konsentrasi perbankan syari’ah program studi...
TRANSCRIPT
79
URGENSI AUDIT INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD
CORPORATE GOVERNANCE PADA BANK SYARI’AH
(Studi Kasus Pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang)
Oleh
Ahmad Busyaeri
NIM: 204046102884
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI MU’AMALAT
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1429 H/2008 M
80
URGENSI AUDIT INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD
CORPORATE GOVERNANCE PADA BANK SYARI’AH
(Studi Kasus Pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)
Oleh
AHMAD BUSYAERI
NIM. 204046102884
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Gusniarti, MA. Nurhasanah, M.Ag.
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI MU’AMALAT
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1429 H/2008 M
81
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “PEMBATALAN PERNIKAHAN MENURUT
FIQIH DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974”, telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 20 Oktober 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) pada Program Studi Al-Ahwal Al-
Syakhsiyyah.
Jakarta, 20 Oktober 2008
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
Ketua : Drs. H.A. Basiq Djalil, SH, MA (…....................………)
NIP: 150 169 102
Sekretaris : Kamarusdiana, S.Ag, MH (…....................………)
NIP: 150 285 972
Pembimbing : Dra. Hj. Halimah Isma’il (…....................………)
150 075 192
Penguji I : Drs. H.A. Basiq Djalil, SH, MA (…....................………)
NIP: 150 169 102
Penguji II : Kamarusdiana, S.Ag, MH (…....................………)
NIP: 150 285 972
82
KATA PENGANTAR
ا��� ا��� ا� ���
Puja dan puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
selesainya penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Mu’amalat Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Topik skripsi ini penulis pilih atas
pertimbangan pentingnya peran dan fungsi audit internal dalam upaya mewujudkan
Good Corporate Governance pada perbankan syari’ah. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk kemajuan dan perkembangan perbankan syari’ah,
khususnya PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang.
Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sangatlah wajar bila penulis
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih
yang setulus-tulusnya, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MH, MM, selaku Dekan
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta beserta staf yang telah memberikan tugas kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Euis Amelia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Mu’amalat Ekonomi Islam
yang telah meluangkan waktunya bagi penulis, sehingga sangat membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
83
3. Bapak Gusnirti, MA selaku Pembimbing I dan Ibu Nurhasanah, M.Ag selaku
Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya demi membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah
memberikan ilmu kepada penulis selama belajar di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
setaf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memanfaatkan
dan meminjam buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.
6. Bapak Syamsul Huda selaku Kepala Cabang dan Bapak Adi Sukmanto, sebagai
Auditor Internal Group serta seluruh jajaran karyawan PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang yang telah memberikan data dan kontribusinya dalam
rangka penyelesaian skripsi ini.
7. Ayah dan Ibunda serta kakak dan adik-adikku tercinta yang senantiasa berusaha
dan berdo’a serta mendidik penulis dengan penuh tanggung jawab dan selalu
memberikan bantuan baik moril maupun materil. Semoga ilmu yang penulis
peroleh dapat menjadi bekal untuk membalas budi dan pengorbanan yang telah
mereka berikan.
8. Sanak famili dan handai taulan serta rekan-rekan mahasiswa Jurusan Mu’alamat
Perbankan Syari’ah B Program Non Reguler Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan semua pihak yang telah
memberikan bantuan dengan sukarela dalam penyelesaian skripsi ini.
84
9. Teman sejawat dan karib kerabat serta rekan kerja yang telah banyak memberikan
bantuan baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
Semoga semua yang telah mereka berikan baik berupa bimbingan dan
bantuan maupun pengorbanan dalam rangka penyusunan skripsi ini, mendapat
imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin yarabbal ‘alamin.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan
dan kelemahan. Oleh karenanya sumbangsih dan pemikiran, kritik dan saran yang
konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk perbaikan pada kajian-
kajian dengan tema yang sama pada masa yang akan datang.
15 Oktober 2008 M
Jakarta,
15 Syawal 1429 H
Penulis
85
DAFTAR ISI
Halaman Judul
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 10
D. Kajian Pustaka .......................................................................... 11
E. Metodologi Penelitian .............................................................. 12
F. Sistematika Penyusunan ............................................................ 13
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Audit Internal ......................................................................... 16
1. Pengertian Audit Internal ..................................................... 16
2. Kode Etik Audit Internal ...................................................... 18
3. Konsep Dasar Audit Internal ................................................ 21
4. Efektivitas Fungsi Audit Internal .......................................... 23
5. Mekanisme Pelaksanaan Audit Internal ................................ 27
B. Good Corporate Governance ................................................. 32
1. Pengertian Good Corporate Governance ............................... 32
2. Konsep Dasar Good Corporate Governance ......................... 34
86
3. Sistem Manajemen Good Corporate Governance ................. 37
4. Struktur Penerapan Good Corporate Governance ................. 41
5. Pedoman Pokok Pelaksanaan Prinsip Good Corporate
Governance .......................................................................... 44
BAB III : PT. BANK DKI SYARI’AH CABANG TANAH ABANG
A. Sejarah Singkat PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang ............................................................................. 48
B. Tujuan Pendirian PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang ............................................................................. 53
C. Prinsip Operasional PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang.............................................................................. 55
D. Struktur Organisasi PT. BNI Syari’ah Cabang
Tanah Abang ............................................................................. 58
BAB IV : PENTINGNYA AUDIT INTERNAL DALAM
MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
PADA PT. BANK DKI SYARI’AH CABANG
TANAH ABANG
A. Proses dan Tahapan Audit Internal Pada PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang ................................................................. 63
B. Implementasi Good Corporate Governance Pada PT. Bank
DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang .......................................... 66
87
C. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance di PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang ................................................... 71
D. Tanggung Jawab Audit Internal PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang ................................................................ 75
BAB V : PENUTUP
A. ............................................................................................. Kesi
mpulan ....................................................................................... 79
B. ............................................................................................. Saran
-saran ......................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 83
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................
88
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Audit internal merupakan profesi yang relatif baru dalam dunia bisnis.
Kebutuhan akan audit internal di Indonesia mulai dirasakan setelah keluarnya
Position Paper yang disampaikan kepada Gubernur Bank Indonesia, Menteri BUMN
dan Ketua BAPEPAM mengenai penting dan strateginya peran audit internal dalam
upaya mentransformasi good corporate governance principles dari tataran ideal ke
dalam bentuk yang lebih konkrit, yaitu tataran implementasi.1
Dalam mengimplementasikan good corporate governance pada perusahaan,
peran auditor internal adalah sangat penting karena auditor internal dapat membantu
manajemen dalam melakukan evaluasi sistem kontrol dan menunjukkan kelemahan-
kelemahan dalam kontrol internal.2
Oleh karena pergeseran pandangan mengenai fungsi audit internal tersebut,
maka audit internal yang memiliki aspek kerja yang lebih luas ini sering disebut
dengan audit internal modern. Audit internal modern menyediakan jasa-jasa yang
mencakup pemeriksaan dan penilaian atas kontrol, kinerja, resiko dan tata kelola
perusahaan publik maupun private. Penyediaan jasa-jasa yang berupa pemeriksaan
1Febrian DP., et.al., Peran Audit Internal Dalam Implementasi Good Corporate Governance.
Artikel diakses pada tanggal 14 November 2008 dari http://www.prapta.com 2Mundung Anie Valora, Evaluasi Terhadap Peran Auditor Internal Dalam Implementasi
Good Corporate Governance. Artikel diakses pada tanggal 12 Agustus 2008 dari
http://www.adln.lib.onair.ac.id
89
dan penilaian atas kontrol, kinerja, resiko dan tata kelola perusahaan baik publik
maupun pribadi merupakan salah satu fungsi dari audit internal.
Dengan keberadaan fungsi audit internal yang efektif, dapat tercipta
mekanisme pengawasan untuk memastikan bahwa sumber daya yang ada dalam
perusahaan telah digunakan secara efektif dan efisien, dan pengendalian yang ada
dalam perusahaan dapat memberikan kepastian lebih tinggi bahwa informasi yang
dihasilkan terpercaya. Audit internal juga dapat menjadi barometer standard perilaku
yang berlaku di perusahaan melalui aktivitas pengawasan yang dilakukan secara
berkesinambungan, yang mendorong terciptanya iklim kerja yang efisien.3 Dengan
demikian, auditor internal dapat dijadikan sebagai mitra manajemen yang dapat
memberikan pemikiran tentang pengelolaan usaha yang kemudian dikenal dengan
istilah Good Corporate Governance.
Good Corporate Governance merupakan isu sentral dalam pengelolaan
perusahaan pada saat sekarang ini. Dengan terjadinya rentetan peristiwa yang
menimpa banyak perusahaan besar, yang kemudian beberapa di antaranya dinyatakan
bangkrut, di Amerika Serikat, telah menyadarkan banyak pihak di seluruh dunia
mengenai pentingnya pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang baik dan benar.
Untuk itu, berbagai cara ditempuh oleh banyak pihak untuk mendapatkan
kesepakatan mengenai parameter-parameter apa yang digunakan untuk mengukur
pelaksanaan konsep Good Corporate Governance ini dalam suatu perusahaan.4
3Ahmad Daniri, et.al., Opini Transformasi Audit Internal Menuju Terwujudnya Good
Corporate Governance. Artikel diakses pada tanggal 21 Februari 2008 dari http://www.madani.ri.com 4Marta Utama, “Konsep Good Corporate Governance”, dalam Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, Fakultas Ekonomi UI, 2004, Vol. 1, h. 67 - 68
90
Konsep Good Corporate Governance dalam GCG Workshop kantor Menteri
Negeri PB BUMN Desember 1999 dirumuskan bahwa Good Corporate Governance
berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya
perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang
bertujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan perusahaan, pengelolaan
sumber daya kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya. Untuk mendukung
pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya kepada pemegang saham dan
stakeholder lainnya, diperlukan pelaksanaan konsep Good Corporate Governance.
Untuk melaksanakan konsep Good Corporate Governance tersebut
dibutuhkan fungsi otoritas pengawas dalam memonitor praktek-praktek yang tidak
sehat di mana praktek-praktek tersebut merupakan salah satu faktor yang menjadi
kendala dalam mewujudkan Good Corporate Governance.5 Saat ini pelaksanaan
konsep Good Corporate Governance tidak hanya diberlakukan oleh perusahaan-
perusahaan, tetapi dilakukan juga oleh berbagai institusi, tak terkecuali instansi
perbankan syari’ah pun melaksanakan konsep Good Corporate Governance ini.
Memasuki abad ke 21, Good Corporate Governance dalam pengelolaan
perbankan syari’ah penting untuk dilakukan, mengingat keberadaan perbankan
syari’ah merupakan simbol pelaksanaan ekonomi Islam yang tentunya masih harus
memperbaiki berbagai komponen di dalamnya untuk perkembangan perbankan yang
benar-benar menjalankan prinsip syari’ah pada masa yang akan datang.
5Machia Tjahyo Handoko, Peran BI Dalam Mewujudkan GCG Perbankan. Artikel diakses
pada tanggal 30 Mei 2008 dari http://www.wikipedia.org
91
Perkembangan yang begitu pesat beberapa tahun terakhir dari aktivitas
perbankan syari’ah sungguh membanggakan, dimana saat ini ada 29 bank yang telah
beroperasi secara syari’ah dan memiliki lebih dari 620 kantor cabang di seluruh
Indonesia6 dituntut untuk segera mengimplementasikan praktek-praktek Good
Corporate Governance dalam pengelolaan perbankan syari’ah agar dapat
memberikan perlindungan yang maksimum kepada semua pihak yang berkepentingan
dalam stakeholder, terutama nasabah atau deposan.
Penerapan Good Corporate Governance ini terbukti dalam penelitian
beberapa lembaga keuangan syari’ah muslim dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat kepada bank syari’ah.7 Di samping itu, penerapan Good Corporate
Governance ini dapat membantu bank syari’ah dalam meminimalisasi kualitas
pembiayaan yang tidak baik, meningkatkan akurasi penilaian bank, infrastruktur,
kualitas pengambilan keputusan bisnis dan mempunyai sistem deteksi dini terhadap
high risk business area, produk dan services.8 Dengan demikian dapat dipahami
bahwa implementasi Good Corporate Governance ini bukan lagi suatu keharusan,
akan tetapi merupakan tuntutan yang harus segera diterapkan pada perbankan
syari’ah.
Adapun pemicu utama tuntutan Good Corporate Governance ini diakibatkan
oleh krisis yang terjadi pada sektor perbankan yang secara umum didominasi oleh
6Agustianto, Good Corporate Governance di Bank Syari’ah. Artikel diakses pada tanggal 27
Mei 2008 dari http://www.agustianto.wordpress.com 7Rina Asytuti, Penerapan Corporate Governance di Bank Syari’ah, makalah Mata Kuliah
Ekonomi Islam di Dunia Muslim, (Jakarta: Sekolah Pasca Sarjana UIN Jakarta, 2008), h. 1 8Endri, Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perbankan Syari’ah. Artikel diakses
pada tanggal 27 Mei 2008 dari http://www.tazkiaonline.com
92
perbankan konvensional pada pertengahan tahun 1997 hingga tahun 2000. Krisis
moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional
telah membawa dampak besar yang bersifat multi dimensional. Imbasnya tidak hanya
pada sektor ekonomi dan politik, namun menjalar pada beberapa sektor baik sektor
sosial bahkan sampai sektor budaya. Dari sektor ekonomi, kerusakan yang terjadi
sungguh luar biasa. Perbankan Indonesia pada saat itu mengalami kesulitan yang
sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa
mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-
bank di Indonesia.9 Hal ini seperti ini dilakukan pemerintah agar terhindar dari
masalah krisis.
Bagi perbankan Indonesia, krisis ini menimbulkan beberapa masalah. Di
antara bentuk masalah yang terjadi adalah dilikuidasinya 16 bank swasta, 7 bank
dibekukan operasinya dan 7 bank diambil alih pemerintah. Begitu juga biaya
rekapitulasi perbankan menjadi tinggi hingga mencapai 53,6% produk domestic
bruto. Sementara tingkat Non Performing Loan meningkat hingga mencapai 55%
tertinggi dibandingkan dengan negara Asia lain yang terkena dampak krisis.10
Untuk
menekan biaya rekapitulasi ini, maka alternatif lain yang dapat dilakukan adalah
penerapan Good Corporate Governance.
Implementasi Good Corporate Governance di Indonesia telah diatur oleh
Bank Indonesia selaku pemegang otoritas perbankan dalam negeri melalui Peraturan
9Bank Syari’ah Mandiri, Laporan Tahunan 2004 Annual Report, (Jakarta: Bank Syari’ah
Mandiri, 2004), h. 28 10Leo J. Susilo, Good Corporate Governance; Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris
Dalam Melaksanakannya, (Bandung: PT. Hikayat Dunia, 2007), h. 1
93
Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 jo No. 8/14/PBI/2006 yang mengatur pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi bank umum, sedangkan untuk perbankan syari’ah,
Bank Indonesia juga menyusun kode etik Good Corporate Governance khusus
perbankan syari’ah. Sementara Lembaga Internasional Syari’ah seperti Islamic
Financial Services Board (IFSB) pada tahun 2005 berhasil merampungkan pedoman
standar Good Corporate Governance untuk lembaga keuangan Islam internasional.11
Penyelesaian pedoman standar Good Corporate Governance bagi lembaga keuangan
Islam Internasional juga tidak lepas dari peran audit internal.
Menyinggung tentang fungsi audit internal memang sangat penting untuk
selalu dilaksanakan khususnya bagi perbankan syari’ah, mengingat dalam setiap
transaksi mu’amalat ataupun yang berhubungan dengan dasar dari transaksi pada
pelaksanaannya sangat berkaitan dengan sistem pengawasan. Menurut Karlen
Simarmata, ada beberapa bentuk pengawasan yang terdiri dari tiga unsur. Pertama,
pengawasan eksternal oleh regulator. Kedua, pengawasan internal oleh komisaris,
direksi dan manajemen. Ketiga, pengawasan oleh masyarakat (market discipline).
Pengawasan internal menjadi tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral yang
dilaksanakan melalui regulasi, perizinan, pengawasan dan pengendalian serta sanksi
terhadap pelanggaran. Pengawasan internal dilakukan melalui penerapan Good
Corporate Governance, kepatuhan (compliance) dan prinsip know your customer,
sedangkan pengawasan oleh masyarakat melalui keterbukaan.12
11Endri, Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perbankan Syari’ah 12Karlen Simarmata, Good Corporate Governance; Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris
Dalam Melaksanakannya, (Bandung: PT. Hikayat Dunia, 2007), h. 4
94
Pelaksanaan sistem pengawasan ini bisa dilakukan melalui pelembagaan
terinternalisasi atau melalui organisasi (badan). Dalam hal ini, pengawasan yang
dimaksud adalah sebagaimana yang telah diatur oleh Bank Indonesia dalam peraturan
Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 tertanggal 20 September 1999 tentang penugasan
Direktur Kepatuhan (Compliance Director) dan penerapan standar pelaksanaan
fungsi audit internal bank umum.
Selain itu, terjadi perkembangan dalam peran yang dibawakan oleh audit
internal, yaitu dari sekedar unit yang mengecek kepatuhan, menjadi sebuah fungsi
yang berperan aktif sebagai mitra bagi manajemen dalam mendukung penerapan
Good Corporate Governance dengan melakukan evaluasi dan perbaikan proses kerja
perusahaan yang berpengaruh pada penerapan nilai perusahaan dan terjaganya
akuntabilitas.13
Adapun yang mendorong penulis untuk mengangkat ke permukaan tentang
masalah ini dilandasi oleh beberapa alasan, yaitu :
1. Saat ini audit internal sudah semakin banyak diterapkan dalam operasional
perbankan walaupun belum optimal, mengingat dengan cara tersebut penggalian
data dan fakta tidak terlalu dalam, terutama tentang pelanggaran aspek-aspek
yuridis dalam praktek perbankan. Padahal, tidak dapat disangkal lagi bahwa
pelanggaran hukum dalam praktek perbankan selama ini merupakan salah satu
faktor yang memberikan kontribusi yang besar terhadap isu-isu kemelut krisis
perbankan.
13Ahmad Daniri, et.al., Opini Transformasi Audit Internal Menuju Terwujudnya Good
Corporate Governance
95
2. Penerapan Good Corporate Governance di lembaga perbankan syari’ah menjadi
sebuah keniscayaan yang tidak terbantahkan. Bahkan bank-bank syari’ah harus
tampil sebagai pioner terdepan dalam mengimplementasikan Good Corporate
Governance tersebut. Jika dibandingkan dengan para bankir konvensional, maka
bankir syari’ah seharusnya lebih unggul dan terdepan dalam menerapkan Good
Corporate Governance di lembaga perbankan, mengingat lembaga perbankan
syari’ah membawa nama agama ke dalam lembaga bisnis.
3. Audit internal ternyata memiliki peranan yang sangat vital dalam upaya
mewujudkan Good Corporate Governance. Tanpa adanya audit internal,
kesehatan suatu bank perlu diragukan, sebab kesehatan sebuah bank tidak hanya
menyangkut kepentingan dari usaha bank yang bersangkutan, tetapi juga
mempunyai pengaruh terhadap perkembangan perbankan secara keseluruhan pada
khususnya, dan perekonomian pada umumnya.
Berpijak pada pola pikir di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
menuangkan sebuah obsesi yang terdapat dalam diri penulis yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk skripsi yang diberi judul : “URGENSI AUDIT
INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE PADA BANK SYARI’AH; Studi Kasus Pada PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang”. Topik ini menarik untuk dikaji, karena
implikasinya sangat luas sehingga dapat menjadi bahan pemikiran bagi para bankir
syari’ah dalam memainkan perannya sebagai pioner penegakan Good Corporate
Governance di lembaga perbankan.
96
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pelaksanaan Good Corporate Governance masih menjadi kendala di
negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan semua institusi yang berkaitan tidak
dapat melakukan pengawasan, efisiensi dan akuntabilitas baik yang menyangkut
internal, negara, hukum maupun stakeholder lainnya. Ketidakefektifan ini sangat
merugikan stakeholder lainnya karena jumlah stakeholder yang lebih besar dan resiko
sistemik yang lebih besar pula.
Banyak hal yang dapat diangkat dalam persoalan penerapan Good
Corporate Governance dalam perbankan syari’ah seperti bentuk komite audit,
struktur audit, fungsi dan peran komite audit, dan lain sebagainya. Agar dapat
memberikan fokus masalah, maka pembahasan skripsi ini dibatasi hanya pada
pentingnya audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance pada bank
syari’ah. Di sini penulis merumuskan permasalahannya, yaitu : Sejauh mana peran
dan fungsi audit internal dalam upaya mewujudkan Good Corporate Governance
pada bank syari’ah, dengan batasan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan audit internal pada PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang ?
2. Prinsip apa saja yang menjadi landasan bagi terciptanya Good Corporate
Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ?
3. Upaya apa saja yang dapat dilakukan PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah
Abang dalam mewujudkan Good Corporate Governance ?
97
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, maka penelitian skripsi ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Memperoleh gambaran tentang mekanisme pelaksanaan audit internal pada PT.
Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang.
2. Memperoleh pengetahuan tentang prinsip yang menjadi landasan bagi
terwujudnya Good Corporate Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang.
3. Memperoleh gambaran tentang upaya yang dilakukan PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang dalam mewujudkan Good Corporate Governance.
Adapun kegunaan dari penelitian skripsi ini antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan wacana dalam
khazanah ilmu ekonomi dan sekaligus dapat memberikan penjelasan tentang
peran dan fungsi audit internal dalam upaya mewujudkan Good Corporate
Governance.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa buku
bacaan perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, khususnya di Fakultas Syari’ah dan Hukum pada Program Studi
Mu’amalat.
98
D. Kajian Pustaka
Secara umum, penelitian tentang Good Corporate Governance telah banyak
dilakukan oleh banyak peneliti sebelumnya. Adapun di antara para peneliti tersebut
adalah :
1. Ade Syukron, 1984715161, Penegakan Good Governance Pada Lembaga
KPKPN; Studi Komparasi Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam, Jakarta:
Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003
Skripsi tersebut membahas tentang bagaimana Lembaga Komisi Pemeriksa
Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) menerapkan sistem Good
Governance dalam upaya penegakan hukum demi terciptanya pola pemerintahan
yang baik, efektif dan responsive serta transparan yang dikomparasikan dengan
nilai-nilai ke-Islaman.
2. Leo J. Susilo dan Karlen Simarmata, Good Corporate Governance Pada Bank;
Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Melaksanakannya, Bandung: PT.
Hikayat Dunia, 2007, Cet. ke-1.
Dalam buku tersebut memuat kasus mengenai pelaksanaan Good Corporate
Governance pada Bank Niaga Tbk. Bertitik tolak pada hasil survey Corporate
Governance Perception Index tahun 2006 Bank Niaga memperoleh nilai tertinggi,
yaitu 89,27 dari 100 dan memperoleh predikat perusahaan yang sangat dipercaya,
Bank Niaga telah melakukan kajian menyeluruh terhadap Peraturan Bank
Indonesia No. 8/4/PBI/2006 jo No. 8/14/PBI/2006.
99
Berdasarkan penelitian penulis, secara khusus sampai saat ini belum ada
penelitian yang membahas tentang urgensi audit internal dalam mewujudkan Good
Corporate Governance pada bank syari’ah. Atas dasar itu, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pentingnya audit internal dalam upaya mewujudkan
Good Corporate Governance pada bank syari’ah.
E. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif,14
yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang faktual terhadap
pentingnya audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance di bank
syari’ah. Adapun jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang
menghasilkan data deskriptif tertulis dengan informasi dari orang yang terlibat dalam
objek.15
Penelitian ini juga menggabungkan studi kepustakaan dan studi lapangan.
Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan adalah berupa informasi
yang diperoleh melalui buku-buku dengan cara mengunjungi perpustakaan, tabloid,
internet dan ditambah dengan bahan-bahan perkuliahan serta makalah-makalah
seminar yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang bahas. Sementara untuk
memperoleh data lapangan, penulis mengadakan pendekatan secara langsung dengan
cara mengunjungi obyek yang diteliti seperti gambaran umum lokasi penelitian dan
14Masri Singarimbun, et.al., Metodologi Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1999), Cet. ke-1,
h. 4 15Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), Cet.
ke-2, h. 3
100
kondisi PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang. Adapun instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Observasi, penulis mengadakan pengamatan langsung ke PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang untuk memperoleh data yang akurat tentang gejala,
peristiwa dan kondisi aktual yang terjadi pada masa kini.
b. Wawancara, penulis mengadakan tanya jawab dengan Petugas Kontrol Internal
Group untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan dianggap akurat.
Sedangkan teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku
“Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta” yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press 2007, akan mewarnai seluruh
bentuk penulisan skripsi ini.
F. Sistematika Penyusunan
Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini secara keseluruhan, maka
diperlukan suatu sistematika penyusunan. Adapun sistematika penyusunan yang
dimaksud adalah seperti yang akan diuraikan di bawah ini.
Bab I menguraikan tentang pokok-pokok pikiran yang tertuang pada
pembahasan skripsi ini yang terdiri atas latar belakang masalah yang tujuannya untuk
memberikan alasan yang jelas tentang pemilihan judul, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian yang
dipergunakan dalam rangka memudahkan penulisan dan sistematika penyusunan
101
dipergunakan untuk memberikan penjelasan secara garis besar mengenai pembahasan
yang akan diuraikan dalam pembahasan skripsi ini.
Bab II berisikan tentang landasan teori yang pembahasannya meliputi audit
internal dan Good Corporate Governance. Sub bab dari audit internal ini terdiri atas
pengertian audit internal, kode etik audit internal, konsep dasar audit internal,
efektivitas fungsi audit internal dan mekanisme pelaksanaan audit internal.
Sedangkan sub bab dari Good Corporate Governance meliputi pengertian Good
Corporate Governance, konsep dasar Good Corporate Governance, sistem
manajemen Good Corporate Governance, struktur penerapan Good Corporate
Governance dan pedoman pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance.
Bab III menguraikan tentang PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang
yang pembahasannya meliputi sejarah singkat PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah
Abang, tujuan pendirian PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang, prinsip
operasional PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang dan struktur organisasi PT.
Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang.
Bab IV membahas inti persoalan yang diperbincangkan dalam skripsi ini,
yaitu pentingnya audit internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance
pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang yang pembahasannya meliputi
proses dan tahapan audit internal pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang,
implementasi Good Corporate Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang, prinsip-prinsip Good Corporate Governance di PT. Bank DKI
102
Syari’ah Cabang Tanah Abang dan tanggung jawab audit internal PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang.
Bab V merupakan bab penutup dari skripsi ini yang di dalamnya memuat
beberapa kesimpulan dan saran-saran yang merupakan kristalisasi dari uraian bab-bab
terdahulu yang kemudian diakhiri oleh daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.
103
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Audit Internal
1. Pengertian Audit Internal
Secara etimologis, audit internal terdiri dari dua suku kata yaitu audit
dan internal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, audit atau pemeriksaan
dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses
atau produk.16
Menurut Sofyan S. Harahap, audit berasal dari kata bahasa
Latin yang berarti dia mendengar.17
Sementara definisi audit ditinjau dari
aspek terminologis adalah suatu proses sistematis, independent dan
terdokumentasi untuk mendapatkan bukti audit dan mengevaluasinya secara
obyektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit terpenuhi.18
Menurut Kanroth seperti dikutip oleh Sofyan S. Harahap menyatakan
bahwa audit adalah sebuah proses yang sistematis yang bertujuan untuk
mendapatkan dan menilai bukti atas pengakuan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomis untuk memastikan tingkat kesesuaian antara pengakuan dan kriteria
yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya dengan pihak lain yang
16Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), Cet. ke-3, h. 255 17Sofyan S. Harahap, Auditing Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Pustaka Quantum, 2008),
Cet. ke-2, h. 32 18Iskandar Indranata, Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal, (Bandung:
Alfabeta, 2006), h. 21
104
berkepentingan.19
Kata audit ini biasanya sering dirangkaikan dengan kata
internal yang kemudian sering pula disebut dengan istilah audit internal.
Kata internal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
menyangkut bagian dalam (tubuh, mobil).20
Selain itu, kata internal juga
memiliki arti antar pribadi atau menyangkut bagian dalam seperti tubuh, diri,
mobil, dan lain sebagainya.21
Jadi penggabungan dua kata ini menjadi audit
internal dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas independent yang
memberikan jaminan keyakinan serta konsultasi yang dirancang untuk
memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan kegiatan operasi
organisasi.22
Dengan demikian audit internal adalah kegiatan penilaian yang
independent dalam organisasi untuk mereview operasi sebagai jasa yang
diberikan kepada manajemen. Dengan kata lain audit internal merupakan
kegiatan assurance dan konsultasi yang independent dan obyektif yang
dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan
organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya
melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian dan proses
governance.
19Sofyan S. Harahap, Auditing Dalam Perspektif Islam, h. 15 20Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 336 21Dikutip dari http://www.pusatbahasa.diknas.go.id pada tanggal 2 Agustus 2008. 22Muh. Arief Effendi, Tantangan Untuk Menjadi Seorang Auditor Internal Yang Profesional.
Artikel diakses pada tanggal 12 Maret 2008 dari http://www.muharief.wordpress.com
105
Dari beberapa pendapat para pakar tentang definisi audit internal,
dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah sebuah penilaian yang
sistematis dan obyektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan
pengendalian yang berbeda dalam organisasi untuk menentukan apakah :
a. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan.
b. Resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi.
c. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa
diterima telah diikuti.
d. Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi.
e. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis serta
f. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.
2. Kode Etik Audit Internal
Profesi audit internal memiliki kode etik profesi yang harus ditaati
dan dijalankan oleh segenap auditor internal. Kode etik tersebut memuat
standar perilaku sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal. Konsorsium
Organisasi Profesi Auditor Internal23
telah menetapkan kode etik bagi para
auditor internal adalah sebagai berikut :
23Konsorsium Organisasi Profesi ini terdiri dari (1) Forum Komunikasi Satuan Pengawasan
Internal (FKSPI). Forum ini awalnya bernama FKSPI BUMN/BUMD karena anggotanya para auditor
internal yang bekerja pada Satuan Pengawasan Intern (SPI) di BUMN/BUMD. Sehubungan dengan
keanggotaan yang terbuka bagi auditor intern yang bekerja di sektor perusahaan swasta, multi nasional
maupun asing, maka berubah menjadi FK SPI, (2) Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII). Organisasi ini menghimpun para auditor internal yang telah memiliki gelar qualified internal auditor
(QIA), dan (3) Asosiasi Auditor Internal (AAI). Anggota AAI ini tersebar di seluruh Indonesia baik
yang berasal dari BUMN/BUMD/Swasta. AAI juga membuka keanggotaan dengan auditor internal
dari Perguruan Tinggi berstatus Badan Hukum Milik Negara dan perusahaan baik BUMN/BUMD
maupun private.
106
a. Auditor internal harus menunjukkan kejujuran, obyektivitas dan
kesanggupan dalam melaksanakan tugas serta memahami tanggung jawab
profesinya.
b. Auditor internal harus menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya atau
terhadap pihak yang dilayani. Namun demikian, auditor internal tidak
boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang
atau melanggar hukum.
c. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau
kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau
mendiskreditkan organisasinya.
d. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat
menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasinya atau kegiatan-
kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka yang meragukan
kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung
jawab profesinya secara obyektif.
e. Auditor internal tidak boleh menerima sesuatu dalam bentuk apapun dari
karyawan, klien, pelanggan, pemasok atau pun mitra bisnis organisasinya,
yang dapat atau patut diduga dapat mempengaruhi pertimbangan profesinya.
f. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesaikan
dengan menggunakan kompetensi profesional yang dimilikinya.
g. Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar senantiasa
memenuhi standar profesi audit internal.
107
h. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam
menggunakan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya.
Auditor internal tidak boleh menggunakan informasi rahasia untuk
mendapatkan keuntungan pribadi secara melanggar hukum yang dapat
menimbulkan kerugian terhadap organisasinya.
i. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus
mengungkapkan semua fakta-fakta penting yang diketahuinya, yaitu
fakta-fakta yang jika tidak diungkap dapat (1) mendistorsi laporan atas
kegiatan yang direview dan (2) menutupi adanya praktek-praktek yang
melanggar hukum.
j. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi dan
efektivitas serta kualitas pelaksanaan tugasnya. Auditor internal wajib
mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan.
Menurut Sofyan S. Harahap, ada beberapa hal yang diatur dalam etika
profesi audit internal seperti sikap independent, perlunya menjaga
kerahasiaan, pengaturan tentang publikasi dan promosi, aturan tentang surat
penugasan, aturan tentang pergantian akuntan, penentuan fee/honorarium,
kewajiban kepada pihak ketiga, perilaku yang tidak boleh dilakukan kepada
langganan, kewajiban manajemen dan auditor serta hubungan istimewa
dengan langganan.24
24Sofyan S. Harahap, Auditing Dalam Perspektif Islam, h. 225 - 226
108
Selama ini profesi audit internal memang memiliki standar etika
profesi yang terus menerus dipelihara, direvisi dan ditekankan dalam setiap
pendidikan, pelatihan buku teks maupun standar lainnya. Namun etika profesi
yang selama ini hanya didasarkan pada filsafat rasionalisme dan materialisme,
sehingga yang sering terjadi adalah auditor masih melakukan hal-hal yang
tidak terpuji sehingga merusak nama baiknya.25
Oleh sebab itu, profesi audit
internal memang dituntut untuk memiliki kode etik.
Agar kode etik itu efektif, maka harus ada penekanan moral yang
solid dan legitimate sebagai dasar dari prinsip dan etika yang dibuat. Sejauh
ini kode audit internal didasarkan kepada pemikiran manusia yang diatur oleh
pola pikir rasionalisme. Penegakan kode etik ini tergantung pada organisasi
atau komitmen pribadi saja yang dikontrol oleh publik. Dengan adanya kode
etik ini, diharapkan para auditor internal tidak lagi melakukan hal-hal yang
tidak terpuji, sehingga dapat menjaga nama baik dan profesinya secara
keseluruhan.
3. Konsep Dasar Audit Internal
Audit internal atau yang biasa disebut Sistem Pengendalian Internal
(SPI) merupakan bagian dari praktek Good Corporate Governance dan
praktek manajemen yang di dalamnya mencakup pengawasan yang memadai,
etika bisnis, independensi, pengungkapan yang akurat dan tepat waktu,
25Sofyan S. Harahap, Auditing Dalam Perspektif Islam, h. 226
109
akuntabilitas dari seluruh pihak yang terlibat dalam proses pengelolaan
perusahaan serta mekanisme untuk memastikan adanya tindak lanjut yang
seksama jika terjadi pelanggaran dalam perusahaan. Jadi sistem pengendalian
internal yang merupakan salah satu elemen dari praktek Good Corporate
Governance dan praktek manajemen adalah konsep dari audit internal.
Audit internal sendiri memiliki tugas melakukan penilaian kepatuhan,
dan saat ini fungsinya berkembang layaknya konsultan dengan memberikan
masukan-masukan dalam hal strategi, implementasi kebijakan, dan lain-lain
guna mendukung peningkatan kinerja perusahaan. Sedangkan kriteria
penilaiannya berdasarkan perundang-undangan dan kebijakan perusahaan
yang telah ditetapkan.26
Pelaksanaan audit internal dilakukan oleh auditor
internal yang meneliti prosedur perusahaan untuk memastikan apakah berjalan
sesuai dengan kebijakan yang telah digariskan. Untuk itu, selain memiliki
tugas sebagai penilaian kepatuhan, juga melakukan pengawasan terhadap
suatu perusahaan. Dengan demikian konsep dasar auditor internal selain
pengungkapan permasalahan yang akurat dan tepat waktu, juga melakukan
kontrol terhadap berbagai perusahaan dan institusi perbankan.
Pada perbankan syari’ah, audit dan kontrol merupakan lapisan
pertama dan utama yang dilakukan terhadap setiap karyawan, sehingga peran
bagian sumber daya insani dalam memilih karyawan yang tepat merupakan
26Tanya Jawab dengan Asosiasi Auditor Internal (AAI) pada tanggal 20 Maret 2008 melalui
110
syarat mutlak adanya peran lapisan kontrol secara optimal. Oleh sebab itu,
setiap pengelola perbankan harus memahami apa yang dimaksud dengan
pengendalian internal.
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), pengendalian
internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen dan personal lain entitas yang didesain untuk memberikan yagn
memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini seperti keadaan
pelaporan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum
dan peraturan yang berlaku.27
Dengan demikian, konsep dasar audit internal
adalah melakukan pengawasan dan pengendalian yang memadai untuk
meyakinkan adanya penyimpangan dalam suatu perusahaan termasuk dunia
perbankan.
4. Efektivitas Fungsi Audit Internal
Dalam dunia perbankan audit internal merupakan sebuah fungsi yang
independent yang tugas utamanya adalah melakukan penilaian berkelanjutan
melalui penyusunan laporan yang menganalisis metodologi, prosedur dan
proses yang terdapat dalam manajemen resiko bank. Dalam perannya ini,
sudah umum apabila departemen audit internal mempertanggungjawabkan
tugasnya kepada Presiden Direktur Bank.28
27Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing, (Jakarta: Harvarindo, 2008), h. 77 28Modul Manajemen Resiko Perbankan, Pentingnya Regulasi Perbankan. Artikel diakses
pada tanggal 26 Agustus 2008 dari http://www.manajemenresiko.blokspot.com
111
Dipandang dari sudut audit yang independent, fungsi audit internal
adalah sebagai teknik pengendalian internal yang konvensional. Departemen
Audit Internal harus dianggap sebagai bagian yang terpadu dari sistem
pengendalian internal perusahaan, dan begitulah pandangan auditor
independent pada waktu melakukan tinjauan ulang dan evaluasi atas sistem
pengendalian internal. Apabila tinjauan ulang dan evaluasi ini menunjukkan
adanya fungsi audit internal yang kuat, maka biasanya auditor independent itu
sedikit banyak boleh mengandalkan pekerjaan staf audit internal.29
Fungsi audit internal merupakan sumber informasi dan assurance bagi
komite audit untuk aktivitas pengendalian finansial intern dan manajemen
resiko.30
Fungsi audit internal ini mencakup departemen audit internal dan
departemen lainnya, aktivitas atau outsource jasa yang memenuhi peranan
audit internal.
Fungsi audit internal yang baik memiliki proses untuk menilai
efektivitas mereka sendiri. Mereka menggunakan hasil, bersama dengan
umpan balik dari auditor eksternal dan stakeholders yang lain, untuk
memonitor kewenangan sepanjang waktu dan mencapai perbaikan
berkesinambungan dan praktek serta kinerja.31
Ini merupakan salah satu peran
dari audit internal.
29Marianus Sinaga, Norma dan Prosedur Auditing, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 156 30Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing, h. 45 31Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing, h. 47
112
Dengan adanya fungsi audit internal yang efektif, maka dapat tercipta
mekanisme pengawasan untuk memastikan bahwa sumber daya yang ada
dalam perusahaan telah digunakan secara ekonomis dan efektif, dan
pengendalian yang ada dalam perusahaan dapat memberikan kepastian lebih
tinggi bahwa informasi yang dihasilkan dapat dipercaya menurut versi audit
internal.
Audit internal juga menjadi barometer standar penilaian yang berlaku
di perusahaan melalui aktivitas pengawasan yang dilakukan secara
berkesinambungan, sehingga dapat mendorong terciptanya iklim kerja yang
efisien. Seiring dengan perbaikan dalam proses internal tersebut, keyakinan
investor termasuk kreditur terhadap proses pengelolaan perusahaan akan
semakin meningkat. Meningkatnya keyakinan investor terhadap proses
pengelolaan perusahaan, merupakan salah satu bukti dari kerja keras para
auditor internal.
Di Indonesia, fungsi audit internal sering dilihat sebagai penambahan
beban bagi perusahaan. Sedangkan di negara lain, keberadaan fungsi audit
internal dianggap sangat penting, antara lain terlihat adanya peraturan dari
beberapa Bursa Efek yang mengharuskan agar perusahaan yang terdaftar
harus memiliki fungsi audit internal, baik secara in-house maupun outsource,
serta munculnya Sarbanes Oxley di Amerika yang mengharuskan manajemen
untuk memastikan efektivitas dari pengendalian internalnya.
113
Berkaitan dengan peran audit internal, acuan yang digunakan antara
lain adalah standar audit internal yang dikeluarkan oleh The Institute of
Internal Auditor, dengan melakukan penyesuaian agar selaras dengan
peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia. Ketiadaan acuan yang
baku terkadang menimbulkan beberapa permasalahan, terutama bagi
organisasi yang mengadopsi praktek corporate governance internasional
tanpa menyesuaikan dengan struktur di Indonesia. Kendala-kendala yang
dihadapi fungsi audit internal di Indonesia antara lain terkait dengan
hubungan pekerjaan dengan komite audit, penentuan obyek audit dan
pengawasan serta tindak lanjut dari temuan audit.
Dengan demikian, fungsi audit internal merupakan salah satu fungsi
terpenting dalam suatu perusahaan, karena audit internal memiliki peran
strategis dalam membawa kepentingan perusahaan, dan bahkan pemegang
saham untuk memastikan bahwa setiap unit dalam perusahaan berjalan dengan
baik. Selain itu, audit internal merupakan aktivitas independent yang
mencakup pemberian asersi obyektif serta konsultasi yang dirancang untuk
memberikan nilai dan mempelajari operasi organisasi.
Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya
dengan menggunakan metode yang sistematis disertai disiplin dalam
mengevaluasi dan memperbaiki efektivitas dari proses manajemen resiko,
pengendalian internal dan governance. Audit internal melakukan penela’ahan
terhadap seluruh fungsi yang ada di organisasi, dan memberikan tingkat
114
keyakinan kepada manajemen dan komite audit mengenai kehandalan
pengendalian resiko, melakukan penilaian yang independent dan obyektif
terhadap struktur dan proses governance dan juga berperan sebagai katalis
perubahan, memberikan input untuk perbaikan terhadap struktur dan proses
governance.
5. Mekanisme Pelaksanaan Audit Internal
Audit internal harus mampu menggunakan metode-metode
pendekatan yang diperlukan untuk pelaksanaan audit internal, agar
pelaksanaan auditnya dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Metode
pendekatan tersebut dapat berbeda antara satu auditor dengan auditor lainnya
serta dalam satu bank dengan bank lainnya, namun sekurang-kurangnya audit
internal perlu memperhatikan aspek-aspek teknis seperti cara dan penetapan
sampling, teknik pengujian yang akan dilakukan, minimal bukti audit yang
diperlukan dan cara mendapatkannya serta memperhatikan konsep
materialitas.32
Pelaksanaan audit internal adalah proses realisasi dari semua yang
telah dipikirkan dan dituangkan dalam perencanaan audit internal.
Pelaksanaan audit internal dititikberatkan pada verifikasi kesesuaian
implementasi dengan aturan yang telah didokumentasikan. Bukti kesesuaian
32H.R. Daeng Naja, Legal Audit Operasional Bank, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006),
h. 52
115
implementasi sistem mutu inilah yang perlu dicari dalam pelaksanaan audit
internal.33
Mekanisme pelaksanaan audit internal memerlukan teknik-teknik
yang tidak dapat diperlukan melalui pendidikan formal dan akan lahir
pengalaman-pengalaman mengaudit, seorang auditor tidak dapat dicetak
secara instant. Teknik-teknik melaksanakan audit internal tidak sama untuk
setiap auditor dan tidak ada standar yang tetap bagaimana cara mengaudit.
Disarankan auditor yang belum berpengalaman melakukan audit internal agar
magang terlebih dahulu dengan auditor dari luar untuk menjadi auditor kepala
dalam memimpin audit internal dengan anggota adalah auditor dari
organisasi.34
Adapun langkah-langkah yang dianjurkan dalam melaksanakan audit
internal adalah mengevaluasi organisasi, mengevaluasi sistem mutu,
mengevaluasi kesesuaian dengan standar yang digunakan dan mengevaluasi
efektivitas sistem mutu.35
Langkah-langkah yang dianjurkan dalam
pelaksanaan audit ini tampaknya tidak akan berhasil tanpa dibarengi dengan
teknik melakukan audit internal.
Melaksanakan audit internal adalah kegiatan seni dan ilmu, seni
diperlukan karena auditor tidak boleh memaksakan kehendaknya dalam
33Iskandar Indranata, Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal, (Bandung:
Alfabeta, 2006), h. 46 34Iskandar Indranata, Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal 35Iskandar Indranata, Terampil dan Suskes Melakukan Audit Mutu Internal
116
menemukan ketidaksesuaian dari bagian yang diaudit. Caranya adalah
dilakukan dengan teknik-teknik yang dimiliki yang pada akhirnya dapat
menemukan bukti-bukti dari ketidaksesuaian dengan persyaratan-persyaratan
dari standar sistem mutu yang digunakan.36
Sementara teknik yang biasa digunakan adalah mengumpulkan dan
memverifikasikan informasi. Diskusi dengan personil merupakan hal yang
sangat penting dalam pelaksanaan audit. Untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, maka dalam diskusi auditor harus mampu menggunakan
pertanyaan yang menghasilkan uraian yang jelas dari yang diaudit. Sedangkan
sumber informasi tersebut dapat diperoleh melalui klarifikasi.
Teknik-teknik klarifikasi ini diperlukan untuk memperoleh kejelasan
atas pernyataan-pernyataan yang kurang dapat dimengerti, yang biasanya
terdapat pada dokumen mutu yang diaudit. Teknik lainnya adalah verifikasi.
Teknik verifikasi ini digunakan untuk melihat pemeliharaan sistem mutu pada
organisasi. Verifikasi pelaksanaan sistem melalui bukti objektif dengan
kesesuaian dokumen, catatan waktu dan analisa data. Bila ada ketidaksesuaian
dikomunikasikan kepada personil penanggung jawab para audit. Mengamati
kegiatan di lapangan dapat dilakukan untuk memastikan implementasi sistem.
Verifikasi biasanya dilakukan setelah tim audit menerima laporan tindakan
koreksi dari yang diaudit. Verifikasi dapat dilakukan secepatnya atau ditunda
sampai pada putaran audit berikutnya, tergantung permasalahan dan prosedur
audit yang berlaku.
36Iskandar Indranata, Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal, h. 49 - 50
117
Selanjutnya teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan audit
internal adalah observasi. Melakukan observasi terhadap berbagai aktivitas
yang ada di lingkungan tempat kerja serta kondisi yang ada. Sebagai contoh,
observasi biasanya dilakukan oleh auditor terhadap penggunaan instruksi
kerja oleh para operator, pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian serta
kesesuaian penyimpangan dan identifikasi dari bahan baku dan produk jadi.
Ada beberapa teknik yang digunakan untuk melakukan observasi
yang salah satunya adalah penelusuran ke belakang. Teknik ini dilaksanakan
setelah out put dihasilkan dan dilakukan penelusuran ke belakang sampai saat
permulaan proses. Selain teknik penelusuran ke belakang, masih terdapat
teknik yang digunakan untuk melakukan observasi yaitu teknik inspeksi
ulang. Auditor dapat memilih satu jenis produk yang telah diterima dan
meminta salah seorang inspektur untuk memeriksa atau menguji ulang salah
satu dari karakteristik produk tersebut.
Kemudian teknik yang juga biasa digunakan dalam pelaksanaan audit
internal adalah wawancara. Sebaiknya personil yang diwawancara berasal dari
level dan fungsi yang berbeda, dilakukan pada jam kerja dan di tempat kerja.
Pertanyaan harus jelas, terarah dan sistematis. Pertanyaan yang diajukan
sebaiknya bersifat terbuka untuk menghindari jawaban ya atau tidak.
Demikian mekanisme pelaksanaan audit internal.
Untuk lebih jelasnya tentang tahapan pekerjaan yang dilakukan dalam
proses audit internal dapat digambarkan secara ringkas sebagai berikut :
118
MEKANISME PELAKSANAAN AUDIT INTERNAL
Task Flow Description Steps
- Planning defines what should
be done how, where, and when
it should be done; and who
should do it.
Step 1 Audit Planning & Risk
Analysis
- Analyze the audit assignment
- Gather facts about the audit area
- Performa risk analysis
- Identify audit evidence
- Write detailed audit objective
- Develop an audit work program
- Schedule and staff the audit
- Familiarize the auditors with all
pertinent aspects of the program, function, entity or
being audited.
Step 2 Preliminary Survey
- Obtaining background information
- Investigating the area’s activities
- Determining reasonable
probability & documenting
- Effectively using survey result
- Field work encompasses all the
efforts that the internal auditor
must make to be able to form
an opinion and present findings
and recommendation about the
area under audit.
Step 3 Audit Field Work & Control
Assessment Method
- Evaluation of the internal control
system
- Design & conduct of the audit
test
- A finding is statement of
condition based on certain facts
that are stated in the audit
objectives. Good audit findings
depend on the quality of the
auditors field work and on the
completeness and organization
of their working papers.
Step 4 Auditing Finding &
Recommendation
- Developing audit findings
- Documenting findings
- Closing conference
- Reporting is the critical step in
audit process, any university
graduate may be able to write a
report, but not everyone can
write a clear, convincing report,
thorough and well organized
that leads the readers to the
intended conclusions, tells
them what they need to know
Step 5 Reporting
- Outline the report
- Writing the first draft - Editing the draft
- Writing the final report
- Follow up is the action taken to
correct a weak control
situation that has been
identified by an internal audit
and reported to management
Step 6 Follow up
- The need for follow up
- Follow up audits
Audit Planning &
Risk Analisis
Preliminary
Survey
Audit
Field Work
Audit Finding &
Recommendation
Reporting
Follow up
119
B. Good Corporate Governance
1. Pengertian Good Corporate Governance
Sampai saat ini para ahli tetap menghadapi kesulitan dalam
mendefinisikan Good Corporate Governance yang dapat mengakomodasikan
berbagai kepentingan. Tidak terbentuknya definisi yang akomodatif bagi
semua pihak yang berkepentingan dengan Good Corporate Governance
disebabkan karena cakupan Good Corporate Governance yang lintas sektoral.
Good Corporate Governance dapat didekati dengan berbagai disiplin ilmu
antara lain ilmu makro ekonomi, teori organisasi, teori informasi, akuntansi,
keuangan, manajemen, psikologi, sosiologi dan politik.37
Definisi Good Corporate Governance menurut Bank Dunia adalah
aturan, standar dan organisasi di bidang ekonomi yang mengatur perilaku
pemilik perusahaan, direktur dan manajer serta perincian dan penjabaran tugas
dan wewenang serta pertanggungjawabannya kepada investor dan kreditor.38
Sementara Syakhroza mendefinisikan Good Corporate Governance sebagai
suatu mekanisme tata kelola organisasi secara baik dalam melakukan sumber
daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis ataupun produktif dengan
prinsip-prinsip terbuka, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independent dan
adil dalam rangka mencapai tujuan organisasi, tata kelola organisasi yang baik
apakah dilihat dalam konteks mekanisme internal organisasi ataupun
37Endri, Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perbankan Syari’ah, h. 1. Artikel
diakses pada tanggal 26 Januari 2008 dari http://www.tazkiaonline.com 38Endri, Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perbankan Syari’ah
120
mekanisme eksternal organisasi. Mekanisme internal lebih fokus kepada
bagaimana pimpinan suatu organisasi mengatur jalannya organisasi sesuai
dengan prinsip-prinsip di atas, sedangkan mekanisme eksternal lebih
menekankan kepada bagaimana interaksi organisasi dengan pihak eksternal
berjalan secara harmoni tanpa mengabaikan pencapaian tujuan organisasi.39
Menurut Ahmad Daniri, Good Corporate Governance didefinisikan
sebagai sistem yang mengatur pengelolaan dan pengawasan bisnis korporasi,
mengatur hak dan kewajiban pihak terkait, memuat aturan main dan prosedur
yang harus ditempuh dalam membuat keputusan yang terkait dengan keputusan
korporasi, merumuskan mekanisme untuk penetapan yang objektif dan cara-
cara yang ditempuh untuk mencapai objektif serta pemantauan kerja.40
Sementara Finance Committee on Corporate Governance Malaysia
mendefinisikan corporate governance sebagai proses dan struktur yang
digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan kegiatan perusahaan
ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan.
Adapun tujuan akhirnya adalah meningkatkan kemakmuran pemegang saham
dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders
lainnya.41
Definisi ini menekankan bahwa sebaik apapun suatu struktur
corporate governance namun jika prosesnya tidak berjalan sebagaimana
39Endri, Penerapan Good Corporate Governance Dalam Perbankan Syari’ah, h. 1 - 2 40Ahmad Daniri, Transformasi Audit Internal Menuju Terwujudnya Good Corporate
Governance. Artikel diakses pada tanggal 21 Pebruari 2008 dari http://www.madani.com 41Herwidiyatmo, Implementasi Good Corporate Governance Untuk Perusahaan Publik di
Indonesia, (Jakarta: Usahawan, 2000), h. 1
121
mestinya, maka tujuan akhir melindungi kepentingan pemegang saham dan
stakeholders tidak akan pernah tercapai.
Dari beberapa uraian tentang definisi Good Corporate Governance
yang dikemukakan di atas, akhirnya dapat disimpulkan bahwa Good
Corporate Governance merupakan suatu sistem dimana sebuah entitas bisnis
diatur dan dikontrol. Dengan kata lain, Good Corporate Governance adalah
sebuah tatanan yang mengatur hubungan antara semua pihak dalam struktur
perusahaan yang menentukan arah dan performance suatu perusahaan itu
sendiri.
2. Konsep Dasar Good Corporate Governance
Banyak pihak yang melakukan proses pengidentifikasian terhadap
konsep ini dimana sebenarnya konsep Good Corporate Governance itu sendiri
bukan merupakan hal yang baru. Pada dasarnya, terminologi Good Corporate
Governance ini merujuk pada suatu konsep lama, yaitu kewajiban fidusiari
dari mereka yang mengontrol perusahaan untuk bertindak bagi kepentingan
seluruh pemegang saham dan stakeholders. Konsep kewajiban fidusiari ini
didasari oleh agency theory, dimana permasalahan agency muncul ketika
kepengurusan suatu perusahaan terpisah dari kepemilikan.42
Dengan kata lain, dewan komisaris dan direksi sebagai agen dalam
perusahaan memiliki kepentingan yang berbeda dengan pemegang saham. Di
42Marta Utama, “Konsep Good Corporate Governance”, dalam Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, (Depok: FEUI, 2004), h. 64
122
Indonesia, masalah agency ini juga timbul dari perbedaan kepentingan antara
pemegang saham pengendali dengan pemegang saham minoritas atau
stakeholders. Adapun elemen kunci dari konsep Good Corporate Governance
ini adalah mengenai pengertian dan prinsip-prinsip dari Good Corporate
Governance itu sendiri. Banyak pihak yang telah menghasilkan pemkirannya
tentang hal ini. Akan tetapi, hanya ada dua mainstream yang saat ini masih
bertahan dan dapat diakomodasi serta diadaptasi oleh berbagai regulasi yang
ada khususnya di Indonesia.43
Amin Widjaja menyatakan bahwa dasar dari Good Corporate
Governance dapat digambarkan dengan agency concept.44
Dalam agency
concept ini dijabarkan bahwa dalam suatu badan usaha/hukum biasanya diatur
dan dikepalai oleh sekelompok direktur yang duduk dalam dewan komisaris.
Para direktur ini dipilih oleh pemilik badan usaha tersebut, yaitu para
pemegang saham. Para direktur ini bertugas menetapkan strategi dan taktik
untuk mencapai target, tujuan dan permintaan pasar yang telah ditentukan
sebelumnya. Dalam menjalankan strategi dan taktik tersebut, dipekerjakanlah
para manajer dan staf profesional.
Pada konsep di atas diperlukan dua aspek untuk mengukur tingkat
keberhasilan dari badan usaha tersebut, yaitu performa dan akuntabilitas.
Aspek performa itu sendiri terdiri atas objektif, kebijakan, strategi, rencana,
43Marta Utama, “Konsep Good Corporate Governance”, dalam Jurnal Akuntansi dan
Keuangan 44Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing, h. 40
123
prosedur, pelatihan dan pengembangan. Sedangkan aspek akuntabilitas itu
terdiri atas laporan dewan komisaris, pengujian ulang performa dan kebijakan
akuntansi perusahaan. Di samping itu, untuk memastikan Good Corporate
Governance di atas dapat berjalan dengan lancar maka diperlukan aspek-apek
pendukung lainnya seperti hukum peraturan, publikasi, laporan tahunan
beserta informasi lainnya yang relevan dan kode etik yang kuat.45
Hukum dan peraturan berfungsi untuk melindungi semua pihak yang
berkepentingan, yang telah menanamkan modalnya pada badan usaha atau
organisasi tersebut. Selain itu, hukum dan peraturan ini sebaiknya mengatur
sikap dan kebijakan perusahaan terhadap pasar, laporan tahunan dan informasi
lainnya yang diperlukan oleh para pemegang saham, yaitu semua data dan
informasi ini disampaikan dengan jujur, adil dan baik. Laporan tahunan ini
berfungsi sebagai media komunikasi antara manajemen dengan pihak luar,
yaitu para pemegang saham juga ikut menilai performa perusahaan ini.46
Aspek lain yang dapat meningkatkan keberhasilan dari badan usaha
ini adalah kode etik yang kuat dalam suatu badan usaha/hukum amat sangat
diperlukan, karena kode etik inilah yang akan melandasi semua aktivitas dan
kebijakan yang dijalankan oleh manajemen perusahaan. Mengenai konsep
Good Corporate Governance ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
45Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing, h. 41 46Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing, h. 41 - 42
124
CORPORATE GOVERNANCE
Stakeholders
3. Sistem Manajemen Good Corporate Governance
Sistem dan prosedur merupakan bagian dari tugas setiap manajemen.
Dengan ini diartikan bahwa tiap orang yang melakukan tugas supervisi,
mengarahkan, atau mengatur aktivitas para bawahannya sedikit banyak
mempunyai pertanggungjawaban yang berkaitan dengan pekerjaannya atas
sistem dan prosedur dimana ia dan bawahannya menempatkan diri mereka –
bagaimana sesuatu itu dapat dikerjakan dengan baik – cara dan usaha yang
dilakukan untuk melengkapi tugas yang dipikulnya, dan metode proses
pekerjaan yang digunakannya. Dengan demikian, sistem dan prosedur adalah
Corporate legislation
and regulation
FERFORMANCE
External audit
Final accounts
ACCOUNTABILITY
Objective
Policies
Strategies
Plans
Key Pls
Procedures
Performance
report
Director’s report
Performance review
Final accounts
Profit and loss
Balance sheet
Accounting policies
Statutory disclosures
Managers
Supervisors
Operational and front line staff
Ethical standards
Audit committee
125
suatu bidang usaha yang harus diklasifikasikan sebagai salah satu dari unsur-
unsur manajemen.47
Demikian pula halnya dengan sistem manajemen Good Corporate
Governance. Untuk membangun Good Corporate Governance, diperlukan
sistem manajemen. Adapun sistem manajemen yang diperlukan di antaranya
adalah manajemen resiko. Di dalam badan usaha/organisasi harus terdapat
suatu sistem manajemen resiko yang kuat dan baik untuk memastikan bahwa
seluruh kegiatan perusahaan telah sesuai dengan strategi dan kebijakan
perusahaan yang berlaku.48
Di samping itu, untuk membangun Good Corporate Governance juga
diperlukan sistem manajemen performa. Pokok-pokok pikiran dari Good
Corporate Governance seharusnya diintegrasikan ke dalam cara menentukan
target suatu perusahaan dan cara perusahaan melihat kinerjanya sesuai dengan
target yang ditentukan tersebut. Kinerja perusahaan seharusnya diukur dan
diatur secara seimbang dan bermakna.49
Selain itu, untuk membangun Good Corporate Governance juga
dibutuhkan sistem internal kontrol. Tanpa sistem internal kontrol yang kuat
dan efektif, Good Corporate Governance tidak dapat direalisasikan. Sistem
internal kontrol itu sendiri fungsinya adalah sebagai suatu alat yang
membantu perusahaan dalam mengawasi dan mengendalikan segala resiko
47H.R. Daeng Naja, Legal Audit Operasional Bank, h. 68 48Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing, h. 42 49Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing
126
yang terjadi di dalam organisasi perusahaan tersebut baik dari dalam maupun
dari luar perusahaan.50
Dalam menerapkan sistem-sistem manajemen seperti dipaparkan di
atas, diperlukan beberapa independent di dalam suatu badan usaha/perusahaan
yang salah satunya adalah dewan komisaris. Dewan komisaris bertanggung
jawab dan berwenang mengawasi tindakan direksi dan memberikan nasehat
kepada direksi jika dipandang perlu oleh dewan komisaris. Untuk membantu
dewan komisaris dalam melaksanakan tugas tersebut, sesuai dengan prosedur
yang telah ditentukan oleh dewan komisaris, dapat menggunakan jasa
Penasehat Profesional yang mandiri dan/atau membantu komite khusus.
Setiap anggota dean komisaris harus berwatak amanah dan mempunyai
pengalaman dan kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.51
Komposisi dewan komisaris harus sedemikian rupa, sehingga
memungkinkan pengambilan putusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat
bertindak secara independent dalam arti tidak mempunyai kepentingan yang
dapat mengganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya secara
mandiri dan kritis dalam hubungan satu sama lain dan terhadap direksi.
Tergantung dari sifat khusus suatu perusahaan, seyogyanya paling sedikit
20% dari anggota dewan komisaris, harus berasal dari kalangan di luar
perusahaan guna meningkatkan efektivitas atas peran pengendaliannya, dan
transparansi dari pertimbangannya.52
50Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing 51Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing, h. 43 52Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing
127
Sistem manajemen yang perlu diterapkan secara independent di dalam
suatu perusahaan yang tidak kalah pentingnya adalah komite audit. Komite
yang anggotanya terdiri dari proses Good Corporate Governance dan
memiliki komunikasi langsung kepada pemegang saham melalui laporan
terpisah dalam laporan tahunan. Komite ini seharusnya juga memastikan
adanya manajemen resiko dan pengendali yang efektif di dalam perusahaan
tersebut. Orang-orang yang berpengalaman dan berkompetenlah yang
seharusnya duduk dalam komite ini, karena mereka harus mampu
mengendalikan dan membimbing proses Good Corporate Governance tanpa
adanya konflik kepentingan.53
Selain itu, sistem manajemen yang juga perlu diterapkan secara
independent dalam suatu perusahaan adalah eksternal auditor. Adalah auditor
yang dipilih oleh para pemegang saham berdasarkan usul dari komite audit.
Eksternal auditor tersebut harus bebas dari pengaruh dewan komisaris, direksi
dan pihak yang berkepentingan lainnya di perusahaan tersebut. Perusahaan
harus menyediakan semua catatan akuntansi dan data penunjang lainnya
kepada eksternal auditor, sehingga memungkinkan eksternal auditor
memberikan pendapatnya tentang kewajaran, konsistensi dan kesesuaian
laporan keuangan perusahaan dengan standar akuntansi yang ada.54
Kemudian sistem manajemen yang perlu diimplementasikan secara
independent dalam suatu perusahaan ialah internal auditor. Dalam melakukan
fungsinya, komite audit dan komisaris terkadang tidak efektif, maka dari itu
53Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing 54Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing
128
perlu dibentuk internal audit. Anggota komite audit dan dewan komisaris
harus bekerja sama dengan internal auditor ini, karena hanya internal auditor
yang melaksanakan pengendalian langsung secara teratur dari waktu ke
waktu.55
Keanggotaan internal auditor ditentukan oleh direksi, yaitu internal
audit merupakan salah satu bagian dari bagan/struktur organisasi perusahaan.
Direksi atas persetujuan dewan komisaris dapat meminta bantuan tenaga dari
pihak luar antara lain dari perusahaan pusat atau afiliasi sesuai dengan
kebutuhan. Internal auditor ini bertanggung jawab pad direksi dan komite
audit. Internal auditor perlu memperhatikan catatan-catatan atau petunjuk dari
eksternal auditor dan komite audit.56
4. Struktur Penerapan Good Corporate Governance
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 jo No. 8/14/
PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance pada bank
umum, terlihat bahwa komposisinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa
bagian sebagai berikut :
Pertama, yang berisikan ketentuan tentang struktur dan proses Good
Corporate Governance untuk organ perusahaan dan organ pendukung
perseroan misalnya antara lain ketentuan mengenai direksi dan komite-komite
ini merupakan fokus kegiatan tata kelola organ perusahaan.
55Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing, h. 44 56Amin Widjaja Tunggal, Memahami Internal Auditing, h. 45
129
Kedua, terkait dengan prudential regulation yang meliputi antara lain
fungsi kepatuhan dan audit intern, manajemen resiko, penyediaan dana kepada
pihak terkait dan penyediaan dana besar serta prinsip mengenal nasabah. Ini
merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh seluruh jajaran bank baik
secara internal maupun dalam interaksinya dengan pihak eksternal
stakeholders lainnya.
Ketiga, adalah aspek pelaporan dan transparansi bank yang meliputi
antara lain laporan kondisi keuangan dan non keuangan bank, transparansi
produk-produk perbankan dan penggunaan data pribadi nasabah. Bagian ini
merupakan aspek pengawasan baik oleh masyarakat dalam penegakan market
discipline dan juga oleh regulator.
Keempat, merupakan enforcement Good Corporate Governance
melalui ancaman sanksi kegagalan pelaporan dan kegagalan pelaksanaan
Good Corporate Governance pada bank umum.
Dari uraian di atas terlihat bahwa terdapat tiga kelompok pelaku
kegiatan dalam pelaksanaan Good Corporate Governance pada bank umum.
Kelompok pertama terdiri dari organ perseroan dan organ pendukung, atau
secara sederhana disebut board. Kelompok ini terdiri dari RUPS, direksi,
komisaris, komite audit, komite nominasi dan Remunerasi Komite Pemantau
Resiko, komite lainnya dari komisaris, bila ada dan satuan kerja, audit intern
atau satuan pengawasan intern. Sedangkan kelompok kedua merupakan
seluruh jajaran karyawan atau disebut sebagai enterprise-wide, yang menjadi
130
sarana direksi untuk melakukan tugas pengelolaan perusahaan. Kelompok
ketiga adalah pihak luar atau stakeholders yaitu regulator, nasabah, dan lain
yang berinteraksi dengan bank.57
Ketiga kelompok pelaku di atas terlibat dalam berbagai aktivitas
pelaksanaan Good Corporate Governance untuk beberapa hal seperti berikut
ini.
Pertama, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Setiap kebijakan Good Corporate Governance atau kebijakan
perusahaan harus mengacu dan tunduk pada berbagai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Kedua, kesesuaian antara berbagai kebijakan Good Corporate
Governance termasuk pedoman etika usaha dan etika kerja dengan kebijakan
manajemen dan berbagai prosedur kerja yang diberlakukan dalam rangka
menggerakkan proses bisnis perusahaan. Dalam proses ini, terjadi internalisasi
prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan nilai-nilai etika ke dalam
proses bisnis maupun sikap kerja sehari-hari yang pada gilirannya akan
muncul suatu budaya Good Corporate Governance dalam perusahaan.
Ketiga, pencapaian kinerja baik itu kinerja perusahaan, unit bisnis,
departemen, seksi dan seluruh jajaran baik secara kolektif maupun perorangan
mulai dari level komisaris, direksi sampai kepada karyawan level paling
57Leo J. Susilo, et.al., Good Corporate Governance Pada Bank Tanggung Jawab Direksi dan
Komisaris Dalam Melaksanakannya, (Bandung: PT. Hikayat Dunia, 2007), h. 137
131
rendah. Tentang bagan struktur penerapan Good Corporate Governance ini
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan seperti berikut ini.
CORPORATE GOVERNANCE IMPLEMENTATION FRAMEWORK
FERFORMANCE
• Board continues
professional education
• Best practices
implementation
• People development
• Best practices
implementation
• Best practices
implementation
CONFORMANCE
• Board ethics
• Aturan tentang benturan
kepentingan
• Sosialisasi & implementasi
awal GCG
• Corporate Business
ethics
• Aturan tentang
benturan
kepentingan
• Sosialisasi &
implementasi awal
GCG
• Corporate social
responsibility
implementation
• Pakta integrasi
dengan pemasok
COMPLIANCE
• Asesmen GCG
• Penyusun GCG manual
• Penyusun board manual
• Penyusun kebijakan
prudential regulation
• Asesmen GCG
• Penyusun SOP
prudential regulation
• Penerapan SOP
prudential regulation
• Anti corruption & bribery
BOARD ENTERPRISE WIDE STAKEHOLDERS
Bagan di atas menunjukkan gambaran umum struktur penerapan
Good Corporate Governance dan apa saja yang harus dilakukan oleh
kelompok organ perseroan, seluruh jajaran manajemen dan karyawan bank
dan juga dalam interaksi antara bank dengan pihak luar.58
5. Pedoman Pokok Pelaksanaan Prinsip Good Corporate Governance
Setiap perusahaan harus memastikan bahwa prinsip Good Corporate
Governance diterapkan pada setiap aspek bisnis dan pada semua jajaran
perusahaan. Adapun pedoman pokok pelaksanaan prinsip Good Corporate
58Leo J. Susilo, et.al., Good Corporate Governance Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris
Dalam Melaksanakannya, h. 139
132
Governance adalah mencakup hal-hal yaitu landasan hukum, hak pemegang
saham dan fungsi pokok kepemilikan perusahaan, perlakuan adil terhadap
pemilik saham, peranan stakeholders dalam penerapan Good Corporate
Governance, prinsip transparansi dalam pengungkapan informasi mengenai
perusahaan dan tanggung jawab manajemen perusahaan yang harus
berpedoman pada pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance.
Berikut ini adalah pedoman pokok pelaksanaan prinsip Good
Corporate Governance :59
a. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham. Kerangka yang
dibangun dalam Good Corporate Governance harus mampu melindungi
hak-hak para pemegang saham. Hak-hak tersebut meliputi hak-hak dasar
pemegang saham, yaitu hak untuk (1) menjamin keamanan metode
pendaftaran kepemilikan, (2) memindahkan saham yang dimilikinya, (3)
memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala
dan teratur, (4) ikut berperan dalam memberikan suara dalam RUPS, (5)
memilih anggota dewan komisaris dan direksi serta (6) memperoleh
pembagian keuntungan perusahaan.
b. Persamaan perlakuan terhadap seluruh pemegang saham. Kerangka Good
Corporate Governance harus menjamin adanya perlakuan yang sama
terhadap seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas
59KPK, Pelaksanaan Good Corporate Governance. Artikel diakses pada tanggal 20 Agustus
2008 dari http://www.kpk.go.id
133
dan asing. Seluruh pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk
mendapatkan penggantian atau perbaikan atas pelanggaran dari hak-hak
mereka. Prinsip ini juga mensyaratkan adanya perlakuan yang sama atas
saham-saham yang berada dalam satu kelas, melarang praktek-praktek
insider trading dan self dealing serta mengharuskan anggota dewan
komisaris untuk melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-
transaksi yang mengandung benturan kepentingan (conflict of interest).
c. Peranan stakeholders yang terkait dengan perusahaan. Kerangka Good
Corporate Governance harus memberikan pengakuan terhadap hak-hak
stakeholders seperti ditentukan dalam undang-undang, dan mendorong
kerja sama yang aktif antara perusahaan dengan para stakeholders tersebut
dalam rangka menciptakan kesejahteraan, lapangan kerja dan
kesinambungan usaha.
d. Keterbukaan dan transparansi. Kerangka Good Corporate Governance
harus menjamin adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk
setiap permasalahan yang berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan ini
meliputi informasi mengenai keadaan keuangan, kinerja perusahaan,
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Di samping itu, informasi yang
diungkapkan harus disusun, diaudit dan disajikan sesuai dengan standar
yang berkualitas tinggi. Manajemen juga diharuskan meminta auditor
eksternal melakukan audit yang bersifat independent atas laporan
keuangan.
134
e. Akuntabilitas dewan komisaris. Kerangka Good Corporate Governance
harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan, pemantauan yang
efektif terhadap manajemen yang dilakukan oleh dewan komisaris dan
akuntabilitas dewan komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham.
Prinsip ini juga memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki
oleh dewan komisaris beserta kewajiban-kewajiban profesionalnya kepada
pemegang saham dan stakeholders60
lainnya.
Dalam menerapkan landasan hukum Good Corporate Governance,
perlu didukung oleh pemerintah. Landasan hukum tersebut antara lain
undang-undang perburuhan, peraturan perbankan, ketentuan dan standar
akuntansi dan undang-undang perseroan terbatas. Peranan pemerintah untuk
membuat dan mengawasi pelaksanaan undang-undang atau peraturan dengan
baik, akan memberikan pressure yang besar pada peningkatan Good
Corporate Governance.
60Pendekatan stakeholders banyak digunakan dalam pembahasan etika bisnis. Pendekatan ini
dilakukan dengan cara mengamati dan menjelaskan secara analitis bagaimana berbagai unsur
dipengaruhi dan mempengaruhi keputusan dan tindakan bisnis. Pendekatan ini juga memetakan hubungan-hubungan yang terjalin dalam bisnis. Pada umumnya stakeholders dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok primer yang terdiri dari pemilik modal, karyawan, manajemen, kreditor,
pesaing serta rekaman dan kedua kelompok sekunder yang terdiri dari pemerintah, kelompok sosial,
media massa dan masyarakat pada umumnya. Lihat Sonny A. Keraf, Etika Bisnis dan Relevansinya,
(Yogyakarta: Kanisius, 1998), h. 89 - 90
135
BAB III
PT. BANK DKI SYARI’AH CABANG TANAH ABANG
A. Sejarah Singkat PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang
Pada mulanya Bank DKI merupakan Bank Pembangunan Daerah (BPD) DKI
Jakarta yang beroperasi berdasarkan Akta No. 30 tertanggal 11 April 1961 yang
dibuat di hadapan notaries Eliza Pondang, SH di Jakarta dengan nama PT. Bank
Pembangunan Daerah DKI Jakarta Raya yang disingkat BPD JAYA.
Landasan hukum Pendirian Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta adalah
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1955 tentang Pengawasan Lembaga Perkreditan
dan izin usaha dari Menteri Keuangan No. BUN 9 – 2 – 24 tanggal 11 April 1961.
Modal dasar saat didirikan sebesar Rp. 2.500.000,- yang terdiri dari 250 lembar
saham. Pemegang saham pada waktu itu adalah Pemerintah DKI Jakarta sebanyak
200 lembar saham dan 50 lembar saham dimiliki oleh Asuransi Bumiputera 1912
dengan jumlah modal disetor Rp. 2.500.000,-
Untuk menyesuaikan dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 tentang
ketentuan-ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah dan sebagai Pelaksana
Undang-Undang tersebut, maka diterbitkan Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1978
tentang Bank Pembangunan DKI Jakarta. Dalam peraturan tersebut, modal dasar
ditingkatkan menjadi Rp. 1.000.000.000,- yang berupa kekayaan Pemerintah Daerah
dipindahkan dengan jumlah modal disetor Rp. 1.000.000.000,- Bentuk badan hukum
berubah dari Perseroan Terbatas menjadi Perusahaan Daerah.
136
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam
transaksi luar negeri, berdasarkan persetujuan Bank Indonesia No. 25/67/KEP/DIR
tertanggal 30 November 1992, Bank Pembangunan DKI Jakarta resmi menjadi Bank
Devisa dan nama panggilan berubah dari BPD JAYA menjadi Bank DKI.
Sejalan dengan langkah kebijaksanaan Pemerintah RI untuk menyehatkan
sistem perbankan nasional pada bulan Mei 1999, Bank Pembangunan DKI Jakarta
diikutsertakan sebagai salah satu bank yang mendapat bantuan modal dari Pemerintah
Pusat melalui Program Rekapitulasi Perbankan. Bank Pembangunan DKI Jakarta
merubah bentuk badan hukum dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas
berdasarkan Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1999 dan akta pendirian No. 4 Tahun
1999 yang dibuat Notaries Harun Kamil, SH dan modal dasar Bank DKI ditingkatkan
menjadi Rp. 700.000.000.000,-
Pada hari ulang tahunnya yang ke-41, tanggal 11 April 2002, PT. Bank DKI
Jakarta menggunakan motto : “Terpercaya Membangun Usaha”. Pada bulan April
2003, telah berhasil menyelesaikan Program Rekapitulasi Perbankan yaitu dengan
cara membeli kembali saham Pemerintah Pusat oleh Pemerintah DKI Jakarta
sebanyak Rp. 172.695.000.000,- ditambah dengan premi sebesar bunga Obligasi
Pemerintah Pusat selama tiga tahun sebesar Rp. 72.673.896.231,- sehingga saham
Bank DKI menjadi 99,79% milik pemerintah DKI Jakarta dan 0,21% milik
Perusahaan Daerah Pasar Jaya.61
Untuk mengembangkan usahanya secara syari’ah,
maka PT. Bank DKI Jakarta membuka unit usaha syari’ah.
61Diakses pada tanggal 7 September 2008 dari www.bankdki.co.id dan www.bankdki-
syari’ah.com
137
Sejak tahun 2002 Bank DKI Jakarta mempersiapkan izin usaha syari’ah,
mulai dari menyiapkan sumber daya, studi kelayakan, pengkajian dan workshop bank
syari’ah hingga membentuk Dewan Pengawas Syari’ah. Meskipun demikian, efektif
beroperasinya Bank DKI Syari’ah adalah sejak diterimanya surat dari Bank Indonesia
No. 6/39/DPBS tanggal 13 Januari 2004 dan pelaksanaan operasi bank syari’ah ini
dimulai pada bulan Maret 2004 dengan menempatkan satu cabang penuh dan satu
cabang pembantu yang terletak di Jl. KH Wahid Hasyim No. 153 Jakarta sebagai
pengembangan pelayanan bagi para nasabahnya.62
Melihat letaknya yang cukup strategis berada pada pusat perdagangan pasar
Tanah Abang yang dikelola oleh PD Pasar Jaya, Bank DKI Syari’ah memiliki potensi
perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini terkait dengan kepemilikan saham PD
Pasar Jaya yang pada akhirnya menjadi rekan bisnis dalam pengembangan usahanya.
Unit usaha syari’ah ini bertujuan memberikan pelayanan berbagai kebutuhan
konsumen, baik dalam berinteraksi, tabungan maupun pembiayaan secara syari’ah.
Modal awal untuk Bank DKI Syari’ah ini adalah sebesar Rp. 2.000.000.000,-
yang dikeluarkan secara penuh oleh Bank DKI. Secara entitas bisnis Bank DKI
Syari’ah adalah bagian dari unit syari’ah Bank DKI Syari’ah. Pada sisi lain, legalitas
Bank DKI Syari’ah mengikuti legalitas Bank DKI sebagai suatu entitas usaha
perbankan.63
Dengan demikian, pembahasan mengenai sejarah singkat berdirinya
62www.bankdki-co.id dan www.bankdki-syari’ah.com
63Adi Sukmanto, Internal Audit Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang, Wawancara
Pribadi, Jakarta, 5 September 2008
138
Bank DKI Syari’ah tidak terlepas dari sejarah Bank DKI sebagai bank umum devisa
milik Pemerintah DKI Jakarta.
Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang yang secara resmi dibuka oleh
Gubernur DKI Jakarta Bapak Sutiyoso, pada tanggal 16 Maret 2005 merayakan
MILAD-nya yang pertama. Pada perkembangannya selama tiga tahun ini, Bank DKI
Syari’ah mampu memberikan nuansa baru pada perkembangan perbankan syari’ah.
Bersama dengan bank-bank syari’ah lainnya, Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah
Abang berusaha untuk mengembangkan potensi yang ada di masyarakat secara
optimal.64
Dalam usianya yang masih sangat tergolong muda, pada akhir tahun 2004
Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang mencatat aset sebesar Rp. 31,12 milyar,
pencapaian biaya sebesar Rp. 17,62 milyar dan pemenuhan dana pihak ketiga sebesar
Rp. 14,14 milyar. Dalam menghadapi tantangan dan persaingan antar sesama pelaku
perbankan yang semakin kompetitif, Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang
menyusun suatu rencana kerja strategis yaitu melakukan pemenuhan sarana
pelayanan nasabah secara cepat dan tepat serta melakukan ekspansi pembiayaan ke
perusahaan-perusahaan dan badan-badan usaha/ritel yang dinilai memiliki potensi
yang besar, sehingga Bank DKI Syari’ah menjadi salah satu bank yang dapat
dipercaya dalam melakukan transaksi secara syari’ah.65
64Adi Sukmanto, Internal Audit Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang, Wawancara
Pribadi, 65Adi Sukmanto, Internal Audit Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang, Wawancara
Pribadi
139
Hingga saat ini Bank DKI Syari’ah telah memiliki 36 kantor layanan syari’ah
yang ada di cabang pembantu Bank DKI konvensional. Sebanyak 15 kantor layanan
syari’ah cabang pembantu Bank DKI konvensional yang antara lain kantor cabang
pembantu Abdul Muis, kantor cabang pembantu Ancol, kantor cabang pembantu
Cakung, kantor cabang pembantu Cipulir, kantor cabang pembantu Glodok, kantor
cabang pembantu Gunadarma, kantor cabang pembantu Gunung Sahari, kantor
cabang pembantu Jatibaru, kantor cabang pembantu Klender, kantor cabang
pembantu Muara Angke, kantor cabang pembantu Pluit, kantor cabang pembantu
Samsat Gunung Sahari, kantor cabang pembantu Samsat Polda Metrojaya, kantor
cabang pembantu Senen, kantor cabang pembantu Trunojoyo dan kantor cabang
pembantu Tanah Abang. Hal ini dilakukan dalam rangka perluasan jaringan kantor
Bank DKI Syari’ah yang sebelumnya telah dilakukan sebanyak 21 kantor layanan
syari’ah.66
Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang sebagai salah satu bank syari’ah
yang memperoleh penghargaan sebagai unit bank syari’ah terbaik kategori aset di
bawah Rp. 100 milyar dalam ajang penghargaan Syari’ah Award 2006 dari majalah
investor. Penghargaan secara resmi ini diberikan pada hari Senin tanggal 9 Oktober
2006 bertempat di Four Season Hotel. Semoga saja dengan diperolehnya Syari’ah
Award 2006, menjadi langkah awal dalam menjadikan Bank DKI umumnya dan PT.
Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang khususnya sebagai bank terbaik dan
sekaligus membanggakan.
66Adi Sukmanto, Internal Audit Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang, Wawancaar
Pribadi
140
B. Tujuan Pendirian PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang
Menurut Zainal Arifin, tujuan didirikannya Bank Syari’ah secara umum
adalah untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip syari’ah Islam
dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis-bisnis lain
yang terkait.67
Di samping itu, pembentukan Bank Syari’ah juga memiliki tujuan-
tujuan lain yaitu sebagai berikut :
1. Berusaha membuktikan bahwa konsep perbankan menurut syari’ah Islam dapat
beroperasi, tumbuh dan berkembang melebihi bank-bank umum dengan sistem
lain.
2. Menyediakan lembaga keuangan perbankan sebagai sarana meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat banyak.
3. Mengarahkan ekonomi umat untuk bermu’amalah secara Islam, khususnya
mu’amalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari praktek-
praktek riba.
4. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan
pendapatan melalui kegiatan investasi.
5. Untuk membantu menanggulangi masalah kemiskinan.
6. Untuk menjaga kestabilan ekonomi atau moneter pemerintah.
7. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank konvensional
yang menyebabkan umat Islam berada di bawah kekuasaan bank-bank umum,
67Zainal Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta: Alphabet, 2002), Cet. ke-
1, h. 12
141
sehingga umat Islam tidak dapat melaksanakan ajaran agamanya secara penuh,
terutama di bidang kegiatan bisnis dan perekonomian.
8. Meningkatkan partisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan,
terutama dalam bidang ekonomi dan keuangan.
9. Berkembangnya lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat berdasarkan
efisiensi dan keadilan akan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat yang
antara lain dapat memperluas jaringan lembaga-lembaga keuangan perbankan ke
daerah-daerah terpencil.
10. Usaha seperti ini akan sekaligus mendidik dan membimbing masyarakat untuk
berpikir secara ekonomis, berperilaku bisnis dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
Adapun tujuan pendirian dari PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang
adalah seperti tercermin dalam visi dan misi PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah
Abang itu sendiri.68
Visi yang akan diwujudkan oleh PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang adalah “Menjadi Bank Terbaik dan Membanggakan”. Sedangkan misi
dari PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang adalah “Bank berkinerja unggul
secara syari’ah, mitra strategis dunia usaha/masyarakat dan andalan Pemerintah
Propinsi DKI Jakarta yang memberi nilai tambah bagi stakeholders melalui
pelayanan terpadu dan profesional”.
68Adi Sukmanto, Internal Audit Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang, Wawancara
Pribadi,
142
C. Prinsip Operasional PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang
Sebagai bank berbasis syari’ah, PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang
melakukan kegiatan operasinalnya secara konsisten dengan mengacu kepada
ketetapan-ketetapan syari’i sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits
Rasulullah SAW secara ijma’ dan fatwa ulama. Selain itu, penjelasan Undang-
Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan Bab III Pasal 6 Huruf m yang
berbunyi : “Bank umum berdasarkan prinsip syari’ah tidak melakukan kegiatan usaha
secara konvensional”,69
tidak memperkenankan PT. Bank DKI Syari’ah untuk
melakukan kegiatan secara konvensional.
Adapun prinsip-prinsip syari’ah yang diterapkan oleh PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang antara lain adalah sebagai berikut :
1. Musyarakah, yaitu prinsip kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk usaha
tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana, dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama.
2. Mudharabah, yaitu prinsip kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama
(bank) menyediakan dana penuh (100%) sebagai modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola usahanya. Kerugian ditanggung oleh bank – selama kerugian
bukan akibat kelalaian pengelola – dan keuntungan dibagi bersama sesuai dengan
kesepakatan.
69Dahlan Siamat, Management Lembaga Keuangan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi UI, 1999), Edisi ke-2, h. 474
143
3. Murabahah, yaitu prinsip jual beli barang antara penjual dan pembeli dengan
harga asal yang diketahui bersama, kemudian ditambahkan keuntungan tertentu
untuk si penjual sesuai dengan kesepakatan.
4. Bai al-istishna, yaitu prinsip kontrak jual beli barang antara pembuat barang dan
pembeli. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli,
dengan harga dan cara pembayaran yang disepakati bersama.
Selain prinsip-prinsip syari’ah yang diterapkan oleh PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang, bank ini juga menawarkan produk dan jasa yang terbagi ke
dalam dua bagian yaitu penghimpunan dana dan pelayanan jasa. Penghimpunan dana
pada Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang terdiri dari :
1. Giro wadi’ah. Giro wadi’ah adalah simpanan nasabah berbentuk giro dengan
prinsip Wadi’ah Yad Dhamamah yang dapat diambil setiap saat dengan sarana
cek atau bilyet giro dan nasabah dapat memperoleh bonus. PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang mensyaratkan untuk setoran awal bagi perorangan
sebesar Rp. 500.000,- dan untuk perusahaan sebesar Rp. 1.000.000,- Dalam
pelayanannya, PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang memberikan kartu
ATM kepada nasabah perorangan dengan kemudahan dapat menyetor dan
menarik dananya di setiap ATM Bank DKI yang ada di seluruh kantor cabang
Bank DKI Syari’ah.
2. Tabungan mudharabah. Pada tabungan ini nasabah dapat menyimpan dananya
dalam bentuk tabungan dengan prinsip mudharabah muthlaqah yang dapat
diambil kapan saja melalui cabang dan ATM Bank DKI dengan setoran Rp.
144
50.000,- dan setoran selanjutnya adalah minimal Rp. 10.000,- Dalam
operasionalnya, PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang menjanjikan
pengelolaan dana secara profesional dan sesuai dengan prinsip syari’ah kepada
nasabah. PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang juga menjanjikan
keamanan adanya bagi hasil yang menarik.
3. Deposito mudharabah. Deposito ini merupakan produk investasi dalam bentuk
deposito dengan prinsip mudharabah muthlaqah. Dengan produk ini, nasabah
dapat mendepositokan dananya dalam jangka waktu tertentu dan mempercayakan
bank sebagai agen manajer investasi dengan menempatkan pengelolaan dana
tersebut dalam bentuk surat berharga atau investasi proyek usaha. Dengan
nominal Rp. 1.000.000,- nasabah sudah dapat menginvestasikan uangnya secara
aman dan menguntungkan.
Adapun jasa yang ditawarkan PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang
adalah sebagai berikut :
1. Kiriman uang. Dengan fasilitas on line Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang,
pengiriman uang dapat dilakukan kepada rekan bisnis atau keluarga antar cabang
Bank DKI Syari’ah atau Bank DKI konvensional secara cepat.
2. Inkaso. Jasa ini diperuntukkan bagi mereka yang membutuhkan penagihan,
warkat-warkat yang berasal dari kota lain dengan cepat dan aman.
3. Garansi bank. Jasa garansi bank ini dapat dipergunakan bagi mereka yang
membutuhkan pinjaman kepada rekan bisnis untuk keperluan tender proyek,
pelaksanaan proyek, kebutuhan proyek, dan lain sebagainya.
145
Dengan demikian, PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang tidak hanya
terpaku pada pembiayaan-pembiayaan seperti murabahah, mudharabah dan
musyarakh, akan tetapi sudah merambah jauh ke berbagai bisnis besar seperti
pembiayaan untuk keperluan proyek dengan tetap mengacu kepada prinsip-prinsip
syari’ah.
D. Struktur Organisasi PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang
Secara struktural keberadaan pimpinan Bank DKI Syari’ah langsung berada
di bawah kendali Dewan Direksi. Meskipun demikian, Bank DKI Syari’ah
mempunyai struktur organisasi tersendiri dan terdiri atas dua divisi dan lima
departemen. Selain itu, keberadaan DPS pada Bank DKI Syari’ah juga tidak
berhubungan dengan pimpinan Bank DKI Syari’ah, tetapi langsung berhubungan
dengan Direksi Bank DKI.
PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang secara struktur tidak terpisah
dari unit-unit organisasi PT. Bank DKI lainnya. Struktur organisasi yang ada di PT.
Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang telah memenuhi standar berdirinya sebuah
institusi yang bergerak dalam pelayanan masyarakat serta didukung oleh sumber daya
insani yang unggul dan profesional.
Adapun ilustrasi dari struktur organisasi PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang adalah sebagai pemimpin tertinggi yaitu Rapat Umum Pemegang
Saham, kemudian Dewan Pengurus Syari’ah yang bertugas untuk memastikan dan
146
menjamin operasional bisnis syari’ah Bank DKI sesuai dengan prinsip-prinsip sistem
ekonomi Islam.
Fungsi utama Dewan Pengawas Syari’ah PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang adalah sebagai berikut :
1. Memberikan nasehat kepada manajemen tentang pengolahan dan pengembangan
bisnis syari’ah Bank DKI dari aspek syari’ah.
2. Bertindak sebagai pemerintah antara Bank DKI dengan Dewan Syari’ah Nasional
untuk kajian dan fatwa yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengembangan
bisnis syari’ah Bank DKI seperti produk, jasa, sistem penunjang, dan lain
sebagainya.
3. Melaporkan kegiatan usaha dan pengembangan bisnis perbankan syari’ah Bank
DKI kepada Dewan Syari’ah Nasional dan atau lembaga-lembaga eksternal
lainnya yang terkait sesuai dengan ketentuan dan aturan pengelolaan bisnis
perbankan syari’ah.
Sementara itu, Dewan Komisaris membawahi Direktur Utama. Sedangkan
Divisi Syari’ah merupakan bagian dari Strategic Business Unit Rite yang berada di
bawah penyeliaan langsung Direktur Rite Bank DKI. Adapun fungsi utama Divisi
Syari’ah sebagai Divisi Bank DKI adalah sebagai berikut :
1. Melakukan aktivitas-aktivitas antar divisi.
2. Menunjang penyeliaan logistic dan material cabang syari’ah bekerja sama dengan
unit-unit atau divisi terkait.
147
3. Mengelola kebijakan manajemen sumber daya manusia cabang syari’ah bekerja
sama dengan unit atau divisi terkait.
4. Mengkoordinasikan pengelolaan anggaran usaha syari’ah.
5. Menyusun laporan keuangan usaha syari’ah dan mengkoordinasikan dengan
divisi pengendalian keuangan.
6. Menunjang pengelolaan sistem teknologi usaha syari’ah bekerja sama dengan
para ahli teknologi.
Sedangkan fungsi utama Divisi Syari’ah sebagai kantor pusat cabang-cabang
syari’ah adalah sebagai berikut :
1. Sebagai kantor pusat cabang-cabang syari’ah.
2. Melaksanakan fungsi treasury seperti likuiditas, placement dan pricing usaha
syari’ah.
3. Menyelia organisasi bisnis cabang syari’ah bekerja sama dengan satuan pengawas
intern.
4. Memantau kualitas bisnis cabang syari’ah sesuai dengan rencana kerja dan
anggaran.
5. Mengelola sistem akuntansi dengan pembukuan keuangan usaha syari’ah.
6. Mengembangkan produk atau jasa bank syari’ah sesuai tuntutan pasar.
Selanjutnya di bawah Divisi Syari’ah terdapat kelompok perbankan syari’ah
yang langsung membawahi pengelolaan pengembangan bisnis syari’ah, pengelolaan
treasury dan investment serta pengelolaan penunjang bisnis syari’ah.
148
Selain itu, Divisi Syari’ah juga langsung membawahi pengelolaan bisnis
syari’ah dan bagian umum. Cabang syari’ah berada di bawah pengelolaan penyeliaan
bisnis syari’ah. Cabang syari’ah membawahi bisnis operasional dan bertanggung
jawab terhadap kontrol intern dan unit pemasaran bisnis. Bisnis operasional
bertanggung jawab terhadap unit operasional dan unit umum serta akuntansi.
Adapun fungsi utama unit-unit tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan treasury
a. Melaksanakan fungsi treasury dalam rangka penempatan dana usaha syari’ah.
b. Mengelola bisnis internasional
2. Pengelolaan pengendalian keuangan dan teknologi
a. Mengkoordinasikan pengelolaan anggaran usaha syari’ah.
b. Mengelola sistem akuntansi dan pembukuan keuangan usaha syari’ah.
c. Menyusun laporan keuangan usaha syari’ah dan mengkoordinasikan dengan
divisi pengendalian keuangan.
d. Menunjang pengelolaan sistem teknologi usaha syari’ah bekerja sama dengan
para ahli teknologi.
3. Pengelolaan penunjang operasional
a. Menunjang penyeliaan logistic dan material cabang syari’ah dan bekerja sama
dengan unit-unit terkait.
b. Mengelola kebijakan manajemen sumber daya manusia cabang syari’ah.
c. Menunjang pengembangan sistem manajemen cabang syari’ah.
149
4. Pengelolaan penyeliaan bisnis usaha syari’ah
a. Memantau kualitas bisnis cabang syari’ah sesuai dengan rencana kerja dan
anggaran.
b. Memantau sistem operasional sesuai dengan prinsip syari’ah bekerja sama
dengan Dewan Pengawas Syari’ah.
c. Menyelia operasional bisnis cabang syari’ah bekerja sama dengan Satuan
Pengawas Intern.70
Untuk mengetahui lebih jelas tentang struktur organisasi PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang dapat dilihat pada bagan sebagai berikut :
70Adi Sukmanto, Internal Audit Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang, Wawancara
Pribadi, Jakarta, 5 September 2008
150
STRUKTUR ORGANISASI
PT. BANK DKI SYARI’AH CABANG TANAH ABANG
Dewan Pengawas Syariah
ISLAMIC SUPERVISORY BOARD
DIREKSI DIRECTORS
PIMPINAN GRUP SYARIAH HEAD OF ISLAMIC GROUP
DIVISI OPERASIONA OPERATIONAL DIVISION
DIVISI PEMASARAN MARKETING DIVISION
DEPARTEMEN
PEMBIAYAAN
FINANCING
DEPARTMENT
DEPARTEMEN
PENDANAAN FUDNING
DEPARTMENT
DEPARTEMEN UMUM
GENERAL
DEPARTMENT
DEPARTEMEN KEUANGAN &
TEKNOLOGI
FINANCE & TECHNOLOGY
DEPARTMENT
KONTROL INTERN
GROUP
INTERNAL CONTROL
151
BAB IV
PENTINGNYA AUDIT INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA PT. BANK
DKI SYARI’AH CABANG TANAH ABANG
A. Proses dan Tahapan Audit Internal Pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang
Proses audit atau disebut juga tahap-tahap audit merupakan kegiatan atau
langkah yang dilakukan oleh auditor mulai dari rencana audit, pelaksanaan, sampai
pad penerbitan laporan akuntan. Langkah-langkah ini perlu diketahui agar para
auditor dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga ia
dapat menjaga diri dari kemungkinan kesalahan fatal yang berupa kesalahan auditor
yang dapat menimbulkan resiko audit, berupa kemungkinan terjadinya tuntutan di
depan pengadilan, bahkan yang lebih fatal lagi berupa pencabutan izin praktek
akuntan publik itu sendiri. Oleh sebab itu, setiap lembaga keuangan mengetahui
bagaimana proses dan tahap audit internal, termasuk pula PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang.
Audit internal pada PT. Bank DKI Cabang Tanah Abang disebut dengan
Kontrol Internal Cabang (KIC). KIC ini diperlukan untuk membantu tugas-tugas
pimpinan cabang dalam bidang pengawasan atas seluruh kegiatan operasional cabang
agar sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku. Pengawasan oleh Kontrol
152
Internal Cabang dilakukan setelah proses operasional berikut klarifikasi rutin pada
unit kerja di cabang dilaksanakan secara lengkap sehingga menjadi bagian terpisah
dari kegiatan operasional rutin cabang.
Pelaksanaan kontrol internal tersebut dilakukan dengan beberapa tahapan
sebagai berikut :71
1. Tahap perbandingan
Membandingkan pos-pos/rekening dalam laporan keuangan (neraca laba-
rugi dan komitmen contingence) pada periode tahun atau bulan saat audit dengan
bulan atau tahun sebelumnya.
2. Tahap vouching
Memeriksa/meneliti keabsahan voucher/bukti pembukuan suatu transaksi
di antaranya adalah kelengkapan tanda tangan pejabat yang berwenang.
3. Tahap konfirmasi
Adalah meminta penjelasan kepada pihak lain untuk memastikan/
meyakinkan kebenaran bukti yang diperoleh.
4. Tahap analisa
Adalah kegiatan untuk mempertajam dalam rangka mengambil kesimpulan
yang benar dan tepat.
5. Audit hasil penjumlahan vertikal dan horizontal, apakah ada kesamaan.
71
Buku Pedoman Kerja Internal Kontrol Bank DKI Syari’ah
153
6. Tahap pengecekkan
Melihat segala aktivitas pekerjaan dan kebijakan-kebijakan internal
cabang apakah sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang
berlaku.
7. Tahap inspeksi
Meneliti sesuatu secara fisik, apakah sesuai dengan yang dilaporkan
misalnya audit kas, persediaan CH/BG dan warkat-warkat kliring.
8. Tahap verifikasi
Adalah memeriksa suatu kebenaran perhitungan-perhitungan seperti
penjumlahan, perkalian, pengurangan, dan lain sebagainya.
9. Tahap mentrasir
Memeriksa suatu kebenaran transaksi dengan mengikuti suatu bukti
dengan cara memeriksa tahapan sebelumnya seperti saldo rekening koran,
nasabah, agar diperiksa bukti-bukti setoran tunai atau bukti-bukti pembayaran dan
pembenahan lainnya.
10. Tahap sampling
Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka sering pula audit
dilaksanakan melalui teknik sampling dengan metode random sampling,
rusticated sampling dan field sampling.
Demikian proses dan tahapan audit internal yang dilakukan oleh PT. Bank
DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang. Dengan adanya proses dan tahapan audit
internal ini, diharapkan kinerja perbankan syari’ah secara umum dan PT. Bank DKI
154
Syari’ah Cabang Tanah Abang khususnya, akan lebih maju dan tampil sebagai
pioneer terdepan dalam upaya pelaksanaan audit internal.
B. Implementasi Good Corporate Governance Pada PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang
Dewasa ini tuntutan terhadap terwujudnya Good Corporate Governance di
setiap perusahaan sudah semakin penting. Rendahnya kualitas penerapan Good
Corporate Governance akan berpengaruh kepada kepercayaan investor untuk
menanamkan modal di Indonesia. Dikatakan bahwa para ekonomi masih kurang
pemahaman terhadap Good Corporate Governance, maka konsekuensinya dalam
praktek bisnis terjadi Bad Governance. Bad governance dari pihak manajemen
menyebabkan kerugian yang sangat besar sehingga terjadi kebangkrutan pada setiap
perusahaan termasuk pada perbankan syari’ah.
Sebagai suatu unit usaha dari Bank DKI, maka penerapan Good Corporate
Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang mengacu kepada
penerapan Good Corporate Governance pada Bank DKI. Dalam hal ini, Bank DKI
telah berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance secara baik dan benar. Komitmen tersebut dituangkan dalam
suatu slogan yang diciptakan untuk memudahkan karyawan dalam menerapkan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam kegiatan sehari-hari. Slogan Bank
DKI untuk penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dikenal dengan
sebutan TARIF.72
72Adi Sukmanto, Internal Audit PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang, Wawancara
Pribadi, Jakarta, 5 September 2008
155
Sebagai salah satu komitmen dalam menerapkan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance, maka manajemen Bank DKI telah meningkatkan struktur dan
kerangka Good Corporate Governance sesuai dengan perkembangan terkini di dunia
perbankan baik lokal maupun internasional seperti rekomendasi Basel II tentang
manajemen resiko bank, Sarbanes-Oxley Act tentang standar keterbukaan laporan
keuangan, blue print Arsitektur Perbankan Indonesia dari Bank Indonesia serta
International Financial Reporting Standards.
Implementasi Good Corporate Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang berpedoman kepada ketentuan Bank Indonesia yang meliputi :
1. Pemenuhan komposisi Dewan Komisaris dan Direksi beserta pelaksanaan tugas
dan tanggung jawabnya. Hal ini ditunjukkan oleh adanya Komisaris Independen
yang sesuai dengan peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 yang mengatur
bahwa sedikitnya 50% dari anggota Komisaris merupakan Komisaris Independen,
kebijakan bahwa Dewan Komisaris tidak boleh memiliki kepemilikan saham yang
mencapai 5% atau lebih, baik pada Bank DKI maupun pada bank umum dan
perusahaan lain yang berkedudukan di dalam ataupun di luar negeri serta tidak
memiliki hubungan keuangan dan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris
lain, anggota direksi dan/ atau pemegang saham pengendali, kebijakan dan tidak
boleh rangkap jabatan.
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab komite-komite yaitu
komite audit, komite pemantau resiko dan komite remunerasi serta nominasi.
3. Pelaksanaan fungsi kepatuhan, audit internal dan audit eksternal.
156
4. Pelaksanaan fungsi manajemen resiko.
5. Pemenuhan ketentuan Bank Indonesia terkait dengan prinsip kehati-hatian dalam
penyediaan dana kepada pihak terkait dan debitur besar.
6. Penyusunan rencana strategis bank sesuai dengan ketentuan mengenai rencana
bisnis bank.
7. Pelaksanaan transparansi kondisi keuangan dan non keuangan.
8. Penyusunan buku pedoman kerja dan dewan komisaris dan buku pedoman kerja
direksi.
9. Penerapan visi dan misi serta nilai budaya kerja perusahaan yang terdiri dari tujuh
nilai KTPP DKI yaitu komitmen, teamwork, profesional, pelayanan, disiplin,
kerja keras dan integritas.
10. Penunjukkan direktur kepatuhan dan pembentukan satuan kerja kepatuhan, satuan
kerja manajemen resiko dan satuan kerja audit internal serta penetapan fungsi
pengelola Good Corporate Governance pada satuan kerja kepatuhan, group
manajemen resiko dan kepatuhan.
Salah satu bentuk dari implementasi Good Corporate Governance tersebut
dapat dilihat dari transparansi yang dilakukan oleh manajemen dengan
menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang remunerasi yang diterima oleh
dewan direksi dan dewan komisaris. Semua informasi tersebut dapat dilihat oleh
seluruh masyarakat melalui annual report perusahaan. Dengan adanya annual report
pada perusahaan, biasanya dapat diketahui hasil audit internal pada suatu perusahaan,
termasuk institusi perbankan.
157
Hasil audit internal pada tahun 2007 menunjukkan bahwa terdapat 31 sanksi
yang telah dikeluarkan oleh manajemen yang berupa sanksi teguran lisan yang paling
banyak dikeluarkan. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa tingkat penyimpangan yang
terjadi masih relatif ringan. Penyimpangan seperti ini dapat diketahui karena adanya
penerapan Good Corporate Governance.
Untuk mengukur tingkat implementasi Good Corporate Governance,
manajemen Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang secara rutin melaksanakan self
assessment tentang pelaksanaan Good Corporate Governance dengan menggunakan
metode assessment yang telah baku dan diakui oleh dunia usaha. Berdasarkan
assessment tahun 2007, Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang memperoleh
predikat baik dengan nilai komposit akhir sebesar 1,81 dengan 9 area masalah yang
perlu dicermati dan ditindaklanjuti oleh manajemennya73
oleh pihak PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang dalam mengimplementasikan Good Corporate
Governance.
Saat ini, Good Corporate Governance dianggap begitu penting, terutama bagi
PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang. Karena Good Corporate Governance
diharapkan dapat memperbaiki citra perbankan yang sempat terpuruk beberapa waktu
lalu. Hal ini mengingat dalam Good Corporate Governance terkandung lima prinsip
yang anggap positif bagi pengelolaan sebuah perbankan. Prinsip keterbukaan atau
transparansi misalnya, bank harus memberikan informasi secara tepat waktu,
73Irwan Abdullah, et.al., “Analisa Perusahaan PT. Bank DKI Unit Syari’ah”, Makalah Mata
Kuliah Manajemen Keuangan Islam. Makalah ini diakses pada tanggal 4 November 2008 dari
http://www.scribd.com
158
memadai, jelas, akurat dan dapat dibandingkan. Informasi tersebut juga harus mudah
diakses stakeholders sesuai dengan haknya. Prinsip akuntabilitas, berarti bank harus
menetapkan tanggung jawab yang jelas dari setiap komponen organisasi yang selaras
dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perbankan. Setiap komponen organisasi
memiliki kompetensi sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Mereka harus
dapat memahami perannya dalam pelaksanaan Good Corporate Governance.74
Dengan demikian, implementasi Good Corporate Governance pada PT. Bank
DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar
yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan, yang
dapat membantu tercapainya kesinambungan perbankan melalui pengelolaan
berdasarkan asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta
kewajaran dan kesetaraan. Oleh sebab itu, banyak manfaat yang diambil dari
penerapan Good Corporate Governance yang salah satunya adalah dapat
meningkatkan kualitas struktur pengelolaan dan pola kerja perusahaan, tak terkecuali
PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa implementasi Good
Corporate Governance bagi perkembangan bank syari’ah bukan sekedar mengikuti
peraturan tertulis yang terlanjur dikeluarkan oleh pemerintah. Lebih dari itu, Good
Corporate Governance pada hakekatnya merupakan standar etis di mana perbankan
syari’ah tidak hanya dituntut untuk memenuhi pencapaian-pencapaian laba materil,
74Adi Sukmanto, Internal Audit PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang, Wawancara
Pribadi
159
tetapi juga mengemban tanggung jawab etis vertikal dan sosial-horizontal. Untuk itu,
penerapan Good Corporate Governance perlu dijadikan sebagai bagian dari kultur
perbankan, bukan sekedar Good Corporate Governance, tetapi juga Good Corporate
Culture.
C. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance di PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang
Pada dasarnya prinsip-prinsip pokok dan best practice Good Corporate
Governance yang dikembangkan pada perbankan syari’ah hampir sama dengan
perbankan konvensional. Hal ini disebabkan secara umum, fungsi bank syari’ah sama
dengan perbankan konvensional. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk
mengembangkan konsep Good Corporate Governance di antaranya adalah kultur
manajemen, akuntansi dan pengawasan. Demikian pula halnya dengan PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang.75
Adapun prinsip-prinsip Good Corporate Governance di PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang pada dasarnya bertumpukkan kepada lima pilar utama
yang disebut dengan TARIF yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibility,
independensi dan fairness. Secara yuridis prinsip-prinsip tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 sebagaimana telah
75Adi Sukmanto, Internal Audit PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang, Wawancara
Pribadi
160
diubah dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi bank umum sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat 6.
Pengertian kelima prinsip-prinsip tersebut telah diuraikan dalam keputusan
Menteri BUMN No. KEP. 117/M-MBU/2002, dan dijabarkan sebagai berikut :
1. Transparansi
Yaitu mengelola perusahaan secara transparan dengan semua stakeholders
atau orang-orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dengan
aktivitas perusahaan. Dalam hal ini, para pengelola perusahaan harus berbuat
secara transparan kepada pemegang saham, jujur apa adanya dalam membuat
laporan usaha dan tidak manipulatif. Keterbukaan informasi dalam proses
pengambilan keputusan dan pengungkapan informasi yang dianggap penting dan
relevan. Selain itu, PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang juga harus
menyampaikan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat
dibandingkan. Informasi tersebut juga harus mudah diakses stakeholders sesuai
dengan haknya.
2. Akuntabilitas
PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang harus memberikan
kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban dari setiap komponen
organisasi dan selaras dengan visi, misi, sasaran usaha serta strategi dalam
perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan dapat terlaksana secara efektif dan
efisien. Manajemen harus membuat job description yang jelas kepada semua
karyawan dan menegaskan fungsi-fungsi dasar setiap bagian, sehingga PT. Bank
161
DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang akan menjadi jelas hak dan kewajibannya,
fungsi dan tanggung jawabnya serta kewenangannya dalam setiap kebijakan
perbankan.
3. Responsibiliti
Yaitu menyadari bahwa ada elemen-elemen dari PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang yang membawa dampak pada lingkungan dan masyarakat
pada umumnya. Pihak PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang harus
memperhatikan masalah-masalah seperti keamanan, lingkungan dan berusaha
menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat setempat.
Pihak PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang harus apresiatif dan proaktif
terhadap perkembangan gejolak sosial masyarakat. Dengan kata lain, PT. Bank
DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang juga harus mampu bertindak sebagai
perusahaan yang baik. Prinsip ini harus dijalankan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku agar tetap terjaga kelangsungan usaha PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang.
4. Independensi
PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang harus mampu menghindari
terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholders. Pengelola PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang tidak boleh terpengaruh oleh kepentingan satu
pihak, sehingga dapat berjalan tegak bergandengan bersama masyarakat. PT.
Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang harus memiliki otonominya secara
penuh, sehingga pengambilan-pengambilan keputusan dilakukan dengan
162
pertimbangan otoritas yang ada secara penuh. PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang harus memperoleh keuntungan agar dapat memelihara
keseimbangan bisnisnya dengan cara yang halal sesuai dengan prinsip syari’ah.
5. Fairness
PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang perlu memberikan
kesempatan kepada stakeholders untuk memberikan masukan bagi kepentingan
ban itu sendiri serta memiliki akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip
keterbukaan. Dengan kata lain, fairness adalah semacam kesetaraan atau
perlakuan yang adil dalam memenuhi hak dan kewajibannya terhadap
stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dengan demikian, PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah
Abang dituntut untuk melakukan kinerja yang baik sebagai cerminan dari
aktivitas yang Islami.
Kelima prinsip pokok Good Corporate Governance di atas sesuai dengan
norma dan nilai Islam dalam aktivitas dan kehidupan sehari-hari orang muslim. Islam
sangat intens mengajarkan diterapkannya prinsip keadilan, keseimbangan,
akuntabilitas, transparansi, independensi dan fairness atau kewajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipastikan bahwa Islam jauh mendahului
kelahiran Good Corporate Governance yang menjadi acuan bagi tata kelola
perusahaan yang baik di dunia. Prinsip-prinsip itu diharapkan dapat memelihara
pengelolaan institusi ekonomi dan keuangan syari’ah secara profesional dan menjaga
163
interaksi ekonomi, bisnis dan sosial berjalan dengan aturan permainan dan best
practice yang berlaku.
D. Tanggung Jawab Audit Internal PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah
Abang Dalam Mewujudkan Good Governance
Dalam Pasal 2 ayat (1) PBI dijelaskan, bahwa bank wajib melaksanakan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam setiap kegiatan, usahanya pada
seluruh tingkatan atau jenjang. Dalam ayat (2) lebih diperinci lagi tentang
implementasinya dalam perbankan antara lain pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
dewan komisaris dan direksi dalam pelaksanaan audit internal.
Pelaksanaan tanggung jawab audit internal atau yang lebih sering disebut
sebagai Satuan Pengawas Internal PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang
dalam membantu meningkatkan implementasi Good Corporate Governance telah
dilakukan secara efektif. Hal ini disebabkan Satuan Pengawas Internal PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang telah mengikuti Peraturan Bank Indonesia No.
1/6/PBI/1999.
Kegiatan audit internal yang dilaksanakan Satuan Pengawas Internal PT.
Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang adalah assurance dan consulting. Kedua
kegiatan ini dilaksanakan secara independent dan obyektif, sehingga dapat
memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasional PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang.76
76Adi Sukmanto, Internal Audit PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang, Wawancara
Pribadi
164
Salah satu tanggung jawab yang merupakan ruang lingkup utama bagi Satuan
Pengawas Internal ialah meliputi pemeriksaan dan penilaian kecukupan serta
efektivitas sistem pengendalian internal. Setiap harinya Satuan Pengawas Internal
melakukan pemeriksaan dan penilaian apakah pengendalian internal sudah
dilaksanakan dengan baik dan apakah manajemen resiko, pengawasan dan proses
Good Corporate Governance sudah berjalan efektif.
Satuan Pengawas Internal PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang
menilai sistem pengendalian internal dengan maksud untuk mengetahui resiko utama
yang dihadapi pengelolanya sesuai dengan proses yang sedang berjalan. Penilaian
pengendalian internal tersebut setidaknya dapat memastikan bahwa :
1. Resiko telah teridentifikasi dan dikelola secara tepat.
2. Informasi penting keuangan, manajerial dan operasional telah disajikan secara
akurat, handal dan tepat waktu.
3. Seluruh aktivitas bank telah sesuai dengan kebijakan, standar, prosedur serta
peraturan dan/atau perundang-undangan yang berlaku.
4. Program-program dan tujuan-tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
5. Kualitas dan perbaikan yang berkesinambungan selalu terpelihara dengan tetap
memperhatikan aspek internal kontrol sistem.
Dalam penanganan untuk mengurangi resiko, evaluasi terpisah selalu
dilakukan oleh Satuan Pengawas Internal sesuai dengan rencana audit tahunan yang
telah disepakati bersama sebelumnya pada awal tahun. Segala isu yang berkaitan
dengan kecukupan pengendalian internal dilaporkan kepada direksi, dan langkah-
165
langkah rekomendasi yang diperlukan semata-mata hanya untuk meminimalkan
resiko yang ada.
Laporan audit internal tentang temuan-temuan audit beserta rekomendasi
yang diperoleh selama melakukan audit diberikan kepada komite audit, yang pada
akhirnya komite audit akan mengawasi dan mengkaji laporan dari audit internal atau
Satuan Pengawas Internal.
Meskipun demikian, tugas audit internal dan komite audit tidak menjamin
kebenaran data laporan, disebabkan karena hal itu merupakan tugas manajemen.
Audit internal dan komite audit tidak bertanggung jawab terhadap hasil pekerjaan
manajemen, karena dapat mempengaruhi independensi dan objektivitas audit internal
dan komite audit.
Internal audit dan komite audit hanya membantu manajemen dalam mencapai
tujuannya yang salah satunya adalah membantu manajemen memiliki suatu sistem
agar pelaporan manajemen tidak melanggar undang-undang yang berlaku serta data
yang disajikan reliable, terutama yang terjadi pada laporan keuangan. Hal ini perlu
dilakukan, karena merupakan bentuk dari sebuah pertanggungjawaban.
Salah satu contoh dari bentuk pertanggungjawaban sosial PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang yang menarik adalah memberikan pinjaman lunak
yang disebut dengan istilah qard dan pinjaman kebajikan yang dikenal dengan
sebutan qardul hasan. Jika nasabah memang tidak dapat mengembalikan
pinjamannya dengan alasan yang dapat dibenarkan oleh pihak bank, maka nasabah
diperkenankan untuk tidak mengembalikan pinjaman tersebut. Dana untuk menutupi
166
pinjaman tersebut dapat diambil dari dana zakat, infaq dan shadaqah yang ada dalam
Bait al-Maal PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang.77
Bila tanggung jawab
audit internal sampai kepada pemahaman seperti yang dipaparkan di atas, bukan
mustahil PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang akan dapat mewujudkan
Good Corporate Governance pada bank yang bersangkutan.
77Adi Sukmanto, Internal Audit PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang, Wawancara
Pribadi
167
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian, penjelasan dan analisa di atas sebagai hasil penelitian yang
berkaitan dengan pentingnya audit internal dalam upaya mewujudkan Good
Corporate Governance pada perbankan syari’ah, maka sebagai upaya mengakhiri
pembahasan skripsi ini, penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Mekanisme pelaksanaan audit internal pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yaitu tahap
perbandingan, tahap vouching, tahap konfirmasi, tahap analisa, tahap
pengecekkan, tahap inspeksi, tahap verifikasi, tahap mentrasir dan tahap
sampling. Inilah proses dan tahapan audit internal yang dilakukan PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang. Dengan adanya proses dan tahapan audit internal
ini, diharapkan kinerja perbankan syari’ah secara umum dan PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang khususnya, akan lebih maju dan tampil sebagai
pioneer terdepan dalam mewujudkan Good Corporate Governance.
2. Prinsip-prinsip yang menjadi landasan bagi tericiptanya Good Corporate
Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang pada dasarnya
bertumpu pada lima pilar utama. Kelima pilar utama itu adalah transparansi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi dan kewajaran. Dengan adanya
168
prinsip-prinsip yang menjadi pedoman bagi terciptanya Good Corporate
Governance, maka PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang secara yuridis
telah sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No.
8/4/PBI/2006.
3. PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang telah melakukan berbagai upaya
untuk mewujudkan Good Corporate Governance yang salah satunya adalah
melibatkan peran ganda audit internal dalam mewujudkan Good Corporate
Governance. Peran ganda audit internal terjadi pada perkembangan dalam peran
yang dibawakannya, yaitu dari sekedar unit yang mengecek kepatuhan, menjadi
sebuah fungsi yang berperan aktif sebagai mitra bagi manajemen dalam
mendukung penerapan Good Corporate Governance. Upaya inilah yang sedang
dilakukan oleh PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang dalam menciptakan
kinerja perbankan syari’ah.
B. Saran-saran
Dari hasil studi dan penela’ahan tentang observasi yang tertuang dalam
pembahasan skripsi ini, kiranya tidak berlebihan jika penulis mengemukakan saran-
saran sebagai berikut :
1. Sebagai suatu unit usaha dari Bank DKI, PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah
Abang hendaknya terus berupaya membenahi diri untuk selalu menjadi bank
terbaik yang membanggakan sesuai dengan visi dan misi yang bawakannya, yaitu
169
dengan cara meningkatkan struktur maupun kerangka Good Corporate
Governance sesuai dengan perkembangan terkini di dunia perbankan baik lokal
maupun internasional.
2. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang sangat beragam, PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang menyediakan berbagai macam produk dan layanan
yang sesuai dengan kebutuhan para nasabah. Produk dan layanan ini tidak akan
berguna tanpa adanya sumber daya insani yang berkualitas dan berdedikasi tinggi,
handal dan berakhlak mulia sebagai wujud dari customer satisfaction, karena
suatu pelayanan dinilai memuaskan bila pelayanan tersebut dapat memenuhi
kebutuhan para nasabah. Oleh karena itu, semboyan yang berupa transparansi,
akuntabilitas, responsibility, indenpendensi dan fairness yang kemudian disingkat
menjadi TARIF dan nilai budaya kerja perusahaan berupa KTPP-DKI hendaknya
benar-benar diterapkan pada perbankan syari’ah.
3. Bila dibandingkan dengan para bankir konvensional, maka bankir syari’ah
seharusnya lebih unggul dan terdepan dalam mengimplementasikan Good
Corporate Governance di lembaga perbankan, mengingat lembaga perbankan
syari’ah membawa nama agama ke dalam lembaga bisnis. Oleh sebab itu, para
bankir syari’ah hendaknya jangan melakukan penyimpangan dan moral hazard,
karena hal itu, tidak saja berimplikasi kepada lembaga tersebut, tetapi juga kepada
citra syari’ah.
4. Untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi penerapan Good Corporate
Governance pada perbankan syari’ah bukan sesuatu hal yang mudah. Untuk itu,
170
pihak PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang hendaknya menjalin kerja
sama yang harmonis antar alim ulama, nasabah bank, akademisi dan pemerintah
agar memacu kinerja bank syari’ah dalam mematuhi prinsip-prinsip Good
Corporate Governance, sehingga dapat membangun citra syari’ah sebagai uswah
hasanah dan dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam membangun
perekonomian umat dan bangsa.
5. Banyaknya manfaat dan keuntungan yang dapat diberikan bank melalui
penerapan Good Corporate Governance, wajar kiranya semua stakeholders
terutama para pelaku usaha di Indonesia menyadari betapa pentingnya konsep ini
bagi pemulihan kondisi usaha dan sekaligus tentunya pemulihan ekonomi bangsa
secara rasional. Agar perusahaan tidak dianggap hanya sebatas mengikuti trend
yang berkembang dan hanya mewujudkan kepatuhan atas ketentuan yang
ditetapkan oleh berbagai institusi pemberi dana dan pemerintah. Oleh karena itu,
para pelaku usaha hendaknya memandang dan menyadari bahwa melakukan
assessment sendiri terhadap Good Corporate Governance merupakan suatu
kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat mencapai pertumbuhan yang
berkualitas dan berkesinambungan.
171
DAFTAR PUSTAKA
A. Keraf, Sonny, Etika Bisnis dan Relevansinya, Yogyakarta: Kanisius, 1998,
Arifin, Zainal, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta: Alphabet, 2002,
Cet. ke-1
Asytuti, Rina, “Penerapan Good Corporate Governance di Bank Syari’ah”, Makalah
Mata Kuliah Ekonomi Islam di Dunia Islam, Jakarta: Sekolah Pascasarjana
UIN Jakarta, 2008
Bank Syari’ah Mandiri, Laporan Tahunan 2004 Annual Report, Jakarta: Bank
Syari’ah Mandiri, 2004
Buku Pedoman Kerja Internal Kontrol Bank DKI Syari’ah
Daeng Naja, H.R., Legal Audit Operasional Bank, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2006
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2005, Cet. Ke-3
Herwidiyatmo, Implementasi Good Corporate Governance Untuk Perusahaan
Publik di Indonesia, Jakarta: Usahawan, 2000
Indranata, Iskandar, Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal, Bandung:
Alphabet, 2006
J. Maleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998,
Cet. ke-2
J. Susilo, Leo, et.al., Good Corporate Governance Tanggung Jawab Direksi dan
Komisaris Dalam Melaksanakannya, Bandung: PT. Hikayat Dunia, 2007
S. Harahap, Sofyan, Auditing Dalam Perspektif Islam, Jakarta: Pustaka Quantum,
2008, Cet. ke-2
Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI,
1999, Edisi ke-2
Sinaga, Marianus, Norma dan Prosedur Auditing, Jakarta: Erlangga, 1996
172
Singarimbun, Masri, et.al., Metodologi Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, 1999, Cet.
ke-1
Sukmanto, Adi, Internal Audit PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang,
Wawancara Pribadi, Jakarta, 5 September 2008
Tunggal, Amin Widjaja, Memahami Internal Auditing, Jakarta: Harvarindo, 2008
Utama, Marta, “Konsep Good Corporate Governance” dalam Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia, Depok: FEUI, 2004, Vol. 1
www.adln.lib.onair.ac.id
www.agustianto.wordpress.com
www.bankdki.co.id
www.bank-syari’ah.com
www.kpk.go.id.
www.madani.ri.com
www.manajemenresiko.bloksport.com
www.muharief.wordpress.com
www.pusatbahasa.diknas.go.id
www.prapita.com
www.tazkiaonline.com
www.scribd.com
www.wikiapedia.org
173
HASIL WAWANCARA
TENTANG URGENSI AUDIT INTERNAL DALAM MEWUJUDKAN
GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA BANK SYARI’AH
Responden : Adi Sukmanto
Jabatan : Kontrol Internal Group
Hari/Tanggal : Jum’at, 5 September 2008
Jam : 14.00 s/d selesai
Tempat : Kantor Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang
Jl. K.H. Wahid Hasyim No. 212A Tanah Abang
Jakarta Pusat
Pertanyaan dan jawaban :
Tanya : Mohon bapak jelaskan tentang sejarah singkat berdirinya PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang ?
Jawab : Pada mulanya Bank DKI merupakan Bank Pembangunan Daerah DKI
Jakarta yang beroperasi berdasarkan Akta No. 30 tertanggal 11 April
1961 yang dibuat di hadapan Notaris Eliza Pondang, SH di Jakarta
dengan nama PT. Bank Pembangunan DKI Jakarta Raya yang singkat
BPD Jaya. Sejak tahun 2002 Bank DKI Jakarta mempersiapkan izin
usaha syari’ah, mulai dari menyiapkan sumber daya, studi kelayakan,
pengkajian dan workshop bank syari’ah hingga membentuk Dewan
Pengawas Syari’ah. Meskipun demikian, efektif beroperasinya Bank
DKI Syari’ah adalah sejak diterimanya surat dari Bank Indonesia No.
6/39/DPBS tanggal 13 Januari 2004 dan pelaksanaan operasi bank
syari’ah ini dimulai pada bulan Maret 2004 dengan menempatkan satu
cabang penuh dan satu cabang pembantu yang terletak di Jl. K.H.
Wahid Hasyim No. 153 sebagai pengembangan pelayanan bagi
masyarakat.
Tanya : Apa tujuan didirikannya PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah
Abang ?
Jawab : Secara umum tujuan didirikannya PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang adalah untuk mempromosikan dan mengembangkan
penerapan syari’ah Islam dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan
dan perbankan serta bisnis-bisnis lainnya yang terkait. Namun secara
khusus, tujuan didirikannya PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah
Abang ialah mengarahkan ekonomi umat untuk bermu’amalah secara
Islam, khususnya mu’amalat yang berhubungan dengan perbankan agar
terhindar dari praktek-praktek riba.
174
Tanya : Visi dan misi apa saja yang ingin dicapai oleh PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang ?
Jawab : Visi yang akan diwujudkan oleh PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah
Abang adalah menjadi bank terbaik dan membanggakan. Sedangkan
misi yang hendak dicapai oleh PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah
Abang ialah bank berkinerja unggul secara syari’ah, mitra strategis
dunia usaha/masyarakat dan andalan pemerintah Propinsi DKI Jakarta
yang memberi nilai tambah bagi stakeholders melalui pelayanan terpadu
dan profesional.
Tanya : Bagaimana prinsip operasional PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah
Abang ?
Jawab : Sebagai bank berbasis syari’ah, PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah
Abang melakukan kegiatan operasionalnya secara konsisten dengan
mengacu kepada ketetapan-ketetapan syari’i sebagaimana terkandung
dalam Al-Qur’an dan hadist Rasulullah SAW secara ijma’ dan fatwa
ulama. Adapun prinsip-prinsip syari’ah yang diterapkan oleh PT. Bank
DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang antara lain adalah musyarakah,
mudharabah, murabahah dan bai al-istishna.
Tanya : Menurut bapak, apa yang dimaksud dengan audit internal ?
Jawab : Audit internal adalah kegiatan meyakinkan dan konsultasi yang
independent dan obyektif yang dirancang untuk memberikan nilai
tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi.
Tanya : Bagaimana pendapat bapak tentang fungsi audit internal ?
Jawab : Fungsi audit internal mencakup departemen audit internal dan setiap
departemen yang lain, aktivitas atau outsource jasa yang memenuhi
peranan audit internal. Dalam kasus tertentu, biasanya fungsi audit
internal disingkat sebagai audit internal.
Tanya : Bagaimana proses dan tahapan audit internal pada PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang ?
Jawab : Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan kontrol audit internal pada
PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang. Tahapan-tahapan
tersebut adalah tahap perbandingan, tahap vouching, tahap konfirmasi,
tahap analisa, audit hasil penjumlahan vertikal dan horizontal, tahap
pengecekkan, tahap inspeksi, tahap verifikasi, tahap mentrasir dan tahap
sampling.
Tanya : Bagaimana mekanisme pelaksanaan audit internal pada PT. Bank DKI
Syari’ah Cabang Tanah Abang ?
Jawab : Mekanisme pelaksanaan audit internal pada PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang disebut Kontrol Internal Cabang (KIC). KIC ini
diperlukan untuk membantu tugas-tugas pimpinan cabang dalam bidang
pengawasan atas seluruh kegiatan operasional cabang organisasi dengan
sistem dan prosedur yang berlaku. Pengawasan oleh Kontrol Internal
Cabang dilakukan setelah proses operasional berikut klarifikasi rutin
175
pada unit kerja di cabang yang dilaksanakan secara lengkap sehingga
menjadi bagian terpisah dari kegiatan operasional rutin cabang.
Tanya : Menurut bapak, apa yang dimaksud dengan struktur penerapan Good
Corporate Governance ?
Jawab : Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 jo No.
8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance pada
bank umum, terlihat bahwa komposisinya dapat dikelompokkan
menjadi beberapa bagian. Pertama, yang berisikan tentang struktur dan
proses Good Corporate Governance untuk organ perusahaan dan organ
pendukung lainnya. Kedua, terkait dengan prudential regulation yang
meliputi antara lain fungsi kepatuhan dan audit internal, manajemen
resiko, penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar
serta prinsip mengenal nasabah. Ketiga, adalah aspek pelaporan dan
transparansi bank yang meliputi antara lain laporan kondisi keuangan
dan non keuangan bank, transparansi produk-produk perbankan dan
penggunaan data pribadi nasabah. Keempat, merupakan enforcement
Good Corporate Governance melalui ancaman sanksi kegagalan
pelaporan dan kegagalan pelaksanaan Good Corporate Governance
pada bank umum.
Tanya : Selama ini, apakah fungsi audit internal pada PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang dianggap cukup efektif ?
Jawab : Untuk saat ini, fungsi audit internal pada PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang dianggap cukup efektif dan efisien. Berkat
adanya fungsi audit internal yang efektif dan efisien, maka dapat
tercipta mekanisme pengawasan untuk memastikan bahwa sumber daya
yang ada pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang telah
digunakan secara ekonomis dan efektif, dan pengendalian yang ada
pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang dapat memberikan
kepastian lebih tinggi bahwa informasi yang dihasilkan dapat dipercaya.
Tanya : Metode apa saja yang dapat dilakukan dalam pelaksanaan audit internal
pada PT. Bank Syari’ah Cabang Tanah Abang ?
Jawab : PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang melakukan beberapa
metode dalam melaksanakan audit internal yang salah satunya adalah
pelaksanaan audit internal dilakukan oleh auditor internal yang meneliti
prosedur PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang untuk
memastikan apakah berjalan sesuai dengan kebijakan yang telah
digariskan.
Tanya : Bagaimana cara menetapkan kode etik bagi para auditor internal pada
PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ?
Jawab : PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang telah menetapkan kode
etik bagi para auditor seperti sikap independent, perlunya menjaga
kerahasiaan, pengaturan tentang publikasi dan promosi, aturan tentang
surat penugasan, aturan tentang pergantian akuntan, penentuan fee,
176
kewajiban kepada pihak ketiga, perilaku yang tidak boleh dilakukan
kepada langganan, kewajiban manajemen dan auditor serta hubungan
istimewa dengan langganan.
Tanya : Langkah apa saja yang dapat dilakukan PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang dalam upaya melaksanakan audit internal ?
Jawab : PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang telah melakukan langkah-
langkah dalam upaya melaksanakan audit internal. Adapun langkah-
langkah yang dianjurkan dalam melakukan audit internal adalah
mengevaluasi organisasi, mengevaluasi sistem mutu, mengevaluasi
kesesuaian dengan standar yang digunakan dalam mengevaluasi sistem
mutu audit internal.
Tanya : Apakah audit internal memiliki peranan penting dalam mewujudkan
Good Corporate Governance ?
Jawab : Audit internal ternyata memiliki peranan yang sangat vital dalam upaya
mewujudkan Good Corporate Governance. Tanpa adanya audit internal,
kesehatan bank perlu diragukan, sebab kesehatan sebuah bank tidak
hanya menyangkut kepentingan dari usaha bank yang bersangkutan,
tetapi juga mempunyai pengaruh terhadap perkembangan perbankan
secara keseluruhan pada khususnya, dan perekonomian pada umumnya.
Tanya : Apakah audit internal merupakan salah satu faktor terwujudnya Good
Corporate Governance ?
Jawab : Terwujudnya Good Corporate Governance karena adanya peran audit
internal. Di Indonesia, memang fungsi audit internal sering dilihat
sebagai penambahan beban bagi perusahaan. Sedangkan di negara lain,
keberadaan fungsi audit internal dianggap sangat penting, antara lain
terlihat adanya peraturan dari beberapa Bursa Efek yang mengharuskan
agar perusahaan yang terdaftar harus memiliki fungsi audit internal,
baik secara in-house maupun outsource, serta munculnya Sarbanes
Oxley di Amerika yang mengharuskan manajemen untuk memastikan
efektivitas dari pengendalian internalnya. Dengan demikian, fungsi
audit internal merupakan salah satu faktor terpenting dalam upaya
mewujudkan Good Corporate Governance.
Tanya : Sejauh mana tanggung audit internal PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang dalam mewujudkan Good Corporate Governance ?
Jawab : Pelaksanaan tanggung jawab audit internal atau yang lebih sering
disebut sebagai Satuan Pengawas Internal PT. Bank DKI Syari’ah
Cabang Tanah Abang dalam membantu meningkatkan implementasi
Good Corporate Governance telah dilakukan secara efektif. Hal ini
disebabkan Satuan Pengawas Internal PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang telah mengikuti Peraturan Bank Indonesia No.
1/6/PBI/1999.
Tanya : Bagaimana cara menerapkan konsep Good Corporate Governance pada
PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ?
177
Jawab : Sebagai suatu unit usaha dari Bank DKI, maka penerapan Good
Corporate Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah
Abang mengacu kepada penerapan Good Corporate Governance pada
Bank DKI. Dalam hal ini, Bank DKI telah berusaha semaksimal
mungkin untuk menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance secara baik dan benar. Komitmen tersebut dituangkan
dalam slogan yang diciptakan untuk memudahkan karyawan dalam
menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam
kegiatan sehari-hari. Slogan Bank DKI untuk penerapan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance dikenal dengan istilah TARIF.
Tanya : Prinsip-prinsip Good Corporate Governance apa saja yang dapat
diterapkan oleh PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ?
Jawab : PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang berusaha mewujudkan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Prinsip-prinsip yang
menjadi landasan bagi terciptanya Good Corporate Governance pada
dasarnya berpijak pada lima pilar utama yaitu transparansi,
akuntabilitas, responsibility, independensi dan fairness.
Tanya : Bagaimana pedoman pokok pelaksanaan prinsip Good Corporate
Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang ?
Jawab : Pedoman pokok pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance pada
PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang adalah mencakup hal-hal
yaitu landasan hukum, hak pemegang saham dan fungsi pokok
kepemilikan perusahaan, perlakuan adil terhadap pemilik saham, peran
stakeholders dalam penerapan Good Corporate Governance, prinsip
transparansi dalam pengungkapan informasi mengenai perusahaan dan
tanggung jawab manajemen perusahaan yang harus berpedoman pada
pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance.
Tanya : Sejauh mana fungsi dan peran audit internal dalam mewujudkan Good
Corporate Governance pada PT. Bank Syari’ah Cabang Tanah Abang ?
Jawab : Jujur secara pribadi saya mengatakan bahwa audit internal memiliki
peranan yang sangat vital dalam upaya mewujudkan Good Corporate
Governance pada PT. Bank DKI Syari’ah Cabang Tanah Abang. Tanpa
adanya peranan audit internal, mustahil PT. Bank DKI Syari’ah Cabang
Tanah Abang dapat mewujudkan Good Corporate Governance.
Jakarta, 29 September 2008
Yang mewawancarai Yang diwawancarai
Ahmad Busyaeri Adi Sukmanto Mahasiswa Kontrol Internal Group
178