konsep dasar penyakit diare

Upload: jaka-kelana

Post on 18-Jul-2015

145 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

KONSEP DASAR PENYAKIT DIARE BY : Ahmad Nasrudin Diare terjadi seluruh dunia dan menyebabkan 4% dari semua kematian. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi saluran pencernaan yang membunuh sekitar 2,2 juta orang di dunia setiap tahun, kebanyakan anak-anak di negara berkembang. Diare adalah pembunuh utama kedua anak di bawah usia lima tahun, terhitung sekitar 15% dari balita kematian anak di seluruh dunia, atau hampir dua juta kematian setiap tahunnya. (WHO 2003) Angka kematian balita global dari diare akut mengalami penurunan 4.500.000-1.800.000 per tahun, namun diare akut terus mengambil pengaruh besar pada kesehatan anak-anak di negara berkembang (WHO 2006). Diare memberikan beban yang signifikan pada sistem kesehatan, rumah tangga, dan status gizi anak. (Bateman dan McGahey 2001) Meskipun sarana untuk mencegah diare melalui pasokan air, sanitasi, dan kebersihan telah didokumentasikan dengan baik, setiap tahun sekitar satu dan satu setengah milyar kasus diare akut terjadi di antara anak di bawah usia lima tahun.

1.1 Definisi Diare Menurut WHO (1980) Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali dalam periode 24 jam. Diare dikatakan sebagai keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak tiga kali atau lebih dalam dua jam pertama, dengan temperatur rectal diatas 38 derajat Celsius (Soegianto, 2002:73). Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari 3 kali (Bagian IKA FKUI, 2005:283). Diare merupakan gangguan pencernaan yang sering dialami oleh semua orang terutama bayi dan anak-anak. Diare dapat mengancam jiwa bayi dan anak, karena bayi dan anak-anak lebih rentan mengalami dehidrasi orang dewasa. Hingga kini penyakit diare masih merupakan salah satu penyakit utama bagi bayi dan anak (Pikiran Rakyat, Kamis, 12 Oktober 2006).

1.2 jenis Diare

Diare terbagi menjadi 3 berdasarkan mula dan lamanya. Ketiga jenis diare adalah: diare akut, diare persisten, dan disentri. 1. Diare Akut

Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat,dalam beberapa jam sampai 7-14 hari. Diare akut menyebabkan dehidrasi dan berkontribusi terhadap kekurangan gizi. Kematian anak dengan diare akut biasanya disebabkan oleh dehidrasi. 2.Diare Persisten Diare ini berlangsung selama 14 hari atau lebih. Sampai dengan 20% dari episode diare menjadi persisten. Diare persisten sering menyebabkan masalah gizi, menciptakan resiko malnutrisi dan serius usus non-infeksi. Dehidrasi juga terjadi 3. Disentri Disentri adalah diare yang disertai dengan darah pada feses - dengan atau tanpa lendir. Disentri sangat berbahaya karena kemampuannya untuk menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan yang cepat, dan kerusakan pada mukosa usus. Bahaya lain adalah sepsis. Etiologi Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya diare,yakni: Infeksi saluran pencernaan yang merupakan faktor utama terjadinya diare,hal yang disebabkan oleh:

Infeksi Bakteri Vibrio, E-coli, Salmonella, Stigella, Compylobacter, Fersinia, Aeromonas, dan sebagainya. Infeksi Virus: Enterovirus (Cirus echo, Coxsackie, Poliomyelitis), Adeno Virus, Rotavirus dan lainlain. Infeksi Parasit Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa centamoeba, Hystolytica, Glardia lamblia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans). Infeksi Parenteral Yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti Otitis Media Akut (OMA) Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak di bawah 2 tahun.

Malabsorbsi

Malabsorbsi Karbohidrat Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa. Malabsorbsi Lemak Malabsorbsi ProteinFaktor Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas walaupun jarang, dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar (Ngastiyah, 2005:224).

Faktor resiko terjadinya diare 1. Umur Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan. 2. Jenis Kelamin Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi. 3. Musim Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan. 4. Status Gizi Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi. 5. Lingkungan Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun. 6. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga memudahkan seseorang untuk terkena diare. Fatofisiologi Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:

Gangguan osmotik Terjadi akibat asupan sejumlah makanan yang sukar diserap bahkan dalam keadaan normal atau pada malabsorbsi. Termasuk dalam kelompok pertama adalah sorbitol(ada dalam obat bebas gula dan permen serte buah-buahan tertentu), fruktosa (jeruk, lemon, berbagai buah, madu), garam magnesium(antasida, laktasif) serta anion yang sukar diserap seperti sulfat, fosfat atau sitrat. Zat yang tidak diserap bersifat aktif secara osmotic pada usus halus sehingga menarik air ke dalam lumen.

Dan hal ini tergambarkan dalam beberapa percobaan. Misalnya, asupan zat yang tidak diserap sebesar 150mmol dalam 250 mL air akan memulai sekresi air secara osmitik di duodenum sehingga volumenya meningkat hingga 750 mL. Pada malabsorbsi karbohidrat, penurunan absorbsi Na di usus halus bagian atas menyebabkan penyerapan air menjadi berkurang . Aktivitas osmotic dari karbohidrat yang tidak diserap juga menyebabkan sekresi air.Akan tetapi, bakteri di dalam usus besar dapat memetabolisme karbohidrat yang tidak diserap

hingga sekitar 80 g/hari menjadi asam organic yang berguna untuk menghasilkan energi, yang bersama-sama dengan air akan diserap di dalam kolon. Hanya gas yang dihasilkan dalam jumlah besar yang akan memberikan bukti terjadinya malabsorbsi karbohidrat. Namun, jika jumlah yang tidak diserap >80 g/hari atau bakteri usus dihancurkan oleh antibiotic , akan terjadi diare.

Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Dalam pemahaman yang lebih sempit terjadi jika sekresi Cl di mukosa usus halus diaktifkan. Di dalam sel mukosa , Cl secara sekunder aktif diperkaya oleh pembawa simport Na-K2Cl basolateral dan disekeresi melalui kanal Cl di dalam lumen. Kanal ini akan lebih sering membuka ketika konsentrasi cAMP intrasel meningkat. cAMP dibentuk dalam jumlah yang lebih besar jika terdapat misal laktasif dan toksin bakteri tertentu (kolera). Toksin kolera menyebabkan diare massif (hingga 1000mL/jan)yang dapat secara cepat mengancam nyawa akibat kehilangan air, K dan HCO3. Pembentukan VIP (vasoactive intestinal peptide) yang berlebihan oleh sel tumor pulau pancreas juga menyebabkan tingginya kadar cAMP di mukosa usus sehingga mengakibatkan diare yang berlebihan dan mengancam nyawa yang biasa disebut dengan kolera pankreatik.Terdapat beberapa alasan mengapa diare terjadi setelah reaksi ileum dan sebagian kolon. Garam empedu,yang normalnya diabsorbsi di ileum, akan mempercepat aliran yang melalui kolon(absorbsi air menurun). Selain itu, garam empedu yang tidak diserap akan dehidroksilasi oleh bakteri dikolon. Metabolit garam empedu yang terbentuk akan merangsang sekresi NaCl dan H2O dikolon. Akhirnya, juga terjadi kekurangan absorbsi aktif Na pada segmen usus yang direseksi.

Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Patogenesis diare akut yaitu masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah melewati rintangan asam lambung. Jasad renik itu berkembang biak di dalam usus halus. Kemudian jasad renik mengeluarkan toksin. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Patogenesis diare kronik lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain. Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri terbagi dua, yaitu:

Bakteri noninvasif (enterotoksigenik) Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak merusak mukosa. Bakteri yang termasuk golongan ini adalah V.cholerae, enterotoksigenik E.Coli (ETEC), C.Perfringers, S.Aureus dan Vibrio-nonaglutinabel.

Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan meninggalkan dubur secara deras dan banyak. Bakteri enteroinvasif Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat sekretorik eksudatif. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah enteroinvasive E.Coli (ETEC)S.Paratyphi B, S.Typhimorium, S.Enteriditis, S.Choleraeus, Shigella, YErsinia, dan C.Perfringens tipe C.

Sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi kehilangan air dan elektronik (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemi, dan sebagainya), gangguan gizi akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia, gangguan sirkulasi darah. Manifestasi klinis Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang, perut, demam dan diare. Kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan kimiawi seperti asidosis metabolic akan menyebabkan frekuensi pernafasan menjadi lebih cepat, tekanan darah menurun, pasien gelisah, muka pucat, ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah tepi lengkap Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan berat jenis plasma. Pemeriksaan urine lengkap. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik. Pemeriksaan sediaan darah malaria.

Penatalaksanaan 1. Simtomatis

Rehidrasi Antispasmodik, antikolinergik (antagonis stimulus kolinergik pada resptor muskarinik ) Obat anti diare - Obat antimotilitas dan sekresi usus - Ooklreatid (sandostatin) - Obat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorpsi zat toksik. Antiemetik (metoklopramid, proklorprazin, domperidon ) Vitamin Dan Mineral Obat Ekstrak Enzim Pancreas Alumunium Hidroksida Fenotiazin dan asam nikotinat.

2. Kausal Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun noninfeksi. Pada diare kronik dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.

Pencegahan Diare dapat dicegah dengan melakukan upaya multisektoral yakni:

meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang aman mempromosikan pendidikan kebersihan eksklusif menyusui menyapih praktek baik mengimunisasi semua anak, terutama terhadap campak menggunakan kakus menjaga makanan dan air bersih mencuci tangan dengan sabun (bayi itu juga) sebelum menyentuh makanan dan dengan pembuangan sanitasi tinja.

Kesimpulan Diare merupakan gangguan pencernaan yang sering dialami oleh semua orang terutama bayi dan anak-anak. Diare dapat mengancam jiwa bayi dan anak, karena bayi dan anak-anak lebih rentan mengalami dehidrasi orang dewasa. Hingga kini penyakit diare masih merupakan salah satu penyakit utama bagi bayi dan anak.

Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk,rotavirus), tangan yang terkontaminasi (clostridium difficile),atau melalui aktifitas seksual. Penatalaksanaan pada penyakit diare difokuskan pada penggantian cairan yang keluar atau rehidrasi. Pemberian edukasi yang jelas sangat penting sebagai langkah pencegahan. Higiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi melalui vaksinasi.

Daftar pustaka Mansjoer,Arif,Dkk, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1,Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ,Jakarta 1999 http://www.abufarrel.com/konsep-dasar-penyakit-diare.html