konsep dan model komunikasi massa
TRANSCRIPT
KONSEP DAN MODEL KOMUNIKASI MASSA
Bab ini menaruh perhatian pada menjelaskan konsep dasar dari studi
komunikasi massa dan menjelaskan sumber asal dari proses hubungan
antara media massa dan masyarakat yang telah berkembang lebih dari abad
sebelumnya. 3 kumpulan ide adalah sangat khusus dan penting dari
pemikiran dahulu,:
1. Persoalan mengenai Kekuatan dari arti baru dari Komunikasi.
2. Persoalan mengenai Integrasi dan disintegrasi sosial yang mungkin
terjadi.
3. Persoalan mengenai Pencerahan Publik, yang mana mungkin menjadi
berkembang atau di kurangi.
PANDANGAN SEBELUMNYA TENTANG MEDIA DAN MASYARAKAT
Kekuatan Media Massa
Berkaitan dengan Kekuatan dari Media massa, keyakinan tentang ini pada
awalnya adalah berdasarkan capaian besar dan pengaruh kemunculan
mereka, khususnya pada hubungan terhadap pers surat kabar yang popular.
Pers yang populer sebagian besar di danai oleh iklan-iklan komersial, yang
isinya menggambarkan cerita-cerita dan berita-berita sensasional, dan
kontrolnya biasanya hanya terkonsentrasi di tangan penguasa pers yang
sangat berkuasa.
Penggunaan berita dan media hiburan oleh Tentara Sekutu pada perang
dunia kedua menghilangkan keraguan tentang nilai propaganda mereka.
Sebelumnya telah ada pegangan dan dasar yang benar-benar kuat tentang
pandangan bahwa publikasi massa sangat efektif dalam menajamkan opini
dan mempengaruhi perilaku. Publikasi massa juga dapat berpengaruh pada
hubungan internasional dan persekutuan negara-negara.
Integrasi sosial dan Komunikasi
Teori sosial tentang waktu, menempatkan kebutuhan atas bentuk baru dari
integrasi pada permukaan masalah yang disebabkan oleh industrialisasi dan
urbanisasi. Kejahatan, prostitusi, kemiskinan dan penindasan/penjajahan,
dihubungkan dengan meningkatnya keadaan tanpa bentuk,
pengasingan/keterpencilan, dan ketidakpastian kehidupan modern.
Media massa adalah kekuatan potensial untuk kepaduan/keseragaman sosial
yang baru, mampu menghubungkan individu yang tersebar dalam bangsa-
bangsa, kota dan pengalaman setempat/budaya-budaya lokal.
Komunikasi Massa sebagai Pendidik Massa
Semangat pada awal abad 20 mendukung 3 ide tentang komunikasi massa,
yaitu bahwa media
1. Dapat menjadi potensi kekuatan untuk Pencerahan Publik
2. Menambahkan dan meneruskan institusi baru dari pendidikan
universal/bersama
3. Perpustakaan publik dan pendidikan populer.
Lebih banyak ketakutan daripada harapan sekarang ini lebih disuarakan
tentang pencerahan dari peran media massa utama, ketika mereka makin
kuat dalam mencari keuntungan dalam tingkat kompetisi pasar yang tinggi,
dimana hiburan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dibandingkan
pendidikan dan seni.
Media Sebagai Masalah dan Kambing Hitam
Ada beberapa kejadian yang berturut-turut tentang kepanikan moral
berkaitan dengan media, ketika muncul masalah-masalah sosial yang sulit di
pecahkan dan sulit dipahami. Menjadi paradoks atau tidak, sudah menjadi
biasa bahwa media sendirilah yang telah memperjelas banyak dari
pandangan kekhawatiran ini. Mungkin karena hal-hal tersebut menegaskan
kekuatan media, tapi lebih mungkin karena hal-hal tersebut sudah menjadi
kepercayaan yang populer dan membantu dalam menjual dan memasarkan
surat kabar.
KONSEP MASSA
Pada awalnya penggunaan istilah ini biasanya membawa pemahaman yang
negative. Istilah ini dihubungkan dengan banyak orang atau orang-orang
biasa, biasanya di lihat sebagai tidak terdidik, bebal dan sangat tidak logis,
tidak mau diatur dan malah cenderung ke arah kekerasan (seperti ketika
massa berubah menjadi gerombolan perusuh) (Bramson, 1961). Tapi istilah
ini bisa juga digunakan untuk pengertian yang positif, khususnya dalam
tradisi masyarakat sosialis, dimana istilah mengkonotasikan kekuatan dan
solidaritas dari orang-orang pekerja biasa pada saat diorganisasikan untuk
tujuan bersama atau ketika sedang dalam keadaan mengalami penindasan.
Raymond Williams (1961:289) memberikan komentar tentang ini: Tidak ada
yang namanya Massa, hanya beberapa cara dalam melihat orang-orang
sebagai massa.
Konsep Massa dapat diringkas seperti dibawah ini:
1. Kumpulan yang besar
2. Tidak ada perbedaan
3. Terutama sangat bercitra negatif
4. Ketiadaan aturan organisasi
5. Refleksi dari masyarakat kebanyakan
PROSES KOMUNIKASI MASSA
Ciri/keistimewaan yang paling jelas dan nyata dari media massa adalah
mereka di disain untuk menjangkau “yang banyak” (umum). Hubungan
dalam hal ini tidak terelakkan adalah satu arah, satu sisi, tidak mengenai
orang tertentu (umum) dandan ada jarak sosial, sama seperti jarak fisik
antara pengirim dengan penerima informasi. Hubungan ini tidak hanya
asimetris, namun juga memiliki tujuan yang kalkulatif dan manipulatif .
Pesan media sebagian besar adalah hasil kerja bertujuan mendapatkan
keuntungan untuk pasar media dan nilai guna untuk penerimanya,
konsumen media. Pesan media ini pada dasarnya adalah sebuah komoditas
dan yang berbeda dalam isi simbolis atas hubungan komunikasi manusia
yang memiliki perbedaan tipe pula.
Satu definisi awal (Janowitz, 1968) tentang Komunikasi massa dibaca
sebagai berikut: Komunikasi Massa terdiri dari kebiasaan dan cara-cara yang
dilakukan oleh orang-orang yang mengkhususkan diri menggunakan
perlengkapan/peralatan teknologi (mesin cetak, radio, film, etc) untuk
menyebarkan isi simbolis kepada khalayak yang luas, heterogen dan
tersebar luas.
Proses komunikasi massa dapat diringkas sebagai berikut:
1. Distribusi dan penerimaan Informasi dalam skala luas
2. Arus informasi satu arah
3. Hubungan yang asimetris
4. Tidak mengenai seseorang (umum) dan tidak diketahui subyek
manusianya
5. Dapat dihitung atau hubungan pasar
6. Isi yang di standarisasikan
MASSA SEBAGAI AUDIENS
Massa sebagai audiens memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Jumlah yang sangat besar
2. Tersebar luas
3. Tidak berinteraksi satu sama lain dan tidak saling mengenal
4. Heterogen/beraneka ragam
5. Tidak terorganisasi atau bergerak sendiri-sendiri
6. Obyek dari pengelolaan dan manipulasi
INSTITUSI MEDIA MASSA
Ciri-ciri dari institusi media adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan utamanya adalah memproduksi dan mendistribusikan isi simbolis
informasi.
2. Media beroperasi pada wilayah public dan mereka diberikan aturan
sedemikian rupa.
3. Partisipasi/keikutsertaan sebagai pengirim atau penerima informasi
adalah sukarela, tanpa paksaan.
4. Organisasinya professional dan memiliki bentuk birokratik.
5. Media adalah kedua-duanya, bebas dan tanpa kekuatan
BUDAYA MASSA DAN BUDAYA POPULER
Konten berita khas yang disalurkan melalui jaringan yang baru diciptakan
terhadap formasi sosial yang baru (massa audiens) adalah pada awalnya
merupakan bermacam-macam campuran cerita, gambar-gambar atau
image, informasi, ide-ide, hiburan dan tontonan. Walaupun begitu, konsep
pertama dari ‘Kultur massa’ umumnya digunakan untuk menunjukkan hal-
hal tersebut (Lihat Rosenberg and White,1957). Kultur Massa, memiliki
referensi yang luas tentang selera, preferensi/pilihan, sikap/tingkah laku dan
gaya/mode dari kumpulan orang banyak (atau mayoritas). Tapi Kultur Massa
juga memiliki konotasi merendahkan secara umum, utamanya dikarenakan
oleh perkumpulan-perkumpulannya dengan yang pilihan kulturalnya
diasumsikan ‘tidak terdidik’, tanpa diskriminasi atau hanya audiens kelas
rendahan.
SUATU TAMPILAN MASYARAKAT YANG BAIK
“Paradigma dominan” (atau makna struktur yang dominan)
mengkombinasikan gambaran kekuatan media massa dalam suatu komutas
massa dengan tipikal praktek ilmu social melalui penelitian, khususnya
survey social, percobaan terhadap psikologi social dan anailisis statistic.
Paradigma itu terkait baik dengan hasil dari serta arahan terhadap
penelitian komunikasi. Hal ini merupakan perkiraan awal dari suatu jenis
masyarakat tertentu yang baik secara fungsional dan normal serta akan
menjadi demokratis (pemilihan, perwakilan, dan bersandar pada asa
universal), liberal (sekuler, keadaan pasar bebas, individualistis, kebebasan
berbicara), pluralistic (persaingan yang terlembaga antara partai dan
kepentingan) dan ketertiban (kedamaian, integrasi social, keterbukaan,
legitimasi).
KEMURNIAN DALAM ILMU DAN FUNGSIONALISASI INFORMASI
Unsur teoritis dari pradigma yang dominan tidak mencampuri kasus
dalam media massa tetapi mengambil alih secara luas dari sosiologi,
psikologi social dan pendapat yang dapat digunakan dalam ilmu informasi.
Hal ini terjadi terutama pada dekade pasca Perang Dunia kedua ketika
adanya keseragaman yang luas dan tidak mengandung tantangan baik
dalam hal ilmu social maupun mass media (Tunstall, 1977). Model komunitas
yang digambarkan diatas terjadi juga pada pertengahan abad pada saat
nama Amerika Serikat berada dalam kondisi ideal.
Ciri-ciri dari Kultur Massa:
1. Tidak tradisional
2. Bukan kalangan elit
3. Hasil dari orang banyak (massa)
4. Populer
5. Komersil
6. Dibuat Homogen
Pandangan Lain tentang Kultur Massa
Perkembangan dari kultur massa semakin terbuka untuk menghasilkan lebih
dari satu interpretasi. Bauman (1972) mengangkat isu bahwa komunikasi
massa yang disebabkan oleh kultur massa, beragumentasi bahwa
komunikasi massa dan kultur massa lebih dari sekedar alat untuk
membentuk sesuatu yang telah terjadi disetiap kasus sebagai hasil dari
peningkatan kultural homogen dari kumpulan masyarakat secara nasional.
Dapat kita ingat bahwa budaya populer telah mengalami revisi nilai secara
luas oleh teori-teori sosial dan budaya serta pemutarbalikan masalah yang
sangat besar. Hal ini tidak lagi dipandang sebagai ketidakorisinalitasan,
kreatifitas atau manfaat dan sering dirayakan karena arti dan maksudnya,
signifikansi kebudayaan dan nilai-nilai expresif.
Penilaian/Pengukuran Ulang Konsep Massa
Yang mungkin menjadi jelas saat ini adalah bahwa Media Massa banyak
berperan dalam memberikan solusi dalam permasalahan tersebut.
Dimanapun kita berada, siapapun kita, Media Massa menawarkan jalan
keluar menghadapi kelompok masyarakat skala besar, membentuk kita
menjadi kepekaan akan bahaya, serta memediasi hubungan kita dengan
tekanan-tekanan pihak yang lebih berkuasa.
KEBANGKITAN PARADIGMA DOMINAN UNTUK TEORI DAN PENELITIAN
Media dan masyarakat dan subkonsep dari ‘Massa, yang telah dideskripsikan
membantu membentuk model riset paradigma Komunikasi Massa yang
dijelaskan sebagai ‘dominan’. Paradigma Dominan merupakan kombinasi
dari gambaran kekuatan media massa dalam masyarakatnya dengan ciri
cirri dasar berasal dari penelitian ilmu sosial, survey sosial, eksperimen
psikologi sosial, dan analisa statistikal.
Riset komunikasi pada masa sebelumnya, sangat dipengaruhi oleh
ide/gagasan bahwa liberal, pluralis dan masyarakat yang adil telah terancam
oleh pemikiran/sistem alternatif, yaitu bentuk totalitarian (komunisme),
dimana media massa didistorsi menjadi alat untuk menekan demokrasi.
Dapat disimpulkan bahwa Paradigma Dominan dalam penelitian komunikasi
adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat ideal Liberal-Pluralis
2. Pandangan Fungsionalis
3. Penyebaran linear model pengaruh
4. Media yang kuat dimodifikasi oleh hubungan kelompok
5. Media dilihat sebagai masalah sosial
6. Metode behavioris dan individualis
Sebuah Alternatif, Kritik Paradigma
Paradigma alternative dapat disimpulkan menjadi beberapa bentuk, yaitu:
1. Pandangan kritis masyarakat dan penolakan nilai netralitas
2. Penolakan atas model transmisi dari komunikasi
3. Ketidakpastian pandangan terhadap teknologi media dan berita/pesan
4. Penggunaan atas sebuah interpretasi dan pandangan konstruksionis
5. Metodologi kualitatif
6. Preferensi cultural atau teori-teori ekonomi politik
7. Kesadaran luas dengan ketidaksamaan dan sumber-sumber pemikiran
oposisi dalam masyarakat
Perbandingan Paradigma
Dua versi Utama paradigma dalam bab ini adalah Alternatif dan Dominan
Paradigma yang masing-masing membawa dua unsur yang berbeda, yaitu
Paradigma Alternatif membawa unsur Kritis dan Paradigma Dominan
membawa unsur Interpretatif atau kualitatif.
Perbandingannya menurut 2 orang tokoh adalah sbb:
a. Rosengen (1983):
1. Membedakan Pendekatan objektifitas dengan pendekatan Subjektifitas
2. Mempertentangkan antara Perubahan Radikal dengan Regulasi
b. Potter (1993) yang di sepakati oleh Fink & Ganz (1996):
1. Bagian ilmu sosial yang interpretative dan analisis kritis.
EMPAT MODEL KOMUNIKASI
Definisi asli dari komunikasi massa sebagai sebuah proses tergantung pada
sisi objektif dari produksi massal, reproduksi dan distribusi yang terbagi-bagi
pada beberapa media yang berbeda. Dapat dibedakan empat model proses
komunikasi publik, diluar pertanyaan tentang bagaimana ‘media baru’
seharusnya di konsepsikan, yaitu :
1. Model Transmisi
Hasil penelitian Westley & MacLean adalah bahwa Komunikasi melibatkan
interpolasi/Pengalihan pola pikir dari ‘Peran Komunikator’ yang baru antara
masyarakat dan penerima pesan (audiens). Ada 3 fitur penting dari model
komplit komunikasi massa yang digambarkan oleh Westley & MacLean yaitu:
1. Menekankan pada peran memilih dari komunikator massa.
2. Bahwa pemilihan didasarkan pada penilaian atas apa yang disenangi oleh
pemirsa.
3. Komunikasi tidak memiliki tujuan khusus, diluar tujuan akhirnya.
Menurut model ini, komunikasi massa adalah proses pengaturan sendiri yang
diarahkan oleh kepentingan dan permintaan pemirsa yang hanya dapat
diketahui oleh pemilihan dan respons dari pemirsa tersebut atas apa yang
ditawarkan oleh media.
2. Model Ritual atau Ekspresif
Disebut ritual, karena, menurut Carey, komunikasi terkait dengan keinginan
berbagi, partisipasi, asosiasi, persahabatn dan keyakinan umum. Pandangan
ritual tidak diarahkan kepada perluasan pesan dalam ruang, tapi
pemeliharaan masyarakat dalam waktu. Bukan perbuatan penanaman
informasi namun gambaran dalam berbagi keyakinan.
Disebut model komunikasi ekspresif karena penekanannya adalah juga
kepada kepuasan hakiki/intrinsik dari pengirim atau penerima pesan. Pesan
dalam komunikasi ritual biasanya laten dan ambigus, tergantung pada
pengertian/asosiasi dan simbol-simbol yang tidak dipilih atas kemauan
sendiri oleh partisipan dalam komunikasi ini, namun langsung terjadi dalam
kebudayaan. Media dan pesan biasanya sulit untuk dipisahkan, dan
komunikasi ritual ini relative tidak mengenal waktu dan perubahan.
Contohnya dapat ditemukan dalam seni, agama dan perayaan-perayaan
atau festival publik.
3. Model Publisitas : Komunikasi sebagai pertunjukan dan atensi
Sering kali tujuan utama dari media massa bukanlah untuk mengirimkan
informasi ataupun untuk menyatukan ekpresi publik dalam hal budaya,
kepercayaan, atau nilai-nilai sosial, namun secara sederhana hanya untuk
menangkap dan menguasai atensi visual atau pendengaran. Dalam
melakukan hal tersebut, media mencapai satu tujuan ekonomi, yaitu
memperoleh keuntungan dari audiensnya (atensi sama dengan konsumsi)
dan secara tidak langsung menjual atensi pemirsanya kepada para
pemasang iklan. Dalam model ini, pemirsa media hanyalah sebagai
penonton belaka, bukan menjadi partisipan dari proses komunikasi atau
penerima informasi. Sehingga hanya menjadi obyek pasar media.
4. Model Resepsi: Kode dan Penerimaan Kode dalam Media
Esensi dari Pendekatan resepsi adalah untuk menemukan asal dan
konstruksi dari arti pesan (diambil dari media) bersama dengan penerima
pesannya. Pesan-pesan dari media selalu terbuka dan memiliki banyak arti
dan di interpretasikan menurut konteks dan budaya penerimanya.
Unsur dari pendekatan resepsi ini ada dua menurut Hall (1974/1980), yaitu:
1. Komunikator memilih untuk mengkodekan pesan-pesan untuk tujuan-
tujuan
institusional dan idelogi dan untuk memanipulasi bahasa dan media
untuk tujuan tersebut.
2. Penerima pesan atau dekoder, tidak memiliki keharusan untuk menerima
pesan sebagaimana yang terkirim, namun bisa menolak pengaruh ideologis
dengan mengambil media yang berbeda atau menjadi pembaca/pemirsa
oposisi, menurut pengalaman dan analisa mereka sendiri.
Prinsip kunci dari model ini adalah :
1. Keberagaman arti dari isi pesan dalam media
2. Keberadaan dari komunitas intepretatif atas pesan-pesan dalam media,
yang bervariasi
3. Penerima pesan memiliki kekuasaan/keutamaan dalam menentukan arti
pesan
KESIMPULAN
Konsep dasar dan model komunikasi yang dijabarkan dalam studi
komunikasi massa, dibangun dengan indikator-indikatornya serta
disesuaikan dengan kondisi perubahan pada industry dimasyarakat. Media
telah mengembangkan dirinya ke dimensi yang global. Dengan keyakinan
akan kekuatan publisitas, kehumasan, propaganda atau lainnya yang
memiliki kekuatan ekonomi atau politik.
Dalam menggunakan model komunikasi massa, harus mempertimbangkan
tujuan. Tidak bias menggunakan 1 model dan mengabaikan yang lainnya.
Karena ke 4 model tersebut merefleksikan salah satu aspek dari proses
komunikasi. Model transmisi dan atensi, lebih mengarah pada perspektif
industri media dan para pembujuk, sedangkan model ritual dan dekoding,
menyebarkan sekaligus bertahan terhadapa dominasi media dan
menerangkan proses komunikasi