konsep diri anak dengan fraktur

14
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fraktur 2.1.1 Definisi Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang yang dapat disebabkan oleh dorongan langsung pada tulang, kondisi patologik, kontraksi otot yang sangat kuat dan secara tiba-tiba atau dorongan yang tidak langsung yang terjadi ketika tulang tidak mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Wong, 2003). Fraktur tulang terjadi apabila resistensi tulang terhadap tekanan menghasilkan daya untuk menekan. Fraktur merupakan cedera yang umum terjadi pada semua usia tetapi cenderung terjadi pada anak-anak dan orang tua. Karena karakteristik rangka anak, pola fraktur, masalah diagnosis, dan metode penatalaksanaan berbeda pada anak dan oran dewasa (Wong, 2008). 2.1.2 Etiologi Cedera fraktur pada anak dapat disebabkan oleh kejadian traumatik di rumah, sekolah, pada kendaraan bermotor, atau ketika berekreasi. Aktivitas sehari-hari anak meliputi bermain aktif yang memungkinkan anak mengalami cedera yaitu memanjat, terjatuh, berlari menuju benda yang tidak bergerak, dan mendapat tumbukan di bagian-bagian tubuh (Wong, 2008). Universitas Sumatera Utara

Upload: gede-ariana

Post on 21-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jknvl

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Diri Anak Dengan Fraktur

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fraktur

2.1.1 Definisi

Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang yang dapat disebabkan

oleh dorongan langsung pada tulang, kondisi patologik, kontraksi otot yang sangat

kuat dan secara tiba-tiba atau dorongan yang tidak langsung yang terjadi ketika

tulang tidak mampu lagi menahan tekanan yang diberikan kepadanya (Wong,

2003). Fraktur tulang terjadi apabila resistensi tulang terhadap tekanan

menghasilkan daya untuk menekan. Fraktur merupakan cedera yang umum terjadi

pada semua usia tetapi cenderung terjadi pada anak-anak dan orang tua. Karena

karakteristik rangka anak, pola fraktur, masalah diagnosis, dan metode

penatalaksanaan berbeda pada anak dan oran dewasa (Wong, 2008).

2.1.2 Etiologi

Cedera fraktur pada anak dapat disebabkan oleh kejadian traumatik di

rumah, sekolah, pada kendaraan bermotor, atau ketika berekreasi. Aktivitas

sehari-hari anak meliputi bermain aktif yang memungkinkan anak mengalami

cedera yaitu memanjat, terjatuh, berlari menuju benda yang tidak bergerak, dan

mendapat tumbukan di bagian-bagian tubuh (Wong, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Konsep Diri Anak Dengan Fraktur

2.1.3 Patofisiologi

Fraktur tulang paling sering disebabkan oleh truma, terutama pada anak-

anak dan dewasa muda. Apabila tulang melemah, patah dapat terjadi hanya akibat

trauma minimal atau tekanan ringan. Sewaktu tulang patah, maka sel-sel tulang

akan mati. Perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam

jaringan lunak biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat

timbul setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi

menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan

pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk bekuan fibrin

(hematom fraktur) dan berfungsi sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru.

Aktivitas osteoblas segera terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang

disebut kalus. Bekuan fibrin direabsorpsi dan sel-sel tulang baru secara perlahan

mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati. Tulang sejati

menggantikan kalus dan secara perlahan mengalami klasifikasi. Fraktur pada anak

sembuh lebih cepat daripada orang dewasa. Penyembuhan dapat terganggu atau

terlambat apabila hematom fraktur atau kalus rusak sebelum tulang sejati

terbentuk atau apabila sel-sel tulang baru rusak selama proses klasifikasi dan

pengerasan (Corwin, 2000).

2.1.4 Klasifikasi Fraktur

Klasifikasi fraktur dapat dibagi menjadi:

Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen

tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.Fraktur terbuka

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Konsep Diri Anak Dengan Fraktur

(open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia

luar karena adanya perlukaan di kulit (price, 1995). Fraktur terbuka terbagi atas

tiga derajat (menurut R. Gustilo), yaitu: (1). Derajat I: Luka kurang <1 cm,

kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk, fraktur sederhana,

transversal, oblik, atau kominutif ringan, kontaminasi minimal. (2). Derajat II:

Laserasi >1 cm, kerusakan jaringan lunak tidak luas, flap/avulsi, fraktur kominutif

sedang, kontaminasi sedang. (3). Derajat III : Terjadi kerusakan jaringan lunak

yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular serta kontaminasi

derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas: jaringan lunak yang menutupi

fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi; atau fraktur

segmental/sangat komunitif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa

melihat besarnya luka.

Dari jenisnya fraktur dapat dibagi menjadi fraktur komplet yaitu bila

fragmen tulangnya benar terpisah sedangkan fraktur incomplet terjadi bila

fragmen tulangnya tetap berlekatan, fraktur complicated di mana fragmen

tulangnya yang patah menyebabkan kerusakan pada organ atau jaringan seperti

pada bagian paru atau kandung kemih. Fraktur lain seperti fraktur comminuted di

mana fragmennya kecil dan tulangnya terpecah dari batang tulang yang fraktur

dan berada di sekitar jaringan, dan yang sering terjadi pada anak adalah bends di

mana tulang anak yang fleksibel dapat dibengkokkan sekitar 45 derajat sebelum

menjadi patah. Fraktur buckle akibat kompresi tulang yang keropos sehingga

dapat menimbulkan fraktur. Green stick yakni fraktur yang terjadi bila tulang

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Konsep Diri Anak Dengan Fraktur

terangulasi melebihi batas pembengkokannya di mana sisi yang terkompresi

melengkung dan sisi yang menegang mengalami kerusakan (Hidayat, 2006).

2.1.5 Gejala Klinis Fraktur

Gejala Klinis fraktur yaitu terjadi pembengkakan yang umum terjadi di

sekitar area fraktur, nyeri atau nyeri tekan, serta penurunan fungsi bagian yang

terkena, memar, rigiditas muskular berat, krepitus (gemerutuk pada tempat

fraktur). Menurut Mansjoer, dkk (2000) untuk mengetahui gejala yang spesifik

dari fraktur terlebih dahulu harus dilakukan Diagnosis fraktur yaitu dengan

melakukan:

1. Anamnesis

Bila tidak ada riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus

diperinci kapan terjadinya, di mana terjadinya, jenisnya, berat-ringan trauma,

dan posisi pasien atau eksteremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma).

Jangan lupa untuk meneliti kembali trauma di tempat lain secara sistemik dari

kepala, muka, leher, dada dan perut.

2. Pemeriksaan umum

Dicari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada fraktur multipel,

fraktur pelvis, fraktur terbuka; tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka yang

mengalami infeksi.

3. Pemeriksaan status lokalis

Tanda-tanda klinis pada fraktur tulang :

a. Look, cari apakah terdapat: (1) Deformitas, terdiri dari penonjolan

yang abnormal (misalnya pada fraktur kondilus lateralis humerus), angulasi,

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Konsep Diri Anak Dengan Fraktur

rotasi dan pemendekan. (2) Functio laesa (hilangnya fungsi), misalnya pada

fraktur kruris tidak dapat berjalan. (3) Lihat juga ukuran panjang tulang,

bandingkan kiri dan kanan, misalnya pada tungkai bawah meliputi apparent

length (jarak antara umbilikal dengan maleolus medialis) dan true length (jarak

antara SIAS dengan maleolus medialis).

b. Feel, apakah terdapat nyeri tekan.

c. Move, untuk mencari: (1) Krepitasi, terasa bila fraktur digerakkan.

Tetapi pada tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak terasa krepitasi.

Pemeriksaan ini sebaiknya tidak dilakukan karena akan menambah trauma. (2)

Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif. (3) Seberapa jauh

gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak mampu dilakukan,

range of motion (derajat ruang lingkup gerakan sendi), dan kekuatan.

2.1.6 Komplikasi

a. Infeksi

b. Kompartement sindrom

c. Kerusakan kulit; abrasi, laserasi, penetrasi, nekrosis

d. Gangren

e. Emboli paru

f. Trombosis vena

g. Syok; hemoragik, neurogenik

h. Pembuluh darah robek

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Konsep Diri Anak Dengan Fraktur

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologi untuk memastikan arah dislokasi dan apakah

disertai fraktur, pemeriksaan fisik, pemeriksaan; SGOT, LDH, kreatinin dan

alkaline phosphatase untuk menentukan meluasnya kerusakan pada otot (Suriadi,

2006).

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan fraktur menurut Corwin (2000) adalah sebagai berikut:

a. Fraktur harus segera diimmobilisasi agar hematom fraktur dapat terbentukdan

untuk memperkecil kerusakan

b. Penyambungan kembali tulang (reduksi) penting dilakukan agar posisi dan

rentang gerak normal pulih. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa

intervensi bedah (reduksi tertutup). Apabila diperlukan tindakan bedah untuk

fiksasi (reduksi terbuka), dapat dipasang pen atau skrup untuk

mempertahankan sambungan. Mungkin diperlukan traksi untuk

mempertahankan reduksi dan merangsang penyembuhan.

c. Perlu dilakukan imobilisasi jangka-panjang setelah reduksi agar kalus dan

tulang baru dapat terbentuk. Imobilisasi jangka-panjang biasanya dilakukan

dengan gips atau penggunaan belat.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Konsep Diri Anak Dengan Fraktur

2.2 Perkembangan Konsep Diri Pada Usia Remaja

2.2.1 Defenisi

Konsep diri merupakan semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang

membuat seseorang mengetahui siapa dirinya dan mempengaruhi hubungannya

dengan orang lain (Stuart & Sudden, 1998).

Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan

psikologis dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut: masa remaja

awal (umur 11-13 tahun), pertengahan (14-16 tahun) dan lanjut (17-20 tahun)

Setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan kesulitan-kesulitan yang

dibutuhkan suatu keterampilan untuk mengatasinya. Pada masa remaja

dihadapkan kepada mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua

dan membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan kematangan pribadi

(Soetjiningsih, 2004).

Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang

maturasi seksual, perasaan, peran dan nilai baru, harus diintegrasikan ke dalam

diri, pertumbuhan yang cepat, yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain,

adalah faktor penting dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh. Perkembangan

konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan dengan pembentukan identitas

(Erikson, 1963).

Anak remaja dipaksa untuk mengubah gambaran mental mereka,

perubahan fisik dalam ukuran dan penampilan menyebabkan perubahan dalam

persepsi diri dan penggunaan tubuh. Distres yang besar dirasakan tentang

ketidaksempurnaan tubuh yang dicerap. Pengamanan dini mempunyai efek

penting. Anak-anak yang memasuki masa remaja dengan perasaan negatif

menghadapi periode yang sulit ini bahkan lebih menyulitkan lagi. Anak remaja

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Konsep Diri Anak Dengan Fraktur

juga mulai mengumpulkan berbagai peran prilaku sejalan dengan mereka

menetapkan rasa identitas, termasuk siapa mereka, apa makna kehidupan bagi

mereka dan kemana mereka pergi. Anak remaja mungkin terlalu menekankan

penampilan, jika anak remaja tidak merasa menerima diri mereka atau tubuh

mereka, mereka akan mencoba untuk berkompetensi melalui olah raga,

keberhasilan dari hobi atau akademik, komitmen keagamaan, penggunaan obat

atau alkohol atau kelompok teman untuk prestise. Kompensasi mungkin berakibat

cukup negatif atau positif, bergantung pada penerimaan masyarakat dari aktivitas

tertentu tersebut (Potter, 2005).

2.2.2 Komponen Konsep Diri

Terdapat lima komponen konsep diri, yakni gambaran diri/citra tubuh

(body image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri (self role),

dan identitas diri (self identity) (Sunaryo, 2004).

a. Gambaran diri/citra tubuh (body image)

Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya,

baik secara sadar maupun tidak sadar, yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan,

dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah

kumpulan sikap individu, baik yang disadari ataupun tidak, yang ditujukan

terhadap dirinya (Sunaryo, 2004).

Hal-hal penting yang terkait dengan gambaran diri adalah sebagai berikut:

Fokus individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja, bentuk tubuh, TB

dan BB serta tanda-tanda pertumbuhan kelamin sekunder (mamae, menstruasi,

perubahan suara, pertumbuhan bulu), menjadi gambaran diri, cara individu

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Konsep Diri Anak Dengan Fraktur

memandang diri berdampak penting terhadap aspek psikologis, Gambaran yang

realistik terhadap menerima dan menyukai bagian tubuh, akan memberi rasa aman

dalam menghindari kecemasan dan meningkatkan harga diri, individu yang stabil,

realistik, dan konsisiten terhadap gambaran dirinya, dapat mendorong sukses

dalam hidupnya.

b. Ideal diri (self ideal)

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana seharusnya ia

berprilaku sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu.

Ideal diri bisa bersifat realistis, bisa juga tidak. Saat ideal diri seseorang

mendekati persepsinya tentang diri sendiri, orang tersebut cenderung tidak ingin

berubah dalam kondisi saat ini. Sebalikya jika ideal diri tersebut tidak sesuai

dengan persepsinya tentang diri sendiri, orang tersebut akan terpacu untuk

memperbaiki dirinya, Tetapi jika ideal diri terlalu tinggi justru dapat

menyebabkan harga diri rendah (Stuart & Sudden, 1998).

Beberapa hal yang berkaitan dengan ideal diri antara lain: pembentukan

ideal diri pertama kali pada masa anak-anak, masa remaja terbentuk melalui

proses identifikasi terhadap orang tua, guru dan teman, ideal diri dipengaruhi oleh

orang-orang yang dianggap penting dalam memberikan tuntutan dan harapan,

ideal diri mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma keluarga

dan sosial.

Faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu; kecendrungan individu untuk

menetapkan ideal diri pada batas kemampuan, faktor budaya yang mempengaruhi

individu yang menetapkan ideal diri yaitu standar yang terbentuk ini kemudian

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Konsep Diri Anak Dengan Fraktur

akan dibandingkan dengan standar kelompok teman, ambisi dan keinginan untuk

sukses dan melampaui orang lain, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk

menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.

c. Harga diri (self esteem)

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh

dengan menganalisis seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan ideal dirinya

(Stuart & Sudden, 1998). Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar

pada penerimaan diri sendiri tanpa syarat. Walaupun orang tersebut melakukan

kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, ia tetap merasa sebagai seseorang yang

penting dan berharga. Harga diri ini dapat menjadi rendah saat seseorang

kehilangan kasih sayang atau cinta kasih dari orang lain, kehilangan penghargaan

dari orang lain, atau saat ia menjalani hubungan interpersonal yang buruk.

Beberapa cara untuk meningkatkan harga diri seseorang antara lain dengan

memberikan kesempatan untuk berhasil, memberinya gagasan, mendorongnya

untuk beraspirasi serta membantunya membentuk koping.

d. Peran diri (self role)

Peran diri adalah serangkaian harapan tentang bagaimana seseorang

bersikap/ berprilaku sesuai dengan posisinya. Sedangkan penampilan peran

adalah serangkaian pola prilaku yang diharapka oleh lingkungan sosial, yang

terkait dengan fungsi individu di kelompok sosial.dalam hal ini, peran yang

ditetapkan adalah peran yang dijalani individu ketika ia tidak mempunyai pilihan.

Sedangkan peran yang diterima adalah peran yang dipilih sendiri oleh individu.

Konflik peran muncul ketika peran yang dijalani berlawanan atau tidak sesuai

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Konsep Diri Anak Dengan Fraktur

dengan harapan. Sedangkan ketegangan peran muncul saat seseorang merasa,

atau dibuat merasa, tidak adekuat atau tidak sesuai untuk menjalani suatu peran.

Ini biasanya terkait dengan stereotipe peran berdasarkan jenis kelamin. Selain itu

individu juga dapat mengalami ketidakjelasan peran, yakni ketika ia mendapat

peran yang kaburdan tidak sesuai perilaku yang diharapkan. Ketidaksesuaian

peran dapat terjadi ketika individu berada dalam peralihan, dan mengubah nilai

serta sikapnya. Peran berlebih terjadi ketika individu mengalami banyak peran

dalam kehidupannya (Mubarak, 2007).

e. Identitas diri (self identity)

Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari

pengamatan dan penilaian, sebagai sintetis semua aspek konsep diri sebagai suatu

kesatuan yang utuh (Stuart & Sudeen, 1998). Identitas mencakup konsisitensi

seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai keadaan serta menyiratkan

perbedaan atau keunikan dibandingkan dengan orang lain. Pembentukan identitas

sangat diperlukan demi hubungan yang intim karena identitas seseorang

dinyatakan dalam hubungan dengan orang lain (Hidayat, 2006).

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Tingkat perkembangan dan kematangan

Dukungan mental, pertumbuhan, dan perlakuan terhadap anak akan

mempengaruhi konsep diri mereka. Seiring perkembangannya, faktor-faktor yang

mempengaruhi konsep diri individu akan mengalami perubahan. Sebagai contoh,

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Konsep Diri Anak Dengan Fraktur

bayi membutuhkan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih sayang,

sedangkan anak membutuhkan kebebasan untuk belajar dan menggali hal-hal

baru.

b. Keluarga dan budaya

Individu cenderung mengadopsi berbagai nilai yang terkait dengan konsep

diri dari orang-orang terdekat dengan dirinya. Dalm konteks ini, anak-anak

banyak mendapat pengaruh nilai dari budaya dan keluarga tempat ia tinggal.

Selanjutnya perasaan akan diri (sense of life) mereka akan banyak dipengaruhi

oleh teman sebayanya. Sense of self ini akan terganggu saat anak harus

membedakan harapan orang tua, budaya, dan harapan teman sebaya.

c. Faktor eksternal dan intenal

Kekuatan dan perkembangan individu sangat berpengaruh terhadap konsep

diri mereka. Pada dasarnya, individu memiliki dua sumber kekuatan, yakni

sumber ekternal meliputi dukungan masyarakat yang ditunjang dengan kekuatan

ekonomi yang memadai. Sedangkan sumber internal meliputi kepercayaan diri

dan nilai-nilai yang dimiliki.

d. Pengalaman

Ada kecendrungan bahwa konsep diri yang tinggi berasal dari pengalaman

masa lalu yang sukses. Demikian pula sebaliknya, riwayat kegagalan masa lalu

akan membuat konsep diri rendah. Sebagai contoh, individu yang mengalamai

kegagalan cenderung memandang diri mereka sebagai orang yang gagal.

Sedangkan individu yang pernah mengecap kesuksesan akan mengalami konsep

diri yang lebih positif.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Konsep Diri Anak Dengan Fraktur

e. Penyakit

Kondisi sakit juga dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Seorang

remaja yang mengalami fraktur mungkin akan menganggap dirinya kurang

menarik, dan akan mempengaruhi caranya dalam bertindak dan menilai diri

sendiri.

f. Stresor

Stresor dapat memperkuat konsep diri seseorang apabila ia mampu

mangatasinya dengan sukses. Di sisi lain, stresor juga dapat menyebabkan respons

maladaptif, seperti menarik diri, ansietas, bahkan penyalahgunaan zat. Mekanisme

koping yang gagal dapat menyebabkan seseorang merasa cemas, menarik diri,

depresi, mudah tersinggung, rasa bersalah, dan marah, dan hal ini akan

mempengaruhi konsep diri mereka Mubarak (2007).

2.3.4 Rentang Respon Konsep Diri

Respon konsep diri sepanjang rentang sehat sakit berkisar antara status

aktualisasi diri yang paling adaptif dan status keracunan identitas yang lebih

maladaptif serta depersonalisasi. Keracunan identitas merupakan suatu bentuk

kegagalan individudalam mengintegrasikan berbagai proses identifikasi pada

masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.

Depersonalisasi adalah suatu bentuk perasaan tidak realistis dan keterasingan dari

diri sendiri (Mubarak, 2007).

Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif (respon maladaptif)

jika ia meyakini dan memandang dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Konsep Diri Anak Dengan Fraktur

berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan

kehilangan daya tarik terhadap hidup, sehingga mereka akan cenderung bersikap

pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya, serta mudah

menyerah, konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan sosial yang

maladaptif (Calhoun & Acocella 1990).

Sebaliknya, seseorang yang konsep diri positif (respon adaptif) akan

terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap

segala sesuatu termasuk terhadap kegagalan yang dialaminya, mampu menghargai

dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan

di masa yang akan datang. Individu denga konsep diri yang positif dapat berfungsi

lebih efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual

dan penguasaan lingkungan (Calhoun & Acocella, 1990).

RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri rendah Keracunan Depersonalisasi

identitas

Gambar 2.1 Rentang respon konsep-diri

Universitas Sumatera Utara