konsep dasar penyakit menular.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perhatian terhadap penyakit menular dan tidak menular makin hari semakin
meningkat, karena semakin meningkat nya frekuensi kejadiannya pada
masyarakat. Pada negara-negara sedang berkembang masih sering ditemukan
dimana kondisi beberapa jenis penyakit menular belum dapat diatasi secara
maksimal. Tetapi Umumnya pada negara-negara maju dan menguasai ilmu dan
tekonologi modern, masalah penyakit menular sudah tidak menjadi masalah
kesehatan masyarakat lagi akan tetapi muncul penyakit-penyakit lain yang justru
ditengarai sebagai akibat kemajuan ilmu dan teknologi itu sendiri seperti
kelompok penyakit yang tidak menular seperti penyakit kanker, penyakit-penyakit
yang terkait dengan saluran pembuluh darah, jantung koroner dan sebagainya.
Selain itu, di era modern dan perkembangan teknologi seperti sekarang ini
memicu jangkauan epidemiolgi semakin meluas. Keadaan ini terjadi karena
transisi pola penyakit yang terjadi pada masyarakat, pergeseran pola hidup,
peningkatan sosial, ekonomi masyarakat dan semakin luasnya jangkauan
masyarakat.
1.2 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan review ini adalah agar kami mengerti mengenai
konsep dasar penyakit menular dan penyakit tidak menular (PTM). Karena
dengan kami mengerti tentang penyakit menulat dan penyakit tidak menular
(PTM) kami bisa mengetahui apa yang bisa kita lakukan sebagai Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM) dalam mencegah penyakit itu sendiri.
A. PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI UNTUK PENYAKIT MENULAR
1. Epidemiologic Triangle
Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling
mempengaruhi. Faktor tersebut yaitu parasit beserta vektor penyebab penyakit
(parasite), pejamu (host) dan lingkungan (environment). Ketiga faktor penting ini
disebut dengan segitiga epidemiologi (epidemiological triangle). Hubungan ketiga
faktor tersebut digambarkan secara sederhana sebagai timbangan, yaitu parasit
penyebab penyakit pada satu sisi dan pejamu pada sisi lain dengan lingkungan
sebagai penumpunya.
Segitiga epidemiologi yang sering dikenal dengan istilah trias
epidemiologi merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran tentang
hubungan antara 3 faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan
masalah kesehatan lainnya yaitu Host, Agent dan Lingkungan.
Penjelasan :
1.Keadaan sehat, keadaan seimbang antara host, agen, dan environment
2. Keadaan sakit, adanya peningkatan agen infeksius
3. Keadaan sakit, adanya peningkatan pada populasi.
4. Keadaan sakit, adanya perubahan lingkungan yang mempermudah atau
menguntungkan penyebaran agen.
5. Keadaan sakit, terjadinya perubahan lingkungan yang merugikan atau
menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh
2. Web causation / jala-jala kausasi
Teori jaring-jaring sebab akibat ini ditemukan oleh Mac Mohan dan Pugh
(1970). Teori ini sering disebut juga sebagai konsep multi factorial. Dimana teori
ini menekankan bahwa suatu penyakit terjadi dari hasil interaksi berbagai factor.
Misalnya factor interaksi lingkungan yang berupa factor biologis, kimiawi dan
social memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit.
Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan mengubah
keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya
penyakit yang bersangkutan. Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung
pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian
proses sebab dan akibat. Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat
dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai titik.
3. The Wheel of Causation (Teori Roda)
Model ini menggambarkan hubungan manusia dan lingkungannya sebagai
roda. Roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi genetik pada bagian
intinya dan komponen lingkungan biologi, sosial, fisik mengelilingi pejamu.
Seperti halnya dengan model jaring-jaring sebab akibat, model roda
memerlukan identifikasi dari berbagai faktor yang berperan dalam timbulnya
penyakit dengan tidak begitu menekankan pentingnya agen. Di sini dipentingkan
hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari
masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang bersangkutan.
Teori ini merupakan pendekatan lain untuk menjelaskan hubungan antara
manusia dan lingkungan. Roda terdiri daripada satu pusat (pejamu atau manusia)
yang memiliki susunan genetik sebagai intinya. Disekitar pejamu terdapat
lingkungan yang dibagi secara skematis ke dalam 3 sektor yaitu lingkungan
biologi, sosial dan fisik.
Besarnya komponen-kompenen dari roda tergantung kepada masalah
penyakit tertentu yang menjadi perhatian kita. Untuk penyakit-peyakit bawaan
(herediter) inti genetik relatif lebih besar. Untuk kondisi tertentu seperti campak,
inti genetik relatif kurang penting oleh karena keadaan kekebalan dan sektor
biologi lingkungan yang paling berperanan. Pada model roda, mendorong
pemisahan perincian faktor pejamu dan lingkungan, yaitu suatu perbedaan yang
berguna untuk analisa epidemiologi.
4. Gordon Model
Gordon berpendapat bahwa:
a. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan
manusia (host)
b. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik
agent dan host (baik individu/kelompok)
c. Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi
tersebut akan berhubungan langsung pada keadaan alami dari lingkungan
(lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis).
Model gordon ini menggambarkan terjadinya penyakit pada masyarakat, ia
menggambarkan terjadinya penyakit sebagai adanya sebatang pengungkit yang
mempunyai titik tumpu di tengah-tengahnya, yakni Lingkungan (Environment).
Pada kedua ujung batang tadi terdapat pemberat, yakni Agen (Agent) dan Pejamu
(Host). Dalam model ini dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan
dalam interaksi ini, sehingga terjadi keadaan sehat ataupun sakit. Interaksi di
antara tiga elemen tadi terlaksana karena adanya faktor penentu pada setiap
elemen. Model ini mengatakan bahwa apabila pengungkit tadi berada dalam
keseimbangan, maka dikatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan sehat.
Sebaliknya, apabila resultan daripada interaksi ketiga unsur tadi menghasilkan
keadaan tidak seimbang, maka didapat keadaan yang tidak tidak sehat atau sakit.
Model gordon ini selain memberikan gambaran yang umum tentang penyakit
yang ada di masyarakat, dapat pula digunakan untuk melakukan analisis, dan
mencari solusi terhadap permasalahan yang ada.
B. PERMASALAHAN DALAM PENYELIDIKAN PENYEBAB
(SURVEILLANS) SUATU PENYAKIT MENULAR
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat prioritas masalah dalam
kegiatan penyelidikan suatu penyakit menular:
a. Frekuensi kejadian (insidens, prevalens dan mortalitas)
b. Kegawatan/ Severity (CFR, hospitalization rate, angka kecacatan)
c. Biaya (biaya langsung dan tidak langsung)
d. Dapat dicegah (preventability)
e. Informasi mengenai penyakit dapat dikomunikasikan (communicability)
f. Public interest.
Hambatan yang terjadi dalam surveillans epidemiologi. Ada beberapa
hambatan surveillans epidemiologi, dintaranya:
1. Kerjasama lintas sektoral.
Surveillans epidemiologi harus bekerjasama dengan berbagai sektor yang
berkaitan dengan kesehatan, kerjasama tersebut membutuhkan partisipasi yang
penuh untuk tecapainya pemecahan masalah kesehatan, kadang kala sektor yang
lain mempunyai pertisipasi yang rendah dalam kerjasama lintas sektoral tersebut.
2. Partisipasi masyarkat rendah
Surveillens epidemiologi yang memang menangani masalah kesehatan
masyrakat seharusnya benar-benar menggali informasi dari. Sering dijumpai
partsipasi masyarakat dalam pengambilan informasi dari petugas
kesehatancenderung menutup - nutupi.
3. Sumber daya
Hambatan yang paling menonjol dari hasil penelitian ini adalah sumber daya
manusia. Hambatan yang berhasil di identifikasi berdasarkan persepsi renponden
adlah sebagai berikut:
i. Jumlah tenaga yang kurang untuk mengcover kegiatan PE
ii. Banyaknya tugas rangkap iii.
iii. Sarana Komputer, biasanya komputer bergantian untuk menyelesaikan
tugas lain.
4. Ilmu pengetahuan dan teknologi
Surveillans epidemiologi membutuhkan teknologi teknologi untuk
mempercepat deteksi din, analisis penanggulangan dan penanggulangan masalah
kesehaatan, kondisi di lapangan seringkali tenologi di laboratorium lambat
sehingga mengganggu tahap deteksi dini dan penanganan kasus akan terlambat.
5. Kebijakan
Seringkali kebijakan dari pemerintah dirasa masih menghambat dalam
pelaksanaan surveilans.
6. Dana
Kegiatan surveilans ini tidak membutuhkan dana yang sedikit juga. Sering kali
permasalahan dana menjadi penghambat dalam melakukan surveilans.
7. Jarak dan Transportasi
Lokasi yang jauh dari perkotaan dan minimnya transportasi membuat kegiatan
surveilans terhambat. Sering kali jarak membuat kegiatan surveilans berlangsung
berhari-hari karena transportasi yang minim dan jarak yang jauh. Kondisi jalan
juga mempengaruhi.
C. PENGERTIAN AGENT PENYAKIT
Agen atau faktor penyebab adalah suatu unsur, organisme hidup atau
kuman infeksi yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau masalah
kesehatan lainnya.
D. KLASIFIKASI AGENT PENYAKIT
Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelompok :
1. Agen biologis, antara lain virus, bakteri, protozoa, jamur dan , parasit.
2. Agen kimiawi, dari luar tubuh (zat racun, obat, senyawa kimia) dan dari
dalam tubuh (ureum, kolesterol).
3. Agen Fisika, panas (luka bakar), radiasi, dingin, kelembaban,
tekanan,cahaya, dan kebisingan.
4. Agen Mekanis, gesekan, benturan, irisan, tikaman, pukulan yang
menimbulkan kerusakan jaringan pada tubuh.
5. Agen Nutrisi, kekurangan atau kelebihan nutrisi seperti : Protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, dan air.
E. KARAKTERISTIK AGENT BIOLOGI
1. Infektivitas: Kemampuan dari organisme untuk beradaptasi sendiri
terhadap lingkungan dari pejamu untuk mampu tinggal dan berkembang
biak dalam jaringan pejamu.
2. Invasitas: Kemampuan organisme bibit penyakit untuk melakukan
penetrasi dan menyebar setelah memasuki jaringan.
3. Patogenesitas: Kemampuan penyakit atau organisme untuk menimbulkan
suatu reaksi klinik khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada
pejamu yang diserang.
4. Toksisitas: Kemampuan bibit penyakit untuk memproduksi reaksi kimia
yang toksis dari substansi kimia yang dibuatnya.
5. Virulensi: Ukuran derajat kerusakan yang ditimbulkan oleh bibit penyakit.
6. Antigenisitas: Kemampuan organisme bibit penyakit untuk merangsang
reaksi imunologis dari pejamu.
DAFTAR PUSTAKA
Timmreck, Thomas C. 2001. Epidemiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Azwar, Azrul. 1988. Pengantar Epidemiologi Edisi Pertama. Jakarta : Bina
Putra Aksara
Mausner, Judith S dan Shira Kranmer. 1985. Epidemiology An Introductory
Text. Pennyslvania : WB Saunders Company
Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kasjono, Heru Subraris dan Heldhi B. Kristiawan. 2009. Intisari
Epidemiologi. Yogyakarta : Mitra Cendekia