konsentrasi hormon kortisol pada sapi yang … · penyembelihan sapi dengan menggunakan metode...

30
KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG DISEMBELIH DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN RESTRAINING BOX MARK IV FIKRI MUKHLISINA LATIEF FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: hoangdat

Post on 09-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG

DISEMBELIH DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN

RESTRAINING BOX MARK IV

FIKRI MUKHLISINA LATIEF

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,
Page 3: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Konsentrasi Hormon

Kortisol pada Sapi yang Disembelih dengan Metode Konvensional dan

Restraining Box Mark IV adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Fikri Mukhlisina Latief

NIM B04100018

Page 4: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

ABSTRAK

FIKRI MUKHLISINA LATIEF. Konsentrasi Hormon Kortisol pada Sapi yang

Disembelih dengan Metode Konvensional dan Restraining Box Mark IV.

Dibimbing oleh HADRI LATIF dan CHAERUL BASRI.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi hormon kortisol

sapi yang disembelih tanpa didahului dengan pemingsanan dengan metode

konvensional dan dengan menggunakan Restraining Box Mark IV. Sampel darah

diambil dari Sapi Brahman cross yang telah dikastrasi (steer) masing-masing 15

ekor (n=30) di beberapa RPH di Jawa Barat dan Banten. Sampel darah dikoleksi

dari arteri carotis communis 1 menit setelah penyembelihan. Kadar hormon

kortisol di dalam serum diukur dengan metode radioimmunoassay (RIA). Rata-

rata kadar hormon kortisol sapi yang disembelih dengan metode konvensional

adalah 44.9 ng/ml dan kadar hormon kortisol sapi yang disembelih dengan

menggunakan Restraining Box Mark IV adalah 24.88 ng/ml. Ada korelasi

signifikan (p<0.05) antara kadar kortisol dengan metode penyembelihan yang

dilakukan. Penggunaan Restraining Box Mark IV dapat mengurangi efek stres

pada sapi. Ditinjau dari aspek kesejahteraan hewan, penyembelihan dengan

menggunakan Restraining Box Mark IV lebih baik daripada metode konvensional.

Kata kunci: kortisol, metode konvensional, radioimmunoassay, Restraining Box

Mark IV

ABSTRACT

FIKRI MUKHLISINA LATIEF. Cortisol Concentrations in Cattle which were

Slaughtered by Conventional and Restraining Box Mark IV Methods. Supervised

by HADRI LATIF and CHAERUL BASRI

The aim of this study was to analyze the cortisol concentrations in cattle

which were slaughtered by conventional and Restraining Box Mark IV methods

without pre-slaughter stunning. Blood samples were taken from Brahman cross

steer 15 each groups (n=30) in several abattoirs in West Java and Banten

provinces. Blood samples were collected from carotis communis artery 1 minute

post-slaughtering. Cortisol concentrations in serum were measured using

radioimmunoassay (RIA). The average of cortisol concentrations in cattle which

were slaughtered by conventional method is 44.85 ng/ml and cattle which were

slaughtered using Restraining Box Mark IV is 24.88 ng/ml. There was significant

correlation (p<0.05) between cortisol concentrations and slaughtering methods.

Restraining Box Mark IV appeared to reduce stress in cattle. Slaughtering by

using Restraining Box Mark IV was better than conventional method from animal

welfare viewpoint.

Keyword: conventional method, cortisol, radioimmunoassay, Restraining Box

Mark IV

Page 5: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG

DISEMBELIH DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN

RESTRAINING BOX MARK IV

Oleh

FIKRI MUKHLISINA LATIEF

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,
Page 7: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,
Page 8: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Sang Pemilik Ilmu Pengetahuan

Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini

berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak

bulan Juli 2013 ini ialah kesejahteraan hewan, dengan judul Konsentrasi Hormon

Kortisol pada Sapi yang Disembelih dengan Metode Konvensional dan

Restraining Box Mark IV.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Drh Hadri Latif, M.Si dan

Drh Chaerul Basri, M.Epid selaku pembimbing. Penghargaan juga penulis

sampaikan kepada Ibu Ida dari Laboratorium Terpadu Fisiologi, yang telah

membantu selama pengujian sampel dan pengumpulan data. Ungkapan terima

kasih penulis sampaikan kepada teman-teman satu tim penelitian Drh. Anis Trisna

Fitrianti dan Drh. Karunia Maghfiroh yang merupakan mahasiswa S2 Program

Kesehatan Masyarakat Veteriner (KMV) serta Tri Handoko Lasrianto dan

Nadhear Nadadyanha Dannar yang telah memberikan banyak bantuan sehingga

penelitian ini dapat selesai dengan baik. Ungkapan terima kasih juga penulis

sampaikan kepada keluarga baru di kampus ungu yaitu DPM Agregat, DPM

Avicenna, An Nahl dan Acromion yang telah mewarnai hari-hari perkuliahan

selama 3 tahun. Tak lupa juga ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada

Papa, Mama, serta adikku tersayang Syifa Afiifah, atas segala doa dan kasih

sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

Fikri Mukhlisina Latief

Page 9: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA

Rumah Potong Hewan (RPH) 3

Metode Penyembelihan Sapi di RPH 4

Restraining Box Mark IV dan Penggunaannya di RPH 5

Kejadian Stress pada Hewan 6

Pengaruh Stress terhadap Hormon Kortisol 7

Deteksi Hormon Menggunakan Radioimmunoassay 9

METODE

Waktu dan Tempat 10

Alat dan Bahan 10

Metode Penelitian 10

Analisis Data 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

Page 10: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

DAFTAR TABEL

1 Konsentrasi kortisol dalam serum darah sapi pada penyembelihan tanpa

pemingsanan 12

DAFTAR GAMBAR

1 Restraining Box Mark IV 5

2 Model konsep stres pada hewan 6 3 Mekanisme pengaruh rasa takut pada peningkatan kadar kortisol di

darah 8 4 Tipikal kurva standar RIA untuk pengujian kortisol 12

5 Distribusi kadar hormon kortisol pada dua kelompok sapi 13

Page 11: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan penduduk paling banyak keempat di

dunia dengan jumlah penduduk lebih dari 237 juta jiwa (BPS 2012). Banyaknya

jumlah penduduk Indonesia ini menyebabkan pemerintah harus mengawal

ketahanan dan ketersediaan pangan. Selain itu juga pemerintah harus menjaga

keamanan dan kelayakan pangan yang akan beredar di masyarakat sesuai dengan

standar yang berlaku di masyarakat. Banyak hal telah dilakukan pemerintah dalam

menjaga ketahanan pangan Indonesia, terutama pada ketersediaan pangan sumber

protein hewani yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Salah satunya dengan

pengadaan rumah potong hewan (RPH) di setiap kota dan kabupaten. Hal ini

ditegaskan dalam PP no 95 tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner

dan Kesejahteraan Hewan pasal 8 ayat 1 yang menyebutkan bahwa hewan yang

dagingnya akan diedarkan harus disembelih di RPH.

Sesuai dengan fungsi pengadaan RPH yang sudah ditetapkan pada

Peraturan Menteri Pertanian No.13/Permentan/OT.140/2010 tentang persyaratan

rumah pemotongan hewan dan unit penanganan daging, pemotongan hewan di

RPH menjamin keamanan dan kelayakan daging yang akan diedarkan. Hal ini

dikarenakan pemotongan hewan dilakukan dengan benar (sesuai dengan

persyaratan kesehatan masyarakat veteriner, kesejahteraan hewan, dan syariah

agama) dan dilakukan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dipotong (ante-

mortem inspection) serta pemeriksaan karkas dan jeroan (post-mortem inspection)

untuk mencegah penularan penyakit zoonotik ke manusia. Walaupun demikian,

adanya peraturan-peraturan ini tidak dibarengi dengan penyeragaman standarisasi

RPH di setiap daerah. Perbedaan penegakan peraturan pemerintah pada setiap

RPH menyebabkan kondisi RPH di setiap daerah berbeda-beda.

Sebagian besar penyembelihan hewan di Indonesia menggunakan metode

konvensional yaitu penyembelihan di lantai tanpa pemingsanan terlebih dahulu.

Kurangnya fasilitas yang memenuhi standar kesejahteraan hewan di sebagian

besar RPH yang menerapkan metode penyembelihan tersebut dapat membuat sapi

merasa tidak nyaman dan stres. Penyembelihan dengan metode konvensional juga

seringkali didahului oleh penanganan dan pengekangan yang kasar serta

berlebihan dari petugas RPH. Semua perlakuan yang diterima sapi mulai dari

kandang penampungan sampai dengan sebelum disembelih menyebabkan sapi

mengalami stres. Stres pada sapi sebelum penyembelihan dapat meningkatkan

kadar hormon kortisol darah dan dapat menurunkan kualitas daging serta

menurunkan harga jual.

Berbagai inovasi dan teknologi telah diciptakan para ilmuwan untuk

memudahkan manusia dalam bidang penyembelihan hewan agar tetap sesuai

dengan konsep kesejahteraan hewan, sebagaimana dicanangkan pertama kali oleh

Roger Brambell pada tahun 1965 dan saat ini dikenal dengan konsep 5 kebebasan

(five freedom). Para ilmuwan dan pemerhati kesejahteraan hewan telah

menciptakan teknologi yang dapat meminimalisir rasa sakit, cidera dan penyakit

serta rasa takut dan cekaman dalam penyembelihan. Teknologi tersebut

Page 12: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

2

diantaranya adalah metode pemingsanan dan restraining box yang menjaga hewan

agar tidak bergerak ketika akan disembelih.

Metode penyembelihan yang banyak digunakan di negara-negara maju

seperti Inggris dan Australia adalah pemingsanan sebelum penyembelihan. Akan

tetapi, metode ini masih banyak diperdebatkan kehalalannya oleh beberapa

kalangan walaupun sudah diperbolehkan oleh MUI (MUI 2006). Selain itu risiko

kematian dan kesalahan stunning sangat tinggi apabila fasilitas pendukung minim

serta petugas tidak kompeten dalam menggunakan alat stunning. Beberapa

pertimbangan ini membuat penggunaan restraining box dapat menjadi alternatif

yang dapat mengurangi pengekangan hewan tetapi hewan tetap sadar sebelum

disembelih.

Perumusan Masalah

Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat

membuat hewan stres karena adanya penanganan dan pengekangan yang

berlebihan serta perlakuan yang kasar. Penggunaan restraining box dapat

mengurangi penanganan dan pengekangan sehingga dapat menurunkan tingkat

stres pada sapi sebelum disembelih. Tingkat stres pada sapi dapat diketahui

dengan mengukur kadar hormon kortisol pada serum darah.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan

membandingkan kadar hormon kortisol sapi yang disembelih dengan

menggunakan metode penyembelihan konvesional dan yang menggunakan

Restraining Box Mark IV.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada pengelola dan

petugas RPH mengenai pengaruh metode penyembelihan terhadap tingkat stres

pada sapi dan manifestasi dari konsep kesejahteraan hewan pada praktek

penyembelihan sapi serta dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan

kebijakan bagi pemerintah.

Page 13: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

3

TINJAUAN PUSTAKA

Rumah Potong Hewan

Rumah potong hewan (RPH) adalah kompleks bangunan dengan disain

dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higene tertentu

serta digunakan sebagai tempat memotong hewan potong selain unggas bagi

konsumsi masyarakat (BSN 1999). Perangkat hukum yang mengatur RPH dan

operasionalisasinya diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian

No.13/Permentan/OT.140/2010 tentang persyaratan rumah pemotongan hewan

dan unit penanganan daging, serta telah ditetapkan pula Standar Nasional

Indonesia (SNI) 01-6159-1999 tentang rumah pemotongan hewan yang

pelaksanaannya masih bersifat sukarela bagi pelaku usaha RPH. RPH didirikan

hampir di setiap kota dan kabupaten dalam rangka memenuhi aspek higiene dan

sanitasi sebagaimana telah diatur di PP tahun 1995 tentang Kesejahteraan Hewan

dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Fungsi utama dari RPH adalah selain

sebagai tempat pemotongan hewan ternak selain unggas juga sebagai pusat

peredaran daging dan jeroan yang akan dipasarkan. Maka dari itu, RPH yang ada

harus memenuhi standar yang telah ditetapkan, baik dari segi fasilitas maupun

kegiatan di dalamnya.

Ketentuan sanitasi dan higiene diatur dalam SNI 01-6159-1999 tentang

rumah pemotongan hewan, namun sifat penerapannya masih sukarela sehingga

semua RPH tidak dapat dipaksa menerapkannya. Hal ini seharusnya dikoreksi

dengan mewajibkan RPH memenuhi persyaratan minimal dalam program higiene

dan sanitasi. Fasilitas yang baik dan lengkap serta penanganan hewan sebelum

dan sesudah dipotong yang baik sesuai dengan kaidah kesejahteraan hewan

(animal welfare) dapat menjamin daging dan jeroan yang akan diedarkan

memiliki kriteria makanan yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH).

Daging berkualitas yang dihasilkan dari suatu RPH tidak terlepas dari

penanganan hewan sebelum pemotongan. Hewan yang akan dipotong, baik sapi,

kambing, domba maupun babi harus diperlakukan secara tidak kasar. Penanganan

sapi sebelum penyembelihan meliputi penggiringan baik penggiringan dari

kendaraan pengangkut maupun dari kandang penampungan dan perubuhan sapi.

Penanganan ini sebaiknya sesuai dengan kaidah dan ketentuan kesejahteraan

hewan dan perilaku alamiahnya sehingga tidak membuat sapi stres. Penanganan

dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan, apalagi

menyiksa karena hewan yang mengalami stres sebelum pemotongan dan bersikap

sangat aktif melawan akan mempunyai daging yang keras dan gelap (Grandin

2000).

Pelatihan petugas RPH untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman

sangat penting dilakukan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan hewan di suatu

RPH. Secara umum, untuk mengurangi tingkat stres pada hewan RPH sebaiknya,

memiliki lantai yang kasar pada jalur penggiringan, tidak gaduh, mempunyai

pencahayaan yang cukup, selalu bersih dari darah setelah penyembelihan. Selain

itu pada tempat penampungan hewan sebaiknya tidak mencampur hewan yang

berasal dari peternakan yang berbeda karena dapat menimbulkan perkelahian

antar hewan dan hewan menjadi stres (Grandin 2000).

Page 14: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

4

Metode Penyembelihan Sapi di RPH

Penyembelihan atau pemotongan hewan adalah menyembelih hewan pada

bagian leher dengan cara memutus/memotong tiga saluran yaitu saluran

pernafasan, saluran darah, dan saluran makan. Tujuan pemotongan hewan pada

umumnya adalah untuk mempercepat pengeluaran darah secara sempurna

dan/atau untuk memenuhi persyaratan agama tertentu seperti pemotongan halal

pada agama Islam dan pemotongan kosher pada agama Yahudi untuk hewan yang

akan dikonsumsi dagingnya oleh manusia seperti sapi, domba, dan ayam (PP No.

95 Tahun 2012). Metode penyembelihan terbagi menjadi dua jenis yaitu

konvensional (tanpa pemingsanan) dan pemingsanan. Metode konvensional

merupakan metode yang paling banyak digunakan di RPH di Indonesia.

Penyembelihan dengan metode konvensional merupakan penyembelihan

yang dilakukan di lantai tanpa alat pengekang khusus. Metode ini masih banyak

dipertahankan di beberapa kabupaten di Indonesia terutama kabupaten-kabupaten

kecil dan berkembang karena memiliki beberapa kelebihan yaitu praktis, tidak

perlu banyak peralatan dan murah. Akan tetapi, metode ini memiliki banyak

kelemahan yaitu penanganan dan pengekangan yang berlebihan pada hewan serta

perlakuan petugas RPH yang cenderung kasar dan tidak memahami kaidah

kesejahteraan hewan. Kondisi ini juga diperburuk dengan keengganan pemerintah

daerah memperbaiki dan memperhatikan kondisi RPH. Akan tetapi, sejak tahun

2000 kondisi RPH konvensional di beberapa daerah sudah mulai diperbaiki

dengan pengadaan restraining box (Whittington dan Hewitt 2009).

Restraining box ini dikembangkan oleh Meat and Livestock Association

(MLA) dan Livecorp. Restraining box yang banyak digunakan di beberapa RPH

di Indonesia adalah Restrainng Box Mark I, copy box (box yang dikembangkan di

Indonesia dan meniru desain Restraining Box Mark I) dan Restraining Box Mark

IV (Jones 2011). Penilaian yang dilakukan oleh AVCO (2011) menyatakan

penggunaan Restraining Box Mark I tidak sesuai dengan standar internasional

yang ditetapkan oleh OIE (2013) pada Kode OIE—Bab 7.5 mengenai

penyembelihan hewan karena desain yang mempunyai ujung yang tajam serta

lantai yang licin, menimbulkan suara benturan yang keras saat memutar hewan,

pengekangan yang berlebihan, dan sering menimbulkan luka memar dan lecet

pada hewan. Pengamatan yang dilakukan oleh AVCO juga menunjukkan

penggunaan restraining box ini menghasilkan kesejahteraan hewan yang rendah

dan diperburuk oleh kurangnya kompetensi dalam penanganan hewan dan

infrastruktur yang kurang baik dalam prosedur opersional, peralatan, dan pelatihan.

Sedangkan, penggunaan Restraining Box Mark IV dinilai AVCO (2011) sesuai

dengan ketentuan OIE pada Kode OIE—Bab 7.5 mengenai penyembelihan hewan.

Sehingga penggunaan Restraining Box Mark IV merupakan alternatif terbaik

dalam pemilihan restraining box.

Metode penyembelihan dengan pemingsanan dibagi menjadi tiga yaitu

secara mekanis dengan penggunaan captive bolt stun gun; secara elektris dengan

menggunakan aliran listrik yang dialirkan melalui penjepit, penjepitan ini bisa

dilakukan hanya di kepala atau di kepala dan tubuh; dan menggunakan gas CO2

dalam kadar tertentu dan waktu tertentu (EFSA 2006). Metode pemingsanan

utama yang digunakan untuk sapi adalah penetrating captive bolt stunning, non-

Page 15: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

5

penentrative stunning dan electrical stunning. Akan tetapi penetrating captive bolt

stunning dan penyetruman hewan pada kepala dan badan tidak sesuai dengan

kaidah halal dalam Islam (Nakyinsige et al. 2013).

Restraining Box Mark IV dan Penggunaannya di RPH

Restraining Box Mark IV adalah kotak untuk membatasi gerak hewan

ternak terutama sapi saat akan disembelih yang dimodifikasi dengan bentuk

miring, dilengkapi dengan kerangka seperti gunting penjepit untuk menahan

hewan sebelum dan pada saat perputaran berlangsung. Ketika kotak sudah

berputar seluruhnya, hewan berada pada kemiringan 90o dari sisi vertikal (Jones

2011). Contoh dari Restraining Box Mark IV dapat dilihat pada Gambar 1.

Restraining Box Mark IV merupakan teknologi restraining box yang

dikembangkan oleh MLA dan Livecorp, Australia pada tahun 2010. Menurut

DAFFAU (2013) restraining box ini pada awalnya dikembangkan untuk

memfasilitasi penyembelihan sapi Australia yang sedikit didomestikasi di

Indonesia. Sebagaimana pre-stunning tidak banyak diadaptasi di Indonesia,

Restraining Box Mark IV menawarkan pengembangan dalam penanganan dan

pengekangan hewan sehingga penyembelihan dapat dilakukan dengan lebih

mudah.

Restraining Box Mark IV dikembangkan untuk meningkatkan taraf

kesejahteraan sapi yang akan dipotong sesuai dengan konsep kesejahteraan hewan.

Konsep kesejahteraan hewan pertama kali dicanangkan oleh Roger Brambell pada

tahun 1965 dalam laporannya mengenai kesejahteraan hewan ternak yang

dipelihara secara intensif, lalu disempurnakan pada tahun 1970 menjadi suatu

konsep yang saat ini dikenal dengan Five Freedom (Lima Kebebasan) yaitu

freedom from hunger and thirst (kebebasan dari rasa lapar dan haus), freedom

from discomfort (kebebasan dari ketidaknyamanan), freedom from pain, injury, or

disease (kebebasan dari rasa sakit, cidera, dan penyakit), freedom from fear and

Gambar 1 Restraining Box Mark IV. Sumber: http://rph-

karawaci.com/_content/restraining.jpg (2014).

Page 16: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

6

Gambar 2 Model konsep stres pada hewan

distress (kebebasan dari rasa takut dan cekaman), freedom to express normal

behavior (kebebasan mengekpresikan perilaku alamiah) (FAWC 2009).

Pengendalian sapi menggunakan restraining box ini setidaknya memberikan sapi

kebebasan dari rasa takut dan sakit serta kebebasan berperilaku secara alamiah.

Kejadian Stres pada Hewan

Stres dalam kehidupan sehari-hari sering didefinisikan sebagai suatu

kondisi fisiologi yang akan terjadi ketika suatu individu berada dalam keadaan

yang sulit dan mengalami banyak tuntutan. Akan tetapi, stres pada hewan

memiliki pengertian yang berbeda. Menurut Chourousos dan Kino (2005) stres

didefinisikan sebagai keadaan ketika homeostasis tubuh terancam atau terasa

seperti terancam, homeostasis dinormalkan kembali dengan repertoar yang

kompleks dari respon adaptasi perilaku dan psikologis suatu organisme.

Salah satu model yang banyak menjadi acuan mengenai stres dan

bagaimana hal itu mempengaruhi kesejahteraan hewan adalah model yang

disampaikan oleh Moberg (2000 dalam Rushen et al 2008) yang disajikan pada

Gambar 2.

Respon stres pada hewan didapatkan dari beberapa tahapan. Tahap awal

dari proses ini didahului oleh adanya stressor (sumber stres) yang harus dirasakan

dan dievaluasi oleh hewan. Kemudian, perilaku dan respon fisiologis muncul

sebagai reaksi pertahanan yang ditunjukkan pada saat berhubungan dengan

stressor. Ketika kedua hal ini terlalu sering dialami dan diterima oleh otak hewan

maka kondisi prepatologi dapat terjadi dan apabila diteruskan maka akan

mengakibatkan penyakit yang berkepanjangan (kondisi patologi). Terdapat dua

kunci respon fisiologis yang ditimbulkan ketika hewan mendapatkan gangguan

dari lingkungannya yaitu symphathetic-adrenal-medullary (SAM) dan

hyptothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis. Respon dari SAM dan HPA axis

bersama-sama menghasilkan suatu keadaan yang biasa disebut sebagai stres

respon yang merupakan salah satu dari mekanisme tubuh dalam mengatasi

gangguan lingkungan (Möstl dan Palme 2002).

Page 17: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

7

Secara singkat, aktivasi dari SAM axis karena suatu masalah akan terjadi

dalam beberapa detik dan terutama terdiri dari aktivasi sistem saraf otonom dan

menyebabkan terjadinya sekresi katekolamin, adrenalin dan noradrenalin. Respon

fisiologis kedua, yaitu HPA axis meliputi sekresi hormon kortikosteroid yang

pengeluarannya tergantung pada hewan itu sendiri. Fase akut dari respon HPA ini

dapat bertahan beberapa menit sampai beberapa jam setelah hewan mendapatkan

gangguan dari lingkungannya. Aktivasi dari SAM dan HPA axis dapat menjadi

mekanisme efektif untuk membantu hewan dalam beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan karena proses fisiologis seperti penyesuaian dalam laju metabolisme,

fungsi jantung, tekanan darah, sirkulasi perifer, pernafasan, ketajaman penglihatan,

dan ketersediaan energi serta pemakaiannya. Semua hal ini menyebabkan sapi

menghadapi tantangan secara fisik dan emosi (Hemsworth et al. 2011).

Penanganan sapi sebelum penyembelihan meliputi penggiringan baik

penggiringan dari kendaraan pengangkut maupun dari kandang penampungan dan

perubuhan sapi. Penanganan ini sebaiknya sesuai dengan kaidah dan ketentuan

kesejahteraan hewan dan perilaku alamiahnya sehingga tidak membuat sapi stres.

Hewan terutama sapi dapat mengalami stres ketika ia dihadapkan pada sesuatu

yang membuatnya takut atau tidak nyaman seperti transportasi sapi dengan

menggunakan truk, perlakuan yang kasar ketika vaksinasi, mencap, kastrasi,

dehorning, implantasi hormon, adapatasi yang lemah terhadap pakan baru,

keadaan kandang atau lingkungan yang panas, banyak lalat dan debu, banyak

suara berisik, manajemen kandang yang tidak benar, terserang penyakit dan

parasit, serta perlakuan kasar sebelum penyembelihan. Rasa takut pada sapi dapat

terlihat dari defekasi secara involunteer, meningkatnya detak jantung, tekanan

darah serta kadar kortisol dalam plasma meningkat, menolak untuk bergerak,

kepala menunduk dengan dagu yang terlihat memanjang, kepala menggeleng dan

melenguh. Sedangkan ketidaknyamanan pada sapi dapat terlihat ketika ia

mengibaskan ekornya dengan kuat, kepalanya menggeleng-geleng, inkontensia,

lubang hidung melebar, tubuh gemetar secara tidak teratur, mata berkedip-kedip,

kepala ditarik kedalam dan mata menutup (Gregory 1998).

Pengaruh Stres terhadap Hormon Kortisol

Kortisol atau glukokortikoid merupakan hormon steroid yang dihasilkan

oleh kelenjar adrenal bagian korteks pada zona reticularis. Sama seperti hormon

steroid yang lain, kortisol tidak disimpan tetapi disintesis berdasarkan perubahan

akut yang bisa memacu hormon ini disintesis. Sebagian besar hormon kortisol

yang beredar di pembuluh darah diikat oleh cortisol binding globulin (CBG).

Kortisol bebas hanya terjadi ketika memasuki organ target. Sirkulasi hormon

kortisol pada darah diatur oleh corticotropin-releasing hormon (CRH) yang

dilepaskan dengan ritme kira-kira 2-3 kali setiap jam sesuai dengan siklus

sirkadian dan memiliki ritme amplitudo yang lebih besar pada awal pagi (Tsigos

dan Chrousos 2002).

Fungsi utama dari hormon ini adalah meningkatkan asam lemak bebas dan

glukosa pada sirkulasi darah. Kortisol cenderung meningkatkan kadar glukosa

darah dengan cara mendorong terjadinya glukoneogenesis, meningkatkan

pelepasan glukosa hepatik dan menghambat penyerapan glukosa pada otot serta

Page 18: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

8

Gambar 3 Mekanisme pengaruh rasa takut pada peningkatan kadar

kortisol di darah

lemak. Hormon kortisol mempunyai peran yang berbeda-beda pada setiap organ.

Peran kortisol pada kulit yaitu menghambat pembelahan keratinosit dan sintesis

kolagen. Kortisol mempunyai efek katabolik sehingga pada otot, kortisol

menyebabkan atrofi karena mengurangi sintesis protein. Lalu pada tulang

menyebabkan perubahan osteoblas menjadi osteoklas yang mengakibatkan

osteoporosis. Peran hormon ini pada sistem syaraf sangat kompleks, disesuaikan

dengan potensi kortisol untuk menyebabkan selang dari gejala emosi, mulai dari

euphoria sampai depresi. Kortisol juga mempunyai efek anti-inflamasi yang

banyak dimanfaatkan untuk pengobatan. Kortisol menyebabkan limfosit-T dan

eosinofil yang bersirkulasi menjadi menurun, akan tetapi neutrofil meningkat.

(Holt dan Hanley 2007).

Tingginya kadar kortisol dalam darah dapat menyebabkan penyerapan

glukosa tidak maksimal, kelemahan otot dan tulang karena glikogen dalam otot

dirombak menjadi glukosa, ketidakseimbangan nitrogen karena perubahan asam

amino menjadi glukosa pada proses glukoneogenesis di hati, dan meningkatkan

Page 19: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

9

ekskresi air (Cunningham dan Klein 2007). Kadar kortisol dalam darah akan

meningkat ketika hewan mengalami stres psikologis (Grandin 2000), sehingga

hormon ini dapat menjadi indikator stres yang sering digunakan dalam penilaian

kesejahteraan hewan pada aspek transportasi dan penanganan hewan sebelum

penyembelihan (Shaw dan Tume 1992). Proses dan pengaruh stres pada

peningkatan kadar kortisol diterangkan oleh Gregory (1998) melalui Gambar 3.

Pengukuran dan pembandingan kadar kortisol antar individu hewan harus

memperhatikan beberapa pertimbangan. Hal ini karena kadar kortisol dapat

bervariasi pada beberapa individu hewan. Sapi yang menunjukkan tanda-tanda

perilaku yang aktif biasanya mempunyai kadar kortisol yang lebih tinggi

dibandingkan hewan yang tenang (Grandin 2000). Kadar kortisol pada beberapa

hewan juga dipengaruhi oleh siklus sirkadian. Sekresi dari hormon kortisol dan

pemicunya seperti CRH dan adrenocortcotropic hormon (ACTH) diatur oleh

berbagai input dari sistem saraf pusat menuju pusat jam biologis yang berada di

nukleus suprachiasmic dari hipotalamus. Hewan yang aktif pada siang hari seperti

sapi, babi, domba, dan kuda memiliki kadar kortisol beberapa kali lipat lebih

tinggi pada awal hari dibandingkan pada malam hari. Begitu pula hewan yang

aktif di malam hari mempunyai keadaan sebaliknya (Martin dan Crump 2003).

Deteksi Hormon menggunakan Radioimmunoassay

Radioimmunoassay (RIA) adalah suatu uji immunoassay ‘sejati’ yang

menggunakan isotop radioaktif sebagai label atau tracer seperti iodin-125 (125

I)

yang menghasilkan sinyal kuantitatif untuk uji ini. Metode dari uji ini didasarkan

pada observasi pertama kali yang dilakukan oleh Yalow dan Berson pada tahun

1959 (Ashkar 1983) bahwa ada kompetisi antara antigen yang dilabel radioaktif

dan yang tidak untuk antibodi spesifik (binding protein) yang berhubungan

dengan fungsi kuantitatif. Uji ini memiliki inhibisi kompetitif antara ikatan dari

antigen yang dilabel (Ag*) dan antigen yang tidak dilabel (Ag) dengan antibodi

spesifik (Ab). Semakin tinggi konsentrasi dari antigen yang tidak dilabel (Ag)

maka radioaktifitas dari kompleks ikatan antigen dan antibodi semakin rendah

(Ag*-Ab) dan konsentrasi dari antigen dilabel yang bebas pun semakin tinggi

(Ag*). Kompleks ikatan antigen yang dilabel dipisahkan dari antibodi yang tidak

dilabel, sehingga fraksi dapat dihitung dan juga dapat dibandingkan dengan kurva

standar.

Pengikatan antigen dengan antibodi mengikuti hukum kesetimbangan dan

dapat ditulis secara sederhana seperti berikut :

[Ag] + [Ab] k1

[Ag – Ab]

k2

Sensitivitas dari reaksi tergantung pada energi dari ikatan antara antigen dengan

antibodi atau aviditas (K) sebagaimana digambarkan dalam rumus K = [Ag-Ab] /

[Ag] [Ab].

Antigen yang digunakan untuk pengukuran dan pendeteksian hormon

adalah hormon dalam serum yang akan diuji. Isotop radioaktif yang biasa

digunakan adalah 125

I, 131

I, 3H, dan

14C. Radioisotop

125I lebih banyak digunakan

karena merupakan isotop pilihan dari semua isotop yang bisa digunakan untuk

emiter gamma karena karakteristik fisik yang dimilikinya. Radioisotop 125

I

Page 20: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

10

memiliki waktu paruh yang panjang dan memiliki kemampuan untuk dideteksi

dengan sensitivitas yang tinggi dengan gamma counter (Hunter dalam Ashkar

1983). Pengukuran radioaktivitas 125

I juga lebih mudah karena menggunakan

metode solid scintillation counting (SSC) yaitu menghitung endapan sedangkan

radioisotop 3H penghitungannya menggunakan metode liquid scintillation

counting (LSC) (Gosling 1994)

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel di beberapa RPH di

wilayah Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Karawang, Kota Depok, Kota

Tangerang dan Kabupaten Bogor dari bulan Juli 2013 sampai bulan Februari 2014.

Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Terpadu Fisiologi, Departemen

Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut

Pertanian Bogor dan Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian adalah tabung reaksi dan penutup, rak,

tabung Eppendorf, cool box, spidol, pipet, stopwatch, mikropipet, shaker plate,

alat sentrifuse, dan Automatic Gamma Counter A 6.24 (Vienna, Austria).

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah serum darah sapi, kit

radioimmunoassay (RK-240CT, Izotop Budapest), kantung plastik, kertas saring,

label, dan kertas tissue. Kit RIA terdiri dari 1 vial tracer 55 ml/vial berisi <260

kBq 125

I –Cortisol dalam buffer 0.1% NaN3, 6 vial standar 0.5 ml/vial berisi 0.4,

100, 250, 650, 1600 nmol/l kortisol dalam serum dengan 0.1% NaN3, 1 vial

antiserum 55 ml/vial berisi polyclonal anti-Cortisol (kelinci) IgG dalam buffer

0.1% NaN3 , 1 vial serum kontrol berisi serum lyophilised manusia dengan 0.1%

NaN3, dan 2 kotak berisi tabung yang sudah dilapisi (coated tube) 2x50 pcs, 12x75

mm.

Metode Penelitian

Pengambilan dan koleksi sample

Sampel darah diambil dari 30 ekor sapi Brahman Cross yang telah dikastrasi

(steer). Sebanyak 15 sampel masing-masing diambil dari sapi yang disembelih

dengan menggunakan metode konvensional dan dari sapi yang disembelih dengan

menggunakan Restraining Box Mark IV. Darah ditampung dari arteri carotis

communis 1 menit setelah sapi disembelih. Selanjutnya darah dibiarkan pada suhu

ruang selama minimal 1 jam, kemudian darah disimpan dalam refrigerator selama

24 jam sampai serum terpisah. Setelah itu, serum dipindahkan ke tabung

Eppendorf dan disentrifus sebelum diuji dengan kit RIA.

Page 21: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

11

Deteksi hormon kortisol dalam serum

Penelitian ini menggunakan RIA untuk mengukur konsentrasi hormon

kortisol dalam serum sapi. Uji ini berdasarkan pada kompetisi antara kortisol yang

tidak dilabel dan kortisol yang dilabel 125

I (tracer) dalam jumlah yang tetap pada

tempat pengikatan antibodi spesifik kortisol yang terbatas. Sebelum sampel diuji,

reagen penguji dibuat terlebih dahulu. Serum kontrol lyophilised ditambah dengan

500 μl akuades lalu dihomogenkan dengan pelan-pelan. Setelah air dan serum

tercampur merata, larutan dikalibrasi pada suhu ruangan minimal 20 menit.

Metode pengujian sampel adalah sebagai berikut:

1. Sampel yang akan diuji dikalibrasi di suhu ruang selama satu jam.

2. Coated tube diberi label standar (S1-S6), kontrol (C), sampel (Sx), tabung

yang belum dilapisi untuk jumlah total (T).

3. Semua reagen dan sampel dihomogenisasi dengan dikocok secara pelan-

pelan untuk menghindari terbentuknya buih.

4. Selanjutnya setiap standar, kontrol, dan sampel dimasukkan sebanyak 10 μl

ke dalam tabung sesuai dengan labelnya.

5. Tracer dimasukkan pada semua tabung masing-masing sebanyak 500 μl.

6. Antiserum dimasukkan pada semua tabung kecuali tabung T sebanyak 500

μl.

7. Semua standar dan sampel dibuat menjadi dua tabung. Rak tabung-tabung

yang akan diuji kemudian difiksasi pada shaker plate. Semua tabung ditutup

dengan menggunakan plastik. Kemudian dihomogenkan.

8. Setelah selesai, tabung-tabung diinkubasi selama 2 jam pada suhu ruang.

9. Supernatan dari setiap tabung diaspirasi atau dituang dengan cara membalik

rak lalu dialasi kertas saring dan didiamkan selama 2 menit. Selanjutnya

setiap endapan pada tabung dihitung dengan gamma counter selama 60

detik.

Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan

ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Perbandingan konsentrasi hormon

kortisol pada dua kelompok sapi yang diperoleh diuji dengan menggunakan Uji

Mann Whitney dan dianalisis menggunakan software SPSS 21. Uji Mann

Whitney merupakan uji signifikansi hipotesis komparatif variabel numerik yang

tidak menyebar normal pada dua rata-rata sampel yang tidak berpasangan

(Sugiyono 2011). Uji ini digunakan untuk membuktikan apakah penggunaan

Restraining Box Mark IV memberikan perbedaan yang bermakna pada kadar

kortisol sapi yang disembelih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode RIA merupakan metode gold standard untuk mengukur konsentrasi

kortisol pada serum (Proverbio et al. 2013). Pengukuran kadar kortisol dengan

Page 22: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

12

menggunakan metode RIA mengacu pada kurva tipikal standar sehingga B/B0%

yang didapatkan dari sampel disesuaikan dengan kurva tersebut untuk mengetahui

konsentrasi kortisol. Tipikal kurva standar dapat dilihat pada Gambar 4.

Limit deteksi dari RIA adalah 1.05 ng/ml. Pengukuran kadar kortisol dalam

serum darah sangat baik digunakan sebagai metode untuk mengevaluasi tingkat

stres yang dialami hewan secara akut, seperti penanganan dan pengekangan

(Siegel dan Gross 2000). Kadar kortisol akan mencapai puncaknya pada 15-20

menit setelah hewan mengalami stres dan akan kembali pada konsentrasi basal

setelah 1 jam (Lay et al. 1998; Veissier dan Le Neindre 1988).

Pengujian kadar kortisol pada serum darah dapat menunjukkan tingkat stres

pada sapi. Hal ini karena kortisol merupakan hormon indikator stres selain

katekolamin dan β endorfin (Grandin 2000). Pengujian kadar kortisol pada

kelompok sapi yang disembelih dengan menggunakan metode konvensional

memiliki rata-rata kadar kortisol 44.85 ng/ml dan kelompok sapi yang disembelih

dengan menggunakan Restraining Box Mark IV memiliki rata-rata kadar kortiol

24.88 ng/ml. Hasil pengujian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Distribusi kadar hormon kortisol pada dua kelompok sapi dideskripsikan

dengan menggunakan diagram box plot yang menggunakan quartil sebagai

Gambar 4 Tipikal kurva standar RIA untuk pengujian kortisol (1 nmol/l = 0.362

ng/ml)

Tabel 1 Perbandingan konsentrasi kortisol dalam serum darah sapi

Metode n (ekor) Kadar Kortisol (ng/ml)

Rerata maks min ±sd

Konvensional 15 44.85 99.61 11.4 26.59

Mark IV 15 24.88 61.71 6.38 18.76

Page 23: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

13

pembagi distribusi frekuensi data menjadi empat sama besar (Harinaldi 2005).

Gambar diagram box plot ditunjukkan pada Gambar 5.

Diagram box plot konsentrasi kortisol pada penyembelihan dengan metode

konvensional menunjukkan kadar kortisol memiliki nilai minimum 11.4 ng/ml,

25% distribusi data kadar kortisol berada di bawah nilai Q1 yaitu 20.7 ng/ml, 50%

distribusi data dibagi oleh nilai median yaitu 45.05 ng/ml, 75% distribusi data

dibatasi oleh nilai Q3 yaitu 56.23 ng/ml dan nilai maksimum 99.61 ng/ml. Melalui

diagram ini diketahui sebagian besar kadar kortisol sapi yang disembelih dengan

metode konvensional memiliki nilai di bawah rata-rata. Kemudian diagram box

plot konsentrasi kortisol pada penyembelihan dengan metode Restraining Box

Mark IV menunjukkan kadar kortisol memiliki nilai minimum 6.4 ng/ml, 25%

distribusi data kadar kortisol berada di bawah nilai Q1 yaitu 8.97 ng/ml, 50%

distribusi data dibagi oleh nilai median yaitu 18.18 ng/ml, 75% distribusi data

dibatasi oleh nilai Q3 yaitu 39.67 ng/ml dan nilai maksimum 61.72 ng/ml.

Berbanding terbalik dengan metode konvensional sebagian besar kadar kortisol

sapi yang disembelih dengan metode restraining box Mark IV memiliki nilai di

atas rata-rata.

Hasil analisis data dengan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa kadar

kortisol pada sapi yang disembelih dengan menggunakan Restraining Box Mark

IV nyata lebih rendah (p<0.05) daripada sapi yang disembelih dengan metode

konvensional. Hal ini menunjukkan penggunaan Restraining Box Mark IV

signifikan dalam menurunkan kadar hormon kortisol.

Kadar kortisol pada sapi yang disembelih dengan metode konvensional

menunjukkan angka yang tinggi dengan rata-rata 44.85 ng/ml. Kadar ini melebihi

kadar normal plasma kortisol pada sapi yang sehat yaitu 6.74 sampai 56.30 

nmol/L atau 2.44 sampai 20.38 ng/ml (Proverbio et al. 2013). Peningkatan ini

Gambar 5 Distribusi kadar hormon kortisol pada dua kelompok sapi

Page 24: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

14

terjadi terutama karena stres yang dialami sapi sebelum pemotongan. Sapi yang

disembelih dengan metode konvensional cenderung mendapatkan perlakuan yang

kasar dari petugas RPH sehingga menimbulkan rasa takut pada sapi. Ketakutan ini

merupakan stresor yang dapat membuat sapi merasa stres dan meningkatkan

kadar kortisol dalam plasma darah. Sapi yang disembelih di RPH konvensional

umumnya mendapatkan perlakuan kasar dari petugas yang meliputi penarikan

paksa, pemukulan, hentakan, dan perubuhan sebelum penyembelihan. Penelitian

yang dilakukan Hemsworth et al. (2011) membuktikan peningkatan interaksi

petugas RPH dengan suara seperti berbicara dan berteriak pada sapi serta interaksi

sentuhan seperti tekanan, pemukulan dan penggunaan tongkat sebelum

penyembelihan berasosiasi dengan peningkatan kadar kortisol sapi setelah

penyembelihan.

Perlakuan petugas yang kasar membuat sapi yang sudah gelisah semakin

stres. Penelitian yang dilakukan Lensink et al. (2001) menunjukkan bahwa

kehadiran manusia dapat menjadi penyebab utama hewan stres selama

pemeliharaan dan penyembelihan. Selain perlakuan kasar, kondisi RPH yang tidak

memenuhi standar seperti kandang penampungan yang sempit, pencampuran

dengan sapi dari peternakan lain, kurangnya pencahayaan, lantai yang licin, dan

banyaknya suara juga dapat membuat sapi stres dan meningkatkan kadar kortisol.

Luas ruang minimum yang pada kandang penampungan yang dibutuhkan ketika

menampung sapi kurang dari 24 jam adalah 1.6 m2 untuk sapi yang tidak

bertanduk dan 1.85 m2 untuk sapi yang bertanduk (Grandin 2000). Walaupun

demikian tidak semua RPH yang menggunakan metode konvensional

memperlakukan sapi dengan kasar sebelum penyembelihan, ada juga yang tetap

memperhatikan kaidah kesejahteraan hewan sehingga hewan tidak stres. Hal ini

dapat terlihat pada konsentrasi kortisol minimum sapi yang disembelih dengan

cara konvensional yaitu 11.4 ng/ml.

Kadar kortisol sapi yang disembelih dengan menggunakan Restraining

Box Mark IV memiliki rata-rata kadar kortisol yang cukup rendah bila

dibandingkan dengan metode konvensional. Kadar kortisol rata-rata pada sapi

yang disembelih dengan metode ini adalah 24.88 ng/ml. Meskipun kadar kortisol

sapi yang disembelih menggunakan Restraining Box Mark IV relatif rendah,

namun kadar ini lebih tinggi dari kisaran maksimal kadar normal. Meningkatnya

kadar kortisol ini dapat terjadi karena bisingnya RPH akibat pergerakan

restraining box pada saat memutar hewan 90o

dan proses pemutaran itu sendiri.

Kebisingan dan pemutaran ini adalah salah satu kelemahan dari Restraining Box

Mark IV. Menurut Grandin (2000) suara dengan nada tinggi dari sistem hidrolik

sangat mengganggu sapi. Baik suara mesin maupun suara manusia merupakan

stressor bagi sapi. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Waynert et al.

(1999) membuktikan bahwa sapi lebih terganggu dan kaget oleh suara manusia

daripada suara mesin. Kebisingan ini dapat diatasi dengan penambahan bantalan

karet pada sisi-sisi restraining box, pemutaran musik pada RPH atau

pembangunan dinding yang dapat meredam suara (Grandin 2000).

Proses pemutaran sapi pada restraining box dapat membuat sapi terkejut

dan berpotensi menimbulkan stres. Menurut Grandin (2014) sapi melawan

pembalikan, terutama perputaran 180o. Dunn (1990) juga menyatakan sapi yang

disembelih pada restraining box yang membalikan posisi sapi mempunyai rata-

rata kadar kortisol 93 ng/ml. Walaupun demikian pemotongan sapi dalam posisi

Page 25: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

15

90o mempunyai kelebihan dibandingkan posisi berdiri yang dilakukan pada

metode pemotongan kosher yaitu mengurangi aspirasi darah pada saluran

pernafasan dan mempercepat hewan kehilangan kesadaran sehingga mengurangi

penderitaan sapi saat penyembelihan (Gregory et al. 2008; Velarde et al. 2014)

Kadar kortisol pada hewan dengan kondisi normal diatur dan dibatasi oleh

sistem feedback negatif pada hipotalamus. Akan tetapi, ketika hewan mengalami

stres sistem feedback tidak terjadi. Corticotropic releasing factor (CRF) atau

corticotropic relasing hormon (CRH) adalah hormon utama yang mengatur

respon hewan terhadap stres. Semua bentuk stres, baik karena fisik, kimia, suhu,

mikroba dan faktor lainnya menimbulkan efek mendalam yang menstimulasi

hipotalamus mensekresikan CRH. Sekresi CRH yang diinduksi oleh stres dapat

meningkatkan kadar kortisol sampai 20 kali lipat. Hal ini menandakan bahwa

peningkatan CRH dan kortisol dapat mengesampingkan feedback negatif basal

pada hipotalamus dan kelenjar pituitari sepenuhnya serta mengacaukan ritme

diurnal dan nokturnal dalam pengaturan kadar kortisol (Martin dan Crump 2003).

Kadar kortisol yang beragam pada setiap individu sapi, baik pada sapi

yang disembelih dengan metode konvensional maupun dengan menggunakan

Restraining Box Mark IV dapat terjadi karena perbedaan respon dan adaptasi

setiap individu terhadap stressor. Menurut McEwen et al. (1997) kemampuan

hewan untuk menanggapi suatu situasi sebagai situasi yang membuat stres

tergantung pada pengalaman-pengalaman yang dirasakan sebelumnya dan riwayat

perkembangannya terhadap situasi tersebut. Kombinasi dari kedua hal itu

membuat hewan peka atau melindungi hewan dari perubahan tertentu.

Penggunaan Restraining Box Mark IV untuk penyembelihan dapat

mengurangi stres pada hewan dan meningkatkan kesejahteraan hewan. Penelitian

yang dilakukan oleh Wicaksono (2010) menunjukkan penggunaan restraining box

juga meningkatkan kualitas daging. Daging yang dihasilkan dari sapi yang

disembelih menggunakan restraining box memiliki pH yang relatif lebih rendah

daripada sapi yang disembelih dengan metode konvensional walaupun tidak

berbeda nyata. Nilai pH ini akan berkaitan dengan kualitas daging yang lain

seperti daya ikat air dan keempukkan. Daya ikat air daging dari yang disembelih

dengan menggunakan restraining box lebih tinggi melalui pengujian cooking loss

dan drip loss daripada daging yang dihasilkan dari sapi yang disembelih tanpa

restraining box. Cooking loss adalah pengerutan daging saat dimasak akibat

denaturasi protein dan pengeluaran air, adapun drip loss adalah cairan atau

eksudat yang keluar dari daging tanpa aplikasi/penerapan tekanan dari luar

(Lukman et al. 2012). Daging dengan nilai cooking loss yang rendah memiliki

kualitas daging relatif lebih baik karena kehilangan nilai nutrisi yang lebih rendah

pada saat pemasakan, sehingga daging tetap terasa juicy dan segar (Warris 2004).

Daging yang berasal dari sapi yang disembelih dengan menggunakan

restraining box mempunyai tekstur yang lebih empuk. Stres yang dialami sapi

sebelum penyembalihan akan mengakibatkan peningkatan kortisol dan

menyebabkan deplesi glikogen. Deplesi dari glikogen otot menyebabkan pH

daging menjadi tinggi, daging berwarna gelap dan keras (Mounier et al. 2006).

Selain kortisol, hormon indikator stres yang lain seperti katekolamin juga

mempengaruhi keempukkan daging. Soeparno (2011) menyatakan pada ternak

yang mengalami stres sebelum pemotongan, terjadi pembebasan katekolamin

Page 26: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

16

dengan cepat dan mengakibatkan deplesi glikogen otot. Daging yang dihasilkan

oleh sapi yang stres ini adalah dark- cutting beef (DCB).

Daging yang dihasilkan dari RPH konvensional seringkali memiliki nilai

sensorik yang kurang baik akibat adanya memar pada bagian tubuh yang terbentur

ketika proses perubuhan sebelum disembelih dan penanganan yang tidak baik

sebelum penyembelihan. Daging yang memar dinilai sebagai daging berkualitas

buruk sehingga mengurangi harga jual karkas (Jarvis et al. 1995).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Konsentrasi kortisol pada sapi yang disembelih dengan metode

konvensional lebih tinggi daripada sapi yang disembelih dengan menggunakan

Restraining Box Mark IV. Tingginya kadar kortisol pada sapi yang disembelih

dengan metode konvensional menggambarkan tingkat stres pada sapi yang

disembelih dengan metode tersebut lebih tinggi daripada sapi yang disembelih

dengan menggunakan Restraining Box Mark IV. Ditinjau dari aspek kesejahteraan

hewan, penyembelihan dengan menggunakan Restraining Box Mark IV lebih baik

daripada metode konvensional.

Saran

Aspek kesejahteraan hewan pada penyembelihan di RPH harus

diperhatikan terutama pada RPH yang masih menggunakan metode konvensional.

Sosialisasi penggunaan Restraining Box Mark IV di RPH konvensional sebaiknya

dilakukan untuk mengurangi tingkat stres pada sapi sebelum penyembelihan.

DAFTAR PUSTAKA

Ashkar FS. 1983. Radiobioassay. Florida (US): CRC Pr.

[AVCO] Australian Chief Veterinary Officer. 2011. An assessment of the

ongoing appropriateness of Mark I and IV restraint boxes. [Internet]. [diunduh

pada 2014 Jul 2]. Tersedia pada http://www.daff.gov.au/_data/

assets/pdf_file/0010/1999099/acvo-assessment-of-restraining-boxes.pdf. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Penduduk Indonesia menurut provinsi 1971,

1980, 1990, 2000, 2010. [Internet]. [diacu 2014 Mei 20]. Tersedia pada

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=12.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1999. SNI 01-6159-1999 Rumah

Pemotongan Hewan. BSN (ID): Jakarta.

Chrousos GP, Kino T. 2005. Interactive functional specificity of the stress and

immune responses: the Ying, the Yang, and the defense against 2 major classes

of bacteria. J Infect Dis. 192 (4):551–555.

Page 27: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

17

Cunningham JG, Klein BG. 2007. Textbook of Veterinary Physiology. St. Louis,

Missouri (US): Elsevier Science.

[DAFFAU] Department of Agricultural, Fisheries, and Forestry Australia. 2013.

Review of modified and copy Mark IV type restraint boxes. [Internet]. [diacu

2013 Sept 19]. Tersedia pada http://www.daff.gov.au/_data/ assets/ pdf_file/

0007/2328208/mark-iv-review.pdf.

Dunn CS. 1990. Stress reaction of cattle undergoing ritual slaughter using two

methods of restraining. Vet Rec. 126 (21):522-525.

[EFSA] European Food Safety Authority. 2009. The welfare aspects of the main

systems of stunning and killing applied to commercially farmed deer, goats,

rabbits, ostriches, ducks, geese, and quail. EFSA J. 326:1-18.

[FAWC] Farm Animal Welfare Council. 2009. Farm animal welfare in Great

Britain: past, present and future. [Internet].[diunduh 2014 Agust 24].Tersedia

pada https://www.gov.uk/government/ uploads/ system/ uploads/

attachment_data/file/319292/Farm_Animal_Welfare_in_Great_Britain_-

_Past__Present_and_Future.pdf.

Gosling JP. 1994. Á la carte immunoassay. Biochem Educ. 22 (4):174-191.

Grandin T. 2000. Handling and welfare of livestock in slaughter plants. Di dalam

Grandin T, editor. Livestock Handling and Transport 2nd Edition. New York

(US): CABI Publishing.

Grandin T. 2000. Improving welfare and reducing stress on animals in slaughter

plants. Di dalam Grandin T, editor. Livestock Handling and Transport 4th

Edition: Theories and Applications. Boston (US): CABI Publishing.

Gregory NG. 1998. Animal Welfare and Meat Science. New York (US): CABI

Publishing.

Gregory NG, Grandin T. 2007. Animal Welfare and Meat Production 2nd ed.

Oxfordshire (GB): CABI.

Gregory NG, von Wenzlawowicz M, von Holleben K. 2008. Blood in the

respiratory tract during slaughter with and without stunning in cattle. Meat Sci.

82:13–16.

Harinaldi. 2005. Prinsip-prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Jakarta (ID):

Erlangga

Hemsworth PH, Rice M, Karlen MG, Calleja L, Barnett JL, Nash J, Coleman GJ.

2011. Human–animal interactions at abattoirs: Relationships between handling

and animal stress in sheep and cattle. Appl Anim Behav Sci. 135:24-33.

Holt, RIG, Hanley NA. 2007. Essential Endocrinology and Diabetes.

Massachusetts (US): Blackwell Publishing.

Jarvis AM, Selkirk L, Cockram MS. 1995. The influence of source, sex class and

pre-slaughter handling on the bruising of cattle at two slaughterhouses. Livest

Prod Sci. 43:215-224.

Jones B. 2011. The slaughter of Australian cattle in Indonesia: an observational

study. [Internet]. [diacu pada 2013 Okt 24]. Tersedia pada www.rspca.org.au.

Lay DC, Friend TH, Randel RD, Bowers CL, Grissom KK, Neuendorff DA,

Jenkins OC. 1998. Effects of restricted nursing on physiological and behavioral

reactions of Brahman calves to subsequent restraining and weaning. Appl Anim

Behav Sci. 56:109-119.

Page 28: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

18

Lensink BJ, Fernandez X, Cozzi G, Florand L, Veissier I. 2001. The influence of

farmers’ behavior on calves’ reactions to transport and quality of veal meat. J

Anim Sci. 79:642–652.

Lukman DW, Sudarwanto M, Sanjaya AW, Purnawarman T, Latif H, Soejoedono

RR. 2012. Penuntun Praktkum Higiene Pangan Asal Hewan. H Pisestiyani,

editor. Bogor (ID): IPB Pr.

Martin PA, Crump MH. 2003. McDonald’s Veterinary Endocrinology and

Reproduction 5th ed. M H Pineda dan MP Dooley, editor. Iowa (US) :

Blackwell Publishing.

McEwen BS, Biron CA, Brunson KW, Bulloch K, Chambers WH, Dhabhar FS,

Goldfarb RH, Kitson RP, Miller AH, Spencer RL, Weiss JM. 1997. The role of

adrenocorticoids as modulators of immune function in health and disease:

neural, endocrine and immune interactions. Brain Res Rev. 23(1-2):79–133.

Möstl E, Palme R. 2002. Hormones as indicators of stress. Domest Anim

Endocrinol. 23 (2002):67–74.

Mounier L, Dubroeucq H, Andanson S, Veissier I. 2006. Variations in meat pH of

beef bulls in relation to conditions of transfer to slaughter and previous history

of the animals. J Anim Sci. 84:1567-1576.

[MUI] Majelis Ulama Indonesia. 2006. Keputusan ijtima’ ulama komisi fatwa se-

Indonesia kedua. [Internet]. [diunduh pada 2014 Jul 1]. Tersedia pada

http://mui.or.id/wp-content/uploads/2014/05/Ijtima-Ulama-Lampiran1.pdf.

Nakyinsige K, Che Man YB, Aghwan ZA, Zulkifli I, Goh YM, Abu Bakar F, Al-

Kahtani HA, Sazili AQ. 2013. Stunning and animal welfare from Islamic and

scientific perspectives. Meat Sci 95:352–361.

[OIE] Office des International Epizooties. 2013. Slaughter Animal. [Internet].

[diunduh 2014 Jul 10]. Tersedia pada http://www.oie.int/fileadmin/Home/eng/

Health_standards/tahc/2010/chapitre_1.7.5.pdf.

Proverbio D, Perego R, Spada E, de Giorgi GB, Belloli A, Pravettoni D. 2013.

Comparison of VIDAS and Radioimmunoassay Methods for Measurement of

Cortisol Concentration in Bovine Serum. Sci World J. 2013:1-5.

Rumah Potong Hewan Karawaci. Restraining box. [Internet]. [diunduh 2014 Sept

2]. Tersedia pada http://rph-karawaci.com/_content/restraining.jpg.

Rushen J, de Passile AM, von Keyserlingk MAG, Weary DM.. 2008. The Walfare

of Cattle. Dordrecht (NL): Springer Publishing.

Shaw FD, Tume RK. 1992. The assesment of pre-slaughter dan slaughter

treatments of livestock by measurement of plasma constituent-a review of

recent work. Meat Sci. 32:311-329.

Siegel PB, Gross WB. 2000. General principles of strss and well-being. Didalam

Grandin T, editor. Livestock Handling and Transport 2nd Edition. New York

(US): CABI Publishing.

Soeparno. 2011. Ilmu Nutrisi dan Gizi Daging. Yogyakarta (ID): Gajah Mada

Univ Pr.

Sugiyono. 2011. Statistik Nonparametris. Bandung (ID): CV Alfabeta

Tsigos C, Chrousos GP. 2002. Hypothalamic-pituitaryadrenal axis,

neuroendocrine factors and stress. J Psychosom Res. 53( 4):865–871.

Veissier I, Le Neindre P. 1988. Cortisol responses to physical and

pharmacological stimuli in heifers. Reprod Nutr Dev. 28:553–562.

Page 29: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

19

Velarde A, Rodriguez P, Dalmau A, Fuentes C, Llonch P, von Holleben KV, Anil

MH, Lambooij JB, Pleiter H, Yesildere T, Cenci-Goga BT. 2014. Religious

slaughter: Evaluation of current practices in selected countries. Meat Sci.

96:278–287.

Warris PD. 2004. Meat Science: An Introductory Text. Cambridge (US): CABI

Publishing.

Waynert DF, Stookey JM, Schwartzkopf-Genswein KS, Watts JM , Waltz CS.

1991. The response of beef cattle to noise during handling. Appl Anim Behav

Sci. 62(1):27-42.

Whittington P dan Hewitt L. 2009. Review of the Mark I, II and III cattle

restraining boxes. [Internet].[diunduh pada 2014 Jul 2]. Tersedia pada:

http://www.livecorp.com.au/sites/default/files/rd_report/project_file/w.liv_.037

1_review_of_the_mark_i_ii_and_iii_cattle_restraining_box.pdf.

Wicaksono A. 2010. Penggunaan restraining box dalam pemotongan sapi di RPH

dan karakteristik fisik daging [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Page 30: KONSENTRASI HORMON KORTISOL PADA SAPI YANG … · Penyembelihan sapi dengan menggunakan metode konvensional sangat ... dan pengekangan hewan tidak boleh dilakukan secara berlebihan,

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang, 17 Desember 1991. Penulis adalah anak

pertama dari dua bersaudara dari pasangan Mahbudin Latief dan Tuti Martini

Hidayat.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Pupuk Kujang Cikampek,

pada tahun 2005, pendidikan menengah pertama di SMPIT Yayasan Perguruan

Islam Darul Hikmah (YAPIDH) Bekasi, Jawa Barat pada tahun 2008 dan

pendidikan menengah atas di MA. Husnul Khotimah Kuningan, Jawa Barat pada

tahun 2010.

Penulis diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanaian Bogor

pada tahun 2010 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten praktikum

mata kuliah Pelarajaran Agama Islam (PAI), Pengelolaan Kesehatan Hewan dan

Lingkungan (PKHL), Pengelolaan Kesehatan Ternak Tropis (PKTT), Ektoparasit,

dan Patologi Sistemik II. Penulis juga aktif sebagai staf Departemen

Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa BEM TPB IPB periode 2010-2011,

Bendahara 2 Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FKH periode 2011-2012,

Bendahara umum DPM FKH periode 2012-2013 dan Kadiv. Keputrian Lembaga

Dakwah Fakultas (LDF) An-Nahl periode 2013-2014. Penulis merupakan 10

besar mahasiswa berprestasi Fakultas Kedokteran Hewan IPB 2014 dan menulis

PKM P yang didanai oleh DIKTI pada tahun 2013.