisi yaitu dari sisi bapak dan sisi ibu

maka begitu jugalah dzawil arham.

f. Dalil berdasarkan akal fikiran yaitu: Sesungguhnya kekerabatan itu pada

dasarnya merupakan sebab berhak mendapatkan harta peninggalan,

kecuali bahwa kekerabatannya itu lebih jauh dari semua kerabat yang ada.

Maka setiap harta peninggalan yang masih memiliki hak untuk

mewarisinya, maka tidak boleh harta tersebut diserahkan kepada baitul

mal.54

ال جىش صسفه إلى بيت املال

Setiap orang muslim dipandang dekat secara keseluruhan kepada

agama Islam, dan mereka pun (dzawil arham) dekat dengan orang yang

meninggal dari segi kekerabatan. Orang yang memiliki kedekatan dari dua

sisi lebih utama dari pada yang dekatnya hanya dari satu sisi.

4. Cara mendapatkan warisan dzawil arham

Dan orang-orang yang berpendapat tentang kewarisan dzawil arham

menurut jumuhur ulama‟ mereka berbeda pendapat tentang jalan dan cara mereka

mendapatkan warisan . Para ulama membaginya menjadi tiga mazhab, yaitu:55

a. Mazhab Ahlu Al-Rahim

b. Mazhab Ahlu Al-tanzil

c. Mazhab Ahlu Al-Qarabah

54

Abdullah bin Mahmud bin Maudud. Al-Ikhtiyar lita‟lili al-Mukhtar. (Libanon: Bairut,

2005) h. 112. 55

Muhammad Ali al-Shabuniy.Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010) h. 164.

Page 48: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

34

Adapun mazhab yang pertama yaitu mazhab ahlu Al-rohim mereka berkata

dengan cara meratakan diantara dzawil arham dengan tanpa membedakan

kerabat yang lebih dekat dengan kerabat yang lebih jauh, tidak juga diantara

yang laki-laki dan yang permpuan,maka setiap dzawil arham itu mendapatkan

warisan menurut pendapat mereka. Karena sebab mereka mendapatkan

warisan dengan jalan satu nasab, dan itu dibenarkan menurut kebanyakan

pendapat maka mereka mendapatkan warisan dengan cara di samaratakan.

Apabila seseorang meninggal dunia umpamanya dengan meninggalkan cucu

perempuan dari anak perempuan, anak perempuan dari saudara perempuan,

bibik dari garis bapak, bibik dari garis ibu dan anak saudara seibu, maka

semuanya mendapatkan bagian harta peninggalan dengan disamaratakan .

Maka dinamakan mazhab ini dengan mazhab Ahlu al-rahim karna mereka

berpendapat bahwa tidak boleh membedakan yang satu dengan yang lain

dalam pembagian harta peninggalan, dan tidak boleh juga memandang sisi

kuatnya kekerabatan atau lemahnya dengan memandang kerabat yang sedarah

maka diratakanlah semuanya.56

Mazhab ini tidak terlalu populer bahkan lemah dan tidak banyak dipakai

karna orang yang berpendapat tentang hal itu, mereka tidak membuatnya

dengan kaidah-kaidah ilmiah karna itu dia tidak terlalu banyak dipakai. Dan

tidak ada seorang fuqaha‟ dan imam mujtahid pun yang menggunakannya.

56

Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010) h.163. h.164.

Page 49: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

35

Adapun mazhab yang kedua yaitu mazhab ahlu al-Tanzil, mazhab ini di

namakan mazhab ahlu al-tanzil karna mereka menempatkan posisi ahli waris

dzawil arham pada posisi ahli waris asalnya. Mereka tidak memandang ahli

waris yang ada, akan tetapi mereka memandang pada yang ahli waris yang

menunjukkan furu‟ ashabul furud dan ashabah, maka mereka memberikan

yang ada pada bagiannya seperti bagian ahli waris pada asalnya.

Mazhab ini dianut oleh imam ahmad R.ha karena itu di anut oleh ulama‟-

ulama‟ muataakhirin dari kalangan mazhab syafi‟I dan mazhab maliki karena

itu kami perlu memberikan contoh untuk menjelaskan tentang mazhab ini 57

a. Jikalau seseorang meninggal dengan meninggalkan cucu perempuan

dari anak perempuan, anak laki-laki saudari sekandung, anak

perempuan saudara sebapak, disamakan seperti seakan akan seseorang

meninggal dengan meninggalkan anak perempuan, saudari sekandung,

dan saudara sebapak. Maka mereka memberikan kepada cucu

perempuan dari anak perempuan itu ½ yaitu bagian ibunya yang

menunjukkan kepadanya, anak laki – laki dari saudara perempuan

mereka memberikannya juga ½ yaitu bagian ibunya, dan tidak ada

bagian bagi anak perempuan saudara sebapak. Karena yang

sekandung dapat menjadi ashobah bersama anak perempuan, dan anak

57

Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010). h.165.

Page 50: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

36

perempuan itu mendapatkan sisa, dan terhijab saudara sebapak

begitulah bagiannya.58

Lihatlah tabel dibawah ini:

Ahli waris Bagiannya

Cucu perempuan dari anak

perempuan / Anak Perempuan

½

Anak laki-laki saudari sekandung

/ Saudari Sekandung

½ Ashabah

Anak perempuan saudara sebapak

/ Saudara Sebapak

Dihijab oleh saudari sekandung

b. Seseorang yang mati dengan meninggalkan anak perempuan dari

saudari sekandung, anak perempuan dari saudari sebapak, anak laki-

laki dari saudari seibu, dan anak perempuan paman sekandung. Maka

untuk anak perempuan saudari sekandung ½ , untuk perempuan

saudari sebapak 1/6 yang menyamai 2/3, anak laki-laki dari saudari

seibu 1/6 dengan jalan furud, anak perempuan paman sekandung

mendapatkan sisa dengan dijadikan ashabah, demikianlah dengan

memandang pada asalnya. Maka seakan akan orang yang mati tersebut

meninggalkan saudari sekandung, saudari sebapak, saudari seibuk, dan

paman sekandung. Maka bagian daripada yang sekandung ½ , bagian

saudari sebapak 1/6 bagian saudari seibu 1/6 dan untuk paman

sekandung ialah sisa, kemudian dipindahlah warisan seluruhnya

kepada furu‟ nya maka yang jadi ahli waris mereka adalah yaitu yang

58

Muhammad Sulaiman al-Mannanniy. Al-Jauharah al-Nairah ala syarhi mukhtashar al-

Quduri fi furu‟I al- Hanafiyah. h. 148.

Page 51: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

37

mendapatkan warisan dari furu‟nya dan yang terhijab itu di hijab oleh

furu‟nya .59

Lihatlah tabel dibawah ini:

Ahli waris Bagiannya

Anak perempuan dari saudari

sekandung / Saudari Sekandung

½

Anak perempuan dari saudari

sebapak / Saudari Sebapak

1/6

Anak laki-laki dari saudari seibu /

Saudari seibu

1/6

Anak perempuan paman

sekandung / Paman Sekandung

1/6 dengan jalan ashabah

Kemudian di pindahlah bagian dari keluruhannya kepada furu‟nya

c. Seseorang mati dengan meninggalkan cucu perempuan, anak laki-laki

saudari sekandung, anak laki-laki saudara sekandung, dan anak

perempuan saudara sebapak. Seakan – akan yang meninggalkan seperti

anak perempuan, saudari sekandung, saudari seibu, dan saudara

sebapak. Lihatlah tabel dibawah ini:

Ahli waris Bagiannya

Cucu perempuan / Anak

perempuan

½ dengan jalan furud

Anak laki-laki saudari sekandung/ ½ dengan jalan ashabah

59

Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010). h.165.

Page 52: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

38

Saudari sekandung

Anak laki-laki saudari sekandung/

Saudari seibu

Dihijab oleh anak perempuan

Anak perempuan saudara

sebapak/ Saudari sebapak

Dihijab oleh saudari sekandung

Maka yang menjadi ahli waris dalam masalah ini cucu perempuan dari

anak perempuan mengambil bagian ibunya, dan anak laki-laki saudari

sekandung mengambil bagian ibunya dan untuk anak saudari seibu dan

anak saudara sebapak itu tidak mendapatkan bagian .60

d. Seseorang yang mati dengan meninggalkan bibik dari garis bapak dan

bibik dari garis ibu, maka untuk bibik dari garis bapak mendapatkan

2/3 dan untuk bibik dari garis ibu mendapatkan 1/3. Sesungguhnya

seakan akan yang mati tersebut adalah bapak dan ibu. Maka untuk

bapak mendapatkan 2/3 dan untuk ibu 1 / 3 , karna bibik dari garis

bapak sesungguhnya menunjukkan pada bapak karena dia adalah

saudari bapak dan bibik dari garis ibu menujukkan kepada ibu, karna

dia adalah saudari ibu. Maka dipindahlah bagian asalnya kepada

furu‟nya, dan diberikan yang dianggap berhak mendapatkan warisan.

Lihatlah tabel dibawah ini:

Ahli waris Bagiannya

Bibik dari garis bapak / bapak 2/3

60

Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010). h. 166.

Page 53: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

39

Bibik dari garis ibu / ibu 1/3

Sesungguhnya yang menggunakan mazhab ini memberikan dalil

untuk memperkuat mazhab mereka seperti apa yang telah diriwayatkan

dari nabi SAW bahwasanya telah memberikan warisan kepada bibik

dari garis bapak dan bibik dari garis ibu dan tidak ada ahli waris lain

daripada keduanya. Maka diberikanlah kepada bibik dari garis bapak

2/3 dan di berikan kepada bibik dari garis ibu 1/3 .

Mereka juga memberikan dalil dengan fatwa ibnu mas‟ud r.a.

sesungguhnya di pernah menghadapi suatu masalah tentang yang ada

cucu perempuan dari anak perempuan dan anak perempuan saudari

sekandung. Maka ibu mas‟ud memberikan harta tersebut pada

keduanya sama- sama ½, untuk cucu perempuan dari anak perempuan

½ dan anak perempuan saudari sekandung ½. sesungguhnya perbuatan

Nabi SAW disandarkan kepada fatwa ibnu mas‟ud yang dapat

menguatkan pendapat kami tentang dzawil arham dapat mendapatkan

warisan bukan karena disandarkan pada orang lain akan tetapi

disandarkan kepada orang orang yang menunjukkan kepada mereka

dari ashabul furud atau ashabah . 61

Maka tentang kewarisan dzawil arham tidak dapat di pegang

kecuali ada nash - nash yang umum, tidak ada yang menjelaskan

ukuran pendapatannya dan tidak ada juga jalan kekuatannya akan

tetapi di pandang kepada asalnya yang dapat menunjukkan kepada

61

Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010). h. 167.

Page 54: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

40

mereka bahwa lebih berhak dan lebih utama, karna sesungguhnya

ashbul furud dan ashabah itu telah dijelaskan bagian bagian mereka

dan furd-furd mereka dengan jelas. Tidak ada jalan bagi kita untuk

mengetahui bagian bagian dzawil arham kecuali dengan

mengembalikannya kepada asal nya yang menujukkan kepada mereka

maka jadilah ini dikuatkan menurut pendapat yang menganut mazhab

ini.

Adapun mazhab ketiga adalah mazhab ahlu al-qorobah, yaitu

mazhab yang memandang kewarisan dzawil arham derajatnya lebih

dekat dan kekrabatannya kuat, di qiyaskan seperti ashabah yang

diberikan kepada yang berhak yaitu laki-laki yang paling dekat dengan

orang yang meninggal, mazhab ini dinamakan dengan mazhab ahlu al-

qorobah karena dipegang dari sisi derajat kekerabatannya dan

kekuatannya. Sesungguhnya mazhab ini membagi dzawil arham

menjadi beberapa bagian sebagaimana keadaan yang ada dalam

pembagian ashabah menjadi beberapa bagian. Mereka memandang

kekuatannya itu dengan derajat yang paling dekat kemudian yang

kerabat yang paling kuat, bahwa laki-laki mendapatkan bagian seperti

dua bagian perempuan (للركس مثل حظ الاهثيين) sebagaimana yang ada

dalam pembagian ashabah. Mazhab ini dianut oleh Ali bin Abi Thalib

ra, karena itu diambil oleh imam mazhab hanapi . 62

62

Muhammad Sulaiman al-Mannanniy. Al-Jauharah al-Nairah ala syarhi mukhtashar al-

Quduri fi furu‟I al- Hanafiyah. h. 148.

Page 55: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

41

5. Kelompok dzawil arham

Sesungguhnya mazhab Ahlu Al-qorobah telah membagi bagian dzawil

arham menjadi 4 bagian. Mazhab ini menjadikan setiap bagian dzawil arham

untuk furu‟-furu‟ dan ketentuannya sebagai mana mereka menjelaskan tentang

tatacara pembagian tiap-tiap bagian ini. Kami akan menyebutkan bagian-bagian

secara terperinci beserta contoh-contohnya secara berurutan .63

a. Kerabat yang memiliki hubungan dengan mayit

b. Kerabat yang memiliki hubungkan melalui mayit

c. Kerabat yang memiliki hubungan dengan orang tua mayit

d. Kerabat yang berhubungan dengan kakek dan atau nenek si mayit

Bagian pertama yaitu Kerabat yang memiliki hubungan dengan mayit

yaitu :

1) Cucu (laki-laki/perempuan) dari jalan anak perempuan dan terus

kebawah

2) Anak (laki-laki/perempuan) dari cucu perempuan anak laki-laki dan

terus kebawah

Bagian yang kedua kerabat yang memiliki hubungkan melalui mayit

1) Kakek yang tidak shahih dan terus keatas, sperti bapaknya ibu, dan

bapak bapaknya si ibu

2) Nenek yang tidak shahih dan terus keatas, seperti ibu bapaknya si ibu

dan ibu ibu bapaknya si ibu.

63

Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010). h. 167.

Page 56: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

42

Bagian ketiga yaitu kerabat yang memiliki hubungkan kepada orang tua si

mayit yaitu

1) Anak (laki-laki/perempuan) saudara perempuan sekandung atau

sebapak atau seibu64

2) Anak perempuan saudara sekandung atau sebapak atau seibu dan anak

perempuan bapak bapak mereka dan terus kebawah

3) Anak laki-laki saudara seibu dan anak anak mereka terus kebawah,

seperti anak laki-laki saudara seibu, cucu laki-laki saudara seibu atau

cucu perempuan dari anak laki-laki saudara seibu.

Bagian keempat kerabat yang memilik hubungkan kepada kakek dan atau

nenek simayit dari sisi bapaknya atau sisi ibunya :65

1) Bibik – bibik dari jalan bapak simayit sekandung atau sebapak atau

seibu, paman-pamannya dari jalan ibu simayit dan bibik-bibik dari

jalan ibu simayit dan paman-paman dari jalan bapak si ibu

2) Anak-anak (laki-laki/perempuan) bibik dari jalan bapak,bibik dari

jalan ibu,paman dari jalan ibu,dan anak-anak (laki-laki/perempuan)

paman dari jalan bapak seibu dan terus kebawah

3) Bibik-bibik (dari jalan bapak) bapaknya simayit sekandung atau

sebapak atau seibu, paman-paman dan bibik-bibik (dari jalan ibu)

sibapak, paman (dari jalan bapak) siibu, bibik ( dari jalan bapak) siibu,

64

Muhammad Sulaiman al-Mannanniy. Al-Jauharah al-Nairah ala syarhi mukhtashar al-

Quduri fi furu‟I al- Hanafiyah, h. 138. 65

Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010). h. 168.

Page 57: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

43

dan bibik (dari jalan ibu) si ibu, dan bibik (dari jalan ibu) sekandung

atau sebapak.

4) Anak (laki-laki/perempuan) bibik (dari jalan bapak) sibapak dan terus

kebawah

5) Paman (dari jalan bapak) kakeknys simayit seibu,paman (dari jalan

bapak) si nenek, paman dan bibik (dari jalan ibu) dan bibik dari jalan

bapak si kakek dan atau si nenek

6) Anak dari point 5 dan terus kebawah

Kesimpulannya, sesungguhnya enam kelompok ini adalah kerabat yang

dihubungkan kepada kakek dan nenek simayit yaitu bibik dari jalan

bapak sekandung atau sebapak atau seibu, paman dari jalan bapak

seibu,paman dan bibik dari jalan ibu, dan anak-anak tiap-tiap dari

mereka .

6. Perbedaan antara mazhab ahlu al-Tanzil dan mazhab ahlu al- Qorobah

Bahwa telah terjadi perbedaan antara mazhab ahlu al-tanzil dan

mazhab ahlu al-qorobah yaitu seperti apa yang akan datang.66

a. Mazhab al-tanzil tidak mengatur bagian-bagian tersebut yaitu tidak

mendahulukan kelompok yang satu dengan kelompok yang lain. Berbeda

dengan ahlu al-qorobah mendahulukan kelompok yang satu dengan

kelompok yang lain karna membandingkan dengan ashobah bin nafsi .

66

Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010) h.163. h. 169.

Page 58: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

44

b. Sesungguhnya pendapat ahlu al-tanzil mendahulukan berdasarkan

kedekatannya seperti ahli waris dzawil furud dan ashobah .berbeda dengan

pendapat mazhab ahlu al-qorobah yaitu derajat yang terdekat kemudian

kerabat yang terkuat dan satu bagian laki-laki sama dengan dua bagian

perempuan sebagimana ketentuan yang terjadi dalam ashobah .

7. Cara mewarisi

Kami akan menjelaskan bagian-bagian ini secara teratur karena di qiaskan

seperti ashobah. Maka anak-mereka yang mendapatkan warisan merupakan

bagian simayit atau furu‟nya, maka jika tidak ada maka dikembalikan ketempat

asalnya, jika tidak ada maka furu‟ saudaranya, jika tidak ada maka furu‟ dari

paman-pamannya (dari jalan bapak dan ibu), jika tidak ada maka anak-anak

mereka dan orang yang dihukum seperti mereka seperti anak perempuan paman

(dari jalan bapak) sekandung atau sebapak.67

Maksud dari pada mazhab ahlu al-qorobah ini adalah setiap bagian-bagian

ini semuanya ada,maka akan menghijab orang yang setelahnya,yang pertama

menghijab yang kedua, yang kedua menghijab yang ketiga, begitulah yang terjadi

pada ashobah bin nafsi. Karena itulah para fuqaha‟ dari mazhab hanafi

memberikan argument seperti itu .

Sesungguhnya dzawil arham mewarisi secara tertib seperti ashobah bin

nafsi, yaitu mendahulukan furu‟nya si mayit daripada ashabul furud dan ashobah,

seperti cucu dari anak perempuan dan terus kebawah kemudian asal-asal simayit

seperti kakek dan nenek yang tidak shahih dan terus keatas, kemudian furu‟ kedua

67

Ibid., h. 169.

Page 59: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

45

orang tuanya seperti anak saudari – saudarinya dan anak perempuan saudara-

saudaranya dan terus kebawah, kemudian furu‟ kakek dan neneknya dari enam

kelompok yang telah disebutkan maka kewarisannya itu juga berdasarkan

urutannya.

Adapun menurut Muhammad Sulaiman al-Ananiy dalam kitabnya bahwa

dzawil arham yang paling dekat dengan mayyit adalah kakek (bapaknya ibu),

kemudian anak laki-laki atau perempuan dari anak perempuan, kemudian anak

laki-laki atau perempuan dari saudari, kemudian anak perempuan dari saudara,

kemudian bibik dari jalan bapak, kemudian bibik dari jalan ibu, kemudian anak-

anak dari mereka yang telah disebutkan.68

Ada pula yang mengatakan yang paling dekat adalah, anak laki-laki atau

perempuan dari anak perempuan, kemudian kakek (bapaknya ibu). Dan ada pula

yang berkata yang terdekat adalah anak laki-laki atau anak perempuan dari anak

perempuan, kemudian anak laki-laki atau perempuan dari saudari, kemudian anak

perempuan saudara, kemudian kakek (bapaknya ibu), kemudian bibik dari jalan

bapak, kemudian bibik dari jalan ibu, kemudian anak-anak mereka yang telah

disebutkan.

8. Syarat Syarat Kewarisan Dzawil arham

Adapun Syarat-syarat kewarisan dzawil aram untuk mendapatkan harta

peninggalan adalah sebagai berikut:

a. Tidak adanya dzawil furud, karena jika ada dzawil furud, maka dzawil

furud akan mengambil bagiannya, kemudian mengambil sisanya dengan

68

Muhammad Sulaiman al-Mannanniy. Al-Jauharah al-Nairah ala syarhi mukhtashar al-

Quduri fi furu‟I al- Hanafiyah,h. 267.

Page 60: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

46

jalan rad, dan rad itu urutannya sebelum diserahkan kepada dzawil

arham.69

b. Tidak adanya ashabah, karena jika ada ashabah maka akan mengambil

harta peninggalan secara keseluruhan apabila dia sendiri. Dan akan

mengambil sisanya setelah diserahkan kepada dzawil furudh apabila ada

dzawil furudnya.

Adapun apabila ada salah satu dari suami atau istri, maka dia akan

mengambil bagiannya dengan jalan furud, maka sisanya adalah untuk

dzawil arham, karena rad untuk salah satu suami atau istri itu urutanya

terakhir dari pada dzawil arham, karena itu sisanya diserahkan kepada

dzawil arham.

Apabila hanya ada satu orang dzawil arham dari kelompok mana

saja dari empat kelompok yang yang sudah dibahas, entah dia laki-laki

atau perempuan, maka dia akan mendapatkan semua harta, atau dia akan

mendapatkan sisa jika disana ada salah satu dari suami atau istri.

Jika yang ada dari dzawil arham itu ada beberapa orang, maka cara

pembagiannya seperti ini:

1. Dipilih yang paling dekat derajatnya, karena yang paling utama

mendapatkan warisan adalah orang yang paling dekat derajatnya,

seperti cucu perempuan dari anak perempuan didahulukan dari pada

anak perempuan cucu perempuan dari anak perempuan dan dari pada

69

Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010). h. 171.

Page 61: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

47

anak laki-laki cucu perempuan dari anak perempuan, karena

derajatnya yang lebih dekat.70

2. Aabila berkumpul yang memiliki derajat yang sama, maka yang

diutamakan adalah yang paling dekat dari mereka kepada si mayyit

seperti ahli waris dzawil furudh dan ahli waris ashabah. Misalnya ada

seseorang yang mati dan meninggalkan anak perempuan cucu

perempuan dari anak laki-laki dan anak laki-laki cucu laki-laki dari

anak perempuan. Maka dalam masalah ini terjadi perkumpualan yang

sama derajatnya, karena keduanya memiliki hubungan dengan si

mayyit dengan derajat yang sama, bukan karena anak perempuan cucu

perempuan dari anak laki-laki memiliki hubungan dengan si mayit

karena ahli waris dan anak laki-laki cucu laki-laki dari anak

perempuan memiliki hubungan dengan si mayit tanpa ahli waris

karena bapaknya adalah cucu laki-laki dari anak perempuan yang

merupakan dzawil arham. berbeda dengan cucu perempuan dari anak

laki-laki sesungguhnya dia merupakan dzawil furudh, maka

diperuntukkanlah semua harta peninggalan itu untuk orang yang

paling dekat dengan ahli waris yaitu anak perempaun cucu perempuan

dari anak laki-laki

3. Apabila sama dari segi derajat dan kedekatannya maka caranya

mendahulukan yang lebih kuat kekrabatannya .umpanya, seseorang

meninggal dengan meninggalkan anak perempuan saudara sekandung

70

Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010). h. 170.

Page 62: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

48

dan anak perempuan saudara sebapak, maka harta itu semuanya untuk

anak perempuan saudara sekandung karena lebih kuat

kekerabatannya,tidak diberikan sama sekali kepada anak perempuan

saudara sebapak karena lemah kekerabatannya.71

Umpanya juga sesorang meninggal dengan meninggalkan cucu

perempuan anak laki-laki saudara sekandung,cucu perempuan anak

laki-laki saudara sebapak, dan anak perempuan anak laki-laki saudara

seibu, maka harta itu seluruhnya diberikan kepada cucu perempuan

anak laki-laki saudara sekandung, karena lebih kuat sisi kekerabatnya.

Atau jika seseorang meninggal dengan meninggalkan cucu

perempuan anak laki-laki saudara sebapak dan cucu perempuan anak

laki-laki saudara sebapak yang lain, maka harta itu untuk keduanya

karena kedua sama-sama kuat kekerabatannya.

4. Apabila mereka sama dari segi kuatnya kekerabatnya juga, maka

mereka membagi rata harta peninggalnnya juga. Misalnya, jika

seseorang meninggal dengan meninggalkan cucu perempuan anak

laki-laki paman sekandung, cucu perempuan anak laki-laki paman

sekandung yang lain, dan cucu perempuan anak laki-laki paman sekan

dung yang lain juga, maka harta peninggalan tersebut dibagi rata

diantara semua anak perempuan itu, karena sama dari kekerabatan dan

derajat.

71

Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010). h. 171.

Page 63: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

49

Yang menjadi catatan dalam pembagian harta peninggalan untuk dzawil

arham adalah yang laki-laki dapat melemahkan atau mengurangi

pendapatan yang perempuan, sebagaimana ketentuan dalam ashabah,

sekalipun dzawil arhamnya dari anak-anak saudara atau saudari seibu.

C. Persamaan dan Perbedaan antara Syafi’iyah dan Hanafiyah tentang konsep

Dzawil Arham

1. Pengertian dzawil arham

Dari segi pengertian ulama‟ Syafi‟iyah dan ulama‟ Hanafiyah memberikan

pendapat yang sama mengenai apa itu dzawil arham, tanpa ada perbedaan

sedikitpun mengenai pengertiannya, yaitu yang dimaksud dengan ahli waris

dzawil arham adalah orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat dengan

pewaris, namun tidak dijelaskan bagianya secara eksplisit di dalam al-Qur‟an

dan/atau al-Hadits Nabi sebagai dzawil furudh dan tidak pula sebagai asabah.

Ketiadaan penjelasan yang terdapat didalam al-Qur‟an dan al-Hadits

tentang kewarisan kerabat ini, karenanya mereka digolongkan sebagai

golongan dzawil arham. Bila diperhatikan tentang kerabat yang menjadi asabah

adalah semua dari laki-laki dalam garis keturunan laki-laki, maka dzawil

arham itu adalah perempuan atau laki-laki melalui garis keturunan perempuan.

2. Kewarisn dan ahli waris dzawil arham

Dari segi ahli waris dan jumlahnya yang tergolong sebagai ahli waris dzawil

arham memiliki persamaan dan memiliki perbedaan. Persamaanya adalah,

bahwa kerabat yang menjadi ahli waris dalam golongan dzawil arham ini

adalah sama jumlahnya. Adapun letak perbedaannya adalah cara klasifikasi

Page 64: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

50

golongan ahli waris dzawil arham tersebut, yaitu: ulama‟ Syafi‟iyah

menyebutkan secara langsung nama dan jumlahnya, karena setelah diketahui

siapa saja yang termasuk golongan dari dzawil arham tersebut, maka

pembahasannya selesai, tidak ada tindak lanjut lagi. Adapun ulama‟ hanafiyah

menyebutkannya dengan membuatkan kelompok-kelompok dari dzawil arham

tersebut, karena pembahasannya akan berkelanjutan sampai selesai pembagian

dari harta peninggalan simayyit.

Misalkan mazhab hanafiyah telah membagi bagian dzawil arham menjadi

empat bagian, yaitu:72

a. Kerabat yang memiliki hubungan dengan mayit

b. Kerabat yang memiliki hubungkan melalui mayit

c. Kerabat yang memiliki hubungan dengan orang tua mayit

d. Kerabat yang berhubungan dengan kakek dan atau nenek si mayit

Empat klasifikasi golongan ahli waris dzawil arham tersebut memiliki

bagian-bagian juga seperti apa yang telah disebutkan pada pembahasan yang

sudah lewat.

3. Kewarisan dzawil arham

Ulama‟ Syafi‟iyah dan ulama hanafiyah berbeda pendapat tentang

kewarisan dzawil arham. Menurut ulama‟ Syafi‟iyah adalah jika terdapat harta

peninggalan orang yang meninggal, tetapi tidak ada shahibul furudh dan

ashabah, maka harta tersebut diserahkan kepada baitul mal orang muslim, yaitu

untuk kemaslahatan orang muslim secara umum, tidak boleh diserahkan

72

Muhammad Ali al-Shabuniy. Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010). h. 167.

Page 65: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

51

kepada dzawil arham, sebagaimana pendapat sebagian para sahabat, seperti

Zaid bin Sabit dan Ibnu Abbas dalam sebagian riwayat.

Apabila seluruh ahli waris tidak ada, maka dzawil arham tidak bisa

dijadikan Ahli waris; dan bila hanya ada bagian Ahli waris maka kelebihan

hartanya tidak dikembalikan kepada yang ada itu lagi; tetapi semuanya ini

menjadi milik baitul mal (harta negara). Kemudian jika baitul mal tidak tertib,

maka kelebihan harta bisa dikembalikan lagi kepada ahli waris yang ada selain

suami/istri dengan besar bagian menurut Fardlu masing-masing; kalau tidak

ada, maka diberikan kepada dzawil arham.

Adapun menurut ulama‟ hanafiyah dan orang-orang yang berpendapat

tentang kewarisan dzawil arham ialah mengakui kewarisan dzawil arham,

apabila tidak ada ahli warits dari golongan ashabul furudl dan golongan

ashabul ash-habah, menurut pandangan mereka, dzawil arham lebih berhak

mewarisi daripada yang lain, sebab mereka memiliki hubungan kekerabatan

dengan simati, dan kewarisan mereka didahulukan daripada baitul mal.

4. Dalil-dalil tentang dzawil arham dapat menjadi ahli waris dan tidak dapat

menjadi ahli waris

Ulama‟ Syafi‟iyah dan ulama‟ Hanafiyah memberikan argumentasi

terkait dengan kewarisan dzawil arham dengan dalil yang berbeda dan masuk

akal. Menurut peneliti bahwa argumentasi yang digunakan oleh ulama‟

hanafiyah lebih masuk akal dan memberikan kemaslahatan yang lebih besar

dari pada argumentasi yang digunakan oleh ulama‟ Syafi‟iyah. Ulama‟

Page 66: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

52

Syafi‟iyah berpendapat bahwa dzawil arham tidak dapat menjadi ahli waris

dengan dalil-dalil sebagai berikut:

a. Bahwa dasar dalil tentang kewarisan itu diambil dari nash yang qot‟i, yaitu

al-Qur‟an dan Sunnah Nabi SAW, dan nash yang menunjukkan tentang

kewarisan dzawil arham ini tidak ditemukan didalam dua nash tersebut (al-

Qur‟an dan al-Sunnah). Dengan itu kewarisan dzawil arham itu tidak punya

nash dan dalil, maka jika dzawil arham diberikan warisan, maka hukumnya

batil.

b. Nabi Muhammad SAW pernah memberikan fatwa kepada seseorang yang

meninggal,73

yang hanya punya „ammah/bibik (garis bapak) dan

Kholah/bibik (garis ibu), tidak ada yang lain selain keduanya. Maka Nabi

SAW berdo‟a kepada Allah SWT untuk meminta petunjuk tentang masalah

ini, Nabi bersabda: Ya Allah, ada seorang laki-laki yang meninggal dengan

meninggalkan seorang bibik (garis bapak) dan bibik (garis ibu), dia tidak

punya ahli waris selain keduanya, Malaikat Jibril memberitahukan bahwa

tidak ada bagian bagi keduanya, dan Nabi bertanya: kemanakah orang

bertanya tadi?, maka berkata seseorang: inilah saya wahai Rosulullah. Dan

Nabi pun bersabda: Keduanya (amah dan kholah) tidak mendapatkan harta

warisan. Maka tidak boleh diberikan harta peninggalan itu kepada dzawil

arham, karena sesungguhnya bertindak dengan tanpa ada dalil yang

menguatkan itu hukumnya batil. Karena itu, pada dasarnya dzawil arham

tidak mendapatkan harta peninggalan.

73

Al-Sayyid al-Bakriy bin „Arif. I‟anatu al-thalibin, (Surabaya: Al-Hidayah) juz. 3, h.

225.

Page 67: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

53

c. Apabila harta peninggalan itu diserahkan kepada baitul mal , manfaat dan

faidahnya sangat besar dan menjadi milik bersama seluruh ummat Islam.

Berbeda halnya kalau diberikan kepada dzawil arham, manfaatnya sedikit

dan faedahnya hanya dapat dinikmat oleh yang bersankutan saja.

Sedangkan qaidah fiqhiyyah telah menetapkan bahwa kemaslahatan umum

harus didahulukan daripada kemaslahatan khusus.74

Adapun Ulama‟ Hanafiyah berpendapat dzawil arham bisa menjadi ahli

waris dengan dalil-dalil yang diambil dari al-Qur‟an, al-Sunnah dan

berdasarkan akal fikiran (logika), yaitu sebagai berikut:

a. Adapun yang terdapat di dalam al-Qur‟an yaitu Firman Allah:

هب ٱلل

فى كخـ

ض ى ببعأ

ل وأ

ضہمأ أ حام بعأ زأ

أ ٱل

ىا

ول

75 وأ

Artinya: dzawil arham itu lebih utama diberikan kepada mereka dari pada

sebagian yang lain, demikianlah yang terdapat didalam kitab

Allah.

Argumentasi yang diambil dari ayat tersebut adalah bahwasanya Allah

SWT telah menyebutkan sebagian keluarga lebih berhak mewarisi daripada

selain mereka. Lafaz ulul arham itu pengertianya bersifat umum, meliputi

semua keluarga, baik mereka dari golongan ashabul farudh atau ash-habah

atau diluar keduanya, asal masih termasuk kerabat. Dengan demikian lafadh

tersebut meliputi semua kerabat, tidak membeda-bedakan antara ashabul

furud, golongan ash-habah, atau kerabat lainnya. Seakan-akan ayat tersebut

74

Muhammad Ali al-Shabuniy.Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010) h.160. 75 QS. al-Anfal [8]: 75.

Page 68: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

54

berkata: “Kerabat dari jihat manapun lebih berhak mewarisi daripada yang

lainnya, disebabkan adanya hubungan kekerabatan. 76

Jika mereka mempunyai hubungan kerabat dengan yang mati, berilah

mereka warisan dan tidak boleh mendahulukan seseorang pun yang

lainnya”. Tidak disalah lagi bahwa dzawil arham termasuk yang

disebutkan oleh keumuman ayat tersebut, bukanlah sebagaimana yang

kelompok pertama maksudkan, yakni intisari maksud ayat, tapi justeru dari

tuntunan ayat itu sendiri, sesungguhnya setiap kerabat lebih berhak

mewarisi harta kerabtnya daripada orang lain. Dengan demikian dzawil

arham lebih berhak mewarisi daripada baitul mal orang muslim.

b. Dalil dari al-Qur‟an juga

لدان ى أسك ٱل

ا ج م صيب م

ء ه

سا

سبىن وللن

أق ألدان وٱل ى

أسك ٱل

ا ج م صيب م

لسجال ه

ل

سوضا فأ صيبا مر ه

ثوأ ك

ه أ ل منأ

ا ق سبىن مم

أق أوٱل

Artinya: Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-

bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian

(pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik

sedikit atau banyak menurut bahagian yang Telah ditetapkan.77

Sisi argumentasi ayat ini adalah, bahwasanya Allah SWT menyebutkan

setiap laki-laki dan perempuan memiliki bagian dalam harta peninggalan

keluarga dan kerabat mereka.78

Sesungguhnya ayat tersebut jelas menyebutkan tentang kerabat, dan

memperjelas bahwa mereka memiliki bagian dalam harta peninggalan

76 Ibid., h.161. 77

Surat al-Nisa‟ [4]: 7. 78

Muhammad Ali al-Shabuniy, Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010), h.161.

Page 69: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

55

keluarga dan kerabat mereka, entah yang didapatkan itu sedikit ataupun

banyak.Menurut kesepakatan kebanyakan Ulama‟ berpendapat bahwa

dzawil arham itu adalah bagian dari kerabat, dengan begitu mereka sangat

berhak untuk mendapatkan bagian harta peninggalan keluarga dan kerabat

mereka karena dalil ini.79

Ayat ini juga menasakh praktik waris mewarisi yang pernah dilakukan

pada permulaan datangnya islam yaitu dengan sebab al-Mualat dan al-

Muakhat dalam agama, atau dengan sebab al-Hijrah dan al-Nashrah (Hijrah

dan Pertolongan).

Sesungguhnya Syari‟at Islam menetapkan kewarisan para kerabat, bukan

selain mereka saja yang pernah disebutkan bagiannya dalam ayat-ayat

tentang mawarits. Akan tetapi ayat ini sesungguhnya mensyari‟atkan

kewarisan bagi semua kerabat, bukan kepada beberapa golongan saja, maka

ayat yang kami sebutkan ini sungguh menjadi petunjuk yang jelas tentang

kewarisan dzawil arham.

c. Adapun dari sebuah hadits Nabi saw bersabda:

ه ال

ر بن عبد الل

ا حميد عن بك

برن

خ

أ

ا يزيد بن هارون

برن

خ

ك أ

هل

ان رجل

زني أ

تخ

صيب لا

ن

ة

ال

خ

ى ال

عط

خ وأ

صيب لا

ن

ة عم

ى عمر ال

عط

أه ف

تال

ه وخ

ت رك عم

وت

)رواه الدارمي(Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Yazid bin Harun telah

mengabarkan kepada kami Humaid dari Bakr bin Abdullah Al

Muzani bahwa ada seorang laki-laki meninggal dunia dan

meninggalkan seorang bibi dari pihak ayah dan bibi dari pihak

ibu. Maka Umar memberikan bagian kepada bibi dari pihak ayah

seperti bagian saudara laki-laki dan memberikan kepada bibi

79 Ibid., h.163.

Page 70: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

56

dari pihak ibu seperti bagian saudara perempuan. (HR. Darimi

No.2922).

Maka Hadits ini menunjukkan tentang bahwa kerabat yang termasuk

golongan dzawil arham itu dapat menerima harta warisan selama tidak

adanya ahli waris dari golongan dzawil furudh dan golongan ashabah.

d. Dalil yang digunakan juga dari sebuah riwayat, bahwa seorang laki-laki

pernah menembak Sahal bin Hunaif dengan fanah, kemudian Ia meninggal,

dan dia tidak punya ahli waris melainkan hanya ada paman daris garis

ibunya (al-Khal). Maka Abu Ubaidah bin Jarah melapor kepada Sayyidina

Umar bin al-Khottob untuk menanyai tentang hal tersebut, maka Sayyidina

Umar pun menjawab: bahwa abi SAW pernah bersabda: 80

81الخال وازث من ال وازث له

Artinya: Paman (dari garis ibu) adalah ahli waris orang yang tidak punya

ahli waris.

Maka qisah ini seperti apa yang telah diberitahukan oleh Umar al-faruq

dari nabi SAW menjadi dalil tentang kewarisan dzawil arham, karena al-

khal (Paman dari garis bapak) bukan lah termasuk dzawil furudh dan bukan

juga termasuk dari golongan yang mendapatkan ashabah berdasarkan

kesepakatan para Ulama‟. Sesungguhnya telah diriwayatkan dari Nabi SAW

bahwa al-Khal (paman dari garis Ibu) adalah termasuk ahli waris ketika

tidak ada ahli waris yang lebih utama untuk mewarisi harta peninggalan.82

80 Ibid., h. 162. 81

Sunan Abu Dawud, (Bairut: Maktabah al-„Asriyyah, 2010), h. 123. 82

Muhammad Ali al-Shabuniy.Al-Mawarits. (Makkah al-Mukarromah: Daru al-Kutub al-

Islamiyah, 2010) h.. 162.

Page 71: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

57

e. Adapun dalil yang di gunakan berdasarkan akal pikiran, yaitu mereka

berkata sesungguhnya dzawil arham lebih berhak mendapatkan warisan

daripada baitul mal orang muslim. Oleh karena itu, sesungguhya baitul mal

orang muslim berhubungan dengan mayit dengan satu hubungan saja yaitu

hubungan keislaman dengan memandang mayit adalah orang muslim.

Adapun dzawil arham berhubungan dengan orang meninggal dalam dua

hubungan yang pertama hubungan keislaman dan yang kedua hubungan

kekerabatan. Siapa saja yang memiliki sistim kekerabatan dari dua sisi,

maka sesungguhnya lebih kuat daripada orang yang memiliki hubungan

kekerabatan hanya dari satu sisi seperti saudara sekandung yang apabila

berkumpul bersama saudara sebapak maka harta tersebut semuanya

diberikan kepada saudara sekandung, karana hubungan karena hubungan

kekerabatannya dari dua sisi yaitu dari sisi bapak dan sisi ibu maka begitu

jugalah dzawil arham.

Dengan demikian bahwa pendapat jumhur ulama (Ulama‟ Hanafiyah)

lebih rajih (kuat dan akurat) dan rasional, karena memang merupakan

pendapat mayoritas sahabat, tabi'in, dan imam mujtahidin. Di samping dalil

yang mereka kemukakan lebih kuat dan akurat, juga tampak lebih adil, apalagi

jika dihubungkan dengan kondisi kehidupan dewasa ini.

Sebagai contoh, ulama‟ Syafi‟iyah berpendapat lebih mengutamakan

baitul mal ketimbang kerabat, sementara di sisi lain mereka mensyaratkan

keberadaan baitul mal dengan persyaratan khusus. Di antaranya, baitulmal

Page 72: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

58

harus terjamin pengelolaannya, adil, dan amanah; adil dalam memberi kepada

setiap yang berhak, dan tepat guna dalam menyalurkan harta baitul mal.

Maka muncul pertanyaan, dimanakah adanya baitul mal yang demikian,

khususnya pada masa kita sekarang ini. Tidak ada jawaban lain untuk

pertanyaan seperti itu kecuali: "telah lama tiada". Terlebih lagi pada masa kita

sekarang ini, ketika musuh-musuh Islam berhasil memutus kelangsungan

hidup khilafah Islam dengan memporakporandakan barisan, persatuan dan

kesatuan muslimin, kemudian membagi-baginya menjadi negeri dan wilayah

yang tidak memiliki kekuatan. Sungguh tepat apa yang digambarkan seorang

penyair dalam sebuah bait syairnya: "Setiap jamaah di kalangan kita

mempunyai iman, namun kesemuanya tidak mempunyai imam."

Page 73: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

59

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah membandingkan kedua pendapat tersebut, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa :

1. Ulama‟ Syafi‟iyah berpendapat ketika tidak adanya ahli waris dari dzawil

furudh dan ashabah maka lebih mengutamakan baitul mal dibandingkan

kerabat dzawil arham, karena dipandang lebih banyak memberikan manfaat

harta peninggalan tersebut jika diberikan kepada baitul mal. Sedangkan

ulama‟ Hanafiyah berpendapat ketika tidak adanya ahli waris dari dzawil

furudh dan ashabah maka harta tersebut dibagi kepada kerabat dzawil

arham yang masih hidup, karena ahli waris dzawil arham adalah bagian dari

kerabat yang memiliki hubungan darah dengan orang yang meninggal

tersebut.

2. Persamaan konsep dzawil arham menurut ulama‟ Syafi‟iyah dan ulama‟

hanafiyah ialah pada nama dan golongan kerabat yang termasuk dzawil

arham atau yang tidak disebutkan bagiannya di dalam al-Qur‟an atau al-

Hadits. Adapun perbedaannya ialah pada dalil-dalil yang digunakan sebagai

landasan tentang kewarisan dzawil arham.

B. SARAN

1. Sebaiknya orang yang hendak membagi harta peninggalan yang disitu terdapat

terkait dengan dzawil arham, hendaknya tidak berpanjang lebar

59

Page 74: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

60

memperdebatkan perbedaan pendapat oleh ulama‟ Syafi‟iyah dan Hanafiyah,

karena mereka memiliki argumentasi masing-masing.

2. Kepada Perpustakaan UIN Mataram dapat menambah literatur-literatur berupa

kitab-kitab dari mazhab lain, agar mampu menghasilkan mahasiswa yang

berwawasan luas, berprestasi dan berkualitas.

Page 75: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

61

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah bin Mahmud bin Maudud. Al-Ikhtiyar lita‟lili al-Mukhtar. Libanon:

Bairut, 2005.

Abu Isa Muhamad bin „Isa bin Surah, Sunan al-Tirmizi, 2010.

Ahmad, Saebani, Beni. Fiqh Mawaris. Bandung: Pustaka Setia, 2009.

Al-Anshori Al-Qurthubi, Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad. Al-jami‟ al-

Ahkami Al-Qur‟an, Bairut Libanon :Darul kutubi „ilmiyah

al-Bajuri, Ibrahim, al-Bajuri Ala Ibnu Qasim Al- Gozi, (Surabaya : Nurulhuda).

Juz 2

Ali, Zainuddin. Pelaksanaan Hukum Waris DiIndonesia. Jakarta: Sinar Grafika,

2008.

Al-Qur‟an al-Karim

Al-Sayyid, al-Bakriy bin „Arif. I‟anatu al-thalibin. (Surabaya: Al-Hidayah) juz. 3

Al-Shabuni, Muhammad Ali. Tafsir ayat al-ahkam, Jakarta : dinamik Berkah

Utama, 2012.

Al-Shabuni, Muhammad Ali. Hukum Waris dalam Syari‟at Islam. Bandung:

Diponegoro, 1995.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2010.

As‟ad ,Ali. Terjemah fathulMu‟in. (Yogyakarta: Menara Kudus) 2008.

Basyir, Ahmd azhar. Hukum Waris Islam, Yogykarta: UII Press, 2001.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, Yogyakarta: AndiOfset, 1997.

Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet Pertama, jakarta :Persada Press,

2009.

Jawad Mughniyah, Muhammad. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta: Lentera, 2008

Kompilasi Hukum Islam

Page 76: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

62

M. Zein, Satria Efendi. Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Muhamad bin Ibrahim bin Abdullah Atuwaijry. HukumWaris. Riyadh: Maktab

Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007.

Muhammad Ali al-Shabuniy.Al-Mawarits. Makkah al-Mukarromah: Daru al-

Kutub al-Islamiyah, 2010.

Muhammad Sulaiman al-Mannanniy. Al-Jauharah al-Nairah ala syarhi

mukhtashar al-Quduri fi furu‟I al- Hanafiyah,

Pasnelyza Karani “Tinjauan Ahli Waris Pengganti dalam Hukum kewarisan Islam

dan Hukum Kewarisan KUH Perdata ”Universitas Diponegoro

Semarang. 2010

Salman, Otje dan Mustofa Haffas. Hukum Waris Islam, Bandung: PT Refika

Aditama, 2002.

Sayyid Syabik. Fiqh al-Sunnah. Kairo: Darul Fath, 2009.

Sugiyono. Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi, Bandung:

Alfabeta, 2013.

Sunan Abu Dawud, Bairut: Maktabah al-„Asriyyah, 2011

Syarifuddin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2003

Thalib, Sajuti. Hukum Kewarisan Islam DiIndonesia, Jakarta: Sinargrafika, 2004.

W. Creswell, John. Recearch Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Mixed. Yogyakarta: PustakaPelajar, 2009.

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Warisan di Indonesia, Bandung; Sumur Bandung

Page 77: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

63

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 78: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

64

Page 79: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

65

Page 80: KONSEP DZAWIL ARHAM DALAM PEMBAGIAN …etheses.uinmataram.ac.id/958/1/Ahmad Sanusi 152132005.pdfSkripsi dengan judul “Konsep Dzawil Arham dalam Pembagian Harta Peninggalan menurut

66