konjungtivitis bakteri

12
PENDAHULUAN Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak mata. Penyakit ini merupakan penyakit mata palingumum di dunia, gejalanya bervariasi dari hiperemi ringan dengan air mata sampaikonjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen dan kental Penyebab konjungtivitis umumnya eksogen, namun dapat pula endogen.Berdasarkan agen infeksinya konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus,klamidia, alergi, toksik dan molluscum contangiosum .Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis bervariasi tergantung dariagen penyebabnya, dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva),lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibatkelopak membengkak, kemosis, hopertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran,granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya benda asing dan adenopati preaulikular Berikut ini akan dijelaskan salah satu bentuk konjungtivitis yaitu konjungtivitis bakteri.

Upload: adi-suryadarma-moo

Post on 30-Oct-2014

118 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

konjungtivitis bakteri secaara umum

TRANSCRIPT

Page 1: Konjungtivitis bakteri

  

PENDAHULUAN

Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi

belakang kelopak mata. Penyakit ini merupakan penyakit mata palingumum di dunia,

gejalanya bervariasi dari hiperemi ringan dengan air mata sampaikonjungtivitis berat dengan

banyak sekret purulen dan kental

Penyebab konjungtivitis umumnya eksogen, namun dapat pula endogen.Berdasarkan agen

infeksinya konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus,klamidia, alergi, toksik dan

molluscum contangiosum

.Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis bervariasi tergantung dariagen

penyebabnya, dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva),lakrimasi,

eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseudoptosis akibatkelopak

membengkak, kemosis, hopertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran,granulasi,

flikten, mata merasa seperti adanya benda asing dan adenopati preaulikular 

Berikut ini akan dijelaskan salah satu bentuk konjungtivitis yaitu konjungtivitis bakteri.

 

Page 2: Konjungtivitis bakteri

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konjungtiva

2.1.1. Anatomi

Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang

membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan

anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior

kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva

melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera

menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di

forniks dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata

bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik (Vaughan, 2010).

Gambar 1. Anatomi konjungtiva

2.1.2. Histologi

Secara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel

silindris bertingkat, superfisial dan basal (Junqueira, 2007). Sel-sel epitel superfisial

mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk

dispersi air mata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial

dan dapat mengandung pigmen Vaughan, 2010).

Page 3: Konjungtivitis bakteri

Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis) dan satu lapisan

fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak berkembang

sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan

penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar pada mata (Vaughan,

2010)

2.1.3. Perdarahan dan Persarafan

Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria palpebralis. Kedua

arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva

membentuk jaringan vaskular konjungtiva yang sangat banyak (Vaughan, 2010). Konjungtiva

juga menerima persarafan dari percabangan pertama nervus V dengan serabut nyeri yang

relatif sedikit (Tortora, 2009).

2.2. Konjungtivitis bakteri

2.2.1 Definisi

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah penyakit mata

yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak

mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu (Vaughan, 2010).

Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis

berat dengan banyak sekret purulen kental (Hurwitz, 2009).

Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi pada mata semakin banyak,

disebabkan oleh meningkatnya penggunaan oat-obatan topical dan agen imunosupresif

sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien dengan infeksi HIV dan pasien yang menjalani

transplantasi organ dan menjalani terapi imunosupresif (Therese, 2002). Konjungtivitis

bakterial adalah peradangan pada konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri.

2.2.2 Etiologi

Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut, subakut dan

kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N gonnorhoeae, Neisseria

kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus

pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang paling sering pada bentuk

konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk

Page 4: Konjungtivitis bakteri

kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi

duktus nasolakrimalis (Jatla, 2009).

Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata yang

sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada

orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi

(Marlin, 2009).

Penyebabnya banyak diantaranya

1.Hiperakut (purulen)

 Neisseria gonorrhoeae Neisseria meningitidis Neisseria gonorrhea subsp  Kochii

2.Akut (mukopurulen)

Pneumococcus (Streptococcus pneumoniae) (iklim sedang),  Haemophilus aegyptius

(Koch-Weeks bacillus) (iklim tropik)

3.Subakut

 Haemophilus influenza (iklim sedang)

4.Menahun, termasuk blefarokonjungtivitis Staphylococcus aureusMoraxella lacunata

(diplobacillus dari Morax-Axenfeld)

5.Jenis jarang (akut, subakut, menahun)

Streptococcus Moraxella catarrhalis Coliform ProteusCorynebacterium diptheriae

Mycobacterium tuberculosis

2.2.3 Patofisiologi Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti streptococci,

staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh

ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis.

Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran

dari organ sekitar ataupun melalui aliran darah (Rapuano, 2008).

Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab perubahan

flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotik (Visscher, 2009).

Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang meliputi

konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun yang berasal

dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata,

Page 5: Konjungtivitis bakteri

mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada

mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva (Amadi, 2009).

2.2.4 Gejala Klinik Tanda dan Gejala

Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi konjungtiva

baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis bakteri biasanya

lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering dijumpai

edema pada kelopak mata (AOA, 2010). Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami

gangguan pada konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan

debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas

adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur. (James, 2005).

Bakteri-bakteri penyebab dapat menimbulkan iritasi dan kemerahan bilateral,eksudat purulen

dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur, dan kadang-kadang edem palpebra.

Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelaholeh tangan. Infeksi dapat

menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapatmenyebarkan kuman seperti sprei, kain dll.

Konjungtivitis bakterial hiperakut (dan subakut)Konjungtivitis purulen Disebabkan oleh

N.gonorroeae, N. kochii dan N. meningitidis. Ditandai banyak eksudat purulen.

Konjungtivitis meingococcus kadang-kadang terjadi padaanak-anak. Setiap konjungtivitis

berat dengan banyak eksudat perlu segera diperiksasecara laboratoris dan segera diobati. Jika

ditunda, mungkin terjadi kerusakan kornea atau gangguan penglihatan, atau konjungtiva

dapat menjadi gerbang masuk N. gonorroeae atau N. meningitides yang menimbulkan

sepsis atau meningitis.

Konjungtivitis mukopurulen (catarrhal) akut Sering terdapat dalam bentuk epidemik dan

disebut “mata merah” oleh orangawam. Penyakit ini ditandai dengan hiperemi konjungtiva

secara akut, dan jumlaheksudat mukopurulen sedang. Penyebab paling umum adalah

Streptococcus pneumonia pada iklim sedang dan Haemophilus aegyptius pada iklim

panas.Konjungtivitis oleh kedua kuman ini mungkin disertai perdarahan subkonjungtiva.

Konjungtivitis bakterial menahun sering terjadi pada pasien dengan obstruksi nasolakrimalis

dan dakriosistitismenahun, yang biasanya unilateral. Infeksi ini juga dapat menyertai

blefaritis bakterial menahun atau disfungsi kelenjar meibom. Pasien dengan sindrom

palpebralemas dan ektropion dapat menimbulkan konjungtivitis bakterial sekunder.

2.2.3Pemeriksaan laboratorium

Page 6: Konjungtivitis bakteri

Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin saja penyakit

berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih tua. Pada pasien

yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular seksual dan riwayat

penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat

penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-

obat kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit,

riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat penggunaan lensa-kontak (Marlin,

2009).

Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bakterial, organisme dapat diketahuidengan

pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva yang dipulas dengangram atau

giemsa. Pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil polimorfonuklear. Kerokan

konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakandisarankan untuk semua kasus dan

diharuskan jika penyakit itu purulen, bermembranatau berpseudomembran. Studi sensitivitas

antibiotika juga baik, namun sebaiknya harus dimulai terapi antibiotik empirik. Bila hasil tes

sensitivitas antibiotika telah ada,terapi antibiotika spesifik dapat diteruskan

2.2.4Komplikasi dan sekuela

Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bateri, kecuali pada pasien yang

sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di konjungtiva paling sering terjadi dan

dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal.

Hal ini dapat mengurangi komponen akueosa dalam film air mata prakornea secara drastis

dan juga komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel goblet. Luka parut juga dapat

mengubah bentuk palpebra superior dan menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu

mata dapat menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada kornea

(Vaughan, 2010).

Blefaritis marginalis menahun sering menyertai konjungtivitis stafilokokuskecuali pada

pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut konjungtivadapat terjadi pada

konjungtivitis pseudomembranosa dan membranosa dan pada kasustertentu yang diikuti

ulserasi kornea dan perforasi.Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada infeksi

N.gonorroeae, N. kochii N. meningitidis, H. aegyptius, S. aureus dan M.catarralis. Jika

produk toksik dari N. gonorroeae berdifusi melalui kornea masuk camera anterior, dapat

timbul iritistoksik

Page 7: Konjungtivitis bakteri

2.2.5.Terapi

Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bakterial tergantung temuan agenmikrobiologiknya.

Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat mulai denganterapi topikal antimikroba.

Pada setiap konjungtivitis purulen, harus dipilih antibiotik yang cocok untuk mengobati

infeksi N.gonorroeae dan N. meningitidis.

Terapitopikal dan sistemik harus segera dilaksanakan setelah materi untuk

pemeriksaanlaboratorium telah diperoleh. Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut,

saccus konjungtiva harusdibilas dengan larutan garam agar dapat menghilangkan sekret

konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta

memperhatikansecara khusus higiene perorangan.

2.2.6 Perjalanan dan prognosis

Konjungtivitis bakterial akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati,infeksi dapat

berlangsung 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari, kecualikonjungtivitis

stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjungtivitis danmemasuki tahap

menahun) dan konjungtivitis gonokokus (yang bila tidak diobatidapat berakibat perforasi

kornea dan endoftalmitia). Karena konjungtiva dapatmenjadi gerbang masuk bagi

meningokokus ke dalam darah dan meningen, hasilakhir konjungtivitis meningokokus adalah

septikemia dan meningitis. Konjungtivitis bakterial menahun mungkin tidak dapat sembuh

sendiri danmenjadi masalah pengobatan yang menyulitkan

Page 8: Konjungtivitis bakteri

BAB III

PENUTUP

Konjungtivitis bakterial adalah peradangan pada konjungtiva yang disebabkanoleh bakteri.

Penyebabnya banyak dan dapat diketahui dengan pemeriksaanmikroskopik yang dipulas

dengan gram atau giemsa. Setiap bakteri mempunyaikarakteristik tersendiri baik dari onset

maupun gejala klinisnya dan secara umumgejala klinisnya berupa kemerahan bilateral,

eksudat purulen dengan palpebra salingmelengket saat bangun tidur dan kadang-kadang edem

palpebra.Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Dimana tanpadiobati

infeksi dapat berlangsung 10-14 hari, tetapi jika diobati dengan memadaidapat berlangsung 1-

3 hari. Konjungtivitis bakterial menahun mungkin tidak dapatsembuh sendiri dan menjadi

masalah pengobatan yang menyulitkan. Bagaimanapun,karena konjungtiva dapat menjadi

gerbang masuk bagi meningokokus ke dalam darahdan meningen dengan hasil akhir berupa

sepsis dan meningitis maka dianjurkan untuk mengobati konjungtivitis