konsep diri dan motif anggota komunitas wismis bandung

Upload: r-yogie-prawira-w

Post on 16-Oct-2015

176 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Studi Fenomenologi Interaksionisme Simbolik

TRANSCRIPT

44

KONSEP DIRI DAN MOTIF ANGGOTA KOMUNITAS WISATA MISTIS BANDUNG

Studi Fenomenologi Interaksi Simbolik dalam Pembentukan Konsep Diri dan Motif Anggota Komunitas Wisata Mistis Bandung

Tugas KelompokMata Kuliah Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif Dosen Pembina: Dr. Atwar Bajari, M.Si

Disusun oleh :

EUGENIA INES210120130017NURUL UTAMI210120130504R. YOGIE PRAWIRA W.210120130027ROMAN RESKI UTAMA210120130018

PROGRAM MAGISTER FAKULTAS ILMU KOMUNIKASIUNIVERSITAS PADJADJARANJATINANGOR2014BAB IPENDAHULUAN

1.1 Konteks PenelitianBerawal dari thread supranatural di forum dunia maya Kaskus, para kaskuser yang memiliki passion dalam bidang mistis membentuk sebuah komunitas yang dapat mewadahi passion tersebut. Komunitas ini bernama Komunitas Wisata Mismis (Wismis) Bandung. Dalam keseharian, terkadang anggota komunitas Wismis menampilkan gaya hidup yang menyimpang dari orang kebanyakan untuk menunjukkan identitas kelompok. Kegiatan berwisata ke tempat-tempat angker yang mereka lakukan adalah salah satu upaya penguatan identitas dan bukti eksistensi komunitas ini. Seringkali, mereka yang tergabung dalam komunitas Wismis dipandang aneh dan dijauhi banyak orang karena aktivitas berbau mistis yang mereka lakukan.Bandung adalah salah satu kota dengan segudang komunitas. Ragam jenis komunitas yang terdapat di kota ini cukup banyak; mulai dari komunitas yang terkategori umum hingga komunitas yang bersifat unik. Komunitas Wisata Mistis adalah salah satu dari komunitas yang bersifat unik. Komunitas ini merupakan subkultur dari arus komunitas kebanyakan. Subkultur mistis saat ini dianggap sebagai arus anti mainstream di kalangan komunitas anak muda di kota-kota besar karena dianggap tidak rasional dan bahkan terkadang cenderung dipandang mengarah pada kemusyrikan. Biasanya, komunitas yang mengusung hal-hal mistis semacam ini akan lebih diterima oleh kalangan masyarakat pedesaan yang masih memiliki tingkat irasionalitas yang tinggi.Menurut Yesmil Anwar, kemunculan subkultur disebabkan oleh adanya sekelompok orang yang memiliki sistem nilai yang berbeda dengan kultur dominan. Masing-masing subkultur memiliki nilai dan peraturan berbeda-beda yang kemudian mengatur anggota kelompoknya. Nilai-nilai itu terus berlanjut karena terjadi perpindahan nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya.Setiap komunitas memiliki pola pengorganisasian yang berbeda-beda; ada beberapa istilah, seperti hukum adat yang dimaknai sebagai aturan organisasi dimana hukum adat berfungsi sebagai tatanan hukum organisasi yang wajib dipatuhi anggota. Komunitas Wismis sebagai salah satu komunitas yang merupakan subkultur di antara berbagai komunitas arus mainstream lainnya juga memiliki pola pengorganisasian sendiri dalam menjaga kelangsungan aktivitas kelompok dan ekesistensinya. Pola pengorganisasian tersebut bersifat formal dan informal. Bersifat formal karena terdapat struktur organisasi yang memenuhi unsur-unsur inti dalam kepengurusan organisasi, seperti ketua umum, wakil ketua, sekretaris umum, dan bendahara. Anggota aktif dari komunitas ini berada di bawah struktur dan peraturan komunitas dalam pelaksanaan kegiatan rutin.Pengorganisasian yang bersifat informal dapat dilihat dari simbol dan makna yang dibagi bersama oleh anggota dalam komunitas, seperti pakaian dan atribut serba hitam yang mereka kenakan saat menjalankan aktivitas bersama, ritual-ritual mistis yang dilakukan seperti berkomunikasi dan berinteraksi dengan mahkluk halus di tempat-tempat angker yang mereka kunjungi, dan ajang kopdar yang seringkali dilakukan untuk mempertemukan dan mengakrabkan anggota baru dan anggota lama, sekaligus menjaga kebersamaan dan kohesivitas antar anggota komunitas yang telah lama bergabung.Rennie (2006:3) mendefinisikan komunitas sebagai kelompok yang terbentuk secara geografis, memiliki kesamaan minat atau ketertarikan, bahasa, budaya, atau kelompok etnis. Komunitas yang terbentuk kemudian menjadi sarana pencapaian tujuan bersama dari anggota dalam suatu komunitas. Minat merupakan salah satu cerminan dari konsep diri seseorang, yang ketika dikomunikasikan dan dibagi bersama dengan individu-individu yang memiliki minat serupa, akan membentuk pemahaman dan pengalaman bersama dalam suatu interaksi yang diwujudkan dalam simbol-simbol verbal dan nonverbal. Ini berarti interaksi simbolik terjadi dalam dinamika suatu komunitas. Begitupun halnya yang terjadi dengan anggota Komunitas Wismis Bandung.Interaksi suatu individu atau kelompok dalam lingkup ruang sosial merupakan suatu proses komunikasi, dimana dengan interaksi tersebut akan muncul pengakuan masyarakat akan keberadaan suatu individu atau kelompok tertentu. Individu atau suatu kelompok berkomunikasi (verbal maupun non verbal) untuk menunjukkan dirinya eksis, hal inilah yang merupakan suatu pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi terlihat jelas apabila seseorang diam saja tanpa pernah keluar rumah atau menunjukkan sikap dan perilakunya kepada lingkungan sekitar maka lingkungan akan menganggap orang tersebut tidak ada. Kata lainnya adalah setiap partisipan pasif maka eksistensinya akan terabaikan.Suatu kelompok yang ingin terlihat eksis akan berusaha untuk memunculkan keberadaannya dengan muncul dalam ruang sosial masyarakat. Abraham Maslow pun menyebutkan aktualisasi diri sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Kita tidak dapat tidak berkomunikasi; setiap perilaku punya potensi untuk ditafsirkan, meskipun saluran linguistic tertutup namun komunikasi tidak dapat ditolak (Mulyana, 2001: 31). Aktivitas-aktivitas dan perilaku komunitas anti mainstream seperti Wisata Mistis selama ini dikenal oleh sebagian masyarakat sebagai perilaku aneh dan menyimpang, oleh karenanya, tidak banyak anggota masyarakat yang mengakui keberadaan komunitas Wisata Mistis. Selain beraktivitas bersama kelompoknya, pada dasarnya pribadi-pribadi anggota komunitas ini sama dengan orang biasa yang menjalani hidup, ada yang bekerja sebagai pegawai swasta, wiraswasta, mahasiswa, bahkan pelajar.Secara jelas, tidak diketahui maksud dan tujuan dari eksistensi mereka dalam lingkungan sosial kemasyarakatan, namun perlu kita cermati bahwa setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi. Tetapi apakah diketahui tujuan mereka melakukan hal-hal tersebut sebagai komunikasi dengan masyarakat luas agar keberadaan mereka diakui, belum ada yang mengetahui hal ini.

Komunitas menjadi sarana pembentukan dan penguatan identifikasi anggotanya terhadap identitas diri, khususnya identitas yang terkait dengan keanggotaan komunitas yang bersangkutan. Identitas yang merupakan komponen pembentuk konsep diri juga melandasi motif yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dan menentukan pilihan dalam hidupnya, termasuk pilihan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas yang memiliki tujuan tertentu. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas, menjadi penting bagi kami untuk menelaah lebih dalam dan meneliti konsep diri dan motif anggota Komunitas Wisata Mistis Bandung.1.2 Fokus PenelitianBerdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan fokus penelitian Konsep Diri dan Motif Anggota Komunitas Wisata Mistis Bandung

1.3 Pertanyaan Penelitian1. Bagaimana konsep diri anggota komunitas Wisata Mistis Bandung?2. Apa motif anggota bergabung dengan komunitas Wisata Mistis Bandung?

1.4 Tujuan PenelitianTujuan penulis dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut:1. Mengetahui bagaimana konsep diri anggota komunitas Wisata Mistis Bandung.2. Mengetahui apa motif anggota bergabung dengan komunitas Wisata Mistis Bandung.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka PemikiranSemua tindakan manusia dipengaruhi oleh faktor di dalam dan luar dirinya, baik itu faktor sosiologis, komunikasi maupun faktor psikologis yang merupakan faktor yang berasal dari diri. Selain faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang, faktor komunikasi juga memiliki peran penting dalam pembentukan perilaku. Interaksi simbolik berusaha memahami manusia dari sudut pandang subjek, dimana perilaku manusia dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek, dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka.Komunitas terdiri dan sekumpulan individu dengan latar belakang yang berbeda namun disatukan oleh kegemaran atau visi dan misi yang sama. Rasa persaudaraan yang erat membuat solidaritas dan loyalitas antar anggota menjadi kuat. Keinginan untuk dapat dikenal dan diakui keberadaannya membuat anggota komunitas melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Aktivitas-aktivitas seperti mencari makhluk gaib dan berwisata ke tempat-tempat yang diindikasi memiliki aura mistis merupakan suatu perilaku yang berpotensi komunikasi dan secara langsung menunjukkan eksistensi mereka dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Keberadaan komunitas anti mainstream merupakan tanda tanya bagi banyak orang. Konsep diri mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan seseorang di bidangnya, hal ini disebabkan karena konsep diri merupakan landasan bagi seseorang untuk terbuka dan peka terhadap perasaan-perasaan dalam dirinya, orang lain, dan terhadap realitas-realitas lingkungannya. Menurut Sullivan dalam Wrightsman (1993) konsep diri adalah bagaimana kita melihat diri kita sebagaimana orang lain melihat kita. Prinsipnya adalah penilaian yang direfleksikan kembali atau reflected appraisal.I dan Me merupakan konsep yang dikemukakan oleh Meadyang berasumsi bawa diri terbagi menjadi dua bagian, yaitu diri sebagai subyek atau yang Ia sebut I dan diri sebagai obyek atau Me. I bersifat non-reflektif dalam artian dia tidak mencakup ingatan-ingatan atau tindakan-tindakan, baik masa depan maupun masa lampau. Jika disederhanakan, maka I adalah respon spontanitas terhadap perilaku yang kita lakukan, sedangkan me lebih mempertimbangkan penilaian orang lain terhadap perilaku yang kita lakukan. Hubungan I dan Me bersifat saling tergantung dan dinamis.Hurlock (1978) mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai konsep diri positif adalah jika Ia berhasil mengembangkan sifat-sifat percaya diri, harga diri dan mampu melihat dirinya secara realistik. Dengan adanya sifatsifat seperti ini orang tersebut akan mampu berhubungan dengan orang lain secara akurat dan hal ini akan mengarah pada penyesuaian diri yang baik di lingkungan sosial. Orang yang mempunyai konsep diri negatif sebaliknya akan merasa rendah diri, kurang percaya diri, penuh dengan perasaan kegagalan, tidak berharga, peka terhadap kritik sehingga tidak ada upaya untuk perbaikan diri. Diprediksi bahwa orang yang mempunyai konsep diri negatif akan mengalami hambatan dalam proses penyesuaian dirinya di lingkungan baru.Hal yang paling menonjol dalam dunia fenomenologis seseorang adalah dirinya sendiri, sebagaimana dilihat, dirasakan dan dialami olehnya. Untuk menjawab mengenai pertanyaan mengenai diri, bukan sesuatu yang mudah karena penilaian seseorang terhadap diri sendiri tidak tepat. Oleh karena itu pendekatan yang tepat untuk memahami mengenai self adalah dengan memahami konsep diri yang bersangkutan (Fitts, 1971). Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep diri disebut sebagai nubuat yang dipenuhi sendiri. Jika saya berpikir bahwa saya orang bodoh, maka saya akan benar-benar menjadi orang bodoh. Karena orang berusaha hidup sesuai dengan label yang ia kenakan pada dirinya sendiri. Hubungan konsep diri dengan perilaku, mungkin dapat disimpulkan dengan ungkapan para penganjur berpikiran positif ; you dont think what you are, you are what you think. (Rakhmat, 2001:104) Komunikasi bukanlah sebuah ilmu yang eksklusif, komunikasi sering kali menjadi perlintasan atau perpaduan berbagai cabang ilmu lainnya. Sebagai cabang dan ilmu sosial, kornunikasi juga menganggap bahwa manusia merupakan objek kajiannya. Komunikasi sebagai ilmu sosial berusaha untuk mengamati dan menafsirkan pola-pola perilaku manusia. (Mulyana, 2002: 18). Pemahaman akan manusia ini akan lebih mendekati akurat jika dilakukan pendekatan yang manusiawi, karena manusia dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, saling berhubungan, masyarakat, dan buah pikiran (Fisher, 1986: 231).Sejalan dengan pandangan kaum interaksionis bahwa individu-individu diasumsikan aktif, berencana, bertujuan, dan menafsirkan perilaku diri sendiri dan perilaku orang lain, karena itu, pendekatan fenomenologis yang dikemukakan Edmund Husserl menyatakan bahwa obyek ilmu tidak terbatas pada yang empirik (sensual), melainkan mencakup fenomena yang tidak lain daripada persepsi, pemikiran, kemauan, dan keyakinan subyek tentang sesuatu di luar subyek; ada sesuatu yang transeden disamping yang aposteoritik (Muhadjir, 2000: 17). Jika digambarkan dengan tabel, maka kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut:Tabel 1.1Kerangka Pemikiran

FENOMENOLOGIMengeksplorasi struktur kesadaran individu dalam pengalaman manusia memaknai dunianya(Alfred Schutz)INTERAKSI SIMBOLIKSuatu kajian ilmiah tentang berbagai aspek subjektif manusia dalam kehidupan sosial(George Herbert Mead)

KONSEP DIRIKesadaran individu mengenai keterlibatan khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang sedang berlangsung atau dalam komunitas terorganisasi.(George Herbert Mead)

2.1.1 Simbol sebagai bagian dari Interaksi Simbolik Pemahaman manusia tentang realitas atau fenomena yang dihadapinya dibentuk melalui proses komunikasi yang melibatkan interaksi simbol-simbol yang diberi makna. Pemaknaan individu masing-masing berbeda, sesuai dengan frame of reference dan field of experience yang dimilikinya.Simbol adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari bagi manusia, dan respon manusia terhadap simbol adalah dalam pengertian makna dan nilainya alih-alih dalam pengertian stimulasi fisik (Mulyana, 2002: 77).Simbol sendiri tidak hanya merujuk pada objek fisik, tindakan atau peristiwa, simbol juga merujuk bisa pada konsep gagasan yang terbilang abstrak. Nama yang dikenakan untuk menandai objek, tindakan, peristiwa atau gagasan itu bersifat arbiter. Hal ini menerangkan bahwa apa saja dapat menjadi sebuah simbol karena tidak adanya hubungan logis yang bersifat mengharuskan pemberian nama atas suatu objek.Pemaknaan terhadap sebuah simbol dilakukan oleh manusia melalui interaksi sosial, melalui penggunaan simbol itulah manusia dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang dunia. Makna terhadap suatu objek berasal dan suatu interaksi sosial dan dapat berubah selama interaksi tersebut berlangsung. Contoh nyata interaksi simbol yang terjadi dalam kegiatan komunikasi adalah saat seorang komunikator memancarkan suatu isyarat (pesan), baik verbal maupun non verbal, dan komunikan berusaha memaknai stimuli tersebut. Pada saat penstiwa tersebut terjadi suatu proses sosial dimana kedua belah pihak berusaha untuk memberi andil terhadap proses komunikasi yang terjadi pada saat itu. Oleh karena itu, komunikasi merupakan suatu proses interaksi makna yang terkandung dalam simbol-simbol yang digunakan, dan komunikasi tidak bisa dilihat sebagai sebuah proses sederhana untuk interaksi simbol melainkan Iebih jauh dan itu.

2.1.2 Esensi Perspektif Interaksi SimbolikInteraksionisme simbolik berdasarkan premis-premis berikut. Pertama, individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespon Iingkungan baik berupa objek fisik maupun objek sosial (perilaku manusia) didasarkan atas makna yang dikandung komponen tersebut bagi mereka.Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, oleh karena itu makna tidak bersifat inheren pada objek melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa dalam komunikasi.Ketiga, makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan situasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental dengan dirinya sendiri. Manusia membayangkan rencana mereka. apa yang ingin mereka lakukan dan antisipasi terhadap reaksi orang lain (Mulyana. 2002: 72-73).Teori ini berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Teori ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi manusia mereka (Mulyana, 2002:70).Bagaimana individu berpikir dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari pada dasarnya merupakan persoalan bagaimana individu tersebut memahami realitasnya, pemikiran Kenneth Gergen tersebut menghasilkan asumsi-asumsi yang didasari pemikirannya: 1. Suatu kejadian (realitas) tidak hadir dengan sendirinya secara objektif, tetapi diketahui dan dipahami melalui pengalaman yang dipengaruhi oleh bahasa2. Realitas dipahami melalui kategori-kategori bahasa secara situasional yang tumbuh dari interaksi didalam kelompok sosial pada saat dan tempat tertentu. 3. Bagaimana suatu realitas dapat dipahami, ditentukan oleh konvensi-konvensi komunikasi yang dilakukan pada saat itu.4. Pemahaman terhadap realitas yang tersusun secara sosial membentuk banyak aspek dalam kehidupan. Bagaimana kita berpikir dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari pada dasarnva merupakan persoalan bagaimana kita memahami realitas. (Djuarsa, 1994: 325-326).Esensi dan interaksi simbolik adaiah suatu aktivitas yang merupakan ciri kebiasaan manusia. yakni komunikasi atau pertukaran simbol vang diberi makna. Penekanan dari teori ini terletak pada interaksi antar manusia dalam melahirkan makna bagi realitas.

2.2 Konsep DiriKonsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang. Konsep I dan Me merupakan suatu bagian dan konsep diri. yaitu bagaimana setiap individu mendefinisikan dirinya sendiri. I dan Me merupakan konsep yang dikemukakan oleh Mead yang berasumsi bahwa diri terbagi menjadi dua bagian yaitu diri sebagai subjek atau yang ia sebut I dan diri sebagai objek atau Me. 1 bersifat non-ref1ektif dalam artian dia tidak mencakup ingatan-ingatan atau tindakan-tindakan baik masa depan maupun masa lampau. Lebih lanjut, dia rnengemukakan bahwa I merupakan respon perilaku aktual individu terhadap tuntutan situasi yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan atau rencana sekarang. Bisa dikatakan jika I adalah respon spontanitas terhadap perilaku yang kita lakukan, sedangkan me lebih mempertimbangkan penilaian orang lain.I dapat timbul dalam interaksi sosial yang antara lain dikarenakan adanya respon stontanitas terhadap sesuatu hal. Pada fenomena tersebut, konsep Me lah yang merupakan suatu sikap yang seharusnya diperlihatkan dalam melakukan interaksi dengan masyarakat, dikarenakan Me rnengandung nilai-nilai yang diperlukan dalarn interaksi sosial yang sedang dilakukan. Menurut Felker (1974) ada 3 peran penting dari konsep diri, yaitu:a) Konsep diri merupakan pemelihara keseimbangan dalam diri seseorang. Manusia memang cenderung untuk bersikap konsisten dengan pandangannya sendiri. Hal ini bisa dimaklumi karena bila pandangannya, ide, perasaan, dan persepsinya, tidak membentuk keharmonisan atau bertentangan maka akan menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan.b) Konsep diri mempengaruhi cara seseorang menginterprestasikan pengalamannya. Pengalaman terhadap suatu peristiwa diberi arti tertentu oleh setiap orang. Hal ini tergantung dari bagaimana individu tersebut memandang dirinya.c) Konsep diri mempengaruhi harapan seseorang terhadap dirinya. Setiap orang mempunyai suatu harapan tertentu terhadap dirinya dan hal itu tergantung dari bagaimana individu itu melihat, dan mempersepsikan dirinya sebagaimana adanya.

2.2.1 Konsep Diri Sebagai Interaksi SimbolikPerilaku aktual manusia haruslah dikaji berdasarkan orientasi subiektif mereka sendiri. Alfred Schutz (1 972) melalui karya klasiknva the phenomenology of the social world, tertarik dengan upaya penggabungan sejumlah pandangan fenomenolgis dengan sosiologi atas arus penglaman (stream of experience) manusia tentang dunia. Memaknai apa yang dinamakan piranti-piranti filsafat fenomenologis Edmund Husserl. Schutz menganggap manusia adalah makhluk sosial. Kesadaran akan kehidupan sehari-hari adalah sebuah kesadaran sosial yang menurutnya berlangsung dalam dua cara: pertama, kesadaran untuk mengandaikan begitu saja kegiatan orang lain yang dialami bersama: kedua, kesadaran memaknai tipe-tipe yang diciptakan dan dikomunikasikan oleh kelompok-kelompok individu yang ada (Mulyana, 2007:32).Cara individu beradaptasi dengan lingkungan dan manusia melibatkan sejumlah atribut simbolik dalam lingkungan tersebut. Sesuatu yang membedakan individu dengan yang lainnya dimana seseorang tersebut ingin terlihat menonjol dibandingkan dengan orang lain. Maka komunikasi yang terjadi dimana pertukaran pesan di antara individu merupakan interaksi simbolik. Akar pemikiran interaksi simbolik mengasumsikan realitas sosial sebagai proses bukan sebagai sesuatu yang statis dogmatis artinya pelaku komunikasi dilihat sebagai sebuah interaksi simbolik bagi individu-individu di dalamnya. Pada hakikatnya manusia bukanlah barang jadi melainkan barang yang akan jadi, karenanya teori interaksionisme simbolik membahas pula konsep mengenai diri (self) yang tumbuh negosiasi makna dengan orang lain. Ada tiga premis yang dibangun dalam interaksi simbolik yaitu bahwa : pertama, manusia bertindak berdasarkan makna-makna ; kedua, makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain ; ketiga, makna tersebut berkembang dan disempurnakan ketika interaksi tersebut berlangsung. (Arrianie dalam Mulyana, 2007:35).Teori interaksi simbolik menggunakan paradigma individu sebagai subjek utama dalam percaturan sosial, meletakkan individu sebagai pelaku aktif dan proaktif. Pada dasarnya teori interaksi simbolik mengetengahkan soal diri sendiri (the self) dengan segala atribut dunia luarnya. Cooley rnenyebutkannya sebagai looking glass self (Mu1yana 2001 :74). Artinya, setiap interaksi manusia selalu dipenuhi dengan simbol-sirnbol, baik dalam kehidupan sosial maupun kehidupan diri sendiri. Diri tidak terisolasi, melainkan bersifat sosial. Individu lain adalah cermin untuk melihat diri sendiri. Dengan dernikian teori interaksi simbolik merupakan cara pandang yang memperlakukan individu sebagai diri sendiri sekaligus diri sosial.Pandangan interaksi simbolik, manusia bertindak tidak selalu untuk dirinya sendiri namun ada motif lain baik berupa emosi atupun perilaku lainnya tanpa ada pertimbangan sebelumnya, hanya sebagai interpretasi diri dalam lingkungan baik sebagai pelaku ataupun pencipta dan pengarah bagi dirinya sendiri.

2.2.2 Proses Pembentukan Konsep DiriKonsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu, namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat.

2.2.3 DimensiMenurut Calhoun & Acocella (1990) dalam blog Jacinta F. Rini, konsep diri memiliki tiga dimensi yaitu ; pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan tentang diri sendiri dan penilaian tentang diri sendiri[footnoteRef:1]. [1: http//:wwv .USU digital Iibrary.com]

a. PengetahuanDimensi pertama dan konsep diri adalah mengenai apa yang kita ketahui mengenai diri kita, termasuk dalam hal ini jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, usia dsb. Kita memberikan julukan tertentu pada diri kita. b. PengharapanPandangan tentang diri kita tidak terlepas dari kemungkinan kita menjadi apa di masa mendatang. Pengharapan dapat dikatakan diri ideal. Setiap harapan dapat membangkitkan kekuatan yang mendorong untuk mencapai harapan tersebut di masa depan.c. Penilaian Penilaian menyangkut unsur evaluasi, seberapa besar kita menyukai diri kita sendiri. Semakin besar ketidak-sesuaian antara gambaran kita tentang diri kita yang ideal dan yang aktual maka akan semakin rendah harga diri kita. Sebaliknya orang yang punya harga diri yang tinggi akan menyukai siapa dirinya, apa yang dikerjakanya dan sebagainya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dimensi penilaian merupakan komponen pembentukan konsep diri yang cukup signifikan.

2.3 Motif dan MotivasiMenurut effendi (l985: 69)[footnoteRef:2] motivasi berarti: membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak atau membangkitkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan. [2: www.google.com]

Winardi (1990: 440) berpendapat bahwa motivasi berkaitan dengan kebutuhan. Manusia selalu mempunyai kebutuhan untuk dipenuhi. Robbins (1996: 198) motivasi adalah : kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individual.Dengan demikian, motif artinya suatu dorongan yang ada pada diri seseorang untuk me1akukan sesuatu bagi pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan, motivasi adalah daya penggerak atau daya pendorong yang datang dari dalam maupun dari luar diri seseorang untuk berbuat sesuatu dalam rangka pemuasan kebutuhan atau pemenuhan tujuan dari orang yang bersangkutan.Menurut Handayaningrat (1985:82) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi adalah kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan secara sadar atau tidak sadar. Kebutuhan-kebutuhan tersebut terdiri dan kebutuhan primer, seperti: minum, makan, dsb, kemudian kebutuhan sekunder, seperti: kebanggaan, kedudukan, kecakapan dan sebagainya.Menurut Schutz, dunia sosial merupakan sesuatu yang intersubyektif dan pengalaman yang penuh makna (meaningful). Konsep fenomenologi menekankan bahwa makna tindakan, identik dengan motif yang mendorong tindakan seseorang, yang lazim disebut inorder-to motive (faktor yang mendorong). Pandangan fenomenologi dalam proses komunikasi menjelaskan terdapat pertukaran motif antara anggota komunitas itu. Schutz rnenyebutnya the reciprocity of motives yang merujuk kepada perkiraan mengenai motif orang lain disebut oleh Mead sebagai taking the role of the other atau pengambilan peran orang lain. Dengan kata lain, membayangkan diri sendiri berada dalam posisi orang lain. motif untuk dapat menjadi motif karena bila terdapat pertukaran motif khas (typical motives) yang sebangun. Akhirnya berdasarkan interpretasi tindakan orang lain, individu dapat mengubah tindakan berikutnya agar sesuai dengan tindakan orang lain (Mulyana, 2001: 82). Dengan demikian, untuk memahami tindakan manusia secara individu harus dilihat dari motif apa yang mendasari tindakan tersebut. Motif yang melatarbelakangi suatu tindakan atau because motive kita bisa melihat makna tindakan sesuai dengan motif asli yang benar-benar mendasari tindakan yang dilakukan secara individu.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

Bab ini adalah bagian dari laporan penelitian yang akan menjelaskan paradigma dan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Kerangka pemikiran akan sangat menentukan bagaimana penelitian itu dilaksanakan. Singkatnya, bab ini akan membahas bagaimana metode yang digunakan dalam penelitian mengenai konsep diri dan motif anggota Komunitas Wisata Mistis di Kota Bandung.

3.1 Metode PenelitianDalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Metode penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka atau metode statistik. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia, dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubahnya menjadi entitas-entitas kualitatif.Littlejohn menyebutkan phenomenology makes actual lived experience the basic data of reality (Littlejohn, 1996:204), jadi, fenomenologi menjadikan pengalaman hidup yang sesungguhnya sebagai data dasar dari realitas. Dengan mengutip pendapat Richard E. Palmer, Littlejohn lebih jauh menjelaskan bahwa fenomenologi berarti membiarkan segala sesuatu menjadi nyata sebagaimana aslinya, tanpa memaksakan kategori-kategori peneliti terhadapnya.Untuk mengungkap realitas sosial, seperti fenomena komunitas, maka penulis perlu mengadopsi paradigma teoritis yang telah mengembangkan metodologi kualitatif, untuk mengungkap realitas yang sesungguhnya.Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata (Mulyana, 2002:9) Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan pengikutnya, hal ini mengakibatkan perkembangan terhadap paradigma khususnya ilmu sosial terus terjadi.Dalam perspektif ilmu sosial ada beberapa perspektif lagi yang lazim disebut dengan pendekatan. Dalam memandang manusia terdapat dua pandangan yang berbeda, yaitu pendekatan objektif (behavioristic dan structural) dan subjektif (fenomenologis atau interpretif) (Mulyana, 2002:20).Komunikasi sebagai sebuah ilmu sosial menganggap kehidupan manusia sebagai objek studinya. Karena itu, kajian dari komunikasi difokuskan kepada pemahaman tentang bagaimana tingkah laku manusia dalam menciptakan, mempertukarkan dan menginterpretasikan pesan-pesan untuk tujuan tertentu. Objek dari ilmu ini adalah manusia, bukan sebagai individu belaka melainkan manusia sebagai bagian dalam masyarakat (Effendy, 2002:79).Penelitian ini menggunakan pendekatan subjektif karena peneliti menyadari banyak sekali aspek-aspek kualitas perilaku manusia yang tidak terlihat, tidak dapat diubah menjadi sekedar angka-angka dan dihitung. Aspek-aspek tersebut tidak bisa dipahami dengan cara dikuantifikasi.

3.1.1 Penelitian KualitatifPenelitian kualitatif menolak kuantifikasi aspek-aspek perilaku manusia dalam proses memahami perilaku, penelitian kualitatif merujuk pada aspek kualitas dari subjek penelitian. Apabila disederhanakan, penelitian kualitatif seringkali diasosiasikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan hitungan.Permasalahan dalam penelitian kualitatif seringkali menyangkut isu-isu sensitif seperti gender, budaya, perilaku sosial maupun kelompok minoritas. Penelitian ini memasukkan komunitas Wisata Mistis ke dalam kategori budaya yakni, subkultur.

3.1.2 Paradigma Fenomenologi Alfred SchutzPondasi metodologis dalam ilmu sosial berdasarkan pemikiran Alfred Schutz dikenal dengan studi fenomenologis. Schutz setuju dengan pemikiran Max Weber tentang pengalaman dan perilaku manusia dalam dunia sosial keseharian sebagai realitas yang bermakna sosial (socially meaningful reality). Ia menyebut manusia yang berperilaku tersebut sebagai aktor. Ketika seseorang melihat atau mendengar apa yang dikatakan atau diperbuat aktor, dia akan memahami makna dari tindakan tersebut. Dalam dunia sosial disebut sebagai sebuah realitas interpretif atau interpretive reality. Kaum fenomenologis beranggapan bahwa tugas utama analisis fenomenologis adalah merekonstruksi dunia kehidupan manusia sebenarnya dalam bentuk yang mereka alami sendiri. Schutz menekankan bahwa ilmu sosial secara esiensial tertarik pada tindakan sosial (social action). Konsep sosial didefinisikan sebagai hubungan antar dua orang atau lebih, sedangkan konsep tindakan didefinisikan sebagai perilaku yang membentuk makna subjektif (subjective meaning). Makna subjektif bukan terletak pada dunia individual, melainkan terbentuk dalam suatu dunia sosial oleh actor berupa sebuah kesamaan dan kebersamaan (common and shared) diantara para actor. Oleh karena itu, sebuah makna seubjektif disebut sebagai intersubjektif (Cuff & Payne, 1981:123). Selain makna intersubjektif, dunia sosial harus dilihat secara historis.Schutz merumuskan esensi fenomenologi atau interaksi simbolik dalam mempelajari tindakan sosial. Schutz tertarik pada bagaimana anggota masyarakat mengendalikan kehidupan sehari-harinya, terutama pada aspek bagaimana individu secara sadar membangun makna melalui interaksi sosial (Creswell, 1998:53). Fenomenologi berusaha untuk mengeksplorasi struktur kesadaran individu dalam pengalaman manusia memaknai dunianya.Melalui asumsi tersebut dapat dijelaskan bagaimana pemahaman mengenai pengalaman manusia merupakan salah satu cara untuk memahami perilaku individu. Pemahaman objektif individu dimediasikan oleh pengalaman subjektif individu yang mengalami realitas atau fenomena itu sendiri. Perspektif ini berusaha memahami realitas dari sudut pandang subjek. Pemahaman kolektif subkultur komunitas di Kota Bandung yang dilakukan melalui pengalamannya, merupakan bagian dari proses memaknai realitas.Oleh karena peneliti ingin berupaya untuk menggambarkan fenomena eksistensi komunitas yang agak berbeda dari biasanya menurut pandangan mereka sendiri, maka tradisi yang digunakan pada penelitian ini adalah studi fenomenologi. Menurut Creswell (1998) studi fenomenologi berupaya untuk menjelaskan makna pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala.Littlejohn mengatakan phenomenology makes actual lived experience the basic data of reality (Littlejohn, 1996:204). Jadi, fenomenologi menjadikan pengalaman hidup sesungguhnya sebagai data dasar dari realita. Fenomenologi juga membiarkan segala sesuatu menjadi nyata sebagaimana aslinya, tanpa memaksakan kategori-kategori peneliti terhadapnya.Pertanyaan penelitian ditujukan untuk mendapatkan esensi pengalaman individu untuk mendapatkan gambaran mengenai realitas. Pertanyaan dalam penelitian ini digambarkan dalam bentuk kata tanya apa dan bagaimana.

3.2 Teknik Pengumpulan DataPeneliti kemudian menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu metode wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen.1. Wawancara Mendalam Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara tak berstruktur atau wawancara terbuka, yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti dalam mendapatkan informasi maupun pendirian secara lisan berdasarkan pedoman atau catatan wawancara berisi butir-butir atau pokok-pokok mengenai hal yang akan ditanyakan pada waktu wawancara berlangsung. Jumlah individu yang dilibatkan sebanyak 4 orang.

2. Observasi Selain melakukan wawancara, penulis juga mengumpulkan data-data melalui pengamatan partisipan (observasi partisipasori). Pengamatan ini penulis lakukan selama berada di lapangan. Dalam pengamatan langsung ini peneliti akan berinteraksi dengan subjek penelitian, mengikuti satu kegiatan yang dilaksanakan oleh komunitas Wisata Mistis.3. Studi KepustakaanTelaah dokumen atau studi kepustakaan juga merupakan hal yang penting dalam mengumpulkan data. Data studi kepustakaan yang dilakukan peneliti mencakup pengumpulan materi penelitian melalui buku-buku, literatur, atikel-artikel di internet, dan lain sebagainya. 3.3 Subjek PenelitianPartisipan yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah empat orang anggota Komunitas Wisata Mistis Bandung. Mereka adalah Iman, Dady, Uli, dan Reggy. Iman dan Dady adalah dua dari tujuh orang pendiri komunitas ini, mereka sama-sama menjabat dalam struktur kepengurusan komunitas Wismis Bandung. Iman menjabat sebagai ketua umum, sedangkan Dady merupakan sekretaris umum komunitas ini. Keduanya telah bergabung dalam komunitas ini sejak awal didirikan, yakni selama tiga tahun, terhitung sejak tahun 2011. Selanjutnya, Uli adalah seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri Bandung, dan Reggy juga merupakan mahasiswa sekaligus berprofesi sebagai wartawan freelance. Keduanya sudah dua tahun bergabung dengan komunitas ini.BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Konsep Diri Anggota Komunitas Wisata MistisSebagaimana yang dijelaskan oleh Arrianie dalam Mulyana (2007:35) mengenai teori interaksionisme simbolik yang juga membahas konsep mengenai diri (self) yang tumbuh melalui negosiasi makna dengan orang lain, terdapat tiga premis yang dibangun dalam interaksi simbolik yaitu: pertama, manusia bertindak berdasarkan makna-makna; kedua, makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain; ketiga, makna tersebut berkembang dan disempurnakan ketika interaksi berlangsung. Maka, berdasarkan dinamika yang terjadi di antara keempat partisipan dalam penelitian ini dalam aktivitasnya di Komunitas Wismis Bandung, telah terjadi pertukaran makna antar anggotanya, yang kemudian dipahami dan disepakati menjadi makna bersama yang digunakan dalam interaksi di antara anggota komunitas ini. Makna bersama ini dibentuk melalaui interaksi langsung maupun interaksi yang termediasi. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh partisipan 1, yaitu Iman yang menyebutkan, Kalo media komunikasi kita berbagai media sosial kita pake, semua media sosial kita pake dan aktif. Selalu kita update kalo ada acara. Terus facebook, lebih tepatnya di group facebook, itu kita sering share disana, terus kita juga ada web sering di update. Kalau kita bakal ngadain ekspedisi juga kita biasa undang secara personal lewat sms atau BBM, kita broadcast. Karena kita pasti minta data diri dan nomor HP dari setiap anggota biar gampang komunikasinya.Ini berarti, terjadi interaksi yang dimediasi melalui berbagai media komunikasi dan media sosial antar anggotanya dalam mempertukarkan dan membagi simbol bersama, yaitu informasi yang menyangkut kegiatan-kegiatan komunitas dan perkembangannya. Informasi yang dibagi bersama ini selain digulirkan melalui media yang dimiliki per individudu, juga dimuat di kanal informasi yang dapat diakses oleh publik eksternal dari Komunitas Wismis. Melalui interaksi ini, konsep diri anggotanya, khususnya keempat orang partisipan dalam penelitian ini, terbentuk dan diperkuat. Hal ini karena Iman dan Dady selaku inisiator pembentuk komunitas dan koordinator kegiatan, mengidentifikasi dirinya sebagai sosok pengayom dan terbuka sebagai upaya untuk menjaga kebersamaan, menciptakan keakraban, dan memelihara kohesivitas kelompok.Interaksi simbolik yang terjadi dalam komunitas ini juga tercermin dari atribut-atribut yang secara konsisten digunakan bersama oleh anggota komunitas dalam berbagai kesempatan. Simbol-simbol ini sebagai refleksi identifikasi terhadap kelompok, simbol keakraban, dan kebanggan sebagai bagian dari Komunitas Wismis. Iman menuturkan, Kalo kita sih atribut aja ya yang samaan, atributnya jaket yang limited edition yang personal. Biasanya panitia kalo mau ngadain ekspedisi dipake gitu, terus untuk anggota sih kaos aja pokoknya serba hitam lah.Dady yang merupakan seorang idealis dalam komunitas ini berusaha untuk menjaga agar aturan-aturan formal dalam komunitas tetap berjalan sebagaimana yang telah direncanakan seperti agenda kegiatan yang telah terjadwal, pelaksanaan kegiatan yang mengacu pada AD/ART komunitas, dan koordinasi standar operasional kegiatan rutin cabang Komunitas Wismis di daerah-daerah luar Bandung, hingga perihal standar perijinan pendirian komunitas Wismis di luar daerah. Ini dilakukan untuk menjaga eksistensi komunitas dari kemungkinan-kemungkinan yang dihindari, seperti isu legalitas, hingga faktor keamanan dari segi kehandalan ahli metafisik maupun keamanan pengadaan ekspedisi alam gaib. Hal ini seperti yang dituturkan oleh Dady, Kita ada SOP, ada AD/ART nya juga, dan semua harus sesuai dengan standar yang ada di Bandung. Sejauh ini ada dari Makasar sama Surabaya ngajuin tapi karena mereka terbentur sama yang tim metafisik itu jadinya kita cut. Takutnya kalau terjadi apa-apa kan yang di Bandung yang kena.Sebagai salah satu pendiri komunitas, Dady juga berusaha untuk menjaga citra komunitas dan meluruskan stigma negatif komunitas arus subkultur yang dibinanya ini. Hal ini dilakukannya karena ia cukup kuat mengidentifikasikan dirinya terhadap keanggotaan Komunitas Wismis, sehingga idealismenya sebagai seorang pelopor pendiri komunitas terusik dengan pandangan miring yang kerap ditujukan pada anggota secara personal maupun aktivitas komunitas yang berbau mistis. Ini tercermin dari jawaban Dady saat peneliti mengajukan pertanyaan yang mengasumsikan bahwa komunitas ini juga mewadahi proses belajar ilmu gaib. Dady menyatakan, Wah kalau itu sih ga ada, nah ini yang harus diluruskan. Kita tuh sering disebut perkumpulan dukun atau perkumpulan anak indigo. Padahal, kita kan komunitas umum, walaupun sebagian ada anak indigo kan, jadi ya silahkan saja kalau ada yang mau gabung, kita open untuk apa saja. Tapi yang jelas kita ga buka untuk ilmu-ilmu yang seperti itu.Sementara itu, Uli dan Reggy selaku anggota Komunitas Wismis menyadari posisinya sebagai anggota dengan mengidentifikasi diri sebagai sosok yang tidak dominan, namun berusaha memberikan ide-ide yang membangun komunitas ini. Mereka menikmati kebersamaan, keakraban, dan suasana kekeluargaan yang tercipta di antara anggota dalam komunitas ini, oleh karena itu, identifikasi diri mereka terhadap keanggotaan kelompok ini cukup kuat. Hal ini tampak dalam penuturan Uli, Iya udah kaya saudara aja, bukti real nya aja kalau ada orang sakit pasti kita jenguk, terus waktu itu ada yang dirawat di rumah sakit terus butuh bantuan kita ngadain donasi gitu. Hal-hal kecilnya gitu kalau kita naik motor dari Bandung ke Subang pasti kita saling tunggu, biar kita semua sampe selamat.. Senada dengan Uli, Reggy mengungkapkan perihal kekeluargaan yang terjalin dalam Komunitas Wismis ini, yakni, Hubungannya sudah menjalin hubungan (tertawa). Ya hubungannya deket, deket banget udah kayak saudara aja gitu. Ga deket aja, tapi deket banget.Selanjutnya, gambaran umum konsep diri partisipan penelitian ini berdasarkan pandangan masyarakat luar yang diiterpretasikan oleh partisipan adalah stigma yang diasosiasikan dengan komunitas subkultur yang mengusung mistisisme seperti Komunitas Wismis ini. Secara garis besar, keempat partisipan kerap dikenai stigma negatif dari lingkungan sekitarnya terkait keanggotaan dalam Komunitas Wismis. Hal ini sebagaimana keterangan Dady, Pasti ada aja, intinya selama mereka belum bergabung dalam komunitas ini banyak orang yang berpikir negatif, ini apaan sih komunitas kok nyari-nyari hantu kan pasti mikirinya gitu. Ya sebenernya ada aja temen-temen yang ngomong ngapain sih mau nyari hantu mah ke kuburan aja ngapain nyari hantu harus pake perijinan. (tertawa). Ya selama ini masih ada aja yang nganggep kita komunitas yang nyari hantu, pemburu hantu lah ya kaya gitu.Tak jauh berbeda dengan interpretasi Dady mengenai pandangan yang cenderung negatif dari lingkungan sekitar terhadap keanggotaannya dalam Komunitas Wismis, keterangan Uli dalam wawancara yang peneliti lakukan juga mencerminkan hal tersebut, yakni, Kan Uli suka punya gantungan kunci pocong gitu di tempat pensil atau tas. Apalagi Uli di UIN, dan mereka suka bertentangan sama hal-hal kaya gitu, selalu bilang ih apaan sih ULi? Kan kaya gitu bukan berarti Uli musyrik, Uli ga ninggalin shalat ko. Ya Uli ngejelasin aja ke temen-temen yang penting Uli ga nyeleneh dan tetap ngambil sisi positifnya. Kan ga semua kegiatannya juga berbau mistis, ada juga yang kegiatan sosialnya kaya baksos ke panti tadi.Sementara itu, meski tak jarang dipandang aneh oleh teman-teman kuliahnya mengenai keanggotaannya dalam Komunitas Wismis, Reggy menanggapinya dengan santai. Hal ini karena terdapat beberapa orang teman kuliahnya yang juga menjadi anggota Komunitas Wismis; bedanya, teman-teman Reggy seringkali berpenampilan ala mistis yang memperkuat pandangan miring teman-teman sekampusnya mengenai konsep diri anggota komunitas ini. Sebagaimana yang dituturkan oleh Reggy, Ga sih, soalnya aku ga freak. Tapi pasti ada juga yang nganggep aneh, kan saya juga punya temen-temen deket di kampus yang ikutan Wismis juga ya kadang kita suka freak freak an aja ngikutin sok-sokan aja. Kalau ditanya temen lain ngapain ngikut gituan ya bilang aja kita mah seru-seruan aja, daripada ngerjain tugas mulu mendingan cari hiburan. Nah hiburannya tuh kaya gini, wisata malem-malem. Kan seru.Selanjutnya, konsep diri yang dimaknai oleh keempat partisipan penelitian ini mengenai pandangan keluarga atas keanggotaan mereka dalam Komunitas Wismis adalah pandangan yang awalnya melabel mereka tidak wajar, namun, setelah diberikan penjelasan lebih merinci, akhirnya keluarga partisipan dapat memahami dan menerima keanggotaan partisipan dalam komunitas, hingga perlahan mengubah pandangan mengenai konsep diri negatif yang secara tidak langsung mereka tujukan pada partisipan. Partisipan berusaha menegosiasikan dan mengubah pandangan negatif terkait konsep diri yang ditujukan oleh keluarganya dengan cara mengidentifikasi diri terhadap keanggotaan dan mengikuti kegiatan komunitas pada kadar yang tidak berlebihan.Uli menjelaskan, Ya awalnya mamah sempet marah, tapi kan setelah wisata mistis banyak di TV, kan banyaknya orang-orang bilang apa sih komunitas wisata mistis itu komunitas pemburu hantu ya. Kebetulan kan waktu itu Wisata Mistis ada di Sarah Sechan, nah kebetulan mamah nonton kan ngedenger bahwa komunitas wisata mistis ini bukan pemburu hantu atau perkumpulan dukun. Tapi sih sampai sekarang ya karena Uli juga cewe, rasa kawatir orang tua masih ada tapi Uli selalu bilang bahwa Uli kan masih muda jadi pengen punya banyak pengalaman dan teman. Dan akhirnya mamah ngerti juga lama-lama apalagi setelah banyak temen-temen Uli main ke rumah jadi ya udah percaya sih sekarang.Sedangkan Reggy berusaha memberi pengertian pada keluarganya mengenai posisi dia sebagai penulis buku Komunitas Wismis yang menyebabkan intensitasnya dalam mengikuti kegiatan komunitas menjadi cukup tinggi. Ia mengungkapkan, Paling kalo pulang malem ya pasti ditanyain abis dari mana. Karena memang saya juga kan nulis bukunya dari Wismis jadi mau gimana pasti harus ikutan setiap kegiatannya kan ya. Ya jadi susah punya waktu buat keluarga juga kan ya. Ada juga omongan ya ngapain sih komunitas nyari hantu? Ya kan kalo hantu mah ga usah dicari, kan ada dimana-mana juga. Jadi ya dijelasin aja ke orang tua, bahwa ini juga hanya untuk tau mitos-mitosnya aja. Dan akhirnya ngerti juga sih keluarga.

Tabel 4.1Konsep Diri

PartisipanKonsep Diri IKonsep Diri Me

ImanMengayomiMengakrabkanDominanTerbukaMenyeramkanDukunPemburu hantu

DadyIdealisKeras kepalaPendebatTerbukaAnehPemburu hantu

UliTidak dominanNyeleneh

ReggySuka memberikan ideTidak dominanAneh

4.2 Motif Partisipan Bergabung dalam Komunitas Wisata MistisBerdasarkan pandangan Alfred Schutz yang menggolongkan motif ke dalam dua bagian, yaitu motif untuk (in order to motives) yang berarti tujuan yang digambarkan sebagai maksud, rencana harapan, minat yang diinginkan aktor atau pelaku (dalam penelitian ini berarti anggota komunitas Wisata Mistis) dan karena itu berorientasi pada masa depan. Yang kedua, motif karena (because motives) yang merujuk kepada pengalaman masa lalu aktor atau pelaku dan tertanam dalam pengetahuannya yang terendapkan, oleh karena itu berorientasikan masa lalu.Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa motif yang dimiliki keempat partisipan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, berdasarkan posisi dan peran dalam keanggotaan organisasi. Sebagai ketua umum Komunitas Wismis, motif yang mendasari keanggotaan Iman adalah membentuk forum bersama yang dapat mewadahi passion dalam bidang ekspedisi mistis, di samping rasa ingin tahunya yang besar mengenai passion tersebut, yang baginya perlu diwujudkan dalam kegiatan bersama anggota sebuah perkumpulan. Iman menuturkan, Karena saya kan orangnya penasaran, dan suka aja ngulik tentang misteri gitu, nah pas komunitas ini terbentuk, ya udah makin tertarik aja karena ada wadahnya kan ya kapan lagi dan ketemu temen-temen yang sehobi seneng aja.Sementara itu, Dady memiliki motivasi untuk mengubah stigma negatif masyarakat dalam memandang komunitas sejenis Wismis, serta mengorganisasikan kegiatan komunitas. Ia mengungkapkan, Kita menekankan lewat media sosial tentang apa aja sih yang dilakukan komunitas kita, biar mereka ngerti. Kalau ga sih sering kita ajak buat join, ikut dulu deh biar ngerasain gimana. Biasanya orang yang berpikiran miring itu kan soalnya belum pernah terjun langsung ke komunitas kita, mereka hanya tau komunitas kita dari temennya lah, dan hanya tau permukaannya aja. Terkait motivasinya dalam mengorganisasikan ide dan agenda komunitas, Dady menambahkan, Saya orangnya idealis, saat rapat apabila ada ide-ide saya biasanya keras kepala. Walaupun pada akhirnya ya kita berusaha mengikuti kepentingan semua anggota. Ya kan namanya juga dalam organisasi, nah itu salah satunya kalau biasanya ada debat saya orangnya agak keras. Sama ya mempertahankan idealisme saya. Di samping itu, ia juga memiliki motif personal bergabung dengan Komunitas Wismis, sebagaimana penuturannya, Saya sih berharap karena ini komunitas, anggotanya juga banyak ya saya harap dapet link, temen banyak, informasi bahwa tidak selamanya hal-hal yang berbau mistis itu menyeramkan loh. Ga semuanya berbau musyrik, asal kita berpikir positif sih. dan, Saya masih ada cita-cita yang belum tercapai dari komunitas ini, saya ingin membuat film indie. Film indie nya belum rampung sampai sekarang yang bersifat dokumenter. Itu salah satunya. Hal lain itu saya pengen bekerjasama dengan pemerintahan kota Bandung, soalnya untuk luar Bandung justru kita sudah dapat sambutan yang baik, malahan justru dari kota sendiri belum. Justru daerah lain minta kita disana, di Bandung rasanya birokrasinya masih sulit.Berbeda halnya dengan Iman dan Dady, Uli dan Reggy selaku anggota komunitas cenderung memiliki motif untuk mendapatkan pengalaman pribadi dalam keanggotannya di Komunitas Wismis, yakni pengalaman organisasi dan pengalaman spiritual, yang didorong oleh rasa ingin tahu yang besar mengenai hal-hal berbau mistis. Motif ini terlihat dari pernyataan Uli saat ditanyakan mengenai motivasinya bergabung dengan Komunitas Wismis; Pengalaman sih, pengalaman berorganisasi ya belajar dewasa dalam menghadapi konflik dalam organisasi ya belajar juga bagaimana cara menyelesaikan masalah.Tidak jauh berbeda dari Uli, terkait dengan motif bergabung dengan Komunitas Wismis, Reggy menuturkan, ya itu tadi karena suka banget petualangan malem-malem gitu terus apa ya suka jalan-jalan sih sebenernya. Suka hal yang ga mainstream juga, kan jalan malem-malem gitu. Ya hobi juga sih.Motif keempat partisipan untuk bergabung dengan Komunitas Wismis ini sejalan dengan pengertian motivasi yang dikemukakan oleh Robbins (1996: 198), yaitu kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individual. Motif yang diartikan sebagai suatu dorongan yang ada pada diri seseorang untuk me1akukan sesuatu bagi pencapaian tujuan tertentu, dimiliki oleh keempat partisipan penelitian ini; yakni bergabung sebagai anggota Komunitas Wisata Mistis Bandung, untuk menyalurkan minat dan ketertarikan mengenai hal-hal berbau mistis dalam suatu forum bersama dengan tujuan mendapatkan dan memperkaya berbagai macam pengalaman terkait dengan keanggotaan dalam komunitas tersebut. Selanjutnya, motivasi yang berarti daya penggerak atau daya pendorong yang datang dari dalam maupun dari luar diri seseorang untuk berbuat sesuatu dalam rangka pemuasan kebutuhan atau pemenuhan tujuan dari orang yang bersangkutan, juga terdapat dalam diri keempat partisipan penelitian ini. Hal ini terlihat dari rasa ingin tahu/penasaran yang cukup besar keempat partisipan mengenai hal-hal berbau mistis yang menjadi tema utama dari Komunitas Wisata Mistis Bandung, dorongan untuk mengubah dan memperbaiki stigma negatif yang dikenakan pada anggota dan komunitas sejenis Wismis, serta harapan untuk memperoleh pengalaman organisasi dan pengalaman spiritual.Tabel 4.2Motif BergabungPartisipanMotif untukMotif karena

Iman Mencari informasi lebih banyak Bertemu dengan teman se-hobi Rasa ingin tahu Mencari forum bersama

Daddy Koneksi pertemanan Memperoleh informasi lebih banyak Memperbaiki citra komunitas mistis Membuat film indie Stigma negatif komunitas mistis

Uli Mendapatkan pengalaman organisasi Pengalaman organisasi

Reggy Mendapatkan pengalaman spiritual Rasa ingin tahu

BAB VKESIMPULAN

Interaksi simbolik berusaha memahami manusia dari sudut pandang subjek, dimana perilaku manusia dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek, dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. Interaksi simbolik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dinamika komunikasi dan interaksi suatu komunitas.Komunitas sendiri terdiri dari sekumpulan individu dengan latar belakang yang berbeda namun disatukan oleh kegemaran atau visi dan misi yang sama. Rasa persaudaraan yang erat membuat solidaritas dan loyalitas antar anggota menjadi kuat. Keinginan untuk dapat dikenal dan diakui keberadaannya membuat anggota komunitas melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Kegiatan seperti mencari makhluk gaib dan berwisata ke tempat-tempat yang memiliki aura mistis merupakan suatu perilaku yang berpotensi komunikasi dan secara langsung menunjukkan eksistensi mereka dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Komunitas dengan kegiatan yang mengusung hal-hal berbau mistis ini dikenal sebagai subkultur dari komunitas arus mainstream banyak terdapat di kota Bandung.Konsep diri merupakan bagaimana kita melihat diri kita sebagaimana orang lain melihat kita. Konsep diri I adalah respon spontanitas terhadap perilaku yang kita lakukan, sedangkan me lebih mempertimbangkan penilaian orang lain terhadap perilaku yang kita lakukan.Sementara itu, motivasi diartikan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individual. Dunia sosial merupakan sesuatu yang intersubyektif dan pengalaman yang penuh makna (meaningful). Konsep fenomenologi menekankan bahwa makna tindakan, identik dengan motif yang mendorong tindakan seseorang, yang lazim disebut inorder-to motive (faktor yang mendorong). Pandangan fenomenologi dalam proses komunikasi menjelaskan bahwa terdapat pertukaran motif antara anggota dalam komunitas. Hal ini merujuk kepada perkiraan mengenai motif dan pengambilan peran orang lain.Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka, dapat dibuat simpulan atas hasil penelitian dalam makalah ini, yakni sebagai berikut:1. Dinamika yang terjadi di antara keempat partisipan dalam penelitian ini dalam aktivitasnya di Komunitas Wismis Bandung, menunjukkan telah terjadi pertukaran makna antar anggotanya, yang kemudian dipahami dan disepakati menjadi makna bersama yang digunakan dalam interaksi di antara anggota komunitas. Terjadi interaksi yang dimediasi melalui berbagai media komunikasi dan media sosial antar anggotanya dalam mempertukarkan dan membagi simbol bersama, yaitu informasi yang menyangkut kegiatan-kegiatan komunitas dan perkembangannya, dimana melalui interaksi ini, konsep diri anggotanya, khususnya keempat orang partisipan dalam penelitian ini, terbentuk dan diperkuat. Interaksi simbolik yang berlangsung di antara anggota Komunitas Wismis menciptakan iklim yang kondusif bagi pembentukan dan penguatan identitas yang terwujud dalam konsep diri para anggotanya, baik yang dimaknai oleh anggota yang merupakan partispan penelitian ini (konsep diri I), maupun yang merupakan hasil interpretasi mengenai konsep diri mereka yang dimaknai oleh lingkungan sekitar dan keluarga mereka (konsep diri Me). Konsep diri I tersebut adalah mengayomi, mengakrabkan (partisipan 1), idealis, keras kepala (partisipan 2), tidak dominan dan cenderung mengikuti suara mayoritas kelompok (partisipan 3), dan suka memberikan masukan bagi komunitas dan cenderung tidak dominan (partisipan 4). Sementara itu, konsep diri Me dari keempat partisipan penelitian ini adalah menyimpang, aneh, nyeleneh, terkesan seperti sosok dukun, pemburu hantu, menyeramkan. Konsep diri Me ini sebagaimana yang dimaknai oleh anggota masyarakat di luar Komunitas Wismis dan oleh keluarga anggota komunitas ini.2. Motif yang dimiliki oleh anggota Komunitas Wismis Bandung terbagi menjadi motif untuk dan motif karena. Dari jawaban keempat partisipan penelitian ini, kedua tipe motif tersebut beririsan satu sama lain, yang intinya adalah rasa ingin tahu terhadap hal-hal berbau mistis, berkumpul dalam forum yang mewadahi minat bersama, mendapatkan pengalaman spiritual dan organisasi, serta memperbaiki stigma negatif yang dikenakan pada komunitas subkultur bertema mistis seperti Komunitas Wismis ini. Motif ini kemudian membentuk dan memperkuat identifikasi keanggotaan partisipan terhadap komunitas yang tercermin dalam konsep dirinya, dan sebagai pendorong untuk mempertahankan eksistensi Komunitas Wisata Mistis Bandung.

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, John W. 1998. Qualitatice Inquiry and Research Design : Choosing Among Five Tradition. Sage: Thousand Oaks.Fisher, B. Aubrey. 1986. Teori-Teori Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Fiske, John. 1990. Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra.Effendy, Onong Uchana. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Littlejohn, Stephen. 1996. Theories of Human Communications, Fifth Edition. Beltmon California: Wadsworth Publishing Company. Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Rakhmat, Jalaluddin. 1998. Metode Penelitian Komunikasi. Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Rennie, Ellie. 2006. Community Media A Global Introduction. England: Rowman & Littlefield Publishers, Inc.Schutz, Alfred. 1972. The Phenomenology of The Social World. London: Heinemann Educational Book.

LAMPIRAN

Transkrip Wawancara 1I : InterviewerKI: kang Iman (Ketua Wisata Mistis)

I: Kang, kalau wisata mistis ini berdirinya kapan?KI: Tanggal berdirinya itu tanggal 10 April 2011, sekarang memasuki 3 tahun.I: Kang sebenernya kenapa disebut komunitas wisata mistis kang?KI: Karena awalnya, pertamanya kan kita mulai dari forum kaskus dimana ada satu thread yang menjelaskan tentang tempat-tempat angker di bandung. Nah disitu kita penasaran, kenapa hanya di dunia maya aja, kenapa kita ga langsung jalan-jalan ke tempat-tempatnya secara langsung aja. Kan kalau di Bandung banyak komunitas, kaya komunitas wisata kuliner, komunitas belanja nah kenapa ga kita bikin aja komunitas wisata mistis. Itu juga awalnya hanya 7 orang.I: Asalnya berapa orang kang dulunya?KI: Asalnya ya dari 7 orang ituI: Berarti cakupannya Bandung aja ya kang?KI: Kalau dari tempat wisata memang masih di daerah Bandung, tapi sekarang udah merambah ke daerah luar bandung,I: Anggotanya sendiri ada yang dari luar Bandung kang?KI: Anggota sendiri ada banyak dari luar Bandung tapi beberapa dari mereka kerja di Bandung, kuliah di Bandung. Ada yang dari Riau, Medan, yang dari Jawa ada juga.I: Kalau dari jalan-jalanya masih seputaran Bandung ya kang?KI: kalau dari jalan-jalan kita memang fokus di Bandung, kecuali jika ada rekanan sekali-kali kita keluar Bandung seperti Sumedang dan Subang.I: tapi kebanyakan anggota dari Bandung ya kang?KI: Ya.I: Koordinatornya sendiri siapa kang?KI: Kalau koordinator sih masih di pegang sama saya dari awal, tapi ada juga kang Dadi dan lainnya..I: Nah kalau terhitung hingga sekarang, berapa jumlah total anggotanya kang?KI: Kalau jumlah anggota yang aktif itu ya yang masih sering ikut kumpul gitu paling sekitar mmmm 60-70 orang.I: Itu yang aktif ya kang, nah kalo yang ga aktif nya ada berapa kang?KI: Kalau yang simpatisan atau ga aktif lebih dari 200 orang yang tersebarI: Biasanya anggotanya mahasiswa kah? Pekerja? Atau yang lain kangKI: Anggota kita dari berbagai kalangan ya, ada yang sekolah sekitar anak SMA kelas 3 sampai ke orang kantoran juga ada. Ada yang pengacara juga, pengagguran banyak acara gitu (kemudian tertawa)I: Berarti kebanyakan pekerja dan mahsiswa ya kang?KI: Iya, hampir imbang jumlah antara mahasiswa sama pekerja, ya kebanyakan antara dua ituI: Nah kalo media komunikasi antar anggotanya gimana kang biasanya?KI: Kalo media komunikasi kita berbagai media sosial kita pake, semua media sosial kita pake dan aktif. Selalu kita update kalo ada acara. Terus facebook, lebih tepatnya di group facebook, itu kita sering share disana, terus kita juga ada web sering di update. Kalau kita bakal ngadain ekspedisi juga kita biasa undang secara personal lewat sms atau BBM, kita broadcast. Karena kita pasti minta data diri dan nomor HP dari setiap anggota biar gampang komunikasinyaI: Kegiatan lain selain ekspedisi apa kang?KI: Ada kongkow tiap minggu, ada baksos setiap tahun kedepannya pengennya beberapa bulan sekalii kita ngadain baksos, tapi berbagai panti yang berbeda. Biasanya juga beberapa bulan sekali kita ada kamping. Ya kamping khusus ala wisata mistis jadi pasti ada jurig malam nya. I: kang ada ga simbol keakraban komunitas?KI: kalo kita sih atribut aja ya yang samaan, atributnya jaket yang limited edition yang personal. Biasanya panitia kalo mau ngadain espedisi dipake gitu, terus untuk anggota sih kaos aja pokonya serba hitam lah. I: kalau prestasi sendiri apa kang yang udah pernah di raih oleh Wisata Mistis?KI: ya waktu itu kita juga di apresiasi oleh walkot Sumedang, jadi kita diundang ke sana untuk melakukan espedisi dengan biaya akomodasi semua ditanggung gitu. Lebih dijamu sama dinas Pariwisata disana, dan kita juga disambut disana. Sekrang juga lagi kerjasama sama Dinas pariwisata kota Subang, yah semoga aja lancar.I: Akang udah berapa lama di komunitas ini?KI: ya berarti 3 tahun, ya 3 tahun kurang 1 bulan lah. Kan waktu awal mah hubungannya lewat chat-chat dulu tuh di kaskus belum sempet ketemuan. Ya kita kirim pesan, nah waktu ekspedisi pertama ke SMA 5 Bandung, baru saya gabung di sini.I: Apa yang menarik akang buat masuk ke komunitas ini?Karena yang saya kan orangnya penasaran, dan suka aja ngulik tentang misteri gitu, nah pas kebetulan ada komunitas ini ya udah tertarik aja mumpung ada wadahnya kan ya kapan lagi dan ketemu temen-temen yang sehobi seneng ajaI: Apa semua anggota ada ilmu gaib nya kang?KI: Ga sih, tapi ya ada beberapa orang yang dari awalnya udah punya kemampuan, basic nya udah bisa ngerasain. Udah belajar sebelumnya. Tapi ga jadi syarat utama kalo ikutan wismis (Wisata Mistis) harus punya kemampuan kaya gitu.I: Apa menurut akang uniknya komunitas ini dibanding komunitas lain?KI: Ya kan bisa dibilang komunitas ini unik karena kita wisata ke tempat-tempat yang tidak biasa, giliran tempat-tempat yang orang-orang jauhin kita datengin. Yang kedua, kita suguhkan kegiatan yang berbeda, ada beberapa uji nyali terus bersentuhan dengan dunia supranaturalI: Ada lagi ga sih kang komunitas sejenis di Indonesia?KI: Ada aja sih, tapi mungkin bedanya setau saya mereka datang ke tempat bermitos tapi mereka tidak menyeluruh tapi ga menginvestigasi kenapa bisa mitos itu timbul, jadi hanya sebatas pemaparan mitos dan ga ada tindakan selanjutnya. Kalau kita sih meluruskan kalau mitos yang ga bener sih pasti kita luruskan. Kaya yang di taman maluku ada patung pastor berjalan, kita ngecek ternyata ga seperti itu. Nah kita meluruskan mitos ini lalu kita sebarkan ke masyarakat lewat dunia maya bahwa nanti jangan takut kalau mau berkunjung kesana. Kalau berarti ada pun, ya itu sih hanya halusinasi mata aja. Jadi kita ga membiarkan mitos itu berkembang lebih jauh gitu.I: kang kalau diantara amggota kelompok hubungannya dekat?KI: Ya kan karena berpegang bahwa we are not a community, we are a family. Jadi ya kita berdasarkan kekeluargaan, ya kita pengen menekankan bahwa ini hubungan persaudaraan, jadi anggap aja kita ini semua sebagai keluarga gitu. Jadi anggap saja bahwa WisMis ini adalah rumah kedua, jadi jika ada keluhan apa ya datang aja sini ke WisMis.I: Sebagai personal, suka dilihat aneh ga sih sama lingkungan sekitar?KI: (tertawa) beberapa ya memang ada, banyak persepsi yang bermacam-macam, tapi menurut saya justru itu hal yang berbeda dari komunitas ini, bisa dibilang bahwa kasarnya kita mengubah paradigma orang menjadi tidak seram, tapi ada keseruan di dalamnya tapi ada keakraban di dalamnya. Kita bukan dukun-dukun atau orang-orang yang nangkap hantu, jadi bisa dibilang kita tuh mencoba meyakinkan orang bahwa cabai itu manis, (tertawa) ya tantangan buat kita juga.I: Sampai sekarang kang?KI: Ya iya, masih ada yang pasti mikirinya kita itu orang-orang yang nangkepin hantu, tapi ya itu ga apa lah. Jadi kita coba kasih penjelasan, kita coba ubah paradigma orang. Masih banyak juga anggota yang baru mau ikut buat bisa belajar ilmu begituan.I: Menurut akang, seperti apa sih karakter akang sendiri dalam keanggotaan komunitas ini?KI: Hmm.. karena saya sebagai ketua sih yang pasti saya mengayomi ya, terlebih untuk anggota baru. Tapi ya kita ga ada gep gep an antara anggota lama dan baru, tapi ya sejauh ini gimana caranya supaya saya bisa mengakrabkan semuanya.I: bagaimana akang berkomunikasi dengan anggota?KI: nah kalo tiap minggu kan kita ngadain kopdar rutin, jadi ya disitu wadah untuk sharing. Ga Cuma masalah wisata mistis aja tapi ada juga yang curhat masalah cinta, keluarga *tertawa. Dan yang lainnya lah, banyak. Pokonya kan kita family bukan hanya komunitas.I: Menurut akang, apa sih hal yang penting dalam komunuitas ini?KI: keakraban sih ya, bagaimana kita yang satu hobi ini bisa tergabung dalam satu kesatuan. Ga hanya soal mistis tapi soal kehidupan yang lain juga. I: Kalau sejauh ini akang ikutin komunitas ini, ngaruh ga ke hubungan akang dengan keluarga/KI: Kalau hubungan keluarga sih baik ya, alhamdulilah. Emang masih suka ditanya sama orang tua ngapain sih nyari-nyari hantu segala, tapi ya itu kan paradigma mereka sekarang. Saya sih yakin nanti pasti bisa berubah lama-lama. I: kalau perekrutan dalam komunitas ini sendiri gimana sih kang?KI: Kita ga ada perekrutan formal gitu sih, karena ini komunitas tapi disetiap 3 bulan sekali kita buka pendaftaran buat anggoa baru. Yah kita sih gini gini tertib administrasi, jadi setiap anggota baru kita tarik biayar pendaftaran terus kita buatin kartu anggota. Nah dari duit anggota itu lah kita buat AD/ART nya, ya buat belanja bulanan lah.I: Apa anda merasa puas dengan apa yang diperoleh dalam komunitas ini?KI: Puas sih apalagi saya kan salah satu dari tim pengagas, dan sekarang komunitas ini udah makin berkembang. Ya puas sih, alhamdulilah. I: masih ada obsesi yang belum terlaksana kang?KI: obsesi sih masih, kaya ada tempat-tempat yang belum bisa kita jadiin tempat ekspedisi tapi ya saya yakin bisa lah nanti.I: Ok terima kasih kang.

Transkrip Wawancara 2I: InterviewerKD: Kang Dady

I: Sudah berapa lama anda bergabung dengan komunitas Wisata Mistis?KD: udah hampir 3 tahun, masuk tahun ke 3.I:Nah sejauh ini, apa saja yang sudah anda ketahui tentang komunitas ini?KD: Kalau over all, sih komunitas ini kang dimulai awalnya dari rasa kepengentahuan temen-temen tentang hal-hal yang berbau mistis, ke tempat-tempat angker yang banyak mitosnya, kita tuh penasaran apakah mitos ini bener ga sih. Nah kan kadang-kadang di Indonesia tuh mitos tuh bisa jadi bagian dari kebudayaan atau juga mitos buatan. Kita tuh ingin tau, biar ga menyesatkan. Tujuan kita tuh buat alternatif wisata, di Bandung kan ga hanya wisata kuliner, tapi kita pengen bikin wisata alternatif di malam hari.I: Jadi ini lingkupnya hanya di Bandung saja ya kang?KD: Kita udah ada cabang di Jambi dan Balikpapan.I: kenapa justru kota-kota besar ga kang kaya Jakarta, Surabaya, dll?KD: kebetulan kita kalau mau buka cabang kan ada persyaratan tertentunya biar kita beri ijin. Pertama minimal kita harus punya tim metafisik, itu yang utama, itu untuk menangani kejadian yang tidak diinginkan. Yah tim kemanannya lah, kan kita bersinggungan dengan hal metafisik jadi ya wajib lah itu. Buat menanggulangi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kesurupan dan lain-lain. Sama juga setiap ekspedisi harus ngikutin konsep dari kita, jangan sampe konsep nya itu melenceng dari konsep yang ada di Bandung.I: Jadi ada SOP nya ya kang?KD: Kita ada SOP, ada AD/ART nya juga, dan semua harus sesuai dengan standar yang ada di bandung. Sejauh ini ada dari Makasar sama Surabaya ngajuin tapi karena mereka terbentur sama yang tim metafisik itu jadinya kita cut. Takutnya kalau terjadi apa-apa kan yang di Bandung yang kena. I: Apa sih yang diharapkan Kang Dady sendiri dari bergabung dalam komunitas ini?KD: saya sih berharap karena ini komunitas, anggotanya juga banyak ya saya harap dapet link, temen banyak, informasi bahwa tidak selamanya hal-hal yang berbau mistis itu menyeramkan loh. Ga semuanya berbau musrik, asal kita berpikir positif sih.I: Ada motivasi untuk mendapatkan ilmu juga ga kang?KD: Wah kalau itu sih ga ada, nah ini yang harus diluruskan. Kita tuh sering disebut perkumpulan dukun atau perkumpulan anak indigo. Kita kan komunitas umum, walaupun sebagian ada anak indigo kan, jadi ya silahkan saja kalau ada yang mau gabung, kita open untuk apa saja. Tapi yang jelas kita ga buka untuk ilmu-ilmu yang seperti ituI: tapi pas prakteknya ada pembedaan ga antara anak indigo dengan yang lainnya?KD: Nah kita kan setiap minggu ada kopdar, itu wajib diikuti setiap anggota yang ingin ikut ekspedisi. Dari kopdar itu perkenalan semuanya, mulai dari motivasi ikutan Wisata Mistis, sampai punya keahlian atau ga. Mereka ceritakan, jadi ga ada yang ditutup-tutupi.I: nah kang kalau motivasi temen-temen yang lain setau kang Dady ada yang punya motivasi yang unik ga sih kang?KD: Kebanyakan sih seperti yang saya tau, mereka ikutan komunitas ini, karena mereka ingin tau hal-hal yang berbau mistis. Karena tujuannya penasaran, tapi kita tidak mau mengajarkan tapi kita mau bareng-bareng hayu ke tempat ini, ke tempat itu. Ada juga yang masih menganggap komunitas ini tuh mengajarkan, disangka kaya padepokan gitu atau apa *tertawa.I: tapi sejauh ini, sejauh melakukan ekspedisi hal yang terbukti itu mistisnya atau ilmiah nya kang?KD: Kita tuh mencari tau keduanya, mana yang mistis mana yang ilmiah, di compare dan di combine. Jadi kita juga kan ada yang indigo nah kita diskusi dan edukasi ke anggota lain bahwa tidak semuanya itu berbau mistis.I: Sebenernya keistimewaan dari komunitas ini apa sih menurut kang Dady?KD: Sebenrnya komunitas ini yang pertama memiliki konsep berwisata malam hari, komunitas ya bukan travel agency. Karena travel agency kan ada juga tapi mereka hanya menerangkan saja tempat-tempat dan lokasinya. Tapi kita kan langsung turun ke lapangan dan melakukan ekspedisi. Jadi itu keistimewaan kita, kan anggota bisa merasakan langsung bukan hanya ngeliat aja.I: Hubungan kang Dady antar anggota-anggota lain bagaimana kang?KD: hubungannya baik, justru kaya saudara sendiri. Karena udah saking lamanya kenal kan, bukan lagi temen ya. Karena kita udah sering ekspedisi dan udah sama-sama ga canggung.I: Biasanya hal unik apa sih yang dilakukan untuk menghubungkan anggota lama dengan anggota baru?KD: kalau kita kan setiap kopdar ya itu salah satu cara untuk memperkenalkan anggota lama dengan anggota baru, biar ga ada rasa canggung. Ya kita rangkul, kita ajak sharing lah, kita ga ngebiarin gitu aja. I: masuk ke pertanyaan yang agak personal nih kang, sejauh ini hubungan kang Dady dengan keluarga bagaimana setelah mengikuti komunitas ini?KD: alhamdulilah baik-baik saja, kan saya udah jelasin dari awal ke keluarga bahwa hal-hal seperti ini kan tidak musrik karena kita percaya tapi tidak mengimani kan. Gitu ajaI: karena komunitas ini kan komunitas yang unik kang, ada ga sih pandangan miring dari lingkungan sekitar tentang akang bergabung ke komunitas ini?KD: Pasti ada aja, intinya selama mereka belum bergabung dalam komunitas ini banyak orang yang berpikir negatif, ini apaan sih komunitas ko nyari-nyari hantu kan pasti mikirinya gitu. Ya sebenrnya ada aja temen-temen yang ngomong ngapain sih mau nyari hantu mah ke kuburan aja ngapain nyari hantu harus pake perijinan. *tertawa. Ya selama ini masih ada aja yang nganggep kita komunitas yang nyari hantu, pemburu hantu lah ya kaya gitu I: Menanggapinya gimana tuh kang?KD: pertama kita menekankan lewat media sosial tentang apa aja sih yang dilakukan komunitas kita, biar mereka ngerti. Kalau ga sih sering kita ajak buat join, ikut dulu deh biar ngerasain gimana. Biasanya orang yang berpikiran miring itu kan soalnya belum pernah terjun langsung ke komunitas kita, mereka hanya tau komunitas kita dari temennya lah, dan hanya tau permukaannya aja.I: Kalau kang Dady sendiri posisi sebagai apa kang?KD: Saya sebagai sekretaris UmumI: Nah terus menurut kang Dady, karakter seorang Kang Dady dalam komunitas ini?KD: Saya orangnya idealis, saat rapat apabila ada ide-ide saya biasanya keras kepala. Walaupun pada akhirny ya kita mengikuti kepentingan semua anggota. Ya kan namanya juga dalam organisasi, nah itu salah satunya kalau biasanya ada debat saya orangnya agak keras. Sama ya mempertahankan idealisme saya.I: seperti apa kang?KD: Salah satu contohnya kalau kita mau ekspedisi kan kita ada sharing, kita kan ngasih pendapat. Ya kadang saya kekeuh sama pendapat saya. Ya namanya juga kalau debat, kalau ga kekeuh kan ga rame gitu.I: menurut kang Dady apa sih hal yang penting dalam komunitas ini?KD: hal yang paling penting itu salah satunya kebersamaan. Komunitas kita kan punya motto bahwa kita bukan hanya sebuah komunitas tapi sebuah keluarga besar, itu yang buat kita bertahan sampai 3 tahun, dan bisa buka cabang dimana-mana, masuk media mana-mana, dan kerjasama sama pihak-pihak lain.I: Kalau untuk regenerasi sendiri gimana kang?KD: Prosesnya kita ada namanya tri wulan, jadi setiap 3 bulan sekali kita buka pendafataran. Tapi kita open, kalau mau ikut kongkow silahkan tapi kalau mau ikut anggota pendaftarannya dibuka setiap 3 bulan sekali. Jadi kita buka pendafataran di bulan Januari, Maret, Juni dan seterusnya. I: Dengan proses perekrutan seperti itu bisa menu njang komunitas ini berlangsung dengan baik kang?KD: Alhamdulilah bisa berjalan dengan baik, juga bisa menambah uang kas juga sih.I: pertanyaan terakhir kang apakah kang Dady merasa puas dengan apa yang diperoleh dalam komunitas ini?KD: Saya masih ada yang cita-cita yang belum tercapai dari komunitas ini, saya ingin membuat film indie. Film indie nya belum rampung sampai sekarang yang bersifat dokumenter. Itu salah satunya. Hal lain itu saya pengen bekerjasama dengan pemerintahan kota Bandung , soalnya untuk luar Bandug justru kita sudah dapat sambutan yang baik, malahan justru dari kota sendiri belum. Justru daerah lain minta kita disana, di Bandung rasanya birokrasinya masih sulit.I: Terima kasih kang untuk waktunya.

Transkrip Wawancara 3I: InterviewerUL: Uli (perempuan, Mahasiswi)

I: Uli udah berapa lama bergabung dalam komunitas Wisata Mistis?UL: sudah dua tahun, dari 2012.I: kalau Uli sendiri tau wisata mistis dari mana?UL: dari twitter, awalnya kan mereka itu selalu menjelajahi historis gedung-gedung bersejarah di Bandung, awalnya kan Uli seneng banget jalan-jalan jadi Uli seneng bisa tau sejarah yang awalnya Uli ga tau. Terus kan mereka jelasin juga baik dari sisi ilmiahnya and sisi mistisnya juga. Tapi selalu ada jawaban penengah yang ilmiah. Karena kan mendapatkan ilmu baru juga ya selain itu juga orang-orang nya juga pada supel banget, bahu membahu gitu jadi ya dari awal 2012 ya nyaman aja gabung sama mereka.I: Kan udah 2 tahun bergabung, sejauh ini apa aja yang Uli ketahui tentang komunitas ini?UL: Kalau tentang komunitas lebih ke banyaknya tempat yang udah pernah pernah Uli datengin sama mereka. Kan masih banyak sebenernya tempat yang belum di expose media kan jadi ga tau sejarahnya gimana. Nah kalau dari komunitas ini sih bisa menjangkau dari Sumedang, Subang dan tempat peninggalan Belanda. Kita jadi tau gitu.I: Kalau Uli sendiri latar belakang Uli bergabung karena apa Uli?UL: ya karena rasa ingin tau Uli sama tempat-tempat bersejarah itu, dan juga hobi Uli sama 2 temen Uli kan jalan-jalan ya dan yang mewadahi jalan-jalan kan Wisata Mistis, selain jalan-jalan juga kan kita dapet ilmu yang sebelumnya kita ga tau. Dalam sisi mistis iya dalam sisi pengetahuan iya jugaI: Kalau dari latar belakang kemistisan nya ada juga Uli?UL: Ga sih, Uli lebih penasaran sama sejarahnya, ya kalau dari sisi mistisnya itu bonus aja lah.I: Sebenrnya apa sih yang diharapkan sama Uli dalam bergabung dalam komunitas ini?UL: Pengalaman sih, pengalaman berorganisasi ya belajar dewasa dalam menghadapi konflik dalam organisasi ya belajar juga bagaimana cara menyelesaikan masalah.I: Apa sih keistimewaan komunitas ini dari komunitas lain?UL: Sebenrnya saya juga ada beberapa komunitas lain yang saya ikutin. Kalau bergabung di komunitas foto kan lebih ke pa hebat-hebat alat nah bedanya kalau Wisata Mistis ini Uli beneran ngerasain kekerabatannya dan keluarganya juga bahu membahu dan juga komunitas Wisata Mistis ini peduli sama lingkungan makanya selalu ngadain kegiatan Bakti Sosial ke panti-pantiI: Berarti kebersamaannya ya?UL: Iya udah kaya saudara aja, bukti real nya aja kalau ada orang sakit pasti kita jenguk terus waktu itu ada yang dirawat di rumah sakit terus butuh bantuan kita ngadain donasi gitu. Hal-hal kecilnya gitu kalau kita naik motor dari Bandung ke Subang pasti kita saling tunggu, biar kita semua sampe selamat.I: Uli kalau hubungan Uli dengan anggota-anggota lainnya seperti apa?UL:Hubungannya ya kalau Uli sendiri karena cewe sih pasti membatasi kedekatan juga sama yang lain sih, jadi ga bisa sedeket apa sama cowo-cowo tapi ya semuanya kita kenal baik. Ya kalau yang deket-deket sih paling cowo-cowo mereka curhat tentang cewe nya gitu. Kita sih tapi kalau sesama anggota cewe pasti ngerumpi sih *tertawaI: Uli ada perubahan ga sih setelah gabung sama komunitas ini terutama hubungan sama keluarga?UL: Ya awalnya mamah sempet marah, tapi kans etelah wisata mistis banyak di TV, kan banyaknya orang-orang bilang apa sih komunitas wisata mistis itu komunitas pemburu hantu ya. Kebetulan kan waktu itu Wisata Mistis ada di Sarah Sechan , nah kebetulan mamah nonton kan ngedenger bahwa komunitas wisata mistis ini bukan pemburu hantu atau perkumpulan dukun. Tapi sih sampai sekarang ya karena Uli juga cewe, rasa kawatir orang tua masih ada tapi Uli selalu bilang bahwa Uli kan masih muda jadi pengen punya banyak pengalaman dan teman. Dan akhirnya mamah ngerti juga lama-lama apalagi setelah banyak temen-temen Uli main ke rumah jadi ya udah percaya sih sekarangI: Uli suka dianggap aneh ga sih sama lingkungan sekitar karena Uli masuk komunitas ini?UL: kalau yang lain, kan Uli suka punya gantungan kunci pocong gitu di tempat pensil atau tas. Apalagi Uli di UIN, dan mereka suka bertentangan sama hal-hal kaya gitu, selalu bilang ih apaan sih ULi? Kan kaya gitu bukan berarti Uli musrik, Uli ga ninggalin shalat ko. Ya Uli ngejelasin aja ke temen-temen yang penting Uli ga nyeleweng dan tetap ngambil sisi positifnya. Kan ga semua kegiatannya juga berbau mistis, ada juga yang kegiatan sosialnya kaya baksos ke panti tadi.I: Uli sebagai anggota komunitas, karakter Uli dalam komunitas bagaimana nih?UL: Uli melihat sih ga terlalu dominan, Uli ikutin aja semua yang berjalan dalam komunitas. Kalau kata ketua seperti ini ya Uli ikut aja. Ga terlalu mendominasi, paling ngeluarin beberapa pendapat aja. Ya tapi kan pasti ada beberapa pendapat yang lebih masuk akal daripada pendapat Uli jadi ya Uli ikut aja sih. Uli ga punya banyak ngomong, kita kan sebagai anggota hanya berpendapat ya saya setuju dan tidak. Yang lebih banyak ngambil keputusan kan pasti ketua juga.I: Kalau Uli sendiri aktif dalam ekspedisinya?UL: kalau Uli ada waktu pasti ikutan, kopdar juga jarang dilewatin. Apalagi ekspedisi pasti Uli usahain selalu ikut karena itu yang seru. I: Menurut Uli yang paling penting dalam komunitas ini apa sih?UL: ya yang perlu dipertahankan sih pasti kebersamaan dan toleransi satu sama lain. Kalau ga ada toleransi sih pasti kita udah bubar kali ya, tapi karena kita punya misi, visi dan ngikutin AD/ART ya akhirnya kita bisa bertahan sampai sekarang. Dan hingga akhirnya bisa bekerjasama dengan banyak pihak dan media juga kanI: Kalau proses perekrutannya gimana sih Uli?UL: Setau Uli sih dibuka 3 bulan sekali dan terbuka buat siapa pun. Dan ada juga tertib administrasinya dimana dibagikan ID Card untuk setiap anggota.I: Uli merasa puas dengan apa yang diperoleh dalam komuntias ini?UL: Kalau dibilang kan manusia sih ga ada puasnya ya, tapi Uli seneng banget gabung sama komunitas ini. Dapet ilmu, sahabat baru. Tapi masih ada obsesi yang belum tercapai yaitu Uli pengen bikin buku, kan karena Uli hobi nulis juga. Pengen nulis buku Wisata Mistis. Tunggu aja ceritanya. I: Uli, terima kasih atas jawabannya Uli.

Transkrip Wawancara 4I: InterviewerUL: Reggy (perempuan, Mahasiswi, Freelancer Wartawan)

I: Kalau Reggy udah berapa lama gabung di Wisata Mistis?RG: dua tahun, berarti dari 2012 ya.I: Kan udah 2 tahun bergabung, sejauh ini apa aja yang Reggy ketahui tentang komunitas ini?RG: Kalau yang diketahaui sih ya komunitas jalan-jalan malam itu, yang uniknya itu mereka mengungkapkan mitos yang ada di dalam tempat itu, jadi persepsi kita yang salah bisa diluruskan gitu sama mereka udah gitu kita kan bisa berani lagi. Biasanya kan kita suka takut tuh jalan-jalan malem, ditambah kita juga harus kuat imannya. Bahwa yang kaya gitu tuh ada, dan kita harus ngehormatin hal itu gitu.I: Latar belakang bergabung dalam komunitas Wisata Mistis?RG: ya itu tadi karena suka banget petualangan malem-malem gitu terus apa ya suka jalan-jalan sih sebenernya. Suka hal yang ga mainstream juga, kan jalan malem-malem gitu. Ya hobi juga sih.I: Sebenrnya apa sih yang diharapkan sama Reggy dalam bergabung dalam komunitas ini?RG: Kalau wisata mistis kan sudah mulai dikenal ya di berbagai media juga, saya juga kan tau Wisata Mistis dari waktu saya liputan juga gitu, saya juga berharap komunitas ini bisa klop. Walaupun udah naik tetep harus bisa klop gitu, ya kerjasamanya jangan sampe hilang aja sih. I: kalau Reggy sendiri, pengen dapet apa sih masuk komunitas itu?RG: pengen dapet pengalaman spiritual gitu sih.I: Udah dapet Reggy?RG: yah sudah sih (nada berat)I: Selain hal-hal tadi, ada motivasi lain kah reggy ikut komuntias ini?RG: Ya karena penasaran dengan hal-hal seperti itu sih.I: Apa sih keistimewaan komunitas ini dari komunitas lain menurut Reggy sendiri?RG: Mungkin dari kegiatannya yang beda, kalau komunitas ini kan latar belakang anggotanya beda-beda ya, mulai dari kuliah, kerja bahkan yang udah berkeluarga juga. Mereka tuh lucu-lucu, unik-unik juga karakternya. Yang ngebedain nya juga kemampuan mereka, karena ada beberapa dari anggota juga kan yang punya kemampuan-kemampuan spiritual gitu kan. Ya kan unik aja ya, kan mereka bisa menerawang juga.I: kalau hubungan antar anggota, Reggy bagaimana nih dengan anggota-anggota lainnya?RG: Hubungan nya sudah menjalin hubungan *tertawa. Ya hubungannya deket, deket banget udah kaya saudara aja gitu. Ga deket aja, tpai deket banget.I: Reggy kan udah gabung 2 tahun di komunitas ini, apa ada pengaruh Gi terhadap keluarga?RG: ga ada sih, hmm ya paling ada dikit sih paling kalo pulang malem ya pasti ditanyain abis dari mana. Karena memang saya juga kan nulis bukunya dari Wismis jadi mau gimana pasti harus ikutan setiap kegiatannya kan ya. Ya jadi susah punya waktu buat keluarga juga kan ya.Ada juga omongan ya ngapain sih komunitas nyari hantu? Ya kan kalo hantu mah ga usah dicari, kan ada dimana-mana juga. Jadi ya dijelasin aja ke orang tua, bahwa ini juga hanya untuk tau mitos-mitosnya aja. Dan akhirnya ngerti juga sih keluarga.I: Kan tadi dari keluarga, tapi sekarang gimana tanggapan dari temen-temen Reggy tentang ini?RG: ga sih, soalnya aku ga freak. Tapi pasti ada juga yang nganggep aneh, kan saya juga punya temen-temen deket di kampus yang ikutan Wismis juga ya kadang kita suka freak freak an aja ngikutin sok-sokan aja. Kalau ditanya temen lain ngapain ngikut gituan ya bilang aja kita mah seru-seruan aja, daripada ngerjain tugas mulu mendingan cari hiburan. Nah hiburannya tuh kaya gini, wisata malem-malem. Kan seru.I: kalau Reggy termasuk yang freak ga di dalam komunitas?RG: *tertawa. Ga sih, ga sama sekali malah. Kita suka ketawa aja, ya kan misalnya kan suka ada yang kemasukan gitu ya. Awal pertama masuk kita juga lucu aja gitu ini kaya Indosiar banget, ada yang terbang-terbang gitu. Serius. Asalnya takut, tapi ya seru aja. Tapi ga disugestiin gimana-gimana sih. Menarik lah ngeliat yang kaya gitu.I: Kalau Reggy sendiri karakter dalam komunitas ini gimana?RG: Karena anggota sih, walaupun jarang ikutan rapat-rapatnya tapi sebisa mungkin ngasih pendapat lewat sosial media atau lewat temen. Misalnya untuk tempat, jadi ya ikut berkontribusi lah.I: Cara berkomunikasi dengan anggota lain gimana gi?RG: kan kita juga ketemu ga hanya pas kopdar juga, kalau kita free kita suka janjian di luar acara komunitas buat main bareng. Ya BBM-an juga.I: Kan komunitas ini udah berjalan 3 tahun, menurut Reggy hal penting apa yang penting dalam komunitas ini?RG: Kesamaan pandangan kali ya, kan pasti ada aja perbedaan pandangan. Kan ada aja oknum-oknum tertentu yang bikin masyarakat lain punya persepsi negatif sama Wismis sendiri, biasanya mereka yang terlalu fanatik suka ngeliatin kemampuannya. Padahal kan visi dan misi nya kan bukan seperti itu.I: reggy, dulu masuknya seperti apa?RG: kan kerja di koran, dan punya kenalan anggota komunitas gitu. Kan nyari-nyari komunitas unik, nah kebetulan dapet tuh di Twitter komunitas Wismis, nah langsung diajakin ketemu dan ternyata beneran unik. Terus diajak ekspedisi nya deh, terus ya berjalan deh sampe sekarang.I: reggy merasa puas ga sih setelah 2 tahun gabung di komunitas ini?RG: puas-puas aja sih. Tapi ya tetep masih ada beberapa tempat yang pengen datengin, semoga bisa didatengin waktu dekat ini.I: Terima kasih atas jawabannya Reggy.