konseling 456

19
Konseling Kognitif Aaron T. Beck

Upload: anak-agung-eka-putri

Post on 22-Nov-2015

39 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Konseling psikiatri

TRANSCRIPT

Konseling Kognitif Aaron T. Beck

Konseling Kognitif Aaron T. Beck1Beck memiliki kesimpulan bahwa cara yang dirasakan kliennya, ditafsirkan dan dikaitkan makna dalam kehidupan sehari-hari mereka-suatu proses yang secara ilmiah dikenal sebagai kognisi merupakan kunci untuk melakukan terapi.

2Beck memformulasikan teori kognitif untuk gangguan depresi setelah bertahun-tahun melakukan observasi klinis dan studi empiris terhadap pikiran dan keyakinan para penderita depresi. Selama eksperimen tersebut, Beck mengidentifikasi pola berpikir yang berkorelasi dengan gejala-gejala depresi. Beck mencatat bahwa pola pikir orang yang mengalami depresi ditandai dengan cara pandang yang negatif terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.3Asumsi utama dalam konseling kognitif adalah pikiran menyimpang (dysfunctional thinking) atau pikiran bias (distorted) dapat mempengaruhi mood dan tindakan konseling. Hal inilah yang menjadi penyebab gejala umum gangguan psikologis. 4Tujuan konseling kognitif untuk mengajar konseli agar mengenali,mengevaluasi, dan memodifikasi keyakinan serta pikiran menyimpang. KKB meyakini penyebab gangguan kognitif atau kesalahan keyakinan disebabkan adanya hasil interaksi antara kecenderungan genetik (bawaan) dengan pengaruh negatif dari orang lain dan berbagai peristiwa traumatik. Dalam melakukan konseling, konselor kognitif dianjurkan untuk melakukan wawancara guna mengungkap latar belakang historisnya.5Beck merekomendasikan sepuluh langkah konseling kognitif sebagai berikut : Merumuskan agenda yang bermakna bagi konseli Mengukur dan menetapkan intensitas mood pribadi. Mengidentifikasi dan memeriksa ulang masalah konseli. Mendorong konseli menyatakan apa yang ia harapkan dari program Mendidik konseli tentang Konseling Kognitif Back dan peranannyya dalam program perlakuan. Memberikan informasi tentang kesulitan pribadi dan hasil hasil diagnosis Merumuskan tujuan Memberikan tugas rumah antara sesi Merangkum hasil hasil yang dicapai dari setiap sesi Meminta umpan balik dari konseli pada tiap akhir sesi.

6Konseling Kognitif Perilaku7Terapi Kognitif-Behavioral(TKB) atau Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) merupakan salah satu bentuk konseling yang bertujuan membantu klien agar dapat menjadi lebih sehat, memperoleh pengalaman yang memuaskan, dan dapat memenuhi gaya hidup tertentu, dengan cara memodifikasipola pikirdanperilaku tertentu.Pendekatan kognitifberusaha memfokuskan untuk menempatkan suatu pikiran, keyakinan, atau bentuk pembicaraan diri (self talk) terhadap orang lain8Konseling Behavioralmemfokuskan pada kegiatan (tindakan) yang dilakukan klien, menentukan bentuk imbalan (rewards) yang dapat mendorong klien untuk melakukan tindakan tertentu, pemberian konsekuensi yang tidak menyenangkan, guna mencegah klien melakukan tindakan yang tidak dikehendaki.9Beth Horwin mengemukakan proses konseling kognitif- behavioral ini, sebagai berikut:

Membantu klien dalam mengenali, menganalisis dan mengelola keyakinannya.Membiarkan klien bersandar pada memorinya, dan berusaha untuk memvalidasimya.Menempatkan dan menitikberatkan pada keyakinan klien, tentang siapa dirinya dan apa tujuan hidup dia di dunia iniMenjaga fokus pada upaya meningkatkan kepuasan hidup secara menyeluruh, bukan pada upaya penurunan emosi yang negatifMembelajarkan dan mendidik yakni memberikan kesempatan kepada klien untuk memeriksa/memguji kembali apa yang telah diucapkannya dengan kenyataan dirinya.Mengidentifikasi dan berbagai keterampilan praktis (misalnya, tentang penetapan tujuan dan pemecahan masalah).Melanjutkan untuk melakukan pekerjaan ini untuk waktu jangka panjang, setelah proses konseling selesai.

10Konseling Realitas11Terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Tujuan terapi ini ialah membantu seseorang untuk mencapai otonomi.

12Ada beberapa ciri yang menentukan terapi realitas, yaitu sebagai berikut :

1.Terapi realitas menolak konsep tentang penyakit mental. Ia berasumsi bahwa bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah akibat dari ketidakbertanggungjawaban. Pendekatan ini tidak berurusan dengan diagnosis-diagnosis psikologis. Ia mempersamakan gangguan mental dengan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab dan kesehatan mental dengan tingkah laku yang bertanggung jawab.2.Terapi realitas menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang. Terapis realitas juga tidak bergantung pada pemahaman untuk mengubah sikap-sikap, tetapi menekankan bahwa perubahan sikap mengikuti perubahan tingkah laku.133. Terapi realitas berfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa lampau. Karena Karena masa lampau seseorang itu telah tetap dan tidak bisa diubah, maka yang bisa diubah hanyalah saat sekarang dan masa yang akan datang.4. Terapi realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Terapi realitas menempatkan pokok kepentingannya pada peran klien dalam menilai kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa yang membantu kegagalan yang dialaminya. Terapi ini beranggapan bahwa perubahan mustahil terjadi tanpa melihat pada tingkah laku dan membuat beberapa ketentuan mengenai sifat-sifat konstruktif dan destruktifnya.5. Terapi realitas tidak menekankan transferensi. Ia tidak memandang konsep tradisional tentang transferensi sebagai hal yang penting. Ia memandang transferensi sebagai suatu cara bagi terapis untuk tetap bersembunyi sebagai pribadi. Terapi realitas mengimbau agar para terapis menempuh cara beradanya yang sejati, yakin bahwa mereka menjadi diri sendiri, tidak memainkan peran sebagai ayah atau ibu klien.

14Terapi realitas menghapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa pemberian hukuman guna mengubah tingkah laku tidak efektif, dan bahwa hukuman untuk kegagalan melaksanakan rencana-rencana mengakibatkan perkuatan identitas kegagalan pada klien dan perusakan hubungan terapeutik.Terapi realitas menekankan tangung jawab yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sendiri dan melakukannya dengan cara tidak mengurangi kemampuan orang lain dalam memenuhi kebutuhann-kebutuhan mereka. Belajar tanggung jawab adalah proses seumur hidup.15Tujuan konseling realitas adalah sebagai berikut :

Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.

16Langkah-langkah yang ditempuh :

Menciptakan hubungan kerja dengan klienTahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya dan melakukan transferensi.Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa kanak-kanaknyaPengembangan reesitensi untuk pemahaman diriPengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi.Menutup wawancara konseling

17TEKNIK KONSELING1.Terlibat dalam permainan peran dengan klien;2.Menggunakan humor;3.Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun;4.Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan;5.Bertindak sebagai model dan guru;6.Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi;7.Menggunakan terapi kejutan verbal atau sarkasme yang layak untuk mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis; dan8.Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif.

18KelebihanKarakteristik pendekatan konseling realitas secara khusus menekankan pada akuntabilitas. Aspek lain dari pendekatan konseling realitas yang disokong Corey (1985) termasuk ide-idednya yang tidak menerima alas an dari gagalnya pelaksanaan kontrak dan menghindari hukuman atau menyalahkanKeterbatasanDi anggap terlalu sederhana dan dangkal. Di akui bahwa kritik pendekatan konseling realitas pada daerah ini. Glasser juga menyetujui bahwa delapan tahap dari pendekatan konseling realitas adalah sederhana dan jelas leebih menekankan pada praktek dan tidak pada materi yang sederhana.19