konjungtivitis vernal

6
Konjungtivitis 1. Definisi Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva. Peradangan konjuntiva selain memberi keluhan yang khas pada anamnesis seperti gatal, pedih, seperti ada pasir, seperti klilipen, rasa panas juga memberi gejala yang khas di konjuntiva, ada tahi lalat. Jika meluas ke kornea timbul silau dan ada air mata nrocos (epifora). Gejala objektif paling ringan adalah hiperemi dan berair sampai berat dengan pembengkakan bahkan nekrosis. Bangunan yang sering tampak khas lainnya adalah folikel, flikten dan sebagainya. 1 Sedangkan konjungtivitis vernal merupakan suatu peradangan konjungtiva kronik, rekuren bilateral, atopi, yang mengandung secret mucous sebagai akibat reaksi hipersensitivitas tipe I. Penyakit ini juga dikenal sebagai “catarrh musim semi”. 2 2. Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva Konjungtiva adalah selaput lendir atau disebut lapisan mukosa. Konjungtiva melapisi permukaan sebelah dalam kelopak mulai tepi kelopak (margo palpebralis), melekat pada sisi dalam tarsus, menuju ke pangkal kelopak menjadi konjuntiva fornicis yang melekat pada jaringan longgar dan melipat balik melapisi bola mata hingga tepi kornea. Konjungtiva dibagi menjadi 3 bagian : 1. Konjungtiva palpebra

Upload: selvia-anggraeni

Post on 08-Dec-2015

2 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

vernal

TRANSCRIPT

Page 1: Konjungtivitis Vernal

Konjungtivitis

1. Definisi

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva. Peradangan konjuntiva

selain memberi keluhan yang khas pada anamnesis seperti gatal, pedih, seperti ada pasir,

seperti klilipen, rasa panas juga memberi gejala yang khas di konjuntiva, ada tahi lalat.

Jika meluas ke kornea timbul silau dan ada air mata nrocos (epifora). Gejala objektif

paling ringan adalah hiperemi dan berair sampai berat dengan pembengkakan bahkan

nekrosis. Bangunan yang sering tampak khas lainnya adalah folikel, flikten dan

sebagainya.1

Sedangkan konjungtivitis vernal merupakan suatu peradangan konjungtiva kronik,

rekuren bilateral, atopi, yang mengandung secret mucous sebagai akibat reaksi

hipersensitivitas tipe I. Penyakit ini juga dikenal sebagai “catarrh musim semi”.2

2. Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva

Konjungtiva adalah selaput lendir atau disebut lapisan mukosa. Konjungtiva melapisi

permukaan sebelah dalam kelopak mulai tepi kelopak (margo palpebralis), melekat pada

sisi dalam tarsus, menuju ke pangkal kelopak menjadi konjuntiva fornicis yang melekat

pada jaringan longgar dan melipat balik melapisi bola mata hingga tepi kornea.

Konjungtiva dibagi menjadi 3 bagian :

1. Konjungtiva palpebra

2. Konjungtiva forniks

3. Konjungtiva bulbi

Yang ada di palpebra disebut konjuntiva palpebra, di fornix disebut konjuntiva fornicis

dan yang di bola mata disebut konjuntiva bulbi. Di sudut nasal, di canthus internus ada

lipatan disebut plica semilunaris. Juga disitu menuju benjolan menyerupai epidermoid

yang disebut caruncula.

Histologis lapisan konjuntiva adalah epitel konjuntiva terdiri atas epitel superficial

mengandung sel goblet yang memproduksi mucin. Epitel basal, di dekat limbus dan epitel

ini mengandung pigmen. Dibawah epitel terdapat stroma konjuntiva yang terdiri atas

lapisan adenoid yang mengandung jaringan limfoid dan lapisan fibrosa yang mengandung

jaringan ikat. Yang padat adalah tarsus dan di tempat lain jaringan longgar.

Page 2: Konjungtivitis Vernal

Kelenjar yang ada di konjuntiva terdiri kelenjar Krause (ditepi atas tarsus) yang

menyerupai kelenjar air mata. Pembuluh darah yang ada di konjuntiva adalah a.siliaris

anterior dan a. palpebralis. Konjuntiva mengandung sangat banyak pembuluh limfe.

Inervasi syaraf di palpebra oleh percabangan n. oftalmikus cabang nervus trigeminus.2

Konjuntiva dibasahi oleh air mata yang saluran sekresinya bermuara di fornix atas.

Air mata mengalir dipermukaan belakang kelopak mata dan tertahan pada bangunan

lekukan di belakang kelopak mata tertahan di belakang tepi kelopak. Air mata yang

mengalir ke bawah menuju fornix dan mengalir ke tepi nasal menuju punctum lakrimalis.

Dengan demikian konjuntiva dan kornea selalu basah.

Kedudukan konjuntiva mempunyai resiko mudah terkena mikroorganisme atau

benda lain. Air mata akan melarutkan materi infektius atau mendorong debu keluar. Alat

pertahanan ini menyebabkan peradangan menjadi self-limited disease. Selain air mata,

alat pertahanan berupa elemen limfoid, mekanisme eksfoliasi epitel dan gerakan

memompa kantong air mata. Hal ini dapat dilihat pada kehidupan mikroorganisme

patogen untuk saluran genitourinaria yang dapat tumbuh di daerah hidung tetapi tidak

berkembang di daerah mata.

Arteri-arteri konjungtiva berasal dari a.ciliaris anterior dan a. palpebralis yang

keduanya beranastomosis. Yang berasal dari a. ciliaris anterior berjalan ke depan

mengikuti m. rectus menembus sclera dekat limbus untuk mencapai bagian dalam mata

dan cabang- cabang yang mengelilingi kornea. Konjungtiva menerima persyarafan dari

percabangan pertama n. trigeminus yang berakhir sebagai ujung- ujung yang lepas

terutama di bagian palpebra.3

3. Epidemiologi

Konjungtivitis vernalis merupakan salah satu bentuk proses inflamasi kronik dan

berulang pada mata, umumnya bilateral. Pasien dengan atopi mempunyai risiko lebih

besar untuk menderita konjungtivitis vernal. Konjungtivitis Vernalis (KV) dibedakan atas

3 tipe yaitu tipe palpebra, tipe limbus atau campuran keduanya. Prevalensi KV lebih

tinggi di daerah tropis seperti Afrika, India, Mediteranian, Amerika Tengah dan Selatan,

serta Timur Tengah. KV lebih banyak terdapat pada kulit berwarna dibandingkan kulit

putih. Penyakit ini lebih banyak didapatkan pada laki-laki dengan perbandingan 3 : 1.5,6

Sebagian besar pasien berusia antara 3-25 tahun.4

Page 3: Konjungtivitis Vernal

4. Etiologi

Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang interstitial

yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I. Pada konjungtiva akan

dijumpai hiperemi dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan

hiperplasi akibat proliferasi jaringan yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang

tidak terkendali. Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada

konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran cobblestone.

Jaringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan warna putih susu kebiruan

sehingga konjungtiva tampak buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik pada

konjungtiva tarsal, oleh von Graefe disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil

pada konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik.

Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan hipertofi

yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus sering

menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun

kuantitas stem cells.

Tahap awal konjungtivitis vernalis ini ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam kaitan

ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang ditutup oleh

satu lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di antara papil serta

pseudomembran milky white. Pembentukan papil ini berhubungan dengan infiltrasi

stroma oleh sel- sel PMN, eosinofil, basofil dan sel mast.

Tahap berikutnya akan dijumpai sel- sel mononuclear lerta limfosit makrofag. Sel

mast dan eosinofil yang dijumpai dalam jumlah besar dan terletak superficial. Dalam hal

ini hampir 80% sel mast dalam kondisi terdegranulasi. Temuan ini sangat bermakna

dalam membuktikan peran sentral sel mast terhadap konjungtivitis vernalis. Keberadaan

eosinofil dan basofil, khususnya dalam konjungtiva sudah cukup menandai adanya

abnormalitas jaringan.

Fase vascular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen,

hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta reduksi sel radang

secara keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan

terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada pemeriksaan klinis. Hiperplasi

Page 4: Konjungtivitis Vernal

jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil bertangkai dengan dasar perlekatan

yang luas. Horner- Trantas dot’s yang terdapat di daerah ini sebagian besar terdiri dari

eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih ada sel PMN dan limfosit.4

Sumber pustaka

1. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah., Buku Pedoman Kesehatan Mata Telinga

dan Jiwa, 2001

2. Ilyas, S., Konjungtivitis Vernalis dalam Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I,

Fakultas Kedokteran UI, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 2004

3. Wijana, N., Konjungtiva dalam Ilmu Penyakit Mata, 1993, hal: 41-69

4. Widyastuti, SB dan Sjawitri PS. 2004. Konjungtivitis Vernalis. Departemen Ilmu

Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Sari Pediatri. Vol 5. No. 4, Maret 2004: 160-164.